efektivitas strategi program sanitasi total …
TRANSCRIPT
1
EFEKTIVITAS STRATEGI PROGRAM SANITASI TOTAL
BERBASIS MASYARAKAT (STBM) PILAR PERTAMA
DI PUSKESMAS KILASAH KECAMATAN KASEMEN
KOTA SERANG
Skripsi
Diajukan sebagai salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Administrasi Publik pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Administrasi Publik
oleh :
Zetha Bernynda
NIM. 6661141441
ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, 2018
1
1
1
1
Cogito Ergo Sum
Aku Berpikir Maka Aku Ada
-Descartes
Kupersembahkan skripsi ini untuk Orang tua tercinta, saudara-saudara tersayang, serta orang-orang terkasih yang telah meluangkan waktunya untuk selalu mendoakanku.
1
ABSTRAK
Zetha Bernynda. NIM. 6661141441. Efektivitas Strategi Program Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) Pilar Pertama di Puskesmas Kilasah,
Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Pembimbing I : Titi Stiawati, M.Si dan
Pembimbing II : Drs. Hasuri Waseh, M.Si.
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan untuk
mengubah perilaku menjadi higienis dan saniter melalui pemberdayaan
masyarakat dengan cara pemicuan. Terdapat 5 pilar dalam program STBM, dan
Stop BABS merupakan pilar yang pertama. Tujuan dari peneliltian ini adalah
untuk mengukur seberapa efektif strategi program ini berjalan di Wilayah
Puskesmas Kilasah. Penelitian ini menggunakan teori efektivitas dari Duncan
yang terdiri 3 indikator yaitu pencapaian tujuan, integrasi dan adaptasi. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik proporsional sampling dan sampel yang
digunakan adalah 100 sample. Untuk menganalisis data menggunakan uji
hipotesis atau t-test satu sampel dengan uji pihak kanan diperoleh hasil t hitung < t
tabel (-4,066 < 1,660) maka Ho diterima dan Ha ditolak, serta hasil
perhitungannya berada di angka 63% dari prediksi paling tinggi 65%, artinya
kurang efektif. Saran dalam penelitiam ini adalah perlu adanya pendekatan dengan
masyarakat, pendataan masyarakat yang mengikuti pemicuan, keberlanjutan
setelah pemicuan dilaksanakan serta meningkatkan peran kader dalam
pelaksanaan Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
Kata Kunci : Efektivitas, Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM), pemicuan
2
ABSTRACT
Zetha Bernynda. NIM. 6661141441. The Effectiveness of Strategy of the First
Pillar of Community-based Total Sanitation (CBTS) Program at Public Health
Center of Kilasah, Kasemen Sub-District, Serang City. The Study Program of
Public Administration. The Faculty of Social and Politic Science. Sultan Ageng
Tirtayasa University. Advisor I Titi Stiawati, M.Si and Advisor II Drs. Hasuri
Waseh, M.Si.
Community-based Total Sanitation (CBTS) Program is an approaching method to
mobilise community to improve hygiene and sanitation throuh triggering
collective behaviour change. CBTS consists of five pillars with its main pillar is
Stop BABS. Goal of this research is to measure how effectively the strategy of this
program runs in the Region of Public Health Center of Kilasah. This research
uses Duncan's effectiveness theory which consists of 3 indicators are goal
achievement, integration and adaptation. This research uses descriptive
quantittattive method. The sampling technique used Proportional Stratification
Random Sampling technique and 100 sample. To analyze the data using
hypothesis test or one-sample t-test with right-tailed test obtained t-test value < t
table (-4,066 <1,660) then Ho accepted and Ha rejected, and the calculation
result is 63% from predictions highest 65%, that conclude the program has not
run effectively. Suggestions in this research are the need for an approach with the
community, data collection of villagers who attend trigger, sustainability after
triggered and increase the role of cadres in the implementation of Community-
based Total Sanitation (CBTS) Program
Keyword : Effectiveness, Community-based Total Sanitation Program (CBTS),
triggering
i
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Puji dan syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT , karena atas
rahmat dan karunia dan Ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Efektivitas Strategi Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) Pilar Pertama di Puskesmas Kilasah, Kecamatan Kasemen, Kota
Serang. Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S1) Administrasi Publik. Dalam penyusunan Penelitian ini tentu tidak
lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang tidak henti-hentinya
memberikan semangat serta masukan-masukan kepada penulis sehingga
menambah wawasan dan pengetahuan terutama pada bidang yang sedang diteliti.
Meskipun penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai
perbaikan dan juga unuk menambah wawasan dimasa yang akan datang. Penulis
mengucapkan terima kasih paling terdalam kepada Papa, Mama, Kakak serta
Adik-adik yang selalu memberikan motivasi, semangat serta tiada henti
mendoakan penulis agar diberikan kelancaran dalam setiap prosesnya dan menjadi
orang yang sukses.
Pada kesempatan ini, merupakan suatu kebanggaan bagi penulis untuk
mengucapkan terima kasi yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang
telah membantu serta mendukung peneliti selama proses penelitian berlangsung.
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
ii
1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Bapak Imam Mukhroman, S.Sos., M.Si, Wakil Dekan II Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si, Wakil Dekan III
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa
6. Ibu Listyaningsih, M.Si, Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa
7. Ibu Dr. Arenawati, S.Sos., M.Si, Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi
Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa
8. Ibu Titi Stiawati, M.Si, sebagai dosen pembimbing I yang senantiasa
memberikan arahan, bimbingan dan masukan kepada penulis dengan
sabar dan memberikan dukungan selama proses penyusunan skripsi
9. Bapak Drs. Hasuri Waseh, M.Si, sebagai dosen Pembimbing II yang
telah memberikan masukan, arahan dan memotivasi penulis dalam
proses penyusunan skripsi
iii
10. Bapak Dr. Abdul Apip, M.Si, sebagai dosen pembimbing akademik
yang telah membimbing mulai dari awal perkuliahan
11. Kepada seluruh Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah
membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan selama
perkuliahan
12. Para Staf Tata Usaha Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa atas
segala bantuan informasi selama perkuliahan
13. Kepala Dinas Kesehatan Kota Serang, Kepala Bidang Kesehatan
Lingkungan dan Staff Bidang Kesehatan Lingkungan yang telah
memberikan informasi, data dan kesediaan waktunya dalam proses
pengambilan data untuk penulis.
14. Sanitarian UPT Puskesmas Kilasah serta kader-kader dan masyarakat
yang sudah sangat baik membantu penulis memperoleh informasi yang
penulis perlukan.
15. Bapak Camat Kasemen, Bapak Lurah Terumbu serta masyarakat yang
telah meluangkan waktunya di sela-sela kesibukannya untuk
memberikan informasi kepada penulis
16. Teman terbaik, Nur Oktafiani, Widyo Rieska Utama, Yuli Eka Putri
dan Talia Reski Odevi Barnas yang telah memberikan dukungan,
kebahagiaan, kesedihan dan keceriaan selama masa perkuliahan
iv
17. ANE B dan ANE 2014, yang namanya tidak bisa disebutkan satu per
satu namun memberikan kesan dan tawa selama perkuliahan. teman
seperjuangan yang saling mendukung agar kelak sukses bersama.
18. HIMANE 2015, BEM 2016 dan BEM 2017, yang telah memberikan
pembelajaran berorganisasi yang bermanfaat dan menyenangkan.
19. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun telah
membantu selama proses penyusunan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat di kemudian hari.
Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Serang, Juni 2018
Penulis
Zetha Bernynda
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR DIAGRAM .................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................... 18
1.3 Batasan Masalah ............................................................................... 18
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................. 18
1.5 Tujuan Penelitian .............................................................................. 19
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................ 19
1.7 Sistematika Penulisan ....................................................................... 20
vi
BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Deskripsi Teori ................................................................................ 26
2.1.1 Efektivitas .................................................................................. 27
2.1.2 Ukuran Efektivitas ..................................................................... 29
2.1.3 Manajemen Strategi ................................................................... 32
2.1.4 Proses Manajemen Strategi ....................................................... 34
2.1.4 Program STBM .......................................................................... 36
2.1.5 Pilar Pertama STBM .................................................................. 40
2.2 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 43
2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................ 46
2.4 Hipotesis Penelitian .......................................................................... 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ............................................................................. 50
3.2 Fokus Penelitian ............................................................................... 51
3.3 Lokasi Penelitian .............................................................................. 51
3.4 Variabel Penelitian............................................................................ 51
3.4.1 Definisi Konseptual ................................................................. 51
3.4.2 Definisi Operasional ................................................................ 52
3.5 Instrumen Penelitian ......................................................................... 54
3.6 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 55
vii
3.7 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................ 57
3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .............................................. 61
3.8 Jadwal Penelitian .............................................................................. 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian .............................................................. 68
4.1.1 Letak Geografis ......................................................................... 68
4.2 Deskripsi Data .................................................................................. 73
4.2.1 Identitas Responden ................................................................. 73
4.2.2 Analisis Data ............................................................................ 81
4.3 Pengujian Persyaratan Statistik ........................................................ 121
4.4.1 Uji Validitas ............................................................................. 121
4.4.2 Uji Reliabilitas ......................................................................... 123
4.4.3 Uji Normalitas .......................................................................... 124
4.4 Pengujian Hipotesis Penelitian ......................................................... 126
4.5 Interpretasi Hasil Penelitian .............................................................. 129
4.6 Pembahasan ...................................................................................... 131
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 141
5.1 Saran ................................................................................................. 142
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... xiv
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Jumlah Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM di Indonesia
Tahun 2014- 2016 .............................................................................. 4
Tabel 1.2 Jumlah Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM di Indonesia
Tahun 2014- 2016 .............................................................................. 5
Tabel 1.3 Persentase Akses dan Kepemilikan JSP Banten Tahun 2017 .......... 6
Tabel 1.4 Desa Ter-verifikasi ODF di Kota Serang Tahun 2017 .................... 7
Tabel 1.5 Akses Pemakai Jamban di Kota Serang Tahun 2017 ....................... 8
Tabel 1.6 Akses Sanitasi di Kecamatan Kasemen Tahun 2017 ....................... 10
Tabel 1.7 Jumlah Sarana Air Bersih di Kecamatan Kasemen Tahun 2017 .... 14
Tabel 1.8 Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Kilasah 2017....................... 16
Tabel 3.1 Tabel Operasional Variabel ............................................................. 53
Tabel 3.2 Skoring Item Instrumen ................................................................... 54
Tabel 3.3 Perhitungan Sampel ......................................................................... 60
Tabel 3.4 Jadwal Penelitian.............................................................................. 67
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Kasemen
ix
Tahun 2016 ..................................................................................... 69
Tabel 4.2 Kampung yang Telah di Laksanakan Pemicuan STBM di Wilayah
Puskesmas Kilasah .......................................................................... 71
Tabel 4.3 Akses Terhadap Sanitasi Dasar (Jamban) di Wilayah Puskesmas Kilasah
Tahun 2017 ...................................................................................... 72
Tabel 4.4 Responden Menurut Jenis Kelamin ................................................. 73
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas ............................................................................ 121
Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas ........................................................................ 123
Tabel 4.7 Kriteria Uji Reliabilitas .................................................................... 124
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas ........................................................................ 125
Tabel 4.9 Hasil Uji Hipotesis ........................................................................... 126
Tabel 4.10 Indikator Skor Hasil Penelitian ...................................................... 130
Tabel 4.11 Analisis Hipotesis Penelitian ......................................................... 140
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ........................................................................ 48
Gambar 4.1 Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis dengan Uji Hipotesis
Pihak Kanan ................................................................................ 128
Gambar 4.2 Kategori Efektivitas...................................................................... 129
xi
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
Diagram 4.1 Responden Menurut Usia ........................................................... 75
Diagram 4.2 Responden Menurut Tingkat Pendidikan .................................... 76
Diagram 4.3 Responden Menurut Pekerjaan ................................................... 77
Diagram 4.4 Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga ................... 78
Diagram 4.5 Responden Berdasarkan Kepemilikan Jammban ........................ 79
Diagram 4.6 Responden Berdasarkan Penggunaan Jamban ............................ 80
Diagram 4.7 Pemilihan Waktu Pemicuan ........................................................ 82
Diagram 4.8 Lama Waktu Pemicuan ............................................................... 83
Diagram 4.9 Pelaksanaan Pemicuan dilakukan Berulang ................................ 85
Diagram 4.10 Sasaran Pemicuan adalah Masyarakat Yang Masih BABS ...... 86
Diagram 4.11 Sasaran Pemicuan adalah Masyarakat Yang Tidak Memiliki
Jamban ...................................................................................... 88
Diagram 4.12 Partisipasi Masyarakat Dalam Pemicuan Sangat Tinggi .......... 89
Diagram 4.13 Penyampaian Maksud dan Tujuan Sudah Baik dan Jelas ......... 91
Diagram 4.14 Membaur Dengan Masyarakat .................................................. 92
Diagram 4.15 Masyarakat ikut berdiskusi ....................................................... 94
Diagram 4.16 Pemicuan Sudah Berjalan Dengan Baik ................................... 95
Diagram 4.17 Masyarakat Aktif Menjawab ..................................................... 97
Diagram 4.18 Masyarakat Mengikuti Arahan yang diminta ............................ 99
Diagram 4.19 Masyarakat Memberikan Masukan Untuk Mengatasi Masalah
Buang Air Besar Sembarangan ................................................ 100
xii
Diagram 4.20 Masyarakat Mengikuti Proses Pemicuan Hingga Selesai ......... 102
Diagram 4.21 Informasi yang disampaikan dipahami Masyarakat .................. 103
Diagram 4.22 Pemicuan Sesuai Dengan Kebutuhan Masyarakat .................... 104
Diagram 4.23 Masyarakat Menyadari Pentingnya Kesehatan ......................... 106
Diagram 4.24 Masyarakat Menyadari Bahaya Buang Air Besar Sembarangan
.................................................................................................. 107
Diagram 4.25 Timbul Keinginan Membangun Jamban Sendiri ...................... 109
Diagram 4.26 Masyarakat Malu Melakukan Buang Air Besar Sembarangan .
.................................................................................................. 110
Diagram 4.27 Masyarakat Menyusun Rencana Pembangunan Jamban........... 111
Diagram 4.28 Tidak Ada Masyarakat yang Melakukan Buang Air Besar
Sembarangan ............................................................................ 113
Diagram 4.29 Jumlah Tenaga Pemicuan Sudah Cukup ................................... 114
Diagram 4.30 Sarana dan Prasarana Penunjang Sudah Memadai.................... 116
Diagram 4.31 Pendampingan Setelah Pemicuan ............................................. 118
Diagram 4.32 Tindak Lanjut Setelah Pemicuan .............................................. 119
Diagram 4.33 Subindikator Kurun Waktu ....................................................... 132
Diagram 4.34 Subindikator Sasaran ................................................................. 133
Diagram 4.35 Subindikator Prosedur ............................................................... 135
Diagram 4.36 Subindikator Proses Sosialisasi ................................................. 136
Diagram 4.37 Subindikator Peningkatan Kemampuan .................................... 138
Diagram 4.38 Subindikator Sarana dan Prasarana ........................................... 139
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 3 Surat Balasan
Lampiran 4 Bimbingan Skripsi
Lampiran 5 Data Pendukung Penelitian
Lampiran 6 Dokumentasi
Lampiran 7 Hasil Kuesioner
Lampiran 8 Hasil Uji-uji
Lampiran 9 Tabel Pengujian
Lampiran 10 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat
Lampiran 11 Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kesehatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur kesejahteraan
masyarakat. Semakin tinggi dan terjamin kesehatan suatu masyarakat, maka tinggi
pula kesejahteraannya. Kesehatan juga merupakan hak asasi manusia, dimana
setiap masyarakat berhak mendapatkan perhatian mengenai kesehatannya, baik
kesehatan masyarakatnya maupun kesehatan lingkungannya. Di indonesia,
kesehatan merupakan salah satu permasalahan yang selalu dihadapi setiap
harinya. Mulai dari kesehatan masyarakat sampai kesehatan lingkungan bahkan
sarana dan prasarana penunjang kesehatan. Permasalahan mengenai kesehatan
berkaitan erat dengan permasalahan lainnya seperti kemiskinan dan pendidikan.
Dan karena keterkaitan masalah kesehatan dengan permasalahan lainnya inilah,
maka terbentuk sebuah “rantai setan”, yaitu kondisi dimana semua permasalahan
yang ada saling berkaitan dan untuk menyelesaikannya harus dari semua bidang.
Kesehatan masyarakat berkaitan erat dengan kesehatan lingkungannya.
Karena lingkungan yang sehat dapat menunjang kesehatan masyarakatnya
begitupun sebaliknya, ketika masyarakat sudah peduli akan kesehatannya, maka
mereka akan peduli juga dengan lingkungannya. Jika lingkungannya masih
kumuh, banyak sampah dan sebagainya, maka dapat dipastikan kesadarannya
akan pentingnya kesehatan masih rendah dan ini akan mengancam kesehatan
masyarakat tersebut. Lingkungan yang kotor dan tidak sehat juga akan membuat
penyebaran virus penyebab penyakit menjadi lebih cepat, terutama penyakit yang
2
berkaitan dengan pencernaan manusia seperti diare. Dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019,
permasalahan kesehatan lingkungan mendapatkan perhatian khusus, yaitu
permasalahan mengenai akses terhadap air minum, sanitasi yang layak dan
perilaku hidup bersih dan sehat (higine) yang bertujuan untuk meningkatkan mutu
lingkungan hidup yang sehat.
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Lingkungan menyatakan bahwa kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan
penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang baik dari aspek kimia, biologi, maupun
sosial. Lingkungan menjadi salah satu faktor yang berperan dalam menentukan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal disamping faktor kualitas pelayanan
kesehatan dan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat. Dalam Profil
Kesehatan Indonesia pada tahun 2016, program lingkungan sehat bertujuan untuk
mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan
sistem kesehatan kewilayahan dalam menggerakan pembangunan lintas sektor
berwawasan kesehatan. Salah satu program untuk mewujudkn mutu lingkungan
hidup yang lebih sehat adalah Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk mengubah
perilaku higienis dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara
pemicuan. Pelaku pemicuan dalam program STBM terdiri dari tim fasilitator,
bidan desa, posyandu, kader posyandu dan Natural Leader. Pelaksanaan
3
pemicuan dilakukan di satu kampung dengan rentang waktu 1-3 jam. Sasaran
program ini adalah komunitas masyarakat (RW/dusun/desa), yaitu semua keluarga
yang belum melaksanakan salah satu atau lima pilar STBM dan semua keluarga
yang telah memiliki fasilitas sanitasi tetapi belum memenuhi syarat kesehatan.
STBM bertujuan untuk mewujudkan perilaku yang higienis dan saniter secara
mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. STBM ditetapkan oleh pemerintah sebagai kebijakan Nasional sejak
tahun 2008 dan telah terbukti mampu mempercepat akses sanitasi di Indonesia,
yaitu mencapai 3.53% per tahun (Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016:245).
Dalam STBM terdapat 5 (lima) pilar yang menjadi pedoman pelaksanaan
STBM, yaitu :
1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)
2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAM-RT)
4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PSRT)
5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLCRT)
Dalam rangka mencapai taget yang ditetapkan dalam RPJMN tahun 2015-
2019, pada akhir tahun 2019 harus tercapai 100% desa/kelurahan yang
melaksanakan STBM dan 50% desa/kelurahan STBM harus mencapai SBS/ODF
yang terverifikasi. SBS (Stop Buang Air Besar Sembarangan) atau ODF (Open
Defecation Free) yang terverifikasi adalah kondisi ketika setiap individu dalam
suatu komunitas tidak lagi melakukan perilaku buang air besar sembarangan.
Menurut WHO, Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (Buang Air Besar
4
Sembarangan) / Open Defecation Free merupakan suatu tindakan membuang
kotoran atau tinja di ladang, hutan, semak-semak, sungai, pantai atau area terbuka
lainnya dan dibiarkan menyebar mengkontaminasi lingkungan, tanah, udara dan
air. Perilaku ini sangat tidak sehat karena berpotensi menyebarkan penyakit
Pada tahun 2016, dari seluruh desa/kelurahan yang ada di Indonesia,
sebanyak 80.314 desa/kelurahan yang telah terdata dan hanya sebanyak 33.927
atau 42.24% desa/kelurahan yang telah melaksanakan STBM. Ini melebihi dari
target yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan pada Rencana Strategis
(Renstra) tahun 2016, yaitu 30.000 desa/kelurahan. Jumlah desa/kelurahan yang
melaksanakan program STBM mengalami peningkatan setiap tahunnya, hal ini
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.1
Jumlah Desa/Kelurahan Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat Tahun 2014 - 2016
Tahun Jumlah
Desa/Kelurahan
Jumlah
Desa STBM
% Desa
STBM
2014 82.505 20.497 24,84
2015 80.276 26.417 32,91
2016 80.314 33.927 42,24
Sumber : Data diolah peneliti, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016
Banten merupakan salah satu Provinsi yang ada di Indonesia. Dalam Profil
Kesehatan Indonesia Tahun 2016, jumlah desa/kelurahan di Provinsi Banten yang
melaksanakan STBM mengalami peningkatan sejak 3 (tiga) tahun terakhir dan
pada tahun 2016 telah mencapai angka 54.22% atau melebihi setengah dari
5
jumlah desa/kelurahan yang tercatat. Peningkatan jumlah desa/kelurahan yang
melaksanakan STBM dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.2
Jumlah Desa/Kelurahan Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat di Provinsi Banten Tahun 2014 - 2016
Tahun Jumlah
Desa/Kelurahan
Jumlah
Desa STBM
% Desa
STBM
2014 1.551 144 9,28
2015 1.551 379 24,44
2016 1.551 841 54,22
Sumber : Data diolah peneliti, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016
Pelaksanaan Program STBM juga didukung dengan aplikasi STBM Smart,
yaitu aplikasi yang menyajikan mengenai kemajuan program STBM dan dapat
diakses melalui telepon genggam. Aplikasi ini dapat diunduh oleh masyarakat
untuk melihat perkembangan STBM di Indonesia termasuk perkembangan STBM
di Provinsi Banten. Acuan keberhasilan dari program ini dilihat jika
desa/kelurahan telah melaksanakan pilar pertama, yaitu Stop Buang Air Besar
Sembarangan (SBS). Karena pilar pertama merupakan kunci untuk keberhasilan
pilar STBM lainnya. Jika masyarakat sudah mampu meninggalkan kebiasaan
Buang Air Besar Sembarangan, maka di asumsikan masyarakat telah memiliki
kesadaran akan pentingnya kesehatan dan mampu melaksanakan pilar selanjutnya.
Faktor lain yang menyebabkan masyarakat masih melakukan perilaku Buang Air
Besar Sembarangan adalah karena akses terhadap sanitasi yang layak masih
6
rendah. Berikut adalah data mengenai jumlah desa/kelurahan di Provinsi Banten
beserta akses dan persentasi kepemilikan JSP (Jamban Sehat Permanen) :
Tabel 1.3
Persentase Akses Terhadap Sanitasi dan Persentase Kepemilikan Jamban
Sehat Permanen (JSP) di Banten berdasarkan Kota/Kabupaten Tahun 2017
No Nama Kota/Kabupaten % Akses % JSP
1 Kota Tangerang Selatan 99.65 79.40
2 Kota Tangerang 98.80 87.19
3 Kota Cilegon 96.97 63.26
4 Kab. Tangerang 72.41 32.27
5 Kab. Lebak 68.41 37.25
6 Kota Serang 64.06 50.68
7 Kab. Serang 61.42 44.09
8 Kab. Pandeglang 60.57 36.27
Sumber : Diolah Peneliti, Website STBM Nasional Tahun 2017
Dari data diatas, dapat dilihat bahwa Kota Serang menempati urutan paling
rendah dibandingkan kota lain yang ada di Provinsi Banten. Sebagai Ibu Kota
Provinsi Banten, seharusnya Kota Serang dapat menjadi acuan untuk kemajuan
daerah yang lainnya, karena merupakan pusat pemerintahan Provinsi Banten.
Namun kenyataannya, di Kota Serang permasalahan akses terhadap sanitasi yang
layak masih rendah dibandingkan kota lainnya. Masih banyak pula masyarakat
yang melakukan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan. Karena Kota Serang
merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Serang, maka meskipun menyandang
nama „Kota‟, namun secara keseluruhan daerahnya masih belum maju dan masih
terus melakukan pembangunan. Salah satunya adalah dalam bidang kesehatan.
7
Karena akses serta kepemilikan sanitasi dasar yang masih rendah di Kota
Serang, menyebabkan masih ditemui masyarakat yang melakukan perilaku Buang
Air Besar Sembarangan. Berdasarkan data dari aplikasi STBM Smart, jumlah
desa/kelurahan yang telah terverifikasi sebagai Desa ODF (Open Defecation Free)
atau Desa yang bebas dari perilaku Buang Air Besar Sembarangan di Kota Serang
hanya sebanyak 5 (lima) desa/kelurahan. Lebih rinci desa/kelurahan ODF tersebut
dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 1.4
Desa Yang Ter-verifikasi ODF di Kota Serang Tahun 2017
No. Kecamatan Kelurahan
1. Cipocok Jaya Panancangan
2. Serang Cipare
3. Serang Lopang
4. Serang Serang
5. Serang Sumurpecung
Sumber : data diolah, Aplikasi STBM Smart
Dari 67 kelurahan yang ada di Kota Serang, hanya 5 (lima) Kelurahan
yang ter-verifikasi bebas perilaku Buang Air Besar Sembarangan dan di dominasi
oleh Kecamatan Serang. Sedangkan untuk Kecamatan yang lain masih banyak
ditemui masyarakat yang melakukan Buang Air Besar Sembarangan. Hal ini
dikarenakan sulitnya mengubah perilaku masyarakat untuk tidak Buang Air Besar
Sembarangan, terutama untuk daerah yang jauh dari pusat kota. Maka dari itu,
pelaksanaan STBM yang berupa pemicuan di Kota Serang lebih di fokuskan pada
desa/kelurahan yang hampir mendekati ODF terlebih dahulu, baru kemudian
memfokuskan pada desa/kelurahan lain. Meskipun begitu, pemicuan STBM tetap
8
dilakukan di semua desa/kelurahan yang ada oleh Tim Fasilitator, yaitu tim yang
dibentuk untuk melakukan pemciuan. Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan
Kota Serang mengenai akses terhadap sanitasi dasar, yaitu Jamban menurut
Kecamatan dan Puskesmas di Kota Serang pada tahun 2017 adalah sebagai
berikut :
Tabel 1.5
Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Dasar (Jamban) Menurut Kecamatan dan
Puskesmas di Kota Serang Pada Tahun 2017
No Kecamatan Puskesmas Jumlah
Penduduk
Jumlah Akses
Pemakai
Jamban
Jumlah
jiwa %
1. Cipocok Jaya Banjar Agung 46.230 33.385 72
Banten Girang 31.823 18.135 57
Cipocok Jaya 15.726 11.935 76
2 Curug Curug 51.622 29.555 57
3 Kasemen Kasemen 41.667 16,160 39
Kilasah 49.893 12,905 32
Sawah Luhur 9.302 5,930 64
4 Serang Ciracas 28.723 18.700 65
Rau 51.075 37.785 74
Serang Kota 55.848 50.220 90
Singandaru 31.328 25.235 81
Unyur 55.769 52.265 94
5 Taktakan Taktakan 60.635 49.035 81
Pancur 26.675 20.410 77
6 Walantaka Walantaka 48.843 39.970 82
Kalodran 37.797 29.010 79
Sumber : Data diolah peneliti, Dinas Kesehatan Kota Serang Tahun 2017
Dari data diatas, terlihat bahwa penduduk dengan akses sanitasi dasar
yaitu jamban di Kota Serang sebagian besar sudah melebihi 50%. Akses paling
9
tinggi berada di Puskesmas Unyur sebesar 94% dan paling rendah adalah
Puskesmas Kilasah yaitu sebesar 32%. Tingginya persentase masyarakat
mengakses jamban tidak menjamin bahwa daerah tersebut sudah terbebas dari
perilaku Buang Air Besar Sembarangan. Karena Buang Air Besar Sembarangan
berbicara tentang perilaku masyarakat dan menjadi kebiasaan. Hal ini dikarenakan
kemudahan untuk mengakses jamban tidak menjamin bahwa masyarakat tersebut
menggunakan jamban.
Kecamatan Kasemen memang tercatat sebagai daerah dengan tingkat
kesehatan lingkungan yang masih rendah dan masih ditemui perilaku Buang Air
Besar Sembarangan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Camat Kasemen pada
tanggal 24 Januari 2018, dikatakan bahwa jika berbicara mengenai perilaku Buang
Air Besar Sembarangan atau dolbon (istilah daerah setempat) berarti
membicarakan keseluruhan wilayah Kasemen, karena hampir sebagian besar
masyarakat Kecamatan Kasemen masih melakukan Buang Air Besar
Sembarangan. Untuk kesehatan lingkungannya juga sebagian besar wilayah
Kasemen berada di kategori merah, yaitu keadaan kesehatan lingkungannya
berada dibawah atau sangat buruk. Dari total 10 Kelurahan yang ada di
Kecamatan Kasemen, 6 diantaranya berada di kategori merah dan 5 Kelurahan
merupakan wilayah cakupan dari Puskesmas Kilasah. Karena berada di kategori
merah inilah membuat masyarakat kesulitan untuk mendapatkan akses sanitasi
yang layak dan juga mewujudkan pola hidup yang saniter dan higienis. Hal ini
dapat dilihat pada data yang didapat dari aplikasi STBM Smart mengenai akses
sanitasi di Kecamatan Kasemen :
10
Tabel 1.6
Akses Terhadap Sanitasi di Kecamatan Kasemen Tahun 2017
No Desa/kelurahan Jml KK %
Akses JSP JSSP Sharing BAB
1. Banten 4.211 89.41 546 94 3.125 446
2. Kasemen 3.505 89.04 1.534 388 1.199 384
3. Margaluyu 1.746 65.06 580 91 465 610
4. Mesjid Priyayi 1.920 60.63 921 110 133 756
5. Kasunyatan 1.424 60.32 572 117 170 565
6. Sawah Luhur 2.599 48.10 1.092 0 158 1.349
7. Bendung 1.279 45.19 364 91 123 701
8. Warung Jaud 2.024 43.53 465 95 321 1.143
9. Kilasah 1.703 38.70 383 92 184 1.044
10. Terumbu 2.045 33.11 444 111 122 1.368
Sumber : data diolah, Aplikasi STBM- Smart
Dari tabel diatas terlihat bahwa desa/kelurahan dengan jumlah Kepala
Keluarga yang masih melakukan perilaku Buang Air Besar Sembarangan di
Kecamatan Kasemen paling banyak adalah di Kelurahan Terumbu, yaitu sebanyak
1.368 Kepala Keluarga dengan persentase akses 33.11%, kemudian Kelurahan
Sawah Luhur, Kelurahan Warung Jaud dan Kelurahan Kilasah yang memiliki
jumlah lebih dari 1000 Kepala Keluarga dan memiliki persentase akses dibawah
50% yang berarti hampir sebagian besar masyarakat tidak mendapatkan akses
terhadap sanitasi yang layak. Bahkan Kelurahan Terumbu merupakan
desa/kelurahan dengan jumlah Buang Air Besar Sembarangan terbanyak se-Kota
Serang.
11
Berdasarkan hasil observasi awal, wawancara dan data yang diperoleh,
peneliti menemukan beberapa permasalahan. Pertama, masih ditemui perilaku
Buang Air Besar Sembarangan. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Bidang
Kesehatan Lingkungan Kota Serang (16 Januari 2018, pukul 10.51 WIB)
dikatakan bahwa sulit untuk mengurangi perilaku Buang Air Besar Sembarangan
karena masyarakat sudah terbiasa melakukan Buang Air Besar Sembarangan di
area terbuka seperti kebun, sawah atau kali. Perilaku ini sudah dilakukan sejak
lama, sehingga perilaku Buang Air Besar Sembarangan dilakukan oleh
masyarakat sebagai suatu kebiasaan. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Camat
Kasemen (tanggal 24 Januari 2018, pukul 15.41 WIB) bahwa masyarakat terbiasa
melakukan Buang Air Besar Sembarangan karena adanya kepercayaan
masyarakat terhadap mitos yang berasal dari para ulama bahwa tidak semestinya
kotoran dibuang di dalam rumah (jamban di dalam rumah) karena rumah
merupakan tempat yang sering dipakai untuk ibadah, sehingga kondisi rumah
haruslah suci. Mitos ini membuat masyarakat tidak membuat jamban di dalam
rumah dan lebih memilih membuang kotoran di luar rumah seperti kebon dan
sawah. Mitos ini diyakini oleh masyarakat Kasemen karena nilai agama yang
masih sangat kuat dan turun-temurun sampai sekarang.
Disamping itu karena masih luasnya lahan pertanian yang ada membuat
masyarakat memilih untuk Buang Air Besar Sembarangan di sawah dengan alasan
lebih praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya. Terkadang meskipun sudah
memiliki jamban sendiri atau sudah memiliki akses untuk menggunakan jamban,
masyarakat tetap memilih melakukan Buang Air Besar Sembarangan karena telah
12
terbiasa. Sebagai contoh di Kelurahan Terumbu yang merupakan salah satu
Kelurahan yang ada di cakupan wilayah Puskesmas Kilasah. Dari hasil
wawancara dengan Lurah Terumbu (tanggal 24 Januari 2018, pukul 15.41 WIB)
dikatakan bahwa sudah pernah dibangun jamban yang dapat digunakan oleh
masyarakat dengan membayar iuran untuk biaya perawatan. Namun hanya
bertahan 2-3 bulan saja fasilitas jamban tersebut sudah tidak digunakan lagi
karena masyarakat sudah malas membayar iuran dan kembali lagi menggunakan
sawah karena tidak perlu membayar dan lebih praktis. Kondisi jamban tersebut
juga sudah memprihatinkan, seperti lampu nya yang hilang, pintu nya rusak,
bahkan jambannya disumbat oleh serabut kelapa. Di Kelurahan Terumbu juga
sudah sering diadakan penyuluhan mengenai bahaya Buang Air Besar
Sembarangan, termasuk Program STBM yang berupa pemicuan, namun
partisipasi yang diberikan oleh masyarakat terhadap penyuluhan tersebut sangat
rendah sehingga tim fasilitator yang terdiri dari sanitarian Puskesmas Kilasah dan
anggota lainnya harus mendatangi masyarakat ke tiap-tiap rumah.
Kedua, yaitu keterbatasan ekonomi masyarakat. Terkadang pemicuan dan
pendekatan yang dilakukan oleh tim fasilitator STBM tidak selalu gagal, ada saja
masyarakat yang menyadari pentingnya jamban dan bahaya dari Buang Air Besar
Sembarangan sehingga timbul keinginan untuk merubah kebiasaan lama tersebut.
Namun permasalahan ekonomi membuat keinginan masyarakat untuk memiliki
jamban keluarga belum bisa terpenuhi karena keterbatasan biaya. Seperti contoh
yang terjadi di Kelurahan Terumbu berdasarkan wawancara dengan Lurah
Terumbu (tanggal 24 Januari 2018, pukul 15.41 WIB). Beliau mengatakan bahwa
13
yang membuat masyarakat Terumbu masih melakukan Buang Air Besar
Sembarangan adalah karena keterbatasan biaya untuk membangun jamban.
Sehingga masyarakat memilih untuk memanfaatkan lahan pertanian yang luas
sebagai pengganti jamban, karena tidak perlu mengeluarkan biaya. Meskipun Pak
Lurah sendiri secara pribadi sudah pernah menawarkan untuk membantu dalam
soal biaya dengan memberikan bantuan kakus dan batu bata untuk membangun
jamban, namun ternyata masyarakat menolak untuk menambahkan biaya
pembangunannya dan menjual batu bata yang disediakan oleh Pak Lurah.
Masyarakat menginginkan fasilitas jamban yang gratis tanpa adanya iuran ataupun
tambahan biaya dari masyarakat. Inilah yang menyebabkan masih ditemui
masyarakat yang belum memiliki jamban sendiri karena permasalahan ekonomi
ini membuat masyarakat berpikir bahwa untuk membangun sebuah jamban
memerlukan biaya yang tidak sedikit. Apalagi untuk membangun jamban yang
sehat dan sesuai dengan standar jamban sehat. Sehingga masyarakat tidak
memprioritaskan pembangunan jamban sebagai keperluan dasar dan memilih
untuk memenuhi keperluan lain yang lebih penting. Padahal dengan
mengenyampingkan masalah pembangunan jamban bisa merugikan masyarakat
itu sendiri serta dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan masyarakat
Ketiga, keterbatasan sarana air bersih. Salah satu yang menjadi pendukung
sanitasi yang layak selain jamban yang sehat adalah air bersih. Namun
permasalahan air bersih ini masih di rasakan oleh beberapa masyarakat di
Kecamatan Kasemen. Berdasarkan wawancara dengan Sanitarian Puskesmas
Kilasah (tanggal 27 Januari 2018, pukul 11.20 WIB), dikatakan pada tahun 2016
14
masyarakat masih memanfaatkan air kali dan air irigasi untuk keperluan sehari-
hari, dari mencuci pakaian sampai keperluan MCK, namun untuk tahun 2017
masyarakat sudah mulai menggunakan air dari PDAM. Sebagaimana data berikut
mengenai jumlah sarana air bersih di Kecamatan Kasemen berdasarkan
Puskesmas :
Tabel 1.7
Jumlah Sarana Air Bersih di Kecamatan Kasemen Berdasarkan Puskesmas
Tahun 2017
No Puskesmas Jml
KK
Jumlah Sarana Air Bersih
PDAM
Sumur
Pompa
Tangan
Sumur
Gali
Mata
Air
Sumur
Bor/Jet
pump
Penam
pungan
Air
Hujan
Lain
nya %
1. Kasemen 10.889 - - 14 - 38 - - 0.48
2. Kilasah 10.565 126 56 2,700 - 1.913 88 - 46.22
3. Sawah
Luhur 2.727 8 - 15 - 15 - 2 1.47
Sumber : Diolah peneliti, Dinas Kesehatan Kota Serang
Meskipun sudah banyak masyarakat yang mengandalkan air dari PDAM
dan juga sumur, namun air yang di hasilkan bukanlah air bersih, karena berasa
asin sehingga tidak bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari, termasuk untuk
dikonsumsi. Sehingga masih banyak ditemui masyarakat yang memanfaatkan air
kali untuk keperluan sehari-hari. Menurut wawancara dengan Camat Kasemen
(tanggal 24 Januari 2018, pukul 15.00 WIB), permasalahan air bersih di
Kecamatan Kasemen merupakan permasalahan lainnya yang menyebabkan
banyak masyarakat tidak memiliki jamban keluarga. Karena merasa percuma jika
15
membangun jamban sedangkan air nya terasa asin dan tidak bisa digunakan untuk
keperluan sehari-hari Dalam Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan
(Musrembang 2019) yang dilaksanakan pada 24 Januari 2018 di Kelurahan
Terumbu, Camat Kasemen mengusulkan agar dilakukan pipanisasi untuk instalasi
air bersih yang di tujukan untuk kebutuhan masyarakat Kelurahan Terumbu.
Keempat, tingginya angka penyakit yang berbasis lingkungan. Dampak
dari masih ditemuinya perilaku Buang Air Besar Sembarangan adalah tingginya
angka penyakit yang berbasis lingkungan, karena perilaku Buang Air Besar
Sembarangan berkaitan erat dengan kesehatan lingkungan. Jika masih banyak
masyarakat yang melakukan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan, maka
lingkungan sekitar masyarakat akan ikut terkontaminasi oleh kotoran yang berada
di area terbuka tersebut. Keadaan kotoran di area terbuka ini, selain
mengkontaminasi lingkungan seperti tanah dan air, juga bisa mengkontaminasi
makanan yang nanti nya di konsumsi oleh masyarakat dan ini menyebabkan
berbagai penyakit yang salah satunya adalah penyakit Diare. Selain diare,
penyakit lainnya akibat perilaku Buang Air Besar Sembarangan juga
menyebabkan penyakit gatal-gatal atau dermatitis jika masyarakat mandi
menggunakan air kali, karena air kali terkontaminasi dengan bakteri yang berasal
dari kotoran manusia yang melebur akibat hujan. Berdasarkan wawancara dengan
Sanitarian Puskesmas Kilasah (tanggal 24 Januari 2018, pukul 11.20 WIB),
dikatakan bahwa penyakit yang berbasis lingkungan selalu masuk kedalam 10
besar penyakit dengan jumlah penderita terbanyak. Hal ini dapat dilihat dari data
16
yang didapat dari Puskesmas Kilasah mengenai 10 besar penyakit pada tahun
2017, yaitu :
Tabel 1.8
Sepuluh Besar Penyakit di UPT Puskesmas Kilasah Tahun 2016 - 2017
No. Nama Penyakit Jumlah
2016 2017
1. ISPA 1.161 1.401
2. Dermatitis 2.896 1.236
3. Myalgia 2.891 1.220
4. Gastritis 3.052 1.167
5. Diare 1.334 957
6. Konjungtivitis 2.138 786
7. Batuk 3.402 742
8. Sakit Kepala 3.249 502
9. Hipertensi 384 495
10. Caries Dentis 655 -
OMNS - 312
Sumber : UPT Puskesmas Kilasah
Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 10 besar penyakit yang di derita
masyarakat cakupan Puskesmas Kilasah, terdapat 4 penyakit yang merupakan
dampak dari perilaku Buang Air Besar Sembarangan, yaitu ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut), dermatitis, diare dan batuk. Ini menandakan bahwa masalah
kesehatan Lingkungan di wilayah cakupan Puskesmas Kilasah yang terdiri atas 5
Kelurahan, yaitu Kelurahan Kilasah, Kelurahan Mesjid Priayi, Kelurahan Warung
Jaud, Kelurahan Terumbu dan Kelurahan Bendung sangat memerlukan perhatian
17
baik dari pemerintah maupun dari masyarakat itu sendiri. Jika perilaku Buang Air
Besar Sembarangan dapat di hilangkan, maka penyebaran penyakit yang berbasis
lingkungan pun dapat dicegah sehingga dapat mengurangi jumlah penderita
penyakit yang berbasis lingkungan. Karena lingkungan yang sehat membuat
kesejahteraan serta kesehatan masyarakatnya meningkat pula.
Sehubungan dengan permasalahan-permasalahan diatas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas Strategi Program
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Pilar Pertama di Puskesmas Kilasah,
Kecamatan Kasemen, Kota Serang”.
18
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan sebelumnya, peneliti mengidentifikasi masalah
sebagai berikut :
a. Masih ditemui perilaku Buang Air Besar Sembarangan
b. Keterbatasan ekonomi masyarakat di wilayah Puskesmas Kilasah
c. Keterbatasan masyarakat mengakses sarana air bersih
d. Tingginya angka penyakit berbasis lingkungan
1.3 Batasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan agar penulis lebih terfokus pada apa yang
diteliti dalam penelitian ini dan mencegah terjadinya pelebaran permasalahan.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh peneliti hanya terbatas mengenai
efektivitas strategi program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) pada
pilar pertama di wilayah Puskesmas Kilasah, Kecamatan Kasemen, Kota Serang.
Peneliti memfokuskan pada penilaian keberhasilan pemicuan yang dilakukan oleh
pelaku pemicuan atau tim fasilitator dan akan dijawab oleh masyarakat yang
pernah mengikuti pemicuan sebagai responden dalam penelitian ini.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar
tingkat efektivitas strategi program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat pilar
pertama di wilayah Puskesmas Kilasah, Kecamatan Kasemen, Kota Serang?
19
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa efektif strategi
program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) terutama pada pilar pertama
untuk mengurangi perilaku Buang Air Besar Sembarangan di wilayah Puskesmas
Kilasah, Kecamatan Kasemen, Kota Serang.
1.6 Manfaat Penelitian
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat melalui
pemikiran penulis agar dapat meningkatkan pemahaman masyarakat Kecamatan
Kasemen akan pentingnya kesehatan sehingga dapat mengurangi perilaku Buang
Air Besar Sembarangan.
Secara Praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat :
1. Bagi penulis, menambah pengetahuan dan wawasan mengenai program
yang dilaksanakan untuk menangani permasalahan kesehatan masyarakat
dan mengetahui keadaan kesehatan masyarakat di Kecamatan Kasemen
2. Bagi Dinas Kesehatan Kota Serang dan UPT Puskesmas Kilasah untuk
terus meningkatkan kinerja nya dan mengoptimalkan program yang
berguna bagi masyarakat sehingga kesehatan masyarakat semakin
meningkat dan terjamin.
3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar
dan acuan untuk membuat penelitian selanjutnya
20
1.7 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam memahami penelitian ini, peneliti menguraikan
sistematika penulisan dengan lima bab yang masing-masing bab akan terbagi ke
dalam sub bab sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Menerangkan atau menjelaskan ruang lingkup dan kedudukan masalah
yang akan diteliti secara deduktif, artinya dimulai dari penjelasan yang
berbentuk umum hingga menukik ke masalah yang spesifik dan relevan
dengan judul penelitian. Latar belakang masalah perlu diuraikan secara
jelas, faktual dan logis serta didukung oleh data-data.
1.2 Identifikasi Masalah
Mengidentifikasi masalah yang akan diteliti, dikaitkan dengan
tema/topik/judul atau variabel penelitian
1.3 Batasan Masalah
Memfokuskan pada masalah spesifik yang akan diajukan dalam
rumusan masalah. Pada batasan masalah perlu menjelaskan lokus,
tujuan dan waktu penelitian.
1.4 Rumusan Masalah
Bertujuan untuk memilih dan menetapkan masalah yang paling urgen
yang berkaitan dengan judul penelitian. Rumusan masalah
mendefinisikan permasalahan yang telah diterapkan dalam bentuk
definisi konsep dan definisi operasional.
21
1.5 Tujuan Penelitian
Mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai. Isi dan rumusan
masalah tujuan penelitian sejalan dengan isi dan rumusan masalah
penelitian.
1.6 Manfaat Penelitian
Menjelaskan manfaat teoritis dan praktis temuan penelitian.
1.7 Sistematika Penelitian
Memberikan gambaran yang sistematis serta dapat dengan mudah
dipahami.
BAB II Deskripsi Teori, Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian
2.1 Deskripsi Teori
Mengkaji berbagai teori dan konsep yang relevan dengan permasalahan
dan variabel penelitian sehingga akan memperoleh konsep penelitian
yang jelas.
2.2 Penelitian Terdahulu
Kajian penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya
untuk memberi gambaran pada peneliti. Dapat diambil dari berbagai
sumber ilmiah, baik Skripsi, Tesis, Disertasi atau Jurnal Penelitian.
2.3 Kerangka Berpikir
Menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari deskripsi
teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca mengenai
hipotesisnya.
22
2.4 Hipotesis Penelitian
Merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diteliti, dan
akan diuji kebenarannya. Hipotesis dirumuskan berdasarkan kajian teori
dan kadian konseptual serta kerangkat berpikir.
BAB III Metodologi Penelitian
3.1 Metode Penelitian
Menguraikan tentang tipe atau pendekatan yang digunakan dalam
penelitian, yaitu : survei (deskriptif analisis, ekspalanatory,
eksperimental atau teknik kuantitatif lainnya.
3.2 Fokus Penelitian
Menjelaskan tentang substansi materi kajian penelitian yang akan
diteliti oleh peneliti.
3.3 Lokasi Penelitian
Menjelaskan tempat (locus) penelitian dilaksanakan. Menjelaskan
tempat serta alasan memilihnya.
3.4 Variabel Penelitian
Berisi penjelasan mengenai definisi konsep dan definisi operasional dari
variabel yang akan diteliti. Definisi konsep memberikan penjelasan
tentang konsep dari variabel yang akan diteliti, sedangkan defisini
operasional merupakan penjabaran konsep atau variabel penelitian
dalam rincian yang terukur (indikator penelitian)
23
3.5 Instrumen Penelitian
Menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpulan
data yang digunakan, proses pengumpulan data dan teknik penentuan
instrumen (validitas, reliabilitas dan normalitas)
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Menjelaskan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data.
3.7 Populasi dan Sampel
Menjelaskan wilayah generalisasi atau populasi penelitian, penetapan
besar sampel, dengan teknik pengambilan sampel dan rasionalisasinya.
3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Menjelaskan teknik analisa beserta rasionalisasinya yang sesuai dengan
sifat data yang diteliti.
3.9 Jadwal Penelitian
Menjelaskan tentang waktu penelitian secara rinci beserta tahapan
penelitian yang dilakukan dalam bentuk tabel.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
Menjelaskan obyek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara
jelas, struktur organisasi dari populasi/sampel serta hal lain yang
berhubungan dengan obyek penelitian.
24
4.2 Deskripsi Data
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan
menggunakan teknik analisis data yang relevan.
4.3 Pengujian Persyaratan Statistik
Melakukan pengujian terhadap persyarata statistik dengan
menggunakan uji statistik tertentu. hasilnya ditempatkan dalam batang
skripsi sedangkan perhitungan lengkapnya ditempatkan dalam
lampiran.
4.4 Pengujian Hipotesis Penelitian
Melakukan pengujian terhadap hipotesis dengan menggunakan teknik
analisis statistik yang sudah ditentukan sebelumnya. Hasil akhir dari
analisis statistik adalah teruji atau tidaknya hipotesis nol penelitian.
4.5 Interpretasi Hasil Penelitian
Melakukan penafsiran terhadap hasil akhir pengujian hipotesis.
4.6 Pembahasan
Melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data.
terhadap hipotesis yang diterima barangkali tidak ada persoalan, tetapi
jika hipotesis yang ditolak harus diberikan dugaan yang menjadi
penyebabnya.
25
BAB V Penutup
5.1 Kesimpulan
Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas
dan mudah dipahami. Selain itu kesimpulan juga harus sejalan dan
sesuai dengan permasalahan serta hipotesis penelitian.
5.2 Saran
Berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang
diteliti baik secara teoritis maupun secara praktis.
26
BAB II
DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
1.8 Deskripsi Teori
Teori merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Karena sifat
penelitian adalah ilmiah, maka seorang peneliti membutuhkan teori-teori yang
dapat mendukung penyelesaian permasalahan yang ada. Deskripsi teori adalah
rangkaian penjelasan yang mengungkapkan suatu fenomena atau realitas tertentu
dan dirangkum menjadi suatu konsep gagasan, pandangan, sikap dan atau cara-
cara yang menguraikan nilai-nilai serta maksud dan tujuan tertentu yang
teraktualisasi dalam proses hubungan situasional, hubungan kondisional, atau
hubungan fungsional diantara hal-hal yang terekam dari fenomena atau realitas
tertentu.
Dalam suatu penelitian, deskripsi teori merupakan uraian sistematis
tentang teori dan hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang di teliti.
Jumlah teori yang perlu dikemukakan di deskripsikan akan tergantung pada
luasnya masalah dan jumlah variabel yang di teliti
27
2.1.1 Efektivitas
Pada dasarnya pengertian efektivitas yang umum menunjukkan pada taraf
tercapainya hasil, sering atau senantiasa dikaitkan dengan pengertian efisien,
meskipun sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya. Efektivitas menekankan
pada hasil yang akan dicapai, sedangkan efisien lebih melihat pada bagaimana
cara mencapai hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan
outputnya istilah efektif dan efisien merupakan dua istilah yang saling berkaitan
dan patut dihayati dalam upaya untuk mencapai tujuan suatu organisasi.
Efektivitas berasal dari kata effective yang mengandung pengertian
dicapainya tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas selalu terkait dengan
hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai.
Efektivitas dapat dilihat dari berbagai sudut pandang (view point) dan dapat dinilai
dengan berbagai cara dan mempunyai kaitan yang erat dengan efisiensi.
Mardiasmo (2006:183), berpendapat bahwa :
“Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai
tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka
organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif. Efektivitas
adalah mengukur hubungan antara hasil pungutan suatu pajak dengan
target penerimaan pajak itu sendiri.”
Suatu organsasi yang berhasil dapat diukur dengan melihat pada sejauh
mana organisasi tersebut dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Konsep
efektivitas yang dikemukakan oleh para ahli organisasi dan manajemen memiliki
makna yang berbeda, tergantung pada kerangka acuan yang dipergunakan.
28
Pendapat Peter F. Drucker yang dikutip H.A.S. Moenir (2006:166) dalam
bukunya Manajemen Umum di Indonesia yang mendefiniinisikan efektivitas,
sebagai berikut:
“Effectivennes, on the other hand, is the ability to choose appropriate
objectives. An effective manager is one who selects the right things to get
done. (Efektivitas, pada sisi lain, menjadi kemampuan untuk memilih
sasaran hasil sesuai. Seorang manajer efektif adalah satu yang memilih
kebenaran untuk melaksanakan)”
Memperhatikan pendapat para ahli di atas, bahwa konsep efektivitas
merupakan suatu konsep yang bersifat multidimensional, artinya dalam
mendefinisikan efektivitas berbeda-beda sesuai dengan dasar ilmu yang dimiliki
walaupun tujuan akhir dari efektivitas adalah pencapaian tujuan. Kata efektif
sering dicampuradukkan dengan kata efisien walaupun artinya tidak sama, sesuatu
yang dilakukan secara efisien belum tentu efektif.
Adapun efektivitas menurut The Liang (2004:35) adalah
“Kata efektif berarti terjadinya suatu efek atau akibat yang akan
dikehendaki dalam suatu perbuatan. Setiap pekerjaan yang efisien dengan
perbuatan ini telah tercapai bahkan tercapai secara maksimal. Setiap
pekerjaan belum tentu efektif karena hasil yang didapatnya, tetapi dengan
penghamburan fikiran, tenaga, biaya dapat dicapai.”
Jadi efektivitas dan efesiensi selalu saling berhubungan dalam suatu
kegiatan untuk mencai tujuan dengan menggunakan sumber, cara dan landasan
yang baik dengan baik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
efektivitas identik dengan terminology prestasi yang secara hasil dari suatu yang
dilakukan gramatikal didefinisikan sebagai hasil yang telah diraih sesuatu yang
berhasil dicapai dengan baik dari hasil suatu pekerjaan.
29
Menurut Siagian (2001:24) Efektivitas pada dasarnya menekankan pada
taraf pencapaian hasil, sedangkan efisiensi lebih meilhat bagaimana mencapai
hasil yang akan dicapai itu dengan membandingkan antara input dan outputnya.
Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa efektivitas merupakan tolak ukur dalam
pencapaian sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh sebuah
organisasi.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas selalu
berkaitan pada pencapaian tujuan suatu program atau kebijakan sebuah organisasi.
yang dalam hal ini organisasi merupakan alat yang digunakan untuk mencapai
tujuan tersebut, karena tujuan tidak bisa dicapai jika sendiri-sendiri. Semakin
banyak rencana yang terwujud, maka semakin efektif pula tingkat keberhasilan
suatu program atau kebijakan dan ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh
organisasi tersebut.
2.1.2 Ukuran Efektivitas
Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara rencana
yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Jika usaha atau
hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat maka dapat menyebabkan
tujuan atau sasaran yang diharapkan tidak tercapai, dan ini dapat dikatakan tidak
efektif.
Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapaian tujuan efektif atau tidak,
sebagaimana dikemukakan oleh S.P. Siagian (2001:24), yaitu:
30
1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksudkan supaya
karyawan dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah dan
tujuan organisasi dapat tercapai.
2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi adalah
“pada jalan” yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam
mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan agar para implementer tidak
tersesat dalam pencapaian tujuan organisasi.
3. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan dengan
tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan artinya
kebijakan harus mampu menjembatani tujuan-tujuan dengan usaha-usaha
pelaksanaan kegiatan operasional.
4. Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskan sekarang
apa yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.
5. Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih perlu
dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebab apabila
tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak dan
bekerja.
6. Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indicator efektivitas
organisasi adalah kemamapuan bekerja secara produktif. Dengan sarana
dan prasarana yang tersedia dan mungkin disediakan oleh organisasi.
7. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatu
program apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka
organisasi tersebut tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan
pelaksanaan organisasi semakin didekatkan pada tujuannya.
Sedangkan menurut Tangkilisan (2005:314) yakni diantaranya sebagai
berikut :
1. Pencapaian Target.
Hal ini dapat dilihat sejauh mana pelaksanaan tujuan organisasi dalam
mencapai target sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
2. Kemampuan Adaptasi
Keberhasilan suatu organisasi dilihat dari sejauh mana organisasi dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi baik dari dalam
maupun luar organisasi.
3. Kepuasan Kerja.
Suatu kondisi yang dirasakan oleh seluruh anggota organisasi yang
mampu memberikan kenyamanan dan motivasi bagi peningkatan kinerja
organisasi.
4. Tanggung Jawab.
Organisasi dapat melaksanakan mandat yang telah diembannya sesuai
dengan ketentuan yang telah dibuat sebelumnya.
31
Menurut Robbins (2003:142), dapat di definisikan bahwa :
“Efektivitas merupakan kemampuan suatu organisasi dalam pencapaian
tujuan secara efisien dengan sumber daya yang tersedia. Organisasi yang
efektif merupakan organisasi yang mendesain struktur dan budayanya
sesuai dengan stakeholder”
Menurut Gibson dalam Steers (1985:53) dikatakan bahwa ukuran
efektivitas adalah sebagai berikut :
1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai
2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan
3. Proses analisis dan perumusan kebijaksanaan yang mantap
4. Perencanaan yang matang
5. Penyusunan program yang tepat
6. Tersedianya sarana dan prasarana
7. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik
Menurut Duncan dalam Richard M. Steers (1985:53), terdapat 3 (tiga)
indikator yang mempengaruhi efektivitas, antara lain :
1. Pencapaian tujuan
Pencapaian adalah suatu proses yang merupakan bagian puncak dari usaha
keseluruhan suatu program. Upaya pencapaian tujuan harus dipandang
sebagai suatu proses karena dari pencapaian tersebut dapat diketahui
apakah tujuan dari program yang dijalankan berjalan dengan optimal atau
tidak. Indikator dari pencapaian tujuan ini yaitu : (1) Kurun waktu dan (2)
Sasaran
2. Integrasi
Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi
untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsesnsus, serta
komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya. Integritas terdiri
dari beberapa indikator yaitu : (1) Prosedur dan (2) Proses sosialisasi.
3. Adaptasi
Adaptasi adalah proses penyesuaian diri yang dilakukan untuk
menyelaraskan suatu individu terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
di lingkungannya. Adaptasi terdiri dari beberapa indikator yaitu (1)
Peningkatan kemampuan dan (2) Sarana dan Prasarana
32
Berdasarkan definisi diatas, maka dapat diartikan bahwa efektivitas pada
umumnya dipandang sebagai tingkat pencapaian tujuan operatif dan operasional.
Efektivitas juga digunakan sebagai alat untuk mengukur seberapa baik pekerjaan
yang dilakukan dan sejauhmana seseorang menghasilkan keluaran sesuai dengan
yang direncanakan, sehingga tidak dapat dikatakan efektif tanpa memperhatikan
waktu, tenaga dan lainnya. Tingkat efektivitas dapat diukur dengan
membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang
telah terwujud. Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang
dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran
yang ditak diharapkan, maka hal itu dikatakan tidak efektif.
Berdasarkan berbagai pendapat para ahli mengenai konsep efektivitas dan
dari berbagai pandangan yang berbeda, maka dapat diambil garis besar mengenai
konsep efektivitas. Bahwa yang dimaksud dengan efektivitas adalah kesesuaian
tujuan awal yang telah direncanakan dengan hasil akhir yang didapat. Hal ini
berarti, dipentingkan dalam efektivitas adalah semata-mata hasil.
2.1.3 Manajemen strategi
Manajemen strategi berhubungan dengan proses memilih strategi dan
kebijakan dalam upaya memaksimalkan sasaran-sasaran organisasi yang
bersangkutan. Manajemen strategi merupakan proses yang dinamik atau
berlangsung secara terus-menerus dalam suatu organisasi. Setiap strategi
memerlukan tinjauan ulang atau bahkan mungkin perubahan di masa yang akan
datang. Hal ini dilakukan karena kondisi yang dihadapi oleh suatu organisasi
33
akan selalu berubah-ubah, baik yang bersifat internal maupun bersifat eksternal.
Dapat dikatakan bahwa manajemen strategi bertujuan untuk membuat suatu
organisasi berhasil meningkatkan kinerjanya, karena organisasi yang berhasil
adalah organisasi yang semakin lama semakin meningkat efektivitas dan
produktivitasnya.
Menurut Hunger & Thomas (2003:3) dalam bukunya yang berjudul
“manajemen strategis” dikatakan bahwa manajemen strategis adalah serangkaian
keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam
jangka panjang. Manajemen strategis meliputi pengamatan lingkungan,
perumusan strategis, implementasi dan evaluasi. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa manajemen strategis merupakan suatu bidang ilmu ang
menggabungkan kebijakan bisnis dengan lingkungan dan tekanan strategis.
Menurut Fred (2004:5), manajemen strategis didefinisikan sebagai seni
dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi
keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai
obyektifnya. Selanjutnya menurut Pearce and Robinson (1997:5), manajemen
strategis didefinisikan sebagai suatu set keputusan dan tindakan yang
menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang untuk meraih
tujuan suatu perusahaan.
34
Menurut Prof. Dr. Sondang P. Siagian (2004) dalam bukunya “Manajemen
Strategik”, dikatakan bahwa manajemen strategik adalah :
“Serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh
manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu
organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut”
Dari beberapa pengertian para ahli, dapat disimpulkan bahwa manajemen
strategik adalah suatu seni dan ilmu dari pembuaran (formulating), penerapan
(implementing) dan evaluasi (evaluating) keputusan-keputusa strategis antar
fungsi-fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan-tujuan di
masa datang (Wahyudi, 1996:15)
2.1.4 Proses Manajemen Strategi
Menurut Fred (2004:7), proses manajemen strategis adalah usaha untuk
mengulang apa yang terjadi dalam pikiran orang cerdas, intuisi yang menyetahui
bisnis dan mengaitkannya dengan analisis. Proses manajemen strategis terdiri dari
3 (tiga) tahap, yaitu :
1. Perumusan strategi. Tahapan manajemen strategi diawali dengan
perumusan strategi yaitu proses memilih pola tindakan utama (strategi)
untuk mewujudkan visi organisasi, termasuk mengembangkan misi,
mengenali peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menetapkan
kekuatan dan kelemahan internal, mendapatkan obyektif jangka
panjang, menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi tertentu
untuk dilaksanakan.
2. Implementasi strategi. Tahapan ini menuntut perusahaan atau
organisasi untuk menetapkan obyektif tahunan, melengkapi dengan
kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumber daya
sehingga strategi yang dirumuskan dapat terlaksana dengan baik.
Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan
strategi dan kebijakannya dalam tindakan melalui pengembangan
program, anggaran dan prosedur.
35
3. Evaluasi strategi. Tahapan ini merupakan tahap akhir dalam
manajemen strategis. Melalui evaluasi strategi ini semua strategi dapat
dimodifikasi di masa datang karena adanya faktor-faktor yang
berubah-ubah, baik yang bersifat internal maupun eksternal suatu
organisasi.
Menurut Hunger dan Wheelen (2003:9) membagi proses manajemen
strategis menjadi 4 (empat) elemen dasar, yaitu :
1. Pengamatan lingkungan
2. Penentuan strategi
3. Implementasi strategi
4. Evaluasi dan pengendalian
Sementara itu proses manajemen strategi menurut Pearce dan Robinson
(1997:20), terdapat 9 (sembilan) tugas penting, yaitu :
1. Merumuskan nilai organisasi atau perusahaan, meliputi rumusan umum
tentang maksud keberadaan (purpose), filosofi (phylosophy), dan tujuan
(goal)
2. Mengembangkan profil perusahaan yang mencerminkan kondisi intern dan
kapabilitasnya.
3. Menilai lingkungan eksternal perusahaan, meliputi pesaing maupun faktor
kontekstual umum.
4. Menganalisis opsi perusahaan dengan mencocokkan sumber daya nya
dengan lingkungan eksternal
5. Mengidentifikasi opsi yang paling dikehendaki dengan mengevaluasi
setiap opsi yang ada berdasarkan misi perusahaan.
6. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi umum (grand
strategy) yang akan mencapai pilihan yang paling dikehendaki
7. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai
dengan sasaran jangka panjang dan strategi umum yang dipilih
8. Mengimplementasikan pilihan strategik dengan mengalokasikan sumber
daya anggaran yang menekankan pada kesesuaian antara tugas, SDM,
struktur, teknologi dan sistem imbalan
9. Mengevaluasi keberhasilan proses strategik sebagai masukan bagi
pengambil keputusanyang akan datang.
36
2.1.5 Program STBM
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai
STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui
pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Hal ini dikarenakan
permasalahan higiene dan sanitasi di Indonesia masih sangat besar. Masih banyak
masyarakat yang melakukan perilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam,
kebun dan tempat terbuka lainnya.
Kondisi kesehatan lingkungan yang rendah dan perilaku masyarakat yang
kurang sehat menyebabkan tingginya angka penyakit berbasis lingkungan seperti
diare di Indonesia. Dan karena nya ini menjadi perhatian bagi pemerintah untuk
meningkatkan perilaku higienis dan saniter di masyarakat. Karena nya ditetapkan
lah program Sanitasi Berbasis Masyarakat. Karena untuk mengatasi permasalahan
sanitasi diperlukan strategi yang berbasis masyarakat, agar dari diri masyarakat
nya timbul keinginan untuk melakukan perilaku yang higieni dan saniter serta
malu melakukan perilaku buang air besar sembarangan atus perilaku tidak higiene
lainnya.
Maksud dan tujuan dari strategi nasional Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat ini merupakan acuan dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan serta evaluasi yang berkaitan dengan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat. Dalam STBM terdapat pilar yang menjadi acuan untuk hidup yang
lebih higiene dan saniter, pilar STBM tersebut adalah sebagai berikut :
37
6. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)
7. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
8. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAM-RT)
9. Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PSRT)
10. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLCRT)
Dalam program ini, tantangan yang dihadapi dalam pembangunan sanitasi
di Indonesia adalah masalah sosial budaya dari perilaku penduduk yang telah
terbiasa melakukan buang air besar di sembarangan tempat, terutama ke area
dengan aliran air seperti kali atau sungai yang juga digunakan untuk keperluan
mencuci, mandi serta kebutuhan higienis lainnya.
Strategi Nasional yang di laksanakan dalam program STBM ini adalah :
A. Penciptaan Lingkungan Yang Kondusif
1. Prinsip
Meningkatkan dukungan pemerintah dan pemangku kepentingan
lainnya dalam meningkatkan perilaku higienis dan saniter.
2. Pokok Kegiatan
Melakukan advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya secara berjenjang
Mengembangkan kapasitas lembaga pelaksana di daerah.
Meningkatkan kemitraan antara Pemerintah, Pemerintah
Daerah,
Organisasi Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Swasta.
B. Peningkatan Kebutuhan
1. Prinsip
Menciptakan perilaku komunitas yang higienis dan saniter untuk
mendukung terciptanya sanitasi total.
2. Pokok kegiatan
Meningkatkan peran seluruh pemangku kepentingan dalam perencanaan dan pelaksanaan sosialisasi pengembangan
kebutuhan.
Mengembangkan kesadaran masyarakat tentang konsekuensi
dari kebiasaan buruk sanitasi (buang air besar) dan dilanjutkan
dengan pemicuan perubahan perilaku komunitas.
38
Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memilih teknologi, material dan biaya sarana sanitasi yang sehat.
Mengembangkan kepemimpinan di masyarakat (natural
leader) untuk menfasilitasi pemicuan perubahan perilaku
masyarakat.
Mengembangkan sistem penghargaan kepada masyarakat untuk meningkatkan dan menjaga keberlanjutan sanitasi total.
C. Peningkatan Penyediaan
1. Prinsip
Meningkatkan ketersediaan sarana sanitasi yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
2. Pokok kegiatan
Meningkatkan kapasitas produksi swasta lokal dalam penyediaan sarana sanitasi.
Mengembangkan kemitraan dengan kelompok masyarakat, koperasi, lembaga keuangan dan pengusaha lokal dalam
penyediaan sarana sanitasi.
Meningkatkan kerjasama dengan lembaga penelitian perguruan
tinggi untuk pengembangan rancangan sarana sanitasi tepat
guna.
D. Pengelolaan Pengetahuan (Knowledge Management)
1. Prinsip
Melestarikan pengetahuan dan pembelajaran dalam sanitasi total.
2. Pokok kegiatan
Mengembangkan dan mengelola pusat data dan informasi.
Meningkatkan kemitraan antar program-program pemerintah, non pemerintah dan swasta dalam peningkatan pengetahuan
dan pembelajaran sanitasi di Indonesia.
Mengupayakan masuknya pendekatan sanitasi total dalam
kurikulum pendidikan.
E. Pembiayaan
1. Prinsip
Meniadakan subsidi untuk penyediaan fasilitas sanitasi dasar.
2. Pokok kegiatan
Menggali potensi masyarakat untuk membangun sarana sanitasi sendiri
39
Mengembangkan solidaritas sosial (gotong royong).
Menyediakan subsidi diperbolehkan untuk fasilitas sanitasi
komunal.
F. Pemantauan Dan Evaluasi
1. Prinsip
Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi
2. Pokok kegiatan
Memantau kegiatan dalam lingkup komunitas oleh masyarakat
Pemerintah Daerah mengembangkan sistem pemantauan dan pengelolaan data.
Mengoptimumkan pemanfaatan hasil pemantauan dari kegiatan-kegiatan lain yang sejenis
Pemerintah dan pemerintah daerah mengembangkan sistem
pemantauan berjenjang.
Output yang dihasilkan dari strategi ini telah tercatat pada Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 822/MENKES/SK/IX/2008
Tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, yaitu :
Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di
sembarang tempat (ODF).
Setiap rumah tangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga.
Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu
komunitas(seperti sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar,
terminal) tersedia fasilitas cuci tangan (air,sabun, sarana cuci tangan),
sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar.
Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar.
Setiap rumah tanga mengelola sampahnya dengan benar.
Sedangkan Outcome dari program ini adalah menurunnya kejadian
penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan
sanitasi dan perilaku.
40
2.1.6 Pilar pertama STBM
Pilar pertama dalam STBM adalah mengenai Stop Buang Air Besar
Sembarangan. Ini adalah suatu kondisi ketika setiap individu dalam suatu
komunitas tidak buang air besar di sembarangan di area terbuka. Perilaku Stop
BABS ini diikuti dengan memanfaatkan sarana sanitasi yang saniter seperti
jamban sehat. Sedangkan saniter merupakan kondisi fasilitas sanitasi yang
memenuhi standar dan persyaratan kesehatan yaitu :
a. Tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang
berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia
b. Dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebarkan penyakit pada
pemakai dan lingkungan sekitarnya
Jamban sehat efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit.
Jamban sehat harus dibangun, dimiliki, dan digunakan oleh keluarga dengan
penempatan (di dalam rumah atau di luar rumah) yang mudah dijangkau oleh
penghuni rumah dan tidak membahayakan pengguna. Standar dan persyaratan
kesehatan bangunan jamban terdiri dari :
a. Bangunan atas jamban (dinding dan/atau atap)
Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dam
gangguan cuaca dan gangguan lainnya.
b. Bangunan tengah jamban
Terdapat 2 (dua) bagian bangunan tengah jamban, yaitu:
- Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine) yang saniter
dilengkapi oleh konstruksi leher angsa. Pada konstruksi sederhana
(semi saniter), lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa, tetapi
harus diberi tutup.
- Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan
mempunyai saluran untuk pembuangan air bekas ke Sistem
Pembuangan Air Limbah (SPAL).
41
c. Bangunan Bawah
Merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan pengurai kotoran/tinja
yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi dari
tinja melalui vektor pembawa penyakit, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Terdapat 2 (dua) macam bentuk bangunan bawah jamban,
yaitu:
- Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai
penampungan limbah kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian padat
dari kotoran manusia akan tertinggal dalam tangki septik, sedangkan
bagian cairnya akan keluar dari tangki septik dan diresapkan melalui
bidang/sumur resapan. Jika tidak memungkinkan dibuat resapan maka
dibuat suatu filter untuk mengelola cairan tersebut.
- Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung limbah padat
dan cair dari jamban yang masuk setiap harinya dan akan meresapkan
cairan limbah tersebut ke dalam tanah dengan tidak mencemari air
tanah, sedangkan bagian padat dari limbah tersebut akan diuraikan
secara biologis. Bentuk cubluk dapat dibuat bundar atau segi empat,
dindingnya harus aman dari longsoran, jika diperlukan dinding cubluk
diperkuat dengan pasangan bata, batu kali, buis beton, anyaman
bambu, penguat kayu, dan sebagainya.
Strategi yang digunakan dalam program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat adalah menggunakan pemicuan dengan sasaran pemicuan adalah
komunitas masyarakat (RW/dusun/desa) dan bukan perorangan/keluarga, yaitu
1. Semua keluarga yang belum melaksanakan salah satu pilar atau lima pilar
STBM
2. Semua keluarga yang telah memiliki fasilitas sanitasi tetapi belum
memenuhi syarat kesehatan
Dalam STBM pada pilar pertama, pesan yang disampaikan kepada
masyarakat dalam pemicuan adalah :
- Buang air besar sembarangan akan mencemari lingkungan dan akan
menjadi sumber penyakit.
- Buang air besar dengan cara yang aman dan sehat berarti menjaga
harkat dan martabat diri dan lingkungan.
- Jangan jadikan kotoran yang dibuang sembarangan untuk penderitaan
orang lain dan diri sendiri.
- Cara hidup sehat dengan membiasakan keluarga buang air besar yang
aman dan sehat berarti menjaga generasi untuk tetap sehat.
42
Prinsip dasar pemicuan terbagi menjadi 2 hal, yaitu yang boleh dilakukan
dan tidak Boleh dilakukan. Hal-hal yang boleh dilakukan adalah :
- Memfasilitasi proses, meminta pendapat dan mendengarkan
- Membiarkan individu menyadari sendiri
- Biarkanlah orang-orang menyampaikan inovasi jamban-jamban/kakus
yang sederhana.
- Tanpa subsidi
Sedangkan untuk hal-hal yang tidak boleh dilakukan dalam pemicuan
yaitu :
- Menggurui
- Mengatakan apa yang baik dan buruk (mengajari)
- Mempromosikan rancangan/desain jamban/kakus khusus
- Menawarkan subsidi
43
1.9 Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian, diperlukan peninjauan terhadap penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya, baik dalam bentuk skripsi, tesis ataupun
jurnal yang berkaitan dengan tema yang diambil dalam penelitian ini. Peneliti
mengambil 2 (dua) penelitian terdahulu sebagai pembanding dengan
penelitian yang dilakukan.
1. Penelitian pertama yaitu penelitian yang dilakukan oleh Mursi. Berbentuk
skripsi pada tahun 2016 yang berjudul “Strategi Dinas Kesehatan Dalam
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Kota Serang” dari Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Teori
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis SWOT Siagian
dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Fokus penelitian ini
adalah menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang kemudian
menentukan berbagai kemungkinan alternatif yang dapat dijalankan dalam
penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kota Serang. Hasil dari
penelitian ini dari faktor kekuatan, Dinas Kesehatan Kota Serang dalam
penyelenggeraan kesehatan lingkungan di Kota Serang adalah adanya
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 852 Tentang
STBM. Faktor kelemahan Dinas Kesehatan Kota Serang adalah masih
kurang nya tenaga kesehatan atau sanitarian di Kota Serang, alokasi
anggaran belum optimal, kurang nya sarana dan prasarana yang
menunjang, belum memanfaatkan media elektronik dalam sosialisasi serta
rotasi jabatan yang sering dilakukan. Faktor peluang Dinas Kesehatan
44
Kota Serang adalah banyaknya SKPD yang terlibat dalam
penyelenggaraan Kesehatan lingkungan serta dari masyarakatnya yang
dapat diberdayakan. Sedangkan faktor ancaman Dinas Kesehatan Kota
Serang adalah masih banyak masyarakat yang tidak peduli dan belum
sadar akan pentingnya kesehatan lingkungan, kondisi ekonomi yang
kurang, perilaku BABS, buang sampah sembarangan dan juga
ketersediaan sarana prasarana pendukung sanitasi. Saran yang diberikan
oleh peneliti adalah Dinas Kesehatan perlu memberikan perhatian khusus
teradap kesehatan lingkungan dengan memperhatikan kendala tenaga
sanitarian, meningkatkan pendanaan dan sarana prasarana demi
menunjang program kesehatan lingkungan, diperlukan kerjasama lintas
sektor yang lebih intensif dengan FKSS, merangkul komunitas sosial
seperti LSM, Mahasiswa NGO serta perusahaan untuk meningkatkan
perbaikan kesehatan lingkungan serta perlu meningkatkan pemahaman dan
kepedulian masyarakat dengan melakukan sosialisasi secara continue atau
berjalan terus-menerus secara masif dan kreatif serta memanfaatkan media
massa yang ada sehingga dapat meningkatkan perilaku hidup bersih dan
sehat
45
2. Penelitian kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Moh. Fajar Nugraha
yang berbentuk Jurnal pada tahun 2015. Penelitian mengenai “Dampak
Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Pilar Pertama di
Desa Gucialit Kecamatan Gucialit Kabupaten Lumanjang ini berasal dari
Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Airlangga. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teori Dampak. Hasil
dari penelitian ini adalah program STBM yang dilaksanakan di Desa
Gucialit dapat dikatakan sudah berjalan sesuai dengan tujuan awal dan
dapat memenuhi tujuan kebijakan/ program yang sudah dirumuskan oleh
pembuat kebijakan yaitu pemerintah. Adanya program STBM ini
memberikan dampak secara fisik, lingkungan, sosial, kesehatan dan
budaya bagi masyarakat yang menjadi sasaran. Saran yang disajikan
dalam penelitian ini adalah pemberian target waktu agar pelaksanaan
program STBM pilar pertama semakin cepat tercapai, karena program ini
tidak ada target waktu pelaksanaannya. Lalu terdapat daerah yang jauh
dari sumber air sehingga kesulitan untuk mengalirkan air dari sumber air
ke rumah-rumah warga, padahal program STBM bertujuan untuk
memperbaiki akses sanitasi masyarakat. Sebelumnya pihak Puskesmas,
Desa dan Kecamatan telah berkoordinasi dengan dinas PU terkait
permasalahan tersebut, namun belum ada tanggapan serius, sarannya
adalah sebaiknya perlu penguatan koordinasi antar lembaga agar
permasalahan tersebut cepat terselesaikan.
46
1.10 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan beberapa faktor yang telah diidentifikasikan sebagai
masalah. Kerangka berpikir yang baik menjelaskan secara teoritis pertautan antar
variabel yang akan diteliti. Yang menjadi fokus penelitian ini adalah efektivitas
pelaksanaan Program Sanitasi Total Berbasis Masyarkat (STBM) dalam
mengurangi perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS)
Program ini terdiri dari 5 (lima) pilar yaitu :
1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)
2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAM-RT)
4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PSRT)
5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLCRT)
Fokus yang diteliti pada penelitian ini adalah pilar pertama, yaitu
mengenai Stop Buang Air Besar. Program ini sudah berjalan sejak tahun 2008 dan
telah mampu untuk mengurangi perilaku Buang Air Besar Sembarangan, namun
di beberapa daerah seperti Kecamatan Kasemen, masih banyak ditemui
masyarakat yang melakukan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan. Meskipun
setiap tahun terjadi pengurangan, namun pengurangan yang terjadi belum
signifikan. Berdasarkan observasi awal, peneliti menemukan beberapa
permasalahan, yaitu : (1) Masih ditemui Perilaku Buang Air Besar Sembarangan,
(2) Keterbatasan ekonomi masyarakat di wilayah Puskesmas Kilasah, (3)
47
Keterbatasan masyarakat mengakses sarana air bersih, (4) kurangnya pendekatan
dengan masyarakat, dan (5) Tingginya angka penyakit berbasis lingkungan
Pada penelitian ini menggunakan teori efektivitas menurut Duncan dalam
Richard M. Steers (1985:53), terdapat 3 (tiga) indikator yang mempengaruhi
efektivitas, antara lain :
1. Pencapaian tujuan
Pencapaian adalah suatu proses yang merupakan bagian puncak dari usaha
keseluruhan suatu program. Upaya pencapaian tujuan harus dipandang
sebagai suatu proses karena dari pencapaian tersebut dapat diketahui
apakah tujuan dari program yang dijalankan berjalan dengan optimal atau
tidak. Indikator dari pencapaian tujuan ini yaitu : (1) Kurun waktu dan (2)
Sasaran
2. Integrasi
Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi
untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsesnsus, serta
komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya. integritas terdiri
dari beberapa indikator yaitu : (1) Prosedur dan (2) Proses sosialisasi.
3. Adaptasi
Adaptasi adalah proses penyesuaian diri yang dilakukan untuk
menyelaraskan suatu individu terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
di lingkungannya. Adaptasi terdiri dari beberapa indikator yaitu (1)
Peningkatan kemampuan dan (2) Sarana dan Prasarana
Output yang dihasilkan dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
memberi masukan kepada instansi terkait dan memberi pemahaman kepada
masyarakat akan pentingnya kesehatan lingkungan dan bahaya perilaku Buang Air
Besar Sembarangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :
48
Input :
a. Masih ditemui perilaku Buang Air Besar Sembarangan
b. Keterbatasan ekonomi masyarakat di wilayah Puskesmas Kilasah
c. Keterbatasan masyarakat mengakses sarana air bersih
d. Tingginya angka penyakit berbasis lingkungan
Indikator Efektivitas menurut Duncan (1973) dalam
Richard M. Steers (1985:53):
1. Pencapaian tujuan
2. Integrasi
3. Adaptasi
Output :
Terciptanya strategi program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) pilar pertama yang efektif di Puskesmas Kilasah
Gambar 2.1
Kerangka berpikir
Efektivitas Strategi Program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) Pilar Pertama di Puskesmas Kilasah
Kecamatan Kasemen Kota Serang
49
1.11 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap masalah
yang akan diteliti dan dibuktikan kebenarannya. Dikatakan sementara, karena
jawaban yang diberikan baru ddasarkan pada teori yang relevan, belum
berdasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Dapat dikatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban teoritis terhadap rumusan
masalah penelitian dan bukan merupakan jawaban yang empiris.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan hipotesisi deskriptif yaitu proses
pengujian generalisasi hasil penelitian yang didasarkan pada satu sampel
(Sugiyono, 2016). Berdasarkan hasil observasi awal di lokasi penelitian, rumusan
masalah dan landasan teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis
penelitian ini adalah :
Ho : Efektivitas Strategi Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) Pilar Pertama di Puskesmas Kilasah Kecamatan Kasemen
Kota Serang kurang dari atau sama dengan 65%
≤ 65%
Ha : Efektivitas Strategi Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) Pilar Pertama di Puskesmas Kilasah Kecamatan Kasemen
Kota Serang lebih dari 65%
65%
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1.12 Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara yang digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data penelitiannya. Sementara itu, Sugiyono
(2016:2) mendefinisikan bahwa metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Selanjutnya, dalam
pengertian yang luas Sugiyono menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara-
cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan tujuan untuk dapat
ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga
pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan
mengantisipasi masalah.
Untuk mengetahui tingkat yang sesuai dengan rumusan masalah dan
tujuan penelitian, adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif yakni suatu
metode dalam meneliti suatu obyek, suatu sistem pemikiran atau suatu kilas
peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data yang akurat dan faktual
mengenai efektivitas pelaksanaan suatu program.
51
1.13 Fokus Penelitian
Pada penelitian ini, fokus penelitian yang diteliti adalah menilai seberapa
efektif strategi program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat untuk mengurangi
perilaku Buang Air Besar Sembarangan yang masih menjadi permasalahan
kesehatan, dan ini sesuai dengan pilar pertama pada STBM yaitu Stop Buang Air
Besar Sembarangan.
1.14 Lokasi Penelitian
Sesuai dengan judul yang diangkat oleh peneliti, maka lokasi penelitian ini
dilakukan di Puskesmas Kilasah yang mencakup 5 Kelurahan, yaitu Kelurahan
Kilasah, Kelurahan Masjid Priayi, Kelurahan Warung Jaud, Kelurahan Terumbu
dan Kelurahan Bendung. Pemilihan locus penelitian ini di dasarkan pada masih
tingginya perilaku Buang Air Besar Sembarangan dan rendahnya kesadaran
masyarakat akan bahaya Perilaku Buang Air Besar Sembarangan. Secara
Kesehatan Lingkungannya, wilayah cakupan Puskesmas Kilasah merupakan
wikayah yang kesehatan lingkungannya masuk kategori merah.
1.15 Variabel Penelitian
3.4.1 Definisi Konsep
Definisi konseptual merupakan pengertian umum dari variabel atau
fokus yang diteliti menurut pendapat peneliti itu sendiri. Pada
penelitian ini terdapat variabel tunggal yang di teliti, yaitu efektivitas
pelaksanaan program yang dianalisis melalui indikator efektivitas yang
52
dalam hal ini mengacu pada seberapa baik program tersebut terlaksana
untuk mengurangi perilaku BABS sehingga meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Peneliti menggunakan teori efektivitas menurut
Duncan dalam Richard M. Steers (1985:53), terdapat 3 (tiga) indikator
yang mempengaruhi efektivitas, antara lain :
1. Pencapaian tujuan
Pencapaian adalah suatu proses yang merupakan bagian puncak
dari usaha keseluruhan suatu program. Upaya pencapaian tujuan
harus dipandang sebagai suatu proses karena dari pencapaian
tersebut dapat diketahui apakah tujuan dari program yang
dijalankan berjalan dengan optimal atau tidak. Indikator dari
pencapaian tujuan ini yaitu : (1) Kurun waktu, dan (2) Sasaran
2. Integrasi
Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu
organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan
konsesnsus, serta komunikasi dengan berbagai macam organisasi
lainnya. integritas terdiri dari beberapa indikator yaitu : (1)
Prosedur dan (2) Proses sosialisasi.
3. Adaptasi
Adaptasi adalah proses penyesuaian diri yang dilakukan untuk
menyelaraskan suatu individu terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi di lingkungannya. Adaptasi terdiri dari beberapa indikator
yaitu (1) Peningkatan kemampuan dan (2) Sarana dan Prasarana
3.4.2 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjabaran konsep atau variabel
penelitian dalam rincian yang terukur (indikator penelitian). Variabel
dalam penelitian ini Efektivitas Strategi Program STBM pilar
pertama, maka dalam penjelasan definisi operasional ini akan
dikemukakan fenomena-fenomena yang berkaitan dengan konsep yang
digunakan. Adapun penjelasannya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
53
Tabel 3.1
Tabel Operasional Variabel
Variabel Indikator Sub-Indikator Pernyataan
Efektivitas
Pencapaian
Tujuan
- Kurun Waktu
Waktu pelaksanaan
pemicuan
- Sasaran
Ketepatan sasaran
program
1,2,3
4,5,6
Integrasi - Prosedur
Prosedur pelaksanaan
pemicuan
- Proses Sosialisasi
Proses pelaksanaan
pemicuan
7,8,9,10
11,12,13,14,
15,16
Adaptasi - Peningkatan Kemampuan
Terciptanya
perubahan perilaku
masyarakat
- Sarana dan Prasarana
Ketersediaan sarana
dan prasarana
pendukung program
STBM
17,18,19,20,
21,22
23,24,25,26
Sumber : Peneliti, 2017
54
1.16 Instrumen Penelitian
Menurut Emory dalam Sugiyono (2016: 102), mengatakan bahwa pada
prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial
maupun alam. Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan
pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian
biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun
sosial yang diamati.
Skala pengukuran instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial
(Sugiyono, 2016:93). Indikator variabel yang disusun melalui item-item
instrumen dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan dierikan jawaban setiap
item instrumennya. Jawaban setiap item diberi skor sebagai berikut ini :
Tabel 3.2
Skoring Item Instrumen
Pilihan Jawaban Skor
Sangat Setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Sumber : Sugiyono, 2017
55
1.17 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam
penelitian, karena akan menentukan kualitas dari data dan hasil penelitian.
Tanpa menggunakan teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar yang telah ditetapkan. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan tekni pengumpulan data berupa
angket/kuesioner, wawancara, studi dokumentasi, studi pustaka dan
observasi.
1. Angket/kuesioner
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untu kemudian dijawab. Kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti
variabel apa yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari
responden. Selain itu, kuisioner juga cocok digunakan bila jumlah
responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuisioner
dapat berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup atau terbuka, dapat
diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos
atau internet (Sugiyono, 2016: 142).
56
2. Wawancara
Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya-jawab, dengan bertatap muka
antara pewawancara dengan responden. Wawancara yang dilakukan
oleh peneliti adalah wawancara terstruktur dengan menggunakan
angket/kuesioner sebagai alat dan panduan dalam melakukan
wawancara.
3. Studi dokumentasi
Yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui pengumpulan
peraturan atau undang-undang, laporan, catatan serta dokumentasi
yang relevan atau berkaitan dengan masalah yang diteliti oleh peneliti.
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data dari hasil laporan dan
keterangan-keterangan secara tertulis, tergambar, terekam ataupun
tercetak seperti dokumen
4. Studi pustaka
Yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai referensi
baik jurnal ilmiah ataupun buku-buku lainnya yang relevan atau
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
57
5. Observasi
Salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah
observasi atau dengan melakukan pengamatan, yang dapat
diklasifikasikan atas pengamatan melalui cera berperan serta dan yang
tidak berperan serta. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
observasi tak berperan serta, karena dalam penelitian ini peneliti tidak
terlibat langsung. Peneliti hanya menjadi pengamat independen dan
tidak terlibat langsung.
1.18 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2016 :
60). Populasi dapat disebut sebagai keseluruhan subjek penelitian (Suharsini,
2006). Dalam penelitian ini yang disebut dengan populasi adalah seluruh
masyarakat yang ada di wilayah Puskesmas Kilasah.
Target populasi merupakan definisi operasional dari konsep populasi.
Umumnya menggunakan kriteria wilayah, umur, jenis kelamin, dan pendidikan.
Target populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada di wilayah
cakupan Puskesmas Kilasah yang berjumlah 39.999 dan tersebar di 5 Kelurahan,
yaitu Kelurahan Kilasah, Kelurahan Masjid Priayi, Kelurahan Warung Jaud,
Kelurahan Terumbu dan Kelurahan Bendung.
58
Definisi sampel menurut Mardalis (2008:55) adalah sebagian dari seluruh
individu yang menjadi objek penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini sesuai dengan kriteria penelitian, yaitu keluarga yang ada di cakupan wilayah
Puskesmas Kilasah. Kriteria ini didasarkan atas kepemilikan jamban, yaitu per
keluarga. Jumlah keluarga yang ada di cakupan wilayah Kilasah berjumlah 10.565
Kepala Keluarga.
Karena jumlah sampel yang cukup banyak, maka peneliti membutuhkan
ukuran sampel sebagai representative dari populasi yang ada. Perhitungan ukuran
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus Slovin,
yaitu :
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e2 = sampling error/tingkat kesalahan (10%)
𝑛 =𝑁
1 + 𝑁𝑒2
59
Menurut rumus Slovin apabila sampel lebih dari 10.000 orang dan
dengan tingkat kesalahan 10% maka akan di dapat 100 orang. atas
pertimbangan tersebut, peneliti mendapatkan ukuran sampel sebanyak 100
orang atau 100 Kepala Keluarga.
Pada penelitian ini, perhitungan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik Proportional Stratification Random Sampling.
Teknik Proportional Stratification Random Sampling merupakan teknik
perhitungan jumlah sampel sesuai dengan proporsinya dalam populasi
dengan menggunakan perbandingan tertentu. proporsi terbesar akan
mendapatkan jumlah sampel yang besar. Begitupun sebaliknya, jika
proporsinya kecil maka akan mendapatkan jumlah sampel yang kecil pula.
Perhitungan sampel dari tiap-tiap Kelurahan yang ada di cakupan wilayah
Puskesmas Kilasah berdasarkan perhitungannya adalah sebagai berikut :
Sampel =Populasi
Total Populasi x Total Sampel
60
Tabel 3.3
Perhitungan Sampel
No. Kelurahan Jml KK Perhitungan
Hasil
Akhir
1. Kilasah 1.655 1
1 x 1 = 1 16
2. Masjid Priyayi 1.920 1
1 x 1 = 1 1 18
3. Warung Jaud 2.340
1 x 1 = 1 22
4. Terumbu 2.810 1
1 x 1 = 27
5. Bendung 1.840 1
1 x 1 = 1 1 17
10.565 100
Sumber : Diolah Peneliti, 2017
61
1.19 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data
dilaksanakan (Bungin 2009:164-168). Pada penelitian kuantitatif, pengolahan data
secara umum dilakukan melalui 3 tahap, yaitu tahap memeriksa (editing), proses
pemberian identitas (coding) dan proses pembeberan (tabulating). Lebih jelasnya
adalah sebagai berikut :
1. Memeriksa (Editing).
Tahap ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti
selesai mengumpulkan data di lapangan. Kegiatan ini penting karena
terkadang data yang terkumpul belum memenuhi harapan peneliti, ada
yang kurang ataupun yang terlewatkan oleh penelilti, tumpan tindih,
berlebihan bahkan mungkin ada data yang terlupakan. Oleh karena itu,
keadaan tersebut harus diperbaiki dengan tahap editing atau memeriksa
ini.
2. Pemberian identitas (coding).
Tahapan ini dilakukan setelah tahapan editing selesai dilakukan,
yaitu dengan mengklasifikasi data-data yang ada melalui tahapan
coding. Maksudnya adalah data yang telah di edit kemudian diberi
identitas sehingga memiliki arti tertentu pada saat di analisis nantinya.
62
3. Proses pembeberan (tabulating).
Tahap ini adalah tahapan terakhir dari pengolahan data. Setelah
data diberi identitas kemudian data dimasukan kedalam tabel-tabel
tertentu dan mengatur angka serta menghitungnya. Penyederhanaan
(Tabulating) dilakukan dengan menggolongkan jawaban yang
beraneka ragam ke dalam kategori yang jumlahnya terbatas
Setelah proses pengolahan data selesai, proses selanjutnya adalah analisis
data. Analisis data merupakan upaya peneliti untuk menyajikan data dengan
mengelompokkan sesuai dengan kategori sehingga dapat dipahami oleh pembaca.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis data kuantitatif
deskriptif. Pada penelitian kuantitatf, maka kegiatan dalam analisis data adalah
mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis respinden, mentabulasi data
berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang
diteliti serta melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah
ditentukan sebelumnya.
63
3.8.1 Uji Validitas
Validitas merupakan indeks yang menunjukkan pada
persesuaian alat pengukur dengan tujuan pengukuran. Validitas
berfungsi untuk menunjukan tingkat kesalahan suatu instrumen.
Instrumen dikatakan salah apabila mampu mengukut variaenl-
varianel yang akan diukur dalam penelitian. Untuk uji validitas
pada penelitian ini peneliti menggunakan tekni korelasi Product
Moment dengan rumus :
Keterangan:
r = Koefisien korelasi pearson
n = Jumlah sampel
x = Jumlah nilai x, y = Jumlah nilai y
x2 = Jumlah nilai x
2, y
2 = Jumlah nilai y
2
xy = Jumlah nilai x dikali y
Butir instrumen pada kuesioner dinyatakan valid apabila r hitung >
r tabel, dan dinyatakan tidak valid jika r hitung < r tabel. Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan Aplikasi IBM SPSS Statistics Versi 23 untuk
mempermudah dalam perhitungan validitas .
2222
yynxxn
yxxynr
64
3.8.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menunjuk pada kemampuan instrumen untuk
digunakan sebagai alat ukur. Uji ini dilakukan pada instrumen yang
dinyatakan valid, sedangkan untuk instumen yang dinyatakan tidak valid
tidak bisa dilakukan uji reliabilitas. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik Alpha Cronbach yaitu perhitungan yang dilakukan
dengan menghitung rata-rata interkotelasi diantara butir-butir pernyataan
ataupun pertanyaan dalam kuesioner/angket. Rumus Alpha Cronbach
yaitu:
=
1 1
∑
Keterangan :
k : Jumlah item
Si : Jumlah varians skor total
St : Jumlah responden untuk item ke i
Suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilai r hitung > nilai r tabel
pada taraf signifikan (α) sebesar 10% dan dk = n-2. Dalam penelitian ini,
untuk mempermudah pengujian reliabilitas, peneliti menggunakan
Aplikasi IBM SPSS Statistics Versi 23.
65
3.8.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan
untuk menilai sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel,
apakah sebaran data tersebut berdistribusi normal ataukah tidak. Data yang
baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki
distribusi normal. (Nugroho, 2005:18). Uji normalitas dapat menggunakan
skewness dan kurtosis, kurva normal, p-plot, chi kuadrat dan kolmogorov-
smirov.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji Skewness dan
Kurtosis untuk menguji normalitas data. Skewness adalah ukuran
kecondongan suatu kurva, sementara Kurtosis adalah ukuran keruncingan
puncak kurva. Dengan uji Skewness dan Kurtosis akan dapat diketahui
grafik normalitas akan condong ke kanan atau ke kiri, terlalu datar atau
mgnumpul ditengah.
3.8.1 Uji Hipotesis
Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap
masalah yang akan diteliti dan dibuktikan kebenarannya. Peneliti
menggunakan hipotesis deskriptif yaitu proses pengujian generalisasi hasil
penelitian yang didasarkan pada satu sampel (Sugiyono, 2006). Pengujian
Hipotesis dilakukan untuk menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis
penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Uji t-test digunakan untuk
menguji hipotesis deskriptif satu atau dua variabel yang datanya berbentuk
66
interval atau ratio. Untuk menganalisis efektivitas strategi program
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Pilar Pertama, peneliti
menggunakan uji t-test satu variabel dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
t : nilai t hitung
x : rata-rata sampel
μ : Nilai Parameter
SD : Standar deviasi sampel
N : Jumlah sampel
Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis nol (Ho) tercapai
kurang dari atau sama dengan 65% (≤) dan hipotesis alternatifnya (Ha)
tercapai lebih dari 65% (>), Sehingga yang digunakan adalah uji pihak
kanan. Dengan demikian berlaku ketentuan dimana
- Jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak
- Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima
67
1.20 Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian berisi mengenai rincian waktu beserta tahapan penelitian
yang akan dilakukan dan ditulis dalam bentuk tabel. Jadwal penelitian
mengenai Efektivitas Strategi Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) Pilar Pertama di Puskesmas Kilasah Kecamatan Kasemen Kota
Serang adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4
Jadwal Penelitian
No Waktu
Kegiatan
2017 2018
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni
1. Pengajuan
judul skripsi
2. Observasi awal
3. Penyusunan
proposal
4. Bimbingan
Proposal
5.
Seminar
Proposal
Penelitian
6. Revisi
Proposal
7.
Penyebaran
kuesioner dan
observasi ke
lapangan
8. Penulisan Bab
IV dan V
9. Bimbingan
Bab IV dan V
10. Sidang Skripsi
11. Revisi Skripsi
68
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Letak Geografis
Kecamatan Kasemen merupakan salah satu Kecamatan yang
berada di Kota Serang, Provinsi Banten. Berdasarkan data dari Kecamatan
Kasemen Dalam Angka, Kecamatan Kasemen memiliiki luas wilayah
66,52 Km2, dengan batas-batas Kecamatan sebagai berikut :
Utara : Laut Jawa
Selatan : Kecamatan Serang
Barat : Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang
Timur : Kecamatan Pontang, Kabupaten Serang
Ibukota Kecamatan Kasemen terletak pada jarak ± 9 Km dari
ibukota Serang. Bentuk topografi wilayah Kecamatan Kasemen sebagian
besar merupakan dataran, dengan ketinggian rata-rata 500-700 m dari
permukaan laut, dengan rata-rata curah hujan ± 7,52 mm/tahun.
Secara administrasi wilayah Kecamatan Kasemen terbagi menjadi
161 Kampung/Lingkungan, 70 Rukun Warga (RW), 247 Rukun Tetangga
(RT). Dengan Jumlah Penduduk 95.060 Jiwa dengan rincian sebagai
berikut :
69
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Kasemen
Tahun 2016
No Desa/Kelurahan Penduduk Total
Penduduk Laki-laki Perempuan
1. Kasemen 7.975 7.557 15.532
2. Warung Jaud 5.232 5.992 10.224
3. Masjid Priyayi 3.776 3.469 7.245
4. Bendung 3.371 3.144 6.515
5. Terumbu 4.627 4.221 8.848
6. Sawah Luhur 4.560 4.156 8.716
7. Kilasah 4.076 3.655 7.731
8. Margaluyu 3.270 2.960 6.230
9. Kasunyatan 4.887 4.445 9.332
10. Banten 7.580 7.107 14.687
Jumlah 49.354 45.706 95.060
Sumber : Kecamatan Kasemen Dalam Angka 2017
Kecamatan Kasemen merupakan wilayah pembangunan bagian
utara dari Kota Serang. Wilayah Pembangunan Bagian Utara ini diarahkan
dengan fungsi utama pariwisata cagar budaya dan cagar alam, pelabuhan,
perdagangan dan jasa, perumahan dan berbagai fasiilitasi umum.
Di wilayah Kecamatan Kasemen melintas sebuah sungai yang
cukup besar dan terkenal yaitu Sungai Cibanten yang bermuara di
Karangantu yang ada di wilayah Kecamatan Kasemen. Di Kecamatan
Kasemen juga terdapat Cagar Budaya Banten Lama dan Cagar Alam Pulau
Dua. Cagar Alam Banten Lama ini merupakan tempat ziarah yang banyak
dikunjungi oleh peziarah, baik dari daerah Banten sendiri maupun dari luar
70
daerah Banten. Serta masih banyak peninggalan sejarah di masa
Kesultanan Banten yang ada di wilayah Kecamatan Kasemen
Puskesmas Kilasah merupakan satu dari 16 Puskesmas yang ada di
Kota Serang sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kota Serang
dan merupakan Puskesmas Perawatan. Puskesmas Kilasah merupakan 1
dari 3 Puskesmas yang ada di wilayah Kecamatan Kasemen.
Luas wilayah kerja Puskesmas Kilasah 24,59 Km2 terdiri dari 5
(lima) Kelurahan binaan, yaitu :
Kilasah : 4,04 Km2
Warung Jaud : 3,83 Km2
Masjid Priyayi : 3,81 Km2
Bendung : 5,43 Km2
Terumbu : 7,48 Km2
Secara administrasi wilayah kerja Puskesmas Kilasah berbatasan dengan :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sawah Luhur
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Serang
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Walantaka
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kasemen
Berikut adalah jumlah RT dan RW yang ada di masing-masing Kelurahan
Kilasah : 19 RT dan 6 RW
Warung Jaud : 25 RT dan 5 RW
Masjid Priyayi : 16 RT dan 5 RW
Bendung : 15 RT dan 4 RW
Terumbu : 16 RT dan 5 RW
71
Pelaksanaan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
di Puskesmas Kilasah Kecamatan Kasemen Kota Serang terutama pada
pilar pertama sudah mencakup semua kelurahan meskipun tidak semua
kampung telah dilaksanakan pemicuan. Berikut adalah data mengenai
kampung yang pernah dilaksanakan pemicuan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) :
Tabel 4.2
Kampung yang Telah dilaksanakan Pemicuan STBM di Puskesmas
Kilasah
No Kelurahan Kampung
1. Mesjid Priyayi Priyayi Dukuh, Kebon Sawo,
Priyayi Tegal, Priyayi Tengah,
Priyayi Langgar dan Terwana
Gede
2. Bendung Ciwedus, Kebon, Bendung,
Lamaran dan Sairah
3. Warung Jaud Warung Pasar, Sakdiah 1, Sakdiah
2 dan Kesaud
4. Kilasah Kilasah 1, Kilasah 3, Sinaba 1,
Sinaba 2, dan Sinaba 3
5. Terumbu Sampang 1, Sampang 2, Sampang
3, Sampang 4 dan Babadan
Sumber : Sanitarian UPT Puskekmas Kilasah
72
Pemicuan tersebut dilakukan untuk membantu masyarakat
menyadari pentingnya kesehatan dan bahaya dari perilaku Buang Air
Besar Sembarangan agar tercipta perilaku yang lebih saniter dan higenis.
Dalam Aplikasi STBM-Smart tersaji data mengenai akses terhadap
sanitasi serta kepemilikan jamban di wilayah Puskesmas Kilasah yang
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3
Akses Terhadap Sanitasi Dasar (Jamban) di Cakupan Wilayah
Puskesmas Kilasah Tahun 2017
No Desa/kelurahan Jml KK %
Akses JSP JSSP Sharing BAB
1. Mesjid Priyayi 1.920 60.63 921 110 133 756
2. Bendung 1.279 45.19 364 91 123 701
3. Warung Jaud 2.024 43.53 465 95 321 1.143
4. Kilasah 1.703 38.70 383 92 184 1.044
5. Terumbu 2.045 33.11 444 111 122 1.368
Sumber : Aplikasi STBM-Smart
73
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Identitas Responden
Dalam penelitian yang berjudul Efektivitas Strategi Program
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Puskesmas Kilasah
Kecamatan Kasemen Kota Serang, maka yang menjadi responden dalam
penelitian ini adalah masyarakat yang pernah mengikuti pemicuan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Berdasarkan peritungan
menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 10%, didapatkan
jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 100 orang responden.
Dalam Kuesioner, responden diminta untuk memberikan identitas diri
sebagai penunjang data dimana identitas diri meliputi jenis kelamin, usia,
pendidikan terakhir, pekerjaan, jumlah anggota keluarga serta
kepemilikan jamban.
74
Tabel 4.4
Responden Menurut Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)
1. Laki-laki 0 0%
2. Perempuan 100 100%
Total 100 100%
Sumber : diolah peneliti, 2018
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa semua responden adalah
Perempuan. Hal ini dikarenakan pemicuan dilaksanakan pada saat jam
kerja, sehingga hanya Perempuan atau dalam hal ini adalah Ibu-ibu saja
yang mengikuti pemicuan. Selain karena pada jam dilaksanakannya
pemicuan bapak-bapak sedang bekerja, alasan lainnya mengapa
masyarakat yang mengikuti pemicuan adalah ibu-ibu dikarenakan
memang sudah biasa ibu-ibu yang mengikuti kegiatan yang berkaitan
dengan kesehatan, terutama jika yang mengajak adalah kader posyandu.
75
Diagram 4.1
Responden Menurut Usia
Sumber : diolah peneliti, 2018
Dari diagram 4.4 mengenai responden menurut usia, dapat dilihat
bahwa sebagian besar responden yang mengikuti pemicuan adalah
masyarakat dengan usia 41-50 tahun yaitu sebanyak 36% atau 36
responden, sedangkan responden yang berusia 31-40 tahun yaitu
sebanyak 28% atau 28 responden, lalu yang berusia 51-60 tahun
sebanyak 27% atau 27 responden dan yang terakhir adalah berusia 20-30
tahun yang hanya sebanyak 9% dari keseluruhan responden atau hanya
sebanyak 9 orang.
9%
28%
36%
27%
Usia Responden
20-30
31-40
41-50
51-60
76
Diagram 4.2
Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Sumber : diolah peneliti, 2018
Dari diagram 4.2 mengenai responden menurut tingkat
pendidikannya, terlihat bahwa hampir semua masyarakat yang mengikuti
pemicuan adalah masyarakat yang mengenyam pendidikan Tingkat
Sekolah Dasar, yaitu sebanyak 79% atau 79 responden. Sedangkan 16%
atau 16 responden tidak sekolah dan hanya 5% atau sebanyak 5
responden yang merupakan lulusan SMP. Karena sebagian besar
masyarakat yang menjadi responden berasal dari keluarga kurang mampu
sehingga memiliki keterbatasan biaya untuk mengenyam pendidikan
sampai tingkat SMP atau SMA, dan hanya sedikit masyarakat yang
menjadi responden dalam penelitian ini yang mampu mengenyam
pendidikan sampai tingkat SMP.
79%
5% 16%
Pendidikan Responden
SD
SMP
Tidak Sekolah
77
Diagram 4.3
Responden Menurut Pekerjaan
Sumber : diolah peneliti, 2018
Dari diagram 4.3 mengenai responden menurut pekerjaannya,
terlihat bahwa pekerjaan masyarakat yang mengikuti pemicuan dan
responden dalam penelitian ini sebagian besar adalah Ibu Rumah Tangga
yaitu sebesar 95% atau sebanyak 95 responden, karena waktu
pelaksanaan pemicuan dilakukan pada saat jam kerja. Sehingga banyak
Ibu Rumah Tangga yang mengikuti pemicuan. Sedangkan hanya 4% atau
4 responden saja yang bekerja sebagai pedagang dan 1% atau 1
responden yang bekerja sebagai buruh.
95%
1% 4%
Pekerjaan Responden
IRT
Buruh
Pedagang
78
Diagram 4.4
Responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
Sumber : diolah peneliti, 2018
Dari diagram 4.4 menenai responden berdasarkan jumlah anggota
keluarga, terlihat bahwa sebagian besar masyarakat yang mengikuti
pemicuan adalah masyarakat yang memiliki rentang jumlah anggota
keluarga 1-5 orang yaitu sebesar 68% atau sebanyak 68 responden.
Sedangkan sisanya, yaitu sebanyak 32% atau 32 responden memiliki
anggota keluarga 6-10 orang. Jumlah anggota keluarga berkaitan dengan
penelitian ini, karena sanitasi yang dalam hal ini adalah jamban berarti
membicarakan jamban keluarga. Dan perilaku Buang Air Besar
Sembarangan dalam sebuah keluarga berkaitan dengan kepemilikan
jamban.
68%
32%
Jumlah Anggota Keluarga
1-5
6-10
79
Diagram 4.5
Responden berdasarkan Kepemilikan Jamban
Sumber : diolah peneliti, 2018
Berdasarkan diagram 4.5 mengenai responden berdasarkan
kepemilikan jamban, dapat dilihat bahwa dari 100 masyarakat yang
menjadi responden sebagian besar adalah masyarakat yang tidak
memiliki jamban, yaitu sebesar 75% atau sebanyak 75 responden.
Sedangkan masyarakat yang memiliki jamban hanya 25% atau sebanyak
25 responden saja. Namun kepemilikan jamban tidak menjamin
masyarakat menggunakan jamban tersebut, sehingga peneliti
menanyakan juga kepada masyarakat mengenai penggunaan jamban
untuk keperluan sehari-hari yang dapat dilihat pada diagram berikut :
75%
25%
Kepemilikan Jamban
Tidak
Ya
80
Diagram 4.6
Responden Berdasarkan Penggunaan Jamban
Sumber : diolah peneliti, 2018
Dari diagram 4.6 mengenai responden berdasarkan penggunaan
jamban, terlihat bahwa sebesar 55% atau sebanyak 55 responden tidak
menggunakan jamban untuk keperluan sehari-hari. Dan 45% atau 45
responden lainnya menggunakan jamban untuk keperluan sehari-hari.
Meskipun masyarakat tidak memiliki jamban sendiri, namun tidak semua
masyarakat tidak menggunakan jamban. Terkadang masyarkat memilih
memanfaatkan fasilitas yang tersedia seperti MCK umum yang dibangun
oleh pemerintah. Begitupun sebaliknya, masyarakat yang memiliki
jamban belum tentu menggunakan jamban tersebut. Pembangunan
jamban biasanya didasari karena ada kerabat atau anggota baru yang
tinggal dirumah tersebut, sehingga masyarakat malu jika tidak memiliki
jamban di dalam rumah.
55%
45%
Menggunakan Jamban
Tidak
Ya
81
4.2.2 Analisis Data
Analisis data merupakan proses analisis yang dilakukan peneliti
dengan cara mendeskripsikan data hasil penyebaran kuesioner yang
ditujukan kepada responden yang berada di 5 Kelurahan cakupan wilayah
Puskesmas Kilasah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui penilaian
masyarakat mengenai program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang
telah dilaksanakan.
Untuk lebih jelasnya, peneliti menjelasakan dalam bentuk diagram
dan disertai dengan pemaparan serta kesimpulan dari hasil jawaban
responden. Butir pernyataan yang tertuang dalam kuesioner diuraikan
oleh peneliti untuk penjelasan butir-butir pertanyaan secara sistematis.
Kuesioner disebarkan kepada 100 orang masyarakat yang menjadi
responden. Setiap kuesioner berisi 26 pernyataan yang terbagi kedalam 3
indikator dan 6 sub-indikator. Dari setiap pernyataan terdapat 4 pilihan
jawaban yang dapat dipilih oleh masyarakat, yaitu sangat setuju dengan
skor 4, setuju dengan skor 3, tidak setuju dengan skor 2 dan sangat tidak
setuju dengan skor 1. Jawaban ini nantinya akan memberikan penilai
terhadap program yang menjadi fokus penelitian. Berikut pemaparan
hasil penyebaran kuesioner kepada responden :
82
1. Indikator Pencapaian Target
Diagram 4.7
Pemilihan Waktu Pemicuan
Sumber : data diolah peneliti, 2018
Dari diagram 4.7 mengenai pemilihan waktu pemicuan sudah tepat,
terlihat bahwa dari 100 repsonden sebanyak 80% atau 80 responden
menjawab setuju dengan pernyataan tersebut. Sedangkan 5% atau
sebanyak 5 responden menjawab sangat setuju dan sisanya sebanyak
15% atau 15 responden memilih jawaban tidak setuju. Responden
menjawab setuju karena pemicuan dilaksanakan pada waktu dimana
responden yang sebagian besar adalah Ibu Rumah Tangga, sudah
selesai dengan urusan pekerjaan rumahnya dan sedang berada di
rumah, yaitu pada pukul 10.00 WIB atau sore hari pada pukul 16.00
WIB.
5%
80%
15%
Pernyataan ke-1
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
83
Sedangkan untuk responden yang menjawab tidak setuju ,
dikarenakan sedang memiliki pekerjaan lain yang harus dikerjakan,
seperti pedagang yang harus menjaga dagangannya. Atau Ibu Rumah
Tangga yang sedang beristiraha setelah menyelesaikan pekerjaan
rumah. Meskipun demikian, kesimpulan dari pernyataan pertama
adalah sebagian besar responden setuju jika pemilihan waktu
pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat sudah tepat.
Diagram 4.8
Lama Waktu Pemicuan
Sumber : data diolah peneliti, 2018
Berdasarkan diargam 4.8 mengenai pernyataan bahwa lama waktu
pemicuan sudah mampu menimbulkan kesadaran, terlhat bahwa 79%
atau sebanyak 79 responden menjawab setuju dengan pernyataan
tersebut. Sedangkan 5% atau sebanyak 5 responden menjawab sangat
5%
79%
16%
Pernyataan ke-2
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
84
setuju dan sisanya yaitu 16% atau 16 responden menjawab tidak
setuju.
Lama waktu pemicuan adalah kurang lebih 2 jam dan sebagian
responden setuju jika 2 jam sudah cukup untuk menimbulkan
kesadaran didiri masyarakat. Sedangkan responden yang menjawab
tidak setuju beranggapan bahwa 2 jam saja tidak cukup untuk
menimbulkan kesadaran, terutama akan pentingnya kesehatan. Karena
masih ditemui masyarakat yang abai akan kesehatan. Kesimpulan
untuk pernyataan kedua mengenai lama waktu pelaksanaan pemicuan
adalah sebagian besar setuju jika lama waktu pemicuan untuk
menimbulkan kesadaran sudah cukup
85
Diagram 4.9
Pelaksanaan Pemicuan dilakukan Berulang
Sumber : data diolah peneliti, 2018
Dari diagram 4.9 mengenai pelaksanaan pemicuan dilakukan
berulang, dapat dilihat bahwa untuk pernyataan ketiga, sebagian besar
responden menjawab tidak setuju, yaitu sebanyak 81% atau 81
responden dan 19% atau sebanyak 19 responden memilih jawaban
sangat tidak setuju.
Berdasarkan informasi yang didapat oleh peneliti dari Sanitarian
Puskesmas Kilasah dan Kader posyandu, dikatakan bahwa pemicuan
hanya dilakukan sekali di tiap kampung. Sedangkan setelah pemicuan
hanya dilakukan pengecekan apakah setelah pemicuan ada masyarakat
yang membangun jamban atau tidak dan juga tidak melakukan Buang
Air Besar Sembarangan (BABS) lagi. Sehingga jawaban responden
yang memilih tidak setuju dan sangat tidak setuju sesuai dengan yang
dikatakan oleh pelaku pemicuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
81%
19%
Pernyataan Ke-3
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
86
masyarakat tidak setuju dengan pernyataan ketiga bahwa pemicuan
dilakukan secara berulang.
Diagram 4.10
Sasaran Pemicuan adalah Masyarakat yang Masih Buang Air
Besar Sembarangan (BABS)
Sumber : data diolah peneliti, 2018
Dari diagram 4.10 mengenai pernyataan bahwa sasaran pemicuan
adalah masyarakat yang masih melakukan Buang Air Besar
Sembarangan (BABS), terlihat bahwa 69% atau sebanyak 69
responden memilih jawaban setuju dan 31% atau sebanyak 31
responden memilih jawaban tidak setuju untuk pernyataan keempat
bahwa masyarakat yang mengikuti pemicuan adalah masyarakat yang
masih melakukan Buang Air Besar Sembarangan.
69%
31%
Pernyataan ke-4
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
87
Responden yang menjawab tidak setuju adalah responden yang
sudah tidak melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS).
Masyarakat yang tidak melakukan Buang Air Besar Sembarangan
(BABS) juga turut diajak mengikuti pemicuan, agar terdapat
perbandingan antara masyarakat yang masih Buang Air Besar
Sembarangan (BABS) dengan yang tidak. Kesimpulannya adalah
meskipun sasaran program ini adalah untuk masyarakat yang masih
melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS), tetapi diperlukan
juga masyarakat yang tidak melakukan Buang Air Besar Sembarangan
(BABS) sebagai perbandingan dan juga pemicu agar masyarakat mau
merubah kebiasaannya Buang Air Besar Sembarangan (BABS) agar
menjadi lebih sehat.
88
Diagram 4.11
Sasaran Pemicuan adalah Masyarakat yang Tidak Memiliki
Jamban
Sumber : data diolah peneliti, 2018
Dari diagram 4.11 mengenai pernyataan bahwa sasaran pemicuan
adalah masyarakat yang tidak memiliki jamban, terlihat sebagian
besar responden memilih setuju dengan pernyataan ke-5, yaitu 78%
atau sebanyak 78 orang. Sedangkan 3% atau sebanyak 3 responden
memilih sangat setuju dan 19% atau sebanyak 19 responden memilih
jawaban tidak setuju.
Sama seperti pernyataan sebelumnya, bahwa meskipun sasarannya
adalah masyarakat yang tidak memiliki jamban, tetapi dalam
pelaksanaannya masyarakat yang memiliki jamban juga diikutsertakan
sebagai pembanding sekaligus pemicu agar masyarakat mau
membangun jamban. Meskipun begitu, namun ada masyarakat yang
3%
78%
19%
Pernyataan ke-5
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
89
tidak memiliki jamban tetapi telah menggunakannya untuk keperluan
sehari-hari. Atau masyarakat yang memiliki jamban tetapi tidak
menggunakannya untuk keperluan sehari-hari. Jadi sasaran ini tidak
hanya dikhususkan bagi masyarakat yang tidak memiliki jamban saja,
tetapi yang memilki dan juga yang menggunakan jamban. Sehingga
bisa saling berbagi informasi mengenai manfaat dari memiliki dan
menggunakan jamban.
Diagram 4.12
Partisipasi Masyarakat Dalam Pemicuan Sangat Tinggi
Sumber : data diolah peneliti, 2018
Dari diagram 4.12 mengenai pernyataan bahwa partisipasi
masyarakat dalam mengikuti pemicuan sangat tinggi, sebanyak 12%
atau 12 responden menjawab sangat setuju, 64% atau sebanyak 64
responden menjawab setuju dan 24% atau sebanyak 24 responden
12%
64%
24%
Pernyataan ke-6
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
90
memilih menjawab tidak setuju dengan pernyataan bahwa partisipasi
masyarakat dalam pemicuan sangat tinggi.
Berdasarkan wawancara dengan responden, didapatkan jawaban
bahwa responden memilih setuju karena jumlah masyarakat yang
mengikuti pemicuan cukup banyak, yaitu sekitaran 20 orang atau
lebih. Sedangkan responden yang menjawab tidak setuju mengatakan
bahwa masyarakat banyak yang datang karena awalnya tidak
mengetahui bahwa masyarakat dikumpulkan untuk mengikuti
pemicuan pemicuan. Sebagian besar masyarakat yang datang hanya
mengikuti arahan dari kader dan Bu RT untuk berkumpul. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pemicuan
sebenarnya tidak terlalu tinggi, karena masyarakat yang datang tidak
mengetahui bahwa perkumpulan tersebut adalah pemicuan Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM). Meskipun demikian, namun
melihat dari jawaban responden, sebagian besar memilih jawaban
setuju untuk pernyataan bahwa partisipasi masyarakat dalam
pemicuan sangat tinggi.
91
2. Indikator Integrasi
Diagram 4.13
Penyampaian Maksud dan Tujuan Sudah Baik dan Jelas
Sumber : data diolah peneliti, 2018
Dari diagram 4.13 mengenai pernyataan bahwa penyampaian
maksud dan tujuan sudah baik dan jelas, dapat dilihat bahwa 83% atau
sebanyak 83 responden memilih jawaban setuju, 6% atau sebanyak 6
responden memilih jawaban sangat setuju dan 11% atau sebanyak 11
responden memilih jawaban tidak setuju. Hal ini dikarenakan pelaku
pemicuan atau tim fasilitator mampu menyampaikan maksudnya
mengadakan perkumpulan kepada masyarakat dengan baik dan jelas.
Sehingga masyarakat mengerti dan memahami apa yang disampaikan
dalam pemicuan.
6%
83%
11%
Pernyataan Ke-7
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
92
Namun beberapa masyarakat ada juga yang tidak mengerti maksud
dan tujuan dari pemicuan dan menganggap bahwa akan diberikan
bantuan jamban secara gratis. Padahal dalam pemicuan tidak ada
pemberian subsidi kepada masyarakat. Sehingga terjadi
kesalahpahaman di beberapa masyarakat. Meskipun begitu,
masyarakat tetap mengikuti proses pemicuan sampai selesai.
Diagram 4.14
Membaur dengan Masyarakat
Diagram 4.14
Masyarakat Ikut Berdiskusi
Sumber : data diolah peneliti, 2018
Dari diagram 4.14 mengenai pernyataan bahwa pelaku pemicuan
mampu berbaur dengan masyarakat, diketahui bahwa untuk
pernyataan kedelapan, hampir semua responden memilih setuju yaitu
87% atau sebanyak 87 responden , 2% atau sebanyak 2 responden
memilih jawaban sangat setuju, sedangkan 11% atau sebanyak 11
responden memilih jawaban tidak setuju. Hal ini dikarenakan pelaku
2%
87%
11%
Pernyataan ke-8
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
93
pemicuan atau tim fasilitator mampu berbaur dengan masyarakat dan
mampu mencarikan suasana. Sesekali tim fasilitator membubuhi
diskusi dengan ice breaking agar masyarakat tidak bosan ketika
diskusi berlangsung. Tim fasilitator juga menggunakan istilah dan
bahasa setempat, yaitu bahasa jawa serang yang menjadi bahasa
sehari-hari masyarakat Kasemen. Sehingga tim fasilitator lebih bisa
membaur dengan masyarakat. Sedangkan responden yang memilih
tidak setuju karena ketika proses pemicuan dilaksanakan, akibat
banyaknya masyarakat yang datang, beberapa masyarakat tidak dapat
mengikuti setiap proses dalam pemicuan. Sehingga responden
beranggapan bahwa pelaku pemicuan kurang bisa berbaur dengan
semua masyarakat.
94
Diagram 4.15
Masyarakat Ikut Berdiskusi
Sumber : data diolah peneliti, 2018
Dari diagram 4.15 mengenai pernyataan bahwa tim fasilitator
mampu membawa masyarakat untuk ikut berdiskusi, dapat dilihat
bahwa hampir sebagian besar masyarakat memilih jawaban setuju,
yaitu 76% atau sebanyak 76 responden, sedangkan 7% atau sebanyak
7 responden memilih jawaban sangat setuju, dan 17% atau sebanyak
17 responden memilih jawaban tidak setuju untuk kesembilan.
Hampir semua responden menyatakan bahwa saat pemicuan
masyarakat mampu menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh tim
fasilitator, begitupun sebaliknya ketika masyarakat menanyakan
mengenai kesehatan kepada tim fasilitator. Sehingga terciptalah
diskusi antara masyarakat dan tim fasilitator dan diskusi berjalan
dengan baik. Sedangkan responden yang memilih jawaban tidak
setuju adalah responden yang tidak menganggap bahwa pemicuan
7%
76%
17%
Pernyataan ke-9
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
95
tersebut adalah sebuah diskusi, karena yang lebih aktif adalah tim
fasilitator dan masyarakat hanya mengikuti arahan atau menajwab
ketika ditanyakan. Ada pula masyarakat yang hanya mendengarkan
saja tanpa bertanya. Bahkan ada masyarakat dengan pendengaran yang
kurang, sehingga hanya melihat proses berjalannya diskusi tanpa
terlibat secara langsung dalam diskusi.
Diagram 4.16
Pemicuan Sudah Berjalan dengan Baik
Sumber : data diolah peneliti, 2018
Dari diagram 4.16, terlihat bahwa sebagian besar responden
memilih jawaban setuju, yaitu sebanyak 80 responden dan hanya 20
responden yang menjawab tidak setuju untuk pernyataan bahwa
pemicuan yang dilakukan oleh tim fasilitator sudah berjalan dengan
baik. Responden yang memilih jawaban tidak setuju menyatakan
bahwa pemicuan belum berjalan dengan baik, karena ada masyarakat
yang tidak mengikuti hingga pemicuan selesai atau masyarakat hanya
mengikuti tanpa ada timbal balik. Pemicuan yang bersifat sukarela
80%
20%
Pernyataan ke-10
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
96
tidak bisa mengikat masyarakat untuk harus mengikuti pemicuan
hingga selesai, atau menuntut masyarakat untuk aktif selalu bertanya.
Karenanya ketika pemicuan dilakukan, tim fasilitator tidak terlalu
memaksa masyarakat untuk aktif bertanya. Sehingga pemicuan
dikatakan belum berjalan dengan baik. Responden yang menjawab
tidak setuju juga beralasan bahwa pemicuan sebenarnya tidak sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Karena yang diharapkan masyarakat
adalah bentuk nyata, yaitu pembangunan jamban gratis. Seperti yang
dialami oleh peneliti ketika pertama bertemu dengan responden,
sebagian besar responden beranggapan bahwa peneliti merupakan
perwakilan dari pemerintah yang akan memberikan bantuan jamban
gratis.
Meskipun begitu, melihat dari diagram 4.16 dimana sebagian besar
masyarakat menyetujui jika pemicuan sudah berjalan dengan baik,
karena didalam pemicuan tersebut, masyarakat memungkinkan untuk
berdiskusi dan sharing dengan orang-orang dari bidang kesehatan
seputar kesehatan. Dan juga dalam pemicuan masyarakat bisa
menyampaikan keluh kesah serta keinginan memiliki jamban sendiri.
Sehingga masyarkat berharap dengan melalui pemicuan pemerintah
dapat memberikan bantuan jamban gratis.
97
Diagram 4.17
Masyarakat Aktif Menjawab
sumber : data diolah peneliti, 2018
Dari diagram 4.17 diatas, dapat dilihat bahwa 7% atau sebanyak 7
responden memilih jawaban sangat setuju, kemudian 79% atau
sebanyak 79 responden menjawab setuju dan sisanya yaitu 14% atau
sebanyak 14 responden memilih jawaban tidak setuju untuk
pernyataan bahwa masyarakat aktif menjawab pertanyaan yang
diajukan selama pemicuan berlangsung.
Responden yang menjawab setuju dan sangat setuju mengatakan
bahwa masyarakat selalu menjawab ketika ditanya, sehingga
menyetujui jika selama pemicuan masyarakat aktif menjawab
pertanyaan yang diajukan pelaku pemicuan. Sedangkan responden
yang menjawab tidak setuju hanya mengikuti pemicuan tetapi tidak
terlalu aktif menjawab pertanyaan yang diajukan. Ada juga
7%
79%
14%
Pernyataan ke-11
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
98
masyarakat yang pendengarannya kurang sehingga tidak ikut
menjawab setiap pertanyaan yang ditanyakan pelaku pemicuan,
kecuali jika dibantu oleh masyarakat lain seperti ketika peneliti
menanyakan mengenai pemicuan yang dibantu oleh kader. Banyak
juga masyarakat yang hanya ikut-ikutan menjawab ketika ditanya oleh
pelaku pemicuan. Pada dasarnya masyarakat akan menjawab
pertanyaan yang disebutkan oleh pelaku pemicuan karena pertanyaan
tersebut merupakan pertanyaan yang umum dan mampu dijawab oleh
masyarakat. Untuk pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa
masyarakat memilih setuju dengan pernyataan bahwa selama
pemicuan masyarakat aktif menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
pelaku pemicuan.
99
Diagram 4.18
Masyarakat Mengikuti Arahan yang diminta
Sumber : data diolah peneliti, 2018
Dari diagram 4.18 mengenai pernyataan bahwa masyarakat
mengikuti arahan yang diminta oleh pelaku pemicuan, terlihat
sebagian besar masyarakat menjawab setuju, yaitu 84% atau sebanyak
84 responden. Sedangkan 4% atau sebanyak 4 responden memilih
jawaban sangat setuju dan 12% atau sebanyak 12 responden lainnya
menjawab tidak setuju.
Masyarakat yang menjawab sangat setuju dan setuju mengatakan
bahwa selama pemicuan sebagian besar masyarakat mengikuti arahan
yang diminta oleh pelaku pemicuan. Terutama saat pemetaan dimana
masyarkat diminta untuk membuatkan peta kampungnya, dan
menandai dimana saja titik-titik masyarakat biasa melakukan Buang
Air Besar Sembarangan (BABS), hingga transect walk dimana
4%
84%
12%
Pernyataan ke-12
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
100
masyarakat diajak ke salah satu titik tempat masyarakat Buang Air
Besar Sembarangan (BABS), untuk kemudian diberikan pemahaman
kepada masyarakat mengenai bahaya nya. Meskipun ada masyarakat
yang tidak mengikuti arahan yang diminta oleh pelaku pemicuan
karena tidak mengikuti kegiatan hingga selesai. Tetapi secara
keseluruhan responden setuju dengan pernyataan bahwa masyarakat
mengikuti arahan yang diminta oleh pelaku pemicuan selama
pemicuan.
Diagram 4.19
Masyarakat Memberikan Masukan Untuk Mengatasi Masalah
Buang Air Besar Sembarangan
Sumber : data diolah peneliti, 2018
Dari diagram 4.19 mengenai pernyataan bahwa masyarakat
memberikan masukan untuk mengatasi permasalahan Buang Air
Besar Sembarangan (BABS), dapat dilihat bahwa untuk pernyataan
ke-13 sebagian besar masyarakat menjawab tidak setuju yaitu 84%
atau sebanyak 84 responden dan 14% atau sebanyak 14 responden
2%
84%
14%
Pernyataan ke-13
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
101
menjawab sangat tidak setuju dan hanya 2% atau sebanyak 2
responden yang memilih jawaban setuju.
Masyarakat yang menjawab setuju mengajukan pembangunan
jamban komunal dengan gotong-royong. Hal ini dikarenakan rumah
warga yang berdempetan dan tidak ada lahan untuk membangun
septic tank di masing-masing rumah, sehingga jamban komunal sangat
cocok. Tetapi pembuatan jamban tersebut tetap membutuhkan biaya
yang menurut masyarakat tidak sedikit dan masyarakat tidak
memprioritaskan pembangunan jamban komunal tersebut. Sehingga
masukan tersebut tidak terlaksana dan pemicuan hanya sebatas
perkumpulan saja tanpa adanya kelanjutan dari masyarakat karena
masyarakat masih berpikir dua kali untuk mengeluarkan biaya
pembangunan jamban dan lebih mengharapkan bantuan gratis dari
pemerintah. Sedangkan dalam program ini tidak memberikan bantuan
kepada masyarakat, karena hanya memberdayakan masyarakat untuk
mau berupaya merubah sendiri perilakunya menjadi lebih higienis dan
saniter. Secara keseluruhan, responden memilih jawaban tidak setuju
dengan pernyataan bahwa masyarakat memberikan masukan untuk
mengatasi permasalahan Buang Air Besar Sembarangan (BABS).
102
Diagram 4.20
Masyarakat Mengikuti Proses Pemicuan Hingga Selesai
Sumber : data diolah peneliti, 2018
Dari diagram 4.20 mengenai pernyataan bahwa masyarakat
mengikuti pemicuan hingga selesai, terlihat bahwa untuk pernyataan
ke-14 sebagian besar responden menjawab setuju yaitu 61% atau
sebanyak 61 responden, sedangkan sisanya yaitu 39% atau sebanyak
39 responden menjawab tidak setuju. Karena masyarakat tidak
semuanya mengikuti pemicuan dari awal hingga selesai. Masyarakat
ada yang mengikuti pemicuan tetapi tidak aktif dalam diskusi dengan
pelaku pemicuan, sedangkan yang lainnya ada yang tidak mengikuti
sampai akhir pemicuan karena sudah memahami maksud dari
pemicuan tersebut atau karena adanya urusan lain.
Berdasarkan diagram 4.20 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden setuju dengan pernyataan bahwa masyarakat mengikuti
pemicuan hingga selesai.
61%
39%
Pernyataan ke-14
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
103
Diagram 4.21
Informasi yang disampaikan dipahami Masyarakat
Sumber : data diolah peneliti, 2018
Dari diagram 4.21 mengenai pernyataan bahwa informasi yang
disampaikan dalam pemicuan dapat dipahami oleh masyarakat,
terlihat sebagian besar responden yaitu 59% atau sebanyak 59
responden memilih jawaban setuju, sedangkan sisanya yaitu 41% atau
sebanyak 41 responden memilih jawaban tidak setuju.
Responden yang memilih tidak setuju karena telah lupa mengenai
informasi apa saja yang disampaikan pada pemicuan dan hanya
mengetahui bahwa perkumpulan tersebut membicarakan tentang WC.
Hal ini terjadi karena pemicuan tersebut sudah lama dilaksanakan dan
usia responden yang sudah berumur, sehingga tidak bisa mengingat
informasi apa saja yang disampaikan. Selain itu, ada juga masyarakat
yang memiliki pendengaran yang kurang. Sehingga tidak semua
59%
41%
Pernyataan ke-15
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
104
informasi yang disampaikan oleh pelaku pemicuan dipahami
masyarakat.
Diagram 4.22
Pemicuan sesuai dengan Kebutuhan Masyarakat
Sumber : data diolah peneliti, 2018
Dari diagram 4.22, terlihat bahwa sebagian besar masyarakat
memilih jawaban tidak setuju yaitu 57% atau sebanyak 57 responden,
sedangkan 11% atau sebanyak 11 responden memilih jawaban sangat
tidak setuju dan hanya 32% atau 32 responden yang memilih jawaban
setuju untuk pernyataan bahwa pemicuan sudah sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Seperti yang telah disebutkan pada diagram
4.19 bahwa sebagian besar yang masyarakat butuhkan adalah bentuk
nyata dari pemerintah, bukan hanya sekedar pemberitahuan informasi
mengenai bahayanya. Masyarakat lebih membutuhkan pemberian
bantuan untuk membangun jamban daripada informasi mengenai
bahaya Buang Air Besar Sembarangan (BABS), karena pada dasarnya
32%
57%
11%
Pernyataan ke-16
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
105
masyarkat sudah menyadari akan bahaya dari perilaku Buang Air
Besar Sembarangan (BABS), namun karena terhalang biaya yang
tidak murah, maka masyarakat tetap memanfaatkan lahan hijau
sebagai pengganti jamban.
Masyarakat juga menginginkan pemberian jamban gratis untuk
setiap rumah, bukan pembuatan jamban umum atau MCK umum,
karena MCK umum tetap mengharuskan masyarakat membayar iuran
dan ini memberatkan menurut masyarakat. Selain karena harus
membayar iuran untuk biaya listriknya, terkadang pembangunan MCK
Umum juga jauh dari rumah masyarakat yang membutuhkan jamban.
Letaknya yang berjauhan dari rumah membuat masyarakat enggan
menggunakan MCK umum dan lebih memilih kebon yang lebih dekat.
Seperti di Kelurahan Warung Jaud, dimana MCK umum dibangun di
dekat rumah warga yang telah memiliki dan menggunakan jamban,
dan jauh dari rumah warga yang tidak memiliki jamban. Karena
rumah warga yang berdempetan sehingga tidak ada lahan untuk
membangun MCK umum, sehingga mengunakan lahan yang ada.
Selain itu, letaknya yang dekat rumah RT membuat lebih mudah
untuk mengontrol penggunaan dan pembayaran iuran. Namun tetap
saja, makin lama masyarakat tidak memanfaatkan MCK tersebut dan
kembali menggunakan lahan pertanian yang ada.
106
3. Indikator Adaptasi
Diagram 4.23
Masyarakat Menyadari Pentingnya Kesehatan
Sumber : data diolah peneliti, 2018
Dari diagram 4.23 mengenai pernyataan bahwa setelah mengikuti
pemicuan masyarakat menyadari pentingnya kesehatan, terlihat bahwa
69% atau sebanyak 69 responden memilih jawaban setuju, 30% atau
sebanyak 30 responden memilih jawaban tidak setuju dan hanya 1%
atau sebanyak 1 responden yang menjawab sangat setuju.
Responden yang menjawab tidak setuju berpendapat bahwa
sebelum mengikuti pemicuan sebenarnya masyarakat sudah
menyadari pentingnya kesehatan. Sehingga tidak setuju dengan
pernyataan setelah mengikuti pemicuan masyarakat menyadari
pentingnya kesehatan. Sedangkan responden yang menjawab setuju
mengatakan mendapatkan pemahaman baru dan menambah
pemahaman akan pentingnya kesehatan setelah pemicuan. Karena
1%
69%
30%
Pernyataan ke-17
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
107
dalam pemicuan masyarakat bisa bertanya kepada orang yang berasal
dari bidang kesehatan dan mendapatkan informasi yang berkaitan
dengan kesehatan terutama seputar perilaku Buang Air Besar
Sembarangan.
Diagram 4.24
Masyarakat Menyadari Bahaya Buang Air Besar Sembarangan
Sumber : data diolah peneliti, 2018
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa untuk pernyataan
mengenai setelah mengikuti pemicuan masyarakat menyadari bahaya
Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Dari seratus responden,
sebagian besar responden setuju, yaitu 66% atau sebanyak 66
responden, sedangkan 34% atau sebanyak 34 responden memilih
jawaban tidak setuju. Meskipun pada dasarnya masyarakat sudah
mengetahui bahaya dari Buang Air Besar Sembarangan (BABS)
sebelum pemicuan, tetapi masyarakat mendapatkan penguatan
daripada sebelumnya mengenai bahaya Buang Air Besar
66%
34%
Pernyataan ke-18
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
108
Sembarangan (BABS), sedangkan masyarakat yang menjawab tidak
setuju adalah masyarakat yang tidak melakukan Buang Air Besar
Sembarangan (BABS) karena telah memiliki jamban sendiri dan telah
menggunakan jamban, sehingga masyarakat memilih tidak setuju.
Berdasarkan informasi yang didapatkan dari Sanitarian UPT
Puskesmas Kilasah juga mengiyakan jika masyarakat sudah
mengetahui bahaya perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS),
namun karena keterbatasan biaya dan faktor kebiasaan, sehingga sulit
merubah perilakunya tersebut. Berdasarkan tabel diatas, dapat
disimpulkan bahwa responden setuju dengan pernyataan bahwa
masyarakat mengetahui bahaya Buang Air Besar Sembarangan
(BABS) setelah mengikuti pemicuan.
109
Diagram 4.25
Timbul Keinginan Membangun Jamban Sendiri
Sumber : data diolah peneliti, 2018
Dari diagram 4.25 diatas, terlihat bahwa 52% atau sebanyak 52
responden menjawab setuju dan sisanya yaitu 48% atau sebanyak 48
responden menjawab tidak setuju untuk pernyataan bahwa timbul
keinginan membangun jamban sendiri setelah mengikuti pemicuan.
Pada dasarnya masyarakat sudah memiliki keinginan untuk
membangun jamban sendiri, namun karena terhalang oleh masalah
ekonomi, sehingga berpikir dua kali untuk membangun jamban
sendiri. Selain ekonomi, hal lain yang membuat masyarakat tidak
setuju adalah karena telah memiliki jamban sendiri, dan juga telah
memanfaatkan jamban umum yang ada. Sehingga tidak setuju untuk
membangun jamban sendiri serta tidak ada lahan untuk membangun
jamban sendiri di dalam rumah. Tidak jarang responden menjawab
setuju pelaku pemicuan sebagai pernyambungtangan pemerintah.
52%
48%
Pernyataan ke-19
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
110
Meskipun demikian, untuk pernyataan kesembilan belas, responden
setuju dengan pernyataan timbul keinginan membangun jamban
sendiri setelah mengikuti pemicuan.
Diagram 4.26
Masyarakat Malu Melakukan Buang Air Besar Sembarangan
Sumber : data diolah peneliti, 2018
Dari diagram 4.26 diatas terlihat bahwa jawaban di dominasi oleh
tidak setuju, yaitu 70% atau sebanyak 70 responden, dan sangat tidak
setuju 16% atau sebanyak 16 responden sedangkan 14% atau
sebanyak 14 responden menjawab setuju. Masyarakat yang setuju
adalah masyarakat yang telah memiliki jamban dan menggunakan
jamban, sedangkan masyarakat yang memilih tidak setuju dan sangat
tidak setuju adalah masyarkat yang masih melakukan Buang Air Besar
Sembarangan (BABS). Karena meskipun malu tetapi masyarakat
masih tetap melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS)
14%
70%
16%
Pernyataan ke-20
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
111
dengan alasan tidak punya jamban, atau akses terhadap jamban umum
sangat jauh, atau karena sudah terbiasa memanfaatkan lahan pertanian.
Salah satu cara menghilangkan rasa malu adalah mencari tempat lain
yang lebih tertutup atau tempat yang jarang dilalui oleh orang lain.
Sehingga pemicuan tidak membuat masyarakat menjadi malu
melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dan berpindah
menggunakan jamban yang tersedia. Faktor kenyamanan juga menjadi
salah satu penyebab masyarakat masih melakukan Buang Air Besar
Sembarangan (BABS).
Diagram 4.27
Masyarakat Menyusun Rencana Pembangunan Jamban
Sumber : data diolah peneliti, 2018
Dari diagram 4.27 diatas, sebagian besar responden menjawab
tidak setuju yaitu 78% atau sebanyak 78 responden dan 22% lainnya
atau sebanyak 22 responden menjawab sangat tidak setuju untuk
pernyataan setelah mengikuti pemicuan masyarakat menyusun
rencana pembangunan jamban. Karena setelah pemicuan tidak ada
78%
22%
Pernyataan ke-21
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
112
kelanjutan dari masyarakat, sehingga tidak ada rencana membangun
jamban. Selain itu, sebetulnya di beberapa kampung telah dibangun
MCK umum yang bisa dimanfaatkan masyarakat, namun hanya
bertahan beberapa bulan dan tidak terpakai lagi.
Salah satu kampung di Kelurahan Kilasah, yaitu kampung Kilasah
3 bahkan terdapat mitos di MCK umum yang dibangun oleh
pemerintah melalui program NUSP. MCK tersebut tidak digunakan
selama hampir satu tahun karena masyarakat tidak ada yang
membayar iuran dan tidak ada yang membersihkan kamar mandi yang
ada. Karena telah lama tidak digunakan, kamar mandi tersebut dihuni
oleh makhluk lain yang diyakini masyarakat sebagai “uka-uka”. Mitos
yang beredar adalah setiap hari Selasa dan Kamis, akan ada anak kecil
yang kesurupan jika melihat kearah kamar mandi tersebut. Karena
letak kamar mandi berdekatan dengan madrasah dan tempat mengaji
anak-anak di kampung tersebut. Sehingga banyak orang tua yang lebih
memilih anaknya Buang Air Besar Sembarangan (BABS) daripada
menggunakan kamar mandi tersebut. Akibat mitos tersebut, kamar
mandi yang telah dibangun oleh pemerintah tidak pernah digunakan
lagi dan terbengkalai. Bahkan lampu nya saja sudah hilang, meskipun
bangunannya masih sangat bagus.
113
Diagram 4.28
Tidak Ada Masyarakat yang Melakukan Buang Air Besar
Sembarangan
Sumber : diolah peneliti, 2018
Dari diagram diatas terlihat bahwa sebagian besar responden
memilih jawaban tidak setuju, yaitu 78% atau sebanyak 78 responden
dan 22% atau sebanyak 22 responden memilh jawaban sangat tidak
setuju untuk pernyataan bahwa setelah pemicuan tidak ada masyarakat
yang melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Hal ini
dikarenakan meskipun telah dilakukan pemicuan tetapi masyarakat
masih tetap melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS).
Selain ekonomi dan kebiasaan, faktor lainnya adalah karena mitos
yang beredar di masyarakat. Salah satunya adalah di Kampung
Kesaud, Kelurahan Warung Jaud. Terdapat masyarakat yang tidak
mau membangun jamban di dalam rumah karena tidak bagus jika
jamban yang merupakan tempat membuang kotoran ada di dalam
78%
22%
Pernyataan ke-22
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
114
rumah, sehingga lebih memilih menggunakan lahan pertanian yang
jauh dari rumahnya. Meskipun masyarakat menyadari bahaya Buang
Air Besar Sembarangan (BABS) tetapi tidak mengurangi perilaku
masyarakat untuk melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS).
Terkadang ada masyarakat yang sudah memiliki jamban tetapi masih
melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) karena sudah
terbiasa. Dari diagram diatas, dapat disimpulkan bahwa responden
tidak setuju untuk pernyataan setelah pemicuan tidak ada masyarakat
yang melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS).
Diagram 4.29
Jumlah Tenaga Pemicuan Sudah Cukup
Sumber : data diolah peneliti, 2018
Dari diagram 4.29 diatas, terlihat sebanyak 3% atau 3 responden
memilih jawaban setuju, sedangkan 77% atau sebanyak 77 responden
menjawab setuju dan sisanya 20% atau sebanyak 20 responden
3%
77%
20%
Pernyataan ke-23
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
115
menjawab tidak setuju. Masyarakat yang menjawab sangat setuju dan
setuju beranggapan bahwa jumlah tenaga pemicuan sudah cukup
untuk melakukan pemicuan. Karena sudah ada perwakilan dari bidang
yang berkaitan, seperti sanitarian yang mengerti tentang sanitasi dari
puskesmas, kader posyandu yang juga merupakan warga yang tinggal
dilingkungan mereka, ada juga bidan yang membantu menjelaskan
kepada masyarakat dari segi kesehatan jika ada pertanyaan yang
berkaitan dengan kesehatan yang ditanyakan oleh masyarakat, serta
tokoh masyarakat yang diwakilkan oleh Bu RT. Semuanya sudah
mewakili di tiap bidangnya, sehingga dikatakan sudah cukup.
Sedangkan masyarakat yang memilih tidak setuju dikarenakan jumlah
tenaga yang melakukan pemicuan tidak seimbang dengan jumlah
masyarakat yang datang. Meskipun demikian, untuk pernyataan
mengenai jumlah tenaga pemicuan sudah cukup, responden memilih
setuju.
116
Diagram 4.30
Sarana dan Prasarana Penunjang Sudah Memadai
Sumber : data diolah peneliti, 2018
Dari diagram 4.30 diatas, dapat dilihat sebagian besar responden
memilih jawaban setuju, yaitu 86% atau sebanyak 86 responden, 7%
atau sebanyak 7 responden memilih sangat setuju dan 7% atau 7
reponden lainnya memilih tidak setuju dengan pernyataan bahwa
sarana dan prasarana penunjang pemicuan sudah memadai.
Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk pemicuan tidaklah
banyak, karena yang terpenting dari pemicuan adalah bagaimana
diskusi yang dilakukan dapat memicu masyarakat untuk mau merubah
kebiasaannya menjadi lebih higienis dan saniter. Responden memilih
setuju karena melihat bahwa sarana dan prasarana sudah memadai
untuk melakukan pemicuan. Sedangkan responden yang memilih tidak
setuju beranggapan bahwa masih ada yang kurang ketika perkumpulan
7%
86%
7%
Pernyataan ke-24
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
117
berlangsung, karena ketika masyarakat dikumpulkan untuk sebuah
kegiatan, maka tidak jarang yang beranggapan mendapatkan uang atau
bantuan. Akan tetapi, karena program ini tidak mendapatkan
anggaran dari pemerintah, sehingga untuk menunjang pemicuan hanya
disediakan minuman saja. Hal ini pula yang menyulitkan
mengumpulkan masyarakat untuk mengikuti pemicuan, karena tidak
ada sesuatu yang bisa menarik minat masyarakat untuk berkumpul.
Dan karena sifatnya yang sukarela, pelaku pemicuan tidak
memaksakan agar semua masyarakat mau mengikuti perkumpulan.
Meskipun demikian, melihat dari hasil penyebaran kuesioner,
masyarakat menyetujui pernyataan bahwa sarana dan sarana
penunjang pemicuan sudah memadai.
118
Diagram 4.31
Pendampingan Setelah Pemicuan
Sumber : data diolah peneliti, 2018
Dari diagram diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar
masyarakat menjawab tidak setuju yaitu 89% atau sebanyak 89
responden, sedangkan 11% atau sebanyak 11 responden lainnya
menjawab sangat tidak setuju. Masyarakat menjawab tidak setuju
karena setelah pemicuan tidak ada pendampingan dari pelaku
pemicuan. Ketika ditanyakan kepada kader disalah satu kampung,
terkadang sanitarian datang ke kampung untuk mengecek dan
menanyakan kemajuan setelah pemicuan. Hanya saja pengecekan
tersebut tidak merata di semua kampung yang sudah di lakukan
pemicuan, dan juga karena sanitarian hanya sendiri sehingga
pendekatan antara pelaku pemicuan dengan masyarakat menjadi
89%
11%
Pernyataan ke-25
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
119
kurang terutama setelah pemicuan. Sehingga masyarakat beranggapan
tidak ada pendampingan setelah pemicuan.
Padahal pendampingan setelah pemicuan merupakan bagian yang
penting. Selain untuk melihat hasil dari pemicuan, pendampingan juga
dapat membantu pelaku pemicuan untuk melihat potensi masyarakat
yang nantinya bisa menjadi Natural Leader yang bisa mengajak
masyarakat agar mau merubah perilakunya menjadi lebih higienis dan
saniter. Meskipun demikian, melihat dari diagram 4.31 diketahui
bahwa responden tidak setuju dengan pernyataan terdapat
pendampingan setelah pemicuan.
Diagram 4.32
Tindak Lanjut Setelah Pemicuan
Sumber : data diolah peneliti, 2018
Untuk pernyataan terakhir pada diagram 4.32 dapat dilihat bahwa
sebagian besar responden menjawab tidak setuju yaitu 78% atau
78%
22%
Pernyataan ke-26
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
120
sebanyak 78 responden dan 22% atau sebanyak 22 responden lainnya
menjawab sangat tidak setuju. Karena setelah pemicuan tidak ada
kelanjutan apapun dari masyarakat. Meskipun pelaku pemicuan sudah
memberikan masukan untuk menggunakan MCK umum yang telah
tersedia dan menetapkan iuran, tetapi banyak masyarakat yang
menolak. Karena untuk keperluan sehari-hari saja masyarakat masih
kesulitan, meskipun tidak semua masyarakat berpendapat demikian.
Sehingga tidak ada kelanjutan dari pemicuan yang dilakukan oleh
pelaku pemicuan, karena dari masyarakatnya sendiri belum
mementingkan kesehatan dan pembangunan jamban untuk hidup yang
lebih higienis dan saniter. Sehingga pemicuan yang dilakukan oleh
pelaku pemicuan hanya sekedar perkumpulan saja tanpa ada
kelanjutannya.
Tetapi tidak sedikit masyarakat yang terpicu untuk membangun
jamban sendiri, sehingga sanitarian mencari opsi jamban yang murah
agar bisa membantu masyarakat dan tidak memberatkan dalam hal
biaya untuk membangun jamban. Melihat dari diagram 4.32 diketahui
responden tidak setuju dengan pernyataan bahwa terdapat tindak
lanjut dari masyarakat setelah pemicuan.
121
4.3 Pengujian Persyaratan Statistik
4.4.1 Uji Validitas
Uji Validitas instrumen dilakukan guna menjaga ketetapan dan
kecermatan suatu alat ukut dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji ini
digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya sebuah kuesioner.
Adapun rumus yang digunakan adalah Product moment dengan hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.5
Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian
No r hitung r tabel Keterangan
1. - 0,051 0,1966 Tidak Valid
2. 0,374 0,1966 Valid
3. 0,413 0,1966 Valid
4. 0,368 0,1966 Valid
5. 0,295 0,1966 Valid
6. 0,381 0,1966 Valid
7. 0,407 0,1966 Valid
8. 0,426 0,1966 Valid
9. 0,223 0,1966 Valid
10. 0,402 0,1966 Valid
11. 0,386 0,1966 Valid
12. 0,257 0,1966 Valid
13. 0,230 0,1966 Valid
14. 0,551 0,1966 Valid
15. 0,507 0,1966 Valid
16. 0,247 0,1966 Valid
122
17. 0,642 0,1966 Valid
18. 0,640 0,1966 Valid
19. 0,434 0,1966 Valid
20. 0,606 0,1966 Valid
21. 0,408 0,1966 Valid
22. 0,492 0,1966 Valid
23. 0,412 0,1966 Valid
24. - 0,074 0,1966 Tidak Valid
25. 0,087 0,1966 Tidak Valid
26. 0,318 0,1966 Valid
Sumber : SPSS, 2018
Butir instrumen pada kuesioner dinyatakan valid apabila r hitung >
r tabel, dan dinyatakan tidak valid jika r hitung < r tabel. Pengujian
validitas pada penelitian ini menggunakan SPSS versi 23 yang
menghasilkan data tabel di atas. Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui bahwa dari 26 butir pernyataan yang ada terdapat 3 butir
pernyataan yang tidak valid, yaitu pernyataan nomor 1, 24 dan 25.
123
4.4.2 Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas dilakukan untuk menjaga kehandalan dari sebuah
instrumen atau alat ukur. Instrumen yang di uji reliabilitas adalah
instrumen yang dinyatakan valid, karena isntrumen yang dinyatakan
tidak valid tidak bisa di lakukan uji reliabilitas. Pada penelitian ini
pengujian reliabilitas menggunakan SPSS 23 dengan menggunakan
Alpha Cronbach. Berikut hasil pengujian reliabilitas :
Tabel 4.6
Hasil Uji Reliabilitas
Sumber : SPSS, 2018
Dari tabel di atas, terlihat hasil pengujian reliabilitas adalah
sebesar 0,779. Jumlah N atau jumlah item pada tabel hasil pengujian
adalah 23, karena hanya 23 pernyataan yang valid dan dapat
dimasukkan dalam pengujian reliabilitas. Data di katakan reliabel
apabila memenuhi persyaratan berikut :
Cronbach'
s Alpha N of Items
.779 23
Reliability Statistics
124
Tabel 4.7
Kriteria Uji Reliablitias
No. Nilai Korelasi Kriteria
1. 0,80 < n ≤ 1,00 Sangat Tinggi
2. 0,60 < n ≤ 0,80 Tinggi
3. 0,40 < n ≤ 0,60 Sedang
4. 0,20 < n ≤ 0,40 Rendah
5. 0,00 < n ≤ 0,20 Sangat Rendah
Sumber : Suherman, 2001-156
Berdasarkan tabel diatas, maka hasil perhitungan uji reliabilitas
yaitu 0,779 masuk pada kriteria tinggi karena angka tersebut berada
di antara 0,61 < 0,779 ≤ 0,80. Sehingga dapat dikatakan reliabel.
4.4.3 Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan
untuk menilai sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel,
apakah sebaran data tersebut berdistribusi normal ataukah tidak. Data
yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang
memiliki distribusi normal. (Nugroho, 2005:18). Peneliti
menggunakan uji normalitas dengan menggunakan rumus Skewness
dan Kurtosi, dimana data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai
Skewness dan Kurtosis berada di antara 2 dan -2. Dalam penelitian ini,
perhitungan uji normalitas menggunakan menggunakan aplikasi SPSS
dengan hasil sebagai berikut :
125
Tabel 4.8
Hasil Uji Normalitas
Sumber : SPSS, 2018
Nilai Skewness dari hasil perhitungan menggunakan SPSS adalah
sebesar -0.441 dan nilai Kurtosis adalah sebesar -0,277. Untuk
menentukan normal atau tidaknya persebaran dapat dihitung dengan
membandingkan nilai ratio Skewness dengan Std.Error Skewness dan
membandingkan nilai ratio Kurtosis dengan Std.Error Kurtosis. Hasil
perhitungannya adalah sebagai berikut :
- Nilai Skewness/Std. Error Skewness = -0,411/0,241 = -1,705
- Nilai Kurtosis/Std. Error Kurtosis = -0,277/0,478 = -0,579
Dari perhitungan tersebut didapatkan hasil bahwa perhitungan
Skewness dan Kurtosis berada diantara nilai 2 dan -2. Sehingga dapat
dikatakan bahwa data yang ada berdistribusi normal.
N
Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
VAR00001100 -.411 .241 -.277 .478
Valid N
(listwise)100
Descriptive Statistics
Skewness Kurtosis
126
4.4 Pengujian Hipotesis Penelitian
Uji Hipotesis atau t-test digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif satu
atau dua variabel yang datanya berbentuk interval atau ratio. Untuk
menganalisis tingkat partisipasi Pria maka dalam pengujian hipotesis
deskriptif digunakan uji t-test satu variabel. Hipotesis dalam penelitian ini
adalah hipotesis nol (Ho) tercapai kurang dari atau sama dengan 65% (≤) dan
hipotesis alternatifnya (Ha) tercapai lebih dari 65% (>), Sehingga yang
digunakan adalah uji pihak kanan. Dengan demikian berlaku ketentuan
dimana :
- Jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak
- Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah hipotesis yang diuji dapat
digeneralisasikan atau tidak. Untuk mennguji Hipotesis penelitian, peneliti
menggunakan SPSS dengan hasil berikut :
Tabel 4.9
Hasil Uji Hipotesis
N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
VAR00028100 65.83 4.353 .435
One-Sample Statistics
127
One-Sample Test
Test Value = 67.6
t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
VAR00001 -4.066 99 .000 -1.770 -2.63 -.91
Sumber : SPSS, 2018
Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah t-test satu sampel.
Skor ideal dalam penelitian ini adalah 4 x 26 x 100 = 10.400 (4 adalah nilai
tertinggi dari item pernyataan yang ada menurut skala Likert, 26 adalah
jumlah item pernyataan yang ada dan 100 adalah jumlah respondedn
berdasarkan hasil perhitungan sampel). Dan nilai rata-rata nya adalah 10.400 :
100 = 104. Sehingga untuk mengukur berdasarkan nilai yang telah di
hipotesiskan adalah tertinggi mencapai 65% dari yang diharapkan, ini berarti
65% x 104 = 67.6. Nilai ini digunakan sebagai test value pada SPSS.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan SPSS, di dapatkan nilai thitung yaitu
sebesar -4,066. Nilai thitung selanjutnya dibandingkan dengan ttabel pada dk n-1
dan α 10% untuk uji satu pihak kanan, didapat nilai ttabel yaitu 1,660. Karena
thitung < ttabel dan jatuh pada daerah penerimaan Ho, maka hipotesis nol (Ho) di
terima dan hipotesis alternatif (Ha) di tolak. Hal ini dapat dilihat pada gambar
berikut :
128
Gambar 4.1
Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis untuk Uji Hipotesis Pihak
Kanan
Ho diterima, Ha ditolak Ha diterima, Ho ditolak
-4,066 0 1,660
Dari perbandingan jumlah data yang terkumpul dengan skor ideal,
ditemukan bahwa Efektivitas Strategi Program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat di Puskesmas Kilasah Kecamatan Kasemen, yaitu :
1 1 = 1
Berdasarkan perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa Efektivitas Strategi
Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Puskesmas Kilasah Kecamatan
Kasemen adalah sebesar 63%.
129
4.5 Interpretasi Hasil Penelitian
Setelah melakukan serangkaian pengujian, hal selanjutnya yang dilakukan
adalah menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya pada
Bab Pendahuluan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa
besar efektivitas strategi program Sanitasi Berbasis Masyarakat pilar pertama
untuk mengurangi perilaku Buang Air Besar Sembarangan di wilayah
Puskesmas Kilasah.
Dari hasil pengujian hipotesis yang menggunakan rumus t-tes satu sampel
dengan uji pihak kanan, didapatkan hasil jika t hitung < t tabel yang dapat
diartikan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Hasil perhitungan hipotesis
mencapai angka 63% dari angka maskimal 65% dan ini dapat dikatakan
efektif karena nilai 63% berada dalam kategori interval kurang efektif dan
efektif dan lebih mendekati efektif. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.2
Kategori Efektivitas
Tidak efektif Kurang efektif Efektif Sangat efektif
25% 50% 75% 100%
63%
130
Indikator skor efektivitas tersebut juga didapatkan dari Skala Likert yang
digunakan dalam penelitian ini. Indikator skor tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.10
Indikator Skor Hasil Penelitian
No. Nilai Keterangan
1. 1% - 25,99% Tidak efektif
2. 26% - 50,99% Kurang efektif
3. 51% - 75,99% Efektif
4. 76% - 100% Sangat efektif
Sumber : Skala Likert, Pengolahan data, 2018
Sehingga dapat di interpretasikan untuk menjawab rumusan masalah yaitu
bahwa Efektivitas Strategi Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) Pilar Pertama di Puskesmas Kilasah Kecamatan Kasemen Kota
Serang adalah sebesar 63% yang berarti efektif.
131
4.6 Pembahasan
Pada pembahasan penelitian ini, peneliti akan memaparkan mengenai hasil
pengujian hipotesis, dimana dalam hasil pengujian hipotesis dengan
menggunakan rumus t-test satu sampel dengan menguji pihak kanan tersebut
diketahui bahwa Efektivitas Strategi Program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) Pilar Pertama di Puskesmas Kilasah, Kecamatan
Kasemen, Kota Serang kurang dari atau sama dengan 65%. Berdasarkan hasil
penghitungan didapatkan hasil bahwa nilai t hitung < t tabel dan hal itu dapat
menandakan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Karena berdasarkan data
pengujian hipotesis diatas, dijelaskan bahwa Efektivitas Strategi Program
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di puskesmas kilasah hanya mencapai
angka 63% dari angka yang diharapkan yakni 65% yang artinya strategi
program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Pilar Pertama di
Puskesmas Kilasah, Kecamatan Kasemen, Kota Serang sudah berjalan secara
efektif.
Berikut adalah pemaparan hasil penyebaran kuesioner yang terbagi kedalam
tiga indikator berdasarkan atas teori Efeketivitas dari Duncan dalam Richard
M. Steers (1985:53).
132
1. Indikator Pencapaian Tujuan
Indikator pencapaian tujuan mencakup pernyataan nomor 1 sampai
dengan pernyataan nomor 6. Indikator ini mengukur efektivitas dilihat dari
pencapaian tujuannya. Pada indikator ini terdapat 2 subindikator yaitu
kurun waktu dan sasaran program. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
diagram berikut :
Diagram 4.33
Subindikator Kurun Waktu
Sumber : data diolah peneliti, 2018
Subindikator kurun waktu mencakup pernyataan nomor 1 sampai
dengan nomor 3. Berdasarkan diagram 4.33 untuk subindikator kurun
waktu, dapat dilihat bahwa sebagian besar hasilnya berada di antara 2,52
sampai 3,27 yang berarti untuk subindikator kurun waktu termasuk
kedalam kategori efektif. Ini berarti, dari 100 responden memilih setuju
2.90 2.89
1.81
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
P1 P2 P3
Kurun Waktu
133
dengan pernyataan bahwa pemilihan waktu pemicuan sudah baik dan
lama pelaksanaan pemicuan sudah cukup. Tetapi untuk pernyataan ketiga
mengenai adanya pemicuan ulang mendapatkan nilai terendah, yaitu 1,81
yang artinya tidak efektif. Karena pemicuan hanya dilakukan sekali saja
dan ini dianggap masih kurang untuk merubah perilaku masyarakat
sedangkan salah satu strategi dalam program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) adalah menciptakan perilaku komunitas yang
higienis dan saniter untuk mendukung terciptanya sanitasi total.
Meskipun mendapatkan nilai efektif untuk subindikator kurun waktu,
tetapi tidak ada perubahan perilaku pada masyarakat sehingga belum
mencapai strategi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Diagram 4.34
Subindikator Sasaran
Sumber : diolah peneliti, 2018
2.69 2.84 2.88
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
P4 P5 P6
Sasaran
134
Subindikator sasaran mencakup pernyataan nomor 4 sampai
dengan nomor 6. Berdasarkan diagram 4.34 untuk subindikator sasaran,
dapat dilihat bahwa sebagian besar hasilnya berada diantara 2,52 sampai
3,27 yang berarti untuk subindikator sasaran termasuk kedalam kategori
efektif. Ini berarti dari 100 responden memilih setuju dengan pernyataan
bahwa masyarakat yang mengikuti pemicuan adalah masyarakat yang
masih melakukan perilaku BABS, masyarakat yang belum memiliki
jamban dan partisipasi masyarakatnya dalam mengikuti pemicuan cukup
tinggi. Karena sasaran dalam pemicuan adalah komunitas yang dalam hal
ini adalah masyarakat yang masih melakukan perilaku BABS atau yang
belum memiliki jamban, serta masyarakat yang sudah memiliki jamban
dan tidak melakukan BABS sebagai pembanding dan pelaku pemicuan
sebagai fasilitator. Hal ini sesuai dengan salah satu strategi dalam
program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yaitu penciptaan
lingkungan yang kondusif dengan meningkatkan dukungan dari
pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam meningkatkan
perilaku higienis dan saniter. Atas pemaparan sebelumnya, peneliti
mengansumsikan bahwa untuk subindikator sasaran sudah efektiif.
135
2. Indikator Integrasi
Indikator integrasi mencakup pernyataan nomor 7 sampai dengan
pernyataan nomor 16. Indikator ini mengukur efektifitas dilihat dari
integrasi atau pembaurannya. Pada indikator ini terdapat 2 subindikator
yaitu prosedur dan proses sosialisasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada diagram berikut:
Diagram 4.35
Subindikator Prosedur
Sumber : diolah peneliti, 2018
Subindikator prosedur mencakup pernyataan nomor 7 sampai
dengan nomor 10. Berdasarkan diagram 4.35 untuk subindikator Prosedur
dapat dilihat bahwa sebagian besar hasilnya berada diantara 2,52 sampai
3,27 yang berarti untuk subindikator prosedur termasuk kedalam kategori
2.95 2.88 2.90 2.80
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
P7 P8 P9 P10
Prosedur
136
efektif. Ini artinya dari 100 responden memilih setuju dengan pernyataan
bahwa pelaku pemicuan melakukan prosedur pemicuan dengan baik, yaitu
menyampaikan maksud dan tujuan dengan baik dan jelas, mencairkan
suasana dan membaur dengan masyarakat, membawa masyarakat untuk
ikut berdiskusi sehingga pemicuan sudah berjalan dengan baik.
Pendekatan dengan masyarakat sangat penting dalam pemicuan karena
dapat membantu mengembangkan kesadaran masyarakat tentang
konsekuensi dari kebiasaan BABS.
Diagram 4.36
Subindikator Proses Sosialisasi
Sumber : diolah peneliti, 2018
2.93 2.92
1.86
2.61 2.59
2.21
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
P11 P12 P13 P14 P15 P16
Proses Sosialisasi
137
Subindikator proses sosialisasi mencakup pernyataan nomor 11
sampai dengan nomor 16. Berdasarkan diagram 4.36 untuk subindikator
proses sosialisasi, dapat dilihat bahwa sebagian besar hasilnya berada di
antara 2,52 sampai 3,27 yang berarti untuk subindikator proses sosialisasi
termasuk kedalam kategori efektif. Ini berarti, dari 100 responden memilih
setuju dengan pernyataan yang terdapat di kuesioner. Tetapi untuk
pernyataan ke-13 dan ke-16 mendapatkan nilai terendah yaitu 1,86 dan
2,21 dan berada di kategori tidak efektif. Pernyataan ke-13 mendapatkan
nilai rendah karena setelah pemicuan masyarakat tidak memberikan
masukan untuk mengatasi masalah BABS, sedangkan untuk pernyataan
ke-16 mendapatkan nilai rendah karena pemicuan tidak sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Sebagian besar masyarakat menginginkan adanya
pemberian jamban gratis, sedangkan dalam strategi program Sanitasi Total
Berbasis Maysarakat (STBM) meniadakan subsidi untuk penyediaan
fasilitas sanitasi dasar. Meskipun mendapatkan nilai rendah, tetapi sudah
sesuai dengan strategi yang disusun. Secara keseluruhan, untuk
subindikator proses sosialisasi dapat dikatakan sudah efektif berdasarkan
hasil penyebaran kuesioner, meskipun di beberapa pernyataan mendapakan
hasil rendah.
138
3. Adaptasi
Indikator adaptasi mencakup pernyataan nomor 17 sampai dengan
pernyataan nomor 26. Indikator ini mengukur efektifitas dilihat dari proses
penyesuaian diri terhadap perubahan yang terjadi. Pada indikator ini
terdapat 2 subindikator yaitu peningkatan kemampuan dan sarana dan
prasarana. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut:
Diagram 4.37
Subindikator Peningkatan Kemampuan
Sumber : diolah peneliti, 2018
Subindikator peningkatan kemampuan mencakup pernyataan
nomor 17 sampai dengan nomor 22. Berdasarkan diagram 4.37 dapat
dilihat bahwa sebagian hasilnya berada di antara 2,52 sampai 3,27 dan
yang lainnya berada di antara 1,76 dan 2,51 yang berarti untuk
2.70 2.66 2.52
1.98 1.78 1.78
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
P17 P18 P19 P20 P21 P22
Peningkatan Kemampuan
139
subindikator peningkatan kemampuan termasuk kedalam kategori kurang
efektif. Ini berarti, dari 100 responden memilih tidak setuju dengan
pernyataan yang terdapat pada kuesioner. Terutama untuk pernyataan
mengenai perilaku masyarakat setelah mengikuti pemicuan, karena setelah
pemicuan masyarakat masih tetap melakukan BABS. Hal ini terjadi karena
setelah pemicuan tidak ada kelanjutan dan pemantauan dari masyarakat
dan ini tidak sesuai dengan strategi program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) mengenai pemantauan dan evaluasi dimana
dilakukan pemantauan terhadap kegiatan dalam lingkup komunitas oleh
masyarakat. Sehingga untuk subindikator peningkatan kemampuan
mendapatkan nilai rendah dan termasuk kategori kurang efektif
Diagram 4.38
Subindikator Sarana dan Prasarana
Sumber : diolah peneliti, 2018
2.83 3.00
1.89 1.78
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
P23 P24 P25 P26
Sarana dan Prasarana
140
Subindikator sarana dan prasarana mencakup pernyataan nomor 23
sampai dengan nomor 26. Berdasarkan diagram 4.38 dapat dilihat bahwa
sebagian hasilnya efektif dan sebagian lagi hasilnya kurang efektif. Untuk
pernyataan yang mendapatkan nilai kurang efektif yaitu pernyataan nomor
25 dan nomor 26 mendapatkan nilai rendah karena setelah pemicuan tidak
ada pendampingan dan tindak lanjutnya. Sedangkan tindak lanjut setelah
pemicuan ini sangat penting karena tercantum dalam strategi Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) yaitu pemantauan dan evaluasi, dimana
masyarakat dan pelaku pemicuan berperan penting dalam memantau dan
mengevaluasi apakah pemicuan sudah berjalan dengan baik dan mampu
membawa perubahan perilaku atau tidak. Secara keseluruhan untuk
subindikator sarana dan prasarana masuk kedalam kategori kurang efektif.
Berdasarkan pemaparan diatas mengenai analisis per subindikator, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
Tabel 4.11
Analisis Hipotesis Penelitian
No Subindikator Persentase (%)
1. Kurun Waktu 63%
2. Sasaran 70%
3. Prosedur 72%
4. Proses Sosialisasi 63%
5. Peningkatan Kemampuan 56%
6. Sarana dan Prasarana 59%
Sumber : data diolah peneliti, 2018
141
BAB V
PENUTUP
1.21 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Hipotesis yang telah dilakukan oleh peneliti
dan dipaparkan pada BAB IV mengenai Efektivitas Strategi Program Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) Pilar Pertama di Puskesmas Kilasah,
Kecamatan Kasemen, Kota Serang pada tahun 2017 dengan menggunakan teori
efektivitas dari Duncan (1973) dalam Richard M. Steers (1985:53) yang terdiri
dari 3 indikator, yaitu pencapaian tujuan, integrasi dan adaptasi. Didapatkan hasil
bahwa Efektivitas Strategi Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Pilar Pertama di Puskesmas Kilasah, Kecamatan Kasemen, Kota Serang telah
mencapai angka 63% dari angka paling tinggi yang dihipotesiskan, yaitu 65%.
Sehingga dapat dikatakan sudah berjalan dengan efektif. Hal ini dapat dilihat pada
pemaparan perindikator berikut :
1. Untuk indikator Pencapaian Tujuan, didapatkan hasil 67% dari nilai
hipotesis tertinggi yaitu 65%. Hal ini berarti untuk indikator pencapaian
tujuan sudah berjalan dengan baik.
2. Untuk indikator Integrasi, didapatkan hasil 67% dari nilai hipotesis sebesar
65%. Hal ini berarti untuk indikator Integrasi sudah berjalan dengan baik
3. Untuk indikator Adaptasi, didapatkan hasil sebesar 58% dari nilai
hipotesis sebesar 65% dan ini dapat dikatakan belum berjalan dengan baik.
142
1.22 Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian ini, saran yang dapat diberikan oleh
peneliti yaitu :
a. Perlu adanya pendataan mengenai masyarakat mana saja yang mengikuti
pemicuan dan masyarakat mana saja yang berkeinginan merubah perilaku
menjadi lebih sehat dengan membangun jamban sendiri. Sehingga akan
memudahkan untuk melihat peningkatan sebelum dan sesudah
dilaksanakan pemicuan. Selain itu pendataan masyarakat yang
berkeinginan membangun jamban sendiri akan memudahkan apabila akan
ada pemberian bantuan jamban gratis dari sektor atau pihak yang lain,
agar tepat sasaran dan dapat mengurangi adanya kecurangan.
b. Perlu adanya pendekatan dengan masyarakat setelah dilaksanakannya
pemicuan. Pendekatan dengan masyarakat ini dimaksudkan agar
masyarakat semakin tergerak untuk merubah pola hidup nya dari yang
kurang sehat menjadi lebih sehat. Pendekatan dengan masyarakat juga
dilakukan agar terdata masyarakat mana saja yang berhasil merubah pola
hidupnya. Sehingga tujuan dari program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) Pilar Pertama ini tercapai dan tepat sasaran.
c. Kiranya pihak-pihak yang terlibat dalam program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) Pilar Pertama ini, terutama pelaku pemicuan atau tim
fasilitator mempertimbangkan untuk mengadakan pemicuan lebih dari
sekali dalam jangka waktu satu tahun. Selain agar lebih dekat dengan
masyarakat, pemicuan lebih dari sekali juga dapat melihat potensi yang
143
ada di masyarakat untuk menjadi Natural Leader, yaitu anggota
masyarakat baik individu maupun kelompok masyarakat yang memotori
gerakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Pilar Pertama di
masyarakat tersebut.
d. Perlunya peningkatan peran kader. Peran kader posyandu dalam pemicuan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Pilar Pertama sangat penting.
Karena kader posyandu merupakan salah satu bagian tim fasilitator yang
tinggal di lingkungan tersebut dan memiliki pengetahuan lebih mengenai
kesehatan. Sehingga perlu adanya peningkatan peran kader posyandu tidak
hanya sebagai pendamping saat pemicuan atau penyambung tangan
bantuan dari pemerintah. Tetapi juga setelah selesai pemicuan, para kader
bisa melakukan pendekatan dengan masyarakat sekaligus monitoring dan
pengingat kepada masyarakat.
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta
Bhuono, Agung Nugroho. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian
Dengan SPSS. Yogyakarta : Andi
Bungin, Burhan. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi dan
Kebijakan. Jakarta : Kencana
David, Fred R. 2004. Manajemen Strategis. Jakarta : PT. Indeks Kelompok
Gramedia
Gie, The Liang. 2004. Ensiklopedia Administrasi. Jakarta : Gunung Agung
Hunger, J. David dan Wheelen. 2003. Manajemen Strategis. Yogyakarta : Andi
Mardalis. 2008. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : Bumi
Aksara
Mardiasmo. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : BPFE
Moenir, H.A.S. 2006. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta : Bumi
Aksara
Robbin, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi. Jakarta : PT Indeks Kelompok
xv
Pearce dan Robinson. 1997. Manajemen Stratejik : Formulasi, Implementasi dan
Pengendalian. Jakarta : Binarupa Aksara
Siagian, Sondang. 2004. Manajemen Strategik. Yogyakarta : Andi
_________. 2009. Administrasi Pembangunan Konsep Dimensi Dan
Strateginya. Jakarta : PT Bumi Aksara
Streers, M. Richard. 1985. Efektivitas Organisasi. Jakarta : Erlangga
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Suherman, Eman dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung : JICA
Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Jakarta : PT Gramedia
Wahyudi, Agustini Sri. 1996. Manajemen Strategik (Pengantar Proses Berpikir
Strategik). Jakarta : Binarupa Aksara
xvi
Dokumen-Dokumen
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Lingkungan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016
Profil Kesehatan Kota Serang Tahun 2017
Laporan Studi EHRA Tahun 2017
Kecamatan Kasemen Dalam Angka Tahun 2017
Sumber Lainnya
Jurnal :
Budiani, Ni. Wayan, 2007. Efektivitas Program Penanggulangan Pengangguran
Karang Taruna “Eka Bhakti” Desa Sumerta Kelod Kecamatan Denpasar Timur
Kota Denpasar, Jurnal Ekonomi dan Sosial. Vol. 2, No. 1, Hal. 49-57
Duncan, Robert B., 1973. Multiple Decision-making Structures in Adapting to
Environmental Uncertainly : The Impact on Organizational Effeciveness, Human
Relations, Vol. 26, No. 3 Hal. 273-291
xvii
Skripsi :
Mursi, 2016. Strategi Dinas Kota Serang Dalam Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan di Kota Serang. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang
Nugraha, Moh. Fajar, 2015. Dampak Program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) Pilar Pertama di Desa Gucialit Kecamatan Gucialit
Kabupaten Lumanjang. Universitas Airlangga
Website :
STBM Nasional. http://stbm-indonesia.org, 19 Desember 2017.
Aplikasi :
STBM-Smart Umum
IBM SPSS Statistics 23
LAMPIRAN
KUESIONER
Assalamu’alaikum Wr Wb
Dalam rangka penelitian saya yang berjudul “Efektivitas Strategi Program
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Pilar Pertama di Puskesmas Kilasah,
Kecamatan Kasemen Kota Serang”. Saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu
untuk menjawab beberapa pertanyaan yang disediakan dalam kuesioner ini
dengan sebenar-benarnya. Atas kesediaan dan waktunya, saya mengucapkan
terima kasih.
Petunjuk pengisian Kuesioner :
1. Berilah tanda centang () pada jawaban yang Bapak/Ibu anggap sesuai
dan paling tepat.
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
2. Setiap pernyataan hanya memiliki satu alternatif jawaban
Identitas Responden
Nama : …………………
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Usia : ……… Tahun
Pendidikan terakhir : SD SMP SMA/SMK Universitas/PT
Lainnya …….
Pekerjaan : …………………
Jumlah anggota keluarga : ……… Orang
Kelurahan/Kampung : …………………
Kepemilikan Jamban
Memiliki jamban : Ya Tidak
Menggunakan jamban : Ya Tidak
No Pernyataan Penilaian
SS S TS STS
Kurun Waktu
1. Waktu pelaksanaan pemicuan sudah tepat
2. Lama waktu pelaksanaan pemicuan sudah cukup untuk
menimbulkan kesadaran masyarakat
3. Pelaksanaan pemicuan dilakukan secara berulang dalam
rentang waktu tertentu
Sasaran
4. Masyarakat yang mengikuti pemicuan adalah
masyarakat yang masih melakukan BABS
5. Masyarakat yang mengikuti pemicuan adalah
masyarakat yang tidak memiliki jamban
6. Partisipasi masyarakat dalam mengikuti pemicuan
sangat tinggi
Prosedur
7. Pelaku pemicuan menyampaikan maksud dan tujuan
pemicuan dengan baik dan jelas
8. Pelaku pemicuan dapat mencairkan suasana dan berbaur
dengan masyarakat
9. Pelaku pemicuan dapat membawa masyarakat untuk
ikut berdiskusi
10. Pemicuan yang dilakukan oleh pelaku pemicuan sudah
berjalan dengan baik
Proses sosialisasi
11. Selama pemicuan, masyarakat aktif menjawab
pertanyaan yang ditanyakan
12. Selama pemicuan, masyarakat mengikuti arahan yang
diminta oleh pelaku pemicuan
13. Selama pemicuan, masyarakat memberikan masukan
untuk mengatasi permasalahan mengenai BABS
14. Masyarakat mengikuti proses pemicuan dari awal
hingga akhir
15. Informasi yang disampaikan dalam pemicuan sudah
jelas dan dapat dipahami oleh masyarakat
16. Pemicuan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat
Peningkatan Kemampuan
17. Setelah mengikuti pemicuan, masyarakat menyadari
pentingnya kesehatan
18. Setelah mengikuti pemicuan, masyarakat menyadari
bahaya perilaku BABS
19. Setelah mengikuti pemicuan, timbul keinginan untuk
membangun jamban sendiri
20 Setelah mengikuti pemicuan, masyarakat menjadi malu
melakukan BABS
21. Setelah mengikuti pemicuan, masyarakat menyusun
rencana pembangunan jamban sehat
22. Setelah mengikuti pemicuan, tidak ada masyarakat yang
melakukan BABS
Sarana dan prasarana
23. Jumlah tenaga yang melakukan pemicuan sudah cukup
24. Ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pemicuan
sudah memadai
25. Adanya pendampingan dari tim fasilitator setelah
pelaksanaan pemicuan
26. Adanya tidak lanjut dari masyarakat setelah mengikuti
pemicuan
Terima kasih atas waktu dan kesediaannya
DOKUMENTASI
Keadaan MCK Umum di Kelurahan Terumbu
Keadaan jamban yang tersumbat sabut kelapa
Keadaan MCK Umum lainnya di Kelurahan Terumbu
MCK Umum di Kampung Sakdiah 1
MCK Umum yang terbengkalai di Kampung Kilasah 3
Keadaan MCK Umum di Kampung Kilasah 3
Keadaan jamban yang terbengkalai
Dua orang anak sedang BAB di parit
Pengisian kuesioner dengan salah satu masyarakat
Pengisian kuesioner dengan salah satu masyarakat
Wawancara dengan salah satu kader
Pengisian kuesioner dengan salah satu masyarakat
Pengisian kuesioner dengan salah satu masyarakat
Pengisian kuesioner dengan salah satu masyarakat
Pengisian kuesioner dengan salah satu masyarakat
LAPORAN CAKUPAN KELUARGA DENGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR MENURUT KECAMATAN
PUSKESMAS KILASAH
TAHUN 2017
NO KECAMATAN DESA/KELURAHAN JUMLAH
PENDUDUK JMLH KK
JAMBAN
JUMLAH KK
MEMILIKI
JUMLAH KK
DIPERIKSA
JUMLAH SEHAT
JML AKSES PEMAKAI JAMBAN
(jiwa)
% KK MEMILIKI
% KK DIPERIKSA
% SEHAT SELURUHNYA
% SEHAT YANG
DIPERIKSA
% AKSES JAMBAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 KASEMEN KILASAH 7,670 1,655 475 98 77 490 28.70 5.92 16.21 78.57 6.39
2 MESJID PRIYAYI 7,920 1,920 550 75 59 375 28.65 13.64 10.73 78.67 4.73
3 WARUNG JAUD 9,237 2,340 547 179 145 895 23.38 32.72 26.51 81.01 9.69
4 TERUMBU 8,369 2,810 554 78 60 390 19.72 14.08 10.83 76.92 4.66
5 BENDUNG 6,797 1,840 455 29 19 145 24.73 6.37 4.18 65.52 2.13
JUMLAH 39,993 10,565 2,581 459 360 2,295 24.43 17.78 13.95 78.43 5.74
STUDI EHRA 2017
KELURAHAN KEPADATAN
(JIWA/HA) JUMLAH
PERSENTASE KEMISKINAN
JUMLAH PERSENTASE
BABS JUMLAH
JUMLAH AGREGAT
JUMLAH JUSTIFIKASI
KEC. CURUG
Kamanisan 14.35 1 2.35 1 44.53 3 61.23 5.00
Pancalaksana 9.68 1 2.83 1 50.58 3 63.09 5.00
Tinggar 8.86 1 0.45 1 47.98 3 57.29 5.00
Cipete 10.27 1 2.37 1 36.25 3 48.88 5.00
Curugmanis 12.30 1 2.86 1 55.87 4 71.03 6.00
Sukalaksana 7.63 1 2.25 1 49.26 3 59.14 5.00
Sukawana 6.54 1 7.91 2 48.53 3 62.99 6.00
Curug 9.54 1 0.76 1 47.17 3 57.48 5.00
Sukajaya 9.79 1 1.81 1 41.81 3 53.41 5.00
Cilaku 13.11 1 3.67 1 41.62 3 58.41 5.00
KEC. WALANTAKA
Nyapah 14.96 1 4.39 1 47.60 3 66.96 5.00
Lebakwangi 12.61 1 3.09 1 51.61 3 67.31 5.00
Cigoong 19.53 1 7.90 2 67.54 4 94.98 7.00
Tegalsari 15.77 1 5.54 1 63.25 4 84.56 6.00
Pasuluhan 18.80 1 3.59 1 69.68 4 92.07 6.00
Pabuaran 12.22 1 4.55 1 27.38 2 44.15 4.00
Walantaka 12.70 1 2.28 1 42.23 3 57.21 5.00
Pengampelan 35.60 1 2.43 1 48.99 3 87.02 5.00
Pipitan 116.54 3 1.57 1 12.98 1 131.10 5.00
Kiara 12.42 1 1.84 1 38.55 3 52.81 5.00
Pageragung 20.09 1 7.14 2 51.98 3 79.21 6.00
Kalodran 17.20 1 2.38 1 19.89 2 39.47 4.00
Kepuren 35.97 1 3.11 1 27.35 2 66.43 4.00
Teritih 22.61 1 4.46 1 21.25 2 48.32 4.00
KEC. CIPOCOKJAYA
Gelam 13.76 1 7.70 2 54.36 4 75.81 7.00
KELURAHAN KEPADATAN (JIWA/HA)
JUMLAH PERSENTASE KEMISKINAN
JUMLAH PERSENTASE BABS
JUMLAH JUMLAH AGREGAT
JUMLAH JUSTIFIKASI Dalung 48.64 1 1.69 1 5.36 1 55.68 3.00
Tembong 47.14 1 9.87 2 28.30 2 85.31 5.00
Karundang 29.58 1 7.02 2 27.70 2 64.30 5.00
Cipocok Jaya 90.26 2 2.73 1 23.24 2 116.24 5.00
Banjarsari 39.57 1 6.09 1 30.74 2 76.39 4.00
Banjaragung 16.07 1 3.63 1 14.73 1 34.44 3.00
Panancangan 67.60
6.50 1 6.15 1 80.25 2.00
KEC. SERANG
Serang 57.52 1 1.08 1 0.00 1 58.60 3.00
Cipare 220.17 4 2.38 1 31.08 2 253.63 7.00
Sumurpecung 68.83 2 1.54 1 0.00 1 70.38 4.00
Cimuncang 177.19 4 2.81 1 31.07 2 211.06 7.00
Kotabaru 111.64 2 2.10 1 21.36 2 135.10 5.00
Lontarbaru 94.76 2 1.29 1 1.83 1 97.88 4.00
Kagungan 114.02 3 3.24 1 3.37 1 120.64 5.00
Lopang 133.53 3 3.64 1 0.00 1 137.17 5.00
Unyur 86.17 2 3.40 1 10.34 1 99.91 4.00
Kaligandu 67.71 2 2.40 1 26.66 2 96.77 5.00
Terondol 43.39 1 11.98 2 37.85 3 93.23 6.00
Sukawana 26.99 1 15.43 3 69.50 4 111.93 8.00
KEC. TAKTAKAN
Cilowong 18.31 1 4.98 1 27.11 2 50.40 4.00
Sayar 5.89 1 16.32 3 15.58 1 37.79 5.00
Sepang 19.29 1 2.94 1 20.63 2 42.86 4.00
Pancur 5.64 1 6.04 1 28.55 2 40.22 4.00
Kalang Anyar 9.15 1 14.13 3 46.25 3 69.52 7.00
Kuranji 14.65 1 9.33 2 23.63 2 47.60 5.00
Panggungjati 44.14 1 4.38 1 32.29 2 80.81 4.00
Drangong 48.97 1 1.35 1 16.85 1 67.18 3.00
Taktakan 26.88 1 4.97 1 25.74 2 57.59 4.00
Umbul Tengah 17.32 1 3.37 1 42.45 3 63.13 5.00
Lialang 30.10 1 3.68 1 26.47 2 60.25 4.00
Tamanbaru 37.70 1 2.34 1 24.71 2 64.75 4.00
KEC. KASEMEN
KELURAHAN KEPADATAN (JIWA/HA)
JUMLAH PERSENTASE KEMISKINAN
JUMLAH PERSENTASE BABS
JUMLAH JUMLAH AGREGAT
JUMLAH JUSTIFIKASI Kasemen 22.74 1 7.62 2 10.98 1 41.34 4.00
Warung Jaud 22.18 1 23.47 4 56.47 4 102.13 9.00
Mesjid Priyayi 25.65 1 20.73 4 39.38 3 85.76 8.00
Bendung 15.12 1 25.25 4 54.81 4 95.18 9.00
Terumbu 15.51 1 13.55 3 66.89 4 95.95 8.00
Sawah Luhur 7.33 1 9.70 2 56.83 4 73.85 7.00
Kilasah 10.86 1 24.66 4 61.30 4 96.83 9.00
Margaluyu 14.81 1 12.37 2 35.68 3 62.87 6.00
Kasunyatan 25.34 1 22.19 4 40.10 3 87.63 8.00
Banten 25.75 1 12.73 2 10.69 1 49.16 4.00
Keterangan:
Semakin padat diasumsikan semakin tinggi produksi limbah/sampah yang dihasilkan dan semakin sedikit area luas terbangun,
semakin miskin diasumsikan semakin lemah dalam mengakses sarana sanitasi layak, dan parameter lainnya lebih difokuskan pada
pengayaan variabel agar data yang diperolehpun lebih menjadi bervariasi.
Maksimal : - 9.00 Minimal : - 2.00 Interval : - 1.75
Risiko Sanitasi Rendah : 2.00 - 3.75 Risiko Sanitasi Sedang : 3.76 - 5.50 Risiko Sanitasi Tinggi : 5.51 - 7.25 Risiko Sanitasi Sangat Tinggi : 7.26 - 9.00
TABULASI DATA
NO JENIS
KELAMIN UMUR
PEND. TERAKHIR
PEKERJAAN JUMLAH
ANGGOTA KELURAHAN KAMPUNG
MEMILIKI JAMBAN
MENGGUNAKAN JAMBAN
P1 P2 P3 P4 P5
1 P 30 SMP IRT 4 Bendung Ciwedus YA YA 4 2 1 2 2
2 P 45 SD IRT 1 Bendung Ciwedus TIDAK TIDAK 3 3 2 3 3
3 P 55 TDK SEKOLAH IRT 3 Bendung Ciwedus TIDAK TIDAK 3 3 2 3 3
4 P 30 SMP KREDIT BARANG 3 Bendung Ciwedus YA YA 3 3 2 2 2
5 P 35 SD IRT 5 Bendung Ciwedus YA YA 3 3 2 2 2
6 P 55 SD Tdk Kerja 3 Bendung Lamaran TIDAK YA 3 3 2 2 3
7 P 37 SD IRT 4 Bendung Lamaran TIDAK YA 3 3 2 3 3
8 P 36 SD IRT 4 Bendung Lamaran TIDAK YA 3 3 2 3 3
9 P 45 SD IRT 4 Bendung Lamaran TIDAK YA 4 3 2 2 3
10 P 40 SD IRT 4 Bendung Lamaran TIDAK YA 4 3 2 3 3
11 P 52 SD IRT 6 Bendung Lamaran TIDAK YA 3 3 2 3 3
12 P 34 SD IRT 5 Bendung Lamaran TIDAK YA 4 4 1 3 3
13 P 50 SD IRT 8 Bendung Sairah TIDAK YA 3 3 2 2 3
14 P 45 SD IRT 7 Bendung Sairah TIDAK YA 3 3 2 3 3
15 P 50 SD IRT 6 Bendung Bendung TIDAK TIDAK 3 3 2 3 3
16 P 55 SD Tdk Kerja 2 Bendung Bendung TIDAK YA 3 3 2 2 3
17 P 60 SD IRT 2 Bendung Bendung TIDAK TIDAK 3 3 2 3 3
18 P 40 SD IRT 7 Kilasah Kilasah 3 TIDAK TIDAK 3 3 2 3 3
19 P 50 TDK SEKOLAH IRT 5 Kilasah Kilasah 3 YA YA 3 3 2 3 3
20 P 40 TDK SEKOLAH IRT 2 Kilasah Kilasah 3 YA YA 3 3 2 2 2
21 P 45 TDK SEKOLAH IRT 6 Kilasah Kilasah 3 TIDAK TIDAK 3 3 2 2 2
22 P 28 SD IRT 2 Kilasah Kilasah 3 TIDAK TIDAK 3 2 2 2 2
23 P 45 SD IRT 5 Kilasah Kilasah 3 YA TIDAK 3 3 2 3 3
24 P 30 SD IRT 3 Kilasah Kilasah 3 TIDAK TIDAK 3 2 1 3 3
25 P 35 SD IRT 6 Kilasah Kilasah 3 TIDAK TIDAK 3 3 2 3 3
26 P 55 TDK SEKOLAH IRT 4 Kilasah Kilasah 3 TIDAK TIDAK 3 2 1 2 3
27 P 40 SD IRT 8 Kilasah Kilasah 3 TIDAK TIDAK 3 3 2 3 3
28 P 44 SD IRT 3 Kilasah Sinaba TIDAK YA 2 4 2 3 4
29 P 53 SD PEDAGANG 6 Kilasah Sinaba YA YA 2 3 2 3 3
30 P 60 TDK SEKOLAH IRT 8 Kilasah Sinaba TIDAK TIDAK 3 3 2 2 2
31 P 47 SD IRT 4 Kilasah Sinaba TIDAK TIDAK 3 3 2 3 3
32 P 42 SD IRT 4 Kilasah Sinaba YA YA 3 2 2 3 3
33 P 51 SD IRT 6 Kilasah Sinaba TIDAK TIDAK 3 3 2 3 3
34 P 58 SD IRT 5 Kilasah Sinaba TIDAK TIDAK 3 3 2 3 3
35 P 45 SD IRT 5 Masjid Priyayi Priyayi Tengah YA YA 3 2 2 3 3
36 P 47 SD IRT 5 Masjid Priyayi Priyayi Tengah TIDAK TIDAK 3 3 1 3 3
37 P 52 SD IRT 4 Masjid Priyayi Priyayi Tengah TIDAK TIDAK 2 4 2 3 3
38 P 50 SD IRT 7 Masjid Priyayi Kebon Sawo YA YA 2 3 1 3 3
39 P 55 SD IRT 7 Masjid Priyayi Kebon Sawo TIDAK TIDAK 3 2 1 3 3
40 P 45 SD IRT 6 Masjid Priyayi Kebon Sawo TIDAK TIDAK 2 2 1 3 3
41 P 47 SD IRT 6 Masjid Priyayi Kebon Sawo YA YA 3 2 1 2 2
42 P 60 SD IRT 9 Masjid Priyayi Kebon Sawo TIDAK TIDAK 3 3 2 2 2
43 P 42 SD IRT 5 Masjid Priyayi Kebon Sawo YA YA 3 3 2 3 3
44 P 45 SD IRT 4 Masjid Priyayi Priyayi Tegal TIDAK TIDAK 3 3 2 3 3
45 P 40 SD IRT 4 Masjid Priyayi Priyayi Tegal TIDAK TIDAK 3 3 2 2 2
46 P 50 TDK SEKOLAH IRT 5 Masjid Priyayi Priyayi Tegal TIDAK YA 2 3 2 3 3
47 P 55 SD IRT 5 Masjid Priyayi Priyayi Tegal YA YA 2 3 2 3 4
48 P 49 SMP IRT 4 Masjid Priyayi Priyayi Tegal YA YA 3 2 2 2 3
49 P 55 TDK SEKOLAH IRT 4 Masjid Priyayi Priyayi Tegal TIDAK TIDAK 3 3 2 2 2
50 P 52 SD IRT 5 Masjid Priyayi Priyayi Tegal TIDAK TIDAK 3 3 2 3 3
51 P 39 SD IRT 4 Masjid Priyayi Priyayi Tegal TIDAK YA 3 3 2 2 3
52 P 50 TDK SEKOLAH IRT 6 Masjid Priyayi Priyayi Tegal TIDAK TIDAK 3 3 1 3 3
53 P 35 SMP IRT 4 Warung Jaud Sakdiah 1 YA YA 3 2 2 3 3
54 P 27 SD IRT 4 Warung Jaud Sakdiah 1 TIDAK YA 3 3 2 3 3
55 P 22 SD IRT 3 Warung Jaud Sakdiah 1 TIDAK YA 3 2 1 2 3
56 P 38 SD IRT 5 Warung Jaud Sakdiah 1 TIDAK YA 3 3 2 3 3
57 P 25 SD IRT 3 Warung Jaud Sakdiah 1 TIDAK YA 3 3 2 3 3
58 P 39 SMP PEDAGANG 3 Warung Jaud Sakdiah 1 YA YA 3 2 1 3 3
59 P 34 SD IRT 4 Warung Jaud Sakdiah 1 TIDAK YA 2 3 2 3 3
60 P 45 SD IRT 5 Warung Jaud Sakdiah 1 TIDAK TIDAK 3 2 1 3 3
61 P 26 SD IRT 4 Warung Jaud Sakdiah 1 TIDAK YA 3 3 2 3 3
62 P 24 SD IRT 4 Warung Jaud Sakdiah 1 TIDAK YA 2 3 1 3 2
63 P 55 SD IRT 7 Warung Jaud Warung Pasar YA YA 3 3 2 3 3
64 P 45 SD IRT 5 Warung Jaud Warung Pasar TIDAK TIDAK 3 2 1 2 3
65 P 40 SD IRT 4 Warung Jaud Warung Pasar TIDAK TIDAK 2 3 2 3 3
66 P 40 SD IRT 4 Warung Jaud Warung Pasar YA YA 3 3 2 2 2
67 P 50 TDK SEKOLAH IRT 5 Warung Jaud Warung Pasar TIDAK TIDAK 2 3 2 3 3
68 P 60 SD IRT 9 Warung Jaud Warung Pasar TIDAK TIDAK 3 3 2 3 3
69 P 46 SD PEDAGANG 4 Warung Jaud Warung Pasar YA YA 4 3 2 2 3
70 P 36 SD IRT 4 Warung Jaud Warung Pasar YA YA 3 3 2 2 3
71 P 37 SD IRT 5 Warung Jaud Warung Pasar TIDAK YA 3 3 2 2 2
72 P 50 SD IRT 7 Warung Jaud Warung Pasar TIDAK TIDAK 3 3 2 3 3
73 P 45 SD IRT 5 Terumbu Terumbu YA YA 3 3 2 3 3
74 P 40 SD IRT 7 Terumbu Terumbu TIDAK TIDAK 3 3 2 3 3
75 P 36 SD IRT 6 Terumbu Terumbu TIDAK TIDAK 3 3 2 3 3
76 P 60 SD IRT 5 Terumbu Terumbu YA YA 3 3 2 3 3
77 P 50 SD IRT 8 Terumbu Terumbu TIDAK TIDAK 3 3 2 3 3
78 P 44 SD IRT 9 Terumbu Terumbu TIDAK TIDAK 3 3 2 3 3
79 P 35 SD IRT 6 Terumbu Terumbu TIDAK TIDAK 3 3 2 3 3
80 P 56 SD IRT 5 Terumbu Babadan TIDAK TIDAK 3 3 2 3 3
81 P 45 SD IRT 5 Terumbu Babadan TIDAK TIDAK 3 3 2 3 3
82 P 40 SD BURUH 4 Terumbu Babadan TIDAK TIDAK 2 3 2 3 3
83 P 45 SD IRT 4 Terumbu Babadan TIDAK TIDAK 3 3 2 3 3
84 P 45 SD IRT 5 Terumbu Babadan TIDAK TIDAK 3 3 2 3 3
85 P 55 SD IRT 7 Terumbu Babadan YA YA 3 3 2 2 2
86 P 40 SD IRT 4 Terumbu Babadan TIDAK TIDAK 3 3 2 3 3
87 P 45 SD IRT 8 Terumbu Sampang 4 TIDAK TIDAK 3 2 1 2 2
88 p 55 SD IRT 7 Terumbu Sampang 4 YA YA 2 3 2 3 3
89 P 40 SD IRT 4 Terumbu Sampang 4 TIDAK TIDAK 2 3 2 3 3
90 P 40 SD IRT 6 Terumbu Sampang 4 TIDAK TIDAK 3 3 2 2 2
91 P 35 SD IRT 5 Terumbu Sampang 4 TIDAK TIDAK 3 3 2 2 2
92 P 50 SD IRT 6 Terumbu Sampang 4 TIDAK TIDAK 3 3 2 2 2
93 P 56 TDK SEKOLAH IRT 3 Terumbu Sampang 4 TIDAK TIDAK 3 3 1 3 3
94 P 55 TDK SEKOLAH IRT 6 Terumbu Sampang 4 TIDAK TIDAK 3 3 2 3 3
95 P 50 SD IRT 5 Terumbu Sampang 3 TIDAK TIDAK 3 3 1 2 3
96 P 57 TDK SEKOLAH IRT 4 Terumbu Sampang 3 YA YA 3 4 2 3 4
97 P 60 TDK SEKOLAH IRT 3 Terumbu Sampang 3 TIDAK TIDAK 2 3 2 3 3
98 P 55 TDK SEKOLAH IRT 4 Terumbu Sampang 2 TIDAK TIDAK 3 4 2 3 3
99 P 35 SD IRT 5 Terumbu Sampang 2 TIDAK TIDAK 3 3 2 2 3
100 P 50 TDK SEKOLAH IRT 6 Terumbu Sampang 2 TIDAK TIDAK 3 3 1 3 3
TOTAL 290 289 181 269 284
RATA-RATA 2.90 2.89 1.81 2.69 2.84
INDIKATOR E E KE E E
P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 P26 SKOR
2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 67
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 70
3 3 3 3 3 4 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 68
2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 1 3 3 2 1 64
3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 1 3 3 2 2 66
3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 1 66
3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 1 3 2 2 1 65
2 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 71
3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 1 67
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 1 2 70
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 69
3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 1 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 66
3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 1 66
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 70
3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 66
3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 65
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 1 69
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 72
2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 1 2 69
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 1 1 66
2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 1 2 3 3 2 2 63
2 3 3 4 3 2 2 1 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 4 2 2 66
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 1 2 69
2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 1 2 1 2 4 2 1 58
3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 3 2 2 59
2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 3 2 1 56
3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 69
4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 1 2 72
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 1 2 3 3 2 2 67
3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 1 66
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 70
3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 65
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 70
3 3 3 3 3 4 3 2 2 2 1 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 67
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 1 2 2 4 2 2 67
2 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 3 3 2 2 65
4 4 3 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 2 2 2 75
3 2 2 2 2 3 2 1 3 3 3 2 2 2 2 1 2 3 3 2 2 59
2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 64
4 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 4 2 2 69
2 3 3 3 3 3 3 1 2 2 2 3 2 2 2 1 2 3 3 2 1 58
2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 3 2 1 58
3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 3 2 2 59
3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 3 3 2 2 63
2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 1 2 2 2 1 1 1 2 3 2 2 58
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 1 2 3 3 2 2 67
3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 63
4 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 60
2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 1 2 3 3 2 2 63
3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 1 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 65
4 3 3 4 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 1 2 1 2 3 2 1 64
3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 2 2 2 1 2 3 4 2 2 67
3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 65
3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 3 2 2 59
2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 57
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 1 2 3 4 1 2 70
3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 3 3 2 2 63
3 2 2 3 2 3 3 1 2 2 2 2 3 3 1 1 1 2 4 2 2 58
4 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 73
3 3 2 2 2 3 2 1 3 3 1 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 57
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 1 2 70
2 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3 2 1 2 3 3 2 2 64
2 3 3 4 3 3 2 1 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 66
4 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 61
2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 4 3 2 2 62
3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2 1 2 63
4 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 73
2 3 3 3 3 4 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 1 2 69
3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 1 67
3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 1 66
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 1 67
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 70
3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 68
3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 1 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 65
2 3 3 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 70
3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 66
3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 69
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 71
4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 1 3 3 2 2 70
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 1 3 3 2 2 68
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 70
3 3 3 2 2 2 4 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 66
3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 66
3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 1 3 3 2 2 67
3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 1 66
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 69
2 3 3 4 3 2 2 1 3 3 3 3 3 3 2 1 2 4 3 2 2 64
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 67
3 3 3 3 3 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 65
2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 3 2 1 58
2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 1 1 1 3 3 2 2 61
3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 1 63
2 2 3 2 3 3 3 1 2 2 2 3 2 2 1 1 1 2 3 2 1 56
3 2 3 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 1 2 68
4 3 3 4 3 3 3 1 2 2 1 2 3 3 2 1 2 3 3 2 1 63
4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 1 2 73
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 1 3 2 2 2 1 2 3 3 2 2 65
3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 62
4 3 3 4 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 1 2 1 2 3 2 1 64
3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 3 2 2 2 1 2 3 3 2 2 65
288 295 288 290 280 293 292 186 261 259 221 270 266 252 198 178 178 283 300 189 178 6558
2.88 2.95 2.88 2.90 2.80 2.93 2.92 1.86 2.61 2.59 2.21 2.70 2.66 2.52 1.98 1.78 1.78 2.83 3.00 1.89 1.78 65.58
E E E E E E E KE E E KE E E E KE KE KE E E E E
HASIL UJI VALIDITAS
VAR01 VAR02 VAR03 VAR04 VAR05 VAR06 VAR07 VAR08 VAR09 VAR010 VAR011 VAR012 VAR013
VAR01 Pearson Correlation 1 -.108 -.025 -.303** -.187 -.203* -0.196 .072 .096 .000 -.187 .012 -.012
Sig. (2-tailed) .283 .804 .002 .062 .043 .050 .475 .344 1.000 .062 .908 .905
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
VAR02 Pearson Correlation -.108 1 .313** .223* .216* .255* .299** 0.129 .089 .045 .309** .351** 0.158
Sig. (2-tailed) .283 .002 .026 .031 .010 .002 .199 .378 .657 .002 .000 .117
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
VAR03 Pearson Correlation -.025 .313** 1 .017 -.020 0.194 .067 .229* .114 .165 .143 .269** .472**
Sig. (2-tailed) .804 .002 .870 .844 .053 .507 .022 .257 .102 .156 .007 .000
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
VAR04 Pearson Correlation -.303** .223* .017 1 .639** .157 -.082 -.049 -.140 -.065 .231* .139 -.041
Sig. (2-tailed) .002 .026 .870 .000 .118 .418 .629 .165 .521 .021 .168 .687
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
VAR05 Pearson Correlation -.187 .216* -.020 .639** 1 .466** .011 -.029 -.028 -.181 .094 -.016 .183
Sig. (2-tailed) .062 .031 .844 .000 .000 .913 .778 .779 .071 .351 .873 .068
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
VAR06 Pearson Correlation -.203* .255* 0.194 .157 .466** 1 .349** .142 .099 -.145 .081 .089 .248*
Sig. (2-tailed) .043 .010 .053 .118 .000 .000 .158 .326 .151 .422 .381 .013
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
VAR07 Pearson Correlation -0.196 .299** .067 -.082 .011 .349** 1 .248* .178 .183 .143 .162 0.09
Sig. (2-tailed) .050 .002 .507 .418 .913 .000 .013 .076 .068 .156 .107 .375
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
VAR08 Pearson Correlation .072 0.129 .229* -.049 -.029 .142 .248* 1 .066 .444** .150 .240* 0.069
Sig. (2-tailed) .475 .199 .022 .629 .778 .158 .013 .516 .000 .137 .016 .495
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
VAR09 Pearson Correlation .096 .089 .114 -.140 -.028 .099 .178 .066 1 .313** .152 -.043 -.230*
Sig. (2-tailed) .344 .378 .257 .165 .779 .326 .076 .516 .002 .131 .674 .022
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
VAR010 Pearson Correlation .000 .045 .165 -.065 -.181 -.145 .183 .444** .313** 1 .530** .217* -.092
Sig. (2-tailed) 1.000 .657 .102 .521 .071 .151 .068 .000 .002 .000 .030 .364
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
VAR011 Pearson Correlation -.187 .309** .143 .231* .094 .081 .143 .150 .152 .530** 1 .194 .009
Sig. (2-tailed) .062 .002 .156 .021 .351 .422 .156 .137 .131 .000 .053 .927
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
VAR012 Pearson Correlation .012 .351** .269** .139 -.016 .089 .162 .240* -.043 .217* .194 1 0.136
Sig. (2-tailed) .908 .000 .007 .168 .873 .381 .107 .016 .674 .030 .053 .176
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
VAR013 Pearson Correlation -.012 0.158 .472** -.041 .183 .248* 0.09 0.069 -.230* -.092 .009 0.136 1
Sig. (2-tailed) .905 .117 .000 .687 .068 .013 .375 .495 .022 .364 .927 .176
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
VAR014 Pearson Correlation -.230* .033 .142 .395** .082 -.024 .103 .087 -.124 .267** .103 -.006 -.090
Sig. (2-tailed) .021 .747 .159 .000 .418 .815 .309 .387 .219 .007 .309 .951 .372
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
VAR015 Pearson Correlation -.191 -.023 .083 .233* -.026 .037 .097 -.040 -.004 .346** .230* -.066 .004
Sig. (2-tailed) .057 .818 .414 .020 .799 .712 .338 .691 .967 .000 .021 .512 .966
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
VAR016 Pearson Correlation -.218* -.061 -0.065 -.052 -.060 -.041 .120 -.005 -.030 .169 .052 -.177 .022
Sig. (2-tailed) .029 .546 .518 .608 .554 .689 .234 .960 .765 .093 .606 .077 .828
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
VAR017 Pearson Correlation .150 .133 .169 .228* .065 .019 .131 .445** .048 .326** .138 .305** -.026
Sig. (2-tailed) .137 .187 .094 .023 .521 .854 .194 .000 .634 .001 .171 .002 .794
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
VAR018 Pearson Correlation .223* .250* .134 .021 .027 .248* .273** .238* .202* .169 .169 .231* .051
Sig. (2-tailed) .026 .012 .183 .836 .791 .013 .006 .017 .043 .093 .093 .021 .615
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
VAR019 Pearson Correlation -.037 .077 .035 .005 -.076 .247* .225* .154 .134 .120 -.104 .059 .013
Sig. (2-tailed) .717 .444 .728 .959 .451 .013 .024 .127 .185 .234 .302 .558 .901
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
VAR020 Pearson Correlation .159 .073 .148 .015 .111 .055 .129 .252* .030 .164 .156 -.007 .084
Sig. (2-tailed) .113 .470 .141 .882 .271 .589 .199 .011 .763 .102 .122 .941 .405
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
VAR021 Pearson Correlation .155 .140 .461** .062 .191 .261** 0.171 .140 .091 -.024 -.029 0.076 .529**
Sig. (2-tailed) .123 .165 .000 .543 .058 .009 .089 .166 .370 .812 .776 .450 .000
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
VAR022 Pearson Correlation -.122 .031 .090 .114 .136 .138 .112 .140 .091 -.024 .078 -.108 .023
Sig. (2-tailed) .227 .756 .373 .260 .178 .171 .267 .166 .370 .812 .442 .283 .822
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
VAR023 Pearson Correlation -.087 .157 -.027 .035 -.087 -.039 .172 .285** .060 .089 .089 -.134 -.002
Sig. (2-tailed) .390 .119 .790 .728 .389 .697 .088 .004 .550 .377 .378 .183 .982
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
VAR024 Pearson Correlation .000 -.360** -.176 .058 .000 -.091 .000 .000 .000 .134 -.059 -.068 -.280**
Sig. (2-tailed) 1.000 .000 .080 .568 1.000 .368 1.000 1.000 1.000 0.185 .560 .500 .005
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
VAR025 Pearson Correlation .137 -.214* .139 .052 -.089 -.204* -.180 .020 .016 .039 .126 -.050 -.043
Sig. (2-tailed) .175 .033 .167 .607 .377 .041 .073 .843 .873 .701 .210 .620 .668
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
VAR026 Pearson Correlation -.218* .036 -.008 .576** .297** .058 .054 -.126 -.102 -.244* -.075 -.099 .029
Sig. (2-tailed) .029 .722 .940 .000 .003 .564 .595 .213 .315 .015 .457 .325 .773
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
SKOR Pearson Correlation
-.051 .374** .413** .368** .295** .381** .407** .426** .223* .402** .386** .257** .230*
Sig. (2-tailed)
.612 .000 .000 .000 .003 .000 .000 .000 .026 .000 .000 .010 .022
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
VAR014 VAR015 VAR016 VAR017 VAR018 VAR019 VAR020 VAR021 VAR022 VAR023 VAR024 VAR025 VAR026 SKOR
-.230* -.191 -.218* .150 .223* -.037 .159 .155 -.122 -.087 .000 .137 -.218* -.051
.021 .057 .029 .137 .026 .717 .113 .123 .227 .390 1.000 .175 .029 .612
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
.033 -.023 -.061 .133 .250* .077 .073 .140 .031 .157 -.360** -.214* .036 .374**
.747 .818 .546 .187 .012 .444 .470 .165 .756 .119 .000 .033 .722 .000
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
.142 .083 -0.065 .169 .134 .035 .148 .461** .090 -.027 -.176 .139 -.008 .413**
.159 .414 .518 .094 .183 .728 .141 .000 .373 .790 .080 .167 .940 .000
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
.395** .233* -.052 .228* .021 .005 .015 .062 .114 .035 .058 .052 .576** .368**
.000 .020 .608 .023 .836 .959 .882 .543 .260 .728 .568 .607 .000 .000
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
.082 -.026 -.060 .065 .027 -.076 .111 .191 .136 -.087 .000 -.089 .297** .295**
.418 .799 .554 .521 .791 .451 .271 .058 .178 .389 1.000 .377 .003 .003
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
-.024 .037 -.041 .019 .248* .247* .055 .261** .138 -.039 -.091 -.204* .058 .381**
.815 .712 .689 .854 .013 .013 .589 .009 .171 .697 .368 .041 .564 .000
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
.103 .097 .120 .131 .273** .225* .129 0.171 .112 .172 .000 -.180 .054 .407**
.309 .338 .234 .194 .006 .024 .199 .089 .267 .088 1.000 .073 .595 .000
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
.087 -.040 -.005 .445** .238* .154 .252* .140 .140 .285** .000 .020 -.126 .426**
.387 .691 .960 .000 .017 .127 .011 .166 .166 .004 1.000 .843 .213 .000
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
-.124 -.004 -.030 .048 .202* .134 .030 .091 .091 .060 .000 .016 -.102 .223*
.219 .967 .765 .634 .043 .185 .763 .370 .370 .550 1.000 .873 .315 .026
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
.267** .346** .169 .326** .169 .120 .164 -.024 -.024 .089 .134 .039 -.244* .402**
.007 .000 .093 .001 .093 .234 .102 .812 .812 .377 0.185 .701 .015 .000
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
.103 .230* .052 .138 .169 -.104 .156 -.029 .078 .089 -.059 .126 -.075 .386**
.309 .021 .606 .171 .093 .302 .122 .776 .442 .378 .560 .210 .457 .000
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
-.006 -.066 -.177 .305** .231* .059 -.007 0.076 -.108 -.134 -.068 -.050 -.099 .257**
.951 .512 .077 .002 .021 .558 .941 .450 .283 .183 .500 .620 .325 .010
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
-.090 .004 .022 -.026 .051 .013 .084 .529** .023 -.002 -.280** -.043 .029 .230*
.372 .966 .828 .794 .615 .901 .405 .000 .822 .982 .005 .668 .773 .022
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
1 .751** .336** .375** .162 .299** .270** -.128 .318** .200* .110 .062 .514** .551**
.000 .001 .000 .108 .003 .007 .205 .001 .046 .278 .539 .000 .000
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
.751** 1 .380** .304** .131 .257** .267** -.148 .343** .183 -.054 .065 .348** .507**
.000 .000 .002 .193 .010 .007 .141 .000 .069 .591 .522 .000 .000
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
.336** .380** 1 .037 -.029 .196 .101 -0.092 .063 .092 0.043 -.068 .202* .247*
.001 .000 .715 .773 .051 .319 .360 .534 .361 .671 .502 .044 .013
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
.375** .304** .037 1 .539** .256* .516** .184 .336** .285** .056 .047 .044 .642**
.000 .002 .715 .000 .010 .000 .067 .001 .004 .578 .640 .661 .000
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
.162 .131 -.029 .539** 1 .663** .437** .434** .230* .340** -.056 -.054 -.056 .640**
.108 .193 .773 .000 .000 .000 .000 .021 .001 .577 .597 .581 .000
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
.299** .257** .196 .256* .663** 1 .038 .263** .118 .216* -.107 -.288** .089 .434**
.003 .010 .051 .010 .000 .707 .008 .243 .031 .289 .004 .378 .000
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
.270** .267** .101 .516** .437** .038 1 .245* .686** .475** -.146 .334** .067 .606**
.007 .007 .319 .000 .000 .707 .014 .000 .000 .146 .001 .508 .000
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
-.128 -.148 -0.092 .184 .434** .263** .245* 1 .068 .068 -0.194 .104 -.035 .408**
.205 .141 .360 .067 .000 .008 .014 .504 .503 .054 .304 0.732 .000
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
.318** .343** .063 .336** .230* .118 .686** .068 1 .445** -.065 .041 .245* .492**
.001 .000 .534 .001 .021 .243 .000 .504 .000 .524 .684 .014 .000
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
.200* .183 .092 .285** .340** .216* .475** .068 .445** 1 -.238* .029 .229* .412**
.046 .069 .361 .004 .001 .031 .000 .503 .000 .017 .771 .022 .000
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
.110 -.054 0.043 .056 -.056 -.107 -.146 -0.194 -.065 -.238* 1 -0.069 .000 -.074
.278 .591 .671 .578 .577 .289 .146 .054 .524 .017 .494 1.000 .464
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
.062 .065 -.068 .047 -.054 -.288** .334** .104 .041 .029 -0.069 1 .038 .087
.539 .522 .502 .640 .597 .004 .001 .304 .684 .771 .494 .709 .391
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
.514** .348** .202* .044 -.056 .089 .067 -.035 .245* .229* .000 .038 1 .318**
.000 .000 .044 .661 .581 .378 .508 0.732 .014 .022 1.000 .709 .001
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
.551** .507** .247* .642** .640** .434** .606** .408** .492** .412** -.074 .087 .318** 1
.000 .000 .013 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .464 .391 .001
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
HASIL UJI RELIABILITAS
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 100 100.0
Excludeda 0 0.0
Total 100 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of
Items
.779 23
HASIL UJI NORMALITAS
Descriptive Statistics
N Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Std. Error Statistic Std.
Error
VAR00001 100 -.411 .241 -.277 .478
Valid N (listwise) 100
HASIL UJI HIPOTESIS (T-TES)
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean
VAR00028 100 65.83 4.353 .435
One-Sample Test
Test Value = 62.4
t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
VAR00028 7.879 99 .000 3.430 2.57 4.29
Tabel r
df = (N-2)
Tingkat signifikansi untuk uji satu arah
0.05 0.025 0.01 0.005 0.0005
Tingkat signifikansi untuk uji dua arah
0.1 0.05 0.02 0.01 0.001
62 0.2075 0.2461 0.2902 0.3198 0.4018
63 0.2058 0.2441 0.2880 0.3173 0.3988
64 0.2042 0.2423 0.2858 0.3150 0.3959
65 0.2027 0.2404 0.2837 0.3126 0.3931
66 0.2012 0.2387 0.2816 0.3104 0.3903
67 0.1997 0.2369 0.2796 0.3081 0.3876
68 0.1982 0.2352 0.2776 0.3060 0.3850
69 0.1968 0.2335 0.2756 0.3038 0.3823
70 0.1954 0.2319 0.2737 0.3017 0.3798
71 0.1940 0.2303 0.2718 0.2997 0.3773
72 0.1927 0.2287 0.2700 0.2977 0.3748
73 0.1914 0.2272 0.2682 0.2957 0.3724
74 0.1901 0.2257 0.2664 0.2938 0.3701
75 0.1888 0.2242 0.2647 0.2919 0.3678
76 0.1876 0.2227 0.2630 0.2900 0.3655
77 0.1864 0.2213 0.2613 0.2882 0.3633
78 0.1852 0.2199 0.2597 0.2864 0.3611
79 0.1841 0.2185 0.2581 0.2847 0.3589
80 0.1829 0.2172 0.2565 0.2830 0.3568
81 0.1818 0.2159 0.2550 0.2813 0.3547
82 0.1807 0.2146 0.2535 0.2796 0.3527
83 0.1796 0.2133 0.2520 0.2780 0.3507
84 0.1786 0.2120 0.2505 0.2764 0.3487
85 0.1775 0.2108 0.2491 0.2748 0.3468
86 0.1765 0.2096 0.2477 0.2732 0.3449
87 0.1755 0.2084 0.2463 0.2717 0.3430
88 0.1745 0.2072 0.2449 0.2702 0.3412
89 0.1735 0.2061 0.2435 0.2687 0.3393
90 0.1726 0.2050 0.2422 0.2673 0.3375
91 0.1716 0.2039 0.2409 0.2659 0.3358
92 0.1707 0.2028 0.2396 0.2645 0.3341
93 0.1698 0.2017 0.2384 0.2631 0.3323
94 0.1689 0.2006 0.2371 0.2617 0.3307
95 0.1680 0.1996 0.2359 0.2604 0.3290
96 0.1671 0.1986 0.2347 0.2591 0.3274
97 0.1663 0.1975 0.2335 0.2578 0.3258
98 0.1654 0.1966 0.2324 0.2565 0.3242
99 0.1646 0.1956 0.2312 0.2552 0.3226
100 0.1638 0.1946 0.2301 0.2540 0.3211
Tabel t
Pr
df
0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001
0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
81 0.67753 1.29209 1.66388 1.98969 2.37327 2.63790 3.19392
82 0.67749 1.29196 1.66365 1.98932 2.37269 2.63712 3.19262
83 0.67746 1.29183 1.66342 1.98896 2.37212 2.63637 3.19135
84 0.67742 1.29171 1.66320 1.98861 2.37156 2.63563 3.19011
85 0.67739 1.29159 1.66298 1.98827 2.37102 2.63491 3.18890
86 0.67735 1.29147 1.66277 1.98793 2.37049 2.63421 3.18772
87 0.67732 1.29136 1.66256 1.98761 2.36998 2.63353 3.18657
88 0.67729 1.29125 1.66235 1.98729 2.36947 2.63286 3.18544
89 0.67726 1.29114 1.66216 1.98698 2.36898 2.63220 3.18434
90 0.67723 1.29103 1.66196 1.98667 2.36850 2.63157 3.18327
91 0.67720 1.29092 1.66177 1.98638 2.36803 2.63094 3.18222
92 0.67717 1.29082 1.66159 1.98609 2.36757 2.63033 3.18119
93 0.67714 1.29072 1.66140 1.98580 2.36712 2.62973 3.18019
94 0.67711 1.29062 1.66123 1.98552 2.36667 2.62915 3.17921
95 0.67708 1.29053 1.66105 1.98525 2.36624 2.62858 3.17825
96 0.67705 1.29043 1.66088 1.98498 2.36582 2.62802 3.17731
97 0.67703 1.29034 1.66071 1.98472 2.36541 2.62747 3.17639
98 0.67700 1.29025 1.66055 1.98447 2.36500 2.62693 3.17549
99 0.67698 1.29016 1.66039 1.98422 2.36461 2.62641 3.17460
100 0.67695 1.29007 1.66023 1.98397 2.36422 2.62589 3.17374
101 0.67693 1.28999 1.66008 1.98373 2.36384 2.62539 3.17289
102 0.67690 1.28991 1.65993 1.98350 2.36346 2.62489 3.17206
103 0.67688 1.28982 1.65978 1.98326 2.36310 2.62441 3.17125
104 0.67686 1.28974 1.65964 1.98304 2.36274 2.62393 3.17045
105 0.67683 1.28967 1.65950 1.98282 2.36239 2.62347 3.16967
106 0.67681 1.28959 1.65936 1.98260 2.36204 2.62301 3.16890
107 0.67679 1.28951 1.65922 1.98238 2.36170 2.62256 3.16815
108 0.67677 1.28944 1.65909 1.98217 2.36137 2.62212 3.16741
109 0.67675 1.28937 1.65895 1.98197 2.36105 2.62169 3.16669
110 0.67673 1.28930 1.65882 1.98177 2.36073 2.62126 3.16598
111 0.67671 1.28922 1.65870 1.98157 2.36041 2.62085 3.16528
112 0.67669 1.28916 1.65857 1.98137 2.36010 2.62044 3.16460
113 0.67667 1.28909 1.65845 1.98118 2.35980 2.62004 3.16392
114 0.67665 1.28902 1.65833 1.98099 2.35950 2.61964 3.16326
115 0.67663 1.28896 1.65821 1.98081 2.35921 2.61926 3.16262
116 0.67661 1.28889 1.65810 1.98063 2.35892 2.61888 3.16198
117 0.67659 1.28883 1.65798 1.98045 2.35864 2.61850 3.16135
118 0.67657 1.28877 1.65787 1.98027 2.35837 2.61814 3.16074
119 0.67656 1.28871 1.65776 1.98010 2.35809 2.61778 3.16013
120 0.67654 1.28865 1.65765 1.97993 2.35782 2.61742 3.15954
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 3 TAHUN 2014
TENTANG
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar, perlu menyelenggarakan sanitasi total berbasis masyarakat;
b. bahwa Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dipandang sudah tidak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
3. Undang-Undang...
-2-
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
7. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 193);
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/Menkes/SK/ VIII/2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/ IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2013 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 741);
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2269/Menkes/Per/XI/2011 tentang Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 755);
MEMUTUSKAN...
-3-
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disingkat STBM adalah pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan.
2. Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut Pilar STBM adalah perilaku higienis dan saniter yang digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
3. Pemicuan adalah cara untuk mendorong perubahan perilaku higiene dan sanitasi individu atau masyarakat atas kesadaran sendiri dengan menyentuh perasaan, pola pikir, perilaku, dan kebiasaan individu atau masyarakat.
4. Stop Buang Air Besar Sembarangan adalah kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidak lagi melakukan perilaku buang air besar sembarangan yang berpotensi menyebarkan penyakit.
5. Cuci Tangan Pakai Sabun adalah perilaku cuci tangan dengan menggunakan air bersih yang mengalir dan sabun.
6. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga adalah melakukan kegiatan mengelola air minum dan makanan di rumah tangga untuk memperbaiki dan menjaga kualitas air dari sumber air yang akan digunakan untuk air minum, serta untuk menerapkan prinsip higiene sanitasi pangan dalam proses pengelolaan makanan di rumah tangga.
7. Pengamanan Sampah Rumah Tangga adalah melakukan kegiatan pengolahan sampah di rumah tangga dengan mengedepankan prinsip mengurangi, memakai ulang, dan mendaur ulang.
8. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga adalah melakukan kegiatan pengolahan limbah cair di rumah tangga yang berasal dari sisa kegiatan mencuci, kamar mandi dan dapur yang memenuhi standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan yang mampu memutus mata rantai penularan penyakit.
9. Pemerintah...
-4-
9. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
10. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
11. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
Pasal 2
Penyelenggaraan STBM bertujuan untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
BAB II
PENYELENGGARAAN
Pasal 3
(1) Masyarakat menyelenggarakan STBM secara mandiri dengan berpedoman pada Pilar STBM.
(2) Pilar STBM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas perilaku: a. Stop Buang Air Besar Sembarangan; b. Cuci Tangan Pakai Sabun; c. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga; d. Pengamanan Sampah Rumah Tangga; dan e. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga.
(3) Pilar STBM sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditujukan untuk memutus mata rantai penularan penyakit dan keracunan.
Pasal 4
(1) Perilaku stop buang air besar sembarangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a diwujudkan melalui kegiatan paling sedikit terdiri atas:
a. membudayakan perilaku buang air besar sehat yang dapat memutus alur kontaminasi kotoran manusia sebagai sumber penyakit secara berkelanjutan; dan
b. menyediakan...
-5-
b. menyediakan dan memelihara sarana buang air besar yang memenuhi standar dan persyaratan kesehatan.
(2) Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b diwujudkan melalui kegiatan paling sedikit terdiri atas:
a. membudayakan perilaku cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun secara berkelanjutan; dan
b. menyediakan dan memelihara sarana cuci tangan yang dilengkapi dengan air mengalir, sabun, dan saluran pembuangan air limbah.
(3) Perilaku Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c diwujudkan melalui kegiatan paling sedikit terdiri atas:
a. membudayakan perilaku pengolahan air layak minum dan makanan yang aman dan bersih secara berkelanjutan; dan
b. menyediakan dan memelihara tempat pengolahan air minum dan makanan rumah tangga yang sehat.
(4) Perilaku Pengamanan Sampah Rumah Tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf d diwujudkan melalui kegiatan paling sedikit terdiri atas:
a. membudayakan perilaku memilah sampah rumah tangga sesuai dengan jenisnya dan membuang sampah rumah tangga di luar rumah secara rutin;
b. melakukan pengurangan (reduce), penggunaan kembali (reuse), dan pengolahan kembali (recycle); dan
c. menyediakan dan memelihara sarana pembuangan sampah rumah tangga di luar rumah.
(5) Perilaku Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf e diwujudkan melalui kegiatan paling sedikit terdiri atas:
a. melakukan pemisahan saluran limbah cair rumah tangga melalui sumur resapan dan saluran pembuangan air limbah;
b. menyediakan dan menggunakan penampungan limbah cair rumah tangga; dan
c. memelihara saluran pembuangan dan penampungan limbah cair rumah tangga.
(6) Ketentuan...
-6-
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai perilaku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (5) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 5
(1) Dalam menyelenggarakan STBM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4, dilakukan Pemicuan kepada masyarakat.
(2) Pemicuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, kader, relawan, dan/atau masyarakat yang telah berhasil mengembangkan STBM.
(3) Pemicuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk memberikan kemampuan dalam:
a. merencanakan perubahan perilaku;
b. memantau terjadinya perubahan perilaku; dan
c. mengevaluasi hasil perubahan perilaku.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Pemicuan tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 6
Dalam rangka penyelenggaraan STBM masyarakat membentuk kelompok dan membuat rencana kerja pelaksanaan STBM sesuai kebutuhan.
Pasal 7
(1) Untuk mencapai kondisi sanitasi total yang mencakup 5 (lima) Pilar STBM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), setelah Pemicuan dilakukan pendampingan kepada masyarakat.
(2) Pendampingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh tenaga kesehatan, kader, relawan, dan/atau masyarakat dalam pelaksanaan rencana kerja masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.
Pasal 8...
-7-
Pasal 8
(1) Masyarakat yang telah berhasil mencapai kondisi sanitasi total atau salah satu pilar dalam penyelenggaraan STBM berdasarkan penilaian Tim Verifikasi, dapat melakukan deklarasi keberhasilan pelaksanaan STBM.
(2) Tim Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh Pemerintah Daerah yang terdiri atas unsur Pemerintah Daerah dan masyarakat.
BAB III
TANGGUNG JAWAB DAN PERAN PEMERINTAH
DAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 9
Dalam mendukung penyelenggaraan STBM, Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota bertanggung jawab dalam: a. penyusunan peraturan dan kebijakan teknis; b. fasilitasi pengembangan teknologi tepat guna; c. fasilitasi pengembangan penyelenggaraan STBM; d. pelatihan teknis bagi tenaga pelatih; dan/atau e. penyediaan panduan media komunikasi, informasi, dan edukasi.
Pasal 10
Untuk mendukung penyelenggaraan STBM, Pemerintah berperan: a. melakukan koordinasi lintas sektor dan lintas program; b. menyiapkan materi pelatihan teknis bagi tenaga pelatih; c. melakukan pemantauan dan evaluasi; dan d. melakukan kajian, penelitian, dan pengembangan.
Pasal 11
Untuk mendukung penyelenggaraan STBM, pemerintah daerah provinsi berperan: a. melakukan koordinasi lintas sektor dan lintas program, jejaring kerja,
dan kemitraan; b. melaksanakan pelatihan teknis bagi tenaga pelatih kabupaten/kota; c. melakukan pemantauan dan evaluasi kabupaten/kota;
d. menetapkan...
-8-
d. menetapkan skala prioritas pembinaan wilayah kabupaten/kota dalam penerapan STBM; dan
e. menyediakan materi media komunikasi, informasi, dan edukasi.
Pasal 12
Untuk mendukung penyelenggaraan STBM, pemerintah daerah kabupaten/kota berperan: a. menetapkan skala prioritas wilayah untuk penerapan STBM; b. melakukan koordinasi lintas sektor dan lintas program, jejaring kerja,
dan kemitraan dalam rangka pengembangan penyelenggaraan STBM; c. melaksanakan pelatihan teknis bagi petugas dan masyarakat
kecamatan dan/atau desa/kelurahan; d. melakukan pemantauan dan evaluasi; dan e. menyediakan materi media komunikasi, informasi, dan edukasi.
Pasal 13
(1) Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota dalam mendukung penyelenggaraan STBM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 sampai dengan Pasal 12 mengacu pada strategi dan tahapan penyelenggaraan STBM.
(2) Strategi penyelenggaraan STBM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. penciptaan lingkungan yang kondusif; b. peningkatan kebutuhan sanitasi; dan c. peningkatan penyediaan akses sanitasi.
(3) Penciptaan lingkungan yang kondusif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan upaya menciptakan kondisi yang mendukung tercapainya kondisi sanitasi total melalui dukungan kelembagaan, regulasi, dan kemitraan dari Pemerintah, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, institusi pendidikan, institusi keagamaan, dan swasta.
(4) Peningkatan kebutuhan sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan upaya meningkatkan kebutuhan masyarakat menuju perubahan perilaku yang higienis dan saniter.
(5) Peningkatan penyediaan akses sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c merupakan upaya meningkatkan dan mengembangkan percepatan akses terhadap produk dan layanan sanitasi yang layak dan terjangkau masyarakat.
(6) Tahapan...
-9-
(6) Tahapan penyelenggaraan STBM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. penyusunan perencanaan; b. pelaksanaan; c. pemantauan dan evaluasi; dan d. penyusunan laporan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai strategi dan tahapan penyelenggaraan STBM sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 14
Dalam mendukung penyelenggaraan STBM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 sampai dengan Pasal 12, Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota dapat melibatkan tenaga ahli, lembaga pendidikan, lembaga donor, swasta, dan pihak terkait lainnya yang relevan.
BAB IV
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Pasal 15
(1) Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan STBM dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan/atau masyarakat.
(2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai penyelenggaraan STBM dengan indikator yang meliputi: a. aksesibilitas penyelenggaraan STBM; b. keberhasilan penyelenggaraan STBM; c. permasalahan yang dihadapi; dan d. dampak penyelenggaraan STBM.
(3) Tata cara pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan STBM tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
BAB V...
-10-
BAB V
PENDANAAN
Pasal 16
(1) Pendanaan penyelenggaraan STBM bersumber dari masyarakat.
(2) Pendanaan untuk mendukung penyelenggaraan STBM oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan sumber lain yang tidak mengikat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 17
(1) Pembinaan dan pengawasan dilaksanakan oleh Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota.
(2) Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota dalam pelaksanaan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melimpahkan kewenangannya kepada satuan kerja yang memiliki tugas dan fungsi terkait penyelenggaraan STBM.
Pasal 18
Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 terutama diarahkan terhadap: a. penyelenggaraan STBM oleh masyarakat; b. pelaksanaan dukungan penyelenggaraan STBM; dan c. pengelolaan sumber daya manusia dalam rangka mendukung
penyelenggaraan STBM.
BAB VII...
-12-
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
I. PERILAKU HIGIENIS DAN SANITER DALAM SANITASI TOTAL
BERBASIS MASYARAKAT
A. PENDAHULUAN
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait pembangunan kesehatan, khususnya bidang, higiene dan sanitasi masih sangat besar. Untuk itu perlu dilakukan intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi total. Pemerintah merubah pendekatan pembangunan sanitasi nasional dari pendekatan sektoral dengan penyediaan subsidi perangkat keras yang selama ini tidak memberi daya ungkit terjadinya perubahan perilaku higienis dan peningkatan akses sanitasi, menjadi pendekatan sanitasi total berbasis masyarakat yang menekankan pada 5 (lima) perubahan perilaku higienis. Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilar akan mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat. Pelaksanaan STBM dalam jangka panjang dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik, dan dapat mendorong tewujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Perubahan perilaku dalam STBM dilakukan melalui metode Pemicuan yang mendorong perubahan perilaku masyarakat sasaran secara kolektif dan mampu membangun sarana sanitasi secara mandiri sesuai kemampuan.
B. LIMA PILAR STBM
Lima Pilar STBM terdiri dari:
1. Stop Buang air besar Sembarangan (SBS)
Suatu kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan.
Perilaku SBS diikuti dengan pemanfaatan sarana sanitasi yang saniter berupa jamban sehat. Saniter merupakan kondisi fasilitas sanitasi yang memenuhi standar dan persyaratan kesehatan yaitu:
-13-
a. tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia; dan
b. dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebar penyakit pada pemakai dan lingkungan sekitarnya.
Contoh perubahan perilaku SBS :
Jamban sehat efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. Jamban sehat harus dibangun, dimiliki, dan digunakan oleh keluarga dengan penempatan (di dalam rumah atau di luar rumah) yang mudah dijangkau oleh penghuni rumah.
Standar dan persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari : a) Bangunan atas jamban (dinding dan/atau atap)
Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari gangguan cuaca dan gangguan lainnya.
-14-
b) Bangunan tengah jamban
Terdapat 2 (dua) bagian bangunan tengah jamban, yaitu: - Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine)
yang saniter dilengkapi oleh konstruksi leher angsa. Pada konstruksi sederhana (semi saniter), lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa, tetapi harus diberi tutup.
- Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mempunyai saluran untuk pembuangan air bekas ke Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL).
c) Bangunan Bawah
Merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan pengurai kotoran/tinja yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi dari tinja melalui vektor pembawa penyakit, baik secara langsung maupun tidak langsung. Terdapat 2 (dua) macam bentuk bangunan bawah jamban, yaitu: - Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi
sebagai penampungan limbah kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian padat dari kotoran manusia akan tertinggal dalam tangki septik, sedangkan bagian cairnya akan keluar dari tangki septik dan diresapkan melalui bidang/sumur resapan. Jika tidak memungkinkan dibuat resapan maka dibuat suatu filter untuk mengelola cairan tersebut.
- Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung limbah padat dan cair dari jamban yang masuk setiap harinya dan akan meresapkan cairan limbah tersebut ke dalam tanah dengan tidak mencemari air tanah, sedangkan bagian padat dari limbah tersebut akan diuraikan secara biologis.
-15-
Bentuk cubluk dapat dibuat bundar atau segi empat, dindingnya harus aman dari longsoran, jika diperlukan dinding cubluk diperkuat dengan pasangan bata, batu kali, buis beton, anyaman bambu, penguat kayu, dan sebagainya.
2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
CTPS merupakan perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir. a. Langkah-langkah CTPS yang benar :
- Basahi kedua tangan dengan air bersih yang mengalir. - Gosokkan sabun pada kedua telapak tangan sampai
berbusa lalu gosok kedua punggung tangan, jari jemari, kedua jempol, sampai semua permukaan kena busa sabun.
- Bersihkan ujung-ujung jari dan sela-sela di bawah kuku. - Bilas dengan air bersih sambil menggosok-gosok kedua
tangan sampai sisa sabun hilang. - Keringkan kedua tangan dengan memakai kain, handuk
bersih, atau kertas tisu, atau mengibas-ibaskan kedua tangan sampai kering.
-16-
b. Waktu penting perlunya CTPS, antara lain: - sebelum makan - sebelum mengolah dan menghidangkan makanan - sebelum menyusui - sebelum memberi makan bayi/balita - sesudah buang air besar/kecil - sesudah memegang hewan/unggas
c. Kriteria Utama Sarana CTPS
- Air bersih yang dapat dialirkan - Sabun - Penampungan atau saluran air limbah yang aman
3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT)
PAMM-RT merupakan suatu proses pengolahan, penyimpanan, dan pemanfaatan air minum dan pengelolaan makanan yang aman di rumah tangga.
Tahapan kegiatan dalam PAMM-RT, yaitu: a. Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga
1) Pengolahan air baku Apabila air baku keruh perlu dilakukan pengolahan awal: - Pengendapan dengan gravitasi alami - Penyaringan dengan kain - Pengendapan dengan bahan kimia/tawas
-17-
2) Pengolahan air untuk minum
Pengolahan air minum di rumah tangga dilakukan untuk mendapatkan air dengan kualitas air minum. Cara pengolahan yang disarankan, yaitu: Air untuk minum harus diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan kuman dan penyakit melalui : a) Filtrasi (penyaringan), contoh : biosand filter, keramik
filter, dan sebagainya. b) Klorinasi, contoh : klorin cair, klorin tablet, dan
sebagainya. c) Koagulasi dan flokulasi (penggumpalan), contoh :
bubuk koagulan d) Desinfeksi, contoh : merebus, sodis (Solar Water
Disinfection)
3) Wadah Penyimpanan Air Minum
Setelah pengolahan air, tahapan selanjutnya menyimpan air minum dengan aman untuk keperluan sehari-hari, dengan cara: - Wadah bertutup, berleher sempit, dan lebih baik dilengkapi dengan kran.
- Air minum sebaiknya disimpan di wadah pengolahannya.
- Air yang sudah diolah sebaiknya disimpan dalam tempat yang bersih dan selalu tertutup.
- Minum air dengan menggunakan gelas yang bersih dan kering atau tidak minum air langsung mengenai mulut/wadah kran.
- Letakkan wadah penyimpanan air minum di tempat yang bersih dan sulit terjangkau oleh binatang.
-18-
- Wadah air minum dicuci setelah tiga hari atau saat air habis, gunakan air yang sudah diolah sebagai air bilasan terakhir.
4) Hal penting dalam PAMM-RT
- Cucilah tangan sebelum menangani air minum dan mengolah makanan siap santap.
- Mengolah air minum secukupnya sesuai dengan kebutuhan rumah tangga.
- Gunakan air yang sudah diolah untuk mencuci sayur dan buah siap santap serta untuk mengolah makan siap santap.
- Tidak mencelupkan tangan ke dalam air yang sudah diolah menjadi air minum.
- Secara periodik meminta petugas kesehatan untuk melakukan pemeriksaan air guna pengujian laboratorium.
Baik Buruk
Buruk Baik
-19-
b. Pengelolaan Makanan Rumah Tangga
Makanan harus dikelola dengan baik dan benar agar tidak menyebabkan gangguan kesehatan dan bermanfaat bagi tubuh. Cara pengelolaan makanan yang baik yaitu dengan menerapkan prinsip higiene dan sanitasi makanan. Pengelolaan makanan di rumah tangga, walaupun dalam jumlah kecil atau skala rumah tangga juga harus menerapkan prinsip higiene sanitasi makanan.
Prinsip higiene sanitasi makanan :
1) Pemilihan bahan makanan
Pemilihan bahan makanan harus memperhatikan mutu dan kualitas serta memenuhi persyaratan yaitu untuk bahan makanan tidak dikemas harus dalam keadaan segar, tidak busuk, tidak rusak/berjamur, tidak mengandung bahan kimia berbahaya dan beracun serta berasal dari sumber yang resmi atau jelas.
Untuk bahan makanan dalam kemasan atau hasil pabrikan, mempunyai label dan merek, komposisi jelas, terdaftar dan tidak kadaluwarsa.
2) Penyimpanan bahan makanan
Menyimpan bahan makanan baik bahan makanan tidak dikemas maupun dalam kemasan harus memperhatikan tempat penyimpanan, cara penyimpanan, waktu/lama penyimpanan dan suhu penyimpanan. Selama berada dalam penyimpanan harus terhindar dari kemungkinan terjadinya kontaminasi oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya serta bahan kimia berbahaya dan beracun. Bahan makanan yang disimpan lebih dulu atau masa kadaluwarsanya lebih awal dimanfaatkan terlebih dahulu.
3) Pengolahan makanan
Empat aspek higiene sanitasi makanan sangat mempengaruhi proses pengolahan makanan, oleh karena itu harus memenuhi persyaratan, yaitu : - Tempat pengolahan makanan atau dapur harus
memenuhi persyaratan teknis higiene sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran terhadap makanan serta dapat mencegah masuknya serangga, binatang pengerat, vektor dan hewan lainnya.
-20-
- Peralatan yang digunakan harus tara pangan (food grade) yaitu aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan (lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam suasana asam/basa dan tidak mengeluarkan bahan berbahaya dan beracun) serta peralatan harus utuh, tidak cacat, tidak retak, tidak gompel dan mudah dibersihkan.
- Bahan makanan memenuhi persyaratan dan diolah sesuai urutan prioritas Perlakukan makanan hasil olahan sesuai persyaratan higiene dan sanitasi makanan, bebas cemaran fisik, kimia dan bakteriologis.
- Penjamah makanan/pengolah makanan berbadan sehat, tidak menderita penyakit menular dan berperilaku hidup bersih dan sehat.
4) Penyimpanan makanan matang
Penyimpanan makanan yang telah matang harus memperhatikan suhu, pewadahan, tempat penyimpanan dan lama penyimpanan. Penyimpanan pada suhu yang tepat baik suhu dingin, sangat dingin, beku maupun suhu hangat serta lama penyimpanan sangat mempengaruhi kondisi dan cita rasa makanan matang.
5) Pengangkutan makanan
Dalam pengangkutan baik bahan makanan maupun makanan matang harus memperhatikan beberapa hal yaitu alat angkut yang digunakan, teknik/cara pengangkutan, lama pengangkutan, dan petugas pengangkut. Hal ini untuk menghindari risiko terjadinya pencemaran baik fisik, kimia maupun bakteriologis.
6) Penyajian makanan
Makanan dinyatakan laik santap apabila telah dilakukan uji organoleptik atau uji biologis atau uji laboratorium, hal ini dilakukan bila ada kecurigaan terhadap makanan tersebut. Adapun yang dimaksud dengan:
- Uji organoleptik yaitu memeriksa makanan dengan cara meneliti dan menggunakan 5 (lima) indera manusia yaitu dengan melihat (penampilan), meraba (tekstur, keempukan), mencium (aroma), mendengar (bunyi misal telur) menjilat (rasa). Apabila secara organoleptik baik maka makanan dinyatakan laik santap.
- Uji biologis yaitu dengan memakan makanan secara sempurna dan apabila dalam waktu 2 (dua) jam tidak terjadi tanda-tanda kesakitan, makanan tersebut dinyatakan aman.
-21-
- Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui tingkat cemaran makanan baik kimia maupun mikroba. Untuk pemeriksaan ini diperlukan sampel makanan yang diambil mengikuti standar/prosedur yang benar dan hasilnya dibandingkan dengan standar yang telah baku.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada penyajian makanan yaitu tempat penyajian, waktu penyajian, cara penyajian dan prinsip penyajian. Lamanya waktu tunggu makanan mulai dari selesai proses pengolahan dan menjadi makanan matang sampai dengan disajikan dan dikonsumsi tidak boleh lebih dari 4 (empat) jam dan harus segera dihangatkan kembali terutama makanan yang mengandung protein tinggi, kecuali makanan yang disajikan tetap dalam keadaan suhu hangat. Hal ini untuk menghindari tumbuh dan berkembang biaknya bakteri pada makanan yang dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan.
4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga
Tujuan Pengamanan Sampah Rumah Tangga adalah untuk menghindari penyimpanan sampah dalam rumah dengan segera menangani sampah. Pengamanan sampah yang aman adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan atau pembuangan dari material sampah dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Prinsip-prinsip dalam Pengamanan sampah: a. Reduce yaitu mengurangi sampah dengan mengurangi
pemakaian barang atau benda yang tidak terlalu dibutuhkan. Contoh: - Mengurangi pemakaian kantong plastik.
-22-
- Mengatur dan merencanakan pembelian kebutuhan rumah tangga secara rutin misalnya sekali sebulan atau sekali seminggu.
- Mengutamakan membeli produk berwadah sehingga bisa diisi ulang.
- Memperbaiki barang-barang yang rusak (jika masih bisa diperbaiki).
- Membeli produk atau barang yang tahan lama.
b. Reuse yaitu memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai tanpa mengubah bentuk. Contoh: - Sampah rumah tangga yang bisa dimanfaatkan seperti
koran bekas, kardus bekas, kaleng susu, wadah sabun lulur, dan sebagainya. Barang-barang tersebut dapat dimanfaatkan sebaik mungkin misalnya diolah menjadi tempat untuk menyimpan tusuk gigi, perhiasan, dan sebagainya.
- Memanfaatkan lembaran yang kosong pada kertas yang sudah digunakan, memanfaatkan buku cetakan bekas untuk perpustakaan mini di rumah dan untuk umum.
- Menggunakan kembali kantong belanja untuk belanja berikutnya.
c. Recycle yaitu mendaur ulang kembali barang lama menjadi
barang baru. Contoh: - Sampah organik bisa dimanfaatkan sebagai pupuk
dengan cara pembuatan kompos atau dengan pembuatan lubang biopori.
- Sampah anorganik bisa di daur ulang menjadi sesuatu yang bisa digunakan kembali, contohnya mendaur ulang kertas yang tidak digunakan menjadi kertas kembali, botol plastik bisa menjadi tempat alat tulis, bungkus plastik detergen atau susu bisa dijadikan tas, dompet, dan sebagainya.
- Sampah yang sudah dipilah dapat disetorkan ke bank sampah terdekat.
-23-
SKALA INDIVIDU SKALA. LINGKUNGAN SKALA KOTA/ REGIONAL
SUMBERSAMPAH
Pengumpulan
Pengangkutan
Pemilahan
Konsepsi integrasi 3 R
Pengurangan/Pengolahan (3R)
Pengolahan Akhir
Pengurangan/ Pengolahan (3R)
Pengurangan/Penggunaan Kembali/ Pendaur Ulangan (3 R)
Kegiatan Pengamanan Sampah Rumah Tangga dapat dilakukan dengan : - sampah tidak boleh ada dalam rumah dan harus dibuang
setiap hari - pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan
sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah. - pemilahan sampah dilakukan terhadap 2 (dua) jenis sampah,
yaitu organik dan nonorganik. Untuk itu perlu disediakan tempat sampah yang berbeda untuk setiap jenis sampah tersebut. Tempat sampah harus tertutup rapat.
- pengumpulan sampah dilakukan melalui pengambilan dan pemindahan sampah dari rumah tangga ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu.
- Sampah yang telah dikumpulkan di tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu diangkut ke tempat pemrosesan akhir.
-24-
5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga Proses pengamanan limbah cair yang aman pada tingkat rumah tangga untuk menghindari terjadinya genangan air limbah yang berpotensi menimbulkan penyakit berbasis lingkungan. Untuk menyalurkan limbah cair rumah tangga diperlukan sarana berupa sumur resapan dan saluran pembuangan air limbah rumah tangga. Limbah cair rumah tangga yang berupa tinja dan urine disalurkan ke tangki septik yang dilengkapi dengan sumur resapan. Limbah cair rumah tangga yang berupa air bekas yang dihasilkan dari buangan dapur, kamar mandi, dan sarana cuci tangan disalurkan ke saluran pembuangan air limbah.
Prinsip Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga adalah: a) Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur
dengan air dari jamban b) Tidak boleh menjadi tempat perindukan vektor c) Tidak boleh menimbulkan bau d) Tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin
dan rawan kecelakaan e) Terhubung dengan saluran limbah umum/got atau sumur
resapan.
-25-
II. TATA CARA PEMICUAN STBM
A. Sasaran Pemicuan Sasaran Pemicuan adalah komunitas masyarakat (RW/dusun/desa), bukan perorangan/keluarga, yaitu :
1. Semua keluarga yang belum melaksanakan salah satu atau lima pilar STBM.
2. Semua keluarga yang telah memiliki fasilitas sanitasi tetapi belum memenuhi syarat kesehatan.
B. Pesan yang disampaikan kepada masyarakat
1. Stop Buang air besar Sembarangan
- Buang air besar sembarangan akan mencemari lingkungan dan akan menjadi sumber penyakit.
- Buang air besar dengan cara yang aman dan sehat berarti menjaga harkat dan martabat diri dan lingkungan.
- Jangan jadikan kotoran yang dibuang sembarangan untuk penderitaan orang lain dan diri sendiri.
- Cara hidup sehat dengan membiasakan keluarga buang air besar yang aman dan sehat berarti menjaga generasi untuk tetap sehat.
2. Cuci Tangan Pakai Sabun
- Ingin sehat dan terbebas dari pencemaran kuman lakukan Cuci Tangan Pakai Sabun sebelum makan dan setelah melakukan pekerjaan.
- Banyak penyakit yang dapat dihindari cukup dengan Cuci Tangan Pakai Sabun.
- Cukup 20 detik untuk menghindari penyakit dengan Cuci Tangan Pakai Sabun.
3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga
- Memastikan air dan makanan yang akan dikonsumsi adalah air dan makanan yang memenuhi syarat kesehatan dan aman untuk dikonsumsi.
- Melakukan treatment atau penanganan terhadap air sebelum dikonsumsi misalnya dengan merebus sampai mendidih, klorinasi, penjernihan dan cara-cara lain yang sesuai. Begitu juga dengan pengolahan makanan yang sehat.
- Menutup air minum dan makanan sebelum dikonsumsi.
-26-
4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga
- Sampah akan menjadi sumber petaka apabila tidak dikelola dengan baik
- Jangan buang sampah di sembarang tempat - Pilahkan sampah kering dan sampah basah - Sudahkan rumah anda dilengkapi tembuat pembuangan
sampah yang aman? - Sampah dapat dikelola dan menghasilkan uang dengan cara
pemilahan, komposting dan pemanfaatan sampah kering menjadi kerajinan
- Disesuaikan dengan kreativitas masing-masing.
5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga
- Genangan air limbah menjadi tempat bersarangnya penyakit - Jagalah kebersihan lingkungan dan hindari pencemaran
dengan mengelola air limbah dengan aman dan sehat - Banyak penyakit yang dapat dihindari dengan cara
membersihkan lingkungan dari pencemaran air limbah rumah tangga.
- Disesuaikan dengan kreativitas masing-masing
Pesan-pesan tersebut dapat disampaikan melalui berbagai macam media seperti brosur, leaflet, baliho, papan larangan, video, radio dan lain sebagainya yang bisa dikembangkan sendiri oleh desa. Setiap desa dapat mengembangkan sesuai dengan kondisi desanya masing-masing tergantung masing-masing desa untuk mencari pesan yang paling efektif untuk disampaikan.
C. Prinsip Dasar Pemicuan
Boleh dilakukan: Tidak Boleh dilakukan: Memfasilitasi proses, meminta pendapat dan mendengarkan
Menggurui
Membiarkan individu menyadari sendiri
Mengatakan apa yang baik dan buruk (mengajari)
Biarkanlah orang-orang menyampaikan inovasi jamban-jamban/kakus yang sederhana.
Mempromosikan rancangan/desain jamban/kakus khusus
Tanpa subsidi Menawarkan subsidi
-27-
D. Pelaku Pemicuan
1. Tim Fasilitator STBM Desa/kelurahan yang terdiri dari sedikitnya relawan, tokoh masyarakat, tokoh agama, dengan dukungan kepala desa, dapat dibantu oleh orang lain yang berasal dari dalam ataupun dari luar Desa tersebut
2. Bidan desa, diharapkan akan berperan sebagai pendamping, terutama ketika ada pertanyaan masyarakat terkait medis, dan pendampingan lanjutan serta pemantauan dan evaluasi
3. Posyandu diharapkan dapat bertindak sebagai wadah kelembagaan yang ada di masyarakat yang akan dimanfaatkan sebagai tempat edukasi, pemicuan, pelaksanaan pembangunan, pengumpulan alternatif pendanaan sampai dengan pemantauan dan evaluasi
4. Kader Posyandu diharapkan juga dapat sebagai fasilitator yang ikut serta dalam kegiatan pemicuan di desa,
5. Natural leader dapat dipakai sebagai anggota Tim Fasilitator STBM Desa untuk keberlanjutan STBM.
E. Langkah-langkah Pemicuan
Proses Pemicuan dilakukan satu kali dalam periode tertentu, dengan lama waktu Pemicuan antara 1-3 jam, hal ini untuk menghindari informasi yang terlalu banyak dan dapat membuat bingung masyarakat. Pemicuan dilakukan berulang sampai sejumlah orang terpicu. Orang yang telah terpicu adalah orang yang tergerak dengan spontan dan menyatakan untuk merubah perilaku. Biasanya sang pelopor ini disebut dengan natural leader.
1. Pengantar pertemuan
- Memperkenalkan diri beserta semua anggota tim dan membangun hubungan setara dengan masyarakat yang akan dipicu.
- Menjelaskan tujuan keberadaan kader dan atau fasilitator. Tujuannya adalah untuk belajar tentang kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan.
- Menjelaskan bahwa kader dan atau fasilitator akan banyak bertanya dan minta kesediaan masyarakat yang hadir untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jujur.
- Menjelaskan bahwa kedatangan kader dan atau fasilitator bukan untuk memberikan bantuan dalam bentuk apapun (uang, semen dan lain-lain), melainkan untuk belajar.
-28-
2. Pencairan suasana
- Pencairan suasana dilakukan untuk menciptakan suasana akrab antara fasilitator dan masyarakat sehingga masyarakat akan terbuka untuk menceritakan apa yang terjadi di kampung tersebut.
- Pencairan suasana bisa dilakukan dengan permainan yang menghibur, mudah dilakukan oleh masyarakat, melibatkan banyak orang.
3. Identifikasi istilah-istilah yang terkait dengan sanitasi
- Fasilitator dan/atau kader dapat memulai dengan pertanyaan, misalnya “Siapa yang melihat atau mencium bau kotoran manusia pada hari ini?” “Siapa saja yang BAB di tempat terbuka pada hari ini?”
- Setelah itu sepakati bersama tentang penggunaan kata BAB dan kotoran manusia dengan bahasa setempat yang kasar, misal “berak” untuk BAB dan “tai” untuk kotoran manusia. Gunakan kata-kata ini selama proses analisis.
4. Pemetaan sanitasi
- Melakukan pemetaan sanitasi yang merupakan pemetaan sederhana yang dilakukan oleh masyarakat untuk menentukan lokasi rumah, sumber daya yang tersedia dan permasalahan sanitasi yang terjadi, serta untuk memicu terjadinya diskusi dan dilakukan di ruangan terbuka yang cukup lapang.
- Menggunakan bahan-bahan yang tersedia di lokasi( daun, batu, batang kayu, dan lain-lain) untuk membuat peta.
- Memulai pembuatan peta dengan membuat batas kampung, jalan desa, lokasi Pemicuan, lokasi kebun, sawah, kali, lapangan, rumah penduduk (tandai mana yang punya dan yang tidak punya jamban, sarana cuci tangan, tempat pembuangan sampah, saluran limbah cair rumah tangga).
- Memberi tanda pada lokasi-lokasi biasanya digunakan untuk membuang tinja, sampah dan limbah cair rumah tangga. Selanjutnya membuat garis dari lokasi pembuangan ke rumah tangga.
- Melakukan diskusi tentang peta tersebut dengan cara meminta peserta untuk berdiri berkelompok sesuai denga dusun/RT. Minta mereka mendiskusikan dusun/RT mana yang paling kotor? Mana yang nomor 2 kotor dan seterusnya. Catat hasil diskusi di kertas dan bacakan.
- Memindahkan pemetaan lapangan tersebut kedalam kertas flipchat atau kertas manila karton, karena peta ini akan dipergunakan untuk memantau perkembangan perubahan perilaku masyarakat.
-29-
5. Transect Walk (Penelusuran Wilayah)
- Mengajak anggota masyarakat untuk menelusuri desa sambil melakukan pengamatan, bertanya dan mendengar.
- Menandai lokasi pembuangan tinja, sampah dan limbah cair rumah tangga dan kunjungi rumah yang sudah memiliki fasilitas jamban, cuci tangan, tempat pembuangan sampah dan saluran pembuangan limbah cair.
- Penting sekali untuk berhenti di lokasi pembuangan tinja, sampah, limbah cair rumah tangga dan luangkan waktu di tempat itu untuk berdiskusi.
6. Diskusi
a. Alur kontaminasi
- Menanyangkan gambar-gambar yang menunjukkan alur kontaminasi penyakit.
- Tanyakan: Apa yang terjadi jika lalat-lalat tersebut hinggap di makanan anda? Di piring anda? Di wajah dan bibir anak kita?
- Kemudian tanyakan: Jadi apa yang kita makan bersama makanan kita?
- Tanyakan: Bagaimana perasaan anda yang telah saling memakan kotorannya sebagai akibat dari BAB di sembarang tempat?
- Fasililator tidak boleh memberikan komentar apapun, biarkan mereka berfikir dan ingatkan kembali hal ini ketika membuat rangkuman pada akhir proses analisis.
-30-
Gambar alur kontaminasi
b. Simulasi air yang terkontaminasi
- Siapkan 2 gelas air mineral yang utuh dan minta salah seorang anggota masyarakat untuk minum air tersebut. Lanjutkan ke yang lainnya, sampai mereka yakin bahwa air tersebut memang layak diminum.
- Minta 1 helai rambut kepada salah seorang peserta, kemudian tempelkan rambut tersebut ke tinja yang ada di sekitar kita, celupkan rambut ke air yang tadi diminum oleh peserta.
- Minta peserta yang minum air tadi untuk meminum kembali air yang telah diberi dicelup rambut bertinja. Minta juga peserta yang lain untuk meminumnya. Ajukan pertanyaan: Kenapa tidak yang ada berani minum?
- Tanyakan berapa jumlah kaki seekor lalat dan beritahu mereka bahwa lalat mempunyai 6 kaki yang berbulu. Tanyakan: Apakah lalat bisa mengangkut tinja lebih banyak dari rambut yang dicelupkan ke air tadi?
7. Menyusun rencana program sanitasi
- Jika sudah ada masyarakat yang terpicu dan ingin berubah, dorong mereka untuk mengadakan pertemuan untuk membuat rencana aksi.
- Pada saat Pemicuan, amati apakah ada orang-orang yang akan muncul menjadi natural leader.
- Mendorong orang-orang tersebut untuk menjadi pimpinan kelompok, memicu orang lain untuk mengubah perilaku.
- Tindak lanjut setelah Pemicuan merupakan hal penting yang harus dilakukan, untuk menjamin keberlangsungan perubahan perilaku serta peningkatan kualitas fasilitas sanitasi yang terus menerus.
-31-
- Mendorong natural leader untuk bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana aksi dan perubahan perilaku terus berlanjut.
- Setelah tercapai status 100% (seratus persen) STBM (minimal pilar 1), masyarakat didorong untuk mendeklarasikannya, jika perlu memasang papan pengumuman.
- Untuk menjamin agar masyarakat tidak kembali ke perilaku semula, masyarakat perlu membuat aturan lokal, contohnya denda bagi anggota masyarakat yang masih BAB di tempat terbuka.
- Mendorong masyarakat untuk terus melakukan perubahan perilaku higiene dan sanitasi sampai tercapai Sanitasi Total.
F. Opsi Teknologi
1. Stop Buang Air Besar Sembarangan
Pilihan teknologi jamban disesuaikan dengan karakteristik wilayah setempat, seperti jamban diatas sungai untuk daerah pasang surut.
2. Cuci Tangan Pakai Sabun
Pilihan sarana Cuci Tangan Pakai Sabun tergantung pada kreatifitas masing-masing, misalnya: - Ceret/kendi (khusus untuk cuci tangan) dilengkapi dengan
sabun dan lap (handuk) - Ember dengan gayung dilengkapi dengan sabun dan lap
bersih (handuk) - Jerigen dimodifikasi dipasang kran dilengkapi sabun dan lap
bersih (handuk) - Pancuran dilengkapi sabun dan lap bersih (handuk) - Wastafel dilengkapi sabun dan lap bersih (handuk)
-32-
3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga
Teknologi sarana pengelolaan air minum rumah tangga mencakup dua bagian yaitu pengolahan air minum dan penyimpanan air minum:
Pengolahan air minum Penyimpanan air minum • Merebus air sampai
mendidih untuk air yang sudah jernih
• Koagulasi/flokulasi +Desinfeksi
• Khlorinasi • Desinfeksi dengan Sinar
Matahari (SODIS) • Saringan Air Keramik
• Menyimpan pada tempat yang aman (ceret, kendi, teko, dan sebagainya serta ditutup)
• Menutup air dalam gelas • Dan lain-lain
Prinsipnya: Lalat atau jenis serangga/binatang tidak menghinggapi minuman sebelum dikonsumsi
Pengolahan makanan Penyimpanan makanan • Mengolah sayuran, dicuci
terlebih dahulu, baru dipotong potong
• CTPS sebelum mengolah dan menghidangkan makanan
• Disimpan dalam lemari makanan
• Menutup dengan tudung saji apabila disimpan diatas meja makan
Prinsipnya : Lalat atau jenis serangga/binatang tidak menghinggapi makanan sebelum dikonsumsi
4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga
Teknologi pengamanan sampah yang sudah berkembang di masyarakat pada saat ini, seperti komposter
5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga
Prinsip teknologi Saluran Pembuangan Air Limbah adalah tidak terjadi genangan secara terbuka. Beberapa pilihan teknologi yang dapat dipilih antara lain: - Saluran dengan pipa disambungkan dengan pembungan
secara tertutup - Saluran terbuka dengan pasangan kedap air disambungkan
ke tempat penampungan tertutu
-33-
III. STRATEGI DAN TAHAPAN PENYELENGGARAAN STBM
Strategi penyelenggaraan STBM meliputi 3 (tiga) komponen yang saling mendukung satu dengan yang lain yaitu penciptaan lingkungan yang kondusif, peningkatan kebutuhan sanitasi, dan peningkatan penyediaan akses sanitasi. Apabila salah satu dari komponen STBM tersebut tidak ada maka proses pencapaian 5 (lima) Pilar STBM tidak maksimal.
1. Penciptaan Lingkungan yang Kondusif
Komponen ini mencakup advokasi kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pemangku kepentingan dalam mengembangkan komitmen bersama untuk melembagakan program pembangunan sanitasi perdesaan, yang diharapkan akan menghasilkan: a. komitmen Pemerintah Daerah untuk menyediakan sumber daya
untuk melaksanakan program STBM yang dinyatakan dalam surat kepeminatan.
b. kebijakan daerah dan peraturan daerah mengenai program sanitasi seperti Keputusan Bupati, peraturan daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Strategis (Renstra), dan lain-lain.
c. terbentuknya lembaga koordinasi yang mengarusutamakan sektor sanitasi, yang menghasilkan peningkatan anggaran sanitasi daerah serta koordinasi sumber daya dari Pemerintah maupun non Pemerintah.
d. adanya tenaga fasilitator, pelatih STBM, dan program peningkatan kapasitas.
e. adanya sistem pemantauan hasil kinerja program serta proses pengelolaan pembelajaran.
-34-
2. Peningkatan Kebutuhan Sanitasi
Komponen Peningkatan kebutuhan sanitasi merupakan upaya sistematis untuk mendapatkan perubahan perilaku yang higienis dan saniter, berupa: a. pemicuan perubahan perilaku; b. promosi dan kampanye perubahan perilaku higiene dan sanitasi; c. penyampaian pesan melalui media massa dan media komunikasi
lainnya; d. mengembangkan komitmen masyarakat dalam perubahan
perilaku; e. memfasilitasi terbentuknya tim kerja masyarakat; dan f. mengembangkan mekanisme penghargaan terhadap
masyarakat/institusi.
3. Peningkatan Penyediaan Akses Sanitasi
Peningkatan penyediaan sanitasi secara khusus diprioritaskan untuk meningkatkan dan mengembangkan percepatan penyediaan akses dan layanan sanitasi yang layak dalam rangka membuka dan mengembangkan pasar sanitasi perdesaan, yaitu : a. mengembangkan opsi teknologi sarana sanitasi yang sesuai
kebutuhan dan terjangkau; b. menciptakan dan memperkuat jejaring pasar sanitasi perdesaan;
dan c. mengembangkan mekanisme peningkatan kapasitas pelaku
pasar sanitasi.
Setelah 3 (tiga) komponen strategi tersebut di atas dipenuhi, maka penyelenggaraan STBM dapat dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
-35-
TAHAPAN PENYELENGGARAAN STBM
- 36 -
IV. TATA CARA PEMANTAUAN DAN EVALUASI PENYELENGGARAAN STBM
Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan STBM dilakukan untuk mengukur perubahan dalam pencapaian program serta mengidentifikasi pembelajaran yang ada dalam pelaksanaannya, mulai pada tingkat komunitas masyarakat di desa/kelurahan.
Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan STBM di setiap tingkat pemerintahan secara berjenjang dilakukan melalui Sistem Informasi Pemantauan yang dilaksanakan dengan tahapan: 1. pengumpulan data dan informasi; 2. pengolahan dan analisis data dan informasi; dan 3. pelaporan dan pemberian umpan-balik.
Capaian Indikator Pemantauan dan Evaluasi:
1. Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM
Indikator bahwa suatu Desa/Kelurahan dikatakan telah melaksanakan STBM adalah: a) Minimal telah ada intervensi melalui Pemicuan di salah satu dusun
dalam desa/kelurahan tersebut. b) Ada masyarakat yang bertanggung jawab untuk melanjutkan aksi
intervensi STBM seperti disebutkan pada poin pertama, baik individu (natural leader) ataupun bentuk kelompok masyarakat.
c) Sebagai respon dari aksi intervensi STBM, kelompok masyarakat menyusun suatu rencana aksi kegiatan dalam rangka mencapai komitmen perubahan perilaku pilar STBM, yang telah disepakati bersama.
2. Desa/Kelurahan SBS (Stop Buang air besar Sembarangan)
Indikator suatu Desa/Kelurahan dikatakan telah mencapai status SBS adalah: a) Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban yang sehat dan
membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang sehat (termasuk di sekolah).
b) Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar. c) Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat
untuk mencegah kejadian BAB di sembarang tempat. d) Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat masyarakat
untuk mencapai 100% KK mempunyai jamban sehat. e) Ada upaya atau strategi yang jelas untuk dapat mencapai sanitasi
total.
- 37 -
3. Desa/Kelurahan STBM Indikator bahwa suatu Desa/Kelurahan dikatakan sebagai Desa/Kelurahan STBM adalah Desa/Kelurahan tersebut telah mencapai 5 (lima) Pilar STBM.
Adapun rangkaian pelaksanaan pemantauan program STBM seperti pada gambar berikut. Rangkaian tata cara pemantauan dan evaluasi STBM :
a) Pemantauan di desa/kelurahan dilakukan oleh fasilitator untuk melihat perkembangan kegiatan Pemicuan di masyarakat dan mengumpulkan data dasar STBM. Hasil dari pemantauan berupa data dasar dan kemajuan akses sanitasi tentang proses Pemicuan yang selanjutnya dicatat dan didokumentasikan dalam bentuk peta sosial masyarakat, terbentuknya tim kerja masyarakat di desa/kelurahan, dan rencana kerja masyarakat.
b) Pemantauan dan evaluasi di Kecamatan dilakukan oleh tenaga
kesehatan Puskesmas, untuk melakukan kompilasi Pemicuan, rencana kerja masyarakat, dan aktifitas tim kerja masyarakat.
- 38 -
Selanjutnya tenaga kesehatan Puskesmas melakukan pendampingan terhadap masyarakat yang terpicu agar mampu melaksanakan rencana kerjanya dan melaporkan hasil kemajuan akses sanitasi masyarakat di wilayah kerjanya.
c) Pemantauan dan evaluasi di Kabupaten/kota dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/kota untuk memperoleh gambaran tentang kemajuan Pemicuan, implementasi rencana kerja masyarakat dan aktivitas natural leader, kondisi masyarakat yang tidak BABS serta upaya percepatan menuju desa/kelurahan STBM.
d) Pemantauan dan evaluasi di Provinsi dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Provinsi untuk memperoleh gambaran tentang upaya dalam percepatan desa/kelurahan STBM pada kabupaten/kota.
e) Pemantauan dan evaluasi di Pusat dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan kabupaten/kota serta provinsi dalam menerapkan pendekatan STBM dalam rangka mencegah dan memutus mata rantai penularan penyakit berbasis masyarakat.
Teknik pelaporan hasil pemantauan dan evaluasi STBM dapat dilakukan dengan cara : a) Sanitarian Puskesmas mengirimkan data ke layanan pesan singkat
(sms) server di Kementerian Kesehatan, SMS yang masuk di server akan diverifikasi oleh sistem berdasarkan riwayat data sebelumnya, apabila sistem menemukan kesalahan/meragukan, sistem akan mengirim SMS kepada sanitarian untuk klarifikasi, namun sebaliknya data akan dikirm ke website server.
b) Petugas pemantauan di kabupaten akan masuk ke menu (control panel) kabupaten melalui situs STBM, dan masuk pada menu isi data. Sistem akan mengenali data desa/kelurahan yang terhubung dengan database pengirim berdasarkan wilayah kerjanya sebagai penanggung jawab pemantauan.
c) Data dari dua cara perekaman sistem pemantauan akan disimpan dalam database server melalui situs dan melalui SMS akan dilakukan sinkronisasi dalam dua database utama yaitu data dasar dan data kemajuan.
Di samping pemantauan dan evaluasi sebagaimana diuraikan di atas dalam pelaksanaan STBM dilakukan pula verifikasi terhadap desa/kelurahan STBM untuk memastikan bahwa telah terjadi perubahan perilaku masyarakat dalam menyelenggarakan STBM.
- 39 -
Secara lengkap verifikasi desa/kelurahan STBM adalah sebagai berikut :
1. Pelaku Verifikasi
Verifikasi merupakan serangkaian kegiatan untuk mengetahui kebenaran informasi atas laporan yang disampaikan serta memberikan pernyataan atas keabsahan dari laporan tersebut.
Level Apa yang dilakukan tim verifikasi
Pelaku verifikasi
Pemantau perubahan
perilaku Dusun • Kunjungan rumah
• Laporan kemajuan 5 Pilar STBM
Tim Verifikasi Desa
Kader STBM
Desa • Kunjungan rumah secara acak
• Laporan kemajuan 5 Pilar STBM
• Merekomendasikan deklarasi desa STBM
• Merekomendasikan peningkatan dan pengembangan desa STBM
• Merekomendasikan pencabutan status desa SBS/STBM
Tim Verifikasi Kecamatan
Tim Kerja Masyarakat
Kecamatan • Kunjungan rumah secara acak
• Laporan kemajuan pelaksanaan 5 Pilar STBM kabupaten / kota
• Merekomendasikan deklarasi pencapaian desa STBM pada wilayah kecamatan
• Merekomendasikan peningkatan dan pengembangan desa STBM pada wilayah kecamatan
Tim Verifikasi Kabupaten / Kota
Tim Pemantau Kecamatan
CURRICULUM VITAE
A. Personal
Nama Lengkap : Zetha Bernynda
Tempat, Tanggal Lahir : Serang, 4 Juni 1996
Agama : Islam
Alamat : Cluster Nirwana Asri C10,
Taktakan, Serang
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum Menikah
No. Telepon : 0895332027262
Email : [email protected]
B. Riwayat Pendidikan
2002 – 2008 : SDN 13 Kota Serang
2008 – 2011 : SMPN 1 Kota Serang
2011 – 2014 : SMAN 3 Kota Serang
2014 – 2018 : Administrasi Publik FISIP UNTIRTA
C. Pengalaman Organisasi
2015 : Anggota Divisi PPSDM, Himpunan Mahasiswa Ilmu
Administrasi Negara FISIP Untirta
2016 : Anggota Biro Kesekretariatan, BEM FISIP Untirta
2017 : Kepala Biro Kesekretariatan, BEM FISIP Untirta
D. Pengalaman Kerja
Enumerator Survey Nasional Penyalahgunaan Narkoba Regional Banten
Tahun 2017