Download - Tuaian di bumi - Kajian Teks Wahyu
1
‘Tuaian di Bumi’ (Why. 14:14-20)
(Evaristus Angwarmase)
Pendahuluan
Kitab Wahyu menutup kanon dan sejarah Perjanjian Baru. Terlepas dari benar
atau tidaknya sebagai kitab yang terakhir ditulis, dalam jalan pemikirannya kitab Wahyu
adalah akhir karena ia mewujudkan suatu gereja yang telah dimulai di dunia ini sebagai
suatu lembaga, dan yang tengah menantikan dengan penuh harap kesempurnaan
misinya.1
Kitab Wahyu adalah unik dalam banyak hal. Ia adalah satu-satunya kitab
Perjanjian Baru yang tergantung sepenuhnya pada nubuatan. Hampir seluruh
perbandingannya dihubungkan dengan tokoh-tokoh yang ada dalam kitab-kitab nubuat
Perjanjian Lama, dan sebagian besar isinya berupa ramalan yang menyangkut masa
depan. Kitab Wahyu sendiri tergolong dalam buku-buku apokaliptik. Biasanya
kepustakaan apokaliptis dihasilkan pada masa penindasan dan penganiayaan sebagai
cara untuk membesarkan hati mereka yang sedang menderita demi iman mereka.2
1 Merill C. Teney, Survei Perjanjian Baru (Malang: Yayasan Penerbit Gandum
Mas, 2001), hlm. 473.
2 Istilah ‘apokaliptik’ berasal dari bahasa Yunani apocalypse yang berarti
membuka calypsos (= penutup). Penutup ini dapat berupa suatu penutup di atas benda-
benda, dapat juga penutup yang menyelubungi mata kita. Lih. Ds. A. POS, Tafsiran
Wahju (Bogor: Percetakan Renggali, 1966), hlm. 5. Ciri-ciri kitab apokaliptik adalah: (1)
keputusasaan yang besar menghadapi keadaan yang sedang berlangsung dan suatu
pengharapan yang sama besarnya akan campur tangan ilahi di masa depan; (2)
penggunaan bahasa simbolik, impian-impian, dan penglihatan-penglihatan; (3)
ditampilkannya kuasa-kuasa surgawi dan iblis sebagai utusan dan perantara dalam
2
Dalam situasi penindasan dan penganiayaan orang-orang Kristen, kitab Wahyu ditulis
untuk menguatkan iman mereka; bahwa mereka yang menderita dan meninggal karena
kesetiaan kepada Allah tidak akan dilupakan; bahwa ada kepastian mengenai
penghakiman ilahi terhadap mereka yang melakukan kejahatan dan kebahagiaan bagi
mereka yang telah menderita.3
perkembangan rencana Allah; (4) nubuat tentang malapetaka hebat yang akan
mengenai orang-orang yang benar; (5) adakalanya pemalsuan nama-nama penulisnya
dengan tokoh-tokoh sejarah Kitab Suci yang menonjol seperti Ezra (II Esdras) atau
Henokh (Kitab Henokh). Kitab Wahyu memiliki hampir semua ciri-ciri ini, kecuali bahwa
penulis menyatakan namanya, dan menganggap pembaca sudah mengenalnya, bukan
sebagai seorang tokoh dari masa lampau, tetapi sebagai sesama dengan mereka yang
dituju olehnya dalam persoalan-persoalan mereka. Lih. Teney, Survei Perjanjian Baru,
hlm. 473-475. Bdk. “Apokaliptik” dalam A Heuken, Ensiklopedi Gereja, jilid I (Jakarta:
Yayasan Cipta Loka Caraka, 2004). Bdk. Juga “Apokaliptik” dalam BPK Gunung Mulia,
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini A-Z (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1992).
3 Dalam masa pemerintahan Kaisar Domitianus (dibunuh tahun 96 M), orang-
orang Kristen dikejar-kejar dan dianiaya karena menolak beribadah kepada Kaisar. Lih.
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Dianne Bergant, Robert J. Karris (Ed.) (Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 2002), hlm. 480. Bdk. I. Suharyo, Membaca Kitab Suci: Mengenal
Tulisan Perjanjian Baru (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1991), hlm. 178. Memang
Kaisar Nero dicatat para sejarawan sebagai kaisar pertama yang mengejar-ngejar dan
menganiaya orang Kristen. Tetapi penganiayaan yang dilakukan oleh Kaisar Nero
hanya terbatas pada orang-orang Kristen di kota Roma dan sekitarnya dengan tuduhan
membakar kota Roma. Sebaliknya penganiayaan yang dilakukan oleh kaisar
Domitianus cocok dengan isi Kitab Wahyu. Domitianus menggelari dirinya sendiri
“Dominus et Deus noster” (= Tuhan dan Allah kami). Lih. I Suharyo, Kitab Wahyu:
Paham dan Maknanya Bagi Hidup Kristiani (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1993), hlm.
15. Kitab Wahyu ditulis ketika (dan untuk) orang-orang Kristen yang sedang mengalami
penganiayaan oleh Kaisar Domitianus untuk memberikan semangat kepada mereka
3
Tema kepastian akan keadilan dan kemenangan iman bagi orang Kristen yang
teraniaya tersebut nampak dalam perikop ‘Tuaian di Bumi’ (Why. 14:14-20). Maka
tulisan ini menjadi telaah atas perikop tersebut. Adapun penelaahan berlangsung atas
cara: pertama-tama perikop tersebut akan dibatasi (delimitasi teks), membuat struktur
atau susunan kitab Wahtu itu sendiri, dilanjutkan dengan pembagian (divisi) teks dan
analisa teks untuk kemudian digali gagasan-gagasan teologisnya.
I. Delimitasi (Pembatasan) Teks
Perikop Why. 14:14-20 tentang ‘Tuaian di Bumi’ dibuka dengan penglihatan dari
si pelihat tentang awan putih yang di atasnya duduk Anak Manusia yang
bermahkotakan emas di atas kepala-Nya dan sebilah sabit tajam di tangan-Nya (ay.
14).
Perikop ini berhubungan erat dengan perikop sebelumnya (Why. 14: 6-13) yang
berisi pemberitahuan tentang penghakiman.4 Penggunaan kata sambung Dan pada
awal perikop mengindikasikan bahwa Why. 14:14-20 merupakan kisah lanjutan dari
perikop sebelumnya. Tetapi sekalipun lanjutan, perikop Why. 14:14-20 menyuguhkan
kisah penggenapan pemberitahuan tentang penghakiman tersebut yaitu saat di mana
penghakiman itu terjadi. Jika perikop sebelumnya baru memberitakan perihal
penghakiman yang akan terjadi, maka pada perikop Why. 14:14-20 ini penghakiman itu
terjadi. Pertama-tama diceritakan tampilnya tiga malaikat, masing-masing membawa
yang terancam hukuman mati karena menolak menyembah kaisar sebagai dewa. Lih.
juga Oscar Lukefahr, A Catholic Guide to the Bible: Memahami dan Menafsir Kitab Suci
secara Katolik (Jakarta: Penerbit Obor, 2007), hlm. 269.
4 Suharyo mencatat bahwa perikop Why. 14:14-20 bukan hanya terkait erat
dengan perikop sebelumnya (Why. 14:6-13). Perikop Why 14:14-20 sesungguhnya erat
berhubungan dengan gambaran dua binatang yang diceritakan pada bagian
sebelumnya. Lih. Suharyo, Kitab Wahyu, hlm. 52.
4
kabar untuk disampaikan yaitu Injil yang kekal (ay. 6-7), jatuhnya Babel (ay. 8) dan
hukuman atau ganjaran yang akan diterima (ay. 9-13). Pada perikop Why. 14:14-20
penghakiman terjadi: Kristus sendiri dan tiga malaikat tampil melaksanakan
penghakiman yang digambarkan dengan penuaian dan pengilangan anggur.5 Dengan
demikian awal perikop ini menunjukkan kaitan erat dengan perikop sebelumnya tetapi
sekaligus menarik garis pemisah yang jelas dengan perikop sebelumnya.
Di bagian akhir perikop sang pelihat melihat nasib anggur yang telah dituai
dengan sebilah sabit tajam itu: dikilang di luar kota dan yang dari dalamnya mengalir
darah. Perikop setelahnya (Why. 15:1-4) dibuka dengan kata sambung Dan. Ini
memperlihatkan kisah dari perikop Why. 14:14-20 masih berlanjut. Tetapi jika teks
setelahnya ini dibaca secara keseluruhan, paling tidak ditilik dari judul perikopnya, nyata
terlihat bahwa yang ditampilkan adalah kisah baru yakni nyanyian kemenangan orang-
orang Kristen yang tetap setia pada imannya.6 Dengan kata lain, ada kaitan erat dua
kisah ini di satu pihak tetapi sekaligus terbentang garis pemisah yang tegas mengenai
isi cerita di lain pihak.
II Struktur Teks
Delimitasi teks di atas memperlihatkan kaitan antara perikop yang menjadi fokus
telaah dengan perikop sebelum dan sesudahnya. Jika ditarik ke dalam gambaran
besar, ini berarti struktur dari perikop bersangkutan ada dalam satu kesatuan dengan
struktur Kitab Wahyu secara keseluruhan. Maka tidak berlebihan jika struktur Kitab
Wahyu mendapat tempat dalam pembahasan struktur perikop Why. 14:14-20.
5 Lih. Ibid.
6 Nyanyian kemenangan ini berlatar belakang Kitab Keluaran. Yang dinyanyikan
ialah pujian terhadap penciptaan baru yang sedang berlangsung dengan campur
tangan Allah. Lih. Ibid, hlm. 53.
5
Kitab Wahyu sendiri merupakan suatu kesatuan sastra yang dibuka dengan
pendahuluan (1:1-3) dan diakhiri dengan penutup (22:6-21). Isinya sendiri dapat dibagi
menjadi dua bagian yang tidak sama panjangnya, namun jelas batas-batasnya, yaitu
1:4-3:22 dan 4:1-22:5. Bagian pertama berisi tujuh surat kepada tujuh jemaat, sedang
bagian kedua, agak sulit diberi judul jelas. Kendati demikian bagian kedua ini dapat
dibagikan menjadi lima bagian: (a) 4:1-5:14: bagian pendahuluan berisi “penglihatan”
sebuah takhta, Anak Domba dan penyerahan gulungan kitab dengan tujuh meterai; (b)
6:1-7:17: bagian “meterai”, berisi pembukaan enam meterai pertama oleh Anak Domba.
Meterai ketujuh mencakup seluruh bagian selanjutnya; (c) 8:1-11:14: bagian
“sangkakala”, berisi peniupan enam sangkakala pertama. Sangkakala ketujuh
mencakup seluruh bagian selanjutnya. Ketiga sangkakala terakhir didahului oleh tiga
ucapan “celaka” (18:13) yang menimbulkan tegangan tertentu dalam keseluruhan.
Sangkakala ketujuh, sejajar dengan “celaka” yang ketiga membuka bagian selanjutnya;
(d) 11:15-16:16: bagian ini lebih rumit; dapat disebut bagian “tiga tanda” ata dasar
adanya tiga tanda: yang pertama adalah wanita (12:1), yang kedua ular naga (15:1)
yang saling berhubungan. Cawan yang ketujuh menyiapkan bagian selanjutnya; (e)
16:17-22:5: bagian penutup menggambarkan hari besar ketika Kristus campur tangan
untuk terakhir kalinya. Ia menghakimi dan mengalahkan semua kekuatan musuh dan
sekaligus mempersiapkan kemenangan sang “mempelai”, Yerusalem surgawi.7
Kemungkinan susunan lain yang lebih rinci adalah sebagai berikut:8
1:1-8 Pendahuluan
1) Jenis, sumber dan tujuan kitab 1:1-3
2) Salam 1:4-5a
3) Karya Kristus: dulu, sekarang dan yang akan datang 1:5b-8
7 Lih. Ibid, hlm. 28-29.
8 Lih. Ibid, hlm. 29-31.
6
1:9-3:22 Tujuh surat (tujuh rangkaian pertama)
1) Penglihatan di Patmos 1:9-20
2) Surat kepada gereja-gereja di
Efesus 2:1-7
Smirna 2:8-11
Pergamus 2:12-17
Tiatira 2:18-19
Sardis 3:1-6
Filadelfia 3:7-13
Laodikia 3:14-22
4:1-8:1 Tujuh meterai (tujuh rangkaian kedua)
1) Adegan di surge
a. Takhta Allah dan kemuliaannya 4:1-11
b. Kitab meterai dan Anak Domba 5:1-14
2) Meterai-meterai dibuka
Meterai pertama: kuda putih 6:1-2
Meterai kedua: kuda merah 6:3-4
Meterai ketiga: kuda hitam 6:5-6
Meterai keempat: kuda hijau-kuning 6:7-8
Meterai kelima
Meterai keenam
7
(dua penampakan antara:
a. 144.000 orang bermetari 7:1-8
b. Para pilihan di hadapan takhta 7:9-17)
Meterai ketujuh
8:2-11:18 Tujuh sangkakala (tujuh rangkaian ketiga)
1) Adegan di surga 8:2-6
2) Suara sangkakala
Sangkakala pertama 8:7
Sangkakala kedua 8:8-9
Sangkakala ketiga 8:10-11
Sangkakala keempat 8:12-13
Sangkakala kelima (bencana pertama) 9:1-12
Sangkakala keenam (bencana kedua) 9:13-21
(dua penampakan antara:
a. Gulungan kitab kecil 10:1-11
b. Pengukuran kenisah dan dua saksi 11:1-14
Sangkakala ketujuh (bencana ketiga) 11:15-18
11:19-15:4 Tujuh tanda (tujuh rangkaian keempat)
1) Adegan di surga 11:19
2) Tanda-tanda pertama
a. Perempuan dan anaknya 12:1-6
8
b. Mikael dan naga 12:7-12
c. Naga melawan perempuan 12:13-18
Kedua (binatang keluar dari laut) 13:1-10
Ketiga (binatang keluar dari bumi) 13:11-18
Keempat (144.000 orang dan Anak Domba) 14:1-5
Kelima (tiga pemberitahuan) 14:6-12
Keenam (tiga suara dengan pesan) 14:13-20
(penglihatan antara 15:1)
Ketujuh (lautan kaca) 15:2-4
15:5-16:21 Tujuh cawan (tujuh rangkaian kelima)
1) Adegan di surga 15:5-16:1
2) Penumpahan cawan-cawan
Pertama 16:2
Kedua 16:3
Ketiga 16:4-7
Keempat 16:8-9
Kelima 16:10-11
Keenam 16:12
(penglihatan antara: 3 katak 16:13-16)
Ketujuh 16:17-21
17:1-20:15 Tujuh penglihatan (tujuh rangkaian keenam)
9
1) Penglihatan awal (pelacur) 17:1-8
2) Tujuh penglihatan
Pertama (dua malaikat dan pesan) 18:1-8
Kedua (raja, pedagang, pelaut) 18:9-19
Ketiga (Babel tak bangkit lagi) 18:20-24
Keempat (nyanyian pujian) 19:1-8 (10)
Kelima (kemenangan atas binatang dan nabi palsu) 19:11-21
Keenam (naga diikat) 20:1-3
(penglihatan antara:
kerajaan seribu tahun umat pilihan Allah 20:4-10)
Ketujuh (penghakiman akhir) 20:11-15
21:1-22:5 Kesudahan – kota suci Yerusalem
1) Suara dari takhta 21:1-18
2) Penglihatan Yerusalem surgawi 21:9-22:5
22:6-20 Kesaksian akhir
22:21 Berkat penutup9
9 Tentang garis besar isi wahyu sendiri para ahli berbeda pendapat. Dua penulis
bisa ditampilkan di sini. I. Suharyo membagi isi kitab Wahyu dalam empat bagian, yakni
(1) Pendahuluan (1:1-3); (2) Bagian pertama: Surat-surat kepada tujuh jemaah (1:4-
3:22); (3) Bagian kedua: Menafsirkan sejarah dalam terang iman (4:1-22:5); (4) Epilog
(22:6-21). Lih. I. Suharyo, Kitab Wahyu, hlm. 32-62. Ds. A. POS juga membagi isi kitab
Wahyu atas empat bagian tetapi dengan perbedaan yang tajam dalam
10
Menilik struktur keseluruhan kitab Wahyu, perikop Why. 14:14-20 tentang
“Tuaian di Bumi” merupakan bagian dari tujuh tanda (mulai dari 11:9-15:4) yakni tanda
keenam yang berisi tiga suara dengan pesan. Gagasan pokok dari tiga suara dengan
pesan itu adalah bahwa Kristus sebagai Mesias sejati akan memisahkan yang baik dari
yang jahat secara definitif.
III Divisi Teks
Setelah melihat struktur perikop 14:14-20 dalam keseluruhan struktur kitab
Wahyu, maka pada bagian ini akan ditelaah konteks jauh dan konteks dekat dari
perikop bersangkutan.
III. 1 Konteks Jauh
Telah dikatakan dalam bagian ‘Pendahuluan’ bahwa kitab Wahyu menutup
kanon dan sejarah Perjanjian Baru. Secara lain dapat dibaca bahwa kitab Wahyu
memiliki jalinan tema yang erat dengan kitab-kitab lain sebelumnya dari Perjanjian
Baru. Dalam bagian ‘analisa teks’ akan diperlihatkan jalinan tema yang erat itu tidak
hanya dengan kitab-kitab Perjanjian Baru melainkan juga dengan kitab-kitab Perjanjian
Lama.
Tema tuaian anggur perlambang penghakiman Allah di akhir zaman oleh Yesus
Kristus dalam perikop Why. 14:14-20 sudah diberitakan dalam kitab Daniel, kitab
Yesaya, kitab Yoel, Injil Markus dan Injil Matius. Gambaran mengenai panen malaikat di
pengelompokkan pasal dan penjudulan, yakni (1) Bagian pertama; Tuhan
menampakkan diri kepada Yohanes (1:1-20); (2) Bagian kedua: Surat kepada ketujuh
siding jemaat (2:1-3:22); (3) Bagian ketiga: Kepastian kehendak Allah tentang sejarah
manusia dan dunia, teristimewa gereja dan kerajaan Allah (4:1-22-5); (4) Bagian
keempat: Penutup (22:6-21). Lih. Ds. A. POS, Tafsiran Wahju, hlm. 12.
11
bumi menggabungkan dua bagian Perjanjian Lama, yakni Dan. 7:13 dan Yl. 3:13-16.
Gambaran mengenai anak manusia diambil dari Dan. 7:13.10 Kaitan lain dengan kitab-
kitab Perjanjian Lama dan Baru terdapat secara eksplisit pada Why 14:15, “Ayunkanlah
sabit-Mu itu dan tuailah, karena sudah tiba saatnya untuk menuai; sebab tuaian di bumi
sudah masak”. Kata-kata ‘tuailah’ dan ‘tuaian’ sudah ditampilkan pula dalam Mat. 9:37-
38, Luk. 10:2 dan Yl. 3:13.11
Dalam kitab Henokh terdapat padanan dengan ay.20. Dilukiskan di sana
hukuman yang keras dijatuhkan kepada orang-orang jahat. Bahwa penghakiman Allah
itu berlangsung di luar kota seperti terdapat pada ayat tersebut juga dapat ditemukan
dalam Yl 3:2.12; Za 14:4;12 4 Ezra 13:35 dan Apok Barukh 40:1.13
10 Lih. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, hlm. 505. Dan. 7:13, “Aku terus melihat
dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang
seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke
hadapan-Nya”.
11 Mat. 9:38, “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah
kepada tuan yang empunya tuaian, supaya ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk
tuaian itu”; Luk. 10:2, “Tuaian memang banyak tetapi pekerja sedikit. Karena itu
mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya ia mengirimkan pekerja-pekerja
untuk tuaian itu”; Yl. 3:13, “Ayunkanlah sabit sebab sudah masak tuaian; marilah,
iriklah, sebab sudah penuh tempat anggur; tempat-tempat pemerasan kelimpahan,
sebab banyak kejahatan mereka”.
12 Yl. 3:2.12, “Aku akan mengumpulkan segala bangsa dan akan membawa
mereka turun ke lembah Yosafat; Aku akan berperkara dengan mereka di sana
mengenai umat-Ku dan milik-Ku sendiri, Israel, oleh karena mereka mencerai-
beraikannya di antara bangsa-bangsa dan membagi-bagi tanah-Ku… Baiklah bangsa-
bangsa bergerak dan maju ke lembah Yosafat, sebab di sana Aku akan duduk untuk
menghakimi segala bangsa dari segenap penjuru”. Za. 14:4, “Pada waktu itu kaki-Nya
akan berjejak di bukit zaitun yang terletak di depan Yerusalem di sebelah timur. Bukit
12
Dengan demikian, perikop Why. 14:14-20 tentang penghakiman oleh Allah ini
mendapat konteksnya yang luas mulai dari nabi-nabi di zaman Perjanjian lama sampai
Perjanjian Baru.
III. 2 Konteks Dekat
Perikop Why. 14:14-20 merupakan salah satu bagian dari tujuh tanda, yakni tiga
suara dengan pesan. Tetapi suara pertama terdapat pada Why. 14:13. Maka perikop
Why. 14:14-20 sesungguhnya memuat dua suara dengan pesan, yaitu pesan kedua
dan ketiga. Dalam perikop dua suara dengan pesan itu adalah Why. 14:14-16 sebagai
suara kedua dan Why. 14:17-20 sebagai suara ketiga. Pesan-pesan itu adalah tentang
panen anggur yang melambangkan tibanya hari penghakiman. Kitab Wahyu
menampilkan kepada sidang pembacanya unsur-unsur dari nubuat dan penglihatan
dalam urutan yang terbalik. Pada Why. 14:1-5 penulis kitab Wahyu telah melihat
penglihatan para kudus di bukit Sion. Para kudus ini dijanjikan bahwa Tuhan datang
dalam penghakiman (14:7). Sekarang panen (penghakiman) itu dimulai.
Tidak ada masalah mengenai gambaran negatif yang terkait dengan panen
anggur dalam suara yang ketiga. Malaikat di mezbah pembakaran menghubungkan
penglihatan ini kembali dengan penglihatan terdahulu mengenai sangkakala. Sebelum
sangkakala mulai berbunyi, ia mengantar doa-doa orang kudus kepada Allah kemudian
melemparkan bara dari pedupaan ke bumi (Why. 8:3-4). Kemudian ia memerintahkan
malaikat dari sangkakala keenam untuk melepaskan penunggang kuda yang membawa
maut dari tebing Efrata untuk membunuh sepertiga umat manusia (Why. 9:13). Dalam
bagian kedua perikop Why. 14:17-20 diperlihatkan akibat maut dari suara malaikat
zaitun itu akan terbelah dua dari timur ke barat, sehingga terjadi suatu lembah yang
sangat besar; setengah dari bukit itu akan bergeser ke utara dan setengah lagi ke
selatan”.
13 Lih. Lembaga Biblika Indonesia, Kitab Wahyu, hlm. 124.
13
ketika ia melepaskan sabitan anggur kemurkaan. Dan seketika itu juga para musuh
Allah, yaitu mereka yang menganiaya jemaat, masuk ke dalam lautan darah yang
besar.14 Malaikat yang muncul dari mezbah dan mempunyai kuasa atas api dapat
dipandang sebagai kepenuhan Why. 6:10 di mana para saksi iman berseru dengan
suara nyaring, “Berapa lama lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak
menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?”.15
Berdasarkan telaah mengenai konteks jauh dan konteks dekat perikop Why.
14:14-20 tersebut, maka perikop tersebut dapat dibagi dalam susunan sebagai berikut:
Why. 14:14 Penglihatan kehadiran Anak Manusia
Why. 14:15-16 Penghakiman oleh Anak Manusia
a) Seruan malaikat untuk menghakimi bumi 14:15
b) Penghakiman oleh Anak Manusia terjadi 14:16
Why. 14:17-20 Penghakiman oleh malaikat
a) Malaikat lain tampil 14:17
b) Seruan untuk menghakimi bumi 14:18
c) Penghakiman oleh malaikat terjadi 14:19
d) Hasil dari penghakiman 14:20
IV. Analisa Teks
Pada bagian ini perikop Why. 14:14-20 tentang tuaian di bumi akan dianalisa
berdasarkan pembagian yang telah disusun di atas.
14 Lih. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, hlm. 505.
15 Lih. Lembaga Biblika Indonesia, Kitab Wahyu, hlm. 124.
14
1. Why. 14:14 Penglihatan kehadiran Anak Manusia
Dan aku melihat: sesungguhnya, ada suatu awan putih, dan di atas awan itu duduk
seorang seperti Anak Manusia dengan sebuah mahkota emas di atas kepala-Nya dan
sebilah sabit tajam di tangan-Nya (ay. 14)
* Anak Manusia: Pada zaman rasul Yohanes, bahasa Yunani tidak memakai huruf
besar atau huruf kecil untuk membedakan antara Allah dan yang lain. Oleh karena itu
identitas Anak Manusia pada ayat ini dipermasalahkan oleh beberapa penafsir karena
mereka menganggap mustahil, malaikat memberi perintah kepada Tuhan Yesus
Kristus. Tetapi dalam pasal 14:15 Dia yang dinamai Anak manusia diperintahkan
dengan dua kata kerja dalam bentuk imperatif/perintah. Masing-masing pandangan
terhadap identitas Anak Manusia tersebut memiliki argument yang kuat. Di bawah ini
beberapa argument dari masing-masing pandangan tersebut.16
Beberapa alasan berikut mendukung pengertian bahwa istilah Anak Manusia
menunjuk pada seorang malaikat:
a) Dianggap tidak pantas kalau malaikat memerintah Tuhan Yesus (14:15).
b) Istilah Anak Manusia menunjuk pada malaikat dalam sastra apokaliptik di luar
Alkitab.
c) Tidak ada kata sandang di depan istilah Anak Manusia dalam pasal 14:14.
d) Dia yang dinamai Anak Manusia menuai dalam pasal 14:16, dan seorang
malaikat juga menuai dalam pasal 14:19. Dianggap aneh dan tidak pantas kalau
Tuhan Yesus dan malaikat melakukan kegiatan yang hampir sama.17
16 Lih. Dave Hagelberg, Tafsiran Kitab Wahyu dari Bahasa Yunani: Wahyu Yesus
Kristus (Yogyakarta: PBMR Andi, 2005), hlm. 213.
17 Ibid.
15
Beberapa alasan berikut mendukung pengertian bahwa istilah Anak Manusia
menunjuk pada Tuhan Yesus sendiri:
a) Istilah seorang seperti Anak Manusia terambil dari Daniel 7:13-14, yang di
dalamnya Mesias sendiri dinubuatkan.18
b) Sebutan seorang seperti Anak Manusia hanya dipakai dua kali dalam seluruh
Kitab Wahyu, yaitu dalam ayat ini dan dalam pasal 1:13, yang menggambarkan
Tuhan Yesus. Di luar dua ayat tersebut, sebutan Anak Manusia tidak dipakai
dalam Kitab Wahyu. Pemakaian sebutan ini dalam Kitab Wahyu harus dianggap
lebih berbobot daripada pemakaiannya dalam sastra apokaliptik yang lain.
c) Dalam Wahyu 1:13 (yang menceritakan Tuhan Yesus) juga tidak terdapat artikel.
d) Tuhan Yesus Kristus bersifat rendah hati, sehingga tampaknya tidak keberatan
untuk diperintah oleh malaikat, yang adalah pesuruh Bapa-Nya sendiri.
Mempertimbangkan argumen-argumen di atas, dapat disimpulkan bahwa Anak
Manusia yang disebut dalam penglihatan tersebut adalah Yesus Kristus sendiri.19
18 Ungkapan Anak Manusia sangat rumit ditafsirkan. Dari satu segi sebutan ini
dilatarbelakangi Mazmur 8:5 (di mana sebutan ini berarti ‘manusia’ secara umum),
Mazmur 80:18 (di mana ungkapan ini mungkin merujuk kepada mesias, umat Israel,
atau raja Israel), Kitab Yehezkiel (di mana sebutan ini dipakai lebih dari 90 kali, untuk
merujuk kepada Nabi Yehezkiel sendiri), dan Daniel 8:17 ( di mana sebutan ini merujuk
kepada Nabi Daniel sendiri). Dari segi lain, julukan Anak Manusia dilatarbelakangi oleh
Daniel 7:13 di mana “seorang seperti anak manusia” datang “dengan awan-awan”.
Dalam Kitab Daniel identitas orang itu sulit dipastikan, tetapi dalam Matius 24:30 Tuhan
Yesus berkata bahwa “semua bangsa di bumi akan… melihat Anak Manusia itu datang
di atas awan-awan di langit”, maka jelaslah bahwa Dia yang disebutkan “seorang
seperti anak manusia” dalam Daniel 7:13 adalah Tuhan Yesus sendiri. Dengan
demikian, julukan Anak Manusia dapat disamakan dengan sebutan Mesias. Lih.
Hagelberg, Tafsiran Kitab Wahyu dari Bahasa Yunani, hlm. 38-39.
16
* Awan putih: Awan putih yang diduduki Kristus adalah ibarat malaikat-malaikat kudus
yang menyertai Dia. Kristus adalah Tuhan, dan malaikat-malaikat adalah hamba-
hamba-Nya. Daialah juga yang berjalan di dunia dalam kehinaan sebagai Anak
Manusia (Mat. 16:27; 25:31). Kristus digambarkan sebagai Anak Manusia,
bermahkotakan emas di kepalanya dan sebilah sabit yang tajam di tangan-Nya untuk
menuai gandum dan membawanya ke dalam lumbung surge. Kristus sendiri melakukan
itu. Dia sendirilah yang mengumpulkan hamba-hamba-Nya yang setia kepada-Nya
dalam kemuliaan surga.20
2. Why. 14:15-16 Penghakiman oleh Anak Manusia
Maka keluarlah seorang malaikat lain dari Bait Suci; dan ia berseru dengan suara
nyaring kepada Dia yang duduk di atas awan itu: “Ayunkanlah sabit-Mu itu dan tuailah,
karena sudah tiba saatnya untuk menuai; sebab tuaian di bumi sudah masak” (ay. 15)
* Malaikat: Malaikat menurut etimologi (Ibrani mal’akh, Yunani angelos) dan pengertian
adalah pesuruh Allah, yang mengenal-Nya muka dengan muka, karena itu mempunyai
kelebihan daripada manusia. Malaikat tentu adalah makhluk, tapi suci dan mantap
walaupun mempunyai kemauan bebas dank arena itu bisa terpengaruh terhadap
godaan dan dosa. Terdapat banyak acuan mengenai kejatuhan beberapa malaikat
(Ayb. 4:18; Mat. 25:41; 2 Ptr. 2:4; Why. 12:9).21 Malaikat dalam Kitab Suci kadang
disebut ‘Malaikat Allah’ atau Malaikat-Ku (Nya), digambarkan sebagai makhluk surgawi
yang diutus Allah untuk berurusan dengan manusia sebagai agen pribadi-Nya dan juru
19 Ibid, hlm. 213-214.
20 Lih. Ds. A. POS, Tafsiran Wahju, hlm. 144.
21 “Malaikat” dalam Ensiklopedi Masa Kini, jilid II M-Z (Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih, 2007).
17
bicara-Nya. Dalam kutipan-kutipan Kitab Suci, Malaikat disamakan dengan Tuhan yang
berbicara bukan hanya dalam nama Tuhan tetapi sebagai Tuhan dalam bentuk kalimat
pertama. Namun, Malaikat juga dibedakan dari Allah seperti dalam 2Sam 24:16; Zak.
1:12.13. Juga, seperti dalam ayat tersebut di atas.22
* Keluarlah seorang malaikat lain dari Bait Suci: Menurut salah satu argumen yang telah
diuraikan di atas, dalam ayat ini Raja segala raja diperintah oleh seorang malaikat!
Dalam pandangan manusia peristiwa ini sulit diterima, tetapi Tuhan Yesus tidak seperti
manusia yang lebih senang untuk mempertahankan jabatan, kehormatan dan gengsi.
Bagi Yesus tunduk kepada otoritas Bapa bukanlah masalah. Kalau Bapa
menyampaikan perintah kepada-Nya melalui pesuruh, Dia tidak keberatan. Malaikat
yang menyampaikan perintah datang dari hadirat Allah Bapa, dia datang keluar… dari
Bait Suci. Oleh karena malaikat datang dari Bait Suci maka sangat jelaslah bahwa
perintah yang diucapkannya adalah perintah dari Allah Bapa. Dengan kata lain Allah
sendirilah yang menetapkan waktu pengadilan terakhir itu. Mengenai hal ini Yesus telah
mengatakannya dalam Mat. 24:36 bahwa tiada seorangpun mengetahui waktu
penghakiman selain dari pada Bapa sendiri. Oleh karena itu Allah memerintahkan
seorang malaikat untuk menyerukannya kepada Yesus.23 Peristiwa ini mirip dengan
peristiwa dalam Why. 5:7 saat Anak Domba datang dan menerima gulungan kitab dari
tangan Dia yang duduk di atas takhta itu, sehingga ketujuh segel dibuka, dan hukuman-
hukuman akhir zaman mulai dapat dijalankan.
* Tuaian di bumi sudah masak: Penekanan dalam perintah itu adalah bahwa tuaian di
bumi sudah masak. Waktunya sudah tiba, dan tidak dapat ditunda lagi, sama seperti
seorang petani tidak menunda penuaian jika tuaian sudah masak. Gambaran tuaian
yang ‘masak’ merupakan gambaran yang penuh arti bagi orang yang hidup di
lingkungan pertanian, dalam hal ini para petani. Kesempatan untuk menuai sangat
22 Lih. I. Made Miasa, Injil Kisah Masa Kanak-Kanak Yesus: Sebuah Tinjauan
Historis, Biblis dan Telogis, hlm. 108.
23 Lih. Ds. A. POS, Tafsiran Wahju, hlm. 144.
18
terbatas, dan tidak dapat ditunda. Kalau ditunda, panen menjadi rusak, dan petani
mengalami kerugian besar. Ini berarti bukan sukacita yang didapat atas panen yang
sudah diusahakan selama beberapa waktu melainkan dukacita.24
Perumpamaan tentang penuaian ini dipakai dalam firman Tuhan dalam berbagai
arti: (a) mengacu pada orang-orang benar (Mat. 9:37-38; Mrk. 4:29; Yoh. 4:35-38), (b)
mengacu pada orang-orang fasik ((Yer. 51:33; Hos. 6:11). Dalam Mat. 13:30.40-42
orang benar dan orang fasik ‘dituai’. Dalam konteks ayat ini tuaian yang sudah masak
itu adalah jemaat Kristen yang tetap setia kepada imannya akan Kristus. Sama seperti
mempelai perempuan yang telah bersiap bagi pengantin pria. Mereka yang telah
mengalami penderitaan dan penganiayaan karena iman adalah laksana gandum yang
sudah masak dan siap dimasukan di dalam lumbung surga.25
Dan Ia, yang duduk di atas awan itu, mengayunkan sabit-Nya ke atas bumi, dan bumi
pun dituailah (ay. 16)
* Yang duduk di atas awan: Kiasan ini sangat singkat, tetapi justru sangat
mengesankan. Bagi Dia yang duduk di atas awan itu, menuai seluruh bumi bukanlah
merupakan hal yang melelahkan.
* Mengayunkan sabit: Jika yang dituai adalah gandum maka penuaian, sesuai dengan
kebiasaan di tanah pertanian, berlangsung atas cara demikian: dengan satu tangan
menggenggam batang-batang gandum lalu dipotong dengan sabit yang dipegang
dengan tangan yang satu lagi. Batang-batang gandum itu kemudian diikat dan ikatan-
ikatan itu diletakkan di atas punggung keledai atau unta lalu dibawa dan diletakkan di
24 Lih. “Tani, Pertanian” dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, jilid II (Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007).
25 Lih. Hagelberg, Tafsiran Kitab Wahyu dari Bahasa Yunani, hlm. 215.
19
lantai penumbukan gandum.26 Seperti telah dikatakan sebelumnya, gandum yang dituai
oleh Yesus adalah orang-orang Kristen yang tetap setia kepada-Nya. Gandum ini akan
disimpan di lumbung surga. Tuaian Yesus ini berbeda sama sekali dengan tuaian
malaikat dalam ayat berikutnya.
3. Why. 14:17-20 Penghakiman oleh malaikat
Dan seorang malaikat lain keluar dari Bait Suci yang di sorga; juga padanya ada
sebilah sabit tajam (ay. 17)
* Keluar dari Bait Suci: Sama seperti malaikat lain dalam ay 15, keluar dari Bait Suci
memperlihatkan bahwa malaikat ini adalah utusan dari Allah sendiri. Ia keluar dari Bait
Suci untuk melakukan apa yang diperintahkan Allah kepadanya.
* Juga padanya ada sebilah sabit tajam: Sebagaimana Anak Manusia dalam pasal
14:14, malaikat lain ini juga membawa sebilah sabit tajam. Ada keganjilan di sini karena
sabit bukanlah alat yang biasa digunakan untuk memotong buah anggur, tetapi visi ini
berkaitan erat dengan Yoel 3:13, yang di dalamnya ada gambaran mengenai sabit dan
panen buah anggur.27
Dan seorang malaikat lain datang dari mezbah; ia berkuasa atas api dan ia berseru
dengan suara nyaring kepada malaikat yang memegang sabit tajam itu, katanya:
“Ayunkanlah sabitmu yang tajam itu dan potonglah buah-buah pohon anggur di bumi,
26 Lih. “Tani, Pertanian” dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, jilid II (Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007).
27 Lih. Hagelberg, Tafsiran Kitab Wahyu dari Bahasa Yunani, hlm. 215.
20
karena buahnya sudah masak” (ay. 18)
* Mezbah: Berasal dari bahasa Ibrani Mizbeakh yang berarti ‘tempat korban
persembahan’ (dari zavakh, ‘menyembelih untuk berkorban’). Sementara menurut
etimologi istilah itu melibatkan penyembelihan, dalam penggunaannya tidak selalu
begitu ketat dibatasi, dipakai juga bagi mezbah untuk pembakaran ukupan (Kel. 30:1).28
* Malaikat lain datang dari mezbah: Malaikat itu menerima perintah supaya menuai,
tetapi perintah itu datangnya dari mezbah (meja persembahan). Itulah tempat
persembahan, yang dibawahnya jiwa-jiwa orang beriman mengeluh dan memanggil
supaya dibebaskan.29 Dalam kitab Wahyu 6:9-11 dan 8:3-5 ada hubungan erat antara
mezbah dan doa orang-orang kudus. Hukuman yang akan segera ditimpakan atas
mereka yang diam di bumi merupakan jawaban utama dari doa orang kudus yang
bertanya, “Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak
menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka, yang diam di bumi?”
(6:10).30
* Kuasa atas api: kepada malaikat yang keluar dari mezbah itu kuasa atas api
dipercayakan. Pernyataan ini tidak diuraikan lebih lanjut dalam ayat ini. Ini berarti
bahwa malaikat itu diberi kuasa tertentu dalam proses penghukuman orang-orang fasik
di bumi. Kuasa tertentu itu adalah menyerukan hukuman Allah bumi.
28 “Mezbah” dalam Ensiklopedi Masa Kini, jilid II M-Z (Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih, 2007).
29 Lih. Ds. A. POS, Tafsiran Wahju, hlm. 145.
30 Lih. Jean-Louis D’Aragon, “The Apocalypse” dalam The Jerome Biblical
Commentary, Raymond E. Brown, Joseph A. Fitzmyer & Roland E. Murphy (ed.)
(London: Fletcher & Son Ltd, 1976), hlm. 485.
21
* Buahnya sudah masak: Buah anggur dari kebun anggur telah masak. Ini perlambang
kejahatan, perlawanan terhadap Allah dan dosa telah mencapai puncaknya. Kini dunia
telah ‘masak’ untuk dihukum.31
Lalu malaikat itu mengayunkan sabitnya ke atas bumi, dan memotong buah pohon
anggur di bumi dan melemparkannya ke dalam kilangan besar, yaitu murka Allah (ay.
19)
* Kilangan besar: Kilangan adalah tempat penampungan buah anggur yang baru saja
dipanen. Kilangan anggur biasanya terdiri dari dua penampung. Penampung itu
biasanya terbuat dari batu karang yang dilubangi. Adakalanya juga terbuat dari bata.
Anggur yang baru saja dipanen diletakkan pada penampung bagian atas yang sedikit
lebih tinggi. Orang-orang kemudian menginjak-injaknya sehingga menghasilkan sari
anggur. Sari anggur tersebut mengalir turun melewati saluran penghubung ke
penampungan yang lebih rendah. Pada ayat ini, kilangan besar menjadi kiasan yang
sangat mengesankan. Anggur-anggur itu adalah semua orang yang tidak beriman
dibuang dari hadirat Allah ke dalam kegelapan dan kematian kekal. Di dalam kilangan
besar itu, murka Allah menginjak semuanya. Dalam Perjanjian Lama penghakiman
Allah diumpamakan seperti menginjak-injak anggur.32 Jadi, di sini penghukuman
31 Ibid.
32 Bisa dilihat pada teks-teks berikut: (a) Rat. 1:15, “Tuhan membuang semua
pahlawanku yang ada dalam lingkunganku … Tuhan telah menginjak-injak puteri
Yehuda, dara itu, seperti orang mengirik memeras anggur”; (b) Yes. 63:3, “Aku seorang
dirilah yang melakukan pengirikan, dan dari antara umat-Ku tidak ada yang menemani
Aku! Aku telah mengirik bangsa-bangsa dalam murka-Ku, dan Aku telah menginjak-
injak mereka dalam kehangatan amarah-Ku, semburan darah mereka memercik
kepada baju-Ku, dan seluruh pakaian-Ku telah cemar”. Lih. William Barclay,
22
dikemukakan dalam gambaran yang begitu terkait dengan panen dan pemerasan
anggur.
Dan buah-buah anggur itu dikilang di luar kota dan dari kilangan itu mengalir darah,
tingginya sampai kekang kuda dan jauhnya dua ratus mil (ay. 20)
* Di luar kota: Dikatakan bahwa pemerasan anggur itu dilakukan di luar kota Yerusalem.
Baik di dalam Perjanjian Lama maupun kitab-kitab apokaliptik yang tidak termasuk
dalam kanon terdapat garis pemikiran bahwa orang-orang kafir akan dibawa ke luar
Yerusalem untuk diadili di sana. Nabi Yoel telah menggambarkan bahwa semua
bangsa akan dikumpulkan di lembah Yosafat dan dihakimi di sana (Yl. 3:2.12). Zakharia
mempunyai gambaran tentang penyerangan terakhir terhadap bangsa-bangsa kafir di
Yerusalem dan penghakiman mereka di sana (Za. 14:1-4).33
* Mengalir darah, tingginya sampai ke kekang kuda dan jauhnya dua ratus mil: Tidak
ada arti khusus dari ungkapan “sampai ke kekang kuda” karena hanya dimaksudkan
untuk menggambarkan kengerian.34 Sementara dua ratus mil itu hampir sama
panjangnya dengan panjang Palestina dari utara ke selatan; dan dapat berarti bahwa
gelombang penghukuman itu mencakup seluruh tanah itu. Inilah gambaran simbolik
tentang kepenuhan penghakiman itu.35
Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Kitab Wahyu kepada Yohanes Pasal 6-22 (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2007), hlm. 175.
33 Lih. Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari, hlm. 176.
34 Lih. Lembaga Biblika Indonesia, Kitab Wahyu, hlm. 125.
35 Lih. Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari, hlm. 176.
23
Apa sebabnya orang beriman diibaratkan dengan gandum dan orang-orang fasik
dengan anggur? Hal ini mempunyai maksud kiasan. Kristus dan orang-orang beriman
memang diibaratkan juga dengan pokok anggur dengan carang-carangnya (Yoh. 15:1-
8). Tetapi di sini gambaran itu sama sekali lain dipakai. Biji gandum menggambarkan
hidup karena kematian (Yoh. 12:24). Gandum menghasilkan roti yang baik. Anggur
sebaliknya menyiratkan bahaya. Itulah gambaran godaan dan perzinahan Babel.
Penuaian buah anggur pula memberikan gambaran penginjakan, dan anggur
menimbulkan ingatan kepada darah. Itulah sebabnya air anggur juga disebut anggur
darah. Demikianlah penuaian anggur itu memberikan gambaran yang baik bagi
hukuman atas dunia yang memberontak yang menolak keselamatan yang datang dari
Allah.36
V. Pesan Teologis
Dari analisa teks yang sudah dipaparkan beberapa gagasan teologis layak ditarik
sebagai ikhtiar dari perikop Ehy. 14:14-20.
V. 1 Kesinambungan sejarah keselamatan
Dalam telaah atas perikop Why. 14:14-20 ditemukan paralelisme dari kitab-kitab
Perjanjian Lama dan Injil. Keberadaan paralelisme ini yang berasal dari Perjanjian
Lama hendak memperlihatkan bahwa Allah terus menerus campur tangan dalam
sejarah demi keselamatan manusia. Paralelisme kisah penghakiman dalam Wahyu
dengan nubuat-nubuat para Nabi menggambarkan kesinambungan sejarah
keselamatan.37 Dengan campur tangan Allah dari masa ke masa ini, Allah sudah
mewahyukan dan mengaruniakan Diri kepada manusia karena cinta. Allah
36 Lih. Ds. A. POS, Tafsiran Wahju, hlm. 145-146.
37 P. Janssen, Pengantar Kitab Suci Perjanjian Baru (Malang: Institut Pastoral
Indonesia, 1994), hlm. 229.
24
mewahyukan diri-Nya kepada manusia dengan cara menyampaikan misteri-Nya secara
bertahap melalui perbuatan dan perkataan. Dalam kebaikan dan kebijaksanaan-Nya
Allah berkenan mewahyukan diri-Nya dan memaklumkan rahasia kehendak-Nya; berkat
rahasia itu manusia dapat menghadap Bapa melalui Kristus, Sabda yang menjadi
daging, dalam Roh Kudus, dan ikut serta dalam kodrat ilahi. Allah yang bersemayam
dalam terang yang tak terhampiri itu hendak menyampaikan kepada manusia, yang Ia
ciptakan dalam kebebasan, kehidupan ilahi-Nya sendiri, supaya melalui Putera-Nya
yang tunggal Ia mengangkat mereka menjadi anak-anak-Nya. Dengan mewahyukan
diri-Nya dari masa ke masa Allah hendak menyanggupkan manusia untuk memberi
jawaban kepada-Nya, mengakui-Nya dan mencintai-Nya atas cara yang jauh
melampaui kemampuan manusia itu sendiri.38
Dengan campur tangan dari masa ke masa Allah hendak menyatakan diri-Nya
dan rencana keselamatan-Nya secara bertahap kepada manusia; Ia mempersiapkan
manusia secara bertahap untuk menanggapi dan menerima rencana keselamatan-Nya
itu yang mencapai puncaknya dalam pribadi dan perutusan Yesus Kristus, Sabda yang
menjadi manusia.
V. 2 Kepastian akan penghakiman ilahi, baik bagi orang jahat maupun orang saleh
Keadaan yang mendorong ditulisnya Kitab Wahyu adalah pengejaran dan
penganiayaan terhadap orang-orang Kristen bahkan penulisnya sendiri dibuang ke
pulau Padmos. Maka kitab ini lebih banyak berbicara tentang penghakiman dan
hukuman bagi mereka yang menganiaya jemaat Kristen tersebut. Dengan ditulisnya
Wahyu, orang-orang Kristen yang menderita diharapkan mendapat penghiburan dalam
pengalaman pahit itu dan melihat nasib mereka dari sudut pandang ilahi. Berkat
pandangan adikodrati segala penderitaan dan penganiayaan yang mereka terima akan
38 Katekismus Gereja Katolik (Ende: Percetakan Arnoldus, 1998), hlm. 26-27.
25
dibalas oleh Tuhan pada hari penghakiman. Jika Allah turun tangan dan memaklumkan
keputusan-Nya yang adil, mereka akan menganggap penderitaan sekarang ini tidak
sebanding dengan siksaan-siksaan terhadap para penganiaya mereka.39
Perikop 14:14-20 memperlihatkan dengan tegas model penghakiman tersebut:
para penganiaya menghadapi murka Allah sementara mereka yang setia kepada
Kristus menerima ganjaran. Dengan perikop tersebut, penulis tidak bermaksud
menampilkan teologi baru tentang surga. Melainkan digunakan untuk tujuan pastoral
praktis, yaitu menanamkan kegembiraan rohani dalam diri pembacanya. Pekerjaan
baik, iman yang teguh dan kesetiaan yang tak tergiyahkan kepada Yesus Kristus akan
memperoleh pahala, yakni persatuan dan kebahagiaan di akhir zaman. Sementara itu
bagi orang-orang fasik dan penganiaya, ‘kilangan besar’ telah siap menanti mereka.
Tetapi patut diberi catatan bahwa kisah penghakiman itu tidak dimaksudkan
untuk menakut-nakuti orang Kristen agar berbuat baik dan tetap setia. Kisah itu untuk
menyemangati orang Kristen untuk menghadapi segala bentuk kejahatan. Karena
tujuan hidup orang Kristen adalah mengambil bagian dalam karya penebusan Kristus.
Dan pada saat hari penghakiman tiba orang-orang yang didapati-Nya setia akan
menikmati penebusan yang penuh dan sempurna.40
V. 3 Orang Kristen menderita dalam pengharapan
Gagasan teologi ini adalah lanjutan dari gagasan sebelumnya di atas. Karena
mengharapkan datangnya Kerajaan Allah maka orang Kristen menyadari: ia tentu akan
menang. Syaratnya adalah tetap setia kepada Anak Manusia yang bermahkotan emas
di kepalanya. Kesetiaan ini menuntut ketabahan dalam setiap penderitaan yang
dihadapi. Karena ada pengharapan bahwa tidak ada sengsara tanpa batas, tidak ada
39 P. Janssen, Pengantar Kitab Suci Perjanjian Baru, hlm. 227.
40 Lih. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, hlm. 481.
26
penderitaan tanpa akhir.41 Pengikut Kristus tetap bertahan dalam penderitaan berkat
pengharapan dan kesadaran bahwa penderitaannya membuahkan ganjaran dan
kemenangan surgawi.
Penutup
Dalam perikop Why. 14:14-20, sang penulis yang adalah pelihat menyajikan
bagaimana penghakiman itu terjadi; bagaimana nasib mereka yang setia kepada Yesus
dan bagaimana nasib para penganiaya dan pengejar orang-orang Kristen. Dalam
gagasan teologi telah pula disampaikan ikhtiar kepastian hari penghakiman tersebut.
Maka di penutup tulisan ini hendak ditegaskan bahwa perikop ini tidak boleh
melenakkan orang Kristen, membuat mereka lupa tugas sehari-hari dan hanya
memikirkan masa depan, seperti disebut dalam 1 Tes 4:11.12 dan 2 Tes. 2:1.2. Di
dalam suratnya kepada jemaat di Tesalonika Paulus memperingatkan orang-orang
Kristen yang melupakan kewajibannya sehari-hari, dan panggilan dari hidup ini tidak
mempunyai harga lagi, dan orang tidak melihat, bahwa menunggu kedatangan Kristus
ialah dengan mengabdi kepada-Nya, senantiasa berbuat baik, menurut perintah-Nya
(Mat. 24:26). Karena Hari Tuhan datang seperti pencuri di waktu malam (1 Tes. 5:2; 2
Ptr. 3:10; Why. 3:3, 16:15). Oleh karena itu sikap terbaik adalah selalu berjaga-jaga.
Karena selalu ada bahaya, bahwa menyak dalam lampu akan habis sebelum mempelai
surgawi itu tiba.
41 P. Janssen, Pengantar Kitab Suci Perjanjian Baru, hlm. 230.
27
Daftar Pustaka
“Apokaliptik” dalam A Heuken, Ensiklopedi Gereja. Jilid I. Jakarta: Yayasan Cipta Loka
Caraka, 2004.
“Apokaliptik” dalam BPK Gunung Mulia, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini A-Z. Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1992.
Barclay, William. Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Kitab Wahyu kepada Yohanes Pasal
6-22. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.
D’Aragon, Jean-Louis. “The Apocalypse” dalam The Jerome Biblical Commentary.
Raymond E. Brown, Joseph A. Fitzmyer & Roland E. Murphy (Ed.). London:
Fletcher & Son Ltd, 1976.
Hagelberg, Dave. Tafsiran Kitab Wahyu dari Bahasa Yunani: Wahyu Yesus Kristus.
Yogyakarta: PBMR Andi, 2005.
Janssen, P. Pengantar Kitab Suci Perjanjian Baru. Malang: Institut Pastoral Indonesia,
1994.
Katekismus Gereja Katolik. Ende: Percetakan Arnoldus, 1998.
Lembaga Biblika Indonesia, Kitab Wahyu.
Lukefahr, Oscar. A Catholic Guide to the Bible: Memahami dan Menafsir Kitab Suci
secara Katolik. Jakarta: Penerbit Obor, 2007.
“Malaikat” dalam Ensiklopedi Masa Kini. Jilid II M-Z. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, 2007.
“Mezbah” dalam Ensiklopedi Masa Kini. Jilid II M-Z. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih, 2007.
Miasa, I. Made. Injil Kisah Masa Kanak-Kanak Yesus: Sebuah Tinjauan Historis, Biblis
dan Telogis.
28
POS, Ds. A. Tafsiran Wahju. Bogor: Percetakan Renggali, 1966.
Suharyo, I. Kitab Wahyu: Paham dan Maknanya Bagi Hidup Kristiani. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 1993.
_________. Membaca Kitab Suci: Mengenal Tulisan Perjanjian Baru. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 1991.
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Dianne Bergant, Robert J. Karris (Ed.). Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 2002.
Teney, Merril C. Survei Perjanjian Baru. Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2001.
“Tani, Pertanian” dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini. Jilid II M-Z. Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih, 2007.