efusi pleura

23
1 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB I) ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN EFUSI PLEURA Disusun Oleh : Kelompok 3 1. Ajeng Putri Pramestu 2. Aldy Septianto 3. Dita Ratna Sari 4. Esti Sulistianingsih 5. Irma Yuniar 6. Yessyca Nesty Ghissa 7. Zulfa Eka setyawati Kelas II A AKADEMI KEPERAWATAN FATMAWATI JAKARTA 2012

Upload: ajeng-putrie-cutik

Post on 12-Aug-2015

225 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Efusi Pleura

 

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB I)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN EFUSI PLEURA

Disusun Oleh :

Kelompok 3

1. Ajeng Putri Pramestu

2. Aldy Septianto

3. Dita Ratna Sari

4. Esti Sulistianingsih

5. Irma Yuniar

6. Yessyca Nesty Ghissa

7. Zulfa Eka setyawati

Kelas II A

AKADEMI KEPERAWATAN FATMAWATI

JAKARTA

2012

BAB I

Page 2: Efusi Pleura

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala

Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah

dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Efusi Pleura”. Makalah ini

disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata ajar

Keperawatan Medikal Bedah I (KMB I).

Dalam penyusunan makalah, penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan,

namun dengan buku sumber dan kerjasama kelompok, akhirnya makalah ini dapat

diselesaikan.

Tersusunnya makalah ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena

itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ns. DWS Dewi Arga, SKM., S.Kep selaku Direktur Akademi Keperawatan

Fatmawati Jakarta.

2. Ns. Senandung TRH, S.Kep selaku penanggung jawab mata ajar Keperawatan

Medikal Bedah (KMB).

3. Zahri Darni, S.Kp selaku pembimbing makalah Keperawatan Medikal Bedah

(KMB).

4. Teman - teman yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,

untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis

berharap semoga makalah ini dapat bermanfat bagi pembaca dan penyusun.

Jakarta, 11 Oktober 2012

Penulis

Page 3: Efusi Pleura

 

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................ i

Daftar Isi ............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Tujuan ........................................................................................... 1

C. Metode Penulisan .......................................................................... 2

D. Sistematika Penulisan ................................................................... 2

BAB II ANATOMI FISIOLOGI ................................................................ 4

A. Pendahuluan ................................................................................... 4

B. Proses respirasi ............................................................................... 4

C. Anatomi fisiologi pernafasan ......................................................... 4

BAB III TINJAUAN TEORI ....................................................................... 6

A. Definisi ........................................................................................... 6

B. Etiologi ........................................................................................... 6

C. Patofisiologi ................................................................................... 7

D. Manifestasi klinis ........................................................................... 9

E. Komplikasi ..................................................................................... 9

F. Penatalaksanaan ............................................................................. 11

G. Pengkajian keperawatan ................................................................. 13

H. Diagnosa keperawatan ................................................................... 15

I. Perencanaan keperawatan ............................................................. 15

J. Pelaksanaan keperawatan .............................................................. 16

K. Evaluasi keperawatan .................................................................... 16

BABIV PENUTUP ...................................................................................... 18

A. Kesimpulan .................................................................................. 18

B. Saran ............................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 20

 

Page 4: Efusi Pleura

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kasus efusi pleura di indonesia mencapai 2,7 % dari penyakit infeksi saluran

napas lainnya. Tingginya angka kejadian efusi pleura disebabkan

keterlambatan penderita untuk memeriksakan kesehatan sejak dini dan

angka kematian akibat efusi pleura masih sering ditemukan faktor resiko

terjadinya efusi pleura karena lingkungan yang tidak bersih, sanitasi yang

kurang, lingkungan yang padat penduduk, kondisi sosial ekonomi yang

menurun, serta sarana dan prasarana kesehatan yang kurang dan kurangnya

masyarakat tentang pengetahuan kesehatan.

Efusi pleura atau adanya cairan di ruang pleura yang muncul lebih sedikit pada

orang dewasa yang disebabkan oleh beragam infeksi dan penyakit.

Kebanyakan informasi yang ada tentang efusi peura berasal dari penelitian.

Penyebab efusi pleura pada orang dewasa adalah gagal jantung kongestif

(transudat) dan pneumonia serta keganasan adalah penyebab utama dari efusi

pleura dan sering disebut dengan eksudat. (Jennifer, 2011).

Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam

rongga pleura. Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam rongga pleural.

Proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat

dari penyakit lain. Efusi dapat berupa jernih yang mungkin merupakan

transudat, eksudat atau dapat berupa darah atau pus. (Jennifer, 2011).

Pada kondisi normal, rongga efusi pleura ini hanya berisi sedikit cairan

eksterna yang melumasi permukaan pleura sekitar 10-20 cc. Peningkatan

produksi atau penurunan pengeluaran cairan akan mengakibatkan efusi pleura.

(Jennifer, 2011).

Untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut seperti pneumothoraks,

gagal nafas, dan kolaps paru sampai dengan kematian peran perawat sangat

dibutuhkan dalam bentuk upaya promotif seperti perawat memberikan

Page 5: Efusi Pleura

 

penjelasan dan informasi tentang penyakit efusi pleura, preventif seperti

mengurangi merokok dan mengurangi minum-minuman beralkohol, kuratif

seperti minum obat dengan anjuran dokter dan kolaborasi untuk dilakukan

pemasangan WSD bila diperlukan, rehabilitatif seperti melakukan pengecekan

kembali kondisi klien ke rumah sakit atau tenaga kesehatan.

Dari uraian diatas, kelompok kami ingin membahas lebih lanjut mengenai

penyakit efusi pleura yang bertujuan untuk mengetahui dan memahami serta

dapat melakukan upaya pencegahan terhadap peyakit efusi pleura.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah diharapkan agar mahasiswa

memahami proses penyakit efusi pleura.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khususnya adalah diharapkam mahasiswa mampu :

a. Menjelaskan anatomi dan fisiologi pernafasan

b. Menjekaskan definisi penyakit efusi pleura

c. Menjelaskan etiologi penyakit efusi peura

d. Menjelaskan patofisiologi yang meliputi (proses penyakit, komplikasi

dan manifestasi klinis) pada penyakit efusi pleura

e. Menjelaskan penatalaksanaan medis penyakit efusi pleura

f. Menjelaskan asuhan keperawatan penyakit efusi pleura

C. Metode Penulisan

Metode penulisan ini menggunakan metode study kepustakaan, penulis

menggambil berbagai buku dari perpusatakaan sebagai bahan referansi sebagai

acuan dalam pembuatan makalah.

D. Sistematika Penulisan

Penulisan makalah ini terdiri dari IV Bab yaitu BAB I pendahuluan latar

belakang terdiri dari latar belakang, tujuan umum dan tujuan khusus, metode

penulisan dan sistematika penulisan. Bab II anatomi fisiologi terdiri dari

pendahuluan, proses respirasi dan anatomi fisiologi saluran pernafasan. Bab III

Page 6: Efusi Pleura

 

tinjauan teori terdiri dari definisi efusi pleura, etiologi efusi pleura,

patofisiologi efusi pleura yang terdiri dari proses penyakit, komplikasi dan

manifestasi klinis, penatalaksanaan medis efusi pleura, dan asuhan

keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan

evaluasi. Bab IV kesimpulan terdiri dari kesimpulan dan saran.

Page 7: Efusi Pleura

 

BAB II

ANATOMI FISIOLOGI

PERNAFASAN A. Pendahuluan

Fungsi sistem pernafasan adalah untuk mengambil oksigen dari atmosfer ke

dalam sel-sel dan untuk mentransfor karbondioksida yang dihasilkan oleh sel-

se tubuh kembali ke atmosfer. (Sloane, 2003).

B. Menurut Sloane, 2003 respirasi melibatkan proses berikut :

1. Ventilasi pulmonar adalah jalan masuk dan keluar udara dan saluran

pernafasan dan paru-paru.

2. Respirasi eksternal adalah difusi oksigen dan karbon dioksidaantar dalam

paru dan kapiler pulmonar.

3. Respirasi internal adalah difui oksigen dan karbon dioksida antara sel

darah dan sel-sel jaringan.

4. Respirasi selular adalah penggunaan oksigen oleh sel-sek tubuh untuk

produksi energi, dan pelepasan produk oksidasi oleh sel-sel tubuh.

C. Anatomi saluran pernafasan menurut Sloane, 2003 yaitu :

1. Paru-paru

Paru-paru adalah organ

berbentuk piramid seperti

spons dan berisi udara

terletak dalam rongga

toraks. Paru kanan memiliki

tiga lobus dan paru kiri

memiliki dua lobus.

Banyaknya gelembung

paru-paru ini kurang lebih

700.000.000 buah (paru-

paru kiri dan kanan).

Page 8: Efusi Pleura

 

Setiap paru memiliki sebuah apeks yang mencapai bagian atas iga

pertama, sebuah permukaan diagfragmatik (bagian dasar) terletak diatas

diagfragma, sebuah permukaan mediastinal (medial) yang terpisah dari

paru lain oleh mediastinum, dan permukaan kostal terletak di atas

kerangka iga. Permukaan mediastinal memiliki hilus (akar), tempat masuk

dan keluarnya pembuluh darah bronki, pulmonar dan bronkial dari paru.

2. Pleura

Pleura adalah membran penutup

yang membungkus setiap paru.

Selaput ini merupakan jaringan

ikat yang terdiri dari dua lapis

yaitu pleura parietalis (yang

langsung melekat pada dinding

dada) dan pleura viceralis (langsung melekat pada jaringan paru-paru). Di

antara pleura terdapat ruangan yang disebut spasium pleura, yang

mengandung sejumlah kecil cairan yang melicinkan permukaan dan

memungkinkan keduanya bergeser secara bebas pada saat ventilasi. Cairan

tersebut dinamakan cairan pleura. Cairan pleura berfungsi untuk

memudahkan kedua permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis

bergerak selama pernafasan dan untuk mencegah pemisahan toraks dan

paru yang dapat dianalogkan seperti dua buah kaca objek yang akan saling

melekat jika ada air.

a. Pleura viseral melapisi rongga toraks (kerangka iga, diafragma,

mediastinum).

b. Pleura viseral melapisi paru dan bersambungan dengan pleura parietal

di bagian bawah paru.

c. Rongga pleura adalah ruang potensial antara parietal dan viseral yang

mengandung lapisan tipis cairan pelumas.

d. Resesus pleura adalah area rongga pleura yang tidak berisi jaringan

paru.

Page 9: Efusi Pleura

 

BAB III

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana

terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang

berlebihan di dalam rongga pleura akibat

transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari

permukaan pleura. Efusi pleura adalah

pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang

terletak diantara permukaan visceral dan parietal,

proses penyakit primer jarang terjadi tetapi

biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap

penyakit lain. Secara normal, ruang pleural

mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15

ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural

bergerak tanpa adanya friksi. (Sudoyo, 2010 & Charisma, 2011).

B. Etiologi

Penyebab dari efusi pleura adalah

transudat, dalam keadaan normal

cairan pleura yang jumlahnya sedikit

itu adalah transudat. Transudat terjadi

apabila hubungan normal antara

tekanan kapiler hidrostatik dan koloid

osmotik menjadi terganggu, sehingga

terbentuknya cairan pada satu sisi

pleura akan melebihi reabsorbsi oleh

pleura lainnya. Biasanya hal ini

Page 10: Efusi Pleura

10 

 

terdapat pada meningkatnya tekanan kapiler sistemik, meningkatnya tekanan

kapiler pulmonal, menurunnya tekanan koloid osmotik dalam pleura,

menurunnya tekanan intra pleura. (Jennifer, 2011).

Efusi pleura transudatif sering terjadi karena gagal jantung, penyakit hepar

yang disertai asites, dialisis peritoneal, hipoalbuminemia dan gangguan yang

menimbulkan peningkatan volume intravaskuler secara berlebihan. (Jennifer,

2011).

Eksudat merupakan cairan pleura yang terbentuk melalui membran kapiler

yang permeable abnormal. Terjadinya perubahan permeabilitas membrane

adalah karena adanya peradangan pada pleura misalnya infeksi, infark paru

atau neoplasma. Protein yang terdapat dalam cairan pleura kebanyakan berasal

dari saluran getah bening. Kegagalan aliran protein getah bening ini akan

menyebabkan peningkatan konsentrasi protein cairan pleura, sehingga

menimbulkan eksudat. (Jennifer, 2011).

Efusi pleura eksudatif terjadi pada tuberculosis (TB), abses subfrenikus,

pankreatitis, pneumonitis atau emfisema bakterialis atau fugus, malignansi,

emboli paru dengan atau tanpa infark paru, penyakit kolagen (lupus

eritematosis LE serta atritis rematoid), miksedema dan trauma dada. (Jennifer,

2011).

C. Patofisiologi

Efusi pleura bisa disebabkan oleh gagal jantung kongestif. Hal ini tergantung

pada keseimbangan antara osmotik dan hidrostatik, apabila jantung tidak dapat

memompakan darahnya secara maksimal ke seluruh tubuh maka terjadilah

tekanan hidrostatik pada kapiler yang selanjutnya menyebabkan hipertensi

kapiler sistemik. Tekanan hidrostatik yang berlebihan atau tekanan osmotik

yang menurun, akibatnya cairan yang berada dalam pembuluh darah pada area

tersebut akan menjadi bocor dan masuk ke dalam rongga pleura. Peningkatan

pembentukan cairan dari pleura parietalis karena hipertensi kapiler sistemik

dan penurunan reabsorbsi menyebabkan pengumpulan abnormal cairan pleura.

Proses ini disebut efusi transudatif. (Jennifer, 2011).

Page 11: Efusi Pleura

11 

 

Efusi pleura bisa disebabkan karena infeksi seperti tuberculosis. Hal ini terjadi

karena adanya proses peradangan atau infiltrasi pada pleura atau jaringan yang

berdekatan dengan pleura. Pada kasus ini terjadi kerusakan pada dinding

kapiler atau terjadi peningkatan permeabilitas kapiler darah sehingga cairan

kaya protein dari kapiler masuk ke rongga pleura. Bendungan pada pembuluh

limfa juga dapat menyebabkan efusi pleura eksudatif. (Admin, 2012).

Gagal jantung kongetif Infeksi Tuberculosis

Jantung tidak bisa memompakan Terjadi peradangan/infiltrasi

Dengan maksimal pada jaringan yang berdekatan

Terjadi peningkatan hidrostatik Rusak dinding kapiler/ pe

Kapiler permeabilitas kapiler darah

Tekanan hidrostatik meningkat Eksudatif

Pembuluh darah bocor

Hipertensi sistemik

Transudat

Penumpukan cairan di rongga pleura

EFUSI PLEURA

Sesak nafas Nafsu makan Lelah Kurang

me beraktifitas informasi

a. Pola nafas tak efektif Berhubungan dengan penurunan ekspansi paru ( Ukumulasi udara /

cairan ) b. Resiko tinggi gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhungan dengan anorexia sekunder terhadap dispnea dan keletihan c. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan penurunan transport O2 sekunder terhadap

tirah baring d. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses

penyakit

Page 12: Efusi Pleura

12 

 

1. Manifestasi klinik

Pasien efusi pleura secara khas memperlihatkan keluhan dan gejala yang

berkaitan dengan kondisi patologis yang mendasari. Sebagian besar

pasien dengan efusi yang luas, khususnya pasien yang menderita

penyakit paru sebagai penyebab yang mendasari, akan mengeluh sesak

napas (dispnea). Keluhan ini pada keadaan efusi yang berkaitan dengan

pleuritis akan disertai keluhan nyeri pleuritik dada. Gambaran klinis lain

bergantung pada penyebab efusi. Pasien-pasien empiema juga mengalami

demam dan perasaan tidak enak badan (malaise). (Jennifer, 2011).

Nyeri dada pleuritik dan batuk kering dapat terjadi, cairan pleura yang

berhubungan dengan nyeri biasanya eksudat. Gejala fisik tidak dirasakan

bila cairan kurang dari 200-300 ml. Tanda-tanda yang sesuai dengan

efusi pleura yang lebih besar adalah penurunan fremitus, redup pada

perkusi, dan berkurangnya suara nafas. Pada efusi pleura yang menekan

paru, suara nafas dan egofoni ditemukan tepat di atas batas efusi. Adanya

friction rub pleural menandai pleuritis. Efusi pleura masih dengan

tekanan intrapleural yang meninggi dapat menyebabkan pergeseran

trakea ke arah kontralateral dan pendaftaran spatium interkostal.

(Tierney, dkk, 2002).

2. Komplikasi

Efusi pleura dapat menyebabkan komplikasi menurut Sudoyo, 2010

berupa :

a. Fibrotoraks

Efusi pleura yang berupa eksudat

yang tidak ditangani dengan drainase

yang baik akan terjadi perlekatan

fibrosa antara pleura parietalis dan

pleura viseralis. Keadaan ini disebut

Page 13: Efusi Pleura

13 

 

dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan

hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada

dibawahnya. Pembedahan pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan

untuk memisahkan membrane-membran pleura tersebut.

b. Atalektasis

Atalektasis adalah pengembangan paru

yang tidak sempurna yang

disebabkan oleh penekanan akibat

efusi pleura.

c. Fibrosis paru

Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan

ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara

perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang

menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang

berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang

terserang dengan jaringan fibrosis.

d. Kolaps Paru

Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang

diakibatkan oleh tekanan ektrinsik pada

sebagian / semua bagian paru akan mendorong

udara keluar dan mengakibatkan kolaps paru.

Page 14: Efusi Pleura

14 

 

D. Penatalaksanaan Medis

1. Thorakosentesis

Pengelolaan efusi pleura ditujukan untuk

pengobatan penyakit dasar dan

pengosongan cairan (thorakosentesis).

Indikasi utnuk melakukan thorakosentesis

adalah :

a. Menghilangkan sesak nafas disebabkan oleh akumulasi cairan dalam

rongga pleura.

b. Bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif atau gagal.

c. Bila terjadi reakumulasi cairan.

Aspirasi cairan pleura berguna sebagai sarana untuk diagnostik maupun

terapeutik. Pelaksanaanya sebaiknya dilakukan pada pasien dengan posisi

duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru sela iga garis aksilaris

posterior dengan memakai jarum nomer 14 atau 16. Pengeluaran cairan

pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500 cc pada setiap kali aspirasi.

Aspirasi lebih baik dikerjakan berulang-ulang dari pada satu kali aspirasi

sekaligus dapat menimbulkan pleura shock (hipotensi) atau edema paru

yang ditandai dengan batuk dan sesak. Edema paru dapat terjadi karena

paru-paru mengembang terlalu cepat. Mekanisme sebenarnya belum

diketahui, tapi diperkirakan karena adanya tekanan intra pleura yang tinggi

dapat menyebabkan peningkatan aliran darah melalui permeabilitas kapiler

yang abnormal. (Sudoyo, dkk, 2010).

2. WSD (Water Seal Drainage)

WSD adalah suatu sistem

drainage yang menggunakan

water seal untuk mengalirkan

udara atau cairan dari cavum

Page 15: Efusi Pleura

15 

 

pleura (rongga pleura). Tujuannya pemasangan WSD adalah

mengalirkan/drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk

mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut dan dalam keadaan

normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit

cairan pleura/lubrican. Indikasi pemasangan WSD yaitu pneumothoraks,

hemothoraks, efusi pleura, emfisema. Kontraindikasi pemasangan WSD

yaitu Infeksi pada tempat pemasangan dan gangguan pembekuan darah

yang tidak terkontrol. Menurut (mansjoer, dkk, 2000) Water Seal Drainage

(WSD) dilakukan untuk :

a. Diagnostik, untuk menetukan pendarahan dari pembuluh darah besar

atau kecil sehingga dapat dilakukan operasi thoraktomi.

b. Terapi, untuk mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul dalam

rongga pleura

c. Preventif, untuk mengeluarkan darah atau udara yang masuk kerongga

pleura sehingga mekanisme pernafasan tetap baik dan penyulit

pemasangan WSD adalah perdarahan dan infeksi atau super infeksi.

(Rofiq, 2012).

3. Biopsi pleura

Biopsi pleura adalah prosedur untuk mendapatkan sampel kecil jaringan

paru-paru untuk pemeriksaan. Jaringan biasanya diperiksa di bawah

mikroskop, dan dapat dikirim ke laboratorium mikrobiologi untuk

kultur. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan oleh ahli patologi. Komplikasi

biopsi adalah pneumotoraks, hemotoraks, penyebaran infeksi atau tumor

pada dinding dada. (Sudoyo, dkk 2010)

Page 16: Efusi Pleura

16 

 

E. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan menurut Charisma, 2011.

a. Identitas klien

Nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal (alamat), pekerjaan,

pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan satitasi

kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan

pernah punya riwayat kontak dengan penderita TB.

b. Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien

mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada

pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas,

rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat

tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta

batuk non produktif.

c. Riwayat penyakit sekarang

Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit

yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri

dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan

meningkat mendorong penderita untuk mencari pengobatan. Pasien

dengan efusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda

seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat

badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan

keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk

menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.

d. Riwayat penyakit dahulu

Keadaan atau penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh penderita

yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA

efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.

Page 17: Efusi Pleura

17 

 

e. Riwayat penyakit keluarga

Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang

menderita penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan

penularannya.

f. Riwayat psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara

mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang

dilakukan terhadap dirinya. Pada penderita yang status ekonominya

menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang

dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan

penderita tuberkulosis paru yang lain

g. Pemeriksaan fisik

Status Kesehatan Umum Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji,

bagaimana penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien

selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap

petugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan

dan ketegangan pasien. Perlu juga dilakukan pengukuran tinggi badan

berat badan pasien.

h. Pola tidur dan istirahat

Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan

berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat, selain

itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang

tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang

mondar-mandir, berisik dan lain sebagainya.

Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru

mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.

Page 18: Efusi Pleura

18 

 

2. Diagnosa Keperawatan menurut Charisma, 2011.

a. Pola nafas tak efektif Berhubungan dengan penurunan ekspansi paru (

Ukumulasi udara / cairan )

b. Resiko tinggi gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhungan dengan anorexia sekunder terhadap

dispnea dan keletihan

c. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan penurunan transport O2

sekunder terhadap tirah baring

d. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang proses penyakit

3. Perencanaan Keperawatan menurut Charisma, 2011.

Dx : Pola nafas tak efektif Berhubungan dengan penurunan

ekspansi paru (ukumulasi udara / cairan).

Tujuan : Menunjukan pola pernafasan normal / efekstif dengan GDA

dalam rentang normal dan bebas sianosis.

Intervensi :

a. Mengidentifikasi etiologi atau faktor pencetus

R/ : pemahaman penyebab kolaps peru perlu untuk pemasangan selang

dada yang tepat dan memilih tindakan terapeutik lain

b. Evaluasi fungsi pernafasan

R/ : distres pernafasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi

akibat stres fisiologi dan nyeri

c. Awasi pola kesesuaian dan pola pernafasan bila menggunakan ventilasi

mekanik

R/ : bunyi nafas dapat menurun atau tak ada dada lobus

d. Uuscultasi bunyi nafas

R/ : pengembangan dada sama dengan ekspansi paru

e. Kaji fremitus

R/ : suara dan taktil fremitus (vibrasi) menurun pada jaringan yang

terisi cairan

Page 19: Efusi Pleura

19 

 

f. Kaji pasien adanya area nyeri tekan bila batuk, nafas dalam

R/ : sokongan terhadap dada dan otot abdominal mebuat batuk lebih

efektif atau mengurangi trauma

g. Pertahankan posisi nyaman

R/ : meningkatkan inspirasi maksimal

h. Pertahankan perilaku tenang

R/ : membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia yang dapat

dimanifestasikan sebagai ansietas atau takut

i. Kolaborasi untuk berikan O2 tambahan melalui kanul atau masker

sesuai indikasi

R/ : alat dalam penurunan kerja nafas meningkatkan penghilangan

distres respirasi dan sianosis sehubungan dengan hipoksia

4. Pelaksanaan Keperawatan

Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat

terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

pelaksanaan rencana keperawatan yaitu Intervensi dilaksanakan sesuai

dengan rencana setelah dilakukan validasi, ketrampilan interpersonal,

teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi

yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta

dokumentasi intervensi dan respon pasien.

Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari

rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan

dan perawatan yang muncul pada pasien. (Charisma, (2011).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana

evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan

melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.

Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana

keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan

pengkajian ulang.

Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan, pasien :

Page 20: Efusi Pleura

20 

 

a. Mampu mempertahankan fungsi paru secara normal.

b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

c. Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat terpenuhi.

d. Dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri sehari-hari untuk

mengembalikan aktivitas seperti biasanya.

e. Menunjukkan pengetahuan dan gejala-gejala gangguan pernafasan

seperti sesak nafas, nyeri dada sehingga dapat melaporkan segera ke

dokter atau perawat yang merawatnya.

f. Mampu menerima keadaan sehingga tidak terjadi kecemasan.

g. Menunjukkan pengetahuan tentang tindakan pencegahan yang

berhubungan dengan penatalaksanaan kesehatan, meliputi kebiasaan

yang tidak menguntungkan bagi kesehatan seperti merokok, minum

minuman beralkohol dan pasien juga menunjukkan pengetahuan

tentang kondisi penyakitnya.

(Charisma, (2011).

Page 21: Efusi Pleura

21 

 

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam

jumlah yang berlebihan di dalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi

yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura dapat terjadi karena

penyakit dasar lokal atau sistemik. Pada beberapa kasus, efusi pleura dapat

merupakan satu-satunya tanda penyakit sistemik. Adanya gambaran cairan

dalam rongga pleura yang bertambah progresif atau bersamaan ditemukan

bayangan massa dalam paru, perlu dipertimbangkan keganasan paru yang

sudah bermetastasis ke pleura.

Etiologi terhadap efusi pleura adalah pembentukan cairan dalam rongga pleura

dapat disebabkan oleh banyak keadaan yang dapat berasal dari kelainan dalam

paru sendiri, misalnya infeksi baik oleh bakteri maupun virus atau jamur,

tumor paru, tumor mediastinum. Efusi pleura yang disebabkan oleh perubahan

pada tekanan hidrostatik akan membentuk transudat sedangkan bila

permeabilitas kapiler yang meningkat seperti pada proses radang dan

keganasan akan timbul eksudat. Oleh karennya, efusi pleura dapat terbentuk

jika ada pembentukan cairan pleura yang berlebihan (dari pleura parietalis,

ruang interstisium paru, atau kavum peritoneum) atau jika ada penurunan

pengangkutan cairan oleh melalui limfatik.

Patofisiologi pada efusi pleura tergantung pada keseimbangan tekanan osmotik

dan hidrostatik. Apabila jantung tidak dapat memompakan darahnya secara

maksimal ke seluruh tubuh maka terjadilah tekanan hidrostatik pada kapiler

yang selanjutnya menyebabkan hipertensi kapiler sistemik. akibatnya cairan

yang berada dalam pembuluh darah pada area tersebut akan menjadi bocor dan

masuk ke dalam rongga pleura. Proses ini disebut efusi transudatif. Efusi

pleura bisa disebabkan karena infeksi seperti tuberculosis. Hal ini terjadi

Page 22: Efusi Pleura

22 

 

karena adanya proses peradangan atau infiltrasi pada pleura atau jaringan yang

berdekatan dengan pleura. Proses ini disebut efusi eksudatif.

Gejala klinis efusi fleura yaitu nyeri dada pleuritik dan batuk kering dapat

terjadi, cairan pleura yang berhubungan dengan adanya nyeri dada biasanya

eksudat. Gejala fisik tidak dirasakan bila cairan kurang dari 200-300 ml.

Tanda-tanda yang sesuai dengan efusi pleura yang lebih besar adalah

penurunan fremitus, redup pada perkusi, dan berkurangnya suara napas.

Penatalaksanaan efusi pleura dapat dilakukan dengan cara thorakosentesis

merupakan cara mengkosongkan cairan melalui aspirasi (posisi klien duduk),

WSD merupakan mengeluarkan cairan /udara yang ada di rongga pleura

dengan cara mengalir cairan/udara tersebut untuk mengurangi tekanan dalam

paru, biopsi pleura adalah prosedur untuk mendapatkan sampel kecil jaringan

paru-paru untuk pemeriksaan.

B. Saran

Adapun saran yang ingin penulis sampaikan, khususnya pada mahasiswa

Akper Fatmawati yaitu disarankan untuk mengetahui dan memahami tentang

efusi pleura. Sehingga mahasiswa dapat mengerti tentang efusi pleura dan

dapat menghindari penyebab-penyebab dari efusi pleura. Mengetahui gejala

dan tanda dari efusi pleura untuk mencegah terjadinya efusi pleura. Lebih

memahami komplikasi yang ditimbulkan dari efusi pleura dan mahasiswa

diharapkan dapat lebih menggunakan waktu sebaik-baiknya.

Page 23: Efusi Pleura

23 

 

DAFTAR PUSTAKA

Admin. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Efusi Pleura . Diunduh

pada tanggal 10 Oktober 2012 pukul 20.34 WIB dari http: //www.runtah.com. Charisma. (2011). Asuhan Keperawatan dengan klien Efusi Pleura. Diakses pada

tanggal 10 Oktober 2012 pukul 20.43 WIB dari

http://nursecharisma.blogspot.com/2011/02/asuhan-keperawatan-pada-klien-

dengan_16.html

Jennifer, K. (2011). Patofisiologi. Editor edisi Bahasa Indonesia. Jakarta : EGC.

Sloane, E. (2003). Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Editor Edisi Bahasa

Indonesia. Jakarta : EGC.

Sudoyo, dkk. (2010). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Internal Publishing.

Tierney, dkk. (2002). Diagnosis dan Terapi Kedokeran Ilmu Penyakit Dalam. Edisi

1. Jakarta : Salemba Medika