faktor pencetus hipertensi pada manusia
DESCRIPTION
Tugas Family Folder, Blok 26, Contoh makalah FF, SL blok 26, semester 6, UKRIDA, kedokteranTRANSCRIPT
Faktor Pencetus Hipertensi pada Manusia
Ricky Sunandar
10.2012.227
FF2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
I. Pendahuluan
Hipertensi telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di negara-negara
maju serta di beberapa negara-negara berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara
berkembang juga menghadapi masalah ini. Semakin meningkatnya arus globalisasi di segala
bidang, telah membawa banyak perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat di
Indonesia, termasuk dalam pola konsumsi makanan keluarga. Perubahan tersebut tanpa disadari
telah memberi pengaruh terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya
kasus-kasus hipertensi di Indonesia.1
Hipertensi dilihat dari segi klinis, merupakan penyakit yang umum, asimptomatis, mudah
dideteksi dan mudah ditangani jika dikenali secara dini. Namun, hipertensi dapat menyebabkan
komplikasi-komplikasi yang mematikan jika tidak ditangani.1
Secara umum, pengertian hipertensi adalah tekanan darah yang tinggi. Oleh karena itu,
untuk dapat memahami hipertensi, maka diperlukan pengertian mengenai tekanan darah.
Tekanan darah adalah suatu ukuran dari kekuatan darah yang menekan dinding pembuluh darah.
Tekanan darah yang digunakan sebagai batasan dalam menentukan penyakit hipertensi adalah
tekanan darah arteri. Jadi, hipertensi adalah tingginya tekanan darah yang dilihat dari kekuatan
darah dalam menekan dinding pembuluh darah arteri.1
II. Isi
Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara
melakukan serangkaian wawancara dengan pasien (autoanamnesis), keluarga pasien atau dalam
keadaan tertentu dengan penolong pasien (aloanamnesis). Berbeda dengan wawancara biasa,
anamnesis dilakukan dengan cara yang khas, yaitu berdasarkan pengetahuan tentang penyakit
dan dasar-dasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari
masalah yang dikeluhkan oleh pasien.2
Selain pengetahuan kedokterannya, seorang dokter diharapkan juga mempunyai
kemampuan untuk menciptakan dan membina komunikasi dengan pasien dan keluarganya untuk
mendapatkan data yang lengkap dan akurat dalam anamnesis. Lengkap artinya mencakup semua
data yang diperlukan untuk memperkuat ketelitian diagnosis, sedangkan akurat berhubungan
dengan ketepatan atau tingkat kebenaran informasi yang diperoleh.2
Anamnesis yang didapat pada pasien yang telah dilakukan wawancara antara lain
sebagai berikut:
- Puskesmas : Wijaya Kusuma
- Tanggal Pelaksanaan : 22 Juli 2015
- Nama : Ibu Sukini
- Umur : 48 tahun
- Alamat : Kampung Gusti RT 001/RW 005 No. 9, Jakarta Barat
- Pekerjaan : Ibu rumah tangga
- Pendidikan : SD
- Agama : Islam.
- Keluhan Utama : Merasa pusing dan nyeri di tangan kanannya
- Riwayat Penyakit : Penyakit hipertensi sudah diderita selama 2 tahun,
sekarang pasien kurang bisa beraktivitas karena badannya terasa lemas dan tidak nyaman,
lebih banyak menghabiskan waktu di rumah.
- Riwayat penyakit dahulu yang tidak berhubungan dengan penyakit sekarang : Maag
- Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit sekarang :
Hipertensi
- Perilaku pasien yang berhubungan dengan penyakit sekarang : makan-makanan segala jenis sayur hijau
- Riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit sekarang : Nenek pasien mengidap hipertensi
- Riwayat penyakit keluarga yang tidak berhubungan dengan penyakit sekarang : tidak
ada
- Status Imunisasi Pasien : Lengkap tanpa KMS
- Status Imunisasi Suami : Lengkap tanpa KMS
- Status Imunisasi Anak : Lengkap tanpa KMS
- Data Keluarga :
Nama Tgl Lahir
Pekerjaan Pendidikan Hub Kel
Status Perkawinan
Domisili Keadaan Penyakit
Ny. Sukini Tahun 1967
- SD Istri Ya Ya Hipertensi
Tn. Supriatna
Tahun 1965
Supir SMP Suami Ya Ya -
Nico Pratama
19 Tahun
Karyawan Swasta
STM Anak - Ya -
Perilaku Sosial Pasien dan Keluarga (nama, sudah berapa lama, berapa banyak atau berapa kali
dalam sehari atau seminggu, atau sebulan)
Merokok : Tn Supriatna dan Nico Pratama (suami & anak), terkadang di dalam rumah
terkadang di luar
Minum minuman beralkohol : tidak ada
Pola jajan (yang mempengaruhi penyakit keluarga) : jarang makan di luar, masak sayur-
sayuran
Pola makan (yang mempengaruhi penyakit keluarga) : segala sayur-sayuran
Pola penyimpanan dan memasak makanan : di simpan di kulkas
Pola minuman sehari-hari : air PAM di masak sendiri, karena lebih suka minum air
hangat
Olahraga (yang mempengaruhi penyakit dalam keluarga) : tidak pernah olahraga
Kebersihan (mandi, cuci tangan, kuku, sandal, keramas, sikat gigi, ganti baju)
Mandi : kamar mandi dalam rumah, sehari 2x
Cuci tangan : setiap mau makan
Sandal : sandal jepit
Keramas : 2 hari sekali
Sikat gigi : setiap mandi
Ganti baju : setiap mandi
Rekreasi : tidak pernah
Ibadah : di rumah, terkadang di Masjid
Pola membersihkan rumah: ketika bangun tidur (pagi ahri)
Pola pengobatan (tradisional, puskesmas, dll) : obat dari puskesmas yaitu amplodipin,
simvastatain, dan prednisolon
Pola hubungan social : ngobrol depan rumah
Pola aktivitas kemasyarakatan : tidak ada
Pola kunjungan ke posyandu : tidak ada
Keadaan Rumah yang Mempengaruhi Penyakit dalam Keluarga atau Dapat Menimbulkan
Penyakit di Kemudian Hari
Kebersihan rumah : baik
Vektor penyakit : nyamuk, tikus.
Keadaan udara/ polusi dalam rumah : polusi merokok terkadang di dalam rumah, tidak
ada jendela hanya pintu satu
Luas rumah/ meter bangunan : 5 x 6 meter2
Luas tanah : tidak tahu
Jumlah orang yang tinggal dalam rumah : 3
Luas kamar pasien atau yang sakit : tidak tahu
Jumlah orang yang tinggal sekamar dengan yang sakit : 3 orang
Jenis lantai : keramik
Jenis tembok : batu bata dengan semen
Jenis atap : asbes
Perbandingan ventilasi rumah (udara, sinar matahari) : hanya lewat pintu masuk
Perbandingan ventilasi kamar (udara, sinar matahari) : hanya lewat pintu masuk
Keadaan dapur dan kebersihan : baik
Tempat penyimpanan makanan : kulkas
Tempat penympanan alat makan : lemari dengan kaca
Tempat cuci tangan : kamar mandi
Keadaan kamar mandi : tersedia semua dan baik
Sumber air sehari-hari : dari PAK
Tempat penyimpanan air : bak air
Sumber air minum : air PAM dimasak sendiri
Kebersihan tempat penyimpanan air minum : termos
Tempat sampah did alam rumah : diletakkan dalam plastic di depan rumah
Sumber pencahayaan dalam rumah : sumber cahaya hanya berasal dari lampu
Sistem pembuangan air limbah : air limbah dialirkan langsung ke dalam got
Tempat sampah di luar rumah : ada
Keadaan pekarangan (tanaman, kebersihan, tanah) : tidak ada tanaman
Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tekanan darah arteri yang umumnya menggunakan sphygmomanometer dan
stetoskop akan menghasilkan dua buah angka hasil pencatatan, yaitu tekanan darah sistol dan
tekanan darah diastol. Angka pertama yang lebih besar nilainya, menunjukkan tekanan darah
sistol. Tekanan darah sistol merupakan tekanan darah terhadap dinding arteri ketika jantung
sedang berkontraksi memompa darah. Angka kedua yang lebih kecil nilainya, menunjukkan
tekanan darah diastol. Tekanan darah diastol merupakan tekanan darah terhadap dinding arteri
ketika jantung sedang berelaksasi di antara dua kontraksi. Tekanan darah diastol juga
menggambarkan keadaan elastisitas dinding arteri.4 Tekanan darah diastol akan menurun setelah
usia 50an oleh karena elastisitas dinding arteri yang berkurang.3
Pencatatan nilai tekanan darah sistol dilakukan terlebih dahulu dan kemudian nilai
tekanan darah diastol. Kedua angka ini dipisahkan oleh sebuah garis miring. Sebagai contoh,
tekanan darah sistol sebesar 120 mmHg dan tekanan darah diastol sebesar 80 mmHg akan dicatat
sebagai 120/80 mmHg.3
Pada Ibu Sukini didapat pemeriksaan tekanan darah 140/110, pemeriksaan respiratory
rate didapatkan 16 kali per menit, untuk nadi 80 kali per menit, dan untuk suhu didapat normal
37o C. Berat badan Ibu Sukini kurang lebih 65 kg dengan tinggi badan 162cm, anaknya Nico
pada pemeriksaan tekanan darah didapat 120/70, pemeriksaan respiratory rate didapatkan 12 kali
per menit, untuk nadi 72 kali per menit, dan untuk suhu didapat normal 37o C.Karena suami Ibu
Sukini tidak ada di rumah maka tidak dapat dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan Penunjang
Ibu Sukini juga mengatakan bahwa ia pernah melakukan pemeriksaan laboratorium. Dan
hasil yang ia dapat adalah kadar kolesterol yang tinggi dan kadar asam urat yang tinggi.
Diagnosis Kerja
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic
(bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat
pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat
digital lainnya.4
Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat
aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80mmHg. Dalam aktivitas sehari-hari,
tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka
pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat diwaktu beraktifitas atau
berolahraga.4
Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan dan
pengontrolan secara teratur (rutin), maka hal ini dapat membawa si penderita kedalam kasus-
kasus serius bahkan bisa menyebabkan kematian. Tekanan darah tinggi yang terus menerus
menyebabkan jantung seseorang bekerja extra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya
kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata. Penyakit hypertensi ini
merupakan penyebab umum terjadinya stroke dan serangan jantung.4
Joint National Committee (JNC) (sebuah komite yang menyediakan panduan mengenai
pencegahan, deteksi, evaluasi dan penanganan hipertensi), dalam laporannya yang ke-7,
membuat sistem klasifikasi hipertensi sebagai berikut:5
Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi pada Orang Dewasa (18 tahun ke atas)
Gejala Klinis
Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius dan
bahkan dapat menyebabkan kematian. Seringkali hipertensi disebut sebagai silent killer karena
dua hal, yaitu:4
• Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan sakit kepala biasanya
jarang berhubungan langsung dengan hipertensi. Hipertensi dapat diketahui dengan
mengukur tekanan darah secara teratur.
• Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko
besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan
jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal.
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan
darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.4
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:4
• Sakit kepala
• Kelelahan
• Mual
• Muntah
• Sesak nafas
• Gelisah
• Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal.
• Sering buang air kecil terutama di malam hari
• Telinga berdenging
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera.4
Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis
penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di
hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I.
Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin
II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH
diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas
dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar
tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan
dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal.6
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk
mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam)
dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan
kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.6
Gambar 1. Patofisiologi Hipertensi
Faktor Resiko
Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan serta
faktor yang tidak dapat dimodifikasi.4
a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau dikendalikan
1. Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga
tersebut mempunyai resiko menderita hipertensi. Individu dengan orangtua hipertensi
mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada individu
yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Pada 70-80% kasus
Hipertensi primer, didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat
hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan Hipertensi primer lebih
besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur),
apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor
genetik mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi.4
2. Umur
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia. Individu yang
berumur di atas 60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama
dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada
orang yang bertambah usianya.4
3. Jenis Kelamin
Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal.
Laki-laki juga mempunyai resiko yang lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas
kardiovaskuler. Sedangkan di atas umur 50 tahun hipertensi lebih banyak terjadi pada
perempuan.4
4. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit
putih. Belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun dalam orang kulit hitam
ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopresin lebih
besar.4
5. Penyakit Ginjal
Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena itu
berbagai penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah
tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri
renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cedera pada salah satu atau
kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.4
6. Obat-obatan
Penggunaan obat-obatan seperti beberapa obat hormon (Pil KB), Kortikosteroid,
Siklosporin, Eritropoietin, Kokain, dan Kayu manis (dalam jumlah sangat besar),
termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus (sering)
dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Minuman yang mengandung alkohol
juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah
tinggi.4
7. Preeklampsi pada kehamilan
Preeklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90
mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga)
atau bisa lebih awal terjadi. Preeklamsi terjadi sebagai akibat dari gangguan fungsi
organ akibat penyempitan pembuluh darah secara umum yang mengakibatkan
iskemia plasenta (ari-ari) sehingga berakibat kurangnya pasokan darah yang
membawa nutrisi ke janin.4
8. Keracunan timbal akut
Timbal bisa menyebabkan lesi tubulus proksimalis, lengkung henle, serta
menyebabkan aminosiduria, sehingga timbul kelainan pada ginjal (Peradangan dan
cedera pada salah satu atau kedua ginjal) bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah
tinggi.4
b. Faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan
1. Stress
Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Adapun stres ini dapat
berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.
Mekanisme hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf
simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf
parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.4
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan
tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka
kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal
ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat
yang tinggal di kota.4
2. Obesitas
Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat badan
dengan tekanan darah baik pada pasien hipertensi maupun normotensi. Pada populasi
yang tidak ada peningkatan berat badan seiring umur, tidak dijumpai peningkatan
tekanan darah sesuai peningkatan umur. Obesitas terutama pada tubuh bagian atas
dengan peningkatan jumlah lemak pada bagian perut.4
3. Nutrisi
Sodium adalah penyebab penting dari hipertensi esensial, asupan garam yang
tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon natriouretik yang
secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah.4
Asupan garam tinggi yang dapat menimbulkan perubahan tekanan darah yang
dapat terdeteksi adalah lebih dari 14 gram per hari atau jika dikonversi kedalam
takaran sendok makan adalah lebih dari dua sendok makan.4
4. Merokok
Penelitian terakhir menyatakan bahwa merokok menjadi salah satu faktor risiko
hipertensi yang dapat dimodifikasi. Merokok merupakan faktor risiko yang potensial
untuk ditiadakan dalam upaya melawan arus peningkatan hipertensi khususnya dan
penyakit kardiovaskuler secara umum di Indonesia.4
5. Kurang olahraga
Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu terjadinya
hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan.4
Pencegahan
Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik seperti konsumsi
makanan kaya serat, kurangi konsumsi garam dan pola diet rendah lemak jenuh, total lemak dan
kolesterol serta aktivitas fisik yang cukup. Hindari kebiasaan lainnya seperti merokok dan
mengkonsumsi alkohol yang diduga berpengaruh dalam meningkatkan resiko hipertensi,
walaupun mekanisme timbulnya belum diketahui pasti. Disarankan untuk mengurangi konsumsi
natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam dapur),
penyedap masakan (monosodium glutamat = MSG), dan sodium karbonat. Konsumsi garam
dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu
sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih disebabkan oleh budaya masak-memasak
masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam.1
Indra perasa kita sejak kanak-kanak telah dibiasakan untuk memiliki ambang batas yang
tinggi terhadap rasa asin, sehingga sulit untuk dapat menerima makanan yang agak tawar.
Konsumsi garam ini sulit dikontrol, terutama jika kita terbiasa mengonsumsi makanan di luar
rumah (warung, restoran, hotel, dan lain-lain).1
Sumber natrium yang juga perlu diwaspadai adalah yang berasal dari penyedap masakan
(MSG). Budaya penggunaan MSG sudah sampai pada taraf yang sangat mengkhawatirkan.
Hampir semua ibu rumah tangga, penjual makanan, dan penyedia jasa katering selalu
menggunakannya. Penggunaan MSG di Indonesia sudah begitu bebasnya, sehingga penjual
bakso, bubur ayam, soto, dan lain-lain, dengan seenaknya menambahkannya ke dalam mangkok
tanpa takaran yang jelas.1
Beberapa bentuk pencegahan penyakit hipertensi antara lain :1
a. Pencegahan primordial
b. Promosi kesehatan
c. Proteksi dini : kurangi garam sebagai salah satu faktor risiko
d. Diagnosis dini : screening, pemeriksaan/check-up
e. Pengobatan tepat : segera mendapatkan pengobatan komperhensif dan kausal
awal keluhan
f. Rehabilitasi : upaya perbaikan dampak lanjut hipertensi yang tidak bisa
diobati.
Pengobatan
Lebih dari 2/3 penderita hipertensi tidak dapat dikendalikan dengan hanya satu obat saja
dan membutuhkan dua atau lebih kombinasi obat antihipertensi dari kelas yang berbeda. Diuretik
merupakan obat yang direkomendasikan sebagai obat yang pertama kali diberikan, jika penderita
hipertensi memerlukan terapi farmakologis, kecuali jika terdapat efek samping.7
Semua obat antihipertensi bekerja pada salah satu atau lebih tempat pengaturan tekanan
darah berikut:7
1. Resistensi arteriol
2. Kapasitansi venule
3. Pompa jantung
4. Volume darah
Obat-obat antihipertensi tersebut juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat kerja
utamanya, antara lain:7
1. Diuretik yang menurunkan tekanan darah dengan mengurangi kandungan natrium
tubuh dan volume darah
a. Thiazide diuretic
b. Loop diuretic
c. Potassium sparing diuretic
2. Agen-agen simpatoplegia yang menurunkan tekanan darah dengan mengurangi
resistensi pembuluh darah perifer, menghambat kerja jantung dan meningkatkan
kapasitansi darah dengan memvasodilatasi vena
a. Beta-blocker
b. Alpha-1 blocker
c. Central alpha-2 agonist
3. Vasodilator direk yang menurunkan tekanan darah dengan merelaksasi otot polos
pembuluh darah, sehingga menurunkan resistensi dan meningkatkan kapasitansi
pembuluh darah.
a. Calcium channel blocker
b. Hydralazine
c. Minoxidil
4. Agen yang menghambat produksi atau kerja dari angiotensin sehingga menurunkan
resistensi pembuluh darah perifer dan juga volume darah.
a. Angiotensin Converting Enzyme inhibitor
b. Angiotensin II antagonist
c. Aldosterone receptor blocker
Kenyataan bahwa obat-obat dari golongan yang berbeda ini bekerja dengan mekanisme
yang berbeda pula, membuat kombinasi obat-obat yang berbeda golongan tersebut dapat
meningkatkan efektifitas dan juga dalam beberapa kasus menurunkan toksisitas dari terapi
farmakologis.7
Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien adalah :
1. CCB dan ACEI atau ARB
2. CCB dan BB
3. CCB dan diuretika
Pada saat menanyakan Ibu Sukini, ia mengatakan bahwa ia sedang menjalani pengobatan
dengan menggunakan Prednisolon, Amlodipin dan Simvastatin.
Gambar 2. Algoritma Penanganan Hipertensi
III. Kesimpulan
Hipertensi adalah penyakit yang insidensnya selalu meningkat. Penyakit ini juga dapat
meningkatkan resiko terkena penyakit kardiovakuler lainnya. Bertambahnya usia seseorang
dapat meningkatkan angka kejadian hipertensi, tetapi dengan menggunakan obat yang tepat
penyakit ini dapat mengobati hipertensi. Namun, selain penggunaan obat-obatan, seorang
penderita hipertensi juga harus memperbaiki pola hidupnya. Seperti pada Ibu Sukini, ia jarang
berolah raga sehingga meningkatkan resiko hipertensi dan setelah dilakukan pemeriksaan, hasil
yang didapat adalah 140/110 yang merupakan hipertensi stage 1.
IV. Daftar Pustaka
1. Whelton PK. Epidemiology and the prevention of hypertension. USA:J Clin Hypertens;2004.h.636-42.
2. Gleadle, Jonathan. Pengambilan anamnesis. Dalam : At a glance anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Jakarta : Penerbit Erlangga; 2007. h. 1-17.
3. Beevers G, Lip GYH, O’Brien E. ABC of hypertension : Blood pressure measurement. USA:BMJ;2001.h.322.1043-7.
4. Fisher NDL, Williams GH. Hypertensive vascular disease. In : Kasper DL, Fauci AS,
Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, et all, editors. Harrison’s principle of internal
medicine. 16th edition. New York : McGraw Hill; 2005.h.1463-80.
5. U.S. Department of Health and Human Services. The seventh report of the joint
national committee on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood
pressure. National Institute of Health : 2004.
6. Armilawaty, dkk. Hipertensi dan faktor resiko dalam kajian epidemiologi.
Makassar:FKM Unhas;2007.
7. Benowitz NL. Antihypertensive agents. In : Katzung, Bertram G, editor. Basic & clinical pharmacology. 9th edition. Singapore : The McGraw-Hill Companies, Inc.; 2004.h.160-83.