PENGARUH MEKANISME CORPORATE GORVERNANCE,
UKURAN PERUSAHAAN, DAN KEBIJAKAN HUTANG
TERHADAP AGENCY COST
(Studi Empiris pada Perusahaan Properti yang Terdaftar di BEI 2014-2016)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memenuhi Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Jibril Adam Harahap1113082000077
PROGRAM STUDI AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
1439H / 2017M
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama Lengkap : Jibril Adam Harahap
2. Tempat Tanggal Lahir : Medan, 13 Juni 1995
3. Alamat : Jl. H. Nimin III RT 04/03 No, 44
Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat.
4. Telepon : 082299565769
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD Negeri 049 Tahun 2001-2007
2. MTS. Pondpes Ar-Raudlatul Hasanah Tahun 2007-2010
3. MA. Pondpes Ar-Raudlatul Hasanah Tahun 2010-2013
4. S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013-2017
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Organisasi Pelajar Raudlah (OPRH) Medan (2011-2012)
2. Andalan Koordinator Kepramukaan Gugus Depan (2011-2012)
vi
ABSTRACT
This study aims to examine the effect of corporate governance Mechanism,size of company, and debt policy to agency cost. The independent variables that isused in this research is corporate governance Mechanism which is measured byboard of commissioners, institusional ownership, and audit committe). and size ofcompany measured by log natural assets, and debt policy measured by liabilitiesdivided to total assets. Variables dependent agency costs which is measured bySTA ratio (sales to total assets).
This study Data used in secondary data. The population consist ofproperty companies listed on Indonesia Stock Exchange during 2014-2016.Samples are selected using purposuve sampling method and acquired 40companies each year. After processing the data, on criteria selected samplesamounted to 39 companies, so that the final used are 39 companies. The totalsamples used in this study are 105 companies. Test analysis using multipleregression analysis.
The results of this study show that the board of commissioners, and debtpolicy have a significant effect on agency cost. While institutional ownership,audit committee, and firm size have no effect on agency cost.Keywords : agency cost, board of commissioners, institutional ownership, audit
committee, debt policy, size of company.
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Mekanisme CorporateGovernance, Ukuran Perusahaan, dan Kebijakan Hutang terhadap Agency Cost.Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah mekanismecorporate governance dengan melakukan penghitungan jumlah dari dewankomisaris, kepemilikan institusional, dan komite audit. Kemudian melakukanperhitungan ukuran perusahaan dengan Log natural aset, dan kebijakan hutangdari pembagian liabilities terhadap total aset. Variabel dependen dalam penelitianini adalah agency cost menggunakan rasio STA (sales to total asset).
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Populasi dalam penelitian iniadalah perusahaan properti yang terdaftar di BEI tahun 2014-2016. Sampelpenelitian dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling yangdiperoleh 40 perusahaan pertahunnya. Setelah dilakukan pengolahan databerdasarkan kriteria terpilih sampel berjumlah 39 perusahaan, sehingga jumlahsampel akhir yang digunakan adalah 39 perusahaan. Total sampel yang digunakanadalah 105 perusahaan Uji analisis menggunakan model analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dewan komisaris, dan kebijakanhutang berpengaruh signifikan terhadap agency cost. Sedangkan kepemilikaninstitusional, komite audit, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadapagency cost.
Kata kunci : agency cost, dewan komisaris, kepemilikan institusional, komiteaudit, kebijakan hutang, ukuran perusahaan.
viiiviii
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Tax Avoidance Terhadap
Nilai Perusahaan dan Agency Cost Dengan Kepemilikan Institusional Sebagai
Variabel Moderating (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2011-2015)”. Shalawat serta salam
senantiasa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah
membimbing umatnya menuju jalan kebenaran.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat guna
meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah
penulis hanturkan atas kekuatan Allah SWT yang telah menganugerahkannya.
Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Harmansyah Harahap SE.ME dan Ibu Dra.
Yulastrina yang telah memberikan bimbingan, dukungan, serta doa yang tiada
hentinya.
2. Adik-adikku (Aulia Mardhiyah, Anisa Firda, dan Muhamaad Mikail) yang
telah memberikan semangat dan doanya dalam proses penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si Ak., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
1. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Abdul Hamid Cebba. MBA.AK.CPA. selaku dosen Pembimbing
Skripsi yang telah bersedia menyediakan waktunya yang sangat berharga
untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi. Terima kasih atas
segala masukan, motivasi dan nasihat yang telah diberikan selama ini.
3. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang
sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang
bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
4. Seluruh Staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
peneliti dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
5. Keluarga besar Akuntansi B 2013, terimakasih atas kenangan belajar bersama-
sama dan semangatnya selama ini. Semoga apa yang di cita-citakan kalian
dapat kalian wujudkan.
6. Sahabat-sahabat (Ivan, Cerdick , Cakra, Taufik, Rifki, Irsan, Deyan,
Yefananda, Iqbal) yang solid yang saling mengingatkan dan memotivasi lulus
tepat waktu. Terimakasih banyak atas rasa persahabatn yang kalian berikan,
bahagia berjuang bersama kalian.
7. Teman- teman KKN Possible, terimakasih atas perjuangannya untuk
menyelesaikan laporan KKN.
8. Teman-teman seperjuangan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Angkatan 2013, terimakasih atas doa dan inspirasinya selama ini.
9. Delvi Irna Suryani yang telah memberikan motivasi dan semangat agar
segera cepat lulus.
10. Seluruh pihak yang turut berperan dalam penelitian ini namun tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarnakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis.
x
Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 19 Desember 2017
(Jibril Adam Harahap)
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ......................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .......................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ..................................................... 1
B. Perumusan Masalah .............................................................. 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 8
BAB II LANDASAN TEORI................................................................. 10
A. Tinjauan Literatur.................................................................. 10
1. Teori Keagenan (Agency Theory) ................................... 10
2. Mekanisme Corporate Governance................................ 15
a. Dewan Komisaris ...................................................... 16
xii
b. Kepemilikan Institusional ......................................... 17
c. Komite Audit............................................................. 20
3. Ukuran Perusahaan.......................................................... 24
4. Kebijakan Hutang............................................................ 27
5. Agency Cost..................................................................... 30
B. Penelitian Terdahulu ............................................................. 32
C. Kerangka Pemikiran.............................................................. 39
D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis.......... 41
1. Pengaruh Corporate Governance terhadap Agency Cost 41
2. Pengaruh Ukuran perusahaan terhadap Agency Cost...... 43
3. Kebijakan hutang terhadap Agency Cost......................... 44
BAB III METODELOGI PENELITIAN............................................... 46
A. Ruang Lingkup Penelitian..................................................... 46
B. Metode Penentuan Sampel.................................................... 46
C. Metode Pengumpulan Data ................................................... 47
D. Metode Analisis Data............................................................ 47
1. Statistik Deskriptif .......................................................... 48
2. Uji Asumsi Klasik ........................................................... 48
a. Uji Normalitas ........................................................... 48
b. Uji Multikoloneritas .................................................. 50
c. Uji Autokorelasi ........................................................ 50
d. Uji Heteroksidasitas .................................................. 51
3. Analisis Regresi .............................................................. 53
xiiixiiixiii
4. Pengujian Hipotesis......................................................... 54
a. Koefisien Determinasi............................................... 54
b. Uji Parsial.................................................................. 54
c. Uji T (parsial)............................................................ 55
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian..................................... 56
1. Variabel Dependen.......................................................... 55
2. Variabel Independen ....................................................... 57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 62
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................... 62
B. Analisis dan Pembahasan...................................................... 63
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................... 63
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................. 64
3. Hasil Uji Hipotesis .......................................................... 69
C. Interpretasi Hasil................................................................... 72
1. Pengaruh dewan komisaris terhadap Agency Cost.......... 72
2. Pengaruh kepemilikan Institusional terhadap
Agency Cost..................................................................... 73
3. Pengaruh komite audit terhadap Agency Cost................. 74
4. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap Agency Cost....... 75
5. Pengaruh kebijakan hutang terhadap Agency Cost ......... 76
BAB V Kesimpulan dan Saran ............................................................. 78
A. Kesimpulan ........................................................................... 78
B. Implikasi................................................................................ 79
xivxiv
C. Saran...................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 81
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 85
xvxv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 33
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian.................................................. 61
4.1 Kriteria Penentuan Sampel................................................................. 62
4.2 Statistik Deskriptif ............................................................................. 63
4.3 Hasil Uji Normalitas .......................................................................... 65
4.4 Hasil Uji Multikolonieritas ................................................................ 66
4.5 Hasil Uji Autokorelasi Durbin-Watson.............................................. 68
4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi........................ ................................ 68
4.7 Hasil Uji Statistik t ............................................................................. 69
4.8 Uji F ................................................................................................... 70
4.9 Uji Statisik T ...................................................................................... 71
xvixvi
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran........................................................................... 40
4.1 Hasil Uji Normalitas Grafik Model ................................................... 65
4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Model.................................................. 67
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Lampiran 1 : Data Daftar Perusahaan Sampel ................................... 86
2 Lampiran 2: Hasil Perhitungan Agency Cost ........................ ............ 88
3. Lampiran 3: Output Hasil Pengujian Data di SPSS........................... 93
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap perusahaan-perusahaan yang telah menjual sahamnya ke publik
diperlukan adanya corporate governance (tata kelola perusahaan) yang
berguna untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan
yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam sebuah
perusahaan. Pada prinsipnya tata kelola perusahaan menyangkut kepentingan
pemegang saham yaitu dengan memberikan perlindungan dan jaminan hak
terhadap stakeholder, termasuk di dalamnya yaitu shareholders (Aga, 2012).
Perusahaan ini wajib melaporkan laporan keuangannya kepada publik serta
para pemegang sahamnya yang di-publish dalam situs resmi www.idx.co.id
baik itu laporan keuangan tahunan.
Para pemegang saham adalah pihak yang menerima langsung dampak
yang diakibatkan oleh keputusan yang dibuat manajemen. Penunjukan
manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan dalam
kenyataannya seringkali menghadapi masalah dikarenakan tujuan perusahaan
berbenturan dengan tujuan pribadi manajer. Masalah lain adalah bagaimana
cara pengaturan perusahaan yang dilakukan, meskipun terdapat pengenalan
struktur tata kelola perusahaan yang modern, masih terdapat pertanyaan
tentang ke efektivan suatu kerangka kerja tata kelola perusahaan yang
bersangkutan. Permasalahan yang sering timbul dalam corporate governance
adalah adanya pemisahan antara kepemilikan dan tata kelola perusahaan
2
sehingga mengakibatkan konflik ke-agenan yaitu adanya perbedaaan
kepentingan antara pihak principal (pemilik) dan agen (manajer) yang
memicu terjadinya agency cost serta mengabaikan kepentingan investor.
Perkembangan bisnis properti di Indonesia dinilai semakin pesat dan
meningkat di tahun 2014. Bahkan dari 15 kota di Asia Pasifik, Jakarta
termasuk menjadi salah satu kota terbaik dalam berbisnis properti. Disisi lain
adanya krisis ekonomi di eropa menyebabkan investor tertarik melihat
negara-negara kawasan Asia yang dinilai lebih potensial dan salah satunya
adalah Indonesia. Banyak perusahaan asing dan iternasional mengalihkan
pengurangan bisnis di Eropa ke Indonesia. Ini banyak dapat dilihat dari
banyaknya permintaan ruang-ruang bermacam ragam bidang sector bisnis.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga akhir November 2012 secara
sektoral dalam properti mengalami kenaikan dalam satu tahun (sejak
Desember 2011) yaitu sebesar 63,49% dengan level 322.566. sedangkan
sektor industri dasar hanya tumbuh dengan 37,48% diposisi penutupan
dengan 513.321 dan sector perdagangan dan jasa yang naik 33,82% dengan
posisi penutupan 736.812, padahal sebelumnya di akhir November 2012
sektor jasa dan perdagangan masih terdepan dengan nilai 54,86% dan
sementara properti 52,9% (propertiindonesia.co.id, januari 2013).
Berkembangnya perusahaan properti dan realestate ini di Indonesia pada
akhir tahun 2012 sampai dengan saat ini membuat peneliti tertarik untuk
meneliti tentang adanya agency cost yang tidak stabil pada perusahan-
perusahaan tersebut yang akan dilihat dari keterkaitannya dengan mekanisme
3
corporate governanace (dewan komisaris, kepemilikan institusional, dan
komite audit), serta ukuran perusahaan dan kebijakan hutang yang
dimanfaatkan dalam pendanaan terhadap perusahaan tersebut. Berdasarkan
fenomena dan latar belakang ini yang juga menambah keunikan dari
penelitian ini.
Pada penelitian-penelitian sebelumnya memiliki adanya perbedaan
dengan objek sampel perusahaanya seperti pada penelitian yang dilakukan
oleh Septiawan (2016) yang menggunakan objek pada perusahaan non-
keuangan, juga mengunakan pengukuran agency cost dengan Asset turnover
(AT). Penlitian yang sama dilakukan oleh Jesica (2014) yang mengkaitkan
agency cost dengan struktur kepemilikan dan mekanisme corporate
governance, juga melakukan pengukuran agency cost dengan Asset turnover
administrative expenxe rate. Penelitian yang lain dilakukan oleh Yuni
Kusuma (2014) yang melakukan dalam mengukur kebijkan hutang dengan
hutang jangka panjang dibagi dengan junlah hutang dan ditambah oleh
ekuitas. Dan pengukuran agency cost yang diproksikan dengan rasio
pemanfaatan aset.
Serta masalah lain yang timbul akibat adanya biaya keagenan yaitu
saat pemegang saham dominan mengambil alih kekayaan saham minoritas.
Kondisi ini terjadi karena asymmetry information antara manajemen dan
pihak lain yang tidak memiliki sumber dan akses yang memadai untuk
memperoleh informasi yang digunakan untuk memonitor tindakan
manajemen. Stuktur kepemilikan adalah suatu mekanisme yang dapat
4
mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang saham sehingga agency
cost dapat dikurangi dengan adanya struktur kepemilikan Faisal (2004).
Terdapat tiga struktur kepemilikan yaitu kepemilikan Pemerintah,
kepemilikan terkosentrasi, kepemilikan asing dan kepemilikan institusional.
Masalah corporate governance mengalami peningkatan pesat sejak beberapa
kasus kegagalan perusahaan listing di BEI. Komite audit dan kepemilikan
saham dianggap menjadi alternatif yang dipilih untuk mengatasi masalah
corporate governance dan akuntabilitas perusahaan yang lebih tinggi. audit
komite merupakan elemen penting dalam corporate governance dan dalam
menjamin kualitas pelaporan keuangan, telah ada berbagai penelitian
mengenai pengaruh barbagai faktor corporate governance atas pelaporan
keuangan dan kualitas audit dan tingkat biaya audit.
Penelitian ini dilakukan karena adanya pemisahan kepemilikan dan
pengendalian sehingga terdapat masalah keagenan agency cost atas kualitas
angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Konflik keagenan muncul saat pihak
manajemen terpisah dari pemilik. Pihak manajemen bertindak atas
kepentingan pribadi dan memberikan hasil laporan keuangan yang keliru
dengan alasan “oportunistis” meski hal itu berarti merugikan kepentingan
para pemegang saham (Jensen & Meckling 1976). Peranan kualitas audit
yang tinggi sangat penting untuk memeriksa dan membatasi perilaku
manajerial oportunistik (Linda, 2015) Pemegang saham dengan tingkat
kepemilikan saham yang besar, baik oleh perorangan, maupun institusional,
akan secara aktif memonitor manajemen perusahaan dan membatasi
5
fleksibilitas akuntansi untuk menghasilkan laporan keuangan yang
menyimpang untuk kepentingan pribadi. Pada situasi ini, dampak negatif dari
masalah keagenen (agency problem) dan risiko bawaan (inherent risk) dari
salah saji material dalam pelaporan keuangan akan berkurang. Pada klien
tersebut, auditor akan menetapkan risiko audit lebih rendah sehingga aktivitas
audit juga lebih rendah yang pada akhirnya memberikan biaya audit lebih
rendah. Selain itu, dengan tingkat kepemilikan oleh manajemen yang tinggi
mendorong manajer menghasilkan informasi yang lebih relevan
dibandingkan hanya menyusun angka akuntansi secara oportunis demi
kepentingan pribadi. Hal ini mengakibatkan salah saji material sehingga
mengurangi risiko audit dan biaya audit. Permintaan untuk jasa dan audit
yang berkualitas merupakan usaha efesien untuk kontrak masalah.
Dari satu sisi, pemegang saham yang kompleks akan meminta
manajer perusahaan untuk menggunakan jasa audit berkualitas tinggi sebagai
jaminan deteksi kecurangan laporan keuangan yang ada. Di sisi lain, manajer
dapat membeli jasa audit berkualitas tinggi dan luas untuk meningkatkan
kredibilitas informasi laporan keuangan untuk menarik minat investor dan
pemegang saham besar. Selain itu, manajer ingin menciptakan persepsi
(penilaian) positif untuk memperoleh berbagai manfaat ekonomi. Oleh karena
itu, biaya audit ditentukan baik oleh faktor demand maupun supply. Komite
audit bukan bersifat wajib (mandatory) dan tidak selalu ada pada perusahaan
kecil, namun komite audit wajib ada pada perusahaan publik sesuai aturan
BAPEPAM. Peran komite audit dalam corporate governance makin penting
6
apalagi dalam peraturan Bapepam IX.1.5 tahun 2012 menekankan pada peran
komite audit pengawasan pada proses pelaporan keuangan dan mengawasi
hubungan antara manajemen perusahaan dan auditor eksternal.
Pada peraturan Bapepam tersebut telah menyebutkan mengenai
komposisi dan aktivitas komite audit. Tanggung jawab komite audit meliputi:
mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati
sistem pengendalian internal (termasuk audit internal). Dari ketiga tanggung
jawab tersebut, pengawasan pada laporan keuangan dan pengawasan pada
audit eksternal adalah yang berkaitan dengan biaya audit. Pengawasan pada
laporan keuangan meliputi review laporan keuangan dan kebijakan akuntansi.
Komite Audit merupakan sub-komite dewan direksi utama dari perusahaan,
biasanya terbentuk dari direktur noneksekutif dan bertanggung jawab pada
hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan keuangan dan audit.
Manajemen laba muncul sebagai dampak dari teori keagenan (agency
theory) yang terjadi karena adanya ketidakselarasan kepentingan antara
pemegang saham (principal) dan manajemen perusahaan (agen). Salah satu
cara untuk mengendalikan tindakan oportunistik yang dilakukan manajemen
tersebut adalah corporate governance Frendy (2014). Mekanisme corporate
governance yang dapat digunakan untuk mengatasi konflik keagenan
diantaranya adalah komisaris independen dan komite audit. Ukuran
perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak digunakan untuk
menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Hal
ini jika dikaitkan dengan teori agensi, perusahaan besar yang memiliki biaya
7
keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan informasi yang lebih luas
untuk mengurangi biaya keagenan tersebut. Di samping itu, perusahaan yang
berukuran lebih besar cenderung memiliki public demand akan informasi
yang lebih tinggi dibanding perusahaan yang berukuran lebih kecil. Alasan
lain adalah perusahaan besar dan memiliki biaya keagenan yang lebih besar
tentu akan mengungkapkan informasi yang lebih luas hal ini dilakukan untuk
mengurangi biaya keagenan yang dikeluarkan. Lebih banyak pemegang
saham, berarti memerlukan lebih banyak juga pengungkapan. Hal ini
dikarenakan tuntutan dari para pemegang saham dan para analis pasar modal.
Penelitian ini menguji faktor kepada perusahaan-perusahaan Properti
yang tercatat disaham Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan pada uraian
diatas, maka penelitian ini diberi judul “PENGARUH MEKANISME
CORPORATE GORVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN, DAN
KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP AGENCY COST”.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disebutkan diatas, maka
pertanyaan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh Mekanisme Corporate Gorvernance Dewan
Komisaris terrhadap Agency Cost ?
2. Bagaimana pengaruh Mekanisme Corporate Gorvernance Kepemilikan
Institusional terrhadap Agency Cost ?
3. Bagaimana pengaruh Mekanisme Corporate Gorvernance Komite Audit
terhadap Agency Cost ?
8
4. Bagaimana Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Agency Cost?
5. Bagaimana pengaruh Kebijakan Hutang mempengaruhi terhadap Agency
Cost?
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas yang menguji pengaruh
langsung faktor-faktor yang mempengaruhi Agency Cost sebagai berikut :
1. Membuktikan Dewan Komisaris berpengaruh terhadap Agency Cost
2. Membuktikan Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Agency
Cost.
3. Membuktikan Komite Audit berpengaruh terhadap Agency Cost
4. Membuktikan bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Agency
Cost.
5. Membuktikan bahwa Kebijakan Utang berpengaruh terhadap Agency
Cost.
D. Manfaat penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat dan kontribusi sebagai berikut :
a. Bagi Perusahaan
Dapat dijadikan sebagai panduan dalam melakukan control
management dalam penerapan ataupun implementasi mekanisme
Corporate Gorvernance yaitu dari kedudukan jumlah dewan komisaris
9
dan juga kualitas audit, kemudian ukuran perusahaan yang salah satu
didalamnya adalah total aset, dan kebijakan hutang yang memiliki
pengukuran terhadap liabilities dan ekuitas sehingga akan memberikan
hasil yang lebih efektif dan efisien terhadap agency cost.
b. Bagi para akademisi dan peneliti
Penelitian ini diharapakan dapat memberikan bukti empiris dan
mendukung penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya mengenai
yang mempenagruhi agency cost, serta sebagai informasi dan bahan
masukan dalam melakukan penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Agency Theory
Hubungan keagenan yang merupakan salah satu bentuk interaksi
sosial yang paling tua dan umum muncul ketika ada pemisahan fungsi
pengelolaan dan fungsi kepemilikan, dimana salah satu pihak (agent)
bertindak sebagai perwakilan pihak lain (principal) dalam pengambilan
keputusan. Pemisahan fungsi pengelolaan dan kepemilikan akan
menimbulkan agency problems karena adanya perbedaan kepentingan.
Masalah keagenan di Indonesia unik karena saham perusahaan
banyak dimiliki oleh keluarga pendiri. Hal ini dikarenakan perusahaan di
Indonesia banyak yang dikendalikan oleh keluarga (Shiela, 2016). Teori
keagenan ingin menyelesaikan masalah yang timbul dari hubungan
keagenan yakni ketika principal tidak dapat mengetahui dengan pasti
apakah agen sudah bertindak dengan tepat, dan ketika principal memiliki
pandangan yang berbeda dengan agen terkait risiko.
Agency Theory menjelaskan hubungan keagenan yang terjadi antara
satu atau lebih orang (principal) dengan orang lain (agent) dalam sebuah
kontrak, dimana agent diminta untuk mewakili principal dalam membuat
keputusan. Seiring dengan semakin kompleksnya aktivitas bisnis
perusahaan, muncul kebutuhan pemilik perusahaan untuk mempekerjakan
10
11
pihak yang kompeten dan profesional untuk menjalankan aktivitas
operasional (Pancawati 2012).
Pemilik perusahaan (principal) mempekerjakan manajer (agent) dan
mendelegasikan beberapa otoritas pengambilan keputusan agar manajer
dapat bertindak sebagai perpanjangan tangan dari sang pemilik (Jensen &
Meckling, 1976). Akan tetapi kondisi tersebut dapat menjadi tidak ideal
apabila manajer bersifat oportunistik untuk memaksimumkan
kepentingannya, dan mengesampingkan kepentingan pemilik. Dalam
kondisi dimana manajer sebagai agen bertindak oportunistik dan tidak
mengoptimalkan pencapaian kepentingan prinsipal, maka muncul
permasalahan keagenan (agency problem).
Untuk mengatasi permasalahan keagenan tersebut, prinsipal akan
melakukan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan fungsi pengawasan
(monitoring) dan pengikatan (bounding). Pelaksanaan kebijakan-kebijakan
untuk meminimalisasi permasalahan keagenan tersebut tentunya akan
menimbulkan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan, yang disebut
sebagai biaya keagenan (agency cost). Oleh sebab itu, biaya keagenan
merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mencapai titik temu
atas perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipal. Salah satu pemicu
utama yang menyebabkan munculnya agency problem adalah adanya
pemisahan antara kepemilikan dan tata kelola perusahaan pada corporate
governance.
12
Konflik keagenan dapat diminimalisasi melalui mekanisme
pengawasan dan pengendalian, yakni melalui kepemilikan manajerial, dan
kebijakan utang. Kepemilikan manajerial dapat menyelaraskan
kepentingan manajer dengan kepentingan shareholders karena manajer
juga bertindak sebagai shareholders. Peningkatan hutang menyebabkan
bunga yang harus dibayarkan perusahaan setiap periode semakin tinggi,
sehingga free cash flow dalam perusahaan akan berkurang dan kesempatan
manajer melakukan tindakan perquisite dapat diminimalisasi.
Peningkatan hutang akan mengurangi pendanaan melalui ekuitas
eksternal, sehingga mengurangi konflik antara manajer dan shareholders).
Dengan adanya hutang, kinerja manajer akan diawasi oleh pihak kreditur,
sehingga manajer yang masih ingin mempertahankan jabatannya akan
memperbaiki kinerjanya agar selaras dengan kepentingan pihak eksternal.
Agency theory dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan mengatur
proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan tetap
memperhitungkan kemanfaatan secara keseluruhan.
Kontrak kerja merupakan seperangkat aturan yang mengatur
mengenai mekanisme bagi hasil, baik yang berupa keuntungan, return
maupun risiko-risiko yang disetujui oleh prinsipal dan agen. Kontrak kerja
akan menjadi optimal bila kontrak dapat fairnes yaitu mampu
menyeimbangkan antara prinsipal dan agen yang secara matematis
memperlihatkan pelaksanaan kewajiban yang optimal oleh agen dan
pemberian insentif/imbalan khusus yang memuaskan dari prinsipal ke
13
agen. Inti dari Agency Theory atau teori keagenan adalah pendesainan
kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen
dalam hal terjadi konflik kepentingan (Dista 2012).
Dista (2012) menyatakan bahwa, terdapat beberapa teknik untuk
mengurangi konflik agensi, dengan cara demikian biaya agensi dapat
dikurangi. Teknik tersebut dibedakan menjadi mekanisme internal dan
eksternal. Mekanisme internal diantaranya adalah kontrak kompensasi
(compensation contracts), pengikatan (Bonding), dan aktivitas
pengawasan (Monitoring activities) dalam perusahaan. Sedangkan
mekanisme external dilakukan melalui aktivitas pengawasan oleh pasar
modal, pembuat undang-undang, penanaman modal profesional dan para
investor.
Dalam Agency cost ini didalamnya mencakup biaya untuk
pengawasan oleh pemegang saham biasanya biaya yang dikeluarkan oleh
manajemen untuk menghasilkan laporan yang transparan, termasuk biaya
audit yang independen dan pengendalian internal serta, biaya yang
disebabkan karena menurunnya nilai kepemilikan pemegang saham
sebagai bentuk Bonding expenditures yang diberikan kepada manajemen
dalam bentuk opsi dan berbagai manfaat untuk tujuan menyelaraskan
kepentingan manajemen dengan pemegang saham (Shareholder).
Untuk meminimalkan agency cost yang ada, maka shareholder
melakukan pengawasan melalui komite audit terhadap pihak manager
dengan meminta pengungkapan yang lebih luas, pengungkapan akan lebih
14
meningkat lagi sebanding dengan banyaknya jumlah shareholder external,
(Dista2012). Perubahan kebijakan mengenai pengungkapan yang
dilakukan perusahaan bertepatan dengan perubahan ekonomi perusahaan
corporate governance dan strukturnya yang dirancang dengan baik akan
memaksimalkan kebijakan dalam hal pengungkapan. sebagai dasar dalam
memahami corporate governance. Teori keagenan adalah sebuah kontrak
antara pemilik (prinsipal) dan manajer (agen) (Jensen & Meckling, 1976).
Perencanaan kontrak yang tepat antara pemilik dan manajer untuk
menyamakan kepentingan inilah yang menjadi masalah inti dari agency
theory terhadap agency cost. Teori keagenan dalam manajemen keuangan
membahas adanya hubungan keagenan (Jensen & Meckling 1986) yaitu,
hubungan mengenai adanya pemisahan antara kepemilikan dan
pengelolaan yang dilakukan oleh manajer. Manajemen pihak yang
diberikan kewenangan oleh pemilik perusahaan untuk mengelola
perusahaan namun dalam kenyataanya jika perusahaan tidak memperoleh
hasil yang menggembirakan seharusnya pemilik modal bisa memutuskan
untuk mengganti manajemen yang tidak meningkatkan kemakmuran.
Pancawati (2012), hubungan keagenan yang terjadi karena adanya
pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan manajer, pemisahan
tersebut terjadi karena pemilik modal melakukan diversifikasi portofolio
dengan mendelegasikan kewenangan dan pengambilan keputusan kepada
manajer dalam mengelola sejumlah dananya.
15
2. Mekanisme Corporate Gorvernance
Corporate governance menggambarkan proses, kebiasaan,
kebijakan, hukum dan mengarahkan organisasi dan perusahaan dalam
bertindak, mengelola dan mengendalikan operasi perusahaan. Mekanisme
corporate governance bekerja untuk mencapai tujuan organisasi dan
mengelola hubungan antara para pemangku kepentingan termasuk dewan
direksi dan pemegang saham. Perusahaan memiliki masalah keagenan
yang besar apabila perusahaan belum maksimal menerapkan corporate
governance. Masalah yang muncul dalam hubungan ke-agenan dapat
dikurangi dengan menggunakan kontrak, namun tidak semua aspek dapat
dituangkan dalam kontrak, sehingga diperlukan suatu mekanisme
corporate governance (Dharmastuti, 2013).
Agency model mengusulkan sejumlah mekanisme corporate
governance yang dirancang untuk mengurangi agency cost yang berkaitan
dengan pemisahan kepemilikan dan kontrol (Shiela, 2016). Tujuannya
adalah untuk meyelaraskan kepentingan pemegang saham dan manajer.
Mekanisme corporate governance dapat dibagi menjadi dua kategori
yaitu, internal dan eksternal. Mekanisme peranan pihak internal dan
eksternal corporate governance perusahaan dapat membantu mengurangi
ekspektasi biaya yang berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan (Putu
Mudyasani 2014).
Mekanisme internal corporate governance merupakan mekanisme
yang berada didalam perusahaan, dan berasal dari dua pihak yakni, dewan
16
komisaris sebagai titik tertinggi yang melakukan sistem pengendalian
internal dan manajemen yang bertindak sebagai agen perusahaan.
Mekanisme internal berasal dari dewan komisaris, kontrol internal, dan
fungsi internal audit. Penurunan ataupun peningkatan agency cost
dipengaruhi oleh sejumlah variabel internal corporate governance yaitu,
persentase non-eksekutif dan eksekutif direktur, proporsi dewan komisaris,
kepemilikan institusonal, dan komite audit. Tidak hanya mekanisme
internal corporate governance yang dapat mempengaruhi agency cost,
mekanisme eksternal corporate governance yang dapat meningkatkan
maupun menekan agency cost. Dalam penelitian ini, mekanisme eksternal
corporate governance akan diproksikan dengan kepemilikan institusional.
a. Dewan komisaris
Kunci dari terciptanya good corporate governance ialah,
pembentukan dewan komisaris. Untuk mengatasi kemungkinan adanya
asimetri informasi, prinsipal menunjuk dewan komisaris dalam
perusahaan. Dewan komisaris beroperasi sebagai perwakilan prinsipal,
baik mayoritas maupun minoritas. Untuk melindungi kepentingan
pemengang saham minoritas, Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mewajibkan minimum 30%
jumlah anggota dewan komisaris harus independen dari perusahaan
dan pemegang saham mayoritas.
Dalam perannya, komisaris independen diharapkan memiliki
kompetensi dan pengalaman sesuai dengan kebutuhan perusahaan,
17
yang akan membawa dewan komisaris lebih efektif dalam
menjalankan tugasnya (Hadiprajitno 2013). Penelitian Sanjaya (2012)
mendukung teori tersebut, apabila proporsi komisaris independen
meningkat maka agency cost akan menurun. Sebaliknya Hadiprajitno,
(2013) menemukan jumlah komisaris independen dan rapat dewan
justru meningkatkan agency cost. Dewan Komisaris bertugas dan
bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa
perusahaan melaksanakan GCG (Komite Nasional Kebijakan
Governance, 2006). Selain itu, (Komite Nasional Kebijakan
Governance 2006) menyatakan bahwa dewan komisaris terdiri dari
komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi atau dikenal sebagai
komisaris independen dan komisaris yang terafiliasi. Dewan komisaris
yang berasal dari luar perusahaan akan meningkatkan efektivitas dalam
mengawasi manajemen untuk mencegah terjadinya kecurangan dalam
pembuatan laporan keuangan.
b. Kepemilikan Institusional
Menurut Bursa Efek Indonesia, kepemilikan institusional
merupakan instrumen keuangan yang palig populer. Kepemilikan
institusional dapat dikatakan sebegai proporsi saham yang beredar
yang dimiliki oleh institusi lain diluar perusahaan, seperti perusahaan
investasi, perusahaan asuransi, bank, dana pensiun dan yang lain-lain
pada akhir tahun yang diukur dalam prosentase. Aga (2012)
18
menyatakan dalam peneltiannya mendefinisikan kepemilikan
institusional sebagai kepemilikan saham institusi keuangan seperti
investment banking. Kepemilikan institusional merupakan jumlah
kepemilikan saham yang dimiliki pihak institusi. Proporsi kepemilikan
saham yang dimiliki oleh pemilik institusi dan blockhoder pada akhir
tahun (Sartika 2015).
Sedangkan yang dimaksud blockholder adalah kepemilikan
individu atas nama perorangan diatas 5% yang tidak termasuk dalam
kepemilikan manajerial. Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan
bahwa, kepemilikan institusional merupakan kepemilikan hak suara
yang dimiliki institusional yang terdiri dari pemilik institusi dan
blockholders. Kepemilikan saham berkaitan dengan hak suara dalam
suatu perusahaan sesuai dengan proporsi kepemilikannya. Struktur
kepemilikan menggambarkan para pihak pemegang saham dan porsi
kepemilikan yang dimiliki oleh investor dalam perusahaan, yang
berkaitan dengan pengaruhnya di dalam perusahaan. Dalam struktur
kepemilikan perusahaan, investor dapat berupa investor individual atau
perseorangan dan investor institusional.
Kepemilikan Instutisional dipengaruhi oleh jumlah saham yang
dimiliki oleh pihak institusi dari keseluruhan saham yang beredar.
Institusi yang dimaksud berupa perusahaan asuransi, perusahaan
swasta, atau pemerintah, bank, mutual funds, yayasan, atau bentuk
institusi lainnya. Tingkat kepemilikan saham institusional yang besar
19
akan mempengaruhi aktivitas pengawasan yang dilakukan oleh para
pemegang saham atas tindakan yang dilakukan oleh perusahaan
termasuk pada proses pelaporan keuangan. Berdasarkan mekanisme
tata kelola (governance) mensyaratkan digunakannya jasa audit yang
berkualitas tinggi untuk mengurangi agency costs dan mengurangi
kecenderungan adanya kecurangan dalam pelaporan keuangan, yang
mengakibatkan semakin tingginya biaya audit.
Supply-side (risk-based) perspektif bahwa faktor tata kelola
(governance) dapat mengurangi masalah keagenan dalam pelaporan
keuangan dan mengurangi resiko salah saji akuntansi sehingga lingkup
pekerjaan audit menjadi lebih sempit yang pada akhirnya akan
menurunkan biaya audit.
Kepemilikan institusional merupakan suatu bentuk kepemilikan
saham dimana pemegang sahamnya berbentuk institusi atau bersifat
pasif dalam kegiatan operasional perusahaan. Institusi sebagai investor
perusahaan memiliki kemampuan dalam memperoleh informasi
perusahaan, melakukan monitoring agen, dan mempengaruhi kebijakan
strategis perusahaan. Perusahaan dengan kepemilikan saham
institusional yang besar ke perusahaan dengan kepemilikan saham
(lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuannya.
Untuk memonitor manajemen (Dharmastuti 2013) Pemegang
saham pasti berkeinginan agar mendapat return yang optimal atas
investasi perusahaan, sehingga kepemilikan oleh institusional akan
20
mendorong peningkatan pengawasan pada kinerja manajemen. Makin
tinggi tingkat kepemilikan institutional maka cenderung akan makin
mendorong perusahaan emiten membeli jasa audit dari kantor akuntan
publik besar untuk mendapatkan hasil audit yang berkualitas. Hal ini
akan meningkatkan nilai perusahaan, yaitu dengan meningkatkan
peringkat kreditnya, mengurangi biaya hutang (the cost of debt), dan
biaya modal secara keseluruhan (cost of capital), menarik investasi
institusional, dan pada akhirnya akan meningkatkan kredibilitas
perusahaan dipasar saham. Dengan demikian, tercipta hubungan positif
antara kepemilikan dengan biaya audit.
c. Komite audit
Komite audit disebut sebagai salah satu keberhasilan good
corporate gorvenance. Komite audit merupakan subset dari dewan
komisaris dan memiliki tanggung jawab besar dalam mengawasi
proses pelaporan keuangan perusahaan. Dan meningkatkan prosedur
pengendalian internal, pelaporan eksternal, dan juga manjemen resiko
perusahaan. Komite audit berperan penting dalam menghubungkan
dewan komisaris, auditor eksternal, dan auditor internal. BRC (Blue
Ribbon Committee) menegaskan bahwa komite audit adalah
pengawasan utama sistem akuntansi pelaporan keuangan (Metta 2012).
Komite audit hadir untuk membantu dewan komisaris dalam
menjalankan tugasnya.
21
Bapepam dengan Surat Edaran No. SE03/PM/2000
mensyaratkan bahwa setiap perusahaan publik di Indonesia wajib
membentuk komite audit dengan anggota minimal 3 orang yang
diketuai oleh satu orang komisaris independen perusahaan dengan dua
orang eksternal yang independen terhadap perusahaan serta menguasai
dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan. Jika fungsi
pengawasan benar-benar dijalankan dengan baik tentu kecurangan
didalam pengelolaan perusahaan akan dapat dihindari salah satunya
adalah mengurangi agency cost. Anggota komite audit diangkat dan
diberhentikan oleh dewan komisaris perusahaan tercatat. Komite audit
bertugas membantu dewan komisaris untuk memonitor proses
pelaporan keuangan oleh manajemen untuk meningkatkan kredibilitas
laporan keuangan (Metta 2012).
Tugas komite audit meliputi menelaah kebijakan akuntansi
yang diterapkan oleh perusahaan, menilai penegendalian internal,
menelaah sistem pelaporan eksternal, dan kepatutan terhadap peraturan
yang berlaku tertentu. Adanya komunikasi formal antara komite audit,
auditor eksternal, dan auditor internal akan menjamin proses audit
diantara kedua pihak audit tersebut dilakukan dengan baik. Proses
audit internal dan eksternal yang baik akan meningkatkan akurasi
dalam pelaporan keuangan dan kemudian meningkatkan kepercayaan
terhadap laporan keuangan.
22
Komite audit juga bertugas sebagai pihak penengah apabila
terjadi selisih pendapat antara manajemen dan auditor mengenai
interpretasi dan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk
mencapai keseimbangan akhir sehingga laporan lebih akurat Komite
audit yang beranggotakan pihak independen dan memiliki pengetahuan
dalam bidang keuangan dan akuntansi cenderung mendukung pendapat
auditor.
Komite audit mendorong terjadinya interaksi antara manajemen
dengan auditor eksternal, termasuk mengenai estimasi akuntansi,
penilaian (judgement) dari manajemen, dan ketidak kesepakatan antara
manajemen dan auditor eksternal. Komite audit juga dapat
mengevaluasi masalah hukum dan peraturan pemerintah yang dapat
mempengaruhi resiko perusahaan dan laporan keuangan perusahaan.
a. Peran Komite Audit dalam Proses Negosiasi Audit
Menurut Linda, (2015) komite audit dapat melakukan tiga
tindakan berukut berkaitan dengan auditor eksternal dalam rangka
menghasilkan lingkup audit atau audit assurance yang lebih tinggi:
1. Anggota komite dapat meminta manajemen untuk memilih auditor
yang memiliki reputasi tinggi (Linda, 2015) menemukan bahwa
perusahaan dengan komite audit yang semuanya anggota berasal
dari dewan komisaris independen, yang bertemu (mengadakan
rapat) minimal dua (2) kali dalam setahun cenderung memilih
auditor dari KAP Big 5.
23
2. Komite audit dapat meminta lingkup audit yang lebih luas kepada
auditor eksternal Komite audit akan bertemu dengan ketua auditor
independen perusahaan dan manajemen untuk me-review lingkup
audit yang diusulkan pada tahun berjalan, prosedur audit yang akan
ditempuh dan pada tahap akhir audit, me-review temuan audit
termasuk komentar dan rekomendasi dari ketua tim auditor
independen. Bila memperluas lingkup audit dikaitkan dengan
meningkatnya kualitas, maka juga dapat dikatakan kualitas komite
audit juga meningkat. Tugas utama anggota komite audit adalah
untuk me-review hasil pekerjaan auditor eksternal.
3. Komite audit secara tidak langsung dapat mempengaruhi luasnya
lingkup audit dengan mengurangi ancaman manajemen untuk
mengganti auditor (Linda 2015). Demikian pula, pada saat
penentuan lingkup audit (pada tahap perencanaan audit) sering
melibatkan negosiasi antara auditor dan manajemen, manajemen
memiliki keinginan untuk meminimalkan biaya audit Dengan
adanya negosiasi ini, komite audit dapat melindungi auditor dari
tekanan manajemen untuk menyelesaikan audit dengan cepat,
menerima representasi manajemen tanpa bukti yang memadai atau
ruang lingkup audit yang terbatas, sehingga mengurangi
kewenangan auditor.
24
b. Aktivitas Komite Audit
Komite audit harus memiliki saluran komunikasi langsung
dengan auditor eksternal untuk membahas dan mengkaji isu-isu
spesifik yang sesuai. Penelitian terbaru mendukung pentingnya
frekuensi pertemuan komite audit menemukan bahwa komite audit
dari perusahaan yang melakukan penipuan (fraud), bertemu kurang
sering dari pada komite audit dari perusahaan non-fraud. komite
audit melakukan pertemuan setidaknya empat kali setiap tahun
cenderung tidak menyajikan kembali laporan keuangan auditan.
Komite audit yang sering mengadakan pertemuan lebih memiliki
informasi tentang masalah audit saat ini, dan lebih rajin dalam
melaksanakan tugas-tugas mereka. Hal ini berarti bahwa komite
audit yang sering bertemu secara proaktif dan positif dapat
mempengaruhi cakupan audit selama tahapan audit. Komite audit
yang efektif dapat dilihat oleh auditor sebagai meningkatkan
lingkungan kontrol keseluruhan sehingga, mengurangi risiko
pengendalian auditor dan jumlah yang dihasilkan dari pekerjaan
audit dianggap perlu Linda ( 2015).
3. Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan adalah karakteristik perusahaan dalam
kaitannya dengan struktur perusahaan. Ukuran perusahaan dapat
menggambarkan besar kecilnya perusahaan yang ditunjukkan oleh total
aset, penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aset, penjualan,
25
dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran suatu perusahaan.
Semakin besar aset, maka semakin besar modal yang ditanam, semakin
banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin
besar kapitalisasi pasar. Dari ketiga variabel ini, variabel total aset sering
digunakan dalam mengukur ukuran perusahaan karena nilai aset relatif
lebih stabil dibandingkan dengan penjualan dan kapitalisasi pasar. Kinerja
perusahaan memperlihatkan kemampuan perusahaan untuk memberikan
keuntungan dari aset, ekuitas, maupun hutang.
Ukuran perusahaan dianggap mampu mempengaruhi agency cost
Karena semakin besar ukuran atau skala perusahaan maka akan semakin
mudah pula perusahaan memperoleh sumber pendanaan baik yang bersifat
internal maupun eksternal. Penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati
(2007) ukuran perusahaan dinyatakan berhubungan positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan. Namun ukuran perusahaan mempunyai nilai
negatif dan signifikan oleh Siallagan, (2006). Dalam hal ukuran
perusahaan dilihat dari total asset yang dimiliki oleh perusahaan, yang
dapat dipergunakan untuk kegiatan operasi perusahaan.
Jika perusahaan memiliki total asset yang besar, pihak manajemen
lebih leluasa dalam mempergunakan aset yang ada di perusahaan tersebut.
Kebebasan yang dimiliki manajemen ini sebanding dengan kekhawatiran
yang dilakukan oleh pemilik atas asetnya. Jumlah total asset yang besar
akan menurunkan nilai perusahaan jika dinilai dari sisi pemilik
perusahaan. Akan tetapi jika dilihat dari sisi manajemen, kemudahan yang
26
dimilikinya dalam mengendalikan perusahaan akan meningkatkan nilai
perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak
digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan
tahunan perusahaan. Hal ini jika dikaitkan dengan teori agensi, perusahaan
besar yang memiliki biaya ke-agenan yang lebih besar akan
mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya
keagenan tersebut.
Di samping itu, perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung
memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi dibanding
perusahaan yang berukuran lebih kecil. Alasan lain adalah perusahaan
besar dan memiliki agency cost yang lebih besar tentu akan
mengungkapkan informasi yang lebih luas hal ini dilakukan untuk
mengurangi agency cost yang dikeluarkan. Lebih banyak pemegang
saham, berarti memerlukan lebih banyak juga pengungkapan. Pengaruh
ukuran perusahaan juga mempengaruhi agency cost dari total aset yang
akan meningkatkan pengaruh terhadap agency cost. Pengelolaan aset yang
telah dipercayakan kepada manajer perusahaan diharapkan bisa
memperoleh nilai tambah. Sesuai tujuan perusahaan memaksimalisasi
kesejahteraan pemilik modal, melalui peningkatan nilai perusahaan
(Pancawati 2012).
Pengelola perusahaan memegang peranan penting untuk mencapai
tujuannya dengan beberapa kebijakan, namun harus mempertimbangkan
kepentingan pihak-pihak yang akan terlibat akibat dari kebijakan yang
27
diambil. Namun kadang manajemen mempunyai tujuan yang berbeda
dengan tujuan para pemilik modal, meskipun pada dasarnya manajemen
seharusnya bertindak berdasarkan kepentingan para pemilik modal.
Pemisahan kepemilikan perusahaan dengan pihak manajemen dapat
mengakibatkan situasi dimana pada manajemen bertindak untuk
kepentingan mereka sendiri dan tidak bertindak untuk kepentingan pemilik
modal. Pancawati (2012) menemukan struktur aset dan ukuran perusahaan
mempunyai hubungan yang negatif dengan rasio hutang yang mungkin
merupakan hasil dari adanya permasalahan informasi asimetris yang
rendah pada perusahaan besar dengan aset tetap yang besar.
4. Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang merupakan kebijakan perusahaan tentang
seberapa jauh sebuah perusahaan menggunakan pendanaan hutang. Dalam
penelitian yang dilakukan Yuni (2014) Terdapat beberapa teori tentang
pendanaan hutang dengan hubungan terhadap nilai perusahaan dan
keagenan yaitu:
a. Teori struktur modal dari Miller & Modligiani dan Yuni dkk (2014)
(Capital structure theory) Pada teori ini mereka berpendapat bahwa
dengan asumsi tidak ada pajak, bancruptcy cost, tidak adanya
informasi asimetris antara pihak manajemen dengan para pemegang
saham, dan pasar terlibat dalam kondisi yang efisien, maka hasil yang
bisa diraih oleh perusahaan tidak terkait dengan bagaimana
perusahaan melakukan strategi pendanaan. Setelah menghilangkan
28
asumsi tentang ketiadaan pajak, hutang dapat menghemat pajak yang
dibayar (karena hutang menimbulkan pembayaran bunga yang
mengurangi jumlah penghasilan yang terkena pajak) sehingga, nilai
perusahaan bertambah.
b. Trade off theory Pada teori ini menjelaskan bahwa semakin tinggi
perusahaan melakukan pendanaan menggunakan hutang maka
semakin besar pula resiko mereka untuk mengalami kesulitan
keuangan karena membayar bunga tetap yang terlalu besar bagi para
debtholders setiap tahunnya dengan kondisi laba bersih yang belum
pasti (bancruptcy cost of debt).
c. Pendekatan teori keagenan (Agency approach) menurut pendekatan
ini, struktur modal disusun untuk mengurangi konflik antar berbagai
kelompok kepentingan. Konflik antara pemegang saham dengan
manajer sebenarnya adalah konsep free cash flow. Tetapi ada
kecenderungan bahwa manajer ingin menahan sumber daya (termasuk
free cash flow) sehingga mempunyai kontrol atas sumber daya
tersebut. Hutang bisa dianggap sebagai cara untuk mengurangi konflik
keagenan terkait free cash flow. Jika perusahaan menggunakan hutang
maka manajer akan dipaksa untuk mengeluarkan kas dari perusahaan
(untuk membayar bunga).
d. Teori signalling Jika manajer memiliki keyakinan bahwa prospek
perusahaan baik, dan karenanya ingin agar harga saham meningkat,
manajer tersebut tentunya ingin mengkomunikasikan hal tersebut
29
kepada para investor. Manajer bisa menggunakan hutang yang lebih
banyak, yang nantinya berperan sebagai sinyal yang lebih terpercaya.
Ini karena perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang
sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan dimasa
yang akan datang. Investor diharapkan akan menangkap sinyal
tersebut, sinyal yang mengindikasikan bahwa perusahaan mempunyai
prospek yang prospektif dimasa depan. Jadi, kita dapat menyimpulkan
dari penjelasan diatas bahwasanya hutang merupakan tanda atau
signal positif dari perusahaan.
Jensen, (1986) menyarankan bahwa dalam hal suatu perusahaan
berada pada kondisi pertumbuhan yang rendah biaya keagenan akan
muncul, sehingga seharusnya hutang harus diterbitkan. Penelitian
Indahningrum (2009) menyebutkan pertumbuhan perusahaan
mempunyai pengaruh yang tidak searah dengan prediksi kebijakan
hutang perusahaan. Hasil penelitian Yeniatie (2010) menjelaskan
bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap
kebijakan hutang. (Indahningrum 2009) perusahaan dengan profit
yang tinggi maka akan semakin rendah tingkat kebijakan hutangnya.
Terkait dengan adanya konflik kepentingan antara manajer
dengan pemilik dan hasil penelitian yang masih inkon-sistensi, maka
penelitian ini memiliki tujuan untuk menguji bagaimana pengaruh
profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, terhadap kebijakan hutang.
Pertumbuhan perusahaan merupakan gambaran bagaimana
30
perkembangan usaha yang dilakukan periode sekarang dibandingkan
dengan periode sebelumnya. Suatu perusahaan yang mengalami
pertumbuhan yang tinggi berarti perusahaan tersebut berhasil
meningkatkan nilai perusahaan untuk menghasilkan keuntungan/laba.
Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan yang tinggi menunjukan
bahwa dengan sumber daya yang dimiliki bisa menghasilkan
pertumbuhan yang baik. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan
yang tinggi akan lebih memaksimalkan penggunaan sumber daya yang
dimiliki.
5. Agency Cost
Biaya agensi (agency cost) timbul karena adanya perbedaan
kepentingan antara prinsipal dan agen. Pemegang saham memberikan
imbalan atas kinerja manajemen dalam memenuhi keinginan
pemegang saham. Konflik keagenan memicu timbulnya biaya
keagenan (agency cost). Septiawan (2016) menyatakan biaya
keagenan adalah kos yang timbul agar manajer bertindak selaras
dengan tujuan pemilik. Terdapat tiga jenis kos keagenan yaitu
monitoring cost adalah biaya yang timbul untuk mengukur dan
mengontrol tingkah laku manajer, bonding cost adalah biaya untuk
menjamin bahwa agen tidak akan mengambil keputusan yang
merugikan prinsipal, dan residual loss adalah biaya yang timbul akibat
dari keputusan manajemen yang seharusnya dapat mengoptimalkan
31
keuntungan pemegang saham. Pemegang saham menginginkan agar
biaya keagenan dapat diminimalisir.
Berdasarkan asumsi sifat manusia yang mementingkan diri
sendiri mengakibatkan terdapat perbedaaan antara kepentingan bagi
manajer dan kepentingan pemilik. Pihak pemilik termotivasi untuk
mensejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang terus meningkat,
sedangkan pihak manajer termotivasi untuk memaksimalkan
pemenuhan ekonomi, antara lain dalam hal memperoleh investasi dan
pinjaman. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda
didalam perusahaan dimana masing–masing pihak berusaha untuk
mencapai kemakmuran yang dikehendaki. Masalah keagenan antara
prinsipal dan agen dari suatu perusahaan perlu diatasi. Biaya yang
dikeluarkan perusahaan untuk mengurangi masalah keagenan disebut
agency costs (biaya keagenan) yang meliputi biaya untuk monitoring,
bonding dan residual loss. Jensen & Meckling (1976) mengatakan
bahwa:
1. Biaya monitoring by the principle dikeluarkan untuk mengawasi
perilaku agen, termasuk usaha untuk membatasi anggaran dan
kebijakan kompensasi.
2. Biaya bonding by the agent dikeluarkan oleh agen untuk
menjamin dirinya tidak akan melakukan tindakan tertentu yang
merugikan prinsipal atau untuk menjamin bahwa prinsipal akan
diberi kompensasi jika ia tidak mengambil banyak tindakan.
32
3. The residual loss merupakan penurunan tingkat kesejahteraan
principal maupun agen setelah adanya hubungan keagenan.
Besarnya agency cost atau biaya pengawasan yang dikeluarkan
tercermin dari pemanfaatan aset perusahaan maupun melalui
administrative expense rate (Jesica 2014). Tingkat agency cost
dapat direfleksikan dari tingginya tingkat perputaran aset.
Semakin efisien penggunaan aset perusahaan maka biaya
pengawasan yang dikeluarkan akan semakin kecil, sehingga
tingkat kepercayaan pemegang saham terhadap manajer akan
semakin besar.
B. Penelitian Terdahulu
Untuk mendukung penelitan ini, berikut akan dikemukanan beberapa
hasil penelitian yang berhubungan dengan variabel penelitian. Penelitian
terdahulu ini diambil dari berbagai jurnal yang telah diterbitkan oleh lembaga
penelitian maupun instansi-instansi pendidikan. Berikut merupakan tabel
mengenai data penelitian terdadulu yang telah dilakukan.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Judul Peneliti/Tahun Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
1 CapitalStructure andProfitability ofNigerianQuoted Firms:The AgencyCost TheoryPerspective
Ishaya LukaChechet, PhD danAbduljeleel BadmusOlayiwola (2014)
1. Menggunakanvariabel rasiohutang kewajibandibagi total asetsebagai variabelindependen.
2. Menggunakanagency cost yangdiukur STA dannilai perusahaansebagai variabeldependen
1. Menambahkanvariabelkepemilikaninstitusional danukuranperusahaansebagai variabelpemoderasi.
2. Objekpenelitianmenggunakanperusahaanproperty yangterdaftar diBursa EfekIndonesia.
3. Periodepenelitian 2012-2016.
1. Proporsi hutangyang lebih tinggidalam campuranatau strukturkeuanganberdampaknegatif padatingkatprofitabilitasperusahaan.
2. Perusahaan yangmengalamikonflik biayakeagenan janganmemprioritaskanpengumpulandana untukekspnasi atauoperasi (rasiohutang) lebihtinggi. Dipastikanprioritaskanekuitas atashutang.
33
No Judul Peneliti/Tahun Metode Penelitian HasilPersamaan Perbedaan
2 Agency Cost,CorporateGovernance,OwnershipStructure,(the Case OfPakistan).
Sajid gul,MuhammadSajid, NasirRazzaq, danFarman Afzal(2014)
1. Menggunakanvaribelindependenukuran strukturdewan komisaris,dan kepemilikanimstitusional.
2. Menggunakanvariabeldependen padaagency cost.
1. tidakmenggunakanindependen padakepemilikanmanajerial,dewan direksi,kepemilikaneksternal, strukturremunerasi
2. Menggunakanmetode analisisregresimultivariasi
1. Kepemilikandireksi, dankepemilikanInstitusionalyang lebihtinggimempengaruhitingkat biayaagensi
2. Ukuran strukturdewankomisarismempengaruhisignifikannegativeterhadap biayaagensi
3. Ukuran dewanindependensimempengaruhisignifikanpositif terhadaprasio utilitasiaset
34
No Judul Peneliti/Tahun Metode Penelitian Hasil
3 PengaruhStrukturModal, danMekanismeCorporateGovernance,TerhadapAgency Cost
Jesica Handoko,(2014)
1. Menggunakanvariabelindependekepemilikaninstitusional,komite audit, danproporsi dewankomisaris.
2. Melakukanmetode analisisregresi bergandaMenggunakanobjek sampelpada perusahaanproperti
1. Menggunakanvariabelindependenstruktur modaldengan total debtto asset, longterm debt to asset
2. Menggunakanindependen padacorporategovernance padakepemilikanmanajerial.
3. Menggunakankepemilikanpemerintah.
1. Pengaruhstruktur dewankomisaris, dankomite audittidakberpengaruhterhadap agencycost
2. Kepemilikanmanajerial dankepemilikaninstitusionaltidakberpengaruhsignifikanterhadap agencycost.
3. Long term toasset dapatmengurangiagency cost
35
No Judul Peneliti/Tahun Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
4 PengaruhStrukturKepemilikandanMekanismeCorporateGovernanceTerhadapBiayaKeagenan
Aga NugrohoSaputro, danMuchamadSyafruddin(2012)
1. MenggunakanvariabelMekanismeCorporateGorvernancesebagai variabelindependen
2. Penukuran MCGdiambil daridewan komisarisdan kepemilikaninstitusional.danmenggunakananalisis regresilinear danmultivariate
3. Menggunakanagency cost divariabeldependen.
1. GoodcorporateGorevernancetidakmengukurkomite auditdivariabelindependen.
2. Tahunpenelitian diambil 2012-2016 di BEIpadaperusahaanproperty.
1. Komposisi dewankomisaris tidakberpengaruhterhadapagency costyang diukur denganATO (rasio perputaranasset)
2. Komposisidewankomisarisberpengaruh signifikanterhadap agency costyang diukur denganOGA (operatinggeneral andadministrasi)
36
No Judul Peneliti/Tahun Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
5 PengaruhKepemilikanAsing,UkuranPerusahaan,danKebijakanUtang padaAgency Cost
Kadek HerySeptiawan, danNi Gusti PutuWirawati (2016)
1. MenggunakanUkuranPerusahaan danKebijakan Utangsebagai variabelyangmempengaruhisebagai variabelindependen.
2. UkuranPerusahaandiukur dari logtotal aset
3. Kebijakan Utangdiukur dengan(DAR) debt tototal asset ratio.
1. Tidakmenggunakankepemilikanmanajerial divariabelindependen
2. Agency Costsebagaivariabeldependendiukur denganAsset turnover(AT)
1. Ukuran Perusahanberpengaruh positif padaagency cost.
2. Kebijakan utangberpengaruh negatif padaagency cost.
37
No Judul Peneliti/Tahun Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
6 PengaruhMekanismeCorporateGovernanceterhadapAgency Cost
Made AyuMentari Putri,dan I MadeSukartha (2016)
1. MenggunakanvariabelMekanismeCorporateGorvernancedenganpengukurandewan komisaris,kepemilikan dankomie auditsebagai variabelindependen
2. Menggunakanagency cost padavariabeldependen.
1. Tidakmenggunakanpengukurankomposisi dewandireksi, danstruktur utang
2. Pengukuranagency costdiukur denganlogaritma naturaldan rasio pbv.
3. Tahun penelitiandi ambil 2012-2014 di BEI padaperusahaan non-keuangan.
1. Komisarisindependen tidakberpengaruhterhadapmonitoringagency cost
2. Komite Audit tidakberpengaruh padaagency cost
3. Kepemilkaninstitusonal tidakberpengaruhterhadap agencycost.
38
39
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dijelaskan, maka peneliti
mengindikasi bahwa agency cost merupakan satu poin beban penting bagi
perusahaan-perusahaan yang dapat berdampak bagi mekanisme proses
keuntungan perusahaan. Sehingga dengan adanya teori agensi, maka
manajemen sebagai agen akan berupaya melakukan kecendrungan hal yang
berdampak terhadap pembiayaan. Dalam praktiknya agency cost juga dapat
memberikan dampak negatif ataupun positf bagi perusahaan yang akan
menimbulkan kontra antara prinsipal dan agen. Penghindaran agency cost
yang berdampak pada kerugian perusahaan yang mempengaruhi faktor-faktor
dari mekanisme corporate governance, ukuran perusahaan, dan kebijakan
hutang yang terdapat biaya langsung terhadap agency cost. Peneliti ingin
melihat hubungan antara faktor yang mempengaruhi terhadap agency cost.
Variabel mekanisme corporate governance, ukuran perusahaan, dan
kebijakan hutang sebagai variabel independen. Variabel agency cost sebagai
variabel dependen:
40
Kerangka
rdafta
i Berg
Berpikir
ulan d
Pengaruh MCG, Ukuran Perusahaan, dan Kebijakan HutangTerhadap Agency Cost
Perusahaan Properti Yang Te r di Bursa Efect Indonesia Tahun2014-2016
Teori Agensi
Mekanisme CorporateGorvernance
1. Jumlah DewanKomisaris (X1)
2. KepemInstitusinoal (X2)
3. Komite Audit(X3)
Ukuran Perusahaan (X4)
Agency Cost
(Y)
Kebijakan Hutang (X5)
Metode Analisis : Regres anda hasil pengujian danpembahasan
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimp an Saran
41
D. Pengembangan Hipotesis dan Keterikaitan Antar Variabel
1. Pengaruh Corporate Gorvernance terhadap Agency Cost
a. Dewan Komisaris
Jesica (2014) menyebutkan bahwa dewan direksi dalam suatu
perusahaan akan menentukan kebijakan yang akan diambil atau
strategi perusahaan tersebut secara jangka pendek maupun jangka
panjang dan peran dewan komisaris dalam suatu perusahaan lebih
ditekankan pada fungsi monitoring dari kebijakan direksi.
Berdasarkan perspektif agensi, fungsi monitoring sangat krusial
dalam melimitasi tindakan oportunis agen dan mereduksi biaya
keagenan. Terkait dengan fungsi pengawasan dan pemberian nasihat
tersebut, maka dewan komisaris dengan ukuran yang lebih besar
akan mampu menjalankan fungsinya dengan lebih baik, sehingga
agency cost akan menurun. Berdasarkan penjelasan di atas akan diuji
hipotesis:
H1 : jumlah dewan komisaris berpengaruh terdahap agency cost
b. Kepemilikan Institusional
Institusi dapat menjadi alat monitoring terhadap kebijakan-
kebijakan yang dibuat perusahaan karena institusi dianggap lebih
mempunyai pengalaman dalam menjalankan operasional sebuah
perusahaan daripada investor publik lainnya (Jesica, 2014).
Kepemilikan institusional yang tinggi akan memungkinkan
dikendalikannya pada perilaku manajer agar tidak dalam berusaha
42
memaksimalkan dirinya sendiri karena kepemilikan ini mewakili
satu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk
mendukung/melarang juga tindakan/keputusan manajemen, sehingga
manajer akan berupaya untuk meningkatkan kinerja perusahaan,
Dengan kata lain makin tingginya kepemilikan institusional akan
mengurangi agency cost. Berdasarkan penjelasan di atas akan diuji
hipotesis:
H2: Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap agency
cost
c. Komite audit
Tugas utama dari komite audit pada prinsipnya adalah
membantu dewan komisaris dalam melakukan fungsi pengawasan
atas kinerja perusahaan. Hal tersebut terutama berkaitan dengan
sistem pengendalian internal perusahaan, kemudian memastikan
kualitas laporan keuangan dan meningkatkan efektivitas fungsi audit
yang kemudian diverifikasi oleh eksternal auditor. Apabila komite
audit menjalankan fungsinya dengan baik maka tindakan manajemen
akan dapat dimonitor agar tetap berfokus pada peningkatan kinerja
untuk kemakmuran pemegang saham. Komite audit merupakan
perpanjangan tangan dari dewan komisaris. Sehingga komite audit
membantu fungsi dewan komisaris dalam melakukan pengawasan
terhadap agen perusahaan. Semakin efektif pengawasan yang
dilakukan dewan komisaris bersamaan dengan komite audit, maka
43
agency cost dapat dikurangi. Keberadaan komite audit dalam
perusahaan juga dapat meningkatkan kualitas laba dan nilai
perusahaan (Made 2016). Aga (2012) menemukan bahwa komite
audit berpengaruh negatif terhadap biaya keagenan, dan penelitian
Putu (2014) menyebutkan bahwa komite audit dapat menekan
agency Dengan kata lain, komite audit yang efektif akan
menurunkan agency cost. Berdasarkan penjelasan di atas akan diuji
hipotesis:
H3: komite audit berpengaruh terhadap agency cost
2. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Agency Cost
Ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap agency cost.
Dengan ukuran perusahaan yang besar cenderung terjadi moral
hazard, di mana manajer biasanya memanfaatkan insentif yang
sesuai dengan kepentingannya dan kemungkinan hal tersebut tidak
termasuk dalam kontrak kerja. Kontrak kerja mengatur masing-
masing hak kewajiban dengan tetap memperhitungkan kemanfaatan
secara keseluruhan. Kontrak kerja merupakan seperangkat aturan
yang mengatur mekanisme bagi hasil, baik yang berupa keuntungan,
return, maupun risiko-risiko yang disetujui oleh prinsipal dan agen.
Kontrak kerja yang baik adalah fairness, yang memerlihatkan
pelaksanaan kewajiban yang optimal oleh agen dan pemberian
insentif yang memuaskan dari prinsipal kepada agen. Aga (2012)
menemukan bahwa ukuran berpengaruh positif signifikan terhadap
44
agency cost. Gul (2014) menemukan bahwa size berpengaruh positif
signifikan terhadap agency cost. Peningkatan jumlah aset perusahaan
tentu dapat terjadi karena efektifitas pemanfaatan aset yang
dilakukan relatif kecil, kondisi tersebut mendorong adanya sejumlah
aset yang menumpuk,
H4: Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Agency Cost
3. Kebijakan Hutang terhadap Agency Cost
Kebijakan hutang oleh Septiawan (2016) meneliti mengenai
pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
kebijakan deviden, dan leverage pada kos keagenan menemukan
bahwa kepemilikan institusional, tidak memiliki pengaruh terhadap
agency cost. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Widanaputra
(2008) yang meneliti tentang pengaruh kebijakan deviden, leverage
dan kepemilikan manajerial terhadap kos keagenan menyimpulkan
bahwa kebijakan hutang berpengaruh signifikan. Septiawan (2016)
menyatakan bahwa dengan meningkatkan pendanaan melalui hutang
dapat mengurangi konflik keagenan. Perusahaan memiliki kewajiban
mengembalikan pinjaman dan membayar beban bunga secara
periodik. Manajemen harus berusaha untuk meningkatkan labanya
agar dapat memenuhi kewajibannya. Semakin besar utang yang
dimiliki maka perusahaan harus memiliki jumlah kas yang lebih
besar untuk membayar bunga serta pokok pinjaman yang
menyebabkan jumlah dana menganggur di perusahaan menjadi kecil.
45
Seperti yang dinyatakan oleh Jensen & Meckling, (1976) adalah
untuk menengahi konflik keagenan yaitu adalah dengan
meningkatkan hutang. Erkaningrum (2013) bukti empiris interaksi
antara kepemilikan insider, kebijakan dividen, kebijakan hutang,
keputusan investasi, dan risiko bisnis membantu dalam kebijakan
keuangan dan meminimalkan masalah keagenan. (Yuni, 2014)
menunjukkan bahwa kebijakan hutang adalah dua mekanisme dalam
mengurangi arus kas bebas. Berdasarkan penjelasan tersebut maka
dapat dihipotesiskan bahwa
H5: Kebijkan Hutang mempengaruhi terhadap Agency Cost
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Peneletian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kausalitas yang
digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen yaitu mekanisme
corporate governance, ukuran perusahaan, dan kebijakan hutang variabel
dependen yaitu, agency cost. Objek penelitian ini adalah perusahaan properti
yang terdaftar di BEI selama periode 2014-2016.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan properti yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun 2014-2016. Data penelitian
ini meliputi data perusahaan properti go public yang mencakup periode 2014-
2016 yang dipandang cukup mewakili kondisi-kondisi perusahaan di
Indonesia. Alasan menggunakan data dari Perusahaan properti di Bursa Efek
Indonesia adalah karena praktik agency cost yang dipicu oleh konflik
keagenan dalam kegiatannya mengelola. Sektor properti banyak melahirkan
perusahaan unggulan yang produksinya menjadi konsumsi masyarakat
Indonesia sehingga hal ini menyebabkan sebagian besar investor banyak
menanamkan modalnya didalam perusahaan properti dan praktik biaya
keagenan juga yang banyak dilakukan oleh perusahaan properti.
Oleh karena itu, perusahaan properti dipilih untuk dikaji dalam
penelitian ini. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
46
47
menggunakan teknik non-random sampling yaitu purposive sampling dan
analisis regresi berganda. Kriteria yang diharapkan oleh peneliti untuk
sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan properti yang terdaftar di BEI untuk periode 2014 sampai
dengan periode 2016.
2. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan dan annual report
selama periode pengamatan dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016.
3. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan per-tanggal 31 Desember.
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui
media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data dalam penelitian
ini didapatkan dari www.idx.co.id. dan www.sahamok.com Selain itu juga
peneliti juga melakukan penelitian kepustakaan dengan memperoleh data
yang berkaitan dengan pembahasan yang sedang diteliti melalui berbagai
literatur seperti buku, jurnal, maupun situs dari internet. Ini dikarenakan
kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian sekunder.
D. Metode Analisis Data
Metode statistik yang digunakan untuk menganalisis data dan menguji
hipotesis yaitu, dengan menggunakan statistik deskriptif, uji asumsi klasik,
dan uji hipotesis dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Microsoft
Excel dan SPSS (Statistical Package for Social Sciences).
48
1. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
sehingga menjadikan sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah untuk
dipahami. Statistik deskriptif dapat dilihat dari nilai rata-rata mean,
median, modus, standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum
(Ghozali, 2013). Statistik deskriptif dapat menjelaskan variabel-variabel
yang terdapat dalam penelitian ini. Uji statistik deskriptif tersebut
dilakukan dengan program SPSS 22.
2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian moderasi regresi linier dapat dilakukan setelah model
pada penelitian ini memenuhi. Syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah
data tersebut harus dengan terdistribusi secara normal tidak mengandung
multikolonieritas, heteroksidasitas, dan autokorelasi. Untuk itu sebelum
melakukan pengujian regresi linier berganda perlu lebih dahulu pengujian
asumsi klasik yang terdiri dari:
a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2013) pengujian normalitas memiliki tujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi memiliki distribusi normal
atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan dengan melihat distribusi
dari variabel-variabel yang akan diteliti. Walaupun normalitas suatu
variabel tidak selalu diperlukan dalam analisis akan tetapi hasil uji
statistik akan lebih baik jika semua variabel terdistribusi normal. Jika
variabel tidak terdistribusi secara normal maka hasil uji statistik akan
49
terdegradasi. Normalitas suatu variabel umumnya dideteksi dengan
grafik atau uji statistik (Ghozali 2013).
Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas
residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-
S). Jika hasil uji Kolmogrov-Smirnov menunjukkan nilai signifikan
diatas 0,05 maka data variabel terdistribusi dengan normal.
Sedangkan jika hasil uji Kolmogrov- Smirnov menunjukkan nilai
signifikan di bawah 0,05 maka data variabel terdistribusi tidak
normal (Ghozali, 2013). Cara lain untuk menguji normalitas data,
penelitian ini menggunakan analisis grafik. Pengujian normalitas
melalui analisis grafik adalah dengan cara menganalisis grafik normal
probabiliti plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari
distribusi normal.
Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal,
ploting, dan residual yang akan dibandingkan dengan garis diagonal.
Data dapat dikatakan normal jika data atau titik-titik tersebar disekitar
garis diagonal dan penyebarannya mengikuti garis diagonal. Pada
prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran
data (titik) pada sumbu diagonal grafik atau dengan melihat
histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan:
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukan pola
50
distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
2) Jika data menyebar lebih jauh dari diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas Ghozali (2013).
b. Uji Multikoloniearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolonieritas didalam model regresi dapat dilihat dari nilai
tolerance dan variance inflation factor (VIF). Nilai tolerance
digunakan untuk mengukur variabilitas independen yang terpilih
yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena
VIF = 1/tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolineritas adalah nilai tolerance < 0,10
atau sama dengan VIF >10 Ghozali (2013).
c. Uji Autokorelasi
Uji yang ketiga dalam asumsi lebih menguji autokorelasi. Uji
autokorelasi terjadi apabila terdapat penyimpangan terhadap suatu
observasi oleh penyimpangan yang lain atau terjadi korelasi
diantara observasi menurut waktu dan tempat. Konsekuensi dari
51
adanya korelasi dalam suatu model regresi adalah variabel tidak
menggunakan tidak menggambarkan variabel populasinya lebih
jauh lagi. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, salah satunya dengan uji
Run Test.
Menurut Santoso (2010), & Sunyoto (2011) salah satu ukuran
untuk menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi adalah
dengan uji Durbin Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Terjadi autokorelasi positif jika niai DW dibawah -2 (DW< -2).
2) Tidak terjadi autokrelasi jika nilai DW berada diantara -2dan +2
atau -2 ≤ DW ≤ 2
3) Terjadi autokorelasi negative jika nilai DW diatas 2 atau (DW >
2).
d. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali, (2013) uji heteroskedastisitas bertujuan
menguji apa kah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
maka disebut homoskedastisitas dan jika tidak disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang memiliki
sifat homoskedatisitas. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada
tidaknya heteroskedastisitas. Salah satu cara menguji adanya
heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai
52
prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya
SRESID.
Diteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot
antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah
diprediksi dan sumbu X adalah residual yang telah di studentized
(Ghozali 2013). Menurut Ghozali (2013) dasar analisis
heteroskedastisitas adalah:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka megindikasi telah terjadi
heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas
dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Cara lain juga bisa menggunakan uji satitistik untuk
mengetahui adanya heterosidaksitas yaitu dengan melakukan Uji
Park. Park mengemukakan metode bahwa variance (s2)
merupakan fungsi dari variabel-variabel independen. Apabila
koefisieb parameter beta dari persamaan regresi tersebut
signifikan secara statistik, hal ini menunjukan bahwa dalam
dalam data model empiris ditemukan adanya heterosidaksitas.
Dan sebaliknya jika parameter beta tidak signifikan secara
53
statistic, maka asumsi homosidaksitas pada data model tersebut
tidak dapat ditolak.
3. Analisis Regresi
Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan model persamaan analisis regresi yaitu analisis regresi
berganda. Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai
ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel
independen dengan tujuan untuk mengestimasi dan memprediksi rata-rata
populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel
independen yang diketahui Ghozali 2013). Hasil analisis regresi berupa
koefisien masing-masing variabel independen, yang diperoleh dengan cara
memprediksi nilai variabel dependen dengan suatu persamaan. Dalam
penelitian ini didapat persamaan regresi yaitu:
a) Model
Berdasarkan hipotesis yang setelahnya maka untuk melihat
pengaruh variabel dependen terhadap hubungan antara vaiabel-variabel
independen Sebagai berikut:
Dimana:
Keterangan:
AC = α + DK + KA + KI + UP+ KU
AC = Agency cCost
α = Konstanta
DK = Jumlah Dewan Komisaris
KA = Jumlah Komite Audit
54
UP = Ukuran Perusahaan
KI = Jumlah Kepemilikan Institusional
KU = Kebijakan Hutang
4. Uji Hipotesis
a. Uji Kofisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerapkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai
koefisien determinasi yang lebih kecil berarti kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen hampir memberikan semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen. (Ghozali, 2013).
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam
model. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk
menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model
regresi terbaik. Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai
negatif, walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif (Ghozali,
2013).
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimaksud dalam penelitian mempunyai
pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen (Ghozali
55
2013). Uji F dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung
dengan F tabel dan melihat nilai signifikansi F pada output hasil
regresi menggunakan SPSS dengan nilai signifikansi 0,05 dengan
cara sebagai berikut:
1. Bila F hitung > F tabel atau probabilitas < nilai signifikan
(Sig ≤ 0,05), maka hipotesis tidak dapat ditolak, ini berarti
bahwa secara simultan variabel independen mempunyai
pengaruh signifikan terhadap variabel dependen; dan
2. Bila F hitung < F tabel atau probabilitas > nilai signifikan
(Sig ≥ 0,05), maka hipotesis tidak dapat diterima, ini berarti
bahwa secara simultan variabel independen tidak
mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
c. Uji T (parsial)
Uji hipotesis dilakukan dengan uji t. Pengujian ini pada
dasarnya menunjukkan seberapa jauh satu variabel independen
secara individual dalam menerangkan variabel dependen (Ghozali
2013). Apabila t hitung yang diperoleh lebih besar dari t tabel berarti
t hitung signifikan yang berarti hipotesis diterima. Sebaliknya
apabila t hitung yang diperoleh lebih kecil dari t tabel maka berarti
hipotesis ditolak. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
significance level 0,05 (α=5%).
56
E. Operasional Variabel penelitian
Menurut Sugiyono (2013) variabel penelitian adalah suatu atribut atau
sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.
1. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh
variabel independen atau variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel
dependennya adalah nilai perusahaan dan agency cost.
a) Agency Cost
Biaya agensi merupakan biaya yang diberikan oleh principal
untuk agen agar dapat menjalankan perusahaan sesuai dengan
keinginan principal. Menurut Ghozali (2013), suatu variabel disebut
bisa menjadi mediator jika variabel tersebut ikut memengaruhi
variabel kriterion (dependen). Terdapat dua rasio dalam mengukur
biaya agensi (Chen et., al, 2013) yaitu: Rasio sales to total assets
(STA) dan ratio period expenses to sales (OETS). Dalam penelitian
ini, peneliti hanya menggunakan rasio sales to total assets (STA)
sebagai proksi biaya agensi. STA didapat dari membagi jumlah
beban operasi yang terdiri dari beban penjualan dan beban umum
dan administrasi dengan penjualan.
AC= STA =
57
2. Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi
variabel dependen, yang menjadi sebab timbulnya keterkaitan antara
variabel terikat (dependen) dengan variabel yang mempengaruhi
(independen) adalah (Sugiyono 2013). Variabel Independen dalam
penelitian ini adalah variabel MCG, ukuran perusahaan, dan
kebijakan hutang.
a. Mekanisme Corporate Governance
MCG diukur dengan menggunakan perhitungan kumulatif
jumlah dewan komisaris, komite audit, kepemilikan institusional.
selama tiga tahun berturut–turut sesuai dengan penelitian yang
telah dikembangkan oleh Jessica Handoko (2014). Seperti
berikut:
1. Dewan Komisaris
Untuk mengatasi kemungkinan adanya asimetri
informasi, pemegang saham menunjuk dewan komisaris
sebagai perwakilan mereka untuk mengawasi aktivitas
manajemen. Dengan asumsi dewan komisaris mewakili
pemegang saham, baik pengendali maupun minoritas, maka
dewan komisaris merupakan alat pengendalian dan merupakan
elemen yang sangat penting dalam mekanisme internal CG.
Indonesia mengadopsi sistem dual board, yang terdiri dari
dewan direksi dan dewan komisaris. Wardhani (2008)
58
menyebutkan bahwa dewan direksi dalam suatu perusahaan
akan menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi
perusahaan tersebut secara jangka pendek maupun jangka
panjang dan peran dewan komisaris dalam suatu perusahaan
lebih ditekankan pada fungsi monitoring dari kebijakan direksi.
Berdasarkan perspektif agensi, fungsi monitoring dewan
komisaris, terutama dewan komisaris independen (DK), sangat
krusial dalam mengurangi tindakan oportunis agen atau
mengurangi agency cost.
2. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional (KI) diukur dengan
menggunakan rasio antara jumlah lembar saham yang dimiliki
oleh institusi terhadap jumlah lembar saham perusahaan yang
beredar secara keseluruhan Jesica (2014). Institusi yang
dimaksud dapat mencakup pemerintah, institusi keuangan,
institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian
dan institusi lainnya pada akhir tahun. Dari pengertian tersebut,
penelitian sekarang akan menggunakan variabel dummy untuk
mengetahui apakah perusahaan yang sahamnya dimiliki juga
oleh pemerintah lebih efektif dalam mengurangi agency cost.
Menurut Jesica (2014) dengan pengawasan yang optimal dari
pemegang saham institusi terhadap pihak manajemen maka
diharapkan keputusan atau kebijakan yang diambil oleh
59
manajemen dapat lebih meningkatkan kinerja perusahaan
melalui pengurangan agency cost
KI = x 100%
3. Komite Audit
Tugas utama dari komite audit (KA) pada prinsipnya
adalah membantu dewan komisaris dalam melakukan fungsi
pengawasan atas kinerja perusahaan. Hal tersebut terutama
berkaitan dengan sistem pengendalian internal perusahaan,
kemudian memastikan kualitas laporan keuangan dan
meningkatkan efektivitas fungsi audit yang kemudian
diverifikasi oleh eksternal auditor. Dalam gambaran tersebut,
dapat dikatakan bahwa komite audit berfungsi sebagai
jembatan penghubung antara perusahaan dengan eksternal
audit. Menurut peraturan BEI dan BAPEPAM atau-LK, setiap
perusahaan publik yang terdaftar di BEI wajib memiliki komite
audit yang independen dan minimal beranggotakan tiga orang,
terdiri dari satu orang komisaris independen sebagai ketua dan
minimal dua orang pihak eksternal yang independen sebagai
anggota.
60
b. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan
perhitungan dari Log Natural TA dengan penelitian yang telah
dikembangkan oleh Chan, et, al, (2013), dan Septiawan (2016)
UP = Ln Total Assets
c. Kebijakan Hutang
Kebijakan utang diukur dengan menggunakan perhitungan
dari liabilities dibagi dengan total selama periode yang berlaku
sesuai dengan penelitian yang telah dikembangkan oleh Septiawan
(2016)
KU =
61
Tabel 3.1Operasional Variabel
Variabel Jenis Variabel Indikator Skala
Agency costChen et., al,( 2013) Dependen STA = Rasio
Mekanisme corporategovernance
(Aga Nugroho Saputro,Muchamad Syafruddin,
(2012)
Independen
DK = Jumlah Dewan Komisaris
KI = x100
Nominal
Rasio
KepemilikanInstitusional
Jesica Handoko (2014)Independen KA = Jumlah Komite Audit Nominal
Ukuran PerusahaanKadek Hery Septiawan
dan Ni Gst Putu Wirawat(2016)
Independen LOG natural TA Rasio
Kebijakan Utang KadekHery Septiawan dan Ni
Gst Putu Wirawat (2016) IndependenKU =
Rasio
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI
periode 2014-2016. Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah perusahaan
properti yang terdaftar di BEI. Berdasarkan data yang didapat terdapat 40
perusahaan properti yang terdaftar di BEI selama periode 2014-2016.
Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purpose sampling, dan data yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1Sampel Perusahaan Properti
Keterangan JumlahPerusahaan properti terdaftar di BEI tahun 2014-2016 40Perusahaan properti yang tidak memilki data lengkaptahun 2014-2016
(1)
Perusahaan properti yang dianalisis 39Jumlah Sampel perusahaan yang akan dianalisis 117Jumlah outlier 12Sampel yang digunakan 105
Sumber: Data yang telah diolah
Jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama Periode 2014-2016 berjumlah 40 perusahaan. Rincian perusahaan
yang dikeluarkan dari sampel adalah sebagai berikut: terdapat 1 perusahaan
yang memiliki data yang tidak lengkap, Dari keseluruhan jumlah perusahaan
properti yang sudah dianalisis pada BEI periode 2014-2016, terdapat 39
perusahaan yang digunakan dalam pemilihan sampel sehingga jumlah
observasi (n) dalam penelitian ini adalah 117.
62
63
B. Analisis Data
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif akan memberikan gambaran atau deskripsi
data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan
standar deviasi yang dihasikan dari variabel penelitian. Hasil analisis
dengan statistik deskriptif menghasilkan data sebagai berikut:
Tabel 4.2
Sumber: Data yang telah diolah (2017)
Dari hasil analisis statistik deskriptif diketahui bahwa jumlah
observasi dalam penelitian (N) adalah 105. Nilai rata-rata pada variabel
dependen agency cost sebesar 0,198. Nilai minimum sebesar 0,01 dan
maksimum 0,42 dengan standar deviasi sebesar 0,094.
Pada nilai rata-rata variabel dewan komisaris sebesar 4,08. Nilai
minimum sebesar 2 dan maksimum 9 dengan standar deviasi sebesar
1,627.
Variabel Kepemilikan institusinal merupakan perbandingan jumlah
kokepemilikan institusional terhadap jumlah keseluruhan, dari tabel diatas
diketahui bahwa variabel kepemilikan institusional mempunyai nilai rata-
64
rata sebesar 0,6546. Nilai minimum sebesar 0,188 dan maksimum 0,995
dengan standar deviasi 0,2231
Variabel komite audit perusahaan yaitu rata-rata sebesar 2,95. Nilai
minimum sebesar 2 dan maksimum sebesar 3 dengan standar deviasi
sebesar 0,214.
Variabel ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan nilai
logaritma natural (ln) dari total aset perusahaan. Variabel ukuran
perusahaan pada tabel diatas menunjukan nilai rata-rata sebesar 15,021.
Nilai minimum sebesar 10,73 dan nilai maksimum sebesar 19,46 dengan
standar deviasi sebesar 1,504
Variabel kebijakan utang pada tabel diatas menunjukan nilai rata-rata
sebesar 0,374. Nilai minimum sebesar 0,00 dan maksimumnya sebesar
0,69 dengan standar deviasi dengan 0,173
2. Uji Asumsi Klasik
a) Uji Normalitas
Tujuan dilakukan uji normalitas adalah untuk menguji apakah
dalam model regresi, residual memiliki distribusi normal. Cara yang
dilakukan untuk melihat normalitas adalah menggunakan grafik
histogram, normal probabiliy plot, dan uji kolmogorov smirnov (K-S).
Grafik histogram membandingkan antara data observasi dengan
distribusi yang mendekati distribusi normal. Dalam normal probability
plot, jika data residual normal maka garis yang menggambarkan data
sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
65
Gambar 4.1Grafik normal P-Plot
Sumber: Data yang telah diolah (2017)
Tabel 4.3
One-Sample Kolmogorov-Smirnov TestUnstandardized
Residual
NNormal Parametersa,b Mean Std.
DeviationMost Extreme Differences Absolute
PositiveNegative
Test StatisticAsymp. Sig. (2-tailed)
105.0000000
.07826446
.049
.049-.042.049.200c,d
Sumber: Data yang telah diolah (2017)
66
Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik histogram,
tampak bahwa histogram memberikan pola terdistribusi secara normal
dan tidak menceng ke kanan atau ke kiri. pada uji kolmogorov-smirnov,
nilai dari Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,200 dan signifikan pada 0,05
(karena p = 0,200 > 0,05) yang berarti bahwa residual terdistribusi
secara normal.
b) Uji Multikolonieritas
Tujuan dilakukannya uji multikolonieritas yaitu untuk menguji
apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas (independen). Hasil dari uji multikolonieritas adalah sebagai
berikut
Tabel 4.4Uji Multikolonieritas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF(Constant)
DK
KI
KA
UP
KU
.913 1.095
.874 1.145
.940 1.064
.888 1.126
.884 1.132
Sumber: Data yang telah diolah (2017)
Hasil uji multikolonieritas menunjukan nilai tolerance > 0,10
dan nilai VIF < 10 untuk semua variabel dewan komisaris,
kepemilikan institusional, komite audit, ukuran perusahaan, dan
67
kebijakan hutang, Hal ini menunjukan bahwa tidak ada
multikolonieritas dalam model regresi.
c) Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan
dengan menggunakan grafik scatterplot.
Gambar 4.2Grafik Scatterplot
Sumber: Data yang telah diolah
Grafik plot menunjukan penyebaran titik-titik secara acak dan
tersebar baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y
sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan
Uji statistik Park
68
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
1 .555a .308 .273 .08022 1.833
Tabel 4.5Uji Park
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant)
KU
DK
KI
KA
UP
-8.686 3.749 -2.317 .023
2.090 1.162 .189 1.799 .075
.082 .119 .070 .687 .494
-.231 .889 -.027 -.260 .795
-.264 1.018 -.026 -.259 .796
.154 .131 .121 1.174 .243
Sumber: data yang telah diolah (2017)
Hasil tampilan output memberikan koefisien parameter untuk
variabel independen tidak ada yang signifikan, maka dapat
disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat heterosidaksitas hal
ini konsisten dengan hasil uji scatterplot.
d) Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t
dengan kesalahan penggangu pada periode sebelumnya. Untuk
mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dilakukan dengan menggunakan
uji Durbin-Watson (DW-Test).
Tabel 4.6Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Sumber: Data yang telah diolah (2017)
69
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
1 .555a .308 .273 .08022 1.833
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan bahwa hasil uji Durbin
Watson sebesar 1,833. Nilai DW berada pada -2 ≤ DW ≤ 2 sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model
regresi.
3. Hasil Uji Hipotesis
a) Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen.
Tabel 4.7Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Sumber: Data yang telah diolah (2017)
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai dari adjusted R²
sebesar 0,273 yang berarti sebesar 27,3% variasi variabel dependen
dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen. Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa sebesar 27,3% agency cost dipengaruhi
oleh variabel ukuran dewan komisaris, kepemilkan institusional,
komite audit, ukuran perusahaan dan kebijakan utang. Sedangkan
sisanya sebesar 72,7% dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel
yang digunakan dalam penelitian ini seperti strktur modal, tax
avoidance, kepemilikan asing, kepemilikan manajerial, Nilai
Perusahaan, kebijakan deviden dan lain-lain.
70
b) Uji F (F Test)
Uji Statistik F digunakan untuk mengetahui apakah semua
variabel independen yang dimasukan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil uji
F dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.8Uji statistik F
Model
Mean
Square F Sig.
1 Regression
Residual
Total
,060 8,661 ,000b
,007
Sumber: data yang telah diolah (2017)
Pada tabel 4.8 uji F dapat dilihat bahwa nilai F sebesar
8,661 dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitas jauh lebih kecil
dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran dewan
komisaris, kepemilikan institusional, komite audit, ukuran
perusahaan, dan kebijakan utang secara bersama-sama berpengaruh
terhadap agency cost.
c) Uji Parsial (t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
mempengaruhi masing-masing variabel independen secara individual
terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05.
Adapun hasil dari uji regresi secara parsial (uji t) dapat dilihat pada
tabel 4.7 sebagai berikut:
71
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant)
DK
KI
KA
UP
KU
.173 .145 1.196 .235
.014 .005 .238 2.721 .008
.066 .038 .156 1.739 .085
-.055 .038 -.125 -1.447 .151
-.001 .006 -.018 -.207 .837
.283 .048 .522 5.866 .000
Tabel 4.9Uji Statistik T
S
Sumber: Data yang telah diolah (2017)
Hasil dari tabel 4.8 menunjukan tingkat signifikansi variabel
dewan komisais 0,008 dan lebih kecil dari 0,05 menunjukan bahwa
dewan komisaris berpengaruh terhadap agency cost dengan kata lain
H1 diterima, variabel kepemilikan institusional menunjukan
signifikansi sebesar 0,085 dan lebih besar dari 0,05 yang artinya
kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap agency cost
dengan kata lain H2 ditolak. Variabel komite audit menunjukan
signifikansi sebesar 0,151 dan lebih besar dari 0,05 yang artinya
komite audit tidak berpengaruh terhadap agency cost dengan kata lain
H3 ditolak. Variabel ukuran perusahaan menunjukan signifikansi
sebesar 0,837 dan lebih besar dari 0,05 yang artinya ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap agency cost dengan kata lain
H4 ditolak, dan variabel kebijakan utang menunjukan signifikansi
sebesar 0,000 dan lebih kecil dari 0,05 yang artinya variabel kebijakan
72
utang berpengaruh terhadap agency cost dengan kata lain H5 diterima.
Setelah melakukan uji t seperti yang tertera pada tabel 4.7 maka
persamaan regresi yang terbentuk adalah:
AC = 0,173 + 0,014 DK + 0,066 KI - 0,055 KA - 0,001 UP +0,83 KU + ε
Pada persamaan regresi diatas dapat diartikan bahwa nilai
konstanta 0,173 menyatakan bahwa jika variabel indepeden dianggap
konstan, maka agency cost sebesar 0,173. Variabel dewan komisaris
sebesar 0,014 bernilai positif, yang artinya bahwa apabila dewan
komisaris bertambah sebesar 1 satuan, maka agency cost akan naik
sebesar 0,014. Kepemilikan institusional sebesar 0,066 bernilai positif,
yang artinya bahwa apabila kepemilikan institusional bertambah
sebesar 1 satuan, maka agency cost akan naik sebesar 0,066. Komite
audit sebesar 0,055 bernilai negatif, yang artinya apabila komite audit
bertambah sebesar 1 satuan, maka agency cost akan turun sebesar
0,055. Ukuran perusahaan sebesar 0,001 bernilai negatif, yang artinya
apabila ukuran perusahaan bertambah 1 satuan, maka agency cost
akan turun sebesar 0,001. Kebijakan utang sebesar 0,83 bernilai
positif, yang artinya apabila kebijakan utang bertambah 1 satuan maka
agency cost akan naik sebesar 0,83.
C. Interpretasi Hasil
1. Pengaruh Dewan Komisaris Terhadap Agency Cost
Berdasarkan hasil pengujian variabel komite audit memiliki t hitung
sebesar 2,721 dan nilai sig sebesar 0,008. Nilai sig sebesar 0,008 < α 0,05
73
berarti variabel dewan komisaris berpengaruh terhadap agency cost, oleh
karena itu H1 dewan komisaris berpengaruh terhadap agency cost atau
diterima. Berdasarkan perspektif agensi, fungsi monitoring sangat krusial
dalam melimitasi tingkat oputnis dan juga mereduksi biaya keagenan
Artinya komposisi jumlah dewan komisaris di suatu perusahaan bisa
mempengaruhi menurunnya agency cost. Terkait dengan fungsi pengawasan
dan pemberian nasihat tersebut, maka dewan komisaris dengan ukuran yang
lebih besar akan mampu menjalankan fungsinya dengan lebih baik,
sehingga agency cost akan menurun
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Aga Nugroho dan Muhammad Syafruddin (2012) yang menyatakan bahwa
dewan komisaris mempengaruhi agency cost.
Penelitian ini bertentangan dengan penelitian Jesica Handoko (2014)
yang menyatakan bahwa dalam penelitiannya dewan komisaris tidak
berepengaruh terhadap agency cost.
2. Pengaruh Kepemilkan Institusional Terhadap Agency Cost
Berdasarkan hasil pengujian variabel ukuran perusahaan memiliki t
hitung sebesar 1,739 dan nilai sig sebesar 0,085. Nilai sig sebesar 0,085 >
α 0,05 berarti variabel kepemilkan institusional tidak berpengaruh
signifikan terhadap agency cost, oleh karena itu Ha2 kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap agency cost atau ditolak. Hal
tersebut menunjukan bahwa semakin besar kepemilikan institusional yang
dimiliki suatu perusahaan maka tidak akan menurunkan tingkat agency
74
cost di perusahaan tersebut Institusi dapat menjadi alat monitoring
terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat perusahaan karena institusi
dianggap lebih mempunyai pengalaman dalam menjalankan operasional
sebuah perusahaan daripada investor publik lainnya (Jesica 2014).
Kepemilikan institusional yang tinggi akan memungkinkan bagi para
pengelola untuk berusaha memaksimalkan kepentingannya sendiri karena
kepemilikan institusi ini mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat
digunakan untuk mendukung keputusan manajemen. Dengan kata lain
semakin tinggi kepemilikan intitusional juga tidak mempenagruhi dalam
mengurangi agency cost.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Jesica Handoko (2014) dan Made Ayu dan I made Surkatika (2016) bahwa
kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap agency
cost.
Penelitian ini bertentangan dengan penelitian Wulan Ningrum dan
Mauria Eurelia (2013) yang menyatakan dalam penelitiannya bahwa
kepemilkan institusional berpengaruh signifikan terhadap agency cost.
3. Pengaruh Komite Audit Terhadap Agency Cost.
Berdasarkan hasil pengujian variabel leverage memiliki t hitung
sebesar -1,447 dan nilai sig sebesar 0,151. Nilai sig sebesar 0,151 > α 0,05
berarti variabel komite audit tidak berpengaruh terhadap agency cost oleh
karena itu Ha3 “komite audit tidak berpengaruh terhadap agency cost atau
75
ditolak. Hal tersebut menunjukan bahwa perusahaan dengan tingkat
jumlah komposisi komite audit yang banyak dengan kata lain komite audit
yang tidak efektif akan menurunkan agency cost yang berkaitan dengan
sistem pengendalian internal perusahaan, kemudian memastikan kualitas
laporan keuangan dan meningkatkan efektivitas fungsi audit yang
kemudian diverifikasi oleh eksternal auditor tidak signifikan dengan
penurunanya agency cost. Hal tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan
bahwa pembentukan komite audit yang mempunyai keahlian di bidang
akuntansi dan keuangan hanya didasarkan pada peraturan yang berlaku
(Pamudji dkk, 2013) dalam Made (2016). Selain itu komite audit yang
telah dibentuk oleh perusahaan tidak menjalankan fungsi dan peranannya
secara efektif sehingga komite audit tidak mempunyai pengaruh terhadap
agency cost.
Hasil Peneltian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Made Ayu dan I made Surkatika (2016) bahwa komite audit tidak
berpengaruh terhadap agency cost.
Penelitian ini bertentangan dengan penelitian Aga (2012) yang
menyatakan dalam penelitiannya bahwa komite audit berpengaruh negatif
terhadap agency cost.
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Agency Cost.
Berdasarkan hasil pengujian variabel ukuran perusahaan memiliki t
hitung sebesar -0,207 dan nilai sig sebesar 0,837 Nilai sig sebesar 0,837 >
76
α 0,05 berarti variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
agency cost, oleh karena itu Ha4 ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap agency cost atau ditolak. Semakin meningkatnya ukuran
perusahaan dalam jumlah aset perusahaan bukanlah menajadi penentu
akan dapat terjadinya keefektifitasan pemanfaatan aset yang dilakukan.
situasi tersebut belum tentu dapat dimanfaatkan oleh manajer untuk
melakukan kecurangan agar mendapatkan keuntungan pribadi salah
satunya meningkatnya agency cost. Peningkatan jumlah aset perusahaan
tentu dapat terjadi karena efektifitas pemanfaatan aset yang dilakukan
relatif kecil, kondisi tersebut mendorong adanya sejumlah aset yang
menumpuk, situasi tersebut tentu dapat dimanfaatkan oleh manajer untuk
melakukan kecurangan agar mendapatkan keuntungan pribadi salah
satunya meningkatnya agency cost.
Hasil penelitian ini sesuai dengan dengan Nadia, Didik, dan Nurdin.
(2016) yang mengungkapkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap agency cost.
Penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Septiawan, dan Wirawati (2016) yang dalam penelitiannya adalah
menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap agency cost.
5. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Agency Cost
Berdasarkan hasil pengujian variabel kebijakan hutang memiliki t
hitung sebesar 5,866 dan nilai sig sebesar 0,000 Nilai sig sebesar 0,000 < α
0,05 berarti variabel kebijakan hutang berpengaruh terhadap agency cost,
77
oleh karena itu H5 kebijakan utang berpengaruh terhadap agency cost atau
diterima. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan
positif antara kebijakan hutang terhadap agency cost yang berarti bahwa
peningkatan kebijakan hutang pasti akan menaikkan rasio pemanfaatan
aset dan sebaliknya akan menurunkan agency cost. Semakin meningkatnya
kebijakan utang dalam struktur modal perusahaan, maka kos keagenan
dapat diturunkan. Monitoring yang dilakukan oleh pemilik dana atau pihak
ketiga dapat menyebabkan kos keagenan menurun karena monitoring dari
pemilik perusahaan dapat disubstitusi dengan monitoring dari pihak ketiga
seperti bank dan lembaga keuangan lainnya. Perusahaan memiliki
kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan membayar beban bunga
secara periodik
Hasil penelitian ini terdahulu yang diteliti oleh Yuni Kusuma,
Djumahir, dan Siti aisah (2014) serta septiawan dan Ni Gst Wirawati
(2016) yang menyatakan bahwa kebijakan hutang berpengaruh positf
terhadap agency cost.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mekanisme
corporate governance, ukuran perusahaan, dan keijakan utang terhadap
agency cost dengan. Populasi penelitian ini terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2014 hingga 2016. Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan
teknik purposive sampling sehingga diperoleh 39 perusahaan yang memenuh
kriteria, dengan total sampel sebesar 105 data. Teknik analisis yang
digunakan adalah analisi regresi berganda dengan menggunakan persamaan
moderated regression analysis (MRA), maka dapat diambil beberapa
kesimpulan, yaitu:
1. Variabel dewan komisaris (DK) berpengaruh terhadap agency cost. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aga Nugroho
dan Muhammad Syafruddin (2012) yang menyatakan bahwa dewan
komisaris mempengaruhi agency cost.
2. Kepemilikan institusional (KI) tidak berpengaruh terhadap agency cost.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jesica
Handoko (2014) dan Made Ayu dan I made Surkatika (2016) bahwa
kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap agency
cost.
3. Komite audit (KA) tidak berpengaruh terhadap agency cost. Hasil
Peneltian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Made Ayu
78
79
dan I made Surkatika (2016) bahwa komite audit tidak berpengaruh
terhadap agency cost.
4. Ukuran perusahaan (UP) tidak berpengaruh terhadap agency cost. Hasil
penelitian ini sesuai dengan dengan Nadia, Didik, dan Nurdin. (2016)
yang mengungkapkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
agency cost.
5. Kebijakan utang (KU) berpengaruh terhadap agency cost. Hasil
penelitian ini terdahulu yang diteliti oleh Yuni Kusuma, Djumahir, dan
Siti aisah (2014) serta Kadek hery septiawan dan Ni Gusti Wirawati
(2016) yang menyatakan bahwa kebijakan hutang berpengaruh positf
terhadap agency cost.
B. Implikasi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
dalam pengembangan ilmu akuntansi khususnya pada bidang tata kelola
perusahaan yang baik dan penanganan mengenai akitivitas agency cost.
Sangat diharapkan dapat pula memberikan tambahan informasi mengenai
dampak aktivitas mekanisme corporate governance, ukuran perusahaan, dan
kebijkan hutang terhadap agency cost.
Implikasi dari penelitian ini adalah untuk Bagi pihak prinsipal
diharapkan untuk tetap memantau pelaksanaan good corporate governance
sebagai upaya meminimalkan kerugian yang mucul akibat dari tindakan dan
kebijakan yang dibuat agen. Bagi pihak agen disarankan untuk konsisten
80
dalam menerapkan good corporate governance sehingga dapat memberi
kepercayaan pada pihak prinsipal bahwa tindakan agen sesuai dengan tujuan
perusahaan.
C. Saran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
pengaruh mekanisme corporate governance, ukuran perusahaan, dan
kebijakan hutang terhadap agency cost. Berikut adalah saran yang dapat
dipertimbangkan bagi peneliti yang akan dating yaitu:
1) Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan lingkup
penelitian ini dengan menggunakan variabel lain yang dapat
mempengaruhi agency cost, dan juga menggunakan entitas jenis-jenis
perusahaan lain untuk menambah populasi perusahaan yang akan
dijadikan sampel penelitian.
2) Peneliti selanjutnya diharapkan penerapan pada aktivitas good corporate
governance dalam perusahaan dapat berjalan secara optimal sehingga
fungsi semua organ menunjukan independensi yang selama ini
diharapkan serta dapat memperoleh hasil penelitian yang akurat dalam
jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Aga Nugroho Saputro, dan Muchamad Syafruddin “Pengaruh StrukturKepemilikan dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap AgencyCost”, Diponegoro Djournal Of Accounting, 2012
Andri Rachmawati dan Hanung Triatmoko. ”Analisis Faktor-Faktor yangMempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”.MakalahDisampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi 10. Makasar, 26 – 28Juli. 2007.
Bapepam, Surat Edaran Bapepam. No.SE-03/PM/2000 Tentang Komite Audit.2000.
Bapepam, Surat Edaran Bapepam. No. SE-IX.1.5. 2012, Tentang PeraturanKomite Audit. 2012
Chen , Xudong, Na Hu, Xue Wang dan Xiaofei Tang, “Tax Avoidance and FirmValue: Evidence From China”, Nankai Business Review International,Vol. 5 No. 1, 2013.
Dharmastuti, Christiana Fara. “Analisis Pengaruh Mekanisme Internal danExternal Corporate Governance Terhadap Profitabilitas dan KebijakanDividen Perusahaan. Jurnal Organisasi dan Manajemen, 9(1), h: 21-30.2013.
Dista Amalia. “Praktek Teori Agensi Pada Entitas Publik, dan Non Publik”.Universitas Sultan Agung Semarang. Vol. 9 .No. 1. 6. 2012.
Erkaningrum, Indri F. Interactions Among Insider Ownership, Dividend Policy,Debt Policy, Investment Decision, And Business Risk. Journal ofIndonesian Economy and Business, Volume 28, Number (1): 132 – 148.2013.
Faisal.. “Analisis Agency Costs, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme CorporateGovernance.” Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar Bali, 2-3Desember, 2004.
Frendy, Wahidahwati, dan Nur Fadjrih. “Pengaruh Corporate Governance danUkuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba di Industri PerbankanIndonesia”. STIESIA. Vol.3.No. 10. 2014.
Ghozali, Imam , “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program Edisi 7”,Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013.
81
82
Gul, S., M. Sajid, N. Razzaq, F. Afzal. Agency Cost, Corporate Governance andOwnership Structure (The Case of Pakistan). International Journal ofBusiness and Social Science, 3(9), pp: 268-277, 2014.
Hadiprajitno, Paulus Basuki. Struktur Kepemilikan, Mekanisme Tata KelolaPerusahaan, dan Biaya Keagenan di Indonesia. Jurnal Akuntansi &Auditing, 9(2), h: 97-127. 2013.
Hastuti, dan Theresia Dwi. “Hubungan Corporate Governance dengan KinerjaKeuangan ( Studi Kasus pada Perusahaan yagn listing di Bursa EfekJakarta”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Dibahas pada SimposiumNasional Akuntansi ke VIII di Solo. 2005.
Indahningrum dan Handayani, Pengaruh Kepemilikan Manajerial, KepemilikanInstitusional, Deviden, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow, danProfitabilitas terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan, Jurnal Bisnis danAkuntansi Vol. 11 No. 3 Desember 2009, Hlm. 189-207. 2009.
Ishaya, and abduljellel.“Capital Structure and Profitability of Nigerian QuotedFirms: The Agency Cost Theory Perspective”. American internationaljournal. Vol. 3.no. 1. January, 2014.
Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling. 1976.”Theory of The Firm: ManagerialBehaviour, Agency Cost and Ownership Structure”. Journal of FinancialEconomics3. Hal. 305-360. 1976.
Jensen, Michael C.Agency Costs of Free Cash Flow, Corporate Finance, andTakeovers. American Economic Review, 76(2), pp: 323-329. 1986.
Jesica Handoko. “Pengaruh Struktur Modal dan Mekanisme CorporateGovernance Terhadap Agency Cost Perusahaan LQ45 di BEI Tahun2013”. Jurnal Bussiness and Economic Transformation Towards AEC,2014.
Komite Nasional Corporate Governance. Code Of Good Corporate Governance:Prinsip Good Corporate Governance. www.bapepam.go.id. Diakses 11Januari 2011.
Li, Jing, Richard Pike, dan Roszaini Haniffa. “Intellectual Capital Disclosure inKnowledge Rich Firms: The Impact of Market and Corporate GovernanceFactors”, Working paper series, 2007.
Linda Kusumaning, “Aktivitas Komite Audit, Kepemilikan Institusional, danBiaya Audit”. Universitas Katolik Atma Jaya. Vol. 17, No. 1, Mei 2015,
Made Ayu, I Made Sukartha. “Pengaruh Corporate Governance pada AgencyCost”. E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol. 15, No.2. 2016.
83
Metta. “Pengaruh Independensi Komite Audit dan Kepemilikan InstitusionalTerhadap Manajemen Laba”. Prestasi Vol. 9. No.1.6. 2012.
Nadia, Dikdik, dan Nurdin. “Pengaruh Struktur Modal dan Ukuran PerusahaanTerhadap Agency Cost Industri Barang Konsumsi”. Universitas IslamBandung. Vol.3. No.1. 2017.
Pancawati, Rachmawati. “Determinan Kebijakan Hutang Dalam Agency Theorydan Pecking Order Theory. Dinamika Akuntansi, Keuangan, danPerbankan. Vol. 1. No.1. 2012
Putu Mudyasani, I Wayan Putra. “Pengaruh Good Corporate Governance PadaBiaya Keagenan”. Universitas Udayana, E Jurnal Akuntansi. 9.3 2014.
Sanjaya, I Putu Sugiartha and Indah Christianti. “Corporate Governance andAgency Cost: Case in Indonesia”. 2nd International Conference onBusiness, Economics, Management and Behavioral Sciences, pp: 112-119.2012.
Santoso, Singgih, “Statisitik Parametrik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS”, PT.Elex Media Komputindo Gramfia, 2010.
Sartika, Dewi dan Fidiana, “Moderasi Kepemilikan Institusional terhadapHubungan Perencanaan Pajak dan Nilai Perusahaan”, Jurnal Ilmu &Riset Akuntansi, Vol. 4 ,No. 12,2015.
Septiawan, I Kadek H dan Ni Gst Putu Wirawati, “Pengaruh Kepemilikan Asing,Ukuran Perusahaan, Kebijakan Utang Pada Kos Keagenan”, ISSN: 2302-8556, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.17, No 1, 2016.
Shiela, Putu, dan Liliana. “Uji Model Keseimbangan Teori Keagenan: PengaruhKebijkan Utang dan Kebijakan Dividen Terhadap KepemlikanManajerial.” Derema jurnal manajemen vol. 11.No.1, mei, 2016.
Siallagan, Hamonangan dan Mas. Ud. Machfoedz. Mekanisme CorporateGovernance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Artikel SimposiumNasional Akuntansi (SNA) IX, Padang. 2006.
Sugiyono, “Statistika Untuk Penelitian”, Bandung: Alfabeta, 2013.
Sunyoto, Danang, “ Praktik SPSS Untuk Kasus”, Yogyakarta: Nuha Medika,2011.
Wahidahwati, “Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusionalpada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif Theory Agency”,Simposium Nasional Akuntansi IV, hlm. 1084-1105. 2001.
84
Wida, Ni Putu P. D dan I Wayan Suartana, “ Pengaruh Kepemlikan Manajerialdan Kepemilikan Institusiona Pada Nilai Perusahaan”, ISSN: 2302-8556 ,E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol 9, No.3, 2014.
Widanaputra, A.A.G.P. dan Ratnadi, Ni Made Dwi. Pengaruh Kebijakan Dividendan Kepemilikan Manajerial terhadap Kos Keagenan. AUDI JurnalAkuntansi dan Bisnis, 3(2), h:186-197. 2008.
Wulan, Maria Eurelia. “ Pengaruh Corporate Governance, Struktur Kepemilikan,dan Struktur Modal Terhadap Agency Cost Pada Perusahaan NonKeuangan”. Universitas Indonesia. 2013.
Yeniatie dan Destriana, N.” Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi KebijakanHutang pada Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar di Bursa EfekIndonesia, Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vl.12 No.1. April 2010 Hlm.1-16.(2010).
Yuni, Djumahir, dan Siti Aisah. “ Pengaruh Kepemilikan Manajerial, KebijakanUtang, Kebijakan Dividen Terhadap Kinerja Keuangan, dan BiayaAgency”. Jurnal Wawasan Manejemen,Vol.2.No.2, Juni. 2014.
www.idx.co.id
www.sahamok.com
LAMPIRAN 1.1DATA PERUSAHAAN SAMPEL
NO KODEPERUSAHAAN
NAMA PERUSAHAAN
1 APLN PT. Agung Podomoro Land Tbk2 ASRI PT. Alam Sutera Reality Tbk3 BAPA PT. Bekasi Asri Pemula Tbk4 BCIP PT. Bumi Citra Permai Tbk5 BEST PT. Bekasi Fajar Industri Estate Tbk6 BIPP PT. Bhuanatala Indah Permai Tbk7 BKDP PT. Bukit Darmo Property Tbk8 BKSL PT. Sentul City Tbk9 BSDE PT. Bumi Serpong Damai Tbk
10 COWL PT. Cowell Development Tbk11 CTRA PT. Ciputra Development Tbk12 DART PT. Duta Anggara Reality Tbk13 DILD PT. Intiland Development Tbk14 DUTI PT. Duta Pertiwi Tbk15 ELTY PT. Bakriland Development Tbk16 EMDE PT. Megapolitan Development Tbk17 FMII PT. Fortune Mate Indonesia Tbk18 GAMA PT. Gading Development Tbk19 GMTD PT. Goa Makasar Tourism Develompent TBK20 GPRA PT. Perdana Gaputra Prima Tbk21 GWSA PT. Greenwood Sejahtera TBK22 JRPT PT. PT. Jaya Real Property Tbk23 KIJA PT. Kawasan Industri Jababeka Tbk24 LAMI PT. Lamicitra Nusantara Tbk25 LCGP PT. Laguna Cipta Griya Tbk26 LPCK PT. Lipo Cikarang Tbk27 LPKR PT. Lipo Karawaci Tbk28 MDLN PT. Modernland Reality Tbk29 MTLA PT. Metropolitan Land Tbk30 NIRO PT. Nirvana Development Tbk31 OMRE PT. Indonesia Prima Property Tbk32 PLIN PT. Plaza Indonesia Reality Tbk33 PWON PT. Pakuwon Jati Tbk34 RBMS PT. Rista Bintang Mahkota Sejati Tbk35 RDTX PT. Roda Vivatex Tbk36 RODA PT. Piko Development Tbk37 SCBD PT. Dadanayasa Arthatama Tbk
86
38 SMDM PT. Suryamas Duta Makmur Tbk39 SMRA PT. Summarecon Agung Tbk40 TARA PT. Sitara Propertindo Tbk
87
88
Lampiran 1.2Data Sampel Penelitian
Kode Tahun DK KI KA UP KU ACAPLN 2014 3 .7007 3 14.68 .64 .22ASRI 2014 3 .6419 3 12.08 .43 .26BAPA 2014 3 .9510 3 13.29 .58 .37BCIP 2014 3 .9950 3 15.11 .22 .23BEST 2014 3 .6635 3 13.33 .27 .16BIPP 2014 4 .4216 3 13.63 .28 .13BKDP 2014 5 .4763 3 16.10 .37 .07BKSL 2014 8 .6448 3 19.46 .34 .20BSDE 2014 3 .9332 3 15.12 .63 .15COWL 2014 4 .3852 3 16.96 .51 .27CTRA 2014 3 .8966 3 15.45 .37 .25DART 2014 7 .8860 3 15.90 .22 .19DILD 2014 3 .7422 3 13.98 .49 .26DUTI 2014 5 .5998 3 14.14 .21 .11ELTY 2014 3 .8539 3 14.23 .41 .37EMDE 2014 2 .7953 3 14.65 .00 .08FMII 2014 5 .7962 3 15.72 .52 .29GAMA 2014 4 .1997 3 15.96 .45 .33GMTD 2014 3 .9289 3 13.36 .37 .21GPRA 2014 9 .4220 3 15.28 .38 .42GWSA 2014 9 .2334 3 17.45 .53 .31JRPT 2014 5 .3596 3 16.16 .49 .26KIJA 2014 6 .8928 3 14.99 .37 .34
85
LAMI 2014 3 .6653 3 14.93 .43 .08LCGP 2014 6 .9050 3 13.61 .21 .30LPCK 2014 3 .8497 3 15.33 .48 .33LPKR 2014 3 .5762 3 16.64 .51 .23MDLN 2014 3 .7617 3 18.86 .15 .32MTLA 2014 3 .8583 2 16.62 .02 .03NIRO 2014 3 .6831 3 14.94 .31 .22OMRE 2014 5 .8253 3 15.53 .29 .17PLIN 2014 3 .9518 3 14.96 .30 .13PWON 2014 4 .3792 3 16.55 .61 .35RBMS 2014 2 .6004 3 18.70 .02 .04RDTX 2014 3 .7713 3 17.02 .63 .24RODA 2014 3 .7689 3 12.08 .43 .14SCBD 2014 3 .6678 3 13.42 .62 .25SMDM 2014 5 .5813 3 15.35 .34 .15SMRA 2014 3 .7699 3 14.10 .19 .08TARA 2014 6 .5457 3 16.23 .41 .05APLN 2015 8 .6457 3 17.40 .39 .17ASRI 2015 4 .9240 3 15.08 .67 .16BAPA 2015 3 .4392 3 17.08 .50 .29BCIP 2015 3 .8966 3 15.56 .40 .15BEST 2015 6 .4213 3 16.15 .54 .21BIPP 2015 6 .8856 3 16.01 .24 .19BKSL 2015 3 .1880 3 16.50 .55 .10BSDE 2015 4 .6678 3 13.99 .45 .27
89
COWL 2015 2 .5918 3 14.11 .18 .09CTRA 2015 3 .7223 3 14.27 .40 .26DART 2015 3 .7949 3 15.73 .08 .01DILD 2015 5 .7910 3 15.84 .45 .28DUTI 2015 5 .2585 3 16.09 .49 .32ELTY 2015 8 .2344 3 17.54 .54 .22EMDE 2015 5 .3404 3 16.37 .53 .22FMII 2015 5 .8888 3 15.10 .39 .30GAMA 2015 3 .5426 3 14.96 .09 .16GMTD 2015 6 .8073 3 13.62 .21 .32GPRA 2015 4 .8733 3 15.36 .48 .35GWSA 2015 3 .5219 3 16.75 .50 .25JRPT 2015 3 .1918 3 12.11 .08 .09KIJA 2015 3 .8267 2 14.44 .15 .23LAMI 2015 3 .6831 2 14.99 .22 .33LPCK 2015 5 .8253 3 15.53 .32 .18LPKR 2015 3 .9518 3 14.90 .27 .11MDLN 2015 4 .3792 3 16.75 .60 .30MTLA 2015 2 .6815 3 14.07 .19 .09NIRO 2015 3 .7702 3 17.06 .62 .23OMRE 2015 5 .4389 3 16.82 .64 .13PLIN 2015 3 .7689 3 12.10 .40 .19PWON 2015 3 .3826 3 13.58 .61 .29RBMS 2015 5 .5813 3 15.47 .35 .16RTDX 2015 3 .7699 3 14.32 .27 .07
90
RODA 2015 4 .4374 3 13.57 .30 .07SCBD 2015 4 .4880 3 16.25 .37 .11SMDM 2015 5 .6107 3 17.46 .36 .17SMRA 2015 4 .9543 3 15.07 .66 .16TARA 2015 3 .4644 3 17.19 .51 .23APLN 2016 3 .9113 3 15.62 .40 .12ASRI 2016 6 .8856 3 16.09 .20 .21BAPA 2016 3 .7519 3 13.56 .13 .05BCIP 2016 2 .5918 3 14.11 .18 .04BEST 2016 9 .6500 3 14.02 .48 .24BIPP 2016 3 .8525 3 14.27 .36 .27BKDP 2016 3 .7953 3 13.45 .69 .20BKSL 2016 5 .8034 3 15.95 .42 .28BSDE 2016 3 .2487 3 16.19 .47 .35COWL 2016 3 .9289 3 13.39 .13 .15CTRA 2016 7 .4220 3 15.55 .25 .27DART 2016 6 .4054 3 10.73 .52 .23DILD 2016 6 .8466 3 15.18 .36 .29DUTI 2016 3 .5429 3 15.15 .22 .07ELTY 2016 7 .7358 3 15.27 .03 .06EMDE 2016 4 .9400 3 15.34 .50 .36FMII 2016 3 .5615 3 14.54 .47 .23GAMA 2016 4 .7639 3 12.03 .03 .11GMTD 2016 3 .8816 2 14.56 .13 .19GPRA 2016 4 .6831 3 15.05 .19 .15
91
GWSA 2016 5 .8253 3 15.56 .28 .18JRPT 2016 3 .9518 3 14.95 .20 .16KIJA 2016 4 .3778 3 14.55 .61 .26LAMI 2016 2 .7066 3 14.01 .14 .04LPCK 2016 5 .2439 3 16.49 .48 .11LPKR 2016 3 .1880 3 16.50 .55 .10MDLN 2016 2 .1936 3 16.46 .54 .12MTLA 2016 3 .7007 3 14.68 .64 .22NIRO 2016 3 .6419 3 12.08 .43 .26OMRE 2016 3 .9510 3 13.29 .58 .37PLIN 2016 3 .9950 3 15.11 .22 .23PWON 2016 3 .6635 3 13.33 .27 .16RBMS 2016 4 .4216 3 13.63 .28 .13RTDX 2016 5 .4763 3 16.10 .37 .07RODA 2016 8 .6448 3 19.46 .34 .20SCBD 2016 3 .9332 3 15.12 .63 .15SMDM 2016 4 .3852 3 16.96 .51 .27SMRA 2016 3 .8966 3 15.45 .37 .25TARA 2016 7 .8860 3 15.90 .22 .19
92
93
Lampiran 3
Output Hail Pengujian Data Dengan SPSS
Hasil Uji Statistik Deskriptif
94
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
NNormal Parametersa,b Mean Std.
DeviationMost Extreme Differences Absolute
PositiveNegative
Test StatisticAsymp. Sig. (2-tailed)
105.0000000
.07826446
.049
.049-.042.049.200c,d
Uji Multikolonieritas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF(Constant)
DK
KI
KA
UP
KU
.913 1.095
.874 1.145
.940 1.064
.888 1.126
.884 1.132
95
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error ofthe Estimate Durbin-Watson
1.555a .308 .273 .08022 1.833
Uji AutokorelasiModel Summaryb
TableUji Park
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant)
KU
DK
KI
KA
UP
-8.686 3.749 -2.317 .023
2.090 1.162 .189 1.799 .075
.082 .119 .070 .687 .494
-.231 .889 -.027 -.260 .795
-.264 1.018 -.026 -.259 .796
.154 .131 .121 1.174 .243
96
Uji Koefisien Determinasi
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
EstimateDurbin-Watson
1.555a .308 .273 .08022 1.833
TabelUji statistik F
Model
Mean
Square F Sig.
1 Regression
Residual
Total
,060 8,661 ,000b
,007
Sumber: data yang telah diolah (2017)
Uji Statistik t
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant)
DK
KI
KA
UP
KU
.173 .145 1.196 .235
.014 .005 .238 2.721 .008
.066 .038 .156 1.739 .085
-.055 .038 -.125 -1.447 .151
-.001 .006 -.018 -.207 .837
.283 .048 .522 5.866 .000
97
98
99