-
1. Cotrimoxazole
1.1 Deskripsi
Cotrimoxazole adalah bakterisid yang merupakan kombinasi sulfametoksazol dan
trimetoprim dengan perbandingan 5 : 1. Kombinasi tersebut mempunyai aktivitas bakterisid yang
besar karena menghambat pada dua tahap biosintesa asam nukleat dan protein yang sangat
esensial untuk mikroorganisme. Cotrimoxazole mempunyai spektrum aktivitas luas dan efektif
terhadap bakteri gram-positif dan gram-negatif, misalnya Streptococci, Staphylococci,
Pneumococci, Neisseria, Bordetella. Klebsiella, Shigella dan Vibrio cholerae. Cotrimoxazole
juga efektif terhadap bakteri yang resisten terhadap antibakteri lain seperti H. influenzae, E. coli,
P.mirabilis, P.vulgaris dan berbagai strain Staphylococcus.
1.2 Komposisi
Tiap tablet mengandung 80 mg trimetoprim dan 400 mg sulfametoksazol.
1.3 Indikasi / Kegunaan
Indikasi Cotrimoxazole adalah :
Infeksi saluran kemih dan kelamin yang disebabkan oleh E. coli. Klebsiella sp,
Enterobacter sp, Morganella morganii, Proteus mirabilis, Proteus vulgaris.
Otitis media akut yang disebabkan Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae.
Infeksi saluran pernafasan bagian atas dan bronchitis kronis yang disebabkan
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae.
Enteritis yang disebabkan Shigella flexneri, Shigella sonnei.
Pneumonia yang disebabkan Pneumocystis carinii.
Diare yang disebabkan oleh E. coli.
1.4 Kontraindikasi
Cotrimoxazole sebaiknya tidak diberikan pada penderita :
Penderita dengan gangguan fungsi hati yang parah, insufisiensi ginjal, wanita hamil,
wanita menyusui, bayi prematur atau bayi berusia dibawah 2 bulan.
-
Penderita anemia megaloblastik yang terjadi karena kekurangan folat.
Penderita yang hipersensitif/alergi terhadap trimetoprim dan obat-obat golongan
sulfonamida.
1.5 Efek Samping
Efek samping cotrimoxazole adalah:
Efek samping jarang terjadi pada umumnya ringan, seperti reaksi hipersensitif/alergi,
ruam kulit, sakit kepala dan gangguan pencernaan misalnya mual, muntah dan diare.
Leukopenia, trombositopenia, agranulositosis, anemia aplastik, diskrasia darah.
Walaupun sifatnya jarang dapat terjadi reaksi hipersensitivitas yang fatal pada kulit atau
darah seperti sindrom Steven Johnson, toxic epidermal, necrosis fulminant, hepatic
necrosis dan diskrasia darah lainnya.
1.6 Dosis
Dosis untuk penggunaan cotrimoxazole adalah sebagai berikut.
6 minggu 6 bulan:
120 mg, 2 kali sehari.
6 bulan 6 tahun:
240 mg, 2 kali sehari.
6 12 tahun:
480 mg, 2 kali sehari.
Dewasa dan anak diatas 12 tahun:
960 mg, 2 kali sehari
1.7 Sediaan
Sediaan dari cotrimoxazole dapat berupa sirup dan tablet.
1.8 Cara Kerja Obat
Cotrimoxazole merupakan kombinasi obat sulfamethoxazole dan trimetoprim dimana
kedua obat ini bekerja secara sinergis menjadi bactericidal.
-
Mekanisme aksi Cotrimexazole ada 2:
Sulfamethoxazole: karena kesamaan struktural dengan PABA(p-aminobenzoic),
sulfonamides bersaing untuk mengikat dengan enzim folat sintetase = inhibisi kerja
enzim. Akibatnya, terjadi defisiensi asam folat dalam organisme. Sel manusia
mendapatkan asam folat dari luar/makanan - bakteri harus mensintetis asam folat mereka
sendiri, sehingga mereka tidak terpengaruh.Obat ini adalah bakteriostatik(menghambat
pertumbuhan bakteri).
Trimethoprim
Menghambat metabolisme asam folat, pada saat pengubahan asam dihydrofolat ke
tetrahydrofolat dengan menghambat enzim DHFR (dihydrofolat reduktase). Dengan
demikian, lokasi aksi trimethoprim adalah langkah berikutnya setelah obat sulfonamid
bekerja. DHFR pada manusia adalah 50000 kali kurang sensitif terhadap aksi
trimethoprim. Trimethoprim juga bateriostatik.
Skema cara kerja/mekanisme obat cotrimoxazole:
.
-
2. Sulfadoksin + Pirimetamin
Sulfadoksin-pirimetamin merupakan obat anti malaria golongan anti-folat. Sulfadoksin
merupakan golongan yang terdiri dari sulfanomid, sedangkan pirimetamin golongan diamino-
pirimidin. Obat kombinasi ini memiliki:
a. Spektrum aktifitas obat
- Skintosida jaringan:
Pirimetamin diduga mempunyai efek dan bekerja pada stadium eksoeritroser di hati.
- Skintosida darah:
Sulfadoksin-pirimetamin efektif terhadap parasit malaria terutama P. Falciparum
2.1 Indikasi
Indikasi penggunaan kombinasi obat sulfadoksin-pirimetamin adalah untuk malaria
falciparum di daerah yang belum tersedia obat kombinasi artesunat dan amodiakuin.
2.2 Kontraindikasi
Kontraindikasi penggunaan kombinasi obat sulfadoksin+pirimetamin adalah penderita
dengan hipersensitif terhadap sulfa atau pirimetamin, gangguan fungsi ginjal dan/atau gangguan
fungsi hati yang berat, bayi, wanita hamil, dan menyusui.
2.3 Efek Samping
Efek samping yang mungkin timbul adalah: mual, muntah, sakit kepala, gangguan tidur
(insomnia), gangguan penglihatan hemolisis (pada penderita G6PD), granulositosis,
granulositopenia, anemia aplastik dan trombositopenia. Nekrosis hari dapat terjadi 3-5 hari
sesudah pengobatan. Kelainan hati ini dapat menjadi fatal karena terjadi acute yellow athropy.
-
2.4 Dosis
Kombinasi obat ini diberikan dengan dosis tunggal berdasarkan dosis sulfadoksin 25
mg/kgBB atau pirimetamin 1,25 mg/kgBB (dosis maksimal dewasa 3 tablet).
2.5 Cara Kerja Obat
Pirimetamin bekerja sebagai inhibitor enzim dihidrofolat reduktase (enzim ini berfungsi
dalam perubahan asam dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat) sehingga parasit menjadi tidak
mampu membentuk asam tetrahidrofolat, selanjutnya tidak mampu melanjutkan sizogoni dan
akhirnya difagositosis.
Sulfadoksin bekerja sebagai kompetitor PABA dalam memperebutkan enzim
dihidropteroat sintertase, sehingga pembentukan asam dihidropteroat dari dihidroperidin menjadi
terganggu.
-
Tugas Farmakologi 2
Obat Cotrimoxazole, Sulfadoksin + Pirimetamin
Disusun oleh:
Harentya Suci S (04121004059)
Haritsa B (04121004060)
Febri Rusdi (04121004061)
Meilani (04121004062)
Gabriela Maretta (04121004063)
Fina Rahma H (04121004064)
Resty Wahyu V (04121004065)
Dosen Pembimbing:
dr. Debby H Harahap, M.Kes
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014