evaluasi tarif krl jabodetabek berdasarkan atp & … · krl jabodetabek sebagai salah satu...

2
EVALUASI TARIF KRL JABODETABEK BERDASARKAN ATP & WTP MASYARAKAT (STUDI KASUS: COMMUTER LINE LINTAS BOGOR JAKARTA KOTA) Mohamad Ashyari Sastrosubroto NIM 15008028 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung ABSTRAK KRL Jabodetabek sebagai salah satu angkutan bagi para komuter di DKI Jakarta dan sekitarnya merupakan andalan bagi mereka yang tinggal di sekitar DKI Jakarta dan bekerja dipusat kota. KRL Jabodetabek dirasa masih perlu untuk dikembangkan dalam berbagai aspek. Pengembangan yang diharapkan tentu akan merubah struktur tarif demi kepentingan operator. Untuk itu, dirasa perlu untuk dikaji kelayakan tarif berdasarkan sudut padang masyarakatberdasarkan ATP & WTP user. Tarif yang akan dievaluasi diambil ruang lingkupnya: lintas Bogor Jakarta Kota dan kereta commuter line. Tarif yang berlaku akan diaanalisis dengan membandingkannya dengan ATP & WTP user. Kata kunci: KRL Jabodetabek, Bogor, Jakarta Kota, tarif, commuter line, ATP, WTP, DKI Jakarta, kereta api. PENDAHULUAN Pada Tugas Akhir ini ditinjau lintas Bogor Jakarta Kota dengan kereta commuter line. Analisis tarif berlaku didasarkan berdasarkan perbandingan dengan nilai ATP & WTP yang didapat melalui wawancara dengan media kuesioner kepada responden yang merupaka user KRL Jabodetabek lintas Bogor Jakarta Kota dengan kereta commuter line. Tarif eksisting diasumsikan sudah menguntungkan operator sehingga evaluasi tarif hanya didasarkan kepada ATP & WTP. Responden yang diwawancara adalah mereka yang sudah membeli karcis dan siap melakukan perjalanan. Jumlah responden ditentukan dengan hasil perhitungan pilot survey untuk kemudian dilakukan main survey dengan jumlah responden yang sudah dihitung. Seluruh user dianggap sanggup untuk membayar tarif KRL Jabodetabek atau, dapat dikatakan, ATP responden diasumsikan berada di atas tarif berlaku. ATP & WTP ATP (ability to pay) adalah kemauan membayar masyarakat. ATP menjelaskan besar tarif yang sanggup dibayar oleh masayarakat berdasarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat. Sedangkan WTP adalah besaran biaya rata-rata yang mau dikeluarkan masyarakat untuk menikmati satu unit pelayanan angkutan umum. ATP dipengaruhi oleh kebutuhan transportasi, intensitas perjalanan, jenis kegiatan, besar pendapatan, pengeluaran total per bulan, dan total biaya transportasi. Sedangkan WTP dipengaruhi oleh kualitas & kuantitas produksi jasa angkutan umum, utilitas

Upload: dinhdieu

Post on 10-Apr-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

EVALUASI TARIF KRL JABODETABEK BERDASARKAN ATP &

WTP MASYARAKAT (STUDI KASUS: COMMUTER LINE LINTAS

BOGOR – JAKARTA KOTA)

Mohamad Ashyari Sastrosubroto

NIM 15008028

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan

Institut Teknologi Bandung

ABSTRAK

KRL Jabodetabek sebagai salah satu angkutan bagi para komuter di DKI Jakarta dan

sekitarnya merupakan andalan bagi mereka yang tinggal di sekitar DKI Jakarta dan

bekerja dipusat kota. KRL Jabodetabek dirasa masih perlu untuk dikembangkan dalam

berbagai aspek. Pengembangan yang diharapkan tentu akan merubah struktur tarif demi

kepentingan operator. Untuk itu, dirasa perlu untuk dikaji kelayakan tarif berdasarkan

sudut padang masyarakat—berdasarkan ATP & WTP user. Tarif yang akan dievaluasi

diambil ruang lingkupnya: lintas Bogor – Jakarta Kota dan kereta commuter line. Tarif

yang berlaku akan diaanalisis dengan membandingkannya dengan ATP & WTP user.

Kata kunci: KRL Jabodetabek, Bogor, Jakarta Kota, tarif, commuter line, ATP,

WTP, DKI Jakarta, kereta api.

PENDAHULUAN

Pada Tugas Akhir ini ditinjau lintas

Bogor Jakarta Kota dengan kereta

commuter line. Analisis tarif berlaku

didasarkan berdasarkan perbandingan

dengan nilai ATP & WTP yang didapat

melalui wawancara dengan media

kuesioner kepada responden yang

merupaka user KRL Jabodetabek lintas

Bogor Jakarta Kota dengan kereta

commuter line. Tarif eksisting

diasumsikan sudah menguntungkan

operator sehingga evaluasi tarif hanya

didasarkan kepada ATP & WTP.

Responden yang diwawancara adalah

mereka yang sudah membeli karcis dan

siap melakukan perjalanan. Jumlah

responden ditentukan dengan hasil

perhitungan pilot survey untuk

kemudian dilakukan main survey

dengan jumlah responden yang sudah

dihitung. Seluruh user dianggap

sanggup untuk membayar tarif KRL

Jabodetabek atau, dapat dikatakan, ATP

responden diasumsikan berada di atas

tarif berlaku.

ATP & WTP

ATP (ability to pay) adalah kemauan

membayar masyarakat. ATP

menjelaskan besar tarif yang sanggup

dibayar oleh masayarakat berdasarkan

keadaan sosial ekonomi masyarakat.

Sedangkan WTP adalah besaran biaya

rata-rata yang mau dikeluarkan

masyarakat untuk menikmati satu unit

pelayanan angkutan umum. ATP

dipengaruhi oleh kebutuhan

transportasi, intensitas perjalanan, jenis

kegiatan, besar pendapatan, pengeluaran

total per bulan, dan total biaya

transportasi. Sedangkan WTP

dipengaruhi oleh kualitas & kuantitas

produksi jasa angkutan umum, utilitas

pengguna atau nilai manfaat yang

diterima pengguna, alokasi biaya untuk

transportasi, dan pelayanan yang

didapatkan user atas suatu jasa

angkutan.

Tarif sendiri dapat dibagi menjadi tiga

macam: tarif rata, tarif progresif (nilai

bertambah seiring meningkatnya jarak),

dan tarif bertahap—mekanisme tarif

yang berada di antara tarif rata dan

progresif. Setiap dari masing-masing

mekanisme tarif memiliki kelebihan dan

kekurangan masing-masing.

Selain ditentukan oleh user, tarif

ditentukan pula oleh operator dengan

memperhitungkan keuntunga, modal,

perawatan, dan biaya operasi dan oleh

Pemerintah melalui regulasi-regulasi

yang diterapkan.

PENGUMPULAN &

PENGOLAHAN DATA

Data yang diambil merupakan hasil

wawancara dari kuesioner yang, intinya,

menanyakan ATP & WTP responden

secara tidak langsung. Batasan

responden adalah berusia di atas 17

tahun dan berada di Stasiun bogor dan

menuju Stasiun Jakarta Kota atau

sebaliknya.

Responden diambil pula data-data

kualitatif lainnya untuk nantinya

dihitung nilai ATP & WTP berdasarkan

pekerjaan, besar pendapatan, sumber

pendapatan, dan maksud perjalanan.

Survei—pilot dan main survey—

dilakukan pada weekdays agar didapat

data yang dirasa paling representatif.

ANALISIS & KESIMPULAN

Berdasarkan hasil survei, didapat besar

ATP rata-rata user KRL Jabodetabek

lintas Bogor – Jakarta Kota sebesar

Rp.9.102,27 dengan WTP sebesar tepat

Rp.6.000,00. Pelajar/mahasiswa

memiliki ATP yang lebih rendah dari

mereka yang sudah bekerja. Agar WTP

dapat dinaikkan, user meminta adanya

peningkatan pelayanan, terutama dalam

peningkatan kapasitas angkut.

Diusulkan agar tarif dinaikkan sampai

Rp.9.000,00 namun dibarengi dengan

peningkatan kapasitas.

Pelajar/mahasiswa diberikan harga yang

lebih rendah, diusulkan Rp.8.000,00.

REFERENSI

Badan Pusat Statistik (2012): Banten

dalam Angka 2011, Badan Pusat

Statistik.

Badan Pusat Statistik (2012): Bogor

dalam Angka 2011, Badan Pusat

Statistik.

Badan Pusat Statistik (2012): Depok

dalam Angka 2011, Badan Pusat

Statistik.

Badan Pusat Statistik (2012): DKI

Jakarta dalam Angka 2011, Badan

Pusat.

Hidayat, Taufik (2011): Jalan Panjang

Menuju Kebangkitan Perkeretaapian

Indonesia—Reformasi &

Restrukturisasi Perkretaapian,

Indonesian Railway Watch.

Hidayat, Taufik (2011): Regulasi,

Keselamatan, dan Pelayanan

Perkretaapian Indonesia, Indonesian

Railway Watch.

Siregar, Oky F. P. dan M. Ihsan

Nasution (2002), Evaluasi Tarif

Kereta Rel Listrik Ekonomi Lintas

Jakarta-Bogor, Tugas Akhir S1

Teknik Sipil, Insitut Teknologi

Bandung.

Warpani, Suwardjoko P. (2002):

Pengelolaan Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan, Penerbit ITB.