efektifitas buah belimbing wuluh (averrhoa bilimbil...

79
EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL) SEBAGAI LARVASIDA NYAMUK Aedessp. KARYA TULIS ILMIAH Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Politeknik Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan OLEH AFRINDAYANTI P00341014001 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2017

Upload: others

Post on 25-Oct-2020

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL) SEBAGAI

LARVASIDA NYAMUK Aedessp.

KARYA TULIS ILMIAH

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan

Diploma III Politeknik Kemenkes Kendari

Jurusan Analis Kesehatan

OLEH

AFRINDAYANTI

P00341014001

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

2017

Page 2: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

ii

Page 3: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

iii

Page 4: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

iv

Page 5: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

v

MOTTO

“Yakinlah kau bisa dan kau sudah separuh jalan menuju ke sana”

Seringkali langkah pertama menjadi penghambat dalam melakukan sesuatu.

Padahal setelah langkah pertama kita ambil, ternyata semuanya tak serumit

yang kita bayangkan

Keyakinan pun tak kalah penting dengan langkah pertama.

Sebelum menggapaitujuanmu, yakinlah bahwa kamu bisa.

Semuanya akan terasa lebih mudah dan kamu lebih cepat meraih targetmu.

Kupersembahkan Karya Tulis Ini

Untuk Kedua Orang Tuanku, Agama

Bangsa Dan Almamaterku Tercinta

Page 6: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

vi

RIWAYAT HIDUP PENELITI

A. IDENTITAS DIRI

Nama : Afrindayanti

NIM : P00341014001

Tempat, Tanggal Lahir : Unaaha, 23 September 1995

Suku / Bangsa : Tolaki / Indonesia

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

B. PENDIDIKAN

1. Sekolah Dasar Negeri Galu, Tamat Tahun 2007

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Sampara, Tamat Tahun 2010

3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sampara, Tamat Tahun 2013

4. Sejak tahun 2014 Melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan Kemenkes

Kendari Jurusan Analis Kesehatan

Page 7: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

vii

ABSTRAK

Afrindayanti (P00341014001) “Efektifitas Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa

BilimbiL) Sebagai Larvasida Nyamuk Aedessp”. Dibimbing oleh Bapak Petrus,

sebagai pembimbing Idan Ibu Reni Yunus sebagai pembimbing II ( xiv + halaman

+ daftar Tabel + daftar gambar + daftar lampiran).

Latar Belakang: Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbiL.) merupakan salah satu

tanaman yang dimanfaatkan sehari-hari sebagai bumbu masakan. Buah belimbing

wuluh (Averrhoa bilimbiL.) merupakan tanaman yang berpotensi sebagai larvasida,

kandungan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbiL.) yang dapat berfungsi sebagai

larvasida yaitu alkaloid, saponin, dan flavonoid.

Tujuan:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas buah belimbing wuluh

(Averrhoa bilimbi L.) sebagai larvasida nyamuk Aedes sp.

Metode: Penelitian ini bersifatExperimental laboratories dengan rancangan post test

only control group, subjek dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol. Sampel penelitian ini adalah larva Aedessp yang di ovitrap

sebanyak 350 larva.

Hasil:Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektifitas buah belimbing wuluh

(Averrhoa bilimbiL.) kematian larva Aedes sp dalam waktu 24 jam dinyatakan tidak

efektif pada konsentrasi 2%, 3%, dan 4% sedangkan yang dinyatakan efektif yaitu

pada konsentrasi 5%, 6%, 7% dan 8%. Hasil perhitungan analisis probit didapatkan

hasil bahwa nilai LC50 adalah 4,080% dan LC90 adalah 7,014%.

Kesimpulan: Belimbing wuluh efektif sebagai larvasida alami nyamuk Aedes sp.

Saran: Bagi masyarakat dapat menggunakan buah belimbing wuluh sebagai alternatif

lain untuk pemberantasan nyamuk Aedes sp

Kata Kunci : Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L), Larvasida,

Larva Aedessp

Daftar Pustaka : 56 buah (1981-2017)

Page 8: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamuaalaikum Wr.Wb

Alhamdulillahirobbil Alamin, Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat, hidayah dan kemudahan yang selalu diberikan kepada hamba-Nya, sehingga

karya tulis ilmiah dengan judul “Efektifitas Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa

BilimbiL) Sebagai Larvasida Nyamuk AedesSp.”. Penelitian ini disusun dalam

rangka melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program

Diploma III (DIII) pada Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Analis

Kesehatan.

Rasa hormat, terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada

kedua orang tua saya, Bapak Muslimin dan Ibu Minawatiserta saudara/i saya

(Syaran, Kiki, Sherina, Sawal, Alya) atas semua bantuan moril maupun materil,

motivasi, dukungan dan cinta kasih yang tulus serta doanya demi kesuksesan studi

yang penulis jalani selama menuntut ilmu sampai selesainya karya tulis ini.

Proses penulisan karya tulis ilmiah ini telah melewati perjalanan panjang dan

penulis banyak mendapatkan petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, pada kesempatan ini penulis juga menghaturkan rasa terima kasih kepada Petrus,

SKM.,M.Kes selaku pembimbing I dan Reni Yunus, S.Si.,M.Scselaku pembimbing II

yang telah memberikan bimbingan, kesabaran dalam membimbing dan atas segala

pengorbanan waktu dan pikiran selama menyusun karya tulis ini. Ucapan terima kasih

penulis juga tujukan kepada:

1. Bapak Petrus, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari

2. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara yang

telah memberikan izin penelitian kepada penulis dalam penelitian ini.

3. Ibu Ruth Mongan, B.Sc.,S.Pd.,M.Pd selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan.

4. Kepada Bapak dan Ibu Dewan Penguji. Hj. St. Rachmi

Misbah,S.Kep.,M.Kes, Fonnie E. Hasan, DCN.,M.Kes, Muhamaimin

Page 9: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

ix

Saranani, S. Kep, Ns, M. Kesdan yang telah memberikan arahan perbaikan

demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Analis

Kesehatan serta Seluruh Staf dan Karyawan atas segala fasilitas dan

pelayanan akademik yang diberikan selama penulis menuntut ilmu.

6. Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ulfa, Nina, Anna, Umi,

Ipah, Indah, Titin, Rosma, Yaqub, Ichsan, Asirudin, Rini, Nikma, dan

Ahmad yang selama ini telah memberikan bantuan baik secara langsung

maupun tidak langsung demi kesuksesan penulis.

7. Kepada sahabat-sahabatku tersayang terimakasih atas motivasi dan semangat

kalian selama ini.

8. Terima kasih juga kepada Seluruh Teman-Teman Seperjuanganku

Mahasiswa Jurusan Analis Kesehatan yang dari awal kita bersama hingga

saat ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terkhusus kepada kedua

orang tua tercinta dari Umiyati, terimakasih atas dukungan serta fasilitas

yang kalian berikan.

Penulis sangat menyadari sepenuhnya dengan segala kekurangan dan

keterbatasan yang ada, sehingga bentuk dan isi Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh

dari kesempurnaan dan masih terdapat kekeliruan dan kekurangan. Oleh karena itu,

dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis ini.

Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat membawa manfaat untuk

menambah khasanah ilmu khususnya bagi ilmu pengetahuan dan penelitian

selanjutnya. Karya ini merupakan tugas akhir yang wajib dilewati dari masa studi

yang telah penulis tempuh, semoga menjadi awal yang baik bagi penulis Amin.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Kendari, Juli 2017

Penulis

Page 10: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 PanjangtelurAedes aegypti ............................................................... 9

Gambar 2 Larva InstarIAedes aegypti ................................................................ 9

Gambar 3 Larva InstarIIAedes aegypti ................................................................. 10

Gambar 4 Larva InstarIIIAedes aegypti ................................................................ 10

Gambar 5 Larva InstarIVAedes aegypti ................................................................ 11

Gambar 6 Pupa Aedes aegypti ............................................................................... 12

Gambar 7 Siklus HidupAedes aegypti .................................................................. 13

Gambar 8 Buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) ..................................... 26

Page 11: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1 Tabel Distribusi Jumlah Mortalitas Larva Aedes Sp Pada

Berbagai Konsentrasi Sari Buah Belimbing Wuluh (Ave 41

rrhoa bilimbi L) Setelah 24 Jam Perlakuan ....................

Tabel 5.2Hasil Analisis Probit Sari Buah Belimbing Wuluh (Aver

rhoa bilimbi L)Sebagai Larvasida Aedes sp .................. 42

Page 12: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Poltekkes Kemenkes

Kendari

Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Jurusan Analis kesehatan

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Badan Riset

Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 5 Data Penelitian Efektifitas Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa

BilimbiL) Sebagai Larvasida Nyamuk Aedessp.

Lampiran 6 Hasil Analisis Probit

Lampiran 7 Surat Keterangan Bebas Labolatorium

Lampiran 8 Surat Keterangan Bebas Pustaka

Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian

Page 13: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aedes sp merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue

penyebab penyakit demam berdarah. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi

hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Aedes aegypti merupakan pembawa

utama (primary vector) dan bersama Aedesalbopictus menciptakan siklus

persebaran dengue di desa - desa dan perkotaan (Anggraeni, 2011).

Nyamuk ini berpotensi untuk menularkan penyakit demam berdarah dengue

(DBD). DBD adalah suatu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota di Indonesia. Jumlah kasus

DBD di Indonesia dalam tiga tahun terakhir cenderung menurun. Jumlah kasus

Demam Berdarah di Indonesia pada tahun 2009 sebesar 158.000 kasus. Kasus

tersebut turun pada tahun 2010 menjadi 156.000 kasus. Kasus tersebut kembali

turun pada tahun 2011 menjadi 49.000 (Kemenkes RI, 2011).

Tahun 2015 merupakan tahun dengan angka penderita DBD tertinggi dalam

beberapa tahun terakhir, jumlah penderita DBD di Sulawesi Tenggara yang

dilaporkan sebanyak 1.597 kasus, dengan jumlah kematian sebanyak 22 orang

(Incidence Rate/Angka Kesakitan = 64,7 per 100.000 penduduk dan Case Fatality

Rate (CFR)/Angka Kematian = 1,4%), angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan

tahun sebelumnya. Sebaran kasus DBD menurut kabupaten/kota di mana dari 17

kabupaten hanya 2 kabupaten yang bebas DBD, ini berarti 88% kabupaten/kota di

Sulawesi Tenggara terkena wabah DBD (Profile Dinkes Sultra, 2015)

Kota Kendari adalah jumlah kasus demam berdarah tertinggi, 602 kasus

dan 2 kematian (CFR: 0,99%). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Kendari,

kejadian demam berdarah telah menyebar hampir di seluruh kota Kendari dengan

jumlah pasien pada tahun 2009 adalah 285 orang dan 4 orang meninggal (CFR:

1,6%) pada tahun 2010, kejadian demam berdarah di Kendari meningkat menjadi

278 orang dan 2 meninggal (CFR: 0,7). Sedangkan pada 2011 jumlah penderita

Page 14: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

2

demam berdarah kembali mencapai 298 orang dan 5 meninggal. (CFR: 1,7%)

Demam berdarah terjadi di hampir semua kabupaten di kota Kendari Berdasarkan

survei pendahuluan di wilayah kerja dinas kesehatan pada tahun 2012, data dari 4

desa di wilayah kerja dinas kesehatan pelabuhan, desa Kandai paling banyak

kerapatannya, daerah mengidentifikasi larva nyamuk dengan skor Home Index (HI)

sebesar 60,18% (Profile Dinkes Sultra, 2015).

Aedes sp harus ditanggulangi, ada beberapa kebijakan pemerintah dalam

pengendalian vektor yaitu dengan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M

(menguras, menutup, dan membuang), namun usaha pemutusan mata rantai

perkembangbiakan nyamuk dengan cara ini belum efektif (Kusriastutik, 2005).

Kebijakan lain dari pemerintah dalam pengendalian vector penyebab DBD juga

dengan melakukan pengasapan (fogging) secara missal didaerah yang terjangkit

penyakit dan membagikan larvasida sintetis secara gratis (Adimidjaja T K, dkk.

2005).

Menurut Yunus, Reni (2016) Penggunaan bahan kimia insektisida fogging

tidak memiliki manfaat yang signifikan, karena penggunaan fogging hanya

menyebabkan nyamuk dewasa mati, sedangkan larva nyamuk tidak mati.

Menurut Damar, Tri (2004), nyamuk Aedes sp cenderung toleran terhadap

senyawa organofosfat (bahan kimia pengendali nyamuk dan jentik), keadaan ini

biasanya timbul sebagai akibat penggunaan insektisida sejenis secara terusmenerus

dalam waktu yang lama. Penggunaan abate yang dilakukan masyarakat saat ini

tidak memenuhi standar (1 bungkus dalam 10 ml air) sehingga menyebabkan

terjadinya resistensi terhadap penggunaan abate. Melihat besarnya bahaya yang

ditimbulkan maka dicari alternative untuk mengganti larvasida abate dengan

memanfaatkan zat - zat kimia yang ramah lingkungan, yaitu menggunakan

pestisida nabati.

Menurut Kardinan, agus (2002), pestisida nabati merupakan suatu pestisida

yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Pestisida ini terurai di alam

(biodegradable) sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi

Page 15: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

3

manusia dan ternak peliharaan. Pestisida nabati juga bersifat pukul dan lari (hit and

run) yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah

terbunuh maka residunya akan cepat hilang dialam, serta relatif mudah dibuat

dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Beberapa contoh tumbuhan

yang dapat menghasilkan pestisida nabati antara lain: bengkuang (Pachyrrhyzus

erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus) bagian

tumbuhan yang digunakan rimpang; sirsak (Annona muricata) bagian tumbuhan

yang digunakan daun dan biji; suren (Toona sureni) bagian tumbuhan yang

digunakan umumnya daun, namun kulit dan batangnya berbau tajam sehingga

dapat mengusir hama tanaman. Beberapa tumbuhan pestisida nabati masing -

masing mempunyai kemampuan yang berbeda - beda mengendalikan serangga.

Bahkan didalam satu tanaman mempunyai tingkat toksisitas yang berbeda antara

daun, biji, bunga, batang dan akar.

Tumbuhan pestisida nabati yang juga memiliki bahan aktif sebagai

larvasida alamiah, salah satunya yaitu buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbiL.)

yang dimana telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Adapun kandungan

kimia dari belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) yaitu alkaloid, saponin, dan

flavonoid (Litbangkes, 2004).

Senyawa alkaloid bisa mendegradasidinding sel sehingga merusak sel

saluranpencernaan. Senyawa saponinterdapat padatanaman yang kemudian

dikonsumsiserangga, mempunyai mekanisme kerja yangdapat menurunkan

aktivitas enzimpencernaan dan penyerapan makanan, sehingga saponin bersifat

sebagai racun perut. Flavonoid merupakan senyawa pertahanan tumbuhan yang

dapat bersifat menghambat saluran pencernaan serangga dan juga bersifat toksis

(Arivia Shella, dkk 2010).

Buah belimbing wuluh dipilih karena tanaman ini sudah sangat dikenal

masyarakat, dan mudah diperoleh. Buah belimbing wuluh memiliki banyak

manfaat bagi kehidupan manusia, tidak hanya sebagai bumbu masakan saja, namun

juga sebagai larvasida terhadap Aedes sp. Hal ini sebagaimana hasil penelitian

Page 16: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

4

sebelumnya yang dilakukan oleh Oktavia, Aylien dkk (Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Riau) pada konsentrasi 0.8%, 1.3%, dan 2% tidak

dapat dikatakan efektif karena jumlah larva yang mati kurang dari 30%, sedangkan

pada konsentrasi 3% dapat membunuh larva secara efektif karena jumlah larva

yang mati adalah 92.5% dari 40 larva Aedes sp. Hasil yang didapatkan pada LC50

ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L. ) adalah 2.14%.

LC (Lethal Concentration) ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa

bilimbiL.) dapat dikatakan memiliki toksisitas akut dan termasuk dalam kriteria

sangat beracun. Hal ini sesuai dengan pendapat Bernad (2011), bahwa toksisitas

akut yang dikatakan sangat beracun berada pada kisaran<1%, beracun 1-10%,

cukup beracun 10-50%, sedikit beracun 50-100% dan tidak beracun pada kisaran

>100%. Pada penelitian sebelumnya, peneliti menggunakan ekstrak buah

belimbing wuluh dimana dalam pemisahannya menggunakan larutan ethanol.

Adapun yang membedakan penelitian kali ini dengan penelitian

sebelumnya yaitu terletak pada jumlah konsentrasi belimbing wuluh yang

digunakan, jumlah konsentrasi belimbing wuluh pada penelitian sebelumnya yaitu

0.8%, 1.3%, 2%, dan 3% dan jumlah sampel larva sebelumnya sebanyak 40 ekor

larva. Sedangkan pada penelitian ini peneliti menggunakan konsentrasi 2%, 3%,

4%, 5%, 6%, 7% dan 8% dengan jumlah larva sebanyak 25 ekor larva. Penelitian

sebelumnya juga menggunakan LC50 sedangkan penelitian ini menggunakan LC50

dan LC90 pada penelitian sebelumnya juga menggunakan ekstrak buah belimbing

wuluh dimana dalam pemisahannya menggunakan larutan ethanol sedangkan

penelitian ini menggunakan sari buah belimbing wuluh yang murni tanpa tambahan

ethanol.

Dari uraian di atas mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang

Efektivitas Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbiL.) sebagai Larvasida

Nyamuk Aedes sp, yang dalam hal ini buah belimbing wuluh diolah dalam bentuk

sari. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas buah belimbing wuluh

Page 17: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

5

dalam membunuh larva Aedes sp dan menganalisis jumlah larva yang mati dari

berbagai konsentrasi buah belimbing wuluh.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah yang akan

dibahas dalam penelitian yaitu “Apakahbuah belimbing wuluh (Averrhoa

bilimbiL.) mempunyai efek larvasida terhadap larva Aedes sp dengan

menggunakan sari buah belimbing wuluh ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektifitas buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)

sebagai larvasida nyamuk Aedes sp.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui konsentrasi (2%, 3%, 4%, 5%, 6%, 7% dan 8%) yang

efektif dari buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)sebagai larvasida

Aedes sp dengan menggunakan sari buah belimbing wuluh

b. Untuk mengetahui LC50 dan LC90 sebagai larvasida buah belimbing wuluh

(Averrhoa bilimbi L.)terhadap Aedes sp melalui analisis Probit.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Untuk memberikan sumbangsih ilmiahuntuk almamater berdasarkan

hasil penelitian tentang efektifitas buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbiL.)

sebagai larvasida nyamuk Aedesspdan Sumber pustaka sekaligus menambah

koleksi perpustakaan Jurusan Analis Kesehatan untuk menjadi bahan bacaan.

Page 18: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

6

2. Manfaat Praktisi

a. Untuk Peneliti

Dapat mengetahui informasi ilmiah tentang efektifitas buah

belimbing wuluh (Averrhoa bilimbiL.) sebagai larvasida nyamuk Aedessp.

b. Untuk Peneliti Lanjut

Penelitian ini dapat menambah dan memperluas keilmuan

khususnya dalam bidang Parasitologi tentang efektifitas buah belimbing

wuluh (Averrhoa bilimbiL.) sebagai larvasida nyamuk Aedessp.

`

Page 19: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Menegenai Nyamuk Aedes sp

Nyamuk Aedes sp merupakan vektor penyebar virus Dengue penyebab

penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD) yaitu Aedes aegypti dan Aedes

albopictus, namun dalam penuluran virus dangue nyamuk Aedes aegypti lebih

berperan dari pada nyamuk Aedes albopictus karena habitat Aedes aegypti lebih

dekat dengan lingkungan hidup manusia daripada habitat nyamuk Aedes albopictus

yang berada di kebun-kebun dan rawa-rawa (Umi, 2011).

Nyamuk Aedes aegypti dikenal dengan sebutan black white mosquito atau

tiger mosquito karena nyamuk ini mempunyai ciri khas yang berupa adanya garis-

garis dan bercak-bercak putih keperakan di atas dasar warna hitam yang terdapat

pada kaki dan tubuhnya (Wati,2010).

Nyamuk Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa

virus demam kuning (yellow fever),chikungunya dan demam zika. Penyebaran

nyamuk Aedes aegypti tersebar luas khususnya tersebar pada daerah tropis dan

subtropis (Anggraeni, 2011).

Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor utama dalam penyebaran penyakit

DBD, Populasi nyamuk Aedes aegypti meningkat antara bulan September hingga

November dengan puncaknya antara bulan Maret hingga Mei. Peningkatan populasi

nyamuk akan menyebabkan meningkatnya jumlah penderita penyakit DBD,

nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang hidup di pemukiman penduduk,

stadium dewasa mempunyai habitat perkembangbiakan di tempat penampungan air

yang jernih (Eka, 2013).

Nyamuk Aedes aegypti bersifat diurnal yaitu melakukan aktivitas secara

aktif pada pagi hingga siang hari. Penularan virus dengue dilakukan oleh nyamuk

betina karena hanya nyamuk betina yang menghisap darah sebagai asupan protein

untuk memproduksi telur. Nyamuk Aedes aegypti jantan menghisap sari bunga

sebagai asupan energi (Nauli, 2011).

Page 20: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

8

Nyamuk Aedes albopictus mempunyai habitat di kebun-kebun atau di

kawasan pinggir hutan sehingga sering disebut dengan nyamuk kebun. Nyamuk

Aedes albopictus dapat berkembang biak pada lubang pohon yang berair dan

meletakkan telurnya di atas permukaan air di lubang pohon tersebut (Nauli, 2011).

1. Klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti

Menurut Richard dan Davis (1977) yang dikutip oleh Seogijanto,

Soegeng (2006), kedudukan nyamuk Aedes aegypti dalam klasifikasi hewan

adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Bangsa : Diptera

Suku : Culicidae

Marga : Aedes sp

Jenis : Aedes aegypti

(Soegijanto, Soegeng. 2006)

2. Morfologi Nyamuk Aedes aegypti

a. Stadium Telur

MenurutHerms(2006),telur nyamukAedes aegyptiberbentukellips

atauovalmemanjang,berwarna hitam,berukuran0,5-0,8mm,dan tidak

memiliki alat pelampung. NyamukAedes aegypti meletakkan telur-

telurnyasatuper satupada permukaanair,biasanya pada tepiair di tempat-

tempat penampungan air bersih dansedikit di atas

permukaanair.NyamukAedes aegyptibetinadapat menghasilkan

hingga100telurapabilatelahmenghisapdarahmanusia. Telur pada tempat

kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan. Telur-telur ini kemudian

akan menetas menjadi jentik setelah sekitar1-2 hari terendam air(Herms, W.

2006).

Page 21: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

9

TelurAedes aegyptidiperkirakanmemilikiberat0,0010-0,015mg dan

(Astutidkk ,2004). TelurAedes aegyptitidak memiliki

pelampung.Padapermukaanluardindingseltersebarsuatustruktur selyang

disebutouter chorionic cell.(Suman, D. S., dkk, 2011).

Gambar1. PanjangtelurAedes aegypti. (Sumber:Suman, D. S., dkk, 2011).

b. StadiumLarva (Jentik)

MenurutHerms, W. (2006),larva nyamukAedes

aegyptimempunyaiciri khasmemiliki siphonyang

pendek,besardanberwarnahitam.Larva ini tubuhnyalangsing,bergerak sangat

lincah, bersifat fototaksis negatif danpada

waktuistirahatmembentuksuduthampir tegaklurus

denganpermukaanair.Larva menujuke permukaanairdalamwaktu kira-kira

setiap ½-1menit, guna mendapatkanoksigen untuk

bernapas.LarvanyamukAedes aegyptidapatberkembang selama6-8 hari

(Herms, W. 2006).

BerdasarkandatadariDepkesRI(2005),adaempattingkat(instar) jentik

sesuai denganpertumbuhan larvatersebut,yaitu:

1) Larva instarI; berukuran palingkecilyaitu1-2mm atausatu sampaidua

harisetelahtelurmenetas,duri-duri(spinae)pada dada belum jelas dan

corong pernapasan padasiphon belum menghitam (Hoedojo, R. 1993).

Page 22: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

10

Gambar 2. Larva InstarIAedes aegypti(Sumber:Gama, Z.P., dkk 2010)

2) LarvainstarII; berukuran 2,5-3,5 mm berumurduasampai tigahari

setelahtelurmenetas, duri-duridada belum jelas, corong pernapasan

sudah mulaimenghitam (Hoedojo, R. 1993).

Gambar 3.Larva InstarIIAedes aegypti(Sumber:Gama,Z.P., dkk 2010)

3) LarvainstarIII;berukuran4-5mmberumurtigasampaiempathari

setelahtelur menetas,duri-duridada mulaijelasdancorong pernapasan

berwarna coklat kehitaman (Hoedojo, R. 1993).

Gambar 4.Larva InstarIIIAedes aegypti(Sumber:Gama,Z.P., dkk 2010)

Page 23: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

11

Menurut Wulandari et al (2006) larva pada tahap instar III

dipakai sebagai bahan penelitian karena tahap ini dianggap cukup

mewakili kondisi larva. Ukuran larva instar III tidak terlalu kecil

sehingga mudah untuk diamati dan larva ini merupakan bentuk yang

aktif mencari makan. Menurut acuan WHO tahun 2005 besar sampel

dalam penelitian larvasida adalah 20-30 ekor larva Aedes aegypti instar

III untuk masing-masing perlakuan dengan pengulangan sebanyak 4 kali

untuk setiap perlakuan.

4) LarvainstarIV;berukuranpalingbesaryaitu5-6mmberumur

empatsampaienamharisetelahtelur menetasdenganwarna kepala gelap

(Hoedojo, R. 1993).

Gambar 5.Larva InstarIVAedes aegypti(Sumber: Gama,Z.P., dkk 2010)

c. Stadium Pupa

Pupaberbentukkoma,gerakanlambat,sering adadipermukaanair.

Padapupaterdapatkantong udarayangterletakdiantarabakalsayap

nyamukdewasadanterdapatsepasang sayappengayuhyangsaling

menutupisehingga memungkinkanpupa untukmenyelamcepatdan

mengadakanserangkaianjungkiran sebagai reaksiterhadap rangsang.

Bentuknyamukdewasatimbul setelahsobeknyaselongsong pupa

olehgelembung udarakarenagerakanaktifpupa.Pupabernafaspada

permukaanairmelaluisepasang struktursepertiterompetyang kecil padatoraks

(Aradilla, A. S. 2009).

Page 24: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

12

Gambar 6.Pupa Aedes aegypti(Sumber:Zettel CM,2010)

d. Nyamuk dewasa

NyamukAedes aegypti dewasa berukuranlebihkecildaripada ukuran

nyamukrumah(Culex quinquefasciatus)(Djakaria,2006).Nyamuk Aedes

aegyptidikenal dengansebutanblack white mosquitoatau tiger mosquito

karena tubuhnyamemilikiciriyangkhas,yaitudengan adanyagaris-garis dan

bercak-bercak putih keperakan di atas dasar

warnahitam.Sedangkanyangmenjadicirikhasutamanyaadalahada dua

garislengkung yang berwarna putih keperakan di kedua sisi lateraldandua

buahgarislengkung sejajar digarismediandari punggungnyayang

berwarnadasar hitam(lyreshaped marking) (Soegijanto, Soegeng. 2006).

3. Siklus hidup Aedes aegypti

NyamukAedes aegyptimengalamimetamorfosa sempurna,yaitudari

bentuk telur, jentik, kepompongdan nyamuk dewasa. Stadium telur, jentik,

dankepompong hidupdidalamair(aquatik), sedangkannyamukhidup secara

teresterial(diudara bebas).Pada umumnya telur akanmenetas menjadilarva

dalam waktukira-kira 2harisetelahtelurterendamair.

Nyamukbetinameletakkantelurdidinding wadahdiataspermukaanair

dalamkeadaanmenempelpadadinding perindukannya.Nyamukbetina

setiapkalibertelur dapatmengeluarkantelurnyasebanyak100butir.Fase

aquatikberlangsungselama8-12hariyaitustadiumjentikberlangsung 6-8

hari,danstadiumkepompong (pupa) berlangsung 2-4hari.Pertumbuhan

Page 25: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

13

mulaidaritelursampaimenjadinyamukdewasaberlangsungselama10-14 hari.

Umur nyamuk dapat mencapai 2-3 bulan(Ridad dkk., 1999).

Gambar 7. Siklus HidupAedes aegypti(Sumber: Hopp &Foley, 2001)

4. Habitat

Telur, larva dan pupa nyamuk Aedes aegypti tumbuh dan berkembang

di dalam air. Genangan yang disukai sebagai tempat perindukan nyamuk ini

berupa genangan air yang tertampung di suatu wadah yang biasanya kontainer

atau tempat penampungan air bukan genangan air di tanah. Tempat perindukan

yang paling potensial adalah Tempat Penampungan Air (TPA) yang digunakan

sehari-hari seperti drum, tempayan, bak mandi, bak WC, ember dan sejenisnya.

Tempat perindukan tambahan adalah disebut non-TPA, seperti tempat

minuman hewan, barang bekas, vas bunga dan lain-lainnya, sedangkan TPA

alamiah seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa,

kulit kerang, pangkal pohon pisang, potongan bambu dan lain-lainnya. Nyamuk

Aedes aegypti lebih tertarik untuk meletakkan telurnya pada TPA yang

berwarna gelap, paling menyukai warna hitam, terbuka lebar, dan terutama

yang terletak di tempat-tempat terlindung sinar matahari langsung (Hendra,

2007).

Page 26: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

14

5. Perilaku Nyamuk Aedes aegypti

Pembasmian nyamuk Aedes aegypti bisa diberantas dengan efektif

apabila pola perilaku tentang nyamuk tersebut sudah diketahui. Pola perilaku

nyamuk Aedes aegypti meliputi perilaku mencari darah, perilaku istirahat, dan

perilaku berkembangbiak (Hiswani, 2004).

a. Perilaku mencari darah

Nyamuk betina untuk dapat melakukan kopulasi harus menghisap

darah. Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur

(Hiswani, 2004). Dalam kaitannya dengan kebiasaan makan Aedes aegypti

termasuk nyamuk day biter atau aktif mengisap darah waktu siang hari,

terutama nyamuk-nyamuk yang masih muda (umur 1-8 hari). Makin tua

umurnya, cenderung adanya perubahan kebiasaan ke night biter atau aktif

mengisap darah waktu malam hari (Wijana, D. P dan K . Ngurah. 2008).

b. Perilaku istirahat

Perilaku istirahat untuk nyamuk memiliki dua arti yaitu istirahat

yang sebenarnya selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan

istirahat sementara yaitu pada waktu nyamuk sedang mencari darah. Pada

umumnya nyamuk memillih tempat yang teduh, lembab, dan aman untuk

beristirahat. Nyamuk Aedes aegypti lebih suka hinggap di tempat-tempat

yang dekat tanah (Hiswani, 2004).

c. Perilaku berkembangbiak

Menurut Sukawati (2009), Suharmiati dan Lestari (2007), nyamuk

Aedes aegypti bertelur dan berkembangbiak di tempat-tempat yang ada air

(genangan) jernih seperti di bak mandi, genangan air dalam pot, air dalam

botol, drum, baskom, ember, vas bunga, batang atau daun tanaman, dan

bekas piring.

Telur menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi larva. Sekali bertelur

nyamuk dapat mengeluarkan telur sebanyak 50–150 butir telur (Hiswani,

2004). Menurut Suharmiati dan Lestari (2007) dan Sukawati (2009), lama

Page 27: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

15

daur hidup nyamuk Aedes aegypti mulai telur sampai dewasa rata-rata 8–14

hari tergantung pada suhu air (30 - 40ºC).

Pada nyamuk betina, bagian mulutnya membentuk probosis panjang

untuk menembus kulit mamalia untuk menghisap darah. Kebanyakan

nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan protein yang

diperlukan. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian

mulut yang tidak sesuai untuk menghisap darah (Sukawati, 2009).

Menurut Borror dkk.(1996), nyamuk Aedes aegypti dewasa tidak

pergi jauh dari tempat saat stadium larva karena daya terbangnya hanya

dalam radius 100–200 m saja dan rata-rata lama hidup Aedes aegypti betina

hanya 10 hari dan akan bertelur tiga hari kemudian setelah menghisap darah

(Borror dkk., 1996).

Nyamuk melalui empat tahap yang jelas dalam daur hidupnya: telur,

larva, pupa, dan dewasa (Borror, D. J., dkk 1996). Larva nyamuk dikenal

sebagai jentik dan didapati di sembarang wadah yang berisi air. Jentik

bernafas melalui saluran udara yang terdapat pada ujung ekor. Pupa

biasanya seaktif larva, tetapi bernafas melalui tanduk thorakis yang terdapat

pada gelung thorakis (Sukawati, 2009).

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Larva Aedes sp.

Berbagai faktor yang berhubungan dengan perkembangan larva Aedes

sp, diantaranya sebagai berikut (Amalia, 2016 : 19-20 ) :

a. Suhu Udara

Suhu udara merupakan salah satu faktor lingkungan yang

mempengaruhi perkembangan larva Aedes sp, Gandham (2013)

menjelaskan bahwa rata-rata suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk

adalah 25-270C dan pertumbuhan nyamuk akan berhenti sama sekali bila

suhu <100C atau >400C. Hasil penelitian Arifin dkk (2013) menunjukkan

bahwa terdapat hubungan suhu dalam rumah dengan keberadaan larva

dengan p=0,040. Penelitian Oktaviani (2009) menunjukkan hasil bahwa

Page 28: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

16

suhu udara berpengaruh terhadap perkembangan larva Aedes spdengan

presentase sebesar 59,2%.

b. Kelembaban Udara

Menurut Yudhastuti dkk (2005), kelembaban udara yang optimal

untuk proses embriosasi dan ketahan embrio nyamuk berkisar antara 81,5-

89,5%. Kelembaban udara <60% dapat menghambat kehidupan larva Aedes

sp. Hasil penelitian Yudhastuti dkk (2005) menunjukkan bahwa pada

kelembaban udara <81,5% atau >89,5% tidak ditemukan adanya larva

Aedes spdengan presentase 78,6%. Hasil penelian Ridha dkk (2013)

menunjukkan bahwa kelembaban udara dapat mempengaruhi

perkembangan larva Aedes sp. Begitu pula hasil penelitian Oktaviani

(2012) yang menunjukkan bahwa kelembaban udara berpengaruh terhadap

densitas nyamuk Aedes sppada stadium larva dengan presentase sebesar

58,5%.

c. Pencahayaan

Larva Aedes splebih menyukai tempat yang tidak terkena cahaya

secara langsung. Kuswati (2004) menguji pengaruh pencahayaan dan

bentuk kontainer terhadap jumlah larva Aedes spdalam kontainer, dan

penelitian tersebut didapatkan perbedaan yang bermakna di antara empat

perlakuan, yaitu pada tempayan kondisi gelap, jambangan/ vas kondisi

gelap, tempayan kondisi terang, dan jambangan kondisi terang. Jumlah

larva dengan nilai rata-rata tertinggi ditemukan pada jambangan dengan

kondisi gelap.

d. pH Air

pH air dimana larva Aedes spdapat tumbuh dan berkembang yaitu

antara 5,8-8,6. Di luar kondisi tersebut, pertumbuhan dan perkembangan

larva Aedes spdapat terhambat sehingga larva akan mati. Hal tersebut

didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Ridha dkk (2013)

Page 29: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

17

menunjukkan bahwa air dengan pH <6 atau >7,8 tidak ditemukan adanya

larva Aedes sp.

e. Suhu Air

Suhu air dapat mempengaruhi kematian larva Aedes sppada kisaran

<250C atau >320C. Berdasarkan hasil penelitian Ridha dkk (2013)

menunjukkan bahwa pada suhu air <270C atau >300C tidak ditemukan

keberadaan larva Aedes spdengan presentasi sebanyak 75,1%. Pada

penelitian Arifin dkk (2013) menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan

antara suhu air dengan keberadaan larva dengan p=0,036.

B. Tinjauan Tentang Pengendalian Vektor DBD

Pengendalian vektor bertujuan :

1. Mengurangi atau menekan populasi vektor serendah – rendahnya seningga tidak

berarti lagi sebagai penular penyakit.

2. Menghindari terjadinya kontak antara vektor dengan manusia. Pengendalian

vektor dapat di golongkan dalam pengendalian alami (natural contol) dan

pengendali buatan (artificall = applied control).

Termasuk pengendalian alami adalah factor ekologis yang bukan

merupakan tindakan manusia. Factor - factor tersebut diantaranya adalah

topografi, ketinggian (altitude) iklim dan musuh alami pengendalian alamiah.

a) Pengendalian secara alamiah

Berbagai contoh yang berhubungan dengan factor ekologi yang

sangat penting artinya bagi perkembangan serangga adalah :

1) Adanya gunung, lautan, danau dan sungai yang luas yang merupakan

rintangan bagi penyebaran serangga

2) Ketidak mampuan mempertahankan hidup beberapa spesies serangga di

daerah yang terletak di ketinggian tertentu dari permukaan laut

3) Perubahan musim yang dapat menimbulkan gangguan pada bebebrapa

spesies serangga

Page 30: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

18

4) Iklim yang panas, udara kering dan tanh tandus yang tidak

memungkinkan perkembangbiakan sebagai besar serangga. Iklim yang

panas atau yang dingin yang untuk beberapa spesies tertentu tidak sesuai

bagi kelestarian hidupnya.

5) Angin besar dan curah hujan yang tinggi dapat mengurangi jumlah

populasi serangga di suatu daerah

6) Adanya burung, katak, cicak, dan binatang lain yang merupakan

pemangsa serangga

b) Pengendalian secara buatan

Cara penegndalian ini adalah cara pengendalian yang dilakukan atas

usaha manusia dan dapat di bagi menjadi :

1) Pengendalian lingkungan

Pegendalian dilakukan dengan cara mengelola lingkungan

(environmental manajement), yaitu memmodifikasi atau memanipulasi

lingkungan, sehingga terbentuk lingkungan yang tidak cocok (kurang

baik) yang dapat mencegah atau membatasi perkembangan vector.

a) Modifikasi lingkungan

Cara ini paling aman terhadap lingkungan, yaitu tidak

merusak keseimbangan alam dan tidak mencemari lingkungan,

tetapi harus dilakukan terus menerus. Sebagai contoh misalnya

1. Pengaturan system irigasi,

2. Penimbunan tempat yang dapat menampung air dsan tempat-

tempat pembuangan sampah

3. Pengaliran air yang menggenangi menjadi kering

4. Perubahan rawa menjadi sawah

5. Perubahan hutan menjadi tempat pemukiman

b) Manipulasi lingkungan (environtmental manipulation)

Cara ini berkaitan dengan pembersihan atau pemeliharaan

sarana fisik yang telah ada supaya tidak terbentuk tempat-tempat

Page 31: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

19

perindukan atau tempat istrahat serangga. Sebagai contoh misalnya

:

1. Membersihkan tanaman air yang mengapung di danau seperti

ganggang dan lumut yang dapat meyulitkan perkembangan An.

Sundaicus

2. Mengatur kadar garam di ” lagoon ” yang dapat menekan

populasi An. Subpictus dan An. Sundaicus

3. Melestarikan kehidupan tanaman bakau yang membatasi

tempat perindukan An. Sundaicus

4. Membuang atau mencabut tumbuh-tumbuhan air yang tumbuh

di kolam atau di rawa yang dapat menekan populasi Mansonia

Spp.

5. Melancarkan air dalam got yang tersumbat agar tidak menjadi

perindukan culex.

2) Pengendalian kimiawi

Untuk pengendalian ini digunakan bahan kimia yang berkhasiat

membunuh serangga (insektisida) atau hanya untuk menghalau

serangga saja (repellent). Kelebihan cara pengendalian ini ialah dapat

dilakukan dengan segera, meliputi daerah yang luas, sehingga dapat

menekan populasi serangga dalam waktu yang singkat. Kekurangan

cara penelitian ini ialah hanya bersifat sementara, dapat menimbulkan

pencemaran lingkungan, kemungkinan timbulnya resistensi serangga

terhadap insektisida dan mengakibatkan matinya beberapa pemangsa.

Saat ini masyarakat melakukan pemberantasan secara kimiawi

yaitu dengan cara pemberian larvasida kimiawi seperti temefos (abate).

Abate yang ditaburkan pada tempat penampungan air akan menempel

pada dinding-dinding penampungan air dan dapat bertahan selama 2-3

bulan. Abate tidak dianjurkan untuk digunakan pada tempat

penampungan air minum. Karena apabila terlalu banyak terkonsumsi

Page 32: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

20

abate maka akan menimbulkan sesak nafas, atau pedih pada mata.

Selain daripada itu, pemberantasan melalui zat kimia bisa

mengakibatkan resistensi terhadap keturunan akibat seleksi genetika

(Kardinan, 2007).

a) Pengertian Insektisida

Insektisida berasal dari kata insect, yang berarti serangga

dan cide artinya membunuh. Secara harfiah insektisida diartikan

sebagai bahan kimia yang digunakan untuk membunuh atau

mengendalikan serangga. Pengertian insektisida secara luas, yaitu

semua bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk

mencegah, membunuh, menolak atau mengurangi serangga (Sigit

dan Hadi, 2006)

Insektisida yang baik (ideal) mempunyai sifat sebagai

berikut :

1. Mempunyai daya bunuh yang besar dan cepat berserta tidak

berbahaya bagi binatang vertebrata termasuk manusia dan ternak

2. Murah harganya dan mudah di dapat jumlah yang besar

3. Mempunyai susunan kimia yang stabil dan tidak mudah terbakar

4. Mudah di pergunakan dan dapat di campur dengan berbagai

macam bahan pelarut

5. Tidak berwarna dan tidak berbau yang tidak menyenangkan.

b) Cara masuk insektisida dalam tubuh serangga

Insektisida di gunakan untuk mengendalikan serangga

dengan cara mengganggu atau merusak sistem dalam tubuh

serangga. Serangga dapat terpajan oleh insektisida dengan cara

kontak langsung, termakan atau melalui pernafasan (spiracle). Cara

masuk insektisida dalam tubuh serangga adalah sebagai berikut

(Sigit dan Hadi, 2006) :

Page 33: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

21

1. Insektisida yang masuk atau bekerja lewat sistem pernapasan

dalam bentuk partikel mikro yang melayang diudara. Serangga

akan mati bila menghirup partikel mikro insektisida dalam

jumlah yang cukup masuk kesistem pernafasan yang

selanjutnya ditransportasikan kepusat kerja racun itu. Racun

insektisida pernafasan mematikan karena mengganggu kerja

organ pernafasan. Kebanyakan jenis insektisida pernafasan

berupa asap, uap dari insektisida bentuk cair.

2. Insektisida racun kontak, insektisida yang diaplikasikan

langsung menembus intergumen serangga (kutikula), trachea

atau kelenjar sensorik dan organ lain yang berhubungan dengan

kutikula. Minyak atau komponen lain dalam formulasi

insektisida membasahi lemak atau lapisan lilin pada kutikula

sehingga mengakibatkan bahan aktif mampu menembus tubuh

serangga. Bahan aktif insektisida dapat larut pada lapisan

lemak kutikula dan masuk ke dalam tubuh serangga meskipun

insektisida tidak diaplikasikan langsung seperti pada formulasi

serbuk (dust), WP (wettable powder), dan SC (suspention

concertrate). Sebagian besar insektisida yang digunakan dalam

pengendalian hama pemukiman (PHP) adalah insektisida racun

kontak, termasuk formulasi emulsifiable atau emulsible

concetrate (EC).

3. Sebagai racun perut, insektisida masuk ke dalam tubuh

serangga melalui sitem pencernaan serangga, sehingga bahan

aktif insektisida ikut termakan oleh serangga tersebut. Contoh

racun perut berupa umpan beracun untuk rayap, semut dan

lipas. Sebagai racun pernafasan, insektisida masuk ke dalam

tubuh serangga melalui sistem pernafasan (spiracle).

Insektisida aktif karena keberadaannya dalam bentuk gas di

Page 34: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

22

udara yang tertutup pada saat diaplikasikan dengan ultralow

volume (UVL) atau thermal fogging.

c) Cara kerja insektisida dalam tubuh serangga

Cara kerja insektisida (mode of action) adalah cara

insektisida terhadap serangga berdasarkan aktifitas insektisida di

dalam tubuh serangga. Cara kerja insektisida sangat penting

diketahui, guna untuk mengetahui titik tangkap (target site) spesifik

pada suatu organisme yang akan dituju. Titik tangkap pada

serangga biasanya berupa enzim atau protein. Beberapa jenis

insektisida mempengaruhi lebih dari satu titik tangkap pada

serangga (Sigit dan Hadi, 2006).

Menurut Valess dan Koehler (1998); Sigit dan Hadi (2006),

cara kerja insektisida digunakan dalam PHP dibagi dalam 5 (lima)

kelompok, yaitu;

1. Mempengaruhi sistem saraf,

2. Menghambat prosudksi energi,

3. Mempengaruhi sistem endokrin,

4. Mempengaruhi produksi kutikula, dan

5. Menghambat keseimbangan air.

Insektisida sintetik sebagian besar mempengaruhi sistem

saraf, antara lain Piretroid, Organoklorin, Organofosfat dan

Karbamat. Oraganofosfat dan Karbamat adalah racun sinaptik.

Sinaps adalah suatu persimpangan antara dua saraf atau titik

penghubung saraf. Secara spesifik Organofosfat dan Karbamat

terikat pada suatu enzim pada sinaps yang dikenal dengan

asetilkhonesterase. Organofosfat dan Karbamat terikat pada enzim

asetilkhonesterase dan menghambat fungsi asetilkhonesterase,

sehingga persimpangan saraf pada peristiwa keracunan tidak

mampu menghentikan ransangan pada saraf. Akibatnya terjadi

Page 35: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

23

rangsangan saraf yang berkelanjutan. Pada akhirnya serangga yang

keracunan menjadi tremor (gemetaran) dan gerakannya tidak

terkontrol (Sigit dan Hadi, 2006).

d) Aplikasi insektisida

Pengendalian vektor menggunakan insektisidan merupakan

salah satu upaya pengendalian yang dilakukan untuk menekan

tingginya populasi vektor. Pengendalian kimiawi sangat efektif

diterapkan apabila populasi nyamuk sangat tinggi atau untuk

menangani kasus penyakit yang sangat mengkhawatirkan

penyebarannya seperti DBD, malaria, dan filariasis. Penyemprotan

ruangan (space spray) merupakan salah satu cara mendistribusikan

insektisida agar dapat kontak dengan hama sasaran secara

maksimal. Penyemprotan ruangan sangat efektif untuk

mengendalikan serangga terbang seperti nyamuk, lalat, dan

beberapa hama gudang lainnya (Sigit dan Hadi, 2006).

Sigit dan Hadi (2006) mengemukakan bahwa,

penyemprotan ruangan adalah metoda aplikasi insektisida dengan

cara memecah insektisida cair menjadi droplet-droplet yang sangat

kecil (10-50 mikron), disemprotkan keudara dan diharapkan droplet

berada diudara dalam waktu yang cukup lama, sehingga kontak

antara insektisida dengan serangga menjadi maksimal. Droplet-

droplet kecil tersebut dihasilkan dengan melibatkan energi antara

lain energi panas (thermal), seperti pada thermal fogger, energi

mekanik seperti cold fogger/ultra low volume (ULV), dan energi

gas yang dimanfaatkan seperti pada aerosol dalam tabung.

Pengendalian kimiawi secara masal pada suatu area

pemukiman, biasanya dilakukan dengan menggunakan alat semprot

bertekanan udara, seperti pada pengasapan (fogging). Fogging

biasanya dilakukan bila di suatu daerah ditemukan kasus penyakit

Page 36: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

24

yang mematikan, misalnya demam berdarah. Hal ini dilakukan

untuk membunuh nyamuk dewasa yang diduga terinfeksi penyebab

penyakit dan memutuskan mata rantai penularan penyakit agar

penyebaran penyakit tersebut tidak menyebar luas. Fogging yang

efektif dilakukan pada saat pagi dan sore hari, waktu angin tidak

begitu kencang, dan aktifitas nyamuk menggigit sedang memuncak

di dalam dan di luar rumah (Sigit dan Hadi, 2006).

C. Tinjauan Umum Mengenai Tanaman Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)

1. Pengertian Belimbing Wuluh

Tanaman belimbing wuluh berupa pohon kecil dengan batang yang

tidak begitu besar dan mempunyai garis tengah 30 cm (Lathifah, 2008).

Tanaman ini mudah sekali tumbuh dan berkembangbiak melalui cangkok atau

persemaian biji. Jika ditanam lewat biji, pada usia 3-4 tahun sudah mulai

berbuah. Jumlah setahunnya bisa mencapai 1.500 buah (Mario, Parikesit

2011).

2. Sistemika tumbuhan

Sistematika tumbuhan belimbing wuluh (Heyne, K. 1987) sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Geraniales

Suku : Oxalidaceae

Marga : Averrhoa

Spesies : Averrhoa bilimbi L.

Page 37: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

25

3. Habitat

Belimbing wuluh disebut juga belimbing asam adalah sejenis pohon

yang diperkirakan berasal dari kepulauan Maluku. Tanaman ini tumbuh

dengan subur di Indonesia, Filipina, Sri Lanka, Myanmar dan Malaysia.

Dapat ditemui di tempat yang banyak terkena sinar matahari langsung tetapi

cukup lembap. Merupakan salah satu tanaman yang banyak tumbuh

dipekarangan rumah atau tumbuh secara liar di ladang dan hutan. Hidup pada

ketinggian 5 - 500 m diatas permukaan laut (Yuniarti, T. 2008).

Belimbing wuluh disebut juga sebagai belimbing sayur yang

merupakan tumbuhan yang hidup pada ketinggian 5 hingga 500 meter diatas

permukaan laut. Ditanam sebagai pohon buah, kadang tumbuh liar. Pohon

belimbing bisa tumbuh dengan ketinggian mencapai 5-10 meter. Batang

utamanya pendek dan cabangnya rendah. Batangnya bergelombang (tidak

rata). Daunnya majumuk, berselang-seling, panjang 30-60 cm

danberkelompok di ujung cabang. Pada setiap daun terdapat 11 sampai 37

anak daun yang berselang-seling atau setengan berpasangan. Anak daun

berbentuk oval. (Nugrahawati D, dkk 2009)

Buahnya memiliki rasa asam sering digunakan sebagai bumbu

masakan dan campuran ramuan jamu. Bunganya kecil, muncul langsung dari

batang dengan tangkai bunga berambut. Buah belimbing wuluh(Averrhoa

bilimbi L)berbentuk elips hingga seperti torpedo, dengan panjang 4-10 cm.

Warna buah ketika muda hijau, dengan sisa kelopak bunga menempel

diujungnya. Jika masak buahnya berwarna kuning atau kuning pucat. Daging

buahnya berair dan sangat asam. Kulit buah berkilap dan tipis. Bijinya kecil

(6 mm), berbentuk pipih,dan berwarna coklat, serta tertutup lender.

(Nugrahawati D, dkk 2009)

Page 38: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

26

4. Morfologi

Tanaman berbentuk pohon dengan tinggi 5-10 m. Batang

tegak,bercabang, permukaan kasar, banyak tonjolan, warna hijau kotor.

Bungamajemuk, bentuk malai, tumbuh ditonjolan batang atau cabang,

panjangkelopak 6 mm, warna merah. Daun berbentuk lanset dan berwarna

ungu.Biji berbentuk lanset atau segitiga, warna hijau saat muda dan

berubahkuning kehijauan setelah tua. Akar tunggang, warna coklat kehitaman.

(Agromedia, Redaksi. 2008)

.

Gambar 8. Buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)

Tanaman ini memiliki pohon yang kecil, berbunga sepanjangtahun,

bunga serta buahnya menempel pada batang. Daunnya majemuk,anak

daunnya berjumlah antara 10 sampai dengan 20 pasang. Bungabelimbing

wuluh hampir sama dengan bunga mentimun, berbentuk silinderdengan

panjang 5 sampai dengan 7.5 cm. Bunga belimbing wuluh munculpada

batangnya. Daging buah belimbing wuluh mempunyai biji danpanjangnya

sekitar 8 cm. (Bogor: IPB. 2008)

5. Kandungan buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)

Senyawa sekunder yang dihasilkan oleh tanaman belimbing wuluh

(Averrhoa bilimbi L.) adalah alkaloid, saponin, dan flavonoid. Saponin

merupakan golongan senyawa triterpennoid yang dapat digunakan sebagai

insektisida. (Nopianti, S., dkk 2008)

Senyawa alkaloid bisa mendegradasidinding sel sehingga merusak sel

saluranpencernaan. Senyawa saponin terdapat pada tanaman yang kemudian

Page 39: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

27

dikonsumsi serangga, mempunyai mekanisme kerja yang dapat menurunkan

aktivitas enzim pencernaan dan penyerapan makanan, sehingga saponin

bersifat sebagai racun perut. Flavonoid merupakan senyawa pertahanan

tumbuhan yang dapat bersifat menghambat saluran pencernaan serangga dan

juga bersifat toksis. (Arivia Shella, dkk. 2010)

a) Flavonoid

Senyawa Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang

tersebesar ditemukan dialam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna

merah, unguh, biru, dan kuning yang ditemukan dalam tumbuhan.

Flavonoid yag merupakan golongan fenol dapat menyebapkan

pengumpalan protein, Denaturasi protein tersebut menyebapka

premeabilatas dinding sel dalam saluran pencernaan menurun Hal ini

akan mengakibatkan transpor nutrisi terganggu sehingga perumbuhan

terhambat dan akhirnya larva nyamuk akan mati Selain itu, menurut

Dinata flavonoid merupakan salah satu jenis senyawa yang bersifat

racun. Flavonoid mempunyai sifat yang khas yaitu bau yang sangat tajam,

dapat larut dalam air dan pelarut organik serta mudah terurai pada

temperatur tinggi. Flavonoid digunakan sebagai bahan aktif dalam

pembuatan insektisida nabati. Flavonoid masuk ke dalam mulut

serangga/lubang alami di tubuh serangga dan menimbulkan kelayuan pada

saraf (Wati, 2010).

b) Saponin

Saponin adalah suatu glikosida yang banyak ditemukan pada

tanaman. Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi

pada bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan

tahap pertumbuhan. Fungsi dalam tumbuh-tumbuhan tidak diketahui,

mungkin sebagai bentuk penyimpanan karbohidrat, atau merupakan

waste product dari metabolisme tumbuh tumbuhan. Kemungkinan lain

adalah sebagai pelindung terhadap serangan serangga (Wati, 2010).

Page 40: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

28

Saponin sebagai bahan yang mirip deterjen mempunyai

kemampuan untuk merusak membran tubuh larva ,Bahan deterjen dapat

meningkatkan penetrasi senyawa toksik karena dapat melarutkan bahan-

bahan lipofilik dengan air. Deterjen tidak hanya mengganggu lapisan

lipoid dari epikutikula tetapi juga mengganggu lapisan protein

endokutikula sehingga senyawa toksik dapat masuk dengan mudah ke

dalam tubuh larva. Saponin dapat menyebabkan destruksi saluran

pencernaan larva dengan cara menurunkan tegangan permukaan sehingga

selaput mukosa saluran pencernaan menjadi korosif. Hal tersebut akan

menyebabkan menurunnya aktivitas enzim pencernaan dan penyerapan

makanan (Wati, 2010).

c) Alkaloid

Alkaloid merupakan senyawa organik yang banyak ditemukan

pada berbagai jenis tumbuhan, baik di bagian daun, biji, ranting dan kulit

kayu (Pandiangan, 2009). Hampir semua alkaloid yang ditemukan di

alam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun

tetapi adapula yang sangat berguna dalam pengobatan, misalnya kuinin,

morfin dan striknin (Pandiangan dan Kandou, 2006).

Bidang kesehatan alkaloid mempunyai efek berupa pemicu sistem

saraf, menaikkan tekanan darah, mengurangi rasa sakit, antimikroba, obat

penenang dan obat penyakit jantung (Robinson, 1995 dalam Simbala,

2008). Pada tumbuhan, alkaloid berfungsi sebagai pelindung dari

serangga hama, penguat tumbuh-tumbuhan serta sebagai pengatur kerja

hormon. Telah diketahui sekitar 5.500 senyawa alkaloid yang tersebar

diberbagai suku (Harbone, 1987)

6. Manfaat buah belimbing wuluh

Di kalangan masyarakat belimbing wuluh ternyata sangat popular,

bahkan melebihi belimbing manis. Perasan air buah belimbing wuluh

(Averrhoa bilimbi L) sangat baik untuk asupan kekurangan vitamin C. Banyak

Page 41: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

29

hasil penelitian yang menyebutkan potensi suatu tanaman dalam mengobati

penyakit tertentu ataupun sebagai antibakteri. Akan tetapi, penggunaan bahan

antimikroba kimia, di lingkungan masyarakat dalam produk pangan lebih

popular. Ini karena hasilnya sebagai pengawet lebih efektif dan biayanya

relative murah. Ada yang memanfaatkan buah belimbing wuluh (Averrhoa

bilimbi L) untuk dibuat manisan dan sirup, sebagai obat untuk sariawan, sakit

perut, gondongan, rematik, batuk rejan, gusi berdarah, sakit gigi berlubang,

memperbaiki fungsi pencernaan, untuk membersihkan noda pada kain,

menghilangkan bau amis, sebagai bahan kosmetik serta mengkilapkan barang-

barang yang terbuat dari kuningan. (Ganiswarna SG, 1995)

Page 42: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

30

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran

Pengumpulan dan penangkapan nyamuk merupakan kegiatan yang

dilakukan untuk mendapatkan data entomologi tentang nyamuk pada suatu wilayah

tertentu. Salah satu upaya untuk memutus siklus perkembangan nyamuk itu bisa

dengan menggunakan ovitrap, atau perangkap telur dan larva nyamuk, khususnya

untuk Aedes sp.

Ovitrap digunakan juga untuk mendeteksi adanya Aedes sp dimana

kepadatan populasinya rendah dan survei jentik kebanyakan tidak produktif.

Ovitrap dapat digunakan untuk mengevalusi keberhasilan pengendalian vektor

dan memperkirakan kepadatan populasi nyamuk. (Mardihusodoet al. 2007).

Telur Aedes sp diletakkan satu demi satu di atas permukaan air. Nyamuk

betina dapat bertelur hingga 100 butir per hari. Sekali meletakkan telurnya di

beberapa sarang. Perkembangan embrio selesai selama 48 jam di lingkungan

hangat dan lembab. Pada kondisi kekeringan yang lama telur dapat bertahan hingga

lebih dari satu tahun. Kelangsungan telur untuk menjalani masa pengeringan akan

membantu proses pertahanan spesies ini. Telur Aedes sp. berwarna hitam dan

diletakan di dinding wadah air dan biasanya diatas permukaan air. Apabila wadah

air mengering , telur dapat bertahan selama beberapa minggu bahkan beberapa

bulan. Ketika wadah air terisi oleh air lagi hingga menutupi bagian telur kemudian

menetas menjadi larva.

Metode yang efektif untuk mengendalikan vektor nyamuk adalah

membunuh jentik yang biasa hidup di bak air atau tempat-tempat yang sering

digunakan untuk menampung air dengan memanfaatkan zat-zat kimia yang ramah

lingkungan, yaitu menggunakan pestisida nabati (alami) dan ramah lingkungan,

yaitu buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) yang dimana telah dimanfaatkan

sebagai obat tradisional.

Page 43: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

31

Kandungan senyawa kimia yang ada di dalam buah belimbing wuluh yaitu

alkaloid,saponin, dan flavonoid. Saponin merupakan golongan senyawa

triterpennoid yang dapat digunakan sebagai insektisida. Senyawa alkaloid dalam

buah segar berasa pahit di lidah, alkaloid bisa mendegradasi dinding sel, sehingga

merusak sel saluran pencernaan. Senyawa saponin terdapat pada tanaman yang

kemudian dikonsumsi serangga, mempunyai mekanisme kerja yang dapat

menurunkan aktivitas enzim pencernaan dan penyerapan makanan, sehingga

saponin bersifat sebagai racun perut. Senyawa flavonoid merupakan senyawa fenol

sebagai antimikroba, antivirus, antijamur, dan bekerja terhadap serangga.

Buah belimbing wuluh dibuat menjadi sari dan dibuat dengan berbagai

kosentrasi (2%, 3%, 4%, 5%, 6%, 7% dan 8%) selama 24 jam apabila nyamuk mati

maka perlakuan dinyatakan efektif, dan apabila nyamuk hidup maka dinyatakan

tidak efektif.

Page 44: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

32

B. Kerangka Pikir

Gambar kerangka pikir sebagai berikut :

Pengumpulan Telur

Nyamuk

Pemasangan

Ovitrap

Telur Aedes spinstar III

Bahan uji (buah belimbing wuluh)

Larutan buah belimbing wuluh mengandung senyawa dalam buah belimbing

wuluh

yaitu alkaloid, saponin, dan flavonoid

Senyawa alkaloid

bisa

mendegradasi

dinding sel,

sehingga

merusak sel

saluran

pencernaan.

Senyawa saponin

mempunyai

mekanisme kerja yang

dapat menurunkan

aktivitas enzim

pencernaan dan

penyerapan makanan,

sehingga saponin

bersifat sebagai racun

perut. Dibuat larutan buah belimbing wuluh dengan berbagai konsentrasi (2%, 3%, 4%,

5%, 6%, 7% dan 8%)

Efektif

Efek larvasida

Flavonoid merupakan

senyawa

pertahanan

tumbuhan yang

dapat bersifat

menghambat

saluran

pencernaan

serangga dan juga

bersifat toksis

Tidak

efekt

if

Page 45: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

33

C. Kerangka Konsep

Secara konseptual, variable-variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri

dari variable independen dan variable dependen seperti gambar berikut :

Keterangan :

: Variable Bebas

: : Variable Terikat

D. Variable penelitian

1. Variabel independen

Variable independen (variabel bebas) adalah variable yang

mempengaruhi variabel terikat, dimana variabel bebas yang diteliti adalah

konsentrasi larvasida belimbing wuluh yaitu konsentrasi yang digunakan yaitu

2%, 3%, 4%, 5%, 6%, 7% dan 8%.

2. Variabel dependen

Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi

oleh variabel bebas atau independen. Variabel dependen dalam penelitian ini

yaitu kematian larva nyamuk Aedes sp.

E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Sari belimbing wuluh yang dijadikan sampel penelitian ini yaitu buah

belimbing wuluh yang diblender, kemudian disaring untuk mendapatkan sari

dengan berbagai konsentrasi (2%, 3%, 4%, 5%, 6%, 7% dan 8%). Konsentrasi

yang didapatkan diperoleh dari rumus pengenceran yaitu : V1. M1= V2. M2

Kematian

Larva

Nyamuk

Aedes sp

Konsentrasi (2%, 3%,

4%, 5%, 6%, 7%

dan 8%)

LarvasidaBelimbing

Wuluh

Page 46: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

34

2. Larva Aedes sp yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah larva Aedes sp

instar III karena larva pada stadium ini masih aktif mengkonsumsi makanan

pada air. Larva instar III berukuran 4-5 mm berumur tiga sampai empat hari

setelah telur menetas, duri-duri dada mulai jelas dan corong pernapasan

berwarna coklat kehitaman (Sikka, 2009). Larva ini dapat ditemukan pada air

bersih seperti : Bak mandi atau wadah bekas yang berisi air.

3. Larva Aedes sp yang dibutuhkan dalam masing-masing konsetrasi yaitu 25

larva (2% = 25, 3%= 25, 4%=25, 5%= 25, 6%= 25, 7%= 25 dan 8%= 25) dan

dilakukan pengulangan sebanyak 2 kali pada tiap konsentrasi. Jadi, total

jumlah larva yang dibutuhkan yaitu 350 larva.

4. Kematian larva nyamuk adalah apabila larva dari Aedes sp instar III disentuh

tidak bergerak dengan kriteria objektif sebagai berikut :

Hidup : Apabila larva disentuh dan masih mengalami pergerakan

Mati : Apabila larva disentuh tidak bergerak lagi

5. Konsentrasi sari belimbing wuluh yang dilarutkan dalam air dinyatakan

dalam ml. Kriteria objektif : Sari buah belimbing wuluh dengan berbagai

konsentrasi (2%, 3%, 4%, 5%, 6%, 7% dan 8%).

a) Dikatakan efektif jika kematian larva ≥50%.

b) Dikatakan tidak efektif jika kematian larva ≤ 50% dan ≤90%

6. Penelitian ini menggunakan analisis probit untuk menemukan daya bunuh dari

sari buah belimbing wuluh terhadap larva Aedes sp yang dinyatakan dengan

Lethal Concentration (LC) yaitu LC50 dan LC90.

7. Lethal Concentration 50 (LC50) adalah konsentrasi Bti yang diperlukan untuk

menyebakan kematian sebesar 50% larva Aedes sp.

7. Lethal Concentration 90 (LC90) adalah konsentrasi Bti yang diperlukan untuk

menyebakan kematian sebesar 90% larva Aedes sp.

F. Hipotesis Penelitian

1. Hi : Belimbing wuluh efektif dalam mematikan larva Aedes sp.

2. Ho : Belimbing wuluh tidak efektif dalam mematikan larva Aedes sp.

Page 47: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

35

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah

Experimental laboratories dengan rancangan post test only control group. Subjek

dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

Kelompok pertama disebut sebagai kelompok perlakuan, yaitu kelompok yang

diberi buah belimbing wuluh dalam bentuk sari. Kelompok yang kedua disebut

sebagai kelompok kontrol, yaitu kelompok yang tidak diberi buah belimbing wuluh

dalam bentuk sari. Subjek penelitian adalah larva Aedes sp.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 09 Juli – 24 Juli 2017

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan didaerah endemis Kelurahan Kambu yang

terdiri dari 2 tahap pertama adalah pemasangan ovitrap seperti didibawah

tempat tidur, kamar mandi atau wc dan dapur, kemudian pada tahap ke dua

penelitian adalah hasil pemasangan ovitrap yang didapatkan selanjutnya

dilakukan pegujian sari buah belimbing wuluh pada larva Aedes sp yang

dilaksanakan di Laboratorium Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kendari.

C. Bahan Uji

Larva yang diovitrap sebanyak 350 diperoleh dari pemasangan ovitrap pada

80 rumah yang ada dikelurahan kambu, selanjutnya dari 350 larva hasil rearing 25

di ujikan pada konsentrasi 2%, 25 larva di ujikan pada konsentrasi 3%, 25 larva di

ujikan pada konsentrasi 4%, 25 larva di ujikan pada konsentrasi 5%, 25 larva di

ujikan pada konsentrasi 6%, 25 larva di ujikan pada konsentrasi 7%,25 larva di

ujikan pada konsentrasi 8%, masing-masing pengujian ini dilakukan dalam wadah

plastik dan dilakukan pengulangan pada tiap konsentrasi sebanyak 2 kali.

Page 48: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

36

D. Prosedur Penelitian

1. Pengadaan Larva Nyamuk Aedes sp

Larva nyamuk Aedes sp yang digunakan dalam penelitian ini adalah

larva nyamuk Aedes aegypti instar III yang diperoleh dari pemasangan ovitrap

di Kelurahan Kambu. Jumlah larva nyamuk Aedes aegypti instar III yang

dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak 350 ekor larva.

2. Pemasangan ovitrap (Mardihosodo, 2003)

a) Kegiatan pengumpulan telur nyamuk Aedes sp menggunakan penangkap

telur (ovitrap).

b) Setiap rumah yang ditentukan, di pasang ovitrap masing-masing 3 buah

dalam satu rumah (dibawah tempat tidur, kamar mandi atau wc dan dapur)

c) Pemasangan ovitrap disetiap rumah dilakukan pada tempat yang

diperkirakan berpotensi menjadi bertelurnya nyamuk Aedes sp, seperti

dibawah tempat tidur, kamar mandi atau wc, dan dapur.

d) Ovitrap di luar rumah dipasang ditempat-tempat yang tidak terkena sinar

matahari langsung dan air hujan.

e) Lama pemasangan ovitrap adalah seminggu dan dilakukan hanya satu kali

selama penelitian di masing - masing lokasi penelitian.

f) Ovitrap selanjutnya dibawa ke Labolatorium Analis Kesehatan Poltekkes

Kemenkes Kendari

3. Kolonisasi Larva Aedes sp(Mardihosodo, 2003)

a) Kertas saring yang berisi telur nyamuk Aedes spdi masukkan dalam

nampan plastik yang berisi air

b) Diberi label berdasarkan lokasi pengambilan telur, kemudian dibiarkan

selama 6 - 8 hari sampai menetas menjadi larva. Pemeliharaan larva agar

bertahan hidup sampai menjadi pupa memerlukan pakan hati ayam sebagai

makanan larva nyamuk tersebut.

Page 49: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

37

4. Uji kerentanan ( WHO, 2003 )

Penelitian ini dilakukan degan metode uji kerentanan (Susceptibility

Test). Setelah didapatkan larva instar III selanjutnya di pisahkan dan dilakukan

pengujian dengan pemberian sari buah belimbing wuluh dengan konsentrasi

2%, 3%, 4%, 5%, 6%, 7% dan 8% selama 24 jam kemudian dilakukan

pengulangan 2 kali pada tiap - tiap konsentrasi.

5. Bahan dan alat pembuatan sari buah belimbing wuluh

a) Bahan

1) Buah belimbing wuluh 100 gr

2) Air keran

3) Aquades 100 ml

b) Alat

1) Pisau

2) Blender

3) Kertas saring

4) Timbangan

5) Saringan plastik

6) Gelas plastik ukuran 240 ml

7) Gelas ukur

8) Pipet ukur 10 ml

9) Pipet tetes 5 ml

6. Pengadaan sari buah belimbing wuluh

a) 100 gr buah belimbing wuluh dicuci bersih dengan air mengalir untuk

menghilangkan kotoran yang menempel

b) Buah belimbing wuluh tersebut kemudian diiris untuk mempermudah

dalam memperolah hasil perasan

c) Irisan buah belimbing wuluh dilarutkan dengan 100 ml aquades dan

dilumatkan dengan blender

Page 50: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

38

d) Hasil blenderan diperas dan disaring dengan saringan plastik yang dilapisi

kertas saring.

7. Tahap uji penelitian

a) Ditentukan konsentrasi sari buah belimbing wuluh yang akan digunakan.

Konsentrasi sari buah belimbing wuluh yang digunakan dalam penelitian

ini adalah 2%, 3%, 4%, 5%, 6%, 7%, dan 8%.

b) Sari buah belimbing wuluh diambil dengan pipet ukur kemudian

dimasukkan ke dalam gelas ukur. Volume air perasan buah belimbing

wuluh yang diambil dihitung dengan rumus pengenceran sebagai berikut :

V1.M1 = V2.M2

Keterangan :

V1 : volume sari mula-mula

M1 : konsentrasi sari mula-mula

V2 : volumer sari sesudah diencerkan

M2 : konsentrasi sari sesudah diencerkan

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

Data-data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh dari

hasil perhitungan jumlah larva yang mati dalam 24 jam pada masing-masing

konsentrrasi. Setelah semua data yang didapatkan dari jumlah larva Aedes

spyang mati, selanjutnya dilakukan pengolahan data dalam bentuk tabel dan

analisis data menggunakan metode komputerisasi.

2. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara statisitik

menggunakan :

a) Uji Probit

Penentuan letal konsentrasi yang menyebabkan mortalitas pada larva Aedes

sp dilakukan dengan menggunakan analisis Probit. Analisis probit

Page 51: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

39

merupakan metode statistik yang digunakan untuk memahami hubungan

dosis-respon dan digunakan untuk melihat estimasi besar dosis yang dapat

mengakibatkan mortalitas larva Aedes sp sebesar 50% (LC50) dan 90%

(LC90).

Page 52: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

40

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Analis Kesehatan

Poltekkes Kemenkes Kendari, penelitian ini dimulai dari tanggal 09 Juli sampai

dengan 24 Juli 2017. Sampel larva pada penelitian ini digunakan sebanyak 350

larva instar III yang diperoleh dari Kelurahan Kambu yang merupakan daerah

endemis 5 tahun terakhir.

Pengambilan larva Aedes sp yaitu dengan memasang ovitrap yang berisi

kertas saring pada tempat yang diperkirakan berpotensi menjadi bertelurnya

nyamuk Aedes sp, seperti dibawah tempat tidur, kamar mandi atau wc dan dapur.

Kertas saring yang sudah berisi telur Aedes sp akan dimasukkan kedalam nampan

plastik 4-5 hari sampai menetas menjadi larva instar III.

1. Karakteristik Sampel Uji

Buah belimbing wuluh yang digunakan dalam penelitian ini adalah

diambil dengan kondisi yang masih muda ditandai dengan kulit yang berwarna

hijau muda dan dipilih secara acak. Sari buah belimbing wuluh ini didapatkan

dengan cara yaitu buah belimbing wuluh di cuci dengan air mengalir agar

kotorannya hilang kemudian di keringkan selanjutnya buah belimbing wuluh di

blender dan disaring menggunakan kertas saring untuk mendapatkan sarinya.

2. Efektifitas Buah Belimbing Wuluh Pada Kematian Larva Aedes sp

Jangka waktu penelitian Uji Efektivitas Buah Belimbing Wuluh

(Averrhoa BilimbiL) terhadap larva Aedes sp (larvainstar III) yang dilakukan

selama 24 jam untuk melihat efek larvasida.

Page 53: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

41

5.1 Tabel Distribusi Jumlah Mortalitas Larva Aedes Sp Pada Berbagai

Konsentrasi Sari Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)

Setelah 24 Jam Perlakuan

Replikasi

Konsentrasi Sari Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa

BilimbiL)

Kontrol 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8%

I 0 1 4 10 15 17 23 25

II 0 2 5 11 17 19 22 25

Jumlah

kematian

0

3

9

21

32

36

45

50

Rata-rata 0 1.5 4.5 10.5 16 18 22.5 25

Persentase

(%)

0 6% 18% 42% 64% 72% 90% 100%

(Sumber data primer Diolah Juli 2017)

Pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol negatif

pada kedua replikasi tidak ditemukan adanya kematian larva. Pada nilai

rata-rata mortalitas larva menunjukkan bahwa nilai tertinggi terdapat pada

konsentrasi 8% dengan larva yang mati yaitu sebanyak 50 ekor (100%)

sedangkan nilai terendah terdapat pada konsentrasi 2% dengan larva yang

mati sebanyak 3 ekor (6%).

3. Analisis Probit

Untuk mengetahui konsentrasi yang dibutuhkan untuk mematikan

50% (LC50) dan 90% (LC90) populasi larva selama 24 jam, maka dilakukan

uji analisis probit pada program komputerisasi. Dari hasil perhitungan

analisis probit didapatkan hasil yang ditunjukkan pada tabel berikut:

Page 54: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

42

Tabel 5.2 Hasil Analisis Probit Sari Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa

bilimbi L) Sebagai Larvasida Aedes sp

Daya

larvasida

(LC)

Waktu 24 Jam

(%)

Rentang Batas

Bawah Atas

LC50 4,080 3,656 4,489

LC90 7,014 7,6192 8,446

(Sumber data primer Diolah Juli 2017)

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai LC50

adalah 4,080% yang artinya konsentrasi yang diperlukan untuk

menyebabkan kematian sebesar 50% larva Aedes sp adalah 4,080% dan

LC90 adalah 7,014% yang artinya konsentrasi yang diperlukan untuk

menyebakan kematian sebesar 90% larva Aedes spadalah 7,014%.

B. Pembahasan

Pada penelitian ini dilakukan uji sari buah belimbing wuluh (Averrhoa

bilimbi L) sebagai efek larvasida terhadap larva Aedes spdengan berbagai

konsentrasi uji. Sari buah belimbing wuluh ini didapatkan dengan cara buah

belimbing wuluh dicuci, ditimbang sebanyak 100 gram kemudian ditambahkan

aquadest sebanyak 100 mL lalu diblender sampai halus, belimbing wuluh yang

sudah diblender selanjutnya disaring menggunakan kertas saring untuk

mendapatkan sarinya. Bahan aktif alkaloid, saponin, dan flavonoid yang

terkandung dalam buah belimbing wuluh memiliki potensi sebagai larvasida pada

larva Aedes sp. Pada penelitian ini digunakan larva Aedes spinstar III karena pada

stadium ini larva masih aktif mengkonsumsi makanan pada air (Rosmayanti,

2014).

Pada penelitian ini larva Aedes sp diujikan terhadap sari buah belimbing

wuluh yang dibuat dengan konsentrasi 2%, 3%, 4%, 5%, 6%, 7% dan 8% diberikan

pada larva nyamuk Aedes sp yang masing-masing berjumlah 25 larva dalam setiap

Page 55: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

43

wadah dengan 2 kali pengulangan. Dilakukan pengamatan 24 jam untuk melihat

pengaruh sari buah belimbing wuluh terhadap mortalitas (kematian) larva. Hasil

pengamatan pada tabel 5.2 menunjukkan jumlah angka kematian larva dengan

pemberian sari buah belimbing wuluh setelah 24 jam, sebanyak dua kali

pengulangan dapat dijelaskan, konsentrasi 2% rata-rata angka kematian larva

sebanyak 1.5, konsentrasi 3% angka kematian larva sebanyak 4.5, konsentrasi 4%

angka kematian larva sebanyak 10.5, konsentrasi 5% angka kematian larva

sebanyak 16, konsentrasi 6% angka kematian larva sebanyak 18, konsentrasi 7%

angka kematian larva sebanyak 22.5, dan konsentrasi 8% angka kematian larva

sebanyak 25. Kontrol yang digunakan pada penelitian ini adalah air keran 100 mL

yang berisi 25 larva.

Setelah diamati selama 24 jam hasil yang diperoleh tidak jauh berbeda

dengan pengulangan pertama. Pada konsentrasi 2% jumlah larva yang mati pada

uji yang pertama yaitu 1 larva sedangkan pada pengulangan kedua sebanyak 2

larva. Pada konsentrasi 3% jumlah larva yang mati pada uji yang pertama yaitu 4

larva sedangkan pada pengulangan kedua sebanyak 5 larva. Pada konsentrasi 4%

jumlah larva yang mati pada uji yang pertama yaitu 10 larva sedangkan pada

pengulangan kedua sebanyak 11 larva. Pada konsentrasi 5% jumlah larva yang

mati pada uji yang pertama yaitu 15 larva sedangkan pada pengulangan kedua

sebanyak 17 larva. Pada konsentrasi 6% jumlah larva yang mati pada uji yang

pertama yaitu 17 larva sedangkan pada pengulangan kedua sebanyak 19 larva.

Pada konsentrasi 7% jumlah larva yang mati pada uji yang pertama yaitu 23 larva

sedangkan pada pengulangan kedua sebanyak 22 larva. Pada konsentrasi 8%

jumlah larva yang mati pada uji yang pertama yaitu 25 larva sedangkan pada

pengulangan kedua sebanyak 25 larva. Hal ini sesuai dengan pendapat Nopianti

(2008) yang menyatakan bahwa semakin tinggi dosis larvasida yang diberikan

maka semakin tinggi pula rata-rata kematian larva nyamuk Aedes aegypti.

Adanya kemungkinan – kemungkinan yang dapat mempengaruhi beda

jumlah larva yang mati dari setiap konsentrasi dapat berupa adanya perbedaan daya

Page 56: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

44

sensitifitas masing-masing larva terhadap konsentrasi sari buah belimbing wuluh,

dimana semakin tinggi konsentrasinya maka semakin tinggi tingkat kekentalan sari

buah belimbing wuluh, sehingga menyebabkan larva sulit untuk mengambil udara

dari permukaan air akibatnya tidak cukup oksigen bagi larva untuk pertumbuhan

sehingga larva tersebut mati. Adanya variabel-variabel pengganggu seperti kondisi

masing-masing larva sebelum dimasukkan kedalam konsentrasi larutan sari, yang

mungkin saja mengalami trauma ketika di ambil dengan pipet sehingga dapt

memudahkan kematian larva. Kondisi lingkungan seperti suhu dan kelembaban

juga dapat mempengaruhi tingkat sensitifitas larva. Selain itu, faktor dari tanaman

juga dapat berpengaruh seperti kualitas dan zat aktif yang terkandung dalam

tanaman juga akan berpengaruh. Pengualangan ini juga bertujuan untuk melihat

konsentrasi yang diperlukan untuk mematikan larva Aedes sp menggunakan

analisis probit yaitu dengan metode statistik.

Pada setiap konsentrasi menunjukkan peningkatan persentase mortalitas

setiap 24 jam, hal ini menunjukkan semakin lama waktu dedah maka persentase

mortalitas larva juga meningkat. Terjadinya hal tersebut karena kondisi tubuh larva

yang semakin lemah oleh adanya sari buah belimbing wuluh yang banyak masuk

ke tubuh larva.Riyanti (2005) yang mengatakan bahwa interaksi zat beracun suatu

sistem biologi ditentukan oleh konsentrasi dan lamanya waktu dedah.

Zat toksik yang berperan dalam mematikan larva adalah alkaloid, saponin,

dan flavonoid. Alkaloid yang masuk ke dalam tubuh larva melalui absorbsi dan

mendegradasi membran sel kulit, selain itu alkaloid juga dapat mengganggu sistem

kerja saraf larva.

Berdasarkan hasilpenelitian Nopianti (2008) menyebutkan bahwa alkaloid

juga dapat digunakan sebagai insektisida. Alkaloid dalam daun atau buah segar

berasa pahit di lidah, alkaloid berupa garam sehingga bisa mendegradasi membran

sel masuk ke dalam dan merusak sel.Dinata (2008) juga menyebutkan bahwa

senyawa alkaloid menghambat kerja enzim asetilkolinesterase yang berfungsi

dalam meneruskan rangsangan ke sistem saraf, sehingga transmisi rangsangan

Page 57: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

45

tidak terjadi. Pada saponin masuknya zat toksik ini kedalam tubuh larva adalah

melalui saluran pencernaan. Pada saluran pencernaan zat toksik ini menurunkan

aktivitas enzim pencernaan dan mengganggu proses penyerapan makanan sehingga

saponin berfungsi sebagai racun perut

Menurut Nopianti (2008), saponin terdapat pada tanaman yang kemudian

dikonsumsi serangga, mempunyai mekanisme kerja dapat menurunkan aktivitas

enzim pencernaan dan penyerapan makanan, sehingga saponin bersifat sebagai

racun perut.

Senyawa flavonoid yang terdapat pada ekstrak buah belimbing

wuluhmempengaruhi kerja sistem pernapasan larva. Hal ini sesuai dengan

pendapat Dinata (2009), yang mengatakan bahwa flavonoid masuk ke dalam tubuh

larva melalui siphon yang berada di permukaan air dan menimbulkan kelayuan

pada saraf, serta kerusakan pada siphon akibatnya larva tidak bisa bernapas dan

akhirnya mati.

Penelitian ini menggunakan larva nyamuk Aedes sp, larvainstar III,

mempunyai organ tubuh yang sudah lengkap terbentuk dan struktur dinding

tubuhnya belum mengalami pengerasan sehingga sesuai untuk perlakuan dengan

senyawa alkaloid, saponin dan flavonoid.

Untuk melihat nilai lethal konsentrasi atau LC dari hasil perhitungan

analisis probit didapatkan hasil bahwa nilai LC50 adalah 4,080% dan LC90 adalah

7,014%. Hasil perhitunganselengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.

Meningkatnya toksisitas sari buah Averrhoa bilimbi karena kangdungan zat

yang dimilikinya apabila tereabsorbsi oleh larva nyamuk sebagai hewan uji

melebihi batas toleransi akan mengakibatkan kerusakan sel dan jaringan pada

tubuh larva. Hal ini sesuai dengan pendapat Krisdayanta (2002), yang mengatakan

bahwa daya bunuh yang dimiliki insektisida nabati berasal dari zat toksik yang

dikandungnya. Zat toksik tersebut dapat bersifat sebagai racun melalui absorbsi

saluran cerna atau melalui kulit pada hewan yang bertubuh lunak.

Page 58: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

46

Berdasarkan tabel LCdiatas ternyata dapat dikatakan sari buah Averrhoa

bilimbimemiliki toksisitas akut dan termasuk dalam kriteria sangat beracun. Hal ini

sesuai denganpendapat Bernad (2011), bahwa toksisitas akut yang dikatakan

sangat beracun berada padakisaran <1%, beracun 1-10%, cukup beracun 10-50%,

sedikit beracun 50-100% dan tidakberacun pada kisaran >100%.

Dari hasil pengamatan terdapat perbedaan antara larva kontrol dengan larva

yang diberi perlakuan sari buah belimbing wuluh. Zat toksik ini mampu

menyebabkan respon toksik pada larva sehingga terjadi perubahan pada gerakan

tubuh dan cara bernapas. Perubahan ini terjadi karena adanya senyawa yang

dikandung sari buah Averrhoa bilimbi yaitu alkaloid, saponin dan flavonoid. Hal

ini sesuai dengan pendapat Nopianti, (2008) bahwa buah belimbing wuluh dapat

membunuh larva serangga.

Page 59: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

47

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 09 Juli - 24

Juli tentang efektifitas buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbiL) sebagai

larvasida nyamuk Aedes dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Belimbing wuluh efektif sebagai larvasida alami nyamuk Aedes sp.

2. Hasil pengujian efektifitas buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbiL)

konsetrasi (2%, 3%, 4%, 5%, 6%, 7% dan 8%) pada kematian larva Aedes sp

dalam waktu 24 jam dinyatakan efektif pada konsentrasi 5%, 6%, 7% dan

8%sedangkan yang dinyatakan tidak efektif yaitu pada konsentrasi 2%, 3%,

dan 4%

3. Untuk melihat nilai lethal konsentrasi atau LC dari hasil perhitungan analisis

probit didapatkan hasil bahwa nilai LC50 adalah 4,080% yang artinya

konsentrasi yang diperlukan untuk menyebabkan kematian sebesar 50% larva

Aedes sp adalah 4,080% dan LC90 adalah 7,014% yang artinya konsentrasi

yang diperlukan untuk menyebakan kematian sebesar 90% larva Aedes

spadalah 7,014%.

B. Saran

1. Peneliti ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmiah dan masukan ilmiah

pengetahuan.

2. Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan informasi bagi peneliti

selanjutkan.

3. Penelitian ini dapat diharapkan informasi dalam upaya pencegahan dan

pemberantasan DBD.

4. Bagi masyarakat dapat menggunakan buah belimbing wuluh sebagai alternatif

lain untuk pemberantasan nyamuk Aedes sp

Page 60: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

DAFTAR PUSTAKA

Adimidjaja T K, Wahono T D, Kristina, Isminah, Wulandari L. 2005. Demam

Berdarah Dengue. Kajian Masalah Kesehatan. Litbang Depkes. Juni.

Aedes aegyptiAnd Aedes albopictus In Relation to Dengue Outbreak In An Urban Area

InMalaysia. Dengue Bulletin. 29 : 106-111

Aedes aegypti di beberapa daerah endemis di Jawa Tengah. Dalam Seminar sehari

strategi pengendalian vektor dan reservoir penyakit pada kedaruratan bencana

alam di era desentralisasi, Salatiga 20 September 2006.

Agromedia, Redaksi. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat 431 Jenis Tanaman

Penggempur Aneka Penyakit. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Aradilla, A.S. 2009. Uji Efektivitas Larvasida Ekstrak Ethanol Daun Mimba

(Azhadirachta indica) terhadapLarva Aedes aegypti. Fakultas

KedokteranUniversitas Diponegoro Semarang.

Arivia Shella, Betta Kurniawan, Reni Zuraida. 2010. Efek Larvasida Ekstrak Daun

Lidah Buaya (Aloe vera) Terhadap Larva Aedes aegypti. Medical journal of

Lampung University 2 (1) : 137-146.

Beaty BJ & Marquardt WC. 1996. The biology of Disease Vectors. Colorado: the

University Press of Colorado.

Boewono DT, Barodji, Suwasono H, Ristiyanto, Widiarti, Widyastuti U, dkk. Studi

Komprehensif Penanggulangan dan Analisis Spatial Transmisi Demam

Berdarah Dengue di Wilayah Kota Salatiga. Prosiding Seminar Sehari :

Strategi Pengendalian Vektor dan Reservoir pada Kedaruratan Bencana Alam

di Era Desentralisasi. Salatiga: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Vektor dan Reservoir Penyakit. 2006. Hal 98 – 115.

Borror, D.J., C.A, Triplehorn, N. F. Johnson. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga.

Edisi ke - 6. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Damar, Tri. 2004.Pengendalian Nyamuk Dengan Bioinsektisida. Jakarta : Republika.

Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention, and Control. 2009. World

Health Organization. Diunduh dari

http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241547871_eng.df

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1992. Petunjuk Teknis Pemerantasan

Nyamuk Penular Penyakit Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Dirjen P2M

dan P2L

Page 61: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Profil Kesehatan tahun 2005.

Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pencegahan dan Penanggulangan

Penyakit Demam Berdarah Dengue. Jakarta

Dinas Kesehatan Kota Kendari. 2015. Profil Kesehatan kota kendari tahun 2015

Durta, N.R., de Paula, M.B., de Oliveira, M.D., de Oliveira, L.L., and de Paula, S.O.

2009. The Laboratorial diagnosis of Dengue: applicatoions and implications.

J Global. Infect. Dis. 1:38-44

Gama, Z. P., Yanuwiadi, B., Kurniati T.H. 2010. Strategi Pemberantasan Nyamuk

Aman Lingkungan: Potensi Bacillus thuringiensis Isolat Madura Sebagai

Musuh Alami Nyamuk Aedes aegypti. Jurnal Pembangunan dan Alam Lestari.

1: 2087-3522.

Ganiswarna SG, Setiabudi R, Suyatna FD, Purwantyastuti dan Nafriadi. Farmakologi

dan Terapi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 1995,

pp.572-627

Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Terjemahan Padmawinata, K. Soediro, I. ITB.

Bandung.

Herms, W. 2006. Medical Entomology. USA : The Macmillan Company.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid 3. Jakarta: Badan Litbang

Kehutanan.

Hiswani, 2004. Gambaran Penyakit dan Vektor Malaria di Indonesia. Digistized by

USU digital libraryhttp://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani11.pdf

diakses 2 Juni 2017

Hoedojo, R. 1993. Parasitologi Kedokteran. Edisi Ke-2. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta

Hopp and Foley. 2001. The Aedes aegypti Life Cycle. Assessing the Impact of

Treatment of Septic Tanks with Expanded Polystyrene Beads on Aedes

aegypti

Joshi, V., Mourya D. T., Sharma R. C. 2002. Persistence of Dengue-3 Virus Through

Transovarial Transmission Passage In Successive Generations of Aedes

AEGYPTI Mosquitoes. Am. J. Trop. Med. Hyg., 67: 158-161

Jousset FX. 1981. Geographic Aedes aegypti Strains and Dengue-2 virus:

Susceptiblity. Ability To Transmit To Vertebrates And Transovarial

Transmission. Ann Virol (Inst Paseur).132E: 357-70

Page 62: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

Kao,C.L.,King,C.C.,Chao, D.Y., Wu, H.L., and Chang, G.J.J. 2005. Laboratory

diagnosis of dengue virus infection : current and future perspectives in

clinical diagnosis and public health. J. Microbiol. Immunol. Infect. 38: 5-16.

Kardinan, Agus. 2002. Pestisida Nabati: Ramuan dan Aplikasi. Jakarta : Penebar

Swadaya.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Modul Pengendalian Demam

Berdarah Dengue. Jakarta: Ditjen PP dan PL.

Khin MM, Than KA. 1983. Transovarial trasmision of Dengue -2 Virus by Aedes

aegypti in nature. Am. J.Trop Med Hyg; 32: 590 – 4.

Kusriastuti R. 2005. Kebijaksanaan Penanggulangan Demam Berdarah Dengue Di

Indonesia. Jakarta: Depkes R.I

Leake, C.J. 1984. Transovarial Transmission of Arbovirus by Mosquitoes. In MA.

Mayo and K.A Harrap (eds) Vector in Virus Biology, 197 (33): 15974.

Lee HL, & Rohani A. 2005. Transovarial Transmission Of Dengue Virus In Larval

and Adult Mosquito .Stanford.

Mardiana, K. 2008. Pemanfaatan Gel Lidah Buaya Sebagai Edible Coating Buah

Belimbing Manis (Averrhoa carambola L) (Skripsi). IPB. Bogor. 78 Hlm.

Mardihusodo, S. J., Satoto T. B. T., Mulyaningsih B., Umniyati S. R., & Ernaningsih.

2007. Bukti Adanya Virus Penularan Dengue secara Transovarial pada

Nyamuk Aedes aegypti di Kota Yogyakarta. Simposium Nasional Aspek

Biologi Molekuler, Patogenesis, Manajemen dan Pencegahan KLB, Pusat

Studi Bioteknologi UGM. Yogyakarta.

Mario, Parikesit. 2011. Khasiat dan manfaat belimbing wuluh. Surabaya: Stomata.

McBride M.S. and Panganiban A.1996. The human immunodeficiency virus type 1

encapsidation site is a multipartite RNA element composed of fuctional

hairpin structures. J. Virol.70:2963-2973

McBride M.S., Schwatz M.D., and Panganiban A. 1997. Efficient encapsidation of

human immunodeficiency virus type 1 vectors and further characterization of

cis elements required for encapsidation. Proc. Natl. Acad. Sci. J. Virol. 71:

4544-4554

Nugrahawati D, Ten Nur Rahayu P, Hana Wahyu S. Pemanfaatan buah belimbing

wuluh (Averrhoa bilimbi L) sebagai cairan akumulator secara alami dan

ramah lingkungan. Penerbit Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta;

2009.

Page 63: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

Nopianti, S., Dwi Astuti, dan Sri Darnoto. 2008. Efektivitas Buah Belimbing Wuluh

(Averrhoa bilimbiL.) untuk Membunuh Larva Nyamuk Anopheles aconitus

Instar III. Jurnal Kesehatan, 1(2): 103-114

Oktavia, Aylien dkk. 2013. Efektivvitas Ekstrak Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa

bilimbi L) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Aedes aegypti. Program Studi

Pendidikan Biologi. Universitas Riau

Pandiangan, D. dan Kandou, F.E. 2006. Inventarisasi dan Penapisan Alkaloid

Tumbuhan Obat Tradisional Suku Sanger di Sangihe Sulawesi Utara.

Makalah Seminar Nasional Tumbuhan Obat yang dilaksanakan oleh farmasi

UNPAD Bandung tanggal 24-27 September 2006 di Gedung. Graha Sanusi

Padjajaran. Bandung.

Rosmayanti, K. 2014. Uji Efektivitas Esktark Biji Sirsak (Annona nuricata L) Sebagai

Larvasida Pada Larva Aedes Aegypti Instar III/IV. Universitas Islam Negeri.

Jakarta

Sigit SH. and Hadi UK, Hama Permukiman Indonesia (Pengenalan dan Pengendalian).

Bogor:Fakultas Kedokteran Hewan InstitutPertanian Bogor. 2006.

Soedarto. 1992. Entomologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Soegijanto, Soegeng. 2006. Demam Berdarah Dengue Edisi II. Surabaya : Airlangga

University.

Suharmiati dan Lestari. 2007. Tanaman Obat Dan ramuan tradisional Untuk Mengatasi

Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Agromedia pustaka.

Suman, D.S., Shrivastava , A.R., Pant, S.C., Parashar, B.D., 2011. Differentiation of

Aedes aegypti and Aedes albopictus (Diptera: Culicidae) with Egg Surface

Morphology and Morphometrics Using Scanning Electron

Microscopy.Arthropod Struct Dev. 40(5):479-483.

Watt DM, Harisson BA, Pantuwatana S, Klein TA, Burke DS, 1985. Failure to Detect

Natural infection by Dengue viruses of Aedes aegypti and Aedes albopictus

(Diptera: Culicidae). J Med Entomol 1985; 22: 261-265.

WHO. 1992. Vector Resistance To Pesticides, Fifteenth Report Of The WHO Expert

Committee On Vector Biology And Control, WHO, Geneva.

WHO.1992. Insect and Rodent Control Through Environmental Management.Geneva:

World Health Organization.

Widiarti, Boewono DT, Widyastuti U, Mujiono dan Lasmiati, 2006. Deteksi virus

Dengue pada induk dan progeny vektor demam berdarah

Page 64: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

Wijana, D. P dan K . Ngurah. 2008. Beberapa Karakteristik Aedes aegypti Sebagai

Vektor Demam Berdarah Dengue. Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana. Bali.

Yuniarti, T. 2008. Ensikopledia Tanaman Obat Traditional. Yogyakarta: Medpress.

Yunus, Reni & Anita Rosanty. 2016. Relationship Between Knowledge, Action Of

Family In Dcb (Drain, Close, And Bury) Program, And The Existence Of

Eggs OfAedes Aegypti Mosquito On Ovitrap In Kandai Kendari, Indonesia.

Public Health of Indonesia 2 (4) : 185 – 190

Zettel CM, 2010. Pupa of the Yellow Fever Mosquito, Aedes aegypti (Linnaeus).

Tersedia

darihttp://entmdept.ufl.edu/creatures/aquatic/aedesaegypti07.htm(Diakses

tanggal 2 Juni 2017).

Zulfaidah Penata Gama, Bagyo Yanuwiadi, Tri Handayani Kurniati, 2010. Strategi

Pemberantasan Nyamuk Aman Lingkungan: Potensi Bacillus

thuringiensisIsolat Madura Sebagai Musuh Alami Nyamuk Aedes aegypti.

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Brawijaya, Malang

Page 65: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)
Page 66: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

2

Page 67: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

3

Page 68: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)
Page 69: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)
Page 70: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

2

Page 71: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)
Page 72: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

2

Page 73: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)
Page 74: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

2

Page 75: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

3

Page 76: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)
Page 77: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

LAMPIRAN 9

DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN

Tahap Pembersihan Belimbing Tahap Kolonisasi Larva Aedes sp

Wuluh

Tahap Persiapan Larva Instar III

Tahap Penimbangan Tahap Pemblenderan Buah Belimbing

Page 78: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)

2

Tahap Penyaringan Tahap Pemberian Sari buah

Belimbing

Hasil Pemberian Buah Belimbing Wuluh Pada Tiap Konsentrasi Yang Disimpan

Selama 1x24 Jam

Page 79: EFEKTIFITAS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbiL ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/251/1/AFRINDAYANTI.pdf · erosus) bagian tanaman yang digunakan biji: jeringau (Acorus colamus)