Download - Program Penimbangan Balita
BAB I
Pendahuluan
I.1. Latar Belakang
Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian interaksi dari
pembangunan nasional yang secara keseluruhan perlu digalakkan pula. Tujuan
pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi
setiap penduduk atau individu agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal dan sejahtera.1 Pembangunan kesehatan sebagai
bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya, melakukan pembinaan
kesehatan anak sejak dini melalui kegiatan kesehatan ibu dan anak. Pembinaan
kesehatan anak usia dini, sejak masih dalam kandungan hingga usia balita
ditujukan untuk melindungi anak dari ancaman kematian dan kesakitan yang
dapat membawa cacat serta untuk membina, membekali dan memperbesar
potensinya untuk menjadi manusia tangguh.2 Dalam beberapa tahun terakhir
Angka Kematian Bayi telah mengalami banyak penurunan yang cukup
menggembirakan, meskipun pada tahun 2001 meningkat kembali sebagai
dampak dari berbagai krisis yang melanda Indonesia. Pada tahun 1971 Angka
Kematian Bayi (AKB) diperkirakan sebesar 152 per 1000 kelahiran hidup,
kemudian turun menjadi 117 pada tahun 1980, dan turun lagi menjadi 44 per
1000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Berdasarkan estimasi susenas tahun
2002 – 2003 Angka Kematian Bayi berturut – turut pada tahun 2001 sebesar 50
per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2002 sebesar 45 per 1000 kelahiran
hidup.3
Meskipun sudah banyak kemajuan yang telah dicapai bangsa Indonesia,
yang antara lain ditandai dengan berhasil diturunkan Angka Kematian Balita
dari 58 per 1000 kelahiran hidup menjadi 39 per 1000 kelahiran hidup (2007),
namun pencapaiannya masih jauh dari yang diharapkan. Dibandingkan dengan
negara ASEAN lainnya, angka kematian bayi dan balita di Indonesia adalah
yang tertinggi. Depkes menargetan pada tahun 2009 AKB menjadi 26 per 1000
kelahiran hidup.3
Dalam upaya untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita,
angka kelahiran agar terwujud keluarga kecil bahagia dan sejahtera,
1
pelaksanaannya tidak saja melalui program – program kesehatan, melainkan
berhubungan erat dengan program KB. Upaya menggerakkan masyarakat
dalam keterpaduan ini digunakan pendekatan melalui pembangunan kesehatan
masyarakat desa, yang pelaksanaannya secara operasional dibentuklah Pos
Pelayanan Terpadu (POSYANDU). Posyandu ini merupakan wadah titik temu
antara pelayanan profesional dari petugas kesehatandan peran serta masyarakat
dalam menanggulangi masalah kesehatan masyarakat terutama dalam upaya
penurunan Angka Kematian Bayi dan angka kelahiran sosial. Salah satu tujuan
menyelenggarakan Posyandu adalah mengurangi angka kesakitan dan kematian
bayi dan balita serta pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan
mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak. Pemantauan pertumbuhan
(growth monitoring) merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara terus-
menerus (berkesinambungan) dan teratur. Dengan pemantauan pertumbuhan,
setiap ada gangguan keseimbangan gizi pada seorang anak akan dapat
diketahui secara dini melalui perubahan pertumbuhannya. Dengan
diketahuinya gangguan gizi secara dini maka tindakan penanggulangannya
dapat dilakukan dengan segera, sehingga keadaan gizi yang memburuk dapat
dicegah. Bentuk salah satu pelaksanaan kegiatan posyandu dalam
mengoptimalisasi potensi tumbuh kembang anak melalui kegiatan
penimbangan. Kegiatan ini bertujuan untuk memonitoring balita dengan
melihat naik atau tidak naik berat badan, yang dilakukan sebulan sekali dengan
menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Atas dasar penimbangan bulanan
ini dapat diketahui status gizi dan penentuan tindak lanjutnya manakala
dibutuhkan.4
Semua informasi yang diperlukan untuk pemantauan pertumbuhan balita
bersumber dari data berat badan hasil penimbangan balita. Bulan yang diisikan
kedalam KMS untuk dinilai naik (N) atau tidak naik (T) pertumbuhan balita.
Ibu yang tidak menimbang balitanya ke Posyandu dapat menyebabkan tidak
terpantaunya pertumbuhan dan perkembangan balita. Balita yang tidak
ditimbang berturut-turut beresiko keadaan gizinya memburuk sehingga
mengalami gangguan pertumbuhan. Cakupan penimbangan balita (D/S) di
posyandu merupakan indikator tinggi/ rendahnya partisipasi masyarakat di
2
posyandu (D/S merupakan persentase balita yang ditimbang di posyandu
dibanding seluruh balita yang ada di wilayah kerja posyandu).
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang apakah gambaran faktor-faktor yang
mempengaruhi ibu tidak menimbang balitanya di Posyandu.
I.2. Rumusan Masalah
1. Angka kematian balita pada tahun 2007 mencapai 39 per 1000
kelahiran hidup.
2. Angka kematian balita di Indonesia masih tinggi bila dibandingkan
Negara ASEAN lainnya.
3. Belum optimalnya kinerja posyandu.
4. Cakupan penimbangan balita masih rendah.
5. Belum diketahuinya keberhasilan program penimbangan balita di
wilayah kerja Puskesmas Jelambar I.
I.3. Tujuan
I.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dari
program penimbangan balita serta faktor-faktor yang berhubungan di
wilayah kerja Puskesmas Jelambar I pada bulan Juni 2012.
I.3.2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran keberhasilan program penimbangan balita
di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, periode juni
2012.
2. Diketahuinya sebaran tingkat pendidikan ibu, jenis pekerjaan ibu,
tingkat pendapatan keluarga, paritas ibu, pengetahuan ibu, sikap
ibu dan perilaku ibu yang memiliki balita terhadap program
penimbangan balita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan
Jelambar I,pada periode Juni 2012.
3
3. Diketahuinya hubungan antara tingkat pendidikan ibu, jenis
pekerjaan ibu, tingkat pendapatan keluarga, paritas ibu,
pengetahuan ibu, sikap ibu dan perilaku ibu yang memiliki balita
terhadap program penimbangan balita di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Jelambar I, periode Juni 2012.
I.4. Manfaat
I.4.1. Manfaat bagi Peneliti
1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah dan
membandingkan dengan keadaan sebenarnya didalam masyarakat.
2. Meningkatkan kemampuan komunikasi dengan masyarakat pada
umumnya dan pemuka masyarakat pada khususnya.
3. Mengembangkan daya nalar, minat, semangat dan kemampuan,
serta pengalaman dalam bidang penelitian.
I.4.2. Manfaat bagi Perguruan Tinggi
1. Mengamalkan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan
fungsi atau tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang
menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakat.
2. Mewujudkan UKRIDA sebagai research university dalam rangka
mengembangkan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi.
3. Meningkatkan saling pengertian dan saling kerja sama antara
mahasiswa dan staf pengajar.
4. Data awal bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan keberhasilan program penimbangan balita.
I.4.3. Manfaat bagi Masyarakat
1. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat, terutama ibu
yang memiliki balita mengenai pentingnya kegiatan penimbangan
balita di posyandu.
4
I.4.4. Manfaat bagi Puskesmas
1. Sebagai data mengenai kegiatan penimbangan balita di posyandu.
2. Sebagai bahan masukan dalam melakukan penyuluhan, terutama
yang berkaitan dengan penimbangan pada balita serta memantau
pertumbuhan balita.
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka
meningkatkan program pelayanan penimbangan balita.
I.5. Sasaran
Sasaran penelitian ini adalah seluruh balita yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta
Barat, pada bulan Juni 2012.
5
BAB II
Tinjauan Pustaka
II.1. Anak Dibawah Lima Tahun (Balita)
II.1.1. Definisi
Anak balita adalah yang berusia 0 tahun sampai dengan 5 tahun
kurang dari 1 hari. Banyak hal yang mempengaruhi kesehatan anak
balita, antara lain adanya keterkaitan status gizi dan keadaan fisik
lingkungan. Anak balita yang kekurangan gizi sangat rentan terhadap
berbagai paparan infeksi, karena pada tubuh anak yang kekurangan gizi
terdapat penghancuran jaringan untuk memenuhi kebutuhan energi
tubuh, sehingga homeostatis dalam tubuh terganggu dan akhirnya daya
tahan tubuh balita menurun, hal ini menyebabkan anak mudah terserang
penyakit. Adapun keadaan fisik lingkungan juga mempengaruhi
kesehatan balita, keadaan fisik lingkungan meliputi sarana sanitasi
(tempat pembuangan sampah), ketersediaan air bersih, cuaca,
ketersediaan rumah sehat.5,6
II.1.2. Pertumbuhan Balita4
1. Pengertian
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dari waktu
ke waktu. Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya fungsi
tubuh seperti pendengaran, penglihatan, kecerdasan dan tanggung
jawab.
2. Garis Pertumbuhan
Anak sehat tumbuh mengikuti pola garis pertumbuhan
normal, bertambah umur akan bertambah berat mengikuti grafik
pertumbuhan dalam kartu menuju sehat (KMS).
3. Perkembangan anak sehat
Anak sehat mempunyai perkembangan kecerdasan,
ketangkasan, dan tingkat kewaspadaan yang cukup tinggi sesuai
dengan umurnya.
6
4. Ciri-ciri pertumbuhan:
a. Merupakan perubahanyang dapat diukur secara kuantitatif
b. Mengikuti perjalanan waktu
c. Setiap balita memiliki jalur pertumbuhan normal (growth
trajectory).
5. Pemantauan pertumbuhan Balita
Tujuan dari Pemantauan Pertumbuhan Balita antara lain:
a. Mencegah memburuknya keadaan gizi
b. Meningkatkan keadaan gizi
c. Mempertahankan keadaan gizi baik
II.1.3. Cakupan Penimbangan Balita
Kegiatan bulanan di Posyandu merupakan kegiatan rutin yang
bertujuan untuk:4
1. Memantau pertumbuhan berat badan balita dengan menggunakan
Kartu Menuju Sehat (KMS).
2. Memberikan konseling gizi.
3. Memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar. Untuk tujuan
pemantauan pertumbuhan balita dilakukan penimbangan balita
setiap bulan.
Di dalam KMS berat badan balita hasil penimbangan bulan diisikan
dengan titik dan dihubungkan dengan garis sehinggan membentuk garis
pertumbuhan anak. berdasarkan garis pertumbuhan ini dapat dinilai
apakah berat badan anak hasil penimbangan dua bulan berturut-turut:
“Naik” (N) atau “Tidak Naik” (T) dengan cara yang telah ditetapkan
dalam buku Panduan Penggunaan KMS bagi Petugas Kesehatan.4
Selain informasi N dan T, dari kegiatan penimbangan dicatat pula
jumlah anak yang datang ke Posyandu dan ditimbang (D), jumlah anak
yang tidak ditimbang bulan lalu (O), jumlah anak yang baru pertama kali
ditimbang (B), dan banyaknya anak yang berat badannya di bawah garis
merah (BGM). Catatan lain yang ada di Posyandu adalah jumlah seluruh
balita yang ada di wilayah kerja Posyandu (S), dan jumlah balita yang
memiliki KMS pada bulan yang bersangkutan (K).4
7
Data yang tersedia di Posyandu dapat dibagi menjadi dua kelompok
sesuai dengan fungsinya, yaitu:4
1. Kelompok data yang dapat digunakan untuk pemantauan
pertumbuhan balita, baik untuk :
a. Penilaian keadaan pertumbuhan individu (N atau T dan
BGM), dan
b. Penilaian keadaan pertumbuhan balita di suatu wilayah (%
N/D).
2. Kelompok data yang digunakan untuk tujuan pengelolan program/
kegiatan di posyandu (% D/S dan K/S).
II.2. Posyandu
II.2.1. Pengertian
Menurut Depkes RI (2005), Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan
di suatu wilayah kerja Puskesmas. Pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan di Posyandu antara lain: Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
KB (Keluarga Berencana), P2M (Imunisasi dan Penanggulangan Diare),
dan Gizi (penimbangan Balita). Sedangkan sasaran penduduk Posyandu
ialah ibu hamil, ibu menyusui, Pasangan Usia Subur (PUS) dan Balita.
Program Posyandu merupakan strategi pemerintah dalam
menurunkan angka kematian bayi (Infant Mortality Rate), angka
kelahiran (Birth Rate), dan angka kematian ibu (Maternal Mortality
Rate). Turunnya IMR, BR, dan MMR di suatu wilayah merupakan
standar keberhasilan pelaksanaan program terpadu di wilayah tersebut.
Untuk mempercepat penurunan IMR, BR, dan MMR tersebut, secara
nasional diperlukan tumbuhnya peran serta masyarakat dalam mengelola
dan memanfaatkan Posyandu, karena Posyandu adalah milik
masyarakat.Untuk mengembangkan peran serta masyarakat di Posyandu
dapat dilakukan dengan penerapan asas-asas manajemen kesehatan.4
8
II.1.2. Sistem Informasi di Posyandu (Sistem Lima Meja)3,4
1. Meja I
Layanan meja I merupakan layanan pendaftaran, kader melakukan
pendaftaran pada ibu dan Balita yang datang ke Posyandu. Alur
pelayanan Posyandu menjadi terarah dan jelas dengan adanya
petunjuk di meja pelayanan. Petunjuk ini memudahkan ibu dan
Balita saat datang, sehingga antrian tidak terlalu panjang atau
menumpuk di satu meja.
2. Meja II
Layanan meja II merupakan layanan penimbangan
3. Meja III
Kader melakukan pencatatan pada buku KIA atau KMS setelah ibu
dan Balita mendaftar dan ditimbang di meja III. Pencatatan dengan
mengisikan berat badan Balita ke dalam skala yang di sesuaikan
dengan umur Balita. Di atas meja terdapat tulisan yang menunjukan
pelayanan yang di berikan.
4. Meja IV
Berat badan anak yang naik atau yang tidak naik, ibu hamil dengan
resiko tinggi, pasangan usia subur yang belum mengikuti KB,
penyuluhan kesehatan, pelayanan Pemberian Makanan Tambahan
(PMT), oralit, vitamin A, tablet zat besi dilakukan di meja IV
5. Meja V
Pemberian imunisasi dan pelayanan kesehatan kepada Balita yang
datang ke Posyandu dilayani di meja V, dilakukan oleh bidan desa
atau petugas kesehatan lainnya. Imunisasi yang diberikan di
posyandu adalah imunisasi dasar, yaitu: BCG, DPT, Hepatitis,
Polio, Campak.
Kecuali itu ada sebagian posyandu yang memberikan PMT kepada
bayi dan anak balita secara swadaya, PMT ini diberikan setelah meja V
(lima). Disamping itu ada pula Posyandu yang melakukan penyuluhan
kelompok sebelum meja I (satu) ataupun setelah meja V (lima). Dalam
penyelenggaraan posyandu ini sangatlah jelas bahwa yang mempunyai
9
peranan besar adalah kader, dalam hal ini tentunya kader yang aktif
dalam setiap kegiatan Posyandu.
II.1.3. Tujuan Posyandu4
1. Tujuan Umum
Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui
upaya pemberdayaan masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan
upaya kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan
penurunan AKI dan AKB.
b. Meningkatkan peran lintas sektor dalam penyelenggaraan
Posyandu, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan
AKB.
c. Meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan
dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan
AKB.
II.1.4. Program Kerja Posyandu7
1. KIA
2. KB
3. lmunisasi.
4. Gizi.
5. Penggulangan Diare.
II.1.5. Prinsip Dasar Posyandu4
Prinsip dasar Posyandu terdiri atas:
1. Posyandu merupakan usaha masyarakat dimana terdapat perpaduan
antara pelayanan profesional dan non profesional oleh masyarakat.
2. Adanya kerjasama, lintas program yang baik (KIA, KB, gizi,
imunisasi, penanggulangan diare) maupun lintas sektoral (Depkes
RI, Depdagri/ Bangdes, BKKBN)
10
3. Kelembagaan masyarakat
4. Mempunyai sasaran penduduk yang sama (bayi, balita, anak balita,
ibu)
II.1.6. Indikator Kegiatan Posyandu7
Ada beberapa indikator dalam kegiatan Posyandu antara lain:
1. Liputan Program (K/S).
Merupakan indikator mengenai kemampuan program untuk
menjangkau Balita yang ada di masing-masing wilayah kerja
posyandu. Diperoleh dengan cara membagi jumlah balita yang ada
dan mempunyai Kartu Menuju Sehat (KMS) dengan jumlah
keseluruhan Balita dikalikan 100.
2. Tingkat Kelangsungan Penimbangan (K/D).
Merupakan tingkat kemantapan pengertian dan motivasi orang tua
balita untuk menimbang balitanya setiap bulan. Indikator ini dapat
dengan cara membagi jumlah Balita yang ditimbang (D) dengan
jumlah Balita yang terdaftar dan mempunyai KMS (K) dikalikan 100.
3. Hasil Penimbangan (N/D).
Merupakan indikator keadaan gizi Balita pada suatu waktu (bulan)
di wilayah tertentu. Indikator ini didapat dengan membagi jumlah
Balita yang naik berat badannya (N) dengan jumlah Balita yang
ditimbang bulan ini (D).
4. Hasil Pencapaian Program (N/S).
Indikator ini di dapat dengaan cara membagi jumlah Balita yang
naik berat badannya (N) dengan jumlah seluruh Balita (S) dikalikan
100.
5. Partisipasi Masyarakat (D/S).
Indikator ini merupakan keberhasilan program Posyandu, karena
menunjukkan sampai sejauh mana tingkat partisipasi masyarakat dan
orang tua Balita pada penimbangan Balita di Posyandu. Indikator ini
di peroleh dengan cara membagi jumlah Balita yang ditimbang (D)
dengan jumlah seluruh Balita yang ada (S) dikalikan 100. Tinggi
11
rendahnya indikator ini dipengaruhi oleh aktif tidaknya bayi dan
Balita ditimbangkan tiap bulannya.
II.2.7. Penimbangan8
Penimbangan adalah kegiatan yang bertujuan untuk memonitoring
balita dengan melihat naik atau tidak berat badan dengan menggunakan
alat timbang berupa dacin, yang dilakukan sebulan sekali dengan
menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Penimbangan merupakan
salah satu pelaksanaan kegiatan posyandu dalam rangka
mengoptimalisasi potensi tumbuh kembang anak
II.3. Kartu Menuju Sehat (KMS)9
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk Balita dan Balita adalah alat
yang sederhana dan murah, yang memuat data pertumbuhan serta
beberapa informasi lain mengenai perkembangan anak, yang dicatat
setiap bulan dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun. Kartu menuju sehat
adalah suatu kartu yang berisikan rekomendasi tentang standar
pertumbuhan, prototipe grafik pertumbuhan dan petunjuk cara
penggunaan grafik pada pelayanan kesehatan.
Jenis-jenis catatan (informasi) pada KMS adalah:
1. Berat badan anak (pertumbuhan anak)
2. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif untuk bayi berumur 0
sampai 4 atau 6 bulan
3. Imunisasi yang sudah diberikan kepada anak
4. Pemberian vitamin A
5. Penyakit yang pernah diderita anak dan tindakan yang diberikan
Manfaat KMS:
1. Catatan/ informasi pada KMS merupakan ‘alat pemantau’ keadaan
balita yang bisa dijadikan acuan untuk memberikan penyuluhan
kepada ibu dan keluarganya.
12
2. Sebagai acuan penyuluhan, catatan KMS juga dijadikan bahan
acuan untuk memberikan rujukan, baik ke meja 5 maupun ke
Puskesmas.
3. Rujukan ini diberikan apabila pada KMS terdapat catatan berikut
ini:
a. Berat Badan balita berada di bawah garis merah (BGM) pada
KMS.
b. Berat badan balita 2 kali (2 bulan) berturut-turut tidak naik.
II.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan (Cakupan
Penimbangan Balita)
Menurut Blum dalam The Force Field and Well Being Paradigma
menjelaskan tentang empat faktor lapangan yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat yaitu:10
1. Faktor lingkungan
Termasuk di dalamnya adalah faktor fisik, sosial, ekonomi,
pendidikan, biologi.
2. Faktor perilaku
Termasuk didalamnya adalah tingkah laku dan kebiasaan.
3. Faktor pelayanan Kesehatan
Termasuk di dalamnya adalah pencegahan, pengobatan dan
rehabilitasi.
4. Faktor herediter atau Kependudukan
Dari konsep Blum diatas, dapat dilihat bahwa peran dokter dalam
menjaga agar seseorang atau masyarakat tetap dalam derajat kesehatan
yang optimum tidak cukup melalui cara mengobati dari orang yang sakit
satu ke orang sakit yang lainnya.
Oleh sebab itu, Leavel & Clark merumuskan Kedokteran
Pencegahan dalam five level of prevention yang meliputi Pencegahan
primer, sekunder, dan tersier yang mengandung arti bagaimana seseorang
tidak menjadi sakit. Promosi kesehatan yang merupakan bagian
pencegahan primer ditujukan kepada orang yang sehat yang belum sakit
13
sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit. Salah satu usaha promosi
kesehatan adalah dengan melakukan pendidikan kesehatan melalui
penyuluhan.10
Pada pencegahan sekunder dimana salah satu isinya adalah
diagnosis awal dan terapi yang adekuat, diharapkan setiap kasus yang
ditemukan dapat segera didiagnosis dan diberikan terapi yang adekuat
agar orang yang sakit tidak menjadi semakin parah. Dalam hal ini
petugas kesehatan diharapkan mempunyai pengetahuan yang cukup
terhadap semua perlakuan yang harus diberikan pada setiap kasus yang
ada sehingga terapi dapat diberikan dengan tepat.10
Pada penelitian ini, dikarenakan terbatasnya waktu dan dana maka
kami mengambil 8 faktor dari uraian diatas, yaitu:
1. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan formal akan berpengaruh terhadap cara
berfikir seseorang terhadap dirinya sendiri dan terhadap
lingkungan. Hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat kesadaran
kesehatan terhadap diri sendiri dan keluarganya. Dalam hal ini
adalah kerutinan ibu untuk menimbangkan balitanya di posyandu.11
2. Status Pekerjaan
Banyak ibu-ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk
kepentingan sendiri maupun keluarga. Faktor bekerja tampak
berpengaruh pada ketidakaktifan ibu datang ke posyandu, karena
mereka mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan yang belum
cukup, yang berdampak pada tidak adanya waktu para ibu balita
untuk aktif pada kunjungan ke Posyandu, serta tidak ada waktu ibu
untuk mencari informasi karena kesibukan mereka dalam bekerja.
Kondisi kerja merupakan faktor yang mempengaruhi ketidakaktifan
ibu datang ke posyandu. Hal ini dapat menyebabkan frekuensi ibu
yang memiliki balita untuk kunjungan ke Posyandu akan
berkurang.11
3. Tingkat Pendapatan
Pendapatan adalah hasil perolehan usaha. Jadi yang dimaksud
pendapatan dalam penelitian ini adalah suatu tingkat penghasilan
14
yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari
orang tua dan anggota keluarga lainnya. Pendapatan keluarga oleh
suami dan istri rata-rata dalam satu bulan merupakan penghasilan
dalam jumlah uang yang akan dibelanjakan oleh keluarga dalam
bentuk makanan. Tingkat pendapatan keluarga mencerminkan
tingkat ekonomi seseorang dimana secara tidak langsung
berpengaruh dalam usaha untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Dalam hal ini penimbangan balita di posyandu.8
4. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan dapat membentuk suatu sikap dan menimbulkan
suatu perilaku dalam kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo, 2003).
Tingkat pengetahuan tentang Posyandu pada kader kesehatan yang
tinggi dapat membentuk sikap positif terhadap program Posyandu
khususnya ketidakaktifan ibu balita untuk kunjungan ke Posyandu.
Pada gilirannya akan mendorong seseorang untuk aktif dan
ikutserta dalam pelaksanaan Posyandu. Tanpa adanya pengetahuan
maka para ibu balita akan sulit dalam menanamkan kebiasaan
kunjungan ke Posyandu. Pengetahuan tentang Posyandu akan
berdampak pada sikap terhadap manfaat yang ada dan akan terlihat
dari praktek dalam ketidakaktifan ibu balita terhadap masalah
kesehatan balitanya.8
Kurangnya pengetahuan sering dijumpai sebagai faktor yang
penting dalam masalah ketidakaktifan ibu balita karena kurang
percaya dirinya para kader kesehatan menerapkan ilmunya serta
kurang mampu dalam menerapkan informasi penyuluhan dalam
kehidupan sehari-hari.8
Tingkat pengetahuan seseorang banyak mempengaruhi
perilaku individu, dimana semakin tinggi tingkat pengetahuan
seorang ibu tentang manfaat Posyandu, maka akan semakin tinggi
pula tingkat kesadaran untuk berperan serta dalam program
Posyandu. Pengetahuan tentang Posyandu yang rendah akan
menyebabkan rendahnya tingkat kesadaran ibu yang akan
membawa balita untuk berkunjung ke Posyandu.8
15
5. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu
tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih
dahulu dari perilaku yang tertutup. Komponen pokok sikap, Allport
menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu :
Kepercayaan/keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek.
Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
Kecenderungan untuk bertindak.
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap
yang utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,
pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
Penelitian tentang hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku
ibu terhadap status gizi balita di enam Kecamatan di Kabupaten
Sragen tahun 2008, didapatkan bahwa ibu yang pengetahuan dan
sikapnya baik mempunyai kemungkinan 17 kali lebih besar unttuk
mempunyai anak balita dengan status gizi baik bila dibandingkan
dengan ibu yang mempunyai pengetahuan dan sikap yang buruk.
6. Perilaku
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap
rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2005). Dari pandangan
biologis perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
organisme yang bersangkutan.
Robert Kwick (1974), menyatakan bahwa perilaku adalah
tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan
bahkan dapat dipelajari.Skinner (1938), merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus/ rangsangan dari luar.
Penelitian mengenai hubungan perilaku ibu dengan status gizi
balita di Puskesmas Tanjung Beringin Kecamatan Hinai Kabupaten
Langkat tahun 2005, mendapati jumlah ibu yang perilakunya baik
dengan status gizi balita baik sebesar 65,6% sedangkan jumlah ibu
yang perilaku kurang dengan status gizi balita kurang sebesar
16
26,1%. Berdasarkan hasil uji statistic dari penelitian tersebut,
diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku
ibu dengan status gizi balita. Artinya status gizi balita sangat
mempengaruhi oleh tindakan ibu dalam memenuhi kebutuhan gizi
balita
7. Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh
seorang wanita (primipara = 1, multipara = 2-5, grandemultipara =
lebih dari 5). Jumlah balita dalam suatu keluarga mempengaruhi
perhatian seorang ibu kepada balitanya, dimana semakin banyak
anak dalam keluarga akan menambah kesibukan ibu dan pada
akhirnya tidak punya waktu untuk keluarga dan akan gagal
membawa balitanya ke Posyandu.11
17
SDM
Sarana dan Prasarana
Lokasi
Program Penimbangan Balita
Faktor Ibu
Faktor Lingkungan
Faktor SaranaKinerja Posyandu
Kedatangan ke Posyandu
Pekerjaan
Pendidikan
Pengetahuan
Penghasilan
Sikap
Perilaku
Paritas
II.5. Kerangka Teori
18
Program Penimbangan Balita
Pekerjaan
Pendidikan
Pengetahuan
Penghasilan
Sikap
Perilaku
Paritas
II.6. Kerangka Konsep
19
BAB III
Metodologi Penelitian
III.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
deskriptif analitik yang dilakukan secara cross sectional mengenai gambaran
keberhasilan program penimbangan balita dan faktor-faktor yang berhubungan
di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol
Petamburan, Jakarta Barat.
III.2. Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012 di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta
Barat.
III.3. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh balita yang berumur 0 sampai
5 tahun yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I,
kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, sebanyak 399 balita.
III.3.1. Responden
Seluruh ibu yang memiliki balita di wilayah kerja di Puskesmas
Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat,
yang terpilih menjadi sampel dalam penelitian ini yang.
III.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
III.4.1. Kriteria Inklusi
- Semua ibu yang memiliki balita yang berusia 0 sampai dengan 5
tahun.
- Memiliki KMS balita
20
- Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar
1, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
- Bersedia menjadi responden.
III.4.2. Kriteria Eksklusi
- Tidak memiliki KMS
- Tidak datang saat dilakukan penimbangan
- Tidak bersedia menjadi responden.
III.5. Sampel
III.5.1. Besar Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Melalui rumus dibawah ini didapatkan besar sampel
minimal sebagai berikut:
N1 =(Zα)2 x p x q
L2
N2 = N1 + (10% x N1)
n1 = jumlah sampel minimal
n2 = jumlah sampel ditambah substitusi 10%
(substitusi adalah persen responden yang mungkin drop out)
Zα= nilai konversi pada tabel kurva normal, dengan nilai α = 5%
didapatkan Zα pada kurva normal = 1,96.
P = proporsi keberhasilan program penimbangan balita, berdasarkan
hasil penelitian dari kepustakaan yang ada (59,67% pada tahun
2006).
q = 100% - p = 40,33%
L = derajat kesalahan yang masih diterima adalah 10%.
21
N1 =(1,96)2 x 0,5967 x 0,4033
(0,1)2
N1 = 92,45
N2 = 92,45 + 9,245
= 101,695 (dibulatkan menjadi 102 orang)
Jadi jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 102 orang.
III.5.2. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel menggunakan cara Stratified Sampling, dari
masing – masing Rukun Warga di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan
Jelambar I. Dari 4 Rw yang ada (Rw 02, Rw 03, Rw 04, Rw 11), diambil
sampel secara proporsional yang dianggap mewakili masing-masing Rw
tersebut. Jumlah sampel yang terpilih secara proporsional dari masing-
masing Rw yaitu:
- Rw 02: 24 orang
- Rw 03: 25 orang
- Rw 04: 16 orang
- Rw 11: 40 orang
Sehingga total jumlah sampel terpilih sebanyak 105 orang ibu yang
memiliki balita.
III.6. Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini digunakan variabel terikat (dependen) dan variabel
bebas (independen). Variabel terikat adalah berupa program penimbangan
balita. Variabel bebas antara lain berupa: tingkat pendidikan ibu, jenis
pekerjaan ibu, tingkat pendapatan keluarga, paritas ibu, pengetahuan ibu, sikap
ibu, dan perilaku ibu.
III.7. Cara kerja
1. Menghubungi kepala Puskesmas Kelurahan Jelambar I untuk mengetahui
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol
Petamburan, Jakarta Barat dan membantu kegiatan penelitian.
22
2. Menghubungi kepala Kelurahan Jelambar, kecamatan Grogol
Petamburan, Jakarta Barat yang menjadi daerah penelitian untuk
melaporkan tujuan diadakannya penelitian di daerah tersebut, dan
meminta ijin untuk diadakannya penelitian di Kelurahan Jelambar.
3. Menghubungi bidan, dan kader setempat untuk melaporkan tujuan
dilakukannya penelitian di daerah tersebut dan meminta bantuan untuk
dilaksanakannya penelitian dengan membagikan kuesioner pada ibu-ibu
yang mempunyai.
4. Melakukan pengumpulan data-data dengan mengunakan instrumen
penelitian berupa kuesioner di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan
Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
5. Melakukan pengolahan, analisis, dan interpretasi data.
6. Penulisan laporan penelitian.
7. Pelaporan dan presentasi penelitian
III.8. Manajemen Data
III.8.1. Pengumpulan Data
1. Data primer
Dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner
terhadap ibu-ibu yang memiliki balita yang menjadi responden di
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol
Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
2. Data sekunder
Diambil dari data laporan kegiatan Posyandu di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan,
Jakarta Barat, dan jurnal-jurnal hasil penelitian.
III.8.2. Pengolahan Data
Terhadap data-data yang telah dikumpulkan dilakukan pengolahan
berupa proses editing, verifikasi, dan koding. Selanjutnya dimasukkan
dan diolah dengan menggunakan program SPSS (Stastistical Package for
Social Science).
23
III.8.3. Penyajian Data
Data yang didapat disajikan secara tekstular dan tabular.
III.8.4. Analisis Data
Terhadap data yang telah diolah dilakukan dengan menggunakan
cara uji statistik yang sesuai, dan difokuskan untuk mendapatkan
gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan program penimbangan
balita.
III.8.5. Interpretasi Data
Data diinterpretasi secara deskriptif-korelatif antar variabel-
variabel yang telah ditentukan.
III.8.6. Pelaporan Data
Data disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang selanjutnya
akan dipresentasikan dihadapan staf Pengajar Program Pendidikan Ilmu
Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana.
III.9. Definisi Operasional
III.9.1. Data Umum
1. Responden
Responden adalah seluruh ibu-ibu yang mempunyai anak balita,
yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I,
kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni
2012.
2. Keberhasilan program penimbangan balita.
Keberhasilan program posyandu diukur berdasarkan beberapa
indikator, antara lain:
a. Liputan Program (K/S)
K/S adalah indikator yang menggambarkan jangkauan
atau liputan program. Indikator ini dihitung dengan cara
24
membandingkan jumlah balita yang dapat di posyandu dan
memiliki KMS dengan jumlah balita yang ada di wilayah
posyandu tersebut dikalikan 100%.
b. Tingkat Kelangsungan Penimbangan (K/D)
Merupakan tingkat kemantapan pengertian dan
motivasi orang tua balita untuk menimbang balitanya setiap
bulan. Indikator ini dapat dengan cara membagi jumlah Balita
yang ditimbang (D) dengan jumlah Balita yang terdaftar dan
mempunyai KMS (K) dikalikan 100.
c. Hasil Penimbangan (N/D)
Merupakan indikator keadaan gizi Balita pada suatu
waktu (bulan) di wilayah tertentu. Indikator ini didapat
dengan membagi jumlah Balita yang naik berat badannya (N)
dengan jumlah Balita yang ditimbang bulan ini (D).
d. Hasil Pencapaian Program (N/S)
N/S adalah memberikan gambaran tentang tingkat
keberhasilan program di posyandu. Indikator ini
menunjukkan balita yang ditimbang dan naik berat badannya.
Indikator ini di dapat dengan cara membagi jumlah Balita
yang naik berat badannya (N) dengan jumlah seluruh Balita
(S) dikalikan 100.
e. Partisipasi Masyarakat (D/S)
Indikator ini merupakan keberhasilan program
Posyandu, karena menunjukkan sampai sejauh mana tingkat
partisipasi masyarakat dan orang tua Balita pada
penimbangan Balita di Posyandu. Indikator ini di peroleh
dengan cara membagi jumlah Balita yang ditimbang (D)
dengan jumlah seluruh Balita yang ada (S) dikalikan 100.
Tinggi rendahnya indikator ini dipengaruhi oleh aktif
tidaknya bayi dan Balita ditimbangkan tiap bulannya.
Untuk mengukur keberhasilan program penimbangan balita,
digunakan data SKDN dari masing-masing posyandu.
Alat ukur : KMS (Kartu Menuju Sehat)
25
Kala : Ordinal
Hasil ukur : Kategori grafik KMS
- Naik (sesuai garis pertumbuhan)
→ Koding 1
- Tidak naik (tidak sesuai garis pertumbuhan)
→ Koding 2
3. Pendidikan
Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang telah diterima
oleh responden dari suatu institusi tertentu yang mencakup:
SD/sederajat, SMP/sederajat, SMU/sederajat, Perguruan tinggi.
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Kuesioner
Skala : Ordinal
Hasil ukur :
- Pendidikan Rendah (Tidak sekolah - SD/ sederajat)
→ Koding 1
- Pendidikan Sedang (SMP/ sederajat – SMA/ sederajat)
→ Koding 2
- Pendidikan Tinggi (Perguruan Tinggi)
→ Koding 3
4. Pekerjaan
Pekerjaan adalah profesi atau kegiatan rutin yang dilakukan sehari-
hari dalam upaya mendapatkan imbalan uang atau materi untuk
pemenuhan kebutuhan hidup keluarga.
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Kuesioner
Skala : Ordinal
Hasil ukur :
- Tidak bekerja → Koding 1
Termasuk didalamnya sebagai ibu rumah tangga.
- Bekerja tidak tetap → Koding 2
Bila ibu bekerja paruh waktu, yang kegiatan sehari-hari
tidak tetap dengan tujuan memperoleh imbalan uang atau
26
materi, baik yang dilakukan di dalam maupun diluar
rumah.
- Bekerja → Koding 3
Bila ibu bekerja penuh waktu, yang kegiatan utama sehari-
hari bertujuan memperoleh imbalan uang atau materi, baik
yang dilakukan di dalam maupun di luar rumah
5. Tingkat pendapatan
Pendapatan keluarga adalah jumlah total pendapatan keluarga
selam satu bulan dibagi dengan jumlah orang yang menjadi
tanggungan keluarga. Pengelompokan berdasarkan BPS tahun
2012, Upah Minimum Regional (UMR) di wilayah Jakarta.
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Kuesioner
Skala : Ordinal
Hasil ukur :
- Rendah → Koding 1
Bila pendapatan keluarga perbulan < Rp 1.529.150,-
- Sedang → Koding 2
Bila pendapatan keluarga perbulan antara Rp 1.529.150,-
hingga Rp 3.058.300,-
- Tinggi → Koding 3
Bila pendapatan keluarga perbulan > Rp 3.058.300
6. Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh
seorang wanita.
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Kuesioner
Skala : Ordinal
Hasil ukur :
- Grandemultipara → Koding 1
Bila paritas ibu > 5 anak
- Multipara → Koding 2
Bila paritas ibu 3 - 5 anak
27
- Primipara → Koding 3
Bila paritas ibu < 2 anak
III.9.2. Data Khusus
A. Pengetahuan
Pengetahuan ibu tentang posyandu dan kegiatannya yang meliputi
pendaftaran, penimbangan, pengisian KMS, penyuluhan kesehatan
ibu, anak dan gizi, imunisasi dan pengobatan. Serta pemahaman
responden tentang pola pertumbuhan balita normal yaitu
pertambahan umur diikuti pertambahan berat badan mengikuti
grafik pertumbuhan dalam kartu menuju sehat (KMS).
Penilaian Pengetahuan
1. Menurut ibu, POSYANDU singkatan dari apa?
(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)
a. Pusat Yayasan Terpadu
b. Pos Pelayanan Terpadu
c. Pusat Pelayanan Terpadu
Skor: Bila menjawab B diberi nilai 1
Bila menjawab A dan C diberi 0
2. Menurut ibu apa saja kegiatan yang dilakukan di POSYANDU?
(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)
a. Pendaftaran, Penimbangan, Imunisasi, Penyuluhan.
b. Pendaftaran, Imunisasi, Pengobatan.
c. Pendaftaran, Penimbangan, Imunisasi, Pengobatan,
Penyuluhan.
Skor: Bila menjawab C diberi nilai 1
Bila menjawab A dan B diberi 0
3. Siapa yang bertugas di Posyandu?
(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)
a. Petugas/ kader
b. Ketua RT/ tetangga
c. Dokter/ perawat
28
Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1
Bila menjawab B dan C diberi 0
4. Balita adalah anak yang berumur…….
(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)
a. 5 tahun
b. 0 – 5 tahun
c. 1 – 3 tahun
Skor: Bila menjawab B diberi nilai 1
Bila menjawab A dan C diberi 0
5. KMS adalah ………
(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)
a. Kartu Menuju Sehat
b. Kartu Meningkatkan Sehat
c. Kartu Menanggulangi Sakit
Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1
Bila menjawab B dan C diberi 0
6. Menurut ibu apa manfaat KMS?
(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)
a. Untuk berobat
b. Untuk pencatatan berat badan balita saja
c. Untuk memantau berat badan dan pertumbuhan bayi
Skor: Bila menjawab C diberi nilai 1
Bila menjawab B dan C diberi 0
7. Menurut ibu bagaimana pertumbuhan dan perkembangan balita
yang baik?
(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)
a. Kalau tidak sakit
b. Bila berat badan bertambah
c. Bila usia bertambah maka berat badan balita bertambah
Skor: Bila menjawab C diberi nilai 1
Bila menjawab A dan B diberi 0
29
8. Menurut ibu sampai umur berapa anak perlu ditimbang di
posyandu?
(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)
a. Kurang dari 2 tahun
b. Sampai 5 tahun
c. Lebih dari 5 tahun
Skor: Bila menjawab B diberi nilai 1
Bila menjawab A dan C diberi 0
9. Apa manfaat penimbangan di Posyandu?
(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)
a. Untuk melihat berat badannya
b. Untuk diisi dibuku KMS
c. Untuk melihat pertumbuhan dan perkembangannya
Skor: Bila menjawab C diberi nilai 1
Bila menjawab A dan B diberi 0
10.Berat badan balita yang baik pada grafik KMS adalah ……
(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)
a. Diatas garis merah
b. Pada garis merah
c. Dibawah garis merah
Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1
Bila menjawab B dan C diberi 0
Kesimpulan Penilaian
Skor tertinggi : 10 x 1 = 10
Skor terendah : 10 x 0 = 0
Interval : 10 – 0 = 10
- Pengetahuan baik = (80% x Interval) + Nilai Terendah
= (80% x 10) + 0
= 8
- Pengetahuan cukup = (60% x Interval) + Nilai Terendah
= (60% x 10) + 0
= 6
30
- Pengetahuan kurang = 0 - 5
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Kuesioner
Skala : Ordinal
Hasil ukur :
- Pengetahuan kurang → Koding 1
- Pengetahuan sedang → Koding 2
- Pengetahuan baik → Koding 3
B. Sikap
Sikap adalah tanggapan atau reaksi seseorang secara konsisten
terhadap sesuatu berdasarkan pendidikan, pendapat dan keyakinan
individu tersebut.
Penilaian Sikap
1. Berapa kali anda mengikuti penyuluhan di Posyandu?
(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)
a. > 3 kali
b. 1-2 kali
c. Tidak pernah
Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1
Bila menjawab B dan C diberi 0
2. Berapa kali ibu berkunjung ke Posyandu?
(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)
a. Setiap bulan
b. Setiap 6 bulan
c. Setahun sekali
d. Tidak pernah
Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1
Bila menjawab B, C dan D diberi 0
3. Menurut ibu, apakah penting untuk menimbang anak di
Posyandu?
(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)
31
a. Sangat penting
b. Kurang penting
c. Tidak penting
d. Tidak tahu
Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1
Bila menjawab B, C dan D diberi 0
4. Apakah ibu setuju jika balita hanya diberi susu formula saja?
(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)
a. Sangat setuju
b. Kurang setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
Skor: Bila menjawab D diberi nilai 1
Bila menjawab A, B dan C diberi 0
5. Apakah ibu setuju jika setiap bayi harus memiliki KMS?
(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)
a. Sangat setuju
b. Kurang setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1
Bila menjawab B, C dan D diberi 0
6. Apakah ibu setuju jika balita harus ditimbang setiap bulan?
(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)
a. Sangat setuju
b. Kurang setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1
Bila menjawab B, C dan D diberi 0
7. Apakah ibu setuju jika balita tidak perlu dipantau pertumbuhan
dan perkembangannya?
(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)
32
a. Sangat setuju
b. Kurang setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
Skor: Bila menjawab D diberi nilai 1
Bila menjawab A, B dan C diberi 0
8. Apakah ibu setuju jika balita harus ditimbang hingga usia 3
tahun?
(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)
a. Sangat setuju
b. Kurang setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
Skor: Bila menjawab D diberi nilai 1
Bila menjawab A, B dan C diberi 0
Kesimpulan Penilaian
Skor tertinggi : 8 x 1 = 8
Skor terendah : 8 x 0 = 0
Interval : 8 – 0 = 8
- Sikap baik = (80% x Interval) + Nilai Terendah
= (80% x 8) + 0
= 6,4
- Sikap cukup = (60% x Interval) + Nilai Terendah
= (60% x 8) + 0
= 4,8
- Sikap kurang = 0 – 4,8
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Kuesioner
Skala : Ordinal
Hasil ukur :
- Sikap kurang → Koding 1
- Sikap sedang → Koding 2
33
- Sikap baik → Koding 3
C. Perilaku
Perilaku adalah tindakan yang dilakukan responden atau seseorang
untuk kepentingan atau pemenuhan kebutuhan tertentu berdasarkan
pengetahuan, kepercayaan, nilai dan norma kelompok yang
bersangkutan.
Penilaian Perilaku
1. Berapa kali ibu membawa anak ke Posyandu?
(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)
a. Lebih dari 6 kali setahun
b. Kurang dari 6 kali setahun
c. Tidak pernah
Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1
Bila menjawab B dan C diberi 0
2. Berapa kali ibu membawa anak untuk ditimbang berat badan di
Posyandu?
(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)
a. Lebih dari 6 kali setahun
b. Kurang dari 6 kali setahun
c. Tidak pernah
Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1
Bila menjawab B dan C diberi 0
3. Menurut ibu, apakah Posyandu bermanfaat?
(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)
a. Sangat bermanfaat
b. Kurang bermanfaat
c. Tidak bermanfaat
d. Tidak tahu
Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1
Bila menjawab B, C dan D diberi 0
4. Saat menimbang anak di posyandu apakah ibu membawa KMS?
(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)
34
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah
Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1
Bila menjawab B dan C diberi 0
5. Apakah grafik KMS anak ibu dibawah garis merah?
(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)
a. Tidak Pernah
b. Kadang-kadang
c. Selalu
Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1
Bila menjawab B dan C diberi 0
6. Apakah ibu menanyakan mengenai keadaan pertumbuhan dan
perkembangan anak pada petugas kesehatan?
(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)
a. Tidak pernah
b. Tidak Selalu
c. Selalu
Skor: Bila menjawab C diberi nilai 1
Bila menjawab A dan B diberi 0
7. Sampai usia berapa anak ibu ditimbang di posyandu?
(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)
a. 5 tahun
b. 3 tahun
c. 1 tahun
Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1
Bila menjawab B dan C diberi 0
8. Apakah ibu mau menjadi kader Posyandu?
(Pilih 1 jawaban yang paling tepat)
a. Sangat mau
b. Biasa saja
c. Tidak mau
35
Skor: Bila menjawab A diberi nilai 1
Bila menjawab B dan C diberi 0
Kesimpulan Penilaian
Skor tertinggi : 8 x 1 = 8
Skor terendah : 8 x 0 = 0
Interval : 8 – 0 = 8
- Perilaku baik = (80% x Interval) + Nilai Terendah
= (80% x 8) + 0
= 6,4
- Perilaku cukup = (60% x Interval) + Nilai Terendah
= (60% x 8) + 0
= 4,8
- Perilaku kurang = 0 – 4,8
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Kuesioner
Skala : Ordinal
Hasil ukur :
- Perilaku rendah → Koding 1
- Perilaku sedang → Koding 2
- Perilaku baik → Koding 3
III.10. Etika Penelitian
Responden yang diwawancara untuk pengisian kuesioner pada penelitian
ini diberikan jaminan kerahasiaan terhadap data-data yang diberikan, mendapat
informed consent yang jelas tentang persetujuan penelitian yang akan
dilakukan, dan berhak menolak apabila tidak bersedia menjadi responden.
36
III.11. Sarana
III.11.1.Tenaga
Penelitian dilakukan oleh 3 orang mahasiswa kepaniteraan Ilmu
Kesehatan Masyarakat dengan dibantu oleh satu orang pembimbing yaitu
dosen IKM
III.11.2.Fasilitas
Fasilitas yang tersedia berupa ruang perpustakaan, ruang diskusi,
lembar kuesioner, komputer beserta printer, program SPSS, internet dan
alat tulis.
37
BAB IV
Hasil Penelitian
Selama proses pengumpulan data yang dilakukan pada tanggal 11 Juni
2012 – 30 Juni 2012 di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I,
kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, dengan sampel sebanyak 105
responden yang dipilih dengan cara stratified sampling, didapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 1. Gambaran keberhasilan program penimbangan balita di
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan
Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
No Indikator Hasil Pencapaian
1 Liputan Program (K/S) 64,16%
2 Tingkat Kelangsungan Penimbangan (K/D) 100%
3 Hasil Penimbangan (N/ D) 58,97%
4 Hasil Pencapaian Program (N/S) 23,05%
5 Partisipasi Masyarakat (D/S) 39,06%
Keterangan:
S= Jumlah semua balita yang berada di wilayah kerja Puskesmas Jelambar I,
kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat
K= Jumlah semua balita yang terdaftar dan memiliki KMS
D= Jumlah balita yang ditimbang
N= Jumlah balita yang naik berat badannya
Tabel 2. Sebaran responden berdasarkan kenaikan Grafik KMS di
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan
Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
Variabel Frekuensi Persentase
Grafik KMSNaik 72 68,6%
Tidak Naik 33 31,4%
38
Tabel 3. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan ibu di
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan
Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
Variabel Frekuensi Persentase
Tingkat Pendidikan
Rendah 19 18,1%
Sedang 78 74,3%
Tinggi 8 7,6%
Tabel 4. Sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan ibu di wilayah
kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol
Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
Variabel Frekuensi Persentase
Jenis Pekerjaan
Tidak Bekerja 62 59%
Tidak Rutin Bekerja 4 3,8%
Bekerja 39 37,1%
Tabel 5. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendapatan keluarga
di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan
Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
Variabel Frekuensi Persentase
Tingkat Pendapatan
Rendah 75 71,4%
Sedang 24 22,9%
Tinggi 6 5,7%
Tabel 6. Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan ibu di
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan
Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
Variabel Frekuensi Persentase
Tingkat
Pengetahuan
Kurang 13 12,4%
Sedang 57 54,3%
Baik 35 33,3%
Tabel 7. Sebaran responden berdasarkan sikap ibu di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol
Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
39
Variabel Frekuensi Persentase
Sikap
Kurang 9 8,6%
Sedang 28 26,7%
Baik 68 64,8%
Tabel 8. Sebaran responden berdasarkan perilaku ibu di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol
Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
Variabel Frekuensi Persentase
Perilaku
Kurang 16 15,2%
Sedang 35 33,3%
Baik 54 51,4%
Tabel 9. Sebaran responden berdasarkan paritas ibu di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol
Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
Variabel Frekuensi Persentase
Paritas
GrandeMultipara 11 10,5%
Multipara 41 39,0%
Primipara 53 50,5%
Tabel 10. Hubungan antara tingkat pendidikan ibu, jenis pekerjaan ibu,
tingkat pendapatan keluarga, paritas ibu, tingkat pengetahuan
ibu, sikap ibu, dan perilaku ibu dengan kenaikan grafik KMS
di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan
Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
40
Variabel
Grafik KMS
Value H0Naik Tidak
Naik
Tingkat
Pendidikan
Rendah 13 6X2 =
1,462
p < 0,05
H0 ditolakSedang 52 26
Tinggi 7 1
Jenis Pekerjaan
Tidak Bekerja 42 20X2 =
0,104
p < 0,05
H0 ditolakBekerja Tidak Rutin 1 3
Bekerja 27 12
Tingkat
Pendapatan
Kurang 51 24X2 =
0,078
p < 0,05
H0 ditolakSedang 17 7
Baik 2 4
Paritas
GrandeMultipara 8 3X2 =
1,804
p < 0,05
H0 ditolakMultipara 16 25
Primipara 39 14
Tingkat
Pengetahuan
Kurang 7 6X2 =
2,597
p < 0,05
H0 ditolakSedang 38 19
Baik 27 8
Sikap
Kurang 2 7X2 =
14,376
p > 0,05
H0 gagal
ditolak
Sedang 16 12
Baik 54 14
Perilaku
Kurang 11 5X2 =
0,214
p < 0,05
H0 ditolakSedang 23 12
Baik 38 16
BAB V
Pembahasan
V.1. Gambaran keberhasilan program penimbangan balita di wilayah
kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol
Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
Gambaran keberhasilan program penimbangan balita di wilayah
kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I berdasarkan data SKDN,
didapatkan cakupan liputan program penimbangan balita (K/S) sebesar
41
64,16%, untuk cakupan tingkat kelangsungan penimbangan (K/D)
sebesar 100%, untuk cakupan hasil penimbangan (N/D) sebesar 58,97%.
Sedangkan untuk cakupan hasil pencapaian program (N/S) 23,05%, dan
untuk cakupan partisipasi masyarakat (D/S) sebesar 39,06%.
V.2. Sebaran responden berdasarkan kenaikan Grafik KMS di wilayah
kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol
Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
Sebaran responden berdasarkan kenaikan grafik KMS di Wilayah
kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I berdasarkan data SKDN,
didapatkan grafik KMS yang naik adalah sebesar 68,6% dan untuk grafik
KMS yang tidak naik adalah sebesar 31,4%. Angka ini didapati lebih
besar dari angka Riset Kesehatan Dasar tahun 2006 yakni 59,67%.3
V.3. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan ibu di wilayah
kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol
Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan ibu dari hasil
penelitian kami, didapatkan tingkat pendidikan rendah sebesar 18,1%
dengan keadaan tidak bekerja sebesar 49,2% dan pendapatan keluarga
rendah sebesar 71,4%. Ibu yang tidak bekerja lebih banyak dengan kata
lain ibu yang mempunyai waktu yang banyak terhadap balitanya dalam
memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan balitanya Dalam hal
mengasuh anak ibu adalah orang yang paling banyak terlibat sehingga
pengaruhnya sangat besar bagi perkembangan balita dan keluarga.
Meningkatnya kesempatan kerja terutama bagi ibu yang memiliki balita
dapat mengurangi waktu ibu untuk mengasuh dan merawat balitanya.
V.4. Sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan ibu di wilayah
kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol
Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
42
Berdasarkan (tabel 4.4) terdapat adanya hubungan yang bermakna
antara pekerjaan ibu serta pendapatan keluarga terhadap Naik atau Tidak Naik
grafik KMS. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji analisis chi squre dimana
didapatkan nilai p < 0,05. Hal ini berarti pekerjaan ibu dan pendapatan
keluarga mempengaruhi Naik dan Tidak Naik grafik KMS. Dimana bila ibu
sibuk berkerja maka akan mengurangi waktu ibu untuk mengurus anak dan
keluarganya, sehingga dapat mengakibatkan ibu tidak bisa memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Sedangkan pendapatan keluarga
akan mempengaruhi asupan makanan kepada anaknya, bila pendapatan
keluarga rendah maka ibu tidak dapat memberikan asupan makanan yang
bergizi kepada anaknya, hal ini akan menyebabkan timbulnya status gizi
kurang yang ditandai dengan Tidak Naik grafik KMS.
V.5. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendapatan keluarga di
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol
Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
V.6. Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan ibu di wilayah
kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol
Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
V.7. Sebaran responden berdasarkan sikap ibu di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan,
Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
V.8. Sebaran responden berdasarkan perilaku ibu di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan,
Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
V.9. Sebaran responden berdasarkan paritas ibu di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol Petamburan,
Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
43
V.10. Hubungan antara tingkat pendidikan ibu, jenis pekerjaan ibu,
tingkat pendapatan keluarga, paritas ibu, tingkat pengetahuan ibu,
sikap ibu, dan perilaku ibu dengan kenaikan grafik KMS di wilayah
kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar I, kecamatan Grogol
Petamburan, Jakarta Barat, pada bulan Juni 2012.
Berdasarkan tabel sebaran tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu, pada
(tabel 4.2) terdapat sebaran responden menunjukan bahwa pengetahuan yang
baik tentang penimbangan balita sebesar 33,3%, sikap ibu yang baik tentang
penimbangan balita sebesar 64,8% dan perilaku ibu yang baik tentang
penimbangan balita sebesar 51,4%. Tingginya tingkat pengetahuan yang baik
tentang penimbangan balita sebesar 33,3%. Hal ini menunjukkan bahwa
pengetahuan ibu tentang penimbangan balita cukup baik, pengetahuan ibu
tentang penimbangan balita sangat diperlukan untuk memantau pertumbuhan
dan perkembangan balita. Khususnya ibu sebagai orang yang bertanggung
jawab terhadap pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Pertumbuhan dan
perkembangan anak dapat dipantau melalui Naik atau Tidak Naik Grafik KMS
yang dimiliki oleh ibu Pengetahuan tentang penimbangan balita merupakan
proses untuk mengubah sikap dan perilaku keluarga dan masyarakat untuk
kehidupan yang sehat jasmani dan rohani. Sedangkan dalam penelitian ini
didapatkan persentase sikap yang baik sebesar 64,8% dan perilaku yang baik
sebesar 51,4%. .Pengetahuan tentang penimbangan balita yang baik akan
mempengaruhi sikap sehingga perilaku yang baik.tentang penimbangan balita
sebesar 51,4%. Berdasarkan uji statistik dari penelitian ini diketahui tidak
terdapat hubungan yang bermakna atau signifikan antara sikap ibu dengan Naik
atau Tidak Naik grafik pada KMS. Artinya kenaikan atau penurunan grafik
KMS belum tentu dipengaruhi oleh sikap ibu dalam penimbangan balita.
Dalam hal ini ada faktor lain yaitu jarak posyandu dengan rumah yang jauh.
44
Dari data hubungan pengetahuan dan perilaku ibu terhadap Naik atau Tidak
Naik grafik KMS pada (tabel 4.4) terdapat hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dan perilaku ibu terhadap Naik atau Tidak Naik grafik KMS. Pada
penelitian ini, dilakukan analisa hasil dengan menggunakan chi squre antara
Naik atau Tidak Naik grafik KMS dengan pengetahuan dan perilaku ibu
menunjukkan hubungan bermakna (p < 0,05). Hal ini berarti tingkat
pengetahuan dan perilaku ibu akan mempengaruhi Naik atau Tidak Naik grafik
KMS. Semakin baik tingkat pengetahuan ibu tentang penimbangan balita akan
menyebabkan ibu menyadari pentingnya manfaat dilakukan penimbangan
balita yaitu untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan balita. Hal ini
akan menyebabkan perilaku ibu yang baik karena ibu akan membawa anaknya
ke Posyandu untuk ditimbang berat badannya dan untuk memantau
pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Berdasarkan data yang dikumpulkan
tidak ditemukan hasil penelitian sebelumnya yang menjelaskan tentang
hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap Naik atau Tidak
Naik grafik KMS .
Pada sebaran tabel 4.2 didapatkan paritas baik sebesar 50,5 %, hal ini berarti
tingkat paritas ibu dikelurahan Jelambar 1 baik, dengan sedikitnya jumlah anak
maka ibu diharapkan dapat lebih memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangan anaknya. Dalam penelitian ini ditemukan ada hubungan
bermakna antara paritas ibu dengan Naik atau Tdak Naik grafik KMS ( P <
0,05 ) pada tabel 4.4 . Dalam hal ini berarti paritas ibu dapat mempengaruhi
kenaikan dan penurunan grafik KMS, karena bila ibu memiliki banyak anak
maka akan menyebabkan ibu memiliki keterbatasan waktu untuk mengasuh
dan merawat masing masing anaknya.
Pengetahuan ibu ada kaitannya dengan penimbangan balita erat hubungannya
dengan pendidikan ibu. Yang sebenarnya semakin tinggi pendidikan akan ibu
semakin tinggi pula pengetahuan akan penimbangan balita. Dalam penelitian
ini angka persentase pendidikan baik sebesar7,6 % terhadap Naik dan Tidak
naik grafik KMS sebesar 68,6% dan 31,4%. Berdasarkan uji statistik
didapatkan P < 0,05 ( pada tabel 4.4 ), Hal ini dimaksudkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dan pengetahuan yang
45
baik terhadap Naik atau Tidak Naik grafik KMS. Yang berarti makin tinggi
tingkat pendidikan ibu akan menyebabkan pengetahuan ibu baik..
Pendapatan keluarga merupakan penghasilan dalam jumlah uang yang akan
dibelanjakan oleh keluarga dalam bentuk makanan. Pendapatan rendah sebagai
penyebab utama gizi kurang yang menduduki posisi pertama dalam hal ini
ditandai dengan terjadinya Penurunan grafik KMS tetapi dalam penelitian ini
didapatkan Tidak Naik grafik KMS sebesar 31,4% dengan pendapatan yang
rendah.
Berdasarkan (tabel 4.4) terdapat adanya hubungan yang bermakna antara
pekerjaan ibu serta pendapatan keluarga terhadap Naik atau Tidak Naik grafik
KMS. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji analisis chi squre dimana didapatkan
nilai p < 0,05. Hal ini berarti pekerjaan ibu dan pendapatan keluarga
mempengaruhi Naik dan Tidak Naik grafik KMS. Dimana bila ibu sibuk
berkerja maka akan mengurangi waktu ibu untuk mengurus anak dan
keluarganya, sehingga dapat mengakibatkan ibu tidak bisa memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Sedangkan pendapatan keluarga
akan mempengaruhi asupan makanan kepada anaknya, bila pendapatan
keluarga rendah maka ibu tidak dapat memberikan asupan makanan yang
bergizi kepada anaknya, hal ini akan menyebabkan timbulnya status gizi
kurang yang ditandai dengan Tidak Naik grafik KMS.
Pada tabel 4.5 terdapat gambaran keberhasilan program penimbangan balita di
Wilayah kerja puskesmas Jelambar 1, dimana didapatkan liputan program
penimbangan balita sebesar 64,16 %, tingkat kelangsungan penimbangan
sebesar 100% , hasil penimbangan sebesar 58,97%,Hasil pencapaian program
23,05%, dan partisipasi masyarakat sebesar 39,06%, perbedaan antara hasil
penelitian ini dengan hasil pencapaian program penimbangan balita mungkin
disebabkan banyaknya ibu yang tidak datang untuk menimbang balitanya ke
posyandu.
Penelitian ini dilakukan desain studi analitik dengan pendekatan cross
sectional. Dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar 1,
Kecamatan Grogol Petamburan , Jakarta Barat bulan Juni 2012. Dengan data
primer didapatkan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden
46
yang telah terpilih menjadi sampel, data sekunder didapatkan menggunakan
KMS yang dimiliki oleh responden dan data SKDN Puskesmas kelurahan
Jelambar 1. Dengan jumlah sampel 105 balita serta menggunakan teknik
stratified random sampling. Kelemahan dari desain studi yang dilakukan pada
penelitian ini adalah kurang mencerminkan gambaran keberhasilan program
penimbangan balita yang diteliti karena di ambil data pada satu waktu saja dan
di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Jelambar 1, sehingga hanya dapat
digunakan pada daerah yang diteliti saja.
Kesalahan yang juga dapat terjadi adalah kesalahan dalam mengisi data oleh
pengukur (kader posyandu), kesalahan dalam menggunakan alat ukur atau
teknik dalam mengukur. Kesalahan lain yaitu responden dalam keadaan sibuk
sehingga mengisi kuesioner dengan asal dan terburu – buru atau kuesioner
yang dibagikan diisi oleh orang lain ( keluarga responden) serta kesalahan
dalam menganalisa data
47