evaluasi dan analisis penerimaan sistem evaluasi dosen
TRANSCRIPT
Evaluasi dan Analisis Penerimaan Sistem Evaluasi Dosen pada
Universitas Kristen Satya Wacana Menggunakan
Technology Acceptance Model (TAM)
Artikel Ilmiah
Peneliti:
Hendri (682012017)
Andeka Rocky Tanaamah, SE., M. Cs.
Program Studi Sistem Informasi
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Desember 2017
1. Pendahuluan
Perkembangan teknologi informasi membawa perkembangan pesat pada arus system
informasi.Saat ini teknologi informasi sudah banyak digunakan sebagai pendukung proses bisnis
di berbagai instansi.Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa
di berbagai instansi.Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin peswat
dewasa ini menuntup setiap guru dan dosen harus menguasai information,communition dan
technology yang kelak tidak hanya bermanfaat bagi pendidik tetapi juga bagi peserta didik dalam
meningkatkan produktivitas,efektivitas,efisiensi dan kesejahteraanya.(Munir,Universitas Bung
Hatta,2008).Untuk setiap pemanfaatan system informasi perlu adanya proses evaluasi dalam
untuk menilai system tersebut dan dibandingkan dengan tolak ukur dalam organisasi.Ada
berbagai model evaluasi system informasi,salah satunya adalah Technology Acceptance
Model(TAM).Technology Acceptance Model(TAM) merupakan suatu model yang digunakan
untuk melakukan evaluasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pengguna dalam
penerimaan suatu teknologi baru.Tujuan utama TAM adalah untuk mendirikan dasar penelusuran
pengaruh faktor eksternal terhadap kepercayaan,sikap(personalisasi),dan tujuan penggunaan
computer.Dalam adopsi sistem informasi,TAM memiliki dua keyakinan ,yaitu persepsi pengguna
terhadap manfaat (perceived usefulness) dan persepsi pengguna terhadap kemudahan
penggunaan (perceived ease of use). Perceived usefulness diartikan sebagai tingkat di mana
seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tertentu dapat meningkatkan kinerjanya,dan
perceived ease of use diartikan sebagai tingkat dimana seseorang percaya bahwa menggunakan
sistem tidak diperlukan usaha apapun ( free of effort). Perceived ease of use juga berpengaruh
pada perceive usefulness yang dapat diartikan bahwa jika seseorang merasa sistem tersebut
mudah digunakan maka sistem tersebut berguna bagi mereka.
Uksw merupakan salah satu perguruan tinggi yang ada di salatiga,seiring berjalannya
waktu,Uksw menerapkan berbagai TI dan Implementasi Sistem Informasi.Seperti halnya
evaluasi dosen yang dahulu berbasis manual sekarang menggunakan online.Evaluasi dosen
adalah sebuah sistem yang memberikan penilaian kinerja dosen dan mengharuskan seluruh
mahasiswa untuk turutr serta memanfaatkan sistem tersebut agar mahasiswa dapat melihat hasil
nilai yang diperoleh pada semester lalu.Pengguna sistem evaluasi dosen adalah seluruh
mahasiswa,secara teknis sistem evaluasi dosen yang diterapkan oleh uksw masih belum
maksimal,seperti halnya nama dosen pengampu yang tidak sesuai dengan sistem,mengharuskan
mahasiswa untuk turut serta agar dapat melihat nilai ini sama halnya dengan sebuah paksaan dan
sebagainya.Karena alasan tersebut maka penelitian ini akan menganalisis dan evaluasi sejauh
mana penerimaan penggunaan evaluasi dosen pada Universitas Kristen Satya Wacana dengan
menggunakan Technology Acceptance Model(TAM).
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian terdahulu
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dwi Suhartini dan Wiwik Handayani(2009)
berjudul “Model Penerimaan Teknologi informasi oleh Dosen Pada Perguruan Tinggi di
Surabaya” menggunakan teori Technology Acceptance Model.Penelitian dilakukan untuk
mengetahui dan menjelaskan pengaruh kemudahan penggunaan terhadap penerimaan
penggunaan teknologi informasi e-learning dan e-mail,pengaruh kemudahan penggunaan
terhadap kemanfaatan penggunaan teknologi informasi e-learning dan e-mail ,pengaruh
kemanfaatan penggunaan terhadap penerimaan penggunaan,dan pengaruh kemudahan
penggunaan terhadap penerimaan penggunaan dengan dimediasi oleh kemanfaatan
penggunaan.Hasil Analisis deskriptif tentang kemudahan penggunaan teknologi informasi e-
learning dan e-mail menunjukkan bahwa pengguna mendapatkan kemudahan menggunakan e-
learning dan e-mail, kemanfaatan penggunaan e-learning dan e-mail menunjukan bahwa
pengguna mendapatkan manfaat dari e-learing dan e-mail,penerimaan penggunaan e-learning
dan e-mail menunjukkan bahwa pengguna kurang menerima teknologi baru ini,Karena teknologi
baru ini merupakan suatu keharusan yang harus dilakukan para pengguna.
Penelitian terdahulu yang selanjutnya dilakukan oleh Ni Luh Nyoman Sherina Devi dan I
Wayan Suartana berjudul “Analisis Technology Acceptance Model Terhadap Penggunaan
Sistem informasi di Nusa Dua Beach Hotel dan SPA,penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh sikap,kemampuan seseorang dalam menguasai computer, dan kepercayaan terhadap
penggunaan sistem informasi dengan konsep Technology Acceptance Model,yaitu dengan
melihat pengaruh ketiga variabel tersebut kepada dua factor kemanfaatan penggunaan dan
penerimaan penggunaan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan seseorang dalam
menguasai computer dan kepercayaan berpengaruh positif dan signifika terhadap kemanfaatan
penggunaan dan penerimaan penggunaan ,sedangkan sikap tidak berpengaruh terhadap
keduanya.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Shinta Eka Kartika(2009) berjudul “Analisis Proses
Penerimaan Sistem Informasi iCons Dengan Menggunakan Technology Acceptance Model Pada
Karyawan PT.Bank Negara Indonesia(Persero)TBK Di Kota Semarang”.Penelitian ini dilakukan
untuk menganalisis penerimaan sistem informasi iCons pada karyawan PT.Bank Negara
Indonesia (persero)Tbk,untuk membuktikan secara empiris perilaku/user atas perubahan sistem
BOSS ke Sistem iCons di PT.Bank Negara Indonesia (persero) Tbk.Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa proses transisi perubahan sistem BOSS ke sistem iCons tidak sepenuhnya
dapat dijelaskan oleh Technology Acceptance Model dikarenakan dari total 16 hipotesis yang
diajukan ,hanya 8 hipotesis saja yang diterima.
Menurut Davis(1989) due keyakinan variabel perilaku utama dalam mengadopsi sitem
informasi, yaitu persepsi pengguna terhadap manfaat (perceived usefulness) dan persepsi
pengguna terhadap kemudahan dalam penggunaan (perceived ease of use). Perceived usefulness
(PU) diartikan sebagai tingkat di mana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tertentu
dapat meningkatkan kinerjanya, dan perceived ease of use (PEOU) diartikan sebagai tingkat
dimana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tidak diperlukan usaha apapun (free of
effort).
Acceptance dalam TAM dikonsepkan sebagai kondisi psikologis seseorang menerima
dan menerapkan teknologi informasi sebagai cara hidup untuk meningkatkan kinerja.Variabel ini
diukur dengan mengembangkan instrument yang diperkenalkan oleh Davis(1989) dan
dimodifikasi oleh Schillewaert et al(2000)
Evaluasi Sistem Informasi
Evaluasi adalah “mencari sesuatu yang berharga (worth). Sesuatu yang berharga tersebut
dapat berupa informasi tentang suatu program, produksi serta alternatif prosedur tertentu”.
Evaluasi atau penilaian juga dapat di artikan sebagai suatu usaha untuk memberikan nilai
terhadap hasil pengukuran untuk pencapaian tujuan dan merupakan sebuah proses dimana
keberhasilan yang dicapai dibandingkan dengan seperangkat keberhasilan yang diharapkan.
Perbandingan ini kemudian dilanjutkan dengan pengidentifikasian faktor-faktor yang
berpengaruh pada kegagalan dan keberhasilan.
Kemudian sistem informasi adalah kombinasi teratur apa saja dari orang-orang,
hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah
dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.Dari kedua pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa evaluasi sistem informasi adalah suatu kegiatan terencana yang bertujuan
untuk memeriksa dan menilai sumber daya dalam organisasi untuk mendapatkan hasil yang
dibandingkan dengan menggunakan tolak ukur tertentu untuk memperoleh hasil mengenai
kinerja sumber daya organisasi tersebut.
Ada beberapa model evaluasi sistem informasi yang sering digunakan diantaranya :
Technology Acceptance Model (TAM), Model ini telah banyak digunakan dalam penelitian
sistem informasi untuk mengetahui reaksi pengguna terhadap sistem informasi.TAM memiliki
elemen yang kuat tentang perilaku (behavioural), mengasumsikan bahwa ketika seseorang
membentuk suatu bagian untuk bertindak, mereka akan bebas untuk bertindak tanpa batasan.
Beberapa penelitian telah mereplikasi studi Davis untuk memberi bukti empiris terhadap
hubungan yang ada antara usefulness, ease of use dan system use. End User Computing (EUC)
Satisfaction, Model evaluasi ini dikembangkan oleh Doll & Torkzadeh. Evaluasi dengan
menggunakan model ini lebih menekankan kepuasan (satisfaction) akhir pengguna terhadap
aspek teknologi, dengan menilai isi, keakuratan, format, waktu dan kemudahan penggunaan dari
system; Task Technology Fit (TTF) Analysis, Inti dari Model Task Technology Fit adalah sebuah
konstruk formal yang dikenal sebagai Task-Technology Fit (TTF), yang merupakan kesesuaian
dari kapabilitas teknologi untuk kebutuhan tugas dalam pekerjaan yaitu kemampuan teknologi
informasi untuk memberikan dukungan terhadap pekerjaan.. Disi lain, pandangan ini lebih
menekankan pada dampak positif terhadap kinerja individu dan dalam penggunaan teknologi
informasi untuk tugas-tugas yang harus dihasilkan oleh pengguna.; 4) Human-Organization-
Technology (HOT) Fit Model, Model ini menempatkan komponen penting dalam sistem
informasi yakni Manusia (Human), Organisasi (Organization) dan Teknologi (Technology). dan
kesesuaian hubungan di antaranya.[10]
2.3. Technology Acceptance Model (TAM)
Model Theory of Reasoned Action (TRA) dalam perkembangannya telah diadopsikan
menjadi model Technology Acceptance Model (TAM). Technology Acceptance Model (TAM)
dibuat khusus untuk pemodelan adopsi teknologi informasi. Pada tahun 1989, Davis
memperkenalkan Technology Acceptance Model (TAM) untuk memprediksi adopsi teknologi
informasi. Tujuan utama TAM adalah untuk mendirikan dasar penelusuran pengaruh faktor
eksternal terhadap kepercayaan, sikap (personalisasi), dan tujuan pengguna komputer. TAM
menganggap bahwa dua keyakinan variabel perilaku utama dalam mengadopsi sitem informasi,
yaitu persepsi pengguna terhadap manfaat (perceived usefulness) dan persepsi pengguna
terhadap kemudahan dalam penggunaan (perceived ease of use). Perceived usefulness (PU)
diartikan sebagai tingkat di mana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tertentu dapat
meningkatkan kinerjanya, dan perceived ease of use (PEOU) diartikan sebagai tingkat dimana
seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tidak diperlukan usaha apapun (free of effort).
TAM dalam waktu ke waktu telah mengalami banyak perkembangan yang sesuai dengan tingkat
permasalahan yang sedang berkembang. Dalam penelitiannya Davis menemukan persepsi
pengguna terhadap manfaat (perceived usefulness) memiliki korelasi lebih besar dengan perilaku
pengguna daripada persepsi pengguna terhadap kemudahan dalam penggunaan (perceived ease
of use). Analisis regresi menunjukkan bahwa persepsi pengguna terhadap kemudahan dalam
penggunaan (perceived ease of use) sebenarnya dapat mempengaruhi persepsi pengguna
terhadap manfaat (perceived usefulness), sebagai lawan paralel persepsi pengguna terhadap
manfaat (perceived usefulness), penentu langsung dari penggunaan sistem.
Gambar 1. Model Asli Technology Acceptance Model(TAM) (Davis, 1986)
Dalam kerangka TAM terlihat bahwa persepsi kemanfaatan (perceived usefulness) dan
persepsi kemudahan (perceived ease of use) secara langsung dapat mempengaruhi sikap terhadap
penggunaan (attitude toward using). Attitude toward using dalam TAM didefinisikan sebagai
suatu tingkat penilaian yang dirasakan (negatif atau positif) yang dialami sebagai dampak bila
seseorang menggunakan suatu teknologi dalam pekerjaannya seperti terlihat pada gambar 1.
Peneliti lain menyatakan bahwa faktor sikap (attitude) sebagai salah satu aspek yang
mempengaruhi perilaku individual. Sikap seseorang terdiri atas unsur kognitif/cara pandang
(cognitive), afektif (affective), dan komponen-komponen yang berkaitan dengan perilaku
(behavioral components).Actual system use merupakan perilaku pemakaian nyata pertama kali
dikonsepkan dalam bentuk pengukuran frekuensi dan durasi waktu terhadap penggunaan sebuah
teknologi (Davis, 1989), dimana actual system use adalah indikator dalam mengukur penerimaan
terhadap suatu teknologi informasi. Seorang pengguna akan merasa yakin jika sistem yang
mereka gunakan itu mudah dan dapat meningkatkan kinerja mereka, yang akan terlihat dari
kondisi nyata penggunaan. TAM juga merupakan salah satu Model yang paling sering digunakan
untuk menjelaskan maksud pengguna untuk benar-benar menggunakan sistem informasi (Davis,
1989).
Tujuan TAM adalah yaitu menyediakan model yang dikonsep dengan landasan teori dan
kesederhanaan untuk penerimaan teknologi informasi dalam rangka menjelaskan atau
memprediksi adopsi serbaguna itu. Davis (1989) mengemukakan bahwa dalam TAM terdapat
empat konstruksi termasuk dua faktor yang menentukan untuk menerimateknologi informasi,
yaitu Perceived Kegunaan (PU) dan Persepsi Kemudahan Penggunaan (PEOU), Sikap terhadap
menggunakan (ATT) dan niat Perilaku untuk menggunakan (BIN). Dalam beberapa penelitian
sebelumnya, TAM telah diterapkan sebagai tolak ukur untuk memprediksi dan menjelaskan
varietas teknologi informasi dan hubungan hipotetis yang telah banyak didukung.
Perkembangan Technology Acceptance Model (TAM)
Pada tahun 1989, Davis melakukan penelitian bersama Bagozzi dan Warshaw. Didalam
penelitiannya, Davis dkk. menggunakan TAM untuk membahas kemampuan memprediksi
adopsi teknologi informasi masyarakat dari ukuran niat mereka, dan kemampuan untuk
menjelaskan niat mereka dalam hal sikap, norma subyektif (subjective norm), persepsi pengguna
terhadap manfaat (perceived usefulness), persepsi pengguna terhadap kemudahan dalam
penggunaan (perceived ease of use), dan variabel terkait. Temuan yang diperoleh Davis dkk.
setelah melakukan penelitian adalah perceived usefulness sangat mempengaruhi niat masyarakat.
Pada tahun 1996, Davis dan Venkatesh melakukan penelitian yang membahas potensi
bias pada pengukuran Technology Acceptance Model (TAM). Didalam penelitiannya, Davis dan
Venkatesh mencoba untuk membuat suatu perbandingan antara teknik pengelompokan item
dengan teknik pencampuran item. Temuan menunjukkan bahwa dalam menggunakan TAM
sebagai model adopsi teknologi informasi sebaiknya mengikuti langkah-langkah maupun format
asli (pengelompokan item) untuk memperoleh prediksi terbaik.
Pada tahun 2000, Venkatesh & Davis melakukan pengembangan dan pengujian teoritis
terhadap Technology Acceptance Model (TAM) menjadi Technology Acceptance Model 2
(TAM2). Sama halnya TAM, TAM2 memiliki dua variabel perilaku utama, yaitu persepsi
pengguna terhadap manfaat (perceived usefulness) dan persepsi pengguna terhadap kemudahan
dalam penggunaan (perceived ease of use). Pada TAM2, perceived usefulness memiliki beberapa
faktor penentu, yaitu subjective norm (SN), image (IMG), job relevance (REL), output quality
(OUT), result demonstrability (RES) dan perceived ease of use (PEOU). Subjective norm (SN)
diartikan sebagai persepsi seseorang bahwa orang yang menurutnya penting berpikir agar dia
harus atau tidak harus menggunakan sistem, image (IMG) diartikan sebagai persepsi seseorang
bahwa penggunaan inovasi akan meningkatkan status sosialnya, job relevance (REL) diartikan
sebagai sejauh mana seorang individu percaya bahwa penggunaan sistem sesuai untuk
pekerjaannya, output quality (OUT) diartikan sebagai sejauh mana seorang individu percaya
bahwa sistem melakukan pekerjaannya dengan baik, result demonstrability (RES) diartikan
sebagai sejauh mana seorang individu percaya bahwa hasil menggunakan sistem nyata, dapat
diamati, dan disebarkan, sedangkan perceived ease of use (PEOU) sebelumnya telah terdapat
pada TAM. Tidak hanya faktor-faktor penentu perceived usefulness (PU) yang dikembangkan.
Pada TAM2, experience (EXP) dan voluntariness (VOL) bertindak sebagai moderator yang
cukup memberikan pengaruh terhadap pengguna. Gambar 2.2 menunjukkan relasi pada
Technology Acceptance Model 2 (TAM2).
Gambar 2. Technology Acceptance Model 2 (TAM2) (Venkatesh & Davis, 2000)
Pada tahun 2000 Venkatesh melakukan penelitian guna memahami faktor-faktor
penentu perceived ease of use. Menurut Venkatesh faktor-faktor penentu perceived ease of use
(PEOU) adalah computer self-efficacy (CSE), perceptions of external control (PEC), computer
anxiety (CANX), computer playfulness (CPLAY), perceived enjoyment (ENJ) dan objective
usability (OU). Computer self-efficacy (CSE) diartikan sebagai sejauh mana seorang individu
percaya bahwa ia memiliki kemampuan untuk melakukan tugas / pekerjaan tertentu
menggunakan computer, perceptions of external control (PEC) diartikan sebagai sejauh mana
seorang individu percaya bahwa sumber daya organisasi dan teknis ada mendukung untuk
penggunaan sistem, computer anxiety (CANX) diartikan sebagai tingkat ketakutan individu, atau
bahkan takut, ketika dia dihadapkan dengan kemungkinan menggunakan komputer, computer
playfulness (CPLAY) diartikan sebagai tingkat spontanitas kognitif pada interaksi individu
dengan sistem, perceived enjoyment (ENJ) diartikan sebagai sejauh mana aktivitas menggunakan
sistem dianggap menyenangkan dalam dirinya sendiri, selain dari konsekuensi kerja yang
dihasilkan dari penggunaan sistem sedangkan objective usability (OU) diartikan sebagai sebuah
perbandingan sistem berbasis pada tingkat yang sebenarnya (bukan persepsi) dari usaha yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Model penentu perceived ease of use
dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Model Penentu Perceived Ease of Use (Venkatesh, 2000)
Pada tahun 2006, Venkatesh, Maruping dan Brown melakukan penelitian yang
membahas tiga manifestasi waktu tertentu yaitu antisipasi (proksimal vs distal), pengalaman
sebelumnya dengan perilaku, dan frekuensi (episodik vs repeat) sebagai faktor kunci yang
mempengaruhi validitas niat perilaku, persepsi pengendalian perilaku, dan harapan perilaku
dalam memprediksi perilaku.Dalam studi 1, Venkatesh dkk. menemukan bahwa peningkatan
antisipasi (distal) melemahkan hubungan antara niat dan perilaku serta memperkuat hubungan
antara harapan dan perilaku. Sebaliknya, meningkatkan pengalaman akan memperkuat hubungan
antara niat dan perilaku dan melemahkan hubungan antara harapan dan perilaku. Dalam studi 2,
hubungan antara niat dan perilaku kuat ketika antisipasi rendah (proksimal) dan pengalaman
yang tinggi serta hubungan antara harapan perilaku dan perilaku kuat ketika antisipasi tinggi
(distal) dan pengalaman rendah.
Pada tahun 2008, Brown dan kawan-kawan melakukan penelitian yang membahas tiga
model teoritis penelitian di bidang perilaku organisasi dan psikologi konsumen. Brown menguji
model dalam konteks implementasi sistem informasi baru dalam sebuah organisasi, dengan
harapan, pengalaman, dan kepuasan sistem yang diukur untuk perceived usefulness dan
perceived ease of use, konstruks dari Technology Acceptance Model (TAM). Temuan yang
didapat adalah pengalaman hanya modal dimana harapan memiliki efek yang dapat diukur untuk
menjelaskan data terbaik dari perceived ease of use. Perceived usefulness menunjukkan versi
modifikasi dari pengalaman, di mana efek positif dari pengalaman menjadi sedikit lebih kuat
dengan meningkatnya ekspektasi.
Pada tahun 2008, Venkatesh & Bala melakukan pengembangan dan pengujian teoritis
terhadap Technology Acceptance Model 2 (TAM2) dengan identifikasi faktor-faktor penentu
perceived ease of use (PEOU) yang dikembangkan oleh Venkatesh pada tahun 2000 menjadi
Technology Acceptance Model 3 (TAM3). Sama halnya TAM dan TAM2, TAM3 memiliki dua
variable perilaku utama, yaitu persepsi pengguna terhadap manfaat (perceived usefulness) dan
persepsi pengguna terhadap kemudahan dalam penggunaan (perceived ease of use). TAM3 juga
memiliki experience dan voluntariness sebagai moderator.(Seperti ditunjukkan Gambar 4).
Gambar 4. Technology Acceptance Model 3 (TAM3) (Venkatesh & Bala, 2008)
3.Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dimana penelitian ini menggunakan
kuesioner sebagai instrumen utama pengambilan data.Sumber data penelitian merupakan sumber
data primer,berupa jawaban responden terhadap pernyataan dalam kuesioner.
3.1 Wilayah dan Populasi Penelitian
Wilayah dan populasi penelitian adalah pada dosen Universitas Kristen Satya Wacana.
Adapun alasan pemilihan dosen, disebabkan karena mereka merupakan penerima hasil Sistem
Evaluasi Dosen. Adapun alasan pemilihan populasi ini disebabkan karena unsur keterjangkauan
lokasi penelitian, baik dilihat dari segi tenaga, dana maupun dari segi efisiensi waktu.
3.2 Teknik Pengumpulan data
Pengumpulan data diperoleh melalui kuesioner yang pertanyaannya mencakup seluruh
variable penelitian dalam Technology acceptance model yang diukur menggunakan skala likert
dengan 5 pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (5), Setuju (4), Ragu-ragu (3), Tidak setuju (2),
dan Sangat tidak setuju (1).
Teknik pengambilan sample pada penelitian ini adalah menggunakan purposive sampling.
Hal ini dikarenakan Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu
atau juga bisa berarti sampling yang menentukan target kelompok tertentu. Pada penelitian ini
sample yang dipilih adalah dosen UKSW yang telah menerima hasil dari Sistem Evaluasi Dosen
Pengolahan Data dilakukan dengan menggunakan PLS(Partial Least Square). PLS
merupakan teknik analisis multivariat yang digunakan untuk memproyeksikan hubungan linear
antar variabel-variabel pengamatan. Tujuan PLS adalah menguji teori yang lemah dan data yang
lemah, seperti jumlah sampel yang kecil atau terdapat masalah normalitas data, memprediksikan
pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen, dan menjelaskan hubungan teoritikal di
antara kedua variabel tersebut.Adapun langkah-langkah yang dilakukan diantaranya : 1)
Perancangan model struktural (inner model) menjelaskan hubungan antara variabel laten yang
satu dengan variabel laten lainnya; Model persamaannya 𝜂=𝛽0+𝛽𝜂+Γ𝜉 . PLS didesain untuk
model recursive, maka hubungan antar variabel laten sering disebut casual chain system dari
variabel laten dapat dispesifikasikan sebagai berikut 𝜂𝑗= 𝛽𝑗𝑖𝜂𝑖𝑖+ γjbiξb+𝜁; 2) Perancangan
model pengukuran (outer model) yang menjelaskan hubungan antara variabel laten dengan
variabel indikatornya yang bersifat reflektif dalam penelitian ini. Metode yang digunakan untuk
mengevaluasi outer model dengan indikator refleksif yaitu convergent validity dari indikatornya
dan composite reliability untuk blok indikator. Blok dengan indikator refleksif dapat dit ulis
persamaan 𝑥=Λ𝑥𝜉+𝜀𝑥 dan 𝑦=Λ𝑦𝜂+𝜀𝑦. Sedangkan Blok dengan indikator formatif dapat ditulis
persamaan 𝜉= Πξx+δξ dan 𝜂=Πηy+δη.
3.3 Model Penelitian
Dalam penelitian ini,konstruk dari Technology acceptance model(TAM) akan menjadi dasar teori
yang mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengguna dalam pemanfaatan sistem evaluasi
dosen Universitas Kristen Satya Wacana.Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 :Pengaruh computer self efficacy pada perceived usefulness
H2 :Pengaruh computer self efficacy pada perceived ease of use
H3 :Pengaruh trust pada perceived ease of use
H4 :Pengaruh trust pada perceived usefulness
H5 :Pengaruh attitude pada perceived ease of use
H6 :Pengaruh attitude pada perceived usefulness
H7 :Pengaruh perceived ease of use pada perceived usefulness
Gambar 1.Model Penelitian
Gambar 1. Menunjukkan model penelitian yang digambar dalam aplikasi SmartPLS sesuai
dengan model asli Technology Acceptance Model(TAM)
4.Penelitian
4.1 Deskriptif Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui kuesioner
sebagai alat pengumpulan data.Kuesioner tersebut terdiri dari 5 variabel,untuk variable pertama
persepsi kemudahan penggunaan memiliki 6 pernyataan.Variabel kedua persepsi kegunaan
memiliki enam pernyataan.Variabel ketiga Kemampuan seseorang dalam menguasai computer
memiliki 4 pernyataan.Variabel keempat sikap pengguna memiliki 7 pernyataan.Dan untuk
variabel kelima kepercayaan memiliki 5 pernyataan.
Kuesioner telah disebarkan sebanyak 60 kuesioner kepada Dosen Fakultas Teknologi
Informasi.Karena kuesioner yang dikembalikan adalah sebanyak 30 kuesioner ,maka tingkat
respon penelitian ini adalah sebesar 80%.Dengan demikian ,ada sebanyak 30 kuesioner yang
dapat digunakan sebagai data penelitian.
4.2 Pengujian Data dan Model Penelitian
Data yang telah di rinci kemudian diolah dengan menggunakan software SmartPLS,model
dieksekusi dengan menggunakan PLS Algorithm dan Boostrapping (Model Struktural).Berikut
tampilan PLS Algorithm dan Boosttrapping:
Gambar 4.1
Hasil Model Pengukuran
Gambar 4.2
Hasil Model Struktural
4.3.1 Pengujian Model Pengukuran(Outer Model)
Menurut (Jogiyanto,2009) sebelum melakukan pengujian hipotesis untuk memprediksi hubungan
relasional dalam model structural,pengujian model pengukuran harus dilakukan terlabih dahulu
untuk verifikasi indicator dan variabel laten yang dapat diuji selanjutnya.Pengujian tersebut
meliputi pengujian validitas konstruk(konvergen dan diskriminan) dan pengujian konsistensi
internal (reliabitas)konstruk.Uji validitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan instrument
penelitian mengukur apa yang seharusnya diukur.Sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk
mengukur konsistensi alat ukur dalam mengukur suatu konsep atau dapat juga digunakan untuk
mengukur konsistensi responden dalam menjawan item pertanyaan dalam kuesioner atau
instrument penelitian.
1.Pengujian Validitas Konstruk
a. Uji Validitas Konvergen
Uji validitas konvergen dilihat dari model pengukuran dengan menggunakan indicator reflektif
dinilai berdasarkan loading factor,(Average Variance Extracted)AVE dan
Communality.Nilai(Average Variance Extracted)AVE dan Communality,direkomendasikan nilai
masing-masing harus diatas 0,50.Artinya probabilitas indicator di suatu konstruk masuk ke
variabel lain lebih rendah(kurang 0,5) sehingga probabilitas indicator tersebut konvergen dan
masuk di konstruk yang dimaksud lebih besar,yaitu diatas 50 persen.Dalam penelitian ini
terdapat 5 konstruk dengan jumlah indicator 4 sampai dengan 7 indikator dengan menggunakan
skala 1 sampai 5.Berdasarkan hasil pengujian model pengukuran yang terlihat pada gambar
diatas,dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 4.2
Uji Validitas Konvergen
Communality
Berdasarkan hasil yang terlihat pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa hasil pengujian AVE dan
communality untuk konstruk kemudahan penggunaan,persepsi kegunaan,kemampuan menguasai
computer,kepercayaan dan sikap untuk menggunakan system evaluasi dosen masing-masing
adalah 0.682,0.555,0.532,0.302,0.369.tidak ada indicator yang memiliki factor loading diatas
0,70 dan hanya ada 3 indikator yang memiliki nilai communality diatas 0.50.Dengan demikian
,dapat disimpulkan bahwa indicator-indikator tersebut kurang valid dalam melakukan
pengukuran variabel laten penelitian.
b. Uji Validitas Diskriman
Pengukuran validitas diskriman dari model pengukuran dinilai berdasarkan dengan
membandingkan akar dari AVE suatu konstruk harus lebih tinggi dibandingkan dengan korelasi
antar variabel laten tersebut atau dengan melihat cross loading pengukuran dengan
konstruknya.Pada tabel cross loading terlihat bahwa masing-masing indicator disuatu konstruk
akan berbeda dengan indikator di konstruk lain dan mengumpul pada konstruk yang dimaksud
Tabel 4.3
Cross Loading
Nilai cross loading pada tabel 4.3 menunjukkan adanya validitas diskriman yang baik karena
nilai korelasi indikator terhadap konstruknya lebih tinggi dibandingkan nilai korelasi indikator
terhadap konstruk lainya.Sebagai contoh loading factor q12 dengan Q1(perceived ease of use)
sebesar 0.771.Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan loading factor q12 dengan konstruk lain,yaitu
q4 sebesar 0.146;q3 sebesar -0.214;q2 sebesar 0.297; dan q5 sebesar 0.460.Begitu juga yang
terjadi pada konstruk q4,q3,q2,dan q5.Korelasi indikatornya lebih tinggi ke konstruknya sendiri
dibandingkan korelasi indikatornya terhadap konstruk lain.Maka dapat disimpulkan bahwa
konstruk laten memprediksi indikator pada blok mereka lebih baik dibandingkan dengan
indikator di blok lain.
2.Uji Reabilitas
Uji kekonsistenan indikator-indikator dalam suatu variabel laten dilakukan dengan uji
realibilitas.Uji realibilitas dapat diukur dari nilai cronbach’s alpha dan nilai composite
reliability.Untuk dapat dikatakan suatu konstruk reliable,maka nilai cronbach’s alpha harus lebih
dari 0.70 dan nilai composite reliability harus lebih dari 0.70.Meskipun nilai 0.60 masih dapat
diterima
Tabel 4.4
Uji Realibilitas
Cronbachs Alpha
Composite realibility
Dari Output SmartPLS di atas,menunjukkan bahwa konstruk kemudahan penggunaan,persepsi
kegunaan,kemampuan dalam menguasai computer,sikap,dan kepercayaan untuk menggunakan
system evaluasi dosen memiliki nilai alpha dan composite realibility diatas 0.70 ,kecuali pada
indikator trust yang tidak memenuhi nilai.sehingga dapat dinyatakan bahwa pengukur yang
dipakai dalam penelitian ini memiliki realibilitas yang cukup baik.
4.3.2 Pengujian Model structural(Inner Model)
Inner model menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan pada teori
substantif.Model structural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk konstruk
dependen.Hasil R-square yang dijelaskan pada variabel dependen sebaiknya diatas 0.10 sehingga
dapat dinyatakan bahwa konstruk dependenya baik.
Tabel 4.5
R Square
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai R-square konstruk persepsi kegunaan(q2)
adalah sebesar 0.481 Hal ini berarti bahwa persepsi kemudahan penggunan mampu menjelaskan
konstruk persepsi kegunaan penggunaan sebesar 48% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel
lain.Sedangkan konstruk kemudahan penggunaaan mampu dijelaskan oleh kepercayaan
,kemampuan dalam menguasai computer dan sikap sebesar 35% dan sisanya dijelaskan oleh
variabel lain.
4.4 Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis ,nilai t-statistic yang dihasilkan dari output PLS dibandingan dengan
nilai t-tabel,output PLS merupakan estimasi variabel laten yang merupakan linier agrerat dari
indikator.Hipotesi yang digunakan adalah sebagai berikut :
Kriteria pengujian dengan tingkat signifikansi (α) 5% ditentukan sebagai berikut:
• Apabila t hitung > t tabel,yaitu lebih dari 1,96 maka Hipotesis diterima.
• Apabila t hitung < t tabel,yaitu kurang dari 1,96 maka Hipotesis di tolak
1. Pengujian H1
(Pengaruh computer self efficacy sistem evaluasi terhadap perceived usefulness)
Tabel 4.6 Inner Model T-Statistic H1
Original
Sample (O)
Sample
Mean (M)
Standart
Deviation
(STDEV)
T Statistics
( O/STDEV)
Computer self
efficacy -
>Perceived
Usefulness
-0.358 -0.258 0.294 1.218
Persepsi kemudahan penggunaan tidak berpengaruh signifikan terhadap persepsi kegunaan
dengan nilai original sample sebesar -0.358.Hipotesis (H1) mempunyai nilai T-statistic sebesar
1.218 lebih kecil dari nilai t tabel,sehingga menunjukkan bahwa persepsi computer self efficacy
terhadap kegunaan penggunaan system evaluasi mempunyai pengaruh yang tidak signifikan
2.Pengujian H2
(pengaruh Computer self efficacy system evaluasi terhadap perceived ease of use)
Tabel 4.7 Inner Model T_statistic H2
Original
Sample (O)
Sample
Mean (M)
Standart
Deviation
T Statistics
( O/STDEV)
(STDEV)
Computer self
efficacy -
>Perceived Ease
of use
-0.166 -0.160 0.176 0.945
Hubungan antara Computer self efficacy terhadap perceived ease of use mempunyai pengaruh
yang tidak signifikan dikarenakan memiliki nilai original sample sebesar -0.166 dan nilai T
statistic sebesar 0.945 yang berarti lebih kecil dari nilai t-table.
3.Pengujian H3
(pengaruh trust system evaluasi terhadap Perceived ease of use)
Tabel 4.8 Inner Model T Statistic H3
Original
Sample (O)
Sample
Mean (M)
Standart
Deviation
(STDEV)
T Statistics
( O/STDEV)
Trust -
>Perceived Ease
of use
0.517 0.517 0.193 2.679
Hipotesis ke 3 yang menguji hubungan antara trust dan perceived ease of use,menunjukkan nilai
original sample sebesar 0.517 dan nilai T-statistic sebesar 2.679.Karena nilai T_statistic tersebut
lebih besar dari T-table(tingkat signifikansi 5%=1.96) maka Hipotesis ketiga dalam penelitian ini
diterima.Dengan kata lain hubungan antara trust terhadap perceived ease of use memiliki
hubungan yang signifikan
4.Pengujian H4
(pengaruh trust system evaluasi terhadap perceived usefulness)
Tabel 4.9 Inner Model T-Statistic H4
Original
Sample (O)
Sample
Mean (M)
Standart
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(
O/STDEV)
Trust -
>Perceived
Usefulness
-0.144 -0.060 0.267 0.540
Hipotesis ke 4 yang menguji hubungan antara trust dan perceived usefulness ,menunjukkan nilai
original sample -0.144 dan nilai T-statistic sebesar 0.540.Karena nilai T-Statistic tersebut lebih
kecil dari T-table(tingkat signifikansi 5%=1.96) maka hipotesis ditolak dan dianggap tidak
memiliki pengaruh yang signifikan
5.Pengujian H5
(pengaruh attitude system evaluasi terhadap perceived ease of use)
Tabel 4.10 Inner Model T-Statistic H5
Original
Sample (O)
Sample
Mean (M)
Standart
Deviation
(STDEV)
T Statistics
( O/STDEV)
Attitude
->Perceived ease
of use
0.086 0.050 0.340 0.253
Hipotesis ke 5 yang menguji hubungan antara attitude dan perceived ease of use ,menunjukkan
nilai original sample 0.086 dan nilai T-statistic sebesar 0.253.Karena nilai T-Statistic tersebut
lebih kecil dari T-table(tingkat signifikansi 5%=1.96) maka hipotesis ditolak dan dianggap tidak
memiliki pengaruh yang signifikan
6.Pengujian H6
(pengaruh attitude system evaluasi terhadap perceived usefulness)
Tabel 4.11 Inner Model T-Statistic H6
Original
Sample (O)
Sample
Mean (M)
Standart
Deviation
(STDEV)
T Statistics
( O/STDEV)
Attitude
->Perceived
Usefulness
0.189 0.129 0.293 0.647
Hipotesis ke 6 yang menguji hubungan antara attitude dan perceived usefulness ,menunjukkan
nilai original sample 0.189 dan nilai T-statistic sebesar 0.647.Karena nilai T-Statistic tersebut
lebih kecil dari T-table(tingkat signifikansi 5%=1.96) maka hipotesis ditolak dan dianggap tidak
memiliki pengaruh yang signifikan
7.Pengujian H7
(pengaruh perceived ease of use system evaluasi terhadap perceived usefulness)
Tabel 4.12 Inner Model T-Statistic H7
Original
Sample
(O)
Sample
Mean (M)
Standart
Deviation
(STDEV)
T Statistics
( O/STDEV)
Perceived ease
of use -
>Perceived
Usefulness
0.549 0.520 0.232 2.365
Hipotesis ke 7 yang menguji hubungan antara trust dan perceived ease of use,menunjukkan nilai
original sample sebesar 0.549 dan nilai T-statistic sebesar 2.365.Karena nilai T_statistic tersebut
lebih besar dari T-table(tingkat signifikansi 5%=1.96) maka Hipotesis ketiga dalam penelitian ini
diterima.Dengan kata lain hubungan antara trust terhadap perceived ease of use memiliki
hubungan yang signifikan.
4.5 Pembahasan
1. Pengujian H1
(Pengaruh computer self efficacy dalam system evaluasi dosen terhadap perceived
usefulness)
Berdasarkan hasil perhitungan statistic,dapat disimpulkan bahwa computer self efficacy
berpengaruh negatif signifikan terhadap persepsi kegunaan.Dapat dilihat dari nilai T-Statistic
1.218 lebih kecil dari nilai T-table 1.96.Dengan demikian hipotesis H1 dalam penelitian ini di
tolak.
Tetapi hasil H1 yang didapatkan ini bertentangan dengan peneliti terdahulu (Bandura (1982),
Lewis et al.(2003), Lee, Tae dan Chung, (2003) dan Kulviwat, et al,. (2005) )yang menemukan
adanya hubungan yang positif antara self efficacy terhadap perceived usefulness dan perceived
ease of use.Maka dapat disimpulkan bahwa computer self efficacy mempengaruhi perceived
usefulness karena banyaknya penelitian terdahulu yang menemukan adanya hubungan positif
antara computer self efficacy dengan perceived usefulness
2. Pengujian H2
(Pengaruh computer self efficacy dalam system evaluasi dosen terhadap perceived
usefulness)
Berdasarkan hasil perhitungan statistic,dapat disimpulkan bahwa computer self efficacy
berpengaruh negatif signifikan terhadap persepsi kegunaan.Dapat dilihat dari nilai T-Statistic
0.945 lebih kecil dari nilai T-table 1.96.Dengan demikian hipotesis H2 dalam penelitian ini di
tolak.
Tetapi hasil H2 yang didapatkan ini bertentangan dengan peneliti terdahulu (Bandura (1982),
Lewis et al.(2003), Lee, Tae dan Chung, (2003) dan Kulviwat, et al,. (2005) )yang menemukan
adanya hubungan yang positif antara self efficacy terhadap perceived usefulness dan perceived
ease of use.Maka dapat disimpulkan bahwa computer self efficacy mempengaruhi perceived
usefulness karena banyaknya penelitian terdahulu yang menemukan adanya hubungan positif
antara computer self efficacy dengan perceived ease of use
3.Pengujian H3
(pengaruh Trust system evaluasi dosen terhadap perceived ease of use)
Berdasarkan hasil perhitungan statiskin,disimpulkan bahwa Trust system evaluasi berpengaru
positif signifikan terhadap perceived ease of use.Dapat dilihat dari nilai T-statistic sebesar 2.679
lebih besar dari nilai T-table 1,96 sehingga hipotesis H3 dalam penelitian ini diterima. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat kepercayaan seseorang kepada sistem
informasi maka semakin tinggi tingkat kemanfaatan yang dirasakan orang tersebut ketika
menggunakan sistem informasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh
McCloskey (2006) dan Reid dan Levy (2008).
4.Pengujian H4
(pengaruh Trust system evaluasi dosen terhadap perceived usefulness)
Berdasarkan hasil perhitungan statistic,dapat disimpulkan bahwa trust berpengaruh negatif
signifikan terhadap persepsi kegunaan.Dapat dilihat dari nilai T-Statistic 0.540 lebih kecil dari
nilai T-table 1.96.Dengan demikian hipotesis H4 dalam penelitian ini di tolak.
Hasil ini bertentangan dengan penelitian terdahulu yang diperoleh Chang Boon Patrick Lee dan
Gouhua Wan (2010), McCloskey (2006), serta Reid dan Levy (2008), di mana variabel trust
memiliki dampak positif terhadap perceived usefulness yang dirasakan oleh pengguna sistem
informasi.
5. Pengujian H5
(pengaruh attitude system evaluasi dosen terhadap perceived ease of use)
Berdasarkan hasil perhitungan statistic,dapat disimpulkan bahwa computer self efficacy
berpengaruh negatif signifikan terhadap persepsi kegunaan.Dapat dilihat dari nilai T-Statistic
0.253 lebih kecil dari nilai T-table 1.96.Dengan demikian hipotesis H5 dalam penelitian ini di
tolak.
Hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian Davis (1989) yang menyatakan bahwa
perceived ease of use mempengaruhi perceived usefullness dan attitude.Hasil ini menunjukkan
bahwa Persepsi yang seragam mengenai variabel perceived ease of use dan attitude berdampak
pada inkonsistensi pengaruh persepsi manfaat terhadap sikap dosen atas sistem evaluasi dosen.
Secara empiris penolakan hipotesis ini mengindikasikan bahwa perasaan dosen untuk suka dan
tidak suka terhadap sistem baru tidak dapat dijelaskan oleh persepsi mengenai kemudahan sistem
untuk dioperasikan.
6. Pengujian H6
(pengaruh attitude system evaluasi dosen terhadap perceived usefulness)
Berdasarkan hasil perhitungan statistic,dapat disimpulkan bahwa computer self efficacy
berpengaruh negatif signifikan terhadap persepsi kegunaan.Dapat dilihat dari nilai T-Statistic
0.647 lebih kecil dari nilai T-table 1.96.Dengan demikian hipotesis H5 dalam penelitian ini di
tolak.
Hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian Davis (1989) yang menyatakan bahwa adanya
hubungan perceived usefullness dengan attitude.Hasil ini menunjukkan bahwa Persepsi yang
seragam mengenai variabel perceived usefulness dan attitude berdampak pada inkonsistensi
pengaruh persepsi manfaat terhadap sikap dosen atas sistem evaluasi dosen. Secara empiris
penolakan hipotesis ini mengindikasikan bahwa perasaan dosen untuk suka dan tidak suka
terhadap sistem baru tidak dapat dijelaskan oleh persepsi mengenai kemudahan sistem untuk
dioperasikan.
7.Pengujian H7
(pengaruh perceived ease of use system evaluasi dosen terhadap perceived usefulness)
Berdasarkan hasil perhitungan statiskin,disimpulkan bahwa Trust system evaluasi berpengaru
positif signifikan terhadap perceived ease of use.Dapat dilihat dari nilai T-statistic sebesar 2.365
lebih besar dari nilai T-table 1,96 sehingga hipotesis H3 dalam penelitian ini diterima.Hal ini
menunjukkan kemudahan penggunaan akan mempengaruhi kegunaan dari system tersebut.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Pedersen (2003) dan pernyataan Sun dan Zhang
(2006) yang menyatakan bahwa perceived usefullness secara signifikan dipengaruhi oleh
perceived ease of use.
5.Kesimpulan
Dari hasil analisis yang mengkaitkan hipotesis 1 sampai dengan hipotesis 7 dapat
disimpulkan bahwa dari ke lima variabel yaitu computer self efficacy,trus,attitude,perceived ease
of use dan perceived usefulness.Hanya ada dua hipotesis yang diterima karena perhitungan nilai
T-statistic yang lebih besar dari T-table,yaitu hipotesis 3 pengaruh trust terhadap sistem evaluasi
dosen pada perceived ease of use,yang berarti kepercayaan seseorang terhadap sistem akan
membuat seseorang mendapatkan kemudahan dalam penggunaan sistem tersebut.Dan yang ke
dua adalah hipotesis 7 yang mempunyai nilai T-statistic lebih besar dari T-table,pengaruh antara
perceived ease of use terhadap perceived usefulness terhadap sistem evaluasi dosen.Hal ini
membuktikan bahwa kemudahan penggunaan sistem tersebut akan mempengaruhi seberapa
besar kemanfaatan sistem itu,semakin mudah maka akan semakin bermanfaat.,Dikarenakan dari
hipotesis sampai dengan hipotesis 7 hanya ada 2 hipotesis yang berpengaruh baik satu sama
lain,dari hal itu dapat disimpulkan bahwa sistem evaluasi dosen dapat diterima dan tanpa adanya
paksaan jika pengguna mempercayai bahwa system yang digunakan (system evaluasi dosen)
benar-benar bermanfaat dan berguna,atau juga jika system evaluasi dosen mudah dalam
penggunaanya.
Daftar Pustaka
Chau, P.Y.K. 1996. An Empirical; Assessment of a Modified Technology
Acceptance Model. Journal of Management Information System, 13 (2); 185-204.
Compeau, DR., & Higgins, C. A., Huff, S. 1995. Social Cognitif Theory and
Individual Reaction to Computing Technology: A Longtudinal Study.
MIS Quarterly, 23 (2) 145-158.
Davis, F.D. 1986. A technology acceptance model for empirically testing new
end user information systems: theory and results," Doctoral dissertation,
Sloan School of Management, Massachusetts Institute of Technology.
Davis, F.D, Bagozzi. R.P. & Warshaw. P.R. 1989. User acceptance of computer
technology: a comparison of two theoretical models, Management
Science, 35, 982-1003.
Davis, F.D. 1989. Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use and User
Acceptance of Information Technology, MIS Quarterly.