Download - Petrol Ogi

Transcript

PETROLOGILAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

BAB IPENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANGPetrologi adalah salah satu cabang Ilmu Geologi yang mempelajari proses awal mula terbentuknya batuan, struktur batuan, tekstur batuan, komposisi mineral dalam batuan, dan klasifikasi batuan tersebut. Dalam suatu proses terbentuknya sebuah batuan, pasti akan mengakibatkan struktur, tekstur dan komposisi mineral yang berbeda dengan batuan yang terbentuk pada proses yang lain. Hal inilah yang selanjutnya akan dipelajari dalam Petrologi. Ada tiga cabang petrologi, berkaitan dengan tiga tipe batuan: beku, metamorf, dan sedimen. Kata petrologi itu sendiri berasal dari kata Bahasa Yunani petra, yang berarti "batu". Petrologi batuan bekuberfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan beku (batuan seperti granit ataubasalt yang telah mengkristal dari batu lebur atau magma). Batuan beku mencakup batuan volkanik dan plutonik. Tujuan praktikum lapangan Petrologi adalah menambah pengetahuan kita sebagai mahasiswa Fisika program studi Teknik Geologi dan Teknik Geofisika mengenai berbagai macam batuan yang ada di Sulawesi Tenggara. Agar kita dapat mengetahui potensi-potensi apa saja yang dimiliki provinsi Sulawesi Tenggara ini. Sehingga kita dapat mengolah sumber daya alam kita sendiri kedepan nanti.Penelitian lapangan dilakukan dengan melakukan survei secara langsung di lapangan dimana hal-hal yang dilakukan dalam penelitian lapangan yaitu melakukan pengamatan pada keadaan geologi sekitar daerah penelitian dan juga pada kondisi fisik singkapan, mengambil sampel dan memplot lokasi pengambilan data dan sampel (singkapan yang insitu) pada peta lintasan berdasarkan data koordinat yang dikontrol melalui alat GPS (Global Position System), serta mengambil dokumentasi kondisi singkapan dan data-data lainnya dalam bentuk foto.

1.2 MAKSUD DAN TUJUANa. Maksud Adapun maksud dari pelaksanaan praktikum lapangan Petrologi ini yaitu : Menganalisa permasalahan struktur geologi mengenali jenis-jenis Batuan dengan melihat secara langsung di lapangan.b. Tujuan Tujuan dari praktikum yang ingin dicapai dalam praktikum lapangan Pengamatan Struktur , dan Morfologi Sungai di daerah Sekitar Aliran Sungai jalan Lasolo yaitu :1. Mahasiswa mampu mendeskripsikan singkapan batuan yang ada di lapangan.2. Mahasiswa mampu mengidentifikasikan Geomorfologi disekitar singkapan batuan yang ada di lapangan.1.3 ALAT DAN BAHANAlat dan bahan yang digunakan dalam Praktikum Lapangan Geologi Struktur ini yaitu:Tabel 1. Tabel Alat dan Bahan Praktikum Lapangan Geologi StrukturNoAlat dan BahanKegunaan

1.Kompas geologiUntuk menentukan Strike dan Dip

2. GPSUntuk menentukan koordinat posisi/lokasi pengambilan data

3.Alat tulis (pulpen, pensil, pensil warna, penghapus, kapur tulis)Untuk menulis data hasil penelitian

4.Peta topografiUntuk memplot posisi yang didapat dari GPS

5.Papan KomputerUntuk membantu pengukuran Strike dan Dip

6.Kamera Digital/ HPUntuk mengambil gambar smpel/singkapan batuan beserta struktur geologinya

7.Busur derajat / protraktorDigunakan sebagai alat untuk membantu dalam pengeplotan data

1.4 WAKTU, TEMPAT, DAN KESAMPAIAN DAERAHa) Waktu dan TempatPraktikum lapangan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 11 Januari 2014. Praktikum lapangan ini dilaksanakan di daerah Benu-Benua Kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari Sulawesi Tenggara.

b) Kesampaian DaerahLokasi penelitian yang bertempat dipinggiran jalan daerah Benu-Benua, daerah ini dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat, dengan memakan waktu yang begitu singkat. Untuk lokasi penelitian pertama terletak pada koordinat (S : 03o, 58, 0,34 ; E : 122o, 34, 015) yang dari lokasi awal keberangkatan atau tempat berkumpul ke pertama memakan waktu selama 5 menit. Dan untuk lokasi ke dua berada pada koordinat ( S : 03o, 57,69 LS ; E : 122o, 34,138 BT ), waktu yang dibutuhkan untuk menempuh stasiun dua dari stasiun satu 20 menit. Praktikum kali ini hanya ada 2 stasiun pengamatan.

1.5 PENELITIAN TERDAHULU1. Armstrong F. Sompotan, 2012. Geologi Struktur Sulawesi.2. Surono,2013. Geologi Lengan Tenggara Sulawesi.

BAB IIGEOLOGI REGIONAL LEMBAR LASUSUA2.1 GEOMORFOLOGI REGIONALSecara regional daerah penelitian termasuk dalam lembar peta Lasusua Kendari yang terletak pada lengan tenggara Pulau Sulawesi. Morfologi lembar Lasusua Kendari dapat dibedakan menjadi empat satuan yaitu pegunungan, perbukitan, kras dan dataran rendah (Rusmana, dkk, 1993).Pegunungan menempati bagian tengah dan barat lembar, perbukitan terdapat pada bagian barat dan timur, morfologi kras terdapat di PegununganMatarombeo dan di bagian hulu Sungai Waimenda serta Pulau Labengke.Morfologinya berupa perbukitan dan dataran rendah. Satuan perbukitan ini umumnya tersusun oleh batuan sedimen dengan ketinggian berkisar 75 750 meter diatas permukaan laut. Puncak yang terdapat pada satuan perbukitan adalah Gunung Meluhu (517 meter) dan beberapa puncak lainnya yang tidak memiliki nama, sungai di daerah ini umumnya berpola aliran meranting (dendritik). Dataran rendah terdapat didaerah pantai dan sepanjang aliran sungai besar dan muaranya, seperti Aalaa Kokapi, Aalaa Konaweha dan Aalaa Lasolo.2.2 STRATIGRAFI REGIONALBerdasarkan himpunan batuan dan pencirinya, Daerah Lasusua Kendari dapat dibedakan dalam dua lajur geologi yaitu Lajur Tinondo dan Lajur Hialu. Lajur Tinondo dicirikan oleh batuan endapan paparan benua, dan Lajur Hialu oleh endapan kerak samudra/ofiolit (Rusmana, dkk, 1993). Secara garis besar kedua mandala ini dibatasi oleh Sesar. Daerah penelitian termasuk dalam stratigrafi regional Daerah Lasusua Kendari pada Lajur Tinondo. Batuan yang terdapat di Lajur Tinondo yang dijumpai pada daerah penelitian adalah Formasi Meluhu (TR JM ) yang berumur Trias Tengah sampai Jura, secara tak selaras menindih batuan malihan Paleozoikum ( batuan alas Lajur Tinondo ). Formasi ini terdiri dari batupasir kuarsa yang termalihkan lemah dan kuarsit, setempat bersisipan dengan serpih hitam dan batugamping, mengandung Halobia sp dan Daonella sp serta batusabak pada bagian bawah. Batupasir berwarna kelabu sampai kelabu muda dan kekuningan, sangat kompak, berbutir halus sampai sedang, menyudut tanggung, terpilah baik hingga sedang, tersemenkan oleh silika, sebagian termalihkan lemah, berlapis baik dengan tebal lapisan antara 10 60 cm, dan setempat mencapai 1 m atau lebih. Batugamping umumnya berwarna kelabu hingga kehitaman, berbutir halus, setempat terhablur, banyak dijumpai urat kalsit berukuran halus, pejal, tebal perlapisan berkisar dari beberapa sentimeter sampai 60 cm. Setempat batugamping ini mengandung fosil Halobia sp dan Daonella sp. Batulanau berwarna kelabu hingga kehitaman, terjadi perselingan dengan batupasir, dengan tebal lapisan beberapa sentimeter. Pada zaman yang sama terendapkan Formasi Tokala (TR Jt ) terdiri dari batugamping berlapis dan serpih bersisipan batupasir. Hubungannya dengan Formasi Meluhu adalah menjemari.Satuan batuan yang terdapat pada daerah penelitian dapat dibagi menjadi 4 (empat) satuan batuan yang secara berurutan tersebut di bawah ini, dari satuan yang termuda sebagai berikut :a. Satuan aluvialb. Satuan piroksenitc. Satuan batupasir dan satuan batugampingUraian, hubungan dan pemerian singkat tiap satuan batuan dapat dilihat pada kolom stratigrafi daerah penelitian. Penguraian tiap-tiap satuan batuan akan dimulai dari satuan yang tertua hingga yang termuda.a. Satuan BatupasirPenamaan dari satuan batuan didasarkan pada ciri litologi dan dominasi penyusun utama satuan ini, yaitu batupasir. Pada bagian tengah dari satuan ini dijumpai perselingan antara batupasir dan batulanau serta sisipan batugamping pasiran. Hubungan stratigrafi antara satuan batupasir dengan satuan batuan yang berumur lebih tua tidak diketahui, karena tidak tersingkap pada daerah penelitian.b. Satuan BatugampingPenamaan dari satuan batuan didasarkan pada ciri litologi, dominasi batuan penyusun, analisis yang dilakukan secara megaskopis dan mikroskopis, maka batuan ini dinamakan satuan batugamping.c. Satuan PiroksenitPenamaan dari satuan batuan ini didasarkan pada ciri litologi, dan dominasi batuan penyusun yang dilakukan secara megaskopis dan mikroskopis, maka satuan ini dinamakan satuan piroksenit.d. Satuan AluvialPenamaan satuan didasarkan pada ciri-ciri fisik material, meliputi jenis endapan dan ukuran butir yang langsung dilakukan di lapangan. Satuan ini menempati sekitar 15% dari seluruh luas daerah penelitian atau sekitar 12,83 km2. Penyebaran dari endapan aluvial relatif berarah utara-timurlaut selatan-baratdaya pada Aalaa Kokapi . Ketebalan dari endapan ini berdasarkan hasil pengukuran langsung di lapangan pada Aalaa Kokapi yaitu (2 4)m.Material penyusun dari endapan aluvial, berukuran lempung hingga pasir merupakan hasil rombakan dari batuan yang telah terbentuk lebih dahulu yang mengalami proses pelapukan dan tertransportasi membentuk endapan sungai, rawa dan pantai. Bentuk endapan sungai berupa flood plain, point bar dan channel bar. Material penyusun dari endapan ini terdiri dari material lepas hasil rombakan dari batupasir dan batugamping yang berukuran lempung hingga pasir. Endapan rawa tersusun oleh material lempung hingga pasir. Endapan pantai terbentuk dari transportasi material pada muara sungai dan rombakan yang diakibatkan oleh arus dan gelombang, berukuran lempung hingga pasir terendapkan di daerah pesisir pantai. Formasi BatuanFormasi Meluhu diberikan oleh Rusmana & Sukarna (1985) kepada satuan batuan yang terdiri atas pasir kuarsa, serpih merah, batulanau, dan batulumpur di bagian bawah; dan perselingan serpih htiam. batupasir, dan batugamping di bagian atas. Formasi Meluhu menindih takselaras batuan malihan dan ditindih takselaras oleh satuan batugamping Formasi Tampakura.Formasi Meluhu mempunyai penyebaran yang sangat luas di Lengan Tenggara Sulawesi. Formasi ini telah dipublikasikan secara luas; di antaranya oleh Surono dkk. (1992); Swim (1997b, 1999), serta Surono & Bachri (2002). Sebagian besar bahasan selanjutnya merupakan terjemahan dan/atau kompilasi dari publikasi tersebut.Surono(1997b) membagi Formasi Meluhu menjadi tiga anggota (dari bawah ke atas): Anggota Toronipa yang didominasi oleh batupasir dan konglomerat, Auggota Watutaluboto didominasi oleh batulumpur, batulanau, dan serpih, Anggota Tuetue dicirikan oleh hadirnya napal dan batugamping.

Anggota ToronipaAnggota Toronipa, Formasi Meluhu didominasi oleh batupasir dan konglomerat dengan sisipan serpih, batulanau, dan batulempung. Sisipan tipis lignit ditemukan setempat seperti di sungai kecil dekat Mesjid Nurul Huda, Kota Kendari dan tebing tepi jalan di selatan Tinobu. Lokasi tipe Anggota Toronipa berada di Tanjung Toronipa, sebelah tenggara Desa Toronipa. Penampang tegak basil pengukuran stratigrafi terperinci di Tanjung Toronipa tersebut dapat dilihat pada. Batupasir berlapis baik berfasies St dan Sp telah ditemukan. Di beberapa tempat, batupasir pejal tersingkap baik, yang diduga merupakan hasil pengendapan grain flow. Secara setempat, batupasir kerikilan (Gh) sering dijumpai di atas permukaan bidang erosi. Ketebalan Anggota Toronipa pada lokasi tipe tersebut adalah 800 m. Ketebalan maksimum anggota ini diduga ke arah timur. Struktur sedimen yang terekam pada Anggota Toronipa berupa silang siur (planar, trough dan epsilon) seruling (flute mark), gelembur gelombang (ripple mark), perlapisan bersusun, dan permukaan erosi. Lag deposit umum ditemukan pada bagian bawah runtunan sedimen di atas permukaan erosi Batang, ranting, dan/atau cetakan daun juga ditemukan pada endapan klastik halus. Setiap runtunan batuan sedimen menunjukkan penghalusan ke atas yang menunjukkan energi melemah ke arah atas. Semua fakta di lapangan ini memberikan gambaran bahwa Anggota Toronipa diendapkan pada lingkungan sungai kekelok. Arab arcs purba, yang sebagian besar diukur pada silang-siur menunjukkan hasil kecenderungan unimodal. Kondisi seperti ini umum ditemui pada arus sungai kekelok.

Anggota WatutalubotoAnggota Watutaluboto, Formasi Meluhu terdiri atas perselingan batulumpur, batulanau, dan serpih serta sisipan batupasir. Pengulcuran stratigrafi Anggota Watutaluboto, Formasi Meluhu telah dilakukan sepanjang pantai pada Tanjung Labuanbajo. Ketebalan anggota ini pada lokasi tipenya tidak Luang dari 75 m.Kehadiran lag deposits, permukaan erosi intraformasi gems (scoured intraformational erosional surface), lensa batupasir crevase-splay, silang siur epsilon, dan runtunan endapan banjir dengan retakan dislokasi (desiccation crack), menunjukkan adanya pengaruh energi sungai pada waktu pengendapan Anggota Taluboto. Sejumlah alur sungai purba dapat ditemukan pada beberapa lapisan terutama pada bagian bawah anggota tersebut. Sementara pengaruh arus pasang-surut dijumpai pada bagian atasnya. Fakta di lapangan itu semua memberikan petunjuk bahwa Anggota Watutaluboto di endapkan pada lingkungan delta (Galloway, 1975; Boyd dick., 1992), yang bagian bawahnya sangat dipengaruhi oleh energi sungai (river dominated delta) sedangkan bagian atasnya dipengaruhi energi pasang-surut (tide-dominated delta).Runtunan batulumpur/serpih berkarbon di utara Desa Watutaluboto, yang banyak mengandung struktur pasang-surut merupakan endapan intertidal. Runtunan batuan sedimen ini mungkin terendapkan di antara tributary Chanel pada sistem lingkungan delta. Kandungan lumpur serpih yang lebih dari 84% pada runtunan ini menunjukkan lingkungan pengendapannya berada pada zona lumpur yang mempunyai arus pasang-surut tinggi. Menurut Reinson (1984), runtunan endapan pasang-surut yang demikian berkembang baik pada lingkungan rnesotidal dengan kisaran arus pasang-surut antara 2 m dan 4 m. Anggota TuetueAnggota Tuetue, Formasi Meluhu didominasi oleh batulumpur dengan sisipan batupasir di bagian bawah, lensa batupasir pada bagian tengah, dan lapisan batupasir, napal, dan/atau batugamping pada bagian atas. Di bagian utara Tanjung Labuanbajo, Anggota Tuetue, Formasi Meluhu dicirikan oleh klastika halus yang mengandung buluh (burrow) secara melimpalt dalam sedimen sedikit gampingan. Pada urnumnya satuan batuan penyusun anggota ini berlapis baik dengan ketebalan berkisar antara beberapa cm sampai 75 cm. Ketebalan Anggota Tuetue pada lokasi tipenya minimum 140 m. Diduga ketebalan anggota ini menebal ke arab barat taut.Beberapa lapisan mempunyai struktur sedimen pasang-surut seperti flaser-bedding, lensoidal-bedding, silang siur tulang ikan (herring-bone), dan wavy-bedding. Fakta ini mengindikasikan adanya pengaruh arus pasang-surut pada pengendapan Anggota Tuetue.Bagian bawah Anggota Tuetue mempunyai batupasir berstruktur silang siur planar berukuran cukup besar. Hal ini mengindikasikan bahwa pada saat pengendapannya dipengaruhi oleh energi cukup tinggi, mungkin pada offshore bar. Lensa batupasir dengan pemilahan baik dijumpai pada bagi tengah. Antara batupasir dan batulumpur mempunyai batas yang tegas. Hal ini dimungkinkan karena adanya pengaruh taufan (storm) sewaktu pengendapannya.Bagian atas Anggota Tuetue mengandung banyak burrow dan lapisan batupasir bagian ini juga banyak mengandung fosil kerang berkatup dua (bivalve), gastropoda, amonit, dan belemnit yang mencirikan endapan laut dangkal. Adanya pengaruh taufan pada waktu pengendapan Anggota Tuetue ini juga ditunjukkan oleh kehadiran silang siur hammocky, tidak berorientasi, dan tidak bersambungnya cangkang binatang berkatup dua tebal pada batugamping. Batugamping yang kaya akan material organik, pint autigenik dan serpih hitam pada bagian teratas Anggota Tuetue, merupakan indikasi bahwa bagian ini terendapkan dalam kondisi kekurangan osigen, tanpa pengaruh arus mungkin pada laut mid - sampai outer shelf.Berdasarkan uraian di atas, lingkungan pengendapan Anggota Tuetue mengindikasikan adanya pendalaman pada lingkungan neritik. Hal tersebut menunjukkan bahwa penurunan (subsidence) lebih cepat dari pada pasokan sedimen.

Gambar 7.1 Penyebaran formasi Meluhu di lengan Tanggara Sulawesi (disederhanakan dari peta Geologi Terbitan Pusat dan Pengembangan Geologi).

2.3 STURKTUR GEOLOGI REGIONALStruktur geologi yang dijumpai, pada Lembar Lasusua Kendari adalah sesar, lipatan dan kekar. Sesar dan kelurusannya, relatif berarah baratlaut tenggara searah dengan Sesar Lasolo. Sesar Lasolo berupa sesar geser mengiri yang diduga masih giat hingga sekarang. Sesar tersebut ada kaitannya, dengan Sesar Sorong yang giat kembali pada Kala Oligosen (Simanjuntak, dkk, 1983).Sesar naik ditemukan di Daerah Wawo sebelah barat Tampakura dan di Tanjung Labuandala sebelah selatan Sesar Lasolo yaitu beranjaknya batuan ofiolit keatas batuan malihan Mekongga, Formasi Meluhu dan Formasi Matano. Jenis sesar lain yang dijumpai adalah sesar bongkah. Sesar Lasolo berarah baratlaut tenggara, membagi Lembar Lasusua Kendari, menjadi dua bagian. Sebelah timurlaut sesar disebut Lajur Hialu, dicirikan dengan batuan asal kerak samudera dan sebelah baratdaya sesar disebut Lajur Tinondo, dicirikan dengan batuan asal paparan benua.Pada Kala Miosen Tengah Lajur Hialu terdorong oleh benua kecil Banggai-Sula, yang bergerak ke arah barat, yang menyebabkan terseserkannya Lajur Hialu di atas Lajur Tinondo, yang kemudian diikuti oleh sesar bongkah. Jenis lipatan berupa lipatan antiklin, setempat di jumpai lipatan rebah dan lipatan sinklin. Kekar terdapat pada semua jenis batuan, pada batugamping kekar ini tampak teratur, membentuk kelurusan. Kekar pada batuan beku umumnya, menunjukkan arah tak beraturan. Pada Kala Miosen Akhir sampai Pliosen pengangkatan kembali berlangsung, dimana pada pantai timur dan tenggara lembar dicirikan dengan undak-undak pantai dan sungai serta pertumbuhan koral.

BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN3.1. HASIL PENGAMATAN1. Stasiun Pengamatan 1a. Informasi lokasiPengamatan dilakukan di kota kendari, kecamatan kendari barat tepatnya pada koordinat S : 3o583,4 dan E : 122o341,5. Pada pukul 08.25 09.32. batas morfologi lokasi pengamatan yaitu sebelah barat dan timur adalah pertokoan, sebelah utara merupakan vegetasi pepohonan sedangkan disebalah selatan lokasi berbatasan dengan jalan raya. Cuaca saat berlangsungnya pengamatan adalah cerah berawan. Singkapan yang ditemukan pada lokasi ini adalah berupa batuan sedimen insitu dengan dimensi 10 m x 5 m dengan arah penyebaran batuan N79oE. b. Data litologi Jenis batuan: Batuan sedimen Warna lapuk: Abu-abu kehitaman Warna segar: Cokelat Tekstur: Klastik Ukuran butir: Pasir sedang Bentuk butir: Rounded Kemas: Tertutup Porositas: Rendah Permeabilitas: Rendah Struktur: Berlapis Nama batuan: Batu Pasirc. Data Struktur Lipatan: - Kekar: Ada Sesar:Ada Foliasi: - Lapisan: Ada

Gambar 1.1 Singkapan Batuan 1 Gambar 1.2 Sampel Batuan 1

2. Stasiun Pengamatan 2a. Informasi lokasiPengamatan dilakukan di kota kendari, kecamatan kendari barat tepatnya pada koordinata S :3o dan E :122o. Pada pukul 09.34 10.37. batas morfologi lokasi pengamatan yaitu sebelah barat, selatan dan utara adalah perumahan warga sedangkan timur merupakan vegetasi pepohonan. Cuaca saat berlangsungnya pengamatan adalah cerah berawan . Singkapan yang ditemukan pada lokasi ini adalah berupa batuan sedimen insitu dengan dimensi 3 m x 1 m.b. Data lithologi Jenis batuan: Batuan sedimen Warna lapuk: Merah bata kehitaman Warna segar: Merah bata Tekstur: Klastik Ukuran butir: Pasir sangat halus Bentuk butir: Rounded Kemas: Tertutup Porositas: Rendah Permeabilitas: Rendah Struktur: - Nama batuan: sedimen pasir yang belum mengalami kompaksic. Data Struktur Lipatan: - Kekar: Ada Sesar: - Foliasi: - Lapisan: Ada

Gambar 1.3 Singkapan Batuan 2 Gambar 1.4 Sampel Batuan 2

3.2 PEMBAHASANPada praktikum lapangan yang dilakukan di sepanjang aliran sungai jalan Lasolo, tanggal 29 Desember 2013, kami mengamati bentuk struktur geologi yang terdapat di sepanjang wilayah tersebut. Dari beberapa struktur geologi seperti kekar, sesar, lipatan (struktur sekunder), kami hanya mengamati kekar pada singkapan di lapangan. Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran.Dari hasil pengambilan data lapangan, didapat beberapa lokasi pengukuran kekar, dimana penentuan lokasi ini sendiri berdasarkan keberadaan interpretasi keadaan wilayah yang telah dilakukan pada tahapan awal, yang kemudian tertuang dalam sebuah peta topografi yang menjadi pedoman arah kami dalam pelaksanaan praktikum lapangan Geologi Struktur ini. Dari pengamatan lapangan, kekar yang berkembang didaerah penelitian secara genetik termasuk kedalam kekar gerus (shear Joint), yang terbentuk akibat adanya gaya kompresi. Dari data kekar ini juga dilakukan proses analisis dengan memproyeksikan kedalam diagram kipas dan diagramrosset.Dari analisis dapat disimpulkan bahwa kekar di daerah penelitian berkembang secara abstrak atau memiliki pola yang berbeda-beda setiap lokasi pengamatan.Lokasi pembagian pengamatan kekar dibagi menjadi 2 tempat dengan kedudukan strike dan dip yang berbeda. Panjang lintasan yang kami ukur dengan roll meter sepanjang 6 meter. Wilayah pertama sepanjang 3 meter dengan kedudukan strike N 325o W dan dip 37o dari arah utara, berada pada koordinat 122o34462 dan -0,3o57726 memiliki kekar kurang lebih 12 kekar dengan strike dip yang berbeda antara kekar yang satu dengan yang lain sebagimana dapat dilihat pada bagian Hasil Pengukuran Kekar pada lembaran sebelumnya. Jenis batuan pada singkapan tersebut adalah jenis batuan sedimen tepatnya batu pasir.Wilayah kedua dengan panjanglintasan yang sama seperti wilayah pertama yaitu 3 meter, kedudukan strike N 43o E dan dip 31o, posisi dari arah utara dengan koordinat yang sama yaitu 122o34462 dan -0,3o57726 memiliki kekar sekitar 6 kekar yang juga dapat dilihat pada bagian Hasil Pengukuran Kekar di lembaran sebelumnya. Jenis batuan pada singkapan adalah batan sedimen tepatnya batu pasir.Dari data kekar yang diperoleh baik dari wilayah pertama dan wilayah kedua, semua kekar diperoleh berjumlah 18 kekar yang selanjutnya kami plot dalam bentuk diagram rose. Namun terlebih dahulu, data pengukuran kekar untuk menentukan arah tegasan utamanya diperoleh dengan menggunakan diagram kipas. Data yang diperoleh diubah menjadi skala kuadran, dan hanya menampilkan data N..oW dan N..oE. Berdasarkan persamaan yang ada (dapat dilihat pada bagian Hasil Pengukuran Kekar), diperoleh nilai1yaitu N 60o W dan3 yang terletak tepat 900dari 1atau tepatnya N 300 E, dan untuk mencari arah tegasan utamanya, nilai 1tersebut kemudian diplot ke dalam arah mata angin, sehingga diperoleh arah tegasan utamanya berada pada pertengahan barat-barat laut dan pertengahan timur menenggara-tenggara, sehingga diperkirakan arah tegasan utamanya dari Tenggara ke Barat Laut.Dari perolehan data yang dapat dipertanggungjawabkan itu, dapat disimpulkan bahwa arah tegasan utama yang diperoleh tersebut, memiliki kesamaan terhadap arah tegasan Sistem Sesar Lawanopo.Sistem Sesar Lawanopo termasuk sesar-sesar berarah utama barat laut-tenggara yang memanjang sekitar 260 km dari utara Malili sampai Tanjung Toronipa. Ujung barat laut sesar ini menyambung dengan Sesar Matano, sementara ujung tenggaranya bersambung dengan Sesar Hamilton, yang memotong Sesar naik Tole. Sistem sesar ini diberi nama Sesar Lawanopo oleh Hamilton (1979) berdasarkan Dataran Lawanopo yang ditorehnya.Kenampakan fisiografi Sistem Sesar Lawanopo tergambar jelas lebih dari pada 50 km pada citrainderaan jauh, termasuk citra Landsat, dan IFSAR. Citra tersebut menggambarkan adanya lembah linier panjang, scarp, offset, dan pembelokan aliran sungai. Aliran sungai yang tergeser mengiri dapat diidentifikasi di beberapa tempat antara Tinobu, dan Soropia, utara Kendari, contohnya pergeseran mengiri 2 km Sungai Andonowu (selatan Tinobu). Jarak pergeseran, yang membesar semakin dekat dengan sesar yang bersangkutan, merupakan tanda sesar geser (Sylvester. 1988). Pergeseran mengiri sepanjang sesar yang diperkirakan sejauh 25 km, didasarkan atas pergeseran Formasi Meluhu yang berada di tengah Lengan Tenggara Sulawesi.Interpretasi citra foto udara di sekitar Tinobu menunjukkan penyebaran Batuan Campur-aduk Toreo. Kepingan batuan yang berasal dan Formasi Meluhu, Formasi Tampakura, dan dijumpai sebagai bodin dalam batuan campur-aduk itu. Analisis stereografis orientasi bodin, yang diukur pada tiga lokasi, menunjukkan keberagaman azimut rata-rata/plunge : 300/440, 356,3o/490, dan 208,70/210.Kehadiran mata air panas muncul di Desa Toreo, sebelah tenggara Tinobu serta adanya pergeseran pada bangunan dinding rumah, dan jalan sepanjang sesar ini menunjukkan bahwa Sistem Sesar Lawanopo masih aktif sampai sekarang,

BAB IVPENUTUP4.1 KESIMPULANSetelah melakukan pratikum lapangan ini, serta berdasarkan data pengamatan dan paparan pembahasan pada lembaran sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan yaitu :1. Praktikan dapat mengetahui gambar kekar, bentuk kekar, mengetahui hubungan gaya dan pola kekar dan juga mengetahui bagaimana analisa kekar dan aplikasinya di lapangan. 2. Daridata kekar yang diperoleh,dapat dilakukan proses analisis dengan memproyeksikan kedalam diagram kipas dan diagramrosset.3. Dari analisis dapat disimpulkan bahwa kekar di daerah penelitian berkembang secara abstrak atau memiliki pola yang berbeda beda setiap lokasi pengamatan. Analisis terhadap kekar pada suatu tubuh batuan, selain bertujuan untuk menentukan arah gaya yang mempengaruhinya, juga untuk mengetahui ada tidaknya kekar dan lipatan. Berdasarkan arah tegasan utama dari kekar-kekar yang kami temukan di lapangan, dapat disimpulkan bahwa arah tegasan utama yang diperoleh tersebut, memiliki kesamaan terhadap arah tegasan Sistem Sesar Lawanopo.

4.1 SARANSaran yang dapat saya sampaikan melalui laporan praktikum lapangan Petrologi ini adalah sebaiknya

1


Top Related