tugas filsafat kelompok 1

29
PENDAHULUAN Ilmu-ilmu yang dimiliki oleh manusia saling berhubungan satu sama lain, dan tolak ukur keterkaitan ini memiliki derajat yang berbeda-beda. Sebagian ilmu merupakan asas dan pondasi bagi ilmu-ilmu lain, yakni nilai dan validitas ilmu-ilmu lain bergantung kepada ilmu tertentu, dan dari sisi ini, ilmu tertentu ini dikategorikan sebagai ilmu dan pengetahuan dasar. Sebagai contoh, dasar dari semua ilmu empirik adalah prinsip kausalitas dan kaidah ini menjadi pokok bahasan dalam filsafat, dengan demikian, filsafat merupakan dasar dan pijakan bagi ilmu-ilmu empirik. Begitu pula, ilmu logika yang merupakan alat berpikir manusia dan ilmu yang berkaitan dengan cara berpikir yang benar akan diletakkan sebagai pendahuluan dalam filsafat dan setiap ilmu-ilmu lain, maka dari itu ia bisa ditempatkan sebagai dasar dan asas bagi seluruh pengetahuan manusia. FILSAFAT Berdasarkan pemikiran Will Durant filsafat diibaratkan seperti pasukan marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri yang berfungsi sebagai pengetahuan yang di anataranya adalah ilmu 1 . 1 Sumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. 1995. (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan) hal 22. 1

Upload: hendry-sulistianto

Post on 12-Aug-2015

100 views

Category:

Documents


27 download

DESCRIPTION

jjjj

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Filsafat kelompok 1

PENDAHULUAN

Ilmu-ilmu yang dimiliki oleh manusia saling berhubungan satu sama

lain, dan tolak ukur keterkaitan ini memiliki derajat yang berbeda-beda.

Sebagian ilmu merupakan asas dan pondasi bagi ilmu-ilmu lain, yakni nilai

dan validitas ilmu-ilmu lain bergantung kepada ilmu tertentu, dan dari sisi

ini, ilmu tertentu ini dikategorikan sebagai ilmu dan pengetahuan dasar.

Sebagai contoh, dasar dari semua ilmu empirik adalah prinsip kausalitas dan

kaidah ini menjadi pokok bahasan dalam filsafat, dengan demikian, filsafat

merupakan dasar dan pijakan bagi ilmu-ilmu empirik. Begitu pula, ilmu

logika yang merupakan alat berpikir manusia dan ilmu yang berkaitan

dengan cara berpikir yang benar akan diletakkan sebagai pendahuluan dalam

filsafat dan setiap ilmu-ilmu lain, maka dari itu ia bisa ditempatkan sebagai

dasar dan asas bagi seluruh pengetahuan manusia.

FILSAFAT

Berdasarkan pemikiran Will Durant filsafat diibaratkan seperti

pasukan marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri

yang berfungsi sebagai pengetahuan yang di anataranya adalah ilmu1.

Filsafat seringkali disebut oleh sejumlah pakar sebagai induk semang

dari ilmu-ilmu. Filsafat merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk

menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara

tepat dan lebih memadai. Filsafat telah mengantarkan pada sebuah fenomena

adanya siklus pengetahuan sehingga membentuk sebuah konfigurasi dengan

menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar

bercabang secara subur sebagai sebuah fenomena kemanusiaan. Masing-

masing cabang pada tahap selanjutnya melepaskan diri dari batang

filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti

metodologinya sendiri-sendiri.

1 Sumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. 1995. (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan) hal 22.

1

Page 2: Tugas Filsafat kelompok 1

Para filsuf memberi batasan yang berbeda-beda mengenai filsafat,

namun batasan yang berbeda itu tidak mendasar. Selanjutnya batasan filsafat

dapat ditinjau dari dua segi yaitu secara etimologi dan secara terminologi.

Karena filsafat adalah induk dari semua ilmu pengetahuan dan

pengetahuan (knowledge atau ilmu) adalah bagian yang tidak bisa

dilepaskan dari manusia, karena pengetahuan adalah buah dari “berpikir“.

Dan berpikir adalah sebagai pemisah antara manusia dengan genus-nya,

yaitu hewan. Dan sebenarnya kehebatan manusia dan keunggulannya dari

spesies-spesies lainnya teretak pada pengetahuannya. Kemajuan manusia

dewasa ini tidak lain karena pengetahuan yang dimilikinya.

Perselisihan tentang bagaimana memecahkan masalah-masalah yang

dihadapi menyebabkan perbedaan dalam cara memandang dunia, sehingga

pada gilirannya muncul perbedaan ideologi. Dan itulah realita dari kehidupan

manusia yang memiliki aneka ragam sudut pandang dan ideologi.

Atas dasar itu, manusia yang menganggap penting masalah-masalah

diatas perlu membahas ilmu dan pengetahuan itu sendiri. Dalam hal ini, ilmu

tidak lagi menjadi satu aktivitas otak, yaitu menerima, merekam, dan

mengolah apa yang ada dalam benak, tetapi ia menjadi objek. Para pemikir

menyebut ilmu tentang ilmu ini dengan epistemologi.

Berfilsafat berarti berendah hati mengevaluasi segenap pengetahuan

yang telah kita ketahui2. Filsafat berasal dari bahasa Yunani: philosophia,

yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik

kepada) dan shopos (‘hikmah’, kebijaksanaan, penegtahuan, keterampilan,

pengalaman praktis, intelegensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta

kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom). Orangnya disebut filosof

yang dalam bahsa Arab disebut failasûf3.

Socrates menggunakan kata “philoshop” karena dua alasan, Pertama,

kerendah-hatiannya, meskipun ia seorang yang pandai dan luas

2 Sumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. 1995. (Jakarta : Pustaka Sinar

Harapan) hal 20.3 Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. 2004. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada) hal 4.

2

Page 3: Tugas Filsafat kelompok 1

pengetahuannya, dia tidak mau menyebut dirinya sebagai orang yang pandai.

Tetapi dia memilih untuk disebut pecinta pengetahuan.

Kedua, pada waktu itu, di Yunani terdapat beberapa orang yang

menganggap diri mereka orang yang pandai (shopis). Mereka pandai bersilat

lidah, sehingga apa yang mereka anggap benar adalah benar. Jadi kebenaran

tergantung apa yang mereka katakan. Kebenaran yang riil tidak ada.

Akhirnya manusia waktu itu terjangkit skeptis, artinya mereka ragu-ragu

terhadap segala sesuatu, karena apa yang mereka anggap benar belum tentu

benar dan kebenaran tergantung orang-orang shopis. Dalam keadaan seperti

ini, Socrates merasa perlu membangun kepercayaan kepada manusia bahwa

kebenaran itu ada dan tidak harus tergantung kepada kaum shopis. Dia

berhasil dalam upayanya itu dan mengalahkan kaum shopis. Meski dia

berhasil, ia tidak ingin dikatakan pandai, tetapi ia memilih kata philoshop

sebagai sindiran kepada mereka yang sok pandai.

Kemudian perjuangannya dilanjutkan oleh Plato, yang dikembangkan

lebih jauh oleh Aristoteles. Aristoteles menyusun kaidah-kaidah berpikir dan

berdalil yang kemudian dikenal dengan logika (mantiq) Aristotelian.

Menurut Augustu Comte, dalam perkembangan filsafat menjadi ilmu

terdapat tiga taraf peralihan: pertama religious, dimana asas religi dijadikan

postulat ilmiah sehingga ilmu masih merupakan penjabaran dari ajaran

religi. Disini didang penjelajahan filsafat dari menyeluruh telah menjadi lebih

sempit , sektoral. Tahap kedua adalah metafisik, dimana orang mulai

berspekulasi tentang keberadaan ujud yang menjadi objek penelahaan yang

terbebas dari dogma religi dan mulai mengembangkan system pengetahuan

di atas dasar postulat ujud (metafisik) tersebut. Namun disini konseptual

ilmu masih mendasarkan kepada norma-norma filsafat. Kemudian tahap

ketiga adalah Positif atau tahap pengetahuan ilmiah, dimana asas-asas yang

dipergunakan diuji secara positif melalui proses verifikasi yang objektif.

Disini ilmu menjadi otonom dari konsep filsafat dan mendasarkan

3

Page 4: Tugas Filsafat kelompok 1

sepenuhnya kepada hakikat alam sebagaimana adanya, kepada penemuan

alamiah sebagaimana adanya4.

Filsafat adalah Pengetahuan dan penyelidikan dengan menggunakan

akal budi (rasio) mengenai sebab-sebab, azas-azas, hukum-hukum, dsb, dari

segala sesuatu yang ada di alam semesta tentang kebenaran. Pengetahuan

Filsafat merupakan sekumpulan pengetahuan yang ditemukan menggunakan

cara kontemplasi (meditasi dsb). Tugas utama Filsafat adalah menetapkan

dasar-dasar yang dapat diandalkan (logis, benar, atau sahih) untuk mencari

kebenaran5.

Pada mulanya kata filsafat berarti segala ilmu pengetahuan yang

dimiliki manusia. Mereka membagi filsafat kepada dua bagian yakni, filsafat

teoritis dan filsafat praktis. Filsafat teoritis mencakup: (1) ilmu pengetahuan

alam, seperti: fisika, biologi, ilmu pertambangan dan astronomi; (2) ilmu

eksakta dan matematika; (3) ilmu tentang ketuhanan dan methafisika.

Filsafat praktis mencakup: (1) norma-norma (akhlak); (2) urusa rumah

tangga; (3) sosial dan politik. Filusuf adalah orang yang mengetahui semua

cabang-cabang ilmu pengetahuan tadi.

Ilmu (Sains) merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh

manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya. Pengetahuan Ilmu

merupakan sekumpulan pengetahuan yang ditemukan menggunakan cara-

cara ilmiah yakni mengikuti sejumlah tahapan yang termasuk kedalam

observasi ilmiah, proses penalaran deduktif maupun induktif, serta validasi

silang.

Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita

ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk ke dalamnya adalah ilmu6.

Ada pula berbagai pengetahuan lainnya seperti pengetahuan seni,

pengetahuan filsafat, pengetahuan agama/mistis, dlsb. Pengetahuan adalah

4 Ibid. hal 24-255 Ibid., hal 76 Ibid. hal 104

4

Page 5: Tugas Filsafat kelompok 1

koleksi kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung turut

memperkaya kehidupan kita.

Kesejajaran bagian-bagian filsafat

The Knower

 

             

The Known The Knowing The Knowledge

     

Ontology Epistemology Axiology

 

Fenomena &

nomena

 

Anatomi Sains

 

             

Taksonomi Komparasi Eksplanasi Deskripsi

 

         

Kognitif Afektif Psikomotor

Kesejajaran:

The Knower

Adalah orang yang ingin mengetahui segala sesuatu. Knower memegang

peranan penting pada ketiga aspek lainnya, yaitu the known, knowing, dan

knowledge. Baik buruknya maupun benar salahnya ketiga aspek ini

tergantung dari kemampuan, motivasi, akal, rasa dan sikap ilmiah dari

knower.

5

Page 6: Tugas Filsafat kelompok 1

The known

The known membicarakan tentang objek pengetahuan dan ilmu yang

bersumber dari realitas: dunia luar dan dunia dalam dari objek tersebut.

The knowing

Merupakan proses berpikir yang nampak dalam cara memahami kebenaran

hakikat dari suatu objek atau realitas dari setiap paham berbeda-beda.

Knowledge

Hasil dari proses atau cara menemukan pengetahuan berupa pengetahuan

dan ilmu yang sejajar dengan penggunaan ilmu atau pengetahuan itu sendiri.

Ada 3 cabang ilmu dalam filsafat ilmu

Ada tiga aspek yang membedakan satu pengetahuan dengan

pengetahuan lainnya, yakni ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

1. Ontologi

Ontologi adalah pembahasan tentang hakekat pengetahuan. Ontologi

membahas pertanyaan-pertanyaan semacam ini: Objek apa yang ditelaah

pengetahuan? Adakah objek tersebut? Bagaimana wujud hakikinya?

Dapatkah objek tersebut diketahui oleh manusia, dan bagaimana caranya?

2. Epistemologi

Epistemologi adalah pembahasan mengenai metode yang digunakan untuk

mendapatkan pengetahuan. Epistemologi membahas pertanyaan-pertanyaan

seperti: bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya suatu

pengetahuan? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan

agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Lalu benar itu sendiri apa?

Kriterianya apa saja?

3. Aksiologi

Aksiologi adalah pembahasan mengenai nilai moral pengetahuan. Aksiologi

menjawab pertanyaan-pertanyaan model begini: untuk apa pengetahuan itu

6

Page 7: Tugas Filsafat kelompok 1

digunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan pengetahuan tersebut

dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah

berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara metode

pengetahuan dengan norma-norma moral/profesional?

Perbedaan suatu pengetahuan dengan pengetahuan lain tidak mesti

dicirikan oleh perbedaan dalam ketiga aspek itu sekaligus. Bisa jadi objek

dari dua pengetahuan sama, tetapi metode dan penggunaannya berbeda.

Filsafat dan agama kerap bersinggungan dalam hal objek (sama-sama

membahas hakekat alam, baik-buruk, benar-salah, dsb), tetapi metode

keduanya jelas beda. Sementara perbedaan antar sains terutama terletak

pada objeknya, sedangkan metodenya sama.

Filsafat Pengetahuan (Epistemology) dan Filsafat Ilmu

Filsafat memiliki lima cabang utama, yakni logika, etika, estetika,

metafisik dan politik. Kelima cabang utama ini kemudian berkembang lagi

menjadi cabang-cabang filsafat, yang masing-masing memiliki bidang kajian

yang lebih spefisik. Salah satu cabang filsafat adalah Epistemology atau

Filsafat Pengetahuan (Philosophy of Knowledge)7.

Dalam sejarahnya, istilah epistemologi diperkenalkan oleh James

Frederick Ferrier (1808–1864)8 untuk membedakan antara dua cabang

dalam filsafat, yakni ontology (metafisik) dan epistemology (filsafat

pengetahuan). Para ahli memiliki sudut pandang yang berbeda ketika

mengungkapkan pengertian “epistemology”, sehingga timbul perbedaan

bukan saja pada pengertian redaksinya, melainkan juga pada substansi

persoalannya.

Epistemologi dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos

(kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal,

sifat, dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering

diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu

7 Ibid.Hal 32-338 Encyclopaedia Britannica Online, 2007

7

Page 8: Tugas Filsafat kelompok 1

pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya

dengan kebenaran dan keyakinan9.

Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang berhubungan dengan

hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya

serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang

dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia

melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode

induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan

metode dialektis.

Epistemologi juga disebut logika, yaitu berasal dari kata Yunani kuno

(λόγος logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan

lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang

filsafat10. Ilmu tentang pikiran. Akan tetapi, logika dibedakan menjadi dua,

yaitu Logika alamiah dan logika ilmiah, logika alamiah adalah kinerja akal

budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh

keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif.

Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir. Logika ini bisa dipelajari

dengan memberi contoh penerapan dalam kehidupan nyata. Logika ilmiah

memperhalus, mempertajam pikiran, serta akal budi. Logika ilmiah menjadi

ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap

pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja

dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah, dan lebih aman. Logika ilmiah

dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi11.

Manusia dengan latar belakang, kebutuhan-kebutuhan dan

kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan

pertanyaan-pertanyaan seperti, dari manakah saya berasal? Bagaimana

terjadinya proses penciptaan alam? Apa hakikat manusia? Tolok ukur

kebaikan dan keburukan bagi manusia? Apa faktor kesempurnaan jiwa

9 http://id.wikipedia.org/wiki/Epistemologi10 http://id.wikipedia.org/wiki/Logika11 http://id.wikipedia.org/wiki/Logika

8

Page 9: Tugas Filsafat kelompok 1

manusia? Mana pemerintahan yang benar dan adil? Mengapa keadilan itu

ialah baik? Pada derajat berapa air mendidih? Apakah bumi mengelilingi

matahari atau sebaliknya? Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain. Tuntutan

fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari

jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal

yang akan dihadapinya.

Pada dasarnya, manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya

mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya. Manusia sangat memahami dan

menyadari bahwa:

a) Hakikat itu ada dan nyata;

b) Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu;

c) Hakikat itu bisa dicapai, diketahui, dan dipahami;

d) Manusia bisa memiliki ilmu, pengetahuan, dan makrifat atas hakikat itu. Akal

dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya,

dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia.  

 Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru, misalnya

bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar

ada? Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber

dari khayalan kita belaka? Kalau pun hakikat itu ada, lantas bagaimana kita

bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian

dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya? Apakah kita yakin bisa

menggapai hakikat dan realitas eksternal itu? Sangat mungkin pikiran kita

tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana

adanya, keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati

kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-

kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusia?

Persoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan

sebelumnya, yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu

asumsi bahwa hakikat itu ada, akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir

9

Page 10: Tugas Filsafat kelompok 1

ini, keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang

diperdebatkan.

Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini. Seseorang sedang

melihat suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat

berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda,

lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai

pertanyaan-pertanyaan tentangnya. Dengan perantara teropong itu sendiri,

ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang

dilihatnya. Namun, apabila seseorang bertanya kepadanya: Dari mana Anda

yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna,

bentuk, dan ukuran benda-benda tersebut? Mungkin benda-benda yang

ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil?.

Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya

kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong. Pertanyaan-pertanyaan

ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh

teropong. Dengan ungkapan lain, tidak ditanyakan tentang keberadaan

realitas eksternal, akan tetapi, yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong

itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang

jauh.

Keraguan-keraguan tentang hakikat pikiran, persepsi-persepsi

pikiran, nilai dan keabsahan pikiran, kualitas pencerapan pikiran terhdap

objek dan realitas eksternal, tolok ukur kebenaran hasil pikiran, dan sejauh

mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap

objek eksternal, masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian

bagi manusia. Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang

benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal, dan terkadang kita membahas

tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra. Semua

persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologi.

Dengan demikian, definisi epistemologi adalah suatu cabang dari

filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan, dasar dan pondasi,

10

Page 11: Tugas Filsafat kelompok 1

alat, tolok ukur, keabsahan, validitas, dan kebenaran ilmu, makrifat, dan

pengetahuan manusia12.

Sejarah Epistemologi

Metode empiris yang telah dibuka oleh Aristoteles mendapat

sambutan yang besar pada zaman Renaisans dengan tokoh utamanya Francis

Bacon (1567-1626). Dua diantara karya-karyanya yang menonjol adalah The

Advancement of Learning (1606) dan Novum Organum (organum baru).

Filsafat bacon mempunyai peran penting dalam metode induksi dan

sistematisasi prosedur ilmiah menurut Russel, dasar filsafatnya sepenuhnya

bersifat praktis, yaitu untuk memberi kekuasaan pada manusia atas alam

melalui penyelidikan ilmiah. Bacon mengkritik filsafat yunani “The great

mistake of greek philosopers was that they spent so much time intheory, so

little in observation”. Menurutnya lebih menekankan perenungan dan

akibatnya tidak mempunyai praktis bagi kehidupan manusia.

Berdasarkan hal diatas itulah, usaha yang ia lakukan pertama kali

adalah menegaskan tujuan pengetahuan. Menurutnya, pengetahuan tidak

akan mengalami perkembangan dan tidak akan bermakna kecuali ia

mempunyai kekuatan yang dapat membantu manusia meraih kehidupan

yang lebih baik, “Knowledge is power, it is not opinion to be held, but a work to

be done, i’m laboring to lay the foundation not of any sector of doctrine, but of

utulity and power”.

Sikap khas Bacon mengenai ciri dan tugas filsafat tampak paling

mencolok dalam Novum Organum. Pengetahuan dan kekuasaan manuasia

didekatnya satu sama lain, menurutnya, alam tidak dapat dikuasai kecuali

dengan jalan menaatinya, aga dapat taat pada alam, manusia perlu

mengenalnya terlebih dahulu dan untuk mengetahui alam diperlukan

observasi, pengukuran, penjelasan dan pembuktian.

12 Syapur ‘Itemod, Tarikh Ma’rifat Syenosi, hal. 2. Syahid Muthahhari, Syenokht-e dar Quran, hal. 29. Taqi Mishbah Yazdi, Omusyes Falsafeh, jilid pertama, pelajaran kesebelas. Mahdi Dahbosy, Nazariyeh-e Syenokh, hal 32.

11

Page 12: Tugas Filsafat kelompok 1

Umat manusia ingin menguasai alam tetapi menurut Bacon, keinginan

itu tidak dapat tercapai sampai pada zamannnya hidup, hal itu karena ilmu-

ilmu pengetahuan tidak berdaya guna dalam mencapai hasilnya, sementara

itu logika tidak dapat digunakan untuk mendirikan dan membangun ilmu

pengetahuan. Bahkan, Bacon menganggap lebih cocok untuk melestarikan

kesalahan dan kesesatan yang ada ketimbang mengejar dan menentukan

kebenaran.

Sementara bagi Rene Decartes (1596 – 1650), persoalan dasar dalam

filsafat pengetahuan bukan bagaimana kita tahu, tetapi mengapa kita dapat

membuat kekeliruan? Salah satu cara untuk menentukan sesuatu yang pasti

dan tidak dapat diragukan ialah dengan melihat seberapa jauh hal itu bisa

diragukan. Bila kita secara sistematis mencoba meragukan sebanyak

mungkin pengetahuan kita, kahirnya kita akan mencapai titik yang tak bisa

diragukan sehingga pengetahuan kita dapat dibangun diatas kepastian

absolut.

Prosedur yang disarankan Descartes untuk mencapai kepastian ialah

keraguan meodis universal, keraguan ini bersifat universal tanpa batas, tahu

sampai keraguan ini membatasi diri. Artinya usaha meragukan itu akan

berhenti bila ada sesuatu yang tidak dapat diragukan lagi. Isaha meragukan

ini disebut metodik karena keraguan yang ditetapkan disini merupakan cara

yang digunakan oleh penalaran reflektif filosofis untuk mencapi kebenaran.

Bagi dia, kekeliruan tidak terletak pada kegagalan melihat sesuatu,

melainkan didalam mengira tahu apa yang tidak diketahuinya atau mengira

tidak tahu yang diketahuinya.

Fenomena Dan Nomena

Fenomenologi adalah gerakan filsafat yang dipelopori oleh Edmund

Husserl. Salah satu arus pemikiran yang paling berpengaruh pada abad ke-

20. Ia mulai karirnya sebagai ahli matematika, kemudian pindah ke bidang

filsafat. Husserl membedakan antara dunia yang dikenal dalam sains dan

12

Page 13: Tugas Filsafat kelompok 1

dunia di mana Kita hidup. Selanjutnya Ia juga mendiskusikan tentang

kesadaran dan perhatian terhadap dunia di mana Kita hidup. Kita dapat

menganggap sepi objek apapun tetapi Kita tidak dapat menganggap sepi

kesadaran Kita. Eksistensi kesadaran adalah satu-satunya benda yang tidak

dapat dianggap sepi. Pengkajian tentang dunia yang Kita hayati serta

pengalaman Kita yang langsung tentang dunia tersebut adalah pusat

perhatian fenomenologi. Pandangan Husserl tentang perhatian dan intuisi

telah memberikan pengaruh kuat terhadap filsafat, khususnya di Jerman dan

Perancis.

Edmund Gustav Albrecht Husserl dilahirkan pada tanggal 8 April

1859 di Prostějov, Moravia, Ceko. Ia adalah seorang filsuf Jerman yang

dikenal sebagai Bapak Fenomenologi. Karyanya meninggalkan orientasi yang

murni positivis dalam sains dan filsafat pada masanya, dan mengutamakan

pengalaman subyektif sebagai sumber dari semua pengetahuan Kita tentang

fenomena obyektif. Husserl adalah murid Franz Brentano dan Carl Stumpf.

Karya filsafatnya mempengaruhi karya-karya yang muncul setelahnya, antara

lain, Edith Stein (St. Teresa Benedicta dari Salib), Eugen Fink, Max Scheler,

Martin Heidegger, Jean-Paul Sartre, Emmanuel Lévinas, Rudolf Carnap,

Hermann Weyl, Maurice Merleau-Ponty, dan Roman Ingarden. Pada tahun

1886 dia mempelajari psikologi dan banyak menulis tentang fenomenologi.

Tahun 1887 Husserl berpindah agama menjadi Kristen dan bergabung

dengan Gereja Lutheran. Ia mengajar filsafat di Halle sebagai seorang tutor

(Privatdozent) di tahun 1887, lalu di Göttingen sebagai profesor di tahun

1901, dan di Freiburg im Breisgau dari tahun 1916 hingga ia pensiun pada

tahun 1928. Setelah itu, ia melanjutkan penelitiannya dan menulis dengan

menggunakan perpustakaan di Freiburg, hingga kemudian Ia dilarang

menggunakan perpustakaan tersebut oleh Rektor setempat - karena ia

keturunan Yahudi - akibat pengaruh dari bekas muridnya, yang juga anak

emasnya, Martin Heidegger. Husserl meninggal dunia di Freiburg pada

tanggal 27 April 1938 dalam usia 79 tahun akibat penyakit pneumonia13.13 http://www.slideshare.net/mazizaacrizal/fenomenologi-3572675

13

Page 14: Tugas Filsafat kelompok 1

Jadi Fenomena artinya kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa di

dunia menurut pikiran kita setelah kejadian-kejadian tersebut kita tangkap

melalui indra kita. Sedangkan Nomena artinya kejadian-kejadian atau

peristiwa-peristiwa di dunia sebagai mana adanya.

Contoh yang sederhana untuk menerangkan ini adalah:

1. Pembiasan Cahaya Oleh Air

Bila kita melihat batang sedotan dari atas maka batang sedotan akan terlihat

bengkok.

Seperti gambar di bawah ini:

Penampakan sedotan yang bengkok tersebut disebut FENOMENA. Sedangkan

bentuk asli dari sedotan tersebut (lurus) disebut NOMENA. Fenomena

tersebut terjadi karena adanya pembiasan cahaya oleh air sirop dan

ditangkap oleh indra mata kita kemudian sinyal dikirim ke otak. Otak

memberikan penilaian bahwa sedotan bengkok.

2. Pembiasan Cahaya oleh Udara

Bila kita melihat bintang di malam hari ternyata letak bintang yang

sesungguhnya tidak sama dengan yang kita lihat, karena cahaya bintang

dibiaskan oleh atmosfir bumi kita. Demikian juga karena letaknya bisa

tahunan kecepatan cahaya dari maka mungkin sekali bintang yang kita amati

tersebut sudah berubah bentuk atau bahkan sudah tidak ada lagi.

14

Page 15: Tugas Filsafat kelompok 1

Jadi, bentuk dan letak bintang yang kita amati sekarang adalah

FENOMENA, sedangkan bentuk bintang yang asli nun jauh disana sekarang

adalah NOMENA. Kesimpulannya Fenomena dan Nomena bisa sama atau

tidak. Faktor-faktor yang bisa memengaruhi kesamaannya menurut

Immanuel Kant adalah ruang dan waktu. Misalnya dalam kasus mengamati

bintang faktor ruang mempengaruhi jarak antara pengamat dan bintang yang

diamati. Faktor waktu akan terlihat jelas jika pengamatan satu dengan yang

lainnya terlalu lama maka letak bintangnya akan berubah karena bumi kita

berotasi.

Sebuah catatan mengenai Interpretasi Epistemologis terhadap

Fenomenda dan anomena adalah bahwa ia dapat dikombinasikan dengan

ontology satu dunia atau dua dunia. Artinya ada perdebatan mengenai

keberadaan sesungguhnya dari objek yang diamati, yakni ada dua sudut

pandang berbeda pada 2 objek yang berbeda ataukah ada dua sudut pandang

berbeda pada 1 objek yang sama. Biasanya, interpretasi epistemologis

terdapat dapat teori-teori satu dunia, oleh karena motivasi utama menerima

pengertian epistemologis mengenai fenomena/anomena adalah menghindari

metafisik dari transcendental idealism14.

Anatomi Sains

Anatomi sains adalah suatu pengklasifikasian atau pengkategorian

sains dalam bagian bagian yang lebih terperinci

1. Taksonomi15

14 http://transcendental-idealism.blogspot.com/2007/02/noumenaphenomena-distinction.html15 http://iwanvictorleonardo.wordpress.com/2010/07/14/epistemologi/

15

Page 16: Tugas Filsafat kelompok 1

Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan

pendidikan. Berdasarkan atas taksonomi bloom yang menamakan cara

pengklasifikasian tersebut dengan”The taxonomy of eduacation objectives“,

dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu:

kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali

menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis

(bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku

yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan

menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah.

a Domain Kognitif (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan

keterampilan berpikir.

Pengetahuan (Knowledge)

Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi,

fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai

contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yg berada di

level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik

produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk, dsb.

Pemahaman (Comprehension)

Dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran,

laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dsb. Sebagai contoh, orang di level

ini bisa memahami apa yg diuraikan dalam fish bone diagram, pareto chart,

dsb.

Aplikasi (Application)

Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan,

prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh,

ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi,

seseorang yg berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan

menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone

diagram atau pareto chart.

16

Page 17: Tugas Filsafat kelompok 1

Analisis (Analysis)

Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang

masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian

yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu

mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah

skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu

memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan

tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap

penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan.

Sintesis (Synthesis)

Satu tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat sintesa akan mampu

menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak

terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk

menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang

manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat

reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab

turunnya kualitas produk.

Evaluasi (Evaluation)

Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi,

gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau

standar yg ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Sebagai

contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu menilai

alternatif solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi,

nilai manfaat, nilai ekonomis, dsb.

b Domain Afektif (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan

aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara

penyesuaian diri.

Penerimaan (Receiving/Attending)

17

Page 18: Tugas Filsafat kelompok 1

Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya.

Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian,

mempertahankannya, dan mengarahkannya.

Tanggapan (Responding)

Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi

persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.

Penghargaan (Valuing)

Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek,

fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari

serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.

Pengorganisasian (Organization)

Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya,

dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.

Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value

Complex)

Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi

karakteristik gaya-hidupnya.

c Domain Psikomotor (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,

berenang, dan mengoperasikan mesin.

Persepsi (Perception)

Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.

Kesiapan (Set)

Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.

Guided Response (Respon Terpimpin)

Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di

dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.

Mekanisme (Mechanism)

Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan

meyakinkan dan cakap.

18

Page 19: Tugas Filsafat kelompok 1

Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)

Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola

gerakan yang kompleks.

Penyesuaian (Adaptation)

Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam

berbagai situasi.

Penciptaan (Origination)

Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau

permasalahan tertentu.

2. Komparasi16

Komparasi atau membandingkan/merangkai konsep konsep adalah

melihat persamaan dari hal yang berbeda atau melihat hal yang berbeda dari

yang sama. Dalam agama, ini disebut “Qiyas”; karena sifat-sifatnya yang

sama, zakat gandum (zaman Nabi Muhammad s.a.w.) diberlakukan dengan

zakat padi (zaman sekarang di Indonesia).

3. Eksplanasi17

Eksplanasi atau penjelasan adalah sebuah pencapaian derajat ke-tahu-

an yang tinggi karena telah dapat menguraikan benang kusut permasalahan.

Eksplanasi juga menjelaskan hubungan sebab akibat dari konsep konsep.

4. Deskripsi18

Adalah upaya pengolahan data menjadi sesuatu yang dapat

diutarakan secara jelas dan tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh

orang yang tidak langsung mengalaminya sendiri.

Dalam keilmuan, deskripsi diperlukan agar peneliti tidak melupakan

pengalamannya dan agar pengalaman tersebut dapat dibandingkan dengan

pengalaman peneliti lain, sehingga mudah untuk dilakukan pemeriksaan dan

kontrol terhadap deskripsi tersebut. Pada umumnya deskripsi menegaskan

sesuatu, seperti apa sesuatu itu kelihatannya, bagaimana bunyinya,

16 http://iwanvictorleonardo.wordpress.com/2010/07/14/epistemologi/

17 http://iwanvictorleonardo.wordpress.com/2010/07/14/epistemologi/18 http://iwanvictorleonardo.wordpress.com/2010/07/14/epistemologi/

19

Page 20: Tugas Filsafat kelompok 1

bagaimana rasanya, dan sebagainya. Deskripsi yang detail diciptakan dan

dipakai dalam disiplin ilmu sebagai istilah teknik.

Eksplanasi sering dikenal dengan istilah penjelasan dalam setiap

kajian ilmiah. Menurut D. H. Fischer, kata eksplanasi sendiri berasal dari

“Explain” atau penjelasan; eksplanasi berarti membuat terang, jelas dan

dapat dimengerti. Dalam eksplanasi data, fakta maupun fakta sejarah

memegang peranan yang sangat penting. Data dan fakta ini berguna bagi

pen-diskripsian kerangka wacana dalam eksplanasi.

Kesimpulan

Dalam menjalani kehidupan ini, kita sebagai makhuk Tuhan yang

memiliki akal dan fikiran kita harus mempunyai tahapan dalam berfikir

secara sistematis sehngga menghasilkan keputusan yang berdasarkan

kepada

20