Download - Laporan Resmi Kimia PDF
-
I. Judul Percobaan : Termokimia
II. Hari/Tanggal Percobaan : 11 November 2015
III. Selesai Percobaan : 11 November 2015
IV. Tujuan Percobaan :
1. Membuktikan bahwa setiap reaksi kimia disertai penyerapan atau
pelepasan kalor.
2. Menghitung perubahan kalor yang terjadi dalam berbagai reaksi kimia.
V. Tinjauan Pustaka
Termokimia yang merupakan bagian dari termodinamika membahas
tentang perubahan energi yang menyertai suatu reaksi kimia yang
dimanifestasikan sebagai kalor reaksi.
Partikel partikel penyusun zat selalu bergerak konstan, sehungga zat
memiliki energi kinetik. Energi kinetik rata rata suatu objek berbanding
lurus dengan temperature absolutenya(K), ini berarti jika suatu objek dalam
keadaan panas, atom molekul penyusunnya bergerak cepat, sehingga energi
kinetik objek tersebut besar. Energi potensial suatu zat muncul dari gaya
Tarik manarik dan tolak menolak antara partikel partikel penyusun zat.
Salah satu bentuk energi yang umum dijumpai adalah energi kalor.
Kalor adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipertukarkan antara
system dan lingkungan. Kalor reaksi adalah perubahan energi dalam reaksi
kimia dalam bentuk kalor. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor
yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut.
Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung sedikit. Alat untuk
mengukur kalor reaksi dari suatu reaksi kimia adalah kalorimeter.
Kalorimeter yang menggunakan teknik pencampuran dua zat di dalam suatu
wadah, umumnya digunakan untuk menentukan kalor jenis suatu zat. Ada
dua jenis calorimeter yaitu, calorimeter volume datar dan calorimeter
tekanan tetap.
Perubahan energi dalam reaksi kimia
Hampir dalam setiap reaksi kimia akan selalu terjadi penyerapan dan
pelepasan energi. Apabila perubahan kimia terjadi apada wadah sekat,
-
sehingga tidak ada kalor yang masuk maupun keluar dari sistem. Dnegan
demikian energi total yang dimiliki sistem adalah tetap. Perubahan energy
dalam reaksi kimia ada dua yaitu perubahan endoterm dan perubahan
eksoterm. Perubahan endoterm adalah perubahan yang mampu mengalirkan
kalor dari sistem ke lingkungan atau melepas kalor ke lingkungan. Bila
perubahan eksoterm terjadi temperatur sistem meningkat, energi potensial
zat zat yang terlihat dalam reaksi menurun. Sedangkan perubahan eksoterm
adalah kalor yang akan mengalir ke dalam sistem . Bila suatu perubahan
endoterm terjadi temperatur sistem menurun, energi potensial zat zat yang
terlibat dalam reaksi akan meningkat.
Kapasitas kalor dan kalor jenis
Kapasitas kalor (C) adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk
menaikkan temperatur dari suatu sampel bahan sebesar 1C. secara
matematis dinyatakan dengan persamaan berikut :
= .
Kalor jenis (S) adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan
temperature dari 1 gram massa bahan sebesar 1C. jika kita mengetahui
kalor jenis dan jumlah suatu zat maka perubahan temperatur zat tersebut
(T) dapat menyatakan jumlah kalor (q) yang diserap atau dilepaskan dalam
suatu reaksi kimia.
= . .
= .
Keterangan:
q : kalor yang dilepas atau diserap (Joule)
: perubahan temperature (T akhir T awal ) (C)
Kalorimeter Tekanan Tetap
Alat ini sangat sederhana terdiri dari dua cangkir sterofoam,
thermometer, pengaduk. Alat ini dapat digunakan untuk mengukur kalor
reaksi, netralisasi, dan kalor reaksi pengenceran. Karena pengukuran
dilangsungkan di bawah tekanan atmosfer, maka kalor reaksinya dinamakan
-
entalpi. Dalam pengukuran kalor reaksi dengan alat ini, tidak ada kalor yang
dilepaskan ke lingkungan, maka kita dapat menuliskan persamaan:
= + + =
= ( + )
Terdapat tiga jenis sistem, yaitu :
a. Sistem terbuka adalah sistem yang dapat mempertukarkan massa
dan energi (biasanya dalam bentuk kalor) dengan lingkungannya.
b. Sistem tertutup adalah sistem yang memungkinkan pertukaran
energi (biasanya dalam bentuk kalor) tetapi tidak mempertukarkan
massa dengan lingkungannya.
c. Sistem terisolasi adalah sistem yang tidak memungkinkan transfer
massa atau energi ke atau dari lingkungan.
Dalam mempelajari reaksi kimia dan energi perlu memahami
hukum-hukum yang mendasari tentang perubahan dan energi.
a. Hukum kekekalan energi
Dalam perubahan kimia atau fisika energi tidak dapat diciptakan
atau dimusnahkan, energi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke
bentu lainnya. Hukum ini merupakan hukum termodinamika
pertama dan menjadi dasar pengembangan hukum tentang energi
selanjutnya, seperti konversi energi.
b. Hukum Laplace
Hukum ini diajukan oleh Marquis de Laplace dan dia menyatakan
bahwa jumlah kalor yang dilepaskan dalam pembentukan sebuah
senyawa dari unsur-unsurnya sama dengan jumlah kalor yang
dibutuhkan untuk menguraikan senyawa tersebut menjadi unsur-
unsurnya.
c. Hukum Hess
Hukum ini diajukan oleh Germain Hess, dia menyatakan bahwa
entalphi reaksi (H) hanya tergantung pada keadaan awal reaksi
dan hasil reaksi dan tidak bergantung pada jalannya reaksi.
-
Termokimia erat kaitannya dengan termodinamika,
termodinamika yaitu ilmu kimia yang menangani hubungan kalor, kerja
dan bentuk lain energi, dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia dan
dalam perubahan keadaan. Energi dapat berubah dari satu bentuk ke
bentuk lain, baik secara alami maupun hasil rekayasa tehnologi. Ada
beberapa bentuk energi yang ada di alam, yaitu energi listrik,energi
kimia, energi potensial,energi akibat gaya magnit dan lain-lain. Energi
di alam semesta bersifat kekal, tidak dapat dibangkitkan atau
dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi dari satu bentuk
menjadi bentuk lain tanpa ada pengurangan atau penambahan. Ini
merupakan prinsip hukum kekekalan energi.
Hukum Termodinamika I menyatakan bahwa energi tidak dapat
diciptakan maupun dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari satu bentuk
ke bentuk lain. Oleh karena itu, jumlah energi yang diperoleh oleh
sistem akan sama dengan jumlah energi yang dilepaskan oleh
lingkungan. Sebaliknya, jumlah energi yang dilepaskan oleh sistem
akan sama dengan jumlah energi yang diperoleh oleh lingkungan.
Oleh karena energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan,
maka dalam suatu reaksi kimia, energi yang dilepaskan oleh sistem
dalam bentuk kalor akan diserap oleh lingkungan. Reaksinya disebut
reaksi eksoterm. Sebaliknya, dalam reaksi dimana energi diserap oleh
sistem dalam bentuk kalor akan sama dengan energi yang dilepaskan
oleh lingkungan. Reaksinya disebut reaksi endoterm.
a. Reaksi eksoterm adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan
kalor dari sistem ke lingkungan. Dalam hal ini sistem melepaskan
kalor ke lingkungan bertanda (-). Pada reaksi eksoterm umumnya
suhu system naik. Adanya kenaikan suhu inilah yang
mengakibatkan sistem melepaskan kalor ke lingkungan.
b. Reaksi endoterm adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan
kalor dari lingkungan ke sistem. Dalam reaksi ini, kalor diserap
oleh sistem dari lingkungannya bertanda (+). Pada reaksi
-
endoterm umumnya ditunjukkan oleh adanya penurunan suhu.
Adanya penurunan suhu sistem inilah yang mengakibatkan
terjadinya penyerapan kalor oleh sistem.
Kerja dan kalor
Termokimia mempelajari perubahan kalor dalam suatu reaksi
kimia. Jika suatu sistem reaksi diberikan sejumlah energi dalam bentuk
kalor (q),maka sistem akan melakukan kerja yang maksimum.
W = p . V
dengan W : kerja
P : tekanan
V : Perubahan volume ( Vakhir Vawal )
Kesepakatan untuk w, pemuaian gas V > 0, maka - p V bernilai
negatif. Untuk pemampatan gas (kerja dilakukan pada sistem), V < 0
maka p V bernilai positif.
Entalpi
Perubahan entalpi adalah perubahan kalor yang diukur pada
tekanan konstan, untuk menentukan perubahan entalpi dilakukan
dengan cara yang sama dengan penentuan perubahan kalor yang
dilakukan pada tekanan konstan. Perubahan kalor pada suatu reaksi
dapat diukur melalui pengukuran perubahan suhu yang terjadi pada
reaksi tersebut. Jumlah kalor yang dipindahkan untuk suatu kalor reaksi
yang dinyatakan dengan H. Dalam suatu reaksi kimia seperti :
A + B C + D
Jika reaksi berlangsung pada tekanan tetap, H = qp . Kalor reaksi
dari perubahan kimia adalah perbedaan antara kalor hasil reaksi dan
pereaksi dari suatu reaksi, yang secara matematis dapat di tulis :
H = H hasil reaksi H pereaksi
-
Untuk membahas reaksi-reaksi kimia digunakan perubahan
entalpi standar (H0), H0 merupakan perubahan entalpi sistem
pereaksi berubah menjadi hasil reaksi dalam keadaan standar untuk
reaksi 1 mol. Keadaan standar suatu zat adalah keadaan pada tekanan 1
atm dan pada suhu 250C ( 298,150K ).
Setelah kerja sistem menyimpan sejumlah energi yang disebut
sebagai energi dalam, secara matematis,perubahan energi dalam
dirumuskan sebagai berikut :
U = q V
Kalorimeter
Kalorimeter adalah alat pengukur jumlah kalor yang dilepas atau diserap
pada reaksi kimia. Cara penentuan kalor reaksi dengan menggunakan
kalorimeter disebut dengan kalorimetri.Kalorimeter adalah suatu sistem
terisolasi ( tidak ada perpindahan materi maupun energi dengan
lingkungan di luar kalorimeter ). Kalorimeter terbagi menjadi dua, yaitu
kalorimeter bom dan kalorimeter sederhana. Jika dua buah zat atau lebih
dicampur menjadi satu maka zat yang suhunya tinggi akan melepaskan
kalor sedangkan zat yang suhunya rendah akan menerima kalor, sampai
tercapai kesetimbangan termal. Menurut azas Black adalah kalor yang
dilepas besarnya sama dengan kalor yang diterima.Besarnya kalor yang
menyebabkan perubahan suhu (kenaikan atau penurunan suhu) air yang
terdapat di dalam kalorimeter dirumuskan sebagai:
q air = m c T
dengan:
m = massa air dalam kalorimeter (gram)
c = kalor jenis air dalam kalorimeter (J g1 K
1atau J g
1 C
1)
T = perubahan suhu (o
C atau K)
-
H = q p
Kalorimeter yang baik memiliki kapasitas kalor kecil. Artinya
kalorimeter tersebut benar-benar sebagai sistem yang terisolasi,
sehingga perubahan kalor yang terjadi dari reaksi dalam bom hanya
berpengaruh terhadap perubahan suhu air atau larutan yang ada di dalam
kalorimeter.
Reaksi yang berlangsung dalam kalorimeter bom merupakan
reaksi yang berlangsung pada volum konstan (V = 0), maka perubahan
kalor yang terjadi dalam sistem akan sama dengan perubahan energi
dalamnya.
U = q + w , dimana w = - PV
Jika V = 0, maka w = 0
Perubahan energi dalam pada kalorimeter bom menjadi
U = q v
Pengukuran kalor reaksi selain kalor reaksi pembakaran, dapat
dilakukan manggunakan kalorimeter pada tekanan konstan. Misalnya
pada kalorimeter stirofoam yang dibuat dari gelasstirofoam.
Kalorimeter jenis ini umunya dilakukan untuk mengukur kalor reaksi di
mana reaksinya berlangsung dalam bentuk larutan, misalnya untuk
mengukur perubahan kalor yang terjadi pada reaksi netralisasi asam-
basa.
Pada kalorimeter yang reaksi kimianya berlangsung pada tekanan
konstan (P = 0), maka perubahan kalor yang terjadi dalam sistem akan
sama dengan perubahan entalpinya.
-
Oleh karena dianggap tidak ada kalor yang diserap maupun
dilepaskan oleh sistem ke lingkungan selama reaksi berlangsung, maka
q reaksi + q rkalorimete + q tanlaru = q sistem
VI. Alat dan Bahan
Alat :
- Kalorimeter 1 buah
- Pipet ukur 2 buah
- Gelas kimia 1 buah
- Spatula 1 buah
- Thermometer 1 buah
Bahan :
- CuSO4 1 M
- NaOH 2 M
- HCl 1 M
- Serbuk Zn
-
VII. Cara Kerja
Praktikum 1
Penentuan Tetapan Kalorimeter
Air 25 ml
T1
- Diambil dengan pipet ukur
- Dimasukkan kedalam
kalorimeter
- Dicatat temperaturnya
Air 25 ml
-Diambil dengan pipet ukur
-Dimasukkan ke dalam gelas
kimia
- Dipanaskan hingga kenaikan
10C dari suhu kamar (T1)
- Dicatat temperaturnya
T2
-Dicampurkan air panas (T2) ke
dalam Klorimeter yang berisi
(T1)
-Dikocok dan dicatat temperatur
maksimum yang konstan
T
K
- Dihitung tetapan kalorimeternya
-
Praktikum 2
Penentuan Kalor Reaksi Zn-CuSO4
-Dimasukkan ke dalam
kalorimeter yang berisi
larutan CuSO4
CuSO4 1 M 25 ml
T3
- Dimasukkan kedalam
kalorimeter
- Dicatat temperaturnya
Serbuk Zn 0,2 gram
- Dicatat temperatur maksimum
yang konstan
T4
Hr
-Dihitung kalor penetralan yang terukur
-
Praktikum 3
Penentuan Kalor Penetralan HCl-NaOH
HCl 0,1M 15 ml
T5
- Dimasukkan kedalam
kalorimeter
- Dicatat temperaturnya
NaOH 0,1M 15ml
- Dicatat temperatur campuran
yang maksimum dan konstan
T6
Hn
-Dihitung kalor penetralan yang terukur
- Diatur temperaturnya sehingga
sama dengan temperatur larutan
HCl (T5)
- Dicampurkan larutan NaOH ke
dalam kalorimeter yang berisi
larutan HCl
-
VIII. Hasil Pengamatan
No
Perc
Prosedur Percobaan Hasil
Pengamatan
Dugaan /
Reaksi
Kesimpulan
1 Penentuan Tetapan
Kalorimeter
- Dimasukkan ke
dalam ke dalam
kalorimeter dengan
pipet tetes
- Dicatat
temperaturnya
- Dipanaskan
dalam gelas
kimia sampai
T 100 C
dari suhu
kamar
- Dicatat
temperaturnya
- Dicampur ke dalam
kalorimeter
Sebelum:
T1 = 34C
= 307 K
T2 = 44C
= 317 K
H2O(air) =
tidak
berwarna
Sesudah :
T = 38C
= 311 K
H2O(air) =
tidak
berwarna
Suhu
akhir
(T) dan
tinggi
daripada
T1 dan
lebih
rendah
daripada
T2
Tetapan
kalorimeternya
adalah 52,5
J/K
25 ml air
T 1
25 ml air
T 2
T1 dan T2
-
- Di catat temperaturn
maksimum yang
konstan
- Dihitung tetapan
kalorimeternya
2 Penentuan kalor reaksi Zn
- CuSO
- Dimasukkan
ke dalam
kalorimeter
- Dicatat
temperaturnya
- Dicampurkan ke
dalam kalorimeter
yang berisi larutan
CuSO
- Dicatat
temperatur yang
konstan
- Dihitung kalor
penetralan yang
keluar
Sebelum :
T3 = 35C
= 308 K
CuSO4 :
biru muda
Serbuk Zn :
abu abu
Setelah :
T4 = 38C
= 311 K
CuSO4 + Zn
: abu abu
Zn(S) +
CuSO4(aq)
ZnSO4(aq)
+ Cu(aq)
Karena reaksi
Zn - CuSO4
(Hr) = -
54204,384
J/mol
T
K
25 ml CuSO 1 M
T3
0,5 gram Zn
T4
Hr
-
3 Penentuan kalor penetralan
HCl NaOH
- Dimasukkan ke dalam
kalorimeter
- Dicatat temperaturnya
- Diatur
temperaturnya
sehingga sama
dengan
temperatur HCl
- Dicampurkan
ke dalam
kalorimeter
- Dicatat temperatur
campuran yang
maksimum dan
konstan
- Dihitung kalor
penetralan yang
terukur
Sebelum :
T5 = 35C
= 308 K
HCl
:bening
V = 15 ml
NaOH :
bening
V = 15 ml
Sesudah :
T6 = 42C
= 315K
HCl +
NaOH :
bening
V= 30 ml
HCl +
NaOH
NaCl +
H2O
Kalor
penetralan
HCl NaOH
(Hn) = -
163206,4
J/mol
10 ml HCl 1 M
T5
10 ml NaOH 1 M
T6
Hn
-
IX. Analisis Data
Penentuan Tetapan Kalorimeter
Pada percobaan pertama memasukkan 25 mL air dengan suhu normal
ke dalam kalorimeter. Lalu mengukur temperaturnya (T1) dan diperoleh
hasil sebesar 34 C = 307 K dan air jernih tidak berwarna. Setelah itu
memanaskan air sebanyak 25 mL sampai temperaturnya naik 10 C dari
suhu kamar. hingga suhu air mencapai titik maksimal dan didapat nilai
sebesar 44 C = 317 K dan air jernih tidak berwarna. Selanjutnya
mencampurkan air yang telah dipanaskan dengan air dingin yang ada dalam
kalorimeter. Lalu diaduk hingga keduanya bercampur. Selanjutnya
mengukur suhu campuran yang konstan () dan diperoleh nilai sebesar
38 C = 311 K dan warna air pun tetap tidak berwarna. Pada perhitungan
diperoleh 1 = 420 , 2 = 630 , 3 = 210 . Sehingga
diperoleh tetapan kalorimeter sebesar 52,5 Joule/K.
Penentuan kalor reaksi Zn-CuSO4
Pada percobaan kedua, memasukkan 25 mL CuSO4 1M kedalam
kalorimeter. Mengukur temperaturnya (T3) dan diperoleh hasil sebesar 35C
= 308 K dan berwarna biru muda. Setelah itu menambahkan larutan tersebut
dengan 0,2 gram serbuk Zn yang berwarna abu-abu dan kemudian
mengukur temperatur campuran larutan tersebut, sehingga diperoleh nilai
(T4) sebesar 38C = 311 K, setelah dicampur dan diukur temperaturnya
larutan 4 tidak berwarna dan terdapat endapan Cu berwarna
kehitaman. Pada perhitungan diperoleh 4 = 157,5 , 5 =
5,113152 , 6 = 162,613 sehingga diperoleh kalor reaksi
yang dihasilkan dalam 1 mol larutan (Hr) sebesar -54204,384 J/Mol,
sehingga terjadi reaksi eksoterm. Sehingga diperoleh persamaan :
Zn(s) + CuSO4(aq) ZnSO4(aq) + Cu(s)
-
Penentuan kalor penetralan HCl-NaOH
Pada percobaan ketiga memasukkan 15 mL HCl 1M, jernih tidak
berwarna kedalam kalorimeter dan kemudian mengukur temperaturnya (T5)
dan diperoleh nilai sebesar 350 = 308 . Setelah itu menambahkan 15mL
NaOH 1M, jernih tidak berwarna yang diukur temperature sama dengan
temperature pada NaOH, kemudian setelah kedua larutan tersebut
dicampur, menghitung temperatur campuran T6 dan diperoleh nilai sebesar
420 = 315 dan warnanya berubah menjadi tetap bening. Pada
perhitungan diperoleh q7 = 856,548 Joule ,q8 = 367,5 Joule,q9 = -1224,048
Joule, sehingga diperoleh kalor penetralan yang dihasilkan dalam 1 mol
larutan (Hn) sebesar -163.206,4 J/Mol, sehingga terjadi reaksi eksoterm.
Sehingga diperoleh persamaan : HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
X. Pembahasan
Pada percobaan pertama penentuan ketetapan kalorimeter telah terjadi
kesetimbangan suhu di mana air aquades dalam kalorimeter bersuhu 34oC
(307 K) bereaksi dengan air aquades yang dipanaskan bersuhu 44oC (317
K) yang berada di dalam kalorimeter akan membentuk suhu yang setimbang
yaitu 38oC (311 K). Wadah kalorimeter juga dapat menyerap panas. Oleh
karena itu, besarnya tetapan kalorimeter harus dicari agar perubahan dalam
reaksi dapat dihitung secara keseluruhan. Dari data yang diperoleh dapat
diperoleh nilai K (tetapan kalorimeter) yaitu sebesar 52,5 J/K.
Percobaan kedua yaitu antara 25 ml CuSO4 1M dan 0,2 gram Zn
persamaannya dapat ditulis sebagai berikut:
Zn(s) + CuSO4 (aq) ZnSO4 (aq) + Cu(s)
Jika Zn dan CuSO4 bereaksi akan menghasilkan ZnSO4 dan endapan Cu
yang berwarna merah kecoklatan. Warna endapan yang diperoleh dari
percobaan telah sesuai dengan teori.
Jika dilihat dari suhunya reaksi tersebut mengalami peningkatan suhu
dari 35oC (308 K) menjadi 38oC (311 K) hal tersebut berarti reaksi CuSO4
dan Zn merupakan reaksi eksoterm. Selain itu Hr yang menunjukkan
-
angka negatif yaitu -54204,384 J/mol menunjukkan bahwa reaksi tersebut
merupakan reaksi eksoterm.
Pada percobaan ketiga yaitu menentukan kalor penetralan HCl - NaOH.
Persamaan reaksi tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
Reaksi antara 15 ml HCl 1M dan 15 ml NaOH 1M menghasilkan NaCl
dan air. Reaksi ini termasuk reaksi eksoterm karena terjadi kenaikan suhu
dari 35oC (308 K) menjadi 42oC (315 K) dan Hn yang diperoleh juga
bernilai negatif yaitu 163.206,4 J/mol.
XI. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa setiap
reaksi kimia ada pelepasan dan penyerapan kalor. Hal tersebut dapat diamati
dengan perubahan suhu. Dari hasil percobaan diperoleh nilai tetapan
kalorimeter yaitu sebesar 52,5 J/K. Besarnya nilai kalor reaksi Zn-CuSO4
yaitu -54204,384 J/mol dan besarnya nilai kalor penetralan HCl-NaOH yaitu
163.206,4 J/mol.
-
XII. Daftar Pustaka
Brady, James E. 1998 Kimia Universitas Asas dan Struktur Edisi Kelima
Jilid 1. Jakarta : Binarupa Aksara
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi ketiga Jilid
1. Jakarta: Erlangga
Tim Kimia Dasar.2013.Petunjuk Praktikum Kimia Umum .Surabaya
:UNESA-Unipress
Tim Kimia Umum . 2015 . Kimia Umum . Surabaya:UNESA-Unipress
Surabaya, 11 November 2015
Mengetahui Praktikan,
Dosen/Asisten Pembimbing
(... ) (. )
-
LAMPIRAN
1. Lampiran perhitungan
Percobaan I
Penentuan Tetapan Kalor
Vair Vair panas
25 mL
25 cm3
air 1 g/cm3
m air V
1 g/cm3 25 cm3
= 1 gr
T1 34 C atau 307 K
T2 44 C atau 317 K
T = 38 C atau 311 K
Kalor yang diserap air dalam suhu ruang (Q1)
Q1 mair cair T1
25 g 4,2 J/gK (311-307) K
420 J
Kalor yang diserap air panas (Q2)
Q2 mair cair T2
25 g 4,2 J/gK (317-311) K
630 J
-
Kalor yang diserap kalorimeter (Q3)
Q3 Q2 Q1
630 J 420 J
210 J
Tetapan kalorimeter
K Q3
1
210
311307
210
4
52,5 J/K
Percobaan II
Penentuan Kalor Reaksi Zn-CuSO4
V CuSO4 25 mL
0,025 L
Massa Zn 0,5 g
Ar Zn 65,4
Mr ZnSO4 161,4
T3 35C atau 308 K
T4 38 C atau 311 K
Mol Zn
0,2
65,4
-
0,003 mol
Mol CuSO4 m V
0,2 0,025 L
0,005 mol
Zn + CuSO4 ZnSO4 + Cu
M : 0,003 0,005 - -
R : 0,003 0,003 0,003 0,003
-
S : - 0,002 0,003 0,003
Massa ZnSO4 mol Zn Mr ZnSO4
0,003 161,4
0,4842 gr
Q4 K (T4 T3)
52,5 J/K (311 308) K
52,5 (3) K
157,5 J
Q5 m ZnSO4 C ZnSO4 T
0,4842 g 3,52 J/gK (311-308) K
= 0,4842 x 3,52 x 3
-
5,113152 J
Q6 - (Q4 + Q5)
- (5,311315 J + 157,5 J)
- 162,613 J
Hr 6
4
162,613
0,003
-54204,384 J
Percobaan III
Penentuan Kalor Penetralan HCl(aq)-NaOH(aq)
T5 = 35C = 308 K
T6 = 42C = 315 K
V = 15 ml
larutan = 1,03 gr/cm3
Clarutan = 3,96 J/grK
mlarutan = Vtot x
= 30 x 1,03 gr/cm3
= 30,9 gr
Q7 massalarutan Clarutan kenaikan temperatur
30,9 g 3,96 J/gK (315 308) K
856,548 J
Q8 K (T6 T5)
-
52,5 (315 308) K
367,5 J
Q9 - (Q7 + Q8)
- (856,548 + 367,5)
- 1224,048 J
Mol HCl M V
0,5 15 mL
7,5 mmol
0,0075 mol
Mol NaOH M V
0,5 15 mL
7,5 mmol
0,0075 mol
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
M : 0,0075 0,0075 - -
R : 0,0075 0,0075 0,0075 0,0075
-
S : - - 0,0075 0,0075
Hn =9
1224,048
0,0075
-163206,4 J/mol
-
2. Lampiran foto
Percobaan 1
Penentuan tetapan kalorimeter
25 ml air dimasukkan ke kalorimeter
25 ml air dimasukkan ke dalam
kalorimeter
25 ml air dipanaskan sampai
suhunya naik 10C dari suhu
ruang
Air dingin dan air panas tadi
dicampurkan ke dalam kalorimeter
dan dicatat temperaturnya.
-
Percobaan 2
Penentuan kalor reaksi Zn - CuSO
Masukkan 0,2 gram Zn ke dalam kalorimeter yang berisi larutan CuSO
25 ml CuSO 1 M dimasukkan ke dalam kalorimeter lalu catat temperaturnya
-
Terdapat endapan berwarna abu-abu
Percobaan 3
Penentuan kalor penetralan HCl - NaOH
15 ml HCl 1 M 15 ml NaOH 1 M
Kemudian catat temperatunya
-
Campur HCl dan NaOH ke dalam
kalorimeter kemudian catat temperaturnya.