faktor-faktor yang berhubungan dengan kepadatan tulang …

129
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG PADA LANSIA AWAL DI PUSKESMAS PISANGAN TANGERANG SELATAN TAHUN 2016 Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) OLEH : RIA ANDRIANI NIM : 1112104000031 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437H/2016M

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN

TULANG PADA LANSIA AWAL DI PUSKESMAS PISANGAN

TANGERANG SELATAN TAHUN 2016

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

(S.Kep)

OLEH :

RIA ANDRIANI

NIM : 1112104000031

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437H/2016M

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

iii

PROGRAM STUDY OF NURSING SCIENCE

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA

Undergraduate Thesis, June 2016

Ria Andriani, NIM : 1112104000031

FACTORS RELATED TO THE BONE DENSITY IN ELDERLY IN PUSKESMA

PISANGAN SOUTH TANGERANG 2016

Xviii + 84 pages, 12 tables, 2 schemes, 4 attachments

ABSTRACT

Background: abnormal bone density or osteoporosis and osteopenia is a disease

characterized by bone mass reduction. WHO estimates that by 2050 there will be 6.3

million fractures related to osteoporosis. Prevalence of Osteoporosis in Indonesia

reached 19.7%. The purpose of this study was to determine the factors associated

with bone density in Puskesmas Pisangan South Tangerang Year 2016. The study

design with a quantitative approach with cross sectional. The research instrument is

Quantitative Ultrasound to determine bone density and questionnaires to find out the

sex, menopausal status, calcium intake, physical activity, smoking, and alcohol

drinking habits. Data analysis technique used was Chi-Square. Total respondents

surveyed in this study were 110 respondents, that is 101 respondents with abnormal

bone density and 9 respondents with normal bone density. The result showed that the

variables proved to be a factor associated with bone density menopausal status only.

Gender, calcium intake, physical activity, smoking and alcohol drinking habits did

not prove to be a factor associated with bone density. Suggestions for further research

studies that use different types of studies such as cohort or experiment.

Keywords: Bone Density, Osteoporosis, Osteopenia.

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

iv

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Juni 2016

Ria Andriani, NIM: 1112104000031

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepadatan Tulang Pada Lansia Awal Di

Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan Tahun 2016

Xviii + 84 halaman, 12 tabel, 2 bagan, 4 lampiran

ABSTRAK

Latar belakang: Kepadatan tulang tidak normal atau osteoporosis dan osteopenia

adalah penyakit yang ditandai dengan pengurangan massa tulang. WHO

memperkirakan pada tahun 2050 akan ada patah tulang 6,3 juta terkait dengan

osteoporosis. Prevalensi Osteoporosis di Indonesia mencapai 19,7%. Tujuan

penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepadatan

tulang di Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan Tahun 2016. Desain penelitian

dengan pendekatan kuantitatif dengan cros sectional. Instrumen penelitian berupa

Quantitative Ultrasound untuk mengetahui kepadatan tulang dan kuesioner untuk

mengetahui jenis kelamin, status menopause, asupan kalsium, aktivitas fisik, perilaku

merokok, dan kebiasaan minum alkohol. Teknik analisa data yang digunakan adalah

Chi-Square. Total responden yang diteliti dalam penelitian ini adalah 110 responden,

yaitu 101 responden dengan kepadatan tulang tidak normal dan 9 responden dengan

kepadatan tulang normal. Hasil penelitian didapatkan variabel yang terbukti menjadi

faktor yang berhubungan dengan kepadatan tulang hanya status menopause. Jenis

kelamin, asupan kalsium, aktivitas fisik, perilaku merokok dan kebiasaan konsumsi

alkohol tidak terbukti menjadi faktor yang berhubungan dengan kepadatan tulang.

Saran penelitian untuk peneliti selanjutnya yaitu menggunakan jenis penelitian yang

berbeda seperti kohort atau experiment.

Kata Kunci : Kepadatan Tulang, Osteoporosis, Osteopenia.

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

vi

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

vii

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ria Andriani

Tempat, Tanggal Lahir : Sukadarma, 04 Maret 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Desa Sukadarma, RT 01, RW 01, Kecamatan Jejawi,

Kabupaten OKI, Palembang Sumatera Selatan.

Hp : 081219415273

Email : [email protected]

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi

Ilmu Keperawatan.

Latar Belakang Pendidikan

1. 2000 – 2006 : SD Negeri 1 Jejawi Kabupaten OKI

2. 2006 – 2009 : SMP Negeri 2 Jejawi Kabupaten OKI

3. 2009 – 2012 : MAN 3 Palembang

4. 2012 – 2016 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, pencipta alam

semesta, penguasa isi jagat raya, pemberi kebahagiaan serta tidak pernah berhenti

memberikan limpahan taufiq, nikmat, hidayah dan karuniaNya. Shalawat dan salam

selalu terlimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SWA, keluarga, sahabat serta

pengikut ajaran beliau hingga akhir jaman. Atas nikmat dan rahmat Allah SWT,

penulis dapat menyelasaikan skripsi ini yang berjudul “Faktor-faktor yang

berhubungan dengan Kepadatan Tulang Pada Lansia Awal di Puskesmas Pisangan

Tangerang Selatan Tahun 2016”.

Banyak pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, doa, serta kerjasama

yang luar biasa dalam proses penyusunan proposal skripsi ini. Penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif HIdayatullah Jakarta.

2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp.,MSc selaku Ketua Program Studi dan Ibu

Ernawati, S.Kp.,M.Kep.,Sp.KMB selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Ita Yuanita, S.Kp.,M.Kep dan Bapak Karyadi, S.Kp.,MKep., PhD selaku

dosen pembimbing skripsi yang meluangkan waktu dan dengan sabar

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

x

memberikan arahan, saran, dan perbaikan serta motivasi kepada penulis selama

proses penyusunan sehingga penyusun skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta khususnya Bapak/Ibu dosen Program Studi Ilmu

Keperawatan yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama kuliah.

5. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan beserta seluruh stafnya

karena telah membantu dalam perizinan dan pengambilan data dalam

melakukan penelitian

6. Kepala Puskesmas Pisangan dan seluruh stafnya terima kasih banyak atas

masukan, bimbingan, bantuan dan kemudahan selama penulis melakukan

penelitian.

7. Orang tua tercinta, Ayahanda Muhammad Jon dan Ibunda Juairiyah yang

selalu memberikan doa, dukungan, semangat dan kasih sayang kepada penulis

dalam menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini. Tak lupa, kepada

saudara-saudara tersayang Ayunda Sri Maryani dan Nuzilah, Kakanda Yudi

Darmadi, dan Adinda Novita Hardiyanti dan seluruh keluarga besar yang

senantiasa juga selalu memberikan dukungan, semangat, dan doanya kepada

peneliti dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.

8. Teruntuk teman-teman Oca, Septi, Ida, Lulu, Clara, Yuli dan seluruh teman-

teman PSIK 2012 yang telah membantu, memberi masukan, menghibur, dan

memberi inspirasi bagi penulis selama proses perkuliahan. Tak lupa, Ayunda

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

xi

Rosi Pratiwi yang memberikan semangat, dukungan, dan membantu peneliti

untuk menyelesaikan proposal skripsi ini.

9. Teruntuk teman satu bimbingan Lulu Yunita dan Hanifah Mufidati yang telah

memberikan semangat, dukungan, masukan dan saling membantu selama

penulis melakukan penelitian.

10. Kepada teman seperjuangan SJD SUMSEL 2012, Eka, Prima, Rani, Bella,

Beny, Deny, Lukman, Raka, dan Agus. Serta seluruh kakak-kakak dan adik-

adik SJD SUMSEL yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan

skripsi ini kearah yang lebih baik. Atas perhatiannya penulis ucapkan

terimakasih.

Mudah-mudahan segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan

kepada penulis mendapat imbalan dari Allah AWT. Penulis berharap semoga

tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khusnya.

Ciputat, Juni 2016

Ria Andriani

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................................... ii

ABSTRACT ............................................................................................................................ iii

ABSTRAK .............................................................................................................................. iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN......................................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ix

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... xii

DAFTAR BAGAN ................................................................................................................ xv

DAFTAR TABEL ................................................................................................................ xvi

DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 6

C. Pertanyaan Penelitian .................................................................................................... 8

D. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 9

E. Manfaat Penelitian ...................................................................................................... 10

F. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................... 12

A. Tulang ......................................................................................................................... 12

B. Proses pertumbuhan tulang ......................................................................................... 14

C. Kepadatan tulang ........................................................................................................ 16

1. Puncak massa tulang (Peak Bone Mass) ................................................................. 16

D. Faktor yang mempengaruhi puncak massa tulang ...................................................... 19

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

xiii

E. Quantitative Ultrasound (QUS) .................................................................................. 30

F. Kerangka Teori ........................................................................................................... 34

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL ..... 35

A. Kerangka Konsep ........................................................................................................ 35

B. Hipotesis ..................................................................................................................... 36

C. Definisi Operasional ................................................................................................... 37

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................... 40

A. Desain Penelitian ........................................................................................................ 40

B. Tempat dan waktu Penelitian ...................................................................................... 40

C. Populasi dan Sampel ................................................................................................... 41

D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data .................................. 44

E. Tahap Pengumpulan Data ........................................................................................... 48

F. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ........................................... 50

G. Pengolahan Data ......................................................................................................... 51

H. Analisa Data ................................................................................................................ 53

I. Etika Penelitian ........................................................................................................... 54

BAB V HASIL ....................................................................................................................... 57

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian .......................................................................... 57

B. Karakteristik Responden ............................................................................................. 58

C. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepadatan Tulang................................... 61

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

xiv

BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................................................... 65

A. Karakteristik Responden ............................................................................................. 65

B. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepadatan Tulang................................... 73

C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................................... 83

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 84

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 84

B. Saran ........................................................................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

xv

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Teori 34

Bagan 3.1 Kerangka Konsep 35

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Angka Kecukupan Gizi Kalsium di Indonesia 23

2.2 Nilai Kalsium Berbagai Jenis Pangan 25

3.1 Definisi Operasional 37

4.1 Cara Menghitung Skor Untuk mengkategorikan Aktivitas Fisik 46

5.1 Distribusi Frekuensi Kepadatan Tulang Responden di Puskesmas 58

Pisangan Tangerang Selatan

5.2 Karakteristik Responden di Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan 59

5.3 Distribusi Frekuensi Kepadatan Tulang Berdasarkan Karakteristik 60

Responden

5.4 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kepadatan Tulang Responden 61

di Puskesmas Pisangan

5.5 Hubungan Status Menopause dengan Kepadatan Tulang Responden 62

di Puskesmas Pisangan

5.6 Hubungan Asupan Kalsium dengan Kepadatan Tulang Responden 63

di Puskesmas Pisangan

5.7 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kepadatan Tulang Responden 63

di Puskesmas Pisangan

5.8 Hubungan Perilaku Merokok dengan Kepadatan Tulang Responden 64

di Puskesmas Pisangan

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

xvii

DAFTAR SINGKATAN

BMD : Bone Mineral Density

DMT : Densitas Mineral Tulang

IOF : International Osteoporosis Foundation

ISCD : International Society of Clinical Densitometry

QUS : Quantitative Ultrasound

WHO : World Health Organitation

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden (Informed Consent)

2. Lembar Kuesioner

3. Hasil Analisis Univariat

4. Hasil Analisis Bivariat

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tulang adalah jaringan hidup. Sel-sel tulang yang menghasilkan matriks

organic dikenal sebagai osteoblast (“pembentuk tulang”). matriks organic terdiri

dari serat kolagen dalam suatu gel setengah padat. Matriks ini memiliki

konsistensi seperti karet dan berperan menentukan kekuatan tulang. tulang

menjadi keras karena pengendapan Kristal kalsium fosfat didalam matrik

(Sherwood, 2012). Tulang merupakan bangunan yang dibentuk sebagai kerangka

manusia, tempat melekatnya jaringan otot sehingga membentuk tubuh. Tanpa

tulang, manusia bagaikan seonggok daging yang terkulai lemas, tidak dapat

berdiri tegak, tidak dapat berjalan, berlari, atau pun mengangkat dan

memindahkan barang (Purwoastuti, 2009)

Densitas adalah kepadatan. Densitas tulang atau kepadatan tulang, yaitu

berapa gram mineral per volume batang. Tulang yang normal itu kuat, karena

mengandung protein, kolagen, dan kalsium (Tandra, 2009). Kepadatan tulang

adalah massa tulang per volume tulang. Dengan definisi ini, volume diambil

sebagai total volume spesimen tulang termasuk lubang tulang. Kalkulasi

kepadatan tulang disebut juga “kepadatan structural” (Van, 2005).

Pertumbuhan dan perkembangan tulang telah mencapai batas maksimum

(puncak massa tulang) pada umur 25 tahun. Puncak massa tulang bervariasi pada

setiap orang dan umumnya lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

2

(Wirakusumah, 2007). Menurut Tandra (2009) pada rentang usia 20-35 kepadatan

tulang berada pada puncaknya dan resiko patah tulang sangat rendah. Kecepatan

pembentukan tulang berkurang secara progresif sejalan dengan usia, yang dimulai

pada usia sekitar 30 atau 40 tahun. Semakin padat tulang sebelum usia tersebut,

semakin kecil kemungkinan terjadi osteoporosis (Corwin, 2009).

Kehilangan massa tulang sangat mungkin terjadi apabila nilai massa

tulang rendah. Jika puncak massa tulang tinggi maka seseorang relative lebih

kecil risikonya terkena osteoporosis. Faktor yang mempengaruhi puncak massa

tulang belum diketahui secara pasti, tetapi dipercaya sangat dipengaruhi oleh

faktor genetik, konsumsi kalsium, olahraga teratur serta menghindari konsumsi

alkohol, kafein, soft drink, dan rokok. Kehilangan massa tulang berhubungan

langsung dengan peningkatan usia baik pada pria maupun wanita. Penurunan

massa tulang dimulai pada usia 40 tahun dan terus berlangsung hingga akhir masa

kehidupun (Wirakusumah, 2007). Menurut Cosman (2009), massa tulang

maksimum sebagian besar dipengaruhi oleh faktor genetik seseorang, tetapi

nutrisi, olahraga, kualitas fungsi menstruasi, dan gaya hidup sehat juga ikut

berperan.

Jika faktor pembentukan tulang tidak maksimal yang nantinya

menyebabkan berkurangnya massa tulang dan tulang menjadi rapuh barulah

disadari dampak penurunan kepadatan tulang seperti tinggi badan berkurang, tiba-

tiba terjadi rasa nyeri pada tulang, sakit punggung, sakit pinggang yang parah,

atau kelainan bentuk tulang belakang yang menyebabkan postur tubuh bungkuk

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

3

(kyphsis) (Wijayakusumah, 2009). Dampak berkurangnya kepadatan tulang akan

mengakibatkan osteoporosis. Osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri,

deformitas, dan fraktur (Pudjiastuti, 2003). Osteoporosis merupakan salah satu

penyakit yang digolongkan sebagai silent disease karena tidak menunjukkan

gejala-gejala yang spesifik. Gejala dapat berupa nyeri pada tulang dan otot,

terutama sering terjadi pada punggung. Berapa gejala umum osteoporosis, mulai

dari patah tulang, tulang punggung yang semakin membungkuk, menurunnya

tinggi badan, dan nyeri punggung (Menkes RI, 2015).

World Health Organitation (WHO) memperkirakan pada pertengahan

abad mendatang, jumlah patah tulang pada panggul karena gangguan kepadatan

tulang (osteoporosis) akan meningkat tiga kali lipat, dari 1,7 juta pada tahun 1990

menjadi 6,3 juta pada tahun 2050 kelak. Data dari International Osteoporosis

Foundation (IOF) menyebutkan bahwa seluruh dunia, satu dari tiga wanita dan

satu dari delapan pria yang berusia di atas 50 tahun memiliki risiko mengalami

patah tulang akibat osteoporosis dalam hidup mereka. Dengan meningkatnya usia

harapan hidup, maka berbagai penyakit degenerative dan metabolik akan menjadi

masalah muskuloskeletal yang memerlukan perhatian khusus terutama di negara-

negara berkembang, termasuk di Indonesia. Jumlah penderita gangguan

kepadatan tulang (osteoporosis) di Indonesia jauh lebih besar dari data terakhir

Depkes, yang mematok angka 19,7 persen dari seluruh penduduk (Syam, dkk,

2014).

Prevalensi osteoporosis di Indonesia berdasarkan jenis kelamin laki-laki

dan perempuan tahun 2006 menunjukkan hasil bahwa prevalensi osteoporosis

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

4

pada perempuan trennya meningkat seiring bertambahnya usia. Hal ini bisa

disebabkan karena menopause dimana kadar hormon estrogen yang turun.

Prevalensi osteoporosis lebih banyak terjadi pada usia 70-80 tahun (53.3%), usia

50-80 tahun sebesar (22.5%). Sedangkan pada laki-laki prevalensi osteoporosis

trendnya juga meningkat seiring bertambahnya usia, akan tetapi tidak sebesar

pada perempuan. Prevalensi osteoporosis lebih banyak terjadi pada usia 70-80

tahun (11.9%).

Penelitian Setyawati (2014) menunjukkan hasil bahwa sebagian besar

responden dewasa awal (usia 25-35 tahun) memiliki pengetahuan tentang

osteoporosis dan kepadatan tulang yang kurang baik dan mengonsumsi kalsium

kurang dari kecukupan yang dianjurkan. Hasil penelitian selanjutnya

menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi,

tingkat kecukupan energi, protein, dan fosfor dengan kejadian pengeroposan

tulang. Namun, terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan

kalsium dan aktivitas fisik dengan kejadian pengeroposan tulang (Marjan, 2013).

Wanita menopause yang kurang konsumsi kalsium berisiko untuk terkena

osteoporosis (Heaney, 2003 dalam Marjan, 2013). Penelitian berikutnya

menunjukkan hasil bahwa, Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan faktor yang

paling berhubungan dengan gangguan kepadatan tulang setelah dikontrol variabel

usia, asupan vitamin D, dan asupan protein. Semakin rendah IMT, maka semakin

tinggi risiko gangguan kepadatan tulang (Mardiyah, 2014).

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

5

Penelitian Permatasari (2011) menunjukkan hasil terdapat hubungan

secara bermakna terhadap gangguan kepadatan tulang (kejadian osteoporosis)

adalah asupan kalsium, asupan vitamin D, jenis kelamin, indeks massa tubuh,

frekuensi konsumsi makanan sumber kalsium, dan frekuensi konsumsi suplemen

kalsium. Aktivitas olahraga dengan pembebanan tidak berhubungan signifikan

namun menunjukkan kecenderungan responden yang tidak berolahraga lebih

banyak yang mengalami masalah kepadatan tulang dari pada yang berolahraga.

Pengukuran DMT menggunakan metode Quantitative Ultrasound dengan

keakuratan pengukuran sebesar 97%.

Data sekunder dari Dinas Kesehatan tahun 2014 menunjukkan bahwa dari

hasil pemeriksaan kepadatan tulang di Puskesmas Pisangan dengan jumlah

responden 44 usia 45-85 tahun yaitu, sebesar 41% responden menunjukkan hasil

BMD ≤ -2,5 (osteoporosis), sebesar 59% responden menunjukkan hasil BMD

< -1 (osteopenia), dan tidak ada responden yang menunjukkan hasil BMD >-1

(normal). Pada tahun 2015 hasil pemeriksaan kepadatan tulang di seluruh

Puskesmas tangerang Selatan menunjukkan bahwa Puskesmas Pisangan yaitu,

sebesar 95,5% responden menunjukkan hasil pemeriksaan kepadatan tulang tidak

normal/mengalami pengeroposan tulang dan 4,5% menunjukkan hasil kepadatan

tulangnya normal.

Studi Pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 23 Januari 2016

dengan wawancara pada 8 warga di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan

didapatkan bahwa bahan makanan yang biasa dikonsumsi yaitu, tahu, tempe,

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

6

kacang panjang, ikan basah, telur, kangkung, sayur sop, dan sayur asam. 75%

warga yang tidak olahraga dan 25% jarang berolahraga. 63% jarang minum susu,

37% tidak suka minum susu. Jika ada waktu luang digunakan untuk menonton tv,

tidur-tiduran.

Berdasarkan data-data hasil penelitian diatas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan

kepadatan tulang pada lansia awal di wilayah Puskesmas Pisangan karena dari

hasil data pemeriksaan kepadatan tulang di wilayah Tangerang Selatan tahun

2015 oleh Dinas Kesehatan Tangerang Selatan menunjukkan bahwa angka

tertinggi responden yang mengalami pengeroposan tulang adalah di Puskesmas

Pisangan. Salah satu cara untuk mengurangi angka kejadian osteoporosis yaitu

dengan cara mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepadatan tulang itu

sendiri. Alasan peneliti memilih lansia awal karena pada usia saat itu proses

puncak massa tulang sudah terlewati dan mulai terjadinya penurunan kepadatan

tulang (Corwin, 2009). Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pisangan

Tangerang Selatan dengan mengukur kepadatan mineral tulang sampel

menggunakan alat Quantitative Ultrasound (QUS).

B. Rumusan Masalah

Puncak pembentukan tulang (peak bone mass) yang optimal terutama

terjadi pada masa dewasa yaitu pada rentang usia 20-35 tahun (Permatasari,

2011). Kecepatan pembentukan tulang berkurang secara progresif sejalan dengan

usia, yang dimulai pada usia sekitar 30 atau 40 tahun (Corwin, 2009). Penelitian

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

7

Permatasari tahun 2011 menunjukkan hasil terdapat hubungan secara bermakna

terhadap gangguan kepadatan tulang (kejadian osteoporosis) adalah asupan

kalsium, asupan vitamin D, jenis kelamin, indeks massa tubuh, frekuensi

konsumsi makanan sumber kalsium, dan frekuensi konsumsi suplemen kalsium.

Puskesmas Pisangan merupakan salah satu puskesmas yang menunjukkan

hasil tertinggi yang paling banyak mengalami kejadian pengeroposan tulang se-

Tangerang Selatan dan Puskesmas terendah yaitu Puskesmas Paku Alam.

Berdasarkan data hasil pemeriksaan kepadatan tulang oleh Dinas Kesehatan di

Puskesmas Pisangan pada tahun 2015 menunjukkan hasil yaitu, sebesar 95,5%

responden mengalami pengeroposan tulang/kepadatan tulang tidak normal, dan

4,5% menunjukkan hasil kepadatan tulangnya normal. Dampak berkurangnya

kepadatan tulang jika tidak ditangani yaitu seperti tinggi badan berkurang, tiba-

tiba terjadi rasa nyeri pada tulang, sakit punggung, sakit pinggang yang parah,

atau kelainan bentuk tulang belakang yang menyebabkan postur tubuh bungkuk

(kyphsis) (Wijayakusumah, 2009). Kiranya peneliti ingin melakukan penelitian

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kepadatan tulang pada lansia

awal usia 46-55 tahun di Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan, melalui

beberapa aktivitas penelitian dan peneliti berharap hasil dari penelitian ini dapat

memberikan informasi bagi peneliti selanjutnya.

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

8

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah penelitian yang telah dipaparkan, maka

dapat diambil pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran kepadatan tulang pada lansia awal di Puskesmas

Pisangan Tangerang Selatan?

2. Apakah ada hubungan jenis kelamin dengan kepadatan tulang?

3. Apakah ada hubungan status menopause dengan kepadatan tulang?

4. Apakah ada hubungan asupan kalsium dengan kepadatan tulang?

5. Apakah ada hubungan aktivitas fisik dengan kepadatan tulang?

6. Apakah ada hubungan perilaku merokok dengan kepadatan tulang?

7. Apakah ada hubungan kebiasaan konsumsi alkohol dengan kepadatan tulang?

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

9

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan kepadatan tulang pada lansia awal di Puskesmas

Pisangan Ciputat Timur Tangerang Selatan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran kepadatan tulang pada lansia awal di

Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan

b. Untuk mengidentifikasi hubungan antara jenis kelamin dengan kepadatan

tulang

c. Untuk mengidentifikasi hubungan antara status menopause dengan

kepadatan tulang

d. Untuk mengidentifikasi hubungan antara asupan kalsium dengan

kepadatan tulang

e. Untuk mengidentifikasi hubungan antara aktivitas fisik dengan kepadatan

tulang

f. Untuk mengidentifikasi hubungan antara perilaku merokok dengan

kepadatan tulang

g. Untuk mengidentifikasi hubungan antara konsumsi alkohol kepadatan

tulang

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

10

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menambah literature mengenai faktor-faktor

yang berhubungan dengan kepadatan tulang pada pada lansia awal. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan tambahan dalam

melakukan pengabdian kepada masyarakat.

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dalam konteks keilmuan

dan metodologi penelitian serta memberikan pengalaman yang berharga bagi

peneliti dalam melaksanakan penelitian.

3. Bagi Responden

Penelitian ini juga bermanfaat sebagai bahan informasi mengenai

faktor-faktor yang berhubungan dengan kepadatan tulang dan mengetahui

kepadatan tulang lansia awal usia 46-55 tahun di Puskesmas Pisangan Ciputat

Tangerang Selatan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar, menambah

informasi dan sebagai rujukan bagi peneliti lain untuk kepentingan

pengembangan ilmu yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan

dengan kepadatan tulang pada lansia awal.

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

11

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada warga di Posbindu Puskesmas Pisangan

Tangerang Selatan yang tergolong lansia awal yaitu berusia 46-55 tahun yang

bertujuan untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi kepadatan tulang pada warga tersebut. Jenis penelitian ini

menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional.

Pengumpulan data menggunakan instrument penelitian berupa kuesioner berisi

item-item pertanyaan terkait jenis kelamin, status menopause, pemenuhan

kebutuan kalsium pada sampel, aktivitas fisik, perilaku merokok dan perilaku

mengkonsumsi alkohol, serta pengukuran Densitas Mineral Tulang (DMT)

dengan menggunakan alat Quantitative Ultrasound Bone Densitometri. Populasi

dalam penelitian ini adalah semua responden yang memeriksakan kepadatan

tulangnya di Puskesmas Ciputat yang berusia antara 46-55 tahun (lansia awal).

Penelitian ini dilakukan pada bulan April di Puskesmas Pisangan Tangerang

Selatan.

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tulang

Tulang adalah jaringan hidup. Karena merupakan jaringan ikat maka

tulang terdiri dari sel dan matriks organic ekstrasel yang dihasilkan oleh sel. Sel-

selt tulang yang menghasilkan matriks organic dikenal sebagai osteoblast

(“pembentuk tulang”). matriks organic terdiri dari serat kolagen dalam suatu gel

setengah padat. Matriks ini memiliki sistensi seperti karet dan berperan

menentukan kekuatan tensile tulang (keuletan tulang menahan patah yang

ditimbulkan oleh tegangan). Tulang menjadi keras karena pengendapan Kristal

kalsium fosfat didalam matriks. Kristal inorganic ini memberi tulang kekuatan

kompresi (kemampuan tulang mempertahankan bentuk ketika diperas atau

ditekan). Jika seluruhnya terbentuk dari Kristal inorganic maka tulang akan rapuh,

seperti potongan kapur. Tulang memiliki kekuatan struktural yang mendekati

beton bertulang, namun tulang rapuh dan jauh lebih ringan, karena tulang

memiliki campuran berupa perancah organik yang diperkeras oleh Kristal

inorganik (Sherwood, 2012).

Sebagai unsur pokok kerangka orang dewasa, jaringan tulang menyangga

struktur berdaging, melindungi organ-organ vital seperti yang terdapat dalam

tengkorak dan rongga dada, dan menampung sumsum tulang, tempat sel-sel darah

dibentuk. Tulang juga berfungsi sebagai cadangan kalsium, fostaf, dan ion lain,

yang dapat dilepaskan atau disimpan dengan cara terkendali untuk

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

13

mempertahankan konsentrasi ion-ion penting tersebut dalam cairan tubuh

(Mescher, 2012).

Tulang membentuk suatu sistem pengungkit yang melipatgandakan

kekuatan yang dibangkitkan selama otot rangka berkontraksi dan mengubahnya

menjadi gerakan tubuh. Jaringan bermineral ini memberi fungsi mekanis dan

metabolic pada kerangka (Mescher, 2012). Tulang adalah jaringan ikat khusus

yang terdiri atas materi antar sel berkapur, yaitu matriks tulang, dan terdiri dari 3

macam sel tulang:

1) Osteosit , yang terdapat dalam rongga di antara lapisan matriks tulang

(Mescher, 2012). Berada dalam kapsul, mempunyai benjolan banyak yang

masuk ke saluran bercabang, dan menghubungkan sel dan kapsul yang lain

disebut kanalikuli (Syaifuddin, 2006)

2) Osteblas, yang menyintesis unsur organic matriks (Mescher, 2012). Sel induk

tulang guna mensintesis bahan organis dengan serat kolagen pada permukaan

tulang, terpisah berubah menjadi osteosit kanalikuli yang terbentuk di

sekeliling tonjolan tersebut (Syaifuddin, 2006).

3) Osteoklas, yang merupakan sel raksasa multinukleus yang terlibat dalam

resorpsi dan remodeling jaringan tulang (Mescher, 2012).

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

14

B. Proses pertumbuhan tulang

Penambahan ketebalan tulang dicapai melalui penambahan tulang baru di

atas permukaan luar tulang yang sudah ada. Pertumbuhan ini dihasilkan oleh

osteoblas di dalam peritoneum, suatu selubung jaringan ikat yang menutupi

bagian luar tulang. sewaktu osteoblast aktif mengendapkan tulang baru di

permukaan eksternal, sel lain di dalam tulang, osteoklas (“penghancur tulang”),

melarutkan jaringan tulang di permukaan dalam di dekat rongga sumsum. Dengan

cara ini, rongga sumsum membesar untuk mengimbangi bertambahnya lingkar

batang tulang (Sherwood, 2012)

Pertambahan panjang tulang panjang dicapai melalui mekanisme yang

berbeda. Tulang memanjang akibat aktivitas sel-sel tulang rawan, atau kondrosit,

di lempeng epifisis. Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan di tepi luar

lempeng di samping epifisis membelah dan memperbanyak diri, secara temporar

memperlebar lempeng epifisis. Seiring dengan terbentuknya kondrosit-kondrosit

baru di tepi epifisis, sel-sel tulang rawan yang sudah tua ke arah batas diafisis

membesar. Kombinasi proliferasi sel tulang rawan baru dan hipertrofi kondrosit

matang secara temporer memperlebar lempeng epifisis. Penebalan sisipan

lempeng tulang rawan ini mendorong epifisis tulang semakin jauh dari diafisis.

Matriks yang mengelilingi tulang rawan paling tua segera mengalami kalsifikasi

(Sherwood, 2012).

Pembentukan tulang kembali digambarkan dengan keseimbangan fungsi

osteoblast dan osteoklas. Proses ini terjadi pada tiap permukaan tulang berlanjut

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

15

sepanjang hidup (tiap tahun). Fungsi proses pembentukan tulang kembali yaitu

untuk melindungi tulang dari efek kerusakan atau untuk menjaga kekuatan tulang

(Trihapsari, 2009). Ada pendapat yang menyatakan bahwa proses pembentukan

tulang kembali melindungi tulang dari efek kerusakan karena kelelahan yang

terakumulasi. Dengan kata lain, pembentukan kembali terjadi setelah tulang

menjadi tua atau lemah atau mengalami keretakan kecil atau kerusakan

mikroskopis berulang kali, yang akhirnya dapat mengurangi kekuatan tulang

tersebut. Sepotong tulang yang mengalami kerusakan kecil ini dilarutkan atau

diserap kembali oleh sel bernama osteoklas, yang didatangkan ke area tersebut

oleh zat penarik tertentu yang dihasilkan oleh sel bernama osteosit yang dapat

mengidentifikasi kerusakan tulang. Setelah melarutkan potongan yang rusak,

osteoklas menghilang dan sel pembentuk tulang (osteoblast) yang terbuat dari sel

prekursor di sumsum tulang didatangkan ke area tersebut, mungkin juga oleh zat

penarik. Osteoblast membentuk bagian tulang baru untuk menggantikan tulang

yang dilarutkan oleh osteoklas (Cosman, 2009).

Kekuatan tulang ditentukan oleh kuantitas dan kualitas tulang. kuantitas

yaitu kepadatan tulang, sedangkan kualitas yaitu ukuran (massa) tulang,

kandungan mineral, dan mikroarsitektur tulang. Densitas mineral tulang dicapai

maksimal pada usia 18 tahun dan tidak ada perbedaan jender. Stabilitas tulang

ditentukan oleh arsitektur tulang dan DMT (Bazied, 2003).

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

16

C. Kepadatan tulang

Kepadatan tulang adalah parameter yang harus diukur untuk mendiagnosis

gangguan kepadatan tulang (osteoporosis). Perlu dicatat bahwa pemeriksaan

kepadatan tulang untuk tujuan diagnosis sebagian besar didasarkan karena satu-

satunya parameter yang dapat diukur secara akurat di vivo. Kepadatan tulang

adalah massa tulang per volume tulang (kg.m-1

) (Mow & Huiskes, 2005).

Densitas Mineral Tulang (DMT) merupakan cara pengukuran kalsium

(mineral tulang) pada suatu area atau volume tulang. Cara ini dilakukan untuk

mengetahui seberapa kuat atau lemahnya tulang seseorang (kepadatan tulang),

sehingga dapat diketahui apakah seorang terkena osteoporosis atau osteopenia,

dan risiko terkena fraktur (patah tulang) (Trihapsari, 2009).

1. Puncak massa tulang (Peak Bone Mass)

Tulang tidak hanya mengalami pertumbuhan tetapi juga bertambah

menjadi lebih padat pada masa anak-anak dan remaja (Wirakusumah, 2007).

Pembentukan tulang paling cepat terjadi pada usia akil balig atau pubertas, ketika

tulang menjadi makin besar, makin panjang, makin tebal, dan makin padat, yang

akan mencapai puncaknya pada usia sekitar 25-40 tahun (Tandra, 2009). Pada

umur 25 tahun, pertumbuhan dan perkembangan tulang telah mencapai batas

maksimum (puncak massa tulang) (Wirakusumah, 2007).

Puncak massa tulang bervariasi pada setiap orang dan umumnya lebih

tinggi pada pria dibandingkan wanita. Umumnya puncak massa tulang lebih

tinggi pada orang yang mempunyai rangka tubuh lebih besar dibandingkan

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

17

dengan orang yang memiliki rangka tubuh lebih kecil. Apabila nilai massa tulang

rendah maka kehilangan massa tulang yang diikuti dengan kerapuhan tulang

sangat mungkin terjadi. Jika nilai puncak massa tulang tinggi maka seseorang

relative lebih kecil risikonya terkena osteoporosis. Faktor yang mempengaruhih

puncak massa tulang belum diketahui secara pasti, tetapi dipercaya sangat

dipengaruhi oleh faktor genetik, konsumsi kalsium, olahraga teratur serta

menghindari konsumsi alkohol, kafein, soft drink, dan rokok (Wijayakusumah,

2007).

Kurang lebih 50-80 persen puncak massa tulang ini dipengaruhi oleh

faktor genetik, sehingga si anak muda akan menjadi lebih tinggi dan lebih besar,

jika berasal dari keturunan atau orangtua yang memiliki postur tinggi dan besar.

Masih ada faktor-faktor lain yang ikut memegang peran penting, antara lain

kalsium, vitamin D, aktivitias fisik atau olahraga, berat badan, penyakit yang

sedang diderita, atau keadaan pubertas yang datang terlambat (Tandra, 2009).

Beberapa faktor lain akan memengaruhi puncak massa tulang seseorang, seperti

diet, olahraga, merokok, dan minum alkohol. Begitu pula, hormon seks, amenore,

atau tidak datang haid yang disebabkan oleh anoreksia nervosa atau penyakit lain

juga akan menurunkan puncak massa tulang. Penggunaan pil KB atau kontrasepsi

oral dengan hormon terbukti bisa meningkatkan puncak massa tulang.

Berkurangnya massa tulang mulai terjadi setelah usia 30 tahun, yang akan makin

bertambah setelah di atas 40 tahun, dan akan berlangsung terus dengan

bertambahnya usia, sepanjang hidupnya. Sekitar 35 persen tulang padat dan 50

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

18

persen tulang berongga pada wanita akan hilang, sedangkan pada pria akan

berkurang sekitar dua per tiga dari jumlah tadi (Tandra, 2009). Pembagian

kelompok umur oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009

menyatakan bahwa kelompok lansia awal yaitu usia antara 46 sampai 55 tahun

(Riauwi, 2014).

Kehilangan massa tulang berhubungan langsung dengan peningkatan usia

baik pada pria maupun wanita. Penurunan massa tulang dimulai pada usia 40

tahun dan terus berlangsung hingga akhir masa kehidupan (Wijayakusumah,

2007). Wanita akan kehilangan tulang lebih banyak daripada pria, karena laju

penghancuran tulang meningkat akibat menopause. Pada usia 80 tahun hampir

semua wanita mempunyai massa tulang yang sangat sedikit, sehingga sangat

mudah mengalami patah tulang. Massa tulang akan berkurang setelah berusia

sekitar 40 tahun. Wanita mengalami penurunan massa tulang setiap tahun

sebanyak 1-5 persen, sedangkan untuk pria kurang dari 1 persen. Memang, bagi

wanita, penurunan massa tulang lebih cepat dan lebih banyak. Ini disebabkan oleh

estrogen dalam tubuh wanita yang makin berkurang (Tandra, 2009).

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

19

Perubahan massa tulang sepanjang kehidupan

Gambar 2.1

(Wijayakusumah, 2007)

D. Faktor yang mempengaruhi puncak massa tulang

Sebuah variasi genetik dan faktor lingkungan mepengaruhi puncak massa

tulang. faktor genetik bisa memberikan (didapatkan ketika lahir dan tidak

berubah, seperti jenis kelamin dan ras) bisa mencapai 75 persen dari massa

tulang, dan faktor lingkungan (seperti diet dan kebiasaan latihan) sisanya, yaitu

sebesar 25 persen (NIH, 2015).

1. Jenis Kelamin

Puncak massa tulang cenderung lebih tinggi pada laki-laki daripada

perempuan. Sebelum pubertas, laki-laki dan perempuan mendapatkan massa

tulang pada nilai yang hampir sama. Setelah pubertas, laki-laki cenderung

mendapatkan massa tulang yang lebih besar dari pada perempuan (NIH,

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

20

2015). Massa tulang wanita lebih kecil dibandingkan dengan pria. Nilai massa

tulang wanita umumnya hanya sekitar 800 gram lebih kecil dibandingkan

dengan pria yaitu sekitar 1.200 gram. Karena nilai massa tulang yang rendah

itulah maka kehilangan massa tulang yang diikuti dengan kerapuhan tulang

sangat mungkin terjadi (Wirakusumah, 2007).

2. Ras

Alasannya masih belum jelas, wanita Afrika Amerika cenderung

memiliki puncak massa tulang lebih besar dari pada wanita Caucasian.

Perbedaan pada densitas tulang ini terlihat selama masa kanak-kanak dan

masa remaja (NIH, 2015). Ras campuran Afrika-Amerika memiliki massa

tulang tertinggi, sedangkan ras kulit putih dari Eropa memiliki masa tulang

terendah. Ras campuran Asia-Amerika berada di antara keduanya. Wanita

Afrika-Amerika memiliki massa tulang yang lebih padat, rangka tulang dan

massa otot yang lebih besar. Antara massa tulang dan massa otot terdapat

kaitan yang erat. Semakin besar otot, tekanan pada tulang semakin tinggi dan

tulang semakin besar. Ditambah lagi kadar hormon estrogen ras Afrika-

Amerika lebih tinggi dari ras yang lain sehingga wanita Afrika-Amerika

cenderung lebih lambat menua daripada wanita kulit putih (Wirakusumah,

2007).

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

21

3. Status Menopause

Fase menopause disebut pula sebagai periode klimakterium (climacter

= tahun perubahan/pergantian tahun yang berbahaya). Menopause

merupakan peristiwa fisiologis alamiah. Terjadi setelah berhentinya

menstruasi selama 1 tahun. Biasanya, menstruasi mulai berkurang selama 2-5

tahun, paling sering antara umur 48-55 tahun, rata-rata pada umur 51,4 tahun

(Wicaksana, 2009).

Kehilangan kalsium dari jaringan tulang terjadi pada masa

menopause. Osteoporosis pada menopause terjadi akibat jumlah estrogen dan

progesteron menurun. Hormon estrogen diproduksi wanita dari masa kanak-

kanak sampai dewasa. Hormon tersebut diperlukan untuk pembentukan tulang

dan mempertahankan massa tulang. Rendahnya hormon estrogen dalam tubuh

akan membuat tulang menjadi keropos dan mudah patah (Wijayakusumah,

2009). Ketika tingkat estrogen menurun, siklus remodeling tulang berubah

dan pengurangan jaringan tulang akan dimulai. Salah satu fungsi estrogen

adalah mempertahankan tingkat remodeling tulang yang normal. Tingkat

resorpsi tulang akan menjadi lebih tinggi daripada formasi tulang, yang

mengakibatkan berkurangnya massa tulang (Wardhana, 2012).

Hormon estrogen memiliki efek pada puncak massa tulang. Sebagai

contoh, wanita yang menstruasi pertamanya di usia yang muda dan

menggunakan kontrasepsi oral, yang mana berisi estrogen, sering kali

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

22

memiliki densitas mineral tulang yang tinggi. Sebaliknya, wanita muda yang

periode menstruasinya berhenti karena berat badan rendah yang ekstrim atau

latihan yang berlebihan, sebagai contoh, mungkin kehilangan yang signifikan

jumlah dari densitas tulang, yang mana mungkin tidak bisa menyembuhkan

walaupun setelah periode menstruasi kembali lagi (NIH, 2015).

4. Asupan Nutrisi Kalsium

Kalsium (Ca) adalah elemen yang paling besar jumlahnya di dalam

tubuh. Kalsium merupakan konsistuen penting skeleton dan gigi yang

berjumlah kira-kira 99% dari total kalsium tubuh. Di samping itu, kalsium

adalah konsistuen esensial pada sel-sel hidup dan cairan jaringan. Secara

kuantitatif, partisipasi kalsium dalam pembentukan tulang adalah fungsi

kalsium yang paling penting. Kalsium berinteraksi dengan fosfat membentuk

kalsium fosfat. Kalsium fosfat adalah material keras dan padat yang

membentuk tulang dan gigi. Tulang diketahui tidak hanya sebagai pendukung

atau komponen struktural tubuh, tetapi juga sebagai jaringan yang secara

fisiologis menjadi sumber kalsium untuk pemeliharaan kondisi homeostasis

(Soeparno, 2011).

Kalsium adalah salah satu unsur penting dalam tubuh. Walaupun pada

bayi, kalsium hanya sedikit, yaitu 25-30 g. Namun, setelah usia 20 tahun,

secara normal akan terjadi penempatan sekitar 1.200 g kalsium dalam tubuh.

Jumlah ini, terdiri dari 99% kalsium yang berada di dalam jaringan keras yaitu

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

23

pada tulang dan gigi (Wirakusumah, 2007). Kebutuhan kalsium harus

dipenuhi dari asupan makanan karena kalsium pada makanan diserap pada

usus halus dengan proses transport aktif (Martin, 1985 dalam Kosnayani,

2007). Kurang lebih terdapat 1 kg kalsium dalam tulang orang dewasa.

Variasi kebutuhan tubuh akan kalsium lebih bergantung pada laju

perkembangan tulang ketimbang kebutuhan metabolik. Kebutuhan maksimal

terjadi selama puncak masa pertumbuhan cepat pada remaja, yang mencapai

1200 mg/hari, maka asupan kalsium sangat vital pada saat itu, untuk

menjamin mineralisasi tulang yang adekuat (Barasi, 2007).

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi Kalsium di Indonesia (perorang perhari)

Umur (tahun) Laki-laki (mg) Perempuan (mg)

16-18 tahun

19-29 tahun

30-49 tahun

50-64 tahun

65-80 tahun

1200

1100

1000

1000

1000

1200

1100

1000

1000

1000

Sumber : Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2013

Kalsium adalah nutrisi esensial untuk kesehatan tulang. Defisiensi

kalsium pada orang muda tercatat memiliki perbedaan yang signifikan di

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

24

puncak massa tulang dan bisa meningkatkan resiko fraktur hip di kehidupan

selanjutnya. Survei mengindikasikan bahwa wanita belasan tahun di United

States memiliki lebih sedikit dari pada laki-laki belasan tahun untuk

mendapatkan kecukupan kalsium (NIH, 2015).

Fungsi utama kalsium adalah mengisi kepadatan (densitas tulang).

Cadangan kalsium tubuh terdapat dalam tulang. Jika kekurangan kalsium

tubuh akan mengambil cadangan kalsium di bank tulang. Semakin lama

semakin banyak kalsium yang diambil, tulang semakin tipis, dan kemudian

keropos. Asupan kalsium pada usia lanjut umumnya menurun karena

kurangnya konsumsi makanan sumber kalsium. Disamping itu, bertambahnya

usia dapat menurunkan daya serap terhadap kalsium (Wirakusumah, 2007).

Bullamore JR et al meneliti pengaruh usia pada penyerapan kalsium. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa penyerapan kalsium menurun setelah usia

60 tahun dan setelah usia 80 tahun terjadi malabsorpsi yang signifikan

(Limawan, 2015).

Densitas tulang berbeda-beda menurut umur, meningkat pada bagian

pertama kehidupan dan menurun secara berangsur setelah dewasa. Proses

densitas tulang hanya berlangsung hingga seseorang berusia 30 tahun.

(Wirakusumah, 2007). Bila makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi akan

berpengaruh buruk terhadap kesehatan tulang. Makanan sumber kalsium,

fosfor, dan vitamin D yang dikonsumsi cukup sejak usia dini dapat membantu

memperkuat massa tulang, mencegah pengaruh negative dari berkurangnya

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

25

keseimbangan kalsium dan mengurangi tingkat kehilangan massa kalsium

pada tahun-tahun selanjutnya (Wirakusumah, 2007).

Tabel 2.2 Nilai kalsium berbagai jenis pangan (mg/100g)

Jenis Pangan Mg Jenis Pangan Mg

Ikan bandeng presto 1422 Oncom 96

Susu skim 123 Udang kering 1209

Ikan rebon segar 31 Udang segar 136

Keju 777 Toge 29

Daging ayam 13 Bayam 267

Daging sapi 3 Kacang ijo 125

Susu kental manis 300 Kacang panjang 163

Yogurt 120 Mujair goreng 346

Es krim 123 Telur ayam 54

Mentega 15 Telur asin 120

Susu kedelai 50 Sawi 220

Jeruk 33 Daun singkong 165

Sarden kaleng 354 Kangkung 73

Tempe kedelai 129 Kacang merah 84

Tahu 124 Kacang tanah 58

Sumber : Atmarita, 2005.

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

26

5. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik didefinisikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh

responden sehari-hari yang meliputi olahraga, kegiatan diwaktu bekerja, serta

kegiatan di waktu luang (Baecke, 1982). Wanita dan laki-laki dan dewasa

muda yang latihan secara teratur mencapai lebih besar puncak massa tulang

dibandingkan yang tidak melakukan latihan. Perempuan dan pria berumur 30

tahun dan lebih bisa membantu mencegah kehilangan tulang dengan latihan

teratur. Aktivitas yang terbaik untuk tulang adalah latihan weight-bearing.

Latihan ini melatih kekuatan yaitu dengan bekerja melawan gravitasi, seperti

berjalan, hiking, jogging, naik turun tangga, bermain tennis, menari, dan

latihan berat (NIH, 2015). Aktivitas olahraga dengan pembebanan (weigh-

bearing exercise) dapat membantu pembentukan osteoblast lebih aktif.

Olahraga lompat tali atau jalan kaki sekitar 30 menit yang dilakukan tiga atau

empat kali dalam seminggu dapat meningkatkan massa panggul dan

mengurangi penurunan massa tulang (Permatasari, 2011).

Semakin rendah aktivitas fisik, maka densitas tulang pun beresiko

menjadi lebih rendah. Hal ini terjadi karena aktivitas fisik (olahraga) dapat

membangun tulang dan otot menjadi lebih kuat, juga meningkatkan

keseimbangan metabolisme tubuh (Wirakusumah, 2007). Olahraga baik bagi

tulang maupun aspek kesehatan lain. Tidak bergerak sama sekali

mempercepat penurunan massa tulang, sementara olahraga menahan beban

tubuh meningkatkan massa tulang. pada orang dewasa, olahraga dapat

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

27

memperlambat penurunan massa tulang akibat usia serta meningkatkan

kesehatan secara umum, sehingga mengurangi risiko terjatuh. Olahraga

membantu memperkuat tulang (Trihapsari, 2009).

Wanita yang malas bergerak atau berolahraga akan terhambat proses

osteoblasnya. Selain itu, kepadatan massa tulang akan berkurang. Semakin

banyak bergerak dan berolahraga, maka otot akan memacu tulang untuk

membentuk massa (Zaviera, 2008). Menurut dr. Sadoso, olahraga mampu

meningkatkan DMT atau mengurangi hilangnya jaringan tulang pada kaum

muda, pramenopause, dan pascamenopause. Berbagai penelitian

menunjukkan, puncak massa tulang anak-anak sampai dewasa yang aktif

berolahraga lebih tinggi daripada yang jarang berolahraga (Zaviera, 2008)

6. lifestyle Behaviors

a) Perilaku Merokok

Merokok bisa berhubungan dengan rendahnya densitas tulang di

masa remaja ataupun perilaku yang tidak sehat lainnya, seperti minum

alkohol dan kebiasaan duduk yang terus menerus. Fakta buruk efek

negative dari merokok pada puncak massa tulang, dan perokok tua akan

menambahkan risiko untuk kehilangan massa tulang dan fraktur (NIH,

2015). Pada wanita perokok ada kecenderungan kadar estrogen dalam

tubuhnya lebih rendah dan kemungkinan memasuki masa menopause lima

tahun lebih awal dibandingkan dengan bukan perokok. Kecepatan

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

28

kehilangan massa tulang juga terjadi lebih cepat pada wanita perokok.

Asap rokok dapat menghambat kerja ovarium dalam memproduksi

hormon estrogen. Disamping itu, nikotin juga mempengaruhi kemampuan

tubuh untuk menyerap dan menggunakan kalsium (Wirakusumah, 2007).

Penelitian menunjukkan bahwa merokok mempercepat kehilangan

tulang serta turut andil atas berkurangnya kemampuan penyerapan

kalsium (Trihapsari, 2009). Perokok sangat rentan terkena DMT tidak

normal karena zat nikotin yang terdapat didalamnya dapat mempercepat

penyerapan tulang. selain penyerapan tulang, nikotin juga membuat kadar

dan aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang sehingga susunan-

susunan sel tulang tidak kuat dalam menghadapi proses pelapukan.

Disamping itu, rokok juga menimbulkan hipertensi, PJK, dan

tersumbatnya aliran darah ke seluruh tubuh. Apabila darah tersumbat,

maka proses pembentukan tulang sulit terjadi. Jadi, nikotin dapat

menyebabkan rendahnya DMT baik secara langsung maupun tidak

langsung. Efek rokok pada tulang mulai terasa setelah usia 35 tahun,

karena proses pembentukan tulang pada umur tersebut mulai terhenti

(Trihapsari, 2009).

b) Kebiasaan Konsumsi Alkohol

Efek mengkonsumsi alkohol untuk puncak massa tulang masih

belum jelas. Efek alkohol pada tulang telah dipelajari secara lebih

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

29

ekstensif pada orang dewasa, dan hasilnya mengindikasikan bahwa

mengkonsumsi tinggi alkohol berhubungan dengan densitas tulang yang

rendah. Para ahli mengasumsikan bahwa mengkonsumsi alkohol secara

tinggi di masa muda memberikan efek yang merugikan untuk kesehatan

skeletal (NIH, 2015). Konsumsi alkohol dalam jumlah banyak dapat

merugikan kesehatan karena akan mengganggu proses metabolisme

kalsium dalam tubuh. Alkohol dapat menyebabkan luka-luka kecil pada

dinding lambung yang terjadi beberapa saat setelah minum-minuman

beralkohol. Banyaknya luka kecil akibat minum-minuman beralkohol

akan menyebabkan perdarahan. Hal ini dapat menyebabkan tubuh

kehilangan kalsium karena kalsium banyak terdapat dalam darah

(Wirakusumah, 2007).

Mengkonsumsi alkohol secara berlebihan, akan meningkatkan

terjadinya resiko patah tulang. Hal ini disebabkan alkohol dapat

mengurangi massa tulang, mengganggu metabolisme vitamin D dan

menghambat penyerapan kalsium. Sehingga terjadinya osteoporosis pun

lebih besar pada orang yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi alkohol

dalam jumlah banyak daripada orang yang tidak mengkonsumsi alkohol

(Agustin, 2009).

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

30

E. Quantitative Ultrasound (QUS)

Densitas adalah kepadatan. Pemeriksaan kepadatan mineral tulang adalah

untuk mengetahui adanya penurunan densitas tulang. Penentuan densitas tulang

bisa dengan densitometry, computed tomography (CT), atau ultrasound (US)

(Tandra, 2009). Normalnya, setiap tulang mempunyai kepadatan tulang yang

berbeda. Untuk menyesuaikan standar pelaporan hasil dari tempat dan teknologi

yang berbeda, ukuran kepadatan tulang biasanya dinyatakan sebagai nilai-T dan

nilai-Z (Cosman, 2009).

Nilai-T dihitung dari hasil pengukuran kepadatan tulang seseorang, variasi

hasil pengukuran kepadatan tulang, dan kepadatan tulang rata-rata dari populasi

referensi normal kelompok usia muda dengan massa tulang maksimum (Cosman,

2009). Ada sedikit perbedaan antarprodusen alat pengukur kepadatan tulang

dalam hal penentuan usia populasi referensi yang digunakan untuk menentukan

nilai T, tetapi biasanya antara 20 dan 35 tahun. Pada rentang usia ini kepadatan

tulang berada pada puncaknya dan risiko patah tulang karena pengeroposan

tulang sangat rendah. Hasilnya dinyatakan dalam nilai standar deviasi (SD) di atas

atau di bawah rata-rata hasil pengukuran untuk anak muda normal (Cosman,

2009). Hasil Nilai-T bisa plus atau minus. Bila hasil nol, artinya densitas tulang

sama dengan orang muda normal. Bila plus, artinya tulang lebih padat daripada

orang muda. Bila minus, densitas tulang lebih rendah daripada orang muda

normal (Tandra, 2009).

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

31

Nilai-Z berdeda dengan Nilai-T, Nilai-Z membandingkan BMD seseorang

dengan BMD rata-rata orang dengan jenis kelamin, usia, tinggi badan, dan berat

badan yang sama. Hasil yang negative berarti tulang Anda keropos, sedangkan

hasil yang positif menyatakan tulang Anda lebih kecil memiliki risiko patah

tulang dibandingkan dengan rata-rata orang lain (Tandra, 2009). Secara umum,

tingkat akurasi tes DMT tergolong tinggi, yaitu antara 89-99%. Namun, terdapat

perbedaan nilai kepadatan (DMT) pada tiap tempat pengukuran di tubuh. Jadi,

densitas tulang pada tempat tertentu merupakan predictor utama fraktur pada

tempat tersebut (Trihapsari, 2009).

Ultrasound adalah jenis gelombang suara dengan frekuensi melebihi

kisaran pendengaran normal manusia (>20kHz). Frekuensi yang digunakan di

QUS biasanya terletak di antara 200 kHz dan 1,5 MHz. Suara yang dihasilkan

oleh pemeriksaan piezoelectric yang unik adalah pemancaran dan pelintasan

longitudinal atau horizontal melalui tulang yang akan diperiksa. Biasanya ada dua

pemeriksaan pada perangkat QUS : emisi dan alat penerima. Segmen tulang yang

akan diperiksa akan ditempatkan di antara alat pemeriksaan ini dan gelombang

ultrasound yang dipancarkan dari alat emisi melalui tulang akan dirasakan oleh

alat penerima (Chin, 2013). Ultrasound mengukur kecepatan suara, saat sinar ini

bergerak menembus tulang dan jaringan lunak diatasnya, dan pengurangan kuat

sinyal, atau jumlah gelombang suara yang hilang saat bergerak menembus bagian

tubuh yang diukur. Teknik ini tidak membuat orang terpapar radiasi karena

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

32

menggunakan suara bukanya sinar X, dan tidak membutuhkan ahli radiologi

untuk melakukan prosedurnya (Cosman, 2009).

Cara kerja QUS menggunakan kecepatan gelombang suara ultra yang

menembus tulang kemudian dinilai atenuasi kekuatan dan daya tembus melalui

tulang yang dinyatakan sebagai pita lebar ultrasonic (ultrasound broad band) dan

kekuatan (stiffinss). Keuntungannya adalah mudah dibawa ke mana-mana, tetapi

kerugiannya adalah tidak dapat mengetahui lokasi osteoporosis secara tepat

(Wirakusumah, 2007). Alat ini biasanya mengukur tulang di kalkaneus (tumit),

tetapi juga bisa mengukur lengan bawah dan tulang kering (Cosman, 2009).

Pengukuran DMT dengan gelombang ultrasonik yaitu metode QUS biasa

digunakan untuk mengukur tulang tumit (tulang kalkaneus) dan jari (±1 menit).

Cara ini tidak menggunakan radiasi dan dapat memberikan informasi mengenai

massa tulang dan menilai organisasi struktur tulang (Trihapsari, 2009).

Menurut International Society of Clinical Densitometry (ISCD), kalkaneus

QUS adalah satu-satunya yang diakui untuk pengukuran QUS sebagai penentu

status kesehatan tulang karena lebih banyak penelitian telah dilakukan pada

kalkaneus dibandingkan dengan segmen tulang yang lainnya. Selain itu,

kalkaneus terdiri dari 95% tulang trabecular dan memiliki dua permukaan lateral

yang memfasilitasi pergerakan ultrasound. Teknologi Quantitative ultrasound

muncul sebagai alat skrining yang nyaman dan efektif untuk digunakan dalam

deteksi dini osteoporosis. Deteksi dini akan memungkinkan langkah-langkah

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

33

pencegahan yang harus diambil untuk menghambat perkembangan osteoporosis

selanjutnya (Chin, 2013).

Kriteria World Health Organization (WHO) untuk menentukan berat

ringannya keropos tulang, memberlakukan kriteria yang sudah diterima oleh

seluruh dunia. Bila T-Score sama dengan atau lebih rendah dari -2,5 dinamakan

osteoporosis. Bila T-Score di bawah -1,0 dinamakan osteopenia atau massa tulang

yang rendah. T-Score di antara -1 sampai +1 dikatakan Bone Mineral Density

(BMD) yang normal. Orang dengan T-Score di bawah -2,5 yang disertai dengan

fraktur karena osteoporosis dikategorikan dalam osteoporosis yang berat (severe

or established osteoporosis) (Tandra, 2009).

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

34

F. Kerangka Teori

(Modifikasi NIH, 2015, Cosman, 2009 & Wirakusumah, 2007)

FAKTOR GENETIK

RAS

JENIS KELAMIN

STATUS MENOPAUSE

FAKTOR

LINGKUNGAN NUTRISI

(ASUPAN KALSIUM)

AKTIVITAS FISIK

LIFESTYLE BEHAVIOR

- MEROKOK

- KONSUMSI

ALKOHOL

KEPADATAN TULANG

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

35

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori di atas, maka peneliti membuat suatu

kerangka konsep pada penelitian ini sebagai berikut :

Variabel Independent Variabel Dependent

1. Jenis Kelamin

2. Status menopause

3. Nutrisi

4. Aktivitas fisik

5. Perilaku Merokok

6. Konsumsi alkohol

Kepadatan tulang

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

36

B. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep dan tujuan penelitian, maka hipotesis penelitian

adalah sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kepadatan tulang pada lansia awal

akhir di Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan.

2. Ada hubungan antara status menopuase dengan kepadatan tulang pada lansia

awal di Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan

3. Ada hubungan antara asupan kalsium dengan kedapatan tulang pada lansia

awal di Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan

4. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kepadatan tulang pada lansia awal

di Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan

5. Ada hubungan antara perilaku merokok dengan kepadatan tulang pada lansia

awal di Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan

6. Ada hubungan antara kebiasaan konsumsi alkohol dengan kepadatan tulang

pada lansia awal di Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

37

C. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Kepadatan

tulang

Pemeriksaan kepadatan mineral

tulang untuk mengetahui adanya

penurunan densitas tulang.

Ukuran kepadatan tulang

dinyatakan sebagai Nilai-T.

Tulang pada

bagian tumit

diletakkan di atas

alat pengukur

kepadatan tulang

Quantitative

Ultrasound (QUS)

1. Normal = Nilai-T -

1 sampai +1

2. Tidak normal :

a. Osteopenia =

Nilai-T < -1,0

b. Osteoporosis =

Nilai-T ≤ -2,5

(Tandra, 2009).

Ordinal

Jenis

Kelamin

Tanda fisik yang teridentifikasi

pada responden dan dibawa

Kuesioner Kuesioner 1) Perempuan

2) Laki-laki

Nominal

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

38

sejak dilahirkan.

Status

menopause

Saat seorang wanita berhenti

mendapat haid selama 1 tahun

terakhir

Kuesioner Kuesioner 1. Sudah menopause

2. Belum menopause

Nominal

Asupan

Nutrisi

(kalsium)

Perilaku responden

mengkonsumsi

makanan/minuman yang

mengandung kalsium dalam

waktu 1 tahun terakhir.

Wawancara Kuesioner

Food Frequency

Questiionnaire

(FFQ)

1. Cukup ≥ 100%

AKG

2. Kurang < 100%

AKG

(Menkes RI, 2013)

Ordinal

Aktivitas

fisik

Kegiatan yang dilakukan

responden sehari-hari yang

Kuesioner Kuesioner

aktivitas fisik

Kategori :

1. Aktivitas ringan :

Ordinal

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

39

meliputi olahraga, kegiatan

diwaktu bekerja, serta kegiatan

di waktu luang.

(Baecke

Questionnaire)

Kuesioner ini

terdiri dari 17 item

pertanyaan

< 5,6

2. Aktivitas sedang :

5,6-7,9

3. Aktivitas berat :

>7,9

(Baecke, 1982)

Perilaku

Merokok

Perilaku merokok adalah

merokok secara aktif selama

minimal 1 tahun.

Kuesioner Kuesioner 1) Ya

2) Tidak

Nominal

Konsumsi

Alkohol

Konsumsi alkohol adalah

penggunaan alkohol lebih dari

750 mL per minggu.

Kuesioner Kuesioner 1) Ya

2) Tidak

Nominal

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

40

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik kuantitatif dengan

menggunakan desain penelitian Cross Sectional. Penelitian cross sectional

merupakan penelitian non eksperimental dalam rangka mempelajari dinamika

korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek yang berupa penyakit atau status

kesehatan tertentu. Variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel yang

termasuk efek diobservasi sekaligus pada saat yang sama. Pengertian pada saat

yang sama disini bukan berarti pada satu saat observasi dilakukan pada semua

subjek untuk semua variabel, tetapi tiap subjek hanya diobservasi satu kali saja,

dan faktor risiko serta efek diukur menurut keadaan atau status waktu diobservasi

(Sumantri, 2011). Desain tersebut dipilih oleh peneliti dengan pertimbangan

waktu yang dibutuhkan tidak terlalu banyak, relative murah namun tetap dapat

menjelaskan variabel yang diteliti.

B. Tempat dan waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di 3 Posbindu di naungan wilayah kerja Puskesmas

Pisangan Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016. Daerah tersebut dipilih

karena belum pernah dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kepadatan tulang berkaitan dengan asupan kalsium,

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

41

status menopause, aktivitas fisik, perilaku merokok dan kebiasaan

mengkonsumsi alkohol pada lansia awal di Puskesmas Pisangan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 11 sampai 22 April 2016.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Setiadi,

2007). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang berusia lansia

awal yang datang ke Posbindu untuk memeriksakan kepadatan tulang di

wilayah kerja Puskesmas Pisangan.

2. Sampel

Sampel penelitian sebagai unit yang lebih kecil lagi setelah

sekelompok individu yang merupakan bagian dari populasi terjangkau dimana

peneliti langsung mengumpulkan data atau melakukan pengamatan/

pengukuran pada unit ini. Pada dasarnya penelitian dilakukan pada sampel

yang terpilih dari populasi terjangkau (Dharma, 2011). Sampel penelitian ini

adalah masyarakat wilayah Pisangan Ciputat yang melakukan pengecekan

kepadatan tulang di Posbindu naungan Puskesmas Pisangan menggunakan

alat Quantitative Ultrasound. Teknik pengambilan sampel ini menggunakan

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

42

teknik Purpossive Sampling dimana sampel yang diambil berdasarkan kriteria

yang memenuhi inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan peneliti, yaitu:

a. Kriteria Inklusi

1) Kesadaran baik

2) Usia antara 46-55 tahun (lansia awal)

3) Mampu berkomunikasi dengan baik

4) Pasien yang memeriksakan diri di Posbindu naungan Puskesmas

Pisangan

5) Bersedia menjadi responden

Besar sampel/ teknik sampel

Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini ditentukan

dengan menggunakan rumus pengujian hipotesa beda dua proporsi kelompok

independen, yaitu :

Keterangan :

N = besar sampel yang diharapkan

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

43

Z1-α/2 = Nilai Z pada derajat kepercayaan 1-α/2 atau derajat kemaknaan α pada

uji dua sisi, derajat kemaknaan α yang digunakan adalah 5% sehingga

nilai Z = 1,96

Z1-β = Nilai Z pada kekuatan uji (power) 1-β, kekuatan uji yang digunaan

adalah 95% yaitu dengan nilai Z = 1,64

P = (P1+P2)/2

P1 = Proporsi asupan kalsium (kurang) dengan DMT tidak normal, sebesar

58,4% (Trihapsari, 2009)

P2 = Proporsi asupan kalsium (cukup) dengan DMT tidak normal, sebesar

19% (Trihapsari, 2009)

n = 49,5 = 50

Karena menggunakan rumus uji beda proporsi. Maka hasil dikali dua :

50 X 2 = 100

Untuk menghindari terjadinya sampel yang drop out dan sebagai

cadangan maka peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel dalam penelitian

ini adalah : 100 + 10 = 110 responden.

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

44

D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan Data

a. Pengambilan data kepadatan tulang

Pengukuran densitas mineral tulang peneliti bekerja sama dengan

pihak Diabetasol untuk melakukan peminjaan alat pengukuran kepadatan

tulang yang nantinya alat tersebut akan dibawa ke posbindu naungan

Puskesmas Pisangan. Proses pengukuran densitas mineral tulang

dilakukan kepada seluruh pengunjung posbindu yang datang yang

termasuk dalam kriteria inklusi. Pada saat perizinan alat peneliti hanya

menghubungi petugas yang bertanggung jawab dengan alat tersebut.

Pemeriksaan kepadatan tulang dilakukan oleh petugas dari Deabetasol itu

sendiri.

Pengukuran kepadatan mineral tulang dengan metode Quantitative

Ultrasound (QUS) dengan keakuratan 97%. Pengukuran ini dilakukan

pada tulang kalkaneus (tumit) sebelah kanan responden selama kurang

lebih 1 menit. Nilai T-score >-1 menunjukkan DMT normal, nilai T-score

<-1 menunjukkan osteopenia, dan nilai T-score ≤-2,5 menunjukkan

osteoporosis.

b. Sumber Data

Data yang diambil, berasal dari data primer terdiri dari :

1) Data jenis kelamin, status menopause, kebiasaan merokok, dan

minum-minuman beralkohol diperoleh dari jawaban kuesioner.

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

45

2) Data asupan nutrisi konsumsi Kalsium diperoleh dengan melakukan

pengisian formulir Food Frequence Questionnaire Method (FFQ).

3) Data aktivitas fisik diperoleh dari pengisian kuesioner Baecke.

Pengumpulan data dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh pihak-

pihak terkait seperti, para pegawai di Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan,

pegawai posbindu, dan para kader. Penelitian ini juga dibantu oleh pihak

Deabetasol dalam melakukan pemeriksaan kepadatan tulang, serta para

teman-teman dari peneliti juga ikut berperan dalam pengumpulan data

tersebut.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Berikut merupakan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan

data dalam penelitian:

a. Quantitative Ultrasound

Quantitative Ultrasound digunakan untuk mengukur kepadatan tulang

responden selama kurang lebih 1 menit.

b. Food Frequence Questionnaire Method (FFQ)

Food Frequency Questionnaire Methode (FFQ) adalah metode dietary

assessment dalam konteks individual level yang mencatat frekuensi makan

individu terhadap suatu bahan makanan (<100) dalam kurun waktu

tertentu (hari, minggu, bulan, dan tahun) (Rahmawati, 2010).

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

46

c. Baecke Questionnaire

Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan

tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2007).

pengukuran aktivitas fisik menggunakan kuesioner Baecke et al. (1982)

yang terbagi atas tiga subbagian, yaitu aktivitas olahrga, aktivitas saat

bekerja, dan aktivitas saat waktu luang.

Tabel 4.1 Cara menghitung skor untuk mengkategorikan aktivitas fisik

No Aktivitas fisik

1 Indeks Waktu Kerja (IWK)

Pertanyaan no A1 s/d A8 dikategorikan menjadi

1. Pekerjaan Ringan : supir, guru, pensiunan, pedagang menetap, IRT

2. Sedang : buruh pabrik, tukang kayu

3. Berat : buruh bangunan, pedagang keliling dan petani

Kemudian diberi skor 1-5 dan dijumlahkan dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

IWK = {no.A1+(6 – no.A2)+no.A3+A4+A5+A6+A7+A8} : 8

2 Indeks Waktu Olahraga (IWO)

Pertanyaan dari no.B1 s/d B5.

Kategori untuk no.B1 yaitu

1. Ya

2. Tidak (responden yang tidak olahraga diberi skor 0)

Untuk no.B2 terdiri dari jenis olahraga (intensitas), waktu, dan proporsi.

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

47

Intensitas :

1. Tingkat ringan (golf, bowling, memancing) = 0,76

2. Tingkat sedang (bulutangkis, sepeda, senam, renang, jogging) = 1,26

3. Tingkat berat (basket, sepakbola) = 1,76

Waktu :

1. <1 jam/ minggu = 0,5

2. 1-2 jam/mminggu = 1,5

3. 2-3 jam/minggu = 2,5

4. 3-4 jam/minggu = 3,5

5. >4 jam/minggu = 4,5

Proporsi :

1. <1 bulan/tahun = 0,04

2. 1-2 bulan/tahun = 0,17

3. 2-3 bulan/tahun = 0,42

4. 3-4 bulan/tahun = 0,67

5. >4 bulan/tahun = 0,92

Kemudian dihitung dengan rumus : intensitas x waktu x proporsi)

No.B3-B5 dinilai dengan skor 1-5 yang dikategorikan menjadi 5, antara lain :

1. Tidak pernah

2. Jarang

3. Kadang-kadang

4. Sering

5. Sangat sering

Selanjutnya dihitung dengan rumus :

IWO = (B2 + B3 + B4 + B5) : 4

3 Indeks Waktu Luang (IWL)

Terdiri dari pertanyaan no.C1 s/d C4

Untuk no.C1 s/d C3 diberi skor 1-5, yaitu :

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

48

1. Tidak pernah

2. Jarang

3. Kadang-kadang

4. Sering

5. Sangat sering

Dan untuk kategori no.C4 yaitu :

1. <5 menit

2. 5-15 menit

3. 16-30 menit

4. 31-45 menit

5. >45 menit

Kemudian dijumlahkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

IWL = {(6-no.C1)+no.C2+no.C3+no.C4} : 4

Dari hasil perhitungan masing-masing indeks, kemudian dihitung aktivitas fisik

dengan rumus IWK + IWO + IWL, selanjutnya dikategorikan menjadi 3, yaitu

:

1. Aktivitas ringan : < 5,6

2. Aktivitas sedang : 5,6 – 7,9

3. Aktivitas berat : >7,9

E. Tahap Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan bulan April tahun 2016. Data yang dihimpun

dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan menggunakan

kuesioner. Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam pengumpulan data dalam

penelitian ini, yaitu:

1. Setelah tema penelitian disetujui oleh dosen pembimbing, peneliti membuat

surat perizinan kepada dinas kesehatan Tangerang Selatan untuk mengambil

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

49

data hasil pemeriksaan kepadatan tulang pada tahun 2015 di wilayah

Tangerang selatan untuk menentukan tempat penelitian yang akan dilakukan.

2. Setelah menentukan tempat penelitian yaitu di Puskesmas Pisangan peneliti

membuat surat perizinan kepada kepala Puskesmas Pisangan untuk

melakukan penelitian di tempat tersebut.

3. Peneliti bekerja sama dengan pihak Deabetasol untuk melakukan peminjaman

alat pengecekan kepadatan tulang.

4. Selanjutnya, peneliti melakukan pengecekan kepadatan tulang (DMT) dibantu

oleh pihak Deabetasol di Posbindu wilayah cakupan Puskesmas Pisangan

dengan alat Quantitative Ultrasound Bone Density.

5. Setelah dilakukan pengukuran DMT peneliti dibantu oleh teman-teman

menyebarkan kuesioner untuk penilaian serta memberikan lembar inform

consent dan memberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner.

6. Setelah data terkumpul, peneliti melakukan pengecekan apakah data yang

terkumpul sudah lengkap atau belum. Setelah lengkap, data diberi kode pada

masing-masing pernyataan untuk mempermudah saat analisis data.

7. Setelah data dianalisis selanjutnya menyimpulkan hasil data yang telah

didapat.

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

50

F. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

1. Hasil Uji Validitas

Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah instrument

dikatakan valid jika instrument itu mampu mengukur apa-apa yang

seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu (Setiadi, 2007). Hasil

uji validitas kuesioner Baecke untuk aktivitas fisik yaitu r=0,8 (Supeni, 2007).

Kuesioner perilaku merokok dan kebiasaan minum alkohol dilakukan uji

keterbacaan. Perhitungan dilakukan dengan rumus korelasi Pearson Product

Moment yang rumusnya adalah :

Keterangan :

r = Koefisien korelasi

n = Jumlah responden

X = Skor tiap item pertanyaan

Y = Skor total

(Pratisto, 2005).

2. Hasil Uji Reliabilitas

Setelah mengukur validitas, peneliti perlu mengukur reliabilitas data,

apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak. Reliabilitas instrument adalah

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

51

adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilakukan oleh orang yang

berbeda ataupun waktu yang berbeda (Setiadi, 2007).

Teknik pengujian pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha

Cronbach (α), dalam uji reliabilitas r hasil adalah alpha. Hasil uji reliabilitas

untuk kuesioner aktivitas fisik yaitu r=0,8 (Supeni, 2007).

G. Pengolahan Data

Dalam melakukan analisa, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan

mengubah data informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh dipergunakan

untuk proses pengambilan keputusan terutama dalam pengujian hipotesis. Dalam

proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh,

diantarannya (Hidayat, 2008).

1. Editing

Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Kegiatan yang dilakukan

dalam editing adalah pengecekan dari sisi kelengkapan, relevansi, dan

konsistensi jawaban. Peneliti memeriksa kelengkapan data dengan cara

memastikan bahwa jumlah kuesioner yang terkumpul sudah memenuhi

jumlah sampel minimal yang ditentukan dan memeriksa apakah setiap

pertanyaan dalam kuesioner sudah terjawab dan jelas. Relevansi dan

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

52

konsistensi jawaban diperiksa dengan cara melihat apakah ada data yang

bertentangan dengan data lain.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data

yang terdiri atas beberapa kategori. Biasanya dalam pemberian kode dibuat

juga daftar kode untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu

kode dari suatu variabel. Kepadatan tulang diberi kode 1=normal,

2=osteopenia, dan 3=osteoporosis; jenis kelamin diberi kode 1=perempuan,

2=laki-laki; status menopause diberi kode 1=belum menopause, 2=sudah

menopause; asupan kalsium diberi kode 1=cukup, 2=kurang; aktivitas fisik

diberi kode 0=ringan, 1=sedang, dan 2=berat; perilaku merokok diberi kode

0=tidak merokok, 1=merokok; dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol diberi

kode 0=tidak mengkonsumsi alkohol, 1=mengkonsumsi alkohol. Kegiatan ini

dilakukan apabila semua kuesioner sudah diedit atau disunting.

3. Entry Data

Entry Data merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

kedalam master table atau data base computer, kemudian membuat distribusi

frekuensi sederhana. Program untuk analisis data : SPSS. Data yang

dimasukkan berupa kepadatan tulang, jenis kelamin, status menopause,

asupan nutrisi kalsium, aktivitas fisik, perilaku merokok, dan kebiasaan

merokok.

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

53

4. Processing Data

Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga data sudah

dikoding, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dianalisis.

Proses pengolahan data dilakukan dengan cara memindahkan data dari

kuesioner ke paket program komputer pengolahan data statistik.

5. Cleaning data

Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah di-

entry, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat

meng-entry data ke komputer. Hal ini dilakukan ketika semua data dan

variabel sudah dimasukkan ke dalam SPSS. Sebelum dilakukan analisis,

peneliti mengecek kembali pengkodean yang sudah di cantumkan dalam

variabel tersebut apakah sesuai atau tidak. Ditemukan hasil tidak ada missing

data dan tidak ada kesalahan input.

H. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi

variabel dependen dan independen. Variabel independen diantaranya faktor

jenis kelamin, pemenuhan kebutuhan kalsium, status menopause, aktivitas

fisik, dan gaya hidup (perilaku merokok dan kebiasaan minum alkohol).

Sedangkan variabel dependen yaitu kepadatan tulang.

Page 72: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

54

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua

variabel yaitu variabel dependen (kepadatan tulang) dengan variabel

independen (jenis kelamin, pemenuhan kebutuhan kalsium, status menopause,

aktivitas fisik, dan gaya hidup : perilaku merokok dan kebiasaan minum

alkohol). Teknik analisa yang digunakan adalah analisa Chi-Square dengan

menggunakan derajat kepercayaan 95% sehingga jika nilai p ≤ 0,05 berarti

hasil perhitungan statistic bermakna (signifikan) atau menunjukkan ada

hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen, dan apabila

nilai p > 0,05 berarti hasil perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak ada

hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.

I. Etika Penelitian

Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang

sangat penting dalam penelitian mengingat peneliti keperawatan akan

berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika peneliti harus

diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian

(Hidayat, 2008). Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku

untuk setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang

diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil

penelitian tersebut. Etika penelitian ini mencakup juga perilaku peneliti atau

perlakuan peneliti terhadap subjek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh

Page 73: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

55

peneliti bagi masyarakat (Notoatmodjo, 2012). Dalam melakukan penelitian

menekankan masalah etika penelitian yang meliputi:

1. Lembar Persetujuan (informed consent)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed

consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan

lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan dari Informed consent

adalah agar subjek mengerti maksud, tujuan penelitian, dan mengetahui

dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangai lembar

persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus

menghormatinya.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunakaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan

kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti.

Page 74: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

56

Etika penenlitian bertujuan untuk menjamin kerahasiaan identitas responden,

melindungi dan menghormati hak responden dengan mengajukan surat

pernyataan persetujuan (Informed consent). Sebelum menandatangani

persetujuan, peneliti menjelaskan judul penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan menjelaskan kepada responden bahwa peneliti tidak akan

membahayakan responden. Peneliti akan menjamin kerahasiaan identitas

responden, dimana data-data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk

kepentingan penelitian dan apabila telah selesai maka data tersebut akan

dimusnahkan.

Page 75: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

57

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

1. Lokasi

Puskesmas Pisangan adalah puskesmas yang ada di kecamatan Ciputat

Timur, yang terletak di sebelah tenggara Tangerang, dengan luas wilayah :

797 Ha, dengan sebagian besar tanah darat dan sisanya rawa.

2. Program Puskesmas

Adapun program yang terdapat di Puskesmas Pisangan yaitu program wajib

puskesmas, program kesehatan pengembangan, dan program pengembangan

pilihan.

a. Program Wajib Puskesmas meliputi : Promosi Kesehatan, Kesehatan

Lingkungan, Kesehatan Ibu, Kesehatan Anak, Keluarga Berencana,

Perbaikan Gizi Masyarakat, dan Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit.

b. Program Kesehatan Pengembangan meliputi : Program Lansia, Program

Remaja, dan Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

c. Program Pengembangan Pilihan meliputi : Program Pelayanan Kesehatan

Mata, dan Program Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Gigi

dan Mulut.

3. Program Kesehatan Usia Lanjut/Lansia

Tujuan : Meningkatkan pelayanan kesehatan usia lanjut.

Sasaran : Meningkatnya derajat kesehatan lansia agar tetap aktif dan

produktif.

Page 76: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

58

Kegiatan :

a. Melaksanakan posbindu di 2 kelurahan

b. Penilaian dan pembinaan posbindu

c. Pelayanan lansia di puskesmas

Sarana tenaga kesehatan yang terdapat di Puskesmas Pisangan meliputi, 2

dokter umum, 1 dokter gigi, 1 ahli gizi, 3 perawat, 6 bidan, 3 perawat gigi, 1 tata

usaha, dan 3 petugas administrasi.

B. Karakteristik Responden

Hasil analisis dilakukan untuk menganalisis variabel-variabel karakteristik

individu yang ada secara deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi dan

proporsi. Analisis Univariat pada penelitian ini dilakukan pada variabel penelitian

yang meliputi: karakteristik responden yang terdiri dari kepadatan tulang, jenis

kelamin, status menopause, asupan kalsium, aktivitas fisik, dan gaya hidup

(perilaku merokok dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol).

1. Kepadatan Tulang

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Kepadatan Tulang Responden Di Puskesmas

Pisangan Tangerang Selatan

Kepadatan Tulang Frekuensi (n) Persentase (%)

Normal 9 8.2

Tidak Normal Osteopenia

Osteoporosis

101 57

44

91.8 51.8

40

Total 110 100

Page 77: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

59

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan hasil bahwa dari 110

responden yang memiliki kepadatan tulang tidak normal lebih banyak yaitu

101 orang (91.8%) dibandingkan responden yang memiliki kepadatan tulang

normal (8.2%). Responden yang memiliki kepadatan tulang tidak normal

lebih banyak terjadi pada osteopenia yaitu sebesar (51.8%).

Tabel 5.2

Karakteristik Responden Di Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan

Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)

Jenis Kelamin

Perempuan

Laki-laki

98

12

89.1

10.9

Status Menopause

Sudah Menopause

Belum Menopause

55

43

56.1

43.9

Asupan Kalsium

Kurang

Cukup

86

24

78.2

21.8

Aktivitas Fisik

Ringan

Sedang

Berat

2

51

57

1.8

46.4

51.8

Kebiasaan Merokok

Tidak Merokok

Merokok

100

10

90.9

9.1

Konsumsi Alkohol

Tidak Mengkonsumsi Alkohol

Mengkonsumsi Alkohol

110

-

100

-

TOTAL 110 100

Berdasarkan tabel 5.1 tentang karakteristik responden, digambarkan

bahwa sebagian besar respondennya adalah ; perempuan (89.1%); sudah

menopause (56.1%); kurangnya asupan kalsium (78.2%); aktivitas fisik berat

(51.8%); dan tidak merokok (90.9%). Sedangkan semua responden dalam

penelitian ini tidak ada yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol

(100%).

Page 78: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

60

2. Kepadatan Tulang Berdasarkan Karakteristik Responden

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Kepadatan Tulang Berdasarkan Karakteristik

Responden

Variabel

Kepadatan Tulang

Total Normal

Tidak Normal

Osteopenia Osteoporosis

n % n % n % n %

Jenis Kelamin

Perempuan

Laki-laki

9

0

9.2

0

50

7

51

58.3

39

5

39.8

41.7

98

12

100

100

Total 9 8.2 57 51.8 44 40 110 100

Status Menopause

Sudah

Belum

2

7

3.6

16.3

24

26

43.6

60.5

29

10

52.7

23.3

55

43

100

100

Total 9 9.2 50 51 39 39.8 98 100

Asupan Kalsium

Kurang

Cukup

5

4

5.8

16.7

46

11

53.5

45.8

35

9

40.7

37.5

86

24

100

100

Total 9 8.2 57 51.8 44 40 110 100

Aktivitas Fisik

Ringan

Sedang

Berat

0

4

5

0

7.8

8.8

2

27

28

100

52.9

49.1

0

20

24

0

39.2

42.1

2

51

57

100

100

100

Total 9 8.2 57 51.8 44 40 110 100

Kebiasaan Merokok

Tidak Merokok

Merokok

9

0

9

0

52

5

52

50

39

5

39

50

100

10

100

100

Total 9 8.2 57 51.8 44 40 110 100

Konsumsi Alkohol

Tidak Mengkonsumsi

Mengkonsumsi

9

-

8.2

-

57

51.8

-

44

-

40

-

110

-

100

-

Total 9 8.2 57 51.8 44 40 110 100

Tabel 5.3 menjelaskan tentang distribusi frekuensi kepadatan tulang

berdasarkan demografi responden, digambarkan bahwa kepadatan tulang yang

tidak normal pada perempuan dan laki-laki lebih banyak osteopenia yaitu,

perempuan (51%), dan laki-laki (58.3%); responden yang sudah menopause

lebih banyak mengalami osteoporosis (52.7%). Sedangkan wanita yang belum

Page 79: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

61

menopause lebih banyak mengalami osteopenia (60.5%); responden yang

memiliki asupan kalsium kurang dan asupan kalsium cukup lebih banyak

mengalami osteopenia yaitu masing-masing (53.5%) dan (45.8%); responden

dengan aktivitas fisik ringan, sedang, dan berat lebih banyak mengalami

osteopenia yaitu masing-masing (100%), (52.9%), dan (49.1%); responden

yang tidak merokok lebih banyak (52%) mengalami osteopenia. Sedangkan

responden yang merokok dengan kepadatan tulang tidak normal osteopenia

dan osteoporosis memiliki persentase yang sama yaitu masing-masing (50%);

dan responden yang tidak mengkonsumsi alkohol lebih banyak mengalami

osteopenia (51.8%).

C. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepadatan Tulang

Dalam penelitian ini untuk variabel kebiasaan mengkonsumsi alkohol tidak

ditemukan responden yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol sehingga

data yang didapatkan homogen. Oleh karena itu data yang diolah tidak dapat

dilakukan uji statistik untuk melihat apakah ada hubungan antara kebiasaan

mengkonsumsi alkohol dengan kepadatan tulang.

1. Jenis Kelamin

Tabel 5.4

Hubungan Jenis Kelamin dengan Kepadatan Tulang Responden di

Puskesmas Pisangan

Jenis Kelamin

Kepadatan Tulang Total

Pvalue Normal Tidak normal

n % n % n %

Perempuan 9 9.2 89 90.8 98 100 0.273

Laki-laki 0 0 12 100 12 100

Total 9 8.2 101 91.8 110 100

Page 80: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

62

Hasil analisis pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa kepadatan tulang

yang tidak normal lebih banyak terjadi pada responden laki-laki (100%)

dibandingkan dengan responden perempuan (90.8%) walaupun persentase

hasilnya tidak terlalu berbeda. Hasil uji statistic didapatkan nilai p = 0.273,

hal tersebut menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara

variabel jenis kelamin dengan variabel kepadatan tulang.

2. Status Menopause

Tabel 5.5

Hubungan Status Menopause dengan Kepadatan Tulang Responden di

Puskesmas Pisangan

Status

Menopause

Kepadatan Tulang Total OR

(95% CI) Pvalue Normal Tidak normal

n % n % n %

Sudah 2 22.2 53 59.6 55 56.1 0.194 (0.03-0.98) 0.032

Belum 7 77.8 36 40.4 43 43.9

Total 9 100 89 100 98 100

Hasil analisis pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa kepadatan tulang

yang tidak normal lebih banyak terjadi pada responden yang sudah mengalami

menopause (59.6%) dibandingkan dengan yang belum menopause (40.4%).

Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0.032, hal tersebut menunjukkan ada

hubungan yang bermakna antara variabel status menopause dengan

kepadatan tulang. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=0,194, artinya

perempuan yang sudah menopause mempunayi peluang 0,194 kali untuk

memiliki kepadatan tulang tidak normal dibandingkan dengan perempuan

yang belum menopause.

Page 81: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

63

3. Asupan Kalsium

Tabel 5.6

Hubungan Asupan Kalsium dengan Kepadatan Tulang Responden di

Puskesmas Pisangan

Asupan Kalsium

Kepadatan Tulang Total

Pvalue Normal Tidak normal

n % n % n %

Kurang 5 55.6 81 80.2 86 78.2 0.086

Cukup 4 44.4 20 19.8 24 21.8

Total 9 100 101 100 110 100

Hasil analisis pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa kepadatan tulang

yang tidak normal lebih banyak terjadi pada responden yang memiliki asupan

kalsium kurang (80.2%) dibandingkan dengan responden yang memiliki

asupan kalsium cukup (19.8%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0.086,

hal tersebut menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan

kalsium dengan kepadatan tulang.

4. Aktivitas Fisik

Tabel 5.7

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kepadatan Tulang Responden di

Puskesmas Pisangan

Aktivitas Fisik

Kepadatan Tulang Total

Pvalue Normal Tidak normal

n % n % n %

Ringan 0 0 2 100 2 100

0.899 Sedang 4 7.8 47 92.2 51 100

Berat 5 8.8 52 91.2 57 100

Total 9 8.2 101 91.8 110 100

Hasil analisis pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa kepadatan tulang

tidak normal persentase terbesar terjadi pada responden yang memiliki

aktivitas fisik ringan (100%) dibandingkan dengan responden yang memiliki

Page 82: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

64

aktivitas fisik sedang (92.2%) dan aktivitas fisik berat (91.2%). Hasil uji

statistik didapatkan nilai p = 0.899, hal tersebut menunjukkan tidak ada

hubungan yang bermakna antara variabel aktivitas fisik dengan variabel

kepadatan tulang.

5. Perilaku Merokok

Tabel 5.8

Hubungan Perilaku Merokok dengan Kepadatan Tulang Responden di

Puskesmas Pisangan

Perilaku

Merokok

Kepadatan Tulang Total

Pvalue Normal Tidak normal

n % n % n %

Tidak Merokok 9 9 91 91 100 100 0.322

Merokok 0 0 10 100 10 100

Total 9 8.2 101 91.8 110 100

Hasil analisis pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa kepadatan tulang

yang tidak normal lebih banyak terjadi pada responden yang memiliki

perilaku merokok (100%) dibandingkan dengan responden yang tidak

memiliki perilaku merokok (91%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p =

0.322, hal tersebut menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara

variabel perilaku merokok dengan variabel kepadatan tulang.

Page 83: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

65

BAB VI

PEMBAHASAN

Pembahasan pada penelitian ini difokuskan pada pembahasan tentang

karakteristik responden, serta faktor-faktor yang mempengaruhi kepadatan tulang di

Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan. Pada akhir pembahasan, peneliti juga

menyertakan keterbatasan dari penelitian ini.

A. Karakteristik Responden

1. Kepadatan Tulang

Densitas Mineral Tulang (DMT) merupakan cara pengukuran kalsium

pada suatu area atau volume tulang. cara ini dilakukan untuk mengetahui

seberapa kuat/lemahnya kepadatan tulang seseorang. Jadi, dapat diketahui

apakah seorang terkena osteopenia, osteoporosis, atau risiko fraktur (Hindu,

2003).

Berdasarkan hasil analisis univariat yang diperoleh dari 110 responden

didapatkan sebagian besar responden dikategorikan memiliki kepadatan

tulang tidak normal yaitu sebanyak 101 responden (91.8%) dan kondisi

tersebut didominasi oleh responden yang menderita osteopenia (51.8%),

dibandingkan dengan yang mengalami osteoporosis (40%), sedangkan 9

responden (8.2%) dikategorikan memiliki kepadatan tulang normal.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Agustin (2009), menunjukkan

bahwa sebagian besar responden mengalami kepadatan tulang tidak normal

Page 84: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

66

yaitu sebesar (67.8%), responden yang mengalami osteopenia (54.8%), dan

responden yang mengalami osteoporosis sebesar (13%). Dalam kondisi

osteopenia, mulai terjadi penurunan DMT dan terjadi pengeroposan

(kerapuhan) tulang. Tingginya prevalensi ini sejalan dengan tingginya

prevalensi osteopenia di Indonesia yang mencapai 41,7% (Tsania dalam

Trihapsari, 2009). Prevalensi osteopenia yang tinggi dalam penelitian ini

dapat menjadi sebuah prediksi meningkatnya prevalensi osteoporosis di area

penelitian pada waktu yang akan datang.

Menurut Wijayakusumah (2007) Kehilangan massa tulang

berhubungan langsung dengan peningkatan usia baik pada pria maupun

wanita. Penurunan massa tulang dimulai pada usia 40 tahun dan terus

berlangsung hingga akhir masa kehidupan. Penelitian ini dilakukan pada

responden lansia awal yaitu usia antara 45-55 tahun. Rentang tersebut

merupakan zona resiko terjadinya pengeroposan tulang perlahan dan

pengeroposan tulang cepat. Oleh sebab itu, pada usia tersebut terjadi

penurunan kepadatan tulang yang ditandai dengan pengeroposan tulang.

Prevalensi kepadatan tulang tidak normal dalam penelitian ini cukup tinggi.

Sehingga ini menjadi masalah yang cukup serius.

Pengukuran kepadatan tulang menggunakan alat quantitative

ultrasound. Teknologi Quantitative ultrasound muncul sebagai alat skrining

yang nyaman dan efektif untuk digunakan dalam deteksi dini osteoporosis.

Deteksi dini akan memungkinkan langkah-langkah pencegahan yang harus

Page 85: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

67

diambil untuk menghambat perkembangan osteoporosis selanjutnya (Chin,

2013).

2. Jenis Kelamin

Jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini yaitu 110

responden. Berdasarkan analisis univariat didapatkan sebagian besar

responden yaitu berjenis kelamin perempuan berjumlah 98 responden

(89.1%), sedangkan responden berjenis kelamin laki-laki berjumlah 12

responden (10.9%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Juniati (2012) yang

menunjukkan bahwa responden perempuan lebih banyak (75%) dibandingkan

responden laki-laki (25%).

Hal ini dikarenakan lebih banyak responden perempuan yang

memeriksakan kepadatan tulangnya dan juga yang aktif mengikuti kegiatan

posbindu Puskesmas Pisangan dibandingkan responden laki-laki.

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada jam kerja sehingga

responden laki-laki yang memeriksaan kepadatan tulang lebih sedikit.

Kebanyakan responden perempuan memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah

tangga sehingga lebih banyak memiliki waktu luang untuk mengikuti kegiatan

posbindu.

Page 86: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

68

3. Status Menopause

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

sudah mengalami menopause yaitu sebanyak 55 responden (56.2%)

sedangkan responden yang belum menopause yaitu sebesar 43 responden

(43.9%).

Penelitian Juniati (2012) juga menunjukkan bahwa sebagian besar

responden dalam penelitiannya sudah mengalami menopause yaitu sebesar

(66.5%), sedangkan responden yang belum menopause sebesar (33.3%).

Sebagian besar responden yang terlibat dalam penelitian tersebut yaitu pada

usia >43 tahun (68.8%).

Menurut Spencer & Brown (2007), menyatakan bahwa usia wanita

memasuki menopause adalah 51 tahun. Sebagian besar wanita mulai

mengalami gejala menopause pada usia 40-an dan puncaknya tercapai pada

usia 50 tahun. Kebanyakan mengalami gejala kurang dari 5 tahun dan sekitar

25% lebih dari 5 tahun. Namun bila diambil rata-ratanya, umumnya seorang

wanita akan mengalami menopause sektiar usia 45-50 tahun (Rostiana, 2009).

Mappiane (1983) menuturkan bahwa masa menopause merupakan masa

peralihan yaitu dari masa produktif menuju masa berkurangnya produktivitas

seorang perempuan (Syarifah, 2014).

Masa menopause mulai terjadi yaitu pada wanita dengan rentang usia

sekitar 45-50 tahun. Hal ini sejalan dengan karakteristik usia responden dalam

Page 87: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

69

penelitian ini yaitu lansia awal yang berusia 46 sampai 55 tahun dimana pada

usia tersebut wanita sudah memasuki masa menopause.

4. Asupan Kalsium

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa asupan kalsium responden

kebanyakan kurang yaitu sebanyak 86 responden (78.2%). Sedangkan asupan

kalsium cukup yaitu sebanyak 24 responden (21,8%). Penelitian yang

dilakukan oleh Trihapsari tahun 2009 sejalan dengan penelitian ini yaitu dapat

diketahui bahwa lebih banyak responden yang kurang mengkonsumsi kalsium

(67.9%), dibandingkan dengan yang cukup mengkonsumsi kalsium (32.1%).

Penelitian ini sejalan dengan teori Permatasari (2011) yang

menyatakan bahwa asupan kalsium harian orang Indonesia berdasarkan

laporan dari Institusi of Medicine, US (1997) hanya memenuhi 25-30% dari

kebutuhan kalsium per harinya. Rata-rata asupan kalsium orang Indonesia

sebesar 289 mg kalsium per hari. Sedangkan pada populasi Indonesia Angka

Kecukupan Gizi (AKG) untuk kalsium baik bagi laki-laki maupun perempuan

usia 19-64 tahun adalah sebesar 800 mg. Kalsium yang adekuat (sekitar 1000

mg) akan memberikan manfaat positif pada sistem rangka baik untuk

memaksimalkan peak bone mass (puncak massa tulang) yang terjadi pada usia

20-35 tahun (Permatasari, 2011).

Salah satu mineral utama yang sangat berkontribusi terhadap

pembentukan tulang adalah kalsium. Lebih dari 99% kalsium terdapat dalam

Page 88: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

70

jaringan keras yaitu tulang dan gigi. Sektiar 91% volume tulang orang dewasa

dibentuk sekitar akhir usia remaja atau masa dewasa awal. Pada masa remaja

penyerapan kalsium dari konsumsi makanan dapat mencapai 75% lalu

menurun hingga 20-40% begitu menginjak usia dewasa. Namun asupan

kalsium harian orang Indonesia masih banyak yang belum mencukupi jumlah

kalsium yang dibutuhkan untuk memelihara tulang maupun tubuh

(Permatasari, 2011).

5. Aktivitas Fisik

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

memiliki aktivitas fisik berat, yaitu sebesar 57 responden (51.8%), aktivitas

fisik sedang sebanyak 51 responden (46.8%), sedangkan aktivitas fisik rendah

yaitu sebanyak 2 responden (1.8%). Hasil nilai aktivitas fisik ini diperoleh

dari perhitungan skor aktivitas fisik yaitu waktu bekerja, waktu olahraga, dan

waktu luang.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Agustin (2009) yang

menunjukkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki aktivitas fisik

sedang yaitu sebanyak 84 orang (73%), responden yang beraktivitas fisik

berat sebanyak 14 orang (15.7%), sedangkan responden yang memiliki

aktivitas fisik ringan sebanyak 13 orang (11.3%).

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot

rangka yang memerlukan energi. Kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor

Page 89: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

71

risiko indepeden untuk penyakit kronis dan secara keselurahan diperkirakan

menyebabkan kematian secara global (WHO, 2013 dalam Paramitha, 2014).

Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang

mengeluarkan energy (Widiantini, 2014).

6. Perilaku Merokok

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

dalam penelitian ini tidak memiliki kebiasaan merokok yaitu sebanyak 100

responden (90.9%), dan responden yang tidak memiliki kebiasaan merokok

yaitu sebanyak 10 orang (9.1%). Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian

Juniati (2012) yang menunjukkan bahwa 13 dari 16 responden tidak memiliki

kebiasaan merokok (81.2%), dan 3 responden memiliki kebiasaan merokok

(18.8%).

Menurut Compston (2002), wanita perokok beresiko lebih tinggi

mengalami kepadatan tulang tidak normal dibandingkan yang tidak merokok

karena wanita perokok mengalami menopause lebih awal dan mempunyai

kadar estrogen lebih rendah daripada bukan perokok. Lane (2003)

memaparkan bahwa merokok dapat meracuni tulang dan juga menurunkan

kadar estrogen. Rendahnya kadar estrogen ini memiliki pengaruh terhadap

kurangnya aktivitas osteoblast dalam formasi tulang, sehingga dapat

menyebabkan rendahnya kepadatan tulang.

Page 90: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

72

Perokok mempunyai risiko terkena osteoporosis yang lebih besar

dibandingkan bukan perokok. Pada wanita perokok ada kecendererungan

kadar estrogen dalam tubuhnya lebih rendah dan kemungkinan memasuki

masa menopause lima tahun lebih awal dibandingkan dengan bukan perokok.

Kecepatan kehilangan massa tulang juga terjadi lebih cepat pada wanita

perokok. Nikotin juga mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyerap dan

menggunakan kalsium (Supari, 2008).

Rendahnya nilai perilaku merokok pada penelitian ini kemungkinan

disebabkan karena kesadaran akan bahaya merokok pada responden cukup

tinggi. Persepsi responden yang menganggap bahwa merokok pada wanita

merupakan suatu kebiasaan yang buruk.

7. Konsumsi Alkohol

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang ada dalam

penelitian ini tidak ada yang memiliki kebiasaan minum alkohol yaitu

sebanyak 110 responden (100%). Jadi untuk variabel konsumsi alkohol

respondennya sudah homogen. Oleh karena itu data tidak dapat dilakukan uji

statistik untuk melihat apakah ada hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi

alkohol dengan kepadatan tulang.

Bila jumlah konsumsi alkohol terlalu banyak (lebih dari 2 gelas sehari)

dapat merugikan kesehatan karena akan mengganggu proses metabolisme

kalsium dalam tubuh. Alkohol dapat menyebabkan luka-luka kecil pada

Page 91: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

73

dinding lambung yang terjadi beberapa saat setalah minum-minuman

beralkohol. Banyaknya luka kecil akibat minum-minuman beralkohol akan

menyebabkan perdarahan. Hal ini dapat menyebabkan tubuh kehilangan

kalsium karena kalsium banyak terdapat dalam darah (Wirakusumah, 2009).

Mengkonsumsi alkohol secara berlebihan, akan meningkatkan

terjadinya resiko patah tulang. Hal ini disebabkan alkohol dapat mengurangi

massa tulang, mengganggu metabolisme vitamin D dan menghambat

penyerapan kalsium. Sehingga terjadinya osteoporosis pun lebih besar pada

orang yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi alkohol dalam jumlah

banyak daripada orang yang tidak mengkonsumsi alkohol (Agustin, 2009).

B. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepadatan Tulang

1. Jenis Kelamin

Hasil uji statistic dengan menggunakan Uji Chi-Square diperoleh nilai

p=0,273. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna

antara jenis kelamin dengan kepadatan tulang. Pada tabel 5.1 diketahui bahwa

responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu 98 orang

(89.1%) dibandingkan dengan responden berjenis kelamin laki-laki yaitu 12

orang (10.9%). Selain itu juga dalam penelitian ini ternyata kejadian

kepadatan tulang tidak normal terjadi lebih banyak dialami laki-laki (100%)

daripada perempuan (90.8%). Sehingga lebih beresiko mengalami kepadatan

tulang tidak normal.

Page 92: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

74

Penelitian ini sejalan dengan hasil penenlitian Agustin (2009) yang

memperoleh nilai uji statistic dengan uji chi-square dengan nilai p=0.118,

sehingga tidak terdapat adanya hubungan yang bermakna antara jenis kelamin

dengan kejadian osteoporosis dan osteopenia. Pada kasus persentase laki-laki

yang mengalami kepadatan tulang tidak normal lebih banyak dibandingkan

dengan perempuan (Agustin, 2009). Jumlah responden perempuan (84 orang)

lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki (31 orang). Penelitian tersebut

didukung dengan adanya pernyataan Nuhonni (2000) yang mengatakan

terjadinya osteoporosis pada laki-laki disebabkan oleh usia yang sudah lanjut

karena berhubungan dengan massa tulang yang rendah. Menurut

Wijayakusumah (2009) massa tulang menurun mulai usia sekitar 40 tahun,

baik pada pria maupun wanita. Pengurangan massa tulang ini akan

berlangsung terus sepanjang sisa hidup.

Berbeda dengan hasil penelitian Permatasari (2011), yang menyatakan

ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kepadatan tulang

tidak normal. Perempuan memiliki risiko lebih tinggi mengalami osteoporosis

dibandingkan laki-laki yaitu sebesar 12,083 kali. Massa tulang perempuan

umumnya 4 kali lebih kecil dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan laki-

laki memiliki peak bone mass lebih tinggi dari perempuan. Sementara

perempuan juga mengalami penurunan massa tulang lebih cepat dibandingkan

laki-laki terutama berkaitan dengan kadar estrogen pada perempuan

(Permatasari, 2011). Menurut Purwoastuti, massa tulang pada wanita lebih

cepat berkurang daripada laki-laki. Karena pada wanita mengalami

Page 93: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

75

menopause, sehingga terjadi penurunan hormon estrogen yang menyebabkan

aktivitas sel osteoblast menurun sedangkan osteoklas meningkat (Purwoastuti,

2008).

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Agustin (2009) yaitu sama-

sama jumlah responden perempuan memiliki proporsi yang jauh berbeda

dibandingkan dengan responden laki-laki. Perbedaanya dengan penelitian

Permatasari (2011) jumlah responden perempuan dan laki-laki proporsinya

hampir sama yaitu 91 dan 79. Jumlah responden perempuan dan laki-laki

yang tidak proporsional ini sehingga dapat mempengaruhi pengolahan uji

statistiknya.

2. Status Menopause

Hasil uji statistic dengan menggunakan Uji Chi-square diperoleh nilai

p=0,032. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

status menopause dengan kepadatan tulang. Dalam penelitian ini responden

yang sudah mengalami menopause mengalami kepadatan tulang tidak normal

sebesar (59,6%) sedangkan perempuan yang belum menopause mengalami

kepadatan tulang tidak normal sebesar (40,4%). Hal ini sejalan dengan teori

yang menyatakan bahwa saat menopause terjadi penurunan estrogen yang

akan menyebabkan hormone parathyroid (PTH) dan penyerapan vitamin D

berkurang sehingga pembentukan tulang (osteoblast) pun akan terhambat dan

kadar mineral akan berkurang. Jika kadar mineral tulang terus menerus

berkurang, maka akan terjadilah osteoporosis (Purwoastuti, 2008 dalam

Juniati, 2012).

Page 94: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

76

Hormon estrogen menghasilkan hormon kalsitonin yang berfungsi untuk

melindungi tulang dari pengeroposan. Jumlah hormon estrogen akan menurun

ketika seorang wanita memasuki masa menopause. Bagaimanapun, wanita

kehilangan masa aktif lebih cepat daripada pria dengan hormon testosteronnya

(Tjahjadi, 2009).

Vitamin D memegang peranan penting dalam penyerapan kalsium.

Vitamin ini bekerjasama dengan hormon paratiroid untuk membantu

penyerapan kalsium di dalam darah dan ginjal. Hormon paratiroid (PTH)

termasuk salah satu hormon yang sering digunakan sebagai bentuk terapi

dalam osteoporosis. Fungsi hormon ini adalah untuk menjaga kadar kalsium

dengan meningkatkan kadarnya di dalam darah. Hormon ini mengambil

kalsium dari tulang untuk memberikannya pada darah. Dalam usus melalui

ginjal, hormon ini meningkatkan aktivitas vitamin D sehingga usus mampu

menyerap kalsium. PTH adalah salah satu hormon yang mengatur kalsium di

dalam tubuh. Sehingga, ketika hormon ini terus menurun maka akan

menyebabkan terjadinya osteoporosis (Tjahjadi, 2009).

Penelitian ini sejalan dengan hasil penenlitian Juniati (2012) yang

memperoleh nilai uji statistic dengan uji chi-square dengan nilai p=0.018

(p<0,05) yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara status

menopause dengan kepadatan tulang. Penelitian Trihapsari (2009) juga

menunjukkan adanya perbedaan proporsi kepadatan tulang yang tidak normal

antara responden yang sudah menopause dengan responden yang belum

Page 95: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

77

menopause atau terdapat hubungan yang bermakna antara status menopause

dengan kepadatan tulang (nilai p=0.012).

Perempuan yang sudah menopause mempunyai risiko osteoporosis

sebesar 5,6 kali dibandingkan dengan yang belum menopause. Tulang akan

menyusut terutama pada saat menopause akibat produksi hormon estrogen

menurun drastis. Pada wanita, selama 5-8 tahun pertama pasca menopause,

kepadatan tulang akan berkurang 40-50% dari massa tulangnya. Sementara

pada laki-laki setelah usia 50 tahun, hanya berkurang 1% per tahun (Prihatini,

2010).

3. Asupan Kalsium

Hasil uji statistic dengan menggunakan Uji Chi-Square diperoleh nilai

p=0,086. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna

antara asupan kalsium dengan kepadatan tulang. Dalam penelitian ini

diketahui kepadatan tulang tidak normal lebih sering terjadi pada responden

yang kurang mengkonsumsi asupan kalsium (80.2%), dibandingkan dengan

responden yang cukup mengkonsumsi asupan kalsium (19.8%) walaupun

hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara asupan kalsium

dengan kepadatan tulang.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dani

(2015) yang menemukan tidak ada hubungan antara asupan kalsium dengan

kepadatan tulang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Dani (2015)

frekuensi asupan kalsium kurang yaitu sebesar 77.8% dan asupan kalsium

yang cukup sebesar 22.2%.

Page 96: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

78

Sejalan juga dengan hasil penelitian Agustin (2009) yang

menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara asupan kalsium

dengan kepadatan tulang. Persentase responden dengan asupan kalsium yang

kurang mengalami kepadatan tulang tidak normal hampir sama dengan

responden yang memiliki asupan kalsium cukup. Hasil uji statistik dengan

Chi-Square menunjukkan nilai p=1.000 (Agustin, 2009). Hasil uji statistik

menunjukkan hubungan yang tidak bermakna p>0,05. Kesamaan yang

digunakan pada penelitian ini dengan penelitian peneliti yaitu sama-sama

menggunakan kuesioner FFQ untuk mengetahui asupan kalisum responden.

Asupan kalsium yang kurang 6 kali berisiko memiliki massa tulang

tidak normal dibandingkan asupan kalsium yang cukup. Kalsium dibutuhkan

untuk pembentukan mineral tulang dan penting untuk pengaturan proses

fisiologik dan biokimia. Selain itu kalsium diperlukan untuk memaksimalkan

puncak massa tulang dan mempertahankan densitas tulang yang normal (Dani,

2015). Tidak semua kalsium yang dimakan terserap dengan sempurna, karena

kalsium juga dapat hilang atau terbuang melalui kulit, urin, dan tinja. Jika

kalsium tubuh kurang, maka tubuh akan mengeluarkan hormon paratiroid

(PTH) yang akan mengambil kalsium dari bagian tubuh lain, terutama tulang,

sehingga terjadi penurunan kepadatan tulang yang ditandai dengan

pengeroposan tulang (Zaviera, 2008).

Menurut Tandra (2009) mineral yang paling banyak terdapat dalam

tubuh yaitu kalsium kebutuhan kalsium ini akan meningkat seiring dengan

bertambahnya usia. Karena pada usia lebih dari 30 tahun, massa tulang akan

Page 97: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

79

mulai berkurang. Terutama pada wanita, akan mengalami menopause yang

mengakibatkan kehilangan massa tulang sebesar 15%. Sehingga diperlukan

asupan kalsium yang cukup (Heaney, 2005). Menurut Gopalan, sebaiknya

konsumsi kalsium yang cukup sudah dimulai sejak usia remaja, karena pada

masa remaja kalsium yang diserap dapat disimpan dalam tubuh sampai lansia,

sehingga dapat mencegah timbulnya osteoporosis (Gopalan, 1994 dalam

Agustin, 2009).

4. Aktivitas Fisik

Berdasarkan analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik Chi-

Square didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan

kepadatan tulang dengan nilai p=0,899. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Agustin (2009) yang menemukan tidak ada hubungan yang

bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian osteoporosis dan osteopenia

dengan hasil uji statistic Chi-Sguare dapat diketahui nilai p=0,088. Kesamaan

antara kedua penelitian ini adalah sama-sama menggunakan kuesioner baecke

yaitu mencakup 3 aktivitas fisik (waktu bekerja, waktu olahrga, dan waktu

luang) untuk mengkategorikan aktivitas fisik responden.

Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Juniati (2012)

yang menyatakan bahwa aktivitas fisik berhubungan dengan kepadatan tulang

yaitu dengan nilai p=0,008. Perbedaan dengan yang dilakukan oleh peneliti

terletak pada pengkategorian aktivitas fisik yaitu dibagi menjadi dua, beresiko

dan kurang beresiko terhadap kejadian osteoporosis dengan hasil responden

Page 98: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

80

yang memiliki aktivitas fisik beresiko lebih besar (56.2%) mengalami

kejadian osteoporosis.

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan teori Compston (2002) yang

menyatakan bahwa seseorang yang jarang melakukan aktivitas fisik akan

mengakibatkan turunnya massa tulang dan dengan bertambahnya usia

terutama pada usia lanjut, otot pun akan menjadi lemah, sehingga akan

berpeluang untuk timbulnya patah tulang.

Peluang terjadinya patah tulang 2 kali lebih besar pada wanita usia

lanjut yang jarang melakukan aktivitas fisik (berdiri < 5 jam) daripada yang

sering melakukan aktivitas fisik (Lane, 2003). Menurut teori mereka yang

malas bergerak atau berolahraga akan terhambat proses osteoblasnya (proses

pembentukan massa tulang). Selain itu kepadatan tulang akan berkurang.

Semakin banyak gerak dan olahraga maka otot akan memacu tulang untuk

membentuk massa (Juniati, 2012).

Aktivitas yang dilakukan setiap orang berbeda-beda. Dengan aktivitas

fisik, berarti otot tubuh bergerak dan menghasilkan energy (Agustin, 2009).

Olahraga yang baik untuk dilakukan, misalnya saja jalan, aerobic, jogging,

renang, dan bersepeda. Akan tetapi jika melakukan aktivitas fisik secara

berlebih justru akan mengurangii massa tulang (Nuhonni, 2000). Menurut

Baecke, aktivitas fisik dibagi menjadi 3, yaitu waktu bekerja, waktu olahraga,

dan waktu luang (Baecke, dalam Kamso, 2000).

Page 99: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

81

5. Perilaku Merokok

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-square diperoleh nilai

p=0,322 (p> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara kebiasaan merokok dengan kepadatan tulang. Berdasarkan

tabel 5.1 diketahui bahwa sebagian responden tidak merokok (90.9%) dan

hanya (9.1%) responden yang merokok. Hal ini tidak terlalu mengejutkan

karena kebiasaan merokok memang jarang terjadi pada perempuan,

kemungkinan karena meningkatnya kesadaran akan bahaya merokok dan

pandangan negative tentang perilaku merokok sehingga hasil yang diperoleh

lebih banyak yang tidak merokok.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Juniati (2012) yang menemukan tidak ada hubungan antara merokok dengan

kepadatan tulang dengan nilai p=0.518. Persentase responden yang merokok

dan osteoporosis sebesar 6.2%, dan responden yang tidak merokok dan

osteoporosis sebesar 56.2%. Menurut Juniati (2012) bukan hanya dari

merokok atau tidaknya penderita sehingga menyebabkan kepadatan tulang

tidak normal tapi faktor-faktor lain juga dapat menjadi penyebabnya seperti

status menopause, asupan nutrisi kalisum, konsumsi alkohol dan aktivitas

fisik.

Rokok dapat meningkatkan risiko penyakit osteoporosis. Perokok

sangat rentan terkena osteoporosis, karena zat nikotin di dalamnya

mempercepat penyerapan tulang. selain penyerapan tulang, nikotin juga

membuat kadar dan aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang

Page 100: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

82

sehingga susunan-susunan sel tulang tidak kuat dalam menghadapi proses

pelapukan. Disamping itu, rokok juga membuat penghisapnya bisa mengalami

hipertensi, penyakit jantung, dan tersumbatnya aliran darah ke seluruh tubuh.

Jika darah sudah tersumbat, maka proses pembentukan tulang sulit terjadi.

Jadi, nikotin jelas menyebabkan osteoporosis baik secara langsung maupun

tidak langsung. Saat masih berusia muda, efek nikotin pada tulang memang

tidak akan terasa karena proses pembentuk tulang masih terus terjadi. Namun,

saat melewati umur 35 tahun, efek rokok pada tulang akan mulai terasa,

karena proses pembentukan pada umur tersebut sudah berhenti (Juniati,

2012).

Hormon estrogen dalam tubuh akan menurun dan akan mudah

kehilangan masa tulang (BMD rendah/terjadi osteoporosis) jika seseorang

merokok, sehingga lebih besar untuk mengalami fraktur tulang (Hughes,

2006). Dengan kebiasaan merokok sejak dini pada wanita akan lebih awal

untuk mengalami menopause, sehingga kadar estrogen akan lebih cepat

menurun dan lebih berisiko untuk mengalami osteoporosis (Compston, 2002).

Jumlah responden yang tidak proporsional antara yang memiliki

kebiasaan merokok dan yang tidak memiliki perilaku merokok juga dapat

mempengaruhi pengolahan data statistiknya.

Page 101: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

83

C. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini,

keterbatasan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dapat terjadinya bias dalam pengisian form FFQ, karena responden yang

diwawancarai berusia ≥45 tahun dan dibutuhkan daya ingat responden untuk

mengingat pola konsumsi makanan responden dalam jangka waktu tertentu.

Sehingga diperlukan waktu yang lama, kesabaran dan ketenangan saat

mewawancarai responden

2. Adanya keterbatasan saat melakukan wawancara responden, karena

kurangnya pewawancara dan responden yang datang secara bersamaan cukup

banyak, sehingga pewawancara merasa lelah dan tidak dapat istirahat.

3. Jenis penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional sehingga data

yang diperoleh tidak bisa digeneralisasikan.

4. Houthrone effect ; subjek penelitian mengetahui bahwa dirinya sedang diteliti

sehingga dapat mempengaruhi jawaban responden.

Page 102: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

84

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab

sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Gambaran kepadatan tulang lansia awal di Puskesmas Pisangan Tangerang

Selatan, yaitu sebanyak 9 orang (8.2%) memiliki kepadatan tulang normal,

dan 101 orang (91.8%) memiliki kepadatan tulang tidak normal dengan 57

orang (51.8%) mengalami osteopenia, dan 44 orang (40%) mengalami

osteoporosis.

2. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kepadatan tulang pada lansia

awal di Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan.

3. Ada hubungan antara status menopause dengan kepadatan tulang pada lansia

awal di Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan.

4. Tidak ada hubungan antara asupan kalsium dengan kepadatan tulang pada

lansia awal di Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan.

5. Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kepadatan tulang pada lansia

awal di Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan.

6. Tidak ada hubungan antara perilaku merokok dengan kepadatan tulang pada

lansia awal di Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan.

7. Data yang didapatkan untuk variabel kebiasaan konsumsi alkohol

menunjukkan bahwa semua responden dalam penelitian tidak ada yang

Page 103: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

85

memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol sehingga respondennya homogen.

Oleh karena itu data yang diolah tidak dapat dilakukan uji statistik untuk

melihat apakah ada hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi alkohol

dengan kepadatan tulang.

B. Saran

1. Bagi Responden

Saran bagi responden agar meningkatkan pengetahuan mengenai

kesehatan tulang dan melakukan pengecakan kepadatan tulang secara rutin.

2. Bagi Puskesmas Pisangan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk promosi

kesehatan yang dapat dilaksanakan di Puskesmas Pisangan mengenai cara

mempertahankan kepadatan tulang dengan mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan kepadatan tulang yang dapat dimodifikasi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan

menggunakan jenis penelitian yang berbeda seperti kohort, ataupun

experiment serta dengan jumlah sampel yang lebih luas.

Page 104: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Ratih P. Hubungan Status Gizi, Gaya Hidup dan Kebiasaan Konsumsi

Kalsium dan Vitamin D pada Warga Usia ≥45 tahun di Taman Wisma Asri

Bekasi Utara Tahun 2009 [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas

Indonesia. 2009.

Atmarita. Daftar Konsumsi Bahan Makanan. Jakarta : Persatuan Ahli Gizi Indonesia,

2005.

Azkiyati, Ade maya. Hubungan Perilaku Merokok dengan Harga Diri Remaja Laki-

laki yang Merokok di SMK Putra Bangsa. [Skripsi]. Depok : Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Indonesia. 2010

Baecke, JAH & Burema, Jan &Frijters, Jan ER. A Short Questionnaire for the

Measurement of Habitual Physical Activity in Epidemiological Studies. The

American Journal of Clininal Nutrition. 1989. Download From ajcn.nutrition.org

by guest on January 14, 2016.

Barasi, Mary E. At a Glance Ilmi Gizi. Jakarta : Penerbit Erlangga. 2007

Bazied, Ali. Menopause dan andropause. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. 2003

Chin, Kok-Yong, Ima-Nirwana, Soelaiman. Calcaneal Quantitative Ultrasound as a

Determinant of Bone Health Status: What Properties of Bone Does It Reflect?.

International Journal of Medical Sciences. 2013

Compston, Juliet. Seri Kesehatan Bimbingan Dokter Pada Osteoporosis. Jakarta :

Dian Rakyat. 2002

Corwin, Elizabeth. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC. 2009

Cosman, Felicia. Osteoporosis : Panduaan Lengkap Agar Tulang Anda Tetap Sehat.

Yogjakarta : Bentang Pustaka. 2009

Dani, Nurul Rama & Damayanti, Didit, & Jus’at, Idrus. Department of Nutrition

Faculty of Health Science Esa Unggul University. Hubungan Aktivitas FIsik,

Asupan Kalsium, Fosfor Serta Kebiasaan Minum Susu Dengan Massa Tulang

Peserta Senam Di Jakarta Barat. 2015

Dharma, Kelana Kusuma. Metodologi Penelitian Keperawatan : Pedoman

Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta : Trans Info Media.

2011.

Fatmah. Gizi Usia Lanjut. Jakarta : Erlangga. 2010

Page 105: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

Haber, Geri Lobiondo-Wood & Judith. Nursing Research : Methods and Critical

Appraisal for Evidence-Based Practioce. Philadhelphia : Mosby Elseiver. 2006

Heaney, Robert P. Prevention Nutrition The Comprehensicec Guide For Health

Professionals Third Edition. Humana Press. Totowa, New Jersey. 2005.

Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.

Jakarta : Salemba Medika. 2008

Hughes, Bess Dawson. Osteoporosis Dalam Buku Modern Nutrition In Health and

Disease Tenth Edition. Lippincott Williams and Wilkins. 2006.

Ikhwan, Muhammad. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok

pada Paisen Hipertensi di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan [Skripsi].

Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. 2013

Juniati & Surnianti & Basri, Muhammad. Poltekkes Kesehatan Kemenkes Makassar.

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Osteoporosis Yang Dirawat

Di RS Islam Faisal Dan RSUPDR. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Volume 1

nomor 4. 2014.

Kementeria Kesehatan RI. Data & Kondisi Penyakit Osteoporosis di Indonesia.

Infodatin Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2015.

Kosnayani, AI Sri. Hubungan Asupan Kalsium, Aktivitas Fisik, Paritas, Indeks

Massa Tubuh dan Kepadatan Tulang pada Wanita Pascammenopause. Program

Pascasarjana. Universitas Diponegoro. Semarang. 2007.

Lane, Nancy E. Lebih Lengkap Tentang Osteoporosis Rapuh Tulang. Jakarta : PT.

Raja Grafindo Persada. 2003.

Limawan, Desmon & Mewo, yanti M & Kaligis, Stefana H.M. Gambaran Kadar

Kalsium Serum Pada Usia 60-70 Tahun. Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 3,

Nomor 1.2015

Mardiyah, Sarah & Sartika, Ratu A.D. Gangguan Kepadatan Tulang pada Orang

Dewasa di Daerah Urban dan Rural. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.

8, No. 6, 2014.

Marjan, Avliya Quratul & Marliyati, Sri Anna. Hubungan antara Pola Konsumsi

Pangan dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Osteoporosis Pada Lansia di Panti

Werdha Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan, Volume 8, Nomor 2, 2013.

Mboi, Nafsiah. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun

2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2013

Page 106: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

Mescher, Anthony L. Histologi Dasar Junqueira Teks & Atlas. Jakarta : EGC. 2012

Mow, Van C & Huiskes, Rik. Basic Orthopaedic Biomechanics and Mechano-

Biology.Third Edition. USA : Lippincott Williams & Wilkins. 2005

National Institutes of Health. Osteoporosis: Peak Bone Mass in Women. NIH

Osteoporosis and Related Bone Diseases National Resource Center. 2015

Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

2012.

Nuhonni, Siti A. Majalah Kedokteran Indonesia. Osteoporosis dan Pencegahannya

Vol.50, No.12. 2000.

Paramitha, Gumilang Mega. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah

Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di RUmah Sakit Daerah Karanganyar.

Fakultas Kedokteran. Surakarta. 2014

Permatasari, Tria A E. jurnal Kedokteran dan Kesehatan. Hubungan Asupan Kalsium

dan Faktor Risiko Lainnya Dengan Kejadian Osteoporosis pada Kelompok

Dewasa Awal di Wilayah Ciputat-Tangerang Selatan. Volume 7 nomor 2. 2011

Permatasari, Tria AE. Hubungan Asupan Kalsium dan Faktor Risiko Lainnya dengan

Kejadian Osteoporosis pada Kelompok Dewasa Awal di Wilayah Ciputat-

Tangerang Selatan. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, vol. 7, No.2, 2011.

Pratisto, Arif. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan

dengan SPSS 12. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. 2005.

Prihatini, Sri & Mahirawati, Vita Kartika & Jahari, Abas Basuni. 2010. Media

Litbang Kesehatan. Faktor Determinan Risiko Osteoporosis di Tiga Provinsi di

Indonesia. Volume XX Nomor 2. 2010

Pudjiastuti, Sri Surini. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta : EGC. 2003.

Purwoastuti, Endang. Menopause, Siapa Takut?. Yogyakarta : Kanisius. 2008.

Rahmawati, Lutvita Yuniar. Tugas Dietary Assessment Food Frequency

Questionnaire [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. 2010.

Riauwi, Hudrizal Mubaroq., Husneli, yesi., & Lestari, Widia. Efektivitas Pendidikan

Kesehatan Dengan Penerapan The Health Belief Model Terhadap Pengetahuan

Keluarga Tentang Diare. JOM PSIK VOL. 1 No.2, 2014.

Rostiana, Triana & Kurniati, Ni Made Taganing. Jurnal Psikologi. Kecemasan Pada

Wanita Yang Menghadapi Menopause. Volume 3 Nomor 1. Depok. 2009.

Setiadi. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan Yogyakarta : Graha Ilmu. 2007.

Page 107: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

Setyawati, Budi & Fuada, Noviati & Salimar. Pengetahuan tentang Osteoporosis dan

Kepadatan Tulang Hubungannya dengan Konsumsi Kalsium pada Wanita

Dewasa Muda. Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat badan

LItbangkes, Kemenkes RI. 2014.

Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC. 2012.

Soeparno. Ilmu Nutrisi & Gizi Daging. Yogyakarta : Gadjah Mada Universsity Press.

2011.

Sugiyono. Statistic Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. 2007.

Sumantri, Arif. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Kencana. 2012.

Supeni, Kushari & Asmayuni. Kegemukan (Overweight) pada Perempuan Umur 25-

50 tahun (Di Kota Padang Panjang Tahun 2007). Jurnal Kesehatan Masyarakat,

2007.

Syaifuddin. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC. 2006.

Syam, Yulianingsih & Noersasongko, Djarot & Sunaryo, Haryanto. Fraktur Akibat

Osteoporosis. Jurnal e-CliniC (eCI). 2014.

Syarifah, Maftukhatus & Kusumaputri, Erika Setyanti. Humanitas. Hubungan

Pengaturan Emosi Positif dengan Kecemasa Menjelang Menopause pada

Perempuan Pekerja. Volume 11. Yogyakarta. 2012

Tandra, Hans. Osteoporosis : Mengenal, Mengatasi, dan Mencegah Tulang Keropos.

Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 2009.

Tjahjadi, Vicynthia. Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer Osteoporosis.

Pustaka Widyamara : Bandung. 2009.

Trihapsari, Enita. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Densitas Mineral Tulang

Wanita ≥45 Tahun di Departemen Pendidikan Nasional [Skripsi]. Fakultas

Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. 2009.

Van C, Mow & Huiskes, Rik. Basic Osthopaedid Biomechanics and Mechano-

Biology : Third Edition. USA : Lippincott Williams &Wilkins. 2005.

Wardhana, Wisnu. Faktor-faktor Risiko Osteoporosis Pada Pasien Dengan Usia di

Atas 50 Tahun [Skripsi]. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. 2012.

Wicaksana, Inu. Mereka Bilang Aku Sakit Jiwa. Yogyakarta : Kanisius. 2009.

Widiantini, Winne. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Aktivitas Fisik, Stres,

dan Obesitas Pada Pegawai Negeri Sipil. Volume 8 nomor 7. 2014.

Page 108: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

Zaviera, Ferdinand. Osteoporosis : Deteksi Dini, Penanganan, dan Terapi Praktis.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2008.

Page 109: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

LAMPIRAN

Page 110: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …
Page 111: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …
Page 112: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

“Gambaran Kepadatan Tulang Berkaitan Dengan Diet Kalsium, Aktivitas Fisik, dan

Perilaku Merokok Pada Lansia Awal Di Puskesmas Pisangan Tahun 2016”

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin :

Usia :

Menyatakan telah diminta dan bersedia untuk berperan sebagai responden

dalam penelitian tersebut diatas. Peneliti telah menjelaskan tentang penelitian yang

akan dijalanan. Saya mengetahui tujuan dan manfaat dari penelitian. Saya mengerti

bahwa peneliti akan menjaga identitas dan kerahasiaan saya.

Demikian, secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya

bersedia ikut serta dalam penelitian.

Jakarta, 2016

Responden Peneliti

( ) ( )

Page 113: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

Nomor Responden :

LEMBAR KUESIONER

Petunjuk Pengisian:

1. Bacalah dengan cermat dan teliti pada setiap item pertanyaan

2. Pertanyaan di bawah ini mohon di isi semuanya

3. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling sesuai dengan

kondisi yang dialami dengan memberikan tanda ceklis (……..)

4. Isilah titik yang tersedia dengan jawaban yang benar.

A. Karakteristik Responden

Hasil BMD : …………………………… (diisi oleh peneliti)

Pertanyaan Koding

1.

2.

3.

4.

Nama : ……………….

Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

Umur : ………………..

Apakah ibu sudah menopause? (pertanyaan khusus untuk Ibu)

1. Sudah 2. Belum

[ ]

[ ]

[ ]

[ ]

Data Konsumsi Alkohol

1. Apakah Bapak/Ibu sedang atau pernah memiliki kebiasaan

minum alkohol?

1. Ya 2. Tidak

[ ]

2. Jika Ya, berapa volume yang biasa pasien minum selama

seminggu?

1. < 750 mL 2. ≥ 750 mL

[ ]

Page 114: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

3. Apakah kebiasaan minum alkohol tersebut masih ada sampai

sekrang?

1. Ya 2. Tidak

[ ]

4. Jika kebiasaan minum alkohol masih ada sampai sekarang,

sejak kapan kebiasaan tersebut dimulai?....................

Usia sekarang : ………. Tahun

[ ]

5. Jika sudah berhenti, sejak usia berapa memiliki kebiasaan

minum alkohol dan usia kapan berhenti mengonsumsi?

Usia mulai : ……….. tahun

Usia berhenti : ………… tahun

[ ]

Data Kebiasaan Merokok

1. Apakah pasien sedang atau pernah memiliki kebiasaan

merokok?

1. Ya 2. Tidak

[ ]

2. Jika ya, berapa batang konsumsi rokok tiap harinya?

………………..

[ ]

3. Apakah kebiasaan merokok tersebut masih ada sampai

sekarang?

1. Ya 2. Tidak

[ ]

4. Jika kebiasaan merokok masih ada sampai sekarang, sejak

kapan kebiasaan tersebut dimulai? ……………..

Usia sekarang : ………… tahun

[ ]

5. Jika sudah berhenti, sejak usia berapa memiliki kebiasaan

merokok dan usia kapan berhenti merokok?

Usia mulai : ………… tahun

Usia berhenti : ………… tahun

[ ]

6. Apakah ada orang disekitar pasien yang menjadi perokok

aktif?

1. Ya, sebutkan ………. 2. Tidak

[ ]

Page 115: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

Kuesioner Aktivitas Fisik (Kuesioner Baecke)

Beri tanda ceklist pada kotak yang tersedia dan isilah sesuai dengan kondisi anda

Sering (5-6 kali/minggu), kadang-kadang (3-4 kali/minggu), dan jarang (1-2

kali/minggu dan tidak pernah).

A. Indeks Waktu Kerja

A1. Apakah pekerjaan Bapak/Ibu saat ini?

a. supir, guru, pensiunan, pedagang menetap, IRT

b. buruh pabrik, tukang kayu

c. buruh bangunan, pedagang keliling dan petani

d. lainnyaa ……

No Pertanyaan Tidak

pernah

Jarang Kadang-

kadang

Sering Selalu Ket

A2 Apakah dalam melakukan

pekerjaan Bapak/Ibu selalu

duduk?

A3 Apakah dalam melakukan

pekerjaan Bapak/Ibu selalu

berdiri?

A4 Apakah dalam melakukan

pekerjaan bapak/Ibu selalu

berjalan?

A5 Apakah dalam melakukan

pekerjaan Bapak/Ibu

mengangkat beban berat?

A6 Apakah setelah melakukan

pekerjaan Bapak/Ibbu

merasa lelah

A7 Apakah setelah melakukan

pekerjaan Bapak/Ibu

berkeringat?

Page 116: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

No Pertanyaan Sangat

ringan

Ringan Sedang Berat Sangat

berat

Ket

A8 Dibandingkan dengan orang

lain yang seusia Bapak/Ibu,

Bagaimanakah pekerjaan

fisik Bapak/Ibu?

B. Indeks Waktu Olahraga

B1. Apakah secara rutin Bapak/Ibu melakukan olahraga

1. Ya 2. Tidak (lanjut ke no.B3)

B2. 1. Apa olahraga pertama yang paling sering Bapak/Ibu lakukan ?

a. Intensitas rendah (jalan kaki, billiard, bowling, golf)

b. Intensias sedang (badminton, bersepeda, menari, berenang, tenis, senan,

jogging)

c. Intensitas tinggi (tinju, basket, voli, sepak bola)

2. Apa olahraga kedua yang paling sering Bapak/Ibu lakukan ?

a. Intensitas rendah (jalan kaki, billiard, bowling, golf)

b. Intensias sedang (badminton, bersepeda, menari, berenang, tenis, senan,

jogging)

c. Intensitas tinggi (tinju, basket, voli, sepak bola)

No Pertanyaan < 1

jam

1-2

jam

2-3

jam

3-4

jam

>4

jam

Ket

Untuk jenis Olahraga pertama

yang paling sering dilakukan.

Berapa jam Bapak/Ibu

berolahraga dalam seminggu?

Untuk jenis Olahraga kedua yang

paling sering dilakukan. Berapa

jam Bapak/Ibu berolahraga dalam

Page 117: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

seminggu?

No Pertanyaan < 1

bulan

1-3

bulan

4-6

bulan

7-9

bulan

>9

bulan

Ket

Untuk olahraga pertama yang

paling sering dilakukan. Berapa

bulan Bapak/Ibu berolahraga

dalam setahun?

Untuk jenis Olahraga kedua yang

paling sering dilakukan. Berapa

bulan Bapak/Ibu dalam setahun?

No Pertanyaan Tidak

pernah

Jarang Kadang-

kadang

Sering Sangat

sering

Ket

B3 Apakah disaat waktu luang

Bapak/ibu berkeringat?

B4 Apakah disaat waktu luang

Bapak/ibu melakukan

olahraga?

No Pertanyaan Jauh

lebih

sedikit

Lebih

sedikit

Sama Lebih

banyak

Jauh

lebih

banyak

Ket

B5 Dibandingkan dengan

orang lain yang seusia

Bapak/Ibu, Bagaimana

aktivitas yang dilakukan

Bapak/Ibu saat waktu

luang?

Page 118: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

C. Indeks Waktu Luang

No Pertanyaan Tidak

pernah

Jarang Kadang

-kadang

Sangat

ringan

Sering Ket

C1 Apakah Bapak/Ibu

menontin TV disaat

waktu luang?

C2 Apakah Bapak/ibu

bersepeda disaat waktu

luang?

C3 Apakah Bapak/Ibu

bersepeda disaat waktu

luang?

No Pertanyaan <5

menit

5-15

menit

16-30

menit

31-45

menit

>45

menit

Ket

C4 Berapa menit Bapak/Ibu

pergi ke tempat

kerja/pasar dengan

berjalan kaki/bersepeda?

Page 119: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

Formulir Food Frekuensi Makanan

No Jenis Makanan ….. per

Hari

….. per

minggu

…… per

bulan

Tidak

Pernah

Jumlah yang dikonsumsi

Ukuran Rumah

tangga (URT)

Berat (gram)

1. Tepung susu skim

2. Susu skim

3. Tepung susu

4. Keju

5. Susu sapi segar

6. Yogurt

7. Susu kental manis

8. Susu kental tidak manis

9. Susu kerbau

10. Es krim

11. Mentega

12. Susu kambing

13. Sarden kaleng

14. Tempe kedelai

15. Tahu

16. Oncom

17. Udang kering

18. Udang segar

19. Teri kering tawar

20. Bayam

21. Kacang ijo

22. Kacang panjang

23. Mujair goreng

24. Telur ayam

25. Telur asin

26. Sawi

27. Daung singkong

28. Kangkung

29. Kacang merah

30. Kacang tanah

Page 120: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

Hasil Analisis Univariat

Statistics

Bone Mineral

Density

Jenis Kelamin Nutrisi Aktivitas Fisik Perilaku

Merokok

Konsumsi

Alkohol

N Valid 110 110 110 110 110 110

Missing 0 0 0 0 0 0

Mean 1.92 1.11 .22 1.50 .09 .01

Median 2.00 1.00 .00 2.00 .00 .00

Std. Deviation .275 .313 .415 .538 .289 .095

Variance .076 .098 .172 .289 .083 .009

Range 1 1 1 2 1 1

Minimum 1 1 0 0 0 0

Maximum 2 2 1 2 1 1

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Perempuan 98 89.1 89.1 89.1

Laki-laki 12 10.9 10.9 100.0

Total 110 100.0 100.0

Status Menopause

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sudah Menopause 55 56.1 56.1 56.1

Belum Menopause 43 43.9 43.9 100.0

Total 98 100.0 100.0

Nutrisi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

kurang 86 78.2 78.2 78.2

cukup 24 21.8 21.8 100.0

Total 110 100.0 100.0

Page 121: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

Aktivitas Fisik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ringan 2 1.8 1.8 1.8

Sedang 51 46.4 46.4 48.2

Berat 57 51.8 51.8 100.0

Total 110 100.0 100.0

Perilaku Merokok

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak Merokok 100 90.9 90.9 90.9

Merokok 10 9.1 9.1 100.0

Total 110 100.0 100.0

Konsumsi Alkohol

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid Tidak Mengkonsumsi

Alkohol

110 100.0 100.0 100.0

Bone Mineral Density

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Normal 9 8.2 8.2 8.2

Tidak Normal 101 91.8 91.8 100.0

Total 110 100.0 100.0

Bone Mineral Density

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

normal 9 8.2 8.2 8.2

osteopenia 57 51.8 51.8 60.0

Osteoporosis 44 40.0 40.0 100.0

Total 110 100.0 100.0

Page 122: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

Jenis Kelamin * Bone Mineral Density Crosstabulation

Bone Mineral Density Total

normal osteopenia Osteoporosis

Jenis Kelamin

Perempuan

Count 9 50 39 98

% within Jenis

Kelamin

9.2% 51.0% 39.8% 100.0%

Laki-laki

Count 0 7 5 12

% within Jenis

Kelamin

0.0% 58.3% 41.7% 100.0%

Total

Count 9 57 44 110

% within Jenis

Kelamin

8.2% 51.8% 40.0% 100.0%

Status Menopause * Bone Mineral Density Crosstabulation

Bone Mineral Density Total

Normal Osteopenia Osteoporosis

Status Menopause

Sudah Menopause

Count 2 24 29 55

% within Status

Menopause

3.6% 43.6% 52.7% 100.0%

Belum Menopause

Count 7 26 10 43

% within Status

Menopause

16.3% 60.5% 23.3% 100.0%

Total

Count 9 50 39 98

% within Status

Menopause

9.2% 51.0% 39.8% 100.0%

Nutrisi * Bone Mineral Density Crosstabulation

Bone Mineral Density Total

normal osteopenia Osteoporosis

Nutrisi

kurang Count 5 46 35 86

% within Nutrisi 5.8% 53.5% 40.7% 100.0%

cukup Count 4 11 9 24

% within Nutrisi 16.7% 45.8% 37.5% 100.0%

Total Count 9 57 44 110

% within Nutrisi 8.2% 51.8% 40.0% 100.0%

Page 123: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

Aktivitas Fisik * Bone Mineral Density Crosstabulation

Bone Mineral Density Total

normal osteopenia Osteoporosis

Aktivitas Fisik

Rendah Count 0 2 0 2

% within Aktivitas Fisik 0.0% 100.0% 0.0% 100.0%

Sedang Count 4 27 20 51

% within Aktivitas Fisik 7.8% 52.9% 39.2% 100.0%

Berat Count 5 28 24 57

% within Aktivitas Fisik 8.8% 49.1% 42.1% 100.0%

Total Count 9 57 44 110

% within Aktivitas Fisik 8.2% 51.8% 40.0% 100.0%

Perilaku Merokok * Bone Mineral Density Crosstabulation

Bone Mineral Density Total

normal osteopenia Osteoporosis

Perilaku Merokok

Tidak Merokok

Count 9 52 39 100

% within Perilaku

Merokok

9.0% 52.0% 39.0% 100.0%

Merokok

Count 0 5 5 10

% within Perilaku

Merokok

0.0% 50.0% 50.0% 100.0%

Total

Count 9 57 44 110

% within Perilaku

Merokok

8.2% 51.8% 40.0% 100.0%

Konsumsi Alkohol * Bone Mineral Density Crosstabulation

Bone Mineral Density Total

normal osteopenia Osteoporosis

Konsumsi Alkohol Tidak Mengkonsumsi Alkohol

Count 9 57 44 110

% within

Konsums

i Alkohol

8.2% 51.8% 40.0% 100.0

%

Total

Count 9 57 44 110

% within

Konsums

i Alkohol

8.2% 51.8% 40.0% 100.0

%

Page 124: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

Hasil Analisis Bivariat

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis Kelamin * Bone

Mineral Density

110 100.0% 0 0.0% 110 100.0%

Jenis Kelamin * Bone Mineral Density Crosstabulation

Bone Mineral Density Total

Normal Tidak Normal

Jenis Kelamin

Perempuan Count 9 89 98

% within Jenis Kelamin 9.2% 90.8% 100.0%

Laki-laki Count 0 12 12

% within Jenis Kelamin 0.0% 100.0% 100.0%

Total Count 9 101 110

% within Jenis Kelamin 8.2% 91.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.200a 1 .273

Continuity Correctionb .289 1 .591

Likelihood Ratio 2.175 1 .140

Fisher's Exact Test .593 .339

Linear-by-Linear Association 1.189 1 .275

N of Valid Cases 110

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .98.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

.908 .853 .967

110

Page 125: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Status Menopause * Bone

Mineral Density

98 100.0% 0 0.0% 98 100.0%

Status Menopause * Bone Mineral Density Crosstabulation

Bone Mineral Density Total

Normal Tidak Normal

Status Menopause

Sudah Menopause

Count 2 53 55

% within Bone Mineral

Density

22.2% 59.6% 56.1%

Belum Menopause

Count 7 36 43

% within Bone Mineral

Density

77.8% 40.4% 43.9%

Total

Count 9 89 98

% within Bone Mineral

Density

100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

1 .032

1 .072

1 .030

.040 .036

1 .032

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.95.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 126: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Status

Menopause (Sudah

Menopause / Belum

Menopause)

.194 .038 .988

For cohort Bone Mineral

Density = Normal

.223 .049 1.021

For cohort Bone Mineral

Density = Tidak Normal

1.151 .999 1.326

N of Valid Cases 98

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Nutrisi * Bone Mineral

Density

110 100.0% 0 0.0% 110 100.0%

Nutrisi * Bone Mineral Density Crosstabulation

Bone Mineral Density Total

Normal Tidak Normal

Nutrisi

kurang

Count 5 81 86

% within Bone Mineral

Density

55.6% 80.2% 78.2%

cukup

Count 4 20 24

% within Bone Mineral

Density

44.4% 19.8% 21.8%

Total

Count 9 101 110

% within Bone Mineral

Density

100.0% 100.0% 100.0%

Page 127: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 2.942a 1 .086

Continuity Correctionb 1.675 1 .196

Likelihood Ratio 2.522 1 .112

Fisher's Exact Test .102 .102

Linear-by-Linear Association 2.915 1 .088

N of Valid Cases 110

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.96.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Nutrisi

(kurang / cukup)

.309 .076 1.255

For cohort Bone Mineral

Density = Normal

.349 .102 1.199

For cohort Bone Mineral

Density = Tidak Normal

1.130 .938 1.362

N of Valid Cases 110

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Aktivitas Fisik * Bone

Mineral Density

110 100.0% 0 0.0% 110 100.0%

Page 128: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

Aktivitas Fisik * Bone Mineral Density Crosstabulation

Bone Mineral Density Total

Normal Tidak Normal

Aktivitas Fisik

Ringan Count 0 2 2

% within Aktivitas Fisik 0.0% 100.0% 100.0%

Sedang Count 4 47 51

% within Aktivitas Fisik 7.8% 92.2% 100.0%

Berat Count 5 52 57

% within Aktivitas Fisik 8.8% 91.2% 100.0%

Total Count 9 101 110

% within Aktivitas Fisik 8.2% 91.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square .212a 2 .899

Likelihood Ratio .375 2 .829

Linear-by-Linear Association .105 1 .746

N of Valid Cases 110

a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is .16.

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Perilaku Merokok * Bone

Mineral Density

110 100.0% 0 0.0% 110 100.0%

Page 129: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG …

Perilaku Merokok * Bone Mineral Density Crosstabulation

Bone Mineral Density Total

Normal Tidak Normal

Perilaku Merokok

Tidak Merokok Count 9 91 100

% within Perilaku Merokok 9.0% 91.0% 100.0%

Merokok Count 0 10 10

% within Perilaku Merokok 0.0% 100.0% 100.0%

Total Count 9 101 110

% within Perilaku Merokok 8.2% 91.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .980a 1 .322

Continuity Correctionb .148 1 .700

Likelihood Ratio 1.794 1 .180

Fisher's Exact Test 1.000 .410

Linear-by-Linear Association .971 1 .324

N of Valid Cases 110

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .82.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

For cohort Bone Mineral

Density = Tidak Normal

.910 .856 .968

N of Valid Cases 110