dsp 9

Upload: arina-hidayati

Post on 19-Jul-2015

344 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I TINJAUAN KASUS

1.1

Kasus Pasien Gigi Sulung Aisyah yang Tanggal Sebelum Waktunya Seorang pasien anak perempuan bernama Aisyah umur 8 tahun datang ke klinik kedokteran gigi RSGM diantar orangtuanya dengan keluhan gigi belakang kiri atas berlubang, sering sakit berdenyut hingga tidak bisa tidur. Delapan bulan yang lalu Aisyah menderita sakit gigi belakang kanan yang hebat berdenyut hingga bengkak ke daerah pipi kanan. Aisyah kemudian ke dokter gigi dan diberi obat, kemudian gigi tersebut akhirnya dilakukan pencabutan. Orangtua Aisyah juga mengeluhkan mengenai gigi baru Aisyah yang tumbuh renggang.

1.2

Anamnesis Anamnesis adalah tanya jawab yang dilakukan dengan bahasa awam yang dimengerti pasien dan hasil anamnesis yang ditulis pada rekam medis pun menggunakan bahasa awam. Pada saat anamnesis, biasanya ditanyakan hal-hal berikut: nama penderita, alamat, pekerjaan, jenis kelamin, usia, keluhan utama, keluhan lainnya, riwayat penyakit sistemik, dan riwayat mengenai perawatan dental yang pernah dilakukan. Dalam kasus ini didapatkan hasil dari anamnesa berupa: 1. Keluhan Utama: Gigi belakang kanan atas sakit berdenyut hingga tidak bisa tidur sejak tiga hari yang lalu 2. 3. Keluhan Tambahan: Gigi depan baru tumbuh renggang Riwayat Sistemik: Tidak ada kelainan

4.

Riwayat Oral/ Dental: Delapan bulan yang lalu pernah dicabut gigi belakang kanan atas setelah diberi obat oleh dokter karena sakit hebat dan bengkak sampai ke daerah pipi.

1.3

Pemeriksaan Klinis

1.3.1 Pemeriksaan Ekstraoral Merupakan pemeriksaan yang dilakukan di daerah sekitar mulut bagian luar. Pemeriksaan ekstraoral ini meliputi palpasi dan inspeksi. Hal-hal yang diperiksa adalah penampilan umum, tonus kulit, kesimetrisan wajah, pembengkakkan, dan perubahan warna. Daerah yang diperiksa meliputi bibir, hidung, mata, telinga, wajah, kepala, dan leher. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan baik secara visual maupun kelainan yang teraba saat palpasi. Dalam kasus ini didapatkan hasil pemeriksaan ekstraoral berupa semua tampak normal. 1.3.2 Pemeriksaan Intraoral Alat yang umum digunakan dalam pemeriksaan intraoral adalah kaca mulut dan sonde. Pada pemeriksaan intraoral, dilakukan pemeriksaan pada jaringan lunak dan keras mulut. Pemeriksaan jaringan keras atau gigi-geligi dilakukan untuk melihat adanya plak atau kalkulus, karies, restorasi, perubahan warna, fraktur, mobilitas gigi, abrasi, erosi, atrisi, dan juga oklusi pasien. Tes-tes yang umumnya digunakan untuk menentukan vital atau tidaknya pulpa (vitalitester) adalah tes sondasi, termal, elektris, dan tes bor. Pada anak-anak tes termis dan elektris tidak dilakukan karena kamar pulpanya yang tinggi. Sebelum testes tersebut dilakukan, kavitas harus dibersihkan sampai alas kavitas terlihat.

Tes sondasi dilakukan dengan menggunakan ujung sonde yang tajam dengan menggoreskan didasar kavitas. Tes ini dilakukan untuk melihat tingkat kedalaman karies, melihat ada atau tidaknya perforasi pulpa. Apabila ada kelainan-kelainan tersebut biasanya pasien akan kesakitan. Sondasi harus disertai tes lain karena kemungkinan untuk tidak akurat akibat sondasi dilakukan pada email atau sondasi dilakukan pada jaringan karies yang lunak. Tes elektris pulpa dapat digunakan untuk menentukan vitalitas pulpa dental. Tester ini ditempatkan pada gigi dan bukan pada restorasi. Arus listrik kecil yang dihantarkan pada permukaan bukal gigi menyebabkan sensasi tingling (geli) jika pulpa masih vital dan apabila pulpa sudah non vital gigi tidak memberi respon apa apa. Pada anak-anak tes elektris tidak dilakukan. Untuk mengadakan tes termal, sebuah aplikator berupa ujung kapas disemprotkan freezing agent atau gutta-percha panas dan diaplikasikan langsung pada gigi. Pada uji panas dan dingin pada pulpa yang sehat diperoleh respon yang akan hilang dalam beberapa detik setelah stimulus dihilangkan. Nyeri yang intens atau durasi yang panjang dari panas atau dingin biasanya mengacu pada pulpitis irreversible, yang dapat diterapi degan terapi endodontik atau ekstraksi. Nyeri yang dihasilkan oleh panas dan kemudian hilang dengan cepat oleh dingin juga mengacu pada pulpitis irreversible. Kurangnya respon terhadap tes termal dapat menjadi indikasi terjadinya nekrosis pulpa. Pada kasus ini tes termal tidak dilakukan. Pada jaringan lunak perlu diamati apakan adanya pembengkakkan baik yang besar maupun kecil, menyebar maupun terlokalisir serta fistel dan bentuk dari gingiva. Pemeriksaan jaringan lunak dapat dilakukan dengan tes perkusi, tekanan, dan mobilitas.

Tes perkusi dilakukan dengan mengetuk permukaan oklusal atau incisal secara perlahan gigi yang diduga dan gigi di sebelahnya dengan tangan terlebih dahulu. Jika belum ada respon,dapat dilakukan dengan ujung kaca mulut. Tes ini dilakukan untuk melihat adanya rasa sakit pada gigi. Nyeri pada perkusi memberi kesan adanya luka pada membran periodontal atau inflamasi periodontal. Tes tekan dilakukan dengan menggunakan gagang sonde atau kaca mulut dan diletakkan di oklusal giginya, kemudian pasien diinstruksikan untuk menggigit. Apabila terasa sakit, diduga terdapat kelainan pada bagian periapikal. Tes tekan ini sebaiknya disertai dengan foto ronsen untuk menegakkan diagnosis. Tes mobilitas merupakan suatu tes yang digunakan untuk melihat kegoyangan gigi. Berdasarkan derajat kegoyangan, maka hasil tes ini dibagi menjadi 3kelas; 1. 2. 3. Kelas 1 : kegoyangan < 1 mm ke arah bukal dan palatinal Kelas 2 : kegoyangan 1 mm ke arah bukal dan palatinal Kelas 3 : kegoyangan > 1 mm ke setiap arah Dalam kasus ini hasil dari pemeriksaan intraoral adalah: 1. 2. Terdapat karies profunda pada gigi 64 dan 65 dengan tes perkusi positif. Didapatkan premature loss pada gigi 54 dan gigi 55, terjadi penyempitan ruangan, dan gigi molar pertama telah bergeser ke arah depan. 3. 4. Diastema pada 11 dan 21. Frenulum labialis terlihat sedikit rendah.

1.4

Pemeriksaan Radiologis Dalam kasus ini pemeriksaan radiologis menunjukkan pada regio 64 dan 65 terdapat benih gigi tetap yang masih di dalam kurang lebih 5 mm di bawah puncak

tulang alveolar. Regio 54 dan 55 terdapat karies yang besar, daerah trifurkasi dan periapikal dalam batas normal, dan resorpsi akar gigi tersebut minimal.

BAB II ANALISIS KASUS

2.1

Diagnosis dan Differential Diagnosis

2.1.1 Karies Profunda Karies profunda, dimana terjadi peradangan pulpa dimana mikroorganisme telah mendekati atau sampai pulpa. Gejala yang umum ditemui adalah terasa sakit sewaktu makan, terdapatnya gejala nyeri spontan, tes perkusi positif, tes tekan positif, serta nyeri berdenyut. Berdasarkan hasil pemeriksaan intra oral pada kedua gigi tersebut, yaitu terdapatnya gejala nyeri spontan, tes perkusi positif, tes tekan positif, serta nyeri berdenyut, serta hasil pemeriksaan radiografis pada regio kedua gigi tersebut, maka diagnosis untuk gigi 6.4 dan 6.5 adalah pulpitis irreversible dengan diagnosis banding abses periapikal. Pulpitis irreversibel merupakan kondisi patologis inflamasi pada pulpa vital yang ditandai oleh rasa sakit yang spontan bahkan setelah rangsang dihilangkan hingga beberapa menit atau beberapa jam, nyeri berdenyut, serta pasien seringkali mengeluhkan sulit tidur di malam hari. Pulpitis irreversibel umumnya merupakan progresi dari pulpitis reversibel. Differential diagnosis digagalkan oleh hasil pemeriksaan radiografis pasien yang tidak memperlihatkan adanya kelainan pada daerah trifurkasi dan periapikal kedua gigi tersebut. 2.1.2 Premature Loss Premature loss terjadi ketika gigi anak dicabut di saat gigi penggantinya memerlukan jangka waktu yang cukup panjang untuk erupsi. Premature loss dapat

menyebabkan berkurangnya space atau ruangan untuk gigi pengganti erupsi. Hal ini disebabkan gigi tetangganya yang dapat bergeser. Untuk menghindari penyempitan ruangan maka diperlukan space maintainer. Apabila penyempitan ruangan telah terjadi, space regainer dapat diaplikasikan pada gigi pasien. Untuk melihat apakan penyempitan ruangan sudah atau belum terjadi, perlu dilakukan foto radiologi mulut pasien.

2.1.3 Diastema Diastema pada rahang atas garis median merupakan fase normal pada perkembangan dental dan umumnya space itu akan berkurang seiring dengan bertumbuhnya gigi kaninus rahang atas. Fase ini disebut ugly duckling stage. Fase ini umumnya terjadi saat pasien berumur 7-12 tahun. Selain itu hal ini juga dapat berasal daru gigi supernumerary pada garis median, gigi insisivus lateral yang hilang atau kecil, dan proklinasi pada incisivus.

Ugly Duckling Stage

Radiografi pada area incisor harus dilakukan untuk menegaskan ada atau tidaknya gigi supernumerary. Frenulum labialis pada rahang atas juga dapat berperan serta dalam diastema yang persisten. Tanda-tanda keterlibatan frenulum adalah memucatnya mukosa palatal saat dilakukan penarikan frenulum dan notch berbentuk V pada interdental antara gigi insisivus sentral pada radiograf.

BAB III RENCANA PERAWATAN

3.1

Pulpitis Irreversible Pada kasus pulpitis irreversible terdapat beberapa pilihan terapi yang dapat diajukan kepada pasien atau keluarga pasien. Pada pasien anak dengan kooperativitas yang baik, perawatan devitalisasi dapat menjadi pilihan perawatan yang sesuai mengingat kedua gigi tersebut akan digantikan oleh gigi tetap pada usia 9-11 tahun. Oleh karena itu, perawatan pulpotomi devitalisasi akan membantu mencegah tanggal prematur pada pasien anak tersebut. Perawatan pulpotomi devitalisasi atau pulpotomi mortal merupakan perawatan yang dilakukan dengan cara pengambilan jaringan pulpa dalam kamar pulpa dan meninggalkan jaringan pulpa di saluran akar dalam keadaan steril dan non vital dengan obat- obatan mumifikasi. Pulpotomi mortal dilakukan pada gigi yang masih vital yang didevitalisasi sebelum akhirnya dilakukan proses amputasi dan pembersihan jaringan pulpa pada kamar pulpa. Pulpotomi mortal ini diindikasikan untuk gigi sulung dengan pulpitis irreversibel atau nekrosis pulpa tanpa adanya kelainan pada membran periodontal, furkasi, serta resorpsi akar minimum atau tidak ada. Pulpotomi mortal merupakan kontra indikasi untuk gigi non vital dengan abses atau gigi sulung dengan resorpsi akar. Perawatan pulpotomi mortal dilakukan dalam beberapa kali kunjungan yang meliputi isolasi gigi, preparasi kavitas, ekskavasi serta aplikasi obat-obatan devitalisasi pada kunjungan pertama; kemudian dilanjutkan oleh pembukaan kavum pulpa, irigasi dan aplikasi obat antiseptic (oxpara liquid) pada kunjungan kedua; dan

aplikasi calxyl, zink oxide eugenol, dan semen fosfat pada kunjungan ketiga dan dilanjutkan dengan restorasi tetap. Jenis restorasi tetap yang dapat dipilih pasien adalah restorasi amalgam, komposit, atau logam cor, yang dapat disesuaikan dengan lebar kavitas serta keadaan ekonomi pasien. 3.2 Premature Loss Premature loss dapat menyebabkan penyempitan ruangan untuk gigi pengganti bererupsi. Oleh karena itu, untuk menghindari penyempitan ruangan pasien perlu dibuatkan space maintainer atau space regainer. Space maintainer diaplikasikan ketika belum terjadi penyempitan ruangan. Dalam kasus ini sudah terjadi penyempitan ruangan dimana gigi molar pertama tetap terlihat bergeser ke arah depan. Dan lewat pemeriksaan radiografis terlihat bahwa benih gigi tetap pada regio 64 dan 65 masih di dalam kurang lebih 5 mm di bawah puncak tulang alveolar. Oleh karena itu dalam kasus ini akan digunakan space regainer. 3.2.1 Space Regainer Definisi space regainer adalah alat cekat atau lepasan untuk menggeser gigi permanen kearah lengkung rahang yang tepat. 3.2.1.1 Jenis Space Regainers 1. Looped coil space regainers Di disain untuk menggeser gigi premolar kearah mesial. Tidak direkomendasikan untuk menggeser gigi molar kearah distal.

Looped coil space regainers

2. Sliding Loop Space Regainer Alat ini menggunakan pegas coil untuk menggeser gigi premolar ke arah mesial dan menggeser gigi molar kearah distal.

Sliding Loop Space Regainer

3. Jackscrew Space Regainer Alat ini digunakan untukmengeser gigi molar kearah distal tanpa adanya rotasi.

Jackscrew Space Regainer

4. Halterman Appliance Alat ini digunakan ketika gigi molar akan erupsi tetapi terperangkap. Rantai elastic menghubungkan hook pada ikatan kecil di molar.

Halterman Appliance

3.2.1.2 Indikasi pemakaian space regainer Space regainer biasanya digunakan pada anak-anak yang giginya sudah tanggal sebelum waktunya, sehingga tidak cukup ruang bagi gigi permanen untuk erupsi. Hal ini menyebabkan gigi permanen menjadi crowding. Oleh karena itu dibutuhkan space regainer untuk memberi tempat supaya gigi permanen bisa erupsi dengan baik dan di tempat yang benar. Pemakaian space regainer berfungsi untuk mencegah perawatan orthodonti yang lebih rumit pada gigi permanen. 3.2.1.3 Kontraindikasi pemakaian space regainer Space regainer tidak perlu dipakai pada pasien dengan gigi permanen yang sudah erupsi dengan susunan tempat yang benar, karena pemaikan space regainer akan merusak susunan gigi yang sudah benar.

3.3

Diastema Dalam kasus ini diastema pada gigi insisivus sentral rahang atas adalah hal normal. Fase ini disebut ugly duckling stage, dimana insisivus sentral akan terlihat renggang pada awalnya dan diastema itu akan berkurang seiring dengan erupsinya gigi kaninus rahang atas. Dalam kasus ini pasien berusia 8 tahun dimana fase ini normal terjadi.

Apabila pasien telah berusia 12 tahun dan pasien tetap mengalami diastema dengan keterlibatan frenulum, frenektomi dapat dilakukan. Frenektomi dilakukan setelah kaninus erupsi dan setelah perawatan ortodontik. Perawatan orthodontic yang diperlukan adalah orthodontic cekat. Perawatan ortodontik cekat ini dapat dirujuk ke spesialis orthodontic. Apabila frenektomi diperlukan, dapat dirujuk ke spesialis bedah mulut.

BAB IV HASIL DISKUSI

BAB V KESIMPULAN

Dalam kasus, ini Aisyah mendapat diagnosa pulpitis reversibel dengan differential diagnosis berupa abses periapikal. Diagnosa diketahui dari anamnesis dimana nyeri berdenyut dan spontan. Pada pemeriksaan klinis juga ditemukan karies profunda dan nyeri perkusi serta tekan positif. Rencana perawatannya berupa pulpotomi devitalisasi atau pulpotomi mortal. Selain itu Aisyah mengalami premature loss pada gigi 54 dan gigi 55 dimana telah terjadi penyempitan ruangan dan gigi molar satu tetap telah terlihat bergeser ke depan. Dan dari hasil radiologi ditemukan bahwa benih gigi tetapnya masih kurang lebih 5 mm dibawah puncak tulang alveolar. Oleh karena itu ruangan perlu didapatkan kembali dengan mengaplikasikan space regainer. Gigi renggang pada Aisyah bukan merupakan masalah orthodontik. Gigi renggang atau diastema pada insisivus sentral rahang atas merupakan fase normal. Fase ini disebut ugly duckling stage yang umum terjadi pada anak-anak usia 7-12 tahun. Diastema ini akan berkurang seiring dengan erupsinya gigi kaninus rahang atas. Apabila diastema tetap ditemukan setelah gigi kaninus erupsi sempurna dan frenulum Aisyah yang sedikit rendah merupakan salah satu faktor dari penyebab diastema, Aisyah dapat dirujuk ke spesialis orthodontic untuk dipasangkan orthodontic cekat dan spesialis bedah mulut untuk dilakukan frenektomi.

DAFTAR PUSTAKA

Heasman, Peter. 2003. Master Dentistry vol 2. Spain : Elsevier Muthu, M.S., Shivakumar N. . 2009. Pediatric Dentistry Principles & Practice. India: Elsevier McDonald, R.E., Avery, D.R. 2004. Dentistry for the child and adolescent. 7th ed. St Louis : Mosby. http://www.doctorspiller.com/Children's%20Dentistry.htm