efusi pleura fix

49
1. Definisi Efusi pleura merupakan suatu gejala yang serius dandapat mengancam jiwa penderita.Efusi pleura yaitu suatu keadaan terdapatnya cairan dengan jumlah berlebihan dalam rongga pleura.Efusi pleura dapat di sebabkan antara lain karena tuberkulosis, neo plasma atau karsinoma, gagal jantung, pnemonia, dan infeksi virus maupun bakteri (Ariyanti, 2003) Efusi pleura adalah jumlah cairan non purulen yang berlebihan dalam rongga pleural, antara lapisan visceral dan parietal (Mansjoer Arif, 2001). Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).

Upload: eka-fitri-cahyani

Post on 12-Jan-2016

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

LAPORAN PENDAHULUAN EFUSI PLEURA

TRANSCRIPT

Page 1: Efusi Pleura Fix

1. Definisi

Efusi pleura merupakan suatu gejala yang serius dandapat

mengancam jiwa penderita.Efusi pleura yaitu suatu keadaan

terdapatnya cairan dengan jumlah berlebihan dalam rongga

pleura.Efusi pleura dapat di sebabkan antara lain karena

tuberkulosis, neo plasma atau karsinoma, gagal jantung,

pnemonia, dan infeksi virus maupun bakteri (Ariyanti, 2003)

Efusi pleura adalah jumlah cairan non purulen yang berlebihan

dalam rongga pleural, antara lapisan visceral dan parietal

(Mansjoer Arif, 2001).

Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang

terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit

primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit

sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural

mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi

sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural

bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).

2. Klasifikasi

Klasifikasi efusi pleura Brunner & Suddart (2001) :

a. Efusi pleura transudat

Pada efusi jenis ini keseimbangan kekuatan menyebabkan

pengeluaran cairan dari pembuluh darah. Mekanisme

terbentuknya transudat karena peningkatan tekanan hidrostatik

(CHF), penurunan onkotik (hipoalbumin) dan tekanan negative

intra pleura yang meningkat (atelektasis akut)

Ciri-ciri cairan :

Page 2: Efusi Pleura Fix

Serosa jernih

Berat jenis rendah (dibawah 1,012)

Terdapat limfosit dan mesofel tetapi tidak ada neutrofil

Protein <31%

Penimbunan cairan transudat dalam rongga pleura dikenal

dengan hydrothorax, penyebabnya :

Payah jantung

Penyakit ginjal (SN)

Penyakit hari (SH)

Hipoalbuminemia (malnutrisi, malabsorbsi)

b. Efusi pleura eksudat

Eksudat ini terbentuk sebagai akibat penyakit dari pleura itu

sendiri yang berkaitan dengan peningkatan permeabilitas kapiler

(missal pneumonia) atau drainase limfatik yang berkurang (missal

obstruksi aliran limfa ke karsinoma). Ciri cairan eksudat :

Berat jenis >1,015%

Kadar protein > 3% atau >30 g/dl

Ratio protein pleura berbanding LDH serum 0,6

LDH cairan pleura lebih besar dari pada 2/3 batas atas

LDH serum normal

Warna cairan keruh

Penyebab dari efusi eksudat ini adalah :

Kanker : karsinoma bronkogenik, mesotelioma atau

penyakit metastatic ke paru atau permukaan pleura

Infark paru

Pneumonia

Pleuritis virus

Page 3: Efusi Pleura Fix

Tabel 1. Perbedaan Cairan transudat dan eksudat

Kriteria Transudat EksudatWarna Kuning, pucat dan jernih Jernih, keruh, purulen dan

hemoragikBekuan - -/+

Berat Jenis <1,018 >1,018Leukosit <1000/uL Bervariasi >1000/uLEritrosit Sedikit Biasanya banyak

Hitung Jneis MN (limfosit/mesotel) Terutama PMNProtein Total <50% serum >50% serum

LDH <60% serum >60% serumGlukosa - Plasma -/+ < plasma

Fibrinogen 0,3-4% 4-6% atau lebihAmylase - >50% serumBakteri - -/+

Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibagi menjadi dua yaitu

a.       Unilateral

Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan

penyakit penyebabnya

b.      Bilateral

Efusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-penyakit dibawah

ini : Kegagalan jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru,

lupus eritematosus systemic, tumor dan tuberkolosis.

3. Etiologi

Efusi pleura merupakan proses penyakit primer yang jarang

terjadi, tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit

lain. Menurut Brunner & Suddart. (2001), terjadinya efusi pleura

disebabkan oleh 2 faktor yaitu:

1. Infeksi

Penyakit-penyakit infeksi yang menyebabkan efusi pleura antara

lain: tuberculosis, pnemonitis, abses paru, abses subfrenik. Macam-

macam penyakit infeksi lain yang dapat menyebabkan efusi pleura

antara lain:

Page 4: Efusi Pleura Fix

a. Pleuritis karena Virus dan mikoplasma

Efusi pleura karena virus atau mikoplasma agak jarang.

Bila terjadi jumlahnya pun tidak banyak dan kejadiannya hanya

selintas saja. Jenis jenis virusnya adalah : Echo virus, Coxsackie

virus, Chlamidia, Rickettsia,dan mikoplasma. Cairan efusi

biasanya eksudat dan berisi leukosit antara 100-6000 per cc.

b. Pleuritis karena bakteri Piogenik

Permukaan pleura dapat ditempeli oleh bakteri yang

berasal dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara

hematogen, dan jarang yang melalui penetrasi diafragma, dinding

dada atau esophagus. Aerob : Streptococcus pneumonia,

Streptococcus mileri, Saphylococcus aureus, Hemofilus spp, E.

coli, Klebsiella, Pseudomonas spp. Anaerob : Bacteroides spp,

Peptostreptococcus, Fusobacterium.

c. Pleuritis Tuberkulosa

Permulaan penyakit ini terlihat sebagai efusi yang bersifat

eksudat. Penyakit kebanyakan terjadi sebagai komplikasi

tuberkulosis paru melalui fokus subpleura yang robek atau melalui

aliran getah bening. Cairan efusi yang biasanya serous, kadang-

kadang bisa juga hemoragis. Jumlah leukosit antara 500-2000 per

cc. mula-mula yang dominan adalah sel polimorfonuklear, tapi

kemudian sel limfost. Cairan efusi sangat sedikit mengandung

kuman tuberculosis.

d. Pleura karena Fungi

Pleuritis karena fungi amat jarang. Biasanya terjadi karena

penjalaran infeksi fungi dari jaringan paru. Jenis fungi penyebab

pleuritis adalah : aktinomikosis, koksidioidomikosis, aspergillus,

Page 5: Efusi Pleura Fix

kriptokokus, histoplasmosis, blastomikosis, dll. Patogenesis

timbulnya efusi pleura adalah karena reaksi hipersensitivitas

lambat terhadap organisme fungi.

d. Pleuritis karena parasit

Parasit yang dapat menginfeksi ke dalam rongga pleura

hanyalah amoeba. Bentuk tropozoit datang dari parenkim hati

menembus diafragma terus ke parenkim paru dan rongga pleura.

Efusi pleura karena parasit ini terjadi karena peradangan yang

ditimbulkannya. Di samping ini dapat terjadi empiema karena

karena ameba yang cairannya berwarna khas merah coklat.di sini

parasit masuk ke rongga pleura secara migrasi dari perenkim hati.

Dapat juga karena adanya robekan dinding abses amuba pada

hati ke arah rongga pleura.

2. Non infeksi

Sedangkan penyakit non infeksi yang dapat menyebabkan

efusi pleura antara lain: Ca paru, Ca pleura (primer dan sekunder),

Ca mediastinum, tumor ovarium, bendungan jantung (gagal jantung),

perikarditis konstruktifa, gagal hati, gagal ginjal. Adapun penyakit non

infeksi lain yang dapat menyebabkan efusi pleura antara lain:

a. Efusi pleura karena gangguan sirkulasi

1. Gangguan Kardiovaskuler

Payah jantung (decompensatio cordis) adalah penyebab

terbanyak timbulnya efusi pleura. Penyebab lainnya dalah perikarditis

konstriktiva dan sindrom vena kava superior. Patogenesisnya dalah

akibat terjadinya peningkatan tekanan vena sistemik dan tekanan

kapiler pulmonal akan menurunkan kapasitas reabsorbsi pembuluh

darah subpleura dan aliran getah bening juga akan menurun

Page 6: Efusi Pleura Fix

(terhalang) sehingga filtrasi cairan ke rongga pleura dan paru-paru

meningkat.

2. Emboli Pulmonal

Efusi pleura dapat terjadi pada sisi paru yang terkena

emboli pulmonal. Keadaan ini dapat disertai infark paru ataupun

tanpa infark. Emboli menyebabkan turunnya aliran darah arteri

pulmonalis, sehingga terjadi iskemia maupun kerusakan parenkim

paru dan memberikan peradangan dengan efusi yang berdarah

(warna merah). Di samping itu permeabilitas antara satu atau kedua

bagian pleura akan meningkat, sehingga cairan efusi mudah

terbentuk. Cairan efusi biasanya bersifat eksudat, jumlahnya tidak

banyak, dan biasanya sembuh secara spontan, asal tidak terjadi

emboli pulmonal lainnya. Pada efusi pleura denga infark paru jumlah

cairan efusinya lebih banyak dan waktu penyembuha juga lebih lama.

3. Hipoalbuminemia

Efusi pleura juga terdapat pada keadaan hipoalbuminemia

seperti sindrom nefrotik, malabsorbsi atau keadaan lain dengan

asites serta anasarka. Efusi terjadi karena rendahnya tekana osmotic

protein cairan pleura dibandingkan dengan tekana osmotic darah.

Efusi yang terjadi kebanyakan bilateral dan cairan bersifat transudat.

b. Efusi pleura karena neoplasma Neoplasma primer ataupun sekunder

(metastasis) dapat menyerang pleura dan umumnya menyebabkan efusi

pleura. Keluhan yang paling banyak ditemukan adalah sesak nafas dan nyeri

dada. Gejala lain adalah adanya cairan yang selalu berakumulasi kembali

dengan cepat walaupun dilakukan torakosentesis berkali-kali. Terdapat

beberapa teori tentang timbulnya efusi pleura pada neoplasma, yakni :

Page 7: Efusi Pleura Fix

- Menumpuknya sel-sel tumor akan meningkatnya

permeabilitas pleura terhadap air dan protein

- Adanya massa tumor mengakibatkan tersumbatnya aliran

pembuluh darah vena dan getah bening, sehingga rongga

pleura gagal memindahkan cairan dan protein

- Adanya tumor membuat infeksi lebih mudah terjadi dan

selanjutnya timbul hipoproteinemia.

c. Efusi pleura karena sebab lain

1. Efusi pleura dapat terjadi karena trauma yaitu trauma tumpul,

laserasi, luka tusuk pada dada, rupture esophagus karena muntah

hebat atau karena pemakaian alat waktu tindakan esofagoskopi.

2. Uremia

Salah satu gejala penyakit uremia lanjut adalah poliserositis yang

terdiri dari efusi pleura, efusi perikard dan efusi peritoneal (asites).

Mekanisme penumpukan cairan ini belum diketahui betul, tetapi

diketahui dengan timbulnya eksudat terdapat peningkatan

permeabilitas jaringan pleura, perikard atau peritoneum. Sebagian

besar efusi pleura karena uremia tidak memberikan gejala yang jelas

seperti sesak nafas, sakit dada, atau batuk.

3. Miksedema

Efusi pleura dan efusi perikard dapat terjadi sebagai bagian

miksedema. Efusi dapat terjadi tersendiri maupun secara bersama-

sama. Cairan bersifat eksudat dan mengandung protein dengan

konsentrasi tinggi.

4. Limfedema

Limfedema secara kronik dapat terjadi pada tungkai, muka,

tangan dan efusi pleura yang berulang pada satu atau kedua paru.

Page 8: Efusi Pleura Fix

Pada beberapa pasien terdapat juga kuku jari yang berwarna

kekuning-kuningan.

5. Reaksi hipersensitif terhadap obat

Pengobatan dengan nitrofurantoin, metisergid, praktolol kadang-

kadang memberikan reaksi/perubahan terhadap paru-paru dan pleura

berupa radang dan dan kemudian juga akan menimbulkan efusi

pleura.

6. Efusi pleura idiopatik

Pada beberapa efusi pleura, walaupun telah dilakukan prosedur

diagnostic secara berulang-ulang (pemeriksaan radiologis, analisis

cairan, biopsy pleura), kadang-kadang masih belum bisa didapatkan

diagnostic yang pasti. Keadaan ini dapat digolongkan daloam efusi

pleura idiopatik. (Asril Bahar, 2001).

d. Efusi pleura karena kelainan Intra-abdominal

Efusi pleura dapat terjadi secara steril karena reaksi infeksi dan

peradangan yang terdapat di bawah diafragma, seperti pankreatitis,

pseudokista pancreas atau eksaserbasi akut pankreatitis kronik, abses

ginjal, abses hati, abses limpa, dll. Biasanya efusi terjadi pada pleura kiri

tapi dapat juga bilateral. Mekanismenya adalah karena berpindahnya

cairan yang kaya dengan enzim pancreas ke rongga pleura melalui

saluran getah bening. Efusi disini bersifat eksudat serosa, tetapi kadang-

kadang juga dapat hemoragik. Efusi pleura juga sering terjadi setelah 48-

72 jam pasca operasi abdomen seperti splenektomi, operasi terhadap

obstruksi intestinal atau pascaoperasi atelektasis.

1. Sirosis Hati

Efusi pleura dapat terjadi pada pasien sirosis hati. Kebanyakan

efusi pleura timbul bersamaan dengan asites. Secara khas terdapat

Page 9: Efusi Pleura Fix

kesamaan antara cairan asites dengan cairan pleura, karena terdapat

hubungnan fungsional antara rongga pleura dan rongga abdomen melalui

saluran getah bening atau celah jaringan otot diafragma.

2. Sindrom Meig

Tahun 1937 Meig dan Cass menemukan penyakit tumor pada

ovarium (jinak atau ganas) disertai asites dan efusi pleura. Patogenesis

terjadinya efusi pleura masih belum diketahui betul. Bila tumor ovarium

tersebut dioperasi, efusi pleura dan asitesnya pun segera hilang. Adanya

massa di rongga pelvis disertai asites dan eksudat cairan pleura sering

dikira sebagai neoplasma dan metastasisnya.

3. Dialisis Peritoneal

Efusi pleura dapat terjadi selama dan sesudah dilakukannya

dialysis peritoneal. Efusi terjadi pada salah satu paru maupun bilateral.

Perpindahan cairan dialisat dari rongga peritoneal ke rongga pleura

terjadi melalui celah diafragma. Hal ini terbukti dengan samanya

komposisi antara cairan pleura dengan cairan dialisat.

4. Faktor resiko

Faktor resiko tinggi yang terjadi pada efusi pleura yaitu terjadi

infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura

dari rongga pleura dapat menyebabkan pecahnya membrane kapiler dan

memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga

secara cepat. Gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan

tekanan perifer menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi

cairan yangberlebihan ke dalam rongga pleura. Menurunya tekanan

osmotic koloid plasmajuga memungkinkan terjadinya transudasi cairan

yang berlebihan. (Brunner & Suddart, 2001)

Page 10: Efusi Pleura Fix

5. Epidemiologi

Efusi pleura ganas terjadi paling banyak disebabkan oleh

metastase tumor di pleura yang berasal dari kanker paru dan kanker

payudara sekitar 50 – 65%. Kanker lain adalah limfoma, kanker yang

berasal dari sistem gastrointestinal dan genitourinaria sebanyak 25%

sedangkan 7 - 15% tidak diketahui asalnya. (Antunes, Neville; 2000)

Olopade dan Ultmann di klinik Mayo Chicago juga mendapatkan hal yang

sama (tabel 1) ( Olopade, Ultmann; 1991)

6. Patofisiologi (Terlampir)

7. Manifestasi klinik

Manifestasi klinik yang muncul (Tierney,2002; Tucker,1998) adalah

Sesak nafas

Nyeri dada

Kesulitan bernafas

Peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi

Keletihan

Batuk

Page 11: Efusi Pleura Fix

8. Pemeriksaan diagnostic

Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik pasien dengan efusi pleura akan ditemukan:

1. Inspeksi: pencembungan hemithorax yang sakit, ICS melebar,

pergerakan pernafasan menurun pada sisi sakit, mediastinum

terdorong ke arah kontralateral.

2. Palpasi: sesuai dengan inspeksi, fremitus raba menurun.

3. Perkusi: perkusi yang pekak, garis Elolis damoisseaux

4. Auskultasi: suara nafas yang menurun bahkan menghilang.

Diagnostik

Diagnosis kadang-kadang dapat ditegakkan secara anamnesis

dan pemeriksaan

fisik saja. Tapi kadang-kadang sulit juga, sehingga perlu pemeriksaan

tambahan sinar tembus dada. Untuk diagnosis yang pasti perlu dilakukan

tindakan torakosentesis dan pada beberapa kasus dilakukan juga biopsy

pleura.

1. Sinar tembus dada

Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan

membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral

lebih tinggi daripada bagian medial. Cairan dalam pleura kadang-

kadang menumpuk menggelilingi lobus paru (biasanya lobus bawah)

dan terlihat dalam foto sebagai bayangan konsolidasi parenkim lobus.

Dapat juga menggumpul di daerah para-mediastinal dan terlihat dalam

foto sebagai figura interlobaris. Bisa juga terdapat secara parallel

dengan sisi jantung, sehingga terlihat sebagai kardiomegali.

Page 12: Efusi Pleura Fix

Hal lain yang dapat juga terlihat dalam foto dada pada efusi pleura

adalah terdorongnya mediastenum pada sisi yang berlawanan dengan

cairan. Tapi bila terdapat atelektasis pada sisi yang berlawanan

dengan cairan, mediastenum akan tetap pada tempatnya.

Di samping itu gambaran foto dada dapat juga menerangkan asal

mula terjadinya efusi pleura yaitu bila terdapat jantung yang

membesar, adanya masa tumor, adanya lesi tulang yang destruktif

pada keganasan, adanya densitas parenkimynag lebih kerang dpada

pneumonia atau abses paru. Pemeriksaan dengan ultrasonografi pada

pleura dapat menentukan adanya cairan dalam rongga pleura.

Pemeriksaan ini sangat membantu sebagai penentuan waktu

melakukan aspirasi cairan tersebut, terutama pada efusi yang

terlokalisasi. Demikian juga dengan pemeriksaan CT Scan dada.

Adanya perbedaan densitas cairan dengan jaringan sekitarnya, sangat

memudahkan dalam menentukan adanya efusi pleura. Hanya saja

pemeriksaan ini tidak banyak dilakukan karena biayanya masih mahal.

Gambar 1.2 Gambaran Toraks dengan Efusi Pleura

2. Torakosentesis

Page 13: Efusi Pleura Fix

Aspirasi cairan pleura (torakosentesis) berguna sebagai sarana

untuk diagnostic maupun terapeutik. Pelaksanaannya sebaiknya

dilakukan pada penderita dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada

bagian bawah paru di sela iga IX garis aksilaris Cposterioar dengan

memakai jarum Abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan pleura

sebaiknya tidak melebihi 1.000-1.500 cc pada setiap kali aspirasi. Adalah

lebih baik mengerjakan aspirasi berulangulang daripada satu kali aspirasi

sekaligus yang dapat menimbulkan pleural shock (hipotensi) atau edema

paru. Edema paru dapat terjadi karena paru-paru menggembang terlalu

cepat.

Komplikasi lain torakosentesis adalah pneumotoraks, ini yang

paling sering, udara masuk melalui jarum), hemotoraks (karena trauma

pada pembuluh darah interkostalis), emboli udara (ini agak jarang terjadi).

Dapat juga terjadi laserasi pleura viseralis, tapi biasanya ini akan sembuh

sendiri dengan cepat. Bila laserasinya cukup dalam, dapat menyebabkan

udara dari alveoli masuk ke vena pulmonalis sehingga terjadi emboli

udara. Untuk mencegah emboli udara ini menjadi emboli pulmoner atau

emboli sistemik, penderita dibaringkan pada sisi kiri di bagian bawah,

posisi kepala lebih rendah daripada leher, sehingga udara tersebut dapat

terperangkap di atrium kanan.

Untuk diagnostic caiaran pleura dilakukan pemeriksaan:

1) Warna cairan

Biasanya cairan pleura berwarna agak kekuning-kuningan

(serous-xanthochrome). Bila agak kemerah-merahan,ini dapat terjadi

pada trauma, infark paru, keganasan, adanya kebocoran aneurisma

aorta. Bila kuning kehijauan dan agak perulen, ini menunjukan

Page 14: Efusi Pleura Fix

adanya empiema. Bila merahtengguli, ini menunjukan adanya abses

karena amoeba.

2) Biokimia

Secara biokimia efusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat

yang perbedaannya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Di samping pemeriksaan tersebut di atas, secara biokimia di periksakan

juga pada cairan pleura:

Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakitpenyakit

infeksi, arthritis rheumatoid dan neoplasma

Kadar amylase. Biasanya meningkat pada pankreatitis danmetastasis

adenokarsinoma.

3) Sitologi

Page 15: Efusi Pleura Fix

Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk

diagnostic penyakit pleura, terutama bila ditemukan patologis atau

dominasi sel –sel tertentu.

a. Sel neutrofil: menunjukan adanya infeksi akut

b. Sel limfosit: menunjukan adanya infeksi kronik seperti pleuritis

tuberkulosa atau limfoma malignum.

c. Sel mesotel: bila jumlahnya meningkat adanya infark paru.biasanya

juga ditemukan banyak sel eritrosit.

d. Sel mesotel maligna: pada mesotelioma.

e. Sel-sel besar dengan banyak inti: pada arthritis rheumatoid.

f. Sel L.E: pada lupus eritematosus sistemik.

4) Bakteriologi

Biasanya cairan pleura steril, tapi kadang-kadang dapat

mengandung mikroorganisme, apalagi bila cairanya purulen.Efusi yang

purulan dapat mengandung kuman-kuman yang aerob ataupaun anaerob.

Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah

pneumokokus, E, coli, Klebsiella, Pseudomonas, Enterobacter.

3. Biopsi pleura

Pemeriksaan histology stu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat

menunjukan 50-75 persen diagnosis kasus-kasus pleuritis tuberkolosa dan tumor

pleura. Komplikasi adalah pneumotoraks, hemotoraks, penyebaran infeksi atau

tumor pada dinding dada.

4. Pendekatan pada efusi yang tidak terdiagnosis

Page 16: Efusi Pleura Fix

Analisis terhadap cairan pleura yang dilakukan satu kali kadang-kadang

tidak dapat menegakkan diagnosis.Dalam hal ini dianjurkan asppirasi dan

anakisisnya diulang kembali sampai diagnosis menjadi jelas. Jika fasilitas

memungkinkan dapat dilakukan pemeriksaan tambahan seperti:

a. Bronkoskopi, pada kasus–kasus neoplasma, korpus alienum dalam paru,

abses paru.

b. Scanning isotop, pada kasus-kasus dengan emboli paru.

c. Torakoskop(fiber-optic-pleuroscopy) pada kasus-kasus dengan

neoplasma atau tuberculosis pleura. (Asril Bahar,. 2001: 786-789)

9. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan medis pada efusi pleura adalah (Mansjoer,2001)

1. Thorakosentasis

Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif

seperti nyeri, dispnea dan lain lain. Cairan efusi sebanyak 1-1,5L

perlu dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema

paru. Jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran

cairan berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.

2. Pemberian antibiotic jika terjadi infeksi

3. Pleurodesis

Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan

obat (tetrasiklin, kalk dan biemosin) melalui selang interkostalis

untuk melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah cairan

terakumulasi kembali

4. Tirah baring

Tirah baring ini bertujuan untuk menurunkan kebutuhan

oksigen karena peningkatan aktivitas akan meningkatkan

Page 17: Efusi Pleura Fix

kebutuhan oksigen sehingga dipsneu akan semakin meningkat

pula

5. Biopsi pleura untuk mengetahui adanya keganasan

6. Pemasangan WATER SEAL DRAINASE (WSD)

1. Pengertian

WSD adalah suatu unit yang bekerja sebagai drain untuk

mengeluarkan udara dan cairan melalui selang dada.

2. Indikasi

a.       Pneumothoraks karena rupture bleb, luka tusuk tembus

b.      Hemothoraks karena robekan pleura, kelebihan anti

koagulan, pasca bedah toraks

c.       Torakotomi

d.      Efusi pleura

e.       Empiema karena penyakit paru serius dan kondisi

inflamasi

3. Tujuan Pemasangan

*        Untuk mengeluarkan udara, cairan atau darah dari rongga

pleura

*        Untuk mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura

*        Untuk mengembangkan kembali paru yang kolap dan kolap

sebagian

*        Untuk mencegah reflux drainase kembali ke dalam rongga

dada.

4. Tempat pemasangan

Page 18: Efusi Pleura Fix

a.       Apikal

Letak selang pada interkosta III mid klavikula

Dimasukkan secara antero lateral

Fungsi untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura

b.      Basal

Letak selang pada interkostal V-VI atau interkostal VIII-IX mid

aksiller

Fungsi : untuk mengeluarkan cairan dari rongga pleura

5. Jenis WSD

Sistem satu botol

Sistem drainase ini paling sederhana dan sering digunakan pada

pasien dengan simplepneumotoraks

Sistem dua botol

Pada system ini, botol pertama mengumpulkan cairan/drainase

dan botol kedua adalah botol water seal.

System tiga botol

Sistem tiga botol, botol penghisap control ditambahkan ke system

dua botol. System tiga botol ini paling aman untuk mengatur jumlah

penghisapan.

10. Komplikasi

Komplikasi dari efusi pleura termasuk runtuhnya paru-paru;

pneumotoraks, atau udara dalam rongga dada, yang merupakan efek

samping umum dari prosedur Thoracentesis, dan empyemas (abses)

disebabkan oleh infeksi dari cairan pleura, yang memerlukan drainase

cairan.

Page 19: Efusi Pleura Fix

Efusi pleura dapat menempatkan pasien dengan asbestosis atau

mesothelioma risiko bahkan lebih dibandingkan pasien lain - jika itu

mengarah pada kesulitan bernapas. Hal ini karena pasien dengan kondisi

ini sehingga sering menderita jaringan parut pleura, yang dengan

sendirinya membuatnya sangat sulit untuk bernapas. Efusi pleura dapat

memperburuk masalah ini, dan akhirnya ketidakmampuan untuk

bernapas dengan benar dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap

spiral pasien.

Selain itu efusi pleura dapat menyebabkan komplikasi berupa :

1.    Fibrotoraks

Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani

dengan drainase yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara

pleura parietalis dan pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan

fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan

mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada

dibawahnya. Pembedahan pengupasan(dekortikasi) perlu

dilakukan untuk memisahkan membrane-membran pleura

tersebut.

2. Atalektasis

Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak

sempurna yang disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.

3. Fibrosis paru

Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana

terdapat jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis

timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu

proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi

Page 20: Efusi Pleura Fix

pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan

penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan

fibrosis.

4. Kolaps Paru

Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan

oleh tekanan ektrinsik pada sebagian / semua bagian paru akan

mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps paru.

11. Pengkajian

a. Identitas Pasien

Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur,

jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa,

bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.

b.      Keluhan Utama

1)         Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien

mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit.

2)         Biasanya pada pasien dengan effusi pleura didapatkan keluhan

berupa : sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat

iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat

batuk dan bernafas serta batuk non produktif.

c.       Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan

adanya tandatanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa

berat pada dada, berat badan menurun dan sebagainya. 

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Page 21: Efusi Pleura Fix

Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita penyakit seperti

TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal

ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita

penyakitpenyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti

Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya

f. Riwayat Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara

mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang

dilakukan terhadap dirinya.

g.      Pengkajian Pola Fungsi

Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit

mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi

kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap

pemeliharaan kesehatan.

Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alcohol

dan penggunaan obat-obatan bias menjadi faktor predisposisi

timbulnya penyakit.

h.      Pola nutrisi dan metabolisme

Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu

melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk

mengetahui status nutrisi pasien,

Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan

selama MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami

Page 22: Efusi Pleura Fix

penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan penekanan

pada struktur abdomen.

Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit.

pasien dengan effusi pleura keadaan umumnyalemah.

i.        Pola eliminasi

Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai

kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah MRS.

Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih

banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain

akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan

penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.

j.        Pola aktivitas dan latihan

Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi

Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.

Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat

adanya nyeri dada.

Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien

dibantu

oleh perawat dan keluarganya.

k.      Pola tidur dan istirahat

Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan

berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat

Selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan

rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak

orang yang mondar-mandir, berisik dan lain sebagainya.

l.        Pemeriksaan Fisik

1)      Status Kesehatan Umum

Page 23: Efusi Pleura Fix

Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan

pasien secara

umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap

dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien

untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien.

2)      Sistem Respirasi

Inspeksi Pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang

sakit mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar,

pergerakan pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum

ke arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi

trakhea dan ictus kordis. RR cenderung meningkat dan pasien

biasanya dyspneu.

Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang

jumlah cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga

ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada

yang sakit.

Suara perkusi redup sampai pekak tegantung jumlah cairannya.

Bila cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan

terdapat batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung

lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini

disebut garis Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian

depan dada, kurang jelas di punggung.

Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada

posisi duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya

ada kompresi atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja

akan ditemukan tanda tanda auskultasi dari atelektasis

kompresi di sekitar batas atas cairan.

Page 24: Efusi Pleura Fix

3)      Sistem Cardiovasculer

- Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal

berada pada ICS – 5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1

cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

pembesaran jantung.

- Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) dan

harus diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut

jantung, perlu juga memeriksa adanya thrill yaitu getaran

ictuscordis.

- Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah

jantung terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan

adakah pembesaran jantung atau ventrikel kiri.

- Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal

atau gallop dan adakah bunyi jantung III yang merupakan

gejala payah jantung serta

adakah murmur yang menunjukkan adanya peningkatan arus

turbulensi darah.

4)      Sistem Pencernaan

Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit

atau datar, tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol

atau tidak, selain itu juga perlu di inspeksi ada tidaknya

benjolan-benjolan atau massa.

Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana

nilai normalnya 5-35kali per menit.

Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan

abdomen, adakah

Page 25: Efusi Pleura Fix

massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui

derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba.

Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat atau

cairan akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites,

vesikaurinarta, tumor).

5)      Sistem Neurologis

Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping juga

diperlukan pemeriksaan GCS. Adakah composmentis atau

somnolen atau comma

Pemeriksaan refleks patologis dan refleks fisiologisnya.

Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti

pendengaran,

penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.

6)      Sistem Muskuloskeletal

Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial

Palpasi pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat

perfusi perifer serta dengan pemerikasaan capillary refiltime.

Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan

otot kemudian dibandingkan antara kiri dan kanan.

7)      Sistem Integumen

Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada

tidaknya lesi pada kulit, pada pasien dengan efusi biasanya

akan tampak cyanosis akibat adanya kegagalan sistem

transport O2.

Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit

(dingin, hangat, demam). Kemudian texture kulit (halus-lunak-

Page 26: Efusi Pleura Fix

kasar) serta turgor kulit untuk mengetahui derajat hidrasi

seseorang,

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi

udara/cairan), gangguan musculoskeletal, nyeri/ansietas, proses inflamasi

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya akumulasi

sekret jalan napas

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kemampuan

ekspansi paru, kerusakan membran alveolar kapiler

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan  penurunan keinginan makan sekunder akibat dyspnea

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat

mengenai proses penyakit dan pengobatan

Page 27: Efusi Pleura Fix

IMPLEMENTASI

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1 Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif berhubungan dengan adanya akumulasi sekret jalan napas

NOC :  Respiratory status : Ventilation  Respiratory status : Airway patency  Aspiration Control

Kriteria Hasil : Mendemonstrasikan batuk efektif

dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas

NIC :Airway suction

Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah

suctioning. Informasikan pada klien dan keluarga tentang

suctioning Minta klien nafas dalam sebelum suction

dilakukan. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk

memfasilitasi suksion nasotrakeal Gunakan alat yang steril sitiap melakukan

tindakan Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas

dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal

Monitor status oksigen pasien Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan

suksion Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila

pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.

Airway Management Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau

jaw thrust bila perlu Posisikan pasien untuk memaksimalkan

ventilasi Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat

jalan nafas buatan Pasang mayo bila perlu Lakukan fisioterapi dada jika perlu

Page 28: Efusi Pleura Fix

Keluarkan sekret dengan batuk atau suction Auskultasi suara nafas, catat adanya suara

tambahan Lakukan suction pada mayo Berikan bronkodilator bila perlu Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl

Lembab Atur intake untuk cairan mengoptimalkan

keseimbangan. Monitor respirasi dan status O2

2 Pola Nafas tidak efektif

b.d penurunan

ekspansi paru

(akumulasi

udara/cairan)

NOC :v Respiratory status : Ventilation  Respiratory status : Airway patency  Vital sign Status

Kriteria Hasil : Mendemonstrasikan batuk efektif

dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

NIC :

Airway Management

Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

Pasang mayo bila perlu Lakukan fisioterapi dada jika perlu Keluarkan sekret dengan batuk atau suction Auskultasi suara nafas, catat adanya suara

tambahan Lakukan suction pada mayo Berikan bronkodilator bila perlu Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl

Lembab Atur intake untuk cairan mengoptimalkan

keseimbangan. Monitor respirasi dan status O2

Terapi Oksigen Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea Pertahankan jalan nafas yang paten

Page 29: Efusi Pleura Fix

Atur peralatan oksigenasi Monitor aliran oksigen Pertahankan posisi pasien Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi Monitor adanya kecemasan pasien terhadap

oksigenasi

Vital sign Monitoring Monitor TD, nadi, suhu, dan RR Catat adanya fluktuasi tekanan darah Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau

berdiri Auskultasi TD pada kedua lengan dan

bandingkan Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan

setelah aktivitas Monitor kualitas dari nadi Monitor frekuensi dan irama pernapasan Monitor suara paru Monitor pola pernapasan abnormal Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit Monitor sianosis perifer Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi

yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

3 Gangguan pertukaran

gas berhubungan

dengan penurunan

kemampuan ekspansi

paru, kerusakan

membran alveolar

kapiler

NOC :  Respiratory Status : Gas exchange  Respiratory Status : ventilation  Vital Sign Status

Kriteria Hasil : Mendemonstrasikan peningkatan

ventilasi dan oksigenasi yang adekuat

Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan

NIC :

Airway Management

Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

Pasang mayo bila perlu

Page 30: Efusi Pleura Fix

Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

Tanda tanda vital dalam rentang normal

Lakukan fisioterapi dada jika perlu Keluarkan sekret dengan batuk atau suction Auskultasi suara nafas, catat adanya suara

tambahan Lakukan suction pada mayo Berika bronkodilator bial perlu Barikan pelembab udara Atur intake untuk cairan mengoptimalkan

keseimbangan. Monitor respirasi dan status O2

Respiratory Monitoring

Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi

Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal

Monitor suara nafas, seperti dengkur Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,

kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot Catat lokasi trakea Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan

paradoksis) Auskultasi suara nafas, catat area penurunan /

tidak adanya ventilasi dan suara tambahan Tentukan kebutuhan suction dengan

mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utama

auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya.

Page 31: Efusi Pleura Fix

DAFTAR PUSTAKA

Bahar, Asril. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta: Balai

Penerbit FK UI

Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8. Jakarta:

EGC

Carpenito, Lynda Juall. 1995 Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Halim, Hadi. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta: Balai

Penerbit FK UI

Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi

Page 32: Efusi Pleura Fix

LAPORAN PENDAHULUAN

CLINICAL STUDY 2

DEPARTEMEN MEDICAL

EFUSI PLEURA

RUANG TERATAI

RS TINGKAT II Dr. Soepraoen

Disusun Oleh :

Eka Fitri Cahyani 115070201111001

Kelompok 6A

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVER`SITAS BRAWIJAYA

2015

Page 33: Efusi Pleura Fix