efusi pleura
TRANSCRIPT
EFUSI PLEURA
1.1 Pendahuluan
Pleura adalah suatu lapisan ganda jaringan tipis yang terdiri dari sel-
sel mesotelial, jaringan ikat, pembuluh-embuluh darah kapiler, dan pembuluh-
pembuluh getah bening. Seluruh jaringan tersebut memisahkan paru-paru dari
dinding dada dan mediastinum.
Pleura mempunyai bentuk anatomi yang kompleks serta memiliki
risiko kelainan patalogi yang besar. Hal ini terlihat pada rongga pleura yang
sewaktu-waktu dapat terkena keadaan patologis yang serius seperti efusi
karena infeksi, neoplasma, hemothoraks, kilothoraks, empiema dan adanya
udara karena adanya pneumothoraks. Dalam makalah ini, kami akan
membahas mengenai efusi pleura secara lebih lanjut, karena kasusu efusi
pleura cukup banyak dijumpai. Di Inodnesia, tuberkulosis paru adalah
penyebab utama efusi pleura, disusul oleh keganasan. Distribusi berdasarkan
jenis kelamin, efusi pleura didapat pebih banyak pada wanita daripada pria.
Umur terbanyak untuk efusi pleura karena tuberkulosis adalah 21 sampai 30
tahun.
1.2 Anatomi Pleura
Pleura adalah membran tipis yang terdiri dari dua lapisan yaitu pleura
viseralis dan pleura parietalis. Pleura parietalis dan viseralis letaknya
berhadapan satu sama lain dan hanya dipisahkan oleh rongga yang hanya
berisi sedikit cairan serosa sebagai pelumas dalam pergerakan pernafasan.
Cairan dalam rongga pleura memperlihatkan adanya keseimbangan antara
transudasi dari kapiler-kapiler pleura dan reabsorpsi oleh vena viseral dan
perietal. Dan saluran getah bening. Kedua lapisan ini bersatu didaerah hilus
arteri dan mengadakan penetrsai dengan cabang utama bronkus, arteri dan
vena bronkialis, serabut saraf dan pembuluh limfe. Secara histologis kedua
lapisan ini terdiri dari sel mesotelial, jaringan ikat, pembuluh darah kapiler
dan pembuluh getah bening.
Gambar 1. Anatomi Pleura
Dalam keadaan normal, pada foto thoraks tidak diperlihatkan lapisan
pleura. Pleura sering kali mengalami patogenesis seperti terjadinya efusi
cairan, misalnya hidrothoraks dan pleuritis eksudativa karena infeksi,
hemotohoraks bila rongga pleura berisi darah, kilothoraks (cairan limfe),
piothoraks atau empiema, dan pneumothoraks bila bersisi udara.
Gambar 2. Foto Thoraks Normal
Penyebab lain dari kelainan patologi pada rongga pleura bermacam-
macam, terutama karena infeksi tuberkulosis atau non tuberkulosis,
keganasan, trauma, dan lain-lain.
1.3 Definisi
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan
cairan dalam rongga pleura. Selain cairan dapat juga terjadi penumpukan pus
atau darah. Volume normal cairan di dalam rongga pleura adalah 1-20 cc.
Cairan pleura yang berlebihan dapat mengganggu pernafasan dengan
membatasai pergerakan paru selama inhalasi.
1.4 Etiologi
Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil
untuk melumasi permukaan pleura. Penyebab efusi pleura paling sering yang
dijumpai di negara berkembang termasuk Indonesia adalah infeksi
tuberkulosis paru.
Penyebab lain yang dapat menimbulkan terjadinya pembentukan
cairan dalam rongga pleyra disebabkan oleh banyak keadaan yang dapat
berasal dari kelainan dalam paru sendiri, misalnya infeksi baik oleh bakteri
maupun virus atau jamur, tumor paru, tumor mediastinum, metastasis. Selain
dari kelainan paru bisa juga karenan kelainan sistemik, antara lain penyakit-
penyakit yang mengakibatkan hambatan kelenjar getah bening,
hipoproteinemia pada penyakit ginjal, hati, dan kegagalan jantung. Tidak
jarang disebabkan oleh trauma kecelakan atau tindakan pembedahan.
Infeksi
Peradangan Permukaan
Pleura
Permeabilitas Vaskuler
Penghambatan Drainase Limfatik
Tekanan Kapiler Paru Meningkat
Tekanan Hidrostatik
Transudasi
Tekanan Osmotik Koloid
Palsma
Transudasi Cairan
Intravena
Edema
Cavum Pleura
1.5 Patofisiologi
Patofisiologi terjadi efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara
cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan
pleuradibentuksecara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler.
Filtrasi ini terjadi karena perbedaan tekanan osmotik plasma dan jaringan
interstisial submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam
rongga pleura. Selainitu cairan peura dapat melalui pembuluh limfe sekitar
pleura.
Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila terdapat keadaan yang
menyebabkan terjadinya :
- Peningkatan tekanan hidrostatik pembuluh darah
- Penurunan tekanan onkotik kolid
- Peningkatan tekanan negatif rongga pleura
- Gangguan drainase limfatik di pleura viseralis
- Peningkatan permeabilitas kapiler
- Ruptur pembuluh darah atau pembuluh getah bening pleura
Proses penumpukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh
peradangan. Bila proses radang oleh kuman piogenik akan terbentuk
pus/nanah sehingga terjadi empiema/piothoraks. Bila proses ini mengenai
pembuluh darah sekitar pelur dapat menyebakan hemothoraks.
1. Cairan transudat
Terdiri atas cairan bening, terjadi karena penyakit lain dan buka penyakit
primer paru. Biasanya ditemukan pada keadaan gagal jantung kongestif,
kegagalan ginjal akut atau kronik, kegagalan hipoproteinemia pada
kegagalan fungsi hati, pemberian cairan infus yang berlebihan, dan
fibroma ovarii (Meig’s syndrome).
2. Cairan eksudat
Berisi cairan kekeruhan. Efusi eksudat terjadi apabila ada proses
peradangan yang menybabkan permeabilitas kapiler pembuluh darah
pleura meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi buat atau
kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura. Penyebab
paling sering ditemukan pada infeksi tuberkulosis, atau nanah (empiema)
dan penyakit-penyakit kolagen (lupus eritomatosis, reumatoid artritis)
3. Cairan darah
Dapat disebabkan trauma tertutup atau terbuka, infark paru dan karsinoma
paru, pecahnya pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya ke
dalam rongga pleura, kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di
dalam aorta) yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga
pleura, gangguan oembekuan darah di mana darah dalam rongga pleura
tidak dapat membeku secara sempurna, sehingga biasanyadengan mudah
dapat dikeluarkan dengan sebuah jarum atau selang.
4. Cairan getah bening
Meskipun jarang terjadi tetapi dapat diakibatkan oleh sumbatan aliran
getah bening thoraks, misalnya pada filariasis atau metastasis pada
kelenjar getah bening dari suatu keganasan. Bisa juga disebabkan oleh
suatu cidera pada saluran etah bening utama di dada (duktus torakikus).
Transudat Eksudat
o Tampak jerniho protein < 3 gr%o rasio protein
cairan pleura/serum<0,5o rasio ldh
cairan pleura/serum<0,6o rasio glukosa
cairan pleura/serum>1,0o jumlah sel < 1000/ulo etiologi:
- tek.hidrostatikmeningkat- tek.osmotik menurun
o Tampak lebih keruho protein > 3 gr%o Rasio protein > 0,5o Rasio ldh > 0,6o Jumlah sel > 1000/ulo Etiologi : infeksi
Tabel 1. Perbedaan antara Transudat dan Eksudat
1.6 Gambaran Klinik
Tanpa menghiraukan jenis cairan dan penyebabnya gejala yang paling
sering ditemukan adalah sesak nafas, nyeri dada dan rasa berat pada dada.
Biasanya bersifat tajam dan semakin buruk jika penderita batuk atau bernafas
dalam. Kadang pada beberapa penderita tidak menunjukkan gejala sama
sekali. Gejala lain yang mungkin ditemukan antara lain batuk, cegukan,
pernafasan yang cepat dan dangkal, serta nyeri perut. Dapat juga disertai
dengan keluhan atau gejala lain penyakit dasarnya seperti bising jantung pada
payah jantung, lemas yang progresif disertai berat badan yang menurun pada
neoplasma, batuk yang kadang-kadang berdarah pada perokok (karsinoma
bronkhus), tumor di organ lain pada metastasis, demam subfebris pada infeksi
tuberkulosis, demam menggigil pada empiema, asitets dengan tumor di pelvis
pada sindrom meig.
1.7 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis bauk dan
pemeriksaan fisik yang teliti, pemeriksaan radiologi, CT scan, biopsi dan
sebagainya
Pemeriksaan Fisik
- Pernafasan cepat dan dangkal
- Bentuk hemithoraks yang sakit lebih cembung dan pergerakannya
lebih lambat
- Palpasi : vocal fremitus melemah
- Perkusi : suara dinding thoraks dull atau sonor memendek
Bila cairan cukup banyak (600ml) batas proksimal keredupan konveks
ke atas dengan puncaknya di garis aksiler, batas tersebut disebut garis
ellis damoiseau. Garis ini melintasi tulang punggung dan membentuk
dua segitiga yaitu segitiga groco rauchfuss dan segitiga garlan.
- Auskultasi : suara nafas menurun sampain hilang, terdengar egofoni
pada daerah atelektasis di atas efusi.
Gambaran Radiologik
Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan
membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral
labih tinggi daripada bagian medial. Bila permukaannya hrizontal dari
lateral ke medial, pasti terdapat udara dalam rongga tersebut yang dapat
berasal dari luar atau dalam paru-paru sendiri. Kadang-kadang sulit untuk
membedakan antara bayangan cairan bebas dalam pleura dengan adhesi
karena radang (pleuritis). Perlu pemeriksaan foto dengan posisi lateral
dekubitus. Cairan bebas akan mengikuti posis gravitasi.
Cairan dalam pleura juga bisa tidak membentuk kurva, karena
terperangkap atau terlokalisasi. Keadaan ini sering terdapat pada daerah
bawah paru-paru yang berbatasan dengan permukaan atas diagfragma.
Cairan ini disebut juga dengan efusi subpulmonik. Gambarannya pada
sinar tembus sering terlihat sebagai diafragma yang terangkat. Jika
terdapat bayangan dengan udara dalam lambung, ini cenderung
menunjukkan efusi subpulmonik. Begitu juga dengan bagian kanan
dimana efusi subpulmonik sering terlihat sebagai bayangan garis tipis
(fisura) yang berdekatan dengan diafragma kanan. Untuk jelasnya dapat
dilihatn dengan foto thoraks lateral dekubitus sehingga gambaran
perubahan efusi tersebut menjadi nyata.
Cairan dalam pleura kandang-kadang menumpuk mengelilingi lobus
paru (biasanya lobus bawah) dan terlihat dalam foto sebagai bayangan
konsolidasi parenkim lobus, bisa juga mengumpul di daerah
paramediastinal dan terlihat dalam foto sebagai fisura interlobaris, dapat
juga terdapat secara paralel dengan sisi jantung, sehingga terlihat sebagai
kardiomegali.
Cairan seperti empiema dapat terlokasisasi. Gambaran yang telihat
adalah sebagai bayangan dengan densitas keras di atas diagfragma,
keadaan ini sulit dibedakan dengan tumor paru.
Hal lain yang dapat terlihat paeda foto thoraks efusi pleura adalah
terdorongnya mediastinum pada sisis yang berlawanan dengan cairan.
Disamping itu foto thoraks juga dapat menerangkan asal mula terjadinya
efusi pleura yakni bila terdapat jantung yang membesar, adanya massa
tumor, adanya densitas parenkim paru yang lebih keras pada pneumonia
atau abses.
- Massive effusion
Gambaran radioopak yang komplit pada hemithoraks. Sedangkan pada
efusi dengan jumlah cairan >250-300 ml dapat terlihat gambaran
berupa perselubungan homogen menutupi struktur paru bawah yang
biasanya relatif radioopak permukaan atas cekung, mengisi sudut
kostofrenikus anterior, berjalan dari lateral atas ke arah medial bawah.
Karena cairan mengisi ruang hemithoraks sehingga jaringan paru akan
terdorong ke arah sentral/hilus, dan kadang-kadang mendorong
mediastinum ke arah kontralateral.
Bila cairan kurang dari 200 ml (100-200 ml), dapat ditemukan
pengisian cairan di sinus kostofrenikus posterior pada foto thoraks
lateral tegak. Cairan yang kurang dari 100 ml (50-100 ml), dapat
diperlihatkan dengan posisi dekubitus dan arah sinar horizontal
dimana cairan akan berkumpul di sisi samping bawah.
- Lamella effusion
Pengumpulan cairan di antara dinding thoraks dan permukaan paru-
paru, kadang tampak hanya mengisi sudut kostofrenikus.
- Subpulmonary pleural effusion
Pengumpulan cairan diantara diagfragma dan permukaan bawah paru-
paru menyerupai hemidiagfragma
- Loculated pleural effusion
Rongga pleura dapat terobliterasi sebagian pleh penyakit pleura yang
menyebabkan menempelnya kedua pleura di beberapa tempat dengan
menimbulkan efusi pleura setempat. Kadang-kadang sejumlah cairan
terkumpul setempat di daerah pleura atau fisura interlobar
(loculated/encapsulate) yang sering disebabkan oleh empiema dengan
perlekatan pleura.
Gambaran radiologik tidak dapat membedakan jenis cairan mungkin
dengan tambahan keterangan-keterangan klinis atau kelainan lain yang ikut
serta terlihat dapat diperkirakan jenis cairan tersebut.
Gambar 4. Pleuropneumothoraks Kiri
CT scan dada
Adanya perbedaan densitas cairan dengan jaringan sekitarnya, sangat
memudahkan dalam menentukan adanya efusi pleura. CT scan dengan
jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan dapat menunjukkan
adanya penumonia, abses paru atau tumor. Pemeriksaan ini tidak banyak
dilakukan karena biayanya cukup mahal.
USG dada
USG pada pleura dapat menentukan adanya cairan dalam rongga
pleura. Dapat membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang
jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
Torakosentesis
Torakosentesis merupakan tindakan pengambilan cairan melalui
sebuah jarum yang dimasukkan diantra sela iga ke dalam rongga dada di
bawah pengaruh pembiusan lokal. Penyebab dan jenis dari efusi pleura
biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh
cairan yang diperoleh melalui torakosentesis.
Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditemukan penyebabnya,
maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil
untuk dianalisis. Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakuakn
pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat
ditemukan.
Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber
cairan yang terkumpul.
1.8 Pengobatan Efusi Pleura
Penatalaksanaan tergantung pada penyakit yang mendasari terjadinya
efusi pleura. Aspirasi cairan dengan menggunakan jarum dapat dilakukan
untuk mengeluarkan cairan pleura, apabila jumlah cairan banyak dpata
dilakukan pemasangan drainase interkostalis atau pemasangan WSD. Efusi
pleura yang berulang mungkin memerlukan tambahan medikamentosa atau
dapat dilakukan tindakan operatif yaitu pleurodesis, dimana kedua permukaan
pleura ditempelkan sehingga tidak ada lagi ruangan yang akan terisi oleh
cairan.
1. Pengobatan kausal
Pleuritis TB diberikan obat anti TB. Dengan pengobatan ini cairan
efusi dapat diserap kembali. Untuk menghilangkan dengan cepat
dilakukan torakosentesis.
Pleuritis karena bakteri piogenik diberi kemoterapi sebelum kultur dan
sensitivitas bakteri didaoat, ampisilin 4x1 gram dan metrodinazol
3x500 mg. Terapi lain yang lebih penting adalh mengeluarkan cairan
efusi yang terinfeksi keluar dari rongga pleura dengan efektif.
2. Torakosentesis
Indikasi dilakukan torakosentesis adalah untuk menghilangkan sesak
yang ditimbulkan oleh cairan, apabila terapi spesifik pada penyakit primer
tidak efektif atau gagal, apabila terjadi reakumulasi cairan. Kerugiannya
antara lain dapat terjadi kehilangan protein, infeksi dan pneumothoraks.
Aspirasi cairan pleura berguna sebagi saran untuk diagnostik maupun
terapi. Pelaksanaannya sebaiknya dilakukan pada pasien dengan posis
duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru sela iga garis aksilaris
posterior dengan memakai jarum abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran
cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500 cc pada setiap kali
aspirasi. Aspirasi lebih baik dilakukan berulang-ulang daripada satu kali
aspirasi sekaligus yang dapat menimbulkan pleura shock (hipotensi) atau
edema paru akut. Edema paru dapat terjadi karena paru-paru mengembang
terlalu cepat.
Komplikasi lain torakosentesis adalah pneumothoraks (yang paling
sering karena udara masuk melalui jarum), hemothoraks (karena trauma
pada pembuluh darah interkostalis) dan emboli udara yang jarang terjadi.
Dapat juga terjadi laserasi pleura viseralis, tapi biasanya ini akan
sembuh sendiri dengan cepat. Bila laserasinya cukup dalam, dapat
menyebabkan udara dari alveoli masuk ke vena pulmonalis, sehingga
terjadi emboli udara. Untuk mencegah emboli udara ini terjadi emboli
pulmoner atau emboli sistemik, pasien dibaringkan ke sisi kiri di bagian
bawah, posisi kepala lebih rendah dari leher, sehingga udara tersebut dapat
terperangkap di atrium kanan.
3. Water Sealed Drainage
Penatalaksanaan dengan menggunakan WSD sering pada empiema
dan efusi maligna. Indikasi WSD pada empiema antara lain :
Nanah sangat kental dan sulit diaspirasi
Nanah terus terbentuk setelah dua minggu
Terjadinya piopneumothoraks
4. Pleurodesis
Tindakan melengketkan pleura viseralis dengan pleura parietalis
dengan menggunakan zat kimia (tetrasiklin, bloemisin, thiotepa,
corynebacterium pavum) atau tindakan pembedahan. Tindakan dilakukan
bila cairan sangat banyak dan terakumulasi kembali.
Prosedur pleurodesis yaitu pipa selang dimasukkan pada ruang antar
iga dan cairan efusi dialirkan keluar secara perlahan-lahan. Setelah tidak
ada lagi cairan yang keluar, masukkan 500 mg tetrasiklin (biasanya
oksitetrasiklin) yang dilarutkan dalam 20 cc garam fisiologis ke dalam
rongga pleura, selanjutnya diikuti 20 cc garam fisiologis. Kunci selang
selama 6 jam dan selaa itu pasien diubah-ubah posisinya, sehingga
tetrasiklin dapat didistribusikan ke saluran rongga pleura. Selang antar iga
kemudian dibuka dan cairan di dalam rongga pleura kembali dialirkan
keluar sampai tidak ada lagi yang tersisa. Selang kemudian dicabut. Jika
dipakai zat corynebacterium pavum, masukkan 7 mg yang dilarutkan
dalam 20 cc garam fisiologis dengan cara seperti di atas.
Komplikasi tindakan pleurodesis ini sedikit sekali dan biasanya
berupa nyeri pleuritik atau demam.
1.9 Pencegahan
Lakukan pengobatan yang adekuat pada penyakit-penyakit dasarnya
yang dapat menimbulkan efusi pleura. Merujuk pasien ke rumah sakit dengan
peralatan yang lebih lengkap apabia diagnosis kausal belum dapat ditegakkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kusumawidjaja, K. Pleura dan Mediastinum. Dalam: Rasad, S. Radiologi Diagnostik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi ke 2. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2005: 116-9.
2. Halim, H. Penyakit-penyakit Pleura. Dalam: Sudoyo, A.R., Setiyohadi, B., Alwi, I., Eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Edisi ke 4. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 1056-61.
3. Wilson, L.M. Penyakit Pernafasan Restriktif. Dalam: Price, S.A., Wilson, L.M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi ke 6. Jakarta: EGC. 799-800
4. Mirna, dkk. 2000. Kumpulan Kasus dan Ekspertise Radiologi. MediaDIKA. 75-82
5. Anonim. Efusi Pleura. 2009 (Available on-line with updates at http://3rr0rists.net/medical/efusi-pleura.html)
6. Anonim. Efusi Pleura. 2009 (Available on-line with updates at http://askep-askeb.blogspot.com/2009/12/efusi-pleura.html)
7. Anonim. Efusi Pleura. 2008 (Available on-line with updates at http://yenibeth.wordpress.com/2008/07/24/askep-efusi-pleura.html)
8. Subianto, T. Pathway Efusi Pleura. 2009 (Available on-line with updates at http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/05/pathway-efusi-pleura.html)