faktor-faktor penyebab...
TRANSCRIPT
i
Yayasan Rumah Komunitas Krea f2018
Faktor-faktor PenyebabSTUNTING
pada Anak Usia Dini
ii
Faktor-faktor Penyebab Stunting pada Anak Usia Dini
Penulis : Budi SetiawanISBN : 9786025193125Editor : Ella YulaelawatiDesain & Tata letak : RulnaidiPenerbit : Yayasan Rumah Komunitas Kreatif Jl. Rawa Indah I Rt 002 Rw 010 No. 7
Kelurahan Jaticempaka, Kecamatan Pondok Gede, Bekasi Selatan, Kota Bekasi
28 hlm +foto+ilustrasi; 20 x 20 cm
Cetakan pertama, April 2018
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
Lingkup Hak Cipta
Pasal 2:1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau
Pemegang Hak Cipta utuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan Pidana
Pasal 72:1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Daftar Isi
Kata Sambutan ............................................ 1Kata Pengantar ............................................ 2Pendahuluan ............................................... 3Penger an Stun ng .................................... 3Penyebab Stun ng ...................................... 6Pengaruh Buruk Stun ng ............................ 11Kerangka Intervensi Stun ng di Indonesia .. 14Masalah dan Tantangan .............................. 21Kesimpulan .................................................. 27
1
Kata Sambutan
Buku-buku acuan pelaksanaan peningkatan layanan pembinaan profesional pada ngkat Pusat Kegiatan Gugus PAUD (PKG) disusun untuk digunakan pada kegiatan pela han dan pendampingan gugus PAUD. Buku-buku ini disusun secara sederhana, menarik, dan aplika f disertai contoh-contoh agar dapat dipahami, dilaksanakan, dan dijadikan rujukan oleh tutor pemandu dan guru pemandu serta pemangku kepen ngan lainnya.
Penyusunan buku ini mengacu pada Kurikulum 2013 PAUD, Standar PAUD, dan peraturan lain yang terkait. Buku-buku acuan terdiri atas: (1) Mekanisme Pelayanan/Bantuan Profesional Guru PAUD; (2) Andragogi, Panduan Pendidikan Orang Dewasa; (3) Posi ve Paren ng; (4) Faktor-faktor Penyebab Stun ng pada Anak Usia Dini.
Kami ucapkan selamat kepada penyusun, penelaah, penyun ng dan semua pihak yang telah bekerja keras menyelesaikan buku-buku acuan ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senan asa melimpahkan rahmat dan karunia-NYA kepada kita semua dan dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan pendidikan anak usia dini.
Jakarta, Februari 2018Direktur Pembinaan
Pendidikan Anak Usia Dini
R. Ella Yulaelawa R., M.A., Ph.DNIP 195804091984022001
2
Kata Pengantar
Pendidikan Anak Usia Dini sudah selayaknya menjadi fokus dalam pembangunan manusia secara utuh mulai dari ja diri, karakter, dan tentu saja kapasitas mental, moral dan nalar seseorang. Sejak usia dini anak perlu didampingi kebutuhannya melalui pengasuhan dan perawatan yang memadai.
Pengasuhan yang baik adalah mutlak diperlukan di satuan pendidikan anak usia dini (PAUD). Dengan demikian satuan PAUD dak terjebak dalam pengalihan keilmuan kogni f tetapi menyediakan pola asuh yang kondusif dalam membesarkan anak-anak dengan kasih sayang. Tentu saja hal ini memerlukan guru PAUD yang berkualitas yaitu seorang guru yang mampu “bekerja” dengan anak-anak bukan guru yang menumpahkan pengetahuan.
Untuk itu guru memerlukan bantuan profesional agar setelah dila h mampu melaksanakannya di lembaga PAUD. Ia dak akan kembali ke cara mengajarnya semula. Oleh karena itu saya menyambut baik penerbitan buku: (1) Mekanisme Pelayanan/Bantuan Profesional Guru PAUD; (2) Andragogi; (3) Paren ng; dan (4) Faktor-faktor Penyebab Utama Stun ng pada Anak Usia Dini.
Semoga buku-buku ini bermanfaat bagi guru PAUD dan para pembinanya dan tentu saja bermanfaat bagi anak-anak usia dini karena memperoleh pengasuhan dan simulasi pendidikan yang berar .
Bekasi, Februari 2018Ketua Yayasan Rumah Komunitas Krea f
Ir. Anita Permanasari., SE., MM.
3
PENDAHULUANGuru PAUD perlu mencerma perkembangan dan pertumbuhan anak usia dini termasuk kecukupan berat badan maupun nggi badannya sesuai dengan umurnya. Guru perlu menyadari bahwa anak yang nggi badan lebih rendah dari seharusnya, mengindikasikan adanya permasalahan gizi. Permasalahan gizi dapat berdampak terhadap kesehatan serta tumbuh kembang anak selanjutnya.
Kerdil (stun ng) pada anak mencerminkan kondisi gagal tumbuh pada anak Balita (Bawah lima Tahun)
akibat dari kekurangan gizi kronis, sehingga
anak menjadi terlalu p e n d e k
untuk usianya. Kekurangan gizi kronis terjadi sejak bayi dalam kandungan hingga usia dua tahun. Dengan demikian periode 1000 hari pertama kehidupan seyogyanya mendapat perha an khusus karena menjadi penentu ngkat pertumbuhan fi sik, kecerdasan, dan produk vitas seseorang di masa depan.
Saat ini, Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi stun ng yang cukup nggi dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan menengah lainnya. Situasi ini jika dak diatasi dapat mempengaruhi kinerja pembangunan Indonesia baik yang menyangkut pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan ke mpangan.
PENGERTIAN STUNTINGStun ng adalah kondisi seorang anak yang lebih pendek dibanding anak tumbuh normal yang seumur. Hal ini merupakan salah satu bentuk gangguan pertumbuhan masa bayi dan anak. Juga merupakan pertanda telah terjadi gangguan kekurangan gizi kronik (waktu lama) yang berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
Stun ng adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi
ae
PEteeaue
bepe
Stn
dae
akibat dari kekurangan gizi kronis, sehingga
anak menjadi terlalu pp e n d e k
bke
PSpsegJukebp
Sadp
4
sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stun ng baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau nggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Mul centre Growth Reference Study) 2006.
Defi nisi stun ng menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita stunted apabila nilai z-scorenya kurang dari -2SD (standar deviasi) dan severely stunted apabila kurang dari – 3SD .
Stun ng terutama disebabkan kekurangan gizi dan gangguan kesehatan jangka panjang sebelum lahir, dan/atau setelah lahir. Pengaruh faktor gene k dalam kejadian stun ng hanya berperan sekitar 20-30%. Anak perlu makanan dan gizi yang tepat untuk mencapai potensi seutuhnya.
Di Indonesia, sekitar 37% (hampir 9 Juta) anak balita mengalami stun ng (Riset Kesehatan Dasar/ Riskesdas 2013). Indonesia adalah negara dengan prevalensi stun ng kelima terbesar di dunia . Balita atau Baduta (Bayi dibawah usia Dua Tahun) yang mengalami stun ng akan memiliki ngkat kecerdasan dak maksimal, menjadikan
anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada menurunnya ngkat produk vitas. Pada gilirannya stun ng
akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperlebar ke mpangan.
Batas minimal nggi Badan (TB) dalam cen meter (cm) untuk dak stun ng dan batas minimal berat badan (BB) dalam kilogram (kg) untuk dak gizi kurang (underweight) bagi anak umur 12 – 60 bulan.
• Kondisi stun ng disebabkan oleh asupan gizi anak yang dak tercukupi. Biasanya sudah terjadi sejak masih dalam kandungan, ke ka Ibu hamil kurang mendapat asupan gizi yang berkualitas.
1 DARI 3 ANAK ADALAH STUNTING
5
• Kondisi stun ng bisa juga terjadi ke ka asupan gizi saat kurang baik saat anak masih di bawah dua tahun. Oleh karena itu asupan gizi yang baik sejak masa dalam kandungan ditambah dua tahun pertama atau 1000 hari pertama anak sangat pen ng.
• Bila pemberian air susu ibu (ASI) dak lancar dan makanan pendamping ASI (MPASI) kurang berkualitas dapat menyebabkan stun ng.
Sumber: Riset Kesehatan Dasar 2013
Persentase Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan Bayi Lahir Stunting
6
PENYEBAB STUNTINGStun ng disebabkan oleh faktor mul dimensi dan dak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi pervalensi stun ng oleh karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Beberapa faktor yang menjadi penyebab stun ng dapat digambarkan sebagai berikut (Kemenkes & Bank Dunia 2017):
1. Praktek pengasuhan yang kurang baik.
2. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal Care (pelayanan kese hatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas.
3. Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi.
4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.
SIKLUSKEJADIAN
STUNTING
ANAK STUNTING
ANAK PEREMPUAN GIZI SALAH
BAYI BERAT BADAN RENDAH
IBU GIZI SALAH
Siklus Kejadian Stunting
7
Rp
Stunting cermin gangguan tumbuh kembang yang kronik
Anak stunting rentan obes dan sakit-sakitan
Meningkatkan beban keluarga, masyarakat, dan
bangsa
Anak stunting mengalami gangguan kognitif & belajar
Produktifi tas rendah, menurunkan 22%
pendapatan
Dampak Buruk Kejadian Stunting pada Generasi Masa Depan
8
• Negara dengan pendapat-an perkapita yang lebih rendah cenderung memi-liki persentase anak balita stun ng yang nggi.
Sumber : Danaei G 2016
• Saat ini terdapat 8.9 juta anak balita stun ng di Indonesia
Penyebab Terjadinya Stunting di Negara Sedang Berkembang dan Negara Asia Selatan dan Tenggara
Terdapat Keterkaitan antara Persentase Anak Balita Stunting dengan Pendapatan Negara Perkapita
Perbandingan Persentase Anak Balita Stunting Tahun 2007-2013
9
Sumber: Riset Kesehatan Dasar 2013
Persentase Anak Balita Stunting per Provinsi Tahun 2007-2013
Rata-rata Tinggi Badan Anak Indonesia Umur 5-18 tahundibanding Rujukan (WHO 2007) : 2007-2013
10
Peta Persentase Anak Balita Stunting di Dunia
• Tahun 2013 terdapat 162 juta anak balita stun ng di dunia (2013)
• Indonesia negara kelima terbesar bermasalah stun ng
Indonesia = 37,2%Myanmar = 35%Vietnam = 23%Thailand = 16%
< 10%
10 – 19%
20 – 29%
30 – 39%
>40%
dak ada data
11
PENGARUH BURUK STUNTING• Stun ng menunjukkan telah terjadi gangguan jumlah, kualitas dan kerusakan sel, jaringan dan
organ tubuh (gangguan tumbuh kembang).
• Sebagian gangguan jumlah, kualitas dan kerusakan sel, jaringan atau organ yang dak bisa atau sulit diperbaiki.
• Berisiko kegemukan dan penimbunan lemak tengah tubuh di kala dewasa.
BEBERAPA JENIS GIZI SALAH
Stunting
GLOBAL NUTRITION REPORT 2015 #Nutrit ionReport
(anak terlalu pendek dari
usianya)
(anak terlalu kurus dari tingginya)
(anak terlalu gemuk berat badannya)
Wasting Obes
12
% Obes Anak Remaja
45,040,035,030,025,020,015,010,05,00,0
12 13 14 15 16 17 18
37,7
40,2
36,7
35,9
36,5
38,9
37,4
34,9
34,1
32,8
29,7
26,0
23,3
26,2
Laki-laki Perempuan
35,030,025,020,015,010,05,00,0
Perempuan Laki-laki
23,8
13,9
2007 2013
% Obes Orang Dewasa
32,9
19,7
Rasi
o Ke
mat
ian
Indeks Massa Tubuh (kg/m2)
Laki-laki Perempuan
20 25 30 35 40
2,5
2,0
1,5
1,0
0Resiko
moderatResiko
sangat rendahResikorendah
Resikomoderat
Resikotinggi
Resikosangat tinggi
Penyakit pencernaanPenyakit paru-paru
Penyakit jantung
Penyakit ginjalKencing manis.
Persentase Obesitas pada Remaja dan Dewasa Indonesia
Obesitas Meningkatkan Risiko Kematian
Riskesdas 2007&2013
13
Gangguan kemampuan belajar, mudah infeksi dan sakit, serta pendek usia
Terdapat kecenderungan Kematian akibat penyakit menular (PM)menurun dan Kematian Akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) meningkat
• Beban ekonomi meningkat
1990
Cedera 7% Cedera 13%
2015
Sumber: Double Burden of Diseases & WHO NCD Coun-try Profi les
14
• Tanpa intervensi yang berar , beban pengeluaran kesehatan di Indonesia diproyesikan dapat terus meningkat.
5 PENYAKIT dengan beban biaya rawat inap TERTINGGIadalah PENYAKIT TIDAK MENULUAR
KERANGKA INTERVENSI STUNTING DI INDONESIA
Pada 2010, gerakan global yang dikenal dengan Scaling-Up Nutri on (SUN) diluncurkan dengan prinsip dasar bahwa semua penduduk berhak untuk memperoleh akses ke makanan yang cukup dan bergizi. Pada 2012, Pemerintah Indonesia bergabung dalam gerakan tersebut melalui perancangan dua kerangka besar Intervensi Stun ng. Kerangka Intervensi Stun ng tersebut kemudian diterjemahkan menjadi berbagai macam program yang dilakukan oleh Kementerian dan Lembaga (K/L) terkait.
Kerangka Intervensi Stun ng yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu Intervensi Gizi Spesifi k dan Intervensi Gizi Sensi f. Kerangka pertama adalah Intervensi
15
Gizi Spesifi k. Ini merupakan intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan berkontribusi pada 30% penurunan stun ng. Kerangka kegiatan intervensi gizi spesifi k umumnya dilakukan pada sektor kesehatan. Intervensi ini juga bersifat jangka pendek dimana hasilnya dapat dicatat dalam waktu rela f pendek. Kegiatan yang idealnya dilakukan untuk melaksanakan Intervensi Gizi Spesifi k dapat dibagi menjadi beberapa intervensi utama yang dimulai dari masa kehamilan ibu hingga melahirkan balita.
Kerangka Intervensi Stun ng yang direncanakan oleh Pemerintah yang kedua adalah Intervensi Gizi Sensi f. Kerangka ini idealnya dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan dan berkontribusi pada 70% Intervensi Stun ng. Sasaran dari intervensi gizi spesifi k adalah masyarakat secara umum dan dak khusus ibu hamil dan balita pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan/HPK. Kegiatan terkait Intervensi Gizi Sensi f dapat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yang umumnya makro dan dilakukan secara lintas Kementerian dan Lembaga. Ada 12 kegiatan yang dapat berkontribusi pada penurunan stun ng melalui Intervensi Gizi Spesifi k sebagai berikut:
1. Menyediakan dan memas kan akses terhadap air bersih.2. Menyediakan dan memas kan akses terhadap sanitasi. 3. Melakukan for fi kasi bahan pangan. 4. Menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB).5. Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). 6. Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal). 7. Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua. 8. Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universal. 9. Memberikan pendidikan gizi masyarakat. 10. Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi pada remaja. 11. Menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin. 12. Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi.
16
Upaya Pencegahan melalui Pendekatan Pangan dan Gizi
Sasaran Utama: Pra-hamil, hamil
dan balita
Risiko Penyakit Kronil (DM, PJK,
dll)
Investasi paling tepat
Investasi telat merugikan
Investasi lebih dini lebih baik
Umur
Lentur(plastis)Sulit merespon, tak bisa diperbaiki
17
Upaya Perbaikan Gizi
Meningkatnya Mutu Gizi perorangan dan masyarakat
Melalui:1. perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi seimbang;2. perbaikan perilaku sadar gizi, ak fi tas fi sik, dan kesehatan;3. peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan
kemajuan Iptek; dan4. peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.
menurut UU 36 tahun 2009
Upaya Kreatif
Pendukung/Penunjang
RPJMN I2005-2009
RPJMN II2010-2014
RPJMN III2015-2019
RPJMN IV2020-2024
Upaya Preventif, Promotif
Universal Converage
Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan
Membumikan Gizi Seimbang dan Gaya Hidup Sehat secara Berkelanjutan
18
Lama pendidikan
Kontrolenergisusudaging
Skor
Kec
erda
san
19
Minum susu meningkatkan pertumbuhan linear (Tinggi badan) anak, dan mendukung dugaan (hypotheses) bahwa peningkatan konsumsi susu pada abad 19 dan 20 turut berperan dalam peningkatan nggi badan penduduk.
Source: de Beer H et al. Econ Hum Biol. 2012 Dairy products and physical stature: a systematic review
and meta analysis of controlled trials
Anak Remaja biasa Minum Susu, 2.3 cm lebih tinggi dibanding yang Tidak biasa
Minum Susu
Konsumsi susu & pertumbuhan tinggi badan anak perempuan: penelitian kohort prospektif
Penc
apai
an Ti
nggi
Bad
an (I
nci)
Usia (tahun)
Sajian per hari
20
21
Masalah dan Tantangan
• Saat hamil, 43% ibu makan <3x/hari dan 35% Bumil mengonsumsi kurang dari jumlah yang biasa dimakan.
• Banyak Bumil yang menghindari pangan hewani karena khawa r dak bersih/amis dan sulit melahirkan.
• 61% anak hanya makan pangan pokok dan sayur; 40% anak makan <3x/hari dan dak biasa sarapan
Studi oleh IMAWH dan NHUI (2014) pada 2100 Bu baduta dan 1050 Bumil di 6 provinsi (Sumsel, Kalbar, Kalteng, Jabar, Jatim, NTB, Gorontalo
& Sulut, Sulbar dan Maluku)
Sesuai Siklus Hidup dengan Pendekatan Keluarga, Sekolah & Komunitas
Mencuci Tangan
BermainSepakbola
Berjalan Senam
Bersepeda
Menyapu
MemantauBerat Badan
+ Minum Air Pu h 8 Gelas
4 Sendok Makan
5 Sendok Makan
1 Sendok Teh
Gula
Garam
Minyak
3-4 Porsi
3-4 Porsi
2-3 Porsi
2-4 Porsi
BatasiGula, Garam dan Minyak
Pen ng Memenuhi Pangan Hewani, Buah, dan Sayur (PBS) dalam Piring
MakankuMakanku
Cuci tangansebelum makan
Batasi gula, garam dan minyak
Air pu hMakanan
Pokok
LaukPauk
Sayuran
Buah
PIRING MAKANKU: SAJIAN SEKALI MAKAN
22
Pengertian Gizi Seimbang
23
Perbandingan Empat Sehat Lima Sempurna dengan Gizi Seimbang
Mencuci Tangan
BermainSepakbola
Berjalan Senam
Bersepeda
Menyapu
MemantauBerat Badan
+ Minum Air Pu h 8 Gelas
4 Sendok Makan
5 Sendok Makan
1 Sendok Teh
Gula
Garam
Minyak
3-4 Porsi
3-4 Porsi
2-3 Porsi
2-4 Porsi
BatasiGula, Garam dan Minyak
Cuci tanngansebelum mmakan
Batasi gula, garam dan minnyak
Air pu hMakanan
Pokok
LaukPauk
Sayuran
Buah
PIRING MAKANKU: SAJIAN SEKALI MAKAN
24
Bagaimana Mencegahnya:Pendekatan Bagaimana Mencegahnya:Pendekatan Non GiziNon GiziUntuk mencegah meningkatnya resiko stun ng, Untuk mencegah meningkatnya resiko stun ng, perlu dihindari: perlu dihindari:
1. 1. Berulang kejadian diareBerulang kejadian diare2. 2. Sanitasi lingkungan yang burukSanitasi lingkungan yang buruk3. 3. Kehamilan dak direncanakanKehamilan dak direncanakan4. 4. Ibu depresi setelah melahirkanIbu depresi setelah melahirkan
Kehamilan Tidak Direncanakan dan Kehamilan Tidak Direncanakan dan Ibu Depresi setelah Melahirkan Ibu Depresi setelah Melahirkan
Meningkatkan Kejadian Meningkatkan Kejadian StuntingStunting
Pantau Tinggi Badan (TB)Pantau Tinggi Badan (TB)dan Berat Badan (BB)dan Berat Badan (BB)
Anak Laki-laki dan Anak PerempuanAnak Laki-laki dan Anak Perempuan
Faktor Sukses Penurunan Stun ng Faktor Sukses Penurunan Stun ng (Danaei G 2016)(Danaei G 2016)1. 1. Pendidikandan konseling giziPendidikandan konseling gizi2. 2. Promosi dan pemantauan pertumbuhan balitaPromosi dan pemantauan pertumbuhan balita3. 3. ImunisasiImunisasi4. 4. Air dan sanitasiAir dan sanitasi5. 5. Jaring pengaman sosialJaring pengaman sosial6. 6. Komitmen poli k. Komitmen poli k. 7. 7. Kerjasama mul sektor, Par sipasi masyarakat, Kerjasama mul sektor, Par sipasi masyarakat,
Pelayanan berbasis masyarakat. Pelayanan berbasis masyarakat. 8. 8. Tingginya cakupan dan kepatuhan.Tingginya cakupan dan kepatuhan.
25
Persentase Rumahtangga Menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) per provinsi Tahun 2013
26
Pernyataan Presiden Joko Widodo pada Pembukaan Rapat Kerja Kesehatan Nasional tanggal 28 Februari 2017 di Hotel Bidakara Jakarta
“Saya sampaikan kepada Menkes. Nggak! Saya ndak bisa menerima hal-hal ini (gizi buruk) ada di negara kita.“
“Jangan sampai ada lagi yang namanya gizi buruk, Ndak! Memalukan kalau masih ada. Ini yang harus diselesaikan.”
“Saat ini kita (Indonesia) berada sebagai negara dengan pendapatan menengah. Seharusnya ini (kasus gizi buruk) adalah masa lalu kita. Kenapa masih ada, karena kita dak fokus”
27
KESIMPULAN
• Pencegahan stun ng dapat dilakukan melalui pendekatan gizi dan non gizi.
• Pen ngnya perbaikan gizi dan kesehatan remaja, calon pengan n, Bumil dan Bunifas, serta anak balita termasuk bagi anak PAUD
• Perlu penguatan dan perluasan cakupan program gizi sensi f terkait stun ng (air, pangan, sanitasi, pendidikan, infrastuktur akses pelayanan & ekonomi)
28
KERUGIAN AKIBAT STUNTING
KEMATIAN ANAK NILAI IQ PENDAPATAN EKONOMI
anak stun ng 4x beresiko meninggal
dunia
anak stun ng bisa turun sampaipoin
11
di usia dewasa pendapatannya
22% lebih rendah seper
ETHIOPIA
Negara akan kehilangan sampai
16% PDB
29
30
YAYASAN RUMAH KOMUNITAS KREATIFSekretariat: Jl. Rawa Indah I No. 7, Rt. 002 Rw. 010, Jaticempaka, Pondok Gede, Kota Bekasi.