Download - Tugas Filsafat kelompok 1
PENDAHULUAN
Ilmu-ilmu yang dimiliki oleh manusia saling berhubungan satu sama
lain, dan tolak ukur keterkaitan ini memiliki derajat yang berbeda-beda.
Sebagian ilmu merupakan asas dan pondasi bagi ilmu-ilmu lain, yakni nilai
dan validitas ilmu-ilmu lain bergantung kepada ilmu tertentu, dan dari sisi
ini, ilmu tertentu ini dikategorikan sebagai ilmu dan pengetahuan dasar.
Sebagai contoh, dasar dari semua ilmu empirik adalah prinsip kausalitas dan
kaidah ini menjadi pokok bahasan dalam filsafat, dengan demikian, filsafat
merupakan dasar dan pijakan bagi ilmu-ilmu empirik. Begitu pula, ilmu
logika yang merupakan alat berpikir manusia dan ilmu yang berkaitan
dengan cara berpikir yang benar akan diletakkan sebagai pendahuluan dalam
filsafat dan setiap ilmu-ilmu lain, maka dari itu ia bisa ditempatkan sebagai
dasar dan asas bagi seluruh pengetahuan manusia.
FILSAFAT
Berdasarkan pemikiran Will Durant filsafat diibaratkan seperti
pasukan marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri
yang berfungsi sebagai pengetahuan yang di anataranya adalah ilmu1.
Filsafat seringkali disebut oleh sejumlah pakar sebagai induk semang
dari ilmu-ilmu. Filsafat merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk
menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara
tepat dan lebih memadai. Filsafat telah mengantarkan pada sebuah fenomena
adanya siklus pengetahuan sehingga membentuk sebuah konfigurasi dengan
menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar
bercabang secara subur sebagai sebuah fenomena kemanusiaan. Masing-
masing cabang pada tahap selanjutnya melepaskan diri dari batang
filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti
metodologinya sendiri-sendiri.
1 Sumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. 1995. (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan) hal 22.
1
Para filsuf memberi batasan yang berbeda-beda mengenai filsafat,
namun batasan yang berbeda itu tidak mendasar. Selanjutnya batasan filsafat
dapat ditinjau dari dua segi yaitu secara etimologi dan secara terminologi.
Karena filsafat adalah induk dari semua ilmu pengetahuan dan
pengetahuan (knowledge atau ilmu) adalah bagian yang tidak bisa
dilepaskan dari manusia, karena pengetahuan adalah buah dari “berpikir“.
Dan berpikir adalah sebagai pemisah antara manusia dengan genus-nya,
yaitu hewan. Dan sebenarnya kehebatan manusia dan keunggulannya dari
spesies-spesies lainnya teretak pada pengetahuannya. Kemajuan manusia
dewasa ini tidak lain karena pengetahuan yang dimilikinya.
Perselisihan tentang bagaimana memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi menyebabkan perbedaan dalam cara memandang dunia, sehingga
pada gilirannya muncul perbedaan ideologi. Dan itulah realita dari kehidupan
manusia yang memiliki aneka ragam sudut pandang dan ideologi.
Atas dasar itu, manusia yang menganggap penting masalah-masalah
diatas perlu membahas ilmu dan pengetahuan itu sendiri. Dalam hal ini, ilmu
tidak lagi menjadi satu aktivitas otak, yaitu menerima, merekam, dan
mengolah apa yang ada dalam benak, tetapi ia menjadi objek. Para pemikir
menyebut ilmu tentang ilmu ini dengan epistemologi.
Berfilsafat berarti berendah hati mengevaluasi segenap pengetahuan
yang telah kita ketahui2. Filsafat berasal dari bahasa Yunani: philosophia,
yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik
kepada) dan shopos (‘hikmah’, kebijaksanaan, penegtahuan, keterampilan,
pengalaman praktis, intelegensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta
kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom). Orangnya disebut filosof
yang dalam bahsa Arab disebut failasûf3.
Socrates menggunakan kata “philoshop” karena dua alasan, Pertama,
kerendah-hatiannya, meskipun ia seorang yang pandai dan luas
2 Sumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. 1995. (Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan) hal 20.3 Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. 2004. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada) hal 4.
2
pengetahuannya, dia tidak mau menyebut dirinya sebagai orang yang pandai.
Tetapi dia memilih untuk disebut pecinta pengetahuan.
Kedua, pada waktu itu, di Yunani terdapat beberapa orang yang
menganggap diri mereka orang yang pandai (shopis). Mereka pandai bersilat
lidah, sehingga apa yang mereka anggap benar adalah benar. Jadi kebenaran
tergantung apa yang mereka katakan. Kebenaran yang riil tidak ada.
Akhirnya manusia waktu itu terjangkit skeptis, artinya mereka ragu-ragu
terhadap segala sesuatu, karena apa yang mereka anggap benar belum tentu
benar dan kebenaran tergantung orang-orang shopis. Dalam keadaan seperti
ini, Socrates merasa perlu membangun kepercayaan kepada manusia bahwa
kebenaran itu ada dan tidak harus tergantung kepada kaum shopis. Dia
berhasil dalam upayanya itu dan mengalahkan kaum shopis. Meski dia
berhasil, ia tidak ingin dikatakan pandai, tetapi ia memilih kata philoshop
sebagai sindiran kepada mereka yang sok pandai.
Kemudian perjuangannya dilanjutkan oleh Plato, yang dikembangkan
lebih jauh oleh Aristoteles. Aristoteles menyusun kaidah-kaidah berpikir dan
berdalil yang kemudian dikenal dengan logika (mantiq) Aristotelian.
Menurut Augustu Comte, dalam perkembangan filsafat menjadi ilmu
terdapat tiga taraf peralihan: pertama religious, dimana asas religi dijadikan
postulat ilmiah sehingga ilmu masih merupakan penjabaran dari ajaran
religi. Disini didang penjelajahan filsafat dari menyeluruh telah menjadi lebih
sempit , sektoral. Tahap kedua adalah metafisik, dimana orang mulai
berspekulasi tentang keberadaan ujud yang menjadi objek penelahaan yang
terbebas dari dogma religi dan mulai mengembangkan system pengetahuan
di atas dasar postulat ujud (metafisik) tersebut. Namun disini konseptual
ilmu masih mendasarkan kepada norma-norma filsafat. Kemudian tahap
ketiga adalah Positif atau tahap pengetahuan ilmiah, dimana asas-asas yang
dipergunakan diuji secara positif melalui proses verifikasi yang objektif.
Disini ilmu menjadi otonom dari konsep filsafat dan mendasarkan
3
sepenuhnya kepada hakikat alam sebagaimana adanya, kepada penemuan
alamiah sebagaimana adanya4.
Filsafat adalah Pengetahuan dan penyelidikan dengan menggunakan
akal budi (rasio) mengenai sebab-sebab, azas-azas, hukum-hukum, dsb, dari
segala sesuatu yang ada di alam semesta tentang kebenaran. Pengetahuan
Filsafat merupakan sekumpulan pengetahuan yang ditemukan menggunakan
cara kontemplasi (meditasi dsb). Tugas utama Filsafat adalah menetapkan
dasar-dasar yang dapat diandalkan (logis, benar, atau sahih) untuk mencari
kebenaran5.
Pada mulanya kata filsafat berarti segala ilmu pengetahuan yang
dimiliki manusia. Mereka membagi filsafat kepada dua bagian yakni, filsafat
teoritis dan filsafat praktis. Filsafat teoritis mencakup: (1) ilmu pengetahuan
alam, seperti: fisika, biologi, ilmu pertambangan dan astronomi; (2) ilmu
eksakta dan matematika; (3) ilmu tentang ketuhanan dan methafisika.
Filsafat praktis mencakup: (1) norma-norma (akhlak); (2) urusa rumah
tangga; (3) sosial dan politik. Filusuf adalah orang yang mengetahui semua
cabang-cabang ilmu pengetahuan tadi.
Ilmu (Sains) merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh
manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya. Pengetahuan Ilmu
merupakan sekumpulan pengetahuan yang ditemukan menggunakan cara-
cara ilmiah yakni mengikuti sejumlah tahapan yang termasuk kedalam
observasi ilmiah, proses penalaran deduktif maupun induktif, serta validasi
silang.
Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita
ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk ke dalamnya adalah ilmu6.
Ada pula berbagai pengetahuan lainnya seperti pengetahuan seni,
pengetahuan filsafat, pengetahuan agama/mistis, dlsb. Pengetahuan adalah
4 Ibid. hal 24-255 Ibid., hal 76 Ibid. hal 104
4
koleksi kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung turut
memperkaya kehidupan kita.
Kesejajaran bagian-bagian filsafat
The Knower
The Known The Knowing The Knowledge
Ontology Epistemology Axiology
Fenomena &
nomena
Anatomi Sains
Taksonomi Komparasi Eksplanasi Deskripsi
Kognitif Afektif Psikomotor
Kesejajaran:
The Knower
Adalah orang yang ingin mengetahui segala sesuatu. Knower memegang
peranan penting pada ketiga aspek lainnya, yaitu the known, knowing, dan
knowledge. Baik buruknya maupun benar salahnya ketiga aspek ini
tergantung dari kemampuan, motivasi, akal, rasa dan sikap ilmiah dari
knower.
5
The known
The known membicarakan tentang objek pengetahuan dan ilmu yang
bersumber dari realitas: dunia luar dan dunia dalam dari objek tersebut.
The knowing
Merupakan proses berpikir yang nampak dalam cara memahami kebenaran
hakikat dari suatu objek atau realitas dari setiap paham berbeda-beda.
Knowledge
Hasil dari proses atau cara menemukan pengetahuan berupa pengetahuan
dan ilmu yang sejajar dengan penggunaan ilmu atau pengetahuan itu sendiri.
Ada 3 cabang ilmu dalam filsafat ilmu
Ada tiga aspek yang membedakan satu pengetahuan dengan
pengetahuan lainnya, yakni ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
1. Ontologi
Ontologi adalah pembahasan tentang hakekat pengetahuan. Ontologi
membahas pertanyaan-pertanyaan semacam ini: Objek apa yang ditelaah
pengetahuan? Adakah objek tersebut? Bagaimana wujud hakikinya?
Dapatkah objek tersebut diketahui oleh manusia, dan bagaimana caranya?
2. Epistemologi
Epistemologi adalah pembahasan mengenai metode yang digunakan untuk
mendapatkan pengetahuan. Epistemologi membahas pertanyaan-pertanyaan
seperti: bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya suatu
pengetahuan? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan
agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Lalu benar itu sendiri apa?
Kriterianya apa saja?
3. Aksiologi
Aksiologi adalah pembahasan mengenai nilai moral pengetahuan. Aksiologi
menjawab pertanyaan-pertanyaan model begini: untuk apa pengetahuan itu
6
digunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan pengetahuan tersebut
dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah
berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara metode
pengetahuan dengan norma-norma moral/profesional?
Perbedaan suatu pengetahuan dengan pengetahuan lain tidak mesti
dicirikan oleh perbedaan dalam ketiga aspek itu sekaligus. Bisa jadi objek
dari dua pengetahuan sama, tetapi metode dan penggunaannya berbeda.
Filsafat dan agama kerap bersinggungan dalam hal objek (sama-sama
membahas hakekat alam, baik-buruk, benar-salah, dsb), tetapi metode
keduanya jelas beda. Sementara perbedaan antar sains terutama terletak
pada objeknya, sedangkan metodenya sama.
Filsafat Pengetahuan (Epistemology) dan Filsafat Ilmu
Filsafat memiliki lima cabang utama, yakni logika, etika, estetika,
metafisik dan politik. Kelima cabang utama ini kemudian berkembang lagi
menjadi cabang-cabang filsafat, yang masing-masing memiliki bidang kajian
yang lebih spefisik. Salah satu cabang filsafat adalah Epistemology atau
Filsafat Pengetahuan (Philosophy of Knowledge)7.
Dalam sejarahnya, istilah epistemologi diperkenalkan oleh James
Frederick Ferrier (1808–1864)8 untuk membedakan antara dua cabang
dalam filsafat, yakni ontology (metafisik) dan epistemology (filsafat
pengetahuan). Para ahli memiliki sudut pandang yang berbeda ketika
mengungkapkan pengertian “epistemology”, sehingga timbul perbedaan
bukan saja pada pengertian redaksinya, melainkan juga pada substansi
persoalannya.
Epistemologi dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos
(kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal,
sifat, dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering
diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu
7 Ibid.Hal 32-338 Encyclopaedia Britannica Online, 2007
7
pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya
dengan kebenaran dan keyakinan9.
Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang berhubungan dengan
hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya
serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang
dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia
melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode
induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan
metode dialektis.
Epistemologi juga disebut logika, yaitu berasal dari kata Yunani kuno
(λόγος logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan
lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang
filsafat10. Ilmu tentang pikiran. Akan tetapi, logika dibedakan menjadi dua,
yaitu Logika alamiah dan logika ilmiah, logika alamiah adalah kinerja akal
budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh
keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif.
Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir. Logika ini bisa dipelajari
dengan memberi contoh penerapan dalam kehidupan nyata. Logika ilmiah
memperhalus, mempertajam pikiran, serta akal budi. Logika ilmiah menjadi
ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap
pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja
dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah, dan lebih aman. Logika ilmiah
dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi11.
Manusia dengan latar belakang, kebutuhan-kebutuhan dan
kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan
pertanyaan-pertanyaan seperti, dari manakah saya berasal? Bagaimana
terjadinya proses penciptaan alam? Apa hakikat manusia? Tolok ukur
kebaikan dan keburukan bagi manusia? Apa faktor kesempurnaan jiwa
9 http://id.wikipedia.org/wiki/Epistemologi10 http://id.wikipedia.org/wiki/Logika11 http://id.wikipedia.org/wiki/Logika
8
manusia? Mana pemerintahan yang benar dan adil? Mengapa keadilan itu
ialah baik? Pada derajat berapa air mendidih? Apakah bumi mengelilingi
matahari atau sebaliknya? Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain. Tuntutan
fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari
jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal
yang akan dihadapinya.
Pada dasarnya, manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya
mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya. Manusia sangat memahami dan
menyadari bahwa:
a) Hakikat itu ada dan nyata;
b) Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu;
c) Hakikat itu bisa dicapai, diketahui, dan dipahami;
d) Manusia bisa memiliki ilmu, pengetahuan, dan makrifat atas hakikat itu. Akal
dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya,
dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia.
Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru, misalnya
bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar
ada? Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber
dari khayalan kita belaka? Kalau pun hakikat itu ada, lantas bagaimana kita
bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian
dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya? Apakah kita yakin bisa
menggapai hakikat dan realitas eksternal itu? Sangat mungkin pikiran kita
tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana
adanya, keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati
kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-
kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusia?
Persoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan
sebelumnya, yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu
asumsi bahwa hakikat itu ada, akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir
9
ini, keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang
diperdebatkan.
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini. Seseorang sedang
melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat
berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda,
lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai
pertanyaan-pertanyaan tentangnya. Dengan perantara teropong itu sendiri,
ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang
dilihatnya. Namun, apabila seseorang bertanya kepadanya: Dari mana Anda
yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna,
bentuk, dan ukuran benda-benda tersebut? Mungkin benda-benda yang
ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil?.
Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya
kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong. Pertanyaan-pertanyaan
ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh
teropong. Dengan ungkapan lain, tidak ditanyakan tentang keberadaan
realitas eksternal, akan tetapi, yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong
itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang
jauh.
Keraguan-keraguan tentang hakikat pikiran, persepsi-persepsi
pikiran, nilai dan keabsahan pikiran, kualitas pencerapan pikiran terhdap
objek dan realitas eksternal, tolok ukur kebenaran hasil pikiran, dan sejauh
mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap
objek eksternal, masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian
bagi manusia. Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang
benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal, dan terkadang kita membahas
tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra. Semua
persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologi.
Dengan demikian, definisi epistemologi adalah suatu cabang dari
filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan, dasar dan pondasi,
10
alat, tolok ukur, keabsahan, validitas, dan kebenaran ilmu, makrifat, dan
pengetahuan manusia12.
Sejarah Epistemologi
Metode empiris yang telah dibuka oleh Aristoteles mendapat
sambutan yang besar pada zaman Renaisans dengan tokoh utamanya Francis
Bacon (1567-1626). Dua diantara karya-karyanya yang menonjol adalah The
Advancement of Learning (1606) dan Novum Organum (organum baru).
Filsafat bacon mempunyai peran penting dalam metode induksi dan
sistematisasi prosedur ilmiah menurut Russel, dasar filsafatnya sepenuhnya
bersifat praktis, yaitu untuk memberi kekuasaan pada manusia atas alam
melalui penyelidikan ilmiah. Bacon mengkritik filsafat yunani “The great
mistake of greek philosopers was that they spent so much time intheory, so
little in observation”. Menurutnya lebih menekankan perenungan dan
akibatnya tidak mempunyai praktis bagi kehidupan manusia.
Berdasarkan hal diatas itulah, usaha yang ia lakukan pertama kali
adalah menegaskan tujuan pengetahuan. Menurutnya, pengetahuan tidak
akan mengalami perkembangan dan tidak akan bermakna kecuali ia
mempunyai kekuatan yang dapat membantu manusia meraih kehidupan
yang lebih baik, “Knowledge is power, it is not opinion to be held, but a work to
be done, i’m laboring to lay the foundation not of any sector of doctrine, but of
utulity and power”.
Sikap khas Bacon mengenai ciri dan tugas filsafat tampak paling
mencolok dalam Novum Organum. Pengetahuan dan kekuasaan manuasia
didekatnya satu sama lain, menurutnya, alam tidak dapat dikuasai kecuali
dengan jalan menaatinya, aga dapat taat pada alam, manusia perlu
mengenalnya terlebih dahulu dan untuk mengetahui alam diperlukan
observasi, pengukuran, penjelasan dan pembuktian.
12 Syapur ‘Itemod, Tarikh Ma’rifat Syenosi, hal. 2. Syahid Muthahhari, Syenokht-e dar Quran, hal. 29. Taqi Mishbah Yazdi, Omusyes Falsafeh, jilid pertama, pelajaran kesebelas. Mahdi Dahbosy, Nazariyeh-e Syenokh, hal 32.
11
Umat manusia ingin menguasai alam tetapi menurut Bacon, keinginan
itu tidak dapat tercapai sampai pada zamannnya hidup, hal itu karena ilmu-
ilmu pengetahuan tidak berdaya guna dalam mencapai hasilnya, sementara
itu logika tidak dapat digunakan untuk mendirikan dan membangun ilmu
pengetahuan. Bahkan, Bacon menganggap lebih cocok untuk melestarikan
kesalahan dan kesesatan yang ada ketimbang mengejar dan menentukan
kebenaran.
Sementara bagi Rene Decartes (1596 – 1650), persoalan dasar dalam
filsafat pengetahuan bukan bagaimana kita tahu, tetapi mengapa kita dapat
membuat kekeliruan? Salah satu cara untuk menentukan sesuatu yang pasti
dan tidak dapat diragukan ialah dengan melihat seberapa jauh hal itu bisa
diragukan. Bila kita secara sistematis mencoba meragukan sebanyak
mungkin pengetahuan kita, kahirnya kita akan mencapai titik yang tak bisa
diragukan sehingga pengetahuan kita dapat dibangun diatas kepastian
absolut.
Prosedur yang disarankan Descartes untuk mencapai kepastian ialah
keraguan meodis universal, keraguan ini bersifat universal tanpa batas, tahu
sampai keraguan ini membatasi diri. Artinya usaha meragukan itu akan
berhenti bila ada sesuatu yang tidak dapat diragukan lagi. Isaha meragukan
ini disebut metodik karena keraguan yang ditetapkan disini merupakan cara
yang digunakan oleh penalaran reflektif filosofis untuk mencapi kebenaran.
Bagi dia, kekeliruan tidak terletak pada kegagalan melihat sesuatu,
melainkan didalam mengira tahu apa yang tidak diketahuinya atau mengira
tidak tahu yang diketahuinya.
Fenomena Dan Nomena
Fenomenologi adalah gerakan filsafat yang dipelopori oleh Edmund
Husserl. Salah satu arus pemikiran yang paling berpengaruh pada abad ke-
20. Ia mulai karirnya sebagai ahli matematika, kemudian pindah ke bidang
filsafat. Husserl membedakan antara dunia yang dikenal dalam sains dan
12
dunia di mana Kita hidup. Selanjutnya Ia juga mendiskusikan tentang
kesadaran dan perhatian terhadap dunia di mana Kita hidup. Kita dapat
menganggap sepi objek apapun tetapi Kita tidak dapat menganggap sepi
kesadaran Kita. Eksistensi kesadaran adalah satu-satunya benda yang tidak
dapat dianggap sepi. Pengkajian tentang dunia yang Kita hayati serta
pengalaman Kita yang langsung tentang dunia tersebut adalah pusat
perhatian fenomenologi. Pandangan Husserl tentang perhatian dan intuisi
telah memberikan pengaruh kuat terhadap filsafat, khususnya di Jerman dan
Perancis.
Edmund Gustav Albrecht Husserl dilahirkan pada tanggal 8 April
1859 di Prostějov, Moravia, Ceko. Ia adalah seorang filsuf Jerman yang
dikenal sebagai Bapak Fenomenologi. Karyanya meninggalkan orientasi yang
murni positivis dalam sains dan filsafat pada masanya, dan mengutamakan
pengalaman subyektif sebagai sumber dari semua pengetahuan Kita tentang
fenomena obyektif. Husserl adalah murid Franz Brentano dan Carl Stumpf.
Karya filsafatnya mempengaruhi karya-karya yang muncul setelahnya, antara
lain, Edith Stein (St. Teresa Benedicta dari Salib), Eugen Fink, Max Scheler,
Martin Heidegger, Jean-Paul Sartre, Emmanuel Lévinas, Rudolf Carnap,
Hermann Weyl, Maurice Merleau-Ponty, dan Roman Ingarden. Pada tahun
1886 dia mempelajari psikologi dan banyak menulis tentang fenomenologi.
Tahun 1887 Husserl berpindah agama menjadi Kristen dan bergabung
dengan Gereja Lutheran. Ia mengajar filsafat di Halle sebagai seorang tutor
(Privatdozent) di tahun 1887, lalu di Göttingen sebagai profesor di tahun
1901, dan di Freiburg im Breisgau dari tahun 1916 hingga ia pensiun pada
tahun 1928. Setelah itu, ia melanjutkan penelitiannya dan menulis dengan
menggunakan perpustakaan di Freiburg, hingga kemudian Ia dilarang
menggunakan perpustakaan tersebut oleh Rektor setempat - karena ia
keturunan Yahudi - akibat pengaruh dari bekas muridnya, yang juga anak
emasnya, Martin Heidegger. Husserl meninggal dunia di Freiburg pada
tanggal 27 April 1938 dalam usia 79 tahun akibat penyakit pneumonia13.13 http://www.slideshare.net/mazizaacrizal/fenomenologi-3572675
13
Jadi Fenomena artinya kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa di
dunia menurut pikiran kita setelah kejadian-kejadian tersebut kita tangkap
melalui indra kita. Sedangkan Nomena artinya kejadian-kejadian atau
peristiwa-peristiwa di dunia sebagai mana adanya.
Contoh yang sederhana untuk menerangkan ini adalah:
1. Pembiasan Cahaya Oleh Air
Bila kita melihat batang sedotan dari atas maka batang sedotan akan terlihat
bengkok.
Seperti gambar di bawah ini:
Penampakan sedotan yang bengkok tersebut disebut FENOMENA. Sedangkan
bentuk asli dari sedotan tersebut (lurus) disebut NOMENA. Fenomena
tersebut terjadi karena adanya pembiasan cahaya oleh air sirop dan
ditangkap oleh indra mata kita kemudian sinyal dikirim ke otak. Otak
memberikan penilaian bahwa sedotan bengkok.
2. Pembiasan Cahaya oleh Udara
Bila kita melihat bintang di malam hari ternyata letak bintang yang
sesungguhnya tidak sama dengan yang kita lihat, karena cahaya bintang
dibiaskan oleh atmosfir bumi kita. Demikian juga karena letaknya bisa
tahunan kecepatan cahaya dari maka mungkin sekali bintang yang kita amati
tersebut sudah berubah bentuk atau bahkan sudah tidak ada lagi.
14
Jadi, bentuk dan letak bintang yang kita amati sekarang adalah
FENOMENA, sedangkan bentuk bintang yang asli nun jauh disana sekarang
adalah NOMENA. Kesimpulannya Fenomena dan Nomena bisa sama atau
tidak. Faktor-faktor yang bisa memengaruhi kesamaannya menurut
Immanuel Kant adalah ruang dan waktu. Misalnya dalam kasus mengamati
bintang faktor ruang mempengaruhi jarak antara pengamat dan bintang yang
diamati. Faktor waktu akan terlihat jelas jika pengamatan satu dengan yang
lainnya terlalu lama maka letak bintangnya akan berubah karena bumi kita
berotasi.
Sebuah catatan mengenai Interpretasi Epistemologis terhadap
Fenomenda dan anomena adalah bahwa ia dapat dikombinasikan dengan
ontology satu dunia atau dua dunia. Artinya ada perdebatan mengenai
keberadaan sesungguhnya dari objek yang diamati, yakni ada dua sudut
pandang berbeda pada 2 objek yang berbeda ataukah ada dua sudut pandang
berbeda pada 1 objek yang sama. Biasanya, interpretasi epistemologis
terdapat dapat teori-teori satu dunia, oleh karena motivasi utama menerima
pengertian epistemologis mengenai fenomena/anomena adalah menghindari
metafisik dari transcendental idealism14.
Anatomi Sains
Anatomi sains adalah suatu pengklasifikasian atau pengkategorian
sains dalam bagian bagian yang lebih terperinci
1. Taksonomi15
14 http://transcendental-idealism.blogspot.com/2007/02/noumenaphenomena-distinction.html15 http://iwanvictorleonardo.wordpress.com/2010/07/14/epistemologi/
15
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan
pendidikan. Berdasarkan atas taksonomi bloom yang menamakan cara
pengklasifikasian tersebut dengan”The taxonomy of eduacation objectives“,
dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu:
kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali
menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis
(bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku
yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan
menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah.
a Domain Kognitif (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir.
Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi,
fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai
contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yg berada di
level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik
produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk, dsb.
Pemahaman (Comprehension)
Dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran,
laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dsb. Sebagai contoh, orang di level
ini bisa memahami apa yg diuraikan dalam fish bone diagram, pareto chart,
dsb.
Aplikasi (Application)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan,
prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh,
ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi,
seseorang yg berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan
menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone
diagram atau pareto chart.
16
Analisis (Analysis)
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang
masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian
yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu
mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah
skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu
memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan
tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap
penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan.
Sintesis (Synthesis)
Satu tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat sintesa akan mampu
menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak
terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk
menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang
manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat
reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab
turunnya kualitas produk.
Evaluasi (Evaluation)
Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi,
gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau
standar yg ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Sebagai
contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu menilai
alternatif solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi,
nilai manfaat, nilai ekonomis, dsb.
b Domain Afektif (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara
penyesuaian diri.
Penerimaan (Receiving/Attending)
17
Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya.
Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian,
mempertahankannya, dan mengarahkannya.
Tanggapan (Responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi
persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.
Penghargaan (Valuing)
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek,
fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari
serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
Pengorganisasian (Organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya,
dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value
Complex)
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi
karakteristik gaya-hidupnya.
c Domain Psikomotor (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,
berenang, dan mengoperasikan mesin.
Persepsi (Perception)
Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.
Kesiapan (Set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
Guided Response (Respon Terpimpin)
Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di
dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
Mekanisme (Mechanism)
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan
meyakinkan dan cakap.
18
Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola
gerakan yang kompleks.
Penyesuaian (Adaptation)
Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam
berbagai situasi.
Penciptaan (Origination)
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau
permasalahan tertentu.
2. Komparasi16
Komparasi atau membandingkan/merangkai konsep konsep adalah
melihat persamaan dari hal yang berbeda atau melihat hal yang berbeda dari
yang sama. Dalam agama, ini disebut “Qiyas”; karena sifat-sifatnya yang
sama, zakat gandum (zaman Nabi Muhammad s.a.w.) diberlakukan dengan
zakat padi (zaman sekarang di Indonesia).
3. Eksplanasi17
Eksplanasi atau penjelasan adalah sebuah pencapaian derajat ke-tahu-
an yang tinggi karena telah dapat menguraikan benang kusut permasalahan.
Eksplanasi juga menjelaskan hubungan sebab akibat dari konsep konsep.
4. Deskripsi18
Adalah upaya pengolahan data menjadi sesuatu yang dapat
diutarakan secara jelas dan tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh
orang yang tidak langsung mengalaminya sendiri.
Dalam keilmuan, deskripsi diperlukan agar peneliti tidak melupakan
pengalamannya dan agar pengalaman tersebut dapat dibandingkan dengan
pengalaman peneliti lain, sehingga mudah untuk dilakukan pemeriksaan dan
kontrol terhadap deskripsi tersebut. Pada umumnya deskripsi menegaskan
sesuatu, seperti apa sesuatu itu kelihatannya, bagaimana bunyinya,
16 http://iwanvictorleonardo.wordpress.com/2010/07/14/epistemologi/
17 http://iwanvictorleonardo.wordpress.com/2010/07/14/epistemologi/18 http://iwanvictorleonardo.wordpress.com/2010/07/14/epistemologi/
19
bagaimana rasanya, dan sebagainya. Deskripsi yang detail diciptakan dan
dipakai dalam disiplin ilmu sebagai istilah teknik.
Eksplanasi sering dikenal dengan istilah penjelasan dalam setiap
kajian ilmiah. Menurut D. H. Fischer, kata eksplanasi sendiri berasal dari
“Explain” atau penjelasan; eksplanasi berarti membuat terang, jelas dan
dapat dimengerti. Dalam eksplanasi data, fakta maupun fakta sejarah
memegang peranan yang sangat penting. Data dan fakta ini berguna bagi
pen-diskripsian kerangka wacana dalam eksplanasi.
Kesimpulan
Dalam menjalani kehidupan ini, kita sebagai makhuk Tuhan yang
memiliki akal dan fikiran kita harus mempunyai tahapan dalam berfikir
secara sistematis sehngga menghasilkan keputusan yang berdasarkan
kepada
20