fakultas keguruan dan ilmu pendidikan …/korelasi... · fakultas keguruan dan ilmu pendidikan ......
TRANSCRIPT
KORELASI ANTARA PENGETAHUAN TENTANG PILKADA
DENGAN PARTISIPASI PEMILIH PEMULA PADA
PILIHAN KEPALA DAERAH (PILKADA)
LANGSUNG BUPATI
KARANGANYAR
(Studi Kasus di SMA N 2 Karanganyar)
SKRIPSI
OLEH :
WACHID PRATOMO
NIM : K6405039
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di masa sekarang ini, negara Indonesia sedang mengalami tumbuh dan
berkembangnya masyarakat madani. Kondisi negara Indonesia yang dilanda
euforia demokrasi, semangat otonomi daerah dan globalisasi membutuhkan
masyarakat memiliki kemandirian dan kebebasan menentukan wacana politik di
tingkat publik. Dalam mewujudkan masyarakat madani maka demokrasi tidak
hanya dipahami sebagai bentuk pemerintahan dan sistem politik saja tetapi
demokrasi merupakan sebuah pandangan hidup. Demokrasi merupakan sebuah
bentuk kehidupan bersama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Demokrasi merupakan suatu keyakinan, suatu prinsip utama yang
harus dijabarkan dan dilaksanakan secara sistematis dalam bentuk aturan sosial
politik.
Sebagai bukti bahwa Indonesia merupakan negara yang menganut sistem
demokrasi yang berkedaulatan rakyat yang tertuang dalam berbagai bentuk
peraturan antara lain:
Pembukaan UUD 1945 Alinea IV menyatakan “….maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat…”
Selanjutnya dipertegas lagi dalam batang tubuh Pasal 1 Ayat (2) UUD
1945 “Kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar”. Dari pernyataan di atas menunjukkan bahwa Indonesia adalah
Negara demokrasi. Abraham Lincoln, sebagaimana dikutip oleh Eman Hermawan
(2001 : 49) mendefinisikan, “demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat (government of the people, by the people and for the
people)”.
Salah satu tujuan dari reformasi di Indonesia adalah untuk mewujudkan
Negara Indonesia yang lebih demokratis dengan mengembalikan kedaulatan
1
ditangan rakyat. Selama ini seolah-olah kedaulatan berada ditangan lembaga
eksekutif dan legislatif, bahkan di era reformasi kedaulatan seakan-akan berada
ditangan partai politik. Partai politik melalui fraksinya di DPR dan MPR dapat
melakukan apapun yang berkaitan dengan kepentingan bangsa dan negara.
Memenuhi tuntutan reformasi, pada tanggal 7 Mei 1999 pemerintah
menetapkan UU No 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah, yang berlaku
efektif tahun 2000. semenjak disahkan UU tersebut telah banyak perubahan yang
timbul dalam penyelenggaraan pemerintahan. Salah satunya yaitu hubungan
antara pusat dengan daerah. Selama ini hubungan pusat dengan derah bersifat
sentralis. Namun, dengan adanya Undang-undang ini hubungan pusat dengan
daerah menjadi desentralis dalam arti sebagian wewenang diberikan kepada
daerah.
Undang-undang ini memberikan kesempatan yang besar kepada
masyarakat untuk menentukan sendiri masa depan daerahnya, antara lain dengan
memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah. Bergulirnya waktu UU No. 22
Tahun 1999 dinyatakan tidak diberlakukan lagi sebagai penggantinya
diberlakukan UU No. 32 Tahun 2004. Perubahan yang cukup signifikan dalam
UU ini adalah mengenai pemilihan kepala daerah secara langsung. UU No. 32
Tahun 2004 terdiri atas 240 pasal, dari 240 pasal tersebut, 63 pasal diantaranya
mengatur tentang pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara
langsung yaitu pasal 56 sampai pasal 119. Diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah (PP) No. 6 Tahun 2005 tentang tata cara pemilihan, Pengesahan,
pengangkatan, dan pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah seta
peraturan lainnya. Undang-undang ini menganut sistem pemilihan kepala daerah
dan wakil kepala daerah secara langsung dengan memilih secara berpasangan.
Asas yang digunakan dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah ini
sama dengan asas pemilu sebagaimana diatur dalam UU No. 12 Tahun 2003 dan
UU N. 23 Tahun 2003, yaitu langsung, umum, bebas, rahasia (luber), serta jujur
dan adil (jurdil).
Pada dasarnya pilkada adalah sama dengan pilkada sebelumnya yakni
memilih kepala daerah. Namun hal ini menjadi sesuatu yang baru ketika
dilakukan dengan wajah baru yaitu dilaksanakan secara lagsung oleh rakyat.
Sehingga perlu diberlakukan undang-undang yang khusus mengatur pemilihan
umum juga mengatur pemilihan kepala daerah baik pemilihan Gubernur atau
Bupati. Menanggapi problematika ini maka pemerintah menetapkan UU No. 22
Tahun 2007 tentang Pemilihan Umum sebagai UU baru pengganti UU No. 32
Tahun 2004. Walaupun dalam pelaksanaanya masih mengkombinasikan kedua
UU tersebut.
Menurut dasar hukumnya pemilihan kepala daerah langsung yaitu UU No.
32 Tahun 2004 pasal 24 yaitu “Setiap daerah dipimpin oleh Kepala Pemerintah
Daerah. Kepala Daerah untuk provinsi disebut Gubernur, untuk Kabupaten
disebut Bupati, dan untuk Kota disebut Walikota. Kepala Daerah dibantu oleh
seorang wakil kepala daerah. Untuk provinsi disebut wakil gubernur, untuk
kabupaten disebut wakil bupati dan untuk wali kota disebut wakil walikota.
Kepala Daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan secara
langsung oleh rakyat di daerah yang bersangkutan.
Menurut Bab 1 pasal 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 tahun 2005
Tentang Pedoman Bagi Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan Pemilihan Kepala
Daerah Dan Wakil Kepala Daerah, yang dimaksud dengan Pemilihan Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah yag selanjutnya disebut pilkada adalah suatu
rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota. “ Pilkada langsung di Indonesia
yang dimulai bulan Juni 2005 merupakan sarana demokrasi yang memberikan
kesmpatan kepada rakyat untuk memilih kepala daerahnya secara langsung
melalui mekanisme pemungutan suara ’’(Amirudin dan Ahmad Zaini
Basri,2006:1). Disini gubernur, walikota, bupati dipilih langsung oleh rakyat.
Pilkada langsung dipilih karena memiliki keunggulan yang merupakan ciri utama
sistem pemilu yaitu adanya pergeseran pola pemilihan dari elite vote ke model
popular vote, yang berarti menggeser medan permainan politik dari yang semula
ada di ruang tertutup ke ruang terbuka, yang dulu dipilih DPRD sekarang dipilih
langsung oleh publik. Oleh karena hal tersebut pilkada merupakan upaya
demokrasi untuk mencari pemimpin daerah yang berkualitas dengan cara yang
damai, jujur, dan adil. Sebelumnya pemilihan kepala daerah melalui DPRD
ternyata membawa kekecewaan pada masyarakat akibat adanya kepentingan
segelintir elit politik yang mengatasnamakan kepentingan rakyat, ditambah
pemilihan kepala daerah selama ini cenderung menciptakan ketergantungan
kepala daerah terhadap DPRD, serta adanya pemberhentian kepala daerah yang
tidak memenuhi prosedur yang dilakukan oleh DPRD.
Pilkada yang dilaksanakan secara langsung menjadi pilihan, yang salah
satu sebabnya, menurut Maswadi Rauf sebagaimana dikutip oleh Amirudin dan
Ahmad Zaini Basri (2006:5) menyebutkan “pilkada merupakan salah satu
kebutuhan dalam penerapan otonomi daerah yang menginginkan partisipasi rakyat
dalam pembangunan di daerahnya”. Sebelum adanya pilkada langsung maka
kepala daerah dipilih oleh DPRD, hal ini ternyata menghasilkan situasi yang
cenderung menjadikan rakyat komoditas politik dalam meraih dukungan semata.
“Pilkada adalah upaya demokrasi untuk mencari pemimpin daerah yang
berkualitas dengan cara yang damai, jujur, dan adil” (Amirudin dan Ahmad Zaini
Basri, 2006:1).
Dengan adanya alasan tersebut maka pemerintah merubah sistem pilkada
menjadi pilihan secara langsung, dari waktu pertama kali dimulai yaitu bulan Juni
2005 sampai tahun 2008 telah dilaksanakan pilkada diberbagai daerah. Pilkada
disini yang dikhususkan oleh penulis adalah pilkada bupati yang juga telah
dilaksanakan diberbagai daerah yang salah satunya yaitu di Karanganyar. Pilkada
langsung bupati di Karanganyar yang dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 26
Oktober 2008.Pilkada tersebut telah melewati tahap suatu pilkada yaitu antara
lain: tahap sosialisasi, penyusunan, perbaikan, penetapan dan pengumuman Daftar
Pemilih Tetap yang dimulai tanggal 5 Mei sampai dengan 23 Juli 2008, diteruskan
penetapan calon bupati dan wabup yang diikuti oleh 3 pasang bupati yaitu
Pertama Drs. Romdloni, M.Hum dan Silo Hadi Rahtomo, Spt. Kedua Drs. H.
Juliyatmono, MM dan Drs. H. Sukismiyadi, MM. Ketiga .Hj. Rina Iriani SR,
S.pd, M.Hum dan Paryono, SH, MH pada tanggal 24 Juli sampai dengan 1
Agustus 2008. Kemudian dilanjutkan kampanye tertutup pada tanggal 1
september sampai dengan 8 september 2008 lalu tanggal 9 Oktober sampai 22
Oktober 2008 merupakan kampanye terbuka dan tanggal 26 Oktober 2008
merupakan hari pemungutan suara.
Pilkada bupati Karanganyar yang telah dilaksanakan tentu saja tidak
terlepas dari peran serta warga sebagai pemilih untuk mensukseskannya, tidak
kecuali pilkada di Karanganyar pun juga demikian yang memerlukan partisipasi
warga sebagai pemilih. Di Kabupaten Karanganyar yang memiliki hak pilih
sejumlah 657.503 pemilih yang terdiri dari laki-laki 324.194 pemilih/49.31%. dan
perempuan 333.309 pemilih/50,69%. Dari jumlah pemilih tersebut terdapat
pemilih pemula yang baru memilih untuk pertama kali sebanyak 90.672 pemilih
atau 13,79%. (Sumber KPUD Kabupaten Karanganyar pada Pilkada Bupati bulan
November 2008).
Dengan demikian pemilih pemula yang ada sangat berpengaruh untuk
mendongkrak perolehan suara. Dari sekian pemilih pemula tersebut, sebagian
besar mereka masih duduk dibangku sekolah yang dimungkinkan mempunyai
akses yang besar tentang pemilu serta demokrasi. Sebagai bagian dari demokrasi
para siswa yang baru pertama kali mengikuti pemilu ataupun pilkada yang disini
kemudian disebut pemilih pemula. “Pemilih adalah orang yang memilih”
(Depdikbud, 1989:683), sedangkan “Pemula berarti orang yang mulai atau mula-
mula” (Depdikbud, 1989:597). Menurut UU No 32 Tahun 2004 yang dimaksud
Pemilih adalah “ Warga Negara Republik Indonesia yang pada hari pemungutan
suara kepala daerah dan wakil kepala daerah sudah berumur 17 tahun
sudah/pernah kawin mempunyai hak memilih” sehingga dapat diambil
kesimpulan yaitu Pemilih pemula adalah seseorang yang baru pertama kali
mengikuti pemilu dikarenakan baru memiliki hak memilih yang ditunjukkan
dengan telah ditepatinya salah satu syarat yaitu berumur 17 tahun atau belum 17
tahun tapi sudah atau pernah kawin. Disini yang dimaksud pemilih pemula oleh
penulis adalah pemilih yang baru menginjak usia 17 tahun dikarenakan sampel
penelitian adalah mereka yang masih sekolah jadi belum kawin. Sebagian pemilih
pemula tersebut masih mengenyam bangku pendidikan yang tentunya mendapat
pengetahuan tentang pemilu serta pilkada. Dengan pengetahuan tersebut dapat
menumbuhkan partisipasi para pemilih pemula dalam pilkada.
Pengetahuan penting disebabkan “Seseorang yang tiada memiliki
pengetahuan atas informasi mengenai masalah politik atau situasi politik,
mungkin merasa kurang kompeten untuk berpartisipasi dalam suatu usaha guna
memecahkan masalahnya atau untuk mengubah situasinya, maka kompetensi
politik atau kemampuannya meningkat bertambahnya pengetahuan” (Rush dan
Althoff, 1990 : 168). Pengetahuan tersebut didapat dengan cara salah satunya
dengan pendidikan, “Pendidikan misalnya memupuk cita rasa politik dan
memajukan tingkat partisipasi politik yang lebih tinggi” (Huntington dan Nelson,
1994 : 94).
Memahami siswa sebagai pemilih pemula dalam pilkada tentu
membutuhkan suatu pengetahuan tentang pilkada, mereka mungkin
mendapatkanya dari materi Pendidikan kewarganegaraan serta membaca buku dan
literature yang berhubungan dengan pilkada, bisa juga dari diskusi dengan teman
sebaya serta lewat media massa dan elektronik yang semakin mudah di akses,
ditambah dari lingkungan keluarga. Para pemilih pemula akan lebih mudah untuk
menentukan pilihannya secara langsung dalam pilkada bupati Karanganyar.
Dari masalah diatas jika dipandang dari perpekstif kewarganegaraan
adalah bahwa materi dari “Pendidikan kewarganegaraan dalam paradigma
barunya yaitu mengembangkan pendidikan demokrasi serta mengemban tiga
fungsi pokok, yakni mengembangkan kecerdasan warganegara (civics
intelligence), membina tanggung jawab warganegara (civics responbility) dan
mendorong partisipasi warganegara (civic participation)” (Suhartono dkk, Tingkat
Kesadaran Politik Pemilih Pemula dalam Pilkada). Disini yang disoroti adalah
pendidikan kewarganegaraan mendorong partisipasi warga negara terutama dalam
bidang politik terutama partisipasi dalam pilkada sebagai perwujudan demokrasi.
Demokrasi yang ada memberikan kesempatan yang sama di bidang politik bagi
warga negaranya untuk ikut aktif berpartisipasi dalam pemilu. Sebagai warga
negara yang baik maka mempunyai kewajiban untuk ikut berpartisipasi
mensukseskan pemilu serta pilkada, hal ini didasari juga pasal 28 UUD 1945 yang
mengandung arti bahwa setiap warga negara dijamin oleh negara untuk
berpartisipasi di berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak
terkecuali disini siswa sebagai pemilih pemula yang dimungkinkan memiliki
pengetahuan tentang pilkada yang dipelajari dalam pelajaran pendidikan
kewarganegaraan karena didalam pendidikan kewarganegaraan yang secara
umum menyangkut tentang hak dan kewajiban dan salah satu haknya adalah
kebebasan mengeluarkan pendapat dan kebebasan berpartisipasi politik.
Dimungkinkan adanya pengetahuan tentang demokrasi sebab negara Indonesia
adalah negara berkedaulatan rakyat sehingga menggunakan sistem demokrasi dan
demokrasi diimplementasikan dalam suatu pemilu yang menuntut partisipasi dari
rakyatnya sehingga sedikit banyak mereka mengerti tentang apa itu demokrasi
maupun pemilu terkhusus disini pilkada.
Siswa disini berkedudukan sebagai pemilih pemula yang tentunya banyak
membutuhkan pengetahuan tentang pilkada, siswa juga masih berkedudukan
sebagai pelajar sehingga lingkungan mereka masih terbatas pada lingkungan
keluarga, pergaulan dengan teman, di lingkungan sekolahan, serta lingkungan
media massa, dengan kondisi demikian maka lingkungan tersebutlah yang
memupuk pengetahuan mereka mengenai pilkada.
Akan tetapi keluarga yang merupakan lingkungan utama dalam
mempengaruhi seseorang dalam mengambil tindakan serta masukan terkadang
acuh tak acuh dalam menanggapi masalah pilkada, begitupun dengan teman
sebaya yang kurang mendukung ditambah sekolah yang hanya sedikit membahas
tentang pilkada, media massapun kurang banyak dalam memberikan informasi
mengenai pilkada.
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “ Korelasi Antara Pengetahuan Tentang Pilkada
Dengan Partisipasi Pemilih Pemula Pada Pilihan Kepala Daerah (Studi
Kasus di SMA Negeri 2 Karanganyar)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka
terdapat beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi, adalah sebagai berikut :
1. siswa sebagai pemilih pemula membutuhkan pengetahuan yang lebih
mendalam tentang pilkada.
2. keluarga, sekolah, teman sebaya merupakan lingkungan terdekat siswa belum
optimal dalam memberikan informasi mengenai pilkada..
3. Dikhawatirkan siswa sebagai pemilih pemula yang terbatas mengetahui
pilkada tidak akan menggunakan hak pilih mereka.
4. Partisipasi pemilih pemula dalam pilkada akan rendah.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, pembatasan masalah diperlukan supaya
penelitian ini lebih efektif dan terarah. Dalam hal ini penulis menentukan ruang
lingkup masalah yaitu korelasi antara pengetahuan tentang pilkada dengan
partisipasi pemilih pemula pada pilkada langsung bupati Karanganyar tahun 2008.
D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah atau sering diistilahkan problematika merupakan
bagian penting dalam penulisan karya ilmiah. Dengan adanya permasalahan yang
jelas, maka proses pemecahannya akan terarah. Berdasarkan latar belakang di
atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :
Adakah hubungan antara pengetahuan tentang pilkada dengan partisipasi
pemilih pemula pada pilkada langsung bupati Karanganyar tahun 2008?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai
dari penelitian ini sebagai berikut :
Mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan tentang pemilihan
kepala daerah dengan partisipasi pemilih pemula pada pilihan kepala daerah
(pilkada) langsung bupati Karanganyar.
F. Manfaat Penelitian
Suatu penelitian dapat memberikan sesuatu yang berguna dan bermanfaat.
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi perkembangan
ilmu kewarganegaraan yaitu berkaitan dengan peranan warga negara di bidang
politik. Dimana peran warga negara bidang politik salah satunya adalah partisipasi
warga negara dalam pemilu maupun pilkada, dengan mempunyai pengetahuan
yang cukup tentang pemilu ataupun pilkada maka diharapkan partisipasi warga
negara menjadi besar dalam pemilu terutama pilkada.
2. Manfaat praktis
a. Dapat mengetahui seberapa besar pengetahuan dan pemahaman tentang pilkada
pada siswa sebagai pemilih pemula.
b. Dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi politik sehingga diharapkan
menjadi warga negara yang baik di kemudian hari.
c. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya
pengetahuan tentang pilkada untuk menciptakan partisipasi warga negara
dalam pilkada.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Umum Tentang Pemilihan Kepala Daerah.
Pilkada langsung merupakan pergantian dari demokrasi perwakilan karena
ternyata demokrasi perwakilan telah melemahkan kedudukan rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi yang digantikan oleh wakil – wakil rakyat yang
pada pelaksanaanya tidak mencerminkan kepentingan rakyat. Para wakil rakyat
lebih mementingkan kepentingan dirinya sendiri dari pada kepentingan rakyat.
Sehingga “Pilkada langsung dilaksanakan untuk memutus mata rantai oligarki dan
kepentingan segelintir elit politik yang kerap memanipulasi kepentingan
rakyat”(Lili Romli, 2006: 339). Dengan adanya pilkada landsung ini di harapkan
mempermudah rakyat untuk memilih wakilnya ditambah lagi sistem yang
digunakan di rubah menjadi system yang lebih relevan dalam menentukan
pemimpin suatu daerah.
a. Pengertian Pilkada
Pemilu yang ada di Indonesia dilakukan 5 tahun sekali dengan berbagai
nama tergantung untuk memilih pemimpin dimana pemilu itu dilakukan. Pemilu
yang terdiri dari beberapa bagian tergantung keperluan pemilu tersebut, ada
pemilu presiden, pemilu legilatif, serta pilihan kepala daerah atau pilkada baik
untuk memilih gubernur maupun bupati. Pilkada langsung disini merupakan tata
cara pemilihan kepala daerah yang merupakan implementasi dari perubahan UU
No 22 Tahun 1999 yang masih menggunakan sistem pemilihan oleh DPRD
kemudian diubah dengan sistem pemilihan langsung yang menganut UU terbaru
sebagai ganti dari UU yang lama yaitu UU No 32 Tahun 2004.
Disahkannya UU No 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah yang
salah satu isinya mengatur tentang mekanisme pemilihan kepala daerah secara
demokratis oleh rakyat dengan cara pemilihan secara langsung dilakukan oleh
rakyat didaerah yang bersangkutan. Rakyat dengan adanya pilkada ini dapat
10
dengan leluasa menentukan siapa pemimpin yang kelak akan menjadi kepala
daerah sesuai keinginan dan hati nurani mereka tanpa harus melalui perwakilan.
Pilkada mungkin masih asing dalam telinga masyarakat awam, pilkada menurut
Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 2005 pasal 1 Ayat 1 yaitu “Pemilihan Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang selanjutnya disebut pemilihan adalah
sarana pelaksanan kedaulatan rakyat diwilayah provinsi dan atau kabupaten/kota
berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945 untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah”. Sehingga dengan
demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pilkada adalah suatu Pemilihan Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang berkualitas dengan cara yang damai, jujur,
dan adil sebagai sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat diwilayah provinsi dan
atau kabupaten/kota berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945.
Pilkada sebagai sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat maka membutuhkan
keterlibatan rakyat dalam momentum pilkada langsung sehingga menjadikan
landasan dasar bagi bangunan demokrasi. Bangunan demokrasi tidak akan kokoh
manakala kualitas partisipasi rakyat diabaikan. Karena jika tidak, proses
demokratisasi yang sejatinya menegakkan kedaulatan rakyat menjadi semu dan
hanya menjadi ajang rekayasa bagi mesin-mesin politik tertentu. Format
demokrasi pada arus lokal (pilkada) meniscayakan adanya kadar dan derajat
kualitas partisipasi masyarakat yang baik. Apabila demokrasi yang totalitas
diimplementasikan menjadi kongkrit dan nyata, atau semakin besar dan baik
kualitas partisipasi rakyat, maka kelangsungan demokrasi akan semakin baik pula.
Demikian juga sebaliknya, semakin kecil dan rendahnya kualitas partisipasi
masyarakat maka semakin rendah kadar dan kualitas demokrasi tersebut.
Pengertian pilkada menurut keputusan KPU No. 32 tahun 2008 Tentang
Pedoman Teknis Pelaksanaan Pillkada ”Pemilu Bupati dan Wakil Bupati
Karanganyar Tahun 2008 adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih
bupati dan wakil bupati yang diselenggarakan secara luber-jurdil berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 Republik Indonesia”.
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa Pilihan
Kepala Daerah atau Pilkada adalah suatu Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah yang dilasanakan 5 tahun sekali secara berkualitas dengan cara
yang damai, jujur, dan adil sebagai sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat
diwilayah provinsi dan atau kabupaten/kota berdasarkan Pancasila dan Undang –
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
b. Tata cara memilih dalam pilkada
Pilihan kepala daerah langsung diharapkan akan memperkuat legitimasi
seorang kepala daerah karena ia dipilih secara langsung oleh rakyat, sehingga
DPRD tidak bisa seenaknya menjatuhkan seorang kepala daerah. Melalui pilkada
rakyat ikut berpartisipasi dalm menentukan pemimpinnya sebagai pemegang
kekuasaan dimana rakyat mewakilkan kedaulatan tersebut kepada kepala daerah.
Dengan berlangsungnya pilkada langsung, pada gilirannya nanti akan akan
memperkuat demokrasi Indonesia yang sedang di bangun ini. Selain itu
diharapkan menumbuh kembangkan demokratisasi di tingkat daerah. Sehingga
untuk mewujudkan hal tersebut dirubahlah sistem pilkada yang semula
menggunakan sistem perwakilan menjadi pemilihan langsung. Dengan sistem ini
diharapkan akan semakin memudahkan rakyat untuk memilih pemimpinnya
karena sistem ini memungkinkan rakyat untuk mengetahui siapa saja yang akan
menjadi pemimpin daerahnya. Untuk menjaga agar sebuah pemilu tetap dalam
jalur yang telah di tentukan maka pilkada memerlukan suatu landasan agar pilkada
bisa berjalan sebagaimana mestinya. Suatu perubahan tentu harus di ikuti dengan
sosialiasi yang efektif pula, semisal tentang cara memilih karena rakyat tentu
belum mengetahui bagaimana memilih untuk memberikan hak nya dalam pilkada
yang dilaksanakan secara langsung. Adapun tatacaranya menurut keputusan KPU
No. 32 tahun 2008 Tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Pillkada yaitu:
1) Persiapan
Tahap persiapan ini PPS mempersiapkan TPS, pemanggilan
pemilih untuk memilih serta penerimaan saksi pemungutan suara.
2) Pelaksanaan pemungutan suara
PPS mengatur proses pemungutan suara.
3) Pemberian suara oleh pemilih berdasarkan prinsip urutan kehadiran.
PPS memanggil pemilih berdasarkan urutan kehadiran yang ada.
4) Pemilih menunggu urutan ditempat yang telah disediakan.
Pemilih yang menunggu urutan ditempatkan didalam tempat yang
telah ada.
5) pemilih masuk ke bilik suara.
Pemilih masuk kebilik suara kemudian mencoblos gambar yang
telah ada sesuai dengan pilihannya.
6) pemilih keluar dari bilik suara.
Pemilih keluar selanjutnya mencelupkan jari ke tinta kemudia
keluar dari area TPS.
c. Syarat sebagai pemilih
Unsur yang tidak kalah penting dalam pilkada yaitu adanya pemilih.
Untuk menjadi pemilih dalam pilkada seseorang harus memenuhi beberapa
kriteria dan syarat yang ditentukan oleh KPUD selaku lembaga pelaksana pilkada.
Syarat tersebut yang paling utama adalah Warga Negara Republik Indonesia yang
pada hari pemungutan suara pemilihan kepala daerah sudah berumur 17 ( tujuh
belas) atau sudah/pernah kawin .
Syarat lain yang harus dipenuhi untuk menjadi pemilih menurut
Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 2005 Pasal 15-27 antara lain:
1) Pemilih adalah warga negara Indonesia yang terdaftar sebagai pemilih.
2) Tidak sedang terganggu jiwanya.
3) Tidak sedang dicabut hak pilihnya oleh pengadilan.
4) Berdomisili di daerah pemilihan sekurang-kurangnya 6(enam) bulan yang
dibuktikan dengan Kartu Tanda Pemilih.
Pemilih yang suadah memenuhi syarat tersebut kemudian didaftar dan
diberikan kartu tanda pemilih. Seorang pemilih hanya didaftar1 kali dalam daftar
pemilih, apabila mempunyai lebih dari 1 tempat tinggal maka harus memilih 1
tempat untuk ditetapkan dalam daftar pemilih. Daftar pemilih kemudian
digunakan sebagai sarana untuk menyusun daftar pemilih sementara yang
kemudian dimuktahirkan yang dikarenakan : memenuhi syarat usia sebagai
pemilih, belum berumur 17 tahun atausudah/pernah kawin, perubahan status, tidak
terdftar dalam hasil pendaftaran, telah meninggal dunia, idah domisili kedaerah
lain. Selanjutnya daftar pemilih sementara dipasang di daerah masing-masing agar
masyarakat dapat mengetahui kemudian dapat melakukan perbaikan jika ada
kekeliruan. Jika terjadi perbaikan maka segera menemui petugas yang
berkompeten dalam hal ini adalah ketua rt atau rw setempat, atau dimungkinkan
terjadi pemilih tambahan dari luar daerah maka harus segera melaporkan.
Daftar pemilih sementara yang telah diperbaiki kemudian disahkan dan
digunakan sebagai daftar pemilih tetap. Daftar pemilih tetap ini kemudian
digunakan untuk pelaksanan pilkada sebagai bahan acuan dalam melihat dan
menentukan berapa jumlah warga dan TPS yang harus disediakan oleh panitia
pemungutan suara.
d. Pelaksanaan Pilkada langsung
Pelaksanaan pilkada langsung telah dilaksanakan diberbagai daerah dan
untuk mempermudahnya pilkada dikelompokkan dalam berbagai bagian, untuk
memilih kepala daerah di provinsi misalnya diadakan pilkada Gubernur sedang
untuk memilih kepala daerah tingkat kabupaten diadakan pilkada bupati. Dengan
pilkada tersebut diharapkan akan menemukan pemimpin yang sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh rakyat.
Pilkada langsung berarti rakyat secara langsung ikut berpartisipasi
menentukan pemimpinnya, dengan demikian kepala daerah harus dapat
mempertanggung jawabkan secara langsung kepada rakyat. Untuk melaksanakan
pilkada tersebut maka dibentuklah komisi penyelenggara pemilu yang berada
ditingkat kabupaten yaitu Komisi Pemilihan Umum Daerah yang berwenang
untuk menyelengarakan pilkada di kabupaten.
Pilkada langsung yang dinilai banyak pihak sebagai kemajuan penting
yang dicapai bangsa Indonesia dalam masa transisi yang sedang berlangsung.
Makna terpenting itu antara lain: “merupakan pengakuan hak rakyat sebagai
pemegang kedaulatan rakyat, adanya pelembagaan politik peran rakyat sebagai
subyek hukum, diharapkan terciptanya keseimbangan antar eksekutif dan
legislatife” (Suparman Marzuki, 2005:3) dengan demikian diharapkan pilkada
berjalan dengan baik. Agar berjalan dengan sebagaimana mestinya diperlukan
suatu pedoman pelaksanaan pemungutan suara yang ditentukan oleh KPU
kemudian disosialisasikan oleh KPUD setempat.
Menurut Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan,
Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah tahap pelaksanaan dapat dibagi menjadi beberapa tahap pelaksanaan.
Tahap pertama adalah Persiapan pilkada yang meliputi masa persiapan awal,
pemberitahuan DPRD kepada Kepala Daerah bahwa masa jabatannya telah
bearkhir, dilanjutkan pembentukan Panitia Pengawas, penetapan jadwal dan wktu
pilkada, serta penetapan anggaran untuk kebutuhan pilkada. Tahap kedua yaitu
tahap penyelenggaran pemilihan yang meliputi, pelaksana pilkada adalah Komisi
Pemilihan Umum Daerah yang bertugas menetapkan tata cara kampanye, jadwal
kampanye, serta pelaksanaan pemungutan suara.menetapkan syarat calon kepala
dan wakil kepala daerah, menetapkan pasangan calon, menetapkan hasil
pemungutan suara, melakukan evaluasi, membentuk PPK, PPS, dan KPPS. Tahap
ketiga adalah Penetapan Pemilih, meliputi penetapan syarat pemilih, pembutan
daftar pemilih sementara serta penetapan daftar pemilih tetap, dan penetapan
jumlah TPS disatu daerah pemilihan. Tahap selanjutnya yaitu ke empat adalah
tahap Pendaftaran dan Penetapan Pasangan Calon. Pasangan calon yang
mengikuti diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik, sedang di
Karanganyar sendiri pasngan calon yaitu : Pertama Drs. Romdloni, M.Hum dan
Silo Hadi Rahtomo, Spt. Kedua Drs. H. Juliyatmono, MM dan Drs. H.
Sukismiyadi, MM. Ketiga .Hj. Rina Iriani SR, S.pd, M.Hum dan Paryono, SH,
MH. Setelah itu dilakukan penetapan calon , yang kemudian dilanjutkan tahap
kelima berupa tahap Kampanye yang meliputi: Kampanye dilakukan selama 14
hari, bentuk kampanye sendiri dilakukan melalui pertemuan terbatas, tatap muka
dan dialog,melalui media cetak dan media elektronik, penyebaran bahan
kampanye kepada umum, pemasangan alat peraga, rapat umum dan debat publik.
Kampanye boleh dilakukan selama tidak melanggar hukum yang berlaku, serta
dana yang didapat beasal dari pasangan calon, parpol, sumbangan pihak lain yang
tidak mengikat. Tahap selanjutnya yang cukup penting adalah tahap ke 7 yaitu
tahap pemungutan dan penghitungan suara, pelaksanaan pemungutan suara
dilakukan sebagaimana mestinya menurut peraturan yang berlaku serta
dilanjutkan dengan penghitungn suara. Tahap terakhir yaitu ke 8 adalah tahap
penetapan calon terpilih, pengesahan pengangkatan dan pelantikan untuk menjadi
kepala daerah dan wakil kepala daerah.
Menurut pedoman teknis tata cara pemungutan suara KPUD Karanganyar
No 32 Tahun 2008 “Pemungutan suara diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan
Umum Daerah Karanganyar yang kemudian disebut KPUD dibantu oleh Panitia
Pemungutan Kecamatan (PPS), Panitia Pemungutan Suara (PPS), dan Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS). Hari dan tanggal yang dipakai dalam
pemungutan suara pilkada bupati karanganyar adalah hari Minggu, tanggal 26
Oktober 2008”. Selanjutnya kegiatan dalam penyelenggaraan pemungutan suara
menurut Undang –Undang ini adalah :
1) Persiapan (Pukul 06.00 s/d 07.00)
Tahap persiapan ini PPS mempersiapkan TPS, pemanggilan pemilih untuk
memilih serta penerimaan saksi pemungutan suara.
2) Pelaksanaan pemungutan suara (Pukul 07.00 s/d 13.00)
3) Pembukaan oleh KPPS, pengucapan janji Anggota KPPS, pembukaan kotak
suara, pengumuman jumlah pemilih, penjelasan tatacara pemungutan oleh
Ketua KPPS.
4) Pemberian suara oleh pemilih berdasarkan prinsip urutan kehadiran.
5) Pada pukul 13.00 Ketua KPPS mengumumkan rapat pemungutan suara telah
selesai dilanjutkan rapat penghitungan suara.
Kabupaten Karanganyar mempunyai Tempat Pemungutan Suara (TPS)
berjumlah 1.479 dan mempunyai pemilih sebanyak 657.503 orang terdiri atas laki
– laki sejumlah 324.194 orang serta perempuan sejumlah 333.309 orang (Sumber:
KPUD Karanganyar bulan November 2008) terbagi dalam 17 kecamatan yang ada
di kabupaten Karanganyar yang serentak melaksanakan pemungutan suara pada
tanggal 26 Oktober 2008 sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh KPUD
Kabupaten Karanganyar.
Berdasarkan rekapitulasi yang dilukan oleh KPUD Karanganyar dapat
diketahui bersama hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel.1 Jumlah perolehan suara No Kecamatan Jml
pemilih Romdhoni - Silo
(%) Yuli-Kismi
(%) Rina-Paryono
(%)
1 Jenawi 14610 163 1.12% 3223 22.06% 11224 76.82%
2 Gondangrejo 36484 839 2.30% 8232 22.56% 27413 75.14%
3 Jumapolo 20520 230 1.12% 4980 24.27% 15310 74.61%
4 Colomadu 19907 410 2.06% 5243 26.34% 14254 71.60%
5 Kerjo 19928 266 1.33% 5650 28.35% 14012 70.31%
6 Tawangmangu 24480 381 1.56% 7087 28.95% 17012 69.49%
7 Jatiyoso 21258 181 0.85% 6313 29.70% 14764 69.45%
8 Jumantono 24787 7700 31.06% 17087 68.94%
9 Jatipuro 16817 190 1.13% 5578 33.17% 11049 65.70%
10 Ngargoyoso 41355 15215 36.79% 26140 63.21%
11 Karangpandan 21923 364 1.66% 8713 39.74% 12846 58.60%
12 Jaten 23725 864 2.23% 15573 40.21% 22288 57.55%
13 Matesih 23198 9927 42.79% 13271 57.21%
14 Kebakkramat 31940 510 1.60% 13269 41.54% 18161 56.86%
15 Tasikmadu 31885 566 1.78% 14564 45.68% 16755 52.55%
16 Mojogedang 33778 431 1.28% 15628 46.27% 17719 52.46%
17 Karanganyar 44170 794 1.93% 21477 52.17% 18819 45.90%
Jumlah Akhir 462765 6189 168372 288204
( % ) Akhir 1.34% 36.38% 62.28%
(Sumber : KPUD Karanganyar bulan November 2008)
Berdasarkan jumlah suara yang sah, tidak sah maupun Golput tiap
kecamatan adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Jumlah Suara Sah No Nama
Kecamatan Drs. Romdhoni, M.Hum dan Silo Hadi
Rahtomo,
S.Pt
(%) Drs. H. Juliyatmono, MM Dan Drs, H. Sukismiyadi, MM
(%) Hj. Rina Iriani S.R., S.Pd, M.Hum Dan Paryono,
SH, MH
(%) Jumlah
Suara
Sah
(%)
1 Mojogedang 431 1.27 15628 46.26 17719 52.45 33778 5.13
2 Matesih 364 1.57 10068 43.62 12646 54.79 23078 3.50
3 Karanganyar 897 2.17 21482 52.04 18896 45.78 41275 6.27
4 Tawangmangu 386 1.58 7090 29.08 16898 69.32 24374 3.70
5 Karangpandan 379 1.74 8754 40.21 12636 58.04 21769 3.31
6 Ngargoyoso 202 1.09 4496 24.26 13831 74.64 18529 2.81
7 Jenawi 148 1.00 3267 22.15 11334 76.84 14749 2.24
8 Kerjo 250 1.33 6299 33.52 12238 65.14 18787 2.65
9 Jumantono 264 1.08 7970 32.29 16069 66.11 24303 3.69
10 Jumapolo 227 1.10 4980 24.27 15309 74.61 20516 3.12
11 Jatipuro 217 1.30 5449 32.85 10921 65.84 16587 2.52
12 Jatiyoso 181 0.85 6316 29.76 14723 69.38 21220 3.22
13 Tasikmadu 565 1.76 14594 45.60 16842 52.62 32001 4.86
14 Jaten 865 2.23 15623 40.29 22288 57.47 38776 5.89
15 Kebakkramat 514 1.57 13846 42.34 18340 56.08 32700 4.97
16 Colomadu 590 2.13 6911 24.97 20175 72.89 27676 4.20
17 Gondangrejo 839 2.34 8240 22.82 27016 74.84 36095 5.48
Jumlah Akhir 7319 161013 277881 446213
( % ) Akhir 1.64(%) 36.08(%) 62.28(%) 100(%)
(Sumber : KPUD Karanganyar bulan November 2008)
Tabel 3. Jumlah Suara Tidak Sah
No Nama Kecamatan
Jumlah Suara Tidak Sah
( % )
1 Mojogedang 712 4.85( % ) 2 Matesih 641 4.37( % ) 3 Karanganyar 1835 12.52( % ) 4 Tawangmangu 839 5.72( % ) 5 Karangpandan 682 4.15( % ) 6 Ngargoyoso 474 3.23( % ) 7 Jenawi 290 1.97( % ) 8 Kerjo 471 3.21( % ) 9 Jumantono 472 3.22( % ) 10 Jumapolo 340 2.32( % ) 11 Jatipuro 387 2.64( % ) 12 Jatiyoso 376 2.56( % ) 13 Tasikmadu 1386 9.46( % ) 14 Jaten 1887 12.87( % ) 15 Kebakkramat 1306 8.91( % ) 16 Colomadu 1355 9.24( % ) 17 Gondangrejo 1198 8.17( % ) Jumlah Akhir 14651 100 ( % )
(Sumber : KPUD Karanganyar bulan November 2008)
Jumlah suara yang sah, tidak sah maupun Golput serta persentasenya
adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Persentase jumlah suara
Kategori Jumlah suara persentase (%) Suara sah 446213 67.86478541 Suara tidak sah 14651 2.228278806 Golput 196639 29.90693579
(Sumber : KPUD Karanganyar bulan November 2008)
Gambar 1. Persentase jumlah suara
e. Definisi Konseptual Pengetahuan Tentang Pilkada (Variabel X) Pengetahuan tentang pemilihan kepala daerah adalah sesuatu yang
diketahui berkenaan dengan hal pemberian suara untuk memilih kepala daerah
dan wakil kepala daerah secara langsung yang diselenggarakan selama 5 tahun
sekali.
f. Definisi Operasional Pengetahuan Tentang Pilkada (Variabel X)
Pengetahuan dalam hal pemberian suara pemilihan kepala daerah
bupati di Karanganyar meliputi :tata cara memilih, syarat untuk bisa memberikan
suara, serta tata cara pelaksnaan pilkada.
2. Tinjauan Umum Tentang Partisipasi Pemilih Pemula
Sebelum membahas bagaimana partisipasi pemilih pemula alangkah
baiknya mengetahui dulu tentang apa itu partisipasi yang nantinya partispasi itu
mencakup tentang partisipasi pemilih pemula yang dikhususkan dalam pemberian
suara atau mencoblos.
a. Pengertian Partisipasi
Zaman sekarang ini, semua orang tidak bisa lepas dari pengaruh politik.
Pengimplementasian hak politik telah mewarnai kehidupan msyarakat, partisipasi
politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan demokratis di suatu
negara.
Tentang pengertian partisipasi politik para ahli serta tokoh-tokoh banyak
memberikan definisi yang berbeda-beda. Dari sekian banyak tokoh dan ahli,
penulis mengambil pengertian partisipasi politik dari beberapa tokoh antara lain:
A definition of political participation is “the active engagement by individuals
and groups with the governmental processes that affect their lives. This
encompasses both involvement in decision-making and acts of
opposition”(Balihar Sanghera, 2009, www.Geocities.com).
Partisipasi politik adalah “kegiatan warga Negara preman (private citizen)
yang bertujuan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah”
(Huntington dan Nelson, 1994 : 6).
Mc. Closky sebagaimana dikutip oleh Miriam Budiardjo (2001
:1).mengartikan “partisipasi politik sebagai kegiatan-kegiatan-kegiatan sukarela
dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam pemilihan
penguasa dan secara langsung dalam proses pembentukan kebijaksanaan umum”.
Ramlan Surbakti (1992 : 141) memberikan sejumlah rambu-rambu atau unsur-unsur pokok partisipasi politik guna memahami partisipasi politik secara lengkap. Pertama, partisipasi politik dimaksudkan berupa kegiatan atau perilaku luar individu warga negara biasa yang dapat diamati, bukan perilaku dalam yang berupa sikap dan orientasi. Hal ini dapat ditegaskan, karena sikap dan orientasi individu tidak selalu termanifestasikan dalam perilakunya. Kedua, kegiatan yang berhasil (efektif) maupun yang gagal mempengaruhi pemerintah selaku pembuat dan pelaksana keputusan politik. Ketiga kegiatan mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan secara langsung. Keempat, kegiatan yang dapat mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan melalui prosedur yang wajar (konvensional) dan tak berupa kekerasan (non-violence), maupun dengan cara-cara di luar prosedur wajar (tak konvensional) dan berupa kekerasan (violence).
Belihar Sanghera dalam Political Participation mengemukakan bahwa :
Acts of active engagement include conventional political participation (such as voting, standing for office and campaigning for a political party) and unconventional acts, which may be legitimate (such as signing a petition and attending a peaceful demonstration), or illegal (such as violent protest and refusing to pay taxes) (Balihar Sanghera, 2009, www.Geocities.com).
Pendapat lainnya mengatakan bahwa “ Kegiatan pemberian suara dapat di
anggap sebagai bentuk partisipasi politik aktif yang paling rendah” (Rush dan
Althoff, 2007:127).
Menurut Miriam Budiardjo (2001:1) mengartikan, “Partisipasi politik
adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif
dalam kegiatan politik yaitu dengan jalan memilih pimpinan Negara dan, secara
langsung maupun tidak langsung”.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas penulis mengambil kesimpulan,
bahwa yang dimaksud partisipasi politik adalah kegiatan warga negara biasa yang
dilakukan secara suka rela, yang dimaksudkan berupa kegiatan atau perilaku luar
individu warga negara biasa yang dapat diamati, bukan perilaku dalam yang
berupa sikap dan orientasi. Partisipasi politik merupakan wujud dari kedaulatan
rakyat yang dilakukan melalui kegiatan bersama untuk mencapai tujuan dan
menentukan orang yang memegang kepemimpinan. Partisipasi politik dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk tergantung bagaimana seseorang tersebut
memaknai dan memahami partisipasi, dikarenakan dalam penelitian ini partisipasi
yang dimaksud adalah pemberian suara maka penelitian memfokuskan hal ini.
Ada banyak cara agar warga negara dapat mewujudkan partisipasi
politiknya. Cara agar warga negara dapat mengekspresikan partisipasi politik itu
dinamakan pula sebagai bentuk-bentuk partisipasi politik. Menurut Huntington
dan Nelson yang dikutip Miriam Budiardjo (2001:4) mengatakan bahwa
“Partisipasi politk berdasarkan sifatnya dapat dibagi dua yaitu Autonomous
participation (partisipasi otonom atau partisipasi suka rela) dan mobilized
participation (partisipasi yang didesakkan orang lain)”. Pendapat Edward N.
Muller dalam Surbakti yang dikutip Sudijono Sastroatmojo (1995: 77)
mengatakan bahwa “ Bentuk–bentuk partisipasi politik berdasarkan jumlah
pelakunya dikatagorikan menjadi dua yaitu partisipasi individual dan partisipasi
kolektif”. Partisipasi individual berupa tuntutan dan keluhan kepada pemerintah
sedang partisipasi kolektif adalah kegiatan warga negara secara serentak seperti
pemilihan umum.
Partisipasi politik selain merupakan salah satu tujuan dari demokrasi juga
merupakan hak bagi warga negara. Secara umum warga negara merupakan
anggota negara yang mempunyai kedudukan khusus terhadap negaranya, apabila
seseorang menjadi warga negara maka orang tersebut mempunyai hak dan
kewajiban sebagai warga negara. Warga negara mempunyai hubungan hak dan
kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap negaranya, hak warga Negara
merupakan sesuatu yang dimiliki oleh warga negara selain kewajibannya sebagai
warga negara. Hak warga Negara diatur dalam UUD 1945 yang dimuat dalam
pasal 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, dan 34 , dalam hal ini penulis menyoroti hak
warga negara dalam bidang politik yaitu pasal 28 yang menetapkan bahwa hak
warga negara untuk berkumpul dan berserikat mengeluarkan pendapat dalam
bentuk pikiran maupun lisan diatur dalam undang –undang.
Berdasarkan Pasal 28 UUD 1945 maka dikeluarkan UU No 9 Tahun 1998
tentang Kemerdekaan Mengeluarkan Pendapat di Muka Umum, UU No 2 Tahun
2008 tentang Partai Politik dan UU No 22 Tahun 2008 tentang Penyelenggaran
Pemilu. Perundang–undangan tersebut pada dasarnya merupakan perwujudan dari
peranan warga negara dalam bidang politik. UU tentang penyelenggaraan pemilu
menjamin hak warga negara untuk menggunakan haknya dalam bidang politik
terutama hak pilihnya, pemilu merupakan salah satu sarana dalam rangka
mewujudkan kedaulatan rakyat dalam pemerintahan negara. Pemilu merupakan
hak rakyat untuk memberikan suaranya yang telah diatur dalam tata cara
pelaksanaan pemilu.
Melihat uraian diatas dapat diketahui bahwa partsipasi yang biasanya
diikuti oleh pemilih pemula adalah partisipasi politik seperti pemilihan umum
serta pilkada, selanjutnya partisipasi politik juga merupakan hak warga negara
sebagaimana diatur dalam UUD 1945 yang dimuat dalam pasal 27, 28, 29, 30, 31,
32, 33, dan 34 terutama hak warga negara dalam bidang politik yaitu pasal 28
yang menetapkan bahwa hak warga negara untuk berkumpul dan berserikat
mengeluarkan pendapat dalam bentuk pikiran maupun lisan diatur dalam undang
–undang.
b. Pemberian Suara pemilih pemula
Voting is a method for a group such as a meeting or an electorate to make
a decision or express an opinion—often following discussions, debates or election
campaigns(Encyclopedia from Wikipedia Indonesia, 2009, www.wikipedia.org).
Berdasarkan pendapat ini dapat diketahui bahwa pemberian suara atau voting
merupakan metode bagi pemilih untuk memberikan suaranya dalam pemilihan
umum sesuai tata cara yang berlaku.
Tata cara pemberian suara penyelenggara pemilu maupun pilkada telah
ditentukan dalam suatu ketentuan yaitu Pemungutan suara dilaksanakan secara
serentak di seluruh wilayah negara kesatuan Republik Indonesia pada tanggal
yang telah ditetapkan oleh KPU dan menurut ketetapan KPUD pada tingkat
daerah dalam hal ini tidak terlepas tingkat kabupaten. Penelitian yang dilakukan
merupakan penelitian mengenai pilkada maka tata cara yang digunakan menurut
ketentuan KPUD dalam suatu kabupaten yang bersangkutan. Langkah
selanjutnya, PPS menetapkan jumlah dan letak TPS sehingga pemungutan suara
dapat dilaksanakan secara mudah dan lancar, maka harus ditempatkan di tempat
yang strategis dan mudah dijangkau.
Surat suara yang digunakan dalam pemungutan suara dibuat oleh KPUD
setempat sejumlah pemilih yang terdaftar ditambah 3% untuk mengganti surat
suara yang rusak. Serah terima surat suara dan penggunaan dinyatakan dalam
berita acara. Pemberian dan pemungutan suara dilakukan dengan cara-cara yang
akan ditentukan oleh KPUD, termasuk menentukan sah tidaknya suara pada surat
suara. Bagi pemilih yang telah memberikan suara akan diberi tanda khusus oleh
KPPS.
Pemilihan umum yang dilakukan harus serentak diseluruh wilayah
kabupaten dan menjangkau semua warga yang telah terdaftar serta mempunyai
hak memilih, ditambah harus sesuai dengan tata cara pemungutan suara yang telah
ditetapkan komisi pemilihan umum. Pemilih mendatangi TPS yang telah
ditentukan untuk menggunakan hak pilihnya sebagai warga negara, untuk
mencoblos serta mensukseskan pelaksanaan pilkada bupati. Pemilih pemula
adalah seseorang yang baru pertama kali mengikuti pemilu dikarenakan baru
memiliki hak memilih yang ditunjukkan dengan telah ditepatinya salah satu syarat
yaitu berumur 17 tahun atau belum 17 tahun tapi sudah atau pernah kawin.
Pemilih pemula yang dimaksud oleh penulis adalah pemilih yang baru menginjak
usia 17 tahun dikarenakan sampel penelitian adalah mereka yang masih sekolah
jadi belum kawin. Pemilih pemula yang kebanyakan kaum muda menurut UU
pemilu adalah mereka yang sudah berusia 17 – 21 Tahun yang telah memiliki hak
suara dalam pilkada. Pemilih pemula yang terdiri atas pelajar, mahasiswa dan atau
pemilih dengan rentan 17 – 21 Tahun . Dari sekian hak pilih yang ada yaitu
657.503 pemilih pada pilkada bupati Karanganyar, ada sekitar 90.672 pemilih
merupakan pemilih pemula yang terbagi dalam 17 kecamatan di Kabupaten
Karanganyar. Sehingga dari 657.503 pemilih total dikurangi 90.672 pemilih
pemula sehinnga diperoleh 566.831 pemilih tetap yang dapat dilihat dalam bentuk
persentasenya, yaitu sebagai berikut :
Tabel 5. Jumlah pemilih pemula dan Persentase
Kategori jumlah pemilih persentase (%) Pemilih tetap 566831 86.20964467 Pemilih pemula 90672 13.79035533 (Sumber: KPUD Karanganyar bulan November, 2008)
Gambar 2. Jumlah pemilih pemula
Tabel 6. Jumlah Pemilih Pemula Tiap Kecamatan
NO KECAMATAN JUMLAH PEMILIH
1 Mojogedang 6.658 pemilih
2 Matesih 4.670 pemilih
3 Karanganyar 8.639 pemilih
4 Karangpandan
5.638 pemilih
5 Tawangmangu
4.959 pemilih
6 Ngargoyoso 6.861 pemilih
7 Jumapolo 4.759 pemilih
8 Jumantono 4.563 pemilih
9 Jatipuro 3.502 pemilih
10 Jatiyoso 4329 pemilih
11 Tasikmadu 6.881 pemilih
12 Jaten 6.933 pemilih
13 Kebak Kramat 5.979 pemilih
14 Colomadu 3.968 pemilih
15 Gondang Rejo 5.899 pemilih
16 Kerjo 3.775 pemilih
17 Jenawi 2.662 pemilih
(Sumber: KPUD Karanganyar bulan November, 2008)
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa pemilih pemula
mempunyai jumlah yang cukup untuk menambah jumlah suara. Pemilih pemula
tersebut, sebagian besar masih duduk dibangku sekolah yang dimungkinkan
mempunyai akses yang besar tentang pemilu serta tatacara berdemokrasi, sebagai
bagian dari demokrasi para siswa yang baru pertama kali mengikuti pemilu dan
dengan demikian baru pertama kali mereka memberikan suaranya untuk memilih
Bupati.
Pemilih pemula sebagai siswa yang masih duduk dibangku sekolah tersebut
tentu belum begitu banyak ikut berpartisipasi politik karena mereka sebagai
pemilih pemula yang baru ikut dalam pemilu. Sehingga diharapkan dengan
pendidikan akan memberi warna berbeda dalam politik. Hal itu di sebabkan
karena “Pendidikan misalnya memupuk cita rasa politik dan memajukan tingkat
partisipasi politik yang lebih tinggi (Huntington dan Nelson, 1994 : 94).
Faktor yang mempengaruhi selain pendidikan diantaranya seperti yang
diungkapkan Weimer yang dikutip Sudijono Sastrodmojo (1995:89-90)
“partisipasi politk kaum intelektual dipengaruhi oleh 5 hal yang diantaranya
adanya modernisasi terutama dalam bidang perbaikan pendidikan dan
perkembangan media massa/media komunikasi lebih luas”. Sebuah pendidikan
diharapkan mampu menimbulkan sebuah pengetahuan dimana pengetahuan ini
mempunyai pengaruh terhadap daya pikir seseorang untuk lebih berpartisipasi
secara aktif .
Pengaruh perkembangan media massa/media komunikasi yang lebih luas
sangat besar bagi pemilih pemula, mereka lebih mudah mengakses segala sesuatu
tentang pilkada baik mengenai siapa saja calonnya, apa visi dan misinya lewat
media massa dan komunikasi. Media ini bisa lewat koran, pamflet, baliho,
gambar, lewat radio, ataupun televisi sehingga akan mempengaruhi cara berpikir
mereka dalam menentukan pilihan pemimpinnya dengan begitu diharapkan
mereka mempunyai partisipasi yang tinggi dalam pilkada bupati.
Berdasarkan berbagai pendapat yang telah diuraian di atas, penulis
mengasumsikan bahwa pengetahuan pilkada dengan partisipasi politik pada
seseorang mempunyai hubungan yang sangat erat. Hal ini didasarkan pada
pendapat para ahli di atas bahwa kompetensi politik seseorang meningkat seiring
bertambahnya pengetahuan. Alasan yang lain bahwa pendidikan memupuk cita
rasa politik dan memajukan tingkat partisipasi politik yang lebih tinggi pada diri
seseorang.
Berhubung pemilih pemula yang dimaksud dalam penelitian ini kebanyakan
masih mengenyam pendidikan maka mereka lebih mudah mendapat pengetahuan
tentang pemilu serta pilkada dari lingkungan sekolah seperti guru pada waktu
pelajaran pendidikan kewarganegaraan karena disitu paling tidak membahas
tentang demokrasi yang tentu akan menyangkut pemilu dan partisipasi karena
pemilu merupakan bagian penting dari demokrasi dan pemilu membutuhkan
partisipasi dari rakyatnya. Pengetahuan tentang pilkada juga didapat dari media
massa yang memberikan begitu banyak informasi yang dibutuhkan oleh siswa,
teman sebaya yang berpengaruh dalam cara berpikir siswa, serta lingkungan
keluarga yang mempunyai peran dalam memberikan pengetahuan yang
dibutuhkan bagi siswa. Dengan memiliki pengetahuan yang memadai diharapkan
mampu mendorong siswa untuk mensukseskan pelaksanaan pilkada bupati.
c. Definisi Konsepsional Partisipasi Pemilih Pemula
Partisipasi Pemilih Pemula adalah kegiatan warga negara untuk ikut serta
secara aktif dalam kegiatan politik khususnya dalam pemberian suara yang
dilakukan pertama kali dikarenakan baru memenuhi syarat sebagai pemilih.
d. Definisi Operasional Partisipasi Pemilih Pemula
Keikutan siswa sebagai pemilih pemula dalam memberikan suara dalam
pilkada bupati Karanganyar yang meliputi: mendatangi tempat pemungutan suara,
serta menggunakan hak pilihnya dalam pilkada.
2. Tinjauan Tentang Penelitian Yang Relevan
Pada dasarnya suatu penelitian ini tidak beranjak dari nol murni, aka tetapi
umumnya telah ada penelitian yang sejenis. Oleh karena itu dirasa perlu
mengetahui penelitian yang terdahulu. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian
yang relevan untuk penelitian ini adalah dari :
Skripsi “Korelasi antara Tingkat Pengetahuan Tentang Pemilu dengan
Minat Partisipasi Politik Pemilih Pemula di SMK Widya Praja Ungaran”, yang
disusun oleh Anisah D.A hasilnya terdapat korelasi yang signifikan antara tingkat
pengetahuan dengan minat partisipasi politik pemilih pemula.
Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang sedang penulis
lakukan adalah persamaan konsep pengetahuan tentang pemilu terutama disini
penulis mengkhususkan tentang Pilkada serta sama-sama mengambil responden
pemilih pemula di suatu Sekolah Menengah Atas. Perbedaannya dengan
penelitian sebelumnya adalah apabila penelitian sebelumnya mnegambil konsep
minat politik di lingkungan sekolah sedangkan untuk penelitian yang dilakukan
penulis adalah langsung tertuju kepada partisipasi nyata dalam memberikan
suaranya pada suatu Pilkada.
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah penalaran yang didasarkan pada masalah
penelitian yang digambarkan dengan skema secara holistik dan sistematik.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disusun kerangka berpikir sebagai
bagian dari upaya mempermudah dalam melakukan suatu penelitian yaitu sebagai
berikut:
Era sekarang ini, negara Indonesia sedang mengalami tumbuh dan
berkembangnya masyarakat madani. Kondisi negara Indonesia yang dilanda
euforia demokrasi, semangat otonomi daerah dan globalisasi membutuhkan
masyarakat memiliki kemandirian dan kebebasan menentukan wacana politik di
tingkat publik. Guna mewujudkan masyarakat madani maka demokrasi tidak
hanya dipahami sebagai bentuk pemerintahan dan sistem politik saja tetapi
demokrasi merupakan sebuah pandangan hidup. Demokrasi merupakan sebuah
bentuk kehidupan bersama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Demokrasi merupakan suatu keyakinan, suatu prinsip utama yang
harus dijabarkan dan dilaksanakan secara sistematis dalam bentuk aturan sosial
politik. Negara Indonesia merupakan sebuah negara demokrasi hal tersebut
ditunjukkan dengan Pembukaan UUD 1945 Alenia ke empat serta dipertegas
dalam Batang Tubuh pasal 1 Ayat 2 UUD1945. Salah satu ciri negara dikatakan
demokratis adalah adanya pemilu, pemilu digunakan untuk melahirkan sebuah
lembaga atau instasi yang demokratis. Pemilu di Indonesia diadakan 5 Tahun
sekali, pemilu yang ada tersebut terdiri dari pemilu presiden, pemilu legislatif,
serta pemilu untuk memilih kepala daerah baik gubernur, ataupun bupati yang
kemudian disebut dengan pilkada sebagai pengimplementasian UU No. 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah.
Disahkannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah dimana di
dalam Undang-Undang tersebut salah satu mekanisme pemilihan kepala daerah
secara demokratis oleh rakyat dengan cara pemilihan secara langsung dilakukan
oleh rakyat di daerah bersangkutan. Pilkada terdiri atas pemilih yang sudah
didaftar tetap dan pemilih pemula yang baru pertama kali mengikuti pemilu, yang
rata-rata duduk di bangku sekolah menengah atas.
Pemilih pemula yang baru pertama kali mengikuti pilkada membutuhkan
pengetahuan yang cukup untuk mengikuti pilkada. Pengetahuan tersebut seperti
pengetahuan tentang tata cara memilih, pengetahuan syarat-syarat untuk bisa
memberikan suaranya dalam pilkadaserta pengethuan tentang tata cara
pelaksanaan pilkada.Pengetahuan tersebut mereka dapatkan dari berbagai hal,
diantaranya yang utama dari lingkungan keluarga. Keluargalah yang berperan
serta banyak memberi pengaruh dan pengetahuan tentang pilkada bupati sebab
intensitas bertemunya cukup besar. Selain keluarga teman juga memberi pengaruh
tentang pemahaman mereka sebab dalam seusia mereka teman menjadi hal yang
berarti dalam mempengaruhi pemikiran mereka. Pemilih pemula yang sebagian
besar masih bersekolah sehingga mendapat pengetahuan dari penjelasan guru
khususnya dalam pelajaran pendidikan kewarganegaraan, dari sinilah mereka
sedikit banyak mengerti tentang seluk beluk pilkada, disisi lain dengan makin
canggihnya media massa baik cetak maupun elektronik semakin mempermudah
mereka dalam memperoleh informasi tentang pilkada.
Pengetahuan yang mereka dapatkan dari keluarga, teman sebaya, sekolah,
serta media massa akan membuka cakrawala mereka dan menambah pemahaman
tentang pilkada bupati di karanganyar. Pengetahuan yang mereka miliki
diharapkan memacu mereka untuk berpartisipasi dalam pilkada bupati
karanganyar. Partisipasi mereka sangat diharapkan karena berpengaruh bagi
kesuksesan pilkada, partisipasi yang mereka lakukan tentu baru sebatas partisipasi
dalam keikutsertaan sebagai pemilih pemula dalam memberikan suara seprti
misalnya datang ke TPS serta menggunakan hak pilih mereka dalam pilkada,
sehingga dengan memiliki pengetahuan diharapkan tumbuh kesadaran untuk
mensukseskan pilkada. Dengan demikian skripsi ini partisipasi pemilih pemula
yang diteliti hanya dibatasi dalam hal partisipasi dalam memberikan suaranya atau
mencoblos dalam pilkada, hal ini dikarenakan untuk memperjelas bentuk
partisipasi yang diteliti sehingga penelitian tidak meluas ke bentuk partisipasi
yang lain. Berdasarkan uraian diatas maka kerangka berpikir dalam penelitian ini
adalah mencari apakah ada hubungan antara Pengetahuan Tentang Pilkada
(variabel X) dengan partisipasi pemilih pemula (variabel Y) pada Pilkada
Langsung Bupati Karanganyar Tahun 2008.
Gambar 3. Kerangka Berpikir
C. HIPOTESIS
Menurut Sudjana (2005: 219), “Hipotesis adalah asumsi atau dugaan
mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut
untuk melakukan pengecekannya.”
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah
jawaban sementara atas masalah yang sedang diteliti kebenarannya, tetapi masih
diuji secara empiris. Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu dugaan pada
akhirnya dapat dinyatakan benar atau dinyatakan salah. Berdasarkan kajian teori
dan kerangka berpikir tersebut maka hipotesis penelitian ini yaitu, “Ada hubungan
antara pengetahuan tentang pemilihan kepala daerah dengan partisipasi pemilih
pemula pada pilkada langsung bupati Karanganyar tahun 2008.”
Pengetahuan Tentang Pilkada
Keluarga Teman sebaya
Sekolah Media massa
Partisipasi Keikutsertaan dalam
pemberian suara pada Pilkada Bupati
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini mengambil lokasi di SMA Negeri 2 Karanganyar,
sedang alasan penulis mengambil lokasi tersebut karena :
a. SMA Negeri 2 Karanganyar merupakan SMA yang memiliki siswa sebagai
pemilih pemula yang cukup memadai untuk dijadikan sumber penelitian..
b. Lokasi SMA Negeri 2 Karanganyar yang terletak di jantung kota karanganyar
sehingga diharapkan para siswa dengan mudah mengakses dan mendapatkan
gambaran tentang para calon bupati yang akan menjadi bupati.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai bulan Januari 2009 sampai dengan bulan Juli 2009.
Adapun rencana penelitian, secara rincinya sebagai berikut:
Tabel 7. Waktu dan Kegiatan Penelitian
No. Kegiatan
Penelitian
Bulan (Tahun 2009)
Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Juni Juli
1. Pengajuan
Judul
2. Proposal
Penelitian
3. Pengurusan Ijin
Penelitian
4. Pengumpulan
Data
5. Analisis Data
6. Penyusunan
Laporan
32
B. Metode Penelitian
1. Pengertian Metodologi Penelitian
Metodologi berasal dari kata methode dan logos. Metode berarti cara yang
harus dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Logos berarti ilmu.
Menurut Sutrisno Hadi (1987:4), metodologi research adalah : “Pelajaran yang
membincangkan tentan bagaimana cara atau jalan yang harus ditempuh guna
mencapai suatu tujuan, khususnya dalam kegiatan-kegiatan ilmiah”. Sedangkan
metode berarti cara atau jalan yang harus ditempuh guna mencapai tujuan,
khususnya dalam kegiatan ilmiah.
2. Pengertian Penelitian
Sutrisno Hadi memberikan definisi research atau penelitian sebagai
berikut:
Sesuai dengan tujuannya, research dapat didefinisikan sebagai usaha untuk
menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha
mana dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa adalah kegiatan
yang terencana, sistematis dan mengikuti metode ilmiah dalam mencari jawaban
atas suatu masalah dengan tujuan untuk memperoleh pengertian, pengetahuan, dan
pemahaman dari gejala-gejala atau proses penyelidikan bidang tertentu.
Dengan melihat arti metodologi dan penelitian diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa pada hakekatnya metodologi penelitian adalah cara-cara
ilmiah yang harus dilakukan untuk mencari jawaban atas masalah-masalah yang
dihadapi dalam rangka untuk mencapai tujuan tertentu.
Dapat pula dirumuskan bahwa metodologi penelitian adalah pelajaran
yang memperbincangkan tentang tata cara pelaksanaan penelitian ilmiah dalam
rangka pengumpulan fakta antara pengetahuan dengan obyeknya. Sedangkan
metode penelitian berarti tata cara pelaksanaan penelitian ilmiah dalam rangka
mencari jawaban atas masalah-masalah sehingga tercapai tujuan tertentu.
Penelitian ini menggunakan metode riset korelatif karena :
a. Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam penelitian sudah sesuai apabila
menggunakan langkah-langkah yang ada dalam metode ini, yaitu data yang
dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisa.
b. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap masalah hubungan antara dua
variabel.
C. Penetapan Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi dapat diberi makna yang cukup beragam. Menurut Sutrisno Hadi,
misalnya memberikan batasan bahwa populasi adalah “seluruh penduduk yang
dimaksud untuk diselidiki disebut universum”, sedangkan menurut Suharsimi
Arinkunto (2006:130), “Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”
Sementara Menurut Hadari Nawawi (1998:141), memberikan pengertian
bahwa “Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari
manusia, benda, tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa
sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu sebagai sumber suatu
penelitian.
Berdasarkan ketiga konsep tersebut bahwa populasi adalah keseluruhan
obyek penelitian yang mempunyai sifat-sifat yang sama. Adapun yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa Jurusan IPA dan IPS SMA N 2
Karanganyar tahun ajaran 2008/2009 yang sudah ikut pilkada bupati tahun 2008
sejumlah 360 siswa yang nantinya hanya akan diambil 110 siswa sebagai
responden yang didapat dari riset korelatif yaitu 30% dari 360 atau sekitar 108
siswa dan 2 orang sebagai jaminan sehingga jumlah sampel adalah 110 siswa
2. Sampel Penelitian
Menurut Sutrisno Hadi (1987:75), yang dimaksud dengan sampel adalah
“Sebagian atau wakil dari popolasi yang diteliti “. Dengan kata lain, sampel
adalah sebagian dari populasi yang jumlahnya lebih kecil dibanding dengan
jumlah populasi, yang dipandang representatif terhadap populasi untuk
menentukan jumlah sampel dalam penelitian. Disini populasi siswa 360 siswa dan
sebagai sampelnya akan diambil 30% yang didapat dari riset korelatif yaitu sekitar
108 siswa dan 2 orang sebagai jaminan sehingga jumlah sampel adalah 110 siswa.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Sementara itu menurut Sutrisno Hadi (1987:75-86), “sampling dapat
digolongkan menjadi dua yaitu dengan perincian sebagai berikut
a. Teknik Random Sampling
Teknik Random Sampling adalah teknik menentukan sampel yang memberi
kesempatan pada semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri
atau secara bersama-sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
b. Non Random Sampling
Suatu pendekatan sampel yang tidak memberi kesempatan yang sama pada
seluruh anggota populasinya untuk dicalonkan menjadi anggota sampel.”
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk mengambil sampel
adalah teknik Random Sampling karena dalam pengambilan sampel disini, setiap
siswa kelas XII SMA Negeri 2 Karanganyar memiliki kesempatan yang sama
untuk menjadi anggota sampel penelitian. Adapun pelaksanaanya ditempuh
dengan cara teknik Proposional Sampling karena pengambilan sampel disini
berdasarkan pada jumlah yang sudah ditentukan atau yang dipentingkan yaitu
setiap siswa kelas XII SMA Negeri 2 Karanganyar, sudah ditentukan sesuai
dengan perhitungan pada sampel penelitian.
Suharsimi Arikunto (2006: 134), menyatakan bahwa “Untuk sekedar
ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika
jumlahnya besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25 atau lebih”.
L.R. Gay, sebagaimana dikutip oleh Sumanto (1990;20) bahwa jumlah
sampel terkecil yang diterima tergantung pada jenis risetnya, yaitu :
a. Riset diskriptif : 10 % dari populasi
b. Riset Korelatif : 30 % dari subyek
c. Riset Kausal komparatif : 30 % dari subyek/kelompok
d. Riset eksperimen : 50 % dari subyek/kelompok
Dengan menggunakan Riset Korelatif ini penulis terlebih dahulu
menetapkan jumlah populasi yaitu terdiri dari 9 kelas yang masing-masing kelas
berisi 40 siswa sehingga totalnya menjadi 360 siswa. Dari sekian tersebut diambil
30% yang diproleh dari Riset Korelatif yang akhirnya terdapat 108 siswa dan 2
siswa sebagai jaminan, sehingga total sampel adalah 110 siswa. Dari 110 siswa
dibagi 9 kelas yang ada sehingga diambil rata-rata perkelas adalah 12 siswa,
adapun daftar siswa dapat dilihat (lampiran 5 hal 64).
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dimaksud disini adalah teknik yang
digunakan untuk memperoleh data yang akan dikumpulkan. Dalam penelitian ini
teknik pengumpulan data menggunakan Metode Tes dan Angket. Adapun
perinciannya adalah sebagai berikut :
1. Variabel Penelitian
Data yang akan dikumpulkan adalah data dari variabel sebagai berikut :
a. Variabel Bebas
Variabel bebas yaitu pengetahuan tentang pilkada (X).
Untuk mendapatkan data tentang variabel X maka dalam penelitian ini akan
menggunakan Tes.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat yaitu partisipasi pemilih pemula (Y).
Untuk mendapatkan data tentang variabel Y maka dalam penelitian ini
menggunakan metode Angket.
2. Penyusunan Instrumen
Teknik penyusunan instrumen untuk memperoleh data dapat dilakukan
dengan:
a. Metode Tes
1) Pengertian Tes
Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto (2006:
150), yang menyatakan bahwa “Tes adalah serentetan pertanyan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan,
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok.”
Pendapat lain juga dijelaskan pula oleh Safudin Azwar (2005:3);
menyebutkan bahwa:
Tes adalah prosedur yang sistematik. Maksudnya (a) item-item dalam tes disusun menurut cara dan aturan tertentu, (b) pemberian administrasi tes dan pemberian angka (scoring) terhadap hasilnya harus jelas dan dispesifikan secara terperinci, (c) setiap orang yang mengambil tes itu harus mendapat item-item yang sama dalam kondisi yang sebanding.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tes adalah
pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur suatu
keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat seseorang
secara terperinci dengan item dan kondisi yang sebanding.
2) Bentuk-bentuk Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 162) “Bentuk tes ada 2 yaitu,
tes subyektif dan tes obyektif.” Penjelasan dari kedua bentuk tes tersebut
sebagai berikut:
a) Tes subyektif pada umumnya berbentuk essay atau uraian. Tes subyektif ini untuk mengukur kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.
b) Tes obyektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan obyektif. Tes Obyektif terdiri dari tes benar salah (true-false), tes pilihan ganda (multiple choice test), tes menjodohkan (matching tet) dan tes isian (completion test).
Adapun dalam penelitian ini menggunakan teknik tes obyektif
dengan jumlah soal 20 butir, dengan alasan sebagai berikut:
a) Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan
pengajaran yang telah diberikan.
b) Jawaban siswa dapat dikoreksi (dinilai) dengan mudah dan cepat.
a) Jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau salah sehingga
penilaiannya
3.Teknik Penyusunan Tes
a) Validitasi tes
Validitasi tes digunakan validitas isi (content validity) yaitu dengan
cara menyusun tes berdasarkan kisi-kisi tes pengetahuan tentang
pilkada ( Lampiran 1 hal 57).
Sedangkan soal tes pengetahuan pilkada sendiri terdiri dari 20 item
pertanyaan ( Lampiran 3 hal 59).
b) Skoring Tes
Jawaban benar diberi nilai 1
Jawaban salah diberi nilai 0
c) Uji Validitas Tes
Validitas yang digunakan adalah analisis butir yaitu mengkorelasikan
butir yang dimaksud dengan total skor. Skor pada butir dipandang
sebagai X dan skor total dipandang sebagai Y.
Untuk menguji korelasi antar skor baris butir dengan skor total
menggunakan korelasi Pearson Product Moment dengan rumus
sebagai berikut :
2222 YYNXXN
YXXYNrxy
Keterangan:
N : Banyaknya subjek
rXY : Koefesieen korelasi antara variable x dan y
X : Skor yang diperoleh subjek dalam setiap item
Y : Skor yang diperoleh subjek dari seluruh item
ΣX : jumlah skor dalam ditribusi x
Σy : jumlah skor dalam ditribusi y
Σxy : jumlah perkalian x dan y
Keputusan uji:
rrxy tabel item pertanyaan tersebut valid
rrxy tabel item pertanyaan tersebut tidak valid
(Suharsimi Arikunto, 2006: 170).
d) Pernyataan Valid
Suatu butir tes dinyatakan valid jika memiliki harga positif dan
koefisien mendekati angka satu. (rxy=1,00).
Variabel pengetahuan tentang pilkada terdiri dari 20 pertanyaan
diketahui ada yang tidak valid 1 yaitu butir no.10(Lampiran 6 hal 67).
e) Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui reliabilitas tes pengetahuan tentang pilkada, dicari
dengan rumus Spearman-Brown menurut Consuelo G. Sevilla (1993:
194).
Rumus Spearman-Brown adalah sebagai berikut:
r11 = 2 r ½ ½
1 + r ½ ½
Keterangan: r11 = koefisien reliabilitas instrumen
r ½ ½ = reabilitas tes setengah
Kesimpulan:
Dan hasil perbandingan antara r11 dan rt kemudian diambil kesimpulan
sebagai berikut :
Jika r11>rt, maka soal tes yang diujicobakan reliabel.
Jika r11<rt, maka soal tes yang diujicobakan tidak reliabel.
Untuk menentukan kriteria reliabel tes perlu dilakukan konsultasi
dengan kriteria koefisien reliabilitas angket seperti dikemukakan oleh
Suharsimi Arikunto (2006: 75). Sebagai berikut:
(1) 0,800 – 1,000 = reliabilitas sangat tinggi
(2) 0,600 – 1,799 = reliabilitas tinggi
(3) 0,400 – 0,599 = reliabilitas cukup
(4) 0,200 – 0,199 = reliabilitas sangat rendah
Hasil dari uji coba diperoleh koefisien reliabilitas dari tes pengetahuan
tentang pilkada adalah sebesar 0,721 yang berarti memiliki koefisien
reabilitas yang tinggi.
b. Metode Angket
1) Pengertian Angket
Sudjana (2005:8) “Angket (questionnaire) adalah cara pengumpulan data
dengan menggunakan daftar isian atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan
sehingga responden hanya tinggal mengisi dengan cepat dan mudah”. Teknik
Angket atau sering disebut Kuesioner oleh Suharsimi Arikunto (2006:151) adalah
“ Sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dan
responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau mengenai hal-hal yang ia
ketahui.
2) Macam-macam angket
Suharsimi arikunto (2006:28-29) tentang macam kuisioner (angket),
dapat ditinjau dari berbagai segi:
(a) Ditinjau dari siapa yang menjawab
(1) Kuisioner langsung
Yaitu kuisioner yang dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan
dimintai jawaban tentang dirinya.
(2) Kuisioner tidak langsung
Yaitu kuisioner yang dikirimkan dan disi oleh bukan orang yang dimintai
keterangannya.
(b) Ditinjau dari segi cara menjawab
(1) Kuisioner tertutup
Yaitu kuisioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban yang
lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang
dipilih.
(2) Kuisioner terbuka
Yaitu kuisioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas
mengemukakan pendapatnya.
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup
dimana para siswa diberi 10 pertanyaan, selanjutnya memilih jawaban yang sesuai
dengan pilihannya dengan memberikan tanda pada jawaban yang dipilih. Tanda
yang dimaksud adalah tanda check (V). Adapun langkah-langkah penyusunan
angket adalah sebagai berikut:
1) Menentukan konsep variabel penelitian.
2) Menentukan aspek dan indikator yang akan disusun dari variabel penelitian.
3) Menyusun kisi-kisi angket.
4) Menyusun butir-butir pertanyaan.
5) Menentukan skor
6) Melakukan uji coba angket.
Penjelasan dari langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai
berikut:
1) Menentukan Variabel
Variabel yang akan diambil datanya dalam penelitian ini adalah
Pengetahuan tentang pilkada dan Partisipasi pemilih pemula pada Pilihan Kepala
Daerah langsung Bupati Karanganyar
2) Menyusun Indikator Dilanjutkan Menyusun Item Pertanyaan
Dari variabel-variabel tersebut di atas dapat dibuat kisi-kisinya untuk
menyusun indikator-indtkator yang kemudian dilanjutnya dengan menyusun item
pertanyaan.
1) Merumuskan indikator/kisi-kisi angket
Dari variabel-veriabel tersebut diatas dapat dirumuskan indikatornya,
kemudian disusun butir angket berdasarkan indikator tersebut(Lampiran 2 hal 58).
4) Menyusun butir angket
Untuk angket terdiri dari 10 item soal, yang terdiri dari 6 item favorable
(positif) pada nomor 1, 2, 4, 7, 9 dan 4 item unfovarable (negatif) pada nomor 3,
6, 8, 10(Lampiran 4 hal 63).
4) Menentukan Skoring
Untuk kelengkapan penyusunan angket, maka perlu ditetapkan skornya.
Skoring angket kelengkapan fasilitas belajar sekolah adalah sebagai berikut:
(a) Butir angket dengan pertanyaan/pernyataan yang bersifat positif, yaitu:
Sering : skornya 4
Pernah : skornya 3
jarang : skornya 2
Tidak pernah : skornya 1
( b ) Butir angket dengan pertanyaan/pernyataan yang bersifat negatif, yaitu:
Sering : skornya 1
Pernah : skornya 2
jarang : skornya 3
Tidak pernah : skornya 4
1. Uji Coba Angket (try Out)
Untuk mengetahui kelayakan instrumen dilakukan uji coba (try out).
Sebelum angket digunakan sebagai alat ukur, maka angket tersebut perlu
diujicobakan terlebih dahulu, karena hasil penelitian lebih banyak ditentukan oleh
kualitas alat ukur yang digunakan.
Try out dilaksakan pada tanggal 2 April 2009 di SMA Negeri 2 Karanganyar kelas
XII. Try out angket dan tes mengambil sebanyak 40 siswa anggota populasi tetapi
tidak terpilih dalam sampel penelitian
a. Uji Validitas Angket
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:168) : “Validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. Jadi uji
validitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah butir-butir yang diujicobakan
dapat digunakan untuk mengetahui partisipasi siswa sebagai pemilih pemula.
Penelitian ini menggunakan validitas konstruksi karena menggunakan angket
yang terdiri dari beberapa indikator untuk mengukur partisipasi politik
Sedangkan untuk mengukur validitas item dapat digunakan rumus korelasi
product moment dari Karl Pearson, baik melalui korelasi dengan simpangan
maupun korelasi dengan angka kasar. Penelitian ini penulis menggunakan rumus
korelasi product moment dengan angka kasar, karena dipandang lebih mudah
menghindari adanya angka-angka pecahan.
Adapun rumusnya seperti yang diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto
(2006:170) :
2222 ..
.
YYNXXN
YXXYNrxy
Keterangan :
N : Banyaknya subyek
rxy : Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
x : Skor yang diperoleh subyek dalam tiap item
y : Skor yang diperolleh subyek dari seluruh item
x : Jumlah skor dalam distribusi x
y : Jumlah skor dalam distribusi y
xy : Jumlah perkalian x dan y
Dari perhitungan yang telah dilakukan dan kemudian dikonsultasikn dengan
rtabel, maka jika rhitung > 0.312 berarti butir pertanyaan tersebut valid. Dan jika
rhitung < 0.312 berarti butir pertanyaan tidak valid. Atau:
Bila r hitung > r tabel berarti valid
Bila r hitung < r tabel berarti tidak valid
Dapat diketahui bahwa dari 10 item angket partisipasi pemilih pemula yang
diujicobakan kesemuanya valid ( Lampiran 8 hal 69).
b. Uji Reliabilitas Angket
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:178) : Reliabilitas adalah “Ketetapan
suatu tes apabila diteskan terhadap subyek yang sama”
Reliabilitas adalah suatu istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh
mana suatu hasil pengukuran relative konsisten apabila pengukuran diulang dua
kali atau lebih. Karena reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan
maka suatu alat dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan tinggi, jika alat
ukur tersebut dapat memberi hasil yang “tinggi dan tetap”
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur reliabilitas angket. Teknik
korelasi yang digunakan adalah Korelasi Product Moment, dilanjutkan dengan
menggunakan rumus Alpha Cronbach yang dikemukakan oleh Suharsimi
Arikunto (2006:196) dengan rumus :
r11 =
2
2
11
t
b
kk
Keterangan: r11 = koefisien reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir soal
2
b = jumlah varians butir
2
t = varians total
Untuk mengetahui reliabel tidaknya alat ukur tersebut, maka hasil r11
dikonsultasikan dengan rtabel. Jika r11 > rtabel, hasil ujicoba adalah reliabel.
Sebaliknya jika r11 < rtabel berarti tidak reliabel.
Berdasarkan perhitungan uji Reliabilitas butir angket dengan SPSS 12
ANOVA terhadap butir angket partisipasi pemilih pemula diketahui r11 = 0,888
adapun product moment dengan N = 40 pada taraf kepercayaan 95% = 0,312.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa r11 > rtabel yaitu 0,888 > 0,312,
maka dapat dikatakan bahwa angket tersebut reliabel ( Lampiran 9 hal 74).
Adapun mengenai interprestasi besarnya koefisien korelasi dapat
menggunakan ketentuan sebagai berikut :
0.800 – 1.000 = reliabilitas sangat tinggi
0.600 – 0.800 = reliabilitas tinggi
0.400 – 0.600 = reliabilitas cukup
0.200 – 0.400 = reliabilitas rendah
0.000 – 0.200 = reliabilitas sangat rendah
Apabila dilihat dengan ketentuan koefisien korelasi maka angket tersebut
dikatakan reliabilitasnya sangat tinggi dikarenakan berada pada interprestasi
0,800 – 1,000.
E. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul dengan lengkap dan benar, maka langkah
selanjutnya adalah menganalisis data dengan cara menyederhanakan data ke
dalam bentuk yang lebih mudah dibaca agar dapat menjawab hipotesis yang
peneliti lakukan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis koefisen korelasi product moment guna mengetahui apakah
terdapat hubungan antara X dan Y.
Dalam penelitian ini menggunakan koefisien korelasi product moment (X
dan Y)
2222 ..
.
YYNXXN
YXXYNrxy
Keterangan :
N : Banyaknya subyek
rxy : Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
x : Skor yang diperoleh subyek dalam tiap item
y : Skor yang diperolleh subyek dari seluruh item
x : Jumlah skor dalam distribusi x
y : Jumlah skor dalam distribusi y
xy : Jumlah perkalian x dan y
Hasilnya kemudian dikonsultasikan dengan rtabel pada taraf signifikansi 5%.
Jika rhitung > rtabel berarti antara X dengan Y ada hubungan. Jika rhitung < rtabel berarti antara X dengan Y tidak ada hubungan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Pembahasan ini terkait dengan masalah yang dikaji dalam penelitian yang
berjudul “ Korelasi Antara Pengetahuan Tentang Pilkada Dengan Partisipasi
Pemilih Pemula Pada Pemilihan Kepala Daerah ( Pilkada ) Langsung Bupati
Karanganyar”. Penulis mengumpulkan data sesuai variabel-variabel yang terdapat
dalam penelitian ini guna melakukan pengujian hipotesis. Data tersebut meliputi
data mengenai pengetahuan tentang pilkada dan data partisipasi pemilih pemula.
Data ini diperoleh melalui tes dan penyebaran angket secara random / acak kepada
siswa kelas XII SMA Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009.
1. Pengetahuan Tentang Pilkada
Data pengetahuan tentang pilkada diperoleh dari siswa melalui tes. Berdasarkan
data tersebut diketahui jumlah responden (N) = 110, diperoleh skor tertinggi = 18
dan skor terendah = 5(Lampiran 7 hal 70). Mean( X ) = 10,9 dan didapat standar
deviasi ( SD ) = 11,24. interval kelas ( R ) diperoleh dari perhitungan R = data
max – data min yaitu 18-5 = 13. Menghitung banyaknya kelas diperoleh dengan
rumus K=1+3,3Log N (110) hasilnya 7,736 dibulatkan menjadi 8 dan keputusan
interval kelas diperoleh dengan rumus I=R/K Yaitu 13/7,736 hasilnya adalah 1,68.
Tabel distribusi frekuensinya sebagai berikut :
Tabel. 8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Pilkada
Kelas Interval Frekuensi Frekuensi Komulatif
Frekuensi Relatif %
5,00-6,68 3 1,8 1,8 6,69-8,37 33 30 31,8
8,38-10,06 20 18,2 50 10,07-11,75 20 18,2 68,2 11,76-13,44 17 15,4 83,6 13,45-15,13 13 11,8 95,4 15,14-16,82 4 3,7 99,1 16,83-18,51 1 0,9 100
Jumlah 110 100,0
46
Dari tabel diatas diketahui frekuensi tertinggi adalah 33 pada kelas interval
6,69-8,37 dan diketahui frekuensi terendah 1 pada kelas interval 16,83-18,51.
Tabel distribusi frekuensi pengetahuan tentang pilkada dapat digambarkan dengan
grafik histogram sebagai berikut:
Gambar 4. Histogram Pengetahuan tentang Pilkada
2. Partisipasi Pemilih Pemula
Data tentang partisipasi pemilih pemula diperoleh dari siswa melalui
angket. Berdasarkan data hasil penelitian diketahui jumlah responden (N) = 110
siswa, Skor tertinggi = 38 Skor terendah = 13 (Lampiran 10 hal 75), Mean ( X ) =
24,35. Standar deviasi (SD) =7.00. Untuk mendapatkan kelas interval, terlebih
dahulu dicari interval (R) di peroleh dari perhitungan R = data max – data min
yaitu 38 – 13 = 25. Untuk mengitung banyaknya kelas dapat diperoleh dengan
rumus K=1+3,3Log N (110) hasilnya 7,736 dapat dibulatkan menjadi 8.
Keputusan interval kelas diperoleh dengan rumus I=R/K yaitu 25/7,736 hasilnya
3,231 dibulatkan . Tabel distribusinya adalah sebagai berikut :
Tabel.9 distribusi Frekuensi Partisipasi Pemilih Pemula.
Kelas Interval Frekuensi Frekuensi Komulatif
Frekuensi Relatif %
13,00-16,23 18 16,36 16,36 16,24-19,47 21 19,09 35,45 19,48-22,70 13 11,82 47,27
22,71-25,93 29 26,37 73,64 25,94-29,15 11 10 83,64 29,16-32,38 7 6,36 90 32,39-35,62 5 4,55 94,55 35,63-38,84 6 5,45 100 JUMLAH 110 100,0
Dari tabel diatas diketahui frekuensi tertinggi adalah 29 pada kelas interval
22,71-25,93 dan diketahui frekuensi terendah 5 pada kelas interval 32,39-35,62.
Tabel distribusi frekuensi partisipasi pemilih pemula dapat digambarkan dengan
grafik histogram sebagai berikut :
Gambar 5. Histogram Partisipasi Pemilih Pemula
B. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis pada dasarnya merupakan langkah untuk menguji atau
membuktikan apakah pernyataan yang dikemukakan dalam perumusan hipotesis
yang diajukan. Pengujian dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi
product moment.
1. Analisis Data
a. Tabulasi Data
Langkah awal dari sebuah analisis data adalah memberikan harga- harga
pada pengetahuan tentang pilkada dan partisipasi pemilih pemula. Beranjak dari
hasil perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh harga-harga sebagai berikut :
N : 110
x : 1199
∑ x2 : 14167 y : 2679 y2 : 70593 xy : 31509
b. Menghitung Koefisien Korelasi antara X dengan Y
Melihat dari hasil perhitungan antara x dengan y atau pengetahuan tentang
pilkada dengan partisipasi pemilih pemula pada pilkada langsung bupati
karanganyar tahun 2008, diperoleh nilai rxy = 0.953(Lampiran 11 hal 77). Hasil
tersebut dikonsultasikan dengan nilai r tabel pada N = 110 dan taraf signifikasi 5
% sebesar 0.677. berdasarkan hal tersebut r hitung > r tabel atau 0,953 > 0,677 berarti
ada hubungan yang signifikan antara variabel X dan Y.
2. Penafsiran Hipotesis
Langkah selanjutnya setelah melakukan analisis data adalah melakukan
penafsiran pengujian hipotesis untuk semua variabel yang telah dianalisis yaitu
sebagai berikut :
Korelasi antara X dengan Y
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh r xy = 0,953 dengan sampel 110
siswa pada taraf signifikasi 5 % diperoleh r tabel = 0,677. Selanjutnya dengan
demikian r hitung > r tabel atau 0,953 > 0,677 sehingga dapat ditafsirkan ada
hubungan positif antara pengetahuan tentang pilkada (X) dengan partisipasi
pemilih pemula (Y) pada pilkada langsung bupati karanganyar tahun 2008.
3. Kesimpulan Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan untuk menguji hipotesis dan
penafsiran hipotesis maka peneliti dapat mengambil kesimpulan yaitu :
Hipotesis yang mengatakan ada hubungan positif antara Pengetahuan
Tentang Pilkada Dengan Partisipasi Pemilih Pemula Pada Pilkada Langsung
Bupati Karanganyar Tahun 2008 dapat diterima.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Data
Berdasarkan analisa dan interprestasi hasil analisa, dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Bahwa pengetahuan tentang pilkada dengan partisipasi pemilih pemula
merupakan salah satu hal yang mempunyai hubungan yang erat. Dimana
pengetahuan tentang pilkada merupakan salah satu dasar agar seseorang mau aktif
berpartisipasi dalam sebuah pilkada, terutama disini adalah pemilih pemula yang
baru ikut pertama kali dalam pilkada.
Pemilih pemula memerlukan pengetahuan tentang apa, bagaimana dan
untuk apa pilkada itu dilaksanakan, dengan demikian diharapkan pengetahuan
yang mereka miliki tersebut menimbulkan suatu keinginan untuk berpartisipasi
mengikuti pilkada. Dikarenakan hal tersebut ternyata memang saling berhubungan
dimana sebuah pengetahuan dapat mempengaruhi partisipasi pemilih pemula. Ini
dapat dibuktikan dengan hasil penelitian dengan mengambil sampel pada siswa-
siswa yang telah mengikuti pilkada bupati karanganyar yaitu siswa kelas XII
SMA Negeri 2 Karanganyar pada tahun pelajaran 2008/2009.
Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada uji hipotesis yang menyatakan
“ Ada hubungan positif antara pengetahuan tentang pilkada dengan partisipasi
pemilih pemula pada pilkada langsung bupati Karanganyar tahun 2008” dapat
diterima. Adanya hubungan berarti antara pengetahuan tentang pilkada dengan
partisipasi pemilih pemula diketahui dari besarnya harga koefisien korelasi yang
dihasilkan sebesar r xy = 0,953. Berdasarkan hal tersebut berarti tinggi rendahnya
pengetahuan tentang pilkada yang dimiliki siswa berhubungan dengan tinggi
rendahnya partisipasi pemilih pemula. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki
siswa tentang pilkada maka akan menambah motivasi mereka untuk berpartisipasi
dalam pilkada sebagai pemilih pemula.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data mengenai korelasi antara
pengetahuan tentang pilkada dengan partisipasi pemilih pemula pada pilkada
kepala daerah langsung bupati karanganyar tahun 2008 dengan menggunakan
korelasi product moment, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang
positif antara pengetahuan tentang pilkada dengan partisipasi pemilih pemula pada
pilkada kepala daerah langsung bupati karanganyar. Hal ini dibuktikan dengan
hasil penelitian yang selanjutnya diperoleh r xy sebesar 0,953, dimana hasil ini
menunjukkan r xy lebih besar dari r tabel atau 0,953 >0,677 pada taraf signifikasi
sebesar 5%.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka dapat diperoleh
implikasi sebagai berikut :
1. Implikasi Teoritis
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa ada hubungan yang positif
antara pengetahuan tentang pilkada dengan partisipasi pemilih pemula. Dengan
adanya pengaruh tersebut, maka implikasi teoritisnya adalah semakin banyak
pengetahuan tentang pilkada yang dimiliki seorang siswa berarti semakin
meningkat pula partisipasi siswa sebagai pemilih pemula dalam pilkada, jika
dibanding dengan siswa yang kurang memiliki pengetahuan.
2. Implikasi Praktis
Melihat dari penelitian yang telah dilakukan, ternyata pengetahuan tentang
pilkada mempunyai peranan dalam menumbuhkan dan mengembangkan
partisipasi siswa sebagai pemilih pemula. Maka diharapkan keluarga, sekolah,
media massa serta sahabat mampu berperan aktif serta senantiasa memberikan
hal-hal yang berhubungan dengan pilkada, sehingga dengan demikian partisipasi
siswa sebagai pemilih pemula akan semakin termotivasi dalam mengikuti pilkada.
52
C. Saran
Beranjak dari kesimpulan dan implikasi yang telah diuraikan diatas, maka
dalam rangka memberikan sumbangan pemikiran penulis menyampaikan saran
sebagai berikut :
1. Bagi Siswa sebagai Pemilih Pemula
Pengetahuan tentang pilkada memberikan arti penting bagi seseorang yang
beranjak dewasa untuk mengikuti pilkada. Pengetahuan yang cukup mengenai
pilkada ternyata akan membuat seorang siswa lebih terdorong untuk berpartisipasi
dari pada siswa yang kurang memiliki pengetahuan, dengan adanya hal ini maka
diharapkan siswa lebih banyak menggali dan menambah pengetahuan yang
mereka miliki sehingga siswa akan lebih berpartisipasi dalam pilkada yang akan
datang.
2. Bagi Keluarga Responden
Keluarga merupakan hal utama yang sangat penting bagi seorang siswa
dalam memperoleh pengetahuan. Dengan demikian hendaknya keluarga
senantiasa memberikan perhatian yang khusus terhadap anak dalam hal pilkada.
Dimana keluarga selalu memberikan apa yang ingin diketahui dan apa yang belum
diketahui anak sebagai pemilih pemula agar tidak terlalu asing dengan pilkada.
3. Bagi Sekolah Tempat Penelitian
Lingkungan sekolah memberikan nilai yang besar bagi siswa dalam
memperoleh pengetahuan. Khususnya dalam pelajaran pendidikan
kewarganegaraan hendaknya guru senantiasa menyinggung soal apa saja yang
harus dilakukan dalam menghadapi pilkada sehingga siswa mengetahui apa yang
harus mereka lakukan dalam pilkada.
4. Bagi Teman Sebaya
Teman sebaya merupakan bagian yang penting bagi siswa, dikarenakan
dari teman inilah sumber informasi banyak didapat serta di usia mereka tersebut
teman menjadi hal yang berarti dalam mempengaruhi pikiran mereka. Diharapkan
teman mampu mendorong siswa untuk selalu berpartisipasi dalam pilkada.
5. Bagi Media Massa
Media massa memberikan akses yang besar terhadap pengetahuan siswa,
hendaknya media massa lebih menambah pemberitaan serta liputan tentang
pilkada. Dengan demikian siswa akan lebih mudah dan terbiasa akan pilkada yang
selanjutnya akan berimbas kepada motivasi mereka untuk ikut pilkada.
DAFTAR PUSTAKA
Althoff, Phillip dan Rush, Michael. 2007. Pengantar Sosiologi Politik Edisi 12. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Amirudin dan A. Zaini Basri. 2006. Pilkada Langsung. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Anonim, Undang-undang Nomor 22 Tahun 2007. Tentang Pemilihan Umum.
Anonim, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004. Tentang Pemerintahan Daerah.
Anonim, Undang –undang Nomor 32 Tahun 2008. Tentang Pedoman Teknis Pemungutan Suara
Anonim, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005. Tentang Pemilihan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Consuelo G. Sevilla. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Indonesia.
Depdikbud. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Eman Hermawan. 2001. Politik Membela yang Benar : Yogyakarta : Yayasan KLIK.
Encyclopedia from Wikipedia Indonesia. Definition of Voting : http://www.wikipedia.org accesed on 24th may 2009
Hadari Nawawi. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajahmada University Press.
Hungtinton P, Samuel, dan Nelson. Joan. 1994. Partisipasi Politik di Negara Berkembang. Jakarta : Riberka Cipta.
Lili Romli. 2006. Potret Otonomi Daerah dan Wakil Rakyat di Tingkat Lokal. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Miriam Budiardjo. 2001. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Ramlan Surbakti. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia.
Saifudin Azwar. 2005. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Sanghera, Balihar. Political Participation.www. Geocities.com, accesed on 24th may 2009.
Sudijono Sastroatmojo. 1995. Perilaku Politik. Semarang : IKIP Press
Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung : Tarsito
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Cetakan Ke 13. Jakarta : Bina Aksara.
Suhartono dkk.Tingkat Kesadaran Politik Pemilih Pemula dalam Pilkada : [email protected], 20 Pebruari 2009.
Sumanto. 1990. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta : Andi Offset
Suparman Marzuki. 2005. Pilkada Dan Pengembangan Demokrasi Lokal: KPU Provinsi DIY
Sutrisno Hadi. 1987. Statistik Jilid II. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.