evaluasi kebijakan kabupaten/kota dan...

13
EVALUASI KEBIJAKAN KABUPATEN/KOTA DAN PROVINSI DALAM MENDUKUNG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL MAMINASATA (STUDI KASUS : PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR) REGENCY/CITY AND PROVINCE POLICY EVALUATION IN SUPPORTING MAMINASATA NATIONAL STRATEGIC AREAS (CASE STUDY: WATER RESOURCES MANAGEMENT) 1 Riyadus Shalihin, 2 Roland Barkey, 2 Mary Selintung 1 Pemerintah Daerah Kabupaten Majene, 2 Perencanaan Pengembangan Wilayah, Universitas Hasanuddin Alamat Korespondensi: Riyadus Shalihin, S.IP Kantor Kelurahan Baruga Dhua,Majene Provinsi Sul-Bar, HP: 0811442814 Email: iyad [email protected]

Upload: phungthien

Post on 01-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI KEBIJAKAN KABUPATEN/KOTA DAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4883bcd01f280558a73d5478acb08e5a.pdf · menuju arah yang negatif. ABSTRAC ... Selatan salah satunya adalah

EVALUASI KEBIJAKAN KABUPATEN/KOTA DAN PROVINSI DALAM

MENDUKUNG KAWASAN STRATEGIS NASIONAL MAMINASATA (STUDI KASUS : PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR)

REGENCY/CITY AND PROVINCE POLICY EVALUATION IN

SUPPORTING MAMINASATA NATIONAL STRATEGIC AREAS (CASE STUDY: WATER RESOURCES MANAGEMENT)

1 Riyadus Shalihin, 2 Roland Barkey, 2 Mary Selintung

1 Pemerintah Daerah Kabupaten Majene, 2 Perencanaan Pengembangan Wilayah, Universitas Hasanuddin

Alamat Korespondensi:

Riyadus Shalihin, S.IP Kantor Kelurahan Baruga Dhua,Majene Provinsi Sul-Bar, HP: 0811442814 Email: iyad [email protected]

Page 2: EVALUASI KEBIJAKAN KABUPATEN/KOTA DAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4883bcd01f280558a73d5478acb08e5a.pdf · menuju arah yang negatif. ABSTRAC ... Selatan salah satunya adalah

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sinkronisasi dan sinergitas kebijakan pengelolaan sumber daya air kabupaten/kota dan provinsi di Kawasan Strategis Nasional Mamminasata. Untuk menemukan alternatif dan usulan kebijakan sinkronisasi sumber daya air Maminasata yang bersinergi antara masing-masing Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Startegis Nasional Mamminasata. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa Sinergitas dan sinkronisasi kebijakan pengelolaan sumber daya air masing-masing kabupaten/kota dan provinsi dalam Kawasan Strategis Nasional Mamminasata belum maksimal yang terkendala oleh kurangnya kepatuhan terhadap komitmen masing-masing pemerintah daerah di Kawasan Maminasata dalam bidang pengelolaan sumber daya air serta kurangnya komunikasi dan pengawasan dalam menjalankan kebijakan tersebut. Untuk itu Sebaiknya kebijakan lintas sektor khususnya kebijakan yang menyangkut dengan sumber daya air harus diperhatikan oleh seluruh stakeholder dan pemerintah kabupaten/kota serta provinsi yang terkait dalam Kawasan Maminasata karena dikhawatirkan akan menimbulkan konflik antar wilayah yang ada di Kawasan Maminasata yang berdampak pada kehidupan masyarakat dan daya dukung serta perkembangan Kawasan Maminasata akan menuju arah yang negatif.

ABSTRAC The research aims to describe the and analyze synergy and synchronization water resources management policy regency/city and province in the National Strategic Maminasata Areas and find alternative policy recommendations synchronization Maminasata water resources which synergy between the respective governments regency/city in the Mamminasata National strategic area. The research the author concluded that synergizing and synchronization policy of water resources management each regency/city and province in the Mamminasata National strategic area not maximized are hampered by lack of compliance with commitments each local government in the Maminasata regions to field of water resources management and lack of communication and supervision in carrying out the policy.For the cross cutting policy especially policies relating to water resources must be considered by all stakeholders and than local government related into Maminasata regions because worryed would lead to conflict between regions that exist in the Maminasata areas the impact on people's lives and carrying capacity and than development Mamminasata area will towards the negative direction.

Page 3: EVALUASI KEBIJAKAN KABUPATEN/KOTA DAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4883bcd01f280558a73d5478acb08e5a.pdf · menuju arah yang negatif. ABSTRAC ... Selatan salah satunya adalah

PENDAHULUAN

Daerah perkotaan merupakan suatu daerah besar yang dicirikan oleh adanya

konsentrasi yang sangat tinggi dalam hal penduduk, dan berbagai kegiatan industri,

perdagangan, perbankan dan keuangan serta tersedianya fasilitas-fasilitas bisnis modern. Hal

ini menjadi penyebab semakin berkembangnya daerah terbangun kota yang melampaui batas

wilayah administrasi kota. Kondisi tersebut pada akhirnya akan mendorong tingginya harga

tanah di daerah perkotaan sebagai akibat adanya kebutuhan lahan yang tidak seimbang

dengan persediaan lahan. Perkotaan umumnya diartikan sebagai suatu kota utama atau kota

raya, khususnya ibu kota yang merupakan kota terbesar atau kota yang sangat penting di suatu

wilayah.

Konsep pengembangan daerah metropolitan adalah mengkonsolidasikan

pengembangan pusat kota utama dengan pusat-pusat pertumbuhan yang ada di sekitarnya,

yang terdapat dalam kawasan perkotaan sehingga tidak terkonsentrasi pada pusat kota utama.

Disamping itu tujuan lainnya dari pengidentifikasian kawasan metropolitan itu adalah

menggabungkan daerah metropolitan dalam suatu unit yang utuh, yang memiliki basis

perekonomian dan aglomerasi kota.

Provinsi Sulawesi Selatan yang terdiri dari beberapa kabupaten/kota yang saat ini

dikenal dengan Kawasan Perkotaan Mamminasata ( Makassar, Maros, Gowa, dan Takalar).

Kawasan Mamminasata yang terbentang dan dihubungkan oleh jalan poros arteri primer yang

melalui Kota Maros ke Kota Makassar sejauh 30 kilometer dan dari Kota Makassar ke

Patalassang (Ibukota Kabupaten Takalar) melewati Kota Sungguminasa (Kabupaten Gowa)

jaraknya 40 kilometer.

Kota Makassar merupakan kota utama yang selain berfungsi sebagai Ibukota Provinsi

Sulawesi Selatan juga berfungsi sebagai penggerak utama pembangunan terhadap kota-kota

yang berada di Kawasan Mamminasata dan bahkan kota-kota lain yang berada di Provinsi

Sulawesi Selatan. Adapun dampak yang terjadi akibat kedudukan dan fungsi Kota Makassar

adalah yang terbesar maka kota-kota yang berada di sekitarnya dianggap sebagai kota

penyangga yaitu menyangga terhadap perkembangan Kota Makassar. Sebagai kota yang

disangga membutuhkan sumber daya tenaga kerja dan bahan baku atau barang-barang

kebutuhan yang diperlukan oleh penduduk dan berbagai kegiatan perkotaan di Kota

Makassar.

Page 4: EVALUASI KEBIJAKAN KABUPATEN/KOTA DAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4883bcd01f280558a73d5478acb08e5a.pdf · menuju arah yang negatif. ABSTRAC ... Selatan salah satunya adalah

Saat ini salah satu yang menjadi masalah dalam Kawasan Mamminasata yaitu

sinkronisasi kebijakan dari masing-masing pemerintah Kabupaten/Kota dalam mendukung

Kawasan Perkotaan Mamminasata, dimana pembangunan kawasan itu esensinya selain

menekankan pembangunan pada masing-masing daerah tetapi mengutamakan pula

peningkatan interaksi antar daerah untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi

yang mana dimaksudkan pula untuk mengurangi tingkat kesenjangan spasial antar daerah.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : (1). Untuk menganalisis sinkronisasi

dan sinergitas kebijakan pengelolaan sumber daya air kabupaten/kota dan provinsi di

Kawasan Strategis Nasional Mamminasata. (2). Untuk menemukan alternatif dan usulan

kebijakan sinkronisasi sumber daya air Maminasata yang bersinergi antara masing-masing

Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Startegis Nasional Mamminasata

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kawasan Mamminasata yang meliputi Kota Makassar,

Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar dan Kabupaten Maros serta dinas dan instansi terkait

dalam masalah kebijakan pengelolaan air Kawasan Maminasata.Jenis penelitian adalah

penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini menganalisis tentang kebijakan dalam mengelola

sumber daya air untuk mendukung Kawasan Strategis Nasional Mamminasata dengan

memilih Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Sulawesi Selatan serta

instansi lain yang terkait dengan penelitian yaitu Balai Besar Pompengan-Jeneberang, Balai

DAS, BLHD serta PDAM Kota Makassar, Maros, Gowa, dan Takalar, Industri Perhotelan,

Masyarakat konsumen air bersih di Wilayah Mamminasata, Kawasan Industri Makassar

Sedangkan fokus penelitian adalah dokumen-dokumen yang berkaitan dengan Master Plan

Mamminasata yang berkaitan dengan sumber daya air, RPJP dan RTRW Provinsi Sulawesi

Selatan, RTRW Kabupaten/Kota yang terkait dalam Wilayah Mamminasata, undang-undang,

dan sebagainya. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Sulawesi Selatan dan

Balai Besar Pompenga Jeneberang dipilih sebagai fokus penelitian karena SKPD ini memiliki

tugas dan fungsi dibidang pengelolaan DAS serta pengelolaan sumber daya air di Provinsi

Selawesi Selatan khususnya Kawasan Strategis Nasional Mamminasata.

HASIL

Sumber air bersih di Provinsi Sulawesi Selatan terdiri dari air kemasan, PDAM,

pompa, sumur, mata air, air hujan dan kategori lainya. Sumber air baku untuk Kawasan

Maminasata berasal dari Sungai Jeneberang, Sungai Maros, Sungai Tallo, Sungai Pappa dan

Page 5: EVALUASI KEBIJAKAN KABUPATEN/KOTA DAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4883bcd01f280558a73d5478acb08e5a.pdf · menuju arah yang negatif. ABSTRAC ... Selatan salah satunya adalah

Sungai Gamati. Banyaknya jumlah rumah tangga yang memperoleh air bersih dari PDAM

baru mencakup rumah tangga yang berada di kota seperti Makassar 211.335 rumah tangga,

Parepare 15.781 rumah tangga dan Palopo 14.385 rumah tangga . Namun rumah tangga yang

berada di daerah kabupaten sebagian besar memperoleh air bersih dari sumur. Dalam hal

kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air Pemerintah Propinsi Sulawesi

Selatan salah satunya adalah peningkatan layanan perumahan, lingkungan permukiman,

sanitasi dan air bersih, sasaran kebijakan ini adalah terwujudnya fasilitasi lingkungan

perumahan dan perumahan sehat, tersedianya air bersih antara lain, meningkatnya proporsi

penduduk (78% rumah tangga) yang memiliki akses pelayanan terhadap sumber air minum

yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar. Program kegiatan yang diperlukan

untuk mendukung kebijakan ini antara lain pengembangan perumahan sehat, peningkatan

layanan dan akses air bersih, perbaikan pengelolaan persampahan dan drainase, serta

perbaikan lingkungan kumuh. Selanjutnya indikator keluaran untuk program tersebut adalah

meningkatnya cakupan pelayanan air minum serta meningkatnya kinerja pengelolaan air

limbah. Berdasarkan dari paparan di atas maka program pembangunan masing-masing

pemerintah kabupaten/kota dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam mendukung

keberadaan Kawasan Maminasata.

Propinsi Sulawesi Selatan dan Kabupaten/Kota dalam mendukung Kawasan

Mamminasata masalah yang dihadapi adalah belum optimalnya pelaksanaan kerjasama antara

Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan dengan Pemerintah Kabupaten/Kota, yang disebabkan

masih kurangnya komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota dalam mendukung pelaksanaan

pembangunan di Provinsi Sulawesi Selatan, khususnya yang merupakan kewenangan

Pemerintah Kabupaten/Kota, antara lain pembebasan lahan untuk pembangunan Kota Baru di

Kawasan Mamminasata dan pembebasan lahan untuk pengembangan kawasan Industri

Maritim di Kawasan Maminasata sebagaimana yang tercantum dalam LKPJ Gubernur

Sulawesi Selatan Tahun 2011.

Selain itu seharusnya Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan bersama pemerintah

kabupaten/kota terkait menjalankan komitmen tersebut untuk kepentingan publik dalam

mendukung pengembangan Kawasan Maminasata, seperti yang dikemukakan oleh Warella

(2002), dia mengatakan bahwa setidaknya ada empat esensi yang terkandung dalam kebijakan

publik yaitu, pertama kebijakan publik merupakan penetapan tindakan-tindakan pemerintah.

Kedua, kebijakan publik tidak hanya dinyatakan tetapi dilaksanakan. Ketiga, kebijakan publik

baik untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu itu mempunyai dan dilandasi

Page 6: EVALUASI KEBIJAKAN KABUPATEN/KOTA DAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4883bcd01f280558a73d5478acb08e5a.pdf · menuju arah yang negatif. ABSTRAC ... Selatan salah satunya adalah

dengan maksud dan tujuan tertentu. Keempat, kebijakan publik harus senantiasa ditujukan

untuk kepentingan masyarakat.

PEMBAHASAN Dari segi sasaran terlihat sinkron, dimana Pemerintah Kabupaten Gowa menginginkan

tersedianya bahan baku air minum serta daerah aliran sungai dalam rangka efektivitas pemanfaatan

sumber daya air, dimana sasaran ini sangat mendukung sasaran Pemerintah Kota Makassar yaitu

menginginkan tercapainya sistem pengelolaan sumberdaya air yang terpadu dan berkelanjutan yang

artinya Pemerintah Kota Makassar mempunyai kepedulian untuk mengelola secara bersama-sama

dengan Kabupaten Gowa sumber air baku kedua wilayah tersebut yaitu sungai Jeneberang meskipun

wilayah sungai Jeneberang hanya sebagian kecil yang termasuk dalam wilayah administrasi Kota

Makassar, dengan terjaganya sumber air baku maka pengelolaan air Kota Makassar dapat berjalan

dengan baik. Dari segi arah kebijakan Kabupaten Gowa mengarahkan pada Program Pengembangan,

Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau dan Sumber Daya Air Lainnya begitu pula Kota

Makassar pengelolaan sumber daya air diarahkan pada upaya konservasi dan pendayagunaan air

permukaan dan air tanah dimana arahan kedua daerah ini menunjukkan bahwa arahan ini saling

bersinergi dan sinkron antara Kota Makassar sebagai pengguna sebagian besar sumber daya air yang

berasal dari Kabupaten Gowa. Dari segi program, seluruh program Kabupaten Gowa sebagai sumber

air sangat mendukung program Kota Makassar sebagai pengguna air salah satu contohnya yaitu

program Kabupaten Gowa memelihara sumber air sungai dan kualitas air serta pemanfaatan sumber

daya air yang mendukung pengelolaan dan penyediaan air baku Kota Makassar karena tanpa

pemeliharaan sumber dan kualitas air maka penyediaan air baku untuk Kota Makassar tidak akan

mungkin terlaksana. Kebijakan yang sinkron dan bersinergi antara Kota Makassar dan Kabupaten

Gowa diharapkan agar bisa terus terjalin karena adanya kesamaan kepentingan terhadap sesuatu

(dalam hal ini sumber daya air) sehingga menimbulkan persaingan yang dapat memicu konflik antara

daerah terkait. Kebijakan yang ada harus terus memperhatikan kepentingan masyarakat agar

pemerintah daerah bersama legislatif dalam membuat suatu kebijakan tidak mementingkan

kepentingan pribadi serta kelompok tertentu agar konflik seminimal mungkin dapat dicegah. Selain itu

Pemerintah Kota Makassar hendaknya memberikan insentif kepada pemerintah Kabupaten Gowa

sebagaimana yang diatur oleh Rencana Tata Ruang Maminasata dalam Peraturan Presiden RI Nomor

55 Tahun 2011 pada pasal 136 ayat 2 berupa : (a) Pemberian kompensasi dari pemerintah daerah

penerima manfaat kepada pemerintah daerah pemberi manfaat atas manfaat yang diterima oleh daerah

penerima manfaat (b) kompensasi pemberian penyediaan sarana dan prasarana (c) Kemudahan

perizinan serta (d) Publikasi atau promosi daerah agar hubungan baik antara pemerintah daerah bisa

terus berjalan sinkron dan bersinergi.

Untuk Kota Makassar dan Kabupaten Maros kebijakan kedua daerah, dari segi sasaran terlihat

belum sinkron, dimana Pemerintah Kabupaten Maros lebih kepada pembangunan daerah sendiri dan

Page 7: EVALUASI KEBIJAKAN KABUPATEN/KOTA DAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4883bcd01f280558a73d5478acb08e5a.pdf · menuju arah yang negatif. ABSTRAC ... Selatan salah satunya adalah

tidak memperhatikan daerah inti yaitu Kota Makassar dimana Kota Makassar lebih kepada sumber

daya air, hal ini tidak dapat terjadi bila Maros sebagai daerah hulu tidak memikirkan Makassar sebagai

daerah hilir dan sasaran Kota Makassar dalam pengelolaan sumber daya air tidak dapat berjalan

maksimal karena program pembangunan termasuk program pemeliharaan air baku bukan diperuntukan

untuk daerah sekitar melainkan pemeliharaan air baku hanya untuk wilayah Kabupaten Maros. Dari

segi arahan, Pemerintah Kabupaten Maros dan Pemerintah Kota Makassar tampak bersinergi

walaupun belum maksimal karena Pemerintah Kabupaten Maros mengarahkan kebijakannya kepada

sumber daya alam secara luas serta lingkungan hidup secara arti luas dimana sumber daya alam yang

dimiliki oleh Kabupaten Maros salah satu diantaranya yaitu batu kapur yang digunakan sebagai bahan

baku pembuatan semen, hal ini berbeda dengan Pemerintah Kota Makassar yang mengarahkan

kebijakan langsung kepada sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air baku penduduk Kota

Makassar. Dari segi program, Pemerintah Kabupaten Maros memprogramkan untuk memelihara

sumber air baku yang ada yang mana program ini bersinergi dengan program Kota Makassar yang

mempunyai program penyediaan dan pengelolaan air baku karena sebagian besar sumber air baku

Kota Makassar saat ini berasal dari Kabupaten Maros (Leko Pancing) untuk itu program pemeliharaan

sumber air baku di daerah hulu mendukung program tersedianya air bersih di daerah hilir yang dalam

hal ini adalah Kota Makassar akan tetapi bila dilihat kembali sasaran kebijakan Kabupaten Maros

tersebut tidak ditujukan untuk Kota Makassar melainkan hanya untuk pembangunan daerah Kabupaten

Maros saja. Konflik yang telah dibahas di atas oleh : (1) Kebijakan yang berbeda tujuan atau paham

yaitu Pemerintah Kabupaten Maros menginginkan Leko Pancing digunakan untuk memenuhi

kebutuhan air bersih masyarakat Maros secara keseluruhan dan sisanya digunakan oleh Kota Makassar

serta meminta Pemerintah Kota Makassar untuk secara bersama-sama merawat bendungan Leko

pancing tersebut, akan tetapi Pemerintah Kota Makassar dalam kebijakannya tidak terlihat adanya

program partisipasi perawatan dan rehabilitasi sumber air baku untuk ikut merawat Leko Pancing

tersebut agar debit dan kualitas air yang ada tetap terjaga, (2) Adanya kesamaan kepentingan terhadap

sesuatu sehingga menimbulkan persaingan yaitu kepentingan yang sama terhadap sumber air baku

Leko Pancing. Kota Makassar dan Kabupaten Maros menggantungkan sumber airnya pada sumber air

Leko pancing sehingga persaingan untuk memenuhi kebutuhan air bersih antara kedua wilayah ini

dengan kapasitas yang terbatas. Menurut Sadyohutomo (2008) berdasarkan intensitasnya konflik ini

termasuk dikategorikan konflik sedang yaitu konflik yang timbul karena adanya unsur kompetisi atau

persaingan dan cara penanganan konflik ini adalah kerjasama antar pihak atau lintas sektor sehingga

diperoleh pemecahan dengan hasil optimal. Pertumbuhan wilayah inti yang pesat tanpa ikuti oleh

kebijakan yang tidak bersinergi dari masing-masing pemerintah daerah merupakan salah satu faktor

yang akan menghambat Kawasan Strategis Nasional Mamminasata sebagai kawasan metropolitan di

Kawasan Timur Indonesia. Sinkronisasi dan sinergitas yang baik antara masing-masing pemerintah

daerah yang berada dalam Kawasan Maminasata akan menghasilkan Kawasan Maminasata yang

mampu menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang besar di Sulawesi Selatan dan Kawasan Timur

Page 8: EVALUASI KEBIJAKAN KABUPATEN/KOTA DAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4883bcd01f280558a73d5478acb08e5a.pdf · menuju arah yang negatif. ABSTRAC ... Selatan salah satunya adalah

Indonesia, kebijakan kabupaten/kota dan provinsi yang tidak tumpang tindih, saling melengkapi

(suplementer), saling terkait, dan semakin detail operasional materi muatannya akan menjadikan

Kawasan Maminasata menjadi suatu kawasan yang mandiri khusunya dalam pengelolaan sumber daya

air, hal ini sebagaimana yang telah diungkapkan oleh S.James dalam Sulistiadi (2011) bahwa dengan

kerjasama yang tinggi dan saling mempercayai akan menghasilkan pola komunikasi yang bersifat

sinergitas yang berarti kerjasama yang terjalin akan menghasilkan keluaran yang lebih besar dari

penjumlahan hasil keluaran masing-masing pihak seperti yang tercermin pada saat ini oleh masing-

masing pemerintah kabupaten/kota dan provinsi dalam menetapkan kebijakan pengelolaan sumber

daya air belum terjalin kerjasama yang maksimal sehingga outcome yang dirasakan juga belum

maksimal.

Kebijakan antara Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah kabupaten/kota yang

ada dalam Kawasan Maminasata sudah bersinergi walaupun belum secara maksimal karena kebijakan

yang sudah sinkron tidak didukung oleh komunikasi dan kerjasama yang baik, tanpa komunikasi sulit

rasanya kita bisa melakukan keseimbangan, kesetaraan, dan keharmonisan yang didambakan dalam

kehidupan (Mulyana dalam Sumadi Dilla,2007). Selain itu dibutuhkan partisipasi yang nyata baik

partisipasi dalam bentuk fisik maupun non fisik (dana, tenaga, buah pikiran) dari seluruh pemerintah

kabupaten/kota dalam pembuatan kebijakan untuk mendukung Kawasan Maminasata. Demi

kepentingan publik dalam mendukung pengembangan Kawasan Maminasata hendaknya pemerintah

kabupaten/kota dan provinsi tidak berjalan sendiri-sendiri, selain itu dibutuhkan ketegasan oleh

Gubernur sebagai yang bertanggung jawab atas isu lintas daerah tersebut.

Sebagaimana yang dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa penelitian ini menggunakan

tipe evaluasi kecocokan dan tipe evaluasi efektivitas (Finance,1994) dimana penulis mendeskripsikan

bahwa kebijakan program yang ada pada masing-masing kabupaten/kota dan propinsi dalam

mendukung Kawasan Maminasata perlu ditambahkan program yang mengacu pada pemberian insentif

dan disinsentif atau program balas budi pada kabupaten/kota pemberi dan penerima manfaat sumber

daya air baku tersebut, akan tetapi pada umumnya kebijakan program yang ada sudah cocok untuk

dipertahankan dalam hal ini bersinergi walaupun belum maksimal karena masih ada beberapa

kebijakan seperti kebijakan Kabupaten Maros dan Kota Makassar yang dapat menimbulkan konflik

sehingga diperlukan beberapa kebijakan atau program baru untuk menggantikan program yang ada

agar konflik tersebut dapat diminimalisir dan seharusnya pemerintah kabupaten/kota tidak

mementingkan kepentingan daerah sendiri-sendiri karena menyangkut hajat hidup orang banyak,

untuk itu dibutuhkan ketegasan dari Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah serta sebagai

pihak yang berwenang menyelesaikan masalah lintas daerah tersebut sebagaimana yang dijelaskan

dalam Undang-undang 32 tahun 2004 dan Perpres Nomor 55 tahun 2011. Selain itu kebijakan yang

belum sinkron dan bersinergi secara maksimal akan berdampak pada percepatan perkembangan

Kawasan Maminasata kedepannya.

Page 9: EVALUASI KEBIJAKAN KABUPATEN/KOTA DAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4883bcd01f280558a73d5478acb08e5a.pdf · menuju arah yang negatif. ABSTRAC ... Selatan salah satunya adalah

Dalam hal pengelolaan air bersih harus dapat dilihat dan ditinjau secara holistik dan

integrated antara air minum, kebutuhan irigasi dan industri. Suplai air dari Bili-bili ke Makassar

dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan penduduk Mamminasata mengacu UU Nomor 7/2004

tentang SDA, melalui review pola dan perencanaan induk wilayah sungai. Sebagaimana yang

tercermin dari Perpres 55 Tahun 2011 pasal 40 bahwa Kawasan Perkotaan Mamminasata dipadukan

dengan sistem jaringan sumber daya air untuk menjamin ketersediaan air baku yang bersumber dari

Sungai Jeneberang, Sungai Maros, Sungai Tallo, Sungai Pappa, dan Sungai Gamanti. Penyediaan air

baku untuk kebutuhan air minum dapat juga diupayakan melalui rekayasa pengolahan air baku.

Dalam penyediaan air baku untuk air minum dikenal juga istilah Sistem Pengelolaan Air

Minum (SPAM) yang dimaksudkan untuk menjamin kuantitas, kualitas, kontinuitas penyediaan air

minum bagi penduduk dan kegiatan ekonomi serta meningkatkan efisiensi dan cakupan pelayanan.

Hasil kajian awal berdasarkan tiga skenario iklim (saat ini, skenario iklim masa depan yang baik dan

buruk) dan berdasarkan proyeksi penduduk (seperti tercantum pada masterplan air MAMINASATA

mengisyaratkan bahwa untuk tahun 2030an IPA PDAM Makassar akan memenuhi sekitar 70-85%

kebutuhan air perkotaanUntuk pengelolaan air Kawasan Mamminasata (sumber: CSIRO-UNHAS),

sebagaimana yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa unit-unit air baku bersumber dari Sungai

Jeneberang, Sungai Maros, Sungai Tallo, Sungai Pappa, dan Sungai Gamanti yang didukung oleh unit

produksi air minum meliputi : (a) Instalasi Pengolahan Air minum (IPA) Somba Opu melayani

Kecamatan Tamalate dan Kecamatan Manggala di Kota Makassar, (b) IPA Ratulangi melayani

Kecamatan Mariso, Kecamatan Ujung Pandang, Kecamatan Makassar, Kecamatan Mamajang,

Kecamatan Bontoala, Kecamatan Wajo, Kecamatan Ujung Tanah, dan Kecamatan Rappocini di Kota

Makassar; (c) IPA Panaikang dan IPA Antang melayani Kecamatan Rappocini, Kecamatan Manggala,

Kecamatan Panakkukang, Kecamatan Biringkanaya, dan Kecamatan Tallo di Kota Makassar (d) IPA

Maccini Sombala melayani Kecamatan Rappocini, Kecamatan Makassar, dan Kecamatan Bontoala di

Kota Makassar (e) IPA Maros melayani seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Maros (f) IPA

Pattallassang melayani Kecamatan Pattallassang, Kecamatan Polombangkeng Utara, Kecamatan

Polombangkeng Selatan, Kecamatan Sanrobone, dan Kecamatan Mapakasunggu di Kabupaten

Takalar; dan (g) IPA Bajeng, IPA Borongloe, IPA Tompo Balang dan IPA Pandang-pandang melayani

seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Gowa;

Pendistribusian air untuk Kota Makassar sebagai kawasan inti Maminasata belum

merata meskipun dalam pengelolaan air baku sudah dibangun beberapa instalasi pengelolaan

air. Saat ini yang menjadi permasalahan di Indonesia terkait dengan air yaitu : (1) Kapasitas

kelembagaan terkait penyelenggaraan SPAM masih perlu ditingkatkan (2) Kesulitan

pendanaan yang mengandalkan pemerintah daerah, operasional, dan pemeliharaan SPAM

karena rendahnya tarif dan tingginya beban utang (3) Tingkat kehilangan air masih tinggi

Page 10: EVALUASI KEBIJAKAN KABUPATEN/KOTA DAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4883bcd01f280558a73d5478acb08e5a.pdf · menuju arah yang negatif. ABSTRAC ... Selatan salah satunya adalah

(rata-rata 33%,nasional) dan tekanan air di jaringan distribusi masih rendah. (4) Belum

efisiennya pengelolaan SPAM.

Selain itu daya dukung air baku semakin terbatas akibat pengelolaan daerah tangkapan

air kurang baik. Untuk itu pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air di Kawasan

Maminasata harus dimaksimalkan untuk mendukung perkembangan Kawasan Perkotaan

Maminasata pada saat ini maupun pada masa yang akan datang, pemerintah juga harus

mempersiapkan prasarana untuk mendukung sarana air sebagaimana dimaksud pada peraturan

tersebut terdiri atas sistem jaringan irigasi, sistem pengendalian banjir, dan sistem

pengamanan pantai. Pengelolaan sumberdaya air akan selalu dihadapkan pada penyediaan air

yang semakin terbatas dan pertumbuhan kebutuhan yang akan cenderung makin meningkat

dengan cepat sehingga untuk mencapai keseimbangan dibutuhkan kebijakan yang mengatur

tentang sisi penyediaan dengan mencari daerah pemasok sumber daya air dan kebijakan yang

mengatur permintaan dengan mengendalikan kebutuhan.

Kebijakan merupakan suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku

atau kelompok politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai

tujuan. Untuk itu kepala daerah sebagai pengambil kebijakan dituntut untuk mengambil

keputusan yang tepat dalam pengelolaan sumberdaya air yang jelas untuk mencapai tujuan.

Tujuan kebijaksanaan tersebut adalah untuk meningkatkan koordinasi dan komunikasi lintas

daerah dalam Kawasan Maminasata serta antar instansi terkait, meningkatkan pengelolaan

sumber daya air, perlindungan lingkungan hidup, dan meningkatkan partisipasi masyarakat

dan sektor swasta dalam pengembangan dan pengelolaan sumber daya air. Pengembangan

dan pengelolaan sumber daya air tersebut akan meliputi usaha untuk mengembangkan,

memanfaatkan, melestarikan dan melindungi sumberdaya air melalui pendekatan wilayah

sungai yang terpadu dan menyeluruh yang ada di Kawasan Maminasata secara berkelanjutan.

Kebijakan pengelolaan sumberdaya air secara sistimatis dan terpadu merupakan upaya yang

sangat urgen karena menyangkut multisektor, multidisiplin dan multiaspek, serta kepentingan

yang berbeda-beda antara pemerintah daerah kabupaten/kota dan provinsi yang ada dalam

Kawasan Maminasata.

KESIMPULAN DAN SARAN

Arahan dan kebijakan pengelolaan sumber daya air dalam rencana tata ruang untuk

mendukung Kawasan Strategis Nasional Mamminasata yaitu dengan membangun beberapa

Instalasi Pengelolaan Air (IPA) untuk melayani daerah-daerah yang terjangkau oleh instalasi

tersebut akan tetapi arahan pengelolaan tersebut belum maksimal dirasakan oleh sebagian

Page 11: EVALUASI KEBIJAKAN KABUPATEN/KOTA DAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4883bcd01f280558a73d5478acb08e5a.pdf · menuju arah yang negatif. ABSTRAC ... Selatan salah satunya adalah

warga di Kawasan Maminasata saat ini, selain itu pengelolaan sumber daya air di Kawasan

Maminasata menggunakan beberapa sungai sebagai sumber air baku, antara lain : Sungai

Jeneberang (Bendungan Bili-bili), Sungai Maros (leko pancing), Sungai Tallo, Sungai Pappa,

dan Sungai Gamanti. Sinergitas dan sinkronisasi kebijakan pengelolaan sumber daya air

masing-masing kabupaten/kota dan provinsi dalam Kawasan Strategis Nasional Mamminasata

belum maksimal, hal ini di deskripsikan pada arahan, program dan kebijakan masing-masing

wilayah yang terkait dalam Kawasan Mamminasata baik kabupaten/kota maupun provinsi

yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. Pada beberapa

daerah seperti Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dengan kabupaten/kota dalam wilayah

Maminasata sudah melakukan suatu komitmen dalam MoU akan tetapi komitmen tersebut

kurang diperhatikan oleh kabupaten/kota tersebut, salah satu faktor yang menjadi kendala

untuk mensinergikan kebijakan seluruh kabupaten/kota yang terdapat dalam Kawasan

Maminasata termasuk Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yaitu kurangnya komunikasi dan

pengawasan dalam menjalankan kebijakan serta masih kurangnya kesadaran pemerintah

untuk menjaga dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara berkelanjutan.

Sebaiknya kebijakan lintas sektor khususnya kebijakan yang menyangkut dengan

sumber daya air harus diperhatikan oleh seluruh stakeholder dan pemerintah kabupaten/kota

serta provinsi yang terkait dalam Kawasan Maminasata. Kebijakan yang telah ada hendaknya

dipatuhi oleh seluruh stakeholder yang terkait untuk mejaga komitmen bersama. Kebijakan

yang dibuat sebaiknya kebijakan yang sinkron dan bersinergi antara pemerintah kabupaten

dan pemerintah kota serta pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah propinsi yang terkait

dalam wilayah Kawasan Perkotaan Maminasata. Bila kebijakan yang dibuat tidak bersinergi

maka diprediksikan akan menimbulkan konflik antar wilayah yang ada di Kawasan

Maminasata yang berdampak pada kehidupan masyarakat dan daya dukung serta

perkembangan Kawasan Maminasata akan menuju arah yang negatif. Pada pembahasan

sebelumnya kebijakan lintas sektor seperti kebijakan sumber daya air masih menjadi

kebijakan yang sangat rawan konflik karena beberapa daerah dalam menetapkan arah

kebijakan dan program belum memperhatikan daerah sekitar yang mempunyai kepentingan

yang sama, dengan kata lain kebijakan pengelolaan sumber daya air daerah yang satu dengan

daerah yang lain belum sinkron.

Berdasarkan analisa hasil penelitian tersebut maka penulis memberikan saran untuk

lebih memperhatikan kebijakan pengelolaan sumber daya air kabupaten/kota dan provinsi

dalam mendukung perkembangan Kawasan Maminasata sebagai berikut: Untuk

mensinergikan dan mensinkronkan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah kabupaten/kota

Page 12: EVALUASI KEBIJAKAN KABUPATEN/KOTA DAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4883bcd01f280558a73d5478acb08e5a.pdf · menuju arah yang negatif. ABSTRAC ... Selatan salah satunya adalah

dan pemerintah provinsi hendaknya sebelum membuat kebijakan khususnya kebijakan yang

saling bersinggungan seperti kebijakan air pemerintah kabupaten maupun pemerintah kota

dan provinsi sebaiknya saling berkoordinasi dan memperhitungkan dampak yang akan

ditimbulkan ke depannya. Selain itu, masing-masing pemerintah kabupaten/kota yang terkait

dalam Kawasan Maminasata harus menghargai dan memberikan kontribusi yang positif bagi

daerah yang sumber dayanya digunakan oleh daerah lain seperti Kota Makassar memberikan

kontribusi yang positif untuk Kabupaten Maros dan Kabupaten Gowa sebagai asal sumber

daya air yang digunakan Kota Makassar agar mengurangi kemungkinan terjadinya konflik

oleh daerah tersebut sehingga permasalahan air bersih dalam Kawasan Maminasata bisa

diminimalisir. Untuk masalah pengelolaan air sebagaimana yang telah dicantumkan pada

Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Maminasata sudah cukup baik karena sudah

dilengkapi dengan beberapa instalasi pengelolaan air untuk melayani daerah-daerah sekitar

akan tetapi yang perlu diperhatikan yaitu sumber air baku untuk air bersih karena khusus

wilayah Kota Makassar yang masih bergantung pada daerah Maros dan Gowa perlu kiranya

mencari alternatif lain yang berwawasan lingkungan untuk memperoleh air bersih misalnya

dengan merubah air laut menjadi air siap minum agar seluruh warga yang ada dapat

menikmati air bersih tanpa membedakan jarak jauh maupun dekat sehingga air yang menjadi

kebutuhan publik tidak susah diperoleh. Kepada seluruh pemerintah kabupaten/kota dan

pemerintah propinsi yang terkait perlu kiranya membuat surat keputusan bersama (SKB)

dalam pengelolaan sumber daya air dan kebijakan lintas daerah lainnya sebagai pedoman agar

kebijakan masing-masing daerah dapat bersinergi dan menimbulkan dampak positif bagi

semua daerah untuk mendukung perkembangan Kawasan Maminasata.

Page 13: EVALUASI KEBIJAKAN KABUPATEN/KOTA DAN …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4883bcd01f280558a73d5478acb08e5a.pdf · menuju arah yang negatif. ABSTRAC ... Selatan salah satunya adalah

DAFTAR PUSTAKA

Kodoatie, Robert J. dan Sjarief, Roestam,. 2010, Tata Ruang Air, C.V Andi Offset, Yogyakarta.

Dilla, Sumadi., 2007, Komunikasi Pembangunan, Simbiosa Rekatama media, Bandung.

Mulyanto, H.R,. 2007, Pengembangan Sumber Daya Air Terpadu, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Sadyohutomo, Mulyono., 2008, Manajemen Kota Dan Wilayah, Bumi Aksara, Jakarta.

Silalahi, Ulber., 2009, Metode Penelitian Sosial, Refika Aditama, Bandung

Tarigan, Robinson., 2006, Perencanaan Pembangunan Wilayah, Bumi Aksara, Jakarta.

R. Sulistiyadi., 2011, Majalah Seskoal. Jilid I Edisi 2.

Warella. Y, 2002, Kebijakan Publik, hand Out MAP UNDIP, Semarang.

Undang-undang Nomor 07 Tahun 2004 tentang Sumber daya Air

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Makassar, Maros, Sungguminasa dan Takalar