ekuitas
DESCRIPTION
ihiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Ekuitas pemegang saham diklasifikasikan menjadi dua komponen penting yaitu modal
setoran dan laba ditahan. Modal setoran dipecah menjadi modal saham sebagai modal yuridis
dan modal setoran tambahan, dan komponen lain yang merefleksi transasksi pemilik.
komponen lain-lain terdiri atas pos-pos yang tidak tepat dimasukkan dalam komponen modal
setoran lainnya atau laba ditahan tetapi sering diklasifikasikan sebagai pos ekuitas pemegang
saham.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Menurut PSAK (2002) pasal 49, ekuitas adalah hak residual atas aktiva
perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Ekuitas didefinisi sebagai hak
residual untuk menunjukkan bahwa ekuitas bukan kewajiban. Ini berarti ekuitas
bukan pengorbanan sumber ekonomik masa datang. Karena didefinisi atas dasar
aset dan kewajiban, nilai ekuitas juga bergantung pada bagaimana aset dan
kewajiban diukur.
Atas dasar konsep kesatuan usaha, kreditor dan pemegang saham sama-
sama mempunyai klaim atau hak untuk dilunasi atas dana yang ditanamkan dalam
perusahaan. Namun kreditor dan pemegang saham memiliki perbedaan sbb:
a. Hak-hak masing-masing pihak atas penyelesaian klaim
Klaim kreditor terbatas jumlahnya dan harus diselesaikan pada tanggal tertentu
sementara klaim pemegang saham merupakan jumlah residual dan tidak harus
diselesaikan atau dilunasi pada tanggal tertentu
.
b. Hak penggunaan aset dalam operasi
Kreditor pada umumnya tidak mempunyai akses dan kendali dalam penggunaan
aset perusahaan. Mereka juga tidak mempunyai hak dalam pengambilan
keputusan operasi perusahaan secara langsung. Di lain pihak, pemilik (khusunya
dalam perusahaan perseorangan) mempunyai akses, hak, dan autoritas untuk
menjalankan perusahaan dan menggunakan atau mengendalikan aset.
c. Substansi ekonomik perjanjian
Kreditor berhak atas pelunasan sedangkan pemegang saham berhak atas
pembagian laba (residual). Jadi, secara substansi ekonomik, kreditor menanggung
risiko lebih besar sehingga berhak atas kembalian (rate of return) yang bervariasi
melalui pembagian laba (participation in profits).
2. Tujuan Penyajian Ekuitas
Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh
tujuan penyajian informasi tersebut kepada pemakai statemen keuangan. Pada
umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah
menyelidiki akan informasi kepada yang berkepentingan tentang efisiensi dan
kepengurusan (stewardship) manajemen serta menyediakan informasi tentang
riwayat serta prospek investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya. Informasi
tentang kewajiban yuridis perseroan terhadap para pemegang saham dan pihak
lainnya juga merupakan tujuan penyajian ekuitas pemegang saham ini.
3. Modal Setoran, Laba Ditahan dan Modal Yuridis
Pembedaan Modal Setoran Dan Laba Ditahan
Ditinjau dari sumbernya, ada beberapa komponen yang membentuk ekuitas
pemegang saham yaitu:
(1) jumlah rupiah yang disetorkan oleh pemegang saham
(2) laba ditahan yang merupakan sisa laba setelah pembagian dividen
(3) jumlah rupiah yang timbul akibat apresiasi/revaluasi aset visis tertentu
(4) jumlah rupiah donasi dari pihak nonpemegang saham
(5) sumber lainnya
Laba ditahan pada dasarnya adalah terbentuk dari akumulasi laba yang
dipindahkan dari akun ikhtisar Laba-Rugi (income summary). Begitu saldo laba
ditutup ke laba ditahan, sebenarnya saldo laba tersebut telah lebur menjadi elemen
modal modal pemegang saham yang sah. Seperti juga modal setoran, laba ditahan
menunjukkan sejumlah hak atas seluruh jumlah rupiah aset bukan hak atas jenis
aset tertentu. Dengan demikian untuk mengukur seluruh hak pemegang saham
atas aset, laba ditahan harus digabungkan (ditambahkan) dengan modal setoran.
Modal Yuridis
Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa harus
ada sejumlah rupiah yang dipertahankan dalam rangka perlindungan terhadap
pihak lain. Bentuk ketentuan hukum ini adalah bahwa saham harus mempunyai
nilali nominal atau nilai minimum yang dinyatakan untuk menunjukkan hak
yuridis. Modal yuridis merupakan jumlah rupiah “minimal” yang harus disetor
oleh investor sehingga membentuk modal yuridis (legal capital).
Modal Setoran Lain
Nominal saham sering dianggap bukan merupakan harga efektif saham sehingga
secara akuntansi penentuan nilai nominal saham sebenarnya tidak bermakna
ekonomik. Dalam hal tertentu, nilai nominal saham lebih merupakan alat unuk
pemerataan distribusi pemilikan daripada untuk menunjukkan nilai saham itu
sendiri. Karena tidak bermakna ekonomik, saham dapat diterbitkan tanpa nilai
nominal (no par stock). Ada dua alasan penerbitan saham tanpa nilai nominal
yaitu (1) untuk menghindari utang bersyarat dalam hal saham terjual di bawah
harga nominal dan (2) tidak ada hubungan antara nilai nominal dengan harga
pasar saham.
Modal yuridis dapat diubah sewaktu-waktu tanpa harus menerbitkan
saham baru. Modal yuridis juga dapat berubah akibat transfer antar sumber dana
sehingga terkadang sulit untuk menentukan berapakah modal yuridis perusahaan
yang sebenarnya sebagai informasi kepada pihak yang berkepentingan.
Pengungkapan modal yuridis tidak diperlukan kecuali untuk perusahaan yang baru
berdiri. Dalam perusahaan besar yang labanya berkembang, modal yuridis
biasanya merupakan sebagian kecil dari total ekuitas pemegang saham. Dalam
keadaan seperti ini, jumlah rupiah dividen tahun berjalan dan masa mendatang
tidak akan bergantung pada jumlah modal yuridis. Justru seluruh modal pemegang
saham (termasuk laba ditahan) akan berlaku sebagai perlindungan (buffer) bagi
kreditor. Sebenarnya, kreditor akan lebih mendasarkan keputusannya pada total
sumber ekonomik perusahaan, kemampuan memperoleh laba, dan kebijakan
keuangan perusahaan daripada pada modal yuridis.
4. Perubahan Modal Setoran
Tansaksi, kejadian, atau keadaan dapat menyebabkan perubahan dalam modal
setoran, modal setoran lain, dan laba ditahan baik secara individual maupun
bersamaan. Tujuan utama perekayasaan akuntansi modal setoran ini adalah untuk
membedakan secara tegas antara perubahan akibat transaksi operasi dan
perubahan akibat transaksi operasi. Dalam hal kenaikan modal setoran,
pembedaan ini bermanfaat untuk mencegah memperlakukan kenaikan akibat
transaksi modal sebagai laba sehingga timbul kesan adanya jumlah yang tersedia
untuk pembagian dividen. Berbagai sumber yang dapat mengubah modal setoran
dengan berbagai masalah teoretisnya adalah:
a. Pemesanan saham (stock subscriptions)
b. Obligasi terkonversi atau berhak-tukar (convertible bonds)
c. Saham istimewa terkonversi atau berhak-tukar (convertible stock)
d. Dividen saham (stock dividends)
e. Hak beli saham, opsi, dan waran (stock rights, options, and warrant)
f. Saham treasuri (treasury stocks)
Karakteristik dividen saham
Bagi pemegang saham, dividen saham bukan merupakan pendapatan atau laba.
Berbagai teori atau argumen diajukan untuk menjelaskan mengapa dividen saham
bukan merupakan laba bagi penerimanya.
Dari sudut pandang kesatuan usaha, dividen saham bukan merupakan
pembagian laba karena tidak ada penurunan aset perusahaan atau kenaikan utang
perusahaan. Hal ini berbeda dengan dividen kas jelas merupakan pendapatan bagi
penerima karena ada transfer kemakmuran (wealth) ke pemegang saham.
Bila dividen saham dipandang sebagai pendapatan in natura karena
menaikkan nilai investasi, pendapatan tersebut belum terrealisasi bila belum dijual
oleh penerimanya.Investasi naik karena dividen saham dapat dijual atau kalau
tidak dijual penerima berhak menerima dividen tunai di masa datang atas saham
tersebut.
Kapitalisasi atas dasar nilai nominal
Kalau tujuan penyajian informasi modal pemegang saham adalah untuk
menunjukkan modal yuridis (legal capital), kapitalisasi dividen saham haruslah
hanya sebesar nilai nominal atau nyataannya. Jumlah ini sebesarnya merupakan
jumlah minimal yang harus dikapitalisasi untuk memenuhi ketentuan yuridis.
Alasan pendukung kapitalisasi hanya sebesar nilai yuridis adalah bahwa
dividen saham bukan merupakan pendapatan dan mengkapitalisasi sebesar harga
pasar memberi kesan bahwa dividen tersebut merupakan pendapatan yang di
reinvestasi kedalam perusahaan. Alasan lain yang dianggap cukup kuat adalah
bahwa harga pasar menggambarkan harga selluruh ekuitas pemegang saham
(modal setoran dan laba ditahan). Jadi sangat tidak logis mentransfer jumlah yang
merefleksi elemen modal setoran dan laba ditahan ke modal setoran itu sendiri.
Kapitalisasi atas dasar harga saham
Walaupun dividen saham berbeda dengan dividen kas, sebagai dividen keduanya
dianggap sebagai distribusi ke pemilik. Oleh karena itu, dividen saham dapat
dipandang sebagai pengganti dividen kas karena dividen saham mempunyai nilai.
Paling tidak, pemegang saham dapat menjual saham tersebut kalau dividen kas
yang diharapkan dan investasi semula tidak berubah. Nilai tersebut diukur atas
dasar harga saham. Dengan demikian, harga pasar merupakan dasar yang tepat
untuk menentukan kapitalisasi. Berbagai dasar pikiran mendukung hal ini.
a. Laba ditahan pada dasarnya adalah reinvestasi dari pemegang saham tanpa
tindakan pernyataan resmi. Dividen saham merupakan sarana untuk
menyatakan kebersediaan pemegang saham secara resmi untuk
menanamkan modal (dengan dividen saham sebagai bukti) dalam
perusahaan. Jumlah yang ditanamkan tentunya adalah sebesar harga pasar
saham dimata pemegang saham karena pemegang saham dapat menjual
dividen saham untuk mendapatkan kas.
b. Transaksi dividen saham dapat dianggap terdiri atas dua transaksi yaitu
pembagian dividen kas dan penerbitan saham baru dengan harga sebesar
dividen kas tersebut. Oleh karena itu, dividen saham akan mengurangi laba
ditahan sebesar harga pasar saham dan reinvestasi akan menyebabkan
modal setoran naik dengan jumlah yang sama.
c. Dari kacamata perusahaan, jumlah rupiah dividen saham adalah cost
kesempatan penjualan saham baru ke pasar modal. Artinya besarnya
kapitalisasi adalah sebesar jumlah rupiah seandainya saham baru dijual di
pasar dan tidak dibagikan sebagai dividen saham.
d. Penggunaan harga pasar (bukan hanya nilai nominal) juga mengurangi
kesan keliru para pemegang saham bahwa masih tersedia laba ditahan
yang dapat didistribusi lagi baik dalam bentuk dividen saham atau kas.
Hak Beli Saham, Opsi dan Waran
Hak beli saham
Hak beli saham adalah hak yang diberikan bagi pemegang saham lama untuk
membeli sejumlah saham saham (proporsional dengan pemilikan). Hal ini
biasanya dimaksudkan untuk mempertahankan kepemilikan pemegang saham
yang lama. Pada umumnya hak beli saham umurnya tidak lama dan harga beli
saham dan hak beli tersebut biasanya lebih rendah dari harga pasar saham
tersebut. Oleh karena itu, hak beli saham sering dianggap mempunyai harga pasar
sehingga timbul pendapat bahwa hak beli tersebut dikapitalisasi. Harga pasar hak
beli saham ini adalah sebesar selisih harga pasar saham dengan harga yang harus
dibayar pemegang saham yang mempunyai hak beli saham.
Opsi saham
Opsi merupakan instrumen yang digolongkan sebagai sekuritas turunan
saham atau derivatif saham. Opsi disebut turunan karena harus ada sekuritas yang
melandasi atau menjadi basis. Secara unum opsi dapat diartikan sebagai klaim
untuk membeli atau menjual saham tertentu yang sengaja diciotakan oleh investor
lain. Terdapat dua macam opsi yaitu call dan put. Opsi call memberi hak kepada
pemegang saham untuk membeli sejumlah saham dengan harga tertentu setiap
saat sebelum hak tesebut habis pada tanggal tertentu. Sedangkan opsi put memberi
hak kepada pemegang saham untuk menjual sejumlah saham dengan harga
tertentu setiap saat sebelum hak tersebut habis pada tanggal tertentu. Biasanya
opsi dijual oleh penerbit dengan harga tertentu.
Opsi saham non imbala n
Ada kalanya program opsisaham dibuat bukan untuk tujuan meningkatkan
kompensasi karyawan tetapi untuk meningkatkan status karyawan sebagai pemilik
peusahaan dan membantu perusahaan menambah dana. Program opsi saham yang
memang tidak dimaksudkan untuk menambah penghasilan karyawan tidak dapat
dikatagorikan sebagai kompensasi tambahan kepada karyawan. Manfaat yang
diperoleh karyawan yang mengambil opsi, atau membeli saham, dengan harga
opsi yang lebih rendah dari harga pasar saham bersangkutan merupakan elemen
kompensasi seandainya elemen tersebut dapat diakui sebagai biaya dalam
menghitung laba baik dalam periose manfaat ersebut telh terealisasi atau dinikmati
karyawan.
Tujuan yang terkandung dalam program opsi saham memang sulit untuk
dijadikan dasar untuk menentukan apakah opsi saham bersifat kompensasi atau
non kompensasi. Opsi saham dapat dikatagorikan sebagai non imbalan kalau
keempat karakteristik program opsi saham berikut dipenuhi :
1. Hampir seluruh karyawan full time yang memenuhi kualifikasi jabatan
terbatas boleh berpartisipasi dalam program opsi saham
2. Karyawan mempuyai hak membeli saham dalam jumlah yang sama atau
atas dasr persentase tertentu dari gaji
3. Jangka waktu opsi tidak terlalu lama
4. Harga saham tidak terlalu rendah dibandingkan dengan harga pasar saham
atau harga yang ditawarkan kepada pihak lain
Opsi saham imbalan
Kalau program opsi saham tidak memenuhi kriteria sebagai opsi saham
non imbalan, tentunya opsi saham tersebut merupakan opsi saham imbalan.
Misalnya saja, opsi saham ditawarkan hanya keada para eksekutif tertentu bukan
pada seluruh karyawan. Kalau banyaknya saham dan harga pengambilan sudah
diketahui pada saat opsi ditawarkan maka kompensasi dapat diukur pasa saat itu
atas dasar selisih harga pasar dan harga pengambila. Akan tetapi kalau cacah
saham dan harga pengambilan tergantung pada hal-hal yang akan terjadi di masa
mendatang, kompensasi yang diperhitungkan dan diakui sebagai biaya biasanya
adalah selisih harga pengambilan dan harga pasar pada taggal pengukuran.
Waran
Perusahaan dapat juga menjual hak beli saham kepada non pemegan
saham dengan menjual kupon pembelan saham atau waran. Waran adalah efek
yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada pemengananya
untuk memesan saham dari perusahaan tersebu pada harga dan jangka waktu
tertentu.
Pemegang waran dapat membeli sejumlah saham dengan mengembalikan
waran tersebut dan membayar sejumlah uamg kas tertentu. Waran berbeda dengan
hak beli saham dan opsi saham dalam beberapa aspek yaitu :
a) Waran diterbitkan oleh perusahaan sedangkan hak beli saham diterbitkan
oleh investor.
b) Jangka waktu opsi waran biasanya lebih lama (dapat Tahunan) dari pada
jangka waktu opsi hak beli saham.
c) Waran dijual atau diterbitkan kepada umum (bukan kepada pemegang
saham atau karyawan perusahaan) dan biasanya hal ini menjadi syarat bagi
pembeli
d) Saham dijual dengan harga tertentu atau tunai
e) Harga pembelian saham total (harga waran plus tambahan kas) pada saat
pengambilan opsi biasanya melebihi harga pasar saham pada saat waran
ditawarkan
Karena terdapat aliran masuk dana jumlah rupiah yang diterima dari
penjualan kupon saham dapat diakui sebagai modal setoran baik sebagai modal
saham atau modal setoran lain.(agio saham).
5. Penurunan Modal Setoran
Berbagai sumber perubahan modal setoran yang dibahas biasanya bersifat
menaikan atau menambah modal setoran daripada menurunkan. Tetapi pada
umumnya lebih banyak tentang menaikan daripada menurunkan, karena bahwa
begitu modal disetor dan tertanam dalam perusahaan maka modal tersebut akan
menjadi investasi permanen dalam perusahaan. Kalaupun pemegang saham mau
melepas investasinya, maka pemegang saham akan menjualnya ke pasar saham
sehingga apa yang dilakukan pemegang saham tidak mempegaruhi operasi
ataupun posisi keuanagn perusahaan.
Konsep satu transaksi
Konsep ini juga disebut dengan metode kos karena jumlah rupiah total
yang dibayarkan dianggap seakan–akan merupakan kos pembelian saham treasuri.
Disebut satu transaksi karena pembelian saham terasuri dan penjualannya kembali
dianggap sebagai satu transaksi. Artinya, pembelia dan penjualan dianggap
sebagai kesatuan transaksi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan
transaksi saham treasuri tersebut.
Apabila saham terasuri tidak segera dijual maka kos pembelian tersebut
tidak dianggap sebagai asset tetapi akan diklasifikasikan sebagai pengurang
ekuitas pemegang saham secara keseluruhan. Keberatan terhadap penyajian ini
dapat member kesan yang salah tentang besarnya ekuitas pemegang saham
khususnya apabila saham treasuri tersebut akhirnya dianggap likuidasi saham atau
dijual dengan harga yang jauh dibawah kos.
Konsep dua transaksi
Pemerolehan kembali saham sebagai saham treasuri dianggap sebagai
likuidasi ekuitas pemegang saham sedangkan penjualan kembali saham treasuri
dianggap sebagai penerbita saham baru. Konsep ini disebut dengan pendekatan
nilai nominal karena harga penarikan atau penjualan kembali ditandingkan dengan
nilai nominal. Selisihnya dikompensasikan ke modal setoran lain seluruhnya atau
sebatas porsi modal setoran lain mula-mula sehingga selisihnya dikompensasikan
ke laba ditahan. Contoh jurnalnya adalah sebagai berikut :
Pada saat penarikan :
Modal saham ……………………………………… 250.000
Agio saham ……………………………………….. 150.000
Kas …………………………………………………. 400.000
Pada saat penjualan :
Kas ……………………………………………….. 340.000
Modal saham ………………………………………. 250.000
Agio saham ………………………………………… 90.000
Jurnal jika dipakai laba ditahan adalah sebagai berikut :
Modal saham ……………………………………… 250.000
Agio saham (50.000 mula – mula + 10.000)……….. 60.000
Laba ditahan ……………………………………….. 90.000
Kas …………………………………………………. 400.000
Memang dari segi teknis dan konsep sebnarnya tidak ada perbedaan yang
cukup material antara konsep satu-transaksi dan konsep dua-transaksi. Perbedaan
sebenarnya justru terletak pada tujuan pemerolehan kembali saham tersebut.
Kalau tujuannya adalah untuk mnjual kembali saham treasuri kepada karyawan
atau pihak khusus lainnya, konsep satu akan lebih relevan. Akan tetapi, bila tujuan
pemerolehan kembali adalah untuk membeli saham para pemengang saham yang
tidak setuju dengan kebijakan perusahaan atau untuk melikuidasi jenis saham
tertentu maka pendekatan dua akan lebih mengena karena hal ini cenderung
bermakba likuidasi atau memutus hubungan kepemilikan.
BAB III
KESIMPULAN
Menurut PSAK (2002) pasal 49, ekuitas adalah hak residual atas aktiva
perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Ekuitas didefinisi sebagai hak
residual untuk menunjukkan bahwa ekuitas bukan kewajiban. Ini berarti ekuitas
bukan pengorbanan sumber ekonomik masa datang. Karena didefinisi atas dasar
aset dan kewajiban, nilai ekuitas juga bergantung pada bagaimana aset dan
kewajiban diukur.
Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh
tujuan penyajian informasi tersebut kepada pemakai statemen keuangan. Pada
umumnya, tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah
menyelidiki akan informasi kepada yang berkepentingan tentang efisiensi dan
kepengurusan (stewardship) manajemen serta menyediakan informasi tentang
riwayat serta prospek investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya.
Opsi merupakan instrumen yang digolongkan sebagai sekuritas turunan saham
atau derivatif saham. Opsi disebut turunan karena harus ada sekuritas yang
melandasi atau menjadi basis. Secara unum opsi dapat diartikan sebagai klaim
untuk membeli atau menjual saham tertentu yang sengaja diciotakan oleh investor
lain. Terdapat dua macam opsi yaitu call dan put. Opsi call memberi hak kepada
pemegang saham untuk membeli sejumlah saham dengan harga tertentu setiap
saat sebelum hak tesebut habis pada tanggal tertentu. Sedangkan opsi put memberi
hak kepada pemegang saham untuk menjual sejumlah saham dengan harga
tertentu setiap saat sebelum hak tersebut habis pada tanggal tertentu. Biasanya
opsi dijual oleh penerbit dengan harga tertentu.