durian

11
Keunggulan perbanyakan vegetatif, khususnya Sambung Pucuk ( Tip Grafiting ) pada Tanaman Durian ( Durio Ziberthinus Murrs ). Adalah karena dapat dilakukan lebih awal, yakni pada semaian batang bawah yang baru berumur dua bulan, dengan tingkat keberhasilan sambungan tinggi yakni sekitar 80% sehingga akan diperoleh bibit bermutu dalam waktu yang singkat, dan dalam jumlah yang dikehendaki. Pada prinsipnya,perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yakni secara generatif dengan menggunakan bagian tanaman (akar, batang, daun). Perbanyakan vegetatif itu sendiri dapat berupa Stek, Anakan, Okulasi, Sambungan, Merunduk, Penyusuan, dan Kultur Jaringan. Okulasi, Sambungan dan Penyusun serta Modifikasinya; Stekon (Stek Okulasi), Stebung (Stek Sambung), mempunyai keunggulan lain, karena dapat menggabungkan dua sifat yang diinginkan dari dua individu tanaman yang berbeda, sehingga disebut juga sebagai cara perbanyakan vegetatif dengan perbaikan. Keunggulan perbanyakan vegetatif, khususnya Sambung Pucuk (Tip Grafting) pada tanaman Durian (Durio Zibertus Murrs) adalah karena dapat dilakukan lebih awal, yakni pada persemaian batang bawah yang baru berumur dua bulan, dengan tingkat keberhasilan sambungan tinggi, yakni sekitar 80%. Dengan teknik Sambung Pucuk, para petani penangkar benih (baca bibit)tanaman Durian bermutu dalam waktu singkat. Selain itu, dengan cara seperti ini mutu genetik dapat dipertahankan bahkan di tingkatkan, diperoleh pohon yang dapat berbuah lebih cepat, dan dengan mutu produksi yang lebih baik. Beberapa langkah kerja dalam perbanyakan benih bibit Durian dengan sambung pucuk, secara singkat dipaparkan dalam uraian berikut ini. SEMAIAN BATANG BAWAH Pembibitan batang bawah sebaiknya dilakukan pada saat musim buah Durian, karena biji tanaman ini tidak mempunyai masa dorman dan bersifat rekalsitran ( tidak tahan kering ), sehingga harus segera disemaikan dalam bentuk pendederan biji. Urutan kerja dalam mempersiapkan persemaian dan pendederan biji tersebut adalah :

Upload: akbar-prima-utomo

Post on 04-Jul-2015

587 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: durian

Keunggulan perbanyakan vegetatif, khususnya Sambung Pucuk ( Tip Grafiting ) pada Tanaman Durian ( Durio Ziberthinus Murrs ). Adalah karena dapat dilakukan lebih awal, yakni pada semaian batang bawah yang baru berumur dua bulan, dengan tingkat keberhasilan sambungan tinggi yakni sekitar 80% sehingga akan diperoleh bibit bermutu dalam waktu yang singkat, dan dalam jumlah yang dikehendaki.

Pada prinsipnya,perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yakni secara generatif dengan menggunakan bagian tanaman (akar, batang, daun). Perbanyakan vegetatif itu sendiri dapat berupa Stek, Anakan, Okulasi, Sambungan, Merunduk, Penyusuan, dan Kultur Jaringan. Okulasi, Sambungan dan Penyusun serta Modifikasinya; Stekon (Stek Okulasi), Stebung (Stek Sambung), mempunyai keunggulan lain, karena dapat menggabungkan dua sifat yang diinginkan dari dua individu tanaman yang berbeda, sehingga disebut juga sebagai cara perbanyakan vegetatif dengan perbaikan.

Keunggulan perbanyakan vegetatif, khususnya Sambung Pucuk (Tip Grafting) pada tanaman Durian (Durio Zibertus Murrs) adalah karena dapat dilakukan lebih awal, yakni pada persemaian batang bawah yang baru berumur dua bulan, dengan tingkat keberhasilan sambungan tinggi, yakni sekitar 80%. Dengan teknik Sambung Pucuk, para petani penangkar benih (baca bibit)tanaman Durian bermutu dalam waktu singkat. Selain itu, dengan cara seperti ini mutu genetik dapat dipertahankan bahkan di tingkatkan, diperoleh pohon yang dapat berbuah lebih cepat, dan dengan mutu produksi yang lebih baik.

Beberapa langkah kerja dalam perbanyakan benih bibit Durian dengan sambung pucuk, secara singkat dipaparkan dalam uraian berikut ini.

SEMAIAN BATANG BAWAH

Pembibitan batang bawah sebaiknya dilakukan pada saat musim buah Durian, karena biji tanaman ini tidak mempunyai masa dorman dan bersifat rekalsitran ( tidak tahan kering ), sehingga harus segera disemaikan dalam bentuk pendederan biji. Urutan kerja dalam mempersiapkan persemaian dan pendederan biji tersebut adalah :

1. Siapkan biji/benih yang berasal dari Durian matang, selanjutnya diseleksi dengan memilih biji yang ukurannya sedang. Bersihkan dari sisa-sisa daging buah yang masih melekat pada biji. Hindarkan dari terpaan sinar matahari langsung.

2. Buat bedengan persemaian/pendederan. Semai biji yang tersedia dengan membenamkannya ke dalam tanah pada posisi pusar ( hilum ) menghadap ke bawah. Tekan dan tutup dengan tanah atau mulsa.

3. Beri perlakukan fungisida untuk menghidari serangan jamur dan perlakuan intektisida butiran untuk mencegah serangan serangga, mislanya semut.

4. Buat naungan kolektif untuk bedengan pendederan benih selama satu bulan.

Setelah bibit berumur sekitar satu bulan, dengan kotiledon ( kepiting biji ) yang berfungsi sebagai persediaan makanan yang telah lepas, selanjutnya diseleksi, dan akar yang terlalu panjang dipotong, disesuaikan dengan ukuran kantong plastik yang digunakan. Langkah berikutnya, bibit dipindahkan ke kantong plastik (polibag) ukuran 18x12 cm, yang berisi media tumbuh tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1, atau menggunakan tanah

Page 2: durian

lapisan olah tanpa pupuk kandang. Dengan menggunakan kantong plastik ukuran kecil seperti dikemukakan diatas, maka akan lebih banyak bibit yang dapat dupelihara dalam satuan luasan tertentu. Selanjutnya kantong plastik ditaruh pada tempat yang terlindung atau naungan lebih kurang 60%. Pemeliharaan pada kantong plastik tersebut berlangsung kira-kira satu bulan, sehingga setelah bibit berumur dua bulan sambungan pucuk sudah dapat dilakukan.

TUNAS SAMBUNG

Tunas sambung berupa pucuk, hendaknya diperoleh dari cabang yang dorman (istirahat) dari pohon induk terpilih, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Tetapkan pohon induk Durian sebagai sumber mata tunas. Untuk tujuan komersial, pohon induk harus telah terdaftar pada BPSB TPH setempat. Pohon induk sebaiknya dipangkas kira-kira empat bulan sebelum pengambilan entris agar diperoleh mata tunas sambungan dalam jumlah banyak dan bermutu.

2. Pilih tunas pucuk dari ranting yang tegak sampai miring 45 derajat dan tangkai pucuk bernas sepanjang 12 cm. Tangkai daun segera di potong, dengan menyisakan tiga helai daun ( satu pasang ditambah satu daun pada bagian ujung ). Daun-daun tersebut selanjutnya dipotong dengan menyisakan masing-masing seperti bagian helai daun.

3. Jika menggunakan pucuk yang tidak dorman, maka pilih ranting yang lebih panjang, karena bagian pucuk yang tidak dorman harus dipotong, selanjutnya beri perlakuan yang sama pada ranting yang dorman tersebut diatas.

4. Ranting Tunas Sambung dapat disimpan maksimal 4-5 jam, dengan penyimpanan yang baik menggunakan pisang atau dikemas dalam kardus yang dilapisi kertas koran basah.

KEGIATAN PENYAMBUNGAN

Langkah awal dari kegiatan ini adalah mempersiapkan alat dan bahan-bahan yang diperlukan, diantaranya pisau Cutter berukuran lebar 1 cm atau pisau silet Goal. Selanjutnya, sediakan plastik pengikat berupa plastik kemasan gula pasir, atau plastik kemasan es lilin, dengan ketebalan 0,003 mm, diiris dengan ukuran lebar 1 cm, panjang sesuai kebutuhan. Dianjurkan menyediakan tempat meletakkan atau menancapkan pisau selama bekerja, berupa gedebok pisang. Kegiatan penyambungan diawali dengan memotong semaian batang bawah bekas atau dibawah kotiledon, buat celah dan masukkan tunas sambung yang telah diruncing ( bentuk V ), dan selanjutnya diikat dengan lembaran plastik pengikat yang telah disiapkan. Upayakan tidak ada celah antara tunas sambung dengan batang bawah untuk mencegah masukknya air dan penyakit pada bekas perlukaan tersebut, yang dapat menggagalkan pertautan antara tunas sambung dengan batang bawah.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kondisi lingkungan. Dianjurkan agar kegiatan penyambungan dilakukan dibawah naungan 50 sampai 60 %. dengan ketinggian sebatas orang bisa berjalan yang diperlukan oleh pelaksana. Proses kegiatan sambung pucuk ( dengan metode sambung celah ) untuk satu unit sungkup pemeliharaan harus selesai dalam satu hari.

PEMELIHARAAN BIBIT

Page 3: durian

Bibit Durian sambungan dipelihara dibawah sungkup plastik dan naungan 50% sampai 60%. untuk mempertahankan kelembaban, segera setelah penyambungan dilakukan. Pembuatan sungkup itu sendiri terdiri dari bahan-bahan sederhana berupa bumbu untuk kerangka yang ditancapkan ke dalam tanah. Pasang lembaran plastik dengan ketebalan 0,008 sampai 0,010 mm, yang harus menutupi seluruh rangka, dengan menggabungkan lembaran plastik yang dikuatkan dengan klip. Selanjutnya lembaran plastik yang telah digabungkan tersebut, ditarik untuk menutupi sungkup, dan diakhiri dengan memasukkan ujung plastik tersebut ke dalam tanah.

Tanah alas penempatan bibit Durian sambungan ditaburi kapur tembok sebagai tindakan menetralisir pH tanah dan pencegahan penyakit cendawan. Beberapa langkah kerja pemeliharaan bibit Durian sambungan adalah :

1. Penyemprotan fungisida pada bibit Durian sambungan yang telah memenuhi sungkup, kemudian ditutup rapat.

2. Pengamatan pertama terhadap kemungkinan serangan jamur dilakukan pada hari ketiga, dan jika ditemukan gejala seranagan, maka ulangi penyemprotan fungisida pada pagi atau sore hari, saat mana tidak ada perbedaan suhu dan kelembaban didalam dan diluar sungkup.

3. Penyemprotan dilakukan dengan menyingkap sebagai sungkup, masukkan nozel sprayer dan semprot seluruh pembibitan. Ulangi pengamatan ( pengamatan kedua ), empat hari kemudian. Semprot seluruh persemaian jika ditemukan adanya gejala-gejala serangan jamur. Pengamatan gejala serangan penyakit dan penyemprotan fungisida dilakukan berulang kali dengan interval empat hari, sampai bibit sambungan mencapai umur 14 hari, sebagai batas fase kritis serangan penyakit jamur yang dapat menyerang bibit Durian sambungan tersebut. Namun demikian, sebagai tindakan pengamanan, pengamatan dan penyemprotan fungisida hendaknya dilakukan sampai bibit berumur satu bulan dalam sungkup.

4. Penempatan bibit Durian sambungan dalam sungkup berlangsung selama satu bulan, dan pada akhirnya sungkup dibuka. Selama bibit Durian sambungan dalam sungkup, tidak dilakukan penyiraman karena kelembaban cukup tinggi dan penyiraman dapat memicu serangan penyakit, terutama jamur.

KEGIATAN LANJUTAN

Kegiatan lanjutan dimaksudkan dengan seluruh kegiatan berikutnya setelah sungkup dibuka sampai bibit Durian sambungan ditanam atau disalurkan kepada konsumen. Penyiraman benih (baca bibit) seperlunya saja, dan jika dilakukan pada sore hari, maka harus kering sebelum matahari terbenam untuk menghindari serangan penyakit jamur. Kegiatan lanjutan lainnya adalah sebagai berikut :

1. Seleksi benih dengan memisahkan bibit sambungan jadi dengan sambungan yang gagal atau mati.

2. Penyiangan dengan mencabut gulma yang tumbuh pada kantong plastik.

3. Pemindahan bibit Durian sambungan ke kantong plastik yang berukuran lebih besar ( misalnya 20 x 25 cm; 20 x 30 cm ) ; menggunakan media tanah campur pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1; dan dicampur pula dengan furadan, kapur pertanian, dan pupuk SP-36 seperlunya.

Page 4: durian

Kegiatan pemeliharaan lanjutan ini agar dijadwalkan dengan cermat, terutama bagi penangkaran benih dalam jumlah banyak. Lebih lanjut, penempatan bibit Durian sambungan ditata pada bedengan dengan ukuran 8 tanaman dan panjangnya sesuai kebutuhan dan lahan yang tersedia. Pasang ajir bambu setinggi 80 cm sebagai tempat mengikatkan bibit agar tidak rebah atau melengkung. Pada fase ini juga ikatan sambungan dilepas. Pemupukan bibit Durian sambungan pada kantong plastik besar (setelah penggantian kantong plastik pada saat masih dalam sungkup), dilakukan setelah bibit berumur 2 bulan, menggunakan pupuk ZA yang dilarutkan dalam air ( dosis 2 gram / liter air ), diselingi dengan pupuk NPK dengan takaran yang sama, disesuaikan dengan tingkat kesuburan pertumbuhan bibit. Kegiatan berkala lainnya adalah penyiraman tanaman, penyemprotan fungisida, serta penjarangan naungan secara bertahap, sampai akhirnya bibit siap ditanam di lapangan atau disalurkan kepada pengguna lainnya.

KESIMPULAN

Dari uraian dan pembahasan yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Pebanyakan bibit Durian dengan metode sambung pucuk yang dimodifikasi (dilakukan lebih awal), merupakan cara unggul dalam perbanyakan bibit Durian.

2. Faktor pendukung keunggulannya adalah karena dapat dilakukan lebih awal, tingkat keberhasilannya tinggi, sederhana dan bersifat massal.

http://sulsel.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=167

Di Indonesia, sebagian besar durian masih ditumbuhkan dari benih, walaupun beberapa cara perbanyakan klon telah dipraktekkan pula. Di Filipina, perbanyakan dengan benih telah diganti dengan penyambungan sanding (inarching) dan penyambungan celah (cleft grafting). Di Thailand, pembibitan-pembibitan menghasilkan sejumlah besar 1 pohon durian melalui dua cara. Penyusuan ′secara tradisional mungkin merupakan penyambungan sanding yang cukup sederhana dan sangat tinggi persentase keberhasilannya; caranya ‘ialah batang bawah yang dipelihara dalam kantung dibuntungi dan disisipkan ke cabang kecil pada tanaman induknya. Cara lainnya ialah penyambungan hipokotil, menggunakan semai dalam pot, berumur 5-6 minggu, yang disambung-celah dengan batang atas-mini yang dipotong dari pucuk lateral yang tipis saja. Perlakuan fungisida, terowongan plastik, dan naungan berat sangat diperlukan untuk melindungi jaringan yang masih rapuh. Lima orang pekerja yang berpengalaman dapat mengerjakan 300 sambungan, dikerjakan dari pukul 8 malam sampai tengah malam ; menghindari panasnya siang hari konon merupakan faktor penting alam mencapai tingkat keberhasilan di atas 90176. Benih durian kv. ‘Chanee’ biasa digunakan di Thailand untuk meningkatkan penyediaan batang bawah. Anakan durian dapat ditanam di lapangan seteiah berumur 1 tahun, dengan jarak tanam 8-16 m. Pada tahun pertama diperlukan naungan. Pada jarak tanam yang lebih rapat, mungkin kebun durian itu perlu penjarangan setelah 8-1

http://radensomad.com/budidaya-tanaman-dan-buah-durian-monthong.html

Durian merupakan tanaman asli Asia Tenggara yang beriklim tropika basah, khususnya di Indonesia, Malaysia dan Thailand. Pada tahun 1982, luas pertanaman durian di Indonesia diperkirakan lebih dari 37.000 ha dengan produksi 97.000 ton. Tidak mengherankan bila durian menjadi buah “kebanggaan nasional” di Indonesia, yang juga digemari oleh

Page 5: durian

masyarakat di dunia dengan sebutan “Raja Buah” atau “The King of Fruits” (Sunaryono, 1997).

Indonesia mempunyai peluang besar menjadi salah satu negara produsen dan pengekspor durian di dunia. Keunggulan komparatif negara kita adalah wilayahnya yang amat luas dan kaya akan sumber daya (plasma nutfah) aneka jenis atau varietas durian. Durian merupakan tanaman spesifik tropis yang bernilai ekonomis cukup tinggi bagi peningkatan pendapatan petani, devisa negara, dan kebutuhan agribisnis (Rukmana, 1996). Pertanaman durian yang ada saat ini umumnya berasal dari biji yang kualitasnya sangat beragam.

Penyediaan bibit varietas unggul sangat diperlukan untuk menunjang perluasan pertanaman durian dan untuk mengganti tanaman yang sudah tidak produktif sehingga produksi durian Indonesia bisa bersaing dengan durian dari luar negeri. Jenis durian yang telah ditetapkan pemerintah sebagai varietas unggulan yaitu durian Petruk (Jepara-Jateng), Sukun (Karanganyar-Jateng), Sunan (Bonyolali-Jateng), Sitokong (Ragunan-Jakarta Selatan), Mas (Rancamaya-Bogor), Montong (Introduksi dari Thailand), Kani (Introduksi dari Thailand), Si Hijau, Si Japang dan Si Dodol (Ketiganya dari Banjar-Kalimantan Selatan).

Pertanaman durian yang ada saat ini umumnya berasal dari biji yang kualitasnya sangat beragam. Karena itu, penyediaan bibit varietas unggul sangat diperlukan untuk menunjang perluasan pertanaman durian dan untuk mengganti tanaman yang sudah tidak produktif sehingga produksi durian Indonesia bisa bersaing dengan durian dari luar negeri.

Kendala yang sering dihadapi dalam pengembangan tanaman durian adalah masalah pembibitan. Kendala tersebut meliputi ketersediaan bibit unggul, tersedia dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang relatif singkat. Produk buah durian yang bermutu dapat dihasilkan dengan menyediakan bahan tanam yang terjamin tingkat produksi dan mutunya dengan menerapkan teknik budidaya yang mengacu pada GAP (Good Agriculture Practices). Penerapan GAP diantaranya menggunakan bahan tanaman dari varietas yang memiliki potensi produksi dan mutu tinggi, serta teknik budidaya dan proses pasca panen yang sesuai dengan SOP (Standard Operational Procedure).

Bibit unggul merupakan syarat utama untuk menunjang pengembangan tanaman durian. Cara memperoleh bibit unggul tersebut dapat dilakukan dengan perbanyakan secara vegetatif. Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan alternatif untuk mendapatkan bibit berkualitas yang terjamin tingkat produksi dan mutunya dan mempunyai sifat sama dengan tanaman induknya dalam jumlah besar. Perbanyakan tanaman dengan vegetatif terutama grafting merupakan alternatif yang tepat untuk meningkatkan produksi. Sesuai dengan pendapat Verkij dan Coronel (1998 dalam Wardiyati, T., S. Ashari, N. Aini, A. Suryanto, 2001) mengatakan bahwa produktivitas buah-buahan yang tinggi dapat dicapai bilamana, menggunakan bahan tanam dari hasil perbanyakan vegetatif, populasi per hektar tinggi dan perawakan yang baik.

Pembibitan merupakan awal dari upaya untuk meraih segala manfaat yang dapat diberikan oleh pohon. Salah satu tujuan penting dari pemanfaatan pohon dan bibit adalah mengusahakannya untuk mendapatkan keuntungan finansial. Manfaat ini telah dinikmati oleh pengusaha-pengusaha di sektor pembibitan, baik nasional maupun internasional. Dewasa ini usaha sektor pembibitan terlihat mulai bergairah. Sebagai ilustrasi besarnya peluang usaha di sektor pembibitan adalah dengan mengacu pada program Gerhan yang setiap tahunnya akan merehabilitasi 500.000 ha lahan kritis. Dengan kerapatan penanaman 625 pohon per ha, maka gerakan penanaman ini akan membutuhkan bibit setiap tahunnya

Page 6: durian

312 juta bibit. Bila rata-rata harga bibit adalah Rp 1.000,- maka setiap tahunnya ada transaksi jual beli bibit sebesar Rp 312 milyar. Jadi, peluang usaha pembibitan di Indonesia dinilai memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Sejak tahun 2003 kegairahan usaha pembibitan mulai tampak dengan bermunculannya perusahaan-perusahaan penangkar bibit di hampir seluruh provinsi Indonesia. Sudah barang tentu perusahaan penangkar bibit dituntut untuk dapat memproduksi bibit berkualitas

Metode perbanyakan vegetatif yang digunakan untuk produksi bibit secara masal telah diaplikasikan pada beberapa jenis pohon hutan di Indonesia. Penerapan teknik propagasi vegetatif untuk produksi bibit secara masal harus mempertimbangkan nilai tambah dari bibit yang dihasilkan serta biaya produksinya. Alasan digunakannya propagasi vegetatif untuk perbanyakan secara masal antara lain adalah agar diperoleh keturunan dari pohon induk yang memiliki keunggulan genetik (Zobel & Talbert, 1984). Jadi, penerapan teknik propagasi vegetatif secara masal sangat berkaitan erat dengan program pemuliaan dari jenis target. Hal lain yang juga menjadi alasan digunakannya teknik propagasi vegetatif adalah sulitnya untuk mendapatkan pasokan benih dari jenis target untuk diperbanyak misalnya sungkai dan meranti. Atau perbanyakan vegetatif lebih efisien untuk diterapkan seperti pada jenis angsana dan gamal. Dalam buku ini akan dibahas secara lebih mendetail tentang perbanyakan vegetatif secara masal pada upaya pembibitan durian secara grafting.

Bibit unggul merupakan syarat utama untuk menunjang pengembangan tanaman durian. Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan alternatif untuk mendapatkan bibit berkualitas yang terjamin tingkat produksi dan mutunya dan mempunyai sifat sama dengan tanaman induknya dalam jumlah besar. Perbanyakan secara vegetatif dengan sistem konvensional pada umumnya memerlukan waktu yang cukup lama. Pertanaman durian yang ada saat ini umumnya berasal dari biji yang kualitasnya sangat beragam. Karena itu, penyediaan bibit varietas unggul sangat diperlukan untuk menunjang perluasan pertanaman durian dan untuk mengganti tanaman yang sudah tidak produktif sehingga produksi durian Indonesia bisa bersaing dengan durian dari luar negeri. Cara memperoleh bibit unggul tersebut dapat dilakukan dengan perbanyakan secara vegetatif. Perbanyakan bibit durian secara vegetatif sejauh ini yang sering dilakukan adalah dengan teknik okulasi, sambung dan susuan. Perbanyakan tanaman dengan vegetatif terutama grafting atau sambung merupakan alternatif yang tepat untuk meningkatkan produksi. Sesuai dengan pendapat Verkij dan Coronel (1998 dalam Wardiyati, T., S. Ashari, N. Aini, A. Suryanto, 2001) mengatakan bahwa produktivitas buah-buahan yang tinggi dapat dicapai bilamana, menggunakan bahan tanam dari hasil perbanyakan vegetatif, populasi per hektar tinggi dan perawakan yang baik.

2. Penyiapan Benih dan Bibit

Perbanyakatan tanaman durian dapat dilakukan melalui cara generatif (dengan biji) atau vegetatif

a) Pengadaan benih dengan cara generatif

Pembiakan secara generatif dengan biji hampir selalu memberikan keturunan berbeda dengan induknya. Hal ini terjadi karena tanaman durian bersifat menyerbuk silang, sehingga secara genetis menghasilkan turunan yang mempunyai karakteristik bervariasi atau disebut “manca ragam”. Disamping itu, pembiakan generatif akan menghasilkan tanaman yang masa remajanya (juvenilitas) cukup lama, sehingga umur mulai berbunga atau berbuah lambat,

Page 7: durian

yaitu sekitar 10 tahun atau lebih. Oleh karena itu, pembiakan dengan biji hanya di anjurkan untuk memproduksi bibit batang bawah bahan penyambungan, seperti okulasi, enten dan susuan. Memilih biji-biji yang tulen/murni dilakukan dengan mencuci biji-biji dahulu agar daging buah yang menempel terlepas. Biji yang dipilih dikeringkan pada tempat terbuka, tidak terkena sinar matahari langsung. Penyimpanan diusahakan agar tidak berkecambah/rusak dan merosot daya tumbuhnya. Proses pemasakan biji dilakukan dengan baik (dengan cara diistirahatkan beberapa saat), dalam kurun waktu 2-3 minggu sesudah diambil dari buahnya. Setelah itu biji ditanam.

b) Perbanyakan vegetatif

Perbanyakan vegetatif telah lama dikenal khusunya dalam bidang hortikultura. Bahan yang dapat digunakan sebagai perbanyakan vegetatif adalah bagian tanaman seperti cabang, pucuk, daun, umbi dan akar. Dengan cara perbanyakan vegetatif tanaman akan relatif lebih cepat menghasilkan karena masa penyediaan bibit lebih cepat, beberapa metode perbanyakan vegetatif antara lain okulasi, cangkok, menempel dan sambung. Pengembangan beberapa jenis tanaman lebih mudah, lebih cepat, dan lebih ekonomis dengan metode perbanyakan vegetatif daripada dengan biji. Bibit yang berasal dari biji tumbuhnya lebih lambat dan memiliki masa juvenil yang panjang (Hartman dan Kester, 1978). Selanjutnya Nurhadi (1987) juga mengemukakan bahwa dengan perbanyakan vegetatif memungkinkan tanaman mempertahankan dirinya melalui regenerasi jaringan dengan melibatkan proses perkembangan atau pembelahan sel secara mitosis melalui duplikasi genetis suatu sifat tanaman.

Hasil penelitian para pakar pertanian menunjukkan bahwa tanaman durian yang berasal dari perbanyakan vegetatif (okulasi, enten, susuan) dapat berbunga atau berbuah mulai umur 4-7 tahun setelah tanam. Salah satu perbanyakan vegetatif yang banyak dilakukan adalah dengan cara sambung (Rukmana, 1996).

http://blog.beswandjarum.com/rosyidah/2010/06/11/durian-si-raja-buah-semua-tentang-aspek-budidaya/