evaluasi resiko bahaya berdasarkan faktor lingkungan kerja...

6
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 1 AbstrakCannery Department merupakan departemen tempat dilakukannya proses pengalengan nanas dimana memiliki jumlah tingkat kecelakaan kerja paling tinggi. Kecelakaan kerja yang terjadi tentunya memiliki dampak kerugian, baik dampak terhadap para pekerja sendiri, dampaknya terhadap proses kerja dalam pabrik, serta dampak terhadap produktivitas kinerja perusahaan. Sehingga perlu adanya evaluasi terhadap hal ini. Pada penelitian ini dilakukan ergonomic assessment berdasarkan faktor lingkungan kerja fisik dan K3. Untuk faktor lingkungan kerja fisik digunakan kuisioner lingkungan fisik. Untuk faktor keselamatan dan kesehatan kerja digunakan risk assessment, konsumsi energi, NASA TLX, dan nordic body map. Skor dari faktor tersebut diintegrasikan dengan menggunakan centroid method untuk mendapatkan skor akhir kategori pekerja. Berdasarkan hasil ergonomic assessment, diketahui bahwa sebagian besar pekerja kurang mampu untuk melakukan tugasnya. Rekomendasi perbaikan yang diberikan berupa perbaikan ukuran dan dimensi kursi tempat duduk pekerja, penambahan kipas sebagai treatment lantai licin serta pemasangan lampu dan sensor pada area mesin seamer. Kata KunciErgonomic Assessment, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Kecelakaan Kerja I. PENDAHULUAN alah satu input yang memegang peranan penting dalam pencapaian produktivitas adalah sumber daya manusia yang terlibat dalam proses bisnis tersebut (pekerja). Pekerja yang melakukan kerja berlebihan bahkan sampai mengalami kelelahan dan kejenuhan kerja akan mengakibatkan berimbasnya penurunan tingkat produktivitas kerja. Dalam hal ini, perlu diperhatikan pembagian distribusi fungsi, peran, dan beban kerja agar pekerja dapat bekerja sesuai dengan batas- batas yang dimiliki dan beban kerja menjadi tidak berlebihan. Selain itu, sangat perlu diperhatikan juga perilaku tidak aman pekerja dan kondisi lingkungan kerja yang tidak aman yang dapat menjadi resiko kecelakaan kerja. Biro Pelatihan Tenaga Kerja menyebutkan bahwa dua hal tersebut merupakan penyebab terbesar kecelakaan kerja. Saat ini, keselamatan dan kesehatan kerja sudah menjadi hal yang mutlak diperhatikan dalam dunia industri. Faktor-faktor manusia (human factors) memegang peranan penting dalam keselamatan dan kesehatan kerja yang secara langsung erat kaitannya dengan pencapaian produktivitas kerja yang baik. Produktivitas kerja yang baik adalah dengan didukung oleh terjaganya kenyamanan, keselamatan, dan kesehatan manusia selaku pekerja. Potensi bahaya (hazard) adalah permasalahan yang ada di perusahaan karena merupakan sumber resiko yang potensial mengakibatkan kerugian baik material, lingkungan, maupun manusia (Rochmoeljati, 2007). Dengan memperhatikan ergo-safety, segala permasalahan yang bisa memberikan dampak yang membahayakan bagi keselamatan maupun kesehatan manusia akan dapat diidentifikasi, dijaga, dikelola, dan dirancang untuk memperoleh kondisi lingkungan kerja yang nyaman, aman, dan sehat. Berdasarkan data kecelakaan yang terjadi pada Cannery Department dan hal-hal yang terkait keselamatan dan kesehatan kerja pada proses pengalengan, maka diperlukan suatu evaluasi yang harus dilakukan dalam proses pengalengan nanas di pabrik. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan evaluasi ergonomi yang berbasis pada konsep keselamatan dan kesehatan kerja. II. URAIAN PENELITIAN Tahap ergonomic assessment ini diawali dengan tahap pendahuluan, yaitu mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan dalam proses pengalengan nanas, serta menetapkan tujuan penelitian. Studi literatur dan studi lapangan dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai permasalahan yang ada. Tahap kedua adalah pengumpulan data primer dan data sekunder yang mendukung penelitian. Data primer yang diambil antara lain lingkungan kerja, keluhan kerja,dan denyut jantung pekerja. Data sekunder yang diambil antara lain deskripsi perusahaan, resiko bahaya kerja, dan job desciption pekerja. Data-data yang diperoleh kemudian diolah untuk mendapatkan peta bahaya kerja, nilai konsumsi energi, beban kerja mental, skor nordic body map, dan skor lingkungan fisik. Skor yang didapatkan dari tiap faktor diintegrasikan dengan centroid method untuk mengetahui kategori akhir pekerja. Selanjutnya dibuat rekomendasi perbaikan dengan tujuan mengurangi jumlah kecelakaan kerja yang terjadi. Tahap analisa dilakukan untuk menguraikan hasil yang diperoleh dari tahap sebelumnya. Hasil dari analisa kemudian dimasukkan dalam simpulan penelitian dan saran untuk penelitian lanjutan. EVALUASI RESIKO BAHAYA BERDASARKAN FAKTOR LINGKUNGAN KERJA FISIK DAN K3 DENGAN ERGONOMIC ASSESSMENT PADA PROSES PENGALENGAN NANAS (STUDI KASUS : PT GREAT GIANT PINEAPPLE, LAMPUNG) Ibrahim Yusuf Mahdi, Ir. Sritomo Wignjosoebroto, M.Sc. Teknik Industri, Fakultas Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected] ; [email protected] S

Upload: doduong

Post on 06-Feb-2018

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271

1

Abstrak—Cannery Department merupakan departemen

tempat dilakukannya proses pengalengan nanas dimana

memiliki jumlah tingkat kecelakaan kerja paling tinggi.

Kecelakaan kerja yang terjadi tentunya memiliki dampak

kerugian, baik dampak terhadap para pekerja sendiri,

dampaknya terhadap proses kerja dalam pabrik, serta

dampak terhadap produktivitas kinerja perusahaan.

Sehingga perlu adanya evaluasi terhadap hal ini.

Pada penelitian ini dilakukan ergonomic assessment

berdasarkan faktor lingkungan kerja fisik dan K3. Untuk

faktor lingkungan kerja fisik digunakan kuisioner

lingkungan fisik. Untuk faktor keselamatan dan kesehatan

kerja digunakan risk assessment, konsumsi energi, NASA

TLX, dan nordic body map. Skor dari faktor tersebut

diintegrasikan dengan menggunakan centroid method

untuk mendapatkan skor akhir kategori pekerja.

Berdasarkan hasil ergonomic assessment, diketahui

bahwa sebagian besar pekerja kurang mampu untuk

melakukan tugasnya. Rekomendasi perbaikan yang

diberikan berupa perbaikan ukuran dan dimensi kursi

tempat duduk pekerja, penambahan kipas sebagai

treatment lantai licin serta pemasangan lampu dan sensor

pada area mesin seamer.

Kata Kunci—Ergonomic Assessment, Kesehatan dan

Keselamatan Kerja, Kecelakaan Kerja

I. PENDAHULUAN

alah satu input yang memegang peranan penting dalam

pencapaian produktivitas adalah sumber daya manusia yang

terlibat dalam proses bisnis tersebut (pekerja). Pekerja yang

melakukan kerja berlebihan bahkan sampai mengalami

kelelahan dan kejenuhan kerja akan mengakibatkan

berimbasnya penurunan tingkat produktivitas kerja. Dalam hal

ini, perlu diperhatikan pembagian distribusi fungsi, peran, dan

beban kerja agar pekerja dapat bekerja sesuai dengan batas-

batas yang dimiliki dan beban kerja menjadi tidak berlebihan.

Selain itu, sangat perlu diperhatikan juga perilaku tidak aman

pekerja dan kondisi lingkungan kerja yang tidak aman yang

dapat menjadi resiko kecelakaan kerja. Biro Pelatihan Tenaga

Kerja menyebutkan bahwa dua hal tersebut merupakan

penyebab terbesar kecelakaan kerja.

Saat ini, keselamatan dan kesehatan kerja sudah menjadi hal

yang mutlak diperhatikan dalam dunia industri. Faktor-faktor

manusia (human factors) memegang peranan penting dalam

keselamatan dan kesehatan kerja yang secara langsung erat

kaitannya dengan pencapaian produktivitas kerja yang baik.

Produktivitas kerja yang baik adalah dengan didukung oleh

terjaganya kenyamanan, keselamatan, dan kesehatan manusia

selaku pekerja. Potensi bahaya (hazard) adalah permasalahan

yang ada di perusahaan karena merupakan sumber resiko yang

potensial mengakibatkan kerugian baik material, lingkungan,

maupun manusia (Rochmoeljati, 2007). Dengan

memperhatikan ergo-safety, segala permasalahan yang bisa

memberikan dampak yang membahayakan bagi keselamatan

maupun kesehatan manusia akan dapat diidentifikasi, dijaga,

dikelola, dan dirancang untuk memperoleh kondisi lingkungan

kerja yang nyaman, aman, dan sehat.

Berdasarkan data kecelakaan yang terjadi pada Cannery

Department dan hal-hal yang terkait keselamatan dan

kesehatan kerja pada proses pengalengan, maka diperlukan

suatu evaluasi yang harus dilakukan dalam proses pengalengan

nanas di pabrik. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan

evaluasi ergonomi yang berbasis pada konsep keselamatan dan

kesehatan kerja.

II. URAIAN PENELITIAN

Tahap ergonomic assessment ini diawali dengan tahap

pendahuluan, yaitu mengidentifikasi dan merumuskan

permasalahan dalam proses pengalengan nanas, serta

menetapkan tujuan penelitian. Studi literatur dan studi lapangan

dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai

permasalahan yang ada.

Tahap kedua adalah pengumpulan data primer dan data

sekunder yang mendukung penelitian. Data primer yang

diambil antara lain lingkungan kerja, keluhan kerja,dan denyut

jantung pekerja. Data sekunder yang diambil antara lain

deskripsi perusahaan, resiko bahaya kerja, dan job desciption

pekerja. Data-data yang diperoleh kemudian diolah untuk

mendapatkan peta bahaya kerja, nilai konsumsi energi, beban

kerja mental, skor nordic body map, dan skor lingkungan fisik.

Skor yang didapatkan dari tiap faktor diintegrasikan dengan

centroid method untuk mengetahui kategori akhir pekerja.

Selanjutnya dibuat rekomendasi perbaikan dengan tujuan

mengurangi jumlah kecelakaan kerja yang terjadi.

Tahap analisa dilakukan untuk menguraikan hasil yang

diperoleh dari tahap sebelumnya. Hasil dari analisa kemudian

dimasukkan dalam simpulan penelitian dan saran untuk

penelitian lanjutan.

EVALUASI RESIKO BAHAYA BERDASARKAN FAKTOR

LINGKUNGAN KERJA FISIK DAN K3 DENGAN ERGONOMIC

ASSESSMENT PADA PROSES PENGALENGAN NANAS

(STUDI KASUS : PT GREAT GIANT PINEAPPLE, LAMPUNG)

Ibrahim Yusuf Mahdi, Ir. Sritomo Wignjosoebroto, M.Sc.

Teknik Industri, Fakultas Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail: [email protected] ; [email protected]

S

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271

2

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PT GGP adalah perusahaan agribisnis yang bergerak di

bidang perkebunan dan pengalenan nanas. PT Great Giant

Pineapple (GGP) didirikan pada tahun 1979 dengan akte

notaris nomor : 48 tanggal 14 Mei 1979. Lokasi perkebunan

terletak di 2 (dua) Kabupaten yaitu Kabupaten Lampung

Tengah dan Lampung Utara, sedangkan lokasi pabrik

pengalengannya terletak di Kampung Terbanggi Besar KM 77,

Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah,

Provinsi Lampung. Luas lahan perkebunan nanas mencapai

lebih kurang 33.000 hektar.

3.1 Proses Kerja

Berikut adalah alur proses kerja pada pabrik proses

pengalengan nanas :

O - 3

O - 9

O - 8

O - 4

O - 6

O - 10

O - 7

O - 1

O – 5

O - 11

Penimbangan Buah

(Weighing)

Seleksi Kualitas (Manual)

Pemisahan Ukuran

Buah (Grading)

Pemotongan ujung &

pangkal

Coring and Slicing

Pengupasan Kulit

(Peeling)

Pencucian Buah

(Washing)

Ins. 1

Pengisian Media Syrup

Suplai ke mesin syruper

& seamer

Memasukkan dalam

kaleng

Selection

Penutupan

kaleng (Seaming)

Ins. 2

5 detik

2 detik

2 detik

1 menit

1 menit

5 menit

5 menit

5 detik

5 detik

2 menit

Cannery Dept Process

O - 2Penumpahan Buah

(Dumping)5 menit

10 menit

O - 12Pemasakan

Produk (Cooking)12 – 25 menit

O - 13

Penyusunan

Produk ke Palet

(Palletizing)

10 - 15 menit

Gambar 3.1 OPC Cannery Department

3.2 Risk Analysis

Risk analysis dilakukan untuk mengidentifikasi dan

menganalisa resiko yang mungkin muncul dalam pekerjaan

yang dilakukan. Ada tiga tahapan yang dilakukan. Tahap

pertama adalah identifikasi bahaya yang ada, tahap kedua

adalah menentukan seberapa sering bahaya tersebut terjadi, dan

tahap yang ketiga adalah memetakan bahaya tersebut. Berikut

hasil dari risk analysis :

Tabel 3.1 Kelompok Bahaya

Bahaya Potensi

Berbahaya RAC Kategori Bahaya

bahaya

fisik kebisingan 2

High/serious

danger Mengancam

Bahaya Potensi

Berbahaya RAC Kategori Bahaya

lantai licin 2 High/serious

danger Mengancam

panas 2 High/serious

danger Mengancam

air nanas 3 Medium/moderate

danger Sedang

benda tajam 2 High/serious

danger Mengancam

bahaya

kimia

gas tabung

(emisi) 5 Very low Abaikan

gas buang

(emisi) 5 Very low Abaikan

debu 4 Low/minor danger Sedang

penggunaan

bahan kimia 5 Very low Abaikan

bahaya

mekanis

gerakan

mekanis

mesin

2 High/serious

danger Mengancam

tabrakan 5 Very low Abaikan

bahaya

ergonomi

posisi kerja

statis 3

Medium/moderate

danger Sedang

kecerobohan 3 Medium/moderate

danger Sedang

3.3 Konsumsi Energi

Untuk menentukan besarnya konsumsi energi yang

dihasilkan oleh pekerja dalam melakukan pekerjaannya

digunakan persamaan berikut :

Y = 0.014 HR + 0.017 BB + 1.706

Keterangan :

Y : Konsumsi oksigen (liter/menit)

HR : Denyut jantung (denyut/menit)

BB : Berat badan (kilogram)

Sehingga didapatkan rekap perhitungan konsumsi energy

dan kategori beban kerja sebagai berikut :

Tabel 3.2 Kategori Beban Kerja

Kategori Beban

Kerja

Konsumsi

Oksigen

(L/min)

Denyut

Jantung

(denyut/min)

Energy

Expenditure

(Kkal/menit)

Sangat Ringan < 0.5 < 60 < 2.5

Ringan 0.5 -1 60-100 2.5 - 5

Sedang 1.1-1.5 101-125 5.1 - 7.5

Berat 1.6 -2 126-150 7.5 - 10

Sangat Berat 2.1-2.5 151-175 10.1 - 12.5

3.4 Nordic Body Map

Nordic body map merupakan kuesioner yang digunakan

untuk mengetahui bagian tubuh operator yang sakit saat

melakukan proses kerja. Bagian tubuh yang memiliki skor

tertinggi akan diolah dengan standardize nordic questionnaire

untuk mengetahui lama waktu keluhan, konsekuensi, serta lama

waktu kerja hilang.

Tabel 3.3 Rekap Nordic Body Map

No Lokasi Tubuh Rata-rata

1 leher 2,16666667

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271

3

No Lokasi Tubuh Rata-rata

2 bahu kiri 2,36666667

3 bahu kanan 2,56666667

4 lengan atas kiri 1,56666667

5 punggung 2,23333333

6 lengan atas kanan 1,63333333

7 pinggang 2,4

8 pinggul 2,03333333

9 pantat 1,96666667

10 siku kiri 1,36666667

11 siku kanan 1,36666667

12 lengan bawah kiri 1,46666667

13 lengan bawah kanan 1,76666667

14

pergelangan tangan

kiri 1,76666667

15

pergelangan tangan

kanan 1,96666667

16 telapak tangan kiri 1,7

17

telapak tangan

kanan 2

18 paha kiri 1,53333333

19 paha kanan 1,56666667

20 lutut kiri 1,6

21 lutut kanan 1,66666667

22 betis kiri 2,16666667

23 betis kanan 2,13333333

24

pergelangan kaki

kiri 1,63333333

25

pergelangan kaki

kanan 1,76666667

26 kaki kiri 1,86666667

27 kaki kanan 2,03333333

Tabel 3.4 Rekap Standardize Nordic Questionnaire Rekap Standardize Nordic Questionnaire

Operator

Lama

Keluhan

Sakit

Konsekuensi Akibat

Sakit

Waktu Kerja

Hilang

1 1,3 1,1 1,1

2 2,5 1,3 1

3 1,2 1,4 1,2

4 1,6 1,2 1,1

5 3,4 1,7 1

6 4,1 1,5 1,3

7 1,2 1 1

8 2,3 1 1

9 3,4 1,7 1

10 4,5 2,9 1,1

11 2,6 1,2 1

12 2,8 1,8 1

13 1,4 2 1,1

14 3 1 1

15 3,4 1,6 1

16 2,5 1,4 1

17 1 1 1

Rekap Standardize Nordic Questionnaire

Operator

Lama

Keluhan

Sakit

Konsekuensi Akibat

Sakit

Waktu Kerja

Hilang

18 2,2 1 1

19 3 2 1

20 2,3 1,2 1,1

21 1,6 1,4 1

22 2,2 1 1

23 4,5 2 1

24 3,3 1,5 1

25 1 1,4 1

26 2,5 1,2 1,2

27 1 1 1

28 1,9 1 1

29 3 1,3 1,2

30 1 1,4 1

3.5 NASA Task Load Index

Pengolahan beban kerja mental dilakukan untuk mengetahui

pengaruh mental yang mempengaruhi performansi pekerja

ketika melakukan pekerjaannya. Hal ini dibutuhkan melihat

kemungkinan menjadi tingkat prioritas pekerja dalam

mempengaruhi kinerjanya. NASA TLX ini digunakan untuk

menghitung beban kerja mental. Metode ini terdiri dari dua

tahapan, yaitu perbandingan berpasangan enam deskriptor dan

pemberian bobot.

Tabel 3.5 Rata-Rata Perhitungan Rating Scale

Kebutuhan Total Product Rata-rata

Kebutuhan Fisik (KF) 12105 807

Kebutuhan Mental (KM) 2855 190,33333

Kebutuhan Waktu (KW) 3235 215,66667

Performansi (P) 6585 439

Usaha (U) 9225 615

Tingkat Stres (TS) 4395 293

3.6 Lingkungan Kerja Fisik

Lingkungan fisik kerja merupakan faktor yang perlu

diperhatikan dalam kaitannya mengamati resiko bahaya yang

menimbulkan kecelakaan kerja. Untuk mengetahui apakah

lingkungan fisik kerja menimbulkan gangguan terhadap pekerja

dalam bekerja maka dilakukan penyebaran kuisioner mengenai

faktor-faktor lingkungan apa saja yang mempengaruhi

lingkungan kerja

3.7 Skoring Ergonomic Assessment

Pada sub bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data

terhadap faktor yang ditentukan dalam ergonomic assessment.

Metode yang digunakan antara lain konsumsi energi untuk

beban fisik kerja, NASA TLX untuk beban kerja mental, nordic

body map questionnaire dan standardize nordic questionnaire

untuk keluhan kerja, dan lingkungan fisik kerja. Dari

pengolahan data tersebut didapatkan skor masing-masing

faktor kemudian dibandingkan tiap pekerja untuk mengetahui

apakah pekerja mampu melakukan perkerjaan yang diberikan.

Skoring ergonomic assessment ini dilakukan dengan tahap

pembobotan skor, kemudian pengkategorian skor, dan terakhir

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271

4

tahap penentuan kategori pekerja. Berikut hasil rekap nilai

centroid dan penentuan kategori pekerja :

Tabel 3.6 Rekap Nilai Centroid dan Penentuan Kategori

Operator

NORMALISASI Nilai

Centroid

Kategori

Pekerja Nordi

c Body

Map

Konsumsi

Energi

Lingkungan

Fisik kerja

1 0,1 0,3 0,4 0,22 Mampu

2 0,5 0,3 0,2 0,36475 Mampu

3 0,1 0,3 0,3 0,17325 Mampu

4 0,2 0,3 0,5 0,30475 Mampu

5 0,8 0,3 0,6 0,6745

Kurang

mampu

6 1,0 0,3 0,9 0,9185

Sangat

kurang

7 0,1 0,3 0,5 0,22875 Mampu

8 0,4 0,3 0,7 0,49325

Kurang

mampu

9 0,8 0,3 0,9 0,7855

Sangat

kurang

10 1,2 0,3 0,7 0,91125

Sangat

kurang

11 0,5 0,3 0,8 0,60575

Kurang

mampu

12 0,6 0,3 0,5 0,53275

Kurang

mampu

13 0,1 0,3 0,7 0,32225 Mampu

14 0,7 0,3 0,8 0,654

Kurang

mampu

15 0,8 0,3 0,7 0,70225

Kurang

mampu

16 0,5 0,3 0,8 0,58675

Kurang

mampu

17 0,0 0,3 0,9 0,3295 Mampu

18 0,4 0,3 0,7 0,47425

Kurang

mampu

19 0,7 0,3 0,3 0,51525

Kurang

mampu

20 0,4 0,3 0,6 0,4655

Kurang

mampu

21 0,2 0,3 0,7 0,36025 Mampu

22 0,4 0,3 0,7 0,47425

Kurang

mampu

23 1,2 0,3 0,3 0,80025

Kurang

mampu

24 0,8 0,3 0,6 0,6555

Kurang

mampu

25 0,0 0,3 0,4 0,163 Mampu

26 0,5 0,3 0,6 0,5035

Kurang

mampu

27 0,0 0,3 0,7 0,24625 Mampu

28 0,3 0,3 0,5 0,36175 Mampu

29 0,7 0,3 0,6 0,5985

Kurang

mampu

30 0,0 0,3 0,5 0,19075 Mampu

3.8 Rekomendasi Perbaikan

Rekomendasi perbaikan yang diusulkan adalah dengan

perbaikan kursi pekerja, perbaikan pada kondisi lantai yang

licin, perbaikan berdasarkan nilai ergonomic assessment, dan

pemberian lampu dan sensor di area mesin seamer.

3.9 Analisa Keselamatan Kerja

Penilaian keselamatan kerja pada Cannery Department

digunakan risk analysis. Dengan menggunakan risk analysis ini

akan dapat diketahui kategori dari masing-masing potensi

bahaya yang ada. Berdasarkan hasil risk analysis yang telah

dilakukan, diperoleh hasil beberapa jenis bahaya yang masuk

dalam kategori high / serious danger, medium / moderate

danger, dan very low. Bahaya yang termasuk dalam kategori

high / serious danger adalah:

a. Bahaya fisik, yaitu kebisingan, lantai licin, panas, dan

benda tajam

b. Bahaya mekanis, yaitu gerakan mekanis mesin.

Untuk potensi bahaya yang termasuk dalam kategori medium /

moderate danger adalah :

a. Bahaya ergonomi, yaitu potensi bahaya akibat dari

posisi kerja statis dan kecerobohan.

b. Bahaya fisik, yaitu potensi bahaya air nanas. Bahaya

akibat dari air nanas dapat menyebabkan kondisi lantai

licin dan menyebabkan iritasi mata apabila mengenai

mata pekerja.

Dan potensi bahaya yang termasuk dalam kategori very low

adalah :

a. Bahaya kimia, yaitu bahaya akibat dari gas buang

(emisi). Bahaya yang dapat terjadi akibat dari gas buang

(emisi) dapat diabaikan.

b. Bahaya mekanis, yaitu bahaya akibat tabrakan. Sakit /

cedera akibat dari tabrakan yaitu berupa luka memar,

akan tetapi jenis kecelakaan ini sangat jarang terjadi

sehingga dapat diabaikan.

3.10 Analisa Kesehatan Kerja

Faktor kesehatan kerja terdiri dari faktor beban fisik kerja,

faktor beban kerja mental, keluhan kerja, dan lingkungan fisik

kerja.

3.10.1 Analisa Beban Kerja Fisik

Penilaian beban fisik kerja dilakukan dengan melakukan

perhitungan konsumsi energi pekerja, nilai extra calorie due to

peripheral temperature (ECPT), dan extra calorie due to

peripheral metabolism (ECPM). Denyut jantung pekerja saat

bekerja diukur tiap detik selama 5 menit kemudian menjadi

input dari perhitungan konsumsi energi, ECPT, dan ECPM.

Diperoleh hasil dari 30 pekerja terdapat 3 pekerja dengan

kategori sangat kurang mampu, 12 pekerja mampu, dan sisanya

termasuk kategori kurang mampu. Dapat dikatakan lebih dari

50% pekerja dalam penelitian ini kurang mampu melaksanakan

pekerjaannya dengan baik. Sedangkan untuk hasil ECPT dan

ECPM, terdapat 6 pekerja yang memiliki nilai ECPM lebih

tinggi dibandingkan nilai ECPT. Hal ini menunjukkan keenam

pekerja ini lebih diperngaruhi oleh faktor internal beban kerja

pekerja tersebut.

3.10.2 Analisa Beban Kerja Mental

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271

5

Pada dasarnya perhitungan beban kerja mental dengan

NASA Task Load Index ini dilakukan untuk mengetahui

kebutuhan pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Kebutuhan

kerja tersebut dijabarkan dalam 6 deskriptor, yaitu kebutuhan

fisik (KF), kebutuhan mental (KM), kebutuhan waktu (KW),

performansi (P), usaha (U), dan tingkat stres (TS).

Diperileh hasil yang menunjukkanbahwa kebutuhan fisik

(KF) merupakan kebutuhan dengan nilai rata-rata total product

tertinggi, yaitu 807 atau sekitar 31%. Hal ini menunjukkan

bahwa kebutuhan fisik merupakan kebutuhan yang paling

mempengaruhi beban kerja mental para pekerja. Sedangkan

kebutuhan yang memiliki nilai total product terendah adalah

kebutuhan mental (KM), yaitu sebesar 190,33 atau sekitar 7%.

3.10.3 Analisa Keluhan Kerja

Untuk mengetahui keluhan kerja pekerja terkait bagian

tubuh yang sakit saat melakukan pekerjaan, digunakan nordic

body map. Berdasarkan hasil nordic body map, diperoleh

bahwa 10 bagian tubuh yang dirasa paling sakit saat bekerja,

yaitu leher, bahu kanan, bahu kiri, punggung, pinggang,

pinggul, telapak tangan kanan, betis kiri, betis kanan, dan kaki

kanan.

Kesepuluh bagian tubuh yang dirasa paling sakit tersebut

digunakan sebagai inputan pada standardize nordic

questionnaire untuk mengetahui lama waktu sakit, konsekuensi

akibat sakit, dan waktu kerja hilang akibat sakit yang

dirasakan. Untuk lama waktu sakit, sebagian besar pekerja

memberi skala 5 atau dapat dikatakan merasakan sakit tersebut

setiap hari.

Untuk konsekuensi akibat sakit, hampir sebagian besar

pekerja memberikan skala 2 atau terjadi pengurangan

kenyamanan dalam bekerja tetapi tidak sampai mendapat

perawatan medis secara langsung. Untuk waktu kerja hilang

akibat sakit, sebagian besar pekerja memberi skala 2 atau dapat

menyebabkan hilangnya waktu kerja selama 1-5 hari. Hilangnya

waktu kerja ini sesuai dengan konsekuensi akibat sakit

sebelumnya, dimana nyeri yang ada hanya berpengaruh pada

pengurangan kenyamanan kerja.

3.10.4 Analisa Lingkungan Fisik Kerja

Diperoleh hasil bahwa hampir seluruh pekerja merasa

terganggu dengan kondisi lingkungan fisik kerja yang ada di

sekitar tempat bekerja, meskipun ada beberapa pekerja yang

memberikan skor 1 (tidak berpengaruh) untuk atribut

lingkungan kerja tertentu (pekerja ke-23 memberikan skor 1

atau tidak berpengaruh untuk atribut pencahayaan). Pada

ketiga atribut tersebut terdapat masing-masing nilai

kepentingan maksimal 5 atau beberapa pekerja merasa sangat

terganggu dan menimbulkan ketidaknyamanan dalam bekerja.

3.11 Analisa Skoring Ergonomic Assessment

Metode yang digunakan dalam ergonomic assessment ini

antara lain konsumsi energi untuk beban fisik kerja, NASA TLX

untuk beban kerja mental, nordic body map questionnaire dan

standardize nordic questionnaire untuk keluhan kerja, dan

lingkungan fisik kerja. Dari pengolahan data tersebut diperoleh

skor masing-masing faktor kemudian dibandingkan terhadap

keseluruhan pekerja untuk mengetahui apakah pekerja mampu

melakukan perkerjaan yang diberikan.

Dari hasil perhitungan nilai bobot prioritas dari ketiga faktor

(nordic body map, konsumsi energi, dan lingkungan fisik

kerja), diperoleh urutan faktor paling dianggap penting yaitu

keluhan kerja (nordic body map), lingkungan fisik kerja, dan

terakhir konsumsi energi (beban fisik kerja). Untuk

menentukan kategori akhir pekerja, digunakan 4 kategori batas

yaitu sangat mampu, mampu, kurang mampu, dan sangat

kurang mampu Berdasarkan hasil perhitungan dalam penentuan

kategori pekerja, dari 30 pekerja terdapat 3 pekerja dengan

kategori sangat kurang, 12 pekerja mampu, dan sisanya

termasuk kategori kurang mampu. Dapat dikatakan lebih

kurang 50% pekerja dalam penelitian ini masuk ke dalam

kategori kurang mampu dalam melaksanakan pekerjaannya

dengan baik.

3.12 Analisa Rekomendasi Perbaikan

Rekomendasi perbaikan yang diberikan didasarkan pada 2

faktor hasil assessment yang memiliki bobot tertinggi. Bobot

faktor tertinggi adalah beban keluhan kerja (nordic body map)

dan lingkungan fisik kerja. Menurut hasil wawancara langsung

dengan pekerja, Perbaikan dapat dilakukan dengan perbaikan

ukuran dan dimensi kursi tersebut. Alas kursi tersebut lebih

kecil dibandingkan dengan rata-rata lebar bagian pantat. Kursi

juga perlu ditambahkan suatu bahan yang dapat memberikan

kenyamanan pekerja saat bekerja seperti busa atau bahan

lainnya.

Rekomendasi selanjutnya adalah perhatian khusus pada

kondisi lantai di dalam pabrik. Hal ini mengacu pada faktor

lingkungan fisik kerja yang merupakan faktor dengan bobot

dan prioritas kedua tertinggi. Pemberian treatment dengan

dipasang kipas di lokasi yang rawan lantai licin dapat

membantu mengurangi tingkat kelicinan lantai yang ada. Selain

itu, dapat dilakukan juga penambahan tanda-tanda peringatan

bahaya di area-area yang sering mengalami kondisi lantai yang

licin.

IV. SIMPULAN/RINGKASAN

Berdasarkan hasil pengumpulan data, pengolahan data, serta

analisis dan interpretasi data yang telah dilakukan maka dapat

diperoleh simpulan sebagai berikut :

1. Sebagian besar pekerja merasa terganggu dan tidak

nyaman dengan kondisi lingkungan kerja fisik.

2. Berdasarkan hasil ergonomic assessment untuk faktor

keselamatan kerja, dapat diketahui bahwa bahaya yang

masuk kategori high/serious danger adalah kebisingan,

lantai licin, panas, benda tajam, dan gerakan mekanis

mesin. Bahaya yang masuk kategori medium/moderate

danger antara lain potensi bahaya akibat dari posisi

kerja statis, kecerobohan pekerja, dan bahaya dari air

nanas. Sedangkan bahaya yang masuk kategori very low

adalah bahaya akibat dari gas buang (emisi) dan

tabrakan.

3. Berdasar hasil ergonomic assessment faktor kesehatan

kerja, dapat diketahui bahwa dari 30 pekerja terdapat 3

pekerja dengan kategori sangat kurang mampu, 12

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271

6

pekerja mampu, dan sisanya termasuk kategori kurang

mampu. Dapat dikatakan lebih kurang 50% pekerja

dalam penelitian ini kurang mampu melaksanakan

pekerjaannya dengan baik. Sedangkan untuk hasil

ECPT dan ECPM, terdapat 6 pekerja yang memiliki

nilai ECPM lebih tinggi dibandingkan nilai ECPT. Hal

ini menunjukkan keenam pekerja ini lebih diperngaruhi

oleh faktor internal beban kerja pekerja tersebut.

4. Rekomendasi perbaikan yang diberikan didasarkan pada

2 faktor hasil assessment yang memiliki bobot tertinggi.

Bobot faktor tertinggi adalah beban keluhan kerja

(nordic body map) dan lingkungan fisik kerja. Untuk

keluhan kerja, perbaikan dilakukan dengan mendesain

ulang kursi yang digunakan pekerja.

5. Rekomendasi perbaikan terkait lingkungan kerja adalah

dengan memberi treatment dengan dipasang kipas

pengering di lokasi yang rawan lantai licin agar dapat

membantu mengurangi tingkat kelicinan lantai yang ada

karena sampai saat ini kipas dipasang hanya didekatkan

kepada pekerja agar pekerja tidak mengalami gangguan

kerja akibat suhu panas yang tinggi.

6. Rekomendasi selanjutnya adalah pemberian lampu dan

sensor pada area mesin seamer. Pemasangan lampu dan

sensor dapat menjadi alat yang membantu pekerja agar

lebih berhati-hati dalam bekerja di area ini, sehingga

kecelakaan kerja dapat dihindari.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah

membantu proses penelitian ini. Untuk keluarga, Bapak Ir.

Sritomo Wignjosoebroto, M.Sc. selaku dosen pembimbing,

seluruh dosen dan karyawan Jurusan Teknik Industri ITS atas

semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan, teman-

teman 08IE Teknik Industri 2008, serta semua pihak yang

telah banyak membantu.

DAFTAR PUSTAKA

Canadian Association of Petroleum Producers. (2000).

Ergonomic Risk Identification and Assessment Tool;

Version 1.0

David, G., Woods,V., Guangyan Li, Bukle, P. (2007). The

Development of The Quick Exposure Checklist (QEC)

for Assesing Exposure to Risk Factors for Work-

Related Musculoskeletal Disorders. UK : Applied

Ergonomics Vol 39 : 57-69

Guangyan Li, Bukle, P. (2005). QEC for Assessment of Work-

Related Musculoskeletal Disorders (WMSDs),

Handbook of Human Factors and Ergonomics

Methods. CRC Press LLC

Hammer, Willie. (1989). Occupational Safety Management

and Engineering 4th

Edition. New Jersey: Prentice-

Hall Inc.

Hart, S., Staveland, L. (1988). Development of NASA-TLX

(Task Load Index). California : San Jose State

University

Hertanti, N.N., Indriastadi, H. (2007). Evaluasi Persamaan

Penentuan Pengeluaran Energi bagi Wanita pada

Aktivitas Penanganan Material Secara Manual.

Prosiding Seminar Nasional Ergonomi dan K3 2007;

Semarang, 15-16 November 2007

Kaewbooncho, Yamamoto, H. (1998). The Standardize Nordic

Questionnaire Applied to Workers Exposed to Hand-

Arm Vibration. Journal of Occupational Health Vol

40 : 218-222

Keputusan Menteri Tenaga Kerja, no 51. (1999). Nilai

Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.

Jakarta

Laksmiwati, P. (2008). Penerapan Ergonomi dan

Keselamatan Kesehatan kerja untuk Desain Stasiun

Kerja dan Perilaku Kerja. Tugas Akhir Jurusan

Teknik Industri ITS, Surabaya

Larasati, M. (2011). Evaluasi Faktor Lingkungan Fisik dan

K3 dengan Menggunakan Ergonomic Assessment

pada Pembuatan Waterwall Panel: PT ALSTOM

POWER ESI. Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri

ITS, Surabaya

Mukhlisani, N. (2008). Pendekatan Metode Structural

Equation Modelling untuk Analisa Faktor yang

Mempengaruhi Produktivitas dari Tinjauan

Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Kerja di

PT Barata Indonesia Persero Gresik. Laporan Thesis

Teknik Industri ITS, Surabaya

Mulki B, et. al. (2006). Kebijakan Pengelolaan Lingkungan

Kerja Pada Pabrik Pengolahan Kayu Moulding.

Prosiding Seminar Nasional Ergonomi dan K3 2006:

Surabaya, 29 Juli 2006

Nery, D. (2006). Audit Tool User Guide for The Meat Industry

in South Australia. Adelaide : SAFER Industries

Purwaningrum, R, Adi, W., Fitriastuty, E. (2007).

Pengembangan Metode Quick Exposure heklist

(QEC) untuk Menilai Postur Operator Departemen

Produksi. Prosiding Seminar Nasional Ergonomi dan

K3 Tahun 2007; Semarang 15 – 16 November 2007

Rochmoeljati. (2007). Analisis Implementasi Program K3 dan

Perangkingan Hazard Dengan Pendekatan

Manajemen Resiko. Surabaya : Teknik Industri UPN

Jawa Timur

Saaty, R.W. (2003). Decision Making in Complex

Environment. Pittsburgh : Creative Decision

Foundation

Wignjosoebroto, S. (2008). Ergonomi Studi Gerak dan Waktu.

Surabaya : Guna Widya