efek ekstrak etanol buah lerak (sapindus rarak dc) 7,5%
TRANSCRIPT
EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus
rarak DC) 7,5% SEBAGAI ALTERNATIF PASTA GIGI
TERHADAP JUMLAH BAKTERI BIOFILM
PERMUKAAN GIGI
(IN VIVO)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
PAUL SAHAKHOTODO HIA
NIM: 140600101
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2019
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Konservasi Gigi
Tahun 2019
Paul Sahakhotodo Hia
Efek Ekstrak Etanol Buah Lerak (Sapindus rarak DC) 7,5% Sebagai
Alternatif Pasta Gigi Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Biofilm Permukaan Gigi (In
Vivo)
Vii + 72
Faktor utama pencegahan terjadinya penyakit karies yaitu dengan
menghilangkan faktor-faktor resiko karies. Salah satu cara pencegahan karies
adalah pembersihan biofilm permukaan gigi secara teratur dengan pembersihan
secara mekanis dan penggunaan bahan antikuman yaitu pasta gigi. Buah lerak
dikenal sebagai alternatif pasta gigi karena mengandung senyawa aktif.
Sebanyak 20 subjek penelitian yang dibagi menjadi dua kelompok
perlakuan berupa menyikat gigi. Kelompok I merupakan kelompok yang
diberikan perlakuan menyikat gigi dengan pasta gigi ekstrak etanol buah lerak
(Sapindus rarak DC) 7,5%. Kelompok II merupakan kelompok perlakuan
menyikat gigi dengan pasta gigi sodium lauryl sulfat (SLS). Pengambilan dan
pengamatan sampel dilakukan dengan hapusan biofilm permukaan gigi 26
menggunakan cotton swab sebelum dan sesudah perlakuan. Dalam penelitian ini
yang diamati adalah jumlah koloni bakteri biofilm dengan membandingkan koloni
sebelum dan sesudah perlakuan dengan colony counter secara komputerisasi. Data
yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan uji t dependent untuk kelompok I
dan II, untuk melihat perbandingan antara sebelum dan sesudah perlakuan pada
kedua kelompok tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan rata-rata jumlah koloni
dari kedua kelompok perlakuan. Dari hasil uji t dependent pada kelompok I dan II
ditemukan terdapat perbedaan bermakna setelah perlakuan (p < 0,05). Hasil uji t
independent, menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara kedua
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kelompok perlakuan (p = 0,600). Nilai p tersebut lebih besar dari nilai batas akhir
0,05.
Kesimpulan, pasta gigi ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC)
7,5% memiliki efek antibakteri terhadap jumlah koloni bakteri biofilm permukaan
gigi, akan tetapi tidak terdapat perbedaan bermakna antara efek antibakteri pasta
gigi ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC) 7,5% dengan pasta gigi
sodium lauryl sulfat terhadap jumlah koloni bakteri biofilm permukaan gigi.
Kata kunci: Lerak, koloni bakteri, biofilm, pasta gigi, efek antibakteri.
Daftar Rujukan: 38 (1990-2018)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 25 Januari 2019
TIM PENGUJI
KETUA : Nevi Yanti, drg., M. Kes., Sp. KG
ANGGOTA : 1. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG (K)
2. Fitri Yunita Batubara, drg., MDSc
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji, hormat dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebab
berkat, rahmat, dan kasih karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang
tua penulis, Yamonaha Hia dan Basilisa Sarumaha yang senantiasa memberikan
kasih, doa, motivasi dan dukungan baik moral maupun materil kepada penulis
selama proses penyelesaian skripsi ini.
Selama pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak
mendapatkan bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,
pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Cut Nurliza, drg., Sp.KG., M.Kes selaku Ketua Departemen Ilmu
Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan arahan dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Nevi Yanti, drg., Sp. KG., M.Kes selaku dosen pembimbing penulis
yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan dan masukan yang
sangat menolong penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis
dengan memberikan arahan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi.
5. Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp. PD., Sp. JP(K) Ketua Komisi Etik
Penelitian bidang kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
yang telah memberikan waktu untuk membahas dan memberi penilaian usulan
penelitian ini.
6. Drs. Awaluddin Saragih M.Si., Apt Kepala Laboratorium Obat
Tradisional Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vi
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................
HALAMAN TIM PENGUJI ........................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
1.4.1 Manfaat Teoritis............................................................................. 5
1.4.2 Manfaat Praktis .............................................................................. 6
1.4.3 Manfaat Klinis................................................................................ 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAN
2.1 Peran Bakteri Rongga Mulut Dalam Penyebab Karies Gigi ........... 7
2.1.1 Konsep Keseimbangan Karies (Caries Balance) ......................... 7
2.1.1.1 Faktor Protektif .......................................................................... 8
2.1.1.2 Faktor Patologis ......................................................................... 9
2.2 Biofilm dan Bakteri Biofilm ............................................................. 10
2.2.1 Biofilm........................................................................................... 10
2.2.1.1 Perlekatan Bakteri dan Pembentukan Biofilm .......................... 12
2.2.2 Bakteri Biofilm .............................................................................. 13
2.2.2.1 Streptococcus Mutans ................................................................. 14
2.2.2.2 Lactobacillus............................................................................... 15
2.2.2.3 Actinomyces ................................................................................ 15
2.2.2.4 Veillonella ................................................................................... 16
2.3 Pasta Gigi (Dentrifices) .................................................................. 16
2.3.1 Bahan Deterjen ............................................................................. 20
2.4 Buah Lerak (Sapindus rarak DC) ................................................... 21
2.4.1 Taksonomi dan Komposisi Tumbuhan Lerak
(Sapindus rarak DC) .................................................................... 22
2.4.2 Kandungan Senyawa Buah Lerak ................................................. 23
2.5 Kerangka Teori................................................................................. 24
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep............................................................................. 25
3.2 Hipotesis Penelitian ......................................................................... 25
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian ................................................................................ 26
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vii
4.2.1 Tempat Penelitian ......................................................................... 26
4.2.2 Waktu Penelitian ........................................................................... 26
4.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel ................................................ 26
4.3.1 Populasi ........................................................................................ 26
4.3.2 Sampel .......................................................................................... 27
4.3.3 Besar Sampel ................................................................................ 27
4.4 Variabel Penelitian........................................................................... 29
4.4.1 Variabel Bebas .............................................................................. 30
4.4.2 Variabel Tergantung ..................................................................... 30
4.4.3 Variabel Terkendali ...................................................................... 30
4.4.4 Variabel Tak Terkendali ............................................................... 31
4.5. Definisi Operasional ........................................................................ 31
4.6 Bahan dan Alat Penelitian ............................................................... 32
4.6.1 Bahan Penelitian ........................................................................... 32
4.6.2 Alat Penelitian .............................................................................. 33
4.7 Prosedur Penelitian .......................................................................... 37
4.7.1 Ekstraksi Buah Lerak .................................................................... 37
4.7.2 Pembuatan Pasta Gigi ................................................................... 39
4.7.3 Prosedur Pengambilan Sampel ..................................................... 42
4.7.3.1 Tahap Persiapan .......................................................................... 42
4.7.3.2 Tahap Pelaksanaan....................................................................... 44
4.7.4 Pengamatan Jumlah Bakteri ......................................................... 49
4.8 Analisa Data .................................................................................... 51
BAB 5 HASIL PENELITIAN
5. 1 Ekstrak Etanol Buah Lerak .............................................................. 52
5.2 Pasta Gigi Ekstrak Etanol Buah Lerak 7,5% .................................... 52
5.3 Hasil Uji Efek Antibakteri ................................................................ 53
5.4 Hasil Uji Statistik............................................................................... 56
BAB 6 PEMBAHASAN .................................................................................. 58
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan ....................................................................................... 67
7.2 Saran .................................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 69
LAMPIRAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Syarat Mutu Pasta Gigi Berdasarkan SNI ................................................. 19
2. Data Jumlah Koloni Bakteri Biofilm ......................................................... 53
3. Uji Normalitas ........................................................................................... 54
4. Uji Homogenitas ........................................................................................ 55
5. Nilai Rata-rata Jumlah Koloni Bakteri ...................................................... 56
6. Uji Statistik t Independent ......................................................................... 57
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram skematik keseimbangan karies
(Caries Balance) ....................................................................................... 8
2. Biofilm pada permukaan gigi .................................................................... 11
3. Gambar ilustrasi interaksi mikroba pembentukan biofilm ........................ 13
4. Buah lerak ................................................................................................. 22
5. A. Buah lerak ((Jetisdonolayan, Kelurahan Donoharjo, Kecamatan
Nganglik, Yogyakarta); B. Media agar dalam sebuah petri; C. Kalsium
karbonat, kalsium hidroksida, magnesium karbonat, gom arab,
asam sitrat, sakarin, nipagin, sodium lauryl sulfat, dan glyserin................ 33
6. Perkolator .................................................................................................. 35
7. Alat destilasi pelarut .................................................................................. 35
8. Blender ...................................................................................................... 35
9. Vortex ........................................................................................................ 35
10. Pipet mikro .............................................................................................. 35
11. Autoklaf ................................................................................................. 35
12. Gelas ukur ............................................................................................... 36
13. Pengukur ph............................................................................................. 36
14. Colony counter ........................................................................................ 36
15. Inkubator ................................................................................................. 36
16. Pengeringan buah lerak .......................................................................... 37
17. Buah lerak kering yang dipotong-potong ............................................... 37
18. Buah lerak dihaluskan dengan blender .................................................. 38
19. Proses maserasi serbuk simplisia ........................................................... 38
20. Hasil maserasi dalam wadah tertutup ..................................................... 38
21. Penyaringan maserat dengan perkolator ................................................ 38
22. Ekstrak cair buah lerak ........................................................................... 38
23. Penguapan ekstrak dengan rotavapor .................................................... 38
24. Ekstrak kental buah lerak ....................................................................... 39
25. Campuran massa I ................................................................................... 39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
x
26. Massa I digerus halus dan ditambahkan gliserin .................................... 39
27. Campuran massa II ................................................................................. 40
28. Massa II digerus hingga seperti gel ........................................................ 40
29. Campuran massa I, II, dan III ................................................................. 40
30. Penambahan ekstrak etanol buah lerak .................................................. 41
31. Pasta gigi buah lerak yang sudah homogen ........................................... 41
32. Pasta gigi dimasukkan ke dalam tube .................................................... 41
33. Pengukuran sekresi saliva....................................................... ................ 42
34. Pengukuran buffer saliva ......................................................................... 43
35. Aplikasi kariogram .................................................................................. 43
36. Pengambilan sampel pre test.................................................................... 44
37. Menyikat gigi teknik bass......................................................................... 45
38. Menyikat gigi teknik bass......................................................................... 45
39. Menyikat gigi teknik bass ........................................................................ 46
40. Menyikat gigi teknik bass ........................................................................ 46
41. Penyikatan gigi dengan pasta gigi ........................................................... 47
42. Pengambilan sampel post test .................................................................. 47
43. Sampel pre test ........................................................................................ 48
44. Sampel post test ....................................................................................... 48
45. Sampel yang sudah diencerkan ............................................................... 49
46. Media agar dalam piring petri ................................................................. 49
47. Tabung di-vortex dalam pengenceran ..................................................... 49
48. Penanaman bakteri ke dalam piring petri ................................................ 49
49. Bakteri diinkubasi dalam inkubator ........................................................ 50
50. Piring petri di bawah colony counter ...................................................... 50
51. Contoh hasil pre test ............................................................................... 50
52. Contoh hasil post test .............................................................................. 50
53. Bentuk koloni pre test ............................................................................. 51
54. Bentuk koloni post test ............................................................................ 51
55. Bentuk koloni pre test ekstrak etanol buah lerak 7,5% ........................... 51
56. Bentuk koloni post test ekstrak etanol buah lerak 7,5% .......................... 51
57. Ekstrak etanol buah lerak ......................................................................... 52
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xi
58. Pasta gigi ekstrak etanol buah lerak 7,5% ............................................... 52
59. Grafik rata-rata koloni bakteri biofilm ..................................................... 54
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Alur Pikiran
2. Skema Alur Penelitian
3. Data Uji Statistik
4. Surat Keterangan Bebas Biaya Administrasi Penelitian Di Lingkungan
Laboratorium Fakultas Farmasi USU
5. Surat Keterangan Hasil Identifikasi/Determinasi Tanaman
6. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Di Lingkungan
Laboratorium Fakultas Farmasi USU
7. Surat Ethical Clearance
8. Keterangan Sudah Melakukan Penelitian di Laboratorium Obat Tradisional,
Fakultas Farmasi USU
9. Hasil Colony Counter
10. Lembar Informed Consent
11. Aplikasi Kariogram
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian penting dari kesehatan secara
keseluruhan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Prevalensi karies
gigi merupakan prevalensi penyakit yang tinggi di masyarakat dunia, khususnya
Indonesia1,2
. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2007,
prevalensi karies gigi penduduk umur 12 tahun ke atas di Indonesia sebesar
46,5 % dan yang mempunyai pengalaman karies sebesar 72,1% dengan skor
DMF-T sebesar 4,77.3 Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi
yaitu email, dentin, dan sementum; disebabkan aktivitas jasad renik yang ada
dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya
demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organik.
Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan
pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri.
Secara singkat bisa dikatakan bahwa karies adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh adanya interaksi antara bakteri biofilm, diet, dan gigi.1,2,4
Menurut WHO, karies telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
terjadi secara global dan merupakan penyakit paling luas yang didiamkan atau
tidak mendapatkan perawatan oleh masyarakat. Hampir setengah populasi dunia
menderita penyakit karies, hal ini membuat karies menjadi penyakit dengan
prevalensi yang tinggi di semua kondisi kesehatan. Tingkat karies gigi yang tinggi
terjadi di negara-negara dengan pendapatan menengah ke bawah, hal ini
disebabkan konsumsi gula yang tinggi. Di beberapa negara, sistem kesehatan
ditantang untuk menyediakan rencana pencegahan pada populasi yang luas dan
pelayanan kesehatan mulut primer yang jarang tersedia.2
Tidak diragukan lagi bahwa tanpa adanya biofilm, maka tidak akan timbul
karies.5-7
Perkembangan penyakit ini ditentukan oleh faktor patologis dan faktor
protektif yang merupakan faktor kunci konsep pembentukan karies yaitu
keseimbangan karies. Faktor protektif terdiri atas aliran saliva dan komponennya,
tingkat pembersihan rongga mulut, tindakan oral hygiene dan penanganan agen
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
antibakteri serta kalsium, fosfat dan fluor, manakala faktor patologis terdiri atas
diet karbohidrat yang dapat difermentasi, jumlah bakteri yang tinggi, dan fungsi
saliva berkurang. Jika faktor patologis lebih berperan, proses karies akan terjadi,
sedangkan jika faktor protektif lebih berperan, proses karies tidak akan terjadi.8
Proses terjadinya karies diawali adanya proses demineralisasi pada email,
bagian terkeras gigi. Sisa makanan (termasuk karbohidrat) akan menempel pada
permukaan email dan berakumulasi membentuk biofilm, yaitu media pertumbuhan
yang menguntungkan bagi mikroorganisme. Mikroorganisme yang menempel
pada permukaan tersebut akan menghasilkan asam dan melarutkan permukaan
email sehingga terjadi proses demineralisasi. Demineralisasi mengakibatkan
proses awal karies pada email, yang ditandai dengan bercak putih (white spot).1,5,6
Pencegahan karies dapat dilakukan jika faktor-faktor resiko karies dapat
dihilangkan. Risiko karies adalah kemungkinan berkembangnya karies pada
individu atau terjadinya perubahan status kesehatan yang mendukung terjadinya
karies pada suatu periode tertentu dan penghambat terjadinya karies. Risiko karies
bervariasi pada setiap individu tergantung pada keseimbangan faktor pencetus.1
Salah satu cara pencegahan karies adalah mengusahakan agar pembentukan
biofilm pada permukaan gigi dapat dibatasi baik dengan cara mencegah
pembentukannya atau dengan pembersihan biofilm permukaan gigi secara teratur.
Pengendalian biofilm permukaan gigi dapat dilakukan dengan cara pembersihan
secara mekanis dan penggunaan bahan antibakteri. Saat ini kontrol biofilm
dilengkapi dengan penambahan jenis bahan aktif yang mengandung bahan dasar
alami ataupun bahan sintetik sebagai bahan antibakteri. Salah satu bahan
antibakteri tersebut tersedia dalam bentuk larutan pasta gigi.1,4,8,9
Pasta gigi diartikan sebagai campuran yang digunakan bersama sikat gigi
untuk membersihkan gigi. Umumnya pasta gigi mengandung bahan seperti
pembersih dan pemoles, bahan pelembab, bahan pewarna, bahan pemanis buatan,
bahan perasa, bahan detejen, bahan pengawet, bahan pengikat, dan buffer. Untuk
deterjen, pasta gigi di pasaran menggunakan sodium lauryl sulfat (SLS). SLS
adalah salah satu zat aktif dalam pasta gigi. Fungsi SLS ini adalah bekerja
menurunkan tegangan permukaan dengan menghasilkan busa serta mikroemulsi.
Batas pemakaian SLS yang dibenarkan dalam pasta gigi adalah 1-2%, karena
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
pemakaian yang melebihi dari batas tersebut dapat menyebabkan terjadinya efek-
efek samping.1,9
Beberapa penelitian menyatakan bahwa penggunaan SLS dalam jangka
panjang dapat menyebabkan efek buruk pada rongga mulut berupa iritasi,
denaturasi rantai polipeptida protein saliva sehingga menyebabkan menurunnya
kelarutan saliva, perubahan sensitivitas rasa pada lidah, dan ulserasi. Oleh karena
itu, beberapa peneliti melakukan penelitian untuk menggantikan penggunaan SLS
dalam pasta gigi. Dibutuhkan alternatif pencegahan penyebab karies gigi yang
biokompatibel dan efektif serta ekonomis. Hal ini sesuai dengan dengan prioritas
dan fokus penelitian untuk pembangunan nasional (JAKSTRANAS IPTEK 2015-
2019) tentang pengembangan dan penemuan bahan baru dari tanaman tradisional
dalam bidang kesehatan.10
Selain itu, Universitas Sumatera Utara juga telah
menetapkan bidang-bidang penelitian unggulan yang dikemas dalam suatu
program yang disebut TALENTA salah satunya mencakup bidang pemanfaatan
bahan-bahan alami.11
Mengingat kekurangan dari bahan SLS, terdapat bahan alami yang
diharapkan dapat mengganti bahan deterjen sintetik ini serta mudah didapat, yaitu
buah lerak (Sapindus rarak DC). Kandungan buah lerak yang sangat berguna
dalam pasta gigi yaitu saponin yang dapat menghasilkan busa (foaming agent)
yang sama dengan SLS. Saponin memiliki kemampuan untuk membersihkan
dengan cara menurunkan tegangan permukaan.12,13
Selain saponin, buah lerak juga
mengandung senyawa aktif lain yang memiliki efek antibakteri yaitu senyawa
metabolit sekunder alkaloid, saponin, tannin, kuinon, steroid/terpenoid dan fenol.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui manfaat dari tanaman lerak
terutama untuk meningkatkan pelayanan kesehatan rongga mulut. Hasil penelitian
menemukan bahwa fungsi tanaman lerak sebagai deterjen terbagi 2 fungsi yaitu
pembersih dan antibakteri. Dalam fungsinya sebagai pembersih, penelitian
menunjukkan bahwa air rebusan buah lerak 5% dalam pasta gigi dapat berfungsi
sebagai foaming agent yang setara dengan 1,5% SLS, ekstrak buah lerak 0,01%
efektif sebagai dentin conditioner dalam membersihkan smear layer dan sama
efektifnya dengan asam poliakrilat 10%, dan ekstrak etanol buah lerak 25% sudah
dapat mengangkat smear layer pada sepertiga apikal saluran akar dan lebih efektif
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
dibandingkan dengan NaOCl 2,5% dan EDTA 17%.12,14,15
Dalam fungsi sebagai
antibakteri, tanaman lerak memiliki efek antibakteri yaitu ekstrak etanol lerak
alternatif bahan irigasi saluran akar memiliki efek antibakteri terhadap
P.gingivalis dengan nilai signifikansi p = 0,000 (p < 0,05) dengan KBM 25%,
KBM terhadap F.nucleatum yaitu 0,25%, KBM terhadap E. faecialis, larutan
irigasi ekstrak lerak komersil dan ekstrak lerak 0,01% memiliki efek antibakteri
yang kuat (11,6 ± 1,4 dan 8,5 ± 0,6) terhadap Streptococcus mutans, dan rebusan
lerak dengan konsentrasi 75% memiliki nilai KBM terhadap Enteropathogenic
escherichia coli (EPEC).16-19
Penelitian lain juga menyatakan bahwa ekstrak lerak 0,01% dan saponin
buah lerak dapat mengurangi kekuatan perlekatan resin komposit dengan dentin
karena dapat menyingkirkan smear layer dan merusak kolagen, sitoktositas dari
ekstrak lerak yaitu LC50 berada pada konsentrasi 1,25% terhadap sel fibroblast
(BHK-21), dan ekstrak etanol lerak 6,25%, 12,5%, dan 25% masing-masing
memiliki efek untuk melarutkan jaringan pulpa pada waktu kontak 2 menit, 5
menit, dan 10 menit serta lebih baik dibandingkan NaOCl 2,5% dari segi
konsentrasi dan waktu kontak.20-23
Akan tetapi di antara berbagai banyak penelitian mengenai buah lerak
secara in vitro, masih belum ada penelitian tentang pengaruh pasta gigi
mengandung ekstrak buah lerak terhadap jumlah koloni bakteri biofilm pada
permukaan gigi yang diuji ke manusia secara langsung (in vivo) sehingga
mendorong peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap buah lerak.
Oleh karena itu dilakukan penelitian perhitungan jumlah koloni bakteri biofilm
pada permukaan gigi menggunakan pasta gigi yang mengandung ekstrak buah
lerak. Dalam penelitian ini, konsentrasi pasta gigi mengandung ekstrak etanol
buah lerak yang digunakan adalah 7,5%. Pemilihan konsentrasi tersebut
didasarkan pada penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa konsentrasi
rebusan buah lerak 5% (0,2% dalam ekstrak etanol) dalam pasta gigi dapat
menimbulkan efek foaming agent yang setara dengan 1,5% SLS. Penelitian ini
dilakukan dengan mengamati jumlah koloni bakteri biofilm menggunakan media
tanaman bakteri.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apakah pasta gigi ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC)
7,5% mempunyai efek antibakteri terhadap koloni bakteri biofilm pada permukaan
gigi?
2. Apakah ada perbedaan pengaruh antara pasta gigi ekstrak etanol
buah lerak (Sapindus rarak DC) 7,5% dan pasta gigi SLS terhadap pertumbuhan
koloni bakteri biofilm pada permukaan gigi?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui adanya efek antibakteri pasta gigi ekstrak etanol
buah lerak (Sapindus rarak DC) 7,5% terhadap pertumbuhan bakteri biofilm pada
permukaan gigi.
2. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara pasta gigi ekstrak
etanol buah lerak (Sapindus rarak DC) 7,5% dan pasta gigi SLS terhadap
pertumbuhan koloni bakteri biofilm pada permukaan gigi.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian
selanjutnya tentang pemanfaatan ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC)
sebagai bahan pasta gigi.
2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tentang adanya
efek antibakteri pasta gigi yang mengandung ekstrak etanol buah lerak terhadap
bakteri biofilm pada permukaan gigi sehingga dapat digunakan sebagai dasar
dalam melakukan penelitian selanjutnya.
3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan ekstrak
etanol buah lerak untuk digunakan dalam bidang kedokteran gigi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Penelitian ini merupakan informasi baru bagi dokter gigi untuk
menggunakan bahan alami dalam melakukan pelayanan kesehatan gigi yang
mudah didapat dengan harga terjangkau.
2. Penelitian ini merupakan sumber informasi bagi masyarakat bahwa
ekstrak etanol buah lerak dalam pasta gigi dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pencegahan karies sehingga diharapkan pencegahan karies menjadi lebih efektif
dan terjadi penurunan prevalensi karies di Indonesia
3. Dengan penelitian ini diharapkan masyarakat dapat
mengembangkan pembudayaan tanaman tradisional lerak.
1.4.2 Manfaat Klinis
1. Penelitian ini merupakan pengembangan ilmu material kedokteran
gigi yang menggunakan bahan alami sehingga pengolahan limbahnya lebih mudah
terurai dan bersifat biokompatibel.
2. Hasil penelitian ini berupa pasta gigi buah lerak dapat
dimanfaatkan oleh dokter gigi sebagai salah satu alternatif bahan pasta gigi untuk
menurunkan prevalensi karies di masyarakat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Karies gigi merupakan proses penyakit yang menyebabkan demineralisasi
dari jaringan keras gigi oleh aktivitas bakteri. Hal itu dapat dicegah atau
dipulihkan pada tahap awal penyakit. Etiologi karies gigi merupakan
multifaktorial, dimana diketahui ada empat prinsip penyebab karies yaitu bakteri
plak, diet karbohidrat, host, dan waktu. Mengeliminasi salah satu atau lebih faktor
tersebut dapat mencegah terjadinya proses karies pada gigi. Seseorang dapat
digolongkan berdasarkan risiko kejadian karies yaitu resiko karies tinggi,
menengah dan rendah. Penilaian risiko ini didasarkan pada pengalaman karies,
penggunaan fluor, oral hygiene, diet, aktivitas bakteri, saliva, dan status
ekonomi.24
2.1 Peran Bakteri Rongga Mulut Dalam Penyebab Karies Gigi
2.1.1 Konsep Keseimbangan Karies (Caries Balance)
Karies merupakan proses patologis kerusakan gigi yang progresif
disebabkan oleh kombinasi dari faktor langsung seperti diet, host, bakteri dan
waktu yang saling mempengaruhi. Proses terjadinya karies ditandai dengan
terjadinya demineralisasi pada jaringan karies gigi, diikuti dengan kerusakan
bahan organik. Karies dihasilkan dari proses pengrusakan kimiawi secara
terlokalisir yang disebabkan oleh proses metabolisme yang berlangsung di biofilm
pada daerah yang telah terinfeksi. Proses metabolisme ini disebut juga dengan
proses karies.1,5
Pada tahun 1999, Featherstone mempublikasikan konsep keseimbangan
karies (The Caries Balance). Konsep keseimbangan karies ini oleh Featherstone
bertujuan untuk menyederhanakan faktor-faktor utama proses karies gigi dan
membuatnya mudah dibaca oleh klinisi dan dimengerti oleh pasien. Konsep
keseimbangan karies dapat dengan mudah divisualisasikan sebagai keseimbangan
antara faktor patologis dan faktor protektif. Jika faktor patologis lebih menonjol
dibanding faktor protektif maka proses karies akan terjadi. Sebaliknya, jika faktor
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
protektif lebih menonjol dibanding faktor patologis maka proses karies tidak akan
terjadi.8
Gambar 1. Diagram skematik keseimbangan antara faktor protektif
dan faktor patologis pada proses karies berdasarkan
Sachin Gunda dan Narendra Varma.33
2.1.1.1 Faktor Protektif
Dalam konsep keseimbangan karies dikenal 4 faktor protektif kunci yang
dapat menghambat terjadinya proses pembentukan karies. Faktor-faktor ini
mendorong terjadinya proses remineralisasi pada gigi, yaitu:
1. Komponen dan aliran saliva
Saliva adalah istilah yang digunakan untuk sebutan campuran cairan
yang ada dalam mulut yang berkontak dengan jaringan gigi dan mukosa mulut.
Aliran saliva membantu terjadinya pembersihan karbohidrat dari biofilm, pada
saat yang bersamaan memberikan efek buffer terhadap asam yang dihasilkan oleh
biofilm. Saliva tersusun dari 99% air dan kurang dari 1% padat, banyak
mengandung elektrolit dan protein yang memberikan karakteristik terhadap
viskositas saliva. Saliva memiliki komponen protein dan lipid yang dapat
menghasilkan pelikel protektif, protein untuk mengatur kalsium dan fosfat sebuah
saturasi, dan protein antibakteri. Saliva juga berfungsi sebagai sebuah pengakut
fluor. 1,8,25
2. Fluor ekstrinsik, dan kalsium dan fosfat dari saliva
Fluor yang bersumber dari luar, seperti fluor yang terkandung dalam
produk dental dapat menghambat demineralisasi. Efektifitas fluor yang dikandung
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
oleh produk dental bergantung pada konsentrasi fluor itu sendiri. Saat ini, agent
fluor yang banyak dipakai pasta gigi yaitu sodium fluoride atau sodium
monofluorophosphate. Fluor, kalsium, dan fosfat bersama merupakan gabungan
utama untuk terjadinya proses remineralisasi, yang merupakan proses perbaikan
alami pada awal lesi karies.8
3. Terapi antibakteri dan oral hygiene
Efek antibakteri yang diberikan oleh saliva tidak akan cukup jika
faktor patologis lebih dominan dibanding faktor protektif. Hal ini menyebabkan
diperlukan antibakteri tambahan dari luar terutama pada individu dengan bakteri
rongga mulut dan risiko tinggi sehingga suplai fluor dan remineralisasi tetap
seimbang. Tindakan oral hygiene yang paling mudah dan disarankan untuk
mengontrol perkembangan proses karies yaitu dengan tindakan menyikat gigi
yang baik ditambah dengan penggunaan pasta gigi. Klorheksidin dapat dengan
efektif mengurangi streptococcus mutan pada biofilm, meskipun kurang efektif
pada spesies lactobacillus. Xylitol merupakan pemanis nonkariogenik yang dapat
memutus perlekatan dan transmisi bakteri.8
4. Tingkat pembersihan rongga mulut (oral clearance)
Fungsi saliva untuk menjaga tingkat pembersihan rongga mulut
dengan mengeliminasi dan melarutkan zat-zat yang berperan dalam proses karies.
Proses fisiologis disebut dengan salivary clearance atau umumnya disebut oral
clearance. 25
2.1.1.2 Faktor Patologis
Terdapat 3 faktor patologis utama yang dikenal secara umum. Faktor-
faktor ini mengarahkan untuk terjadinya proses demineralisasi, yaitu:
1. Diet karbohidrat yang dapat difermentasi
Konsumsi karbohidrat terfermentasi yang sering diketahui sebagai
sebuah faktor penting pada permulaan dan proses karies. Karbohidrat yang
dimaksudkan yaitu sukrosa, glukosa, fruktosa, dan karbohidrat lainnya yang
memiliki potensi untuk dimetabolisme oleh bakteri. Karbohidrat tersebut
berfungsi sebagai sumber utama nutrien dan mendukung pertumbuhan bakteri
asidogenik. Produksi ekstraseluler polisakarida menjembatani perlekatan bakteri,
sedangkan intraseluler polisakarida berguna untuk sumber makanan.4,8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
2. Bakteri kariogenik
Bakteri kariogenik merupakan golongan bakteri yang menghasilkan
asam pada biofilm yang disebut juga dengan bakteri asidogenik. Banyak penelitian
menyatakan bahwa kombinasi asam asetat dan asam laktat lebih merusak
dibandingkan asam laktat sendiri. Hal ini berarti kombinasi beberapa bakteri
seperti streptococcus mutans, streptococcus sobrinus (golongan streptococcus
mutans), dan lactobacillus sp. semuanya berkontribusi dalam proses karies.
Spesies penghasil asam lainnya juga sudah ditemukan dan ikut membantu
menghasilkan asam. Beberapa spesies bakteri merupakan bakteri aciduric, yaitu
bakteri yang dapat hidup di tempat asam yang mana dapat meningkatkan
virulensinya. Sehingga usaha untuk melawan bakteri kariogenik harus menyasar
pada lebih dari satu spesies bakteri saja. Hal ini sangat perting dengan kita
memberikan tambahan antibakterial treatment sebagai bagian dari perawatan
untuk individu risiko karies tinggi.8
3. Disfungsi saliva
Saliva dan komponennya sangat penting untuk menjaga kesehatan
rongga mulut. Terbukti dengan penurunan laju aliran saliva, dan berakibat pada
penurunan penyebaran seluruh komponen pada saliva yang menguntungkan,
seketika dapat menempatkan seseorang pada risiko proses karies yang tinggi.8
Disfungsi saliva bisa disebabkan oleh penyakit sistemik, terapi sinar dan obat-
obatan yang dikonsumsi.25
2.2 Biofilm dan Bakteri Biofilm
2.2.1 Biofilm
Mikroorganisme tidak mengkolonisasi secara langsung permukaan gigi
yang termineralisasi. Mikroorganisme mulut harus melekat pada sebuah
permukaan gigi dan bertumbuh, jika tidak maka mikroorganisme akan terlepas
dari habitatnya. Gigi selalu ditutupi oleh sebuah lapisan aselular yaitu pelikel yang
terbentuk pada permukaan gigi dalam kurun waktu menit ke jam. Pada pelikel
yang belum terkolonisasi tebalnya mencapai 0,01-1μm. Pelikel berperan penting
dalam proses karies disebabkan sifat permeabelnya terhadap keluar masuknya ion-
ion jaringan keras gigi. Pada pelikel terdapat reseptor untuk mengenali bakteri
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
tertentu pada awal kolonisasi bakteri. Hal ini menyebabkan pada tahap awal
kolonisasi beberapa bakteri saja ditemukan seperti S. sanguinis, S. oralis, dan S.
mitis. Pelikel ini yang terus dikolonisasi oleh bakteri pada permukaan gigi sampai
terbentuknya biofilm yang matang.
Istilah biofilm telah digunakan sebagai sebutan umum antara biofilm-
biofilm pada permukaan gigi dan lingkungan alami lainnya. Namun, dalam
beberapa literatur istilah dental plak dan dental biofilm sering digunakan secara
bergantian. Untuk diingat bahwa dental plak adalah biofilm, tetapi tidak semua
biofilm adalah dental plak.5 Sebuah penemuan baru yang relatif penting
menemukan bahwa kandungan dari sel-sel mikroba pembentuk sebuah biofilm
(sebuah komunitas dari mikroorganisme yang tumbuh pada sebuah permukaan)
berbeda dengan mikroorganisme ketika tumbuh sebagai sel individu dalam sebuah
media tumbuh.
Gambar 2. Biofilm pada gigi. (a) Mikroba biofilm yang terlihat setelah
penggunaan disclosing solution; (b) deposit mikroba
biofilm pada permukaan gigi (Marsh dan Nyvad, 2008).5
Dental plak sebagai biofilm telah ditetapkan sebagai komunitas dari
bakteri yang berbeda pada permukaan gigi yang tertutupi matriks polimer-polimer
dari bakteri dan saliva. Mikroflora yang menghuni biofilm terdiri dari beragam
bakteri gram positif dan gram negatif, termasuk spesies fakultatif anaerob dan
obligat anaerob. Nutrien-nutrien utama untuk bakteri pada biofilm berasal dari
katabolisme nutrient-nutrien endogen (protein, glikoprotein) dalam saliva.4,6,7,8
Diperkirakan 80-90% dari berat biofilm adalah air, sekitar 70% berat
kering dari biofilm adalah bakteri, dan sisanya adalah matriks polisakarida dan
protein saliva dan glikoprotein. Polimer ekstraseluler dari glukosa dan fruktosa
a b
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
dibentuk dari diet sukrosa oleh enzim bakteri. Beberapa unsur tersebut berperan
dalam perlekatan bakteri pada permukaan gigi.4,7
2.2.1.1 Perlekatan Bakteri dan Pembentukan Biofilm
Perlekatan bakteri pada sebuah permukaan rongga mulut dalam hal ini gigi
merupakan prasyarat untuk kolonisasi, dan merupakan tahap awal yang
mendorong terjadinya infeksi atau invasi jaringan. Pembentukan dari biofilm
dapat dibagi ke dalam beberapa tahap, yaitu:4,5,7,25
1. Pembentukan pelikel
Pelikel saliva berperan dalam penyerapan molekul bakteri dan host pada
permukaan gigi. Selapis tipis dari glikoprotein saliva yang melekat pada
permukaan gigi terjadi dalam hitungan menit berkontak dengan lingkungan
rongga mulut. Awal perlekatan bakteri rongga mulut pada pelikel dan bukan
secara langsung pada enamel gigi.
2. Pengangkutan
Bakteri mulai mendekati permukaan gigi pada tahap ini untuk dapat
melekat dengan memanfaatkan aliran saliva.
3. Long-range interaction
Tahap ini melibatkan interaksi fisikokimia antara bakteri dan pelikel
yang melapisi permukaan gigi.
4. Short-range interaction
Interaksi terdiri dari reaksi stereokimia antara kolonisasi bakteri pertama
pada permukaan gigi dan molekul reseptor pada pelikel. Tahap ini merupakan fase
irreversibel yang menjembatani antara bakteri dan permukaan gigi. Hal ini
membantu bakteri berkembang biak pada permukaan yang masih bebas biofilm.
5. Coaggregasi atau coadhesi
Bakteri yang baru sekarang mulai melekat pada kolonisasi bakteri
pertama, dalam hal ini bakteri yang terlibat dapat dari bakteri genus yang sama
atau berbeda.
6. Pembentukan biofilm
Proses di atas terus berlangsung menghasilkan sebuah pertumbuhan dan
pembentukan dari biofilm yang matang dari proses kompleks. Biofilm disebut
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
sebagai komunitas sebuah spesies bakteri atau lebih yang kompleks atau disebut
juga komunitas klimaks.
Gambar 3. Gambar skematik yang mengilustrasikan berbagai interaksi mikroba
rongga mulut yang menyebabkan terjadinya pembentukan biofilm (Samaranayake,
2012).4
2.2.2 Bakteri Biofilm
Mikroorganisme dalam bentuk dental plak atau biofilm merupakan
prasyarat untuk perkembangan karies gigi. Pembentukan biofilm merupakan
proses kolonisasi yang kompleks, kompetitif, sekuensial, dan dinamis serta
kompleksitas dalam biofilm disebabkan keterlibatan bakteri dari kelompok yang
berbeda. Komposisi bakteri dalam biofilm berbeda-beda, meliputi bakteri gram
positif dan gram negatif, paling banyak yaitu bakteri golongan fakultatif atau
obligat anaerob. 4,5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
Dalam keterkaitan biofilm dengan karies gigi terdapat dalam jumlah yang
tinggi bakteri gram positif cocci penghasil asam, seperti mutans streptococci
(S.mutans, S. sobrinus) dan streptococci lainnya (non-mutans streptococci) serta
Gram-positif rods (Lactobacilli dan beberapa actinomyces spp.). Meskipun,
potensi asidogenik dari bakteri-bakteri ini dapat dikurangi oleh bakteri lainnya
dalam plak, seperti bakteri anaerob gram negatif coccus, veillonella spp., yang
mengubah asam laktat menjadi asam yang lebih lemah sebagai rantai makanan.4,5
2.2.2.1 Streptococcus mutans
Terdapat banyak literatur yang menyatakan peran streptococcus mutans
dalam terjadinya karies gigi. Streptococcus mutans secara luas digunakan sebagai
nama kelompok dari tujuh spesies bakteri berbeda (S. mutans, S. sobrinus, S.
criceti, S. ferus, S. ratti, S. macacae, dan S. downei) dan delapan serotipe (a-h).
Serotipe S. mutans yaitu c,e,f dan serotipe S. sobrinus d, g merupakan spesies
yang paling umum ditemukan pada manusia, dengan prevalensi tertinggi serotipe
c diikuti d dan e. Spesies lainnya jarang ditemukan. Bukti peran Streptococcus
mutans dalam karies dijelaskan sebagai berikut:4
1. Keterkaitan jumlah Streptococcus mutans dalam saliva dan biofilm
dengan prevalensi dan insidensi karies gigi.
2. S. mutans dapat diisolasi dari permukaan gigi segera sebelum
perkembangan karies gigi.
3. Hubungan positif antara perkembangan lesi karies dan jumlah S.
mutans.
4. Menghasilkan polisakarida ekstraseluler dari sukrosa (yang membantu
merekatkan organisme-organisme biofilm dan permukaan gigi).
5. Memiliki kemampuan untuk memulai dan mengatur pertumbuhan
bakteri serta terus menghasilkan asam sampai pada derajat pH yang rendah.
6. Metabolisme yang cepat terhadap gula menjadi laktat dan asam
organik lainnya.
7. Kemampuan untuk mencapai pH kritis untuk demineralisasi enamel
lebih cepat dibandingkan bakteri biofilm lainnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
8. Memiliki kemampuan untuk menghasilkan polisakarida intraseluler
(IPSs) sebagai glikogen yang berfungsi sebagai penyimpanan makanan saat diet
karbohidrat berkurang.
9. Pada penelitian terhadap hewan ditemukan S. mutans sangat efektif
menyebabkan karies.
10. Imunisasi hewan secara spesifik pada serotipe S. mutans signifikan
mengurangi insidensi karies gigi.
2.2.2.2 Lactobacillus
Lactobacillus sebelumnya dipercaya menjadi agen-agen penyebab
terjadinya karies gigi. Mereka dianggap sebagai organisme penyebab karies
karena:4
1. Jumlahnya yang banyak pada seluruh lesi karies yang menyerang
enamel (penelitian menemukan juga prevalensi tinggi pada karies permukaan akar
gigi).
2. Hubungan positif antara jumlahnya pada biofilm dan saliva serta
aktivitas karies.
3. Memiliki kemampuan untuk hidup pada lingkungan dengan pH rendah
(< pH 5) dan menghasilkan asam laktat.
4. Memiliki kemampuan mengsintesis ekstraseluler dan IPSs dari sukrosa.
5. Memiliki kemampuan menyebabkan karies pada tikus gnotobiotik
(germ-free).
6. Fakta jumlahnya pada plak yang diambil dari bagian gigi yang sehat
biasanya rendah.
Pada sisi sebaliknya, Lactobacillus jarang diisolasi dari biofilm sebelum
proses karies dan sering tidak ditemukan pada lesi baru.
2.2.2.3 Actinomyces spp.
Actinomyces spp. dihubungkan dengan perkembangan karies pada
permukaan akar gigi (lesi akar berbeda dengan karies enamel dimana tanpa
kavitas yang jelas). Bukti keterlibatan Actinomyces viscosus pada karies
permukaan akar gigi berdasarkan: 4
1. Penelitian secara in vivo.
2. Penelitian in vitro bekerja dengan kultur alami.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
3. Penelitian bekerja pada hewan pengerat gnotobiotik.
Meskipun mayoritas sampel yang diambil pada lesi akar gigi menunjukkan
Actinomyces spp. (khususnya A. Viscosus), tetapi beberapa penelitian melaporkan
peranan S. mutans dan Lactobacillus sp. pada lesi ini.
2.2.2.4 Veillonella
Veillonella merupakan anaerob gram negatif coccus yang terdapat dalam
jumlah yang signifikan pada kebanyakan sampel biofilm supragingival.
Veillonella spp. mengharuskan asam laktat untuk hidup, tetapi tidak mampu untuk
memetabolime diet karbohidrat, mereka menggunakan laktat yang dihasilkan
bakteri lain dan mengubahnya menjadi asam lebih lemah serta asam organik yang
kurang kariogenik, asam propionik. Efek protektif ini telah didemonstrasikan
secara in vitro dan penelitian pada hewan.4
2.3 Pasta gigi (Dentifrices)
Pasta gigi secara sederhana dapat diartikan sebagai campuran yang
digunakan bersama sikat gigi untuk membersihkan gigi.1 Pengunaan pasta gigi
pada waktu menggosok gigi merupakan penunjang yang penting walaupun
menggosok gigi tidak selalu harus menggunakan pasta gigi. Fungsi pasta gigi
yang digunakan pada saat menggosok gigi adalah untuk membantu
menghilangkan biofilm, memoles permukaan gigi, memperkuat gigi,
menghilangkan atau mengurangi bau mulut, memberikan rasa segar pada mulut,
memperindah kosmetik gigi serta memelihara kesehatan gusi.9,25
Pada masa lalu,
pasta gigi yang digunakan bersama sikat gigi hanya bersifat sebagai alat kosmetik.
Tetapi dalam tahun terakhir ini banyak dibuat pasta gigi yang mempunyai efek
untuk mengobati penyakit mulut dan mencegah karies gigi.1,25
Pasta gigi memiliki tujuh persyaratan utama, yaitu mampu membersihkan
gigi (menghilangkan sisa makanan, plak dan noda), meninggalkan sensasi bersih
dan segar pada mulut setelah berkumur, harga terjangkau sehingga mudah didapat
oleh berbagai kalangan, tidak boleh membahayakan pengguna (aman dalam
penggunaan), stabil selama penyimpanan, bahan abrasif yang digunakan sesuai
dengan enamel dan dentin dan telah teruji secara klinis.37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
Hampir seluruh pasta gigi diproduksi dalam bentuk pasta dan dengan
formulasi yang sama. Beberapa bubuk pasta gigi mengandung bahan abrasif,
deterjen, flavour, pewarna, dan pemanis. Pasta gigi mengandung semua bahan
sama seperti bahan pengikat, pelembab, pengawet, dan air. Banyak pasta gigi di
Inggris dan Amerika mengandung fluor dan bahan teraupetik serta pencegah
lainnya. Komposisi dan kegunaan dari pasta gigi adalah:1,25
1. Bahan pembersih dan pemoles (30-40%)
Bahan abrasif ini merupakan unsur utama pada pasta gigi dan terdiri
dari silika, kalsium karbonat, dikalsium fosfat, sodium metafosfat, hidrat alumina,
zirkonium silikat, atau kalsium pyrofosfat. Pada prakteknya, pasta gigi berperan
untuk menghilangkan biofilm dan stein serta memoles permukaan gigi tanpa
mengikis enamel secara signifikan.
2. Deterjen (1-2%)
Tujuan dari penggunaan bahan deterjen ini yaitu untuk membantu
pengaliran pasta gigi di dalam rongga mulut dengan mengurangi tegangan
permukaan. Deterjen membantu pembuangan biofilm dan debris lainnya pada
permukaan gigi. Bahan ini juga berperan sebagai foaming agent pada pasta gigi.
Bahan deterjen yang secara umum digunakan yaitu sodium lauryl sulfat dan N-
lauryl sarcosinat.
3. Bahan pengikat (1-5%)
Alginate, gum, atau derivat selulosa seperti karboximetil selulosa dan
hidroxietil selulosa yang digunakan untuk terjadinya pemisahan bahan cair dan
padat di pasta gigi.
4. Bahan pelembab (10-30%)
Bahan ini berfungsi untuk menjaga tingkat kelembaban dan mencegah
pasta gigi dari terjadinya pengerasan apabila berkontak dengan udara. Gliserol,
sorbitol, dan propilen glikol adalah bahan-bahan yang pada umumnya digunakan
sebagai bahan pelembab pasta gigi.
5. Bahan pemanis dan penambah rasa (1-5%)
Rasa yang dihasilkan merupakan hal penting dalam nilai jual produk.
Hal ini bertujuan untuk menghilangkan atau menutupi rasa yang kurang
menyenangkan dari bahan lain yang terkandung dalam pasta gigi. Bahan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
penambah rasa yang ditambahkan seperti minyak-minyak aromatik (peppermint,
spearmint, kayu manis, madu) dan mentol. Gliserol, sakarin dan sorbitol yang
merupakan bahan non kariogenik juga digunakan sebagai pelembab, pemanis
dalam pasta gigi.
6. Bahan pengawet (0.05-0,5%)
Bahan pengawet seperti alkohol, benzoat, formaldehyd, dan
dichlorinated phenols ditambahkan ke dalam pasta gigi untuk mencegah
terjadinya pertumbuhan bakteri pada unsur organik dan bahan pelembab.
7. Bahan pewarna
Bahan pewarna ditambahkan ke dalam pasta gigi untuk membuat
tampil menjadi lebih menarik dan atraktif.
8. Bahan teraupetik dan pencegahan
Pada saat ini banyak pasta gigi mengandung bahan teraupetik dan/atau
bahan pencegahan untuk masalah khusus pada rongga mulut. Dengan harapan
menjadi efektif bahan tersebut tidak bereaksi dengan lainnya yang sudah
terkandung dalam pasta gigi. Bahan teraupetik yang terdapat dalam pasta gigi
yaitu:
a. Fluor
Fluor ditambahkan ke dalam pasta gigi guna memperlambat
perkembangan lesi karies dan meningkatkan remineralisasi. Di Eropa, pasta gigi
mengandung konsentrasi maksimum yaitu 1500 ppm untuk penggunaan kosmetik.
Formulasi tinggi hanya tersedia untuk sediaan pengobatan. Penggunaan fluor
rendah kurang dari 600 ppm tersedia hanya pada pasta gigi anak-anak di Inggris.
Meskipun demikian penggunaan fluor rendah lebih lemah dalam melindungi
dibanding fluor dengan konsentrasi tinggi.
b. Bahan desentisasi
Bahan ini digunakan untuk mengurangi sensitivitas terutama pada gigi
yang sudah terbuka dentinnya, dengan menggunakan bahan seperti strontium
chloride, strontium acetate, formaldehyde, potassium nitrat, dan chloride atau
sodium citrat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
c. Bahan anti-biofilm
Beberapa pasta gigi mengandung triklosan, merupakan antibakteri non
ionik. Tidak seperti golongan kationik pencegah biofilm lainnya seperti
khlorheksidin, triklosan tidak bereaksi dengan deterjen dalam pasta gigi. Pasta
gigi yang mengandung triklosan terbukti mampu mengurangi pembentukan
biofilm dan gingivitis.
d. Bahan antikalkulus
Beberapa pasta gigi telah diberikan bahan antikalkulus untuk
mengurangi pembentukan kalkulus supragingival. Bahan yang digunakan seperti
pyrophosphates, diphosphonates, zinc salts, and gantrez acid (kopolimer methil
eter and maleic anhydride. Kalkulus dilaporkan berkurang sekitar 10% dan 50%.
e. Bikarbonat
Bikarbonat sudah ditambahkan pada pasta gigi. Bahan ini digunakan
untuk mengurangi tingkat keasaman pada biofilm. Hal ini menyebabkan
lingkungan tidak mendukung untuk pertumbuhan bakteri seperti Streptoccus dan
Lactobacillus. Belum ada laporan klinis tentang penggunaan bahan ini terhadap
karies.
f. Xilitol
Bahan gula alkohol ini, merupakan bahan yang tidak dapat
difermentasi oleh mikroorganisme di dalam rongga mulut. Bahan ini memiliki
efek antikaries dengan meningkatkan remineralisasi dan menurunkan tingkat
streptococcus mutans.
Tabel 1. Syarat mutu pasta gigi (SNI 12-3524-1995)
No. Jenis Uji Satuan Syarat
1. Sukrosa atau karbohidrat lain
yang dapat terfermentasi
- Negatif
2. pH - 4,5-10,5
3.
Cemaran logam terhadap Pb, Hg,
dan As
ppm Pb maksimal 5,0, Hg
maksimal 0,02, As maksimal
2,0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
4. Cemaran
Angka lempeng total
E. coli
-
-
< 10,5
Negatif
5. Zat pengawet - Sesuai dengan yang diizinkan
Departemen Kesehatan
6. Formaldehida maksimal sebagai
formaldehida bebas
% 0,1
7. Bebas fluor ppm 800-1500
8. Zat warna - Sesuai dengan yang diizinkan
Departemen Kesehatan
9.
Organoleptik
Keadaan
Benda asing
Harus lembut serba sama
(homogen) tidak terlihat
adanya gelembung udara,
gumpalan, dan partikel yang
terpisah
Tidak tampak
2.3.1 Bahan Deterjen
Pasta gigi tersedia dalam berbagai macam jenis dengan kandungan yang
membedakannya. Salah satu kandungan yang penting dalam pasta gigi yaitu
bahan deterjen. Bahan deterjen berfungsi sebagai foaming agent yaitu pemberi
efek busa untuk memberi kesan bersih dan segar setelah penggunaan pasta gigi.
Saat ini bahan deterjen yang banyak digunakan oleh pasta gigi di pasaran yaitu
Sodium Lauryl Sulphate (SLS).9,25
Larutan SLS memiliki struktur kimia
CH3(CH2)10CH2OSO3Na dengan nama sulfuric acid mono deodecyl ester sodium
salt.26
Garam kimia ini adalah organosulfur anion yang mengandung 12-ekor
karbon terikat ke gugus sulfat, membuat zat kimia ini mempunyai sifat ambifilik
yang merupakan syarat sebagai deterjen.27
Fungsi SLS sebenarnya adalah untuk menurunkan tegangan permukaan
larutan sehingga dapat melarutkan minyak serta membentuk mikro emulsi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
menyebabkan busa terbentuk.1,9,26
Sodium lauryl sulfate (SLS), adalah suatu
bahan yang bersifat surfaktan anion yang biasa terdapat dalam produk-produk
pembersih. SLS umum digunakan dalam produk-produk pembersih noda minyak
dan kotoran. Sebagai contoh, SLS ini banyak ditemukan dalam konsentrasi tinggi
pada produk-produk industri seperti pembersih mesin (engine degreaser),
pembersih lantai, dan shampo mobil. SLS digunakan dalam kadar rendah di dalam
pasta gigi, shampo dan busa pencukur.27
Keuntungan penggunaan deterjen ini
dalam pencegahan karies gigi yaitu dapat meningkatkan penyerapan fluoride.9
SLS yang digunakan melebihi batas yang dianjurkan dapat menyebabkan
efek samping. Penelitian menunjukkan bahwa SLS dengan interval dosis 0,25-1%
memicu terjadinya iritasi pada kulit. Masyarakat di desa Walantaka, Kabupaten
Minahasa ditemukan bahwa menggunakan pasta gigi mengandung SLS dapat
menyebabkan perubahan struktur rantai protein saliva berubah sehingga kelarutan
saliva berkurang.29
Penelitian lain yang dilakukan terhadap sensitivitas rasa manis
akibat pemakaian pasta gigi yang mengandung SLS 5% ditemukan taste buds
yang terdapat pada lidah akan terpapar karena taste buds mengandung protein-
protein transmembran dan tegangan permukaan saliva sehingga kelarutan saliva
berkurang dan sensitivitas rasa manis.30
2.4 Buah Lerak (Sapindus rarak DC)
Tanaman lerak (Sapindus rarak DC) merupakan tanaman industri yang
cukup baik untuk dikembangkan, termasuk tumbuhan yang tumbuh dengan baik
pada ketinggian 450 sampai 1.500 m dpl. Tanaman lerak paling sesuai pada iklim
tropik dengan kelembaban tinggi, berdrainase baik, subur dan mengandung
banyak humus. Di Jawa tanaman ini tumbuh liar, tinggi tanaman dapat mencapai
42 m dan mempunyai diameter batang 1 m.13
Tanaman ini mempunyai nama yang berbeda pada setiap daerah, seperti di
Palembang disebut lamuran, di Jawa lerak dan di Jawa Barat sering disebut rerek.
Kayunya sangat ringan dan biasa digunakan sebagai papan cor, batang korek api
dan kerajinan dari kayu. Kulit batang dapat digunakan sebagai pembersih rambut,
buahnya yang bulat dapat dimanfaatkan sebagai pengganti sabun untuk mencuci
berbagai macam kain, biasa digunakan dalam industri batik. Buah lerak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
merupakan buah tunggal berbentuk bulat dengan diameter 2 cm, biji dilindungi
oleh kulit biji dengan warna kulit biji berwarna hijau, bila telah masak berwarna
cokelat bila dikeringkan berwarna hitam. Komponen yang terdapat dalam buah
lerak antara lain yaitu saponin 28%, senyawa alkaloid, polifenol, senyawa
antioksidan, dan golongan flavonoid, juga tanin.13
Akan tetapi penelitian lain
menemukan bahwa ekstraksi buah lerak menghasilkan saponin 48,87%.31
Gambar 4. Buah Lerak. (a) Buah lerak yang masih utuh bersama biji di dalam
buahnya; (b) Buah lerak yang sudah dibelah dan biji dipisahkan dari buahnya
2.4.1 Taksonomi dan Komposisi Tumbuhan Lerak (Sapindus rarak
DC)
Klasifikasi tumbuhan lerak adalah sebagai berikut:13
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledons
Sub kelas : Rosidae
Bangsa : Sapindales
Suku : Sapindaceae
Marga : Sapindus
Jenis : Sapindus mukorossi
Tanaman lerak memiliki bentuk daun bulat telur/oval, perbungaan
majemuk, malai, terdapat di ujung batang warna putih kekuningan. Bentuk buah
seperti kelereng jika sudah tua atau masak, berwarna coklat kehitaman,
permukaan buah licin atau mengkilat, bijinya bundar berwarna hitam. Daging
buah sedikit berlendir dan aromanya wangi. Kandungan kimiawi tanaman lerak
antara lain sebagai berikut : daging buah mengandung triterpen, alkaloid, steroid,
a b
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
antrakinon, tanin, fenol, flavonoid, dan minyak atsiri. Selain itu kulit buah, biji,
kulit batang dan daun lerak mengandung saponin dan flavonoid, sedangkan kulit
buah juga mengandung alkaloida dan polifenol. Kulit batang dan daun tanaman
lerak mengandung tanin. Senyawa aktif yang telah diketahui dari buah lerak
adalah senyawa–senyawa dari golongan saponin dan sesquiterpen.32
2.4.2 Kandungan Senyawa Buah Lerak
Buah lerak memiliki potensi menjadi bahan alternatif karena mengandung
senyawa-senyawa aktif seperti, saponin, alkaloid, tannin, kuinon, steroid dan
fenol.34
Saponin merupakan senyawa glikosida triterpenoida ataupun glikosida
steroida yang merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun
serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan
menghemolisa sel darah merah. Saponin banyak ditemukan dalam tumbuhan.
Saponin memiliki karakteristik berupa buih. Sehingga ketika direaksikan dengan
air dan dikocok, akan terbentuk buih yang dapat bertahan lama.32
Saponin mudah larut dalam air dan tidak larut dalam eter. Saponin
memiliki rasa pahit menusuk dan menyebabkan bersin serta iritasi pada selaput
lendir. Saponin merupakan racun yang dapat menghancurkan butir darah atau
hemolisis pada darah. Saponin bersifat racun bagi hewan berdarah dingin dan
banyak diantaranya digunakan sebagai racun ikan.32
Saponin yang bersifat keras
atau racun biasa disebut sebagai Sapotoksin. Sapotoksin pada biji lerak berpotensi
sebagai insektisida, mengurangi jerawat dan kudis.13
Selain saponin yang dapat memberikan efek foaming agent, buah lerak
juga memilki senyawa aktif lainnya yang memiliki kemampuan antibakteri
sebagai alternatif bahan pasta gigi. Flavonoid merupakan senyawa dapat merusak
membran sel karena sifatnya yang lipofilik dan kemampuannya membentuk
komplek dengan protein ekstraseluler. Senyawa fenol bersifat toksik terhadap
mikroorganisme karena dapat menginhibisi enzim penting mikroorganisme
sehingga mengganggu fungsi sel serta perusakan senyawa protein yang dapat
mengganggu semipermeabilitas membran sel. Alkaloid dapat berikatan dengan
DNA sel sehingga mengganggu fungsi sel diikuti kematian sel.17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
2.5 Kerangka Teori
Konsep Keseimbangan Karies
Jumlah koloni bakteri biofilm
pada permukaan gigi yang tinggi Tindakan oral hygiene dan
penggunaan agen antibakteri
Pasta gigi
Bahan
pengikat
Bahan
pembersih
dan pemoles
Bahan
pengawet Bahan
pewarna
Bahan
pemanis
dan
penambah
rasa
Bahan
deterjen
Bahan pelembab
Bahan
kosmetik dan
teraupetik
Bahan alami Bahan sintetik
Sodium Lauryl Sulphate (SLS) Lerak (Sapindus rarak DC)
Inhibisi enzim
bakteri dan plak
Saponin, flavonoid,
alkaloid, polifenol
?
Diet
karbohidrat
yang dapat
difermentasi
Disfungsi
saliva
Faktor
Patologis
Faktor Protektif
Aliran saliva
dan
komponennya
Kalsium,
fosfat,
fluor
Tingkat
kebersihan
rongga mulut
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Penelitian ini dilakukan dengan menguji efek ekstrak etanol buah lerak
(Sapindus rarak DC) dengan konsentrasi 7,5% sebagai alternatif pasta gigi
terhadap pertumbuhan jumlah koloni bakteri biofilm pada permukaan gigi dengan
pengkulturan pada media tumbuh.
3.2 Hipotesis Penelitian
1. Pasta gigi ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC) dengan
konsentrasi 7,5% mempunyai efek antibakteri dalam menurunkan jumlah koloni
bakteri biofilm pada permukaan gigi.
2. Terdapat perbedaan pengaruh pasta gigi ekstrak etanol buah lerak
(Sapindus rarak DC) dengan konsentrasi 7,5% dengan pasta gigi yang
mengandung sodium lauryl sulfat (SLS) terhadap jumlah koloni bakteri biofilm
pada permukaan gigi.
Pasta gigi yang mengandung
Sodium lauryl sulfat (SLS)
Jumlah koloni bakteri
biofilm pada permukaan
gigi
Pasta gigi ekstrak etanol buah lerak
(Sapindus rarak DC) dengan
konsentrasi 7,5%
Variabel Bebas Variabel Tergantung
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental quasi dengan rancangan
pre and post test control group design dan teknik pengambilan sampel dengan
teknik simple random sampling.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
4.2.1 Tempat Penelitian
1. Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara untuk tempat pembuatan ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC)
7,5% dan pasta gigi sodium lauryl sulfat (SLS).
2. Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara untuk tempat pengkulturan dan penghitungan jumlah koloni bakteri biofilm
pada permukaan gigi.
3. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara untuk tempat
pengambilan sampel penelitian.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Agustus 2018.
4.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 yang masih aktif. Pemilihan sampel
berdasarkan subjek yang memenuhi kriteria sebagai sampel, dengan kriteria
inklusi dan eksklusi sebagai berikut.
Kriteria Inklusi
1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi yang bersedia menjadi sampel
penelitian dengan menandatangani informed consent.
2. Mempunyai risiko karies sedang.
Kriteria Eksklusi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
1. Memakai piranti ortodonti cekat atau lepasan.
2. Memakai protesa.
3. Menderita penyakit sistemik.
4. Mengkonsumsi atau terapi obat-obatan.
4.3.2 Sample
Koloni bakteri rongga mulut yang telah diisolasi dan dibiakkan dengan
media agar.
4.3.3 Besar sample
Besar sampel penelitian dihitung dengan menggunakan rumus yaitu:
n =
Keterangan:
n = Besar sampel yang dibutuhkan untuk masing-masing kelompok
S = Perkiraan standard deviasi populasi dari penelitian sebelumnya
(0,07408)
Zα = Nilai standar dari alpha yaitu kesalahan tipe 1 (0,05)
Zβ = Nilai standar dari beta yaitu kesalahan tipe 2 (0,1)
X1- X2 = Perkiraan selisih harga mean populasi yang diduga (8% = 0,08)
Dalam penelitian ini didapatkan besar sampel minimum adalah 9 untuk
tiap kelompok. Selanjutnya besar sampel ini dilakukan pembulatan ke atas
menjadi 10.
Penelitian ini menggunakan 2 kelompok yang masing-masing kelompok
terdiri dari 10 sampel, ketiga kelompok ini yaitu:
Kelompok 1: Kelompok yang mendapatkan perlakuan berupa pasta
gigi ekstrak etanol buah lerak 7,5% (10 sampel)
9
08,0
24016736,0
08,0
07408,0282,196,1
)(
2
2
2
12 xx
SZZ
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
Kelompok 2: Kelompok kontrol positif yang diberikan pasta gigi yang
mengandung sodium lauryl sulfat, sebagai kontrol positif dianggap
persentase antibakteri terhadap koloni bakteri biofilm permukaan gigi
100% (10 sampel)
Dari masing-masing kelompok dilakukan penghitungan jumlah koloni
bakteri biofilm pada permukaan gigi sebelum dan sesudah menyikat gigi dengan
jumlah keseluruhan sampel adalah 20 sampel.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
4.4 Variabel penelitian
Variabel tergantung
Pertumbuhan koloni bakteri
biofilm pada permukaan gigi
Variabel Terkendali
a. Jenis dan asal tumbuhan lerak (Desa
Jetisdonolayan, Kelurahan Donoharjo,
Kecamatan Ngaglik, Yogyakarta).
b. Berat buah lerak
c. Lama waktu pengeringan (±7 hari)
d. Suhu lemari pengeringan (± 40oC)
e. Kecepatan mesin penghalusan (22.000 ppm)
f. Waktu penghalusan (± 30 detik)
g. Waktu maserasi (3 jam)
h. Jenis etanol yang digunakan (etanol 70%)
i. Nomor kertas penyaring (Whatmann no. 42)
j. Kecepatan aliran perkolator (20 tetes/menit)
k. Suhu penguapan rotavapor (40oC)
l. Berat pasta gigi pada setiap perlakuan (1 gram)
m. Sikat gigi dengan permukaan bulu sikat rata
n. Lama menyikat gigi (2 menit)
o. Skor resiko karies (sedang)
p. Teknik menyikat gigi (teknik bass)
q. Media pertumbuhan (PCA)
r. Suhu inkubasi (37oC)
s. Waktu pembiakan (24 jam)
t. Teknik pengkulturan
Variabel bebas
- Pasta gigi dengan bahan deterjen
ekstrak etanol buah lerak
(Sapindus rarak DC) 7,5%.
- Pasta gigi dengan bahan deterjen
sodium lauryl sulfat (SLS).
Variabel Tidak Terkendali
a. Geografis tempat tumbuh lerak
(kondisi tanah, iklim, curah hujan
dan lingkungan sekitar tanaman)
b. Umur buah lerak
c. Perlakuan buah lerak selama
pertumbuhan
d. Kekuatan menyikat gigi dari setiap
subjek penelitian
e.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
4.4.1 Variabel bebas
- Pasta gigi dengan bahan deterjen ekstrak etanol buah lerak (Sapindus
rarak DC) 7,5%.
- Pasta gigi dengan bahan deterjen sodium lauryl sulfat (SLS).
4.4.2 Variabel Tergantung
Pertumbuhan koloni bakteri biofilm pada permukaan gigi dengan
mengamati sampel yang diambil dari media tanam dengan menghitung jumlah
koloni bakteri biofilm menggunakan colony counter.
4.4.3 Variabel Terkendali
a. Jenis dan asal tumbuhan lerak (Desa Jetisdonolayan, Kelurahan
Donoharjo, Kecamatan Ngaglik, Yogyakarta).
b. Berat buah lerak.
c. Lama waktu pengeringan (±7 hari).
d. Suhu lemari pengeringan (± 40oC).
e. Kecepatan mesin penghalusan (22.000 ppm).
f. Waktu penghalusan (± 30 detik).
g. Waktu maserasi (3 jam).
h. Jenis etanol yang digunakan (etanol 70%).
i. Nomor kertas penyaring (Whatmann no. 42).
j. Kecepatan aliran perkolator (20 tetes/menit).
k. Suhu penguapan rotavapor (40oC).
l. Berat pasta gigi pada setiap perlakuan (1 gram).
m. Sikat gigi dengan permukaan bulu sika rata.
n. Lama menyikat gigi (2 menit).
o. Skor resiko karies (sedang)
p. Teknik menyikat gigi (teknik bass).
q. Media pertumbuhan (PCA).
r. Suhu inkubasi (37oC).
s. Waktu pembiakan (24 jam).
t. Teknik pengkulturan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
4.4.4 Variabel Tidak Terkendali
a. Geografis tempat tumbuh lerak (kondisi tanah, iklim, curah hujan dan
lingkungan sekitar tanaman).
b. Umur buah lerak.
c. Perlakuan buah lerak selama pertumbuhan
d. Kekuatan menyikat gigi dari setiap subjek penelitian
4.5 Definisi Operasional
No. Variabel Bebas Definisi Operasional Alat Ukur Satuan
Ukur
Skala
Ukur
1. Pasta gigi
ekstrak etanol
buah lerak
7,5%
Ekstrak yang diperoleh
dengan melakukan
ekstraksi lerak dengan
pelarut etanol dalam
perkolator dan diuapkan
sehingga diperoleh
ekstrak kental lerak.
Kemudian 7,5 mg
ekstrak kental lerak
dicampurkan dengan
dengan bahan pasta gigi.
Timbangan Gram dan
mililiter
Nominal
2.
Pasta gigi
mengandung
SLS (kontrol
positif)
Pasta gigi yang diperoleh
dari pencampuran bahan
berupa kalsium karbonat,
kalsium hidroksida,
magnesium karbonat,
gliserin, gom arab,
natrium lauril sulfat,
asam sitrat, sakarin,
nipagin dan aquades.
Timbangan Gram dan
mililiter
Nominal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
No Variabel
Tergantung
Definisi Operasional Alat ukur Satuan
ukur
Skala
ukur
1. Pertumbuhan
bakteri biofilm
pada permukaan
gigi dengan
mengamati
sampel yang
diambil dari
media tanam.
Menghitung jumlah
pertumbuhan koloni
bakteri biofilm
dengan mengamati
sampel yang diambil
dari media tanam
setelah diinkubasi
selama 24 jam pada
suhu 37oC
Colony
counter
CFU/ml Rasio
4.6 Bahan dan Alat Penelitian
4.6.1 Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah:
1. Buah lerak 1 Kg (Jetisdonolayan, Kelurahan Donoharjo, Kecamatan
Nganglik, Yogyakarta) (Gambar 5A)
2. Akuades (Kimia Farma, Indonesia)
3. Etanol 70% (Kimia Farma, Indonesia)
4. Media agar (Gambar 5B)
5. Bakteri biofilm
6. Kalsium Hidroksida (Gambar 5C)
7. Kalsium Karbonat (Gambar 5C)
8. Glyserin (Gambar 5C)
9. Gom Arab (Gambar 5C)
10. Asam Sitrat (Gambar 5C)
11. Sakarin (Gambar 5C)
12. Nipagin (Gambar 5C)
13. Magnesium Karbonat (Gambar 5C)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
14. Sodium Lauryl Sulfat (Gambar 5C)
Gambar 5. A. Buah lerak (Jetisdonolayan, Kelurahan Donoharjo, Kecamatan
Nganglik, Yogyakarta); B. Media agar dalam sebuah petri; C.
Kalsium karbonat, kalsium hidroksida, magnesium karbonat, gom
arab, asam sitrat, sakarin, nipagin, sodium lauryl sulfat, dan glyserin
4.6.2 Alat Penelitian
Alat penelitian yang digunakan adalah:
1. Alat timbang elektronik
2. Timbangan
3. Alat destilasi pelarut (Gambar 7)
4. Pisau
5. Blender (Gambar 8)
6. Erlenmeyer
7. Vacuum rotavapour
8. Kertas saring
( A ) ( B )
( C )
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
9. Perkolator (Gambar 6)
10. Tungku pemanas
11. Ose
12. Pipet mikro (Gambar 10)
13. Vortex (Gambar 9)
14. Tabung reaksi
15. Corong kaca
16. Gelas ukur (Gambar 12)
17. Kulkas
18. Inkubator (Gambar 15)
19. Autoklaf (Gambar 11)
20. Batang pengaduk kaca
21. Piring petri
22. Coreborer
23. Kapas lidi steril
24. Kaliper
25. Masker
26. Sarung tangan
27. Mortar
28. Tabung saliva
29. Pengukur pH (Gambar 13)
30. Colony counter (Gambar 14)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
Gambar 6. Perkolator Gambar 7. Alat destilasi pelarut
Gambar 8. Blender Gambar 9. Vortex
Gambar 10. Pipet mikro Gambar 11. Autoklaf
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
Gambar 12. Gelas ukur Gambar 13. Pengukur ph
Gambar 14. Alat colony counter Gambar 15. Inkubator
secara komputerisasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
4.7 Prosedur Penelitian
4.7.1 Ekstraksi Buah Lerak
Ekstraksi dilakukan berdasarkan ekstraksi yang telah dilakukan penelitian
terdahulu yaitu sebanyak 1 kg buah lerak dicuci dengan air mengalir lalu
ditimbang sebanyak 940 gram setelah diambil bijinya dan daging buah dipotong
kecil ± lebar 3 mm (Gambar 17), lalu dikeringkan dalam lemari pengeringan pada
temperatur ± 40oC selama seminggu (Gambar 16). Potongan daging buah yang
telah kering ditimbang sebanyak 550 gram, kemudian dihaluskan dengan blender
(Gambar 18), diayak dan didapat serbuk seberat 500 gram lalu disimpan dalam
wadah plastik tertutup. Tambahkan etanol 70% sebanyak 800 ml untuk maserasi
lalu disimpan dalam wadah tertutup dan didiamkan selama 3 jam (Gambar 19).
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator dengan hati-
hati sambail sesekali ditekan, kemudian tuangkan etanol destilasi sebanyak 200 ml
dan disaring dengan selapis kertas saring. Biarkan sampai cairan mulai menetes,
perkolator, ditutup dan dibiarkan selama 24 jam (Gambar 21). Cairan dibiarkan
menetes dengan kecepatan ± 20 tetes/menit, etanol ditambahkan berulang-ulang
secukupnya hingga selalu terdapat selapis cairan penyair dan simplisia. Perkolat
diuapkan dengan alat vacuum rotavapor pada suhu tidak lebih dari 50oC selama 5
jam hingga diperoleh ekstrak kental dengan konsentrasi seperti madu berwarna
coklat kekuningan (Gambar 23). Ekstrak etanol buah lerak dimasukkan ke dalam
tabung bening (Gambar 24), lalu disimpan selama satu hari di tempat yang sejuk.
Gambar 16. Sebanyak 1 kg buah lerak Gambar 17. Buah lerak yang sudah kering
dikeringkan dalam lemari pengering dipotong-potong dan dipisahkan dari
dengan temperatur 40oC selama bijinya
seminggu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
Gambar 18. Buah lerak kering kemudian Gambar 19. Serbuk simplisia dimaserasi
dihaluskan dengan blender sehingga dengan memasukkan ke wadah tertutup,
dihasilkan serbuk simplisia ditambahkan etanol 70%. Diaduk-aduk
kemudian didiam selama 24 jam
Gambar 20. Hasil maserasi kemudian Gambar 21. Maserat kemudian disaring
disimpan dalam sebuah wadah menggunakan perkolator dan hasilnya
ditampung dalam botol plastik
Gambar 22. Hasil penyaringan berupa Gambar 23. Hasil ekstrak diuapkan
ekstrak cair buah lerak dengan rotavapor
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
Gambar 24. Hasil penguapan berupa
ekstrak kental buah lerak
4.7.2 Pembuatan Pasta Gigi
1. Pencampuran massa I
Masukkan kalsium karbonat 44 gram, kalsium hidroksida 1 gram dan
magnesium karbonat 2 gram ke dalam mortar (Gambar 25) dan gerus hingga halus,
kemudian tambahkan gliserin 30 gram dan campur hingga homogen (Gambar 26).
Gambar 25. Campurkan kalsium karbonat, Gambar 26. Campuran digerus
kalsium hidroksida, dan magnesium halus, tambahkan gliserin
karbonat ke dalam mortar campur hingga homogen
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
2. Pencampuran massa II
Masukkan gom arab 2 gram dan akuades (lima kali lipat jumlah gom arab)
ke dalam mortar, gerus hingga massa seperti gel (Gambar 28), kemudian
tambahkan asam sitrat 5 gram (Gambar 27).
Gambar 27. Campurkan gom arab, Gambar 28. Gerus campuran dalam
dan akuades, kemudian gerus hingga mortar hingga seperti gel
menjadi gel, tambahkan asam sitrat
3. Pencampuran massa III
Masukkan sakarin 0,2 gram dan nipagin 0,1 gram ke dalam mortar dan
haluskan, lalu tambahkan massa I dan II sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga
homogen (Gambar 29).
Gambar 29. Masukkan sakarin,
nipagin ke dalam mortar serta
tambahkan massa I dan II perlahan
4. Campurkan pada massa I, II, dan III yang telah homogen dengan bahan
deterjen yaitu:
- Untuk pasta gigi dengan bahan deterjen ekstrak etanol buah lerak 7,5%,
tambahkan ekstrak etanol buah lerak 7,5 gram (Gambar 30).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
- Untuk pasta gigi dengan bahan deterjen SLS (kelompok kontrol),
tambahkan SLS 2 gram.
Gambar 30. Tambahkan ekstrak Gambar 31. Massa pasta gigi lerak
etanol buah lerak yang sudah homogen
5. Kemudian tambahkan akuades sampai komposisi massa pasta gigi
mencapai 100 gram.
6 Masukkan pasta ke dalam tube pasta gigi (Gambar 32).
Gambar 32. Pasta gigi
dalam tube pasta gigi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
4.7.3 Prosedur Perlakuan Sampel
4.7.3.1 Tahap Persiapan
Kunjungan I
Dilakukan pendataan terhadap populasi penelitian yaitu Mahasiswa FKG
USU angkatan 2017. Kemudian subjek penelitian dipilih sesuai dengan kriteria
inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan.
Kunjungan II
Pemeriksaan resiko karies dengan metode kariogram yang dilakukan
secara langsung:
- Tahap pertama, pemeriksaan pengalaman karies dengan mengukur skor
DMFT sampel. Skor DMFT (decay, missing, filling) ditentukan dari nilai total
akhir yaitu, skor 0 = ≤1, skor 1 = 2-3, skor 2 = 4-5, dan skor 3 ≥6.
- Tahap kedua, pemeriksaan asupan makanan yang sering dikonsumsi di
antara jam makan yaitu, skor 0 = rendah, skor 1 = sedang, skor 2 = tinggi, skor 3
= sangat tinggi.
- Tahap ketiga, pemeriksaan frekuensi makan dalam 1 hari yaitu, skor 0 =
tiga kali, skor 1 = lima kali, skor 2 = tujuh kali, skor 3 = lebih dari tujuh kali.
- Tahap keempat, banyaknya plak dengan metode Loe & Silness.
Penentuan krieterianya dengan kriteria oral hygiene yaitu, skor 0 = sangat baik,
skor 1 = baik, skor 2 = kurang baik, skor 3 = buruk.
- Tahap kelima, pengalaman aplikasi fluor yaitu, skor 0 = rutin, skor 1 =
kadang-kadang, skor 2 = hanya dari pasta gigi, skor 3 = tidak pernah.
- Tahap keenam, pemeriksaan sekresi saliva (Gambar 33) yaitu, skor 0 =
0,25-0,35 ml/menit, skor 1 = 0,1-0,25 ml/menit, skor 2 = < 0,1 ml/menit.
Gambar 33. Pengukuran sekresi saliva
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43
- Tahap ketujuh, pemeriksaan buffer saliva (Gambar 34) yaitu, skor 0 =
>6,8, skor 1 = 6,6-6,5, skor 2 = <6.
Gambar 34. Pengukuran buffer saliva
- Tahap kedelapan, penilaian klinis oleh peneliti dengan melihat secara
keseluruhan kebersihan rongga mulut yaitu, skor 0 = lebih positif dari kariogram,
skor 1 = normal atau sama dengan hasil kariogram, skor 2 = lebih buruk dari
kariogram, skor 3 = jauh lebih buruk dari hasil kariogram.
Selanjutnya keseluruhan tahap skor di atas direkapitulasi secara
komputerisasi dengan aplikasi kariogram. Pada aplikasi tersebut terdapat diagram
pie yang terdiri beberapa kriteria dan dibedakan dengan warna. Penentuan resiko
karies dengan memperhatikan sektor hijau yaitu peluang untuk menghindari karies.
Kriteria resiko karies terbagi atas tiga yaitu, resiko rendah = sektor hijau >75%,
resiko sedang = sektor hijau 25-75%, resiko tinggi = sektor hijau < 25% (Gambar
35).
Gambar 35. Aplikasi kariogram dengan diagram pie pada bagian tengahnya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44
Kunjungan III
1. Subjek penelitian terpilih kemudian diberi penjelasan mengenai
prosedur penelitian dan diminta untuk mengisi lembar informed consent.
2. Subjek penelitian dibagi ke dalam dua kelompok
- Kelompok 1: Perlakuan menyikat gigi dengan pasta gigi buah lerak 7,5%
- Kelompok 2: Perlakuan menyikat gigi dengan pasta gigi SLS
3. Instruksi sehari sebelum pengambilan sampel biofilm berupa instruksi
menyikat gigi pada malam hari dan setelah sarapan pagi.
4.7.3.2 Tahap Pelaksanaan
Kunjungan IV
Pengambilan sampel pre test
1. Pada pagi hari, dilakukan pengambilan sampel biofilm permukaan gigi
dengan cotton swab steril pada permukaan bukal gigi molar satu kiri rahang atas
(Gambar 36)
2. Hapusan biofilm pada cotton swab dimasukkan ke dalam tabung reaksi
berisi 9 ml larutan NaCl 0,9% yang telah disterilkan sebelumnya di dalam
autoclaf selama 15 menit. Tabung reaksi ditutup dan diberi label sampel pre test
(Gambar 43).
Gambar 36. Pengambilan sampel
pre test
3. Sampel pre test dibawa ke laboratorium untuk diinkubasi selama 24 jam.
4. Pemberian instruksi kepada sampel penelitian untuk menghindari diet
karbohidrat tinggi sebelum perlakuan menyikat gigi dan pengambilan sampel post
test.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45
5. Perlakuan menyikat gigi
Untuk memperkecil angka kesalahan pada penelitian, maka dilakukan
persamaan persepsi antara subjek dengan mengajarkan cara menyikat gigi dengan
teknik bass, yaitu:
- Bulu sikat ditempatkan pada tepi gingiva membentuk sudut 45°
terhadap poros panjang gigi (Gambar 37A). Dengan tekanan disertai getaran,
ujung bulu sikat ditekankan ke sulkus gingiva dan embrasur interproksimal, bila
benar gingiva terlihat pucat.
- Sikat digerakkan maju mundur pendek-pendek 20 kali (Gambar 37B)
dengan ujung sikat tidak boleh keluar dari sulkus atau daerah interproksimal.
Gambar 37. A. Ujung bulu sikat ditempatkan pada tepi gingiva membentuk sudut
45o; B. Sikat maju mundur pendek-pendek
- Penyikatan permukaan vestibular gigi kaninus dilakukan dalam dua tahap
untuk mencegah tercakupnya prominensia yakni setengah bagian distal disikat
bersama gigi sebelah distalnya (Gambar 38A) dan setengah bagian mesial disikat
bersama gigi sebelah mesialnya (Gambar 38B).
Gambar 38. Penyikatan gigi kaninus A. Setengah bagian distal;
B. Setengah bagian mesial
A B
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46
- Penyikatan permukaan oral gigi anterior maksila dan mandibula
dilakukan dengan dua cara. Bila lengkung gigi cukup besar bulu sikat ditempatkan
secara horizontal (Gambar 39A) diantara gigi kaninus kiri dan kanan. Bila
lengkung gigi tidak cukup lebar, bulu sikat ditempatkan secara vertikal (Gambar
39B).
Gambar 39. A. Bulu sikat ditempatkan secara horizontal; B. Bulu sikat
ditempatkan secara vertikal
- Penyikatan pada permukaan oklusal (Gambar 40), bulu sikat ditekankan
kuat-kuat ke permukaan oklusi gigi sampai ujung bulu sikat tertekan sedalam
mungkin ke pit dan fisur, sikat digerakkan maju mundur pendek-pendek sebanyak
20 kali pada setiap segmen.
Gambar 40. Penyikatan pada permukaan oklusal
- Penyikatan dilakukan secara sistematis dimulai dari permukaan lingual
kiri rahang bawah ke lingual kanan. Kemudian permukaan palatal kanan rahang
atas ke palatal kiri. Lalu menyikat permukaan bukal kiri rahang atas ke bukal
kanan. Dilanjutkan ke permukaan bukal kanan rahang bawah ke bukal kiri.
Kemudian penyikatan permukaan oklusal gigi posterior rahang bawah kiri dan
kanan, serta rahang atas kanan dan kiri.
A B
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
Subjek penelitian kelompok I perlakuan diberi pasta gigi mengandung
ekstrak etanol buah lerak 7,5% seberat 1 gram yang diratakan pada bulu sikat gigi
dan lakukan penyikatan selama 2 menit. Subjek kelompok kontrol positif diberi
pasta gigi mengandung SLS sebesar 1 gram yang diratakan pada bulu sikat gigi
dan dilakukan penyikatan selama 2 menit (Gambar 41).
Gambar 41. Penyikatan gigi
dengan pasta gigi
7. Selanjutnya biofilm pada permukaan gigi posterior bagian bukal (molar
pertama kiri) diambil menggunakan cotton swab untuk penghitungan jumlah
bakteri sesudah perlakuan (post test) (Gambar 42).
Gambar 42. Pengambilan sampel post test
8. Dengan bantuan ekskavator sampel post test dimasukkan ke dalam
tabung reaksi berisi larutan NaCl steril sebanyak 5 ml (Gambar 44), lalu
diinkubasi selama 24 jam untuk nantinya dilakukan pengenceran 1/10 sebanyak
tiga kali.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
48
9. Kemudian dari pengenceran tersebut diambil 5 ml dengan mikropipet,
dilakukan penanaman pada media Nutrient Agar (NA) dan disimpan dalam
inkubator dengan suhu 37oC selama 24 jam.
10. Jumlah bakteri pada setiap piring petri yang tumbuh dihitung
menggunakan colony counter dengan CFU.
Gambar 43. Sampel pre test Gambal 44. Sampel post test
dalam tabung larutan NaCl dalam tabung larutan NaCl
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49
4.7.4 Pengamatan Jumlah Bakteri
Pengamatan dilakukan setalah dilakukan inkubasi selama 24 jam pada
suhu 37oC, sampel ditanamkan dalam media agar. Pengamatan dilakukan dengan
menghitung jumlah koloni bakteri pada permukaan agar menggunakan colony
counter.
1. Sampel biofilm gigi 26 diencerkan (Gambar 45) dan media agar tempat
tumbuh bakteri dimasukkan ke dalam piring petri (Gambar 46).
Gambar 45. Sampel yang sudah Gambar 46. Media agar dimasukkan ke
diencerkan dalam piring petri
2. Penanaman bakteri ke dalam piring petri dengan micropipet (Gambar
48), sebelumnya tabung di-vortex (Gambar 47).
Gambar 47. Tabung di-vortex Gambar 48. Penanaman bakteri ke
dalam proses pengenceran dalam piring petri
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50
3. Bakteri yang sudah ditanam, kemudian diinkubasi selama 24 jam
dengan suhu 37oC (Gambar 49). Setelahnya dilakukan penghitungan koloni
bakteri dengan colony counter (Gambar 50).
Gambar 49. Bakteri diinkubasi ke Gambar 50. Piring petri diletakkan
dalam inkubator di bawah colony counter
4. Hasil inkubasi koloni bakteri biofilm (Gambar 51 dan 52).
Gambar 51. Contoh hasil pre test Gambar 52. Contoh hasil post test
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51
5. Hasil penghitungan jumlah koloni bakteri biofilm dengan colony
counter (Gambar 53, 54, 55, dan 56).
Gambar 53. Bentuk koloni pre test SLS Gambar 54. Bentuk koloni post test SLS
Gambar 55. Bentuk koloni pre test Gambar 56. Bentuk koloni post test ekstrak
ekstrak etanol buah lerak 7,5% etanol buah lerak 7,5%
4.8 Analisa Data
Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi dan dianalisis secara
statistik dengan tingkat kemaknaan (a = 0,05) dengan uji statistik yaitu uji t
dependent dan t independent.
Koloni
Koloni
Koloni
Koloni
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1 Ekstrak Etanol Buah Lerak
Ekstrak etanol buah lerak dihasilkan dari 1 kg buah lerak yang dikeringkan
setelahnya dihaluskan untuk mendapatkan serbuk simplisia. Serbuk ini kemudian
dimaserasi dengan etanol 70%, disaring dengan perkolator. Setelahnya diuapkan
dengan vaccum rotavapor menghasilkan ekstrak kental buah lerak dan berwarna
kecoklatan. Ekstrak ini kemudian disimpan dalam wadah tertutup (Gambar 57).
Gambar 57. Ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC)
5.2 Pasta Gigi Ekstrak Etanol Buah Lerak 7,5%
Pasta gigi ini merupakan campuran dari massa I yaitu kalsium karbonat,
kalsium hidroksida dan magnesium karbonat ditambah gliserin. Massa II yaitu
gom arab, aquades, dan asam sitrat. Massa III yaitu sakarin dan nipagin.
Kemudian tambahkan ekstrak etanol buah lerak sebanyak 7,5 gram untuk
mendapatkan konsentrasi 7,5% (Gambar 58) dan dikemas dalam tube pasta gigi.
Gambar 58. Pasta gigi ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC) 7,5%
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
53
5.3 Data Jumlah Koloni Bakteri Biofilm
Penelitian ini dilakukan terhadap 20 orang sampel yang dibagi secara acak
ke dalam 2 kelompok. Kelompok I adalah 10 orang sampel yang diberikan
perlakuan berupa menyikat gigi dengan pasta gigi ekstrak etanol buah lerak 7,5%,
kelompok II adalah 10 orang sampel yang diberikan perlakuan berupa menyikat
gigi dengan pasta gigi SLS. Sebelumnya kedua kelompok sampel tersebut diukur
tingkat resiko kariesnya menggunakan aplikasi kariogram. Tingkat resiko karies
yang masuk dalam kriteria inklusi adalah sampel dengan resiko karies sedang.
Data penghitungan jumlah koloni bakteri biofilm pada masing-masing kelompok
yang diberikan perlakuan dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Data jumlah koloni bakteri biofilm kelompok I yaitu pasta gigi ekstrak
etanol buah lerak 7,5% dan kelompok II yaitu pasta gigi SLS, sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan.
No. Nama
Sampel
Pasta Gigi Ekstrak Etanol
Buah Lerak 7,5 (CFU/ml)
Pasta Gigi SLS
(CFU/ml)
Pre Test Post Test Pre Test Post Test
1. 001 962 x 103 311 x 10
3 388 x 10
3 79 x 10
3
2. 002 549 x 103 30 x 10
3 156 x 10
3 18 x 10
3
3. 003 169 x 103 42 x 10
3 167 x 10
3 6 x 10
3
4. 004 593 x 103 211 x 10
3 11 x 10
3 4 x 10
3
5. 005 702 x 103 63 x 10
3 256 x 10
3 39 x 10
3
6. 006 288 x 103 117 x 10
3 212 x 10
3 22 x 10
3
7. 007 55 x 103 11 x 10
3 562 x 10
3 23 x 10
3
8. 008 472 x 103 200 x 10
3 95 x 10
3 45 x 10
3
9. 009 280 x 103
167 x 103
744 x 103
2 x 103
10. 010 48 x 103
19 x 103
33 x 103
7 x 103
Rata-rata
(X ± SD)
411.600 ±
297.205,95179
117.000 ±
101.657,37662
262.400 ±
236.719,80624
24.500 ±
24.098,17882
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
54
Rata-rata Koloni Bakteri
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
400.000
450.000
Pre Test
Pasta Gigi
Buah Lerak
Post Test
Pasta Gigi
Buah Lerak
Pre Test
Pasta Gigi
SLS
Post Test
Pasta Gigi
SLS
Rata-rata Koloni Bakteri
Gambar 59. Grafik rata-rata koloni bakteri biofilm kelompok pasta gigi buah lerak
7,5% dan pasta gigi SLS terhadap, sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.
Dari tabel 1 dan gambar 59, pada kelompok I yaitu kelompok sampel yang
diberikan perlakuan menyikat gigi dengan pasta gigi ekstrak etanol buah lerak
7,5% dan kelompok II yaitu kelompok sampel yang diberikan perlakuan menyikat
gigi dengan pasta gigi SLS dapat dilihat terjadi penurunan jumlah koloni bakteri
biofilm dari sebelum diberi perlakuan menjadi turun setelah diberi perlakuan.
Sebelum dilakukan analisis data, sebaran data jumlah koloni bakteri
biofilm kedua kelompok dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Uji ini
penting sebagai prasyarat dalam menggunakan uji t (Tabel 3 dan 4).
Tabel 3. Uji Normalitas
Nama Kelompok N Sig.
Kelompok I Sebelum 10 0,684
Sesudah 10 0,227
Kelompok II Sebelum 10 0,188
Sesudah 10 0,067
Hasil uji normalitas pada tabel di atas menunjukkan bahwa sebaran data
pada kedua kelompok baik sebelum maupun sesudah perlakuan terdistribusi
dengan normal. Hal ini diinterpretasikan dari nilai signifikannya lebih besar dari
ambang batas maksimal 0,05 (Sig. > 0,05).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
55
Tabel 4. Uji Homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
0,224 1 18 0,642
Hasil uji homogenitas pada tabel di atas menunjukkan bahwa varian dari
dua kelompok di atas adalah sama. Hal ini diinterpretasikan dari nilai
signifikannya lebih besar dari 0,05 (Sig. > 0,05).
Data jumlah koloni bakteri biofilm pada masing-masing kelompok
perlakuan baik sebelum perlakuan maupun setelah perlakuan menggunakan
colony counter selanjutnya dianalisis menggunakan uji t dependent untuk melihat
nilai kemaknaan dari data sebelum dan sesudah perlakuan dalam satu kelompok.
Kemudian dilakukan uji t independent untuk melihat perbandingan nilai dari
kedua kelompok.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56
5.4 Hasil Uji Statistik T Dependent dan Independent
Pada kelompok I yaitu menyikat gigi dengan pasta gigi ekstrak etanol
buah lerak 7,5%, rata-rata jumlah koloni bakteri sebelum perlakuan (pre test)
adalah 411.600 ± 297.205,95179 dan setelah perlakuan (post test) adalah 117.000
± 101.657,37662. Pada kelompok II yaitu menyikat gigi dengan pasta gigi SLS,
rata-rata jumlah koloni bakteri sebelum perlakuan (pre test) adalah 262.400 ±
236.719,80624 dan setelah perlakuan (post test) adalah 24.500 ± 24.098,17882
(Tabel 5).
Tabel 5. Nilai rata-rata jumlah koloni bakteri sebelum dan sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok.
No. Kelompok N
Rata-rata Jumlah Bakteri
(X ± SD) (CFU/ml)
Hasil Uji Statistik Sebelum
Perlakuan
Sesudah
Perlakuan
1. Kelompok I 10 411.600 ±
297.205,95179
117.000 ±
101.657,37662 P = 0,004
2. Kelompok
II 10
262.400 ±
236.719,80624
24.500 ±
24.098,17882 P = 0,011
*Kelompok I: pasta gigi ekstrak etanol buah lerak 7,5%; Kelompok II: pasta gigi
SLS
Dari tabel 5 di atas, pada kelompok I dan II dapat dilihat terjadi penu
runan nilai rata-rata jumlah koloni bakteri setelah pemberian perlakuan dibanding
sebelum pemberian perlakuan.
Data hasil pengujian efek antibakteri pada masing-masing kelompok
perlakuan baik sebelum maupun setelah perlakuan yang diperoleh menggunakan
colony counter selanjutnya dianalisis menggunakan uji t dependen untuk melihat
hubungan jumlah koloni bakteri sebelum dan sesudah perlakuan dalam hal ini
yang dimaksudkan efek antibakteri pasta setelah perlakuan dari tiap masing-
masing kelompok.
Hasil uji statistik t dependent pada kelompok I didapatkan nilai p value =
0,004. Dari hasil perhitungan statistik nilai p value = 0,004 (p < 0,05) dapat
diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara rata-rata jumlah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
57
koloni bakteri sebelum dan sesudah perlakuan menyikat gigi dengan pasta gigi
buah lerak 7,5%. Pada kelompok II didapatkan nilai p value = 0,011. Dari hasil
perhitungan statistik nilai p value = 0,011 (p < 0,050) sehingga dapat
diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara jumlah koloni
bakteri sebelum dan sesudah perlakuan menyikat gigi dengan pasta gigi SLS.
Kemudian kedua data kelompok tersebut dianalisis menggunakan uji t
independent untuk melihat perbandingan kedua kelompok perlakuan antara pasta
gigi etanol buah lerak 7,5% dan pasta gigi SLS (Tabel 6).
Tabel 6. Uji Statistik t independent antara kelompok I dan II
No. Kelompok N Rata-rata dari Selisih Jumlah
Bakteri (X ± SD) (CFU/ml) Hasil Uji Statistik
1. Kelompok I 10 294.600 ± 239.062,61383
P = 0,600
2. Kelompok
II 10 237.900 ± 236.168,70147
Hasil uji t independent di atas menunjukkan bahwa meskipun rata-rata
jumlah koloni bakteri biofilm permukaan gigi terjadi penurunan tetapi
perbandingan kedua kelompok menunjukkan hasil yang tidak signifikan pasta gigi
ekstrak etanol buah lerak 7,5% dalam menurunkan jumlah koloni bakteri. Hal ini
dapat diinterpretasikan dari nilai p value yang di atas, nilai p valuev = 0,600. Nilai
ini lebih besar dari nilai batas akhir 0,05 (p value > 0,05). Dengan hasil uji
tersebut menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara pasta gigi ekstrak
etanol buah lerak 7,5% dengan pasta gigi SLS dalam menurunkan jumlah koloni
bakteri biofilm pada permukaan gigi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
58
BAB 6
PEMBAHASAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental quasi dengan
rancangan penelitian pretest and posttest control group yaitu perbandingan efek
antibakteri antara menyikat gigi dengan pasta gigi ekstrak etanol buah lerak 7,5%
dan pasta gigi SLS pada 20 orang sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok
perlakuan. Jenis penelitian quasi yang dilakukan oleh peneliti ini tergolong pada
fase II pada penelitian uji klinis yaitu menguji efek farmakologi suatu obat
terhadap sekelompok kecil penderita. Akan tetapi, penelitian ini tidak termasuk
dalam penelitian uji klinis karena jumlah sampel yang digunakan sebanyak 20
sampel sedangkan uji klinis jumlah sampel minimal yang digunakan 100 sampel.
Surat izin kelayakan etik penelitian ini diperoleh dari komisi etik penelitian
kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, No: 557/TGL/KEPK-
FK USU-RSUP HAM/2018.
Pada penelitian ini, 20 orang sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi
dan eksklusi penelitian. Sampel penelitian harus memiliki tingkat resiko karies
yang sedang yang diukur menggunakan kariogram. Pengukuran ini dilakukan
dengan mempertimbangkan beberapa aspek yaitu pengalaman karies (skor
DMFT), asupan makanan, frekuensi makanan, jumlah plak, aplikasi fluor, sekresi
saliva (selama 5 menit), buffer saliva, dan penilaian klinis. Masing-masing aspek
akan diberikan skor sesuai yang sudah ditetapkan yang selanjutnya dihitung resiko
kariesnya menggunakan aplikasi kariogram secara komputerisasi. Pengukuran
risiko karies terbagi atas 5 sektor yaitu hijau (peluang untuk menghindari karies),
biru (pola makan), merah (bakteri), biru muda (kerentanan), dan biru kuning
(keadaan lain yang berpengaruh). Hasil pengukuran risiko karies ditentukan oleh
sektor hijau yang menjelaskan peluang seseorang untuk menghindari karies yaitu
risiko rendah jika sektor hijau >75%, risiko sedang jika sektor hijau 25%-75%,
dan risiko tinggi jika sektor hijau <25%.1 Kelemahan pada pemeriksaan
kariogram ini, peneliti tidak melakukan pemeriksaan bakteri s. mutans pada
biofilm dalam usaha menghomogenkan sampel penelitian.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
59
Selain itu, sampel yang memenuhi resiko karies sedang masih memiliki
gigi 26 yang baik atau utuh serta sampel tidak boleh menggunakan perangkat
ortodonti, prostodonti, dan penyakit sistemik. Hal tersebut dapat menyebabkan
jumlah koloni bakteri bertambah atau berkurang dari biasanya sehingga hasilnya
menjadi bias. Penggunaan perangkat ortodonti dan prostodonti dapat
menyebabkan meningkatnya jumlah koloni bakteri sedangkan penderita penyakit
sistemik mengindikasikan penggunaan obat-obatan yang dapat menurunkan
maupun meningkatkan jumlah koloni bakteri.
Penelitian ini mengambil hapusan biofilm permukaan gigi 26 yang
diketahui biofilm merupakan tempat melekatnya koloni bakteri penyebab karies
untuk dapat hidup. Hapusan biofilm dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan
sesudah perlakuan berupa menyikat gigi. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan
perbandingan jumlah koloni bakteri sampel sebelum dan sesudah diberikan
perlakuan sehingga dapat diketahui efek antibakteri dari kedua pasta tersebut.
Hapusan biofilm pertama (pre test) dilakukan pada pagi hari pada saat sampel
sampai di lokasi penelitian yaitu Fakultas Kedokteran Gigi USU dan hapusan
kedua (post test) dilakukan pada saat jam ishoma setelah melakukan penyikatan
menggunakan pasta gigi.
Pengujian efek antibakteri dilakukan dengan menggunakan colony counter
secara komputerisasi untuk menghitung jumlah koloni bakteri sebelum dan
sesudah perlakuan. Penggunaan colony counter secara komputerisasi dipilih
karena dipercaya memiliki tingkat keakuratan yang baik dan mempermudah serta
mempercepat proses penghitungan jumlah koloni bakteri. Objek penelitian untuk
menghitung jumlah koloni bakteri diperoleh dari hapusan biofilm gigi 26 (molar
pertama kiri rahang atas) yang dimasukkan ke dalam tabung berisi larutan NaCl,
selanjutnya larutan tersebut akan diecerkan untuk ditanamkan pada media PCA
(plate count agar). Media PCA tersebut akan diinkubasi selama 24 jam sebelum
dihitung jumlah koloni bakterinya.
Pada penelitian lain sebelumnya juga pernah dilakukan oleh Adam, dkk
(2017) yaitu meneliti pasta gigi mengandung enzim dan protein terhadap ekologi
mikroba plak dalam rongga mulut. Penelitian dilakukan dengan metode penelitian
studi klinis dengan kriteria umur 18 tahun ke atas dengan jumlah sampel sebanyak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
60
111 sampel. Penelitian ini mengharuskan (inklusi) sampel memiliki minimal 20
gigi dan tidak menggunakan antibiotik atau mendapatkan pembersihan gigi oleh
profesional dalam kurung 1 bulan terakhir. Sampel yang digunakan tidak boleh
(eksklusi) yaitu ibu hamil, ibu menyusui, penderita diabetes, pengguna gigi tiruan,
perokok dalam 6 bulan terakhir, penggunaan obat-obatan yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian dan karies yang tidak terawat/penderita
periodontitis. Penelitian menggunakan randomisasi untuk menentukan perlakuan
dengan paralel kelompok studi. Pada tahap awal semua sampel penelitian
diberikan pasta gigi fluor dengan penggunaan selama 4 minggu di rumah.
Kemudian setelah 4 minggu, dilakukan pengambilan biofilm pada permukaan
rahang atas untuk pemeriksaan. Sampel penelitian kemudian dibagi kedalam 2
kelompok pasta gigi yaitu kelompok 1 merupakan kelompok perlakuan pasta gigi
dengan kandungan enzim dan protein sedangkan kelompok 2 merupakan pasta
gigi fluor tanpa enzim dan protein. Sampel diinstruksikan untuk menyikat gigi
selama 14 hari dengan frekuensi 2 kali sehari menggunakan pasta gigi tersebut
sesuai kelompok masing-masing. Setelahnya, sampel biofilm diambil dari
permukaan rahang atas dan dilakukan analisis.38
Hal ini tentu cukup berbeda
dengan penelitian ini yang membagi sampe penelitian kedalam 2 kelompok tanpa
ada perlakuan pendahaluan dengan pasta gigi fluor dan pengambilan sampel
dilakukan dalam 1 hari saja.
Proses pengambilan sampel, kelompok I diberikan perlakuan menyikat
gigi berupa pasta gigi ekstrak etanol buah lerak 7,5%. Berdasarkan hasil uji
statistik t dependent, pada kelompok ini terlihat perbedaan yang signifikan (p <
0,05) yaitu p value 0,004 (Tabel 5) dengan rata-rata penurunan sebesar 294.600
koloni bakteri (Tabel 6). Hal ini dikarenakan buah lerak memiliki kandungan
saponin yang tinggi sebesar 28%. Saponin dikenal sebagai senyawa yang dapat
menyebabkan busa sebagai foaming agent sama seperti efek yang diberikan oleh
SLS pasta gigi komersil pada umumnya. Selain itu, buah lerak juga mengandung
senyawa aktif flavonoid, polifenol, dan alkaloid yang dapat berfungsi sebagai
antibakteri.13
Hasil ini sesuai dengan pernyataan Purwayudha (2010) yang mempelajari
bahwa air rebusan buah lerak 5% dalam komposisi pasta gigi dapat berperan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
61
sebagai foaming agent yang menghasilkan busa yang bersifat stabil setelah proses
penyikatan gigi dalam waktu 2 menit.12
Pernyataan di atas didukung dengan hasil
skrining fitokimia dan analisis kromatografi oleh Fajriaty, dkk (2017) terhadap
lapisan tipis dari ekstrak etanol buah lerak mengandung senyawa golongan
senyawa metabolit sekunder alkaloid, saponin, tannin, kuinon, steroid/terpenoid,
dan fenol. Ekstrak etanol buah lerak memiliki aktivitas saponin yang tinggi
dengan nilai indeks busa 20000.
Menurut Yanti (2016), saponin bekerja sebagai surfaktan atau deterjen
akan menyerang lapisan batas sel bakteri melalui ikatan gugus polar saponin
dengan polisakarida dan peptidoglikan serta gugus non-polar saponin dengan LTA
sehingga menyebabkan terjadinya gangguan permeabilitas sel, fungsi sel, sel lisis,
dan kemudian mati. Mekanisme senyawa flavonoid diduga dengan cara merusak
membran sel karena sifatnya yang lipofilik dan kemampuannya membentuk
kompleks dengan protein ekstraseluler. Senyawa fenol bersifat toksik terhadap
mikroorganisme karena dapat menginhibisi enzim penting mikroorganisme
sehingga mengganggu fungsi sel serta perusakan senyawa protein yang dapat
mengganggu semipermeabilitas membran sel. Alkaloid dapat berikatan dengan
DNA sel sehingga mengganggu fungsi sel diikuti kematian sel.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Irham (2007) yang
menunjukkan bahwa berbagai sediaan buah lerak terhadap Streptococcus mutans
secara in vitro memiliki efek antibakteri yang signifikan. Leontara (2014) juga
menemukan bahwa buah lerak dalam bentuk sediaan ekstrak murni memiliki efek
antibakteri yang signifikan dengan nilai KBM pada konsentrasi 25%. Hasil ini
menyimpulkan bahwa hipotesis pertama penelitian ini terbukti bahwa pasta gigi
ekstrak etanol buah lerak 7,5% memiliki efek antibakteri terhadap koloni bakteri.
Kelompok selanjutnya pada penelitian ini adalah kelompok II yang
diberikan pasta gigi SLS. Sebagaimana diketahui SLS atau sodium lauryl sulfate
adalah salah satu bahan yang umum didapatkan dalam pasta gigi sebagai bahan
deterjen. Senyawa ini dapat menghasilkan busa (foaming agent), menurunkan
tegangan permukaan sehingga biofilm pada permukaan terangkat.9 SLS
merupakan bahan yang bersifat surfaktan anion yang biasa terdapat dalam produk-
produk pembersih. Bahan ini mempunyai sifat ambifilik yang merupakan syarat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
62
sebagai deterjen.27
Hasil uji statistik t dependent yang digunakan pada kelompok
pasta gigi SLS menunjukkan penurunan rata-rata jumlah yang signifikan (p <
0,05) dengan p value sebesar 0,011 (Tabel 5), dengan rata-rata penurunan jumlah
koloni bakteri yaitu 237.900 koloni bakteri (Tabel 6). Hasil ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh peneliti tentang kemampuan SLS dalam menurunkan
jumlah koloni bakteri biofilm permukaan gigi.
Uji statistik t independent menunjukkan bahwa pasta gigi ekstrak etanol
buah lerak 7,5% merupakan kelompok yang memiliki penurunan jumlah koloni
bakteri biofilm yang paling tinggi tetapi tidak signifikan jika dibandingkan dengan
kelompok pasta gigi SLS (Tabel 6). Hal ini dapat disebabkan kedua bahan ini
memiliki kemampuan yang tidak jauh berbeda sebagai bahan pasta gigi untuk
menurunkan jumlah koloni bakteri biofilm.12
Hasil uji statistik menunjukkan
bahwa hipotesa penelitian yang kedua tidak diterima karena hasil nilai statistik
yang didapatkan tidak signifikan. Hal ini diduga dapat disebabkan oleh beberapa
kondisi yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Beberapa hal tersebut yaitu
bentuk bahan lerak yang digunakan berbeda dari penelitian sebelumnya.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Silviani, dkk (2015) menggunakan
rebusan lerak dan Irham (2007) menggunakan ekstrak murni untuk melihat efek
antibakteri buah lerak tetapi dalam penelitian ini ekstrak buah lerak dikemas
dalam bentuk pasta gigi. Hal ini diperkirakan dapat menurunkan konsentrasi
ekstrak etanol buah lerak.
Hal ini didukungan dengan hasil penelitian Silviani, dkk (2015) yang
meneliti antibakteri rebusan lerak terhadap pertumbuhan Escherichia coli
menyatakan bahwa ketidakmampuan rebusan lerak membunuh bakteri dalam
konsentrasi kecil dikarenakan pelarut aquades. Dalam penelitian yang peneliti
lakukan aquades ditambahkan dalam komposisi pasta gigi. Penambahan aquades
tersebut dapat menyebabkan efek melarutkan terhadap konsentrasi ekstrak etanol
buah lerak. Pelarut aquades dapat menarik karbohidrat seperti gom dan pati
sehingga dapat menurunkan keefektivitasannya dalam menghambat pertumbuhan
bakteri.
Sehubungan dengan penggunaan pelarut yang digunakan peneliti,
penelitian ini masih memiliki kekurangan yaitu penggunaan pelarut etanol yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
63
merupakan etanol teknis 96% yang telah diencerkan dengan aquades menjadi
etanol 70%. Sebaiknya menggunakan etanol pro analis yang kadar konsentrasinya
secara kuantitatif telah dianalisa di laboratorium sehingga memiliki tingkat
kemurnian yang tinggi (>99,5%). Kekurangan ini menyebabkan ekstrak etanol
buah lerak yang dihasilkan masih memiliki kandungan air yang cukup banyak dan
zat-zat lainnya. Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian terdahulu, pada
penelitian efek antibakteri terhadap S. mutans oleh Irham (2007) menggunakan
pelarut metanol. Pemilihan pelarut etanol karena pelarut ini relatif aman/tidak
toksik untuk digunakan pada produk-produk yang diaplikasikan kepada manusia.
Selain itu, penelitian ini mengambil sampel yang berbeda dengan
penelitian sebelumnya oleh Leontara (2014) dan Irham (2007) . Sampel yang
digunakan merupakan sampel bakteri tertentu (tunggal) yang dilakukan secara in
vitro sehingga bakteri yang diamati sudah ditentukan oleh peneliti. Sedangkan
pada penelitian ini sampel yang digunakan yaitu koloni bakteri biofilm yang
langsung diambil dari rongga mulut subjek penelitian. Hal ini menyebabkan jenis
bakteri yang diamati bermacam-macam. Peneliti menemukan bahwa efek
antibakteri ekstrak lerak dengan konsentrasi berbeda-beda tiap jenis bakteri yaitu
nilai KBM P. gingivalis adalah 25%, F. Nucleatum 0,25%, E.faecalis 25%,
Enteropathogenic Escherichia coli 75%, dan larutan irigasi ekstrak lerak 0,01%.
Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah lerak memiliki
efek antibakteri yang lebih tinggi terhadap bakteri gram positif E. Faecalis (KBM
25%) dibandingkan dengan bakteri gram negatif F. nucleatum (KBM 0,25%).
Perbedaan antara bakteri gram positif dan gram negatif terhadap bahan ekstrak
etanol buah lerak kemungkinan karena perbedaan struktur dinding sel, jumlah
peptidoglikan, komponen lemak (lipid) dan reseptor, serta aktivitas enzim
autolisis yang menyebabkan terjadinya penetrasi, pengikatan, serta aktivitas kerja
agen antimikroba.17
Hal lainnya yang dapat mempengaruhi yaitu jumlah sampel yang
tergolong sedikit ikut menyebabkan perbedaan tidak terlihat secara signifikan
karena lebih kecil jumlah sampel, lebih besar tingkat kesalahan. Tempat buah
lerak dengan geografis berbeda dapat menyebabkan hasil yang berbeda karena ada
kemungkinan kadar senyawa aktif yang terkandung dalam buah lerak tidak sama.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
64
Penelitian ini mengambil buah lerak yang berasal Desa Jetisdonolayan, Kelurahan
Donoharjo, Kecamatan Ngaglik, Yogyakarta, sedangkan penelitian terdahulu yang
dilakukan terhadap S. mutans dan C. albicans berasal dari Desa Muara Imat, Kab.
Kerinci, Jambi. Penelitian lainnya yang dilakukan terhadap E. Faecalis, P.
gingivalis, dan F. nucleatum berasal dari Desa Maga Panyabungan Sumatera
Utara. Akan tetapi, meskipun hasil uji statistik dan beberapa faktor menunjukkan
pasta gigi buah lerak 7,5% tidak memiliki perbedaan bermakna dibandingkan
pasta gigi SLS, menurut peneliti pasta gigi buah lerak 7,5% memiliki keunggulan
lebih baik dari segi jumlah rata-rata penurunan koloni bakteri. Pasta gigi buah
lerak 7,5% mampu menurunkan jumlah koloni bakteri dalam jumlah yang lebih
besar dibandingkan pasta gigi SLS. Hal ini membuat altertif kesimpulan lain
bahwa pasta gigi buah lerak 7,5% memiliki efek antibakteri yang lebih baik,
sehingga perlu penyelidikan dan penelitian lanjutan yang mendalam untuk
membuktikan hasil hipotesa pada penelitian ini.
Dalam penelitian ini, prosedur penyikatan gigi yang digunakan teknik bass
dengan tingkat ketelitian subjek dalam menyikat gigi yang berbeda-beda. Teknik
ini digunakan untuk menyamakan semua perlakuan subjek penelitian sehingga
perbandingan efek antibakteri tiap kelompok dapat mudah terlihat. Disamping
kandungan senyawa buah lerak, perlakuan menyikat gigi juga memberikan efek
mekanis terhadap biofilm. Efek mekanis ini dihasilkan dari kontak antara
permukaan gigi dan bulu sikat gigi. Wiradona, dkk. (2013) menyatakan bahwa
setelah menggosok gigi dapat mengurangi tingkat plak yang signifikan, meskipun
penghapusan plak akan meningkat secara ekstrim dengan menggosok gigi selama
180 detik dapat menghapus plak 55% lebih banyak dibandingkan menggosok gigi
selama 30 detik. Menggosok gigi selama 120 detik dapat menghapus plak 26%
lebih banyak dibandingkan menggosok gigi selama 45 detik.35
Sehingga frekuensi
dan waktu kontak penyikatan gigi yang tepat akan sangat mempengaruhi
pembersihan plak selain efek antibakteri buah lerak pada penelitian ini.
Selain dari pada efek antibakteri, pasta gigi diharapkan mampu mengatasi
penyakit gigi selain karies seperti gingivitis, pembentukan kalkulus, atau
sensitivitas gigi serta memenuhi kebutuhan kosmetik untuk menghilangkan stein
ekstrinsik akibat rokok, makanan, teh atau kopi pada permukaan gigi.1
Sebuah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
65
pasta gigi harus memenuhi syarat utama pasta gigi seperti yang terdapat pada teori
penelitian ini yaitu pasta gigi mampu membersihkan gigi (sisa makanan, plak dan
noda), meninggalkan sensasi bersih dan segar pada mulut setelah berkumur, harga
terjangkau, tidak berbahaya, stabil selama penyimpanan, bahan abrasif yang
digunakan sesuai dengan enamel dan dentin serta teruji klinis.37
Dari teori tersebut,
menurut peneliti pasta gigi ekstrak etanol buah lerak 7,5% masih perlu dilakukan
penelitian lanjutan dan pengembangan, khususnya pada aspek sensasi bersih dan
segar setelah berkumur, stabil selama selama penyimpanan dan keterjangkauan
harga.
Penggunaan dari pasta gigi ekstrak etanol buah lerak 7,5% perlu
ditingkatkan dari segi rasa yang dihasilkan. Berdasarkan penuturan dari subjek
penelitian dan observasi secara langsung oleh peneliti, terdapat keluhan rasa pahit
dari pasta gigi tersebut. Pasta gigi tersebut tidak dapat memberikan sensasi segar
dalam rongga mulut. Hal ini berbeda dengan pasta gigi SLS yang tidak mendapat
keluhan dari subjek penelitian. Stabilitas pasta gigi buah lerak dalam
penyimpanan juga perlu diteliti mengingat pada penelitian ini peneliti tidak
mengamati kemampuan stabilitas dari pasta gigi tersebut. Secara komersil,
menurut peneliti harus dilakukan penghitungan ongkos yang diperlukan mulai
dari produksi hingga distribusi ke pengguna untuk melihat keterjangkauan harga
pasta gigi buah lerak, jika hendak diproduksi massal untuk kebutuhan komersil.
Penggunaan pasta gigi SLS oleh peneliti sebagai kelompok kontrol dan
bukan menggunakan pasta gigi komersil, dilakukan karena pasta gigi yang beredar
secara komersil saat ini banyak mengandung bahan teraupetik lainnya di luar SLS.
Menurut peneliti, hal tersebut akan sangat mempengaruhi sehingga data penelitian
yang dihasilkan akan menjadi bias. Pernyataan ini didukung dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ezzati (2018) yang menemukan bahwa konsentrasi minimal
efek antibakteri ekstrak buah lerak yaitu 12,5%, akan tetapi efek antibakteri pasta
gigi tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan pasta gigi komersil.
Selain itu, sebuah pasta gigi harus memenuhi syarat mutu pasta gigi berdasarkan
SNI 12-3524-1995 seperti pada teori pustaka penelitian ini. Suatu pasta gigi
dikatakan bermutu jika telah memenuhi syarat tersebut yaitu karbohidrat yang
dapat terfermentasi, pH, cemaran logam (Pb, Hg, dan As), cemaran mikroba, zat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
66
pengawet, formaldehida maksimal, fluor, zat warna, dan organoleptik. Sehingga
menurut peneliti pasta gigi buah lerak ini masih memerlukan penelitian lebih
lanjut tentang mutu berdasarkan SNI.
Penghitungan skor resiko karies yang dilakukan oleh peneliti juga
mempengaruhi penelitian ini. Sektor hijau yang digunakan untuk menentukan
resiko karies sedang memiliki range yang terlalu besar yaitu 25-75%. Sebaiknya
penentuan kriteria sampel yang digunakan penelitian cukup dengan mengukur pH
biofilm. Penggunaan skor karies ini juga tidak dapat menentukan tingkat maturasi
biofilm yang diambil oleh peneliti. Jarak waktu pengambilan pre test dan post test
yaitu ± 4 jam, dengan pembentukan koloni bakteri hanya sampai pada tahap mikro
koloni. Sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pengambilan
sampel biofilm yang sudah maturasi. Mengingat butuh biaya yang besar untuk
melakukan pengukuran pH biofilm, peneliti akhirnya memilih menggunakan
kariogram yang lebih murah dan mudah didapatkan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
67
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Efek antibakteri pasta gigi ekstrak etanol buah lerak 7,5% setelah diuji
ditemukan pada kelompok I yaitu kelompok pasta gigi ekstrak etanol buah lerak
7,5% terjadi penurunan rata-rata jumlah koloni bakteri. Jumlah rata-rata koloni
bakteri pada kelompok I sebelum perlakuan 411.600 sedangkan setelah perlakuan
117.000. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama pada penelitian ini
terbukti bahwa pasta gigi ekstrak etanol buah lerak 7,5% mempunyai efek
antibakteri dalam menurunkan jumlah koloni bakteri biofilm pada permukaan gigi.
Pada kelompok II yaitu kelompok pasta gigi sodium lauryl sulfat juga ditemukan
penurunan rata-rata jumlah koloni bakteri. Jumlah rata-rata koloni bakteri pada
kelompok II sebelum perlakuan 262.400 sedangkan setelah perlakuan 24.500.
Uji t dependent pada kelompok I dan II menunjukkan bahwa pada
kelompok I dan II terdapat perbedaan bermakna setelah diberikan perlakuan (p <
0,05). Kemudian data dari dua kelompok tersebut diuji dengan uji t independent
untuk melihat perbandingan antara dua kelompok dan ditemukan bahwa tidak
terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok dalam menurunkan jumlah
koloni bakteri (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis kedua pada
penelitian ini tidak terbukti bahwa terdapat perbedaan pasta gigi ekstrak etanol
buah lerak 7,5% dengan pasta gigi sodium lauryl sulfat terhadap jumlah koloni
bakteri biofilm permukaan gigi.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa pasta
gigi ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC) 7,5% memiliki efek antibaktei
terhadap jumlah koloni bakteri biofilm permukaan gigi, akan tetapi tidak terdapat
perbedaan bermakna antara efek antibakteri pasta gigi ekstrak etanol buah lerak
(Sapindus rarak DC) 7,5% dengan pasta gigi sodium lauryl sulfat terhadap
jumlah koloni bakteri pada biofilm permukaan gigi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
68
7.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variasi konsentrasi
ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC) yang berbeda dan lebih tinggi.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jumlah
sampel yang lebih banyak sehingga hasil penelitian lebih akurat.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kemampuan dari pasta
gigi ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC) selain efek antibaktei seperti
pembentukan kalkulus, gingivitis, dan sensitivitas serta efek kosmetik untuk
menghilangkan stein ekstrinsik.
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan pelarut
yang berbeda dan lebih murni dibanding etanol 70% yaitu menggunakan pelarut
pro analis.
5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pemeriksaan sampel
biofilm yang mengalami maturasi dan identifikasi jenis-jenis bakteri yang
mengalami penurunan setelah penggunaan pasta gigi ekstrak etanol buah lerak
(Sapindus rarak DC).
6. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang stabilitas pasta gigi
dalam penyimpanan, zat penambah rasa dan warna ke dalam komposisi pasta gigi
ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC) sehingga mengurangi keluhan
subjek penelitian tentang rasa pahit serta meningkatkan nilai estetik dari pasta gigi
buah lerak.
7. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang syarat mutu pasta gigi
ekstrak buah lerak berdasarkan SNI.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
69
DAFTAR PUSTAKA
1. Pintauli S, Hamada T. Menuju Gigi dan Mulut Sehat. Pencegahan dan
Pemeliharaan. Medan: USU Press, 2008: 4-11, 93.
2. World Health Organization. Sugars and Dental Caries. WHO Technical
Information Note. 2017; 1-4.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2017. Kesehatan Gigi. Laporan
Nasional 2007; 130-44.
4. Samaranayeke L. Essential Microbiology For Dentistry. 4th
ed. Hong Kong:
Elsevier, 2012: 265-84.
5. Dental Caries. ln: Fejerskov O, Kidd E, editors. The Disease and its Clinical
Management. 2nd
ed.Oxford: Blackwell, 2008. 164-78.
6. Kidd EAM, Fejerskov O. What Contitutes of Dental Caries? Histopathology
of Carious Enamel and Dentin Related to the Action Cariogenic Biofilms. J
Dent Res 2004; 83: 35-8.
7. Marsh PD, Bradshaw DJ. Dental Plaque as a Biofilm. J of Industrial
Microbiology 1995; 15: 170.
8. Featherstone JDB. Caries Prevention and Reversal Based on the Caries
Balance. Conference Pediatric Dentistry 2006; 28(2):128-31.
9. Limeback H, editor. Comprehensive Preventive Dentistry. Oxford: Wiley-
Blackwell, 2012: 126.
10. Kementerian Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi 2016. Rencana Induk
Riset Nasional 2015-2045. Bidang Pengembangan Teknologi Kesehatan dan
Obat; Versi 3.5.2: 52-5.
11. Universitas Sumatera Utara 2017. Rencana Induk Penelitian Universitas
2016-2020. TALENTA; 1-2.
12. Purwayudha IGPS. Buah Lerak (Sapindus rarak) Sebagai Foaming Agent
Dalam Pasta Gigi. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga, 2010.
13. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Perkebunan 2009. Warta Penelitian Dan Pengembangan.
Lerak (Sapindus rarak) Tanaman Industri Pengganti Sabun; 15(2): 7-8.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
70
14. Yatmi RI. Efektivitas Ekstrak Daging Buah Lerak (Sapindus rarak) 0,01%
Sebagai Dentin Conditioner Dalam Membersihkan Smear Layer. Skripsi.
Jember: Universitas Jember, 2012.
15. Ramadhani A. Pengaruh Bahan Irigasi Antara Ekstrak Etanol Buah Lerak
(Sapindus rarak DC) Dengan Sodium Hipoklorit Dan EDTA Terhadap Smear
Layer Saluran Akar Gigi Studi SEM. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera
Utara, 2016.
16. Leontara V. Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Lerak (Sapindus rarak DC)
Sebagai Alternatif Bahan Irigasi Saluran Akar Terhadap Porphyromonas
gingivalis secara in vitro. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2014.
17. Yanti N. Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Lerak (Sapindus rarak DC)
Sebagai Alternatif Bahan Irigasi Saluran Akar Gigi secara in vitro. Tesis.
Medan: Universitas Sumatera Utara, 2016.
18. Irham F. Efek Antibakteri Berbagai Sediaan Dari Buah Lerak Terhadap
Streptococcus mutans secara in vitro. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera
Utara, 2007.
19. Silviani Y, Puspitaningrum A. Aktivitas Antibakteri Rebusan Lerak (Sapindus
rarak) Terhadap Pertumbuhan Escherichia coli Phatogen. Jurnal Ilmiah
Biologi dan Kesehatan 2015. 15(1): 45.
20. Wydiavei. Pengaruh Bahan Irigasi Ekstrak Buah Lerak Terhadap Kekuatan
Tarik Sistem Resin Komposit Dengan Dentin. Skripsi. Medan: Universitas
Sumatera Utara, 2009.
21. Siregar SN. Sitotoksisitas Ekstrak Lerak (Sapindus rarak DC) Terhadap Sel
Fibroblas Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar secara in vitro. Skripsi.
Medan: Universitas Sumatera Utara, 2011.
22. Rahmadina A, Rianti D. Uji Sitotoksisitas Rebusan Buah Lerak (Sapindus
rarak DC) Terhadap Sel BHK-21 Menggunakan Esei MTT (Abstrak). Skripsi.
Surabaya: Universitas Airlangga, 2011.
23. Yan TH. Pengaruh Konsentrasi Dan Waktu Kontak Ekstrak Etanol Lerak
(Sapindus rarak DC) Sebagai Alternatif Bahan Irigasi Saluran Akar Terhadap
Kelarutan Jaringan Pulpa secara in vitro. Skripsi. Medan: Universitas
Sumatera Utara, 2015.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
71
24. Qualtrough AJE, Satterthwaite JD, Morrow LA, Brunton PA. Principles of
Operative Dentistry. Oxford: Blackwell, 2005: 14-9.
25. Kidd EAM. Essential of Dental Caries. 3rd
ed. New York: Oxford University
Press. 2005: 190, 195, 202, 204, 270.
26. Lee CH, Maibach HI. Contact Dermatitis Environmental And Occupational
Dermatitis. 1st ed. Wiley Online Library, 1995: 257-8.
27. Dewi TS. Lesi Erosif Mukosa Oral Sebagai Akibat Penggunaan Pasta Gigi
Mengandung Sodium Lauryl Sulfat. JMKG 2013; 2(1): 75-82.
28. Agner T, Serup J. Sodium Lauryl Sulfat for Irritant Patch Testing-A Dose-
Response Study Using Bioengineering Methods for Determination of Skin
Irritation. J of Investigative Dermatology 1990; 95(5): 543-7.
29. Wawo EB, Wowor PM, Siagian KV. Uji Pengaruh Penggunaan Pasta Gigi
Dengan Kandungan Deterjen Sodium Lauryl Sulfat Terhadap Kecepatan Alir
Saliva Pada Masyarakat Di Desa Walantakan. J Ilmiah Farmasi 2016; 5(4):
46-51.
30. Roslan ANB, Sunariani J, Irmawati A. Penurunan Sensitivitas Rasa Manis
Akibat Pemakaian Pasta Gigi Yang Mengandung Sodium Lauryl Sulphate 5%.
J PDGI 2009; 58(2): 10-3.
31. Sunaryadi. Ekstrasi Dan Isolasi Saponin Buah Lerak (Sapindus rarak) Serta
Pengujian Daya Defaunasinya. Bogor: IPB, 1990.
32. Supriyadi S. Pemanfaatan Tanaman Lerak Sebagai Zat Adiktif Pada Sabun.
33. Gunda S, Varma N. Minimal Intervention in Pediatric Dentistry. J of
Orofacial Res 2013; 3(1): 28-33.
34. Fajriaty I, dkk. Skrining Fitokimia Dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis
Dari Ekstrak Etanol Buah Lerak (Sapindus rarak). J Pendidikan Informatika
dan Sains 2017; 6(2): 243-56.
35. Wiradona I, dkk. Pengaruh Perilaku Menggosok Gigi terhadap Plak Gigi
Pada Siswa Kelas IV dan V di SDN Wilayah Kecamatan Gajahmungkur
Semarang. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia 2013; 8(1): 59-68.
36. Harun EB. Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Lerak (Sapindus rarak DC)
Sebagai Alternatif Bahan Deterjen Dalam Pasta Gigi Terhadap Pertumbuhan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
72
Streptococcus Mutans secara in vitro. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera
Utara, 2018.
37. Fernandes R, dkk. Differences In Effectiveness Toothpaste Gel Formulation
With Paste In Maintaining Normal Salivary PH. Andalas Dental Journal 2016:
106-15.
38. Adams SE, dkk. A Randomised Clinical Study To Determine The Effect Of A
Toothpaste Containing Enzymes And Proteins On Plaque Oral Microbiome
Ecology. Scientific Reports 2017: 1-12.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 1. Skema Alur Pikiran Penelitian
Pintauli S, Hamada T (2014)
Karies merupakan penyakit yang umum diderita oleh masyarakat. Karies
merupakan infeksi kronis pada jaringan keras gigi yang disebabkan oleh interaksi
antara bakteri, diet, dan gigi. Proses ini ditandai dengan terjadinya demineralisasi
dari email gigi. Hal ini dapat menyebabkan invasi bakteri dan kerusakan pada
jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan
rasa nyeri.
Gunda S, Varma N (2012)
Penyakit karies dipengaruhi oleh faktor patologis dan faktor protektif. Faktor
protektif terdiri atas aliran saliva dan komponennya, tingkat pembersihan rongga
mulut, tindakan oral hygiene dan penanganan agen antibakteri serta kalsium,
fosfat, dan fluor. Sedangkan faktor patologis terdiri atas diet karbohidrat yang
dapat difermentasi, jumlah bakteri yang tinggi dan fungsi saliva yang berkurang.
Jika faktor patologis lebih berperan, proses karies akan terjadi, sedangkan jika
faktor protektif lebih berperan, proses karies tidak akan terjadi.
Fejerskov O, Kidd E (2008)
Mikroorganisme dalam bentuk biofilm merupakan prasyarat untuk perkembangan
karies gigi. Pembentukan biofilm merupakan proses kolonisasi yang kompleks,
kompetitif, sekuensial dan dinamis. Komposisi bakteri dalam biofilm sangat
kompleks, meliputi bakteri Gram-positif dan Gram-negatif.
Kidd EAM (2005)
Usaha pencegahan penyakit karies dilakukan dengan melakukan pembersihan
biofilm dengan teratur secara mekanis dan penambahan bahan antibakteri atau
pasta gigi. Fungsi pasta gigi yang digunakan saat menggosok gigi adalah untuk
membantu menghilangkan biofilm, memoles permukaan gigi, memperkuat gigi,
menghilangkan atau mengurangai bau mulut, memberikan rasa segar pada mulut,
memperindah kosmetik gigi serta memelihara kesehatan gusi. Salah satu
kandungan penting pasta gigi yaitu bahan deterjen yang berfungsi sebagai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
foaming agent yaitu pemberi efek busa. Saat ini bahan deterjen yang banyak
digunakan oleh pasta gigi yaitu sodium lauryl sulfat (SLS).
Wawo EB, Wowor PM, Siagian KV (2016)
SLS yang digunakan melebihi batas yang dianjurkan dapat menyebabkan efek
samping. Penelitian menunjukkan bahwa SLS dengan interval dosis 0,25-1%
memicu terjadinya iritasi pada kulit. Masyarakat di desa Walantaka, Kabupaten
Minahasa ditemukan bahwa menggunakan pasta gigi mengandung SLS dapat
menyebabkan perubahan struktur rantai protein saliva berubah sehingga kelarutan
saliva berkurang.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Perkebunan (2009)
Buah Lerak dikenal sebagai pencuci kain batik di Jawa, biasa juga digunakan
untuk mencuci perhiasan yang terbuat dari logam mulia, sebagai pembersih muka
guna menghilangkan jerawat dan dapat digunakan sebagai obat penyakit kulit
terutama penyakit kudis.
Fajriaty I, Hariyanto I.H., Saputra IR, Silitonga M (2017)
Ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak) mengandung golongan senyawa
metabolit sekunder alkaloid, saponin, tannin, kuinon, steroid/terpenoid, dan fenol.
Ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak) memiliki aktivitas saponin yang tinggi
dengan nilai indeks busa 20.000, indek ikan 8.000 dan indeks hemolitik 2.500.
Purwayudha IGPS (2010)
Pasta gigi yang mengandung air rebusan buah lerak 5% menghasilkan busa yang
stabil. Selama proses penyikatan dalam waktu 2 menit, busa yang timbul
bertambah banyak dan tidak pecah. Setelah penyikatan berhenti, busa juga tidak
langsung hilang. Hal yang sama tampak pada busa yang dihasilkan oleh pasta gigi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang mengandung SLS. Dengan demikian, ditemukan bahwa air rebusan buah
lerak 5% dalam komposisi pasta gigi dapat berperan sebagai foaming agent yang
setara dengan SLS.
Yanti N (2016)
Nilai KBM ekstrak etanol buah lerak terhadap P. gingivalis adalah 25%, F.
nucleatum 0,25% dan E. Faecalis 25%. Hasil penelitian membuktikan semakin
besar konsentrasi maka efek antibakteri semakin tinggi.
Diketahui bahwa senyawa saponin dari ekstrak buah lerak (Sapindus rarak
DC) dapat berfungsi sebagai bahan deterjen memberikan efek busa pada pasta gigi
dan antibakteri. Namun, belum ada penelitian tentang pengaruh ekstrak buah lerak
sebagai bahan deterjen pasta gigi terhadap bakteri biofilm permukaan gigi. Oleh
karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efek antibakteri
ekstrak etanol buah lerak sebagai alternatif bahan deterjen pasta gigi terhadap
jumlah bakteri biofilm permukaan gigi secara langsung kepada manusia.
Permasalahan
1. Apakah pasta gigi ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC) dengan
konsentrasi 7,5% mempunyai efek antibakteri terhadap koloni bakteri biofilm
pada permukaan gigi?
2. Apakah ada perbedaan pengaruh antara pasta gigi ekstrak etanol buah
lerak 7,5% dan pasta gigi SLS terhadap pertumbuhan koloni bakteri biofilm
pada permukaan gigi?
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui adanya efek antibakteri pasta gigi ekstrak etanol buah
lerak (Sapindus rarak DC) dengan konsentrasi 7,5% terhadap pertumbuhan
bakteri biofilm pada permukaan gigi.
2. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara pasta gigi ekstrak etanol buah
lerak 7,5% dan pasta gigi SLS terhadap pertumbuhan koloni bakteri biofilm
pada permukaan gigi.
Judul Penelitian
EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5%
SEBAGAI ALTERNATIF PASTA GIGI TERHADAP JUMLAH BAKTERI
BIOFILM PERMUKAAN GIGI (IN VIVO)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 2. Skema Alur Penelitian
Subyek penelitian diminta untuk mengisi inform consent
Menyamakan persepsi dengan subjek penelitian dengan
mengajarkan cara menyikat gigi teknik Bass
Biofilm pada permukaan bukal gigi molar satu kiri atas diambil menggunakan
cotton swab untuk penghitungan jumlah koloni bakteri sebelum perlakuan
(pre test)
Subjek penelitian kemudian diberikan perlakuan berupa menyikat gigi
menggunakan pasta gigi sesuai dengan masing-masing kelompok
Hitung jumlah koloni bakteri
dengan colony counter
Biofilm pada permukaan bukal gigi molar satu kiri atas diambil menggunakan
cotton swab untuk penghitungan jumlah koloni bakteri sesudah perlakuan
(post test)
Kemudian sample pre test dan post test dimasukkan ke dalam tabung
reaksi larutan NaCl steril sebanyak 5 ml
Penanaman biofilm pada media pertumbuhan diinkubasi selama
24 jam pada suhu 37oC
Sample dipilih sesuai kriteria inklusi dan eksklusi yang diharapkan
Subjek dibagi menjadi 2 kelompok yang terdiri dari 12 orang tiap kelompok. Kelompok
pertama merupakan subjek yang diberikan pasta gigi ekstrak etanol buah lerak 7,5%
sedangkan kelompok kedua merupakan subjek yang diberikan pasta gigi SLS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 3. Data Uji Statistik
Hasil Uji Normalitas Kelompok Pasta Gigi Buah Lerak 7,5%
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
prelerak 10 100,0% 0 ,0% 10 100,0%
postlera
k 10 100,0% 0 ,0% 10 100,0%
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
prelerak ,161 10 ,200(*) ,951 10 ,684
postlera
k ,202 10 ,200(*) ,901 10 ,227
* This is a lower bound of the true significance.
a Lilliefors Significance Correction
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hasil Uji T Dependent Pasta Gigi Buah Lerak 7,5%
Paired Samples Statistics
Mean N
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
Pair
1
prelerak 411600,
0000 10
297205,951
79
93984,7
7418
postlera
k
117000,
0000 10
101657,376
62
32146,8
8511
Paired Samples Correlations
N
Correlatio
n Sig.
Pair
1
prelerak &
postlerak 10 ,687 ,028
Paired Samples Test
Paired Differences t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Std.
Deviatio
n
Std.
Error
Mean
95%
Confidence
Interval of the
Difference Mean
Std.
Deviatio
n
Std.
Error
Mean
Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper
Pair
1
prelerak -
postlerak
29460
0,0000
0
239062,
61383
75598
,2363
1
12358
4,908
23
46561
5,091
77
3,897 9 ,004
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hasil Uji Normalitas Pasta Gigi SLS
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
presls 10 100,0% 0 ,0% 10 100,0%
postsls 10 100,0% 0 ,0% 10 100,0%
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
presls ,211 10 ,200(*) ,894 10 ,188
postsls ,225 10 ,164 ,855 10 ,067
* This is a lower bound of the true significance.
a Lilliefors Significance Correction
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hasil Uji T Dependent Pasta Gigi SLS
Paired Samples Statistics
Mean N
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
Pair
1
presls 262400,
0000 10
236719,806
24
74857,3
7550
postsls
24500,0
000 10
24098,1788
2
7620,51
325
Paired Samples Correlations
N
Correlatio
n Sig.
Pair
1
presls &
postsls 10 ,074 ,840
Paired Samples Test
Paired Differences t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95%
Confidence
Interval of the
Difference Mean
Std.
Deviatio
n
Std.
Error
Mean
Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper
Pair
1
presls -
postsls
23790
0,0000
0
236168,7
0147
74683
,1008
7
68955
,0884
3
40684
4,911
57
3,185 9 ,011
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hasil Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
selisih
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
,224 1 18 ,642
ANOVA
selisih
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Between
Groups
1607445
0000,000 1
160744500
00,000 ,285 ,600
Within Groups 1016339
300000,0
00
18 564632944
44,444
Total 1032413
750000,0
00
19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hasil Uji T Independent Kelompok Pasta Gigi Buah Lerak 7,5%
Group Statistics
no N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
selisih 1,00 10
294600,
0000
239062,613
83
75598,2
3631
2,00 10
237900,
0000
236168,701
47
74683,1
0087
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Differ
ence
Std.
Error
Differe
nce
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower
selis
ih
Equal
variances
assumed ,224 ,642 ,534 18 ,600
56700
,0000
0
106266
,92284
-
16655
8,520
33
27995
8,520
33
Equal
variances
not
assumed
,534 17,99
7 ,600
56700
,0000
0
106266
,92284
-
16656
0,893
87
27996
0,893
87
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 4. Surat Keterangan Bebas Biaya Administrasi Penelitian Di
Lingkungan Laboratorium Fakultas Farmasi USU
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 5. Surat Keterangan Hasil Identifikasi/Determinasi Tanaman
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 6. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Di
Lingkungan Laboratorium Fakultas Farmasi USU
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 7. Surat Ethical Clearance
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 8. Keterangan Sudah Melakukan Penelitian di Laboratorium
Obat Tradisional, Fakultas Farmasi USU
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 9. Hasil Colony Counter
Sampel Koloni Bakteri Kelompok I
No. Kode
Sampel
Sampel PreTest Sampel Post Test
1. 001
2. 002
3. 003
4. 004
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. 005
6. 006
7. 007
8. 008
9. 009
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10 010
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sampel Koloni Bakteri Kelompok II
No. Kode
Sampel
Sampel Pre Test Sampel Post Test
1. 001
2. 002
3. 003
4. 004
5. 005
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. 006
7. 007
8. 008
9. 009
10. 010
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 10. Informed Consent
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN
SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama:
Alamat :
Telepon/HP :
Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh
kesadaran dan tanpa paksaan, saya menyatakan bersedia untuk ikut berpartisipasi
sebagai subjek pada penelitian yang berjudul :
“Efek Ekstrak Etanol Buah Lerak (Sapindus rarak DC) 7,5% Sebagai
Alternatif Pasta Gigi Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Biofilm Permukaan
Gigi.”
Medan,………………..2018
Mahasiswa Peneliti Subjek Penelitian
Paul Sahakhotodo Hia ………………………
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 11. Aplikasi Kariogram
Kariogram Kelompok I (Pasta Gigi Ekstrak Etanol Buah Lerak 7,5%)
No. Kode Sampel Kariogram
1. 001
2. 002
3. 003
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. 004
5. 005
6. 006
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7. 007
8. 008
9. 009
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10. 010
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kariogram Kelompok II (Pasta Gigi SLS)
No. Kode Sampel Kariogram
1. 001
2. 002
3. 003
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. 004
5. 005
6. 006
7. 007
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8. 008
9. 009
10. 010
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 12
ANGGARAN PENELITIAN
1. Alat-alat:
Cling Wrap 2 buah @20.000 Rp 40.000,-
Piring Petri
- Lab. Mikrobiologi FMIPA 24 buah @20.000 R 480.000,-
- Lab. Mikrobiologi Farmasi 96 buah @4.000 Rp 384.000,-
Sikat Gigi 24 buah @3.500 Rp 84.000,-
Celemek 24 lembar @1.000 Rp 24.000,-
Tube Pasta 4 buah @10.000 Rp 40.000,-
Mikropipet 48 buah @1.000 Rp 48.000,-
Sarung Tangan 1 kotak Rp 35.000,-
Masker 1 kotak Rp 20.000,-
Ph Tester Rp 200.000,-
Cotton Swap 10 bungkus Rp 40.000,-
Rak Tabung 1 buah Rp 15.000,-
Air Mineral 4 karton @17.000 Rp 68.000,-
Tabung Saliva 24 buah @2.500 Rp 60.000,-
2. Bahan:
Tanaman Lerak 1 Kg Rp 72.000,-
Kalsium Karbonat 44 gr @2.400 Rp 105.600,-
Kalsium Hidroksid 1 gr @3.000 Rp 3.000,-
Magnesium Karbonat 2 gr @625 Rp 1.250,-
Gliserin 30 ml @60 Rp 1.800,-
Gom Arab 2 gr @780 Rp 1.560,-
SLS 2 gr @625 Rp 1.250,-
Asam Sitrat 5 gr @3.000 Rp 15.000,-
Sakarin 0,2 gr @2.000 Rp 4.000,-
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nipagin 0,1 gr @2000 Rp 200,-
Aquades 1 liter @2000 Rp 5.000,-
Larutan NaCl 0,9% 4 botol @10.000 Rp 40.000,-
3. Biaya Pembuatan Proposal:
Cetak Proposal Rp 60.000,-
Fotocopy Perbanyak Proposal Rp 120.000,-
Fotocopy Sumber Pustaka Rp 100.000,-
4. Biaya Penanaman dan Penghitungan Koloni Bakteri
Lab. Mikrobiologi Fakultas MIPA USU Rp 600.000,-
Lab. Mikrobiologi Fakultas Farmasi USU
a. Biaya Administrasi Rp 250.000,-
b. Biaya Penanaman dan Penghitungan Koloni Bakteri Rp 880.000,-
5. Biaya Permohonan Ethical Clearance Rp 100.000,-
6. Biaya Pembuatan Ekstrak dan Pasta Lerak
Ekstrak Lerak Rp 300.000,-
Pasta Lerak Rp 300.000,-
7. Biaya Statistik Rp. 300.000,-
8. Biaya Seminar Proposal Rp 700.000,-
9. Biaya Sidang Hasil Rp 700.000,-
10. Biaya Ujian Skripsi Rp 700.000,-
Total Rp 6.898.660,-
Keterangan : Seluruh biaya ditanggung oleh peneliti.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA