Transcript
Page 1: Modul Praktikum PERPETAANumpalangkaraya.ac.id/dosen/rudyyogalesmana/wp-content/... · Web viewNilai total praktikum merupakan penggabungan dari nilai kehadiran mahasiswa pada saat

MODUL PRAKTIKUMPERPETAAN

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA2017

Page 2: Modul Praktikum PERPETAANumpalangkaraya.ac.id/dosen/rudyyogalesmana/wp-content/... · Web viewNilai total praktikum merupakan penggabungan dari nilai kehadiran mahasiswa pada saat

Prodi Teknik Lingkungan 2017 Modul Praktikum PERPETAAN

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

PENJELASAN PRAKTIKUM PERPETAAN ii

MODUL 02 – GPS 5

MODUL 03 – 10

MODUL 04 – 14

MODUL 05 – 21

LAMPIRAN 45

i |

Page 3: Modul Praktikum PERPETAANumpalangkaraya.ac.id/dosen/rudyyogalesmana/wp-content/... · Web viewNilai total praktikum merupakan penggabungan dari nilai kehadiran mahasiswa pada saat

Prodi Teknik Lingkungan 2017 Modul Praktikum PERPETAAN

PENJELASAN PRAKTIKUM PERPETAAN

RESPONSI

1. Peserta wajib mengikuti responsi praktikum setiap minggu

2. Responsi diadakan setiap sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan dosen

pengampu

3. Responsi terdiri dari penjelasan praktikum dan tes responsi, tidak mengikuti

responsi otomatis nilai tes responsi nol

4. Nilai tes responsi akan dimasukan ke dalam nilai akhir praktikum.

PRAKTIKUM

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. Praktikum dilaksanakan di Lapangan maupun di ruang perkuliahan

2. Praktikum dilaksanakan selama 90 menit, sudah termasuk tes awal dan

tes akhir

3. Mahasiswa yang tidak mengikuti praktikum berarti tidak lulus praktikum

dan otomatis tidak lulus Mata Kuliah Mekanika Fluida

4. Mahasiswa diharapkan hadir tepat waktu dengan toleransi

keterlambatan 15 menit. Mahasiswa yang terlambat 5-10 menit

dikenakan sanksi perorangan (10) dan sanksi kelompok (-5). Sedangkan

untuk mahasiswa terlambat lebih dari 15 menit dianggap tidak hadir

praktikum dan mendapat saksi perorangan (-20) dan sanksi kelompok (-

5) tetapi masih berhak mengikuti dan mengerjakan laporan praktikum

5. Mahasiswa tidak diperkenankan bercanda ketika sedang melaksanakan

praktikum

6. Bagi mahasiswa yang memecahkan dan/atau merusak properti

laboratorium, segera lapor asisten dan mengganti item tersebut setelah

kejadian tersebut

7. Mahasiswa tidak boleh menggunakan fasilitas apapun di laboratorium

tanpa izin dari asisten yang bertugas

1

Page 4: Modul Praktikum PERPETAANumpalangkaraya.ac.id/dosen/rudyyogalesmana/wp-content/... · Web viewNilai total praktikum merupakan penggabungan dari nilai kehadiran mahasiswa pada saat

Prodi Teknik Lingkungan 2017 Modul Praktikum PERPETAAN

B. KELENGKAPAN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa wajib mengisi daftar hadir praktikum yang telah disiapkan

oleh asisten

2. Selama praktikum, Mahasiswa diwajibkan memakai jas laboratorium

lengan panjang, pakaian rapi dan sopan, dan tidak memakai kaos

Oblong. Jika kelengkapan tidak terpenuhi, praktikan tidak diizinkan

mengikuti praktikum = nilai praktikum 0

3. Mahasiswa harus sudah memakai jas lab ketika memasuki ruangan

laboratorium dan dibuka setelah praktikum selesai praktikum

4. Modul Praktikum Wajib dibawa pada saat mengikuti Praktikum, jika

tidak dibawa maka akan terdapat pengurangan nilai

5. Tas mahasiswa disusun rapih diruang di tempat yg sudah disediakan

dan disarankan tidak membawa barang berharga

6. Peralatan pribadi yang diperlukan untuk praktikum, meliputi

stopwatch/HP/ berstopwatch (1 per kelompok), penggaris 30 cm (2

per kelompok), kalkulator (1 per kelompok), alat tulis (perorangan).

C. IJIN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti praktikum hanya

diperbolehkan oleh 2 alasan :

1. Sakit, dengan melampirkan surat sakit (surat sakit dari dokter)

paling lambat 1 minggu setelah praktikum, diberikan pada

asisten yang bertugas saat praktikum. pemberitahuan bahwa

mahasiswa sakit harus disampaikan oleh teman satu kelompok

ke asisten yang bertugas pada saat praktikum dilaksanakan

2. Ijin, dengan melampirkan surat ijin (yang dibuat oleh

wali/orangtua/Instansi) pada hari praktikum dilaksanakan,

diberikan pada asisten praktikum

2

Page 5: Modul Praktikum PERPETAANumpalangkaraya.ac.id/dosen/rudyyogalesmana/wp-content/... · Web viewNilai total praktikum merupakan penggabungan dari nilai kehadiran mahasiswa pada saat

Prodi Teknik Lingkungan 2017 Modul Praktikum PERPETAAN

Pemberitahuan bahwa praktikan izin harus disampaikan oleh teman satu

kelompok ke asisten yang bertugas pada saat praktikum dilaksanakan.

1. Tidak ada praktikum susulan bagi mahasiswa yang berhalangan mengikuti

praktikum. Namun mahasiswa tetap diharuskan mengumpulkan laporan

dengan data kelompoknya dan berhak mendapat nilai penuh laporan

2. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti praktikum tanpa keterangan tidak

berhak mendapatkan nilai laporan praktikum modul yang dipraktikumkan

D. PENYUSUNAN LAPORAN

A. LAPORAN PRAKTIKUM

1. Laporan praktikum merupakan laporan perorangan ditulis di kertas A4.

2. Pengumpulan laporan dilakukan satu minggu setelah praktikum

3. Laporan diserahkan kepada asisten yang bertugas sesuai dengan jam

praktikum secara berkelompok

B. KOMPONEN LAPORAN

1. Cover laporan

2. Tujuan praktikum (5)

3. Prinsip percobaan (10)

4. Dasar Teori (15)

5. Data awal (4)

6. Pengolahan data (10)

7. Data Akhir (4)

8. Analisa A (30)

9. Analisa B (10)

10. Kesimpulan (10)

11. Daftar pustaka (2)

C. KETENTUAN ISI LAPORAN:

1. Cover laporan : mengikuti format yang telah diberikan

2. Dasar Teori : dikerjakan secara perorangan (satu kelompok boleh sama)

3. Tujuan praktikum : berisi tujuan praktikum bukan sasaran praktikum

3

Page 6: Modul Praktikum PERPETAANumpalangkaraya.ac.id/dosen/rudyyogalesmana/wp-content/... · Web viewNilai total praktikum merupakan penggabungan dari nilai kehadiran mahasiswa pada saat

Prodi Teknik Lingkungan 2017 Modul Praktikum PERPETAAN

4. Prinsip Praktikum : dijelaskan dalam bentuk paragraf, merupakan prinsip

praktikum (metoda yang dilakukan saat praktikum hingga tercapai tujuan

praktikum)

5. Data Awal : berupa data hasil pengamatan di laboratorium (boleh berupa

tabel)

6. Pengolahan data : berupa tahapan-tahapan perhitungan lengkap untuk 1

jenis variasi debit

7. Data Akhir : merupakan data hasil pengolahan dari data awal (boleh

berupa tabel)

E. NILAI TOTAL PRAKTIKUM

Nilai total praktikum merupakan penggabungan dari nilai kehadiran

mahasiswa pada saat responsi dan praktikum (10%), nilai tes responsi (15),

nilai tes awal/akhir (15), dan nilai laporan (60%)

4

Page 7: Modul Praktikum PERPETAANumpalangkaraya.ac.id/dosen/rudyyogalesmana/wp-content/... · Web viewNilai total praktikum merupakan penggabungan dari nilai kehadiran mahasiswa pada saat

Prodi Teknik Lingkungan 2017 Modul Praktikum PERPETAAN

MODUL 01 – GLOBAL POSITIONING SYSTEM

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa dapat mengetahui bagian-bagian dan fungsi GPS

2. Mahasiswa dapat menggunakan GPS secara sederhana dalam menentukan

posisi di lapangan.

3. Mahasiswa mampu mem-plot hasil pembacaan GPS ke dalam peta google map

B. DASAR TEORI

GPS dalah bagian dari sistem radio navigasi berbasis satelit yang secara

terus-menerus mentransmisikan informasi dalam bentuk kode, sehingga

memungkinkan kita untuk mengidentifikasikan lokasi / posisi, ketinggian,

kecepatan dan waktu dengan mengukur jarak kita dengan satelit.

Global positioning system merupakan metode penentuan posisi ekstra-

teristris yang menggunakan satelit GPS sebagai target pengukuran. Metode ini

dinamakan penentuan posisi secara global karena koordinat yang dihasilkan

bersifat geosentrik, artinya pusat massa bumi dianggap sebagai pusat sistem

koordinat sehingga sistem koordinat ini berlaku untuk seluruh dunia. Sebagai

bidang referensi (bidang datum) koordinat digunakan elipsoid World Geodetic

System 1984 (WGS 1984).

Ada dua jenis alat penerima sinyal GPS yaitu navigasi dan jenid goedetik. Alat

penerima jenis navigasi merupakan alat yang mempunyai bentuk sederhana,

kecil, dan praktis dibawa kemana-mana karena tidak dilengkapi alat

perlengkapan lainnya (seperti statip atau kaki tiga dan antena luar) sehingga,

tidak memerlukan bantuan orang lain untuk membawanya.karena itu, alat ini

sangat sesuai untuk digunakan sebagai alat petunjuk navigasi. Berbeda dengan

jenis navigasi, jenis geodetik merupakan alat penerima sinyal satelit GPS yang

mempunyai bentuk dan ukuran lebih besar dari jenis navigasi, serta dilengkapi

dengna kaki tiga (statip) untuk menempatkan antena tepat diatas titik yang akan

5

Page 8: Modul Praktikum PERPETAANumpalangkaraya.ac.id/dosen/rudyyogalesmana/wp-content/... · Web viewNilai total praktikum merupakan penggabungan dari nilai kehadiran mahasiswa pada saat

Prodi Teknik Lingkungan 2017 Modul Praktikum PERPETAAN

diukur/ditentukan posisinya. Dengan demikian, untuk membawa seluruh

perlengkapan kelapangan diperlukan dua atau tiga orang personal.

Prinsip penentuan posisis degan GPS ini merupakan metode pengikatan

keblakang. Pada metode pengikatan kebelakang yang asli, data yang diukur

adalah sudut-sudut di titik yang dicari koordinatnya desatelit-satelit yang sedang

diamati (paling sedikit diperlukan empat satelit untuk setiap satu titik ukur.

Berhubung posisi/ koordinatnya sudah diketahui setiap saat, maka satelit-satelit

tersebut bervungsi sebagai titik ikat. Posisi yagn diukut/ditentukan oleh metode

GPS ini adalah dalam bentuk koordinat siku-siku tiga dimensi atau dapat pula

dlam bentuk koordinat geodetis (lintang, bujur) yang semuanya ditentukan

terhadap elipsoid geosentrik World Geodetic System 1984 (WGS-1984).

C. ALAT DAN BAHAN :

1. GPS

2. Alat Tulis

3. Komputer/ Laptop Untuk Input data

D. CARA KERJA

1. Siapkanlah peralatan yang sudah ditentukan

2. Ambillah Titik Koordinat dengan menggunakan GPS pada wilayah yang

tidak tertutupi oleh Vegetasi

3. Trackinglah wilayah yang akan dilewati dengan menggunakan GPS, dan

tandai wilayah-wilayah yang diaanggap penting dengan menggunakan

waypoint.

4. Data yang sudah terekam di GPS selanjutnya di Eksport ke software

Mapsource/Global mapper

6

Page 9: Modul Praktikum PERPETAANumpalangkaraya.ac.id/dosen/rudyyogalesmana/wp-content/... · Web viewNilai total praktikum merupakan penggabungan dari nilai kehadiran mahasiswa pada saat

Prodi Teknik Lingkungan 2017 Modul Praktikum PERPETAAN

MODUL 02 – SURVEY PENGUKURAN DENGAN WATERPASS

A. TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum Ilmu Ukur Tanah ini adalah sbb:

1. Praktikan dapat memahami cara menentukan jarak optis patok utama dan

detail

2. Memahami cara menentukan beda tinggi,

3. Memahami cara menentukan koreksi kesalahan,

4. Memahami cara menentukan tinggi patok, dan

5. Memahami cara mentukan kemiringan patok

B. DASAR TEORI

1. Teori Pengukuran

Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk menentukan beda tinggi

antara dua titik atau lebih. Pengukuran waterpass ini sangat penting gunanya

untuk mendapatkan data sebagai keperluan pemetaan, perencanaan ataupun

untuk pekerjaan konstruksi. Hasil-hasil dari pengukuran waterpass di antaranya

digunakan untuk perencanaan jalan, jalan kereta api, saluran, penentuan letak

bangunan gedung yang didasarkan atas elevasi tanah yang ada, perhitungan

urugan dan galian tanah, penelitian terhadap saluran-saluran yang sudah ada,

dan lain-lain.Dalam pengukuran tinggi ada beberapa istilah yang sering

digunakan, yaitu :

a) Garis vertikal adalah garis yang menuju ke pusat bumi, yang umum dianggap

sama dengan garis unting-unting.

b) Bidang mendatar adalah bidang yang tegak lurus garis vertikal pada setiap

titik. Bidang horisontal berbentuk melengkung mengikuti permukaan laut.

c) Datum adalah bidang yang digunakan sebagai bidang referensi untuk

ketinggian, misalnya permukaan laut rata-rata.

d) Elevasi adalah jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap bidang datum.

7

Page 10: Modul Praktikum PERPETAANumpalangkaraya.ac.id/dosen/rudyyogalesmana/wp-content/... · Web viewNilai total praktikum merupakan penggabungan dari nilai kehadiran mahasiswa pada saat

Prodi Teknik Lingkungan 2017 Modul Praktikum PERPETAAN

e) Banch Mark (BM) adalah titik yang tetap yang telah diketahui elevasinya

terhadap datum yang dipakai, untuk pedoman pengukuran elevasi daerah

sekelilingnya.

Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu

teropong horisontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi horisontal

adalah nivo, yang berbentuk tabung berisi cairan dengan gelembung di

dalamnya.

Dalam menggunakan alat ukur waterpass harus dipenuhi syarat-syarat sbb :

1) Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.

2) Garis arah nivo harus tegak lurus sumbu I.

3) Benang silang horisontal harus tegak lurus sumbu I.

2. Fungsi utama.

a. Memperoleh pandangan mendatar atau mendapat garis bidikan yang sama

tinggi, sehingga titik – titik yang tepat garis bidikan/ bidik memiliki ketinggian

yang sama.

b. Dengan pandangan mendatar ini dan diketahui jarak dari garis bidik yang

dapat dinyatakan sebagai ketinggian garis bidik terhadap titik – titik tertentu,

maka akan diketahui atau ditentukan beda tinggi atau ketinggian dari titik –

titik tersebut

3. Poligon

Poligon adalah serangkaian garis lurus yang menghubungkan titik-titik yang

terletak di permukaan bumi. Garis-garis lurus membentuk sudut-sudut pada titik-

titik perpotongannya. Dengan menggunakan poligon dapat ditentukan secara

sekaligus koordinat beberapa titik yang letaknya berurutan dan memanjang.

Pada ujung awal poligon diperlukan satu titik yang telah diketahui koordinat

dan sudut jurusannya. Karena untuk menentukan koordinat titik yang lain

diperlukan sudut mendatar dan jarak mendatar, maka pada pengukuran di

lapangan data yang diambil adalah data sudut mendatar dan jarak mendatar di

samping itu diperlukan juga penentuan sudut jurusan dan satu titik yang telah

8

Page 11: Modul Praktikum PERPETAANumpalangkaraya.ac.id/dosen/rudyyogalesmana/wp-content/... · Web viewNilai total praktikum merupakan penggabungan dari nilai kehadiran mahasiswa pada saat

Prodi Teknik Lingkungan 2017 Modul Praktikum PERPETAAN

diketahui koordinatnya.

C. ALAT DAN BAHAN

1. Pesawat penyipat datar (PPD)

Alat ukur waterpass secara umum memiliki bagian-bagian sebagai berikut :

a. Lingkaran horizontal berskala,

b. Skala pada lingkaran horizontal,

c. Okuler teropong,

d. Alat bidik dengan celah penjara,

e. Cermin nivo,

f. Sekrup penyetel fokus,

g. Sekrup penggerak horizontal,

h. Sekrup pengungkit,

i. Sekrup pendatar,

j. Obyektif teropong,

k. Nivo tabung,

l. Nivo kotak.

9

Page 12: Modul Praktikum PERPETAANumpalangkaraya.ac.id/dosen/rudyyogalesmana/wp-content/... · Web viewNilai total praktikum merupakan penggabungan dari nilai kehadiran mahasiswa pada saat

Prodi Teknik Lingkungan 2017 Modul Praktikum PERPETAAN

2. Statif (Kaki Tiga)

Statif (kaki tiga) berfungsi sebagai penyangga waterpass dengan ketiga

kakinya dapat menyangga penempatan alat yang pada masing-masing ujungnya

runcing, agar masuk ke dalam tanah. Ketiga kaki statif ini dapat diatur tinggi

rendahnya sesuai dengan keadaan tanah tempat alat itu berdiri. Seperti tampak

pada gambar dibawah ini :

3. Unting – Unting

4. Rambu Ukur

5. Payung

6. Meteran

7. Patok

8. Kompas

D. CARA KERJA

1. Penentuan profil

a. Profil Memanjang

10

Page 13: Modul Praktikum PERPETAANumpalangkaraya.ac.id/dosen/rudyyogalesmana/wp-content/... · Web viewNilai total praktikum merupakan penggabungan dari nilai kehadiran mahasiswa pada saat

Prodi Teknik Lingkungan 2017 Modul Praktikum PERPETAAN

· Pemasangan patok dilakukan pada jarak tertentu. Dalam hal ini sesuai

dengan keinginan anda. Namun demikian, terlebih dahulu tentukan arah utara

dengan menggunakan kompas. Kemudian menolkan nilai dariwaterpass, dimana

arah utara merupakan patokan utama. Waterpassdiletakkan di tengah-tengah

antara kedua patok.

1) Waterpass diseimbangkan dengan melihat kedudukan nivo sambil memutar

sekrup penyetel hingga gelembung yang berada di dalamnya dalam

kedudukan yang seimbang (di tengah-tengah).

2) Pada pengukuran profil memanjang ini digunakan metode “Double

Standing”, yaitu suatu metode dimana pengukuran pergi dan pengukuran

pulang dilakukan serempak hanya dengan menggunakan kedudukan

pesawat, misalnya pada pengukuran pergi, P0 sebagai pembacaan belakang

dan P1 sebagai pembacaan muka, begitu pula sebaliknya.

3) Bak ukur diletakkan di atas patok dengan kedudukan vertikal dari segala

arah.

4) Waterpass diarahkan ke patok pertama (P0) selanjutnya disebut pembacaan

belakang. Pada teropong terlihat pembacaan benang atas, benang tengah

dan bawah. Setelah itu waterpass diarahkan ke patok kedua (P1).

5) Selanjutnya dengan mengubah letak pesawat (waterpass) kita mengadakan

pengukuran pulang dengan mengarahkan ke P1 (pembacaan belakang). Pada

teropong terlihat pembacaan benang atas, tengah dan bawah.

6) Pengamatan selanjutnya dilakukan secara teratur dengan cara seperti di atas

sampai pada patok terakhir.

7) Pembacaan hasil pengukuran dicatat pada tabel

b. Profil Melintang

1) Waterpass diletakkan pada patok utama dan diseimbangkan kembali

11

Page 14: Modul Praktikum PERPETAANumpalangkaraya.ac.id/dosen/rudyyogalesmana/wp-content/... · Web viewNilai total praktikum merupakan penggabungan dari nilai kehadiran mahasiswa pada saat

Prodi Teknik Lingkungan 2017 Modul Praktikum PERPETAAN

kedudukan nivo nya seperti pada pengukuran profil memanjang.

2) Pada jarak yang memungkinkan diletakkan bak ukur. Titik yang diukur

disebelah kanan waterpass diberi simbol a, b dan disebelah kiri diberi simbol c

dan d.

3) Pengukuran dilakukan secara teliti mulai dari patok pertama sampai pada

patok terakhir.

4) Semua data yang diperoleh dicatat pada tabel yang tersedia

c. Cara Mengoperasikan Alat Ukur Waterpass Ada 4 jenis kegiatan yang harus

dikuasai dalam mengoperasikan alat ini, yaitu :

1) Memasang alat di atas kaki tiga Alat ukur waterpass tergolong kedalam

Tripod Levels, yaitu dalam penggunaannya harus terpasang diatas kaki tiga.

Oleh karena itu kegiatan pertama yang harus dikuasai adalah memasang alt

ini pada kaki tiga atau statif. Pekerjaan ini jangan dianggap sepele, jangan

hanya dianggap sekedar menyambungkan skrup yang ada di kaki tiga ke

lubang yang ada di alat ukur, tetapi dalam pemasangan ini harus

diperhatikan juga antara lain :

2) Kedudukan dasar alat waterpass dengan dasar kepala kaki tiga harus pas,

sehingga waterpass terpasang di tengah kepala kaki tiga.

3) Kepala kaki tiga umumnya berbentuk menyerupai segi tiga, oleh karena itu

sebaikny tiga skrup pendatar yang ada di alat ukur tepat di bentuk segi tiga

tersebut.

4) Pemasangan skrup di kepala kaki tiga pada lubang harus cukup kuat agar

tidak mudah bergeser apalagi sampai lepas Skrup penghubung kaki tiga dan

alat terlepas.

5) Mendirikan Alat ( Set up ) Mendirikan alat adalah memasang alat ukur yang

sudah terpasang pada kaki tiga tepat di atas titik pengukuran dan siap untuk

dibidikan, yaitu sudah memenuhi persyaratan berikut:

6) Sumbu satu sudah dalam keadaan tegak, yang diperlihatkan oleh kedudukan

12

Page 15: Modul Praktikum PERPETAANumpalangkaraya.ac.id/dosen/rudyyogalesmana/wp-content/... · Web viewNilai total praktikum merupakan penggabungan dari nilai kehadiran mahasiswa pada saat

Prodi Teknik Lingkungan 2017 Modul Praktikum PERPETAAN

gelembung nivo kotak ada di tengah.

7) Garis bidik sejajar garis nivo, yang ditunjukkan oleh kedudukan gelembung

nivo tabung ada di tengah atau nivo U membentuk huruf U.

8) Membidikan Alat Membidikan alat adalah kegiatan yang dimulai dengan

mengarahkan teropong ke sasaran yang akan dibidik, memfokuskan

diafragma agar terlihat dengan jelas, memfokuskan bidikan agar objek yang

dibidik terlihat jelas dan terakhir menepatkan benang diafragma tegak dan

diafragma mendatar tepat pada sasaran yang diinginkan.

D. Membaca Hasil Pembidikan Ada 2 hasil pembidikan yang dapat dibaca, yaitu :

a. Pembacaan Benang atau pembacaan rambu.

Pembacaan benang atau pembacaan rambu adalah bacaan angka pada rambu

ukur yang dibidik yang tepat dengan benang diafragma mendatar dan benang

stadia atas dan bawah. Bacaan yang tepat dengan benang diafragma mendatar

biasa disebut dengan Bacaan Tengah (BT), sedangkan yang tepat dengan benang

stadia atas disebut Bacaan Atas (BA) dan yang tepat dengan benang stadia

bawah disebut Bacaan Bawah (BB). Karena jarak antara benang diafragma

mendatar ke benang stadia atas dan bawah sama, maka :

BA – BT = BT – BB atau BT = ½ ( BA – BB)

Persamaan ini biasa digunakan untuk mengecek benar atau salahnya

pembacaan. Kegunaan pembacaan benang ini adalah :

1) Bacaan benang tengah digunakan dalam penentuan beda tinggi antara

tempat berdiri alat dengan tempat rambu ukur yang dibidik atau diantara

rambu-rambu ukur yang dibidik.

2) Bacaan benang atas dan bawah digunakan dalam penentuan jarak antara

tempat berdiri alat dengan tempat rambu ukur yang dibidik.

Pembacaan rambu ukur oleh alat ini ada yang terlihat dalam keadaan tegak

dan ada yang terbalik, sementara pembacaannya dapat dinyatakan dalam

satuan meter (m) atau centimeter (cm).

13

Page 16: Modul Praktikum PERPETAANumpalangkaraya.ac.id/dosen/rudyyogalesmana/wp-content/... · Web viewNilai total praktikum merupakan penggabungan dari nilai kehadiran mahasiswa pada saat

Prodi Teknik Lingkungan 2017 Modul Praktikum PERPETAAN

3) Pembacaan Sudut Waterpass seringkali juga dilengkapi dengan lingkaran

mendatar berskala, sehingga dapat digunakan untuk mengukur sudut

mendatar atau sudut horizontal.

4) Ada 2 satuan ukuran sudut yang biasa digunakan, yaitu :

a) Satuan derajat

Pada satuan ini satu lingkaran dibagi kedalam 360 bagian, setiap bagian

dinyatakan dengan 1 derajat (1°), setiap derajat dibagi lagi menjadi 60 bagian,

setiap bagian dinyatakan dengan 1 menit (1’) dan setiap menit dibagi lagi

kedalam 60 bagian dan setiap bagian dinyatakan dengan 1 detik (1”).

b) Satuan grid.

Pada satuan ini satu lingkaran dibagi kedalam 400 bagian, setiap bagian

dinyatakan dengan 1 grid (1g), setiap grid dibagi lagi menjadi 100 bagian, setiap

bagian dinyatakan dengan 1 centigrid (1cg) dan setiap centigrid dibagi lagi

kedalam 100 bagian dan setiap bagian dinyatakan dengan 1 centi-centigrid

(1ccg). Salah satu contoh pembacaan sudut horizontal dari alat ukur waterpass

NK2 dari Wild.

E. Cara Penentuan Beda Tinggi

Dalam praktikum ini, alat yang digunakan adalah alat untuk penyipat

datar (waterpass). Penentuan beda tinggi dengan menggunakan alat

ukurwaterpass dapat dilakukan dengan tiga cara tergantung keadaan di

lapangan:

a. Menempatkan alat ukur penyipat datar pada salah satu titik. Misalnya

pesawat di letakkan di titik B. Tinggi A (garis bidik) atau titik tengah

teropong di atas titik B di ukur dengan mistar. Dengan gelembung di tengah–

tengah lingkaran, garis bidik diarahkan ke mistar (bak) ukur yang diletakkan

di titik A.

b. Besarnya pembacaan benang tengah pada bak ukur dinamakan J, maka beda

tinggi antara titik A dan B adalah :

14

Page 17: Modul Praktikum PERPETAANumpalangkaraya.ac.id/dosen/rudyyogalesmana/wp-content/... · Web viewNilai total praktikum merupakan penggabungan dari nilai kehadiran mahasiswa pada saat

Prodi Teknik Lingkungan 2017 Modul Praktikum PERPETAAN

b. Alat ukur penyipat datar ditempatkan diantara titik A dan B. Jarak alat ukur

penyipat datar antara kedua bak ukur diambil kira-kira sama. Diusahakan agar

pesawat tetap berada ditengah – tengah. Pada kedua titik tersebut diletakkan

bak ukur. Arahkan pesawat ke bak ukur A (pembacaan belakang) dan hasil

pembacaannya dinamakan R. Lalu pesawat diputar searah jarum jam untuk

melakukan pembacaan benang tengah pada bak ukur B (pembacaan muka) dan

hasil pembacaannya dinamakan V. Maka beda tinggi antara titik A dan B:

c. Menempatkan alat ukur di luar titik A dan titik B, hal ini dilakukan dilakukan bila

keadaan terpaksa, mungkin karena adanya penghalang seperti sungai, selokan

atau saluran-saluran air lainnya antara kedua titik tersebut. Pada gambar

15

Page 18: Modul Praktikum PERPETAANumpalangkaraya.ac.id/dosen/rudyyogalesmana/wp-content/... · Web viewNilai total praktikum merupakan penggabungan dari nilai kehadiran mahasiswa pada saat

Prodi Teknik Lingkungan 2017 Modul Praktikum PERPETAAN

dibawah ini, pesawat ditempatkan di sebelah kanan titik B selanjutnya dilakukan

pembacaan benang tengah dan hasil pembacaan bak ukur B disebut V, maka

beda tinggi antara titik A dan B adalah :

Dari ketiga cara tersebut, yang paling teliti adalah dengan cara

menempatkan alat ukur tersebut di antara dua titik yang akan diukur beda

tingginya karena dengan mengubah arahnya sesuai dengan arah jarum jam maka

kesalahannya negatif, juga kesalahan atmopsferiknya saling berbagi.

3.5. Kesalahan Yang Terjadi Dalam Pengukuran

Dalam melakukan pengukuran kita tidak luput dari kesalahan-kesalahan.

Kesalahan itu dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu :

a. Kesalahan Besar ( Mistakes Blunder )

Kesalahan ini dapat terjadi karena kurang hati-hati dalam melakukan

pengukuran atau kurang pengalaman dan pengetahuan dari praktikan. Apabila

terjadi kesalahan ini, maka pengukuran harus di ulang atau hasil yang mengalami

kesalahan tersebut dicoret saja.

b. Kesalahan Sistimatis ( Sistematic Error )

Umumnya kesalahan ini terjadi karena alat ukur itu sendiri. Misalnya

panjang meter yang tidak tepat atau mungkin peralatan ukurnya sudah tidak

sempurna. Kesalahan ini dapat dihilangkan dengan perhitungan koreksi atau

mengkaligrasi alat/memperbaiki alat.

16

Page 19: Modul Praktikum PERPETAANumpalangkaraya.ac.id/dosen/rudyyogalesmana/wp-content/... · Web viewNilai total praktikum merupakan penggabungan dari nilai kehadiran mahasiswa pada saat

Prodi Teknik Lingkungan 2017 Modul Praktikum PERPETAAN

c. Kesalahan Yang Tidak Terduga/Acak ( Accidental Error )

Kesalahan ini dapat terjadi karena hal–hal yang tidak diketahui dengan pasti

dan tidak diperiksa. Misalnya ada getaran pada alat ukur ataupun pada tanah.

Kesalahan dapat diperkecil dengan melakukan observasi dan mengambil nilai

rata– rata sebagai hasil.

Hambatan

Hambatan yang terjadi di lapangan ada beberapa faktor yang mempengaruhi

jalannya / proses pengukuran yaitu :

1. Faktor Kurangnya pemahaman tentang teori pengukuran,

2. Faktor bahan dan alat,

Terlebih lagi faktor cuaca juga memperlambat proses pengukuran karena

apabila cuaca hujan otomatis tim pengukur berhenti sejenak untuk berteduh dari

hujan.

Rumus – rumus yang di gunakan

Rumus Perhitungan Profil Memanjang

a. Perhitungan Jarak Optis patok utama

Rumus :

D = ( Ba – Bb ) x 100

Dimana :

D = Jarak Optis (m)

Ba = Benang atas (mm)

Bb = Benang bawah (mm)

b. Perhitungan Beda Tinggi Patok Utama

Rumus :

∆H = Bt blkn – Bt muka

Dimana :

∆H = Beda Tinggi (m)

Bt blkn = Benang Tengah (mm)

17

Page 20: Modul Praktikum PERPETAANumpalangkaraya.ac.id/dosen/rudyyogalesmana/wp-content/... · Web viewNilai total praktikum merupakan penggabungan dari nilai kehadiran mahasiswa pada saat

Prodi Teknik Lingkungan 2017 Modul Praktikum PERPETAAN

Bt muka = Benang Tengah (mm)

c. Perhitungan Koreksi Kesalahan

· Perhitungan Kesalahan Keseluruhan

Rumus :

Z =∑ ∆H ± ∆H

Dimana :

Z = Kesalahan

∑ ∆H = Jumlah Total Beda Tinggi Pengukuran

∆H = Jumlah Beda Tinggi Pengukuran per patok

· Perhitungan Kesalahan Perpatok

Rumus :

K = - (Z / ( n – 1 ))

Dimana :

K = Nilai Koreksi

Z = Kesalahan

N = Banyaknya Patok

d. Perhitungan Tinggi Titik Patok Utama

Rumus :

Pn = Pn-1 ± ∆H n-1 ± K

Dimana :

Pn = Tinggi Titik Utama

Pn-1 = Tinggi Titik Utama sebelum Pn

∆H = Beda tinggi

K = Koreksi

e. Perhitungan Kemiringan Patok Utama

Rumus :

/ Tn = (∆H/ D ) / 100 %

Dimana :

/ Tn = Kemiringan Titik Yang ditinjau

∆H = Jarak Optis Rata-Rata Tiap Patok Utama

18

Page 21: Modul Praktikum PERPETAANumpalangkaraya.ac.id/dosen/rudyyogalesmana/wp-content/... · Web viewNilai total praktikum merupakan penggabungan dari nilai kehadiran mahasiswa pada saat

Prodi Teknik Lingkungan 2017 Modul Praktikum PERPETAAN

Rumus Perhitungan Profil Melintang

a. Perhitungan Jarak Optis Detail’

Rumus :

D = ( Ba – Bb ) x 100

Dimana :

D = Jarak Optis

Ba = Benang Atas

Bb = Benang Bawah

b. Perhitungan Beda Tinggi Detail

Rumus :

∆H = Tinggi Pesawat – Bt Detail

Dimana :

∆H = Beda Tinggi

Bt = Benang Tengah

c. Perhitungan Tinggi Titik Detail

Rumus :

T = Pn ± ∆H

Dimana :

T = Tinggi Titik Detai Yang ditinjau

Pn = Tinggi Titik Patok Utama

d. Perhitungan Kemiringan Detail

Rumus :

/ T det = ( ∆H Detail / D det ) * 100 %

Dimana :

/ T det = Kemiringan detail

∆H Detail = Beda tinggi detail

D det = Jarak Optis detail

19

Page 22: Modul Praktikum PERPETAANumpalangkaraya.ac.id/dosen/rudyyogalesmana/wp-content/... · Web viewNilai total praktikum merupakan penggabungan dari nilai kehadiran mahasiswa pada saat

Prodi Teknik Lingkungan 2017 Modul Praktikum PERPETAAN

MODUL 03 – PEMBUATAN PETA DENGAN ARCVIEW

A. TUJUAN PRAKTIKUM

B. DASAR TEORI

Registrasi peta merupakan langkah awal dalam pemasukan data di ArcView.

Sebelum proses digitasi, peta harus diregistrasi dulu utk menyamakan koordinat

peta hasil scan dengan koordinat bumi sebenarnya. Proses ini biasa disebut

koreksi geometric. Di ArcView ada beberapa cara utk meregistrasi peta, seperti

memanfaatkan Extensions Register and Transform tool dan Extensions Spasial

Anayst. Disini saya akan coba membagi pengalaman saya dalam meregistrasi

peta menggunkana extensions Register and Transform tool (Syakur, 2008)

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengaktivkan extension ini

dan extensions JPGE (JFIF) Image Support dengan memilih menu

file à extensions. Setelah itu di menu view akan muncul sub menu register and

tranform sprt gambar di bawah. Selanjutnya panggil peta yg akan di register

dalam bntuk *.JPG, atau *.TIFF

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat Tulis

2. Komputer/ Laptop Untuk Input data

D. CARA KERJA

1. Sediakan lembar peta berformat JPG yang akan diregistrasi

2. Masukan peta berformat JPG kedalam software ArcView untuk di registrasi

3. Kemudian digitasi peta sesuai sesuai dengan wilayah yang sudah ditentukan

4. Sajikan peta sesuai format penyajian peta yang baik

5. Untuk lebih jelasnya liat video tutorial yang sudah diberikan

20


Top Related