efusi pleura

22
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, merupakan proses penyakit primer yang jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus, Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa adanya friksi. Pleura merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis yang melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi paru (pleura visceralis). Diantara pleura parietalis dan pleura visceralis terdapat suatu rongga yang berisi cairan pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan bergerak selama pernafasan. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer, sehingga mencegah kolaps paru. Bila terserang penyakit, pleura mungkin mengalami peradangan atau udara atau cairan dapat masuk ke dalam rongga pleura menyebabkan paru tertekan atau kolaps. 1

Upload: rahmanhamid

Post on 03-Oct-2015

22 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

askep pleira

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, merupakan proses penyakit primer yang jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus, Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa adanya friksi. Pleura merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis yang melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi paru (pleura visceralis). Diantara pleura parietalis dan pleura visceralis terdapat suatu rongga yang berisi cairan pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan bergerak selama pernafasan. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer, sehingga mencegah kolaps paru. Bila terserang penyakit, pleura mungkin mengalami peradangan atau udara atau cairan dapat masuk ke dalam rongga pleura menyebabkan paru tertekan atau kolaps.Cairan dalam keadaan normal dalam rongga pleura bergerak dari kapiler didalam pleura parietalis ke ruang pleura dan kemudian diserap kembali melalui pleura visceralis. Selisih perbedaan absorpsi cairan pleura melalui pleura visceralis lebih besar daripada selisih perbedaan pembentukan cairan oleh pleura parietalis dan permukaan pleura visceralis lebih besar daripada pleura parietalis sehingga pada ruang pleura dalam keadaan normal hanya terdapat beberapa mililiter cairan.

B. TUJUAN Dengan adanya makalah ini, pembaca dapat mengetahui :

Definisi efusi pleura

Etiologi efusi pleura

Pathogenisis efusi pleura

Fisiologi pleura

Patofisiologi efusi pleura Manifestasi Klinis efusi pleura Diagnosis efusi pleura Diagnosis Keperawatan efusi pleura BAB II

PEMBAHASAN2.1 DEFINISI Efusi fleura adalah Suatu pengumpulan cairan dalam ruang pelura yang terletak diantara permukaaan viseral dan pariental,di mana merupakan sproses penyakit primer yang jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal,ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5-15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura yang bergerak tanpa adanya friksi.efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penibunan cairan dala rongga pleura. Efusi pleura dapat berupa trasudat atau eksudat. Transudat terjadi pada peningkatan tekanan vena pulmonalis,misalnya pada payah jantung kongesif. Pada kasus ini keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari pembuluh. Transudasi juga dapat terjadi pada hipoproteinimia,seperti pada penyakit hati dan ginjal,atau penekanan tumor pada vena kava. Penimbunan transudat dalam rongga pleura dikenal dengan nama hidrotoraks. Cairan peura cenderung tertimbun pada dasar paru-paru akibat gaya gravitasi. Penimbunan eksudat timbul sekunder dari peradangan atau keganasan pleura, dan akibat peningkatan permaibilitas kapiler atau gangguan absorsi getah bening. Eksudat dibedakan dengan transudat dari kadar protein dari kadar protein yang dikandungnya dan dari berat jenisnya.

2.2. ETIOLOGI1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.

2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis.Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi.

3. Neoplasma, seperti neoplasma bronkogenik dan metastatik.

4. Kardiovaskuler, seperti gagal jantung kongestif, embolus pulmonary dan perikarditis.

5. Penyakit pada abdomen, seperti pankreatitis, asites, abses dan sindrom Meigs.

6.Infeksi yang disebabkan bakteri, virus, jamur, mikobakterial dan parasit.

7. Trauma

8. Penyebab lain seperti lupus eritematosus sistemik, rematoid arthritis, sindroms nefrotik dan uremia.2.3 PATHOGENISISPelicin yang terdapat di dalam rongga pleura individu normal dihasilkan olehsuatu anyaman pembuluh kapiler permukaan pleura parietalis dan diabsorpsi oleh kapiler danpembuluh getah bening pleura viseralis dengan kecepatan yang seimbang dengan kecepatanpembentukannya. Oleh karena itu,gangguan apapun yang menyangkut proses penyerapan danbertambahnya kecepatan proses pembentukan cairan ini akan menimbulkan penimbunan cairan secara patologik di dalam rongga pleura.Beberapa faktor yang berperanan dalam patogenesis efusi pleura keganasan adalah Fisiologi pleura.

2.4 FISIOLOGI PLEURAPleura merupakan suatu lapisan ganda jaringan tipis yang terdiri dari; sel-sel mesotelial, jaringan ikat, pembuluhpembuluh darah kapiler, dan pembuluhpembuluh getah bening. Seluruh jaringan tersebut memisahkan paruparu dari dinding dada dan mediastinum.Pleura terdiri dari 2 lapisan yang berbeda yakni pleura viseralis dan pleura parietalis. Kedua lapisan pleura ini bersatu pada hilus paru. Dalam beberapa hal terdapat perbedaan antara kedua pleura ini yakni:

Pleura viseralis, bagian permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesotelial yang tipis (tebalnya tidak lebih dari 30 um). Diantara celahcelah sel ini terdapat beberapa sel limfosit. Dibawah selsel mesotellial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit. Seterusnya dibawah ini (dinamakan lapisan tengah) terdapat jaringan kolagen dan seratserat elastik. Pada lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang sangat banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari Arteri pulmonalis dan Arteri brakialis serta pembuluh getah bening. Keseluruhan jaringan pleura viseral ini menempel dengan kuat pada jaringan parenkim paru.

Pleura parietalis, disini lapisan jaringan lebih tebal dan terdiri juga dari sel-sel mesotelial dan jaringan ikat (jaringan kolagen dan seratserat elastik). Dalam jaringan ikat ini terdapat pembuluh kapiler dari arteri interkostalis dan arteri mammaria interna, pembuluh getah bening dan banyak reseptor saraf - saraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan temperatur. Sistem persyarafan ini berasal dari nervus interkostalis dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom dada. Keseluruhan jaringan pleura parietalis ini menempel dengan mudah, tapi juga mudah dilepaskan dari dinding dada diatasnya.

2.5. PATOFISIOLOGI Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan dan protein dalam rongga pleura.dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler.Filtrasi ini terjadi karena perbedaan tekanan osmotik plasma dan jaringan interstisial submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial masuk kedalam rongga pleura.Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura.

Pada umumnya, efusi karena penyakit pleura hampir mirip plasma (eksudat) , sedangkan yang timbul pada pleura normal merupakan ultrafiltrat plasma (transudat). Efusi yang berhubungan dengan pleuritis disebabkan oleh peningkatan permeabilitas pleura parietalis sekunder ( akibat samping) terhadap peradangan atau adanya neoplasma.

Klien dengan pleura normal pun dapat terjadi efusi pleura ketika terjadi payah jantung/gagal jantung kongestif.Saat jantung tidak dapat memompakkan darahnya secara maksimal keseluruh tubuh maka akan terjadi peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler yang selanjutnya timbul hipertensi kapiler sistemik dan cairan yang berada didalam pembuluh darah pada area tersebut bocor dan masuk kedalam pleura, ditambah dengan adanya penurunan reabsorbsi cairan tadi oleh kelenjar limfe di pleura mengakibatkan pengumpulan cairan yang abnormal/berlebihan.Hipoalbuminemia (misal pada klien nefrotik sindrom, malabsorbsi atau keadaan lain dengan asites dan edema anasarka) akan mengakibatkan terjadinya peningkatan pembentukkan cairan pleura dan reabsorbsi yang berkurang.Hal tersebut dikarenakan adanya penurunan pada tekanan onkotik intravaskular yang mengakibatkan cairan akan lebih mudah masuk kedalam rongga pleura.

Luas efusi pleura yang mengancam volume paru, sebagian akan bergantung pada kekakuan relatif paru dan dinding dada.Pada volume paru dalam batas pernapasan normal, dinding dada cenderung rekoil keluar sementara paru-paru cenderung untuk rekoil kedalam.

2.6. MANIFESTASI KLINIS.

Manifestasi klinisnya adalah yang disebabkan oleh penyakit dasar. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis, sementara efusi malignan dapat mengakibatkan dispnea dan batuk. Ukuran efusi akan menentukan keparahan gejala. Efusi pleura yang luas akan menyebabkan sesak napas. Area yang mengandung cairan atau menunjukkan bunyi nafas minimal atau tidak sama sekali menghasilkan bunyi datar, pekak saat diperkusi. Egofoni akan terdengar diatas area efusi. Deiasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan yang pleural yang signifikan. Bila terdapat efusi pleural kecil sampai sedang, dispnea mungkin saja tidak terdapat.

Keberadaan cairan dikuatkan dengan rontgen dada, ultasound, pemeriksaan fisik, dan torakosentesis. Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri , pewarnaan gram, basil tahan asam (untuk tuberkulosis), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa, amilase, laktat dehidrogenase [LDH], protein), analisis sitologiuntuk sel-sel malignan, pH. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan.s2.7. DIAGNOSIS Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan sekresi mukopurulen dan kurangnya upaya batuk

Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan keletihan, anorerksia atau dispnea.

Resiko terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang resiko potogen.

Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan dirumah

Ganggguan pemenuhan kebutuhan tidur berhubungan dengan daerah sesak napas dan nyeri dada.2.8. PENANGANAN MEDIS

Penanganan Medis adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah penumpukkan kembali cairan, dan untuk menghilangkan brakial atau ekstrinsik. Bila semua pengkajian-pengajian yang memadai telah dilakukan lengkap, tetapi keadaan tersebut tetap belum terdiagnosis maka biopsi paru-paru dapat memberikan diagnosis defenitif.

Pengobatan medis atau tindakan pembedahan optimal yang dilakukan untuk mengatasi infiltrat-infiltrat paru kronis sering kali tergantung atas suatu diagnosis spesifik. Namun, keadaan-keadaan kronis yang menyebabkan infiltrat-infiltrat ini dapat sembuh spontan, misalnya infeksi-infeksi virus berat dan berkepanjangan pada bayi-bayi, pada keadaan-keadaan demikian maka pengobatan simptomatis dapat mempertahankan fungsi paru-paru yang memadai, hingga terjadi perbaikan dan penyembuhan spontan. Tindakan-tindakan yanng dapat membantu meliputi aspirasi dan pengobatan fisik yang ditujukan pada sekresi yang berlebihan, antibiotika-antibiotika terhadap infeksi bakteri yang terjadi secara skunder, bahan oksigen bagi penderita dengan hipoksemia dan mempeertahankan asupan makanan yang memadai. Dengan tindakan-tindakan simptomatis dan spesifik, akhirnya fungsi paru-paru normal dapat dicapai, meski terdapat gangguan paru-paru berat, pada masa bayi, karena paru-paru pada seorang anak yang masih muda mempunyai kemampuan sembuh sangat besar. 2.9 DIAGNOSIS KEPERAWATAN

NoDiagnosa KeperawatanTujuan& kriteria hasilIntervensiRasional

1Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan sekresi mukopurulen dan kurangnya upaya batukSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat:

Bernapas dengan efektif

Kriteria hasil :

klien mempertahankan pola pernafasan yang efektif

frekwensi irama dan kedalaman pernafasan normal (RR 16 20 kali/menit) dipsnea berkurang

. Kaji kualitas dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori pernapasan : catat setiap peruhan.Kaji kualitas sputum : warna, bau, konsistensi. Auskultasi bunyi napas setiap 4 jam.Baringan klien untuk mengoptimalkan pernapasan : posisi semi fowler tinggi..Bantu dan ajarkan klien berbalik posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam sampai 4 jam..Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat obatan

.Mengetahui penurunan bunyi napas karena adanya sekret.

.Mengetahui perubahan yang terjadi untuk memudahkan perawatan dan pengobatan selanjutnya..Mengetahui sendini mungkin perubahan pada bunyi napas..Membantu mengembangkan paru secara maksimal..Batuk dan napas dalam yang tetap dapat mendorong sekret keluar..Mencegah kekeringan mukosa membran, mengurangi kekentalan sekret dan memperbesar ukuran lumen trakeobroncial.

2Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan keletihan, anorerksia atau dispneaSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat:

Tujuan :

terjadi peningkatan nafsu makan, berat badan yang stabil dan bebas tanda malnutrisi

Kriteria hasil:

Klien dapat mempertahankan status malnutrisi yang adekuat

Berat badan stabil dalam batas yang normal

. Mencatat status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, integritas mukosa oral, riwayat mual / muntah atau diare..Pastikan pola diet biasa klien yang disukai atau tidak.Mengkaji masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodik

.Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan

Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat..Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan komposisi diet

.Berguna dalam mendefenisikan derajat / wasnya masalah dan pilihan indervensi yang tepat..Membantu dalam mengidentifukasi kebutuhan / kekuatan khusus. Pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masakan diet..Berguna dalam mengukur keepektifan nutrisi dan dukungan cairan

.Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputun atau obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.

.Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu / legaster.

.Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diet

3Resiko terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang resiko potogen

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat:

Tujuan :

klien mengalami penurunan resiko untuk menularkan penyakit seperti yang ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien untuk mengubah tes kulit positif.

Kriteria hasil:klien mengalami penurunan potensi menularkan penyakit yang ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien

Identifikasi orang lain yang berisiko. Contah anggota rumah, sahabat.

.Anjurkan klien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan hindari meludah serta tehnik mencuci tangan yang tepat..Kaji tindakan Kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi pernafasan.

.Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengatifan berulang tuberkulasis.

.Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat..Kolaborasi dan melaporkan ke tim dokter dan Depertemen Kesehatan lokal.

Orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran infeksi.Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi.Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi klien dengan membuang stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular.Pengetahuan tentang faktor ini membantu klien untuk mengubah pola hidup dan menghindari insiden eksaserbasi.Periode singkat berakhir 2 sampai 3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi pada adanya rongga atau penyakit luas, sedang resiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.Membantu mengidentifikai lembaga yang dapat dihubungi untuk menurunkan penyebaran infeksi.

4Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan dirumahSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama3x24 jam:

Tujuan : klien mengetahui pengetahuan informasi tentang penyakitnya.

Kriteria hasil :

Klien memperlihatkan peningkatan tingkah pengetahuan mengenai perawatan diri.

Kaji kemampuan klien untuk belajar mengetahui masalah, kelemahan, lingkungan, media yang terbaik bagi klien.

.Identifikasi gejala yang harus dilaporkan keperawatan, contoh hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernafas..Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan pengobatan lama,kaji potensial interaksi dengan obat lain..Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah.

.Dorong klien atau orang terdekat untuk menyatakan takut atau masalah, jawab pertanyaan secara nyata.

.Berikan intruksi dan imformasi tertulis khusus pada klien untuk rujukan contoh jadwal obat.

.Evaluasi kerja pada pengecoran logam / tambang gunung, semburan pasir.

Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu.

.Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut..Meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan dan mencegah penghentian obat sesuai perbaikan kondisi klien.

.Mencegah dan menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan terapi dan meningkatkan kerjasama dalam program..Memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan konsepsi/peningkatan ansietas.

.Informasi tertulis menurunkan hambatan klien untuk mengingat sejumlah besar informasi. Pengulangan penguatkan belajar.

.Terpajan pada debu silikon berlebihan dapat meningkatkan resiko silikosis, yang dapat secara nagatif mempengaruhi fungsi pernafasan

5Ganggguan pemenuhan kebutuhan tidur berhubungan dengan daerah sesak napas dan nyeri dadaSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam :

Tujuan :

kebutuhan tidur terpenuhi.Kriteria hasil: .memahami faktor yang menyebabkan gangguan tidur

Dapat menangani penyebab tidur yang tidak adekuat

Tanda tanda kurang tidur dan istirahat tidak ada.

kaji kebiasaan tidur penderita sebelum sakit dan saat sakit

.Observasi efek abot obatan yang dapat di derita klien

.Mengawasi aktivitas kebiasaan penderita

.Anjurkan klien untuk relaksasi pada waktu akan tidur..Ciptakan suasana dan lingkungan yang nyaman.

Untuk mengetahui sejauh mana gangguan tidur penderita

.Gangguan psikis dapat terjadi bila dapat menggunakan kartifosteroid temasuk perubahan mood dan uisomnia.Untuk mengetahui apa penyebab gangguan tidur penderita.Memudahkan klien untuk bisa tidur

.Lingkungan dan suasana yang nyaman akan mempermudah penderita untuk tidur

BAB III

PENUTUP3.1 KESIMPULANEfusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi.Pleura merupakan suatu lapisan ganda jaringan tipis yang terdiri dari; sel-sel mesotelial, jaringan ikat, pembuluhpembuluh darah kapiler, dan pembuluhpembuluh getah bening. Seluruh jaringan tersebut memisahkan paruparu dari dinding dada dan mediastinum.Pleura terdiri dari 2 lapisan yang berbeda yakni pleura viseralis dan pleura parietalis. Kedua lapisan pleura ini bersatu pada hilus paru. Dalam beberapa hal terdapat perbedaan antara kedua pleura ini yakni:

Pleura viseralis, bagian permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesotelial yang tipis (tebalnya tidak lebih dari 30 um). Diantara celahcelah sel ini terdapat beberapa sel limfosit. Dibawah selsel mesotellial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit. Seterusnya dibawah ini (dinamakan lapisan tengah) terdapat jaringan kolagen dan seratserat elastik. Pada lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang sangat banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari Arteri pulmonalis dan Arteri brakialis serta pembuluh getah bening. Keseluruhan jaringan pleura viseral ini menempel dengan kuat pada jaringan parenkim paru.

Pleura parietalis, disini lapisan jaringan lebih tebal dan terdiri juga dari sel-sel mesotelial dan jaringan ikat (jaringan kolagen dan seratserat elastik). Dalam jaringan ikat ini terdapat pembuluh kapiler dari arteri interkostalis dan arteri mammaria interna, pembuluh getah bening dan banyak reseptor saraf - saraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan temperatur. Sistem persyarafan ini berasal dari nervus interkostalis dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom dada. Keseluruhan jaringan pleura parietalis ini menempel dengan mudah, tapi juga mudah dilepaskan dari dinding dada diatasnya.Manifestasi klinisnya adalah yang disebabkan oleh penyakit dasar. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis, sementara efusi malignan dapat mengakibatkan dispnea dan batuk. Ukuran efusi akan menentukan keparahan gejala. Efusi pleura yang luas akan menyebabkan sesak napas. Area yang mengandung cairan atau menunjukkan bunyi nafas minimal atau tidak sama sekali menghasilkan bunyi datar, pekak saat diperkusi. Egofoni akan terdengar diatas area efusi. Deiasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan yang pleural yang signifikan. Bila terdapat efusi pleural kecil sampai sedang, dispnea mungkin saja tidak terdapat. Keberadaan cairan dikuatkan dengan rontgen dada, ultasound, pemeriksaan fisik, dan torakosentesis. Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri , pewarnaan gram, basil tahan asam (untuk tuberkulosis), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa, amilase, laktat dehidrogenase [LDH], protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan, pH. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan.DAFTAR PUSTAKANelson.1992.Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta:EGC

Smeltzer, Suzzane C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner dan Suddart.Jakarta:EGC

Sylvia A, Price Lorraine M.wilson.1995.Buku Fatofisiologi.Jakarta:EGC

15