Download - Makalah akp
Bab I Pendahuluan
Kebijakan pemerintah mengenai penanggulangan kemiskinan masih bersifat
terpusat sehingga program yang dijalankan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat
atau daerah tertentu Sehingga banyak program penanggulangan kemiskinan yang
menempatkan masyarakat sebagai obyek akibatnya masyarakat kurang berpartisipasi
secara aktif dalam menggali potensi dirinya dan lingkungannya untuk keluar dari
kemiskinan
Selain itu program-program yang dilaksanakan cenderung bersifat sektoral
yang sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang
tindih Keadaan ini lebih dipersulit karena umumnya tiap departemen atau instansi
mempunyai definisi dan kreteria sendiri tentang kemiskinan Akibatnya kemiskinan
cenderung dipahami secara parsial dan penanggulangannya cenderung bersifat
sektoral Hal inilah yang menyebabkan sulitnya menjaga kontinuitas program dan
cenderung membuat program baru dimana program baru tersebut bukan merupakan
kelanjutan program lama
Berangkat dari kegagalan dari program penanggulangan kemiskinan
sebelumnya maka diperlukan strategi atau model program penanggulangan yang
kemiskinan yang pada prinsipnya menjadikan masyarakat miskin sebagai subyek Untuk
itu diperlukan model yang bisa pertama mendidik masyarakat miskin untuk terus
menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik individu keluarga maupun
lingkungan (keterampilan material dan sumberdaya alam) sebagai modal dasar untuk
meningkatkan kesejahteraan hidupnya Sehingga dengan mengenali potensi tersebut
akan mendorong tumbuhnya rasa percaya diri mereka akan kemampuannya untuk lepas
dari belenggu kemiskinan Kedua model tersebut juga harus mampu menyadarkan
bahwa tidak akan ada seseoranglingkungan yang dapat keluar dari kemiskinan
melainkan atas usaha orangkeluargalingkungan itu sendiri serta memberikan
pemahaman bahwa masalah penanggulangan kemiskinan merupakan tugas dan
tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat
Perumusan masalah
1 Bagaimana pengembangan model penanggulangan kemiskinan
2 Bagaimana peta sebaran penduduk miskin serta identifikasi penyebab
masyarakat miskin di Kota Malang Pasuruan dan Sidoarjo
1
Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Bagaimana permasalahan kemiskinan berdasarkan pada kondisi geografi dan
topografi wilayah
2 Bagaimana permasalahan kemiskinan berdasarkan persoalan sikap seseorang
atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya atau yang disebeut
dengan kemiskinan kultural
3 Bagaimana permasalahan kemiskinan berdasarkan pada aspek struktural atau
dampak dari kebijakan pembangunan perkotaan
Bab II Studi Pustaka
21 Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan merupakan salah satu problem sosial yang amat serius Langkah
awal yang perlu dilakukan dalam membahas masalah ini adalah mengidentifikasi apa
sebenamya yang dimaksud dengan miskin atau kemiskinan dan bagaimana
mengukurnya Konsep yang berbeda akan melahirkan cara pengukuran yang berbeda
pula Setelah itu dicari faktor-faktor dominan (baik yang bersifat kultural maupun
struktural) yang menyebabkan kemiskinan Langkah berikutnya adalah mencari solusi
yang relevan untuk memecahkan problem dengan cara merumuskan strategi
mengentaskan kelompok miskin atau masyarakat miskin
Kemiskinan menurut Sharp (1996) dari sisi ekonomi penyebabnya dibagi
menjadi tiga yaitu Pertama secara mikro kemiskinan muncul karena adanya ketidak
samaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang
timpang Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya alam jumlah terbatas dan
kualitasnya rendah Kedua kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumberdaya
manusia kualitas sumberdaya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah
yang pada gilirannya upahnya randah Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini
karena rendahnya pendidikan nasib yang kurang beruntung adanya diskriminasi atau
karena keturunan Ketiga kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam akses modal
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi kemiskinan dan ketimpangan telah
banyak dilakukan di Indonesia salah satunya dilakukan oleh Sumarto (2002) dari
SMERU Research Institute Penelitian ini melakukan studi pada 100 desa selama
2
periode Agustus 1998 hingga Oktober 1999 Berdasarkan hasil studi tersebut ada
beberapa hal yang menjadi temuan berkaitan dengan penanggulangan kemiskian antara
lain
- Terdapat hubungan negatif yang sangat kuat antara pertumbuhan dan kemiskinan
Artinya ketika perekonomian tumbuh kemiskinan berkurang namun ketika
perekonomian mengalami kontraksi pertumbuhan kemiskinan meningkat lagi
- Pertumbuhan tidak mengurangi kemikinan secara permenen Walaupun terjadi
pertumbuhan dalam jangka panjang selama periode sebelum krisis banyak
masyarakat yang tetap rentan terhdap kemiskinan Oleh arena itu manajemen
kejutan (management of shocks) dan jaring pengaman harus diterapkan
- Pertumbuhan secara kontemporer dapat mengurangi kemiskinan Sehingga
pertumbuhan yang berkelanjutan penting untuk mengurangi kemiskinan
- Pengurangan ketimpangan mengurangi kemiskinan secara signifikan Sehingga
sangat untuk mencegah pertumbuhan yang meningkatkan ketimpangan
- Memberikan hak atas properti dan memberikan akses terhadap kapital untuk
golongan masyarakat miskin dapat mengurangi kesenjangan merangsang
pertumbuhan dan mengurangi kemiskinan
22 Pendekatan Ilmiah Masalah Kemiskinan
Tiga pendekatan ilmiah yang cukup popular di dalam memahami masalah
kemiskinan (Ancok dalam Dewanta1999( ialah pendekatan kultural pendekatan
situasional dan pendekatan interaksional
221 pendekatan kultural
Tokoh utama yang menggunakan pendekatan kultural ialah Oscar Lewis (1966)
Dengan konsep cultural poverty Lewis berpendapat bahwa keamiskinan adalah suatu
budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi (economic depretiation) yang
berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada beberapa kebudaya kelompok etnik
Lewis menemukan bahwa kemiskinan adalah salah satu sub-kultur masyarakat yang
mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu dengan etnik yang lain Akar dari timbulnya
budaya miskin tersebut menurut pendapat Lewis adalah keadaan masyarakat yang
mempunyai siri-siri berikut
Sistem perekonomian yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan
Tingginya angka pengangguran dan angka under employment bagi golongan
yang tidak punya keahlian
Rendanya upahgaji yang diperoleh pekerja
3
Tidak adanya organisasi sosial politik dan ekonomi bagi kaum miskin baik yang
didirikan oleh pemerintah maupun oleh swadaya masyarakat
Hadirnya sistem kekeluargaan yang bilateral yang menggantikan sistem yang
unilateral
Hadirnya kelas masyarakat yang dominan yang menekankan pada penumpukan
harta dan kekayaan kesempatan untuk terus meningkat dalam status anggota
kelas masyarakat ini beranggapan bahwa kemiskinan disebabkan oleh karena
sifat pribadi yang lemah dan inferior
Menurut Lewis (1966) budaya keniskinan adalah suatu cara yang dipakai oleh orang
miskin untuk beradaptasi dan bereaksi terhadap posisi mereka yang marginal dalam
masyarakat yang memiliki kelas-kelas dan bersifat individualistic dan kapitalistik Budaya
kemiskinan adalah desain kehidupan bagi orang-orang miskin yang bersisikan
pemecahan problem ndash problem hidup mereka yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi selanjutnya
Dalam menggambarkan cara hidup orang yang berada dalam budaya kemiskinan
Lewis memformulasikan serangkaian sifat-sifat ekonomi sosial dan psikologi yang
berkaitan satu dengan yang lainnya Ciri pokok dari orang-orang yang idup dalam
budaya kemiskinan adalah kurangnya partisipasi yang efektif dalam ingrative dalam
institusi-institusi penting yang ada dalam masyarakat karena sebagian besar yang buta
huruf dan berpendidikan rendah serta kekurangan uang Kehidupan mereka yang serba
kekurangan kondisi tempat tinggal yang sangat menyedihkan kesumpekan tempat
tinggal kekurangan makanan dan pakaian telah mempengaruhi aspek psikologis
mereka
Kehidupan seksual yang agak bebas penelantaran anakn kurangnya fasilitas
pendidikan tidak memungkinkan untuk mendidik anakanya ke arah pertumbuhan yang
baik Orang-orang yang dibesarkan dalam budaya kemiskinan mempunyai ciri-ciri
kepribadian antara lain merasa diri mereka tidak berguna penuh denga keputusasaan
merasa inferior sangat dependent terhadap orang lain Orang miskin tersebut juga tidak
mempunyai kepribadian yang kuat kurang bisa mengontrol diri mudah impulsive dan
sangat berorientasi pada masa kini tanpa memikirkan masa depan
Untuk menghilangkan budaya kemiskinan tersebut Lewis menyarankan agar
orang-orang miskin bersatu dalam organisasi Lewis (1966) menulis dalam buku The
Study of Slum CultureBacgrounds for la Vida seperti berikut rdquosetiap gerakan baik itu
4
gerakan yang bersifat religius pasifis ataupun revolusioner yang mengorganisasikan
dan memberikan harapan bagi si miskin dan secara efektif mempromosikan solidaritas
dan perasaan identitas yang sama dengan kelompok masyarakat yang lebih luas akan
dapat menghancurkan sifat-sifat utama yang merupakan ciri orang-orang dari budaya
kemiskinanrdquo
23 Model Solusi Kemiskinan
Pengalaman di negara-negara Asia menunjukkan berbagai model mobilisasi
perekonomian pedesaan untuk memerangi kemiskinan yaitu Pertama mendasarkan
pada mobilitas tenaga kerja yang masih belum didaya gunakan (idle) dalam rumah
tangga petani gurem agar terjadi pembentukan modal di pedesaan (Nurkse 1953)
Tenaga kerja yang masih belum didayagunakan pada rumah tangga petani kecil dan
gurem merupakan sumberdaya yang tersembunyi dan potensi tabungan Alternatif cara
untuk memobilisasi tenaga kerja dan tabungan pedesaaan adalah 1) menggunakan
pajak langsung atas tanah seperti yang dilakukan di Jepang 2) dilakukan dengan
menyusun kerangka kelembagaan di pedesaan yang memungkinkan tenaga kerja yang
belum didayagunakan untuk pemupukan modal tanpa perlu menambah upah Ini persis
yang dilakukan Cina yang menerapkan sistem kerjasama kelompok dan brigades
ditingkat daerah yang paling rendah (communes) Dengan metode ini ternyat
memungkinkan adanya kenaikan yang substansial dalam itensitas tenaga kerja dan
produktivitas tenaga kerja
Model kedua menitik beratkan pada tranfer daya dari pertanian ke industri
melalui mekanisme pasar (Fei amp Gustav 1964) Ide bahwa penawaran tenaga kerja
yang tidak terbatas dari rumah tangga petani kecil dapat meningkatkan tabungan dan
formasi modal lewat proses pasar Pengalaman Taiwan menyajikan contoh yang baik
atas mobilisasi sumber daya dari sektor pertanian mengandalkan mekanisme pasar
tanpa menggunakan instrumen pajak seperti yang dilakukan oleh Jepang Proporsi
output sektor pertanian sebagian besar tetap dijaga sebagai surplus lewat intermediasi
pemilik tanah dan melalui nilai tukar (terms of trade) sebelum Perang Dunia II
Model ketiga menyoroti pesatnya pertumbuhan dalam sektor pertanian yang
dibuka dengan kemajuan teknologi dan kemungkinan sektor yang memimpin (Mellor
1976) Model ini dikenal dengan nama Model Pertumbuhan Berbasis Teknologi atau
Rural-Led Development Proses ini akan berhasil apabila dua syarat berikut terpenuhi
1) kemampuan mencapai tingkat pertumbuhan output pertanian yang tinggi 2) proses
5
ini juga menciptakan pola permintaan yang kondusif terhadap pertumbuhan Pada
gilirannya ini tergantung dari dampak keterkaitan ekonomi pedesaan lewat pengeluaran
atas barang konsumsi yang dipasok dari dalam sektor itu sendiri dan melalui invesatasi
yang didorong
Model keempat menyoroti dimensi spasial dalam menanggulangi kemiskinan
Kemiskinan bisa diatasi dengan cara kemudahan dalam mengakses dua bidang yaitu
1) bidang ekonomi dan 2) bidang sosial (Kuncoro 2004) Akses dalam bidang ekonomi
dibagi menjadi dua yaitu akses terhadap lapangan kerja dan akses terhadap faktor
ekonomi Akses terhadap faktor produksi terdiri dari 1) Kemudahan masyarakat dalam
mengakses modal usaha 2) kemudahan masyarakat dalam mengakses pasar 3)
kemudahan masyarakat dalam kepemilikanmodal Sedangkan akses dalam bidang
sosial dibagi menjadi dua yaitu akses terhadap fasilitas pendidikan dan akses terhadap
fasilitas kesehatan
23 Strategi Penanggulangan Kemiskikan Di Indonesia
Kemiskinan dapat bermakna kesenjangan ekonomi dan ketidak merataan
pendapatan Kedua hal ini merupakan masalah yang hangat dibicarakan karena masih
besarnya penggangguran terselubung yang disebabkan masih adanya pekerjaan yang
dilakukan di bawah produktivitas kerja (underemployment) serta rendahnya kualitas
tenaga kerja Indonesia Ada dua macam ukuran kemiskinan yaitu kemiskinan absolut
dan kemiskinan relatif Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang disebabkan karena
ketidak mampuan seseorang melampaui garis kemiskinan (proverty line) yang
ditetapkan Sedangkan kemiskinan relatif berkaitan dengan perbedaan tingkat
pendapatan suatu golongan dibandingkan dengan golongan lainnya (Rintuh 2005)
Beberapa program pembangunan yang dilaksakan di Indonesia baik yang
dilakukan oleh pemerintah mapun bantuan donor antara lain telah dilaksanakan melalui
progam Impres Desa Tertinggal (IDT) dan dimantapkan melalui program Pembangunan
Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT) Program dilanjutkan dengan Program
Pengembangan Kecamatan (PPK) Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan
Program Pemberdayaan Daerah Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE) dan
Program Pengembangan Kawasan Desa-Kota Terpadu atau Poverty Alleviation Through
Rural Urban Lingkage (PARUL) Dari berbagai program pengentasan kemiskinan
tersebut terdapat beberapa perbedaan dan kesamaan yang dapat dilihat pada tabel
berikut (Sumodiningrat 1999)
6
Berikut ini beberpa penyempurnaan kebijakan program pemberdayaan
masyarakat dan pennanggulangan kemiskinan
Tabel 3
Perkembangan dan Penyempurnaan Kebijakan Program Pemberdayaan Masyarakat dan Program Penanggulangan Kemiskinan Dalam Kurun Pelita VI
No
Program
Bentuk Kebijakan
Pengembangan
Ekonomi
Pengembangan SDM
Pengembangan Prasarana
Pengembangan
Kelembagaan
Pengembangan Sistem Informasi
Bantuan Modal
Bantuan Pendampin
gan
Bantuan Prasarana
Sarana
Bantuan PengembanaganKelemb
agaan
Bantuan Pemantaua
n dan Pelaporan
1 IDT Diberikan dalam bentuk uang tunai seniali Rp 20 juta tahun selama 3 tahun
Dana bantuan digunakan untuk modal usaha dan bersifat hibah dan bergulir (revolving block grant)
Pengembangan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan modal bergulir melalui bantuan tenaga pendamping
Secara khusus belum ada namun beberapa bantuan melalui program pembangunan sektoral telah memberikan bantuan teknologi tepat guna untuk membantu mengembangkan kegiatan sosial ekonomi produktif pokmas
Pengembangan kelembagaan dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana
Pembangunan kelembagaan aparat dilakukan pembinaan berjenjang secara vertikal yang dilakukan oleh jajajrn Depdagri bersama Depkeu dan departeme teknis terkait lain melalui program pembangunan sektoral masing-masing
7
2 P3DT Dana bantuan digunakan untuk investasi sosial dan bersifat hibah (block grant) serta mendukung kegiatan sosial ekonomi yang didanai oleh bantuan IDT
Pengembangan kemampuan masyarakat dan aparat dalam pembangunan dibina oleh tenaga pendamping profesional (antara lain oleh tenaga konsultan)
Bantuan prasarana mendapat perhatian melalui pengembangan prasarana transportasi yang mendukung kegiatan ekonomi (pembangunan jalan jembatan tambatan perahu dll) dan pengembangan prasarana sosial yang langsung mendukung kegiatan ekonomi lokal (pembangunan prasarana kesehatan dasr MCK sanitasi dan air bersih)
Masyarakat melaksanakan sendiri manajemen pembangunan lokal
Pembinaan aparat dilakukan secara vertikal melalui Tim Koordinasi Pembangunan sebagai wadah musyawarah dan mufakat Sehingga komitmen dan perhatian pembangunan untuk rakyat tetap dalam arah yang benar
Masyarakat melakukan sendiri kegiatan pemantauan dan pelaporan pembangunan ditingkat lokal dibantu oleh tenaga pendamping profesional
Aparat melakukan pemantauan dan pelaporan secara berjenjang (vertikal) yang hasilnya dipergunakan untuk mendukung pengambilan keputusan lebih lanjut dalam rangka pengembangan program
3 PPK Bantuan
senilai Rp 250 juta ndash Rp 750 juta per kecamatan bersifat hibah bergulir Namun pemanfaatan bantuan semata diarahkan agar
Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping dan jajaran aparat pemerintah
Pembangunan pengadaan prasarasna sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan
Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana yang dilembagakan dalam
Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi prioritas perguliran dana dan
8
pemanfaatan program dapat berlatih mengguanakan dana itu sebagai stimulan agar dalam pengembangan lebih lanjut dapat memanfaatkan fasilitas microfinance
Dilakukan memalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut
Pengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)
forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP
peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal
4 P2KPSecara prinsip sama dengan yang dilakukan oleh
Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan
Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping
Pembangunan pengadaan prasarana sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan
Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran
Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi
9
PPK namun sasaran lokasi dititikberatkan pada kecamatan di kawasan perkotaan
dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut
dan jajaran aparat pemerintahPengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)
dana yang dikembangkan dalam forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP
Pengembangan kelembagaan aparat dilakukan bersama masyarakat melalui mekanisme forum UDKP
prioritas perguliran dana dan peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal
5 PDMKE
Dilakukan untuk membiayai kegiatan yang bersifat padat karya
Dilakukan melalui pembangunan dan prasarana amp sarana sesuai permintaan lokal
6 PARUL
Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk kegiatan sosial-ekonomi produksi dan distribusi jasa natar kawasan
Pengembangan kemampuan masyarakat diarahkan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh akses dan meningkatkan keterkaitan pada jalur produksi distribusi dan penyediaan jasa yang
Pengembangan prasarana dilakukan dalam wujud pembangunan prasarana sarana dan penerapan teknologi yang mendukung secara langsung kegiatan ekonomi kawasan
Peningkatan kemampuan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang menekankan prakarsa lokal pada kawasan itu
Sistem pemantauan dan pelaporan menekankan peningkatan kapasitas masyarakat dalam kegiatan produksi distribusi dan jasa dalam suatu kawasan ekonomi antara pedesaan dan perkotaan
10
sesuai dengan kapasitas ekonomi kawasan
Sumber Kuncoro (2004)
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa program penanggulangan
kemiskinan yang dilakukan di Indonesia masih bersifat parsial Hal tersebut bisa dilihat
dari hampir semua program yang pernah dilakukan masih bermasalah dalam hal
mensinergikan antara masyarakat miskin dengan masyarakat yang berdaya (non
miskin) pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat Akibat dari kondisi tersebut
penanggulangan kemiskinan tidak efektif tidak mandiri dan tidak berkelanjutan
24 Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia
Salah satu penyebab kurang berhasilnya penanggulangan kemiskinan di
Indonesia adalah sistem politik yang cenderung sentralistik Sentralisasi yang sangat
kuat di masa lalu juga berimbas ke kebijakan penanggulangan kemiskinan dimana
hampir semua program penanggulangan kemiskinan bersifat rdquotop-downrdquo dengan
keterlibatan minimal dari pemerintah daerah dalam formulasi kebijakannya Program
atau kebijakan yang sangat rdquotop-downrdquo ternyata juga gagal dalam merefleksikan
pebedaan antar daerah yang kadang-kadang bisa menjadi sangat signifikan Akibatnya
timbul berbagai kegagalan berskala besar dalam program atau kebijakan yang pada
akhirnya berakibat pada dihentikannya program tersebut Berikut ini bentuk atau ciri-ciri
dan kelemahan program penanggulangan kemiskinan yang pernah dilakukan
Tabel 4
Ciri-ciri dan Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan
Kelemahan Program Upaya Penanggulangan Kemiskinan
Prinsip-prinsip Penanggulangan
Kemiskinan
Perencanaan penentuan sasaran dan kreteria miskin serta pengaturan teknis pelaksanaan yang
Mendidik masyarakat miskin untuk terus menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik individu keluarga
Program penanggulangan kemiskinan harus mengarah pada pendekatan yang menyeluruh (multi-sektor)
11
dilakukan oleh pemerintahinstansi pusat (top-down) seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau daerah tertentu
maupun lingkungan (keterampilan material dan sumberdaya alam) sebagai modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
Program-program yang dilaksanakan secara sektoral sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang tindih
Mendorong tumbuhnya rasa percaya diri akan kemampuannya untuk lepas dari belenggu kemiskinan
Perencanaan dan penentuan sasaran dilakukan oleh masyarakat bersama aparat dilapangan sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Banyak program penanggulangan kemiskinan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek sehingga masyarakat kurang berpartisipasi secara aktif
Menyadarkan bahwa tidak akan ada seseoranglingkungan yang dapat keluar dari genggaman kemiskinan melainkan atas usaha orangkeluargalingkungan itu sendiri
Masyarakat ditempatkan sebagai ldquopelaku utama dalam perang melawan kemiskinanrdquo agar masyarakat berpartisipasi secara aktif
Sulitnya menjaga kontinuitas program (program baru bukan merupakan kelanjutan program lama) mengakibatkan banyak program penanggulangan kemiskinan tidak berkesinambungan
Memberikan pemahaman bahwa masalah penanggulangan kemiskinan merupakan tugas dan tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat
Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat untuk membangun keterbukaan dan akuntabilitas
Pertanggungjawaban hanya bersifat administratif kepada pemerintah sehingga tidak terbangun keterbukaan dan akuntabilitas publik akibat pendekatan proyek maka keberhasilan program hanya diukur dengan persentase bantuan yang berhasil
Menciptakan lapangan kerja dan peluang berusaha untuk menguatkan ekonomi masyarakat setempatPenguatan organisasikelompok masyarakat yang ada memberikan bantuan fasilitas (dana dan keahlian) yang dibutuhkan untuk mendayagunakan potensi yang dimiliki
Merupakan program yang berkesinambungan Ukuran keberhasilan ditentukan oleh berdayanya masyarakat untuk keluar dari belenggu kemiskinan danmenguatnya kemampuan ekonomi masyarakat melalui terciptanya akses kepada faktor produksi dan pasar
12
disalurkan dan jumlah sasaran penerima
Sumber Hamid (2003) Dalam Kuncoro (2004)
Sebenarnya perbedaan antara pendekatan ldquotop-downrdquo dan ldquobottom uprdquo tidak
perlu terjadi terjadi apabila sistem politik nasional dan terutama lokal mampu
menciptakan akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakatnya Ketiadaan mekanisme
akuntabilitas selain membuat pihak eksekutif dan legislatif kurang tanggap terhadap
keluhan masyarakatnya juga membuat masyarakat tersebut tidak terlalu peduli atas
kualitas layanan publik yang diterimanya ataupun terhadap kebijakan perekonmian
daerahnya Dengan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah saat ini dimana
sebagian besar pajak masih dikuasai pemerintah pusat sangat mudah bagi pemerintah
daerah menyalahkan pemerintah pusat apabila ada ketidakpuasan di kalangan
masyarakat lokal mengenai kualitas layanan publik
Bab III METODE PENELITIAN
1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan utama membangun model penaggulangan
kemiskinan yang bersifat terpadu berdasarkan aspek spasial ekonomi dan
struktural di masing-masing desakelurahan yang ada di wilayah administrasi Kota
Malang
Berdasarkan pada tujuan utama penelitian ini maka kerangka pikir mengenai
Penyusunan Model Penanggulangan Kemiskinan di Kota Malang dijelaskan pada
Gambar berikut
Gambar 1Bagan Alir Penyusunan Model KulturalStruktural dan Spasial
Sebagai Penanggulangan Kemiskinan
13
AN
AL
ISA
P
ER
MA
SA
LA
HA
N
KE
MIS
KIN
AN
P
ER
KO
TA
AA
N
Aspek StrukturalMengukur Efektifitas
program penanggulangan
kemiskinan yang telah dilakukan
Aspek Ekonomi
Mengukur kondisi ekonomi
masyarakat miskin
Aspek SpacialMengukur kondisi
geografi dan topografi
(lingkungan fisik) masyarakat miskin
OutputKesenjangan
antara program
dgn kebutuhan
OutputProses generasi
tingkat
pendidikan jenis pekerjaan
OutputKondisi
Geografitopografi
PorsesIdentifikasi
ermasalahan kemiskian perkotaan
OUTPUT
Database Permasalahan kemiskinan Profil kemiskinan Isue Strategis
OutputWork Plan
Penanggulangan
Kemiskinan
OutputMaster Plan
PenanggulanganKemiskinan
Sebagaimana telah dikemukakan di atas upaya penaggulangan kemiskinan
dilakukan dengan pendekatan spasial ekonomi dan struktural Pendekatan tersebut
pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang
bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan
secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang Setidaknya ada 5 (lima)
komponenkegiatan utama yang perlu dilakukan Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi
1 Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota
Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desakelurahan
dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan Adapun informasi
yang perlu dikumpulkan dikaji dan dianalisis meliputi gambar mengenai kondisi fisik
sosial ekonomi desakelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan
pengembangan desa perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem
prasarana Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting yang
tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited)
2 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan
Berdasarkan analisis terhadap kondisi wilayah dan kecenderungan
perkembangannya diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung
pembangunan wilayah masing-masing Kota Identifikasi yang dimaksud meliputi
antara lain
Potensi desakelurahan yang terkandung baik yang sudah
dimanfaatkan belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan
ada di desa Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan
atau komoditi unggulan
Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi baik dalam
kaitannya dengan bidang prasarana keuangan dan kebijakan
sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat
3 Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan
Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain pemanfaatan ruang dan
struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan kawasan dan sistem
14
prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun
berdasarkan potensi pengembangan Kota
4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian
Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-
program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-
program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario
yang telah dirumuskan
5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan
Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola
pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud
memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan
masyarakat
2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang
akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota
Malang Pasuruan Sidoarjo
Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara
bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis
Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan
akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan
menghabiskan waktu plusmn 22 bulan
3 Definisi Operasional Variabel
Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan
kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)
Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)
1) Aspek Struktural
Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang
telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas
15
dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan
2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing
sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator
aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan
dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada
tabel berikut
Tabel 5
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa
Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan
2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)
- Gengsi sosialorang miskin
- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin
- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)
- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong
royong- Keperdulian
Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan
16
masyarakat sekitar terhadap orang miskin
2) Aspek Kultural
cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi
(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada
beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah
satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu
dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi
kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah
berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya
angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem
ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan
pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 6
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya
angka pengangguran
- Lama bekerja- Banyaknya pekerja
dalam satu rumah
Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah
2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan
- Ada tidaknya bonus
Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat
3 Sistem Ekonomi
- Tujuan bekerja- Langkah untuk
memenuhi kebutuhan
Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan
3) Aspek Spasial
Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu
mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)
Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator
17
mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural
atau kelembagaan sebanyak 6 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam
melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 7
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kondisi geografis(4 variabel)
- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan
Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin
2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)
- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana
pendidikan- Akses terahadap
fasilitas kesehatan- Akses terahadap
aktivitas produksi
Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan
4 Jenis Data
Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua
jenis yaitu data sekunder dan data primer
1 Data Sekunder
Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data
sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah
penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan
lain-lain
2 Data Primer
Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun
data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang
18
digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab
kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain
5 Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi
1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara
mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk
mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat
2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh
responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait
3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang
Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden
peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap
obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang
4 Pengumpulan Data Sekunder
Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-
catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud
adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota
(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai
dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang
diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006
5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)
Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan
dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk
mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting
penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris
desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang
Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain
meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan
di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan
kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti
19
dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang
optimal
Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir
Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk
mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada
upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan
masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini
6 Alat Analisis
Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data
kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial
(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi
dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi
silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami
Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan
menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)
Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana
ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk
1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun
melalui tampilan peta setiap desakelurahan
2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang
dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke
depan
Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan
metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai
Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja
pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-
dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat
kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan
Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara
menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian
Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap
sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota
Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan
20
penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)
dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan
publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan
kemiskinan
Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut
berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk
merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi
keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang
Bab 4 Hasil analisis
1 Gambaran geografis Jawa Timur
Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia
Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya
37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di
Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa
Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra
Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga
meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa
dan Samudera Hindia
Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki
signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap
Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi
Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi
Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan
berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan
sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi
Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah
21
dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan
sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa
Table 8
Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur
Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484
Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006
2 Gambaran geografis
a gambaran geografis kabupaten Pasuruan
Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan
jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki
wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus
Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa
Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul
Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo
dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2
b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo
Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat
Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa
Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah
1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru
22
1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong
1048707 Sebelah Timur Selat Madura
1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian
Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari
Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas
permukaan laut
c Gambaran geografis kabupaten malang
3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang
Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang
Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini
Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang
Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109
sumber BPS
Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten
provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang
bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau
mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah
keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di
kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak
diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin
di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi
308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan
23
kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan
Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi
404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang
4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan
malang
Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat
diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang
mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di
daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut
peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah
penduduknya
Tabel
Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten
Di Wilayah Provinsi Jawa Timur
KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin
2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900
24
kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi
kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di
kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada
pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki
jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi
karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur
sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas
perekonomian jawa timur
5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin
51 Kabupaten Pasuruan
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-
rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin
salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan
Tabel
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan
No
lt 200000200000
sd 400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1Tidak
Bekerja
2 2 29
2Buruh Pasar
3 3 6 613 10
3Kuli
Banguan
1 2 1 4 44 7 3
4 Pemulung
1 1 8 10 104 3 22
25
5 Pedagang
4 8 10 22 2217 28 27
6 Becak 3 7
10 1010 19
7Sopir
Angkutan
1 4 5 10 104 14 14
8 Wiraswasta
1 2 1 15 54 7 3 11
9 Bengkel
2 3 1 17 79 10 3 11
10Buruh Pabrik
4 610 1011 67
11 Lain-lain
8 3 1 12 1235 10 11 100
Jumlah 23 29 37 9 98
Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan
pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik
pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan
lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain
Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya
kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan
No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir
Tukang Bangunan
DagangLain-lain
jumlah
1 Tidak Bekerja 0 0
2 Buruh Pasar
1 1 2 26 0 0 0 7 0
3 Kuli Bangunan
5 5 414 1428 0 0 25 0 22
4 Pemulung
33 30 0 0 0 0 17
5 Pedagang
2 1 3 28 80 0 13 5 21 11
26
6 Becak
2 4 5 314 140 17 25 25 0 17
7 Sopir Angkutan
2 3 5 50 17 19 0 0 0
8 Wiraswasta
5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0
9 Bengkel
5 2 29 90 42 13 0 0 11
10 Buruh Pabrik
5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0
11 Lain-lain
2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22
Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100
Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak
berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu
namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang
dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam
memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal
tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah
pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau
bidang usaha yang lain
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
3Kuli
Bangunan
4 Pemulung
5 5 10 10 23 12
5 Pedagang
8 5 13 1350 12
27
6 Becak
4 8 12 12 18 19
7Sopir
Angkutan
5 5 5 12
8 Wiraswasta
8 6 14 14 36 14
9 Bengkel
5 6 11 11 23 14
10 Buruh Pabrik
77 7 41
11 Lain-lain
8 8 1026 2750 19 59
Jumlah 16 22 43 0 17 98 100
Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan
bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden
yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat
usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden
menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal
yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan
menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal
52 Kabupaten Sidoarjo
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
No Gaji amp Jenis Pekerjaan
lt 200000
200000 sd
400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1 Tidak Bekerja
2
2 2111
2 Buruh Pasar
6 4
10 11333 200
3 Kuli Banguan
1 8 1
10 1156 400 50
4 Pemulung
8 2
10 11444 100
5 Pedagang
1 2 7
10 1150 100 212
28
6 Becak
1 2
3 356 100
7 Sopir Angkutan
2 6 1
9 10100 300 30
8 Wiraswasta
1 2 7
10 1150 100 212
9 Bengkel
4 5
9 10200 152
10 Buruh Pabrik
5 5
10 11250 152
11 Lain-lain
8
8 9242
Jumlah 18 20 20 33 91 100
Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo
menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang
berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut
memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada
jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan
masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena
sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Wiraswasta BengkelMontir
SopirTukang
BangunanDagang
Lain-lain
jumlah
1Tidak
Bekerja
2 Buruh Pasar
5 6 718 1831 43 37
3 6 8 14 14
29
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut
1 Bagaimana permasalahan kemiskinan berdasarkan pada kondisi geografi dan
topografi wilayah
2 Bagaimana permasalahan kemiskinan berdasarkan persoalan sikap seseorang
atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya atau yang disebeut
dengan kemiskinan kultural
3 Bagaimana permasalahan kemiskinan berdasarkan pada aspek struktural atau
dampak dari kebijakan pembangunan perkotaan
Bab II Studi Pustaka
21 Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan merupakan salah satu problem sosial yang amat serius Langkah
awal yang perlu dilakukan dalam membahas masalah ini adalah mengidentifikasi apa
sebenamya yang dimaksud dengan miskin atau kemiskinan dan bagaimana
mengukurnya Konsep yang berbeda akan melahirkan cara pengukuran yang berbeda
pula Setelah itu dicari faktor-faktor dominan (baik yang bersifat kultural maupun
struktural) yang menyebabkan kemiskinan Langkah berikutnya adalah mencari solusi
yang relevan untuk memecahkan problem dengan cara merumuskan strategi
mengentaskan kelompok miskin atau masyarakat miskin
Kemiskinan menurut Sharp (1996) dari sisi ekonomi penyebabnya dibagi
menjadi tiga yaitu Pertama secara mikro kemiskinan muncul karena adanya ketidak
samaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang
timpang Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya alam jumlah terbatas dan
kualitasnya rendah Kedua kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumberdaya
manusia kualitas sumberdaya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah
yang pada gilirannya upahnya randah Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini
karena rendahnya pendidikan nasib yang kurang beruntung adanya diskriminasi atau
karena keturunan Ketiga kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam akses modal
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi kemiskinan dan ketimpangan telah
banyak dilakukan di Indonesia salah satunya dilakukan oleh Sumarto (2002) dari
SMERU Research Institute Penelitian ini melakukan studi pada 100 desa selama
2
periode Agustus 1998 hingga Oktober 1999 Berdasarkan hasil studi tersebut ada
beberapa hal yang menjadi temuan berkaitan dengan penanggulangan kemiskian antara
lain
- Terdapat hubungan negatif yang sangat kuat antara pertumbuhan dan kemiskinan
Artinya ketika perekonomian tumbuh kemiskinan berkurang namun ketika
perekonomian mengalami kontraksi pertumbuhan kemiskinan meningkat lagi
- Pertumbuhan tidak mengurangi kemikinan secara permenen Walaupun terjadi
pertumbuhan dalam jangka panjang selama periode sebelum krisis banyak
masyarakat yang tetap rentan terhdap kemiskinan Oleh arena itu manajemen
kejutan (management of shocks) dan jaring pengaman harus diterapkan
- Pertumbuhan secara kontemporer dapat mengurangi kemiskinan Sehingga
pertumbuhan yang berkelanjutan penting untuk mengurangi kemiskinan
- Pengurangan ketimpangan mengurangi kemiskinan secara signifikan Sehingga
sangat untuk mencegah pertumbuhan yang meningkatkan ketimpangan
- Memberikan hak atas properti dan memberikan akses terhadap kapital untuk
golongan masyarakat miskin dapat mengurangi kesenjangan merangsang
pertumbuhan dan mengurangi kemiskinan
22 Pendekatan Ilmiah Masalah Kemiskinan
Tiga pendekatan ilmiah yang cukup popular di dalam memahami masalah
kemiskinan (Ancok dalam Dewanta1999( ialah pendekatan kultural pendekatan
situasional dan pendekatan interaksional
221 pendekatan kultural
Tokoh utama yang menggunakan pendekatan kultural ialah Oscar Lewis (1966)
Dengan konsep cultural poverty Lewis berpendapat bahwa keamiskinan adalah suatu
budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi (economic depretiation) yang
berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada beberapa kebudaya kelompok etnik
Lewis menemukan bahwa kemiskinan adalah salah satu sub-kultur masyarakat yang
mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu dengan etnik yang lain Akar dari timbulnya
budaya miskin tersebut menurut pendapat Lewis adalah keadaan masyarakat yang
mempunyai siri-siri berikut
Sistem perekonomian yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan
Tingginya angka pengangguran dan angka under employment bagi golongan
yang tidak punya keahlian
Rendanya upahgaji yang diperoleh pekerja
3
Tidak adanya organisasi sosial politik dan ekonomi bagi kaum miskin baik yang
didirikan oleh pemerintah maupun oleh swadaya masyarakat
Hadirnya sistem kekeluargaan yang bilateral yang menggantikan sistem yang
unilateral
Hadirnya kelas masyarakat yang dominan yang menekankan pada penumpukan
harta dan kekayaan kesempatan untuk terus meningkat dalam status anggota
kelas masyarakat ini beranggapan bahwa kemiskinan disebabkan oleh karena
sifat pribadi yang lemah dan inferior
Menurut Lewis (1966) budaya keniskinan adalah suatu cara yang dipakai oleh orang
miskin untuk beradaptasi dan bereaksi terhadap posisi mereka yang marginal dalam
masyarakat yang memiliki kelas-kelas dan bersifat individualistic dan kapitalistik Budaya
kemiskinan adalah desain kehidupan bagi orang-orang miskin yang bersisikan
pemecahan problem ndash problem hidup mereka yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi selanjutnya
Dalam menggambarkan cara hidup orang yang berada dalam budaya kemiskinan
Lewis memformulasikan serangkaian sifat-sifat ekonomi sosial dan psikologi yang
berkaitan satu dengan yang lainnya Ciri pokok dari orang-orang yang idup dalam
budaya kemiskinan adalah kurangnya partisipasi yang efektif dalam ingrative dalam
institusi-institusi penting yang ada dalam masyarakat karena sebagian besar yang buta
huruf dan berpendidikan rendah serta kekurangan uang Kehidupan mereka yang serba
kekurangan kondisi tempat tinggal yang sangat menyedihkan kesumpekan tempat
tinggal kekurangan makanan dan pakaian telah mempengaruhi aspek psikologis
mereka
Kehidupan seksual yang agak bebas penelantaran anakn kurangnya fasilitas
pendidikan tidak memungkinkan untuk mendidik anakanya ke arah pertumbuhan yang
baik Orang-orang yang dibesarkan dalam budaya kemiskinan mempunyai ciri-ciri
kepribadian antara lain merasa diri mereka tidak berguna penuh denga keputusasaan
merasa inferior sangat dependent terhadap orang lain Orang miskin tersebut juga tidak
mempunyai kepribadian yang kuat kurang bisa mengontrol diri mudah impulsive dan
sangat berorientasi pada masa kini tanpa memikirkan masa depan
Untuk menghilangkan budaya kemiskinan tersebut Lewis menyarankan agar
orang-orang miskin bersatu dalam organisasi Lewis (1966) menulis dalam buku The
Study of Slum CultureBacgrounds for la Vida seperti berikut rdquosetiap gerakan baik itu
4
gerakan yang bersifat religius pasifis ataupun revolusioner yang mengorganisasikan
dan memberikan harapan bagi si miskin dan secara efektif mempromosikan solidaritas
dan perasaan identitas yang sama dengan kelompok masyarakat yang lebih luas akan
dapat menghancurkan sifat-sifat utama yang merupakan ciri orang-orang dari budaya
kemiskinanrdquo
23 Model Solusi Kemiskinan
Pengalaman di negara-negara Asia menunjukkan berbagai model mobilisasi
perekonomian pedesaan untuk memerangi kemiskinan yaitu Pertama mendasarkan
pada mobilitas tenaga kerja yang masih belum didaya gunakan (idle) dalam rumah
tangga petani gurem agar terjadi pembentukan modal di pedesaan (Nurkse 1953)
Tenaga kerja yang masih belum didayagunakan pada rumah tangga petani kecil dan
gurem merupakan sumberdaya yang tersembunyi dan potensi tabungan Alternatif cara
untuk memobilisasi tenaga kerja dan tabungan pedesaaan adalah 1) menggunakan
pajak langsung atas tanah seperti yang dilakukan di Jepang 2) dilakukan dengan
menyusun kerangka kelembagaan di pedesaan yang memungkinkan tenaga kerja yang
belum didayagunakan untuk pemupukan modal tanpa perlu menambah upah Ini persis
yang dilakukan Cina yang menerapkan sistem kerjasama kelompok dan brigades
ditingkat daerah yang paling rendah (communes) Dengan metode ini ternyat
memungkinkan adanya kenaikan yang substansial dalam itensitas tenaga kerja dan
produktivitas tenaga kerja
Model kedua menitik beratkan pada tranfer daya dari pertanian ke industri
melalui mekanisme pasar (Fei amp Gustav 1964) Ide bahwa penawaran tenaga kerja
yang tidak terbatas dari rumah tangga petani kecil dapat meningkatkan tabungan dan
formasi modal lewat proses pasar Pengalaman Taiwan menyajikan contoh yang baik
atas mobilisasi sumber daya dari sektor pertanian mengandalkan mekanisme pasar
tanpa menggunakan instrumen pajak seperti yang dilakukan oleh Jepang Proporsi
output sektor pertanian sebagian besar tetap dijaga sebagai surplus lewat intermediasi
pemilik tanah dan melalui nilai tukar (terms of trade) sebelum Perang Dunia II
Model ketiga menyoroti pesatnya pertumbuhan dalam sektor pertanian yang
dibuka dengan kemajuan teknologi dan kemungkinan sektor yang memimpin (Mellor
1976) Model ini dikenal dengan nama Model Pertumbuhan Berbasis Teknologi atau
Rural-Led Development Proses ini akan berhasil apabila dua syarat berikut terpenuhi
1) kemampuan mencapai tingkat pertumbuhan output pertanian yang tinggi 2) proses
5
ini juga menciptakan pola permintaan yang kondusif terhadap pertumbuhan Pada
gilirannya ini tergantung dari dampak keterkaitan ekonomi pedesaan lewat pengeluaran
atas barang konsumsi yang dipasok dari dalam sektor itu sendiri dan melalui invesatasi
yang didorong
Model keempat menyoroti dimensi spasial dalam menanggulangi kemiskinan
Kemiskinan bisa diatasi dengan cara kemudahan dalam mengakses dua bidang yaitu
1) bidang ekonomi dan 2) bidang sosial (Kuncoro 2004) Akses dalam bidang ekonomi
dibagi menjadi dua yaitu akses terhadap lapangan kerja dan akses terhadap faktor
ekonomi Akses terhadap faktor produksi terdiri dari 1) Kemudahan masyarakat dalam
mengakses modal usaha 2) kemudahan masyarakat dalam mengakses pasar 3)
kemudahan masyarakat dalam kepemilikanmodal Sedangkan akses dalam bidang
sosial dibagi menjadi dua yaitu akses terhadap fasilitas pendidikan dan akses terhadap
fasilitas kesehatan
23 Strategi Penanggulangan Kemiskikan Di Indonesia
Kemiskinan dapat bermakna kesenjangan ekonomi dan ketidak merataan
pendapatan Kedua hal ini merupakan masalah yang hangat dibicarakan karena masih
besarnya penggangguran terselubung yang disebabkan masih adanya pekerjaan yang
dilakukan di bawah produktivitas kerja (underemployment) serta rendahnya kualitas
tenaga kerja Indonesia Ada dua macam ukuran kemiskinan yaitu kemiskinan absolut
dan kemiskinan relatif Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang disebabkan karena
ketidak mampuan seseorang melampaui garis kemiskinan (proverty line) yang
ditetapkan Sedangkan kemiskinan relatif berkaitan dengan perbedaan tingkat
pendapatan suatu golongan dibandingkan dengan golongan lainnya (Rintuh 2005)
Beberapa program pembangunan yang dilaksakan di Indonesia baik yang
dilakukan oleh pemerintah mapun bantuan donor antara lain telah dilaksanakan melalui
progam Impres Desa Tertinggal (IDT) dan dimantapkan melalui program Pembangunan
Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT) Program dilanjutkan dengan Program
Pengembangan Kecamatan (PPK) Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan
Program Pemberdayaan Daerah Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE) dan
Program Pengembangan Kawasan Desa-Kota Terpadu atau Poverty Alleviation Through
Rural Urban Lingkage (PARUL) Dari berbagai program pengentasan kemiskinan
tersebut terdapat beberapa perbedaan dan kesamaan yang dapat dilihat pada tabel
berikut (Sumodiningrat 1999)
6
Berikut ini beberpa penyempurnaan kebijakan program pemberdayaan
masyarakat dan pennanggulangan kemiskinan
Tabel 3
Perkembangan dan Penyempurnaan Kebijakan Program Pemberdayaan Masyarakat dan Program Penanggulangan Kemiskinan Dalam Kurun Pelita VI
No
Program
Bentuk Kebijakan
Pengembangan
Ekonomi
Pengembangan SDM
Pengembangan Prasarana
Pengembangan
Kelembagaan
Pengembangan Sistem Informasi
Bantuan Modal
Bantuan Pendampin
gan
Bantuan Prasarana
Sarana
Bantuan PengembanaganKelemb
agaan
Bantuan Pemantaua
n dan Pelaporan
1 IDT Diberikan dalam bentuk uang tunai seniali Rp 20 juta tahun selama 3 tahun
Dana bantuan digunakan untuk modal usaha dan bersifat hibah dan bergulir (revolving block grant)
Pengembangan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan modal bergulir melalui bantuan tenaga pendamping
Secara khusus belum ada namun beberapa bantuan melalui program pembangunan sektoral telah memberikan bantuan teknologi tepat guna untuk membantu mengembangkan kegiatan sosial ekonomi produktif pokmas
Pengembangan kelembagaan dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana
Pembangunan kelembagaan aparat dilakukan pembinaan berjenjang secara vertikal yang dilakukan oleh jajajrn Depdagri bersama Depkeu dan departeme teknis terkait lain melalui program pembangunan sektoral masing-masing
7
2 P3DT Dana bantuan digunakan untuk investasi sosial dan bersifat hibah (block grant) serta mendukung kegiatan sosial ekonomi yang didanai oleh bantuan IDT
Pengembangan kemampuan masyarakat dan aparat dalam pembangunan dibina oleh tenaga pendamping profesional (antara lain oleh tenaga konsultan)
Bantuan prasarana mendapat perhatian melalui pengembangan prasarana transportasi yang mendukung kegiatan ekonomi (pembangunan jalan jembatan tambatan perahu dll) dan pengembangan prasarana sosial yang langsung mendukung kegiatan ekonomi lokal (pembangunan prasarana kesehatan dasr MCK sanitasi dan air bersih)
Masyarakat melaksanakan sendiri manajemen pembangunan lokal
Pembinaan aparat dilakukan secara vertikal melalui Tim Koordinasi Pembangunan sebagai wadah musyawarah dan mufakat Sehingga komitmen dan perhatian pembangunan untuk rakyat tetap dalam arah yang benar
Masyarakat melakukan sendiri kegiatan pemantauan dan pelaporan pembangunan ditingkat lokal dibantu oleh tenaga pendamping profesional
Aparat melakukan pemantauan dan pelaporan secara berjenjang (vertikal) yang hasilnya dipergunakan untuk mendukung pengambilan keputusan lebih lanjut dalam rangka pengembangan program
3 PPK Bantuan
senilai Rp 250 juta ndash Rp 750 juta per kecamatan bersifat hibah bergulir Namun pemanfaatan bantuan semata diarahkan agar
Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping dan jajaran aparat pemerintah
Pembangunan pengadaan prasarasna sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan
Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana yang dilembagakan dalam
Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi prioritas perguliran dana dan
8
pemanfaatan program dapat berlatih mengguanakan dana itu sebagai stimulan agar dalam pengembangan lebih lanjut dapat memanfaatkan fasilitas microfinance
Dilakukan memalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut
Pengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)
forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP
peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal
4 P2KPSecara prinsip sama dengan yang dilakukan oleh
Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan
Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping
Pembangunan pengadaan prasarana sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan
Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran
Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi
9
PPK namun sasaran lokasi dititikberatkan pada kecamatan di kawasan perkotaan
dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut
dan jajaran aparat pemerintahPengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)
dana yang dikembangkan dalam forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP
Pengembangan kelembagaan aparat dilakukan bersama masyarakat melalui mekanisme forum UDKP
prioritas perguliran dana dan peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal
5 PDMKE
Dilakukan untuk membiayai kegiatan yang bersifat padat karya
Dilakukan melalui pembangunan dan prasarana amp sarana sesuai permintaan lokal
6 PARUL
Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk kegiatan sosial-ekonomi produksi dan distribusi jasa natar kawasan
Pengembangan kemampuan masyarakat diarahkan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh akses dan meningkatkan keterkaitan pada jalur produksi distribusi dan penyediaan jasa yang
Pengembangan prasarana dilakukan dalam wujud pembangunan prasarana sarana dan penerapan teknologi yang mendukung secara langsung kegiatan ekonomi kawasan
Peningkatan kemampuan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang menekankan prakarsa lokal pada kawasan itu
Sistem pemantauan dan pelaporan menekankan peningkatan kapasitas masyarakat dalam kegiatan produksi distribusi dan jasa dalam suatu kawasan ekonomi antara pedesaan dan perkotaan
10
sesuai dengan kapasitas ekonomi kawasan
Sumber Kuncoro (2004)
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa program penanggulangan
kemiskinan yang dilakukan di Indonesia masih bersifat parsial Hal tersebut bisa dilihat
dari hampir semua program yang pernah dilakukan masih bermasalah dalam hal
mensinergikan antara masyarakat miskin dengan masyarakat yang berdaya (non
miskin) pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat Akibat dari kondisi tersebut
penanggulangan kemiskinan tidak efektif tidak mandiri dan tidak berkelanjutan
24 Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia
Salah satu penyebab kurang berhasilnya penanggulangan kemiskinan di
Indonesia adalah sistem politik yang cenderung sentralistik Sentralisasi yang sangat
kuat di masa lalu juga berimbas ke kebijakan penanggulangan kemiskinan dimana
hampir semua program penanggulangan kemiskinan bersifat rdquotop-downrdquo dengan
keterlibatan minimal dari pemerintah daerah dalam formulasi kebijakannya Program
atau kebijakan yang sangat rdquotop-downrdquo ternyata juga gagal dalam merefleksikan
pebedaan antar daerah yang kadang-kadang bisa menjadi sangat signifikan Akibatnya
timbul berbagai kegagalan berskala besar dalam program atau kebijakan yang pada
akhirnya berakibat pada dihentikannya program tersebut Berikut ini bentuk atau ciri-ciri
dan kelemahan program penanggulangan kemiskinan yang pernah dilakukan
Tabel 4
Ciri-ciri dan Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan
Kelemahan Program Upaya Penanggulangan Kemiskinan
Prinsip-prinsip Penanggulangan
Kemiskinan
Perencanaan penentuan sasaran dan kreteria miskin serta pengaturan teknis pelaksanaan yang
Mendidik masyarakat miskin untuk terus menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik individu keluarga
Program penanggulangan kemiskinan harus mengarah pada pendekatan yang menyeluruh (multi-sektor)
11
dilakukan oleh pemerintahinstansi pusat (top-down) seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau daerah tertentu
maupun lingkungan (keterampilan material dan sumberdaya alam) sebagai modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
Program-program yang dilaksanakan secara sektoral sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang tindih
Mendorong tumbuhnya rasa percaya diri akan kemampuannya untuk lepas dari belenggu kemiskinan
Perencanaan dan penentuan sasaran dilakukan oleh masyarakat bersama aparat dilapangan sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Banyak program penanggulangan kemiskinan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek sehingga masyarakat kurang berpartisipasi secara aktif
Menyadarkan bahwa tidak akan ada seseoranglingkungan yang dapat keluar dari genggaman kemiskinan melainkan atas usaha orangkeluargalingkungan itu sendiri
Masyarakat ditempatkan sebagai ldquopelaku utama dalam perang melawan kemiskinanrdquo agar masyarakat berpartisipasi secara aktif
Sulitnya menjaga kontinuitas program (program baru bukan merupakan kelanjutan program lama) mengakibatkan banyak program penanggulangan kemiskinan tidak berkesinambungan
Memberikan pemahaman bahwa masalah penanggulangan kemiskinan merupakan tugas dan tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat
Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat untuk membangun keterbukaan dan akuntabilitas
Pertanggungjawaban hanya bersifat administratif kepada pemerintah sehingga tidak terbangun keterbukaan dan akuntabilitas publik akibat pendekatan proyek maka keberhasilan program hanya diukur dengan persentase bantuan yang berhasil
Menciptakan lapangan kerja dan peluang berusaha untuk menguatkan ekonomi masyarakat setempatPenguatan organisasikelompok masyarakat yang ada memberikan bantuan fasilitas (dana dan keahlian) yang dibutuhkan untuk mendayagunakan potensi yang dimiliki
Merupakan program yang berkesinambungan Ukuran keberhasilan ditentukan oleh berdayanya masyarakat untuk keluar dari belenggu kemiskinan danmenguatnya kemampuan ekonomi masyarakat melalui terciptanya akses kepada faktor produksi dan pasar
12
disalurkan dan jumlah sasaran penerima
Sumber Hamid (2003) Dalam Kuncoro (2004)
Sebenarnya perbedaan antara pendekatan ldquotop-downrdquo dan ldquobottom uprdquo tidak
perlu terjadi terjadi apabila sistem politik nasional dan terutama lokal mampu
menciptakan akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakatnya Ketiadaan mekanisme
akuntabilitas selain membuat pihak eksekutif dan legislatif kurang tanggap terhadap
keluhan masyarakatnya juga membuat masyarakat tersebut tidak terlalu peduli atas
kualitas layanan publik yang diterimanya ataupun terhadap kebijakan perekonmian
daerahnya Dengan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah saat ini dimana
sebagian besar pajak masih dikuasai pemerintah pusat sangat mudah bagi pemerintah
daerah menyalahkan pemerintah pusat apabila ada ketidakpuasan di kalangan
masyarakat lokal mengenai kualitas layanan publik
Bab III METODE PENELITIAN
1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan utama membangun model penaggulangan
kemiskinan yang bersifat terpadu berdasarkan aspek spasial ekonomi dan
struktural di masing-masing desakelurahan yang ada di wilayah administrasi Kota
Malang
Berdasarkan pada tujuan utama penelitian ini maka kerangka pikir mengenai
Penyusunan Model Penanggulangan Kemiskinan di Kota Malang dijelaskan pada
Gambar berikut
Gambar 1Bagan Alir Penyusunan Model KulturalStruktural dan Spasial
Sebagai Penanggulangan Kemiskinan
13
AN
AL
ISA
P
ER
MA
SA
LA
HA
N
KE
MIS
KIN
AN
P
ER
KO
TA
AA
N
Aspek StrukturalMengukur Efektifitas
program penanggulangan
kemiskinan yang telah dilakukan
Aspek Ekonomi
Mengukur kondisi ekonomi
masyarakat miskin
Aspek SpacialMengukur kondisi
geografi dan topografi
(lingkungan fisik) masyarakat miskin
OutputKesenjangan
antara program
dgn kebutuhan
OutputProses generasi
tingkat
pendidikan jenis pekerjaan
OutputKondisi
Geografitopografi
PorsesIdentifikasi
ermasalahan kemiskian perkotaan
OUTPUT
Database Permasalahan kemiskinan Profil kemiskinan Isue Strategis
OutputWork Plan
Penanggulangan
Kemiskinan
OutputMaster Plan
PenanggulanganKemiskinan
Sebagaimana telah dikemukakan di atas upaya penaggulangan kemiskinan
dilakukan dengan pendekatan spasial ekonomi dan struktural Pendekatan tersebut
pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang
bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan
secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang Setidaknya ada 5 (lima)
komponenkegiatan utama yang perlu dilakukan Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi
1 Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota
Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desakelurahan
dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan Adapun informasi
yang perlu dikumpulkan dikaji dan dianalisis meliputi gambar mengenai kondisi fisik
sosial ekonomi desakelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan
pengembangan desa perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem
prasarana Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting yang
tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited)
2 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan
Berdasarkan analisis terhadap kondisi wilayah dan kecenderungan
perkembangannya diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung
pembangunan wilayah masing-masing Kota Identifikasi yang dimaksud meliputi
antara lain
Potensi desakelurahan yang terkandung baik yang sudah
dimanfaatkan belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan
ada di desa Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan
atau komoditi unggulan
Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi baik dalam
kaitannya dengan bidang prasarana keuangan dan kebijakan
sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat
3 Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan
Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain pemanfaatan ruang dan
struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan kawasan dan sistem
14
prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun
berdasarkan potensi pengembangan Kota
4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian
Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-
program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-
program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario
yang telah dirumuskan
5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan
Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola
pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud
memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan
masyarakat
2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang
akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota
Malang Pasuruan Sidoarjo
Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara
bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis
Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan
akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan
menghabiskan waktu plusmn 22 bulan
3 Definisi Operasional Variabel
Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan
kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)
Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)
1) Aspek Struktural
Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang
telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas
15
dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan
2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing
sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator
aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan
dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada
tabel berikut
Tabel 5
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa
Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan
2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)
- Gengsi sosialorang miskin
- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin
- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)
- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong
royong- Keperdulian
Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan
16
masyarakat sekitar terhadap orang miskin
2) Aspek Kultural
cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi
(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada
beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah
satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu
dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi
kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah
berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya
angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem
ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan
pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 6
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya
angka pengangguran
- Lama bekerja- Banyaknya pekerja
dalam satu rumah
Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah
2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan
- Ada tidaknya bonus
Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat
3 Sistem Ekonomi
- Tujuan bekerja- Langkah untuk
memenuhi kebutuhan
Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan
3) Aspek Spasial
Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu
mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)
Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator
17
mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural
atau kelembagaan sebanyak 6 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam
melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 7
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kondisi geografis(4 variabel)
- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan
Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin
2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)
- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana
pendidikan- Akses terahadap
fasilitas kesehatan- Akses terahadap
aktivitas produksi
Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan
4 Jenis Data
Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua
jenis yaitu data sekunder dan data primer
1 Data Sekunder
Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data
sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah
penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan
lain-lain
2 Data Primer
Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun
data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang
18
digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab
kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain
5 Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi
1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara
mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk
mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat
2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh
responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait
3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang
Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden
peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap
obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang
4 Pengumpulan Data Sekunder
Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-
catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud
adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota
(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai
dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang
diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006
5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)
Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan
dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk
mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting
penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris
desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang
Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain
meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan
di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan
kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti
19
dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang
optimal
Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir
Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk
mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada
upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan
masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini
6 Alat Analisis
Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data
kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial
(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi
dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi
silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami
Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan
menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)
Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana
ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk
1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun
melalui tampilan peta setiap desakelurahan
2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang
dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke
depan
Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan
metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai
Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja
pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-
dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat
kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan
Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara
menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian
Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap
sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota
Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan
20
penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)
dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan
publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan
kemiskinan
Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut
berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk
merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi
keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang
Bab 4 Hasil analisis
1 Gambaran geografis Jawa Timur
Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia
Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya
37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di
Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa
Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra
Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga
meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa
dan Samudera Hindia
Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki
signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap
Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi
Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi
Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan
berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan
sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi
Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah
21
dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan
sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa
Table 8
Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur
Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484
Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006
2 Gambaran geografis
a gambaran geografis kabupaten Pasuruan
Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan
jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki
wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus
Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa
Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul
Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo
dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2
b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo
Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat
Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa
Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah
1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru
22
1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong
1048707 Sebelah Timur Selat Madura
1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian
Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari
Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas
permukaan laut
c Gambaran geografis kabupaten malang
3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang
Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang
Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini
Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang
Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109
sumber BPS
Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten
provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang
bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau
mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah
keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di
kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak
diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin
di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi
308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan
23
kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan
Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi
404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang
4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan
malang
Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat
diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang
mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di
daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut
peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah
penduduknya
Tabel
Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten
Di Wilayah Provinsi Jawa Timur
KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin
2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900
24
kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi
kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di
kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada
pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki
jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi
karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur
sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas
perekonomian jawa timur
5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin
51 Kabupaten Pasuruan
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-
rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin
salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan
Tabel
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan
No
lt 200000200000
sd 400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1Tidak
Bekerja
2 2 29
2Buruh Pasar
3 3 6 613 10
3Kuli
Banguan
1 2 1 4 44 7 3
4 Pemulung
1 1 8 10 104 3 22
25
5 Pedagang
4 8 10 22 2217 28 27
6 Becak 3 7
10 1010 19
7Sopir
Angkutan
1 4 5 10 104 14 14
8 Wiraswasta
1 2 1 15 54 7 3 11
9 Bengkel
2 3 1 17 79 10 3 11
10Buruh Pabrik
4 610 1011 67
11 Lain-lain
8 3 1 12 1235 10 11 100
Jumlah 23 29 37 9 98
Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan
pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik
pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan
lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain
Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya
kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan
No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir
Tukang Bangunan
DagangLain-lain
jumlah
1 Tidak Bekerja 0 0
2 Buruh Pasar
1 1 2 26 0 0 0 7 0
3 Kuli Bangunan
5 5 414 1428 0 0 25 0 22
4 Pemulung
33 30 0 0 0 0 17
5 Pedagang
2 1 3 28 80 0 13 5 21 11
26
6 Becak
2 4 5 314 140 17 25 25 0 17
7 Sopir Angkutan
2 3 5 50 17 19 0 0 0
8 Wiraswasta
5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0
9 Bengkel
5 2 29 90 42 13 0 0 11
10 Buruh Pabrik
5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0
11 Lain-lain
2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22
Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100
Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak
berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu
namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang
dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam
memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal
tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah
pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau
bidang usaha yang lain
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
3Kuli
Bangunan
4 Pemulung
5 5 10 10 23 12
5 Pedagang
8 5 13 1350 12
27
6 Becak
4 8 12 12 18 19
7Sopir
Angkutan
5 5 5 12
8 Wiraswasta
8 6 14 14 36 14
9 Bengkel
5 6 11 11 23 14
10 Buruh Pabrik
77 7 41
11 Lain-lain
8 8 1026 2750 19 59
Jumlah 16 22 43 0 17 98 100
Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan
bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden
yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat
usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden
menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal
yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan
menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal
52 Kabupaten Sidoarjo
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
No Gaji amp Jenis Pekerjaan
lt 200000
200000 sd
400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1 Tidak Bekerja
2
2 2111
2 Buruh Pasar
6 4
10 11333 200
3 Kuli Banguan
1 8 1
10 1156 400 50
4 Pemulung
8 2
10 11444 100
5 Pedagang
1 2 7
10 1150 100 212
28
6 Becak
1 2
3 356 100
7 Sopir Angkutan
2 6 1
9 10100 300 30
8 Wiraswasta
1 2 7
10 1150 100 212
9 Bengkel
4 5
9 10200 152
10 Buruh Pabrik
5 5
10 11250 152
11 Lain-lain
8
8 9242
Jumlah 18 20 20 33 91 100
Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo
menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang
berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut
memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada
jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan
masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena
sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Wiraswasta BengkelMontir
SopirTukang
BangunanDagang
Lain-lain
jumlah
1Tidak
Bekerja
2 Buruh Pasar
5 6 718 1831 43 37
3 6 8 14 14
29
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
periode Agustus 1998 hingga Oktober 1999 Berdasarkan hasil studi tersebut ada
beberapa hal yang menjadi temuan berkaitan dengan penanggulangan kemiskian antara
lain
- Terdapat hubungan negatif yang sangat kuat antara pertumbuhan dan kemiskinan
Artinya ketika perekonomian tumbuh kemiskinan berkurang namun ketika
perekonomian mengalami kontraksi pertumbuhan kemiskinan meningkat lagi
- Pertumbuhan tidak mengurangi kemikinan secara permenen Walaupun terjadi
pertumbuhan dalam jangka panjang selama periode sebelum krisis banyak
masyarakat yang tetap rentan terhdap kemiskinan Oleh arena itu manajemen
kejutan (management of shocks) dan jaring pengaman harus diterapkan
- Pertumbuhan secara kontemporer dapat mengurangi kemiskinan Sehingga
pertumbuhan yang berkelanjutan penting untuk mengurangi kemiskinan
- Pengurangan ketimpangan mengurangi kemiskinan secara signifikan Sehingga
sangat untuk mencegah pertumbuhan yang meningkatkan ketimpangan
- Memberikan hak atas properti dan memberikan akses terhadap kapital untuk
golongan masyarakat miskin dapat mengurangi kesenjangan merangsang
pertumbuhan dan mengurangi kemiskinan
22 Pendekatan Ilmiah Masalah Kemiskinan
Tiga pendekatan ilmiah yang cukup popular di dalam memahami masalah
kemiskinan (Ancok dalam Dewanta1999( ialah pendekatan kultural pendekatan
situasional dan pendekatan interaksional
221 pendekatan kultural
Tokoh utama yang menggunakan pendekatan kultural ialah Oscar Lewis (1966)
Dengan konsep cultural poverty Lewis berpendapat bahwa keamiskinan adalah suatu
budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi (economic depretiation) yang
berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada beberapa kebudaya kelompok etnik
Lewis menemukan bahwa kemiskinan adalah salah satu sub-kultur masyarakat yang
mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu dengan etnik yang lain Akar dari timbulnya
budaya miskin tersebut menurut pendapat Lewis adalah keadaan masyarakat yang
mempunyai siri-siri berikut
Sistem perekonomian yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan
Tingginya angka pengangguran dan angka under employment bagi golongan
yang tidak punya keahlian
Rendanya upahgaji yang diperoleh pekerja
3
Tidak adanya organisasi sosial politik dan ekonomi bagi kaum miskin baik yang
didirikan oleh pemerintah maupun oleh swadaya masyarakat
Hadirnya sistem kekeluargaan yang bilateral yang menggantikan sistem yang
unilateral
Hadirnya kelas masyarakat yang dominan yang menekankan pada penumpukan
harta dan kekayaan kesempatan untuk terus meningkat dalam status anggota
kelas masyarakat ini beranggapan bahwa kemiskinan disebabkan oleh karena
sifat pribadi yang lemah dan inferior
Menurut Lewis (1966) budaya keniskinan adalah suatu cara yang dipakai oleh orang
miskin untuk beradaptasi dan bereaksi terhadap posisi mereka yang marginal dalam
masyarakat yang memiliki kelas-kelas dan bersifat individualistic dan kapitalistik Budaya
kemiskinan adalah desain kehidupan bagi orang-orang miskin yang bersisikan
pemecahan problem ndash problem hidup mereka yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi selanjutnya
Dalam menggambarkan cara hidup orang yang berada dalam budaya kemiskinan
Lewis memformulasikan serangkaian sifat-sifat ekonomi sosial dan psikologi yang
berkaitan satu dengan yang lainnya Ciri pokok dari orang-orang yang idup dalam
budaya kemiskinan adalah kurangnya partisipasi yang efektif dalam ingrative dalam
institusi-institusi penting yang ada dalam masyarakat karena sebagian besar yang buta
huruf dan berpendidikan rendah serta kekurangan uang Kehidupan mereka yang serba
kekurangan kondisi tempat tinggal yang sangat menyedihkan kesumpekan tempat
tinggal kekurangan makanan dan pakaian telah mempengaruhi aspek psikologis
mereka
Kehidupan seksual yang agak bebas penelantaran anakn kurangnya fasilitas
pendidikan tidak memungkinkan untuk mendidik anakanya ke arah pertumbuhan yang
baik Orang-orang yang dibesarkan dalam budaya kemiskinan mempunyai ciri-ciri
kepribadian antara lain merasa diri mereka tidak berguna penuh denga keputusasaan
merasa inferior sangat dependent terhadap orang lain Orang miskin tersebut juga tidak
mempunyai kepribadian yang kuat kurang bisa mengontrol diri mudah impulsive dan
sangat berorientasi pada masa kini tanpa memikirkan masa depan
Untuk menghilangkan budaya kemiskinan tersebut Lewis menyarankan agar
orang-orang miskin bersatu dalam organisasi Lewis (1966) menulis dalam buku The
Study of Slum CultureBacgrounds for la Vida seperti berikut rdquosetiap gerakan baik itu
4
gerakan yang bersifat religius pasifis ataupun revolusioner yang mengorganisasikan
dan memberikan harapan bagi si miskin dan secara efektif mempromosikan solidaritas
dan perasaan identitas yang sama dengan kelompok masyarakat yang lebih luas akan
dapat menghancurkan sifat-sifat utama yang merupakan ciri orang-orang dari budaya
kemiskinanrdquo
23 Model Solusi Kemiskinan
Pengalaman di negara-negara Asia menunjukkan berbagai model mobilisasi
perekonomian pedesaan untuk memerangi kemiskinan yaitu Pertama mendasarkan
pada mobilitas tenaga kerja yang masih belum didaya gunakan (idle) dalam rumah
tangga petani gurem agar terjadi pembentukan modal di pedesaan (Nurkse 1953)
Tenaga kerja yang masih belum didayagunakan pada rumah tangga petani kecil dan
gurem merupakan sumberdaya yang tersembunyi dan potensi tabungan Alternatif cara
untuk memobilisasi tenaga kerja dan tabungan pedesaaan adalah 1) menggunakan
pajak langsung atas tanah seperti yang dilakukan di Jepang 2) dilakukan dengan
menyusun kerangka kelembagaan di pedesaan yang memungkinkan tenaga kerja yang
belum didayagunakan untuk pemupukan modal tanpa perlu menambah upah Ini persis
yang dilakukan Cina yang menerapkan sistem kerjasama kelompok dan brigades
ditingkat daerah yang paling rendah (communes) Dengan metode ini ternyat
memungkinkan adanya kenaikan yang substansial dalam itensitas tenaga kerja dan
produktivitas tenaga kerja
Model kedua menitik beratkan pada tranfer daya dari pertanian ke industri
melalui mekanisme pasar (Fei amp Gustav 1964) Ide bahwa penawaran tenaga kerja
yang tidak terbatas dari rumah tangga petani kecil dapat meningkatkan tabungan dan
formasi modal lewat proses pasar Pengalaman Taiwan menyajikan contoh yang baik
atas mobilisasi sumber daya dari sektor pertanian mengandalkan mekanisme pasar
tanpa menggunakan instrumen pajak seperti yang dilakukan oleh Jepang Proporsi
output sektor pertanian sebagian besar tetap dijaga sebagai surplus lewat intermediasi
pemilik tanah dan melalui nilai tukar (terms of trade) sebelum Perang Dunia II
Model ketiga menyoroti pesatnya pertumbuhan dalam sektor pertanian yang
dibuka dengan kemajuan teknologi dan kemungkinan sektor yang memimpin (Mellor
1976) Model ini dikenal dengan nama Model Pertumbuhan Berbasis Teknologi atau
Rural-Led Development Proses ini akan berhasil apabila dua syarat berikut terpenuhi
1) kemampuan mencapai tingkat pertumbuhan output pertanian yang tinggi 2) proses
5
ini juga menciptakan pola permintaan yang kondusif terhadap pertumbuhan Pada
gilirannya ini tergantung dari dampak keterkaitan ekonomi pedesaan lewat pengeluaran
atas barang konsumsi yang dipasok dari dalam sektor itu sendiri dan melalui invesatasi
yang didorong
Model keempat menyoroti dimensi spasial dalam menanggulangi kemiskinan
Kemiskinan bisa diatasi dengan cara kemudahan dalam mengakses dua bidang yaitu
1) bidang ekonomi dan 2) bidang sosial (Kuncoro 2004) Akses dalam bidang ekonomi
dibagi menjadi dua yaitu akses terhadap lapangan kerja dan akses terhadap faktor
ekonomi Akses terhadap faktor produksi terdiri dari 1) Kemudahan masyarakat dalam
mengakses modal usaha 2) kemudahan masyarakat dalam mengakses pasar 3)
kemudahan masyarakat dalam kepemilikanmodal Sedangkan akses dalam bidang
sosial dibagi menjadi dua yaitu akses terhadap fasilitas pendidikan dan akses terhadap
fasilitas kesehatan
23 Strategi Penanggulangan Kemiskikan Di Indonesia
Kemiskinan dapat bermakna kesenjangan ekonomi dan ketidak merataan
pendapatan Kedua hal ini merupakan masalah yang hangat dibicarakan karena masih
besarnya penggangguran terselubung yang disebabkan masih adanya pekerjaan yang
dilakukan di bawah produktivitas kerja (underemployment) serta rendahnya kualitas
tenaga kerja Indonesia Ada dua macam ukuran kemiskinan yaitu kemiskinan absolut
dan kemiskinan relatif Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang disebabkan karena
ketidak mampuan seseorang melampaui garis kemiskinan (proverty line) yang
ditetapkan Sedangkan kemiskinan relatif berkaitan dengan perbedaan tingkat
pendapatan suatu golongan dibandingkan dengan golongan lainnya (Rintuh 2005)
Beberapa program pembangunan yang dilaksakan di Indonesia baik yang
dilakukan oleh pemerintah mapun bantuan donor antara lain telah dilaksanakan melalui
progam Impres Desa Tertinggal (IDT) dan dimantapkan melalui program Pembangunan
Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT) Program dilanjutkan dengan Program
Pengembangan Kecamatan (PPK) Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan
Program Pemberdayaan Daerah Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE) dan
Program Pengembangan Kawasan Desa-Kota Terpadu atau Poverty Alleviation Through
Rural Urban Lingkage (PARUL) Dari berbagai program pengentasan kemiskinan
tersebut terdapat beberapa perbedaan dan kesamaan yang dapat dilihat pada tabel
berikut (Sumodiningrat 1999)
6
Berikut ini beberpa penyempurnaan kebijakan program pemberdayaan
masyarakat dan pennanggulangan kemiskinan
Tabel 3
Perkembangan dan Penyempurnaan Kebijakan Program Pemberdayaan Masyarakat dan Program Penanggulangan Kemiskinan Dalam Kurun Pelita VI
No
Program
Bentuk Kebijakan
Pengembangan
Ekonomi
Pengembangan SDM
Pengembangan Prasarana
Pengembangan
Kelembagaan
Pengembangan Sistem Informasi
Bantuan Modal
Bantuan Pendampin
gan
Bantuan Prasarana
Sarana
Bantuan PengembanaganKelemb
agaan
Bantuan Pemantaua
n dan Pelaporan
1 IDT Diberikan dalam bentuk uang tunai seniali Rp 20 juta tahun selama 3 tahun
Dana bantuan digunakan untuk modal usaha dan bersifat hibah dan bergulir (revolving block grant)
Pengembangan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan modal bergulir melalui bantuan tenaga pendamping
Secara khusus belum ada namun beberapa bantuan melalui program pembangunan sektoral telah memberikan bantuan teknologi tepat guna untuk membantu mengembangkan kegiatan sosial ekonomi produktif pokmas
Pengembangan kelembagaan dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana
Pembangunan kelembagaan aparat dilakukan pembinaan berjenjang secara vertikal yang dilakukan oleh jajajrn Depdagri bersama Depkeu dan departeme teknis terkait lain melalui program pembangunan sektoral masing-masing
7
2 P3DT Dana bantuan digunakan untuk investasi sosial dan bersifat hibah (block grant) serta mendukung kegiatan sosial ekonomi yang didanai oleh bantuan IDT
Pengembangan kemampuan masyarakat dan aparat dalam pembangunan dibina oleh tenaga pendamping profesional (antara lain oleh tenaga konsultan)
Bantuan prasarana mendapat perhatian melalui pengembangan prasarana transportasi yang mendukung kegiatan ekonomi (pembangunan jalan jembatan tambatan perahu dll) dan pengembangan prasarana sosial yang langsung mendukung kegiatan ekonomi lokal (pembangunan prasarana kesehatan dasr MCK sanitasi dan air bersih)
Masyarakat melaksanakan sendiri manajemen pembangunan lokal
Pembinaan aparat dilakukan secara vertikal melalui Tim Koordinasi Pembangunan sebagai wadah musyawarah dan mufakat Sehingga komitmen dan perhatian pembangunan untuk rakyat tetap dalam arah yang benar
Masyarakat melakukan sendiri kegiatan pemantauan dan pelaporan pembangunan ditingkat lokal dibantu oleh tenaga pendamping profesional
Aparat melakukan pemantauan dan pelaporan secara berjenjang (vertikal) yang hasilnya dipergunakan untuk mendukung pengambilan keputusan lebih lanjut dalam rangka pengembangan program
3 PPK Bantuan
senilai Rp 250 juta ndash Rp 750 juta per kecamatan bersifat hibah bergulir Namun pemanfaatan bantuan semata diarahkan agar
Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping dan jajaran aparat pemerintah
Pembangunan pengadaan prasarasna sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan
Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana yang dilembagakan dalam
Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi prioritas perguliran dana dan
8
pemanfaatan program dapat berlatih mengguanakan dana itu sebagai stimulan agar dalam pengembangan lebih lanjut dapat memanfaatkan fasilitas microfinance
Dilakukan memalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut
Pengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)
forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP
peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal
4 P2KPSecara prinsip sama dengan yang dilakukan oleh
Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan
Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping
Pembangunan pengadaan prasarana sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan
Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran
Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi
9
PPK namun sasaran lokasi dititikberatkan pada kecamatan di kawasan perkotaan
dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut
dan jajaran aparat pemerintahPengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)
dana yang dikembangkan dalam forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP
Pengembangan kelembagaan aparat dilakukan bersama masyarakat melalui mekanisme forum UDKP
prioritas perguliran dana dan peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal
5 PDMKE
Dilakukan untuk membiayai kegiatan yang bersifat padat karya
Dilakukan melalui pembangunan dan prasarana amp sarana sesuai permintaan lokal
6 PARUL
Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk kegiatan sosial-ekonomi produksi dan distribusi jasa natar kawasan
Pengembangan kemampuan masyarakat diarahkan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh akses dan meningkatkan keterkaitan pada jalur produksi distribusi dan penyediaan jasa yang
Pengembangan prasarana dilakukan dalam wujud pembangunan prasarana sarana dan penerapan teknologi yang mendukung secara langsung kegiatan ekonomi kawasan
Peningkatan kemampuan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang menekankan prakarsa lokal pada kawasan itu
Sistem pemantauan dan pelaporan menekankan peningkatan kapasitas masyarakat dalam kegiatan produksi distribusi dan jasa dalam suatu kawasan ekonomi antara pedesaan dan perkotaan
10
sesuai dengan kapasitas ekonomi kawasan
Sumber Kuncoro (2004)
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa program penanggulangan
kemiskinan yang dilakukan di Indonesia masih bersifat parsial Hal tersebut bisa dilihat
dari hampir semua program yang pernah dilakukan masih bermasalah dalam hal
mensinergikan antara masyarakat miskin dengan masyarakat yang berdaya (non
miskin) pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat Akibat dari kondisi tersebut
penanggulangan kemiskinan tidak efektif tidak mandiri dan tidak berkelanjutan
24 Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia
Salah satu penyebab kurang berhasilnya penanggulangan kemiskinan di
Indonesia adalah sistem politik yang cenderung sentralistik Sentralisasi yang sangat
kuat di masa lalu juga berimbas ke kebijakan penanggulangan kemiskinan dimana
hampir semua program penanggulangan kemiskinan bersifat rdquotop-downrdquo dengan
keterlibatan minimal dari pemerintah daerah dalam formulasi kebijakannya Program
atau kebijakan yang sangat rdquotop-downrdquo ternyata juga gagal dalam merefleksikan
pebedaan antar daerah yang kadang-kadang bisa menjadi sangat signifikan Akibatnya
timbul berbagai kegagalan berskala besar dalam program atau kebijakan yang pada
akhirnya berakibat pada dihentikannya program tersebut Berikut ini bentuk atau ciri-ciri
dan kelemahan program penanggulangan kemiskinan yang pernah dilakukan
Tabel 4
Ciri-ciri dan Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan
Kelemahan Program Upaya Penanggulangan Kemiskinan
Prinsip-prinsip Penanggulangan
Kemiskinan
Perencanaan penentuan sasaran dan kreteria miskin serta pengaturan teknis pelaksanaan yang
Mendidik masyarakat miskin untuk terus menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik individu keluarga
Program penanggulangan kemiskinan harus mengarah pada pendekatan yang menyeluruh (multi-sektor)
11
dilakukan oleh pemerintahinstansi pusat (top-down) seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau daerah tertentu
maupun lingkungan (keterampilan material dan sumberdaya alam) sebagai modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
Program-program yang dilaksanakan secara sektoral sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang tindih
Mendorong tumbuhnya rasa percaya diri akan kemampuannya untuk lepas dari belenggu kemiskinan
Perencanaan dan penentuan sasaran dilakukan oleh masyarakat bersama aparat dilapangan sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Banyak program penanggulangan kemiskinan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek sehingga masyarakat kurang berpartisipasi secara aktif
Menyadarkan bahwa tidak akan ada seseoranglingkungan yang dapat keluar dari genggaman kemiskinan melainkan atas usaha orangkeluargalingkungan itu sendiri
Masyarakat ditempatkan sebagai ldquopelaku utama dalam perang melawan kemiskinanrdquo agar masyarakat berpartisipasi secara aktif
Sulitnya menjaga kontinuitas program (program baru bukan merupakan kelanjutan program lama) mengakibatkan banyak program penanggulangan kemiskinan tidak berkesinambungan
Memberikan pemahaman bahwa masalah penanggulangan kemiskinan merupakan tugas dan tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat
Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat untuk membangun keterbukaan dan akuntabilitas
Pertanggungjawaban hanya bersifat administratif kepada pemerintah sehingga tidak terbangun keterbukaan dan akuntabilitas publik akibat pendekatan proyek maka keberhasilan program hanya diukur dengan persentase bantuan yang berhasil
Menciptakan lapangan kerja dan peluang berusaha untuk menguatkan ekonomi masyarakat setempatPenguatan organisasikelompok masyarakat yang ada memberikan bantuan fasilitas (dana dan keahlian) yang dibutuhkan untuk mendayagunakan potensi yang dimiliki
Merupakan program yang berkesinambungan Ukuran keberhasilan ditentukan oleh berdayanya masyarakat untuk keluar dari belenggu kemiskinan danmenguatnya kemampuan ekonomi masyarakat melalui terciptanya akses kepada faktor produksi dan pasar
12
disalurkan dan jumlah sasaran penerima
Sumber Hamid (2003) Dalam Kuncoro (2004)
Sebenarnya perbedaan antara pendekatan ldquotop-downrdquo dan ldquobottom uprdquo tidak
perlu terjadi terjadi apabila sistem politik nasional dan terutama lokal mampu
menciptakan akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakatnya Ketiadaan mekanisme
akuntabilitas selain membuat pihak eksekutif dan legislatif kurang tanggap terhadap
keluhan masyarakatnya juga membuat masyarakat tersebut tidak terlalu peduli atas
kualitas layanan publik yang diterimanya ataupun terhadap kebijakan perekonmian
daerahnya Dengan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah saat ini dimana
sebagian besar pajak masih dikuasai pemerintah pusat sangat mudah bagi pemerintah
daerah menyalahkan pemerintah pusat apabila ada ketidakpuasan di kalangan
masyarakat lokal mengenai kualitas layanan publik
Bab III METODE PENELITIAN
1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan utama membangun model penaggulangan
kemiskinan yang bersifat terpadu berdasarkan aspek spasial ekonomi dan
struktural di masing-masing desakelurahan yang ada di wilayah administrasi Kota
Malang
Berdasarkan pada tujuan utama penelitian ini maka kerangka pikir mengenai
Penyusunan Model Penanggulangan Kemiskinan di Kota Malang dijelaskan pada
Gambar berikut
Gambar 1Bagan Alir Penyusunan Model KulturalStruktural dan Spasial
Sebagai Penanggulangan Kemiskinan
13
AN
AL
ISA
P
ER
MA
SA
LA
HA
N
KE
MIS
KIN
AN
P
ER
KO
TA
AA
N
Aspek StrukturalMengukur Efektifitas
program penanggulangan
kemiskinan yang telah dilakukan
Aspek Ekonomi
Mengukur kondisi ekonomi
masyarakat miskin
Aspek SpacialMengukur kondisi
geografi dan topografi
(lingkungan fisik) masyarakat miskin
OutputKesenjangan
antara program
dgn kebutuhan
OutputProses generasi
tingkat
pendidikan jenis pekerjaan
OutputKondisi
Geografitopografi
PorsesIdentifikasi
ermasalahan kemiskian perkotaan
OUTPUT
Database Permasalahan kemiskinan Profil kemiskinan Isue Strategis
OutputWork Plan
Penanggulangan
Kemiskinan
OutputMaster Plan
PenanggulanganKemiskinan
Sebagaimana telah dikemukakan di atas upaya penaggulangan kemiskinan
dilakukan dengan pendekatan spasial ekonomi dan struktural Pendekatan tersebut
pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang
bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan
secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang Setidaknya ada 5 (lima)
komponenkegiatan utama yang perlu dilakukan Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi
1 Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota
Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desakelurahan
dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan Adapun informasi
yang perlu dikumpulkan dikaji dan dianalisis meliputi gambar mengenai kondisi fisik
sosial ekonomi desakelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan
pengembangan desa perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem
prasarana Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting yang
tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited)
2 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan
Berdasarkan analisis terhadap kondisi wilayah dan kecenderungan
perkembangannya diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung
pembangunan wilayah masing-masing Kota Identifikasi yang dimaksud meliputi
antara lain
Potensi desakelurahan yang terkandung baik yang sudah
dimanfaatkan belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan
ada di desa Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan
atau komoditi unggulan
Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi baik dalam
kaitannya dengan bidang prasarana keuangan dan kebijakan
sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat
3 Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan
Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain pemanfaatan ruang dan
struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan kawasan dan sistem
14
prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun
berdasarkan potensi pengembangan Kota
4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian
Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-
program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-
program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario
yang telah dirumuskan
5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan
Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola
pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud
memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan
masyarakat
2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang
akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota
Malang Pasuruan Sidoarjo
Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara
bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis
Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan
akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan
menghabiskan waktu plusmn 22 bulan
3 Definisi Operasional Variabel
Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan
kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)
Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)
1) Aspek Struktural
Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang
telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas
15
dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan
2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing
sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator
aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan
dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada
tabel berikut
Tabel 5
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa
Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan
2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)
- Gengsi sosialorang miskin
- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin
- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)
- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong
royong- Keperdulian
Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan
16
masyarakat sekitar terhadap orang miskin
2) Aspek Kultural
cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi
(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada
beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah
satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu
dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi
kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah
berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya
angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem
ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan
pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 6
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya
angka pengangguran
- Lama bekerja- Banyaknya pekerja
dalam satu rumah
Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah
2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan
- Ada tidaknya bonus
Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat
3 Sistem Ekonomi
- Tujuan bekerja- Langkah untuk
memenuhi kebutuhan
Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan
3) Aspek Spasial
Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu
mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)
Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator
17
mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural
atau kelembagaan sebanyak 6 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam
melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 7
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kondisi geografis(4 variabel)
- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan
Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin
2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)
- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana
pendidikan- Akses terahadap
fasilitas kesehatan- Akses terahadap
aktivitas produksi
Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan
4 Jenis Data
Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua
jenis yaitu data sekunder dan data primer
1 Data Sekunder
Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data
sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah
penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan
lain-lain
2 Data Primer
Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun
data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang
18
digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab
kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain
5 Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi
1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara
mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk
mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat
2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh
responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait
3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang
Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden
peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap
obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang
4 Pengumpulan Data Sekunder
Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-
catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud
adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota
(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai
dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang
diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006
5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)
Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan
dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk
mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting
penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris
desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang
Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain
meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan
di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan
kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti
19
dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang
optimal
Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir
Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk
mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada
upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan
masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini
6 Alat Analisis
Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data
kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial
(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi
dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi
silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami
Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan
menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)
Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana
ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk
1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun
melalui tampilan peta setiap desakelurahan
2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang
dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke
depan
Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan
metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai
Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja
pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-
dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat
kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan
Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara
menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian
Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap
sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota
Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan
20
penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)
dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan
publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan
kemiskinan
Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut
berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk
merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi
keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang
Bab 4 Hasil analisis
1 Gambaran geografis Jawa Timur
Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia
Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya
37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di
Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa
Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra
Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga
meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa
dan Samudera Hindia
Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki
signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap
Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi
Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi
Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan
berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan
sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi
Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah
21
dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan
sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa
Table 8
Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur
Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484
Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006
2 Gambaran geografis
a gambaran geografis kabupaten Pasuruan
Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan
jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki
wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus
Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa
Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul
Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo
dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2
b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo
Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat
Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa
Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah
1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru
22
1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong
1048707 Sebelah Timur Selat Madura
1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian
Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari
Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas
permukaan laut
c Gambaran geografis kabupaten malang
3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang
Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang
Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini
Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang
Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109
sumber BPS
Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten
provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang
bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau
mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah
keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di
kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak
diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin
di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi
308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan
23
kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan
Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi
404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang
4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan
malang
Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat
diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang
mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di
daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut
peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah
penduduknya
Tabel
Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten
Di Wilayah Provinsi Jawa Timur
KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin
2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900
24
kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi
kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di
kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada
pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki
jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi
karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur
sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas
perekonomian jawa timur
5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin
51 Kabupaten Pasuruan
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-
rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin
salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan
Tabel
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan
No
lt 200000200000
sd 400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1Tidak
Bekerja
2 2 29
2Buruh Pasar
3 3 6 613 10
3Kuli
Banguan
1 2 1 4 44 7 3
4 Pemulung
1 1 8 10 104 3 22
25
5 Pedagang
4 8 10 22 2217 28 27
6 Becak 3 7
10 1010 19
7Sopir
Angkutan
1 4 5 10 104 14 14
8 Wiraswasta
1 2 1 15 54 7 3 11
9 Bengkel
2 3 1 17 79 10 3 11
10Buruh Pabrik
4 610 1011 67
11 Lain-lain
8 3 1 12 1235 10 11 100
Jumlah 23 29 37 9 98
Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan
pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik
pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan
lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain
Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya
kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan
No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir
Tukang Bangunan
DagangLain-lain
jumlah
1 Tidak Bekerja 0 0
2 Buruh Pasar
1 1 2 26 0 0 0 7 0
3 Kuli Bangunan
5 5 414 1428 0 0 25 0 22
4 Pemulung
33 30 0 0 0 0 17
5 Pedagang
2 1 3 28 80 0 13 5 21 11
26
6 Becak
2 4 5 314 140 17 25 25 0 17
7 Sopir Angkutan
2 3 5 50 17 19 0 0 0
8 Wiraswasta
5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0
9 Bengkel
5 2 29 90 42 13 0 0 11
10 Buruh Pabrik
5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0
11 Lain-lain
2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22
Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100
Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak
berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu
namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang
dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam
memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal
tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah
pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau
bidang usaha yang lain
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
3Kuli
Bangunan
4 Pemulung
5 5 10 10 23 12
5 Pedagang
8 5 13 1350 12
27
6 Becak
4 8 12 12 18 19
7Sopir
Angkutan
5 5 5 12
8 Wiraswasta
8 6 14 14 36 14
9 Bengkel
5 6 11 11 23 14
10 Buruh Pabrik
77 7 41
11 Lain-lain
8 8 1026 2750 19 59
Jumlah 16 22 43 0 17 98 100
Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan
bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden
yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat
usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden
menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal
yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan
menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal
52 Kabupaten Sidoarjo
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
No Gaji amp Jenis Pekerjaan
lt 200000
200000 sd
400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1 Tidak Bekerja
2
2 2111
2 Buruh Pasar
6 4
10 11333 200
3 Kuli Banguan
1 8 1
10 1156 400 50
4 Pemulung
8 2
10 11444 100
5 Pedagang
1 2 7
10 1150 100 212
28
6 Becak
1 2
3 356 100
7 Sopir Angkutan
2 6 1
9 10100 300 30
8 Wiraswasta
1 2 7
10 1150 100 212
9 Bengkel
4 5
9 10200 152
10 Buruh Pabrik
5 5
10 11250 152
11 Lain-lain
8
8 9242
Jumlah 18 20 20 33 91 100
Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo
menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang
berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut
memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada
jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan
masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena
sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Wiraswasta BengkelMontir
SopirTukang
BangunanDagang
Lain-lain
jumlah
1Tidak
Bekerja
2 Buruh Pasar
5 6 718 1831 43 37
3 6 8 14 14
29
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
Tidak adanya organisasi sosial politik dan ekonomi bagi kaum miskin baik yang
didirikan oleh pemerintah maupun oleh swadaya masyarakat
Hadirnya sistem kekeluargaan yang bilateral yang menggantikan sistem yang
unilateral
Hadirnya kelas masyarakat yang dominan yang menekankan pada penumpukan
harta dan kekayaan kesempatan untuk terus meningkat dalam status anggota
kelas masyarakat ini beranggapan bahwa kemiskinan disebabkan oleh karena
sifat pribadi yang lemah dan inferior
Menurut Lewis (1966) budaya keniskinan adalah suatu cara yang dipakai oleh orang
miskin untuk beradaptasi dan bereaksi terhadap posisi mereka yang marginal dalam
masyarakat yang memiliki kelas-kelas dan bersifat individualistic dan kapitalistik Budaya
kemiskinan adalah desain kehidupan bagi orang-orang miskin yang bersisikan
pemecahan problem ndash problem hidup mereka yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi selanjutnya
Dalam menggambarkan cara hidup orang yang berada dalam budaya kemiskinan
Lewis memformulasikan serangkaian sifat-sifat ekonomi sosial dan psikologi yang
berkaitan satu dengan yang lainnya Ciri pokok dari orang-orang yang idup dalam
budaya kemiskinan adalah kurangnya partisipasi yang efektif dalam ingrative dalam
institusi-institusi penting yang ada dalam masyarakat karena sebagian besar yang buta
huruf dan berpendidikan rendah serta kekurangan uang Kehidupan mereka yang serba
kekurangan kondisi tempat tinggal yang sangat menyedihkan kesumpekan tempat
tinggal kekurangan makanan dan pakaian telah mempengaruhi aspek psikologis
mereka
Kehidupan seksual yang agak bebas penelantaran anakn kurangnya fasilitas
pendidikan tidak memungkinkan untuk mendidik anakanya ke arah pertumbuhan yang
baik Orang-orang yang dibesarkan dalam budaya kemiskinan mempunyai ciri-ciri
kepribadian antara lain merasa diri mereka tidak berguna penuh denga keputusasaan
merasa inferior sangat dependent terhadap orang lain Orang miskin tersebut juga tidak
mempunyai kepribadian yang kuat kurang bisa mengontrol diri mudah impulsive dan
sangat berorientasi pada masa kini tanpa memikirkan masa depan
Untuk menghilangkan budaya kemiskinan tersebut Lewis menyarankan agar
orang-orang miskin bersatu dalam organisasi Lewis (1966) menulis dalam buku The
Study of Slum CultureBacgrounds for la Vida seperti berikut rdquosetiap gerakan baik itu
4
gerakan yang bersifat religius pasifis ataupun revolusioner yang mengorganisasikan
dan memberikan harapan bagi si miskin dan secara efektif mempromosikan solidaritas
dan perasaan identitas yang sama dengan kelompok masyarakat yang lebih luas akan
dapat menghancurkan sifat-sifat utama yang merupakan ciri orang-orang dari budaya
kemiskinanrdquo
23 Model Solusi Kemiskinan
Pengalaman di negara-negara Asia menunjukkan berbagai model mobilisasi
perekonomian pedesaan untuk memerangi kemiskinan yaitu Pertama mendasarkan
pada mobilitas tenaga kerja yang masih belum didaya gunakan (idle) dalam rumah
tangga petani gurem agar terjadi pembentukan modal di pedesaan (Nurkse 1953)
Tenaga kerja yang masih belum didayagunakan pada rumah tangga petani kecil dan
gurem merupakan sumberdaya yang tersembunyi dan potensi tabungan Alternatif cara
untuk memobilisasi tenaga kerja dan tabungan pedesaaan adalah 1) menggunakan
pajak langsung atas tanah seperti yang dilakukan di Jepang 2) dilakukan dengan
menyusun kerangka kelembagaan di pedesaan yang memungkinkan tenaga kerja yang
belum didayagunakan untuk pemupukan modal tanpa perlu menambah upah Ini persis
yang dilakukan Cina yang menerapkan sistem kerjasama kelompok dan brigades
ditingkat daerah yang paling rendah (communes) Dengan metode ini ternyat
memungkinkan adanya kenaikan yang substansial dalam itensitas tenaga kerja dan
produktivitas tenaga kerja
Model kedua menitik beratkan pada tranfer daya dari pertanian ke industri
melalui mekanisme pasar (Fei amp Gustav 1964) Ide bahwa penawaran tenaga kerja
yang tidak terbatas dari rumah tangga petani kecil dapat meningkatkan tabungan dan
formasi modal lewat proses pasar Pengalaman Taiwan menyajikan contoh yang baik
atas mobilisasi sumber daya dari sektor pertanian mengandalkan mekanisme pasar
tanpa menggunakan instrumen pajak seperti yang dilakukan oleh Jepang Proporsi
output sektor pertanian sebagian besar tetap dijaga sebagai surplus lewat intermediasi
pemilik tanah dan melalui nilai tukar (terms of trade) sebelum Perang Dunia II
Model ketiga menyoroti pesatnya pertumbuhan dalam sektor pertanian yang
dibuka dengan kemajuan teknologi dan kemungkinan sektor yang memimpin (Mellor
1976) Model ini dikenal dengan nama Model Pertumbuhan Berbasis Teknologi atau
Rural-Led Development Proses ini akan berhasil apabila dua syarat berikut terpenuhi
1) kemampuan mencapai tingkat pertumbuhan output pertanian yang tinggi 2) proses
5
ini juga menciptakan pola permintaan yang kondusif terhadap pertumbuhan Pada
gilirannya ini tergantung dari dampak keterkaitan ekonomi pedesaan lewat pengeluaran
atas barang konsumsi yang dipasok dari dalam sektor itu sendiri dan melalui invesatasi
yang didorong
Model keempat menyoroti dimensi spasial dalam menanggulangi kemiskinan
Kemiskinan bisa diatasi dengan cara kemudahan dalam mengakses dua bidang yaitu
1) bidang ekonomi dan 2) bidang sosial (Kuncoro 2004) Akses dalam bidang ekonomi
dibagi menjadi dua yaitu akses terhadap lapangan kerja dan akses terhadap faktor
ekonomi Akses terhadap faktor produksi terdiri dari 1) Kemudahan masyarakat dalam
mengakses modal usaha 2) kemudahan masyarakat dalam mengakses pasar 3)
kemudahan masyarakat dalam kepemilikanmodal Sedangkan akses dalam bidang
sosial dibagi menjadi dua yaitu akses terhadap fasilitas pendidikan dan akses terhadap
fasilitas kesehatan
23 Strategi Penanggulangan Kemiskikan Di Indonesia
Kemiskinan dapat bermakna kesenjangan ekonomi dan ketidak merataan
pendapatan Kedua hal ini merupakan masalah yang hangat dibicarakan karena masih
besarnya penggangguran terselubung yang disebabkan masih adanya pekerjaan yang
dilakukan di bawah produktivitas kerja (underemployment) serta rendahnya kualitas
tenaga kerja Indonesia Ada dua macam ukuran kemiskinan yaitu kemiskinan absolut
dan kemiskinan relatif Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang disebabkan karena
ketidak mampuan seseorang melampaui garis kemiskinan (proverty line) yang
ditetapkan Sedangkan kemiskinan relatif berkaitan dengan perbedaan tingkat
pendapatan suatu golongan dibandingkan dengan golongan lainnya (Rintuh 2005)
Beberapa program pembangunan yang dilaksakan di Indonesia baik yang
dilakukan oleh pemerintah mapun bantuan donor antara lain telah dilaksanakan melalui
progam Impres Desa Tertinggal (IDT) dan dimantapkan melalui program Pembangunan
Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT) Program dilanjutkan dengan Program
Pengembangan Kecamatan (PPK) Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan
Program Pemberdayaan Daerah Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE) dan
Program Pengembangan Kawasan Desa-Kota Terpadu atau Poverty Alleviation Through
Rural Urban Lingkage (PARUL) Dari berbagai program pengentasan kemiskinan
tersebut terdapat beberapa perbedaan dan kesamaan yang dapat dilihat pada tabel
berikut (Sumodiningrat 1999)
6
Berikut ini beberpa penyempurnaan kebijakan program pemberdayaan
masyarakat dan pennanggulangan kemiskinan
Tabel 3
Perkembangan dan Penyempurnaan Kebijakan Program Pemberdayaan Masyarakat dan Program Penanggulangan Kemiskinan Dalam Kurun Pelita VI
No
Program
Bentuk Kebijakan
Pengembangan
Ekonomi
Pengembangan SDM
Pengembangan Prasarana
Pengembangan
Kelembagaan
Pengembangan Sistem Informasi
Bantuan Modal
Bantuan Pendampin
gan
Bantuan Prasarana
Sarana
Bantuan PengembanaganKelemb
agaan
Bantuan Pemantaua
n dan Pelaporan
1 IDT Diberikan dalam bentuk uang tunai seniali Rp 20 juta tahun selama 3 tahun
Dana bantuan digunakan untuk modal usaha dan bersifat hibah dan bergulir (revolving block grant)
Pengembangan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan modal bergulir melalui bantuan tenaga pendamping
Secara khusus belum ada namun beberapa bantuan melalui program pembangunan sektoral telah memberikan bantuan teknologi tepat guna untuk membantu mengembangkan kegiatan sosial ekonomi produktif pokmas
Pengembangan kelembagaan dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana
Pembangunan kelembagaan aparat dilakukan pembinaan berjenjang secara vertikal yang dilakukan oleh jajajrn Depdagri bersama Depkeu dan departeme teknis terkait lain melalui program pembangunan sektoral masing-masing
7
2 P3DT Dana bantuan digunakan untuk investasi sosial dan bersifat hibah (block grant) serta mendukung kegiatan sosial ekonomi yang didanai oleh bantuan IDT
Pengembangan kemampuan masyarakat dan aparat dalam pembangunan dibina oleh tenaga pendamping profesional (antara lain oleh tenaga konsultan)
Bantuan prasarana mendapat perhatian melalui pengembangan prasarana transportasi yang mendukung kegiatan ekonomi (pembangunan jalan jembatan tambatan perahu dll) dan pengembangan prasarana sosial yang langsung mendukung kegiatan ekonomi lokal (pembangunan prasarana kesehatan dasr MCK sanitasi dan air bersih)
Masyarakat melaksanakan sendiri manajemen pembangunan lokal
Pembinaan aparat dilakukan secara vertikal melalui Tim Koordinasi Pembangunan sebagai wadah musyawarah dan mufakat Sehingga komitmen dan perhatian pembangunan untuk rakyat tetap dalam arah yang benar
Masyarakat melakukan sendiri kegiatan pemantauan dan pelaporan pembangunan ditingkat lokal dibantu oleh tenaga pendamping profesional
Aparat melakukan pemantauan dan pelaporan secara berjenjang (vertikal) yang hasilnya dipergunakan untuk mendukung pengambilan keputusan lebih lanjut dalam rangka pengembangan program
3 PPK Bantuan
senilai Rp 250 juta ndash Rp 750 juta per kecamatan bersifat hibah bergulir Namun pemanfaatan bantuan semata diarahkan agar
Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping dan jajaran aparat pemerintah
Pembangunan pengadaan prasarasna sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan
Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana yang dilembagakan dalam
Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi prioritas perguliran dana dan
8
pemanfaatan program dapat berlatih mengguanakan dana itu sebagai stimulan agar dalam pengembangan lebih lanjut dapat memanfaatkan fasilitas microfinance
Dilakukan memalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut
Pengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)
forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP
peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal
4 P2KPSecara prinsip sama dengan yang dilakukan oleh
Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan
Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping
Pembangunan pengadaan prasarana sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan
Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran
Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi
9
PPK namun sasaran lokasi dititikberatkan pada kecamatan di kawasan perkotaan
dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut
dan jajaran aparat pemerintahPengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)
dana yang dikembangkan dalam forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP
Pengembangan kelembagaan aparat dilakukan bersama masyarakat melalui mekanisme forum UDKP
prioritas perguliran dana dan peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal
5 PDMKE
Dilakukan untuk membiayai kegiatan yang bersifat padat karya
Dilakukan melalui pembangunan dan prasarana amp sarana sesuai permintaan lokal
6 PARUL
Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk kegiatan sosial-ekonomi produksi dan distribusi jasa natar kawasan
Pengembangan kemampuan masyarakat diarahkan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh akses dan meningkatkan keterkaitan pada jalur produksi distribusi dan penyediaan jasa yang
Pengembangan prasarana dilakukan dalam wujud pembangunan prasarana sarana dan penerapan teknologi yang mendukung secara langsung kegiatan ekonomi kawasan
Peningkatan kemampuan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang menekankan prakarsa lokal pada kawasan itu
Sistem pemantauan dan pelaporan menekankan peningkatan kapasitas masyarakat dalam kegiatan produksi distribusi dan jasa dalam suatu kawasan ekonomi antara pedesaan dan perkotaan
10
sesuai dengan kapasitas ekonomi kawasan
Sumber Kuncoro (2004)
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa program penanggulangan
kemiskinan yang dilakukan di Indonesia masih bersifat parsial Hal tersebut bisa dilihat
dari hampir semua program yang pernah dilakukan masih bermasalah dalam hal
mensinergikan antara masyarakat miskin dengan masyarakat yang berdaya (non
miskin) pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat Akibat dari kondisi tersebut
penanggulangan kemiskinan tidak efektif tidak mandiri dan tidak berkelanjutan
24 Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia
Salah satu penyebab kurang berhasilnya penanggulangan kemiskinan di
Indonesia adalah sistem politik yang cenderung sentralistik Sentralisasi yang sangat
kuat di masa lalu juga berimbas ke kebijakan penanggulangan kemiskinan dimana
hampir semua program penanggulangan kemiskinan bersifat rdquotop-downrdquo dengan
keterlibatan minimal dari pemerintah daerah dalam formulasi kebijakannya Program
atau kebijakan yang sangat rdquotop-downrdquo ternyata juga gagal dalam merefleksikan
pebedaan antar daerah yang kadang-kadang bisa menjadi sangat signifikan Akibatnya
timbul berbagai kegagalan berskala besar dalam program atau kebijakan yang pada
akhirnya berakibat pada dihentikannya program tersebut Berikut ini bentuk atau ciri-ciri
dan kelemahan program penanggulangan kemiskinan yang pernah dilakukan
Tabel 4
Ciri-ciri dan Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan
Kelemahan Program Upaya Penanggulangan Kemiskinan
Prinsip-prinsip Penanggulangan
Kemiskinan
Perencanaan penentuan sasaran dan kreteria miskin serta pengaturan teknis pelaksanaan yang
Mendidik masyarakat miskin untuk terus menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik individu keluarga
Program penanggulangan kemiskinan harus mengarah pada pendekatan yang menyeluruh (multi-sektor)
11
dilakukan oleh pemerintahinstansi pusat (top-down) seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau daerah tertentu
maupun lingkungan (keterampilan material dan sumberdaya alam) sebagai modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
Program-program yang dilaksanakan secara sektoral sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang tindih
Mendorong tumbuhnya rasa percaya diri akan kemampuannya untuk lepas dari belenggu kemiskinan
Perencanaan dan penentuan sasaran dilakukan oleh masyarakat bersama aparat dilapangan sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Banyak program penanggulangan kemiskinan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek sehingga masyarakat kurang berpartisipasi secara aktif
Menyadarkan bahwa tidak akan ada seseoranglingkungan yang dapat keluar dari genggaman kemiskinan melainkan atas usaha orangkeluargalingkungan itu sendiri
Masyarakat ditempatkan sebagai ldquopelaku utama dalam perang melawan kemiskinanrdquo agar masyarakat berpartisipasi secara aktif
Sulitnya menjaga kontinuitas program (program baru bukan merupakan kelanjutan program lama) mengakibatkan banyak program penanggulangan kemiskinan tidak berkesinambungan
Memberikan pemahaman bahwa masalah penanggulangan kemiskinan merupakan tugas dan tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat
Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat untuk membangun keterbukaan dan akuntabilitas
Pertanggungjawaban hanya bersifat administratif kepada pemerintah sehingga tidak terbangun keterbukaan dan akuntabilitas publik akibat pendekatan proyek maka keberhasilan program hanya diukur dengan persentase bantuan yang berhasil
Menciptakan lapangan kerja dan peluang berusaha untuk menguatkan ekonomi masyarakat setempatPenguatan organisasikelompok masyarakat yang ada memberikan bantuan fasilitas (dana dan keahlian) yang dibutuhkan untuk mendayagunakan potensi yang dimiliki
Merupakan program yang berkesinambungan Ukuran keberhasilan ditentukan oleh berdayanya masyarakat untuk keluar dari belenggu kemiskinan danmenguatnya kemampuan ekonomi masyarakat melalui terciptanya akses kepada faktor produksi dan pasar
12
disalurkan dan jumlah sasaran penerima
Sumber Hamid (2003) Dalam Kuncoro (2004)
Sebenarnya perbedaan antara pendekatan ldquotop-downrdquo dan ldquobottom uprdquo tidak
perlu terjadi terjadi apabila sistem politik nasional dan terutama lokal mampu
menciptakan akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakatnya Ketiadaan mekanisme
akuntabilitas selain membuat pihak eksekutif dan legislatif kurang tanggap terhadap
keluhan masyarakatnya juga membuat masyarakat tersebut tidak terlalu peduli atas
kualitas layanan publik yang diterimanya ataupun terhadap kebijakan perekonmian
daerahnya Dengan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah saat ini dimana
sebagian besar pajak masih dikuasai pemerintah pusat sangat mudah bagi pemerintah
daerah menyalahkan pemerintah pusat apabila ada ketidakpuasan di kalangan
masyarakat lokal mengenai kualitas layanan publik
Bab III METODE PENELITIAN
1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan utama membangun model penaggulangan
kemiskinan yang bersifat terpadu berdasarkan aspek spasial ekonomi dan
struktural di masing-masing desakelurahan yang ada di wilayah administrasi Kota
Malang
Berdasarkan pada tujuan utama penelitian ini maka kerangka pikir mengenai
Penyusunan Model Penanggulangan Kemiskinan di Kota Malang dijelaskan pada
Gambar berikut
Gambar 1Bagan Alir Penyusunan Model KulturalStruktural dan Spasial
Sebagai Penanggulangan Kemiskinan
13
AN
AL
ISA
P
ER
MA
SA
LA
HA
N
KE
MIS
KIN
AN
P
ER
KO
TA
AA
N
Aspek StrukturalMengukur Efektifitas
program penanggulangan
kemiskinan yang telah dilakukan
Aspek Ekonomi
Mengukur kondisi ekonomi
masyarakat miskin
Aspek SpacialMengukur kondisi
geografi dan topografi
(lingkungan fisik) masyarakat miskin
OutputKesenjangan
antara program
dgn kebutuhan
OutputProses generasi
tingkat
pendidikan jenis pekerjaan
OutputKondisi
Geografitopografi
PorsesIdentifikasi
ermasalahan kemiskian perkotaan
OUTPUT
Database Permasalahan kemiskinan Profil kemiskinan Isue Strategis
OutputWork Plan
Penanggulangan
Kemiskinan
OutputMaster Plan
PenanggulanganKemiskinan
Sebagaimana telah dikemukakan di atas upaya penaggulangan kemiskinan
dilakukan dengan pendekatan spasial ekonomi dan struktural Pendekatan tersebut
pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang
bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan
secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang Setidaknya ada 5 (lima)
komponenkegiatan utama yang perlu dilakukan Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi
1 Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota
Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desakelurahan
dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan Adapun informasi
yang perlu dikumpulkan dikaji dan dianalisis meliputi gambar mengenai kondisi fisik
sosial ekonomi desakelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan
pengembangan desa perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem
prasarana Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting yang
tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited)
2 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan
Berdasarkan analisis terhadap kondisi wilayah dan kecenderungan
perkembangannya diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung
pembangunan wilayah masing-masing Kota Identifikasi yang dimaksud meliputi
antara lain
Potensi desakelurahan yang terkandung baik yang sudah
dimanfaatkan belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan
ada di desa Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan
atau komoditi unggulan
Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi baik dalam
kaitannya dengan bidang prasarana keuangan dan kebijakan
sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat
3 Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan
Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain pemanfaatan ruang dan
struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan kawasan dan sistem
14
prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun
berdasarkan potensi pengembangan Kota
4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian
Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-
program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-
program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario
yang telah dirumuskan
5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan
Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola
pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud
memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan
masyarakat
2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang
akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota
Malang Pasuruan Sidoarjo
Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara
bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis
Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan
akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan
menghabiskan waktu plusmn 22 bulan
3 Definisi Operasional Variabel
Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan
kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)
Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)
1) Aspek Struktural
Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang
telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas
15
dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan
2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing
sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator
aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan
dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada
tabel berikut
Tabel 5
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa
Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan
2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)
- Gengsi sosialorang miskin
- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin
- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)
- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong
royong- Keperdulian
Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan
16
masyarakat sekitar terhadap orang miskin
2) Aspek Kultural
cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi
(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada
beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah
satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu
dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi
kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah
berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya
angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem
ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan
pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 6
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya
angka pengangguran
- Lama bekerja- Banyaknya pekerja
dalam satu rumah
Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah
2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan
- Ada tidaknya bonus
Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat
3 Sistem Ekonomi
- Tujuan bekerja- Langkah untuk
memenuhi kebutuhan
Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan
3) Aspek Spasial
Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu
mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)
Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator
17
mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural
atau kelembagaan sebanyak 6 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam
melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 7
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kondisi geografis(4 variabel)
- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan
Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin
2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)
- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana
pendidikan- Akses terahadap
fasilitas kesehatan- Akses terahadap
aktivitas produksi
Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan
4 Jenis Data
Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua
jenis yaitu data sekunder dan data primer
1 Data Sekunder
Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data
sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah
penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan
lain-lain
2 Data Primer
Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun
data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang
18
digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab
kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain
5 Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi
1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara
mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk
mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat
2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh
responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait
3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang
Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden
peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap
obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang
4 Pengumpulan Data Sekunder
Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-
catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud
adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota
(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai
dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang
diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006
5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)
Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan
dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk
mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting
penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris
desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang
Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain
meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan
di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan
kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti
19
dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang
optimal
Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir
Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk
mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada
upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan
masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini
6 Alat Analisis
Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data
kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial
(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi
dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi
silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami
Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan
menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)
Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana
ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk
1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun
melalui tampilan peta setiap desakelurahan
2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang
dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke
depan
Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan
metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai
Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja
pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-
dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat
kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan
Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara
menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian
Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap
sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota
Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan
20
penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)
dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan
publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan
kemiskinan
Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut
berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk
merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi
keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang
Bab 4 Hasil analisis
1 Gambaran geografis Jawa Timur
Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia
Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya
37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di
Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa
Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra
Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga
meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa
dan Samudera Hindia
Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki
signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap
Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi
Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi
Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan
berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan
sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi
Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah
21
dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan
sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa
Table 8
Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur
Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484
Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006
2 Gambaran geografis
a gambaran geografis kabupaten Pasuruan
Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan
jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki
wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus
Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa
Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul
Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo
dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2
b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo
Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat
Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa
Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah
1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru
22
1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong
1048707 Sebelah Timur Selat Madura
1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian
Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari
Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas
permukaan laut
c Gambaran geografis kabupaten malang
3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang
Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang
Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini
Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang
Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109
sumber BPS
Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten
provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang
bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau
mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah
keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di
kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak
diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin
di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi
308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan
23
kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan
Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi
404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang
4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan
malang
Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat
diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang
mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di
daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut
peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah
penduduknya
Tabel
Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten
Di Wilayah Provinsi Jawa Timur
KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin
2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900
24
kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi
kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di
kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada
pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki
jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi
karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur
sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas
perekonomian jawa timur
5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin
51 Kabupaten Pasuruan
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-
rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin
salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan
Tabel
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan
No
lt 200000200000
sd 400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1Tidak
Bekerja
2 2 29
2Buruh Pasar
3 3 6 613 10
3Kuli
Banguan
1 2 1 4 44 7 3
4 Pemulung
1 1 8 10 104 3 22
25
5 Pedagang
4 8 10 22 2217 28 27
6 Becak 3 7
10 1010 19
7Sopir
Angkutan
1 4 5 10 104 14 14
8 Wiraswasta
1 2 1 15 54 7 3 11
9 Bengkel
2 3 1 17 79 10 3 11
10Buruh Pabrik
4 610 1011 67
11 Lain-lain
8 3 1 12 1235 10 11 100
Jumlah 23 29 37 9 98
Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan
pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik
pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan
lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain
Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya
kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan
No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir
Tukang Bangunan
DagangLain-lain
jumlah
1 Tidak Bekerja 0 0
2 Buruh Pasar
1 1 2 26 0 0 0 7 0
3 Kuli Bangunan
5 5 414 1428 0 0 25 0 22
4 Pemulung
33 30 0 0 0 0 17
5 Pedagang
2 1 3 28 80 0 13 5 21 11
26
6 Becak
2 4 5 314 140 17 25 25 0 17
7 Sopir Angkutan
2 3 5 50 17 19 0 0 0
8 Wiraswasta
5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0
9 Bengkel
5 2 29 90 42 13 0 0 11
10 Buruh Pabrik
5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0
11 Lain-lain
2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22
Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100
Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak
berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu
namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang
dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam
memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal
tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah
pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau
bidang usaha yang lain
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
3Kuli
Bangunan
4 Pemulung
5 5 10 10 23 12
5 Pedagang
8 5 13 1350 12
27
6 Becak
4 8 12 12 18 19
7Sopir
Angkutan
5 5 5 12
8 Wiraswasta
8 6 14 14 36 14
9 Bengkel
5 6 11 11 23 14
10 Buruh Pabrik
77 7 41
11 Lain-lain
8 8 1026 2750 19 59
Jumlah 16 22 43 0 17 98 100
Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan
bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden
yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat
usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden
menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal
yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan
menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal
52 Kabupaten Sidoarjo
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
No Gaji amp Jenis Pekerjaan
lt 200000
200000 sd
400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1 Tidak Bekerja
2
2 2111
2 Buruh Pasar
6 4
10 11333 200
3 Kuli Banguan
1 8 1
10 1156 400 50
4 Pemulung
8 2
10 11444 100
5 Pedagang
1 2 7
10 1150 100 212
28
6 Becak
1 2
3 356 100
7 Sopir Angkutan
2 6 1
9 10100 300 30
8 Wiraswasta
1 2 7
10 1150 100 212
9 Bengkel
4 5
9 10200 152
10 Buruh Pabrik
5 5
10 11250 152
11 Lain-lain
8
8 9242
Jumlah 18 20 20 33 91 100
Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo
menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang
berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut
memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada
jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan
masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena
sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Wiraswasta BengkelMontir
SopirTukang
BangunanDagang
Lain-lain
jumlah
1Tidak
Bekerja
2 Buruh Pasar
5 6 718 1831 43 37
3 6 8 14 14
29
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
gerakan yang bersifat religius pasifis ataupun revolusioner yang mengorganisasikan
dan memberikan harapan bagi si miskin dan secara efektif mempromosikan solidaritas
dan perasaan identitas yang sama dengan kelompok masyarakat yang lebih luas akan
dapat menghancurkan sifat-sifat utama yang merupakan ciri orang-orang dari budaya
kemiskinanrdquo
23 Model Solusi Kemiskinan
Pengalaman di negara-negara Asia menunjukkan berbagai model mobilisasi
perekonomian pedesaan untuk memerangi kemiskinan yaitu Pertama mendasarkan
pada mobilitas tenaga kerja yang masih belum didaya gunakan (idle) dalam rumah
tangga petani gurem agar terjadi pembentukan modal di pedesaan (Nurkse 1953)
Tenaga kerja yang masih belum didayagunakan pada rumah tangga petani kecil dan
gurem merupakan sumberdaya yang tersembunyi dan potensi tabungan Alternatif cara
untuk memobilisasi tenaga kerja dan tabungan pedesaaan adalah 1) menggunakan
pajak langsung atas tanah seperti yang dilakukan di Jepang 2) dilakukan dengan
menyusun kerangka kelembagaan di pedesaan yang memungkinkan tenaga kerja yang
belum didayagunakan untuk pemupukan modal tanpa perlu menambah upah Ini persis
yang dilakukan Cina yang menerapkan sistem kerjasama kelompok dan brigades
ditingkat daerah yang paling rendah (communes) Dengan metode ini ternyat
memungkinkan adanya kenaikan yang substansial dalam itensitas tenaga kerja dan
produktivitas tenaga kerja
Model kedua menitik beratkan pada tranfer daya dari pertanian ke industri
melalui mekanisme pasar (Fei amp Gustav 1964) Ide bahwa penawaran tenaga kerja
yang tidak terbatas dari rumah tangga petani kecil dapat meningkatkan tabungan dan
formasi modal lewat proses pasar Pengalaman Taiwan menyajikan contoh yang baik
atas mobilisasi sumber daya dari sektor pertanian mengandalkan mekanisme pasar
tanpa menggunakan instrumen pajak seperti yang dilakukan oleh Jepang Proporsi
output sektor pertanian sebagian besar tetap dijaga sebagai surplus lewat intermediasi
pemilik tanah dan melalui nilai tukar (terms of trade) sebelum Perang Dunia II
Model ketiga menyoroti pesatnya pertumbuhan dalam sektor pertanian yang
dibuka dengan kemajuan teknologi dan kemungkinan sektor yang memimpin (Mellor
1976) Model ini dikenal dengan nama Model Pertumbuhan Berbasis Teknologi atau
Rural-Led Development Proses ini akan berhasil apabila dua syarat berikut terpenuhi
1) kemampuan mencapai tingkat pertumbuhan output pertanian yang tinggi 2) proses
5
ini juga menciptakan pola permintaan yang kondusif terhadap pertumbuhan Pada
gilirannya ini tergantung dari dampak keterkaitan ekonomi pedesaan lewat pengeluaran
atas barang konsumsi yang dipasok dari dalam sektor itu sendiri dan melalui invesatasi
yang didorong
Model keempat menyoroti dimensi spasial dalam menanggulangi kemiskinan
Kemiskinan bisa diatasi dengan cara kemudahan dalam mengakses dua bidang yaitu
1) bidang ekonomi dan 2) bidang sosial (Kuncoro 2004) Akses dalam bidang ekonomi
dibagi menjadi dua yaitu akses terhadap lapangan kerja dan akses terhadap faktor
ekonomi Akses terhadap faktor produksi terdiri dari 1) Kemudahan masyarakat dalam
mengakses modal usaha 2) kemudahan masyarakat dalam mengakses pasar 3)
kemudahan masyarakat dalam kepemilikanmodal Sedangkan akses dalam bidang
sosial dibagi menjadi dua yaitu akses terhadap fasilitas pendidikan dan akses terhadap
fasilitas kesehatan
23 Strategi Penanggulangan Kemiskikan Di Indonesia
Kemiskinan dapat bermakna kesenjangan ekonomi dan ketidak merataan
pendapatan Kedua hal ini merupakan masalah yang hangat dibicarakan karena masih
besarnya penggangguran terselubung yang disebabkan masih adanya pekerjaan yang
dilakukan di bawah produktivitas kerja (underemployment) serta rendahnya kualitas
tenaga kerja Indonesia Ada dua macam ukuran kemiskinan yaitu kemiskinan absolut
dan kemiskinan relatif Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang disebabkan karena
ketidak mampuan seseorang melampaui garis kemiskinan (proverty line) yang
ditetapkan Sedangkan kemiskinan relatif berkaitan dengan perbedaan tingkat
pendapatan suatu golongan dibandingkan dengan golongan lainnya (Rintuh 2005)
Beberapa program pembangunan yang dilaksakan di Indonesia baik yang
dilakukan oleh pemerintah mapun bantuan donor antara lain telah dilaksanakan melalui
progam Impres Desa Tertinggal (IDT) dan dimantapkan melalui program Pembangunan
Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT) Program dilanjutkan dengan Program
Pengembangan Kecamatan (PPK) Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan
Program Pemberdayaan Daerah Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE) dan
Program Pengembangan Kawasan Desa-Kota Terpadu atau Poverty Alleviation Through
Rural Urban Lingkage (PARUL) Dari berbagai program pengentasan kemiskinan
tersebut terdapat beberapa perbedaan dan kesamaan yang dapat dilihat pada tabel
berikut (Sumodiningrat 1999)
6
Berikut ini beberpa penyempurnaan kebijakan program pemberdayaan
masyarakat dan pennanggulangan kemiskinan
Tabel 3
Perkembangan dan Penyempurnaan Kebijakan Program Pemberdayaan Masyarakat dan Program Penanggulangan Kemiskinan Dalam Kurun Pelita VI
No
Program
Bentuk Kebijakan
Pengembangan
Ekonomi
Pengembangan SDM
Pengembangan Prasarana
Pengembangan
Kelembagaan
Pengembangan Sistem Informasi
Bantuan Modal
Bantuan Pendampin
gan
Bantuan Prasarana
Sarana
Bantuan PengembanaganKelemb
agaan
Bantuan Pemantaua
n dan Pelaporan
1 IDT Diberikan dalam bentuk uang tunai seniali Rp 20 juta tahun selama 3 tahun
Dana bantuan digunakan untuk modal usaha dan bersifat hibah dan bergulir (revolving block grant)
Pengembangan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan modal bergulir melalui bantuan tenaga pendamping
Secara khusus belum ada namun beberapa bantuan melalui program pembangunan sektoral telah memberikan bantuan teknologi tepat guna untuk membantu mengembangkan kegiatan sosial ekonomi produktif pokmas
Pengembangan kelembagaan dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana
Pembangunan kelembagaan aparat dilakukan pembinaan berjenjang secara vertikal yang dilakukan oleh jajajrn Depdagri bersama Depkeu dan departeme teknis terkait lain melalui program pembangunan sektoral masing-masing
7
2 P3DT Dana bantuan digunakan untuk investasi sosial dan bersifat hibah (block grant) serta mendukung kegiatan sosial ekonomi yang didanai oleh bantuan IDT
Pengembangan kemampuan masyarakat dan aparat dalam pembangunan dibina oleh tenaga pendamping profesional (antara lain oleh tenaga konsultan)
Bantuan prasarana mendapat perhatian melalui pengembangan prasarana transportasi yang mendukung kegiatan ekonomi (pembangunan jalan jembatan tambatan perahu dll) dan pengembangan prasarana sosial yang langsung mendukung kegiatan ekonomi lokal (pembangunan prasarana kesehatan dasr MCK sanitasi dan air bersih)
Masyarakat melaksanakan sendiri manajemen pembangunan lokal
Pembinaan aparat dilakukan secara vertikal melalui Tim Koordinasi Pembangunan sebagai wadah musyawarah dan mufakat Sehingga komitmen dan perhatian pembangunan untuk rakyat tetap dalam arah yang benar
Masyarakat melakukan sendiri kegiatan pemantauan dan pelaporan pembangunan ditingkat lokal dibantu oleh tenaga pendamping profesional
Aparat melakukan pemantauan dan pelaporan secara berjenjang (vertikal) yang hasilnya dipergunakan untuk mendukung pengambilan keputusan lebih lanjut dalam rangka pengembangan program
3 PPK Bantuan
senilai Rp 250 juta ndash Rp 750 juta per kecamatan bersifat hibah bergulir Namun pemanfaatan bantuan semata diarahkan agar
Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping dan jajaran aparat pemerintah
Pembangunan pengadaan prasarasna sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan
Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana yang dilembagakan dalam
Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi prioritas perguliran dana dan
8
pemanfaatan program dapat berlatih mengguanakan dana itu sebagai stimulan agar dalam pengembangan lebih lanjut dapat memanfaatkan fasilitas microfinance
Dilakukan memalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut
Pengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)
forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP
peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal
4 P2KPSecara prinsip sama dengan yang dilakukan oleh
Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan
Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping
Pembangunan pengadaan prasarana sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan
Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran
Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi
9
PPK namun sasaran lokasi dititikberatkan pada kecamatan di kawasan perkotaan
dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut
dan jajaran aparat pemerintahPengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)
dana yang dikembangkan dalam forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP
Pengembangan kelembagaan aparat dilakukan bersama masyarakat melalui mekanisme forum UDKP
prioritas perguliran dana dan peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal
5 PDMKE
Dilakukan untuk membiayai kegiatan yang bersifat padat karya
Dilakukan melalui pembangunan dan prasarana amp sarana sesuai permintaan lokal
6 PARUL
Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk kegiatan sosial-ekonomi produksi dan distribusi jasa natar kawasan
Pengembangan kemampuan masyarakat diarahkan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh akses dan meningkatkan keterkaitan pada jalur produksi distribusi dan penyediaan jasa yang
Pengembangan prasarana dilakukan dalam wujud pembangunan prasarana sarana dan penerapan teknologi yang mendukung secara langsung kegiatan ekonomi kawasan
Peningkatan kemampuan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang menekankan prakarsa lokal pada kawasan itu
Sistem pemantauan dan pelaporan menekankan peningkatan kapasitas masyarakat dalam kegiatan produksi distribusi dan jasa dalam suatu kawasan ekonomi antara pedesaan dan perkotaan
10
sesuai dengan kapasitas ekonomi kawasan
Sumber Kuncoro (2004)
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa program penanggulangan
kemiskinan yang dilakukan di Indonesia masih bersifat parsial Hal tersebut bisa dilihat
dari hampir semua program yang pernah dilakukan masih bermasalah dalam hal
mensinergikan antara masyarakat miskin dengan masyarakat yang berdaya (non
miskin) pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat Akibat dari kondisi tersebut
penanggulangan kemiskinan tidak efektif tidak mandiri dan tidak berkelanjutan
24 Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia
Salah satu penyebab kurang berhasilnya penanggulangan kemiskinan di
Indonesia adalah sistem politik yang cenderung sentralistik Sentralisasi yang sangat
kuat di masa lalu juga berimbas ke kebijakan penanggulangan kemiskinan dimana
hampir semua program penanggulangan kemiskinan bersifat rdquotop-downrdquo dengan
keterlibatan minimal dari pemerintah daerah dalam formulasi kebijakannya Program
atau kebijakan yang sangat rdquotop-downrdquo ternyata juga gagal dalam merefleksikan
pebedaan antar daerah yang kadang-kadang bisa menjadi sangat signifikan Akibatnya
timbul berbagai kegagalan berskala besar dalam program atau kebijakan yang pada
akhirnya berakibat pada dihentikannya program tersebut Berikut ini bentuk atau ciri-ciri
dan kelemahan program penanggulangan kemiskinan yang pernah dilakukan
Tabel 4
Ciri-ciri dan Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan
Kelemahan Program Upaya Penanggulangan Kemiskinan
Prinsip-prinsip Penanggulangan
Kemiskinan
Perencanaan penentuan sasaran dan kreteria miskin serta pengaturan teknis pelaksanaan yang
Mendidik masyarakat miskin untuk terus menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik individu keluarga
Program penanggulangan kemiskinan harus mengarah pada pendekatan yang menyeluruh (multi-sektor)
11
dilakukan oleh pemerintahinstansi pusat (top-down) seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau daerah tertentu
maupun lingkungan (keterampilan material dan sumberdaya alam) sebagai modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
Program-program yang dilaksanakan secara sektoral sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang tindih
Mendorong tumbuhnya rasa percaya diri akan kemampuannya untuk lepas dari belenggu kemiskinan
Perencanaan dan penentuan sasaran dilakukan oleh masyarakat bersama aparat dilapangan sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Banyak program penanggulangan kemiskinan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek sehingga masyarakat kurang berpartisipasi secara aktif
Menyadarkan bahwa tidak akan ada seseoranglingkungan yang dapat keluar dari genggaman kemiskinan melainkan atas usaha orangkeluargalingkungan itu sendiri
Masyarakat ditempatkan sebagai ldquopelaku utama dalam perang melawan kemiskinanrdquo agar masyarakat berpartisipasi secara aktif
Sulitnya menjaga kontinuitas program (program baru bukan merupakan kelanjutan program lama) mengakibatkan banyak program penanggulangan kemiskinan tidak berkesinambungan
Memberikan pemahaman bahwa masalah penanggulangan kemiskinan merupakan tugas dan tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat
Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat untuk membangun keterbukaan dan akuntabilitas
Pertanggungjawaban hanya bersifat administratif kepada pemerintah sehingga tidak terbangun keterbukaan dan akuntabilitas publik akibat pendekatan proyek maka keberhasilan program hanya diukur dengan persentase bantuan yang berhasil
Menciptakan lapangan kerja dan peluang berusaha untuk menguatkan ekonomi masyarakat setempatPenguatan organisasikelompok masyarakat yang ada memberikan bantuan fasilitas (dana dan keahlian) yang dibutuhkan untuk mendayagunakan potensi yang dimiliki
Merupakan program yang berkesinambungan Ukuran keberhasilan ditentukan oleh berdayanya masyarakat untuk keluar dari belenggu kemiskinan danmenguatnya kemampuan ekonomi masyarakat melalui terciptanya akses kepada faktor produksi dan pasar
12
disalurkan dan jumlah sasaran penerima
Sumber Hamid (2003) Dalam Kuncoro (2004)
Sebenarnya perbedaan antara pendekatan ldquotop-downrdquo dan ldquobottom uprdquo tidak
perlu terjadi terjadi apabila sistem politik nasional dan terutama lokal mampu
menciptakan akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakatnya Ketiadaan mekanisme
akuntabilitas selain membuat pihak eksekutif dan legislatif kurang tanggap terhadap
keluhan masyarakatnya juga membuat masyarakat tersebut tidak terlalu peduli atas
kualitas layanan publik yang diterimanya ataupun terhadap kebijakan perekonmian
daerahnya Dengan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah saat ini dimana
sebagian besar pajak masih dikuasai pemerintah pusat sangat mudah bagi pemerintah
daerah menyalahkan pemerintah pusat apabila ada ketidakpuasan di kalangan
masyarakat lokal mengenai kualitas layanan publik
Bab III METODE PENELITIAN
1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan utama membangun model penaggulangan
kemiskinan yang bersifat terpadu berdasarkan aspek spasial ekonomi dan
struktural di masing-masing desakelurahan yang ada di wilayah administrasi Kota
Malang
Berdasarkan pada tujuan utama penelitian ini maka kerangka pikir mengenai
Penyusunan Model Penanggulangan Kemiskinan di Kota Malang dijelaskan pada
Gambar berikut
Gambar 1Bagan Alir Penyusunan Model KulturalStruktural dan Spasial
Sebagai Penanggulangan Kemiskinan
13
AN
AL
ISA
P
ER
MA
SA
LA
HA
N
KE
MIS
KIN
AN
P
ER
KO
TA
AA
N
Aspek StrukturalMengukur Efektifitas
program penanggulangan
kemiskinan yang telah dilakukan
Aspek Ekonomi
Mengukur kondisi ekonomi
masyarakat miskin
Aspek SpacialMengukur kondisi
geografi dan topografi
(lingkungan fisik) masyarakat miskin
OutputKesenjangan
antara program
dgn kebutuhan
OutputProses generasi
tingkat
pendidikan jenis pekerjaan
OutputKondisi
Geografitopografi
PorsesIdentifikasi
ermasalahan kemiskian perkotaan
OUTPUT
Database Permasalahan kemiskinan Profil kemiskinan Isue Strategis
OutputWork Plan
Penanggulangan
Kemiskinan
OutputMaster Plan
PenanggulanganKemiskinan
Sebagaimana telah dikemukakan di atas upaya penaggulangan kemiskinan
dilakukan dengan pendekatan spasial ekonomi dan struktural Pendekatan tersebut
pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang
bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan
secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang Setidaknya ada 5 (lima)
komponenkegiatan utama yang perlu dilakukan Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi
1 Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota
Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desakelurahan
dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan Adapun informasi
yang perlu dikumpulkan dikaji dan dianalisis meliputi gambar mengenai kondisi fisik
sosial ekonomi desakelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan
pengembangan desa perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem
prasarana Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting yang
tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited)
2 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan
Berdasarkan analisis terhadap kondisi wilayah dan kecenderungan
perkembangannya diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung
pembangunan wilayah masing-masing Kota Identifikasi yang dimaksud meliputi
antara lain
Potensi desakelurahan yang terkandung baik yang sudah
dimanfaatkan belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan
ada di desa Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan
atau komoditi unggulan
Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi baik dalam
kaitannya dengan bidang prasarana keuangan dan kebijakan
sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat
3 Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan
Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain pemanfaatan ruang dan
struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan kawasan dan sistem
14
prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun
berdasarkan potensi pengembangan Kota
4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian
Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-
program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-
program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario
yang telah dirumuskan
5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan
Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola
pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud
memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan
masyarakat
2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang
akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota
Malang Pasuruan Sidoarjo
Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara
bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis
Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan
akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan
menghabiskan waktu plusmn 22 bulan
3 Definisi Operasional Variabel
Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan
kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)
Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)
1) Aspek Struktural
Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang
telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas
15
dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan
2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing
sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator
aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan
dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada
tabel berikut
Tabel 5
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa
Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan
2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)
- Gengsi sosialorang miskin
- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin
- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)
- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong
royong- Keperdulian
Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan
16
masyarakat sekitar terhadap orang miskin
2) Aspek Kultural
cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi
(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada
beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah
satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu
dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi
kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah
berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya
angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem
ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan
pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 6
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya
angka pengangguran
- Lama bekerja- Banyaknya pekerja
dalam satu rumah
Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah
2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan
- Ada tidaknya bonus
Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat
3 Sistem Ekonomi
- Tujuan bekerja- Langkah untuk
memenuhi kebutuhan
Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan
3) Aspek Spasial
Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu
mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)
Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator
17
mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural
atau kelembagaan sebanyak 6 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam
melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 7
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kondisi geografis(4 variabel)
- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan
Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin
2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)
- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana
pendidikan- Akses terahadap
fasilitas kesehatan- Akses terahadap
aktivitas produksi
Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan
4 Jenis Data
Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua
jenis yaitu data sekunder dan data primer
1 Data Sekunder
Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data
sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah
penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan
lain-lain
2 Data Primer
Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun
data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang
18
digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab
kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain
5 Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi
1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara
mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk
mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat
2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh
responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait
3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang
Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden
peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap
obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang
4 Pengumpulan Data Sekunder
Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-
catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud
adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota
(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai
dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang
diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006
5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)
Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan
dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk
mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting
penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris
desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang
Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain
meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan
di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan
kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti
19
dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang
optimal
Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir
Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk
mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada
upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan
masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini
6 Alat Analisis
Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data
kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial
(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi
dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi
silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami
Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan
menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)
Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana
ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk
1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun
melalui tampilan peta setiap desakelurahan
2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang
dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke
depan
Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan
metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai
Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja
pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-
dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat
kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan
Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara
menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian
Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap
sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota
Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan
20
penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)
dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan
publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan
kemiskinan
Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut
berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk
merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi
keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang
Bab 4 Hasil analisis
1 Gambaran geografis Jawa Timur
Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia
Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya
37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di
Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa
Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra
Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga
meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa
dan Samudera Hindia
Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki
signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap
Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi
Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi
Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan
berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan
sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi
Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah
21
dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan
sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa
Table 8
Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur
Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484
Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006
2 Gambaran geografis
a gambaran geografis kabupaten Pasuruan
Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan
jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki
wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus
Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa
Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul
Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo
dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2
b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo
Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat
Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa
Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah
1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru
22
1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong
1048707 Sebelah Timur Selat Madura
1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian
Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari
Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas
permukaan laut
c Gambaran geografis kabupaten malang
3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang
Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang
Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini
Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang
Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109
sumber BPS
Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten
provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang
bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau
mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah
keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di
kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak
diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin
di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi
308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan
23
kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan
Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi
404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang
4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan
malang
Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat
diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang
mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di
daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut
peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah
penduduknya
Tabel
Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten
Di Wilayah Provinsi Jawa Timur
KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin
2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900
24
kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi
kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di
kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada
pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki
jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi
karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur
sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas
perekonomian jawa timur
5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin
51 Kabupaten Pasuruan
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-
rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin
salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan
Tabel
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan
No
lt 200000200000
sd 400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1Tidak
Bekerja
2 2 29
2Buruh Pasar
3 3 6 613 10
3Kuli
Banguan
1 2 1 4 44 7 3
4 Pemulung
1 1 8 10 104 3 22
25
5 Pedagang
4 8 10 22 2217 28 27
6 Becak 3 7
10 1010 19
7Sopir
Angkutan
1 4 5 10 104 14 14
8 Wiraswasta
1 2 1 15 54 7 3 11
9 Bengkel
2 3 1 17 79 10 3 11
10Buruh Pabrik
4 610 1011 67
11 Lain-lain
8 3 1 12 1235 10 11 100
Jumlah 23 29 37 9 98
Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan
pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik
pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan
lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain
Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya
kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan
No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir
Tukang Bangunan
DagangLain-lain
jumlah
1 Tidak Bekerja 0 0
2 Buruh Pasar
1 1 2 26 0 0 0 7 0
3 Kuli Bangunan
5 5 414 1428 0 0 25 0 22
4 Pemulung
33 30 0 0 0 0 17
5 Pedagang
2 1 3 28 80 0 13 5 21 11
26
6 Becak
2 4 5 314 140 17 25 25 0 17
7 Sopir Angkutan
2 3 5 50 17 19 0 0 0
8 Wiraswasta
5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0
9 Bengkel
5 2 29 90 42 13 0 0 11
10 Buruh Pabrik
5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0
11 Lain-lain
2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22
Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100
Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak
berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu
namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang
dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam
memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal
tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah
pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau
bidang usaha yang lain
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
3Kuli
Bangunan
4 Pemulung
5 5 10 10 23 12
5 Pedagang
8 5 13 1350 12
27
6 Becak
4 8 12 12 18 19
7Sopir
Angkutan
5 5 5 12
8 Wiraswasta
8 6 14 14 36 14
9 Bengkel
5 6 11 11 23 14
10 Buruh Pabrik
77 7 41
11 Lain-lain
8 8 1026 2750 19 59
Jumlah 16 22 43 0 17 98 100
Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan
bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden
yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat
usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden
menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal
yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan
menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal
52 Kabupaten Sidoarjo
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
No Gaji amp Jenis Pekerjaan
lt 200000
200000 sd
400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1 Tidak Bekerja
2
2 2111
2 Buruh Pasar
6 4
10 11333 200
3 Kuli Banguan
1 8 1
10 1156 400 50
4 Pemulung
8 2
10 11444 100
5 Pedagang
1 2 7
10 1150 100 212
28
6 Becak
1 2
3 356 100
7 Sopir Angkutan
2 6 1
9 10100 300 30
8 Wiraswasta
1 2 7
10 1150 100 212
9 Bengkel
4 5
9 10200 152
10 Buruh Pabrik
5 5
10 11250 152
11 Lain-lain
8
8 9242
Jumlah 18 20 20 33 91 100
Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo
menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang
berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut
memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada
jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan
masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena
sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Wiraswasta BengkelMontir
SopirTukang
BangunanDagang
Lain-lain
jumlah
1Tidak
Bekerja
2 Buruh Pasar
5 6 718 1831 43 37
3 6 8 14 14
29
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
ini juga menciptakan pola permintaan yang kondusif terhadap pertumbuhan Pada
gilirannya ini tergantung dari dampak keterkaitan ekonomi pedesaan lewat pengeluaran
atas barang konsumsi yang dipasok dari dalam sektor itu sendiri dan melalui invesatasi
yang didorong
Model keempat menyoroti dimensi spasial dalam menanggulangi kemiskinan
Kemiskinan bisa diatasi dengan cara kemudahan dalam mengakses dua bidang yaitu
1) bidang ekonomi dan 2) bidang sosial (Kuncoro 2004) Akses dalam bidang ekonomi
dibagi menjadi dua yaitu akses terhadap lapangan kerja dan akses terhadap faktor
ekonomi Akses terhadap faktor produksi terdiri dari 1) Kemudahan masyarakat dalam
mengakses modal usaha 2) kemudahan masyarakat dalam mengakses pasar 3)
kemudahan masyarakat dalam kepemilikanmodal Sedangkan akses dalam bidang
sosial dibagi menjadi dua yaitu akses terhadap fasilitas pendidikan dan akses terhadap
fasilitas kesehatan
23 Strategi Penanggulangan Kemiskikan Di Indonesia
Kemiskinan dapat bermakna kesenjangan ekonomi dan ketidak merataan
pendapatan Kedua hal ini merupakan masalah yang hangat dibicarakan karena masih
besarnya penggangguran terselubung yang disebabkan masih adanya pekerjaan yang
dilakukan di bawah produktivitas kerja (underemployment) serta rendahnya kualitas
tenaga kerja Indonesia Ada dua macam ukuran kemiskinan yaitu kemiskinan absolut
dan kemiskinan relatif Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang disebabkan karena
ketidak mampuan seseorang melampaui garis kemiskinan (proverty line) yang
ditetapkan Sedangkan kemiskinan relatif berkaitan dengan perbedaan tingkat
pendapatan suatu golongan dibandingkan dengan golongan lainnya (Rintuh 2005)
Beberapa program pembangunan yang dilaksakan di Indonesia baik yang
dilakukan oleh pemerintah mapun bantuan donor antara lain telah dilaksanakan melalui
progam Impres Desa Tertinggal (IDT) dan dimantapkan melalui program Pembangunan
Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT) Program dilanjutkan dengan Program
Pengembangan Kecamatan (PPK) Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan
Program Pemberdayaan Daerah Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE) dan
Program Pengembangan Kawasan Desa-Kota Terpadu atau Poverty Alleviation Through
Rural Urban Lingkage (PARUL) Dari berbagai program pengentasan kemiskinan
tersebut terdapat beberapa perbedaan dan kesamaan yang dapat dilihat pada tabel
berikut (Sumodiningrat 1999)
6
Berikut ini beberpa penyempurnaan kebijakan program pemberdayaan
masyarakat dan pennanggulangan kemiskinan
Tabel 3
Perkembangan dan Penyempurnaan Kebijakan Program Pemberdayaan Masyarakat dan Program Penanggulangan Kemiskinan Dalam Kurun Pelita VI
No
Program
Bentuk Kebijakan
Pengembangan
Ekonomi
Pengembangan SDM
Pengembangan Prasarana
Pengembangan
Kelembagaan
Pengembangan Sistem Informasi
Bantuan Modal
Bantuan Pendampin
gan
Bantuan Prasarana
Sarana
Bantuan PengembanaganKelemb
agaan
Bantuan Pemantaua
n dan Pelaporan
1 IDT Diberikan dalam bentuk uang tunai seniali Rp 20 juta tahun selama 3 tahun
Dana bantuan digunakan untuk modal usaha dan bersifat hibah dan bergulir (revolving block grant)
Pengembangan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan modal bergulir melalui bantuan tenaga pendamping
Secara khusus belum ada namun beberapa bantuan melalui program pembangunan sektoral telah memberikan bantuan teknologi tepat guna untuk membantu mengembangkan kegiatan sosial ekonomi produktif pokmas
Pengembangan kelembagaan dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana
Pembangunan kelembagaan aparat dilakukan pembinaan berjenjang secara vertikal yang dilakukan oleh jajajrn Depdagri bersama Depkeu dan departeme teknis terkait lain melalui program pembangunan sektoral masing-masing
7
2 P3DT Dana bantuan digunakan untuk investasi sosial dan bersifat hibah (block grant) serta mendukung kegiatan sosial ekonomi yang didanai oleh bantuan IDT
Pengembangan kemampuan masyarakat dan aparat dalam pembangunan dibina oleh tenaga pendamping profesional (antara lain oleh tenaga konsultan)
Bantuan prasarana mendapat perhatian melalui pengembangan prasarana transportasi yang mendukung kegiatan ekonomi (pembangunan jalan jembatan tambatan perahu dll) dan pengembangan prasarana sosial yang langsung mendukung kegiatan ekonomi lokal (pembangunan prasarana kesehatan dasr MCK sanitasi dan air bersih)
Masyarakat melaksanakan sendiri manajemen pembangunan lokal
Pembinaan aparat dilakukan secara vertikal melalui Tim Koordinasi Pembangunan sebagai wadah musyawarah dan mufakat Sehingga komitmen dan perhatian pembangunan untuk rakyat tetap dalam arah yang benar
Masyarakat melakukan sendiri kegiatan pemantauan dan pelaporan pembangunan ditingkat lokal dibantu oleh tenaga pendamping profesional
Aparat melakukan pemantauan dan pelaporan secara berjenjang (vertikal) yang hasilnya dipergunakan untuk mendukung pengambilan keputusan lebih lanjut dalam rangka pengembangan program
3 PPK Bantuan
senilai Rp 250 juta ndash Rp 750 juta per kecamatan bersifat hibah bergulir Namun pemanfaatan bantuan semata diarahkan agar
Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping dan jajaran aparat pemerintah
Pembangunan pengadaan prasarasna sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan
Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana yang dilembagakan dalam
Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi prioritas perguliran dana dan
8
pemanfaatan program dapat berlatih mengguanakan dana itu sebagai stimulan agar dalam pengembangan lebih lanjut dapat memanfaatkan fasilitas microfinance
Dilakukan memalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut
Pengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)
forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP
peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal
4 P2KPSecara prinsip sama dengan yang dilakukan oleh
Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan
Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping
Pembangunan pengadaan prasarana sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan
Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran
Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi
9
PPK namun sasaran lokasi dititikberatkan pada kecamatan di kawasan perkotaan
dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut
dan jajaran aparat pemerintahPengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)
dana yang dikembangkan dalam forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP
Pengembangan kelembagaan aparat dilakukan bersama masyarakat melalui mekanisme forum UDKP
prioritas perguliran dana dan peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal
5 PDMKE
Dilakukan untuk membiayai kegiatan yang bersifat padat karya
Dilakukan melalui pembangunan dan prasarana amp sarana sesuai permintaan lokal
6 PARUL
Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk kegiatan sosial-ekonomi produksi dan distribusi jasa natar kawasan
Pengembangan kemampuan masyarakat diarahkan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh akses dan meningkatkan keterkaitan pada jalur produksi distribusi dan penyediaan jasa yang
Pengembangan prasarana dilakukan dalam wujud pembangunan prasarana sarana dan penerapan teknologi yang mendukung secara langsung kegiatan ekonomi kawasan
Peningkatan kemampuan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang menekankan prakarsa lokal pada kawasan itu
Sistem pemantauan dan pelaporan menekankan peningkatan kapasitas masyarakat dalam kegiatan produksi distribusi dan jasa dalam suatu kawasan ekonomi antara pedesaan dan perkotaan
10
sesuai dengan kapasitas ekonomi kawasan
Sumber Kuncoro (2004)
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa program penanggulangan
kemiskinan yang dilakukan di Indonesia masih bersifat parsial Hal tersebut bisa dilihat
dari hampir semua program yang pernah dilakukan masih bermasalah dalam hal
mensinergikan antara masyarakat miskin dengan masyarakat yang berdaya (non
miskin) pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat Akibat dari kondisi tersebut
penanggulangan kemiskinan tidak efektif tidak mandiri dan tidak berkelanjutan
24 Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia
Salah satu penyebab kurang berhasilnya penanggulangan kemiskinan di
Indonesia adalah sistem politik yang cenderung sentralistik Sentralisasi yang sangat
kuat di masa lalu juga berimbas ke kebijakan penanggulangan kemiskinan dimana
hampir semua program penanggulangan kemiskinan bersifat rdquotop-downrdquo dengan
keterlibatan minimal dari pemerintah daerah dalam formulasi kebijakannya Program
atau kebijakan yang sangat rdquotop-downrdquo ternyata juga gagal dalam merefleksikan
pebedaan antar daerah yang kadang-kadang bisa menjadi sangat signifikan Akibatnya
timbul berbagai kegagalan berskala besar dalam program atau kebijakan yang pada
akhirnya berakibat pada dihentikannya program tersebut Berikut ini bentuk atau ciri-ciri
dan kelemahan program penanggulangan kemiskinan yang pernah dilakukan
Tabel 4
Ciri-ciri dan Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan
Kelemahan Program Upaya Penanggulangan Kemiskinan
Prinsip-prinsip Penanggulangan
Kemiskinan
Perencanaan penentuan sasaran dan kreteria miskin serta pengaturan teknis pelaksanaan yang
Mendidik masyarakat miskin untuk terus menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik individu keluarga
Program penanggulangan kemiskinan harus mengarah pada pendekatan yang menyeluruh (multi-sektor)
11
dilakukan oleh pemerintahinstansi pusat (top-down) seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau daerah tertentu
maupun lingkungan (keterampilan material dan sumberdaya alam) sebagai modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
Program-program yang dilaksanakan secara sektoral sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang tindih
Mendorong tumbuhnya rasa percaya diri akan kemampuannya untuk lepas dari belenggu kemiskinan
Perencanaan dan penentuan sasaran dilakukan oleh masyarakat bersama aparat dilapangan sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Banyak program penanggulangan kemiskinan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek sehingga masyarakat kurang berpartisipasi secara aktif
Menyadarkan bahwa tidak akan ada seseoranglingkungan yang dapat keluar dari genggaman kemiskinan melainkan atas usaha orangkeluargalingkungan itu sendiri
Masyarakat ditempatkan sebagai ldquopelaku utama dalam perang melawan kemiskinanrdquo agar masyarakat berpartisipasi secara aktif
Sulitnya menjaga kontinuitas program (program baru bukan merupakan kelanjutan program lama) mengakibatkan banyak program penanggulangan kemiskinan tidak berkesinambungan
Memberikan pemahaman bahwa masalah penanggulangan kemiskinan merupakan tugas dan tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat
Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat untuk membangun keterbukaan dan akuntabilitas
Pertanggungjawaban hanya bersifat administratif kepada pemerintah sehingga tidak terbangun keterbukaan dan akuntabilitas publik akibat pendekatan proyek maka keberhasilan program hanya diukur dengan persentase bantuan yang berhasil
Menciptakan lapangan kerja dan peluang berusaha untuk menguatkan ekonomi masyarakat setempatPenguatan organisasikelompok masyarakat yang ada memberikan bantuan fasilitas (dana dan keahlian) yang dibutuhkan untuk mendayagunakan potensi yang dimiliki
Merupakan program yang berkesinambungan Ukuran keberhasilan ditentukan oleh berdayanya masyarakat untuk keluar dari belenggu kemiskinan danmenguatnya kemampuan ekonomi masyarakat melalui terciptanya akses kepada faktor produksi dan pasar
12
disalurkan dan jumlah sasaran penerima
Sumber Hamid (2003) Dalam Kuncoro (2004)
Sebenarnya perbedaan antara pendekatan ldquotop-downrdquo dan ldquobottom uprdquo tidak
perlu terjadi terjadi apabila sistem politik nasional dan terutama lokal mampu
menciptakan akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakatnya Ketiadaan mekanisme
akuntabilitas selain membuat pihak eksekutif dan legislatif kurang tanggap terhadap
keluhan masyarakatnya juga membuat masyarakat tersebut tidak terlalu peduli atas
kualitas layanan publik yang diterimanya ataupun terhadap kebijakan perekonmian
daerahnya Dengan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah saat ini dimana
sebagian besar pajak masih dikuasai pemerintah pusat sangat mudah bagi pemerintah
daerah menyalahkan pemerintah pusat apabila ada ketidakpuasan di kalangan
masyarakat lokal mengenai kualitas layanan publik
Bab III METODE PENELITIAN
1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan utama membangun model penaggulangan
kemiskinan yang bersifat terpadu berdasarkan aspek spasial ekonomi dan
struktural di masing-masing desakelurahan yang ada di wilayah administrasi Kota
Malang
Berdasarkan pada tujuan utama penelitian ini maka kerangka pikir mengenai
Penyusunan Model Penanggulangan Kemiskinan di Kota Malang dijelaskan pada
Gambar berikut
Gambar 1Bagan Alir Penyusunan Model KulturalStruktural dan Spasial
Sebagai Penanggulangan Kemiskinan
13
AN
AL
ISA
P
ER
MA
SA
LA
HA
N
KE
MIS
KIN
AN
P
ER
KO
TA
AA
N
Aspek StrukturalMengukur Efektifitas
program penanggulangan
kemiskinan yang telah dilakukan
Aspek Ekonomi
Mengukur kondisi ekonomi
masyarakat miskin
Aspek SpacialMengukur kondisi
geografi dan topografi
(lingkungan fisik) masyarakat miskin
OutputKesenjangan
antara program
dgn kebutuhan
OutputProses generasi
tingkat
pendidikan jenis pekerjaan
OutputKondisi
Geografitopografi
PorsesIdentifikasi
ermasalahan kemiskian perkotaan
OUTPUT
Database Permasalahan kemiskinan Profil kemiskinan Isue Strategis
OutputWork Plan
Penanggulangan
Kemiskinan
OutputMaster Plan
PenanggulanganKemiskinan
Sebagaimana telah dikemukakan di atas upaya penaggulangan kemiskinan
dilakukan dengan pendekatan spasial ekonomi dan struktural Pendekatan tersebut
pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang
bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan
secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang Setidaknya ada 5 (lima)
komponenkegiatan utama yang perlu dilakukan Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi
1 Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota
Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desakelurahan
dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan Adapun informasi
yang perlu dikumpulkan dikaji dan dianalisis meliputi gambar mengenai kondisi fisik
sosial ekonomi desakelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan
pengembangan desa perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem
prasarana Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting yang
tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited)
2 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan
Berdasarkan analisis terhadap kondisi wilayah dan kecenderungan
perkembangannya diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung
pembangunan wilayah masing-masing Kota Identifikasi yang dimaksud meliputi
antara lain
Potensi desakelurahan yang terkandung baik yang sudah
dimanfaatkan belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan
ada di desa Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan
atau komoditi unggulan
Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi baik dalam
kaitannya dengan bidang prasarana keuangan dan kebijakan
sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat
3 Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan
Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain pemanfaatan ruang dan
struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan kawasan dan sistem
14
prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun
berdasarkan potensi pengembangan Kota
4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian
Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-
program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-
program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario
yang telah dirumuskan
5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan
Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola
pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud
memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan
masyarakat
2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang
akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota
Malang Pasuruan Sidoarjo
Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara
bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis
Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan
akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan
menghabiskan waktu plusmn 22 bulan
3 Definisi Operasional Variabel
Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan
kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)
Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)
1) Aspek Struktural
Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang
telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas
15
dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan
2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing
sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator
aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan
dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada
tabel berikut
Tabel 5
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa
Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan
2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)
- Gengsi sosialorang miskin
- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin
- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)
- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong
royong- Keperdulian
Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan
16
masyarakat sekitar terhadap orang miskin
2) Aspek Kultural
cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi
(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada
beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah
satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu
dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi
kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah
berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya
angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem
ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan
pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 6
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya
angka pengangguran
- Lama bekerja- Banyaknya pekerja
dalam satu rumah
Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah
2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan
- Ada tidaknya bonus
Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat
3 Sistem Ekonomi
- Tujuan bekerja- Langkah untuk
memenuhi kebutuhan
Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan
3) Aspek Spasial
Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu
mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)
Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator
17
mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural
atau kelembagaan sebanyak 6 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam
melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 7
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kondisi geografis(4 variabel)
- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan
Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin
2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)
- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana
pendidikan- Akses terahadap
fasilitas kesehatan- Akses terahadap
aktivitas produksi
Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan
4 Jenis Data
Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua
jenis yaitu data sekunder dan data primer
1 Data Sekunder
Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data
sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah
penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan
lain-lain
2 Data Primer
Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun
data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang
18
digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab
kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain
5 Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi
1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara
mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk
mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat
2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh
responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait
3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang
Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden
peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap
obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang
4 Pengumpulan Data Sekunder
Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-
catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud
adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota
(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai
dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang
diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006
5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)
Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan
dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk
mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting
penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris
desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang
Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain
meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan
di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan
kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti
19
dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang
optimal
Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir
Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk
mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada
upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan
masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini
6 Alat Analisis
Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data
kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial
(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi
dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi
silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami
Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan
menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)
Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana
ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk
1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun
melalui tampilan peta setiap desakelurahan
2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang
dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke
depan
Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan
metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai
Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja
pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-
dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat
kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan
Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara
menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian
Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap
sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota
Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan
20
penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)
dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan
publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan
kemiskinan
Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut
berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk
merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi
keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang
Bab 4 Hasil analisis
1 Gambaran geografis Jawa Timur
Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia
Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya
37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di
Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa
Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra
Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga
meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa
dan Samudera Hindia
Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki
signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap
Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi
Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi
Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan
berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan
sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi
Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah
21
dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan
sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa
Table 8
Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur
Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484
Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006
2 Gambaran geografis
a gambaran geografis kabupaten Pasuruan
Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan
jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki
wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus
Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa
Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul
Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo
dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2
b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo
Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat
Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa
Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah
1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru
22
1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong
1048707 Sebelah Timur Selat Madura
1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian
Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari
Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas
permukaan laut
c Gambaran geografis kabupaten malang
3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang
Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang
Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini
Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang
Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109
sumber BPS
Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten
provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang
bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau
mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah
keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di
kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak
diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin
di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi
308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan
23
kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan
Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi
404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang
4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan
malang
Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat
diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang
mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di
daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut
peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah
penduduknya
Tabel
Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten
Di Wilayah Provinsi Jawa Timur
KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin
2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900
24
kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi
kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di
kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada
pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki
jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi
karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur
sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas
perekonomian jawa timur
5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin
51 Kabupaten Pasuruan
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-
rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin
salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan
Tabel
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan
No
lt 200000200000
sd 400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1Tidak
Bekerja
2 2 29
2Buruh Pasar
3 3 6 613 10
3Kuli
Banguan
1 2 1 4 44 7 3
4 Pemulung
1 1 8 10 104 3 22
25
5 Pedagang
4 8 10 22 2217 28 27
6 Becak 3 7
10 1010 19
7Sopir
Angkutan
1 4 5 10 104 14 14
8 Wiraswasta
1 2 1 15 54 7 3 11
9 Bengkel
2 3 1 17 79 10 3 11
10Buruh Pabrik
4 610 1011 67
11 Lain-lain
8 3 1 12 1235 10 11 100
Jumlah 23 29 37 9 98
Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan
pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik
pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan
lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain
Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya
kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan
No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir
Tukang Bangunan
DagangLain-lain
jumlah
1 Tidak Bekerja 0 0
2 Buruh Pasar
1 1 2 26 0 0 0 7 0
3 Kuli Bangunan
5 5 414 1428 0 0 25 0 22
4 Pemulung
33 30 0 0 0 0 17
5 Pedagang
2 1 3 28 80 0 13 5 21 11
26
6 Becak
2 4 5 314 140 17 25 25 0 17
7 Sopir Angkutan
2 3 5 50 17 19 0 0 0
8 Wiraswasta
5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0
9 Bengkel
5 2 29 90 42 13 0 0 11
10 Buruh Pabrik
5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0
11 Lain-lain
2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22
Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100
Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak
berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu
namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang
dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam
memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal
tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah
pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau
bidang usaha yang lain
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
3Kuli
Bangunan
4 Pemulung
5 5 10 10 23 12
5 Pedagang
8 5 13 1350 12
27
6 Becak
4 8 12 12 18 19
7Sopir
Angkutan
5 5 5 12
8 Wiraswasta
8 6 14 14 36 14
9 Bengkel
5 6 11 11 23 14
10 Buruh Pabrik
77 7 41
11 Lain-lain
8 8 1026 2750 19 59
Jumlah 16 22 43 0 17 98 100
Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan
bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden
yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat
usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden
menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal
yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan
menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal
52 Kabupaten Sidoarjo
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
No Gaji amp Jenis Pekerjaan
lt 200000
200000 sd
400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1 Tidak Bekerja
2
2 2111
2 Buruh Pasar
6 4
10 11333 200
3 Kuli Banguan
1 8 1
10 1156 400 50
4 Pemulung
8 2
10 11444 100
5 Pedagang
1 2 7
10 1150 100 212
28
6 Becak
1 2
3 356 100
7 Sopir Angkutan
2 6 1
9 10100 300 30
8 Wiraswasta
1 2 7
10 1150 100 212
9 Bengkel
4 5
9 10200 152
10 Buruh Pabrik
5 5
10 11250 152
11 Lain-lain
8
8 9242
Jumlah 18 20 20 33 91 100
Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo
menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang
berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut
memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada
jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan
masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena
sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Wiraswasta BengkelMontir
SopirTukang
BangunanDagang
Lain-lain
jumlah
1Tidak
Bekerja
2 Buruh Pasar
5 6 718 1831 43 37
3 6 8 14 14
29
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
Berikut ini beberpa penyempurnaan kebijakan program pemberdayaan
masyarakat dan pennanggulangan kemiskinan
Tabel 3
Perkembangan dan Penyempurnaan Kebijakan Program Pemberdayaan Masyarakat dan Program Penanggulangan Kemiskinan Dalam Kurun Pelita VI
No
Program
Bentuk Kebijakan
Pengembangan
Ekonomi
Pengembangan SDM
Pengembangan Prasarana
Pengembangan
Kelembagaan
Pengembangan Sistem Informasi
Bantuan Modal
Bantuan Pendampin
gan
Bantuan Prasarana
Sarana
Bantuan PengembanaganKelemb
agaan
Bantuan Pemantaua
n dan Pelaporan
1 IDT Diberikan dalam bentuk uang tunai seniali Rp 20 juta tahun selama 3 tahun
Dana bantuan digunakan untuk modal usaha dan bersifat hibah dan bergulir (revolving block grant)
Pengembangan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan modal bergulir melalui bantuan tenaga pendamping
Secara khusus belum ada namun beberapa bantuan melalui program pembangunan sektoral telah memberikan bantuan teknologi tepat guna untuk membantu mengembangkan kegiatan sosial ekonomi produktif pokmas
Pengembangan kelembagaan dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana
Pembangunan kelembagaan aparat dilakukan pembinaan berjenjang secara vertikal yang dilakukan oleh jajajrn Depdagri bersama Depkeu dan departeme teknis terkait lain melalui program pembangunan sektoral masing-masing
7
2 P3DT Dana bantuan digunakan untuk investasi sosial dan bersifat hibah (block grant) serta mendukung kegiatan sosial ekonomi yang didanai oleh bantuan IDT
Pengembangan kemampuan masyarakat dan aparat dalam pembangunan dibina oleh tenaga pendamping profesional (antara lain oleh tenaga konsultan)
Bantuan prasarana mendapat perhatian melalui pengembangan prasarana transportasi yang mendukung kegiatan ekonomi (pembangunan jalan jembatan tambatan perahu dll) dan pengembangan prasarana sosial yang langsung mendukung kegiatan ekonomi lokal (pembangunan prasarana kesehatan dasr MCK sanitasi dan air bersih)
Masyarakat melaksanakan sendiri manajemen pembangunan lokal
Pembinaan aparat dilakukan secara vertikal melalui Tim Koordinasi Pembangunan sebagai wadah musyawarah dan mufakat Sehingga komitmen dan perhatian pembangunan untuk rakyat tetap dalam arah yang benar
Masyarakat melakukan sendiri kegiatan pemantauan dan pelaporan pembangunan ditingkat lokal dibantu oleh tenaga pendamping profesional
Aparat melakukan pemantauan dan pelaporan secara berjenjang (vertikal) yang hasilnya dipergunakan untuk mendukung pengambilan keputusan lebih lanjut dalam rangka pengembangan program
3 PPK Bantuan
senilai Rp 250 juta ndash Rp 750 juta per kecamatan bersifat hibah bergulir Namun pemanfaatan bantuan semata diarahkan agar
Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping dan jajaran aparat pemerintah
Pembangunan pengadaan prasarasna sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan
Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana yang dilembagakan dalam
Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi prioritas perguliran dana dan
8
pemanfaatan program dapat berlatih mengguanakan dana itu sebagai stimulan agar dalam pengembangan lebih lanjut dapat memanfaatkan fasilitas microfinance
Dilakukan memalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut
Pengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)
forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP
peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal
4 P2KPSecara prinsip sama dengan yang dilakukan oleh
Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan
Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping
Pembangunan pengadaan prasarana sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan
Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran
Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi
9
PPK namun sasaran lokasi dititikberatkan pada kecamatan di kawasan perkotaan
dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut
dan jajaran aparat pemerintahPengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)
dana yang dikembangkan dalam forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP
Pengembangan kelembagaan aparat dilakukan bersama masyarakat melalui mekanisme forum UDKP
prioritas perguliran dana dan peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal
5 PDMKE
Dilakukan untuk membiayai kegiatan yang bersifat padat karya
Dilakukan melalui pembangunan dan prasarana amp sarana sesuai permintaan lokal
6 PARUL
Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk kegiatan sosial-ekonomi produksi dan distribusi jasa natar kawasan
Pengembangan kemampuan masyarakat diarahkan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh akses dan meningkatkan keterkaitan pada jalur produksi distribusi dan penyediaan jasa yang
Pengembangan prasarana dilakukan dalam wujud pembangunan prasarana sarana dan penerapan teknologi yang mendukung secara langsung kegiatan ekonomi kawasan
Peningkatan kemampuan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang menekankan prakarsa lokal pada kawasan itu
Sistem pemantauan dan pelaporan menekankan peningkatan kapasitas masyarakat dalam kegiatan produksi distribusi dan jasa dalam suatu kawasan ekonomi antara pedesaan dan perkotaan
10
sesuai dengan kapasitas ekonomi kawasan
Sumber Kuncoro (2004)
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa program penanggulangan
kemiskinan yang dilakukan di Indonesia masih bersifat parsial Hal tersebut bisa dilihat
dari hampir semua program yang pernah dilakukan masih bermasalah dalam hal
mensinergikan antara masyarakat miskin dengan masyarakat yang berdaya (non
miskin) pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat Akibat dari kondisi tersebut
penanggulangan kemiskinan tidak efektif tidak mandiri dan tidak berkelanjutan
24 Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia
Salah satu penyebab kurang berhasilnya penanggulangan kemiskinan di
Indonesia adalah sistem politik yang cenderung sentralistik Sentralisasi yang sangat
kuat di masa lalu juga berimbas ke kebijakan penanggulangan kemiskinan dimana
hampir semua program penanggulangan kemiskinan bersifat rdquotop-downrdquo dengan
keterlibatan minimal dari pemerintah daerah dalam formulasi kebijakannya Program
atau kebijakan yang sangat rdquotop-downrdquo ternyata juga gagal dalam merefleksikan
pebedaan antar daerah yang kadang-kadang bisa menjadi sangat signifikan Akibatnya
timbul berbagai kegagalan berskala besar dalam program atau kebijakan yang pada
akhirnya berakibat pada dihentikannya program tersebut Berikut ini bentuk atau ciri-ciri
dan kelemahan program penanggulangan kemiskinan yang pernah dilakukan
Tabel 4
Ciri-ciri dan Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan
Kelemahan Program Upaya Penanggulangan Kemiskinan
Prinsip-prinsip Penanggulangan
Kemiskinan
Perencanaan penentuan sasaran dan kreteria miskin serta pengaturan teknis pelaksanaan yang
Mendidik masyarakat miskin untuk terus menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik individu keluarga
Program penanggulangan kemiskinan harus mengarah pada pendekatan yang menyeluruh (multi-sektor)
11
dilakukan oleh pemerintahinstansi pusat (top-down) seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau daerah tertentu
maupun lingkungan (keterampilan material dan sumberdaya alam) sebagai modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
Program-program yang dilaksanakan secara sektoral sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang tindih
Mendorong tumbuhnya rasa percaya diri akan kemampuannya untuk lepas dari belenggu kemiskinan
Perencanaan dan penentuan sasaran dilakukan oleh masyarakat bersama aparat dilapangan sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Banyak program penanggulangan kemiskinan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek sehingga masyarakat kurang berpartisipasi secara aktif
Menyadarkan bahwa tidak akan ada seseoranglingkungan yang dapat keluar dari genggaman kemiskinan melainkan atas usaha orangkeluargalingkungan itu sendiri
Masyarakat ditempatkan sebagai ldquopelaku utama dalam perang melawan kemiskinanrdquo agar masyarakat berpartisipasi secara aktif
Sulitnya menjaga kontinuitas program (program baru bukan merupakan kelanjutan program lama) mengakibatkan banyak program penanggulangan kemiskinan tidak berkesinambungan
Memberikan pemahaman bahwa masalah penanggulangan kemiskinan merupakan tugas dan tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat
Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat untuk membangun keterbukaan dan akuntabilitas
Pertanggungjawaban hanya bersifat administratif kepada pemerintah sehingga tidak terbangun keterbukaan dan akuntabilitas publik akibat pendekatan proyek maka keberhasilan program hanya diukur dengan persentase bantuan yang berhasil
Menciptakan lapangan kerja dan peluang berusaha untuk menguatkan ekonomi masyarakat setempatPenguatan organisasikelompok masyarakat yang ada memberikan bantuan fasilitas (dana dan keahlian) yang dibutuhkan untuk mendayagunakan potensi yang dimiliki
Merupakan program yang berkesinambungan Ukuran keberhasilan ditentukan oleh berdayanya masyarakat untuk keluar dari belenggu kemiskinan danmenguatnya kemampuan ekonomi masyarakat melalui terciptanya akses kepada faktor produksi dan pasar
12
disalurkan dan jumlah sasaran penerima
Sumber Hamid (2003) Dalam Kuncoro (2004)
Sebenarnya perbedaan antara pendekatan ldquotop-downrdquo dan ldquobottom uprdquo tidak
perlu terjadi terjadi apabila sistem politik nasional dan terutama lokal mampu
menciptakan akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakatnya Ketiadaan mekanisme
akuntabilitas selain membuat pihak eksekutif dan legislatif kurang tanggap terhadap
keluhan masyarakatnya juga membuat masyarakat tersebut tidak terlalu peduli atas
kualitas layanan publik yang diterimanya ataupun terhadap kebijakan perekonmian
daerahnya Dengan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah saat ini dimana
sebagian besar pajak masih dikuasai pemerintah pusat sangat mudah bagi pemerintah
daerah menyalahkan pemerintah pusat apabila ada ketidakpuasan di kalangan
masyarakat lokal mengenai kualitas layanan publik
Bab III METODE PENELITIAN
1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan utama membangun model penaggulangan
kemiskinan yang bersifat terpadu berdasarkan aspek spasial ekonomi dan
struktural di masing-masing desakelurahan yang ada di wilayah administrasi Kota
Malang
Berdasarkan pada tujuan utama penelitian ini maka kerangka pikir mengenai
Penyusunan Model Penanggulangan Kemiskinan di Kota Malang dijelaskan pada
Gambar berikut
Gambar 1Bagan Alir Penyusunan Model KulturalStruktural dan Spasial
Sebagai Penanggulangan Kemiskinan
13
AN
AL
ISA
P
ER
MA
SA
LA
HA
N
KE
MIS
KIN
AN
P
ER
KO
TA
AA
N
Aspek StrukturalMengukur Efektifitas
program penanggulangan
kemiskinan yang telah dilakukan
Aspek Ekonomi
Mengukur kondisi ekonomi
masyarakat miskin
Aspek SpacialMengukur kondisi
geografi dan topografi
(lingkungan fisik) masyarakat miskin
OutputKesenjangan
antara program
dgn kebutuhan
OutputProses generasi
tingkat
pendidikan jenis pekerjaan
OutputKondisi
Geografitopografi
PorsesIdentifikasi
ermasalahan kemiskian perkotaan
OUTPUT
Database Permasalahan kemiskinan Profil kemiskinan Isue Strategis
OutputWork Plan
Penanggulangan
Kemiskinan
OutputMaster Plan
PenanggulanganKemiskinan
Sebagaimana telah dikemukakan di atas upaya penaggulangan kemiskinan
dilakukan dengan pendekatan spasial ekonomi dan struktural Pendekatan tersebut
pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang
bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan
secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang Setidaknya ada 5 (lima)
komponenkegiatan utama yang perlu dilakukan Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi
1 Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota
Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desakelurahan
dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan Adapun informasi
yang perlu dikumpulkan dikaji dan dianalisis meliputi gambar mengenai kondisi fisik
sosial ekonomi desakelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan
pengembangan desa perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem
prasarana Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting yang
tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited)
2 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan
Berdasarkan analisis terhadap kondisi wilayah dan kecenderungan
perkembangannya diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung
pembangunan wilayah masing-masing Kota Identifikasi yang dimaksud meliputi
antara lain
Potensi desakelurahan yang terkandung baik yang sudah
dimanfaatkan belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan
ada di desa Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan
atau komoditi unggulan
Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi baik dalam
kaitannya dengan bidang prasarana keuangan dan kebijakan
sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat
3 Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan
Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain pemanfaatan ruang dan
struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan kawasan dan sistem
14
prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun
berdasarkan potensi pengembangan Kota
4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian
Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-
program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-
program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario
yang telah dirumuskan
5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan
Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola
pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud
memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan
masyarakat
2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang
akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota
Malang Pasuruan Sidoarjo
Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara
bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis
Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan
akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan
menghabiskan waktu plusmn 22 bulan
3 Definisi Operasional Variabel
Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan
kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)
Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)
1) Aspek Struktural
Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang
telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas
15
dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan
2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing
sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator
aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan
dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada
tabel berikut
Tabel 5
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa
Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan
2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)
- Gengsi sosialorang miskin
- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin
- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)
- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong
royong- Keperdulian
Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan
16
masyarakat sekitar terhadap orang miskin
2) Aspek Kultural
cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi
(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada
beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah
satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu
dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi
kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah
berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya
angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem
ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan
pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 6
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya
angka pengangguran
- Lama bekerja- Banyaknya pekerja
dalam satu rumah
Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah
2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan
- Ada tidaknya bonus
Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat
3 Sistem Ekonomi
- Tujuan bekerja- Langkah untuk
memenuhi kebutuhan
Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan
3) Aspek Spasial
Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu
mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)
Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator
17
mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural
atau kelembagaan sebanyak 6 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam
melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 7
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kondisi geografis(4 variabel)
- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan
Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin
2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)
- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana
pendidikan- Akses terahadap
fasilitas kesehatan- Akses terahadap
aktivitas produksi
Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan
4 Jenis Data
Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua
jenis yaitu data sekunder dan data primer
1 Data Sekunder
Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data
sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah
penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan
lain-lain
2 Data Primer
Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun
data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang
18
digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab
kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain
5 Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi
1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara
mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk
mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat
2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh
responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait
3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang
Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden
peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap
obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang
4 Pengumpulan Data Sekunder
Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-
catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud
adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota
(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai
dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang
diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006
5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)
Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan
dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk
mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting
penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris
desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang
Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain
meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan
di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan
kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti
19
dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang
optimal
Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir
Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk
mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada
upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan
masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini
6 Alat Analisis
Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data
kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial
(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi
dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi
silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami
Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan
menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)
Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana
ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk
1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun
melalui tampilan peta setiap desakelurahan
2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang
dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke
depan
Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan
metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai
Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja
pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-
dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat
kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan
Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara
menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian
Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap
sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota
Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan
20
penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)
dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan
publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan
kemiskinan
Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut
berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk
merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi
keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang
Bab 4 Hasil analisis
1 Gambaran geografis Jawa Timur
Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia
Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya
37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di
Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa
Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra
Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga
meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa
dan Samudera Hindia
Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki
signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap
Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi
Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi
Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan
berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan
sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi
Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah
21
dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan
sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa
Table 8
Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur
Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484
Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006
2 Gambaran geografis
a gambaran geografis kabupaten Pasuruan
Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan
jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki
wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus
Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa
Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul
Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo
dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2
b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo
Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat
Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa
Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah
1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru
22
1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong
1048707 Sebelah Timur Selat Madura
1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian
Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari
Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas
permukaan laut
c Gambaran geografis kabupaten malang
3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang
Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang
Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini
Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang
Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109
sumber BPS
Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten
provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang
bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau
mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah
keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di
kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak
diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin
di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi
308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan
23
kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan
Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi
404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang
4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan
malang
Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat
diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang
mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di
daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut
peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah
penduduknya
Tabel
Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten
Di Wilayah Provinsi Jawa Timur
KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin
2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900
24
kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi
kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di
kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada
pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki
jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi
karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur
sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas
perekonomian jawa timur
5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin
51 Kabupaten Pasuruan
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-
rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin
salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan
Tabel
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan
No
lt 200000200000
sd 400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1Tidak
Bekerja
2 2 29
2Buruh Pasar
3 3 6 613 10
3Kuli
Banguan
1 2 1 4 44 7 3
4 Pemulung
1 1 8 10 104 3 22
25
5 Pedagang
4 8 10 22 2217 28 27
6 Becak 3 7
10 1010 19
7Sopir
Angkutan
1 4 5 10 104 14 14
8 Wiraswasta
1 2 1 15 54 7 3 11
9 Bengkel
2 3 1 17 79 10 3 11
10Buruh Pabrik
4 610 1011 67
11 Lain-lain
8 3 1 12 1235 10 11 100
Jumlah 23 29 37 9 98
Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan
pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik
pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan
lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain
Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya
kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan
No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir
Tukang Bangunan
DagangLain-lain
jumlah
1 Tidak Bekerja 0 0
2 Buruh Pasar
1 1 2 26 0 0 0 7 0
3 Kuli Bangunan
5 5 414 1428 0 0 25 0 22
4 Pemulung
33 30 0 0 0 0 17
5 Pedagang
2 1 3 28 80 0 13 5 21 11
26
6 Becak
2 4 5 314 140 17 25 25 0 17
7 Sopir Angkutan
2 3 5 50 17 19 0 0 0
8 Wiraswasta
5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0
9 Bengkel
5 2 29 90 42 13 0 0 11
10 Buruh Pabrik
5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0
11 Lain-lain
2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22
Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100
Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak
berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu
namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang
dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam
memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal
tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah
pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau
bidang usaha yang lain
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
3Kuli
Bangunan
4 Pemulung
5 5 10 10 23 12
5 Pedagang
8 5 13 1350 12
27
6 Becak
4 8 12 12 18 19
7Sopir
Angkutan
5 5 5 12
8 Wiraswasta
8 6 14 14 36 14
9 Bengkel
5 6 11 11 23 14
10 Buruh Pabrik
77 7 41
11 Lain-lain
8 8 1026 2750 19 59
Jumlah 16 22 43 0 17 98 100
Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan
bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden
yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat
usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden
menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal
yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan
menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal
52 Kabupaten Sidoarjo
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
No Gaji amp Jenis Pekerjaan
lt 200000
200000 sd
400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1 Tidak Bekerja
2
2 2111
2 Buruh Pasar
6 4
10 11333 200
3 Kuli Banguan
1 8 1
10 1156 400 50
4 Pemulung
8 2
10 11444 100
5 Pedagang
1 2 7
10 1150 100 212
28
6 Becak
1 2
3 356 100
7 Sopir Angkutan
2 6 1
9 10100 300 30
8 Wiraswasta
1 2 7
10 1150 100 212
9 Bengkel
4 5
9 10200 152
10 Buruh Pabrik
5 5
10 11250 152
11 Lain-lain
8
8 9242
Jumlah 18 20 20 33 91 100
Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo
menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang
berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut
memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada
jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan
masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena
sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Wiraswasta BengkelMontir
SopirTukang
BangunanDagang
Lain-lain
jumlah
1Tidak
Bekerja
2 Buruh Pasar
5 6 718 1831 43 37
3 6 8 14 14
29
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
2 P3DT Dana bantuan digunakan untuk investasi sosial dan bersifat hibah (block grant) serta mendukung kegiatan sosial ekonomi yang didanai oleh bantuan IDT
Pengembangan kemampuan masyarakat dan aparat dalam pembangunan dibina oleh tenaga pendamping profesional (antara lain oleh tenaga konsultan)
Bantuan prasarana mendapat perhatian melalui pengembangan prasarana transportasi yang mendukung kegiatan ekonomi (pembangunan jalan jembatan tambatan perahu dll) dan pengembangan prasarana sosial yang langsung mendukung kegiatan ekonomi lokal (pembangunan prasarana kesehatan dasr MCK sanitasi dan air bersih)
Masyarakat melaksanakan sendiri manajemen pembangunan lokal
Pembinaan aparat dilakukan secara vertikal melalui Tim Koordinasi Pembangunan sebagai wadah musyawarah dan mufakat Sehingga komitmen dan perhatian pembangunan untuk rakyat tetap dalam arah yang benar
Masyarakat melakukan sendiri kegiatan pemantauan dan pelaporan pembangunan ditingkat lokal dibantu oleh tenaga pendamping profesional
Aparat melakukan pemantauan dan pelaporan secara berjenjang (vertikal) yang hasilnya dipergunakan untuk mendukung pengambilan keputusan lebih lanjut dalam rangka pengembangan program
3 PPK Bantuan
senilai Rp 250 juta ndash Rp 750 juta per kecamatan bersifat hibah bergulir Namun pemanfaatan bantuan semata diarahkan agar
Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping dan jajaran aparat pemerintah
Pembangunan pengadaan prasarasna sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan
Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran dana yang dilembagakan dalam
Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi prioritas perguliran dana dan
8
pemanfaatan program dapat berlatih mengguanakan dana itu sebagai stimulan agar dalam pengembangan lebih lanjut dapat memanfaatkan fasilitas microfinance
Dilakukan memalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut
Pengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)
forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP
peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal
4 P2KPSecara prinsip sama dengan yang dilakukan oleh
Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan
Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping
Pembangunan pengadaan prasarana sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan
Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran
Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi
9
PPK namun sasaran lokasi dititikberatkan pada kecamatan di kawasan perkotaan
dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut
dan jajaran aparat pemerintahPengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)
dana yang dikembangkan dalam forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP
Pengembangan kelembagaan aparat dilakukan bersama masyarakat melalui mekanisme forum UDKP
prioritas perguliran dana dan peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal
5 PDMKE
Dilakukan untuk membiayai kegiatan yang bersifat padat karya
Dilakukan melalui pembangunan dan prasarana amp sarana sesuai permintaan lokal
6 PARUL
Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk kegiatan sosial-ekonomi produksi dan distribusi jasa natar kawasan
Pengembangan kemampuan masyarakat diarahkan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh akses dan meningkatkan keterkaitan pada jalur produksi distribusi dan penyediaan jasa yang
Pengembangan prasarana dilakukan dalam wujud pembangunan prasarana sarana dan penerapan teknologi yang mendukung secara langsung kegiatan ekonomi kawasan
Peningkatan kemampuan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang menekankan prakarsa lokal pada kawasan itu
Sistem pemantauan dan pelaporan menekankan peningkatan kapasitas masyarakat dalam kegiatan produksi distribusi dan jasa dalam suatu kawasan ekonomi antara pedesaan dan perkotaan
10
sesuai dengan kapasitas ekonomi kawasan
Sumber Kuncoro (2004)
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa program penanggulangan
kemiskinan yang dilakukan di Indonesia masih bersifat parsial Hal tersebut bisa dilihat
dari hampir semua program yang pernah dilakukan masih bermasalah dalam hal
mensinergikan antara masyarakat miskin dengan masyarakat yang berdaya (non
miskin) pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat Akibat dari kondisi tersebut
penanggulangan kemiskinan tidak efektif tidak mandiri dan tidak berkelanjutan
24 Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia
Salah satu penyebab kurang berhasilnya penanggulangan kemiskinan di
Indonesia adalah sistem politik yang cenderung sentralistik Sentralisasi yang sangat
kuat di masa lalu juga berimbas ke kebijakan penanggulangan kemiskinan dimana
hampir semua program penanggulangan kemiskinan bersifat rdquotop-downrdquo dengan
keterlibatan minimal dari pemerintah daerah dalam formulasi kebijakannya Program
atau kebijakan yang sangat rdquotop-downrdquo ternyata juga gagal dalam merefleksikan
pebedaan antar daerah yang kadang-kadang bisa menjadi sangat signifikan Akibatnya
timbul berbagai kegagalan berskala besar dalam program atau kebijakan yang pada
akhirnya berakibat pada dihentikannya program tersebut Berikut ini bentuk atau ciri-ciri
dan kelemahan program penanggulangan kemiskinan yang pernah dilakukan
Tabel 4
Ciri-ciri dan Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan
Kelemahan Program Upaya Penanggulangan Kemiskinan
Prinsip-prinsip Penanggulangan
Kemiskinan
Perencanaan penentuan sasaran dan kreteria miskin serta pengaturan teknis pelaksanaan yang
Mendidik masyarakat miskin untuk terus menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik individu keluarga
Program penanggulangan kemiskinan harus mengarah pada pendekatan yang menyeluruh (multi-sektor)
11
dilakukan oleh pemerintahinstansi pusat (top-down) seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau daerah tertentu
maupun lingkungan (keterampilan material dan sumberdaya alam) sebagai modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
Program-program yang dilaksanakan secara sektoral sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang tindih
Mendorong tumbuhnya rasa percaya diri akan kemampuannya untuk lepas dari belenggu kemiskinan
Perencanaan dan penentuan sasaran dilakukan oleh masyarakat bersama aparat dilapangan sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Banyak program penanggulangan kemiskinan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek sehingga masyarakat kurang berpartisipasi secara aktif
Menyadarkan bahwa tidak akan ada seseoranglingkungan yang dapat keluar dari genggaman kemiskinan melainkan atas usaha orangkeluargalingkungan itu sendiri
Masyarakat ditempatkan sebagai ldquopelaku utama dalam perang melawan kemiskinanrdquo agar masyarakat berpartisipasi secara aktif
Sulitnya menjaga kontinuitas program (program baru bukan merupakan kelanjutan program lama) mengakibatkan banyak program penanggulangan kemiskinan tidak berkesinambungan
Memberikan pemahaman bahwa masalah penanggulangan kemiskinan merupakan tugas dan tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat
Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat untuk membangun keterbukaan dan akuntabilitas
Pertanggungjawaban hanya bersifat administratif kepada pemerintah sehingga tidak terbangun keterbukaan dan akuntabilitas publik akibat pendekatan proyek maka keberhasilan program hanya diukur dengan persentase bantuan yang berhasil
Menciptakan lapangan kerja dan peluang berusaha untuk menguatkan ekonomi masyarakat setempatPenguatan organisasikelompok masyarakat yang ada memberikan bantuan fasilitas (dana dan keahlian) yang dibutuhkan untuk mendayagunakan potensi yang dimiliki
Merupakan program yang berkesinambungan Ukuran keberhasilan ditentukan oleh berdayanya masyarakat untuk keluar dari belenggu kemiskinan danmenguatnya kemampuan ekonomi masyarakat melalui terciptanya akses kepada faktor produksi dan pasar
12
disalurkan dan jumlah sasaran penerima
Sumber Hamid (2003) Dalam Kuncoro (2004)
Sebenarnya perbedaan antara pendekatan ldquotop-downrdquo dan ldquobottom uprdquo tidak
perlu terjadi terjadi apabila sistem politik nasional dan terutama lokal mampu
menciptakan akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakatnya Ketiadaan mekanisme
akuntabilitas selain membuat pihak eksekutif dan legislatif kurang tanggap terhadap
keluhan masyarakatnya juga membuat masyarakat tersebut tidak terlalu peduli atas
kualitas layanan publik yang diterimanya ataupun terhadap kebijakan perekonmian
daerahnya Dengan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah saat ini dimana
sebagian besar pajak masih dikuasai pemerintah pusat sangat mudah bagi pemerintah
daerah menyalahkan pemerintah pusat apabila ada ketidakpuasan di kalangan
masyarakat lokal mengenai kualitas layanan publik
Bab III METODE PENELITIAN
1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan utama membangun model penaggulangan
kemiskinan yang bersifat terpadu berdasarkan aspek spasial ekonomi dan
struktural di masing-masing desakelurahan yang ada di wilayah administrasi Kota
Malang
Berdasarkan pada tujuan utama penelitian ini maka kerangka pikir mengenai
Penyusunan Model Penanggulangan Kemiskinan di Kota Malang dijelaskan pada
Gambar berikut
Gambar 1Bagan Alir Penyusunan Model KulturalStruktural dan Spasial
Sebagai Penanggulangan Kemiskinan
13
AN
AL
ISA
P
ER
MA
SA
LA
HA
N
KE
MIS
KIN
AN
P
ER
KO
TA
AA
N
Aspek StrukturalMengukur Efektifitas
program penanggulangan
kemiskinan yang telah dilakukan
Aspek Ekonomi
Mengukur kondisi ekonomi
masyarakat miskin
Aspek SpacialMengukur kondisi
geografi dan topografi
(lingkungan fisik) masyarakat miskin
OutputKesenjangan
antara program
dgn kebutuhan
OutputProses generasi
tingkat
pendidikan jenis pekerjaan
OutputKondisi
Geografitopografi
PorsesIdentifikasi
ermasalahan kemiskian perkotaan
OUTPUT
Database Permasalahan kemiskinan Profil kemiskinan Isue Strategis
OutputWork Plan
Penanggulangan
Kemiskinan
OutputMaster Plan
PenanggulanganKemiskinan
Sebagaimana telah dikemukakan di atas upaya penaggulangan kemiskinan
dilakukan dengan pendekatan spasial ekonomi dan struktural Pendekatan tersebut
pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang
bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan
secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang Setidaknya ada 5 (lima)
komponenkegiatan utama yang perlu dilakukan Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi
1 Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota
Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desakelurahan
dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan Adapun informasi
yang perlu dikumpulkan dikaji dan dianalisis meliputi gambar mengenai kondisi fisik
sosial ekonomi desakelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan
pengembangan desa perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem
prasarana Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting yang
tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited)
2 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan
Berdasarkan analisis terhadap kondisi wilayah dan kecenderungan
perkembangannya diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung
pembangunan wilayah masing-masing Kota Identifikasi yang dimaksud meliputi
antara lain
Potensi desakelurahan yang terkandung baik yang sudah
dimanfaatkan belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan
ada di desa Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan
atau komoditi unggulan
Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi baik dalam
kaitannya dengan bidang prasarana keuangan dan kebijakan
sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat
3 Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan
Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain pemanfaatan ruang dan
struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan kawasan dan sistem
14
prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun
berdasarkan potensi pengembangan Kota
4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian
Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-
program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-
program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario
yang telah dirumuskan
5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan
Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola
pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud
memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan
masyarakat
2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang
akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota
Malang Pasuruan Sidoarjo
Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara
bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis
Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan
akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan
menghabiskan waktu plusmn 22 bulan
3 Definisi Operasional Variabel
Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan
kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)
Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)
1) Aspek Struktural
Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang
telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas
15
dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan
2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing
sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator
aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan
dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada
tabel berikut
Tabel 5
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa
Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan
2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)
- Gengsi sosialorang miskin
- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin
- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)
- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong
royong- Keperdulian
Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan
16
masyarakat sekitar terhadap orang miskin
2) Aspek Kultural
cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi
(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada
beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah
satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu
dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi
kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah
berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya
angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem
ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan
pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 6
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya
angka pengangguran
- Lama bekerja- Banyaknya pekerja
dalam satu rumah
Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah
2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan
- Ada tidaknya bonus
Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat
3 Sistem Ekonomi
- Tujuan bekerja- Langkah untuk
memenuhi kebutuhan
Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan
3) Aspek Spasial
Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu
mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)
Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator
17
mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural
atau kelembagaan sebanyak 6 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam
melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 7
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kondisi geografis(4 variabel)
- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan
Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin
2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)
- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana
pendidikan- Akses terahadap
fasilitas kesehatan- Akses terahadap
aktivitas produksi
Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan
4 Jenis Data
Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua
jenis yaitu data sekunder dan data primer
1 Data Sekunder
Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data
sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah
penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan
lain-lain
2 Data Primer
Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun
data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang
18
digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab
kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain
5 Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi
1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara
mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk
mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat
2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh
responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait
3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang
Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden
peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap
obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang
4 Pengumpulan Data Sekunder
Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-
catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud
adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota
(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai
dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang
diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006
5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)
Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan
dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk
mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting
penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris
desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang
Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain
meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan
di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan
kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti
19
dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang
optimal
Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir
Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk
mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada
upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan
masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini
6 Alat Analisis
Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data
kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial
(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi
dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi
silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami
Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan
menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)
Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana
ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk
1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun
melalui tampilan peta setiap desakelurahan
2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang
dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke
depan
Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan
metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai
Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja
pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-
dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat
kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan
Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara
menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian
Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap
sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota
Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan
20
penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)
dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan
publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan
kemiskinan
Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut
berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk
merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi
keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang
Bab 4 Hasil analisis
1 Gambaran geografis Jawa Timur
Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia
Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya
37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di
Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa
Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra
Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga
meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa
dan Samudera Hindia
Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki
signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap
Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi
Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi
Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan
berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan
sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi
Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah
21
dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan
sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa
Table 8
Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur
Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484
Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006
2 Gambaran geografis
a gambaran geografis kabupaten Pasuruan
Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan
jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki
wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus
Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa
Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul
Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo
dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2
b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo
Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat
Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa
Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah
1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru
22
1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong
1048707 Sebelah Timur Selat Madura
1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian
Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari
Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas
permukaan laut
c Gambaran geografis kabupaten malang
3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang
Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang
Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini
Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang
Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109
sumber BPS
Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten
provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang
bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau
mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah
keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di
kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak
diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin
di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi
308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan
23
kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan
Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi
404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang
4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan
malang
Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat
diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang
mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di
daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut
peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah
penduduknya
Tabel
Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten
Di Wilayah Provinsi Jawa Timur
KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin
2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900
24
kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi
kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di
kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada
pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki
jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi
karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur
sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas
perekonomian jawa timur
5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin
51 Kabupaten Pasuruan
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-
rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin
salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan
Tabel
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan
No
lt 200000200000
sd 400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1Tidak
Bekerja
2 2 29
2Buruh Pasar
3 3 6 613 10
3Kuli
Banguan
1 2 1 4 44 7 3
4 Pemulung
1 1 8 10 104 3 22
25
5 Pedagang
4 8 10 22 2217 28 27
6 Becak 3 7
10 1010 19
7Sopir
Angkutan
1 4 5 10 104 14 14
8 Wiraswasta
1 2 1 15 54 7 3 11
9 Bengkel
2 3 1 17 79 10 3 11
10Buruh Pabrik
4 610 1011 67
11 Lain-lain
8 3 1 12 1235 10 11 100
Jumlah 23 29 37 9 98
Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan
pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik
pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan
lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain
Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya
kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan
No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir
Tukang Bangunan
DagangLain-lain
jumlah
1 Tidak Bekerja 0 0
2 Buruh Pasar
1 1 2 26 0 0 0 7 0
3 Kuli Bangunan
5 5 414 1428 0 0 25 0 22
4 Pemulung
33 30 0 0 0 0 17
5 Pedagang
2 1 3 28 80 0 13 5 21 11
26
6 Becak
2 4 5 314 140 17 25 25 0 17
7 Sopir Angkutan
2 3 5 50 17 19 0 0 0
8 Wiraswasta
5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0
9 Bengkel
5 2 29 90 42 13 0 0 11
10 Buruh Pabrik
5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0
11 Lain-lain
2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22
Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100
Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak
berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu
namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang
dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam
memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal
tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah
pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau
bidang usaha yang lain
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
3Kuli
Bangunan
4 Pemulung
5 5 10 10 23 12
5 Pedagang
8 5 13 1350 12
27
6 Becak
4 8 12 12 18 19
7Sopir
Angkutan
5 5 5 12
8 Wiraswasta
8 6 14 14 36 14
9 Bengkel
5 6 11 11 23 14
10 Buruh Pabrik
77 7 41
11 Lain-lain
8 8 1026 2750 19 59
Jumlah 16 22 43 0 17 98 100
Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan
bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden
yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat
usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden
menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal
yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan
menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal
52 Kabupaten Sidoarjo
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
No Gaji amp Jenis Pekerjaan
lt 200000
200000 sd
400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1 Tidak Bekerja
2
2 2111
2 Buruh Pasar
6 4
10 11333 200
3 Kuli Banguan
1 8 1
10 1156 400 50
4 Pemulung
8 2
10 11444 100
5 Pedagang
1 2 7
10 1150 100 212
28
6 Becak
1 2
3 356 100
7 Sopir Angkutan
2 6 1
9 10100 300 30
8 Wiraswasta
1 2 7
10 1150 100 212
9 Bengkel
4 5
9 10200 152
10 Buruh Pabrik
5 5
10 11250 152
11 Lain-lain
8
8 9242
Jumlah 18 20 20 33 91 100
Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo
menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang
berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut
memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada
jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan
masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena
sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Wiraswasta BengkelMontir
SopirTukang
BangunanDagang
Lain-lain
jumlah
1Tidak
Bekerja
2 Buruh Pasar
5 6 718 1831 43 37
3 6 8 14 14
29
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
pemanfaatan program dapat berlatih mengguanakan dana itu sebagai stimulan agar dalam pengembangan lebih lanjut dapat memanfaatkan fasilitas microfinance
Dilakukan memalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut
Pengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)
forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP
peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal
4 P2KPSecara prinsip sama dengan yang dilakukan oleh
Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk membiayai investasi sosial dan investasi ekonomi Bantuan
Pengembangan SDM dilakukan melalui diseminasi dan pelatihan secara berjenjang baik melalui jalur tenaga pendamping
Pembangunan pengadaan prasarana sarana hanya untuk mendukung kegiatan ekonomi yang sudah mapan
Pengembangan kelembagaan masyarakat dilakukan dalam wadah pokmas melalui kegiatan perguliran
Sistem pemantauan dan pelaporan dilakukan untuk menilai perkembangan pelaksanaan kegiatan ekonomi
9
PPK namun sasaran lokasi dititikberatkan pada kecamatan di kawasan perkotaan
dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut
dan jajaran aparat pemerintahPengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)
dana yang dikembangkan dalam forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP
Pengembangan kelembagaan aparat dilakukan bersama masyarakat melalui mekanisme forum UDKP
prioritas perguliran dana dan peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal
5 PDMKE
Dilakukan untuk membiayai kegiatan yang bersifat padat karya
Dilakukan melalui pembangunan dan prasarana amp sarana sesuai permintaan lokal
6 PARUL
Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk kegiatan sosial-ekonomi produksi dan distribusi jasa natar kawasan
Pengembangan kemampuan masyarakat diarahkan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh akses dan meningkatkan keterkaitan pada jalur produksi distribusi dan penyediaan jasa yang
Pengembangan prasarana dilakukan dalam wujud pembangunan prasarana sarana dan penerapan teknologi yang mendukung secara langsung kegiatan ekonomi kawasan
Peningkatan kemampuan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang menekankan prakarsa lokal pada kawasan itu
Sistem pemantauan dan pelaporan menekankan peningkatan kapasitas masyarakat dalam kegiatan produksi distribusi dan jasa dalam suatu kawasan ekonomi antara pedesaan dan perkotaan
10
sesuai dengan kapasitas ekonomi kawasan
Sumber Kuncoro (2004)
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa program penanggulangan
kemiskinan yang dilakukan di Indonesia masih bersifat parsial Hal tersebut bisa dilihat
dari hampir semua program yang pernah dilakukan masih bermasalah dalam hal
mensinergikan antara masyarakat miskin dengan masyarakat yang berdaya (non
miskin) pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat Akibat dari kondisi tersebut
penanggulangan kemiskinan tidak efektif tidak mandiri dan tidak berkelanjutan
24 Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia
Salah satu penyebab kurang berhasilnya penanggulangan kemiskinan di
Indonesia adalah sistem politik yang cenderung sentralistik Sentralisasi yang sangat
kuat di masa lalu juga berimbas ke kebijakan penanggulangan kemiskinan dimana
hampir semua program penanggulangan kemiskinan bersifat rdquotop-downrdquo dengan
keterlibatan minimal dari pemerintah daerah dalam formulasi kebijakannya Program
atau kebijakan yang sangat rdquotop-downrdquo ternyata juga gagal dalam merefleksikan
pebedaan antar daerah yang kadang-kadang bisa menjadi sangat signifikan Akibatnya
timbul berbagai kegagalan berskala besar dalam program atau kebijakan yang pada
akhirnya berakibat pada dihentikannya program tersebut Berikut ini bentuk atau ciri-ciri
dan kelemahan program penanggulangan kemiskinan yang pernah dilakukan
Tabel 4
Ciri-ciri dan Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan
Kelemahan Program Upaya Penanggulangan Kemiskinan
Prinsip-prinsip Penanggulangan
Kemiskinan
Perencanaan penentuan sasaran dan kreteria miskin serta pengaturan teknis pelaksanaan yang
Mendidik masyarakat miskin untuk terus menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik individu keluarga
Program penanggulangan kemiskinan harus mengarah pada pendekatan yang menyeluruh (multi-sektor)
11
dilakukan oleh pemerintahinstansi pusat (top-down) seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau daerah tertentu
maupun lingkungan (keterampilan material dan sumberdaya alam) sebagai modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
Program-program yang dilaksanakan secara sektoral sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang tindih
Mendorong tumbuhnya rasa percaya diri akan kemampuannya untuk lepas dari belenggu kemiskinan
Perencanaan dan penentuan sasaran dilakukan oleh masyarakat bersama aparat dilapangan sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Banyak program penanggulangan kemiskinan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek sehingga masyarakat kurang berpartisipasi secara aktif
Menyadarkan bahwa tidak akan ada seseoranglingkungan yang dapat keluar dari genggaman kemiskinan melainkan atas usaha orangkeluargalingkungan itu sendiri
Masyarakat ditempatkan sebagai ldquopelaku utama dalam perang melawan kemiskinanrdquo agar masyarakat berpartisipasi secara aktif
Sulitnya menjaga kontinuitas program (program baru bukan merupakan kelanjutan program lama) mengakibatkan banyak program penanggulangan kemiskinan tidak berkesinambungan
Memberikan pemahaman bahwa masalah penanggulangan kemiskinan merupakan tugas dan tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat
Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat untuk membangun keterbukaan dan akuntabilitas
Pertanggungjawaban hanya bersifat administratif kepada pemerintah sehingga tidak terbangun keterbukaan dan akuntabilitas publik akibat pendekatan proyek maka keberhasilan program hanya diukur dengan persentase bantuan yang berhasil
Menciptakan lapangan kerja dan peluang berusaha untuk menguatkan ekonomi masyarakat setempatPenguatan organisasikelompok masyarakat yang ada memberikan bantuan fasilitas (dana dan keahlian) yang dibutuhkan untuk mendayagunakan potensi yang dimiliki
Merupakan program yang berkesinambungan Ukuran keberhasilan ditentukan oleh berdayanya masyarakat untuk keluar dari belenggu kemiskinan danmenguatnya kemampuan ekonomi masyarakat melalui terciptanya akses kepada faktor produksi dan pasar
12
disalurkan dan jumlah sasaran penerima
Sumber Hamid (2003) Dalam Kuncoro (2004)
Sebenarnya perbedaan antara pendekatan ldquotop-downrdquo dan ldquobottom uprdquo tidak
perlu terjadi terjadi apabila sistem politik nasional dan terutama lokal mampu
menciptakan akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakatnya Ketiadaan mekanisme
akuntabilitas selain membuat pihak eksekutif dan legislatif kurang tanggap terhadap
keluhan masyarakatnya juga membuat masyarakat tersebut tidak terlalu peduli atas
kualitas layanan publik yang diterimanya ataupun terhadap kebijakan perekonmian
daerahnya Dengan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah saat ini dimana
sebagian besar pajak masih dikuasai pemerintah pusat sangat mudah bagi pemerintah
daerah menyalahkan pemerintah pusat apabila ada ketidakpuasan di kalangan
masyarakat lokal mengenai kualitas layanan publik
Bab III METODE PENELITIAN
1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan utama membangun model penaggulangan
kemiskinan yang bersifat terpadu berdasarkan aspek spasial ekonomi dan
struktural di masing-masing desakelurahan yang ada di wilayah administrasi Kota
Malang
Berdasarkan pada tujuan utama penelitian ini maka kerangka pikir mengenai
Penyusunan Model Penanggulangan Kemiskinan di Kota Malang dijelaskan pada
Gambar berikut
Gambar 1Bagan Alir Penyusunan Model KulturalStruktural dan Spasial
Sebagai Penanggulangan Kemiskinan
13
AN
AL
ISA
P
ER
MA
SA
LA
HA
N
KE
MIS
KIN
AN
P
ER
KO
TA
AA
N
Aspek StrukturalMengukur Efektifitas
program penanggulangan
kemiskinan yang telah dilakukan
Aspek Ekonomi
Mengukur kondisi ekonomi
masyarakat miskin
Aspek SpacialMengukur kondisi
geografi dan topografi
(lingkungan fisik) masyarakat miskin
OutputKesenjangan
antara program
dgn kebutuhan
OutputProses generasi
tingkat
pendidikan jenis pekerjaan
OutputKondisi
Geografitopografi
PorsesIdentifikasi
ermasalahan kemiskian perkotaan
OUTPUT
Database Permasalahan kemiskinan Profil kemiskinan Isue Strategis
OutputWork Plan
Penanggulangan
Kemiskinan
OutputMaster Plan
PenanggulanganKemiskinan
Sebagaimana telah dikemukakan di atas upaya penaggulangan kemiskinan
dilakukan dengan pendekatan spasial ekonomi dan struktural Pendekatan tersebut
pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang
bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan
secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang Setidaknya ada 5 (lima)
komponenkegiatan utama yang perlu dilakukan Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi
1 Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota
Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desakelurahan
dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan Adapun informasi
yang perlu dikumpulkan dikaji dan dianalisis meliputi gambar mengenai kondisi fisik
sosial ekonomi desakelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan
pengembangan desa perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem
prasarana Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting yang
tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited)
2 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan
Berdasarkan analisis terhadap kondisi wilayah dan kecenderungan
perkembangannya diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung
pembangunan wilayah masing-masing Kota Identifikasi yang dimaksud meliputi
antara lain
Potensi desakelurahan yang terkandung baik yang sudah
dimanfaatkan belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan
ada di desa Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan
atau komoditi unggulan
Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi baik dalam
kaitannya dengan bidang prasarana keuangan dan kebijakan
sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat
3 Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan
Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain pemanfaatan ruang dan
struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan kawasan dan sistem
14
prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun
berdasarkan potensi pengembangan Kota
4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian
Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-
program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-
program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario
yang telah dirumuskan
5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan
Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola
pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud
memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan
masyarakat
2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang
akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota
Malang Pasuruan Sidoarjo
Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara
bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis
Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan
akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan
menghabiskan waktu plusmn 22 bulan
3 Definisi Operasional Variabel
Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan
kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)
Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)
1) Aspek Struktural
Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang
telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas
15
dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan
2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing
sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator
aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan
dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada
tabel berikut
Tabel 5
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa
Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan
2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)
- Gengsi sosialorang miskin
- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin
- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)
- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong
royong- Keperdulian
Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan
16
masyarakat sekitar terhadap orang miskin
2) Aspek Kultural
cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi
(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada
beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah
satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu
dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi
kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah
berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya
angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem
ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan
pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 6
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya
angka pengangguran
- Lama bekerja- Banyaknya pekerja
dalam satu rumah
Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah
2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan
- Ada tidaknya bonus
Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat
3 Sistem Ekonomi
- Tujuan bekerja- Langkah untuk
memenuhi kebutuhan
Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan
3) Aspek Spasial
Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu
mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)
Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator
17
mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural
atau kelembagaan sebanyak 6 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam
melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 7
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kondisi geografis(4 variabel)
- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan
Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin
2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)
- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana
pendidikan- Akses terahadap
fasilitas kesehatan- Akses terahadap
aktivitas produksi
Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan
4 Jenis Data
Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua
jenis yaitu data sekunder dan data primer
1 Data Sekunder
Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data
sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah
penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan
lain-lain
2 Data Primer
Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun
data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang
18
digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab
kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain
5 Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi
1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara
mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk
mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat
2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh
responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait
3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang
Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden
peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap
obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang
4 Pengumpulan Data Sekunder
Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-
catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud
adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota
(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai
dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang
diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006
5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)
Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan
dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk
mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting
penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris
desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang
Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain
meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan
di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan
kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti
19
dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang
optimal
Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir
Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk
mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada
upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan
masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini
6 Alat Analisis
Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data
kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial
(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi
dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi
silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami
Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan
menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)
Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana
ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk
1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun
melalui tampilan peta setiap desakelurahan
2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang
dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke
depan
Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan
metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai
Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja
pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-
dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat
kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan
Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara
menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian
Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap
sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota
Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan
20
penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)
dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan
publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan
kemiskinan
Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut
berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk
merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi
keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang
Bab 4 Hasil analisis
1 Gambaran geografis Jawa Timur
Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia
Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya
37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di
Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa
Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra
Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga
meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa
dan Samudera Hindia
Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki
signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap
Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi
Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi
Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan
berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan
sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi
Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah
21
dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan
sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa
Table 8
Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur
Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484
Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006
2 Gambaran geografis
a gambaran geografis kabupaten Pasuruan
Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan
jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki
wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus
Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa
Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul
Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo
dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2
b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo
Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat
Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa
Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah
1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru
22
1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong
1048707 Sebelah Timur Selat Madura
1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian
Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari
Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas
permukaan laut
c Gambaran geografis kabupaten malang
3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang
Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang
Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini
Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang
Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109
sumber BPS
Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten
provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang
bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau
mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah
keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di
kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak
diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin
di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi
308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan
23
kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan
Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi
404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang
4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan
malang
Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat
diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang
mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di
daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut
peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah
penduduknya
Tabel
Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten
Di Wilayah Provinsi Jawa Timur
KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin
2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900
24
kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi
kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di
kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada
pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki
jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi
karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur
sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas
perekonomian jawa timur
5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin
51 Kabupaten Pasuruan
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-
rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin
salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan
Tabel
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan
No
lt 200000200000
sd 400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1Tidak
Bekerja
2 2 29
2Buruh Pasar
3 3 6 613 10
3Kuli
Banguan
1 2 1 4 44 7 3
4 Pemulung
1 1 8 10 104 3 22
25
5 Pedagang
4 8 10 22 2217 28 27
6 Becak 3 7
10 1010 19
7Sopir
Angkutan
1 4 5 10 104 14 14
8 Wiraswasta
1 2 1 15 54 7 3 11
9 Bengkel
2 3 1 17 79 10 3 11
10Buruh Pabrik
4 610 1011 67
11 Lain-lain
8 3 1 12 1235 10 11 100
Jumlah 23 29 37 9 98
Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan
pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik
pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan
lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain
Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya
kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan
No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir
Tukang Bangunan
DagangLain-lain
jumlah
1 Tidak Bekerja 0 0
2 Buruh Pasar
1 1 2 26 0 0 0 7 0
3 Kuli Bangunan
5 5 414 1428 0 0 25 0 22
4 Pemulung
33 30 0 0 0 0 17
5 Pedagang
2 1 3 28 80 0 13 5 21 11
26
6 Becak
2 4 5 314 140 17 25 25 0 17
7 Sopir Angkutan
2 3 5 50 17 19 0 0 0
8 Wiraswasta
5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0
9 Bengkel
5 2 29 90 42 13 0 0 11
10 Buruh Pabrik
5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0
11 Lain-lain
2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22
Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100
Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak
berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu
namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang
dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam
memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal
tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah
pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau
bidang usaha yang lain
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
3Kuli
Bangunan
4 Pemulung
5 5 10 10 23 12
5 Pedagang
8 5 13 1350 12
27
6 Becak
4 8 12 12 18 19
7Sopir
Angkutan
5 5 5 12
8 Wiraswasta
8 6 14 14 36 14
9 Bengkel
5 6 11 11 23 14
10 Buruh Pabrik
77 7 41
11 Lain-lain
8 8 1026 2750 19 59
Jumlah 16 22 43 0 17 98 100
Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan
bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden
yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat
usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden
menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal
yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan
menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal
52 Kabupaten Sidoarjo
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
No Gaji amp Jenis Pekerjaan
lt 200000
200000 sd
400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1 Tidak Bekerja
2
2 2111
2 Buruh Pasar
6 4
10 11333 200
3 Kuli Banguan
1 8 1
10 1156 400 50
4 Pemulung
8 2
10 11444 100
5 Pedagang
1 2 7
10 1150 100 212
28
6 Becak
1 2
3 356 100
7 Sopir Angkutan
2 6 1
9 10100 300 30
8 Wiraswasta
1 2 7
10 1150 100 212
9 Bengkel
4 5
9 10200 152
10 Buruh Pabrik
5 5
10 11250 152
11 Lain-lain
8
8 9242
Jumlah 18 20 20 33 91 100
Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo
menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang
berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut
memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada
jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan
masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena
sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Wiraswasta BengkelMontir
SopirTukang
BangunanDagang
Lain-lain
jumlah
1Tidak
Bekerja
2 Buruh Pasar
5 6 718 1831 43 37
3 6 8 14 14
29
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
PPK namun sasaran lokasi dititikberatkan pada kecamatan di kawasan perkotaan
dana digunakan sepenuhnya untuk menciptakan kegiatan ekonomi produktif yang berlanjut
dan jajaran aparat pemerintahPengembangan kemampuan dan keterampilan masyarakat lokal diarahkan pada pelaksanaan administrasi pembangunan (UDKP) dan administrasi keuangan (UPK)
dana yang dikembangkan dalam forum UPK sebagai bagian dari pelaksanaan forum UDKP
Pengembangan kelembagaan aparat dilakukan bersama masyarakat melalui mekanisme forum UDKP
prioritas perguliran dana dan peningkatan kapasitas masyarakat melalui jumlah akumulasi modal
5 PDMKE
Dilakukan untuk membiayai kegiatan yang bersifat padat karya
Dilakukan melalui pembangunan dan prasarana amp sarana sesuai permintaan lokal
6 PARUL
Dilakukan melalui bantuan dana yang dipergunakan untuk kegiatan sosial-ekonomi produksi dan distribusi jasa natar kawasan
Pengembangan kemampuan masyarakat diarahkan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh akses dan meningkatkan keterkaitan pada jalur produksi distribusi dan penyediaan jasa yang
Pengembangan prasarana dilakukan dalam wujud pembangunan prasarana sarana dan penerapan teknologi yang mendukung secara langsung kegiatan ekonomi kawasan
Peningkatan kemampuan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang menekankan prakarsa lokal pada kawasan itu
Sistem pemantauan dan pelaporan menekankan peningkatan kapasitas masyarakat dalam kegiatan produksi distribusi dan jasa dalam suatu kawasan ekonomi antara pedesaan dan perkotaan
10
sesuai dengan kapasitas ekonomi kawasan
Sumber Kuncoro (2004)
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa program penanggulangan
kemiskinan yang dilakukan di Indonesia masih bersifat parsial Hal tersebut bisa dilihat
dari hampir semua program yang pernah dilakukan masih bermasalah dalam hal
mensinergikan antara masyarakat miskin dengan masyarakat yang berdaya (non
miskin) pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat Akibat dari kondisi tersebut
penanggulangan kemiskinan tidak efektif tidak mandiri dan tidak berkelanjutan
24 Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia
Salah satu penyebab kurang berhasilnya penanggulangan kemiskinan di
Indonesia adalah sistem politik yang cenderung sentralistik Sentralisasi yang sangat
kuat di masa lalu juga berimbas ke kebijakan penanggulangan kemiskinan dimana
hampir semua program penanggulangan kemiskinan bersifat rdquotop-downrdquo dengan
keterlibatan minimal dari pemerintah daerah dalam formulasi kebijakannya Program
atau kebijakan yang sangat rdquotop-downrdquo ternyata juga gagal dalam merefleksikan
pebedaan antar daerah yang kadang-kadang bisa menjadi sangat signifikan Akibatnya
timbul berbagai kegagalan berskala besar dalam program atau kebijakan yang pada
akhirnya berakibat pada dihentikannya program tersebut Berikut ini bentuk atau ciri-ciri
dan kelemahan program penanggulangan kemiskinan yang pernah dilakukan
Tabel 4
Ciri-ciri dan Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan
Kelemahan Program Upaya Penanggulangan Kemiskinan
Prinsip-prinsip Penanggulangan
Kemiskinan
Perencanaan penentuan sasaran dan kreteria miskin serta pengaturan teknis pelaksanaan yang
Mendidik masyarakat miskin untuk terus menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik individu keluarga
Program penanggulangan kemiskinan harus mengarah pada pendekatan yang menyeluruh (multi-sektor)
11
dilakukan oleh pemerintahinstansi pusat (top-down) seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau daerah tertentu
maupun lingkungan (keterampilan material dan sumberdaya alam) sebagai modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
Program-program yang dilaksanakan secara sektoral sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang tindih
Mendorong tumbuhnya rasa percaya diri akan kemampuannya untuk lepas dari belenggu kemiskinan
Perencanaan dan penentuan sasaran dilakukan oleh masyarakat bersama aparat dilapangan sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Banyak program penanggulangan kemiskinan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek sehingga masyarakat kurang berpartisipasi secara aktif
Menyadarkan bahwa tidak akan ada seseoranglingkungan yang dapat keluar dari genggaman kemiskinan melainkan atas usaha orangkeluargalingkungan itu sendiri
Masyarakat ditempatkan sebagai ldquopelaku utama dalam perang melawan kemiskinanrdquo agar masyarakat berpartisipasi secara aktif
Sulitnya menjaga kontinuitas program (program baru bukan merupakan kelanjutan program lama) mengakibatkan banyak program penanggulangan kemiskinan tidak berkesinambungan
Memberikan pemahaman bahwa masalah penanggulangan kemiskinan merupakan tugas dan tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat
Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat untuk membangun keterbukaan dan akuntabilitas
Pertanggungjawaban hanya bersifat administratif kepada pemerintah sehingga tidak terbangun keterbukaan dan akuntabilitas publik akibat pendekatan proyek maka keberhasilan program hanya diukur dengan persentase bantuan yang berhasil
Menciptakan lapangan kerja dan peluang berusaha untuk menguatkan ekonomi masyarakat setempatPenguatan organisasikelompok masyarakat yang ada memberikan bantuan fasilitas (dana dan keahlian) yang dibutuhkan untuk mendayagunakan potensi yang dimiliki
Merupakan program yang berkesinambungan Ukuran keberhasilan ditentukan oleh berdayanya masyarakat untuk keluar dari belenggu kemiskinan danmenguatnya kemampuan ekonomi masyarakat melalui terciptanya akses kepada faktor produksi dan pasar
12
disalurkan dan jumlah sasaran penerima
Sumber Hamid (2003) Dalam Kuncoro (2004)
Sebenarnya perbedaan antara pendekatan ldquotop-downrdquo dan ldquobottom uprdquo tidak
perlu terjadi terjadi apabila sistem politik nasional dan terutama lokal mampu
menciptakan akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakatnya Ketiadaan mekanisme
akuntabilitas selain membuat pihak eksekutif dan legislatif kurang tanggap terhadap
keluhan masyarakatnya juga membuat masyarakat tersebut tidak terlalu peduli atas
kualitas layanan publik yang diterimanya ataupun terhadap kebijakan perekonmian
daerahnya Dengan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah saat ini dimana
sebagian besar pajak masih dikuasai pemerintah pusat sangat mudah bagi pemerintah
daerah menyalahkan pemerintah pusat apabila ada ketidakpuasan di kalangan
masyarakat lokal mengenai kualitas layanan publik
Bab III METODE PENELITIAN
1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan utama membangun model penaggulangan
kemiskinan yang bersifat terpadu berdasarkan aspek spasial ekonomi dan
struktural di masing-masing desakelurahan yang ada di wilayah administrasi Kota
Malang
Berdasarkan pada tujuan utama penelitian ini maka kerangka pikir mengenai
Penyusunan Model Penanggulangan Kemiskinan di Kota Malang dijelaskan pada
Gambar berikut
Gambar 1Bagan Alir Penyusunan Model KulturalStruktural dan Spasial
Sebagai Penanggulangan Kemiskinan
13
AN
AL
ISA
P
ER
MA
SA
LA
HA
N
KE
MIS
KIN
AN
P
ER
KO
TA
AA
N
Aspek StrukturalMengukur Efektifitas
program penanggulangan
kemiskinan yang telah dilakukan
Aspek Ekonomi
Mengukur kondisi ekonomi
masyarakat miskin
Aspek SpacialMengukur kondisi
geografi dan topografi
(lingkungan fisik) masyarakat miskin
OutputKesenjangan
antara program
dgn kebutuhan
OutputProses generasi
tingkat
pendidikan jenis pekerjaan
OutputKondisi
Geografitopografi
PorsesIdentifikasi
ermasalahan kemiskian perkotaan
OUTPUT
Database Permasalahan kemiskinan Profil kemiskinan Isue Strategis
OutputWork Plan
Penanggulangan
Kemiskinan
OutputMaster Plan
PenanggulanganKemiskinan
Sebagaimana telah dikemukakan di atas upaya penaggulangan kemiskinan
dilakukan dengan pendekatan spasial ekonomi dan struktural Pendekatan tersebut
pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang
bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan
secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang Setidaknya ada 5 (lima)
komponenkegiatan utama yang perlu dilakukan Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi
1 Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota
Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desakelurahan
dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan Adapun informasi
yang perlu dikumpulkan dikaji dan dianalisis meliputi gambar mengenai kondisi fisik
sosial ekonomi desakelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan
pengembangan desa perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem
prasarana Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting yang
tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited)
2 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan
Berdasarkan analisis terhadap kondisi wilayah dan kecenderungan
perkembangannya diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung
pembangunan wilayah masing-masing Kota Identifikasi yang dimaksud meliputi
antara lain
Potensi desakelurahan yang terkandung baik yang sudah
dimanfaatkan belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan
ada di desa Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan
atau komoditi unggulan
Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi baik dalam
kaitannya dengan bidang prasarana keuangan dan kebijakan
sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat
3 Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan
Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain pemanfaatan ruang dan
struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan kawasan dan sistem
14
prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun
berdasarkan potensi pengembangan Kota
4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian
Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-
program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-
program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario
yang telah dirumuskan
5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan
Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola
pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud
memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan
masyarakat
2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang
akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota
Malang Pasuruan Sidoarjo
Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara
bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis
Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan
akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan
menghabiskan waktu plusmn 22 bulan
3 Definisi Operasional Variabel
Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan
kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)
Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)
1) Aspek Struktural
Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang
telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas
15
dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan
2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing
sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator
aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan
dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada
tabel berikut
Tabel 5
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa
Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan
2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)
- Gengsi sosialorang miskin
- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin
- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)
- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong
royong- Keperdulian
Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan
16
masyarakat sekitar terhadap orang miskin
2) Aspek Kultural
cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi
(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada
beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah
satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu
dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi
kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah
berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya
angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem
ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan
pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 6
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya
angka pengangguran
- Lama bekerja- Banyaknya pekerja
dalam satu rumah
Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah
2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan
- Ada tidaknya bonus
Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat
3 Sistem Ekonomi
- Tujuan bekerja- Langkah untuk
memenuhi kebutuhan
Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan
3) Aspek Spasial
Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu
mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)
Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator
17
mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural
atau kelembagaan sebanyak 6 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam
melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 7
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kondisi geografis(4 variabel)
- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan
Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin
2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)
- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana
pendidikan- Akses terahadap
fasilitas kesehatan- Akses terahadap
aktivitas produksi
Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan
4 Jenis Data
Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua
jenis yaitu data sekunder dan data primer
1 Data Sekunder
Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data
sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah
penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan
lain-lain
2 Data Primer
Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun
data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang
18
digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab
kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain
5 Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi
1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara
mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk
mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat
2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh
responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait
3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang
Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden
peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap
obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang
4 Pengumpulan Data Sekunder
Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-
catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud
adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota
(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai
dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang
diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006
5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)
Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan
dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk
mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting
penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris
desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang
Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain
meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan
di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan
kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti
19
dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang
optimal
Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir
Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk
mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada
upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan
masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini
6 Alat Analisis
Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data
kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial
(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi
dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi
silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami
Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan
menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)
Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana
ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk
1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun
melalui tampilan peta setiap desakelurahan
2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang
dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke
depan
Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan
metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai
Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja
pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-
dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat
kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan
Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara
menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian
Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap
sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota
Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan
20
penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)
dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan
publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan
kemiskinan
Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut
berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk
merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi
keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang
Bab 4 Hasil analisis
1 Gambaran geografis Jawa Timur
Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia
Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya
37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di
Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa
Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra
Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga
meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa
dan Samudera Hindia
Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki
signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap
Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi
Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi
Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan
berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan
sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi
Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah
21
dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan
sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa
Table 8
Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur
Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484
Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006
2 Gambaran geografis
a gambaran geografis kabupaten Pasuruan
Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan
jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki
wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus
Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa
Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul
Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo
dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2
b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo
Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat
Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa
Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah
1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru
22
1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong
1048707 Sebelah Timur Selat Madura
1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian
Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari
Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas
permukaan laut
c Gambaran geografis kabupaten malang
3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang
Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang
Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini
Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang
Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109
sumber BPS
Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten
provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang
bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau
mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah
keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di
kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak
diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin
di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi
308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan
23
kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan
Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi
404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang
4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan
malang
Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat
diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang
mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di
daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut
peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah
penduduknya
Tabel
Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten
Di Wilayah Provinsi Jawa Timur
KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin
2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900
24
kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi
kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di
kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada
pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki
jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi
karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur
sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas
perekonomian jawa timur
5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin
51 Kabupaten Pasuruan
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-
rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin
salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan
Tabel
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan
No
lt 200000200000
sd 400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1Tidak
Bekerja
2 2 29
2Buruh Pasar
3 3 6 613 10
3Kuli
Banguan
1 2 1 4 44 7 3
4 Pemulung
1 1 8 10 104 3 22
25
5 Pedagang
4 8 10 22 2217 28 27
6 Becak 3 7
10 1010 19
7Sopir
Angkutan
1 4 5 10 104 14 14
8 Wiraswasta
1 2 1 15 54 7 3 11
9 Bengkel
2 3 1 17 79 10 3 11
10Buruh Pabrik
4 610 1011 67
11 Lain-lain
8 3 1 12 1235 10 11 100
Jumlah 23 29 37 9 98
Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan
pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik
pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan
lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain
Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya
kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan
No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir
Tukang Bangunan
DagangLain-lain
jumlah
1 Tidak Bekerja 0 0
2 Buruh Pasar
1 1 2 26 0 0 0 7 0
3 Kuli Bangunan
5 5 414 1428 0 0 25 0 22
4 Pemulung
33 30 0 0 0 0 17
5 Pedagang
2 1 3 28 80 0 13 5 21 11
26
6 Becak
2 4 5 314 140 17 25 25 0 17
7 Sopir Angkutan
2 3 5 50 17 19 0 0 0
8 Wiraswasta
5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0
9 Bengkel
5 2 29 90 42 13 0 0 11
10 Buruh Pabrik
5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0
11 Lain-lain
2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22
Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100
Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak
berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu
namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang
dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam
memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal
tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah
pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau
bidang usaha yang lain
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
3Kuli
Bangunan
4 Pemulung
5 5 10 10 23 12
5 Pedagang
8 5 13 1350 12
27
6 Becak
4 8 12 12 18 19
7Sopir
Angkutan
5 5 5 12
8 Wiraswasta
8 6 14 14 36 14
9 Bengkel
5 6 11 11 23 14
10 Buruh Pabrik
77 7 41
11 Lain-lain
8 8 1026 2750 19 59
Jumlah 16 22 43 0 17 98 100
Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan
bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden
yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat
usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden
menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal
yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan
menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal
52 Kabupaten Sidoarjo
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
No Gaji amp Jenis Pekerjaan
lt 200000
200000 sd
400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1 Tidak Bekerja
2
2 2111
2 Buruh Pasar
6 4
10 11333 200
3 Kuli Banguan
1 8 1
10 1156 400 50
4 Pemulung
8 2
10 11444 100
5 Pedagang
1 2 7
10 1150 100 212
28
6 Becak
1 2
3 356 100
7 Sopir Angkutan
2 6 1
9 10100 300 30
8 Wiraswasta
1 2 7
10 1150 100 212
9 Bengkel
4 5
9 10200 152
10 Buruh Pabrik
5 5
10 11250 152
11 Lain-lain
8
8 9242
Jumlah 18 20 20 33 91 100
Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo
menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang
berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut
memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada
jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan
masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena
sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Wiraswasta BengkelMontir
SopirTukang
BangunanDagang
Lain-lain
jumlah
1Tidak
Bekerja
2 Buruh Pasar
5 6 718 1831 43 37
3 6 8 14 14
29
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
sesuai dengan kapasitas ekonomi kawasan
Sumber Kuncoro (2004)
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa program penanggulangan
kemiskinan yang dilakukan di Indonesia masih bersifat parsial Hal tersebut bisa dilihat
dari hampir semua program yang pernah dilakukan masih bermasalah dalam hal
mensinergikan antara masyarakat miskin dengan masyarakat yang berdaya (non
miskin) pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat Akibat dari kondisi tersebut
penanggulangan kemiskinan tidak efektif tidak mandiri dan tidak berkelanjutan
24 Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia
Salah satu penyebab kurang berhasilnya penanggulangan kemiskinan di
Indonesia adalah sistem politik yang cenderung sentralistik Sentralisasi yang sangat
kuat di masa lalu juga berimbas ke kebijakan penanggulangan kemiskinan dimana
hampir semua program penanggulangan kemiskinan bersifat rdquotop-downrdquo dengan
keterlibatan minimal dari pemerintah daerah dalam formulasi kebijakannya Program
atau kebijakan yang sangat rdquotop-downrdquo ternyata juga gagal dalam merefleksikan
pebedaan antar daerah yang kadang-kadang bisa menjadi sangat signifikan Akibatnya
timbul berbagai kegagalan berskala besar dalam program atau kebijakan yang pada
akhirnya berakibat pada dihentikannya program tersebut Berikut ini bentuk atau ciri-ciri
dan kelemahan program penanggulangan kemiskinan yang pernah dilakukan
Tabel 4
Ciri-ciri dan Kelemahan Program Penanggulangan Kemiskinan
Kelemahan Program Upaya Penanggulangan Kemiskinan
Prinsip-prinsip Penanggulangan
Kemiskinan
Perencanaan penentuan sasaran dan kreteria miskin serta pengaturan teknis pelaksanaan yang
Mendidik masyarakat miskin untuk terus menerus menemukenali potensi yang dimiliki baik individu keluarga
Program penanggulangan kemiskinan harus mengarah pada pendekatan yang menyeluruh (multi-sektor)
11
dilakukan oleh pemerintahinstansi pusat (top-down) seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau daerah tertentu
maupun lingkungan (keterampilan material dan sumberdaya alam) sebagai modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
Program-program yang dilaksanakan secara sektoral sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang tindih
Mendorong tumbuhnya rasa percaya diri akan kemampuannya untuk lepas dari belenggu kemiskinan
Perencanaan dan penentuan sasaran dilakukan oleh masyarakat bersama aparat dilapangan sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Banyak program penanggulangan kemiskinan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek sehingga masyarakat kurang berpartisipasi secara aktif
Menyadarkan bahwa tidak akan ada seseoranglingkungan yang dapat keluar dari genggaman kemiskinan melainkan atas usaha orangkeluargalingkungan itu sendiri
Masyarakat ditempatkan sebagai ldquopelaku utama dalam perang melawan kemiskinanrdquo agar masyarakat berpartisipasi secara aktif
Sulitnya menjaga kontinuitas program (program baru bukan merupakan kelanjutan program lama) mengakibatkan banyak program penanggulangan kemiskinan tidak berkesinambungan
Memberikan pemahaman bahwa masalah penanggulangan kemiskinan merupakan tugas dan tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat
Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat untuk membangun keterbukaan dan akuntabilitas
Pertanggungjawaban hanya bersifat administratif kepada pemerintah sehingga tidak terbangun keterbukaan dan akuntabilitas publik akibat pendekatan proyek maka keberhasilan program hanya diukur dengan persentase bantuan yang berhasil
Menciptakan lapangan kerja dan peluang berusaha untuk menguatkan ekonomi masyarakat setempatPenguatan organisasikelompok masyarakat yang ada memberikan bantuan fasilitas (dana dan keahlian) yang dibutuhkan untuk mendayagunakan potensi yang dimiliki
Merupakan program yang berkesinambungan Ukuran keberhasilan ditentukan oleh berdayanya masyarakat untuk keluar dari belenggu kemiskinan danmenguatnya kemampuan ekonomi masyarakat melalui terciptanya akses kepada faktor produksi dan pasar
12
disalurkan dan jumlah sasaran penerima
Sumber Hamid (2003) Dalam Kuncoro (2004)
Sebenarnya perbedaan antara pendekatan ldquotop-downrdquo dan ldquobottom uprdquo tidak
perlu terjadi terjadi apabila sistem politik nasional dan terutama lokal mampu
menciptakan akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakatnya Ketiadaan mekanisme
akuntabilitas selain membuat pihak eksekutif dan legislatif kurang tanggap terhadap
keluhan masyarakatnya juga membuat masyarakat tersebut tidak terlalu peduli atas
kualitas layanan publik yang diterimanya ataupun terhadap kebijakan perekonmian
daerahnya Dengan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah saat ini dimana
sebagian besar pajak masih dikuasai pemerintah pusat sangat mudah bagi pemerintah
daerah menyalahkan pemerintah pusat apabila ada ketidakpuasan di kalangan
masyarakat lokal mengenai kualitas layanan publik
Bab III METODE PENELITIAN
1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan utama membangun model penaggulangan
kemiskinan yang bersifat terpadu berdasarkan aspek spasial ekonomi dan
struktural di masing-masing desakelurahan yang ada di wilayah administrasi Kota
Malang
Berdasarkan pada tujuan utama penelitian ini maka kerangka pikir mengenai
Penyusunan Model Penanggulangan Kemiskinan di Kota Malang dijelaskan pada
Gambar berikut
Gambar 1Bagan Alir Penyusunan Model KulturalStruktural dan Spasial
Sebagai Penanggulangan Kemiskinan
13
AN
AL
ISA
P
ER
MA
SA
LA
HA
N
KE
MIS
KIN
AN
P
ER
KO
TA
AA
N
Aspek StrukturalMengukur Efektifitas
program penanggulangan
kemiskinan yang telah dilakukan
Aspek Ekonomi
Mengukur kondisi ekonomi
masyarakat miskin
Aspek SpacialMengukur kondisi
geografi dan topografi
(lingkungan fisik) masyarakat miskin
OutputKesenjangan
antara program
dgn kebutuhan
OutputProses generasi
tingkat
pendidikan jenis pekerjaan
OutputKondisi
Geografitopografi
PorsesIdentifikasi
ermasalahan kemiskian perkotaan
OUTPUT
Database Permasalahan kemiskinan Profil kemiskinan Isue Strategis
OutputWork Plan
Penanggulangan
Kemiskinan
OutputMaster Plan
PenanggulanganKemiskinan
Sebagaimana telah dikemukakan di atas upaya penaggulangan kemiskinan
dilakukan dengan pendekatan spasial ekonomi dan struktural Pendekatan tersebut
pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang
bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan
secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang Setidaknya ada 5 (lima)
komponenkegiatan utama yang perlu dilakukan Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi
1 Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota
Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desakelurahan
dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan Adapun informasi
yang perlu dikumpulkan dikaji dan dianalisis meliputi gambar mengenai kondisi fisik
sosial ekonomi desakelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan
pengembangan desa perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem
prasarana Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting yang
tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited)
2 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan
Berdasarkan analisis terhadap kondisi wilayah dan kecenderungan
perkembangannya diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung
pembangunan wilayah masing-masing Kota Identifikasi yang dimaksud meliputi
antara lain
Potensi desakelurahan yang terkandung baik yang sudah
dimanfaatkan belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan
ada di desa Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan
atau komoditi unggulan
Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi baik dalam
kaitannya dengan bidang prasarana keuangan dan kebijakan
sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat
3 Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan
Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain pemanfaatan ruang dan
struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan kawasan dan sistem
14
prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun
berdasarkan potensi pengembangan Kota
4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian
Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-
program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-
program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario
yang telah dirumuskan
5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan
Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola
pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud
memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan
masyarakat
2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang
akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota
Malang Pasuruan Sidoarjo
Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara
bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis
Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan
akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan
menghabiskan waktu plusmn 22 bulan
3 Definisi Operasional Variabel
Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan
kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)
Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)
1) Aspek Struktural
Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang
telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas
15
dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan
2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing
sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator
aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan
dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada
tabel berikut
Tabel 5
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa
Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan
2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)
- Gengsi sosialorang miskin
- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin
- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)
- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong
royong- Keperdulian
Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan
16
masyarakat sekitar terhadap orang miskin
2) Aspek Kultural
cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi
(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada
beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah
satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu
dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi
kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah
berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya
angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem
ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan
pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 6
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya
angka pengangguran
- Lama bekerja- Banyaknya pekerja
dalam satu rumah
Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah
2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan
- Ada tidaknya bonus
Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat
3 Sistem Ekonomi
- Tujuan bekerja- Langkah untuk
memenuhi kebutuhan
Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan
3) Aspek Spasial
Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu
mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)
Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator
17
mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural
atau kelembagaan sebanyak 6 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam
melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 7
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kondisi geografis(4 variabel)
- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan
Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin
2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)
- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana
pendidikan- Akses terahadap
fasilitas kesehatan- Akses terahadap
aktivitas produksi
Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan
4 Jenis Data
Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua
jenis yaitu data sekunder dan data primer
1 Data Sekunder
Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data
sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah
penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan
lain-lain
2 Data Primer
Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun
data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang
18
digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab
kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain
5 Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi
1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara
mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk
mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat
2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh
responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait
3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang
Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden
peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap
obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang
4 Pengumpulan Data Sekunder
Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-
catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud
adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota
(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai
dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang
diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006
5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)
Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan
dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk
mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting
penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris
desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang
Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain
meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan
di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan
kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti
19
dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang
optimal
Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir
Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk
mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada
upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan
masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini
6 Alat Analisis
Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data
kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial
(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi
dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi
silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami
Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan
menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)
Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana
ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk
1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun
melalui tampilan peta setiap desakelurahan
2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang
dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke
depan
Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan
metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai
Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja
pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-
dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat
kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan
Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara
menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian
Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap
sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota
Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan
20
penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)
dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan
publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan
kemiskinan
Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut
berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk
merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi
keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang
Bab 4 Hasil analisis
1 Gambaran geografis Jawa Timur
Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia
Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya
37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di
Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa
Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra
Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga
meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa
dan Samudera Hindia
Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki
signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap
Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi
Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi
Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan
berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan
sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi
Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah
21
dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan
sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa
Table 8
Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur
Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484
Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006
2 Gambaran geografis
a gambaran geografis kabupaten Pasuruan
Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan
jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki
wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus
Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa
Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul
Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo
dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2
b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo
Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat
Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa
Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah
1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru
22
1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong
1048707 Sebelah Timur Selat Madura
1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian
Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari
Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas
permukaan laut
c Gambaran geografis kabupaten malang
3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang
Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang
Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini
Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang
Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109
sumber BPS
Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten
provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang
bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau
mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah
keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di
kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak
diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin
di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi
308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan
23
kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan
Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi
404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang
4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan
malang
Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat
diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang
mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di
daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut
peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah
penduduknya
Tabel
Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten
Di Wilayah Provinsi Jawa Timur
KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin
2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900
24
kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi
kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di
kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada
pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki
jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi
karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur
sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas
perekonomian jawa timur
5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin
51 Kabupaten Pasuruan
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-
rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin
salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan
Tabel
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan
No
lt 200000200000
sd 400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1Tidak
Bekerja
2 2 29
2Buruh Pasar
3 3 6 613 10
3Kuli
Banguan
1 2 1 4 44 7 3
4 Pemulung
1 1 8 10 104 3 22
25
5 Pedagang
4 8 10 22 2217 28 27
6 Becak 3 7
10 1010 19
7Sopir
Angkutan
1 4 5 10 104 14 14
8 Wiraswasta
1 2 1 15 54 7 3 11
9 Bengkel
2 3 1 17 79 10 3 11
10Buruh Pabrik
4 610 1011 67
11 Lain-lain
8 3 1 12 1235 10 11 100
Jumlah 23 29 37 9 98
Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan
pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik
pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan
lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain
Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya
kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan
No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir
Tukang Bangunan
DagangLain-lain
jumlah
1 Tidak Bekerja 0 0
2 Buruh Pasar
1 1 2 26 0 0 0 7 0
3 Kuli Bangunan
5 5 414 1428 0 0 25 0 22
4 Pemulung
33 30 0 0 0 0 17
5 Pedagang
2 1 3 28 80 0 13 5 21 11
26
6 Becak
2 4 5 314 140 17 25 25 0 17
7 Sopir Angkutan
2 3 5 50 17 19 0 0 0
8 Wiraswasta
5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0
9 Bengkel
5 2 29 90 42 13 0 0 11
10 Buruh Pabrik
5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0
11 Lain-lain
2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22
Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100
Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak
berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu
namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang
dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam
memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal
tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah
pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau
bidang usaha yang lain
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
3Kuli
Bangunan
4 Pemulung
5 5 10 10 23 12
5 Pedagang
8 5 13 1350 12
27
6 Becak
4 8 12 12 18 19
7Sopir
Angkutan
5 5 5 12
8 Wiraswasta
8 6 14 14 36 14
9 Bengkel
5 6 11 11 23 14
10 Buruh Pabrik
77 7 41
11 Lain-lain
8 8 1026 2750 19 59
Jumlah 16 22 43 0 17 98 100
Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan
bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden
yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat
usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden
menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal
yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan
menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal
52 Kabupaten Sidoarjo
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
No Gaji amp Jenis Pekerjaan
lt 200000
200000 sd
400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1 Tidak Bekerja
2
2 2111
2 Buruh Pasar
6 4
10 11333 200
3 Kuli Banguan
1 8 1
10 1156 400 50
4 Pemulung
8 2
10 11444 100
5 Pedagang
1 2 7
10 1150 100 212
28
6 Becak
1 2
3 356 100
7 Sopir Angkutan
2 6 1
9 10100 300 30
8 Wiraswasta
1 2 7
10 1150 100 212
9 Bengkel
4 5
9 10200 152
10 Buruh Pabrik
5 5
10 11250 152
11 Lain-lain
8
8 9242
Jumlah 18 20 20 33 91 100
Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo
menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang
berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut
memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada
jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan
masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena
sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Wiraswasta BengkelMontir
SopirTukang
BangunanDagang
Lain-lain
jumlah
1Tidak
Bekerja
2 Buruh Pasar
5 6 718 1831 43 37
3 6 8 14 14
29
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
dilakukan oleh pemerintahinstansi pusat (top-down) seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau daerah tertentu
maupun lingkungan (keterampilan material dan sumberdaya alam) sebagai modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
Program-program yang dilaksanakan secara sektoral sering kali mengakibatan adanya semangat ego-sektoral dan saling tumpang tindih
Mendorong tumbuhnya rasa percaya diri akan kemampuannya untuk lepas dari belenggu kemiskinan
Perencanaan dan penentuan sasaran dilakukan oleh masyarakat bersama aparat dilapangan sehingga sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Banyak program penanggulangan kemiskinan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek sehingga masyarakat kurang berpartisipasi secara aktif
Menyadarkan bahwa tidak akan ada seseoranglingkungan yang dapat keluar dari genggaman kemiskinan melainkan atas usaha orangkeluargalingkungan itu sendiri
Masyarakat ditempatkan sebagai ldquopelaku utama dalam perang melawan kemiskinanrdquo agar masyarakat berpartisipasi secara aktif
Sulitnya menjaga kontinuitas program (program baru bukan merupakan kelanjutan program lama) mengakibatkan banyak program penanggulangan kemiskinan tidak berkesinambungan
Memberikan pemahaman bahwa masalah penanggulangan kemiskinan merupakan tugas dan tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat
Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat untuk membangun keterbukaan dan akuntabilitas
Pertanggungjawaban hanya bersifat administratif kepada pemerintah sehingga tidak terbangun keterbukaan dan akuntabilitas publik akibat pendekatan proyek maka keberhasilan program hanya diukur dengan persentase bantuan yang berhasil
Menciptakan lapangan kerja dan peluang berusaha untuk menguatkan ekonomi masyarakat setempatPenguatan organisasikelompok masyarakat yang ada memberikan bantuan fasilitas (dana dan keahlian) yang dibutuhkan untuk mendayagunakan potensi yang dimiliki
Merupakan program yang berkesinambungan Ukuran keberhasilan ditentukan oleh berdayanya masyarakat untuk keluar dari belenggu kemiskinan danmenguatnya kemampuan ekonomi masyarakat melalui terciptanya akses kepada faktor produksi dan pasar
12
disalurkan dan jumlah sasaran penerima
Sumber Hamid (2003) Dalam Kuncoro (2004)
Sebenarnya perbedaan antara pendekatan ldquotop-downrdquo dan ldquobottom uprdquo tidak
perlu terjadi terjadi apabila sistem politik nasional dan terutama lokal mampu
menciptakan akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakatnya Ketiadaan mekanisme
akuntabilitas selain membuat pihak eksekutif dan legislatif kurang tanggap terhadap
keluhan masyarakatnya juga membuat masyarakat tersebut tidak terlalu peduli atas
kualitas layanan publik yang diterimanya ataupun terhadap kebijakan perekonmian
daerahnya Dengan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah saat ini dimana
sebagian besar pajak masih dikuasai pemerintah pusat sangat mudah bagi pemerintah
daerah menyalahkan pemerintah pusat apabila ada ketidakpuasan di kalangan
masyarakat lokal mengenai kualitas layanan publik
Bab III METODE PENELITIAN
1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan utama membangun model penaggulangan
kemiskinan yang bersifat terpadu berdasarkan aspek spasial ekonomi dan
struktural di masing-masing desakelurahan yang ada di wilayah administrasi Kota
Malang
Berdasarkan pada tujuan utama penelitian ini maka kerangka pikir mengenai
Penyusunan Model Penanggulangan Kemiskinan di Kota Malang dijelaskan pada
Gambar berikut
Gambar 1Bagan Alir Penyusunan Model KulturalStruktural dan Spasial
Sebagai Penanggulangan Kemiskinan
13
AN
AL
ISA
P
ER
MA
SA
LA
HA
N
KE
MIS
KIN
AN
P
ER
KO
TA
AA
N
Aspek StrukturalMengukur Efektifitas
program penanggulangan
kemiskinan yang telah dilakukan
Aspek Ekonomi
Mengukur kondisi ekonomi
masyarakat miskin
Aspek SpacialMengukur kondisi
geografi dan topografi
(lingkungan fisik) masyarakat miskin
OutputKesenjangan
antara program
dgn kebutuhan
OutputProses generasi
tingkat
pendidikan jenis pekerjaan
OutputKondisi
Geografitopografi
PorsesIdentifikasi
ermasalahan kemiskian perkotaan
OUTPUT
Database Permasalahan kemiskinan Profil kemiskinan Isue Strategis
OutputWork Plan
Penanggulangan
Kemiskinan
OutputMaster Plan
PenanggulanganKemiskinan
Sebagaimana telah dikemukakan di atas upaya penaggulangan kemiskinan
dilakukan dengan pendekatan spasial ekonomi dan struktural Pendekatan tersebut
pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang
bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan
secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang Setidaknya ada 5 (lima)
komponenkegiatan utama yang perlu dilakukan Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi
1 Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota
Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desakelurahan
dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan Adapun informasi
yang perlu dikumpulkan dikaji dan dianalisis meliputi gambar mengenai kondisi fisik
sosial ekonomi desakelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan
pengembangan desa perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem
prasarana Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting yang
tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited)
2 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan
Berdasarkan analisis terhadap kondisi wilayah dan kecenderungan
perkembangannya diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung
pembangunan wilayah masing-masing Kota Identifikasi yang dimaksud meliputi
antara lain
Potensi desakelurahan yang terkandung baik yang sudah
dimanfaatkan belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan
ada di desa Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan
atau komoditi unggulan
Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi baik dalam
kaitannya dengan bidang prasarana keuangan dan kebijakan
sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat
3 Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan
Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain pemanfaatan ruang dan
struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan kawasan dan sistem
14
prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun
berdasarkan potensi pengembangan Kota
4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian
Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-
program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-
program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario
yang telah dirumuskan
5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan
Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola
pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud
memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan
masyarakat
2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang
akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota
Malang Pasuruan Sidoarjo
Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara
bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis
Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan
akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan
menghabiskan waktu plusmn 22 bulan
3 Definisi Operasional Variabel
Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan
kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)
Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)
1) Aspek Struktural
Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang
telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas
15
dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan
2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing
sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator
aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan
dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada
tabel berikut
Tabel 5
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa
Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan
2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)
- Gengsi sosialorang miskin
- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin
- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)
- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong
royong- Keperdulian
Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan
16
masyarakat sekitar terhadap orang miskin
2) Aspek Kultural
cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi
(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada
beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah
satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu
dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi
kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah
berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya
angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem
ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan
pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 6
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya
angka pengangguran
- Lama bekerja- Banyaknya pekerja
dalam satu rumah
Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah
2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan
- Ada tidaknya bonus
Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat
3 Sistem Ekonomi
- Tujuan bekerja- Langkah untuk
memenuhi kebutuhan
Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan
3) Aspek Spasial
Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu
mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)
Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator
17
mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural
atau kelembagaan sebanyak 6 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam
melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 7
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kondisi geografis(4 variabel)
- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan
Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin
2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)
- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana
pendidikan- Akses terahadap
fasilitas kesehatan- Akses terahadap
aktivitas produksi
Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan
4 Jenis Data
Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua
jenis yaitu data sekunder dan data primer
1 Data Sekunder
Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data
sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah
penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan
lain-lain
2 Data Primer
Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun
data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang
18
digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab
kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain
5 Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi
1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara
mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk
mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat
2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh
responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait
3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang
Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden
peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap
obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang
4 Pengumpulan Data Sekunder
Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-
catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud
adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota
(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai
dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang
diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006
5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)
Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan
dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk
mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting
penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris
desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang
Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain
meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan
di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan
kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti
19
dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang
optimal
Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir
Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk
mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada
upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan
masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini
6 Alat Analisis
Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data
kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial
(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi
dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi
silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami
Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan
menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)
Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana
ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk
1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun
melalui tampilan peta setiap desakelurahan
2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang
dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke
depan
Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan
metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai
Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja
pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-
dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat
kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan
Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara
menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian
Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap
sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota
Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan
20
penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)
dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan
publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan
kemiskinan
Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut
berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk
merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi
keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang
Bab 4 Hasil analisis
1 Gambaran geografis Jawa Timur
Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia
Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya
37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di
Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa
Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra
Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga
meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa
dan Samudera Hindia
Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki
signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap
Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi
Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi
Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan
berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan
sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi
Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah
21
dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan
sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa
Table 8
Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur
Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484
Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006
2 Gambaran geografis
a gambaran geografis kabupaten Pasuruan
Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan
jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki
wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus
Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa
Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul
Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo
dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2
b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo
Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat
Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa
Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah
1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru
22
1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong
1048707 Sebelah Timur Selat Madura
1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian
Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari
Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas
permukaan laut
c Gambaran geografis kabupaten malang
3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang
Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang
Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini
Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang
Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109
sumber BPS
Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten
provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang
bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau
mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah
keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di
kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak
diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin
di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi
308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan
23
kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan
Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi
404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang
4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan
malang
Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat
diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang
mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di
daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut
peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah
penduduknya
Tabel
Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten
Di Wilayah Provinsi Jawa Timur
KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin
2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900
24
kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi
kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di
kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada
pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki
jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi
karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur
sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas
perekonomian jawa timur
5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin
51 Kabupaten Pasuruan
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-
rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin
salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan
Tabel
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan
No
lt 200000200000
sd 400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1Tidak
Bekerja
2 2 29
2Buruh Pasar
3 3 6 613 10
3Kuli
Banguan
1 2 1 4 44 7 3
4 Pemulung
1 1 8 10 104 3 22
25
5 Pedagang
4 8 10 22 2217 28 27
6 Becak 3 7
10 1010 19
7Sopir
Angkutan
1 4 5 10 104 14 14
8 Wiraswasta
1 2 1 15 54 7 3 11
9 Bengkel
2 3 1 17 79 10 3 11
10Buruh Pabrik
4 610 1011 67
11 Lain-lain
8 3 1 12 1235 10 11 100
Jumlah 23 29 37 9 98
Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan
pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik
pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan
lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain
Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya
kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan
No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir
Tukang Bangunan
DagangLain-lain
jumlah
1 Tidak Bekerja 0 0
2 Buruh Pasar
1 1 2 26 0 0 0 7 0
3 Kuli Bangunan
5 5 414 1428 0 0 25 0 22
4 Pemulung
33 30 0 0 0 0 17
5 Pedagang
2 1 3 28 80 0 13 5 21 11
26
6 Becak
2 4 5 314 140 17 25 25 0 17
7 Sopir Angkutan
2 3 5 50 17 19 0 0 0
8 Wiraswasta
5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0
9 Bengkel
5 2 29 90 42 13 0 0 11
10 Buruh Pabrik
5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0
11 Lain-lain
2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22
Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100
Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak
berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu
namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang
dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam
memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal
tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah
pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau
bidang usaha yang lain
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
3Kuli
Bangunan
4 Pemulung
5 5 10 10 23 12
5 Pedagang
8 5 13 1350 12
27
6 Becak
4 8 12 12 18 19
7Sopir
Angkutan
5 5 5 12
8 Wiraswasta
8 6 14 14 36 14
9 Bengkel
5 6 11 11 23 14
10 Buruh Pabrik
77 7 41
11 Lain-lain
8 8 1026 2750 19 59
Jumlah 16 22 43 0 17 98 100
Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan
bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden
yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat
usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden
menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal
yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan
menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal
52 Kabupaten Sidoarjo
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
No Gaji amp Jenis Pekerjaan
lt 200000
200000 sd
400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1 Tidak Bekerja
2
2 2111
2 Buruh Pasar
6 4
10 11333 200
3 Kuli Banguan
1 8 1
10 1156 400 50
4 Pemulung
8 2
10 11444 100
5 Pedagang
1 2 7
10 1150 100 212
28
6 Becak
1 2
3 356 100
7 Sopir Angkutan
2 6 1
9 10100 300 30
8 Wiraswasta
1 2 7
10 1150 100 212
9 Bengkel
4 5
9 10200 152
10 Buruh Pabrik
5 5
10 11250 152
11 Lain-lain
8
8 9242
Jumlah 18 20 20 33 91 100
Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo
menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang
berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut
memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada
jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan
masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena
sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Wiraswasta BengkelMontir
SopirTukang
BangunanDagang
Lain-lain
jumlah
1Tidak
Bekerja
2 Buruh Pasar
5 6 718 1831 43 37
3 6 8 14 14
29
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
disalurkan dan jumlah sasaran penerima
Sumber Hamid (2003) Dalam Kuncoro (2004)
Sebenarnya perbedaan antara pendekatan ldquotop-downrdquo dan ldquobottom uprdquo tidak
perlu terjadi terjadi apabila sistem politik nasional dan terutama lokal mampu
menciptakan akuntabilitas pemerintah terhadap masyarakatnya Ketiadaan mekanisme
akuntabilitas selain membuat pihak eksekutif dan legislatif kurang tanggap terhadap
keluhan masyarakatnya juga membuat masyarakat tersebut tidak terlalu peduli atas
kualitas layanan publik yang diterimanya ataupun terhadap kebijakan perekonmian
daerahnya Dengan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah saat ini dimana
sebagian besar pajak masih dikuasai pemerintah pusat sangat mudah bagi pemerintah
daerah menyalahkan pemerintah pusat apabila ada ketidakpuasan di kalangan
masyarakat lokal mengenai kualitas layanan publik
Bab III METODE PENELITIAN
1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan utama membangun model penaggulangan
kemiskinan yang bersifat terpadu berdasarkan aspek spasial ekonomi dan
struktural di masing-masing desakelurahan yang ada di wilayah administrasi Kota
Malang
Berdasarkan pada tujuan utama penelitian ini maka kerangka pikir mengenai
Penyusunan Model Penanggulangan Kemiskinan di Kota Malang dijelaskan pada
Gambar berikut
Gambar 1Bagan Alir Penyusunan Model KulturalStruktural dan Spasial
Sebagai Penanggulangan Kemiskinan
13
AN
AL
ISA
P
ER
MA
SA
LA
HA
N
KE
MIS
KIN
AN
P
ER
KO
TA
AA
N
Aspek StrukturalMengukur Efektifitas
program penanggulangan
kemiskinan yang telah dilakukan
Aspek Ekonomi
Mengukur kondisi ekonomi
masyarakat miskin
Aspek SpacialMengukur kondisi
geografi dan topografi
(lingkungan fisik) masyarakat miskin
OutputKesenjangan
antara program
dgn kebutuhan
OutputProses generasi
tingkat
pendidikan jenis pekerjaan
OutputKondisi
Geografitopografi
PorsesIdentifikasi
ermasalahan kemiskian perkotaan
OUTPUT
Database Permasalahan kemiskinan Profil kemiskinan Isue Strategis
OutputWork Plan
Penanggulangan
Kemiskinan
OutputMaster Plan
PenanggulanganKemiskinan
Sebagaimana telah dikemukakan di atas upaya penaggulangan kemiskinan
dilakukan dengan pendekatan spasial ekonomi dan struktural Pendekatan tersebut
pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang
bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan
secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang Setidaknya ada 5 (lima)
komponenkegiatan utama yang perlu dilakukan Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi
1 Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota
Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desakelurahan
dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan Adapun informasi
yang perlu dikumpulkan dikaji dan dianalisis meliputi gambar mengenai kondisi fisik
sosial ekonomi desakelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan
pengembangan desa perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem
prasarana Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting yang
tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited)
2 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan
Berdasarkan analisis terhadap kondisi wilayah dan kecenderungan
perkembangannya diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung
pembangunan wilayah masing-masing Kota Identifikasi yang dimaksud meliputi
antara lain
Potensi desakelurahan yang terkandung baik yang sudah
dimanfaatkan belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan
ada di desa Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan
atau komoditi unggulan
Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi baik dalam
kaitannya dengan bidang prasarana keuangan dan kebijakan
sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat
3 Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan
Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain pemanfaatan ruang dan
struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan kawasan dan sistem
14
prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun
berdasarkan potensi pengembangan Kota
4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian
Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-
program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-
program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario
yang telah dirumuskan
5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan
Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola
pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud
memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan
masyarakat
2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang
akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota
Malang Pasuruan Sidoarjo
Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara
bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis
Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan
akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan
menghabiskan waktu plusmn 22 bulan
3 Definisi Operasional Variabel
Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan
kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)
Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)
1) Aspek Struktural
Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang
telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas
15
dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan
2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing
sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator
aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan
dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada
tabel berikut
Tabel 5
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa
Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan
2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)
- Gengsi sosialorang miskin
- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin
- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)
- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong
royong- Keperdulian
Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan
16
masyarakat sekitar terhadap orang miskin
2) Aspek Kultural
cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi
(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada
beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah
satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu
dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi
kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah
berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya
angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem
ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan
pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 6
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya
angka pengangguran
- Lama bekerja- Banyaknya pekerja
dalam satu rumah
Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah
2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan
- Ada tidaknya bonus
Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat
3 Sistem Ekonomi
- Tujuan bekerja- Langkah untuk
memenuhi kebutuhan
Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan
3) Aspek Spasial
Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu
mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)
Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator
17
mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural
atau kelembagaan sebanyak 6 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam
melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 7
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kondisi geografis(4 variabel)
- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan
Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin
2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)
- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana
pendidikan- Akses terahadap
fasilitas kesehatan- Akses terahadap
aktivitas produksi
Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan
4 Jenis Data
Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua
jenis yaitu data sekunder dan data primer
1 Data Sekunder
Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data
sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah
penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan
lain-lain
2 Data Primer
Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun
data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang
18
digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab
kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain
5 Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi
1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara
mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk
mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat
2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh
responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait
3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang
Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden
peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap
obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang
4 Pengumpulan Data Sekunder
Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-
catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud
adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota
(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai
dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang
diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006
5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)
Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan
dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk
mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting
penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris
desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang
Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain
meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan
di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan
kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti
19
dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang
optimal
Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir
Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk
mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada
upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan
masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini
6 Alat Analisis
Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data
kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial
(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi
dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi
silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami
Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan
menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)
Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana
ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk
1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun
melalui tampilan peta setiap desakelurahan
2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang
dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke
depan
Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan
metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai
Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja
pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-
dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat
kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan
Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara
menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian
Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap
sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota
Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan
20
penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)
dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan
publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan
kemiskinan
Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut
berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk
merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi
keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang
Bab 4 Hasil analisis
1 Gambaran geografis Jawa Timur
Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia
Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya
37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di
Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa
Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra
Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga
meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa
dan Samudera Hindia
Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki
signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap
Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi
Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi
Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan
berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan
sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi
Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah
21
dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan
sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa
Table 8
Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur
Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484
Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006
2 Gambaran geografis
a gambaran geografis kabupaten Pasuruan
Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan
jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki
wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus
Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa
Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul
Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo
dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2
b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo
Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat
Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa
Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah
1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru
22
1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong
1048707 Sebelah Timur Selat Madura
1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian
Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari
Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas
permukaan laut
c Gambaran geografis kabupaten malang
3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang
Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang
Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini
Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang
Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109
sumber BPS
Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten
provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang
bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau
mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah
keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di
kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak
diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin
di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi
308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan
23
kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan
Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi
404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang
4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan
malang
Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat
diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang
mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di
daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut
peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah
penduduknya
Tabel
Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten
Di Wilayah Provinsi Jawa Timur
KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin
2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900
24
kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi
kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di
kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada
pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki
jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi
karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur
sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas
perekonomian jawa timur
5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin
51 Kabupaten Pasuruan
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-
rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin
salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan
Tabel
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan
No
lt 200000200000
sd 400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1Tidak
Bekerja
2 2 29
2Buruh Pasar
3 3 6 613 10
3Kuli
Banguan
1 2 1 4 44 7 3
4 Pemulung
1 1 8 10 104 3 22
25
5 Pedagang
4 8 10 22 2217 28 27
6 Becak 3 7
10 1010 19
7Sopir
Angkutan
1 4 5 10 104 14 14
8 Wiraswasta
1 2 1 15 54 7 3 11
9 Bengkel
2 3 1 17 79 10 3 11
10Buruh Pabrik
4 610 1011 67
11 Lain-lain
8 3 1 12 1235 10 11 100
Jumlah 23 29 37 9 98
Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan
pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik
pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan
lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain
Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya
kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan
No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir
Tukang Bangunan
DagangLain-lain
jumlah
1 Tidak Bekerja 0 0
2 Buruh Pasar
1 1 2 26 0 0 0 7 0
3 Kuli Bangunan
5 5 414 1428 0 0 25 0 22
4 Pemulung
33 30 0 0 0 0 17
5 Pedagang
2 1 3 28 80 0 13 5 21 11
26
6 Becak
2 4 5 314 140 17 25 25 0 17
7 Sopir Angkutan
2 3 5 50 17 19 0 0 0
8 Wiraswasta
5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0
9 Bengkel
5 2 29 90 42 13 0 0 11
10 Buruh Pabrik
5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0
11 Lain-lain
2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22
Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100
Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak
berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu
namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang
dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam
memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal
tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah
pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau
bidang usaha yang lain
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
3Kuli
Bangunan
4 Pemulung
5 5 10 10 23 12
5 Pedagang
8 5 13 1350 12
27
6 Becak
4 8 12 12 18 19
7Sopir
Angkutan
5 5 5 12
8 Wiraswasta
8 6 14 14 36 14
9 Bengkel
5 6 11 11 23 14
10 Buruh Pabrik
77 7 41
11 Lain-lain
8 8 1026 2750 19 59
Jumlah 16 22 43 0 17 98 100
Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan
bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden
yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat
usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden
menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal
yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan
menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal
52 Kabupaten Sidoarjo
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
No Gaji amp Jenis Pekerjaan
lt 200000
200000 sd
400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1 Tidak Bekerja
2
2 2111
2 Buruh Pasar
6 4
10 11333 200
3 Kuli Banguan
1 8 1
10 1156 400 50
4 Pemulung
8 2
10 11444 100
5 Pedagang
1 2 7
10 1150 100 212
28
6 Becak
1 2
3 356 100
7 Sopir Angkutan
2 6 1
9 10100 300 30
8 Wiraswasta
1 2 7
10 1150 100 212
9 Bengkel
4 5
9 10200 152
10 Buruh Pabrik
5 5
10 11250 152
11 Lain-lain
8
8 9242
Jumlah 18 20 20 33 91 100
Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo
menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang
berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut
memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada
jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan
masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena
sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Wiraswasta BengkelMontir
SopirTukang
BangunanDagang
Lain-lain
jumlah
1Tidak
Bekerja
2 Buruh Pasar
5 6 718 1831 43 37
3 6 8 14 14
29
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
Sebagaimana telah dikemukakan di atas upaya penaggulangan kemiskinan
dilakukan dengan pendekatan spasial ekonomi dan struktural Pendekatan tersebut
pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan model penanggulangan kemiskinan yang
bisa menghasilkan rencana strategis dan program kerja penanggunalangan kemiskinan
secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Malang Setidaknya ada 5 (lima)
komponenkegiatan utama yang perlu dilakukan Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi
1 Identifikasi dan Analisis Kondisi Eksisting masing-masing kota
Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memahami kondisi setiap desakelurahan
dan kecenderungan perkembangan dalam kurun waktu perencanaan Adapun informasi
yang perlu dikumpulkan dikaji dan dianalisis meliputi gambar mengenai kondisi fisik
sosial ekonomi desakelurahan kebijakan dan program-program yang terkait dengan
pengembangan desa perkembangan sektor-sektor ekonomi desa dan kondisi sistem
prasarana Semua informasi ini diharapkan dapat menggambarkan eksisiting yang
tengah berlangsung (on-going) maupun yang akan dikembangkan (commited)
2 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kemiskinan
Berdasarkan analisis terhadap kondisi wilayah dan kecenderungan
perkembangannya diidentifikasi potensi ekonomi yang mampu mendukung
pembangunan wilayah masing-masing Kota Identifikasi yang dimaksud meliputi
antara lain
Potensi desakelurahan yang terkandung baik yang sudah
dimanfaatkan belum dimanfaatkan maupun potensial diperkirakan
ada di desa Terkait dengan hal ini adalah identifikasi sektor unggulan
atau komoditi unggulan
Kendala-kendala dalam pengembangan potensi ekonomi baik dalam
kaitannya dengan bidang prasarana keuangan dan kebijakan
sehingga menimbulkan kemiskinan pada masyarakat setempat
3 Penyusunan Skenario Penanggulangan Kemiskinan
Skenario penanggulangan kemiskinan berisi antara lain pemanfaatan ruang dan
struktur ruang (pengembangan sektor-sektor unggulan kawasan dan sistem
14
prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun
berdasarkan potensi pengembangan Kota
4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian
Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-
program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-
program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario
yang telah dirumuskan
5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan
Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola
pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud
memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan
masyarakat
2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang
akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota
Malang Pasuruan Sidoarjo
Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara
bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis
Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan
akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan
menghabiskan waktu plusmn 22 bulan
3 Definisi Operasional Variabel
Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan
kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)
Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)
1) Aspek Struktural
Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang
telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas
15
dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan
2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing
sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator
aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan
dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada
tabel berikut
Tabel 5
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa
Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan
2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)
- Gengsi sosialorang miskin
- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin
- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)
- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong
royong- Keperdulian
Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan
16
masyarakat sekitar terhadap orang miskin
2) Aspek Kultural
cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi
(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada
beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah
satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu
dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi
kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah
berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya
angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem
ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan
pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 6
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya
angka pengangguran
- Lama bekerja- Banyaknya pekerja
dalam satu rumah
Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah
2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan
- Ada tidaknya bonus
Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat
3 Sistem Ekonomi
- Tujuan bekerja- Langkah untuk
memenuhi kebutuhan
Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan
3) Aspek Spasial
Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu
mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)
Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator
17
mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural
atau kelembagaan sebanyak 6 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam
melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 7
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kondisi geografis(4 variabel)
- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan
Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin
2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)
- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana
pendidikan- Akses terahadap
fasilitas kesehatan- Akses terahadap
aktivitas produksi
Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan
4 Jenis Data
Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua
jenis yaitu data sekunder dan data primer
1 Data Sekunder
Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data
sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah
penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan
lain-lain
2 Data Primer
Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun
data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang
18
digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab
kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain
5 Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi
1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara
mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk
mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat
2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh
responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait
3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang
Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden
peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap
obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang
4 Pengumpulan Data Sekunder
Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-
catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud
adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota
(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai
dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang
diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006
5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)
Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan
dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk
mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting
penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris
desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang
Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain
meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan
di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan
kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti
19
dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang
optimal
Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir
Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk
mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada
upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan
masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini
6 Alat Analisis
Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data
kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial
(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi
dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi
silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami
Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan
menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)
Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana
ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk
1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun
melalui tampilan peta setiap desakelurahan
2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang
dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke
depan
Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan
metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai
Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja
pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-
dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat
kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan
Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara
menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian
Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap
sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota
Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan
20
penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)
dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan
publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan
kemiskinan
Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut
berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk
merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi
keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang
Bab 4 Hasil analisis
1 Gambaran geografis Jawa Timur
Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia
Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya
37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di
Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa
Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra
Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga
meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa
dan Samudera Hindia
Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki
signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap
Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi
Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi
Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan
berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan
sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi
Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah
21
dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan
sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa
Table 8
Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur
Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484
Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006
2 Gambaran geografis
a gambaran geografis kabupaten Pasuruan
Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan
jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki
wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus
Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa
Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul
Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo
dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2
b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo
Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat
Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa
Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah
1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru
22
1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong
1048707 Sebelah Timur Selat Madura
1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian
Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari
Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas
permukaan laut
c Gambaran geografis kabupaten malang
3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang
Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang
Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini
Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang
Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109
sumber BPS
Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten
provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang
bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau
mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah
keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di
kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak
diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin
di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi
308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan
23
kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan
Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi
404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang
4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan
malang
Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat
diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang
mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di
daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut
peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah
penduduknya
Tabel
Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten
Di Wilayah Provinsi Jawa Timur
KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin
2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900
24
kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi
kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di
kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada
pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki
jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi
karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur
sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas
perekonomian jawa timur
5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin
51 Kabupaten Pasuruan
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-
rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin
salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan
Tabel
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan
No
lt 200000200000
sd 400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1Tidak
Bekerja
2 2 29
2Buruh Pasar
3 3 6 613 10
3Kuli
Banguan
1 2 1 4 44 7 3
4 Pemulung
1 1 8 10 104 3 22
25
5 Pedagang
4 8 10 22 2217 28 27
6 Becak 3 7
10 1010 19
7Sopir
Angkutan
1 4 5 10 104 14 14
8 Wiraswasta
1 2 1 15 54 7 3 11
9 Bengkel
2 3 1 17 79 10 3 11
10Buruh Pabrik
4 610 1011 67
11 Lain-lain
8 3 1 12 1235 10 11 100
Jumlah 23 29 37 9 98
Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan
pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik
pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan
lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain
Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya
kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan
No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir
Tukang Bangunan
DagangLain-lain
jumlah
1 Tidak Bekerja 0 0
2 Buruh Pasar
1 1 2 26 0 0 0 7 0
3 Kuli Bangunan
5 5 414 1428 0 0 25 0 22
4 Pemulung
33 30 0 0 0 0 17
5 Pedagang
2 1 3 28 80 0 13 5 21 11
26
6 Becak
2 4 5 314 140 17 25 25 0 17
7 Sopir Angkutan
2 3 5 50 17 19 0 0 0
8 Wiraswasta
5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0
9 Bengkel
5 2 29 90 42 13 0 0 11
10 Buruh Pabrik
5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0
11 Lain-lain
2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22
Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100
Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak
berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu
namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang
dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam
memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal
tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah
pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau
bidang usaha yang lain
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
3Kuli
Bangunan
4 Pemulung
5 5 10 10 23 12
5 Pedagang
8 5 13 1350 12
27
6 Becak
4 8 12 12 18 19
7Sopir
Angkutan
5 5 5 12
8 Wiraswasta
8 6 14 14 36 14
9 Bengkel
5 6 11 11 23 14
10 Buruh Pabrik
77 7 41
11 Lain-lain
8 8 1026 2750 19 59
Jumlah 16 22 43 0 17 98 100
Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan
bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden
yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat
usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden
menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal
yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan
menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal
52 Kabupaten Sidoarjo
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
No Gaji amp Jenis Pekerjaan
lt 200000
200000 sd
400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1 Tidak Bekerja
2
2 2111
2 Buruh Pasar
6 4
10 11333 200
3 Kuli Banguan
1 8 1
10 1156 400 50
4 Pemulung
8 2
10 11444 100
5 Pedagang
1 2 7
10 1150 100 212
28
6 Becak
1 2
3 356 100
7 Sopir Angkutan
2 6 1
9 10100 300 30
8 Wiraswasta
1 2 7
10 1150 100 212
9 Bengkel
4 5
9 10200 152
10 Buruh Pabrik
5 5
10 11250 152
11 Lain-lain
8
8 9242
Jumlah 18 20 20 33 91 100
Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo
menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang
berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut
memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada
jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan
masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena
sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Wiraswasta BengkelMontir
SopirTukang
BangunanDagang
Lain-lain
jumlah
1Tidak
Bekerja
2 Buruh Pasar
5 6 718 1831 43 37
3 6 8 14 14
29
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
prasarana) yang merupakan acuan pengembangan desa Skenario ini disusun
berdasarkan potensi pengembangan Kota
4 Perumusan Model Penaggulangan Kemiskian
Rumusan model penaggulangan kemiskinan yang dimaksud berisi program-
program pengembangan sektor kota dan sistem prasarana dasar Program-
program ini dirumuskan dalam rangka mendukung pencapaian skenario-skenario
yang telah dirumuskan
5 Rekomendasi Pola Pelaksanaan Program-Program Pengentasan Kemiskinan
Program-program yang layak untuk diimplementasikan selanjutnya dikaji pola
pelaksanaannya Dalam hal ini pola pelaksanaan yang dimaksud
memperhitungkan seluruh pelaku pembangunan yaitu pemerintah swasta dan
masyarakat
2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penyusunan model penanggulangan masyarakat miskin di Kota Malang
akan melakukan survei di seluruh wilayah yang termasuk dalam wilayah admisnistratif Kota
Malang Pasuruan Sidoarjo
Analisis dan penyusunan model penaggulangan kemiskinan dilakukan secara
bertahap tahapan tersebut didasarkan pada aspek kegiatan yang diukur dan dianalisis
Penelitian ini akan dilakukan dua tahap dinama setiap tahap penelitian diperkirakan
akan menghabiskan waktu plusmn 11 bulan jadi secara keseluruhan penelitian akan
menghabiskan waktu plusmn 22 bulan
3 Definisi Operasional Variabel
Aspek yang digunakan untuk membanguan model penanggulangan
kemiskinan di Kota Malang ada tiga aspek yaitu 1) Struktural atau Kelembagaan 2)
Aspek Kultural dan 3) Aspek Spasial (wilayah)
1) Aspek Struktural
Dalam aspek ini akan dilihat sejauhmana keterpaduan program-program yang
telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dengan kapasitas
15
dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan
2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing
sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator
aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan
dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada
tabel berikut
Tabel 5
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa
Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan
2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)
- Gengsi sosialorang miskin
- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin
- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)
- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong
royong- Keperdulian
Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan
16
masyarakat sekitar terhadap orang miskin
2) Aspek Kultural
cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi
(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada
beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah
satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu
dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi
kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah
berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya
angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem
ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan
pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 6
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya
angka pengangguran
- Lama bekerja- Banyaknya pekerja
dalam satu rumah
Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah
2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan
- Ada tidaknya bonus
Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat
3 Sistem Ekonomi
- Tujuan bekerja- Langkah untuk
memenuhi kebutuhan
Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan
3) Aspek Spasial
Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu
mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)
Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator
17
mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural
atau kelembagaan sebanyak 6 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam
melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 7
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kondisi geografis(4 variabel)
- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan
Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin
2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)
- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana
pendidikan- Akses terahadap
fasilitas kesehatan- Akses terahadap
aktivitas produksi
Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan
4 Jenis Data
Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua
jenis yaitu data sekunder dan data primer
1 Data Sekunder
Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data
sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah
penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan
lain-lain
2 Data Primer
Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun
data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang
18
digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab
kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain
5 Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi
1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara
mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk
mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat
2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh
responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait
3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang
Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden
peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap
obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang
4 Pengumpulan Data Sekunder
Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-
catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud
adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota
(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai
dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang
diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006
5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)
Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan
dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk
mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting
penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris
desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang
Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain
meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan
di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan
kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti
19
dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang
optimal
Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir
Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk
mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada
upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan
masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini
6 Alat Analisis
Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data
kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial
(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi
dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi
silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami
Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan
menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)
Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana
ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk
1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun
melalui tampilan peta setiap desakelurahan
2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang
dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke
depan
Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan
metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai
Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja
pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-
dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat
kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan
Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara
menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian
Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap
sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota
Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan
20
penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)
dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan
publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan
kemiskinan
Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut
berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk
merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi
keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang
Bab 4 Hasil analisis
1 Gambaran geografis Jawa Timur
Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia
Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya
37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di
Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa
Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra
Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga
meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa
dan Samudera Hindia
Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki
signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap
Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi
Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi
Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan
berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan
sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi
Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah
21
dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan
sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa
Table 8
Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur
Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484
Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006
2 Gambaran geografis
a gambaran geografis kabupaten Pasuruan
Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan
jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki
wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus
Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa
Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul
Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo
dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2
b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo
Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat
Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa
Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah
1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru
22
1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong
1048707 Sebelah Timur Selat Madura
1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian
Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari
Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas
permukaan laut
c Gambaran geografis kabupaten malang
3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang
Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang
Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini
Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang
Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109
sumber BPS
Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten
provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang
bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau
mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah
keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di
kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak
diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin
di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi
308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan
23
kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan
Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi
404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang
4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan
malang
Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat
diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang
mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di
daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut
peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah
penduduknya
Tabel
Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten
Di Wilayah Provinsi Jawa Timur
KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin
2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900
24
kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi
kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di
kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada
pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki
jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi
karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur
sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas
perekonomian jawa timur
5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin
51 Kabupaten Pasuruan
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-
rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin
salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan
Tabel
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan
No
lt 200000200000
sd 400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1Tidak
Bekerja
2 2 29
2Buruh Pasar
3 3 6 613 10
3Kuli
Banguan
1 2 1 4 44 7 3
4 Pemulung
1 1 8 10 104 3 22
25
5 Pedagang
4 8 10 22 2217 28 27
6 Becak 3 7
10 1010 19
7Sopir
Angkutan
1 4 5 10 104 14 14
8 Wiraswasta
1 2 1 15 54 7 3 11
9 Bengkel
2 3 1 17 79 10 3 11
10Buruh Pabrik
4 610 1011 67
11 Lain-lain
8 3 1 12 1235 10 11 100
Jumlah 23 29 37 9 98
Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan
pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik
pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan
lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain
Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya
kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan
No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir
Tukang Bangunan
DagangLain-lain
jumlah
1 Tidak Bekerja 0 0
2 Buruh Pasar
1 1 2 26 0 0 0 7 0
3 Kuli Bangunan
5 5 414 1428 0 0 25 0 22
4 Pemulung
33 30 0 0 0 0 17
5 Pedagang
2 1 3 28 80 0 13 5 21 11
26
6 Becak
2 4 5 314 140 17 25 25 0 17
7 Sopir Angkutan
2 3 5 50 17 19 0 0 0
8 Wiraswasta
5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0
9 Bengkel
5 2 29 90 42 13 0 0 11
10 Buruh Pabrik
5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0
11 Lain-lain
2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22
Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100
Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak
berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu
namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang
dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam
memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal
tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah
pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau
bidang usaha yang lain
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
3Kuli
Bangunan
4 Pemulung
5 5 10 10 23 12
5 Pedagang
8 5 13 1350 12
27
6 Becak
4 8 12 12 18 19
7Sopir
Angkutan
5 5 5 12
8 Wiraswasta
8 6 14 14 36 14
9 Bengkel
5 6 11 11 23 14
10 Buruh Pabrik
77 7 41
11 Lain-lain
8 8 1026 2750 19 59
Jumlah 16 22 43 0 17 98 100
Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan
bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden
yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat
usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden
menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal
yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan
menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal
52 Kabupaten Sidoarjo
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
No Gaji amp Jenis Pekerjaan
lt 200000
200000 sd
400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1 Tidak Bekerja
2
2 2111
2 Buruh Pasar
6 4
10 11333 200
3 Kuli Banguan
1 8 1
10 1156 400 50
4 Pemulung
8 2
10 11444 100
5 Pedagang
1 2 7
10 1150 100 212
28
6 Becak
1 2
3 356 100
7 Sopir Angkutan
2 6 1
9 10100 300 30
8 Wiraswasta
1 2 7
10 1150 100 212
9 Bengkel
4 5
9 10200 152
10 Buruh Pabrik
5 5
10 11250 152
11 Lain-lain
8
8 9242
Jumlah 18 20 20 33 91 100
Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo
menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang
berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut
memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada
jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan
masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena
sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Wiraswasta BengkelMontir
SopirTukang
BangunanDagang
Lain-lain
jumlah
1Tidak
Bekerja
2 Buruh Pasar
5 6 718 1831 43 37
3 6 8 14 14
29
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
dan kebutuhan masyarakat miskin Aspek struktural atau kelembagaan
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator kebijakan pemerintah dan
2) Sub-indikator kapasitas sosial masyarakat (social capacity) Masing-masing
sub-indikator mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator
aspek struktural atau kelembagaan sebanyak 8 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek struktural atau kelembagaan
dalam melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada
tabel berikut
Tabel 5
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kebijakan Pemerintah (3 variabel)
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah pusat
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah propinsi
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasaldari pemerintah daerah kabupaten
- Program penanggulangan kemiskinan yang berasal dari perangkat desa
Mengukur seberapa besar keterlibatan pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan
2 Kapasitas sosial masyarakat(6 variabel)
- Gengsi sosialorang miskin
- Nilai adatbudaya dan agama terhadap orang miskin
- Rasionalitas penduduk miskin (semangat membebaskan diri dari kemiskinan)
- Budaya dan etos kerja- Semangat gotong
royong- Keperdulian
Mengukur seberapa besar social capital masyarakat miskin dalam keluar dari kemiskinan
16
masyarakat sekitar terhadap orang miskin
2) Aspek Kultural
cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi
(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada
beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah
satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu
dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi
kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah
berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya
angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem
ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan
pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 6
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya
angka pengangguran
- Lama bekerja- Banyaknya pekerja
dalam satu rumah
Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah
2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan
- Ada tidaknya bonus
Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat
3 Sistem Ekonomi
- Tujuan bekerja- Langkah untuk
memenuhi kebutuhan
Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan
3) Aspek Spasial
Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu
mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)
Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator
17
mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural
atau kelembagaan sebanyak 6 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam
melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 7
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kondisi geografis(4 variabel)
- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan
Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin
2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)
- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana
pendidikan- Akses terahadap
fasilitas kesehatan- Akses terahadap
aktivitas produksi
Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan
4 Jenis Data
Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua
jenis yaitu data sekunder dan data primer
1 Data Sekunder
Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data
sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah
penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan
lain-lain
2 Data Primer
Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun
data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang
18
digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab
kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain
5 Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi
1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara
mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk
mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat
2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh
responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait
3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang
Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden
peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap
obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang
4 Pengumpulan Data Sekunder
Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-
catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud
adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota
(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai
dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang
diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006
5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)
Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan
dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk
mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting
penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris
desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang
Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain
meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan
di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan
kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti
19
dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang
optimal
Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir
Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk
mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada
upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan
masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini
6 Alat Analisis
Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data
kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial
(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi
dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi
silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami
Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan
menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)
Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana
ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk
1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun
melalui tampilan peta setiap desakelurahan
2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang
dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke
depan
Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan
metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai
Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja
pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-
dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat
kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan
Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara
menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian
Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap
sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota
Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan
20
penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)
dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan
publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan
kemiskinan
Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut
berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk
merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi
keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang
Bab 4 Hasil analisis
1 Gambaran geografis Jawa Timur
Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia
Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya
37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di
Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa
Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra
Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga
meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa
dan Samudera Hindia
Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki
signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap
Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi
Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi
Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan
berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan
sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi
Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah
21
dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan
sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa
Table 8
Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur
Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484
Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006
2 Gambaran geografis
a gambaran geografis kabupaten Pasuruan
Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan
jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki
wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus
Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa
Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul
Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo
dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2
b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo
Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat
Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa
Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah
1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru
22
1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong
1048707 Sebelah Timur Selat Madura
1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian
Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari
Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas
permukaan laut
c Gambaran geografis kabupaten malang
3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang
Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang
Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini
Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang
Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109
sumber BPS
Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten
provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang
bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau
mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah
keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di
kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak
diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin
di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi
308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan
23
kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan
Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi
404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang
4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan
malang
Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat
diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang
mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di
daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut
peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah
penduduknya
Tabel
Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten
Di Wilayah Provinsi Jawa Timur
KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin
2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900
24
kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi
kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di
kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada
pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki
jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi
karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur
sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas
perekonomian jawa timur
5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin
51 Kabupaten Pasuruan
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-
rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin
salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan
Tabel
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan
No
lt 200000200000
sd 400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1Tidak
Bekerja
2 2 29
2Buruh Pasar
3 3 6 613 10
3Kuli
Banguan
1 2 1 4 44 7 3
4 Pemulung
1 1 8 10 104 3 22
25
5 Pedagang
4 8 10 22 2217 28 27
6 Becak 3 7
10 1010 19
7Sopir
Angkutan
1 4 5 10 104 14 14
8 Wiraswasta
1 2 1 15 54 7 3 11
9 Bengkel
2 3 1 17 79 10 3 11
10Buruh Pabrik
4 610 1011 67
11 Lain-lain
8 3 1 12 1235 10 11 100
Jumlah 23 29 37 9 98
Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan
pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik
pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan
lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain
Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya
kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan
No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir
Tukang Bangunan
DagangLain-lain
jumlah
1 Tidak Bekerja 0 0
2 Buruh Pasar
1 1 2 26 0 0 0 7 0
3 Kuli Bangunan
5 5 414 1428 0 0 25 0 22
4 Pemulung
33 30 0 0 0 0 17
5 Pedagang
2 1 3 28 80 0 13 5 21 11
26
6 Becak
2 4 5 314 140 17 25 25 0 17
7 Sopir Angkutan
2 3 5 50 17 19 0 0 0
8 Wiraswasta
5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0
9 Bengkel
5 2 29 90 42 13 0 0 11
10 Buruh Pabrik
5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0
11 Lain-lain
2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22
Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100
Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak
berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu
namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang
dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam
memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal
tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah
pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau
bidang usaha yang lain
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
3Kuli
Bangunan
4 Pemulung
5 5 10 10 23 12
5 Pedagang
8 5 13 1350 12
27
6 Becak
4 8 12 12 18 19
7Sopir
Angkutan
5 5 5 12
8 Wiraswasta
8 6 14 14 36 14
9 Bengkel
5 6 11 11 23 14
10 Buruh Pabrik
77 7 41
11 Lain-lain
8 8 1026 2750 19 59
Jumlah 16 22 43 0 17 98 100
Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan
bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden
yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat
usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden
menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal
yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan
menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal
52 Kabupaten Sidoarjo
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
No Gaji amp Jenis Pekerjaan
lt 200000
200000 sd
400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1 Tidak Bekerja
2
2 2111
2 Buruh Pasar
6 4
10 11333 200
3 Kuli Banguan
1 8 1
10 1156 400 50
4 Pemulung
8 2
10 11444 100
5 Pedagang
1 2 7
10 1150 100 212
28
6 Becak
1 2
3 356 100
7 Sopir Angkutan
2 6 1
9 10100 300 30
8 Wiraswasta
1 2 7
10 1150 100 212
9 Bengkel
4 5
9 10200 152
10 Buruh Pabrik
5 5
10 11250 152
11 Lain-lain
8
8 9242
Jumlah 18 20 20 33 91 100
Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo
menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang
berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut
memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada
jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan
masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena
sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Wiraswasta BengkelMontir
SopirTukang
BangunanDagang
Lain-lain
jumlah
1Tidak
Bekerja
2 Buruh Pasar
5 6 718 1831 43 37
3 6 8 14 14
29
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
masyarakat sekitar terhadap orang miskin
2) Aspek Kultural
cultural poverty adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan ekonomi
(economic depretiation) yang berlangsung lama Berdasarkan penelitian pada
beberapa kebudaya kelompok etnik ditemukan bahwa kemiskinan adalah salah
satu sub-kultur masyarakat yang mempunyai kesamaan ciri antar etnik satu
dengan etnik yang lain Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar potensi
kemiskinan yang tercipta akibat dari kultur atau kebudayaan yang sudah
berlangsung di suatu wilayah Aspek kultural ini akan mencakup 1) tingginya
angka pengangguran 2) tingkat upahtinggi rendahnya gaji dan 3) sistem
ekonomi yang terlalu berorientasi pada mencari keuntungan
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek ekonomi dalam melakukan
pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 6
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Struktural
No Sub Indikator Variabel Diskripsi1 Tingginya
angka pengangguran
- Lama bekerja- Banyaknya pekerja
dalam satu rumah
Mengukur seberapa besar tingkat pengangguran di suatu wilayah
2 Tingkat Upah - Besarnya gaji perbulan
- Ada tidaknya bonus
Mengukur seberapa besar kenaikan upah yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat
3 Sistem Ekonomi
- Tujuan bekerja- Langkah untuk
memenuhi kebutuhan
Mengukur sebesarapa penting antara kebutuhan dan penimbunan kekayaan
3) Aspek Spasial
Dalam aspek ini akan dilihat seberapa besar konsisi wilayah (space) mampu
mendorong proses penanggulanagan kemiskinan Aspek spasial atau wilayah
mempunyai dua sub-indikator yaitu 1) Sub-indikator Kondisi geografis dan 2)
Sub-indikator Aksesibilitas sarana dan prasarana Masing-masing sub-indikator
17
mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural
atau kelembagaan sebanyak 6 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam
melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 7
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kondisi geografis(4 variabel)
- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan
Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin
2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)
- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana
pendidikan- Akses terahadap
fasilitas kesehatan- Akses terahadap
aktivitas produksi
Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan
4 Jenis Data
Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua
jenis yaitu data sekunder dan data primer
1 Data Sekunder
Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data
sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah
penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan
lain-lain
2 Data Primer
Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun
data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang
18
digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab
kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain
5 Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi
1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara
mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk
mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat
2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh
responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait
3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang
Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden
peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap
obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang
4 Pengumpulan Data Sekunder
Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-
catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud
adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota
(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai
dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang
diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006
5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)
Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan
dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk
mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting
penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris
desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang
Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain
meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan
di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan
kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti
19
dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang
optimal
Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir
Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk
mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada
upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan
masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini
6 Alat Analisis
Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data
kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial
(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi
dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi
silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami
Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan
menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)
Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana
ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk
1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun
melalui tampilan peta setiap desakelurahan
2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang
dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke
depan
Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan
metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai
Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja
pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-
dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat
kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan
Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara
menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian
Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap
sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota
Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan
20
penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)
dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan
publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan
kemiskinan
Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut
berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk
merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi
keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang
Bab 4 Hasil analisis
1 Gambaran geografis Jawa Timur
Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia
Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya
37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di
Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa
Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra
Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga
meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa
dan Samudera Hindia
Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki
signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap
Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi
Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi
Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan
berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan
sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi
Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah
21
dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan
sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa
Table 8
Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur
Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484
Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006
2 Gambaran geografis
a gambaran geografis kabupaten Pasuruan
Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan
jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki
wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus
Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa
Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul
Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo
dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2
b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo
Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat
Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa
Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah
1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru
22
1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong
1048707 Sebelah Timur Selat Madura
1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian
Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari
Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas
permukaan laut
c Gambaran geografis kabupaten malang
3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang
Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang
Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini
Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang
Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109
sumber BPS
Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten
provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang
bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau
mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah
keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di
kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak
diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin
di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi
308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan
23
kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan
Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi
404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang
4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan
malang
Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat
diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang
mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di
daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut
peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah
penduduknya
Tabel
Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten
Di Wilayah Provinsi Jawa Timur
KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin
2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900
24
kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi
kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di
kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada
pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki
jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi
karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur
sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas
perekonomian jawa timur
5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin
51 Kabupaten Pasuruan
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-
rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin
salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan
Tabel
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan
No
lt 200000200000
sd 400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1Tidak
Bekerja
2 2 29
2Buruh Pasar
3 3 6 613 10
3Kuli
Banguan
1 2 1 4 44 7 3
4 Pemulung
1 1 8 10 104 3 22
25
5 Pedagang
4 8 10 22 2217 28 27
6 Becak 3 7
10 1010 19
7Sopir
Angkutan
1 4 5 10 104 14 14
8 Wiraswasta
1 2 1 15 54 7 3 11
9 Bengkel
2 3 1 17 79 10 3 11
10Buruh Pabrik
4 610 1011 67
11 Lain-lain
8 3 1 12 1235 10 11 100
Jumlah 23 29 37 9 98
Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan
pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik
pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan
lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain
Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya
kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan
No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir
Tukang Bangunan
DagangLain-lain
jumlah
1 Tidak Bekerja 0 0
2 Buruh Pasar
1 1 2 26 0 0 0 7 0
3 Kuli Bangunan
5 5 414 1428 0 0 25 0 22
4 Pemulung
33 30 0 0 0 0 17
5 Pedagang
2 1 3 28 80 0 13 5 21 11
26
6 Becak
2 4 5 314 140 17 25 25 0 17
7 Sopir Angkutan
2 3 5 50 17 19 0 0 0
8 Wiraswasta
5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0
9 Bengkel
5 2 29 90 42 13 0 0 11
10 Buruh Pabrik
5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0
11 Lain-lain
2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22
Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100
Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak
berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu
namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang
dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam
memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal
tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah
pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau
bidang usaha yang lain
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
3Kuli
Bangunan
4 Pemulung
5 5 10 10 23 12
5 Pedagang
8 5 13 1350 12
27
6 Becak
4 8 12 12 18 19
7Sopir
Angkutan
5 5 5 12
8 Wiraswasta
8 6 14 14 36 14
9 Bengkel
5 6 11 11 23 14
10 Buruh Pabrik
77 7 41
11 Lain-lain
8 8 1026 2750 19 59
Jumlah 16 22 43 0 17 98 100
Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan
bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden
yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat
usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden
menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal
yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan
menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal
52 Kabupaten Sidoarjo
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
No Gaji amp Jenis Pekerjaan
lt 200000
200000 sd
400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1 Tidak Bekerja
2
2 2111
2 Buruh Pasar
6 4
10 11333 200
3 Kuli Banguan
1 8 1
10 1156 400 50
4 Pemulung
8 2
10 11444 100
5 Pedagang
1 2 7
10 1150 100 212
28
6 Becak
1 2
3 356 100
7 Sopir Angkutan
2 6 1
9 10100 300 30
8 Wiraswasta
1 2 7
10 1150 100 212
9 Bengkel
4 5
9 10200 152
10 Buruh Pabrik
5 5
10 11250 152
11 Lain-lain
8
8 9242
Jumlah 18 20 20 33 91 100
Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo
menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang
berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut
memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada
jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan
masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena
sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Wiraswasta BengkelMontir
SopirTukang
BangunanDagang
Lain-lain
jumlah
1Tidak
Bekerja
2 Buruh Pasar
5 6 718 1831 43 37
3 6 8 14 14
29
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
mempunyai variabel total variabel untuk mengukur indikator aspek struktural
atau kelembagaan sebanyak 6 variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam aspek spasial atau wilayah dalam
melakukan pengukuran terhadap desakelurahan dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 7
Jumlah Sub Indikator dan Variabel Dari Aspek Spasial
No Sub Indikator
Variabel Diskripsi
1 Kondisi geografis(4 variabel)
- Letak geografis- Topografi- Kondisi jalan- Kondisi jembatan
Mengukur sejauhmana kondisi geografis mampu bermanfaat untuk pemberdayaan masyarkat miskin
2 Aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana(5 variabel)
- Akses terhadap pasar- Akses terhadap sarana
pendidikan- Akses terahadap
fasilitas kesehatan- Akses terahadap
aktivitas produksi
Mengukur tingkat kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana pokok untuk penanggulangan kemiskinan
4 Jenis Data
Dilihat dari sumbernya data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua
jenis yaitu data sekunder dan data primer
1 Data Sekunder
Data ini merupakan data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain Adapun data
sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti Jumlah
penduduk luas desa topografi desa monografi desa letak geografi desa dan
lain-lain
2 Data Primer
Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian Adapun
data primer yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya seperti data yang
18
digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab
kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain
5 Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi
1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara
mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk
mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat
2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh
responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait
3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang
Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden
peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap
obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang
4 Pengumpulan Data Sekunder
Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-
catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud
adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota
(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai
dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang
diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006
5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)
Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan
dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk
mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting
penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris
desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang
Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain
meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan
di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan
kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti
19
dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang
optimal
Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir
Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk
mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada
upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan
masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini
6 Alat Analisis
Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data
kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial
(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi
dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi
silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami
Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan
menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)
Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana
ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk
1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun
melalui tampilan peta setiap desakelurahan
2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang
dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke
depan
Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan
metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai
Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja
pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-
dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat
kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan
Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara
menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian
Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap
sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota
Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan
20
penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)
dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan
publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan
kemiskinan
Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut
berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk
merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi
keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang
Bab 4 Hasil analisis
1 Gambaran geografis Jawa Timur
Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia
Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya
37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di
Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa
Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra
Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga
meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa
dan Samudera Hindia
Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki
signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap
Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi
Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi
Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan
berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan
sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi
Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah
21
dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan
sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa
Table 8
Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur
Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484
Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006
2 Gambaran geografis
a gambaran geografis kabupaten Pasuruan
Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan
jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki
wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus
Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa
Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul
Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo
dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2
b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo
Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat
Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa
Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah
1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru
22
1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong
1048707 Sebelah Timur Selat Madura
1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian
Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari
Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas
permukaan laut
c Gambaran geografis kabupaten malang
3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang
Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang
Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini
Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang
Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109
sumber BPS
Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten
provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang
bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau
mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah
keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di
kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak
diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin
di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi
308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan
23
kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan
Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi
404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang
4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan
malang
Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat
diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang
mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di
daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut
peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah
penduduknya
Tabel
Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten
Di Wilayah Provinsi Jawa Timur
KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin
2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900
24
kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi
kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di
kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada
pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki
jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi
karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur
sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas
perekonomian jawa timur
5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin
51 Kabupaten Pasuruan
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-
rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin
salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan
Tabel
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan
No
lt 200000200000
sd 400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1Tidak
Bekerja
2 2 29
2Buruh Pasar
3 3 6 613 10
3Kuli
Banguan
1 2 1 4 44 7 3
4 Pemulung
1 1 8 10 104 3 22
25
5 Pedagang
4 8 10 22 2217 28 27
6 Becak 3 7
10 1010 19
7Sopir
Angkutan
1 4 5 10 104 14 14
8 Wiraswasta
1 2 1 15 54 7 3 11
9 Bengkel
2 3 1 17 79 10 3 11
10Buruh Pabrik
4 610 1011 67
11 Lain-lain
8 3 1 12 1235 10 11 100
Jumlah 23 29 37 9 98
Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan
pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik
pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan
lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain
Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya
kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan
No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir
Tukang Bangunan
DagangLain-lain
jumlah
1 Tidak Bekerja 0 0
2 Buruh Pasar
1 1 2 26 0 0 0 7 0
3 Kuli Bangunan
5 5 414 1428 0 0 25 0 22
4 Pemulung
33 30 0 0 0 0 17
5 Pedagang
2 1 3 28 80 0 13 5 21 11
26
6 Becak
2 4 5 314 140 17 25 25 0 17
7 Sopir Angkutan
2 3 5 50 17 19 0 0 0
8 Wiraswasta
5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0
9 Bengkel
5 2 29 90 42 13 0 0 11
10 Buruh Pabrik
5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0
11 Lain-lain
2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22
Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100
Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak
berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu
namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang
dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam
memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal
tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah
pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau
bidang usaha yang lain
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
3Kuli
Bangunan
4 Pemulung
5 5 10 10 23 12
5 Pedagang
8 5 13 1350 12
27
6 Becak
4 8 12 12 18 19
7Sopir
Angkutan
5 5 5 12
8 Wiraswasta
8 6 14 14 36 14
9 Bengkel
5 6 11 11 23 14
10 Buruh Pabrik
77 7 41
11 Lain-lain
8 8 1026 2750 19 59
Jumlah 16 22 43 0 17 98 100
Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan
bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden
yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat
usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden
menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal
yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan
menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal
52 Kabupaten Sidoarjo
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
No Gaji amp Jenis Pekerjaan
lt 200000
200000 sd
400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1 Tidak Bekerja
2
2 2111
2 Buruh Pasar
6 4
10 11333 200
3 Kuli Banguan
1 8 1
10 1156 400 50
4 Pemulung
8 2
10 11444 100
5 Pedagang
1 2 7
10 1150 100 212
28
6 Becak
1 2
3 356 100
7 Sopir Angkutan
2 6 1
9 10100 300 30
8 Wiraswasta
1 2 7
10 1150 100 212
9 Bengkel
4 5
9 10200 152
10 Buruh Pabrik
5 5
10 11250 152
11 Lain-lain
8
8 9242
Jumlah 18 20 20 33 91 100
Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo
menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang
berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut
memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada
jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan
masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena
sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Wiraswasta BengkelMontir
SopirTukang
BangunanDagang
Lain-lain
jumlah
1Tidak
Bekerja
2 Buruh Pasar
5 6 718 1831 43 37
3 6 8 14 14
29
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
digunakan untuk mengukur indikator kelembagaan indikator tipologipenyebab
kemisikinan indikator sumberdaya dan potensi ekonomi dan lain-lain
5 Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) meliputi
1 Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan wawancara secara
mendalam dengan key-person (formal dan informal leaders) untuk
mengidentifikasi kebutuhan (needs) masyarakat
2 Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data sekunder yang dimiliki oleh
responden lembaga ekonomi dan sosial maupun instansi teknis terkait
3 Observasi ( pengamatan) dan survei lapang
Dalam hal meyakinkan data dan informasi yang diperoleh dari responden
peneliti mengadakan pengamatan dan survei lapang secara langsung terhadap
obyek yang diamati mendengar serta mencatat hasil temuan lapang
4 Pengumpulan Data Sekunder
Selain dukungan data primer yang menjadi sumber data utama penelitian ini juga
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta catatan-
catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Dokumen yang dimaksud
adalah jumlah keluarga miskin yang diperoleh dari Badan Perencanaan Kota
(Bapekot) Malang Catatan Sipil Kota malang (data Penduduk Kota malang sampai
dengan bulan Februari 2006) dan statistik kecamatan dari tiga kecamatan yang
diterbitkan oleh Kantor Statistik Kota Malang 2006
5 Focus Group Discussion (Diskusi Kelompok)
Peneliti melaksanakan diskusi dengan obyek penelitian ketika peneltian lapang akan
dilakukan Kegiatan ini pertama dilakukan adalah dimaksudkan untuk
mensosialisasikan pelaksanaan pengumpulan data (sebagai kegiatan penting
penelitian ini) kepada para sekretaris kecamatan dan seluruh sekretaris
desakelurahan yang diperkirakan menjadi sasaran dari kegiatan penelitian lapang
Berbagai informasi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain
meliputi pentingnya dilaksanakan kegiatan inventarisasi dan pemetaan kemiskinan
di Kabupaten Sumenep proses pengumpulan data dan hasil akhir yang dihasilkan
kegiatan ini Melalui kegiatan ini dicapai jalinan suatu kebersamaan antara peneliti
19
dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang
optimal
Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir
Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk
mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada
upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan
masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini
6 Alat Analisis
Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data
kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial
(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi
dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi
silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami
Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan
menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)
Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana
ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk
1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun
melalui tampilan peta setiap desakelurahan
2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang
dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke
depan
Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan
metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai
Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja
pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-
dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat
kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan
Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara
menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian
Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap
sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota
Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan
20
penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)
dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan
publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan
kemiskinan
Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut
berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk
merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi
keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang
Bab 4 Hasil analisis
1 Gambaran geografis Jawa Timur
Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia
Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya
37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di
Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa
Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra
Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga
meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa
dan Samudera Hindia
Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki
signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap
Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi
Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi
Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan
berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan
sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi
Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah
21
dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan
sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa
Table 8
Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur
Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484
Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006
2 Gambaran geografis
a gambaran geografis kabupaten Pasuruan
Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan
jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki
wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus
Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa
Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul
Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo
dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2
b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo
Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat
Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa
Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah
1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru
22
1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong
1048707 Sebelah Timur Selat Madura
1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian
Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari
Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas
permukaan laut
c Gambaran geografis kabupaten malang
3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang
Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang
Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini
Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang
Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109
sumber BPS
Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten
provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang
bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau
mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah
keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di
kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak
diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin
di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi
308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan
23
kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan
Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi
404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang
4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan
malang
Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat
diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang
mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di
daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut
peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah
penduduknya
Tabel
Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten
Di Wilayah Provinsi Jawa Timur
KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin
2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900
24
kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi
kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di
kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada
pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki
jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi
karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur
sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas
perekonomian jawa timur
5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin
51 Kabupaten Pasuruan
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-
rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin
salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan
Tabel
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan
No
lt 200000200000
sd 400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1Tidak
Bekerja
2 2 29
2Buruh Pasar
3 3 6 613 10
3Kuli
Banguan
1 2 1 4 44 7 3
4 Pemulung
1 1 8 10 104 3 22
25
5 Pedagang
4 8 10 22 2217 28 27
6 Becak 3 7
10 1010 19
7Sopir
Angkutan
1 4 5 10 104 14 14
8 Wiraswasta
1 2 1 15 54 7 3 11
9 Bengkel
2 3 1 17 79 10 3 11
10Buruh Pabrik
4 610 1011 67
11 Lain-lain
8 3 1 12 1235 10 11 100
Jumlah 23 29 37 9 98
Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan
pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik
pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan
lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain
Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya
kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan
No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir
Tukang Bangunan
DagangLain-lain
jumlah
1 Tidak Bekerja 0 0
2 Buruh Pasar
1 1 2 26 0 0 0 7 0
3 Kuli Bangunan
5 5 414 1428 0 0 25 0 22
4 Pemulung
33 30 0 0 0 0 17
5 Pedagang
2 1 3 28 80 0 13 5 21 11
26
6 Becak
2 4 5 314 140 17 25 25 0 17
7 Sopir Angkutan
2 3 5 50 17 19 0 0 0
8 Wiraswasta
5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0
9 Bengkel
5 2 29 90 42 13 0 0 11
10 Buruh Pabrik
5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0
11 Lain-lain
2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22
Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100
Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak
berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu
namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang
dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam
memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal
tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah
pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau
bidang usaha yang lain
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
3Kuli
Bangunan
4 Pemulung
5 5 10 10 23 12
5 Pedagang
8 5 13 1350 12
27
6 Becak
4 8 12 12 18 19
7Sopir
Angkutan
5 5 5 12
8 Wiraswasta
8 6 14 14 36 14
9 Bengkel
5 6 11 11 23 14
10 Buruh Pabrik
77 7 41
11 Lain-lain
8 8 1026 2750 19 59
Jumlah 16 22 43 0 17 98 100
Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan
bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden
yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat
usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden
menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal
yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan
menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal
52 Kabupaten Sidoarjo
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
No Gaji amp Jenis Pekerjaan
lt 200000
200000 sd
400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1 Tidak Bekerja
2
2 2111
2 Buruh Pasar
6 4
10 11333 200
3 Kuli Banguan
1 8 1
10 1156 400 50
4 Pemulung
8 2
10 11444 100
5 Pedagang
1 2 7
10 1150 100 212
28
6 Becak
1 2
3 356 100
7 Sopir Angkutan
2 6 1
9 10100 300 30
8 Wiraswasta
1 2 7
10 1150 100 212
9 Bengkel
4 5
9 10200 152
10 Buruh Pabrik
5 5
10 11250 152
11 Lain-lain
8
8 9242
Jumlah 18 20 20 33 91 100
Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo
menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang
berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut
memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada
jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan
masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena
sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Wiraswasta BengkelMontir
SopirTukang
BangunanDagang
Lain-lain
jumlah
1Tidak
Bekerja
2 Buruh Pasar
5 6 718 1831 43 37
3 6 8 14 14
29
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
dengan calon responden (subyek yang diteliti) sehingga dapat diperoleh data yang
optimal
Diskusi kelompok kedua dilakukan pada saat menjelang kegiatan ini berakhir
Diskusi ini dilakukan dengan stakeholders tingkat kota dimaksudkan untuk
mengoptimalkan hasil temuan lapangan Dikusi kelompok ini diarahkan kepada
upaya-upaya mengklarifikasi hasil temuan lapangan mendapatkan koreksi dan
masukan serta kesepakatan tentang hasil akhir kegiatan ini
6 Alat Analisis
Analisis dilakukan dengan memadukan pendekatan struktural (data
kuantitatif dan kualitatif) ekonomi (potensi sumberdaya pemabngunan) dan spasial
(pemetaan) Maksudnya bahwa dari himpunan data yang telah dikompilasi
dilakukan analisis statistik sederhana dengan lebih banyak menggunakan tabulasi
silang dan perhitungan-perhitungan statistik yang secara mudah dapat dipahami
Himpunan data tersebut selanjutnya diinterpretasikan dan dirancang dengan
menempatkan hasil analisis tersebut ke dalam peta (pendekatan spasial)
Pemetaan tersebut dimaksudkan untuk menentukan tata letak potensi sarana
ekonomi yang dimaksud oleh penelitian ini paling tidak untuk
1) memahami keberadaan keluarga miskin baik melalui data struktural maupun
melalui tampilan peta setiap desakelurahan
2) memahami secara terintegrasi keberadaan masyarakat miskin di Kota malang
dalam perspektif kepentingan ekonomi dan pembangunan Kota Malang ke
depan
Selain menggunakan pendekatan di atas penelitian ini juga menggunakan
metode Performance-Importance Analysis dalam menjawab tujuan yang akan dicapai
Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan (gap) antara atribut kinerja
pelayanan publik (performance) yang telah dilakukan oleh pemerintah melalui dinas-
dinas terkait penanggulangan kemiskinan di Kota Malang dengan persepsi tingkat
kepentingan (importance) akan atribut-atribut yang dibutuhkan
Pengukuran tingkat kepentingan dan performance dilakukan dengan cara
menyebarkan kuesioner bagi masyarakat miskin yang menjadi obyek penelitian
Responden akan diminta untuk memberikan penilian atau persepsi mereka terhadap
sejauh mana layanan yang telah diberikan pemerintah melalui dinas-dinas terkait di Kota
Malang (performance) terhadap penanggulangan kemiskinan Dengan memberikan
20
penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)
dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan
publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan
kemiskinan
Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut
berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk
merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi
keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang
Bab 4 Hasil analisis
1 Gambaran geografis Jawa Timur
Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia
Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya
37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di
Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa
Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra
Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga
meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa
dan Samudera Hindia
Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki
signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap
Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi
Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi
Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan
berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan
sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi
Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah
21
dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan
sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa
Table 8
Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur
Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484
Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006
2 Gambaran geografis
a gambaran geografis kabupaten Pasuruan
Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan
jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki
wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus
Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa
Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul
Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo
dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2
b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo
Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat
Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa
Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah
1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru
22
1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong
1048707 Sebelah Timur Selat Madura
1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian
Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari
Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas
permukaan laut
c Gambaran geografis kabupaten malang
3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang
Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang
Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini
Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang
Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109
sumber BPS
Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten
provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang
bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau
mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah
keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di
kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak
diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin
di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi
308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan
23
kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan
Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi
404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang
4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan
malang
Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat
diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang
mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di
daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut
peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah
penduduknya
Tabel
Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten
Di Wilayah Provinsi Jawa Timur
KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin
2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900
24
kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi
kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di
kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada
pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki
jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi
karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur
sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas
perekonomian jawa timur
5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin
51 Kabupaten Pasuruan
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-
rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin
salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan
Tabel
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan
No
lt 200000200000
sd 400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1Tidak
Bekerja
2 2 29
2Buruh Pasar
3 3 6 613 10
3Kuli
Banguan
1 2 1 4 44 7 3
4 Pemulung
1 1 8 10 104 3 22
25
5 Pedagang
4 8 10 22 2217 28 27
6 Becak 3 7
10 1010 19
7Sopir
Angkutan
1 4 5 10 104 14 14
8 Wiraswasta
1 2 1 15 54 7 3 11
9 Bengkel
2 3 1 17 79 10 3 11
10Buruh Pabrik
4 610 1011 67
11 Lain-lain
8 3 1 12 1235 10 11 100
Jumlah 23 29 37 9 98
Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan
pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik
pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan
lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain
Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya
kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan
No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir
Tukang Bangunan
DagangLain-lain
jumlah
1 Tidak Bekerja 0 0
2 Buruh Pasar
1 1 2 26 0 0 0 7 0
3 Kuli Bangunan
5 5 414 1428 0 0 25 0 22
4 Pemulung
33 30 0 0 0 0 17
5 Pedagang
2 1 3 28 80 0 13 5 21 11
26
6 Becak
2 4 5 314 140 17 25 25 0 17
7 Sopir Angkutan
2 3 5 50 17 19 0 0 0
8 Wiraswasta
5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0
9 Bengkel
5 2 29 90 42 13 0 0 11
10 Buruh Pabrik
5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0
11 Lain-lain
2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22
Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100
Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak
berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu
namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang
dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam
memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal
tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah
pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau
bidang usaha yang lain
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
3Kuli
Bangunan
4 Pemulung
5 5 10 10 23 12
5 Pedagang
8 5 13 1350 12
27
6 Becak
4 8 12 12 18 19
7Sopir
Angkutan
5 5 5 12
8 Wiraswasta
8 6 14 14 36 14
9 Bengkel
5 6 11 11 23 14
10 Buruh Pabrik
77 7 41
11 Lain-lain
8 8 1026 2750 19 59
Jumlah 16 22 43 0 17 98 100
Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan
bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden
yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat
usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden
menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal
yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan
menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal
52 Kabupaten Sidoarjo
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
No Gaji amp Jenis Pekerjaan
lt 200000
200000 sd
400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1 Tidak Bekerja
2
2 2111
2 Buruh Pasar
6 4
10 11333 200
3 Kuli Banguan
1 8 1
10 1156 400 50
4 Pemulung
8 2
10 11444 100
5 Pedagang
1 2 7
10 1150 100 212
28
6 Becak
1 2
3 356 100
7 Sopir Angkutan
2 6 1
9 10100 300 30
8 Wiraswasta
1 2 7
10 1150 100 212
9 Bengkel
4 5
9 10200 152
10 Buruh Pabrik
5 5
10 11250 152
11 Lain-lain
8
8 9242
Jumlah 18 20 20 33 91 100
Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo
menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang
berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut
memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada
jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan
masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena
sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Wiraswasta BengkelMontir
SopirTukang
BangunanDagang
Lain-lain
jumlah
1Tidak
Bekerja
2 Buruh Pasar
5 6 718 1831 43 37
3 6 8 14 14
29
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
penilaian atas atribut yang mereka anggap paling dibutuhkan saat ini (importance)
dengan asumsi bahwa obyek penelitian mengerti sejauh mana kinerja atribut pelayanan
publik yang telah dilakukan dinas-dinas terkait dan berkompeten dalam penanggulangan
kemiskinan
Dari analisis Kuadran akan diketahui pada kuadran manakah suatu atribut
berada sehingga nantinya dapat digunakan sebagai instrumen untuk
merekomendasikan tindakan atau kebijakan yang seharusnya dilakukan bagi
keberhasilan penanggulangan kemiskinan di Kota Malang
Bab 4 Hasil analisis
1 Gambaran geografis Jawa Timur
Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa Indonesia
Ibukotanya adalah Surabaya Luas wilayahnya 47922 kmsup2 dan jumlah penduduknya
37070731 jiwa (2005) Jawa Timur merupakan provinsi terluas diantara 6 provinsi di
Pulau Jawa dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa
Barat Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara Selat Bali di timur Samudra
Hindia di selatan serta Provinsi Jawa Tengah di barat Wilayah Jawa Timur juga
meliputi Pulau Madura Pulau Bawean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa
dan Samudera Hindia
Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia dan memiliki
signifikansi perekonomian yang cukup tinggi yakni berkontribusi 1485 terhadap
Produk Domestik Bruto nasional Pembagian wilayah administrasi Pemerintah Propinsi
Jawa Timur pada tahun 2003 sd tahun 2007 terbagi dalam 4 (empat) Badan Koordinasi
Wilayah Pembantu Gubernur 29 Kabupaten dan 9 Kota serta jumlah kecamatan
berjumlah 642 kecamatan Perwakilan kecamatan sejak tahun 2003 telah ditiadakan
sebelumnya berjumlah 114 dan Kota Administratif Batu sejak tahun 2003 telah menjadi
Kotasedang Kota Administratif Jember berdasarkan peraturan perundangan telah
21
dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan
sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa
Table 8
Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur
Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484
Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006
2 Gambaran geografis
a gambaran geografis kabupaten Pasuruan
Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan
jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki
wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus
Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa
Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul
Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo
dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2
b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo
Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat
Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa
Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah
1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru
22
1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong
1048707 Sebelah Timur Selat Madura
1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian
Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari
Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas
permukaan laut
c Gambaran geografis kabupaten malang
3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang
Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang
Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini
Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang
Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109
sumber BPS
Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten
provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang
bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau
mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah
keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di
kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak
diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin
di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi
308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan
23
kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan
Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi
404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang
4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan
malang
Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat
diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang
mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di
daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut
peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah
penduduknya
Tabel
Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten
Di Wilayah Provinsi Jawa Timur
KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin
2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900
24
kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi
kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di
kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada
pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki
jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi
karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur
sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas
perekonomian jawa timur
5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin
51 Kabupaten Pasuruan
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-
rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin
salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan
Tabel
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan
No
lt 200000200000
sd 400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1Tidak
Bekerja
2 2 29
2Buruh Pasar
3 3 6 613 10
3Kuli
Banguan
1 2 1 4 44 7 3
4 Pemulung
1 1 8 10 104 3 22
25
5 Pedagang
4 8 10 22 2217 28 27
6 Becak 3 7
10 1010 19
7Sopir
Angkutan
1 4 5 10 104 14 14
8 Wiraswasta
1 2 1 15 54 7 3 11
9 Bengkel
2 3 1 17 79 10 3 11
10Buruh Pabrik
4 610 1011 67
11 Lain-lain
8 3 1 12 1235 10 11 100
Jumlah 23 29 37 9 98
Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan
pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik
pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan
lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain
Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya
kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan
No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir
Tukang Bangunan
DagangLain-lain
jumlah
1 Tidak Bekerja 0 0
2 Buruh Pasar
1 1 2 26 0 0 0 7 0
3 Kuli Bangunan
5 5 414 1428 0 0 25 0 22
4 Pemulung
33 30 0 0 0 0 17
5 Pedagang
2 1 3 28 80 0 13 5 21 11
26
6 Becak
2 4 5 314 140 17 25 25 0 17
7 Sopir Angkutan
2 3 5 50 17 19 0 0 0
8 Wiraswasta
5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0
9 Bengkel
5 2 29 90 42 13 0 0 11
10 Buruh Pabrik
5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0
11 Lain-lain
2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22
Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100
Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak
berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu
namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang
dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam
memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal
tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah
pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau
bidang usaha yang lain
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
3Kuli
Bangunan
4 Pemulung
5 5 10 10 23 12
5 Pedagang
8 5 13 1350 12
27
6 Becak
4 8 12 12 18 19
7Sopir
Angkutan
5 5 5 12
8 Wiraswasta
8 6 14 14 36 14
9 Bengkel
5 6 11 11 23 14
10 Buruh Pabrik
77 7 41
11 Lain-lain
8 8 1026 2750 19 59
Jumlah 16 22 43 0 17 98 100
Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan
bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden
yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat
usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden
menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal
yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan
menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal
52 Kabupaten Sidoarjo
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
No Gaji amp Jenis Pekerjaan
lt 200000
200000 sd
400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1 Tidak Bekerja
2
2 2111
2 Buruh Pasar
6 4
10 11333 200
3 Kuli Banguan
1 8 1
10 1156 400 50
4 Pemulung
8 2
10 11444 100
5 Pedagang
1 2 7
10 1150 100 212
28
6 Becak
1 2
3 356 100
7 Sopir Angkutan
2 6 1
9 10100 300 30
8 Wiraswasta
1 2 7
10 1150 100 212
9 Bengkel
4 5
9 10200 152
10 Buruh Pabrik
5 5
10 11250 152
11 Lain-lain
8
8 9242
Jumlah 18 20 20 33 91 100
Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo
menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang
berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut
memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada
jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan
masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena
sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Wiraswasta BengkelMontir
SopirTukang
BangunanDagang
Lain-lain
jumlah
1Tidak
Bekerja
2 Buruh Pasar
5 6 718 1831 43 37
3 6 8 14 14
29
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
dicabut dengan demikian Jember hanya sebagai Kabupaten Jumlah kelurahan
sebanyak 785 Kelurahan dan Desa sebanyak 7680 desa
Table 8
Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Jawa Timur
Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006Badan koordinasi wilayah 4 4 4 4 4 4Jumlah Kabupaten 29 29 29 29 29 29Jumlah kota 9 9 9 9 9 9Jumlah Kecamatan 642 642 642 642 657 657Jumlah Kelurahan 784 784 784 784 784 784Jumlah Desa 7715 7715 7715 7715 8484 8484
Sumber Biro Pemerintahan dan Otoda Setda Prop Jatim amp Jatim Dalam Angka 2006
2 Gambaran geografis
a gambaran geografis kabupaten Pasuruan
Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan Jawa Timur terletak di persimpangan
jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki
wilayah seluas 3529 kmsup2 dengan jumlah penduduk sebanyak 158864 jiwa (Sensus
Penduduk 2000) Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan 19 kelurahan dan 15 desa
Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo Purworejo dan Bugulkidul
Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (1624 kmsup2) sedang untuk Gadingrejo
dan Purworejo masing-masing 1046 kmsup2 dan 859 kmsup2
b Gambaran geografis kabupaten Sidoarjo
Kota Sidoarjo merupakan Ibukota Kecamatan Sidoarjo yang terletak di tepi Selat
Madura dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa
Timur Batas-batas administrasi dari kota Sidoarjo ini adalah
1048707 Sebelah utara Kecamatan Waru
22
1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong
1048707 Sebelah Timur Selat Madura
1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian
Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari
Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas
permukaan laut
c Gambaran geografis kabupaten malang
3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang
Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang
Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini
Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang
Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109
sumber BPS
Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten
provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang
bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau
mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah
keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di
kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak
diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin
di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi
308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan
23
kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan
Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi
404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang
4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan
malang
Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat
diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang
mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di
daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut
peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah
penduduknya
Tabel
Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten
Di Wilayah Provinsi Jawa Timur
KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin
2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900
24
kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi
kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di
kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada
pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki
jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi
karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur
sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas
perekonomian jawa timur
5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin
51 Kabupaten Pasuruan
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-
rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin
salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan
Tabel
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan
No
lt 200000200000
sd 400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1Tidak
Bekerja
2 2 29
2Buruh Pasar
3 3 6 613 10
3Kuli
Banguan
1 2 1 4 44 7 3
4 Pemulung
1 1 8 10 104 3 22
25
5 Pedagang
4 8 10 22 2217 28 27
6 Becak 3 7
10 1010 19
7Sopir
Angkutan
1 4 5 10 104 14 14
8 Wiraswasta
1 2 1 15 54 7 3 11
9 Bengkel
2 3 1 17 79 10 3 11
10Buruh Pabrik
4 610 1011 67
11 Lain-lain
8 3 1 12 1235 10 11 100
Jumlah 23 29 37 9 98
Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan
pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik
pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan
lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain
Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya
kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan
No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir
Tukang Bangunan
DagangLain-lain
jumlah
1 Tidak Bekerja 0 0
2 Buruh Pasar
1 1 2 26 0 0 0 7 0
3 Kuli Bangunan
5 5 414 1428 0 0 25 0 22
4 Pemulung
33 30 0 0 0 0 17
5 Pedagang
2 1 3 28 80 0 13 5 21 11
26
6 Becak
2 4 5 314 140 17 25 25 0 17
7 Sopir Angkutan
2 3 5 50 17 19 0 0 0
8 Wiraswasta
5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0
9 Bengkel
5 2 29 90 42 13 0 0 11
10 Buruh Pabrik
5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0
11 Lain-lain
2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22
Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100
Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak
berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu
namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang
dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam
memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal
tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah
pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau
bidang usaha yang lain
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
3Kuli
Bangunan
4 Pemulung
5 5 10 10 23 12
5 Pedagang
8 5 13 1350 12
27
6 Becak
4 8 12 12 18 19
7Sopir
Angkutan
5 5 5 12
8 Wiraswasta
8 6 14 14 36 14
9 Bengkel
5 6 11 11 23 14
10 Buruh Pabrik
77 7 41
11 Lain-lain
8 8 1026 2750 19 59
Jumlah 16 22 43 0 17 98 100
Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan
bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden
yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat
usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden
menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal
yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan
menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal
52 Kabupaten Sidoarjo
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
No Gaji amp Jenis Pekerjaan
lt 200000
200000 sd
400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1 Tidak Bekerja
2
2 2111
2 Buruh Pasar
6 4
10 11333 200
3 Kuli Banguan
1 8 1
10 1156 400 50
4 Pemulung
8 2
10 11444 100
5 Pedagang
1 2 7
10 1150 100 212
28
6 Becak
1 2
3 356 100
7 Sopir Angkutan
2 6 1
9 10100 300 30
8 Wiraswasta
1 2 7
10 1150 100 212
9 Bengkel
4 5
9 10200 152
10 Buruh Pabrik
5 5
10 11250 152
11 Lain-lain
8
8 9242
Jumlah 18 20 20 33 91 100
Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo
menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang
berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut
memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada
jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan
masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena
sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Wiraswasta BengkelMontir
SopirTukang
BangunanDagang
Lain-lain
jumlah
1Tidak
Bekerja
2 Buruh Pasar
5 6 718 1831 43 37
3 6 8 14 14
29
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
1048707 Sebelah selatan Kecamatan Porong
1048707 Sebelah Timur Selat Madura
1048707 Sebelah Barat Kecamatan Krian
Secara geografis wilayah Kota Sidoarjo memiliki luas wilayah 6256 Ha Ditinjau dari
Topografi keadaan medan Kota Sidoarjo berada pada ketinggian antara 23 - 32 diatas
permukaan laut
c Gambaran geografis kabupaten malang
3 Pemetaan Penduduk miskin di kabupaten Sidoarjo Pasuruan dan Malang
Gambaran Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Sidoarjo Pasuruan Dan Malang
Hasil penelitian dengan menggunakan data skunder yang telah dilakukan mengenai jumlah rumah tangga miskin yang ada di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang seperti tergambar pada table di bawah ini
Table 9Jumlah keluarga miskin di kabupaten sidoarjo pasuruan dan malang
Kabupaten 2005 2006 Sidoarjo 239100 1402 223300 1297Pasuruan 285100 2016 308900 2167Malang 373700 1617 404800 171Jawa timur 7139900 1995 7678100 2109
sumber BPS
Dari deskripsi data diatas mengenai jumlah keluarga miskin di 3 kabupaten
provinsi jawa timur antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan tingkat kemiskinan yang
bervariasi Untuk kabupaten sidoarjo jumlah keluarga miskin sebesar 239100 atau
mencapai 1402 dari jumlah penduduk di tahun 2005 Tahun berikutnya jumlah
keluarga miskin berkurang menjadi 223300 atau 1297 dari total penduduk di
kabupaten sidoarjo Penurunan jumlah keluarga di kabupaten sidoarjo ternyata tidak
diikuti di tetangga kabupatennya seperti pasuruan dan malang Jumlah keluarga miskin
di kabupaten pasuruan sebanyak 285100 atau 2016 di tahun 2005 dan naik menjadi
308900 atau 2167 dari toatal keluarga di kabupaten pasuruan Demikian juga dengan
23
kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan
Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi
404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang
4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan
malang
Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat
diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang
mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di
daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut
peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah
penduduknya
Tabel
Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten
Di Wilayah Provinsi Jawa Timur
KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin
2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900
24
kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi
kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di
kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada
pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki
jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi
karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur
sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas
perekonomian jawa timur
5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin
51 Kabupaten Pasuruan
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-
rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin
salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan
Tabel
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan
No
lt 200000200000
sd 400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1Tidak
Bekerja
2 2 29
2Buruh Pasar
3 3 6 613 10
3Kuli
Banguan
1 2 1 4 44 7 3
4 Pemulung
1 1 8 10 104 3 22
25
5 Pedagang
4 8 10 22 2217 28 27
6 Becak 3 7
10 1010 19
7Sopir
Angkutan
1 4 5 10 104 14 14
8 Wiraswasta
1 2 1 15 54 7 3 11
9 Bengkel
2 3 1 17 79 10 3 11
10Buruh Pabrik
4 610 1011 67
11 Lain-lain
8 3 1 12 1235 10 11 100
Jumlah 23 29 37 9 98
Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan
pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik
pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan
lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain
Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya
kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan
No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir
Tukang Bangunan
DagangLain-lain
jumlah
1 Tidak Bekerja 0 0
2 Buruh Pasar
1 1 2 26 0 0 0 7 0
3 Kuli Bangunan
5 5 414 1428 0 0 25 0 22
4 Pemulung
33 30 0 0 0 0 17
5 Pedagang
2 1 3 28 80 0 13 5 21 11
26
6 Becak
2 4 5 314 140 17 25 25 0 17
7 Sopir Angkutan
2 3 5 50 17 19 0 0 0
8 Wiraswasta
5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0
9 Bengkel
5 2 29 90 42 13 0 0 11
10 Buruh Pabrik
5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0
11 Lain-lain
2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22
Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100
Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak
berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu
namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang
dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam
memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal
tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah
pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau
bidang usaha yang lain
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
3Kuli
Bangunan
4 Pemulung
5 5 10 10 23 12
5 Pedagang
8 5 13 1350 12
27
6 Becak
4 8 12 12 18 19
7Sopir
Angkutan
5 5 5 12
8 Wiraswasta
8 6 14 14 36 14
9 Bengkel
5 6 11 11 23 14
10 Buruh Pabrik
77 7 41
11 Lain-lain
8 8 1026 2750 19 59
Jumlah 16 22 43 0 17 98 100
Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan
bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden
yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat
usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden
menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal
yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan
menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal
52 Kabupaten Sidoarjo
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
No Gaji amp Jenis Pekerjaan
lt 200000
200000 sd
400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1 Tidak Bekerja
2
2 2111
2 Buruh Pasar
6 4
10 11333 200
3 Kuli Banguan
1 8 1
10 1156 400 50
4 Pemulung
8 2
10 11444 100
5 Pedagang
1 2 7
10 1150 100 212
28
6 Becak
1 2
3 356 100
7 Sopir Angkutan
2 6 1
9 10100 300 30
8 Wiraswasta
1 2 7
10 1150 100 212
9 Bengkel
4 5
9 10200 152
10 Buruh Pabrik
5 5
10 11250 152
11 Lain-lain
8
8 9242
Jumlah 18 20 20 33 91 100
Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo
menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang
berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut
memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada
jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan
masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena
sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Wiraswasta BengkelMontir
SopirTukang
BangunanDagang
Lain-lain
jumlah
1Tidak
Bekerja
2 Buruh Pasar
5 6 718 1831 43 37
3 6 8 14 14
29
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
kabupaten malang jumlah keluarga miskin di tahun 2006 juga mengalami kenaikan
Tahun 2005 jumlah keluarga miskin sebanyak 373700 atau 167 naik menjadi
404800 atau 171 dari jumlah keluarga yang tinggal di kabupaten malang
4 Gambaran rumah tangga miskin pada kabupaten pasuruan sidoarjo dan
malang
Jika dilihat mengenai masalah kemiskinan di daerah provinsi jawa timur maka dapat
diketahui bahwa peta penduduk miskin tidak hanya terkelompok pada kabupaten yang
mempunyai sumberdaya alam yang sedikit namun juga terdapat ppotensi kemiskinan di
daerah yang mempunyai sumber daya alam yang banyak Untuk lebih jelasnya berikut
peta potensi kemiskinan pada masing ndash masing kabupaten yang diikuti dengan jumlah
penduduknya
Tabel
Jumlah Rumahtangga Miskin Masing-Masing Kabupaten
Di Wilayah Provinsi Jawa Timur
KabupatenJumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin
2005 2006 2005 2006Kabupatenkab Pacitan 869642 885986 150100 162600kab Ponorogo 665070 687786 152500 165200kab Trenggalek 969461 984460 165800 189000kab Blitar 525888 1140809 175800 190400kab Kediri 1429137 1525231 255900 277200kab Malang 2336363 2419822 373700 404800kab Lumajang 999525 1026400 186100 201900kab Jember 2261477 2278718 408000 423300kab Banyuwangi 1514605 1575265 236100 251900kab Bondowoso 698504 725571 169500 183600kab Situbondo 605208 636200 113200 107200kab Probolinggo 1021279 1070137 267400 289700kab Pasuruan 1398122 1485342 285100 308900kab Sidoarjo 1697435 1838666 239100 223300kab Mojokerto 969299 1027871 154300 165400kab Jombang 1222499 1212876 278600 289900kab Nganjuk 989693 1065459 235800 255400kab Madiun 641596 667709 137500 144700kab Magetan 617492 621862 104600 113300kab Ngawi 827728 857449 193400 209100kab Bojonegoro 1228939 1251051 323900 350900
24
kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi
kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di
kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada
pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki
jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi
karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur
sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas
perekonomian jawa timur
5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin
51 Kabupaten Pasuruan
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-
rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin
salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan
Tabel
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan
No
lt 200000200000
sd 400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1Tidak
Bekerja
2 2 29
2Buruh Pasar
3 3 6 613 10
3Kuli
Banguan
1 2 1 4 44 7 3
4 Pemulung
1 1 8 10 104 3 22
25
5 Pedagang
4 8 10 22 2217 28 27
6 Becak 3 7
10 1010 19
7Sopir
Angkutan
1 4 5 10 104 14 14
8 Wiraswasta
1 2 1 15 54 7 3 11
9 Bengkel
2 3 1 17 79 10 3 11
10Buruh Pabrik
4 610 1011 67
11 Lain-lain
8 3 1 12 1235 10 11 100
Jumlah 23 29 37 9 98
Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan
pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik
pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan
lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain
Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya
kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan
No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir
Tukang Bangunan
DagangLain-lain
jumlah
1 Tidak Bekerja 0 0
2 Buruh Pasar
1 1 2 26 0 0 0 7 0
3 Kuli Bangunan
5 5 414 1428 0 0 25 0 22
4 Pemulung
33 30 0 0 0 0 17
5 Pedagang
2 1 3 28 80 0 13 5 21 11
26
6 Becak
2 4 5 314 140 17 25 25 0 17
7 Sopir Angkutan
2 3 5 50 17 19 0 0 0
8 Wiraswasta
5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0
9 Bengkel
5 2 29 90 42 13 0 0 11
10 Buruh Pabrik
5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0
11 Lain-lain
2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22
Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100
Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak
berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu
namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang
dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam
memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal
tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah
pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau
bidang usaha yang lain
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
3Kuli
Bangunan
4 Pemulung
5 5 10 10 23 12
5 Pedagang
8 5 13 1350 12
27
6 Becak
4 8 12 12 18 19
7Sopir
Angkutan
5 5 5 12
8 Wiraswasta
8 6 14 14 36 14
9 Bengkel
5 6 11 11 23 14
10 Buruh Pabrik
77 7 41
11 Lain-lain
8 8 1026 2750 19 59
Jumlah 16 22 43 0 17 98 100
Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan
bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden
yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat
usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden
menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal
yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan
menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal
52 Kabupaten Sidoarjo
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
No Gaji amp Jenis Pekerjaan
lt 200000
200000 sd
400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1 Tidak Bekerja
2
2 2111
2 Buruh Pasar
6 4
10 11333 200
3 Kuli Banguan
1 8 1
10 1156 400 50
4 Pemulung
8 2
10 11444 100
5 Pedagang
1 2 7
10 1150 100 212
28
6 Becak
1 2
3 356 100
7 Sopir Angkutan
2 6 1
9 10100 300 30
8 Wiraswasta
1 2 7
10 1150 100 212
9 Bengkel
4 5
9 10200 152
10 Buruh Pabrik
5 5
10 11250 152
11 Lain-lain
8
8 9242
Jumlah 18 20 20 33 91 100
Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo
menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang
berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut
memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada
jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan
masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena
sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Wiraswasta BengkelMontir
SopirTukang
BangunanDagang
Lain-lain
jumlah
1Tidak
Bekerja
2 Buruh Pasar
5 6 718 1831 43 37
3 6 8 14 14
29
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
kab Tuban 1063375 1104538 300700 325800kab Lamongan 1187065 1274194 280800 304200kab Gresik 1118841 1120541 242500 287500kab Bangkalan 889590 945863 286700 306700kab Sampang 835122 894046 325900 353100kab Pamekasan 762876 782076 237600 271500kab Sumenep 1004758 1068595 331200 351100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di kabupaten malang mempunyai potensi
kemiskinan yang tinggi pada tahun 2005 dan 2006 Tingginya angka kemiskinan di
kabupaten tersebut mengindikasikan bahwa kurang adanya pemerataan pada
pembangunan perekonomian Kabupaten pasuruan dan kabupaten sidoarjo memiliki
jumlah penduduk miskin relatif dibawah kabupaten malang Hal tersebut bisa terjadi
karena kedua kabupaten berada pada lingkar urat nadi perekonomian jawa timur
sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat terdongkrak akibat aktivitas
perekonomian jawa timur
5 Karakteristik Perekonomian Rumah Tangga Miskin
51 Kabupaten Pasuruan
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
Salah satu penentuan sebuah masyarakat miskin adalah dengan melihat rata-
rata tingkat pendapatannya Oscar Lewis (1966) akar dari timbulnya budaya miskin
salah satunya adalah rendahnya gajipendapatan
Tabel
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden kabupaten pasuruan
No
lt 200000200000
sd 400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1Tidak
Bekerja
2 2 29
2Buruh Pasar
3 3 6 613 10
3Kuli
Banguan
1 2 1 4 44 7 3
4 Pemulung
1 1 8 10 104 3 22
25
5 Pedagang
4 8 10 22 2217 28 27
6 Becak 3 7
10 1010 19
7Sopir
Angkutan
1 4 5 10 104 14 14
8 Wiraswasta
1 2 1 15 54 7 3 11
9 Bengkel
2 3 1 17 79 10 3 11
10Buruh Pabrik
4 610 1011 67
11 Lain-lain
8 3 1 12 1235 10 11 100
Jumlah 23 29 37 9 98
Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan
pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik
pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan
lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain
Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya
kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan
No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir
Tukang Bangunan
DagangLain-lain
jumlah
1 Tidak Bekerja 0 0
2 Buruh Pasar
1 1 2 26 0 0 0 7 0
3 Kuli Bangunan
5 5 414 1428 0 0 25 0 22
4 Pemulung
33 30 0 0 0 0 17
5 Pedagang
2 1 3 28 80 0 13 5 21 11
26
6 Becak
2 4 5 314 140 17 25 25 0 17
7 Sopir Angkutan
2 3 5 50 17 19 0 0 0
8 Wiraswasta
5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0
9 Bengkel
5 2 29 90 42 13 0 0 11
10 Buruh Pabrik
5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0
11 Lain-lain
2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22
Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100
Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak
berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu
namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang
dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam
memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal
tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah
pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau
bidang usaha yang lain
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
3Kuli
Bangunan
4 Pemulung
5 5 10 10 23 12
5 Pedagang
8 5 13 1350 12
27
6 Becak
4 8 12 12 18 19
7Sopir
Angkutan
5 5 5 12
8 Wiraswasta
8 6 14 14 36 14
9 Bengkel
5 6 11 11 23 14
10 Buruh Pabrik
77 7 41
11 Lain-lain
8 8 1026 2750 19 59
Jumlah 16 22 43 0 17 98 100
Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan
bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden
yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat
usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden
menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal
yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan
menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal
52 Kabupaten Sidoarjo
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
No Gaji amp Jenis Pekerjaan
lt 200000
200000 sd
400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1 Tidak Bekerja
2
2 2111
2 Buruh Pasar
6 4
10 11333 200
3 Kuli Banguan
1 8 1
10 1156 400 50
4 Pemulung
8 2
10 11444 100
5 Pedagang
1 2 7
10 1150 100 212
28
6 Becak
1 2
3 356 100
7 Sopir Angkutan
2 6 1
9 10100 300 30
8 Wiraswasta
1 2 7
10 1150 100 212
9 Bengkel
4 5
9 10200 152
10 Buruh Pabrik
5 5
10 11250 152
11 Lain-lain
8
8 9242
Jumlah 18 20 20 33 91 100
Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo
menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang
berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut
memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada
jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan
masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena
sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Wiraswasta BengkelMontir
SopirTukang
BangunanDagang
Lain-lain
jumlah
1Tidak
Bekerja
2 Buruh Pasar
5 6 718 1831 43 37
3 6 8 14 14
29
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
5 Pedagang
4 8 10 22 2217 28 27
6 Becak 3 7
10 1010 19
7Sopir
Angkutan
1 4 5 10 104 14 14
8 Wiraswasta
1 2 1 15 54 7 3 11
9 Bengkel
2 3 1 17 79 10 3 11
10Buruh Pabrik
4 610 1011 67
11 Lain-lain
8 3 1 12 1235 10 11 100
Jumlah 23 29 37 9 98
Table diatas menjelaskan mengenai tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan
pada kabupaten pasuruan Dari 91 sampel yang di ambil ada beberapa karakteristik
pendapatan dari para pekerja Secara umum masyarakat yang mempunyai pendapatan
lebih dari 500 ribu di domonasi oleh pekerja swasta bengkel buruh pabrik dan lain-lain
Buruh pabrik memiliki tingkat pendapatan di atas 500 ribu disebabkan karena adanya
kebijakan UMR yang harus dipenuhi oleh perusahaan di wilayah tersebut
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten pasuruan
No Jenis Pekerjaan Responden Wiraswasta BengkelMontir Sopir
Tukang Bangunan
DagangLain-lain
jumlah
1 Tidak Bekerja 0 0
2 Buruh Pasar
1 1 2 26 0 0 0 7 0
3 Kuli Bangunan
5 5 414 1428 0 0 25 0 22
4 Pemulung
33 30 0 0 0 0 17
5 Pedagang
2 1 3 28 80 0 13 5 21 11
26
6 Becak
2 4 5 314 140 17 25 25 0 17
7 Sopir Angkutan
2 3 5 50 17 19 0 0 0
8 Wiraswasta
5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0
9 Bengkel
5 2 29 90 42 13 0 0 11
10 Buruh Pabrik
5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0
11 Lain-lain
2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22
Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100
Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak
berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu
namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang
dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam
memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal
tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah
pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau
bidang usaha yang lain
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
3Kuli
Bangunan
4 Pemulung
5 5 10 10 23 12
5 Pedagang
8 5 13 1350 12
27
6 Becak
4 8 12 12 18 19
7Sopir
Angkutan
5 5 5 12
8 Wiraswasta
8 6 14 14 36 14
9 Bengkel
5 6 11 11 23 14
10 Buruh Pabrik
77 7 41
11 Lain-lain
8 8 1026 2750 19 59
Jumlah 16 22 43 0 17 98 100
Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan
bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden
yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat
usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden
menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal
yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan
menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal
52 Kabupaten Sidoarjo
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
No Gaji amp Jenis Pekerjaan
lt 200000
200000 sd
400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1 Tidak Bekerja
2
2 2111
2 Buruh Pasar
6 4
10 11333 200
3 Kuli Banguan
1 8 1
10 1156 400 50
4 Pemulung
8 2
10 11444 100
5 Pedagang
1 2 7
10 1150 100 212
28
6 Becak
1 2
3 356 100
7 Sopir Angkutan
2 6 1
9 10100 300 30
8 Wiraswasta
1 2 7
10 1150 100 212
9 Bengkel
4 5
9 10200 152
10 Buruh Pabrik
5 5
10 11250 152
11 Lain-lain
8
8 9242
Jumlah 18 20 20 33 91 100
Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo
menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang
berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut
memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada
jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan
masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena
sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Wiraswasta BengkelMontir
SopirTukang
BangunanDagang
Lain-lain
jumlah
1Tidak
Bekerja
2 Buruh Pasar
5 6 718 1831 43 37
3 6 8 14 14
29
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
6 Becak
2 4 5 314 140 17 25 25 0 17
7 Sopir Angkutan
2 3 5 50 17 19 0 0 0
8 Wiraswasta
5 3 5 13 1328 0 0 15 36 0
9 Bengkel
5 2 29 90 42 13 0 0 11
10 Buruh Pabrik
5 3 3 11 1128 0 0 15 21 0
11 Lain-lain
2 3 5 3 2 419 1911 25 31 15 14 22
Jumlah 18 12 16 20 14 18 98 100
Keberagaman keahlian yang dimiliki oleh masyarakat kabupaten pasuruan tidak
berarti bahwa keahlian yang dimilikinya terspesifikasi pada satu jenis keahlian tertentu
namun tidak sedikit masyarakat yang mempunyai keahlian lain diluar dari profesi yang
dimilikinya Sebagai contoh adalah seorang pegawai bengkel tidak hanya ahli dalam
memperbaiki kendaraan bermotor namun juga bisa berprofesi sebagai sopir Hal
tersebut ditunjukkan oleh hasil observasi yang telah dilakukan untuk masyarakat daerah
pasuruan dimana pegawai bengkel ternyata juga bisa berprofesi sebagai sopir atau
bidang usaha yang lain
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran Ketrampilan jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
3Kuli
Bangunan
4 Pemulung
5 5 10 10 23 12
5 Pedagang
8 5 13 1350 12
27
6 Becak
4 8 12 12 18 19
7Sopir
Angkutan
5 5 5 12
8 Wiraswasta
8 6 14 14 36 14
9 Bengkel
5 6 11 11 23 14
10 Buruh Pabrik
77 7 41
11 Lain-lain
8 8 1026 2750 19 59
Jumlah 16 22 43 0 17 98 100
Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan
bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden
yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat
usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden
menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal
yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan
menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal
52 Kabupaten Sidoarjo
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
No Gaji amp Jenis Pekerjaan
lt 200000
200000 sd
400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1 Tidak Bekerja
2
2 2111
2 Buruh Pasar
6 4
10 11333 200
3 Kuli Banguan
1 8 1
10 1156 400 50
4 Pemulung
8 2
10 11444 100
5 Pedagang
1 2 7
10 1150 100 212
28
6 Becak
1 2
3 356 100
7 Sopir Angkutan
2 6 1
9 10100 300 30
8 Wiraswasta
1 2 7
10 1150 100 212
9 Bengkel
4 5
9 10200 152
10 Buruh Pabrik
5 5
10 11250 152
11 Lain-lain
8
8 9242
Jumlah 18 20 20 33 91 100
Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo
menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang
berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut
memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada
jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan
masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena
sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Wiraswasta BengkelMontir
SopirTukang
BangunanDagang
Lain-lain
jumlah
1Tidak
Bekerja
2 Buruh Pasar
5 6 718 1831 43 37
3 6 8 14 14
29
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
6 Becak
4 8 12 12 18 19
7Sopir
Angkutan
5 5 5 12
8 Wiraswasta
8 6 14 14 36 14
9 Bengkel
5 6 11 11 23 14
10 Buruh Pabrik
77 7 41
11 Lain-lain
8 8 1026 2750 19 59
Jumlah 16 22 43 0 17 98 100
Dengan keahlian yang dimiliki oleh masyarakat pasuruan dapat diindikasikan
bahwa keahlian yang dimiliki mempunyai kemerataan sampel Dari seluruh responden
yang dijadikan sampel sebagian besar menginginkan bantuan modal alat dan tempat
usaha Untuk jenis pekerjaan bengkel sampel menyatakan bahwa responden
menginginkan bantuan modal dan alat untuk dapat mengembangkan usahanya Hal
yang sama juga ditunjukkan untuk jenis pekerjaan wiraswasta dimana 23 menyatakan
menginginkan bantuan alat dan 24 menginginkan bantuan modal
52 Kabupaten Sidoarjo
Tingkat Pendapatan dan Jenis Pekerjaan Responden
No Gaji amp Jenis Pekerjaan
lt 200000
200000 sd
400000
410000 sd
500000gt 500000 Jumlah
1 Tidak Bekerja
2
2 2111
2 Buruh Pasar
6 4
10 11333 200
3 Kuli Banguan
1 8 1
10 1156 400 50
4 Pemulung
8 2
10 11444 100
5 Pedagang
1 2 7
10 1150 100 212
28
6 Becak
1 2
3 356 100
7 Sopir Angkutan
2 6 1
9 10100 300 30
8 Wiraswasta
1 2 7
10 1150 100 212
9 Bengkel
4 5
9 10200 152
10 Buruh Pabrik
5 5
10 11250 152
11 Lain-lain
8
8 9242
Jumlah 18 20 20 33 91 100
Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo
menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang
berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut
memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada
jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan
masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena
sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Wiraswasta BengkelMontir
SopirTukang
BangunanDagang
Lain-lain
jumlah
1Tidak
Bekerja
2 Buruh Pasar
5 6 718 1831 43 37
3 6 8 14 14
29
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
6 Becak
1 2
3 356 100
7 Sopir Angkutan
2 6 1
9 10100 300 30
8 Wiraswasta
1 2 7
10 1150 100 212
9 Bengkel
4 5
9 10200 152
10 Buruh Pabrik
5 5
10 11250 152
11 Lain-lain
8
8 9242
Jumlah 18 20 20 33 91 100
Karakteristik pendapatan masyarakat di daerah perkotaan kabupaten sidoarjo
menunjukkan kesamaan dari kabupaten pasuruan Secara keseluruhan responden yang
berpenghasilan di atas 500 ribu di dominasi oleh masyarakat yang mempunyai
pekerjaan sebagai wiraswasta bengkel buruh pabrik dll Jika ditelaah lebih lanjut
memang untuk golongan buruh pabrik mereka berpenghasilan ditas 500 ribu karena ada
jaminan dari pemerintah mengenai pendapatan minimum melalui UMR Sedangkan
masyarakat yang bekerja di bengkel mendapatkan pendapatan yang tinggi karena
sidoarjo merupakan daerah industry sehingga tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan kendaraan bermotor dalam aktifitasnya
Tabel
Keahlian Yang Dimiliki Masyarakat kabupaten sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Wiraswasta BengkelMontir
SopirTukang
BangunanDagang
Lain-lain
jumlah
1Tidak
Bekerja
2 Buruh Pasar
5 6 718 1831 43 37
3 6 8 14 14
29
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
Kuli 46
4 Pemulung
6 7 13 13 23 54
5 Pedagang
8 3 11 1150 30
6 Becak
8 8 8 57
7Sopir
Angkutan
5 49 9 19 21
8 Wiraswasta
3 5 8 8 30 19
9 Bengkel
4 4 4 15
10Buruh Pabrik
11 Lain-lain
3 4 6 13 1319 40 23
Jumlah 16 10 26 13 14 19 98 100
Menurut survey yang telah dilakukan ternyata tipikal masyarakat sidoarjo dan
pasuruan untuk kategori keahlian yang dimiliki adalah sama penyebarannya Untuk
kabupaten sidoarjo jenis pekerjaan terbanyak adalah buruh pasar dengan keahlian yang
dimiliki berdagang serta ada yang memiliki keahlian sebagai tukang sepatu
Keberagaman jumlah responden menunjukkan keberagaman pekerjaan masyarakat
yang dijadikan sebagai obyek penelitian Menurut hasil penelitian digambarkan bahwa
seorang yang berprofesi sebagai pemulung ternyata juga memiliki keahlian di bidang
lainnya seperti tukang bangunan bahkan sopir Dari informasi yang dimiliki tersebut
diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan sesuai dengan bidang profesi
masyarakat atau keahlian masyarakat itu sendiri
30
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
Bantuan yang diinginkan oleh masyarakat pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Tempat Usaha
Alat Modal Pemasaran jumlah
1Tidak
Bekerja
0 0
2Buruh Pasar
2 8 10 01020418 15
3Kuli
Bangunan
1 3 6 10 01020414 14 12
4 Pemulung
1 8 9 00918374 15
5 Pedagang
10 2 4 16 016326540 10 8
6 Becak
2 4 6 12 01224498 19 12
7Sopir
Angkutan
2 6 8 00816338 12
8 Wiraswasta
3 7 10 0102041 14 13
9 Bengkel
5 6 11 0112245 24 12
10Buruh Pabrik
0 0
11 Lain-lain
7 4 1 12 012244928 19 2
Jumlah 25 21 52 0 98
Masyarakat daerah sidoarjo untuk segala jenis pekerjaan yang dijadikan subyek
penelitian menyatakan bahwa masyarakat memilih diberikan bantuan modal alat dan
tempat usaha Sedangkan untuk aspek pemasaran masyarakat sidoarjo tidak begitu
memerlukan bantuan Karena jika kita perhatikan kabupaten sidoarjo terletak di urat nadi
perekonomian jawa timur sehingga diharapkan pemasaran tidak menjadi kendala Dari
98 orang yang dijadikan responden sebanyak 52 orang dari berbagai macam profesi
menginginkan bantuan modal usaha
31
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
Berdasarkan hasil data skunder yang telah dilakukan terhadap seluruh
rumahtangga miskin yang ada di Kota Malang maka gambaran lokasi rumahtangga
misikin yang ada di Kota Malang seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel
Jumlah Keluarga Miskin Masing-Masing Kecamatan
Di Kota Malang
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
Prosentase
1 Kedungkandang 6635 2730
2 Sukun 6255 2574
3 Klojen 3432 1412
4 Blimbing 4158 1711
5 Lowok Waru 3821 1572 Sumber Pemkot Malang 2006
Data di atas menunjukkan jumlah rumah tangga miskin yang ada di kota malang
di masing-masing Kecamatan Dari 5 kecamatan yang ada dikota Malang jumlah
kemiskinannya adalah sebagai berikut Kecamatan yang paling tinggi angka
kemiskinannya adalah kecamatan Kedungkandang yaitu sebesar 2730 kecamatan
Sukun sebesar 2574 kemudian Kecamatan Lowok Waru sebesar 1572
Kecamatan Blimbing 1711 dan angka terendah Rumah tangga miskinnya adalah
kecamatan Klojen yairu sebesar 1412
Gambar
Jumlah keluarga Miskin di Kota Malang
0 1 2 3 4 5 6 7
Kedungkandang
Sukun
Klojen
Blimbing
Lowok Waru
Jumlah Rumah Tangga
32
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
Berdasarkan gambaan di atas jumlah rumah tangga miskin di kota malang
berada pada daerah-daeah tertentu (Kedungkandang dan Sukun) wilayah ini merupakan
wilayah pinggiran kota yang padat dengan jumlah penduduknya Kecamatan
Kedungkandang merupakan daerah yang umumnya pdat penduduk dan daerah tersebut
merupakan daerah pinggiran kota serta rata-rata penduduknya memiliki mata
pencaharian pedagang Daerah tersebut juga merupakan daerah pusat-pusat industri
kecil dan yang lebih telihat bahwa kebanyakan rumah tangga miskin bertempat tinggal
di daerah aliran sungai brantas (DAS Brantas) serta di pinggiran jalur kereta api
Berbeda halnya dengan kecamatan Sukun daerah ini selain terdapatnya pusat
perdagangan juga merupakan daerah industri kecil (home industri) Keberadaan rumah
tangga miskin selain rata-rata kehidupannya berdagang juga bertempat tinggal pada
daerah-daerah perkampungan
33 Aspek Kultural Pada Masyarakat Miskin
Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota terjadinya
perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
pearik maupun pendorong perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan
faktor penarik yang menyebabkan orang untuk berdatangan dan tinggal di daerah
perkotaan Keinginan untuk dapat mendapatkan penghasilan dan pekerjaan yang lebih
baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya
urbanisasi Namun kondisi tersebut tidak seiring dengan kualitas pendidikan dan
ketrampilan yang memadai sehingga mereka tidak dapat ditampung di sektor formal
melainkan menggantungkan hidupnya pada sektor informal yang kurang menentu
Selain itu yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah kondisi fasilitas di
daerah asal (pedesaan) kurang memadai serta semakin menyempitnya lahan pertanian
dan peluang pekerjaan
Pertambahan penduduk di kota yang sangat tinggi menyebabkan berbagai
permasalahan sosial permasalahan yang muncul adalah adanya perkampungan kumuh
dan perumahan liar di pinggiran kota dan umumnya di daerah pinggiran aliran sungai
brantas (DAS) Masalah tersebut disebabkan oleh ketidak mampuan masyarakat miskin
perkotaan untuk memiliki rumah yang layak huni Penyebab lainnya adalah ketidak
mampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin
33
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
perkotaan Pembangunan perkotaan senantiasa bukan memberikan solusi dalam
pengentasan kemiskinan perkotaan melainkan sebaliknya yaitu menjadikan proses
penggusuran dan semakin terdesaknya kehidupan masyarakat miskin tersebut
Tabel
Daerah Asal Responden sidoarjo
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1Tidak
Bekerja
2Buruh Pasar
8 1 1 10 1011 7 7
3Kuli
Bangunan
7 2 1 10 1010 14 7
4 Pemulung
9 9 913
5 Pedagang
10 10 1014
6 Becak
8 1 2 11 1111 7 14
7Sopir
Angkutan
10 10 1014
8 Wiraswasta
8 6 14 1411 43
9 Bengkel
10Buruh Pabrik
8 2 10 1011 14
11 Lain-lain
2 2 10 14 143 14 71
Jumlah 70 14 0 14 0 98 100
Dari data diatas sebagian besar kaum migrant untuk setiap profesi berasal dari
jawa timur Di definisikan jawa timur karena seluruh masyarakat urban berasal dari jawa
timur kecuali Madura Ada beberapa alasan dari responden mengapa mereka
melakukan urbanisasi salah satunya adalah untuk memperbaiki taraf ekonomi karena
kabupaten sidoarjo dianggap sebagai kabupaten yang memiliki potensi yang cukup
34
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
tinggi dalam bidang industry Profesi terbanyak yang diminati oleh pendatang adalah
sebagai pedagang dan sebagai sopir
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten sidoarjo dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
35
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
Tabel
Daerah Asal Responden pasuruan
NoJenis
Pekerjaan Responden
Jawa Timur Non
Madura
Madura Jawa Barat
Jawa Tengah
Luar Jawa
jumlah
1 Tidak Bekerja
2 Buruh Pasar
4 4 24
3 Kuli Bangunan
5 5 55
4 Pemulung
10 10 1011
5 Pedagang
20 20 2022
6 Becak
8 2 10 109 33
7Sopir
Angkutan
0 0
8 Wiraswasta
0 0
9 Bengkel
10 Buruh Pabrik
15 4 19 1916 67
11 Lain-lain
30 30 3133
Jumlah 92 6 98 98 98
Sama seperti pada kabupaten sidoarjo sebagian besar pendatang adalah dari
wilayah jawa timur Pendatang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang karena
wilayah sidoarjo selain sebagai sentra industry provinsi jawa timur juga sebagai urat nadi
perekonomian jawa timur Sehingga bagi para pedagang akan sangat menguntungkan
karena di lewati dari berbagai wilayah di jawa timur
Untuk menggambarkan bagaimana kondisi tempat tinggal masyarakat miskin
pada kabupaten pasuruan dapat diperhatikan gambar di bawah ini
Gambar
36
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin
Tabel 5Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan di kota malang
Lama Tinggal (Tahun)Kecamatan
pddkAsli le 2 3 - 6 7 - 9 ge 10
Jumlahrespondn
Kedung kandang10
(1053)- 3
(316)11
(1158)71
(1473) 95
18 - - 15 52
37
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
Sukun (2118) (1764) (6118) 85
Klojen9
(1200)5
(667)12
(1600)9
(1200)40
(5333) 75
Blimbing8
(100)2
(25)- 8
(100)62
(775) 80
Lowok Waru15
(1923)- - 7
(897)56
(7180) 78
Sumber Data Primer
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari responden (keluarga miskin)
perkotaan sebagian besar bukan penduduk asli daerah kota Malang melainkan
pendatang yang merupakan kaum migran dan menetap di kota Malang kecamatan
kedung Kandang merupakan daerah yang padat penduduknya dimana 1473
menunjukkan jumlah responden yang sudah lama tinggal di kota malang (di atas 10
tahun) bahkan beberapa responden sudah turun-menurun dari keluarga mereka
Kecamatan Sukun yang merupakan kaum pendatang yang tinggal di kota Malang sudah
puluhan tahun sebanyak 6118 dari responden yang ada Kecamatan Klojen sebesar
5333 Kecamatan Blimbing sebanyak 775 dan untuk kecamatan Lowok Waru
sebanyak 7180 dari masing-masing responden di tingkat kecamatan Kondisi ini
menjelaskan bahwa masyarakat miskin perkotaan adalah rata-rata kaum migran yang
sengaja datang ke kota Malang untuk mencari kehidupan yang lebih baik dari daerah
asal mereka Umumnya mereka datang sebagai migran tetap dan keberadaan mereka
sudah terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan Beberapa responden yang
ditemui juga menjelaskan bahwa sebagai kaum pendatang sudah tidak asing lagi
dengan kehidupan masyarakat di kota Malang Umumnya mereka membaur dengan
masyarakat pendatang lainnya dengan hidup di kepadatan penduduk kota Malang
Salain dilihat dari lamanya masayarakat pendatang (migran tetap) tinggal di kota
Malang dapat pula dijelaskan mengenai temapat asal (daerah asal) responden untuk
melihat derah asal rumah tangga miskin perkotaan dapat kita bagi dengan
menggunakan batasan daerah (wilayah) Dimana wilayah pembagiannya adalah
mereka yang berasal dari daerah Jawa Timur (non-Madura) daerah Madura daerah
Jawa Tengah Jawa Barat dan Luar Jawa Adapun gambaran daerah asal rumah
tangga miskin perkotaan dapat dilihat pada tabel berikut
38
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
Tabel
Daerah Asal Responden
Daerah
Asal
Kecamatan
Jawa
Timur
Non-
Madura
Madur
a
Jawa
Tengah
Jawa
Barat
Luar
Jawa
Jumlah
Respond
n
Kedung kandang21
(2470)52
(6118)9
(1059)3
(353)- 85
Sukun19
(2836)28
(4179)12
(1791)8
(1194)- 67
Klojen9
(1364)49
(7424)5
(758)3
(454)- 66
Blimbing31
(4306)33
(4563)6
(833)2
(278)- 72
Lowok Waru28
(4444)21
(3333)9
(1429)5
((794)- 63
Sumber Data Primer
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa umumnya kaum
migran berasal dari daerah Jawa Timur dan daerah Madura Untuk kecamatan Kedung
Kandang sebesar 6118 berasal dari Madura kemudian Kecamatan Sukun 4179
kaum Migran berasal juga dari Madura Kecamatan Klojen 7424 Kecamatan Blimbing
sebesar 4563 dan kecamatan Lowok Waru sebesar 3333 Dari kelima kecamatan
tersebut yang banyak di datangi oleh migran yang berasal dari daeah Madura adalah di
Kecamatan Kedung Kandang (6118) dan Kecamatan Klojen (7424) dan mereka
sengaja tinggal di dekat pusat perkotaan dengan tujuan memudahkan untuk aktifitas
kegiatan pekerjaannya yang rata-rata bergelut disektor informal (pedagang kaki lima)
331 Kondisi Tempat Tinggal Masyarakat Miskin Perkotaan
Dilihat dari tempat tinggal masyarakat miskin perkotaan rata-rata kondisi tempat
tinggalnya dengan model bangunan semi permanen dan permanen sederhanan dengan
memanfatkan kondisi tanah yang rawan bencana (longsor kebisingan kumuh dan
sebagainya)
Tabel
Kondisi Fisik Bangunan Rumah RTM
39
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
Status Tinggal Respoden pada masing-masing Kecamatan
Kondisi Fisik RumahKecamatan
Sesek(papan)
SemiPermanen Permanen
Jumlahrespondn
Kedung kandang
11(1158)
52(5474)
32(3368) 95
Sukun20
(2353)33
(3882)32
(3765) 85
Klojen5
(667)31
(1733)39
(5200) 75
Blimbing3
(375)13
(1625)64
(8000) 80
Lowok Waru9
(1154)24
(3077)45
(5769) 78
Sumber Data Primer
dari data primer (tabel) menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggal
masyarakat miskin perkotaan adalah semi permanen dan permanen akan tetapi dengan
ukuran ruang (luas bangunan) yang cukup minim Dan umumnya yang mereka lakukan
adalah dengan menyewa tanah dan atau menempati tanah rawan musibah adapun
kondisi perumahan masyarakat miskin perkotaan dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar
Kondisi Tempat Tinggal Rumah Tangga Miskin Perkotaan
40
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
Dari gambar di atas terlihat bahwa kondisi tempat tinggal mereka sangat rawan
dengan terjadinya bencana dan kekumuhan kondisi ini selain rawan terhadap adanya
bahaya tersebut juga sangat rawan dengan permasalahan kesehatan
34 Analisa Spasial
Informasi mengenai tipologi perekonomian masyarakat akan sangat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan ekonomi di masa mendatang Dari informasi
tersebut dibuatlah peta potensi ekonomi dengan maksud merelevansikan antara potensi
ekonomi daerah dan kebijakan ekonomi Selain itu jika kebijakan ekonomi hanya
terfokus di suatu wilayah tertentu akan berdampak pada ketimpangan pertumbuhan
ekonomi Seperti dijelaskan sebelumnya inventarisasi sarana ekonomi sebuah wilayah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tipologi suatu wilayah Melalui pendekatan
ini selanjutnya dapat digambarkan wilayah majemuk dengan fenomena yang kompleks
dengan beberapa persamaan di dalamnya Maksudnya bahwa pada tipologi suatu
wilayah ada relevansinya dengan keberadaan potensi ekonomi maupun potensi sarana
ekonomi di wilayah tersebut Ini menandakan bahwa kebijakan pengembangan ekonomi
suatu wilayah diperlukan pengadaan sarana ekonomi yang tepat sedikitnya sesuai
dengan kondisi wilayah yang dibangun termasuk karakteristik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat setempat sehingga keberadaan sarana tersebut mampu
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat dan pada akhirnya mengentaskan dan
menanggulangi kemiskinan
41
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
Di wilayah kabupaten pasuruan terdapat berbagai macam potensi ekonomi yang
belum tersentuh pengembangannya oleh pemerintah daerah Potensi yang terdapat di
wilayah tersebut bukan hanya pada potensi sumber daya alam melainkan juga potensii
sumber daya manusianya Untuk wilayah ssidoarjo perlu adanya perhatian mendalam
pada pengembangan sumber daya manusia karena di wilayah tersebut banyak sekali
potensi industri yang dapat berkembang Sedangkan untuk daerah malang hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa disinyalir masih terdapat kegiatan ekonomi maupun
sarana ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal
Keadaan ini menjadikan keduanya masih bersifat potensial dan memerlukan
penanganan pengelolannya agar dapat diperoleh output yang optimal pula Pengelolaan
optimal tersebut tentu masih memerlukan suatu pengkajian tersendiri untuk mengukur
sampai sejauh mana tingkat feasibilitasnya
Potensi sarana ekonomi kabupaten ssidoarjo kabupaten pasuruan dan Kota
Malang merujuk pada sarana ekonomi (dalam bentuk fisik) yang teridentifikasi di setiap
daerah maupun yang sudah terkompilasikan di tingkat kabupaten dan kota Potensi
tersebut dapat di petakan pada masing-masing kabupaten di wilayah Jawa Timur
melalui Peta berikut
Gambar Provinsi Jawa Timur
42
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
Gambar kota Malang
43
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
keterangan
daerah masyarakat miskin perkotaan
daerah potensi terjadinya kemiskinan
tidak ada potensi terjadnya kemiskinan
Sejalan dengan maksud di atas Pemerintah Kota Malang masih
perlu melakukan kajian mendalam tentang pengembangan potensi wilayah
sebagai salah satu upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang
bersifat jangka menengah Dukungan kajian ini dilakukan dengan menggali
lebih dalam potensi yang dimiliki setiap kawasan di wilayah Kota Malang
Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dengan mudah dapat mengambil
langkah-langkah menumbuh kembangkan potensi sarana ekonomi daerah
44
Kec Blimbing Industri (kecil-
menengah)Pariwisata Pertanianperumahanperdagangan
Kec Kedungkandang Industri (kecil-
menengah)Pertanianperumahan
Kec Sukun Industri kecilPendidikanperumahan
Kec Kolojen perdagangan PendidikanPerhotelanperkantoran
Kec Lowokwaruperumahan PendidikanIndustri (kecil-
menengah)
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
khususnya yang berada di pusat-pusat kegiatan produksi masyarakat yang
dianggap cukup strategis di Kota Malang
Sejalan dengan semakin meningkatnya peran serta dunia usaha
dan masyarakat di dalam pelaksanaan pembangunan maka program-
program pembangunan Kota Malang perlu disusun dengan
mempertimbangkan keterlibatan mereka Upaya ini dimaksudkan agar
Pemerintah Kota Malang lebih mudah mengefektifkan potensi sarana
ekonomi dan mengarahkannya untuk kepentingan pembangunan yang lebih
konsisten efektif dan efisien serta berkelanjutan dalam menanggulangi
kemiskinan
Secara keseluruhan penduduk miskin di wilayah kota malang masih tersebar
merata di seluruh kecamatan Kecuali di kecamatan Lowokwaru sebagian besar di
kecamatan ini tidak ada potensi kemiskinan Hal tersebut dikarenakan banyaknya
industry pendidikan seperti UMM UNISMA UNIGA Brawijaya ITN UM dll Dengan
banyaknya perguruan tinggi di wilayah tersebut maka potensi perekonomian semakin
besar Tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan karena
untuk memnuhi kebutuhan para mahasiswa
Pada data dikatakan bahwa rata-rata pendapatan di kecamatan Lowokwaru
masih besar padahal menurut analisis spasial potensi terjadinya kemiskinan sangat
kecil Pada analisi ekonomi diindentifikasi bahwa banyak masyarakat yang
berpendapatan dibawah 400 ribu Hal tersebut terjadi pada masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir sungai Masih banyak masyarakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai
tidak memiliki kesempatan kemampuan untuk bersaing dengan masyarakat yang tidak
tiggal di Daerah Aliran Sungai Di perkirakan masyarakat yang menempati DAS
merupakan masyarakat pendatang yang berurbanisasi dengan tidak membawa suatu
keahlian
Potensi kemiskinan terbesar dapat terjadi di Kecamatan Sukun Banyak
masyarakat di daerah ini yang memiliki pendapatan dibawah 400 ribu Jika kita
bandingkan dengan kecamatan Lowokwaru potensi kemiskinan di daerah kecamatan
Sukun tidak hanya terjadi di DAS namun juga pada masyarakat lainnya Banyak faktor
yang mengindikasikan potensi kemiskinan salah satu faktor utama adalah sulitnya
pemasaran dan persaingan yang ketat Meski kegiatan masyarakat di kecamatan
Lowokwaru dengan kecamatan Sukun relatif sama namun di kecamatan Lowokwaru
45
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
pemasaran barang dan jasa yang diproduksi tidak sesulit di kecamatan Sukun meski
ada persaingan
Hampir memeratanya potensi masyarakat miskin di kecamatan Sukun
menimbulkan dampak di kecamatan Kedungkandang terutama di perbatasan diantara
kedua kecamatan tersebut Menurut survey yang dilakukan memang sebagian besar
masyarakat miskin berpotensi di DAS Dapat dilihat di peta bahwa gambar merah
bersinggungan antara kedua kecamatan dan di kedua wilayah tersebut dialiri sungai
yang sama namun jika kita lihat kebawahnya warna kecamatan Kedungkandang mulai
ada yang Hijau Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat diluar DAS mempunyai
usaha yang berhubungan positif dengan pendapatan seperti pertanian
Berbeda halnya di kecamatan Klojen kecamatan ini merupakan pusat
pemerintahan kota Malang Banyak warga di kecamatan ini yang berprofesi sebagai
pegawai negeri sipil Memang masih terindikasi adanya kemiskinan di daerah tersebut
namun kemiskinan itu timbul karena mereka yang tidak mempunyai kesempatan dan
daya tawar diri mereka Kebanyakan yang tidak memiliki daya tawar diri yang tinggi
adalah mereka para pendatang yang tidak membawa keahlian kemudian mereka
tinggal di DAS dan berprofesi sebagai buruh tani buruh pabrik ataupun yang lainnya
yang tidak membutuhkan keahlian lebih
Bab V Kesimpulan dan Saran
Setelah melalui beberapa tahapan analisis dalam mengidentifikasi kemiskinan
perkotaan di beberapa wiayah Jawa Timur terdapat beberapa kesimpulan yaitu
1 Didapat bahwa sebaran penduduk miskin berkosentrasi pada daerah
sepanjang aliran sungai dan ada beberapa kota yang mengindikasikan
bahwa penduduk miskin berasal dari pendatang dari luar kota
2 Dalam penanggulangan kemiskinan pemerintah sudah banyak
mengeluarkan berbagai macam program pengentasan kemiskinan seperti
P2K P2KP BLT dll namun dalam aplikasinya banyak program yang belum
tepat sasaran
3 Ada beberapa karakteristik yang menarik dalam pengentasan kemiskinan
diantaranya bahwa dalam mengentaskan masyarakat miskin metode yang
46
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
diterapkan lebih kepada pembinaan keahlian dan mentalitas karena
seperti yang terdapat di kota malang masyarakat miskin dipicu dari
kebiasaan atau mentalitas dari masyarakat tersebut dalam kehidupan
sehari-hari Riset menemukan meskipun masyarakat miskin diberikan
bantuan uang seperti BLT namun bantuan tersebut tidak diperuntukkan
kepada pengembangan usaha namun habis untuk konsumsi begitu pula
dengan program ndash program pengentasan kemiskinan yang lainnya
Saran
Dalam pengentasan kemiskinan disarankan kepada pemerintah untuk mencari
data kemiskinan yang akurat dengan tujuan pemberian bantuan dalam rangka
pengentasan kemiskinan dapat terserap tepat pada masyarakat yang dituju Selain itu
untuk mengentaskan masyarakat yang bertipikal ldquokultur miskinrdquo harus banyak diberikan
pelatihan dan pembinaan mental
47
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48
DAFTAR PUSTAKA
Blakely Edward J (1989) Planning Local Economic Development Theory and Practice Sage Library of Social Research 168 Sage Publication
BPS (1999) Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Beberapa Dimensi Sosial Ekonominya 1996-1999 Jakarta BPS
Budi Soeradji Mubyarto (1998) Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Laporan
Penelitian di Daerah-Daerah Yogyakarta Aditya Media
Faisal Basri (2002) Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan Indonesia Jakarta Erlangga
Fei J C H amp Gustav R (1964) Development Economics What Next In a Ranis G P Schulta (Ed) The State of Development Economics
Gunawan Sumodiningrat (1999) Penanggulangan Krisis Harus Memihak Rakyat Disampaikan pada konferensi pers untuk launcing The Economic and Social Survey of Asia and the Pacific 1999 (ESCAP) di UNIC Jakarta
Kuncoro M (2000) Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan (1st ed) Yogyakarta UPP AMP YKPN
Kuncoro M (2004) Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi Perencanaan Strategi dan Peluang Jakarata Erlangga
Mellor J W (1976) The New Economies of Growth A Strategy for India and the Developing Countries Cornell Cornell University Press
Nurkse R (1953) Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries In Meier Gerald M Leading Issues in Economic Development edisi ke 6 Oxford University Press Oxford
Rintuh Cornelis amp Miar (2005) Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat BPFE-UGM Yogyakarta
Sharp Ansel M Charles A Register and Paul W Cerimes (1996) Economics of Social Issues edisi ke 12 Richard D Chicago Irwin
Sumarto Sudarno (2002) ldquoGrowth Inequality and Poverty Evidence from Micro Datardquo Makala dalam The Young Economics Seminar Jakarta World Bank
48