faktor karsinogenik dan patologi metastasis
TRANSCRIPT
![Page 1: Faktor Karsinogenik Dan Patologi Metastasis](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071921/55cf9aef550346d033a41456/html5/thumbnails/1.jpg)
Faktor-faktor yang Berperan pada Karsinogenesis
Pendahuluan
Sebagian besar kanker disebabkan oleh faktor-faktor ekstrinsik, yaitu semua karsinogen
lingkungan (karsinogen kimia, radiasi, virus) dan semua yang dapat mengubah kondisi kesehatan
seseorang (misalnya ketidakseimbangan hormonal dan kekurangan zat tertentu dalam makanan).
Faktor genetik dan psikogenik juga memiliki peranan untuk menentukan kemungkinan seseorang
menderita kanker. Dari penyelidikan epidemiologis kanker dan karsinogenesis eksperimental,
disimpulkan bahwa kanker merupakan penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor. Secara
teoritis, kanker dapat dicegah, karena penyebab utamanya merupakan faktor ekstrinsik.1
Isi
Pada umumnya, kanker timbul akibat paparan yang berkali-kali dan aditif terhadap karsinogen
tertentu. Penyebab kanker dapat berupa satu karsinogen (contoh: asap rokok penyebab kanker
paru) atau dua karsinogen yang berlainan - karsinogen dan ko-karsinogen - (contoh: asap rokok
sebagai karsinogen dan debu asbes sebagai ko-karsinogen penyebab kanker paru). Ko-
karsinogen berperan dalam membantu karsinogen menimbulkan kanker lebih efektif.
Karsinogenesis yang diinduksi karsinogen kimia, fisik, maupun biologik memerlukan waktu
yang disebut periode laten, yaitu waktu yang dibutuhkan dari pertama kali terpapar suatu
karsinogen hingga terlihat kanker secara klinis. Periode laten dari suatu kanker seringkali 20
tahun atau lebih.1,2,
faktor penyebab karsinogenik
Karsinogen kimia
Bahan kimia sudah terdapat dalam lingkungan manusia dalam waktu lama, misalnya
benzopyrene sudah terdapat dalam atmosfer dalam kadar rendah sejak api dari tumbuh-tumbuhan
dipakai manusia. bahan kimia baru yang karsinogenik dihasilkan terus-menerus dan kadarnya
semakin meningkat sebagai akibat perkembangan industry. Penyelidikan epidemiologis
mengalami kesukaran akibat suatu bahan kimia baru diketahui setelah 20 tahun kemudian atau
lebih, kecuali bahan tersebut sangat tinggi sifat karsinogeniknya dan paparannya sangat lama.2
![Page 2: Faktor Karsinogenik Dan Patologi Metastasis](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071921/55cf9aef550346d033a41456/html5/thumbnails/2.jpg)
Jenis-jenis karsinogen kimia
• Policyclic aromatic hydrocarbon. Contoh: benzopyrene. Terdapat pada asap rokok dan
asap mobil. Asap rokok dapat menyebabkan kanker orofarings, esophagus, larings,
kandung kemih, ginjal, dan pankreas. Benzopyrene juga terbentuk bila daging
dipanggang dengan arang, diasap atau digoreng dengan minyak yang sudah dipakai
berkali-kali.
• Aromatic amine. Contoh: butter yellow, naphtylamine (menyebabkan kanker hati pada
anjing), dan benzidine (menyebabkan kanker kandung kemih pada pekerja industri zat
warna). Golongan ini diaktifkan dahulu oleh enzim dalam sel hati atau ginjal atau sel
tubuh lainnya menjadi sel karsinogen yang reaktif.
• Nitrosamine. Terbentuk dari nitrit dengan sejumlah amin. Garam nitrit dan nitrat alamiah
yang terdapat dalam sayur-sayuran, ikan, dan daging. Nitrit digunakan sebagai zat aditif
makanan. Dapat menyebabkan berbagai macam kanker, seperti kanker hati, ginjal, paru,
esophagus, vesika urinaria, dan lain-lain. Golongan ini diaktifkan dulu oleh enzim sel hati
atau ginjal atau sel tubuh lainnya menjadi karsinogen yang reaktif.
• Vinylchloride. Contoh: Polyvinylchloride (PVC) dapat menyebabkan kanker hati, kanker
paru, otak, darah, dan limf.1,2,3
Radiasi
Terdapat 2 macam radiasi, yaitu radiasi ionisasi (misalnya sinar X) dan non-ionisasi (sinar
ultraviolet). Sinar X berasal dari tambang uranium, kosmik, alat diagnostic penyakit, bom atom,
dan sampah radioaktif. Sinar ultraviolet berasal darimatahari.1,4
Sinar X dapat menyebabkan leukemia dan tumor ganas padat. Periode laten untuk leukemia
adalah 2-5 tahun, sedangkan pada tumor ganas padat umumnya 5-10 tahun. Sinar ultraviolet
menyebabkan tumor pada paparan berulang dan dosis tertentu. Jaringan yang terkena adalah
kulit, biasanya kulit pelaut dan petani, dapat timbul karsinoma sel basal, sel skuamosa, atau
melanoma malignum.5
Terjadinya kanker karena radiasi sinar X dan ultraviolet menimbulkan sejumlah lesi yang
berbeda pada DNA sel. Tidak terjadi kanker bila lesi ini direparasi atau dimodifikasi oleh proses
biologis atau terjadi kematian sel.
Virus
![Page 3: Faktor Karsinogenik Dan Patologi Metastasis](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071921/55cf9aef550346d033a41456/html5/thumbnails/3.jpg)
Banyak kanker yang disebabkan oleh virus. Contoh: EBV. Virus ini diduga ko-karsinogen untuk
kanker nasofarings.1,5
Virus papilloma (HPV) subtype 6, 8, 16, dan 18 diduga berhubungan erat dengan risiko terkena
kanker serviks.5
Virus hepatitis B (HBV) menyebabkan hepatitis akut atau infeksi yang asimptomatik yang
menimbulkan kekebalan. Virus ini menyebabkan kematian jaringan hati, merangsang
pembelahan sel, dan membuat rentan terhadap karsinogen kimia. Penularan virus ini melalui
hubungan seksual, plasenta dari ibu ke anak, dan penggunaan jarum suntik intravena.5
Faktor genetik
Contoh kanker yang diturunkan secara herediter adalah retinoblastoma. Diduga bentuk herediter
ini terjadi secara 2 tahap, yaitu mutasi sel somatic (sel retina) yang sedang tumbuh dan mutasi
pada sel benih yang akan diturunkan. Contoh lain adalah tumor Wilm (ginjal) dan leukemia.
Factor keturunan pada kanker didasarkan pada pengamatan klinis dan laboratoris (terdapatnya
kelainan kromosom yang khas untuk kanker tertentu). Pada retinoblastoma hilangnya sebagian
kromosom 13, pada tumor Wilm hilangnya sebagian kromosom 11, dan pada leukemia adalah
trisomy 21.5
Faktor psikogenik
Faktor ini mencakup dua bagian, yaitu faktor kepribadian dan psikososial. Hubungan antara
keadaan yang menekan dalam kehidupan seseorang dengan penyakit yang ditimbulkan telah
lama diselidiki. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin stres keadaan seseorang, maka
semakin rentan orang tersebut untuk menderita penyakit. Hal ini karena terjadi penurunan
imunitas tubuh.
Stres menimbulkan penurunan aktivitas saraf dan endokrin, perubahan pada sistem endokrin
menyebabkan kenaikan sekresi hormon kortikosteroid oleh korteks adrenal, yang menyebabkan
involusi kelenjar timus, ini menurunkan jumlah limfosit T yang menyebabkan menurunnya
imunitas tubuh. Hal inilah yang menjadi faktor pendukung seseorang rentan menderita kanker.6
Pada karsinoma nasofaring, proses karsinogenesis mencakup banyak tahap dan dapat
ditimbulkan oleh beberapa faktor, yaitu:
• Infeksi virus Epstein-Barr
![Page 4: Faktor Karsinogenik Dan Patologi Metastasis](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071921/55cf9aef550346d033a41456/html5/thumbnails/4.jpg)
Terdapat peningkatan antibodi IgA terhadap viral capsid antigen (VCA) dan early antigen
complex (EAC) dan ditemukannya genom virus pada sel tumor. EBV terdeteksi secara
konsisten pada pasien karsinoma nasofaring di daerah dengan insidensi tinggi dan insidensi
rendah. Lesi premaligna di nasofaring telah menunjukkan kandungan EBV, yang
menunjukkan infeksi yang terjadi pada fase awal karsinogenesis. Terdeteksinya bentuk awal
DNA viral menunjukkan bahwa tumor merupakan proliferasi klonal dari sel tunggal yang
pada awalnya terinfeksi EBV.5
b. Ikan asin dan nitrosamine
Beberapa penelitian epidemiologik dan laboratorium menyokong hipotesa yang menyebutkan
bahwa konsumsi dini ikan asing menyebabkan karsinoma nasofaring di daerah Cina Selatan
dan Hongkong. Di dalam ikan asin tersebut terdapat nitrosamin, yang merupakan zat yang
dapat meningkatkan resiko terjadinya karsinoma nasofaring.6
• Sosial ekonomi, lingkungan, dan kebiasaan hidup
udara yang penuh asap dan uap di rumah-rumah dengan ventilasi kurang di Cina, Indonesia,
dan Kenya juga meningkatkan insidensi karsinoma nasofaring. Pembakaran dupa di rumah-
rumah di Hongkong juga dianggap dapat menimbulkan karsinoma nasofaring.7
d. Sering kontak dengan bahan karsinogen, antara lain: benzopyren, gas kimia, asap industri,
asap kayu, debu kayu, formaldehid, dan asap rokok.5
e. Radang kronis di nasofaring
Dengan adanya peradangan menahun di nasofaring, mukosa nasofaring menjadi lebih rentan
terhadap karsinogen penyebab karsinoma nasofaring. Proses peradangan dan kondisi-kondisi
benigna di telinga, hidung, dan tenggorokan merupakan faktor predisposisi terjadinya
transformasi pada mukosa nasofaring yang meningkatkan resiko terjadinya keganasan.6
![Page 5: Faktor Karsinogenik Dan Patologi Metastasis](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071921/55cf9aef550346d033a41456/html5/thumbnails/5.jpg)
Daftar Pustaka
1Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 1999.
2Archer MC. The basic science of oncology. Edisi 5. New York: Mc Graw-Hill; 2002.
3Marshall MV. Carsinogenesis. Edisi 5. Texas: Appleton & Lange; 2003.
4Meyskens JFL. Cancer prevention. Edisi 5. Texas: Appleton & Lange; 2003.
5Knudson AG. Hereditary and Human Cancer. Edisi 4. Colorado: Westview Press, Inc; 2002.
6McDermott AL, Dutt SN, Watkinson JC. The Actiology of Nasopharyngeal Carcinoma.
Clinical Otolaryngology. Edisi 26; 2001.
7Cottril CP, Nutting CM. Tumours of the Nasopharynx. Edisi 11. United Kingdom: Martin-
Dunitz; 2008.
![Page 6: Faktor Karsinogenik Dan Patologi Metastasis](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071921/55cf9aef550346d033a41456/html5/thumbnails/6.jpg)
![Page 7: Faktor Karsinogenik Dan Patologi Metastasis](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071921/55cf9aef550346d033a41456/html5/thumbnails/7.jpg)
PATOGENESIS METASTASIS NEOPLASIA TRUE (HEMATOGEN)
Metastasis neoplasia (hematogen)
Sel-sel ganas mempunyai kemampuan untuk mengadakan invasi baik secara local
maupun ke tempat yang jauh (metastasis). Ada dua sifat berbahaya dari tumor ganas yang
membedakannya dengan tumor jinak yaitu kemampuannya untuk menginvasi jaringan
normal dan kemampuannya untuk bermetastasis.
Metastasis merupakan kemempuan sel kanker dari tumor primer untuk menginfiltrasi
jaringan normal dan menyebar ke seluruh tubuh. Metastasis merupakan salah satu penyebab
terbesar kematian penderita kanker. Hal ini disebabkan karena metastasis sudah terjadi
sebelum tumor primer itu sendiri terdeteksi.
Proses metastasis ini terutama melalui aliran lymphe dan pembuluh darah, namun demikian
dapat juga melalui rongga dalam tubuh misalnya rongga abdomeyn dan melalui cairan tubuh
misalnya liquor cerebrospinalis. Kemampuan metastasis ini disebabkan karena kemampuan
sel kanker untuk melakukan invasi ke dalam jaringan sekitarnya dan seterusnya ke pembuluh
darah atau pembuluh lymphe. Proses terjadinya metastasis terutama disebabkan oleh
perubahan sifat sel ganas. Sifat sel ganas itu antara lain perubahan biokimia permukaan sel,
pertambahan motilitas, kemampuan mengeluarkan zat litik, dapat membentuk pembuluh
darah baru (angiogenesis), berkurangnya adhesi sel tumor satu dengan lainnya dan hilangnya
daya pertumbuhan bersama antara sesama sel tumor dan sel normal diantaranya.
Patologi Metastasis
Konsep dasar dari langkah-langkah terjadinya metastasis yang dianut sekarang ini, pertama
adalah proses terlepasnya sel-sel tumor dari kelompoknya (detachment) dan kemudian sel-sel
ini akan melengket pada membrana basalis pembuluh darah, kemudian sel ini akan
mengeluarkan enzim yang menyebabkan lisisnya membrana basalis pembuluh darah. Sel
kanker tersebut kemudian masuk ke dalam pembuluh darah melalui defek yang terjadi tadi.
Walaupun sel tersebut telah masuk pembuluh darah, dan beredar dalam aliran darah, hal ini
![Page 8: Faktor Karsinogenik Dan Patologi Metastasis](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071921/55cf9aef550346d033a41456/html5/thumbnails/8.jpg)
belum menjamin terjadinya metastasis yang berhasil, karena tidak jarang banyak sel kanker
dalam sirkulasi, namun tidak terjadi metastasis.
Agar sel tumor dapat menembus extra cellular matrix (ECM) yang berada di sekitar sel
tumor, maka sel tumor harus melekat pada ECM. Hal ini dimungkinkan karena sel tumor
mempunyai reseptor terhadap laminin dan fibronektin yang merupakan komponen dari ECM.
Sel epithel normal mengexpresikan reseptor dengan affinitas tinggi terhadap laminin pada
membrana basalis, akan tetapi sel kanker mempunyai reseptor yang lebih banyak lagi yang
terdistribusi pada membran sel. Karena itu nampaknya derajat invasi tumor berkorelasi
dengan jumlah reseptor laminin pada membran sel. Selain reseptor laminin sel tumor juga
mengexpresikan integrin yang berfungsi sebagai reseptor untuk komponen lain pada ECM
yaitu fibronektin, kollagen dan vitronektin. Sebagaimana halnya dengan reseptor laminin,
tampak terdapat juga korelasi antara expressi integrin alpha4beta1 (VLA-4) dengan
kemampuan metastasis sel melanoma, namun demikian nampaknya hal ini tidak bersifat
umum, karena ada juga melanoma yang kurang mengandung melanin tetapi mampu
mengadakan metastasis, sehingga diduga mungkin terdapat jalur lain sel tumor untuk
melekatkan diri dengan ECM.
Setelah sel tumor melekat pada ECM, maka sel tumor harus menciptakan jalan untuk
migrasi. Sel-sel tumor harus menghancurkan ECM dengan mengeluarkan enzym proteolitik
dan merangsang sel fibroblast dan sel-sel macrophage untuk memproduksi enzym protease,
yang sampai saat ini dikenal tiga enzym protease yaitu serine, cysteine dan metalloprotease.
Salah satu metalloprotease adalah kollagenase tipe IV yang mampu memotong kollagen tipe
IV pada membran basalis pembuluh darah dan sel epithelial.
Beberapa Carcinoma yang sangat invasif ternyata mengandung kollagenase tipe IV yang
sangat tinggi, sedang adenoma atau carcinoma in situ mengandung kolagenase tipe IV yang
rendah. Walaupun sel-sel kanker mengeluarkan enzim untuk menghancurkan ECM, sel
stroma juga mengeluarkan antiprotease untuk menghancurkan enzim tersebut. berbagai
penelitian juga mengindikasikan bahwa sel kanker berusaha juga untuk menghambatdampak
dari anti protease yang dihasilkan sel stroma 1.11Dapat dibayangkan bahwa metastasis tidak
berlangsung dengan mudah, tetapi merupakan resultant dari perang yang dahsyat antara
antara sel kanker dan jaringan pertahanan tubuh, masing-masing mengeluarkan senjata
pamungkasnya, dan perangkat persentaan tersebut mengalami "evolusi" juga artinya masing-
masing pihak berusaha mempertahankan eksistensinya sehingga selalu saja terjadi modifikasi
dari arsenal dari pihak sel kanker, demikian pula halnya dengan pertahanan tubuh yang
senantiasanya memperbaiki sistem pertahanan tubuh untuk mengimbangi kecanggihan sel
![Page 9: Faktor Karsinogenik Dan Patologi Metastasis](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071921/55cf9aef550346d033a41456/html5/thumbnails/9.jpg)
kanker.
Pada binatang percobaan nampak bahwa adanya inhibitor terhadap kollagenasi tipe IV akan
sangat menurunkan kejadian metastasis. Saat ini telah diisolasi Tissue Inhibitor
Metallopreteinase (TIMP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyuntikkan TIMP dapat
menurunkan dengan mencolok kejadian metastasis. 9, 12-14Enzim dalam serum misalnya
Cathepsin-D dan plasminogen aktivator tipe urokinase juga berperan penting dalam
degradasi ECM, sehingga penderita dengan kadar tersebut yang tinggi dapat memberi
probabilitas kejadian metastasis yang lebih tinggi dari pada penderita dengan kadar rendah.
Setelah sel tumor menghancurkan ECM dan membran basal pembuluh darah, maka tahap
selanjutnya adalah bagaimana sel tumor masuk kedalam pembuluh darah, untuk maksud ini
diperlukan adanya proses gerakan (motilitas). Tampaknya sel tumor ini mengeluarkan suatu
zat yang disebut autocrine motility factor oleh karena memberi dampak balik pada sel yang
mengeluarkannya untuk mengadakan pergerakan. Setelah sel kanker memasuki aliran darah,
maka tidak serta merta sel-sel tersebut dapat mengadakan metastasis, oleh karena begitu
masuk aliran darah akan dihadapi sel sel pembunuh (Natural Killer Cell) dan sistem
kekebalan humoral dan selluler yang akan berusaha menghancurkan sel tersebut. Untuk
menghadapi serangan tersebut dalam sirkulasi, maka sel kanker berusaha untuk saling
berikatan, dengan mengadakan adhesi antara sesama sel kanker atau dengan platet. Agregasi
akan meningkatkan kemampuan hidup sel kanker, hal ini bisa dipahami karena sel kanker
berada di bagian sentral akan sulit dijangkau oleh sel immunokompetent. Platelet yang
melekat pada sel-sel kanker akan berfungsi sebagai pelindung dari serangan
immunokomptent sel. Di samping menghadapi serangan sel-sel immunokompetent sel, sel
kanker juga bisa juga hancur karena tekanan mekanik dari sel-sel darah merah yang mengalir
dalam sirkulasi. Sel kanker yang masih dapat bertahap hidup dalam sirkulasi akhirnya akan
memilih suatu tempat untuk pertumbuhannya. Hal ini dimungkinkan karena adanya interaksi
antara molekul endothel pembuluh darah dari jaringan yang akan merupakan tempat
metastasis. Sel kanker akan mengeluarkan molekul adhesi, yang mempunyai reseptor pada
endothel pembuluh darah. Salah satu molekul adhesi yang banyak dikenal adalah molekul
CD44. Dalam keadaan normal molekul ini diekspresikan sel limfosit T yang berguna untuk
menghancurkan enzim tersebut dan untuk migrasi limfosit T menuju tempat selektif dalam
jaringan limfoid. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa sel kanker dengan kadar CD44
yang tinggi mempunyai kemampuan penyebaran yang tinggi. Setelah sel kanker melekat
pada sel endothel, maka terjadi lagi proses seperti pada waktu sel kanker memasuki aliran
darah.
![Page 10: Faktor Karsinogenik Dan Patologi Metastasis](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022071921/55cf9aef550346d033a41456/html5/thumbnails/10.jpg)