eritrasma referat
DESCRIPTION
ReferatTRANSCRIPT
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pendahuluan
Eritrasma adalah salah satu penyakit bakteri yang selama lebih dari 100
tahun lamanya dianggap sebagai penyakit jamur. Burchard melukiskan penyakit
ini sebagai penyakit kulit yang disebabkan oleh Actinomycetes, Nocardia
minitussima berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan sediaan langsung
dengan ditemukan susunan struktur semacam hifa halus pada tahun 1859. Sarkani
dkk. menemukan Corynevacterium sebagai etiologi berdasarkan penelitian pada
biakan. (1,4)
Penyakit ini bersifat universal, namun lebih banyak terlihat di daerah
tropik. (1,4)
1.2 Definisi
Eritrasma adalah penyakit bakteri kronis pada stratum korneum yang
disebabkan oleh Corynebacterium minitussismum, yang ditandai dengan adanya
lesi berupa eritema dan skuama halus, terutama di daerah ketiak dan lipat paha. (1,4)
1.3 Epidemiologi
Infeksi ini lebih sering didapatkan pada daerah yang beriklim tropis
daripada daerah yang beriklim sedang. Dalam sebuah studi pada daerah yang
beriklim sedang, didapatkan penderita eritrasma sebanyak 20% dengan
pemeriksaan wood’s lamp dari subyek yang diambil secara acak. (1,4)
Infeksi klinis dapat terjadi pada usia berapapun, tetapi lebih sering pada
orang dewasa daripada anak-anak. Kejadian eritrasma dapat meningkat seiring
1
dengan pertambahan usia. (6) Eritrasma sering terjadi pada laki-laki dan bisa terjadi
dalam bentuk asimptomatik pada area genito krural. (1)
1.4 Etiologi
Eritrasma ini disebabkan oleh organisme gram positif, Corynebacterium
minitussismum. (1). Organisme ini merupakan bakteri gram postif berbentuk batang
(difteroid), non-spora, bersifat aerob atau anaerob fakultatif, bagian dari flora
normal kulit, yang menyebabkan infeksi superfisialis dalam kondisi tertentu. (9)
Gambar 1.1 Corynebacterium minitussismum(Sumber : www.google.co.id)
1.5 Patogenesis
Batas utama antara lingkungan dan tubuh manusia adalah kulit. Kulit yang
utuh memiliki lapisan keratin atau lapisan tanduk pada permukaan luar, dan epitel
berlapis gepeng sebagai barier mekanis yang baik sekali terhadap infeksi.
Biasanya sulit sekali bagi jasad renik untuk menembus barier mekanisme. Namun
jika terjadi luka iris, abrasi, atau maserasi (seperti pada lipatan tubuh yang selalu
basah) dapat memungkinkan agen menular masuk. Selain sebagai barier
sederhana, kulit juga mempunyai kemampuan untuk melakukan dekontaminasi
terhadap dirinya sendiri. Jadi organisme yang melekat pada lapisan luar kulit
(dengan anggapan bahwa organisme tidak mudah mati bila menjadi kering) akan
dilepaskan pada waktu lapisan kulit mengelupas. Selain dekontaminasi fisik, juga
2
terdapat dekontaminasi kimiawi yang terjadi dengan berkeringat dan sekresi
kelenjar sebasea yang membersihkan permukaan kulit. Akhirnya, kulit juga
memiliki flora normal yang dapat berpengaruh terhadap dekontaminasi biologis
dengan menghalangi pembiakan organisme-organisme lain yang melekat pada
kulit. (1)
Faktor predisposisi terjadinya eritrasma adalah kulit yang lembab, iklim
dan musim yang panas ataupun lembab, pakaian atau sepatu yang tertutup,
obesitas, dan hiperhidrosis. (9)
1.6 Gejala Klinis
Gejala klinis didapatkan lesi kulit dapat berukuran sebesar miliar sampai
plakat. Lesi eritoskuamosa, berskuama halus, kadang-kadang dapat terlihat merah
kecoklatan. (1,4) Variasi ini rupanya bergantung pada area lesi dan warna kulit
penderita. (4)
Tempat predileksi di daerah ketiak dan lipat paha. (1,4) Kadang-kadang
berlokasi di daerah intertriginosa lain terutama pada penderita gemuk. (4) Selain itu
bisa terdapat di sela-sela jari kaki keempat dan kelima, meskipun jarang, juga ada
di jari kaki ketiga dan keempat. (8)
(Wolff, 2008) (10)
Gambar 1.2
3
Eritrasma di regio aksilla
(Wolff, 2008) (10)
Gambar 1.3Eritrasma di regio genito krural
Perluasan lesi terlihat pada pinggir yang eritematosa dan serpiginosa. Lesi
tidak menimbulkan dan tidak terlihat vesikulasi. Skuama kering yang halus
menutupi lesi dan pada perabaan terasa berlemak. (1,4)
Penyakit ini terutama menyerang pria dewasa dan tidak begitu menular.
Eritrasma tidak menimbulkan keluhan subjektif, kecuali bila terjadi ekzema oleh
karena penderita berkeringat banyak atau terjadi maserasi pada kulit. (1,4)
Beberapa penulis beranggapan ada hubungan erat antara eritrasma dan
diabetes mellitus. (4)
1.7 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala klinis. (1)
Pemeriksaan penunjang terdiri dari pemeriksaan dengan lampu wood dan sediaan
langsung. Pada pemeriksaan dengan lampu wood didapatkan lesi yang berwarna
merah membara (coral red). Bahan untuk sediaan dengan cara mengerok. Lesi
dikerok dengan skapel tumpul atau dengan pinggir glass objek. Bahan kerokan
4
kulit ditambah satu tetes eter, dibiarkan menguap. Bahan tersebut yang lemaknya
sudah dilarutkan dan kering ditambah biru metilen atau biru laktofenol, ditutup
dengan gelas penutup dan dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 x
100. Organisme terlihat sebagai batang pendek halus, bercabang, berdiamater 1u
atau kurang, yang mudah putus sebagai bentuk basil kecil. Pemeriksaan ini harus
teliti. Kultur biasanya tidak diperlukan. (1,4)
1.8 Diagnosis Banding
Kelainan kulit kronik, non inflamasi pada daerah intertiginosa, yang
berwarna merah kecoklatan, dilapisi skuama halus, merupakan tanda eritrasma.
(1,4) Pemeriksaan dengan lampu wood dan sediaan langsung KOH dapat
menentukan diagnosis. (4 )Pitriasis versikolor biasanya tidak terbatas pada daerah
intertriginosa. Pemeriksaan dengan lampu wood dan sediaan langsung dapat
membedakan kedua penyakit tersebut. (4)Tinea kruris dan dermatitis seboroik
maupun dermatitis kontak lebih nyata tanda radangnya, apalgi bila terlihat
vesikulasi. (4)
Berikut tabel perbandingan diagnosis banding dari eritrasma.
Eritrasma Pitriasis versikolor Tinea krurisDefinisi Penyakit bakteri kronis
pada stratum korneum yang disebabkan oleh Corynebacterium minitussismum, yang ditandai dengan adanya lesi berupa eritema dan skuama halus, terutama di daerah ketiak dan lipat paha. (1,4)
Infeksi jamur superfisialis kronik, asimptomatik, menyerang lapisan stratum korneum dan disebabkan oleh Malassezia furfur. (7)
Dermatofitosis pada daerah genito-krural, sekitar anus, bokong, dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah. (3,5)
Etiologi Corynebacterium minitussismum
Malassezia furfur Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes,
5
Epidermophyton floccosum (3)
Epidemiologi Pada daerah tropis, dewasa muda, laki-laki lebih sering. (1,4)
Pada daerah tropis, dewasa muda, laki-laki dan perempuan sama. (2)
Lebih sering di daerah tropis dan subtropis, lebih banyak menyerang pria daripada wanita. (1,4)
Faktor Predisposisi
Kulit yang lembab, iklim dan musim yang panas ataupun lembab, pakaian atau sepatu yang tertutup, obesitas, dan hiperhidrosis(9)
Kelembapan dan suhu tinggi, higiene, oklusi pakaian, penggunaan emolien yang berminyak. (7)
Musim panas, berkeringat, lingkungan yang kotor dan lembab. (3)
Gejala Klinis Lesi kulit dapat berukuran sebesar miliar sampai plakat. Lesi eritoskuamosa, berskuama halus, kadang-kadang dapat terlihat merah kecoklatan. (1,4)
Lesi berbentuk makular, papular, dan campuran. Warna lesi bervariasi dari putih kemerahan, coklat dan kehitaman. Gatal bila berkeringat. (7)
Lesi berbatas tegas, tepi meninggi, berupa papulovesikel eritematous atau kadang terutama pustul. Bagian tengah menyembuh berupa daerah coklat kehitaman berskuama. (3)
Tempat Predileksi
Ketiak dan lipat paha(1,4), daerah intertriginosa lain(4), kadang-kadang sela jari kaki. (8)
Badan (dada dan punggung), leher, lengan atas, selangkangan, wajah. (7)
Daerah genito-krural, sekita anus, bokong, dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah. (3,5)
Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik / klinis, pemeriksaan penunjang.
Anamnesis, pemeriksaan fisik / klinis, pemeriksaan penunjang.
Anamnesis, pemeriksaan fisik / klinis, pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan Penunjang
1. Lampu wood : didapatkan lesi berwarna merah membara (coral red) (1,4)
2. Pemeriksaan sediaan langsung. (1,4)
1. Lampu wood : didapatkan fluoresensi berwarna kuning emas. (7)
2. Pemeriksaan mikologis kerokan kulit dengan KOH 20% : didapatkan hifa pendek, bengkok, budding yeast yang berbentuk seperti
1. Pemeriksaan sediaan langsung KOH 10% : tampak elemen jamur. (3)
2. Kultur sediaan pada Saburoud’s Dextrose Agar SDA) atau
6
sphaghetti meatballs. (7)
Dermatophyte Test Medium (DTM) (3)
Penatalaksanaan
1. Eritromisin oral, 4 x 250mg selama 2-3 minggu. (1,4)
2. Tetrasiklin salep 3% (1,4)
1. Topikal : Mikonazol 2% dioleskan 2x sehari selama 3-4 minggu. (2)
2. Sistemik : Ketokonazol oral, dosis anak 3-6 mg/kgBB/hari, dewasa 200 mg/hari, 1x sehari (2)
1. Topikal : Imidazol, dioleskan pagi dan sore, selaam 2-4 minggu. (3)
2. Oral : Ketokonazole 200 mg/hari selama 4 minggu. (3)
Prognosis Baik (1,4) Baik (2) Baik
Tabel 1.1Diagnosis Banding Eritrasma
1.9 Penatalaksanaan
Eritromisin merupakan obat pilihan.(4) Pengobatan menggunakan
eritromisin 4 x 250mg selama 2-3 minggu. Untuk pengobatan secara topikal,
dibutuhkan ketekunan dan kepatuhan penderita. Obat topikal dapat memakai salep
tetrasiklin 3%.(1)
1.10 Prognosis
Prognosis cukup baik, bila semua lesi diobati dengan tekun dan
menyeluruh. (4)
7
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdullah Benny, 2009, Eritrasma dalam Dermatologi Pengetahuan Dasar dan Kasus di Rumah Sakit, Airlangga University Press, Surabaya, hal. 147-148
2. Abdullah Benny, 2009, Pitriasis Versikolor dalam Dermatologi Pengetahuan Dasar dan Kasus di Rumah Sakit, Airlangga University Press, Surabaya, hal. 33-37
3. Abdullah Benny, 2009, Tinea Kruris dalam Dermatologi Pengetahuan Dasar dan Kasus di Rumah Sakit, Airlangga University Press, Surabaya, hal. 74-76
8
4. Budimulja Unandar, 2008, Eritrasma dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima, FK UI, Jakarta, hal. 334-335
5. Budimulja Unandar, 2008, Mikosis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima, FK UI, Jakarta, hal. 100
6. Burns Tony, Breathnach Stephen, et al, 2010, Erythrasma in Rook’s Textbook of Dermatology 8th ed Vol.1, Blackwell Publishing, UK, page 30.37-30.39
7. Evrianti Evi, Suyoso Sumarso, 2005, Pitriasis versikolor dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi III, Fakultas Kedokteran Airlangga – Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo, Surabaya, hal 68-70
8. James W.D., Berger T.G., et al, 2011, Erythrasma in Andrews’ Diseases of the skin : clinical dermatology 11th. ed, Elsevier Inc, China, page 261-262
9. Wolff Klaus, Goldsmith L.A, et al, 2007, Erythrasma in Fitzpatric's Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology 5th ed, The McGraw-Hill Company, New York, section 12 page 13
10. Wolff Klaus, Goldsmith L.A, et al, 2008, Erythrasma in Fitzpatric's Dermatology in Genenral Medicine. 7th ed, The McGraw-Hill Company, New York, page 1708-1709
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1 Identitas Penderita
Nama : Ny. Jumaah
Usia : 55 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
9
Bangsa : Indonesia
Status : Menikah
Alamat : Jalan Kalibutu, Gang Lebar 9, No.63 H, Rt. 9
Surabya
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
No. RM : 318612
Tanggal pemeriksaan : 9 Januari 2013
2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama
Bercak kemerahan di ketiak kiri.
2.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita datang ke poli kulit dan kelamin RSU Haji Surabaya dengan
keluhan bercak kemerahan di ketiak kiri. Keluhan dirasakan kurang lebih sudah 2
tahun ini. Awalnya, 2 tahun yang lalu, pasien mengatakan bercak kemerahan ini
timbul secara mendadak dan ukurannya kecil. Pasien tidak begitu mengeluhkan
rasa gatal pada bercak kemerahan ini. Pasien hanya memberikan obat salep
(pasien lupa nama obatnya) yang dibeli di apotik dan tidak pernah berobat ke
dokter. Setelah beberapa minggu pemakaian, bercak tersebut hilang. 3 bulan ini,
bercak tersebut muncul kembali, Awalnya kecil, kemudian semakin membesar.
Bila pasien berkeringat, pasien tidak merasakan gatal pada bercak kemerahan ini.
Pasien juga tidak mengeluhkan rasa nyeri dan panas. Lama kelamaan, pasien
merasakan bercak kemerahan ini semakin membesar dan tidak hilang, sehingga
10
pasien memutuskan untuk berobat ke dokter spesialis kulit dan kelamin RSU Haji
Surabaya.
2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnyab dan tidak
berobat ke dokter. Riwayat hipertensi disangkal. Riwayat diabetes mellitus
disangkal. Pasien mengatakan mempunyai penyakit jantung sejak 3 tahun ini dan
rutin kontrol ke dokter.
2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga pasien, tidak ada yang sedang dan pernah menderita penyakit
seperti ini.
2.2.5 Riwayat Sosial dan Ekonomi
Pasien tinggal di rumah bersama suami dan satu orang anak laki-laki.
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Rumah pasien berada di dalam kawasan
perkampungan padat penduduk. Dinding rumah pasien terbuat dari semen beton.
Sumber air yang digunakan berasal dari PDAM.
Pasien mandi dua kali sehari dan menggunakan sabun. Alat-alat mandi
seperti handuk, sikat gigi, digunakan pribadi.
2.3 Pemeriksaan Fisik
2.3.1 Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis, GCS 456
Kepala : Dalam batas normal
Leher : Dalam batas normal
11
Thorax : Lihat status dermatologis
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Dalam batas normal
Genitalia : Dalam batas normal
2.3.2 Status Dermatologis
Regio aksilla sinistra, didapatkan makula eritematosa, bentuk tidak beraturan,
batas tegas, pada perabaan diatas nya terdapat skuama halus.
2.3.3 Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan dengan lampu wood, didapatkan fluoresensi berwarna merah
membara (coral red).
2.4 Resume
Wanita 55 tahun, bercak kemerahan di ketiak kiri, awal muncul sejak 2
tahun yang lalu berukuran kecil, tidak merasakan gatal, nyeri, maupun panas.
Pasien tidak berobat ke dokter dan hanya diberi obat salep, kemudian bercak
kemerahan tersebut hilang. Sejak 2 bulan ini, bercak kemerahan muncul lagi,
awalnya kecil kemudian membesar, tidak merasakan gatal, nyeri, maupun panas .
Riwayat penyakit jantung ± 3 tahun, tidak didapatkan keluarga yang menderita
penyakit seperti ini.
Efloresensi pada regio aksilla sinistra, didapatkan makula eritematosa,
bentuk tidak beraturan, batas tegas, pada perabaan diatas nya terdapat skuama
halus. Pemeriksaan lampu wood didapatkan lesi berwarna merah membara (coral
red)
12
2.5 Diagnosis
Eritrasma
2.6 Diagnosis Banding
Pitriasis versikolor
2.7 Planning
2.7.1 Planning Diagnosis
Pemeriksaan sediaan langsung
2.7.2 Planning Therapy
Medikamentosa :
a. Erytromycin 4 x 250 mg, selama 2 minggu.
b. Mikonazol nitrat salep, dioleskan 2x sehari, setelah mandi.
2.7.3 Planning Monitoring
a. Evaluasi hasil terapi, berupa berkurang atau tidak bercak kemerahan di daerah
ketiak kiri.
b. Keluhan pasien
2.7.4 Planning Edukasi
a. Memberitahukan kepada pasien tentang penyakit yang diderita, penyebabnya,
faktor pencetus nya, serta prognosisnya.
b. Memberitahukan kepada pasien tentang obat-obat yang diberikan serta cara
pemakaiannya.
13
c. Memberitahukan kepada pasien agar selalu menjaga kebersihan diri
(kebersihan badan)
d. Memberitahukan kepada pasien agar selalu Menggunakan pakaian yang bersih
dengan bahan yang menyerap keringat.
e. Mengurangi aktivitas di ruangan atau tempat yang panas berlebih.
2.8 Prognosis
Baik ( Dubia at bonam)
BAB III
FOTO KASUS
14
15