evaluasi sistem pengelolaan sampah di kecamatan sukasari

10
EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI KECAMATAN SUKASARI EVALUATION OF WASTE MANAGEMENT SYSTEM IN DISTRICT OF SUKASARI Zulfikar 1 dan Mochammad Chaerul 2 Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung 1 [email protected] , 2 [email protected] Abstrak Evaluasi terhadap pengelolaan sampah dibutuhkan untuk dapat memberikan masukan mengenai hal-hal yang perlu diperbaiki dalam pengelolaan sampah agar terlaknsana pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan. Hal ini menjadi semakin penting untuk direalisasikan karena adanya UU No. 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah yang mewajibkan hal tersebut. Untuk kota Bandung, hal ini dirasakan semakin mendesak karena semenjak ditutupnya TPA Leuwigajah Kota Bandung belum memiliki rencana jangka panjang dalam pengelolaan sampahnya. Kecamatan Sukasari dipilih sebagai wilayah studi dengan pertimbangan karakternya yang dapat merepresentasikan karakter Kota Bandung dari sisi kependudukan dan kondisi persampahan. Dengan jumlah penduduk 65.604 jiwa yang tersebar di empat kelurahan, Kecamatan Sukasari dilengkapi dengan enam TPS. Hasil sampling sampah dengan metode SNI 19-3964-1995 dan SNI M 36-1991-03 menunjukkan bahwa angka timbulan sampah di Kecamatan Sukasari adalah sebesar 0,36 kg/org/hari atau 2,15 liter/org/hari dengan komposisi terbesar adalah organik terkompos (61%) kemudian kertas (12%). Timbulan sampah ini dinilai berpotensi untuk diminimasi. Kondisi TPS di Kecamatan Sukasari sudah cukup baik namun perlu sarana pengumpulan sampah sesuai dengan kebutuhan wilayah pelayanannya. Sub-sistem persampahan (peraturan/hukum, kelembagaan, peran serta masyarakat, pembiayaan, dan teknis operasional) di Kecamatan Sukasari juga dinilai masih berjalan secara terpisah karena belum terjadi suatu kesinambungan yang saling menguntungkan. Kata Kunci: pengelolaan sampah, evaluasi, sampling, TPS, sub-sistem persampahan. Abstract Evaluation of waste management is needed to give suggestion about things that has to be improved in waste management so the proper and environmentally sound waste management could be implemented. It become more essential to do so because UU No. 18/2008 about Waste Management say that it’s a must. For Bandung City, it become more urgent because since the Leuwigajah Landfill operation is terminated Bandung has no long-period plan for it’s waste management. District of Sukasari is chosen to be the study place considering it’s character that represent Bandung City characteristic in the demography and waste condition. With 65.604 people who spread in four sub-district. District of Sukasari has six waste transfer depo. The result of waste sampling by using the SNI 19- 3964-1995 and SNI M 36-1991-03 method show that the rate of waste generation in Sukasari District is 0,36 kgs/person/day or 2,15 liters/person/day with the biggest composition is compostable organic (61%) and paper (12%). The waste generation is potential to be reduced. Waste transfer depo in Sukasari District is quite well but need collecting facility that suite the needs of the service area. The waste sub-system (rules/law, institutional, public-community participation, funding, and operational technology) is considered going separately because there’s no collaboration that could give benefits for each other. Key words: waste management, evaluation, sampling, waste transfer depo, waste sub-system.

Upload: mochammadbayuprahara

Post on 31-Jul-2015

89 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Evaluasi Sistem Pengelolaan Sampah Di Kecamatan Sukasari

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI KECAMATAN

SUKASARI

EVALUATION OF WASTE MANAGEMENT SYSTEM IN DISTRICT OF

SUKASARI

Zulfikar1 dan Mochammad Chaerul

2

Program Studi Teknik Lingkungan

Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan

Institut Teknologi Bandung [email protected],

[email protected]

Abstrak

Evaluasi terhadap pengelolaan sampah dibutuhkan untuk dapat memberikan masukan mengenai hal-hal yang perlu

diperbaiki dalam pengelolaan sampah agar terlaknsana pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan. Hal ini

menjadi semakin penting untuk direalisasikan karena adanya UU No. 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah yang

mewajibkan hal tersebut. Untuk kota Bandung, hal ini dirasakan semakin mendesak karena semenjak ditutupnya

TPA Leuwigajah Kota Bandung belum memiliki rencana jangka panjang dalam pengelolaan sampahnya.

Kecamatan Sukasari dipilih sebagai wilayah studi dengan pertimbangan karakternya yang dapat merepresentasikan

karakter Kota Bandung dari sisi kependudukan dan kondisi persampahan. Dengan jumlah penduduk 65.604 jiwa

yang tersebar di empat kelurahan, Kecamatan Sukasari dilengkapi dengan enam TPS. Hasil sampling sampah

dengan metode SNI 19-3964-1995 dan SNI M 36-1991-03 menunjukkan bahwa angka timbulan sampah di

Kecamatan Sukasari adalah sebesar 0,36 kg/org/hari atau 2,15 liter/org/hari dengan komposisi terbesar adalah

organik terkompos (61%) kemudian kertas (12%). Timbulan sampah ini dinilai berpotensi untuk diminimasi.

Kondisi TPS di Kecamatan Sukasari sudah cukup baik namun perlu sarana pengumpulan sampah sesuai dengan

kebutuhan wilayah pelayanannya. Sub-sistem persampahan (peraturan/hukum, kelembagaan, peran serta

masyarakat, pembiayaan, dan teknis operasional) di Kecamatan Sukasari juga dinilai masih berjalan secara

terpisah karena belum terjadi suatu kesinambungan yang saling menguntungkan.

Kata Kunci: pengelolaan sampah, evaluasi, sampling, TPS, sub-sistem persampahan.

Abstract

Evaluation of waste management is needed to give suggestion about things that has to be improved in waste

management so the proper and environmentally sound waste management could be implemented. It become more

essential to do so because UU No. 18/2008 about Waste Management say that it’s a must. For Bandung City, it

become more urgent because since the Leuwigajah Landfill operation is terminated Bandung has no long-period

plan for it’s waste management. District of Sukasari is chosen to be the study place considering it’s character that

represent Bandung City characteristic in the demography and waste condition. With 65.604 people who spread in

four sub-district. District of Sukasari has six waste transfer depo. The result of waste sampling by using the SNI 19-

3964-1995 and SNI M 36-1991-03 method show that the rate of waste generation in Sukasari District is 0,36

kgs/person/day or 2,15 liters/person/day with the biggest composition is compostable organic (61%) and paper

(12%). The waste generation is potential to be reduced. Waste transfer depo in Sukasari District is quite well but

need collecting facility that suite the needs of the service area. The waste sub-system (rules/law, institutional,

public-community participation, funding, and operational technology) is considered going separately because

there’s no collaboration that could give benefits for each other.

Key words: waste management, evaluation, sampling, waste transfer depo, waste sub-system.

Page 2: Evaluasi Sistem Pengelolaan Sampah Di Kecamatan Sukasari

PENDAHULUAN

Permasalahan sampah perkotaan di Indonesia merupakan masalah yang belum

terselesaikan secara tuntas. Dari total sampah yang dihasilkan oleh masyarakat diperkirakan

hanya 60%-70% yang diangkut ke TPA oleh pihak yang berwenang. Sebagian besar sampah

yang tidak tertangani pemerintah biasanya dibakar atau dibuang ke sungai dan hanya sebagian

kecil yang ditangani oleh pemulung (Damanhuri, 2009). Pemerintah lokal dipercaya untuk

menangani pengelolaan sampah. Namun karena prioritasnya rendah, pelayanan ini di negara

berkembang menjadi tidak efisien dan tidak berkembang. Pembiayaan yang membengkak,

kekurangan dana operasional, kelembagaan yang berkualitas rendah, ketidakdisiplinan petugas,

kurangnya tenaga terlatih dan tekanan politis membuat situasi semakin buruk (Joseph, 2006).

Dalam menentukan kebijakan pengelolaan sampah, pengambil keputusan umumnya

mempertimbangkan dua aspek yaitu hierarki pengelolaan sampah dan aspek jarak (Mohan,

2006).

Bandung sebagai bagian dari salah satu kota besar di Indonesia yang terus berkembang

memerlukan solusi-solusi penanganan sampah. Terlebih lagi hal ini dirasakan semakin mendesak

setelah terjadinya bencana longsor di TPA Leuwigajah pada Februari 2005 yang menyebabkan

harus ditutupnya TPA tersebut dan sampah Kota Bandung dibuang menuju TPA Sarimukti yang

kapasitasnya terus berkurang. Populasi penduduk Kota Bandung menurut data Susenas 2007

adalah sebanyak 2.329.929 jiwa dan menghasilkan sampah 1.551 ton/hari.

Menurut UU No. 18/2008 Tentang Pengelolaan Sampah, pengelolaan sampah adalah

kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan

penanganan sampah [Pasal 1 ayat (5)]. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya

(Pasal 4). Juga ditekankan bahwa pengelolaan sampah harus berwawasan lingkungan. Peraturan

yang berskala nasional ini dalam pelaksanaannya perlu diperjelas dengan perangkat peraturan

yang bersifat lebih teknis seperti peraturan daerah. Untuk Kota Bandung peraturan daerah yang

mengatur hal ini adalah Peraturan Daerah Kota Bandung No. 03 Tahun 2005 Tentang

Penyelenggaraan Ketertiban, Kebersihan, dan Keindahan. Namun implementasinya di

masyarakat perlu dipelajari lebih lanjut.

Bagaimanapun juga, keinginan masyarakat untuk berperan serta tergantung kepada

karakter personalnya seperti pendapatan per kapita, tingkat pendidikan, pengetahuan terhadap

metode ilmiah pendaur-ulangan, tingkat penerimaan pelayanan dari pemerintah setempat, usia,

dan jenis kelamin (Chakrabarti, 2008). Masyarakat dapat berperan serta dalam pengeloaan

sampah yang lebih ramah lingkungan dengan cara mengelola sampah sejak di rumahnya masing-

masing dengan mengurangi tingkat produksi sampah, memilah, mengompos, dan kegiatan

lainnya. Minimasi atau pengurangan sampah tidah hanya berpengaruh pada berkurangnya

penggunaan bahan namun dapat memberikan keuntungan lain pada proses seperti mengurangi

dampak lingkungan pada pembuangan sampah (Henningson, 2001).

Untuk melaksanakan pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan secara efektif

dan efisien di Kota Bandung diperlukan pendataan sistem pengelolaan sampah yang telah

dijalankan dan juga evaluasinya. Kecamatan Sukasari dipilih sebagai wilayah studi karena

karakteristiknya yang dinilai dapat merepresentasikan Kota Bandung dalam hal kependudukan

dan kondisi persampahannya.

Dengan diberikannya evaluasi secara umum dalam penyediaan layanan publik,

pendekatan cara baru dibutuhkan untuk meningkatkan pemenuhan tanggung jawab pada sektor

Page 3: Evaluasi Sistem Pengelolaan Sampah Di Kecamatan Sukasari

publik, sektor pribadi, dan masyarakat umum. Untuk itu, pemerintah setempat perlu menganalisa

semua kemungkinan pelayanan sebagai suatu kesatuan usaha untuk memberikan pelayanan

publik dalam memberikan solusi untuk masalah persampahan (Chakrabarti, 2008). Makalah ini

diharapkan dapat menjadi sumbangan referensi yang dapat digunakan oleh instansi terkait dalam

pelaksanaan pengelolaan persampahan di Kota Bandung.

Gambaran Umum Kecamatan Sukasari

Kecamatan Sukasari terletak di bagian utara Kota Bandung. Kecamatan Sukasari

merupakan salah satu kecamatan dari 26 kecamatan di Kota Bandung. Dilihat dari letak

geografis daerah studi ini terletak di 06o Lintang Selatan dan 22

o Bujur Timur, ketinggian ± 700

meter di atas permukaan laut. Temperatur rata-rata 23oC dengan curah hujan rata-rata 1.807

mm/tahun. Batas-batas Kecamatan Sukasari:

- Utara : Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat

- Timur : Kecamatan Cidadap

- Selatan : Kecamatan Sukajadi

- Barat : Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat

Kecamatan Sukasari memiliki jumlah penduduk sebanyak 65.604 jiwa yang terdiri dari

33.551 jiwa laki-laki dan 32.053 jiwaperempuan. Jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan

Sukasari saat ini 12.361 KK yang tersebar di 4 kelurahan seperti yang dijelaskan pada Tabel 1

mengenai persebaran penduduk.

Tabel 1. Persebaran Kependudukan Tahun 2008

Kelurahan Σ RT Σ RW Jumlah Penduduk

Sarijadi 98 11 26.581

Sukarasa 56 8 12.147

Gegerkalong 38 7 23.854

Isola 29 6 15.169

Sumber: Bandung dalam Angka 2005 dan Profil Kecamatan Sukasari 2008

Penduduk Kecamatan Sukasari tinggal dalam rumah-rumah yang dapat dikategorikan

berdasarkan bahan bangunannya menjadi tiga kaegori, yaitu: permanen, semi-permanen, dan non

permanen. Persentase setiap kategori rumah yang ada di Kecamatan Sukasari dapat dilihat pada

Tabel 2 mengenai prasarana perumahan.

Tabel 2. Prasarana Perumahan Tahun 2008

No. Uraian Jumlah Keterangan

1 Permanen 14.181 51%

2 Semi Permanen 13.211 48%

3 Tidak Permanen 349 1%

Sumber: Profil dan Tipologi Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun 2008

METODOLOGI

Metodologi yang digunakan dalam penyusunan makalah ini meliputi pengumpulan data

sekunder, pengambilan data primer, dan pengolahan data.

Page 4: Evaluasi Sistem Pengelolaan Sampah Di Kecamatan Sukasari

Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data mengenai kependudukan dan prasarana perumahan dilakukan dengan

menghubungi pemerintah setempat yaitu Kantor Kecamatan Sukasari

Statistik Kota Bandung.

Pengambilan Data Primer

Pengambilan data primer

pengamatan langsung dan wawancara singkat. Selain itu dilakukan juga sampling timbulan dan

komposisi sampah. Sampling timbulan dan komposisi ssampling dengan metode stratified random

terlebih dahulu. Kemudian sampling dilakukan dengan menggunakan

SNI M 36-1991-03 yaitu pengukuran sampah langsung di sumber dengan menggunakan

sampling box selama delapan hari berturut

timbulan, densitas, dan komposisi sampah.

keberlangsungan lima sub-sistem pengelolaan sampah

peran serta masyarakat, pembiayaan, dan teknis operasional. Hal ini dilakukan

mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai sistem pengelolaan sampah eksisting.

Pengolahan Data untuk Mendapatkan Evaluasi yang Sesuai

Pengolahan data dilakukan

hasil pengamatan dengan literatur dihubungkan dengan data mengenai timbulan dan komposisi

sampah yang didapatkan dari hasil pengukuran.

Untuk lebih jelasnya metodologi yang dilaksanakan digambarkan p

Pengolahan Data untuk Mendapatkan Evaluasi yang Sesuai

Pengamatan TPS

Data Kependudukan

Pengumpulan data mengenai kependudukan dan prasarana perumahan dilakukan dengan

menghubungi pemerintah setempat yaitu Kantor Kecamatan Sukasari dan Kantor Biro Pusat

Pengambilan data primer dilakukan dengan mendatangi TPS untuk melakukan

pengamatan langsung dan wawancara singkat. Selain itu dilakukan juga sampling timbulan dan

komposisi sampah. Sampling timbulan dan komposisi sampah dilakukan dengan menentukan titik

atified random sampling berdasarkan prasarana perumahan dan persebaran penduduk

ling dilakukan dengan menggunakan metode SNI 19

yaitu pengukuran sampah langsung di sumber dengan menggunakan

selama delapan hari berturut-turut yang kemudian akan menghasilkan data

timbulan, densitas, dan komposisi sampah. Selain itu dilakukan juga pengamatan terhadap

sistem pengelolaan sampah yaitu: peraturan/hukum, kelembag

peran serta masyarakat, pembiayaan, dan teknis operasional. Hal ini dilakukan

mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai sistem pengelolaan sampah eksisting.

Pengolahan Data untuk Mendapatkan Evaluasi yang Sesuai

Pengolahan data dilakukan dengan membandingkan kondisi sistem pengelolaan sampah

hasil pengamatan dengan literatur dihubungkan dengan data mengenai timbulan dan komposisi

sampah yang didapatkan dari hasil pengukuran.

Untuk lebih jelasnya metodologi yang dilaksanakan digambarkan pada Gambar

Gambar 1. Metodologi

Pengolahan Data untuk Mendapatkan Evaluasi yang Sesuai

Pengambilan Data Primer

Sampling Timbulan dan

Komposisi Sampah

Pengamatan Keberlangsungan

Sub-Sistem Pengelolaan Sampah

Pengumpulan Data Sekunder

Data Kependudukan Data Prasarana Perumahan

Pengumpulan data mengenai kependudukan dan prasarana perumahan dilakukan dengan

dan Kantor Biro Pusat

dilakukan dengan mendatangi TPS untuk melakukan

pengamatan langsung dan wawancara singkat. Selain itu dilakukan juga sampling timbulan dan

ampah dilakukan dengan menentukan titik

prasarana perumahan dan persebaran penduduk

SNI 19-3964-1995 dan

yaitu pengukuran sampah langsung di sumber dengan menggunakan

yang kemudian akan menghasilkan data

Selain itu dilakukan juga pengamatan terhadap

yaitu: peraturan/hukum, kelembagaan,

peran serta masyarakat, pembiayaan, dan teknis operasional. Hal ini dilakukan untuk

mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai sistem pengelolaan sampah eksisting.

dengan membandingkan kondisi sistem pengelolaan sampah

hasil pengamatan dengan literatur dihubungkan dengan data mengenai timbulan dan komposisi

ambar 1.

Pengamatan Keberlangsungan

Sistem Pengelolaan Sampah

Page 5: Evaluasi Sistem Pengelolaan Sampah Di Kecamatan Sukasari

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampling Timbulan dan Komposisi Sampah

Sampling timbulan dan komposisi sampah diawali dengan penentuan titik sampel. Titik

sampel ditentukan dengan menggunakan persamaan Slovin dengan toleransi galat sebesar 0,1.

Data : - Jumlah penduduk = 65.604 jiwa

- Jumlah jiwa per keluarga = 6 orang

Persamaan : n = N/(1+Ne2)

Keterangan : n = jumlah sampel

N = total populasi

e = toleransi galat

Perhitungan : n = 65.604/(1+65.604 x 0,12)

= 99,84 jiwa = 100 jiwa

Jumlah titik sampel = 100 jiwa/6 orang per KK = 17 KK

Sedangkan untuk penentuan persebaran titik sampel digunakan metode stratified random

sampling berdasarkan persebaran penduduk (data Tabel 1) dan prasarana perumahan (data Tabel

2) kemudian didapatkan hasil persebaran yang dipaparkan dalam Tabel 3 mengenai Persebaran

Titik Sampel.

Tabel 3. Persebaran Titik Sampel

Kelurahan Jumlah Titik Sampel

Permanen Semi Permanen Non Permanen

Sarijadi 4 1 1

Sukarasa - 3 -

Gegerkalong 4 1 -

Isola 1 2 -

Hasil dari sampling yang dilakukan dipaparkan pada Tabel 4 mengenai Hasil Sampling

Kecamatan Sukasari dan Tabel 5 mengenai Hasil Sampling per Jenis Perumahan serta pada

Gambar 2 mengenai Komposisi Sampah Sukasari.

Tabel 4. Hasil Sampling

Timbulan 2,15 liter/orang/hari

0,36 kg/orang/hari

Berat Harian Rata-rata 36,46 Kg

Volume Harian Rata-rata 0,22 m3

Densitas Harian Rata-rata 166,13 Kg/m3

Tabel 5. Hasil Sampling per Jenis Perumahan

Jenis Perumahan Timbulan (kg/orang/hari) Timbulan (liter/orang/hari)

Permanen 0,19 1,14

Semi-Permanen 0,15 0,89

Non Permanen 0,02 0,13

Page 6: Evaluasi Sistem Pengelolaan Sampah Di Kecamatan Sukasari

Gambar

Dilihat dari komposisinya, sampah Kecamatan Sukasari memiliki potensi yang cukup

tinggi untuk diminimasi. Sampah organik terkompos yang berjumlah 61% dari total sampah

dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi kompos, sampah kertas yang berjumlah 12% dari t

sampah dapat didaur-ulang menjadi recycled paper, sedangkan sisa sampah berupa

dijual.

Pengamatan TPS

Hasil pengamatan TPS dijabar

Sementara Sampah Sukasari dan persebarannya digambarkan pada

Organik

Terkompos

61%

Organik Tak

Terkompos

3%

Gambar 2. Komposisi Sampah Sukasari

Dilihat dari komposisinya, sampah Kecamatan Sukasari memiliki potensi yang cukup

tinggi untuk diminimasi. Sampah organik terkompos yang berjumlah 61% dari total sampah

dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi kompos, sampah kertas yang berjumlah 12% dari t

ulang menjadi recycled paper, sedangkan sisa sampah berupa

il pengamatan TPS dijabarkan pada Tabel 5 mengenai Tempat

dan persebarannya digambarkan pada Gambar 3.

Plastik Kerasan

4% Plastik

Lembaran

9%

Kertas

12%

Logam

0%

Kaca

3%

Organik

Terkompos

Organik Tak

Terkompos

3%

B3 dan lainnya

8%

Dilihat dari komposisinya, sampah Kecamatan Sukasari memiliki potensi yang cukup

tinggi untuk diminimasi. Sampah organik terkompos yang berjumlah 61% dari total sampah

dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi kompos, sampah kertas yang berjumlah 12% dari total

ulang menjadi recycled paper, sedangkan sisa sampah berupa plastik dapat

mengenai Tempat Penampungan

Plastik Kerasan

Plastik

Lembaran

9%

Logam

0%

Page 7: Evaluasi Sistem Pengelolaan Sampah Di Kecamatan Sukasari

Tabel 5. Tempat Penampungan Sementara Sampah Sukasari

TPS Sarana

Transportasi

ke TPA

Sarimukti

Orari Load

Hauled 10

m

Sarimadu Load

Hauled 10

m

KPAD Barat Load

Hauled 10

m

KPAD

Timur

Load

Hauled 10

m

Pasar

Gegerkalong

Load

Hauled 10

m

Pasar

Sarijadi

Load

Hauled 6 m

Gambar 3. Persebaran TPS

Tempat Penampungan Sementara Sampah Sukasari

Sarana

Transportasi

ke TPA

Sarimukti

Ritasi

Pengangkutan

Jumlah

Sarana

Pengumpulan

Jumlah

Petugas

Load

Hauled 10

m3

Sehari 2 x 4 gerobak 3

Load

Hauled 10

m3

Sehari 2 x 4 gerobak, 2

mobil

10

Load

Hauled 10

m3

Seminggu 2 x 3 gerobak 5

Load

Hauled 10

m3

Sehari 1 x 6 gerobak 10

Load

Hauled 10

m3

Sehari 1 x 4 gerobak 8

Load

Hauled 6 m3

Sehari 2 x 4 gerobak 8

Jumlah

Petugas

3

10

5

10

8

8

Page 8: Evaluasi Sistem Pengelolaan Sampah Di Kecamatan Sukasari

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat diperkirakan kapasitas dan kebutuhan

gerobak (dengan ritasi pengumpulan 3 kali sehari) setiap TPS dengan hasil perkiraan seperti

pada Tabel 6.

Tabel 6. Perkiraan Kapasitas Harian dan Kebutuhan Gerobak TPS

TPS Perkiraan Kapasitas Harian Kebutuhan Sarana Gerobak

Orari 20 m3 7

Sarimadu 20 m3 7

KPAD Barat 3 m3 1

KPAD Timur 20 m3 7

Pasar Gegerkalong 10 m3 4

Pasar Sarijadi 12 m3 4

Dari hasil perkiraan tersebut, total jumlah gerobak yang dibutuhkan adalah sebanyak 30

gerobak. Satu mobil pick-up pengangkut sampah memiliki kapasitas sama dengan tiga gerobak.

Jadi jika enam gerobak kebutuhan itu dikonversi dengan dua mobil pengangkut maka dibutuhkan

24 gerobak dan 2 mobil pengangkut. Jumlah ini telah terpenuhi dengan ketersediaan sarana

pengangkut sampah di Kecamatan Sukasari yaitu 25 gerobak dan 2 mobil pengangkut. Namun

persebaran sarana tersebut dapat lebih disesuaikan agar beban kerja dapat disesuaikan dengan

kebutuhan pelayanan.

Hasil Pengamatan Lima Sub-Sistem Persampahan

1. Peraturan/Hukum

Di Kecamatan sukasari peraturan mengenai sistem pengelolaan sampah yang

berlaku kurang disosialisasikan dengan baik sehingga tidak banyak warga yang benar-

benar memahaminya dan masing-masing bertindak sesuai dengan kemauannya masing-

masing. Peraturan mengenai persampahan yang dikenal masyarakat Sukasari umumnya

adalah Perda K3 Bandung No. 11/2005 yang dikritik banyak pihak kurang berjalan

dengan baik. Sedangkan UU No. 18/2008 yang lebih baru dan lebih spesifik mengenai

persampahan belum tersosialisasi dengan baik. Namun memang UU No. 18/2008 ini

perlu dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah yang sampai saat ini belum diterbitkan.

Hal ini menjadi kendala di bidang peraturan yang mengatur tentang persampahan.

Beberapa warga di Kecamatan Sukasari mencoba untuk membuat peraturan sendiri di

tingkat RW namun masih dalam tahap pembuatan.

2. Kelembagaan dan Organisasi

Di Kecamatan Sukasari, penyelenggaraan pengelolaan persampahan umumnya

dilaksanakan oleh P.D. Kebersihan Kota Bandung. Namun pelaksanaan di lapangan dapat

dibantu oleh kelembagaan setempat. Seperti misalnya yang berlangsung di komplek

perumahan tertentu dimana pengambilan sampah dari setiap rumah (door-to-door)

dilaksanakan oleh pengurus komplek untuk kemudian diserahkan kepada P.D.

Kebersihan.

Di beberapa wilayah kelembagaan setempat memiliki sarana sendiri untuk

mengangkut sampahnya ke TPS. Misalnya di Pondok Pesantren Daarut Tauhid yang

membuang sampah setiap harinya ke TPS Sarimadu dengan menggunakan mobil pick-up

milik Pondok Pesantren Daarut Tauhid sendiri.

Page 9: Evaluasi Sistem Pengelolaan Sampah Di Kecamatan Sukasari

3. Pembiayaan

Retribusi merupakan salah satu bentuk nyata partisipasi masyarakat di dalam

membiayai program pengelolaan persampahan. Retribusi ini dibayarkan kepada P.D.

Kebersihan Kota Bandung atau pihak lainnya yang menyelenggarakan pengelolaan

sampah. Besar biaya retribusi bervariasi namun umumnya berada di kisaran Rp3.000,-

sampai dengan Rp5.000,- per bulan.

4. Peran Serta Masyarakat

Sub-sistem ini sebenarnya telah berjalan dengan cukup baik di beberapa kompleks

perumahan Kecamatan Sukasari. Secara berkala diadakan kerja bakti warga dan ada juga

warga yang sudah mulai melakukan pengomposan dan/atau memilah sampahnya. Namun

hal ini tidak terjadi secara merata karena di tempat-tempat lainnya di Kecamatan Sukasari

masih banyak warga yang hanya membuang sampahnya ke tempat sampah dan kemudian

tidak lagi mempedulikannya. Peran serta masyarakan sejauh ini secara umum masih

merupakan atas inisiatif warga sendiri tanpa melibatkan pihak pemerintah.

5. Teknis Operasional

Teknis pengelolaan persampahan yang umumnya dilaksanakan di Kecamatan

Sukasari adalah metode pindah-angkut-buang. Sampah yang terletak di bak sampah

masing-masing rumah dipindahkan ke TPS dengan menggunakan gerobak ataupun mobil.

Sampah ini kemudian menunggu untuk diangkut oleh truk kontainer sampah ke TPA

Sarimukti. Pemindahan sampah dari rumah-rumah ke TPS sebagian besar menggunakan

gerobak yang ditarik oleh seorang petugas. Wilayah Kecamatan Sukasari yang wilayah

utaranya lebih tinggi dari wilayah selatan mengakibatkan daerah ini banyak terdapat

tanjakan dan turunan sehingga menyulitkan pemindahan sampah dengan gerobak

sehingga untuk beberapa wilayah tertentu seperti di TPS Sarimadu dibantu dengan sarana

mobil pengumpul sampah. Namun sarana pengumpulan ini belum sesuai dengan

kebutuhan pelayanannya sehingga masih mengakibatkan adanya sampah yang tidak

terangkut dari warga.

Evaluasi

Dilihat dari besar timbulan sampah yang dihasilkan jika dibandingkan dengan data dari

literatur yaitu Tabel 7 Spesifikasi Timbulan Sampah Kota Kecil dan Sedang di Indonesia, maka

timbulan sampah Sukasari dapat dikatakan cukup rendah karena berada di bawah tingkatan Kota

Kecil.

Tabel 7. Timbulan Sampah Kota Kecil dan Sedang di Indonesia

No Klarifikasi kota Volume

(liter/orang/hari)

Berat (kg/orang/hari)

1. Kota sedang 2,75 – 3,25 0,70 – 0,80

2. Kota kecil 2,50 – 2,75 0,625 – 0,70

Sumber: Standar Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan Sedang di Indonesia Dept.

PU. LPMB. Bandung, 1993.

Namun dilihat dari komposisinya, sampah di Kecamatan Sukasari memiliki potensi yang

besar untuk lebih diminimalisir. Lebih dari setengah timbulan sampah Sukasari adalah organik

Page 10: Evaluasi Sistem Pengelolaan Sampah Di Kecamatan Sukasari

yang dapat dikomposkan. Kemudian 19% adalah sampah kertas yang memiliki potensi untuk

didaur ulang atau digunakan kembali.

Setiap sub-sistem pengelolaan persampahan di Kecamatan Sukasari telah berjalan dengan

cukup stabil namun belum menunjukkan adanya kesinambungan antara satu sub-sistem dengan

sub-sistem lainnya sehingga berpotensi untuk menimbulkan kekacauan jika tidak segera

dibenahi. Pengelolaan persampahan di Kecamatan Sukasari dinilai masih berjalan secara spontan

dan belum siap mengantisipasi keadaan yang akan datang. Pertumbuhan penduduk yang terus

meningkat memungkinkan terjadinya peningkatan timbulan sampah. Oleh karena itu diperlukan

suatu rencana untuk menghadapi peningkatan jumlah penduduk tersebut.

KESIMPULAN

Pengamatan terhadap sistem pengelolaan persampahan menunjukkan beberapa hal yang

dapat dievaluasi. Hasil sampling menunjukkan bahwa walaupun tingkat timbulan sampah

Kecamatan Sukasari masih terbilang kecil namun masih sangat berpotensi untuk dilakukan

minimasi. Fasilitas/sarana pengumpul sampah di TPS-TPS perlu diratakan sesuai dengan

kebutuhan wilayah layanannya. Selain itu dirasakan perlunya suatu kesinambungan antara lima

sub-sistem persampahan yang ada dan perencanaan pengelolaan sampah untuk menghadapi

keadaan masa depan saat jumlah penduduk semakin meningkat.

Ucapan Terima Kasih

Penelitian ini terlaksana karena bantuan dari Program Hibah Kompetisi berbasis Institusi

(PHK-I) Program Studi Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.

REFERENSI

(2005) Bandung dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kota Bandung. Bandung.

(2007) Bandung dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kota Bandung. Bandung.

Damanhuri, Enri & Tri Padmi, (2006), Diktat Kuliah TL-3150 Pengelolaan Sampah. Program

Studi Teknik Lingkungan, FTSL, ITB. Bandung.

Chakrabarti, Snighda. Amita Majumder, Subhendu Chakrabarti, Public-Community

Participation in Household Waste Management in India: An Operational Approach.

Habitat International.

Damanhuri, Enri. I Made Wahyu, Ruslan Ramang, Tri Padmi, (2009), Evaluation of

Municipal Solid Waste Flow in the Bandung Metropolitan Area Indonesia. The 3rd Expert

Meeting in Solid Waste Management in Asia and Pacific Islands.

Henningson, Stefan. Rachel M. Pratt, Paul S. Phillips, Katherine Hyde, (2001), Waste

Minimisation Clubs: A Cost-Efficient Policy Instrument?. European Environment.

Joseph, Kurian, (2006), Stakeholder Participation for Sustainable Waste Management. Habitat

International.

Mohan, R., J. Robins Spiby, A. Jefferis, G.S. S. Leonardi, (2006), Sustainable Waste

Management in the UK: The Public Health Role. Public Health.