UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI APOTEK SAMMARIE BASRA
JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMURPERIODE 16 SEPTEMBER – 25 OKTOBER 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
ARLIKA RAHAYU, S.Farm.1206329392
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOKJANUARI 2014
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI APOTEK SAMMARIE BASRA
JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMURPERIODE 16 SEPTEMBER – 25 OKTOBER 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Apoteker
ARLIKA RAHAYU, S.Farm.1206329392
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOKJANUARI 2014
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
iv
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil‘alamin, penulis memanjatkan puji dan syukur
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek
Sammarie Basra yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No.31 Jakarta Timur
yang berlangsung dari tanggal 16 September – 25 Oktober 2013.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada
pihak-pihak yang dengan penuh ketulusan hati memberikan bimbingan, arahan,
dan dukungan kepada penulis selama menjalankan PKPA dan ketika menyusun
laporan PKPA dan Tugas Umum ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada:
1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia.
2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M. S., Apt., selaku Pj.S. Dekan Fakultas
Farmasi UI sampai dengan 20 Desember 2013
3. Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk melakukan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini.
4. T. Nebrisa Z., S.Farm., Apt., MARS selaku Pembimbing I, yang telah
memberikan kesempatan, bimbingan, pengarahan serta nasehat kepada
penulis selama kegiatan PKPA di Apotek SamMarie Basra
5. Widia, S.Si., Apt., selaku Apoteker Pengelola Apotek, yang telah
memberikan pengarahan dan penjelasan kepada penulis selama kegiatan
PKPA di Apotek SamMarie Basra.
6. Dra. Rosmala Dewi, Apt., selaku pembimbing II dari Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia, yang telah bersedia memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan laporan ini.
7. Karyawan dan karyawati Apotek SamMarie Basra atas perhatian dan
kerjasamanya.
8. Seluruh staf pengajar dan sekretariat Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia.
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
vi
9. Keluarga tercinta, atas besarnya kasih sayang dan doa yang tak pernah putus
mengiringi setiap langkah perjalanan hidup penulis.
10. Seluruh teman-teman Apoteker Angkatan 77 Universitas Indonesia atas
kebersamaan, kerjasama dan kesediaan berbagi suka dan duka, dukungan
dan semangat yang diberkan kepada penulis.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan dan dukungannya kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan PKPA ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga
pengetahuan dan pengalaman yang penulis dapatkan selama kegiatan PKPA ini
dapat berguna bagi penulis di masa mendatang dan laporan ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca.
Penulis
Depok, Januari 2014
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
viii
ABSTRAK
Nama : Arlika Rahayu, S. Farm Program Studi : Apoteker Judul :.Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek SamMarie
Basra Jalan Basuki Rachmat No. 31 Jakarta Timur Periode 16 September - 25 Oktober 2013
Apotek adalah tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Apotek menjadi salah satu sarana pelayanan kesehatan untuk mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Saat ini, pelayanan kefarmasian yang dilakukan dalam Apotek telah mengalami pergeseran orientasi dari obat ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care. Sebagai konsekuensi nya, Apoteker dituntut meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung baik kepada pasien maupun kepada tenaga kesehatan lain. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilakukan pada 16 September – 25 Oktober 2013 di Apotek SamMarie Basra guna memberikan perbekalan bagi para calon Apoteker untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama masa kuliah secara praktis dan langsung kepada pasien di Apotek. Kegiatan PKPA tersebut memberikan pengetahuan langsung mengenai peran dan fungsi Apoteker dalam pelayanan kefarmasian dan pengelolaan Apotek.
Kata Kunci :.Praktek Kerja Profesi Apoteker, Apotek SamMarie Basra,pelayanan kefarmasian, Pharmaceutical Care.
xiii+84 halaman : 29 lampiranDaftar Pustaka : 18 (1987-2012)
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
ix
ABSTRACT
Name : Arlika Rahayu, S. Farm Study Program : ApothecaryTitle :.Report of Pharmacist Internship Program at Sammarie
Basra Pharmacy Basuki Rachmat Street No. 31 Jakarta Timur Time Period September 16 - October 25, 2013
Pharmacy is a place where do pharmacy work and distribution of pharmaceutical and other medical supplies to the public. Pharmacy became one of health care facility to realize the achievement of optimal health status for the community. Currently, pharmaceutical services are performed in the pharmacy has undergone a shift in the orientation of the drug to patients who are referred to the Pharmaceutical Care. As a consequence, Pharmacist required to increase the knowledge, skills, and behaviors in order to carry out the direct interaction to patients either to other health professionals. Pharmacists Internship Program (PIP) conducted on September 16 to October 25, 2013 at the SamMarie Basra Pharmacy to provide supplies for prospective pharmacists to apply the knowledge they have learned during the course in a practical and direct to patients in pharmacies. The PIP activities provide direct knowledge of the role and functions of pharmacists in pharmaceutical care and pharmacy management.
Key Words :. Pharmacist Internship Program, SamMarie Basra Pharmacy , pharmaceutical services, Pharmaceutical Care.
xiii+84 pages : 29 appendixes Bibliography : 18 (1987-2012)
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
x
DAFTAR ISI
HalamanHALAMAN SAMPUL .................................................................................... iHALAMAN JUDUL ....................................................................................... iiHALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................. iiiHALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ivKATA PENGANTAR .................................................................................... vHALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYAILMIAH ........................................................................................................... viiABSTRAK ....................................................................................................... viiiABSTRACT..................................................................................................... ixDAFTAR ISI ................................................................................................... xDAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiiDAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiiiBAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 11.2 Tujuan ...................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN UMUM ....................................................................... 32.1 Pengertian Apotek ................................................................... 32.2 Landasan Hukum Apotek ........................................................ 32.3 Tugas dan Fungsi Apotek......................................................... 42.4 Persyaratan Sarana dan Prasarana Apotek .............................. 52.5 Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek ................. 62.6 Petugas Apotek ....................................................................... 112.7 Pencabutan Surat Izin Apotek ................................................. 142.8 Pengelolaan Apotek.................................................................. 16
2.8.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi ................................... 162.8.2 Pengelolaan Keuangan ................................................... 192.8.3 Administrasi ................................................................... 19
2.9 Sediaan Farmasi di Apotek ...................................................... 202.10 Pelayanan Apotek .................................................................... 24
2.10.1 Pelayanan Resep .......................................................... 252.10.2 Promosi dan Edukasi .................................................... 272.10.3 Pelayanan Residensial (Home Care) ............................ 28
2.11 Prosedur Pengelolaan Resep..................................................... 292.12 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika di Apotek................. 30
2.12.1 Pengelolaan Narkotika di Apotek................................. 302.12.2 Pengelolaan Psikotropika di Apotek ............................ 33
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK SAMMARIE BASRA ........... 353.1 Sejarah Singkat ........................................................................ 353.2 Lokasi, Bangunan, dan Tata Ruang Apotek ............................ 353.3 Struktur Organisasi .................................................................. 353.4 Kegiatan di Apotek .................................................................. 37
3.4.1 Pengadaan/Pembelian Perbekalan Farmasi .................... 37
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
xi
3.4.2 Penyimpanan dan Pengeluaran Barang .......................... 383.4.3 Penjualan ........................................................................ 38
3.5 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika ................................. 393.5.1 Pengadaan Narkotika dan Psikotropika ......................... 393.5.2 Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika .................... 403.5.3 Pelayanan Resep Narkotika dan Psikotropika ............... 403.5.4 Laporan Penggunaan narkotika dan Psikotropika ......... 40
BAB 4 PEMBAHASAN ............................................................................. 414.1 Sumber Daya Manusia ............................................................. 414.2 Lokasi dan Tata Ruang Apotek ................................................ 414.3 Struktur Organisasi ................................................................... 424.4 Pengelolaan Apotek.................................................................. 43
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 475.1 Kesimpulan .............................................................................. 475.2 Saran ........................................................................................ 47
DAFTAR ACUAN ......................................................................................... 48
LAMPIRAN ................................................................................................... 50
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
xii
DAFTAR GAMBAR
HalamanGambar 2.1. Penandaan Obat Bebas ............................................................... 21
Gambar 2.2. Penandaan Obat Bebas Terbatas ................................................ 21
Gambar 2.3. Tanda Peringatan pada Obat Bebas Terbatas ............................. 22
Gambar 2.4. Penandaan Obat Keras ............................................................... 22
Gambar 2.5. Penandaan Narkotika .................................................................. 24
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Formulir APT-1 ........................................................................ 50
Lampiran 2. Formulir APT-2 ......................................................................... 51
Lampiran 3. Formulir APT-3 ......................................................................... 52
Lampiran 4. Formulir APT-4 ......................................................................... 56
Lampiran 5. Formulir APT-5 ......................................................................... 57
Lampiran 6. Formulir APT-6 ......................................................................... 59
Lampiran 7. Formulir APT-7 ......................................................................... 60
Lampiran 8. Formulir APT-9 ......................................................................... 61
Lampiran 9. Formulir APT-11 ....................................................................... 62
Lampiran 10. Formulir APT-12 ....................................................................... 64
Lampiran 11. Formulir APT-13 ....................................................................... 65
Lampiran 12. Formulir APT-14 ....................................................................... 66
Lampiran 13. Denah Lokasi Apotek SamMarie Basra .................................... 68
Lampiran 14. Desain Apotek SamMarie Basra ............................................... 69
Lampiran 15. Desain ruang racik Apotek SamMarie Basra ........................... 70
Lampiran 16. Denah ruangan Apotek SamMarie Basra ................................. 71
Lampiran 17. Form resep ................................................................................ 72
Lampiran 18. Salinan resep.............................................................................. 73
Lampiran 19. Etiket obat ................................................................................. 74
Lampiran 20. Plastik pembungkus obat .......................................................... 75
Lampiran 21. Struktur organisasi Apotek SamMarie Basra ........................... 76
Lampiran 22. Alur Pemesanan Obat ............................................................... 77
Lampiran 23. Surat Pesanan ............................................................................ 78
Lampiran 24. Faktur pembelian ...................................................................... 79
Lampiran 25. Kartu stok barang ...................................................................... 80
Lampiran 26. Surat Pesanan Narkotika ........................................................... 81
Lampiran 27. Surat Pesanan Psikotropika ...................................................... 82
Lampiran 28. Laporan penggunaan narkotika ................................................ 83
Lampiran 29. Laporan penggunaan psikotropik ............................................. 84
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apotek adalah tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi serta perbekalan
kesehatan lainnya kepada masyarakat. Apotek menjadi salah satu sarana
pelayanan kesehatan untuk mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat. Pelayanan kefarmasian tersebut merupakan suatu tugas
dan tanggung jawab apoteker pengelola apotek dalam melaksanakan pengelolaan
baik secara teknis farmasi maupun non teknis farmasi di apotek.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004 bahwa pelayanan kefarmasian pada saat ini telah
bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan
kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula
hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang
komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari pasien. Sebagai
konsekuensi perubahan oriental tersebut apoteker dituntut untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat meningkatkan interaksi
langsung dengan pasien dalam bentuk pemberian informasi, monitoring
penggunaan obat, dan mengetahui tujuan akhir terapi sesuai harapan dan
terdokumentasi dengan baik. Apoteker harus memahami dan menyadari
kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses
pelayanan. Oleh sebab itu apoteker dalam menjalankan praktik harus sesuai
standar yang ada untuk menghindari terjadinya hal tersebut. Apoteker harus
mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi
untuk mendukung penggunaan obat yang rasional.
Agar calon apoteker dapat memahami dan melihat secara langsung
bagaimana sebenarnya peran, tugas dan tanggung jawab dari seorang apoteker
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan mengelola apotek, maka
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
2
Universitas Indonesia
dilakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek SamMarie Basra
pada tanggal 16 September – 25 Oktober 2013.
1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek SamMarie
Basra yang diselenggarakan oleh Fakultas Farmasi Universitas Indonesia adalah:
a. Memahami peran dan fungsi Apoteker Pengelola Apotek di Apotek.
b. Memahami dan melihat secara langsung proses pengelolaan apotek yang
dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek baik secara teknis farmasi maupun
non teknis farmasi.
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
3 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1 Pengertian Apotek
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan
RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian
Izin Apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat
dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan
kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sementara menurut Peraturan Pemerintah
No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, dalam ketentuan umum
dijelaskan bahwa apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan
praktek kefarmasian oleh apoteker dan apoteker adalah sarjana farmasi yang telah
lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009,
pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,
serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.
2.2 Landasan Hukum Apotek
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat
yang diatur dalam:
1. Undang – Undang antara lain:
a. Undang - Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
b. Undang - Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika
c. Undang - Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
2. Peraturan Pemerintah antara lain:
a. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
b. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti Apoteker,
yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 184/Menkes/Per/II/1995.
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
4
Universitas Indonesia
c. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas PP No.
26 tahun 1965 tentang Apotek
3. Peraturan Menteri Kesehatan antara lain:
a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja
Tenaga Kefarmasian
b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
695/Menkes/Per/VI/2007 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Kesehatan No. 184 tahun 1995 tentang Penyempurnaan
Pelaksanaan Masa Bakti dan Izin kerja Apoteker.
c. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin
Apotek
4. Keputusan Menteri Kesehatan antara lain:
a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.922/MenKes/Per/X/1993 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
b. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek.
2.3 Tugas dan Fungsi Apotek (Syamsuni, 2006)
Apotek memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:
a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan;
b. Sarana farmasi untuk melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat;
c. Sarana penyaluran perbekalan farmasi dalam menyebarkan obat-obatan
yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata.
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
5
Universitas Indonesia
2.4 Persyaratan Sarana dan Prasarana Apotek
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922/Menkes/Per/X/1993,
persyaratan yang harus dipenuhi oleh apotek adalah sebagai berikut :
a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker, atau apoteker yang bekerja sama
dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan
tempat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi
lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan
pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi.
c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan
farmasi.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/MENKES/SK/
IX/2004, disebutkan bahwa :
a. Sarana apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh
masyarakat.
b. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek.
c. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat.
d. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari
aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk
menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi risiko
kesalahan penyerahan.
e. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker
untuk memperoleh informasi dan konseling.
f. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya, bebas dari hewan pengerat,
serangga.
g. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari
pendingin.
Apotek harus memiliki :
a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.
b. Tempat untuk menempatkan informasi bagi pasien, termasuk penempatan
brosur atau materi informasi.
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
6
Universitas Indonesia
c. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja
dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien.
d. Ruang racikan.
e. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien.
Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan
obat dan barang-barang lain yang tersusun rapi, terlindung dari debu dan barang-
barang lain yang tersusun dengan rapi, terlindung dari debu, kelembaban dan
cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur
yang telah ditetapkan.
2.5 Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek
Berdasarkan Peraturan Walikota Depok Nomor 65 Tahun 2012 disebutkan
bahwa persyaratan pemberian izin apotek adalah sebagai berikut:
Persyaratan pemberian izin apotek:
a. Salinan/ fotocopy surat tanda registrasi apoteker (STRA), surat izin praktik
apoteker (SIPA) atau surat keterangan SIPA dalam proses perizinan;
b. Salinan/Fotocopy Kartu Tanda Penduduk Apoteker penanggung jawab
Apotek dan pemilik modal;
c. Salinan/Fotocopy denah bangunan apotek disertai ukuran dan peta lokasi;
d. Surat yang mengatakan status bangunan dalam bentuk akte hak
milik/sewa/kontrak;
e. Daftar tenaga kefarmasian selain apoteker penanggung jawab minimal 2 (dua)
orang (untuk apotek non 24 jam), minimal 4 (empat) orang (untuk apotek 24
jam) dengan melampirkan ijazah, surat sumpah (SMF, DIII farmasi, S1
farmasi, apoteker pendamping), surat lolos butuh (bagi lulusan luar provinsi
Jawa Barat), Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK)
dan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) untuk DIII
farmasi dan S1 farmasi, STRA dan SIPA untuk apoteker pendamping;
f. Asli dan salinan/fotokopi surat izin atasan bagi pemohon pegawai negeri sipil,
anggota ABRI, dan pegawai instansi pemerintah lainnya;
g. Akte perjanjian kerjasama apoteker penanggung jawab apotek dengan
pemilik modal;
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
7
Universitas Indonesia
h. Surat pernyataan pemilik modal tidak terlibat pelanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang obat;
i. Fotokopi IMB Apotek (IMB Sosial Budaya);
j. Fotokopi Surat Izin Gangguan/HO;
k. Foto copy NPWP Pemilik Sarana;
l. Rekomendasi organisasi profesi (IAI);
m. Rekomendasi dari kepala puskesmas setempat;
n. Asli dan salinan/fotokopy daftar terperinci alat kelengkapan apotek;
o. Surat pernyataan dari apoteker penanggung jawab tidak bekerja tetap pada
perusahaan farmasi lain dan tidak menjadi apoteker penanggung jawab di
apotek lain.
p. Fotokopi Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL).
Permohonan izin Apotek karena penggantian pemilik modal dengan
melampirkan :
a. Salinan/fotokopi KTP pemilik modal;
b. Salinan/fotokopi denah bangunan;
c. Surat yang menyatakan status bangunan dalam bentuk akte hak
milik/sewa/kontrak;
d. Akte perjanjian kerja sama apoteker penanggung jawab Apotek dengan
pemilik modal;
e. Surat pernyataan pemilik modal tidak terlibat pelanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang obat;
f. Surat izin apotek asli;
g. NPWP pemilik modal;
h. Izin mendirikan bangunan Apotek (IMB Sosial budaya);
i. Daftar tenaga kefarmasian selain apoteker penanggung jawab minimal 2 (dua)
orang (untuk Apotek non 24 jam), minimal 4 (empat) orang (untuk Apotek 24
jam) dengan melampirkan ijazah, surat sumpah (SMF, DIII Farmasi, S1
Farmasi, Apoteker Pendamping), surat lolos butuh (bagi lulusan luar provinsi
Jawa Barat), Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK)
dan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) untuk DIII
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
8
Universitas Indonesia
Farmasi dan S1 Farmasi, STRA dan SIPA untuk apoteker pendamping; Surat
izin gangguan (HO);
j. Fotokopi Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL).
Jika ada penggantian penanggung jawab, apotek mengajukan permohonan
dengan melampirkan :
a. Salinan/fotokopi kartu tanda penduduk apoteker penanggung jawab apotek
dan pemilik modal;
b. Salinan/ fotokopi STRA, SIPA, lolos butuh (untuk lulusan di luar Provinsi
Jawa Barat);
c. Surat izin Apotek asli;
d. Surat pernyataan dari Apoteker penanggung jawab tidak bekerja tetap pada
perusahaan farmasi lain dan tidak menjadi apoteker penanggung jawab di
Apotek lain;
e. Asli dan salinan surat izin atasan bagi pemohon Pegawai Negeri Sipil,
anggota TNI dan Polri, dan pegawai instansi pemerintah lainnya;
f. Asli surat pemutusan kerjasama antara apoteker penanggung jawab dan
pemilik modal dengan 2 (dua) orang saksi;
g. Surat pengunduran diri apoteker penanggung jawab lama dengan dilampirkan
surat pernyataan akan bertanggung jawab sampai dengan surat izin apotek
atas nama apoteker penanggung jawab yang baru diterbitkan bermaterai 6000;
h. Surat pernyataan tidak keberatan apoteker penanggung jawab yang lama
digantikan oleh penanggung jawab yang baru;
i. Daftar tenaga kefarmasian selain apoteker penanggung jawab minimal 2 (dua)
orang (untuk Apotek non 24 jam), minimal 4 (empat) orang (untuk Apotek 24
jam) dengan melampirkan ijazah, surat sumpah (SMF, DIII Farmasi, S1
Farmasi, Apoteker Pendamping), surat lolos butuh (bagi lulusan luar provinsi
Jawa Barat), Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK)
dan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) untuk DIII
Farmasi dan S1 Farmasi, STRA dan SIPA untuk apoteker pendamping;
j. Fotokopi akte perjanjian kerjasama apoteker penanggung jawab apotek
dengan pemilik modal;
k. Surat rekomendasi dari organisasi profesi (IAI);
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
9
Universitas Indonesia
l. IMB Apotek (sosial budaya);
m. Surat izin gangguan (HO);
n. Surat Pernyataan pemilik modal menyanggupi menyelesaikan pergantian
apoteker dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan, apabila sampai dengan waktunya
tidak selesai maka bersedia melakukan penutupan apotek (bermeterai 6000).
Permohonan izin apotek karena pindah lokasi dengan melampirkan :
a. Salinan/fotokopi kartu tanda penduduk apoteker penanggung jawab apotek
dan pemilik modal;
b. salinan/fotokopi denah bangunan apotek disertai ukuran dan peta lokasi;
c. surat yang menyatakan status bangunan dalam bentuk akte hak milik/sewa/
kontrak;
d. IMB Apotek (sosial budaya);
e. surat izin gangguan (HO);
f. rekomendasi dari kepala puskesmas setempat;
g. Surat Izin apotek asli;
h. Daftar tenaga kefarmasian selain apoteker penanggung jawab minimal 2 (dua)
orang (untuk Apotek non 24 jam), minimal 4 (empat) orang (untuk Apotek 24
jam) dengan melampirkan ijazah, surat sumpah (SMF, DIII Farmasi, S1
Farmasi, Apoteker Pendamping), surat lolos butuh (bagi lulusan luar provinsi
Jawa Barat), Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK)
dan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) untuk DIII
Farmasi dan S1 Farmasi, STRA dan SIPA untuk apoteker pendamping;
i. Fotokopi Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1332/Menkes/SK/X/2002 Pasal 7 dan 9 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/PER/X/1993 mengenai Tata Cara
Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut:
a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan formulir APT-1.
b. Dengan menggunakan formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima
permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
10
Universitas Indonesia
untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan.
c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-
lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dan
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan
setempat dengan menggunakan contoh formulir APT-3.
d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam (b) dan (c) tidak
dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap
melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan
menggunakan contoh formulir APT-4.
e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan
pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (c) atau pernyataan ayat (d)
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA
dengan menggunakan contoh formulir APT-5.
f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau
Kepala Balai POM dimaksud ayat (c) masih belum memenuhi syarat.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua
belas) hari mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh
formulir APT-6.
g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (f),
Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum
dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal
Surat Penundaan.
h. Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana
dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara apoteker dan
pemilik sarana.
i. Pemilik sarana yang dimaksud (poin h) harus memenuhi persyaratan tidak
pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang
obat sebagaimana dinyatakan dalam surat penyataan yang bersangkutan.
j. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi
persyaratan APA dan atau persyaratan apotek atau lokasi apotek tidak sesuai
dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
11
Universitas Indonesia
setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya (12) dua belas hari kerja
wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan
menggunakan formulir model APT-7.
2.6 Petugas Apotek
Tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan operasional apotek terdiri dari :
a. Satu orang Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu apoteker yang telah
diberi Surat Izin Apotek (SIA).
b. Apoteker Pendamping, yaitu apoteker yang bekerja di apotek di samping
Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan/atau menggantikan pada jam-jam
tertentu pada hari buka apotek.
c. Apoteker Pengganti, yaitu apoteker yang menggantikan Apoteker Pengelola
Apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak berada di tempat
lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja
dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain.
d. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten
Apoteker.
Tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek
terdiri dari :
a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan Asisten Apoteker.
b. Kasir adalah petugas yang bertugas menerima uang dan mencatat pemasukan
serta pengeluaran uang.
c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek
dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan keuangan
apotek.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002,
disebutkan bahwa apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker, yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia
sebagai apoteker. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
12
Universitas Indonesia
Tenaga Kefarmasian. Berdasarkan permenkes ini, setiap tenaga kefarmasian wajib
memiliki surat tanda registrasi. Untuk tenaga kefarmasian yang merupakan
seorang apoteker, maka wajib memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA).
Setelah memiliki STRA, apoteker wajib memiliki surat izin sesuai tempat
kerjanya. Surat izin tersebut dapat berupa Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)
untuk apoteker yang bekerja di fasilitas pelayanan kefarmasian atau Surat Izin
Kerja Apoteker (SIKA) untuk apoteker yang bekerja di fasilitas produksi atau
distribusi farmasi.
Dokumen yang dipersiapkan untuk pengajuan Surat Tanda Registrasi
Apoteker (STRA) yaitu:
a. Foto copy ijazah apoteker
b. Foto copy surat sumpah / janji apoteker
c. Foto copy surat kompetensi profesi yang masih berlaku
d. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin
praktik
e. Surat pernyataan akan memenuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi
f. Pas foto terbaru berwarna ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan
ukuran 2x3 sebanyak 2 (dua) lembar
Apoteker yang telah memiliki SP atau SIK wajib mengganti SP atau SIK
dengan STRA dan SIPA/SIKA dengan cara mendaftar melalui website Komite
Farmasi Nasional (KFN). Setelah mendapatkan STRA, Apoteker wajib mengurus
SIPA dan SIKA di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan
kefarmasian dilakukan. STRA dikeluarkan oleh Menteri, dimana Menteri akan
mendelegasikan pemberian STRA kepada KFN. STRA berlaku selama lima tahun
dan dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan.
Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian
dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan:
a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN;
b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat keterangan
dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas
produksi atau distribusi/penyaluran;
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
13
Universitas Indonesia
c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi;
d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm
sebanyak dua lembar.
Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping
harus dinyatakan permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama,
kedua, atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan
SIPA atau SIKA paling lama dua puluh hari kerja sejak surat permohonan
diterima dan dinyatakan lengkap.
Tugas dan kewajiban apoteker di apotek adalah sebagai berikut :
a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non teknis
kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku
b. Mengatur, melaksanakan, dan mengawasi administrasi
c. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang
optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omset,
mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin
d. Melakukan pengembangan usaha apotek
Wewenang dan tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek meliputi
(Umar, 2011):
a. Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan
b. Menentukan sistem (peraturan) terhadap seluruh kegiatan
c. Mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan
d. Bertanggung jawab terhadap kinerja yang dicapai.
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002
Pasal 19 disebutkan bahwa apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada
jam buka apotek, maka APA harus menunjuk Apoteker Pendamping. Apoteker
Pendamping adalah apoteker yang telah bekerja di apotek di samping Apoteker
Pengelola Apotek dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka
apotek. Apabila APA dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu
berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk Apoteker Pengganti. Apoteker
Pengganti yaitu apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak
berada di tempat lebih dari tiga bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat
Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain.
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
14
Universitas Indonesia
Penunjukkan Apoteker Pendamping/Pengganti harus dilaporkan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi setempat dengan menggunakan formulir model APT-9.
Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti wajib memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Apabila Apoteker Pengelola Apotek
berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus-menerus, Surat
Izin Apotek atas nama Apoteker yang bersangkutan dapat dicabut.
Pada Pasal 24, dijelaskan apabila Apoteker Pengelola Apotek meninggal
dunia, maka:
1. Ahli waris Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan dalam waktu 2 x 24
jam kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat Apoteker Pendamping, maka
laporan wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras,
dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika.
3. Penyerahan dibuat Berita Acara Serah Terima dengan Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan formulir model APT-11
dengan tembusan kepada Kepala Balai POM setempat.
2.7 Pencabutan Surat Izin Apotek
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.1332/MENKES/SK/X/2002
Pasal 25 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut surat izin apotek apabila:
a. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan, menyimpan
dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya
terjamin. Sediaan farmasi yang karena sesuatu hal tidak dapat digunakan dan
dilarang untuk digunakan, harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau
ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri.
b. Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya lebih
dari 2 (dua) tahun secara terus menerus.
c. Terjadi pelanggaran terhadap Undang – Undang obat keras Nomor St. 1937
No. 541, Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Undang-
Undang No.5 tahun 1997 tentang psikotropika, Undang-Undangh No.22 tahun
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
15
Universitas Indonesia
1997 tentang narkotika, serta ketentuan peraturan perundang-undangan lain
yang berlaku.
d. Surat Izin Kerja Apoteker Pengelola Apotek dicabut.
e. Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-
undangan di bidang obat.
f. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat
pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya
baik merupakan milik sendiri atau pihak lain.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan
harus berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan pencabutan
Surat Izin Apotek dilakukan setelah dikeluarkan:
a. Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 kali
berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan dengan
menggunakan contoh Formulir APT-12.
b. Pembekuan izin Apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan sejak
dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek dengan menggunakan
contoh Formulir APT-13.
Pembekuan Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam poin (b) di atas,
dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh
persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini dengan menggunakan
contoh formulir APT-14. Pencairan Izin Apotek dimaksud di atas dilakukan
setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat. Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola
Apotek atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib
mengikuti tata cara sebagai berikut :
a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, psikotropika,
obat keras tertentu dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek.
b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang
tertutup dan terkunci
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
16
Universitas Indonesia
c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, tentang penghentian kegiatan disertai
laporan inventarisasi yang dimaksud dalam poin (a).
2.8 Pengelolaan Apotek
Seluruh upaya dan kegiatan apoteker untuk melaksanakan tugas dan fungsi
pelayanan apotek disebut pengelolaan apotek. Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 pengelolaan apotek meliputi:
a. Pengelolaan teknis kefarmasian meliputi pembuatan, pengelolaan, peracikan,
pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, penyerahan obat atau bahan
obat, pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan
farmasi lainnya. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang
meliputi pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi lainnya yang
diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun kepada
masyarakat, pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya
dan atau mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya.
b. Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi,
keuangan, personalia, pelayanan komoditas selain perbekalan farmasi dan
bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek. Secara garis besar
pengelolaan apotek dapat dijabarkan sebagai berikut:
2.8.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi
a. Perencanaan
Kegiatan yang termasuk dalam proses perencanaan adalah pemilihan jenis,
jumlah, dan harga dalam rangka pengadaan dengan tujuan mendapatkan jenis dan
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, serta menghindari
kekosongan obat. Dalam perencanaan pengadaan sediaan farmasi seperti obat-
obatan dan alat kesehatan, maka perlu dilakukan pengumpulan data obat-obatan
yang akan dipesan. Data obat-obatan tersebut biasanya ditulis dalam buku defekta,
yaitu jika barang habis atau persediaan menipis berdasarkan jumlah barang yang
tersedia pada bulan-bulan sebelumnya. Beberapa pertimbangan yang harus
dilakukan Apoteker Pengelola Apotek di dalam melaksanakan perencanaan
pemesanan barang, yaitu memilih Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
17
Universitas Indonesia
memberikan keuntungan dari segala segi, misalnya harga yang ditawarkan sesuai,
ketepatan waktu pengiriman, diskon dan bonus yang diberikan sesuai, jangka
waktu kredit yang cukup, serta kemudahan dalam pengembalian obat-obatan yang
hampir kadaluarsa.
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,
maka dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu
memperhatikan:
1. Pola penyakit, maksudnya adalah perlu memperhatikan dan mencermati pola
penyakit yang timbul di sekitar masyarakat sehingga apotek dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat tentang obat-obat untuk penyakit tersebut.
2. Tingkat perekonomian masyarakat di sekitar apotek juga akan mempengaruhi
daya beli terhadap obat-obatan.
3. Budaya masyarakat dimana pandangan masyarakat terhadap obat, pabrik
obat, bahkan iklan obat dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan obat-
obatan khususnya obat-obatan tanpa resep. Demikian juga dengan budaya
masyarakat yang lebih senang berobat ke dokter, maka apotek perlu
memperhatikan obat-obat yang sering diresepkan oleh dokter tersebut.
b. Pengadaan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 918/Menkes/Per/X/1993
tentang PBF, menyebutkan bahwa pabrik farmasi dapat menyalurkan produksinya
langsung ke PBF, apotek, toko obat, apotek rumah sakit, dan sarana kesehatan
lain. Pengadaan barang di apotek meliputi pemesanan dan pembelian. Pembelian
barang dapat dilakukan secara langsung ke produsen atau melalui PBF. Proses
pengadaan barang dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap persiapan, dilakukan dengan cara mengumpulkan data barang-barang
yang akan dipesan dari buku defekta, termasuk obat baru yang ditawarkan
pemasok.
2. Pemesanan dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan (SP), minimal
dibuat 2 lembar (untuk pemasok dan arsip apotek) dan ditandatangani oleh
APA dengan mencantumkan nomor SIPA.
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
18
Universitas Indonesia
Pengadaan atau pembelian barang di apotek dapat dilakukan dengan cara
antara lain (Anief, 1998):
1. Pembelian dalam jumlah terbatas yaitu pembelian dilakukan sesuai dengan
kebutuhan dalam waktu pendek, misalnya satu minggu. Pembelian ini
dilakukan bila modal terbatas dan PBF berada dalam jarak tidak jauh dari
apotek, misalnya satu kota dan selalu siap untuk segera mengirimkan obat
yang dipesan.
2. Pembelian berencana dimana metode ini erat hubungannya dengan
pengendalian persediaan barang. Pengawasan stok obat atau barang dagangan
penting sekali, untuk mengetahui obat yang fast moving atau slow moving, hal
ini dapat dilihat pada kartu stok. Selanjutnya dilakukan perencanaan
pembelian sesuai dengan kebutuhan.
3. Pembelian secara spekulasi merupakan pembelian dilakukan dalam jumlah
yang lebih besar dari kebutuhan, dengan harapan akan ada kenaikan harga
dalam waktu dekat atau karena ada diskon atau bonus. Pola ini dilakukan
pada waktu-waktu tertentu jika diperkirakan akan terjadi peningkatan
permintaan. Hal ini apabila spekulasinya benar akan mendapat keuntungan
besar, tetapi cara ini mengandung resiko obat akan rusak atau kadaluarsa.
c. Penyimpanan
Obat dengan bentuk sediaan padat, sediaan cair, atau setengah padat
disimpan secara terpisah. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari zat-zat yang
bersifat higroskopis. Serum, vaksin, dan obat-obat yang mudah rusak atau meleleh
pada suhu kamar disimpan dalam lemari pendingin. Penyusunan obat dapat
dilakukan secara alfabetis untuk mempermudah dan mempercepat pengambilan
obat saat diperlukan. Pengaturan pemakaian barang di apotek sebaiknya
menggunakan sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First
Out), sehingga obat-obat yang mempunyai waktu kadaluarsa lebih singkat
disimpan paling depan dan memungkinkan diambil terlebih dahulu.
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
19
Universitas Indonesia
2.8.2 Pengelolaan Keuangan
Laporan keuangan yang biasa dibuat di apotek adalah:
a. Laporan Rugi-Laba
Laporan laba-rugi adalah laporan akuntansi keuangan yang
menggambarkan tentang jumlah penjualan, biaya pembelian barang, biaya
operasional, biaya tetap, dan laba yang diperoleh dalam satu periode tertentu.
b. Neraca
Laporan akuntansi keuangan yang menggambarkan tentang kondisi harta
(aktiva), hutang (pasiva) dan modal sendiri (ekuity) yang dimiliki apotek pada
tanggal tertentu. Aktiva adalah investasi di dalam perusahaan dan pasiva
merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut. Oleh karena
itu, dapat dilihat dalam neraca bahwa jumlah aktiva akan sama besar dengan
pasiva. Aktiva dikelompokkan dalam aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar
berisi kas, surat-surat berharga, piutang, dan persediaan. Aktiva tetap dapat berupa
gedung atau tanah, sedangkan pasiva dapat berupa hutang dan modal.
c. Laporan Hutang-Piutang
Laporan yang berisi utang yang dimiliki apotek pada periode tertentu
dalam satu tahun disebut laporan hutang, sedangkan laporan piutang berisikan
piutang yang ditimbulkan karena transaksi yang belum lunas dari pihak lain
kepada pihak apotek.
2.8.3 Administrasi
Kegiatan yang biasa dilakukan dalam proses administrasi apotek meliputi:
a. Administrasi umum, kegiatannya meliputi membuat agenda atau
mengarsipkan surat masuk dan surat keluar, pembuatan laporan-laporan
seperti, laporan narkotika dan psikotropika, pelayanan resep dengan
harganya, pendapatan, alat dan obat KB, obat generik, dan lain-lain.
b. Pembukuan meliputi pencatatan keluar dan masuknya uang disertai bukti-
bukti pengeluaran dan pemasukan.
c. Administrasi penjualan meliputi pencatatan pelayanan obat resep, obat bebas,
dan pembayaran secara tunai atau kredit.
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
20
Universitas Indonesia
d. Administrasi pergudangan meliputi, pencatatan penerimaan barang, masing-
masing barang diberi kartu stok, dan membuat defekta.
e. Administrasi pembelian meliputi pencatatan pembelian harian secara tunai
atau kredit dan asal pembelian, mengumpulkan faktur secara teratur. Selain
itu dicatat kepada siapa berhutang dan masing-masing dihitung besarnya
hutang apotek.
f. Administrasi piutang, meliputi pencatatan penjualan kredit, pelunasan
piutang, dan penagihan sisa piutang.
g. Administrasi kepegawaian dilakukan dengan mengadakan absensi karyawan,
mencatat kepangkatan, gaji, dan pendapatan lainnya dari karyawan.
2.9 Sediaan Farmasi di Apotek
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1332/MENKES/SK/X/2002, sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli
Indonesia, alat kesehatan, dan kosmetika. Obat merupakan satu di antara sediaan
farmasi yang dapat ditemui di apotek. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun
2009, obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
Pemerintah menetapkan beberapa peraturan mengenai “Tanda” untuk
membedakan jenis-jenis obat yang beredar di wilayah Republik Indonesia agar
pengelolaan obat menjadi mudah. Beberapa peraturan tersebut antara lain yaitu:
a. UU No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
b. UU RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
c. Kepmenkes RI No. 2396/A/SK/VIII/86 tentang Tanda Khusus Obat Keras
Daftar G.
d. Kepmenkes RI No. 347/Menkes/SK/VIII/90 tentang Obat Wajib Apotek.
e. Kepmenkes RI No. 2380/A/SK/VI/83 tentang Tanda Khusus Obat Bebas dan
Obat Bebas Terbatas.
f. Permenkes RI No.688/Menkes/Per/VII/1997 tentang Peredaran Psikotropika.
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
21
Universitas Indonesia
Berdasarkan ketentuan peraturan tersebut, maka obat dapat dibagi menjadi
beberapa golongan yaitu (Umar, 2011)
1. Obat Bebas
Obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter disebut
obat bebas. Tandanya berupa lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi
hitam. Contoh obat bebas adalah Panadol®, Promag®, dan Diatab®
Gambar 2.1 Penandaan Obat Bebas
2. Obat Bebas Terbatas
Obat dengan peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter disebut
obat bebas terbatas. Tandanya berupa lingkaran bulat berwarna biru dengan garis
tepi hitam.
Gambar 2.2 Penandaan Obat Bebas Terbatas
Komposisi obat bebas terbatas merupakan obat keras sehingga dalam
wadah atau kemasan perlu dicantumkan tanda peringatan (P1-P6). Tanda
peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm
(disesuaikan dengan warna kemasannya) dan diberi tulisan peringatan
penggunaannya dengan huruf berwarna putih.
Tanda-tanda peringatan ini sesuai dengan golongan obatnya yaitu:
a. P No 1: Awas! Obat keras. Baca aturan memakainya. Contoh: Decolgen®,
Ultraflu®, dan Fatigon®.
b. P No 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk dikumur, jangan ditelan. Contoh:
Betadine gargle®, Listerin® dan Minosep®.
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
22
Universitas Indonesia
c. P No 3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan. Contoh:
Canesten® krim, dan Fosen enema®
d. P No 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
e. P No 5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. Contoh: Dulcolax®
Suppositoria
f. P No 6: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan. Contoh: Anusol®
Suppositoria.
Gambar 2.3 Tanda Peringatan pada Obat Bebas Terbatas
3. Obat Keras
Obat-obat yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan,
mendesinfeksi, dan lain-lain, pada tubuh manusia, baik dalam bungkusan atau
tidak yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan disebut obat keras. Tanda khusus
obat keras yaitu lingkaran merah dengan garis tepi hitam dan huruf K di dalamnya
yang ditulis pada etiket dan bungkus luar.
Gambar 2.4 Penandaan Obat Keras
Obat keras merupakan obat yang hanya bisa didapatkan dengan resep
dokter dan dapat diulang tanpa resep baru bila dokter menyatakan pada resepnya
“boleh diulang“. Obat-obat golongan ini antara lain obat jantung, obat diabetes,
P. No. 3Awas! Obat Keras
Hanya untuk bagian luardari badan
P. No. 4Awas! Obat Keras
Hanya untuk dibakar
P. No. 5Awas! Obat KerasTidak boleh ditelan
P. No. 6Awas! Obat KerasObat wasir, jangan
ditelan
P. No. 2Awas! Obat Keras
Hanya untuk kumur,Jangan ditelan
P. No. 1Awas! Obat Keras
Baca aturan memakainya
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
23
Universitas Indonesia
hormon, antibiotika, beberapa obat ulkus lambung, semua obat suntik, dan
psikotropika.
4. Psikotropika
Zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku disebut
psikotropika. Penggolongan dari psikotropika berdasarkan Undang-Undang No. 5
tahun 1997 tentang Psikotropika adalah:
a. Psikotropika golongan I adalah Psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh: etisiklidina, tenosiklidina, metilendioksi metilamfetamin (MDMA).
b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
dapat digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh:
amfetamin, deksamfetamin, metamfetamin, fensiklidin.
c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh: amobarbital, pentobarbital, siklobarbital.
d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: diazepam, estazolam, etilamfetamin, alprazolam.
Berdasarkan UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, disebutkan bahwa
psikotropika golongan I dan II telah dipindahkan menjadi narkotika golongan I
sehingga lampiran mengenai psikotropika golongan I dan II pada UU No. 5 tahun
1997 dinyatakan tidak berlaku lagi.
5. Narkotika
Berdasarkan Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
24
Universitas Indonesia
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Gambar 2.5 Penandaan Narkotika
Narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
a. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,
serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh: kokain, opium, heroin, ganja.
b. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan,
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: morfin, petidin, normetadona,
metadona.
c. Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Contoh: kodein, norkodeina, etilmorfina.
2.10 Pelayanan Apotek
Peraturan yang mengatur tentang Pelayanan Apotek adalah Peraturan
Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 yang meliputi:
a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan.
Pelayanan resep ini sepenuhnya atas tanggung jawab Apoteker Pengelola
Apotek, sesuai dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan
masyarakat.
b. Apotek tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep
dengan obat paten.
c. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, apoteker wajib
berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang lebih
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
25
Universitas Indonesia
tepat.
d. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan
obat yang diserahkan kepada pasien
e. Apoteker wajib memberikan informasi mengenai penggunaan obat secara
tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat.
f. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau
penulisan resep yang tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada
dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep
tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau
membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep.
g. Salinan resep harus ditandatangani oleh Apoteker.
h. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka
waktu 3 tahun.
i. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis
resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas
kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan
yang berlaku.
j. Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti
diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar Obat
Wajib Apotek, yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
2.10.1 Pelayanan Resep (Kementerian Kesehatan RI, 2004)
a. Skrining Resep
Apoteker melakukan kegiatan skrining resep yang meliputi:
1. Memeriksa kelengkapan persyaratan administrasi: nama dokter, nomor
SIP, alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf
dokter penulis resep, nama pasien, alamat pasien, umur pasien, jenis
kelamin pasien, dan berat badan pasien, nama obat, potensi, dosis, jumlah
yang diminta, cara pemakaian yang jelas dan informasi lainnya.
2. Memeriksa kesesuaian farmasetik seperti bentuk sediaan, dosis,
inkompatibilitas, stabilitas, cara dan lama pemberian.
3. Melakukan pertimbangan klinis seperti adanya alergi, efek samping,
interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
26
Universitas Indonesia
keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter
penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya
bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.
b. Penyiapan Obat
Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur,
mengemas, dan memberikan etiket pada wadah. Suatu prosedur tetap harus dibuat
untuk melaksanakan peracikan obat, dengan memperhatikan dosis, jenis, dan
jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. Etiket harus jelas dan dapat dibaca.
Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga
terjaga kualitasnya. Pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan
resep harus dilakukan sebelum obat diserahkan kepada pasien. Penyerahan obat
dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada
pasien.
c. Informasi Obat
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini, informasi obat pada
pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, jangka waktu
pengobatan, cara penyimpanan obat, aktivitas serta makanan dan minuman yang
harus dihindari selama terapi.
d. Konseling
Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien
atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan
obat yang salah. Untuk penderita penyakit seperti kardiovaskular, diabetes, TBC,
asma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara
berkelanjutan.
e. Monitoring Penggunaan Obat
Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan
pemantauan penggunaan obat terutama untuk pasien tertentu seperti
kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya.
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
27
Universitas Indonesia
2.10.2 Promosi dan Edukasi
Promosi adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan memberikan
inspirasi kepada masyarakat sehingga termotivasi untuk meningkatkan derajat
kesehatannya secara mandiri. Edukasi adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat
dengan memberikan pengetahuan tentang obat dan pengobatan serta mengambil
keputusan bersama pasien setelah mendapatkan informasi, untuk tercapainya hasil
pengobatan yang optimal. Apoteker harus memberikan edukasi dalam rangka
pemberdayaan masyarakat, apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri
(swamedikasi) untuk penyakit ringan, dengan memilihkan obat yang sesuai.
Apoteker juga harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi.
Apoteker ikut membantu diseminasi informasi antara lain dengan penyebaran
leaflet atau brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lain.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
919/MENKES/PER/X/1993 tentang kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa
resep harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di
bawah usia 2 tahun dan orangtua di atas 65 tahun.
b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada
kelanjutan penyakit.
c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia.
e. Obat dimaksud memiliki resiko khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
Prosedur tetap dalam pelaksanaan swamedikasi sebagi berikut:
a. Mendengarkan keluhan penyakit pasien yang ingin melakukan swamedikasi
b. Menggali informasi dari pasien meliputi:
1. Tempat timbulnya gejala penyakit
2. Seperti apa rasanya gejala penyakit
3. Kapan mulai timbul gejala dan apa yang menjadi pencetusnya
4. Sudah berapa lama gejala dirasakan
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
28
Universitas Indonesia
5. Ada tidaknya gejala penyerta
6. Pengobatan yang sebelumnya sudah dilakukan
c. Memilihkan obat sesuai dengan kerasionalan dan kemampuan ekonomi
pasien dengan menggunakan obat bebas, bebas terbatas dan obat wajib apotek
d. Memberikan informasi tentang obat yang diberikan kepada pasien meliputi:
nama obat, tujuan pengobatan, cara pakai, lamanya pengobatan, efek samping
yang mungkin timbul, serta hal-hal lain yang harus dilakukan maupun yang
harus dihindari oleh pasien dalam menunjang pengobatan. Bila sakit
berlanjut/lebih dari 3 hari hubungi dokter.
e. Mendokumentasikan data pelayanan swamedikasi yang telah dilakukan
2.10.3 Pelayanan Residensial (Home Care)
Apoteker sebagai pemberi pelayanan (care giver) diharapkan juga dapat
melakukan pelayanan kefarmasian yang diberikan kepada pasien yang dilakukan
di rumah khususnya untuk kelompok lanjut usia dan pasien dengan penyakit
kronis serta pasien dengan pengobatan paliatif . Tujuannya adalah pasien yang
karena keadaan fisiknya tidak memungkinkan datang ke apotek masih
mendapatkan pelayanan kefarmasian secara optimal. Pasien yang memerlukan
pelayanan home care diantaranya :
a. Pasien lanjut usia yang tidak mampu lagi memenuhi aktivitas dasar sehari-
hari misal : mandi, makan, minum, memakai baju secara mandiri
b. Pasien dengan penyakit kronis dan memerlukan perhatian khusus tentang
penggunaan obatnya, interaksi obat dan efek samping obat
c. Pasien yang memerlukan obat secara berkala dan terus menerus misal: pasien
TB
Jenis layanan home care:
a. Informasi penggunaan obat
b. Konseling pasien
c. Memantau kondisi pasien pada saat menggunakan obat dan kondisinya
setelah menggunakan obat serta kepatuhan pasien dalam minum obat
Home care dapat dilakukan dengan 2 cara:
a. Dengan kunjungan langsung ke rumah pasien
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
29
Universitas Indonesia
b. Dengan melalui telepon
2.11 Prosedur Pengelolaan Resep (Kementerian Kesehatan RI dan Ikatan
Apoteker Indonesia, 2011)
Tujuan prosedur pengelolaan resep adalah untuk pelaksanaan kegiatan
pencatatan, pengarsipan, penyiapan laporan dan penggunaan laporan untuk
mengelola sediaan farmasi.
Prosedur dalam pengelolaan resep adalah sebagai berikut:
b. Resep asli dikumpulkan berdasarkan tanggal yang sama dan diurutkan sesuai
nomor resep
c. Resep yang berisi narkotika dipisahkan atau digaris bawah dengan tinta
merah
d. Resep yang berisi psikotropika digaris bawah dengan tinta biru
e. Resep dibendel sesuai kelompoknya, setiap hari dan dibendel per bulan
f. Bendel resep diberi tanggal, bulan dan tahun yang mudah dibaca dan
disimpan di tempat yang telah ditentukan.
g. Penyimpanan bendel resep dilakukan secara berurutan dan teratur sehingga
memudahkan untuk penelusuran resep
h. Resep yang diambil dari bendel pada saat penelusuran harus
dikembalikan pada bendel semula tanpa merubah urutan
i. Resep yang telah disimpan selama 3 (tiga) tahun atau lebih, dimusnahkan
sesuai tata cara pemusnahan.
Prosedur pemusnahan resep bertujuan untuk pelaksanaan kegiatan
pemusnahan resep yang telah disimpan 3 (tiga) tahun atau lebih. Prosedur
pemusnahan resep adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan administrasi (berupa laporan dan berita acara pemusnahan
sediaan farmasi dan alat kesehatan).
b. Menetapkan jadwal, metoda dan tempat pemusnahan
c. Menyiapkan tempat pemusnahan
d. Tata cara pemusnahan :
1. Resep narkotika dihitung jumlahnya
2. Resep lain ditimbang
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
30
Universitas Indonesia
3. Resep dihancurkan, lalu dikubur atau dibakar
e. Membuat laporan pemusnahan resep yang sekurang-kurangnya memuat :
a. Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan resep
b. Jumlah resep narkotika dan berat resep yang dimusnahkan
c. Nama apoteker pelaksana pemusnahan resep
d. Nama saksi dalam pelaksanaan pemusnahan resep
f. Membuat berita acara pemusnahan yang ditandatangani oleh apoteker
dan saksi dalam pelaksanaan pemusnahan resep
2.12 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika di Apotek
2.12.1 Pengelolaan Narkotika di Apotek
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009,
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam
golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang. Pengendalian
dan pengawasan narkotika, di Indonesia merupakan wewenang Badan POM.
Untuk mempermudah pengendalian dan pengawasan narkotika maka pemerintah
Indonesia hanya memberikan izin kepada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. untuk
mengimpor bahan baku, memproduksi sediaan dan mendistribusikan narkotika di
seluruh Indonesia. Hal tersebut dilakukan mengingat narkotika adalah bahan
berbahaya yang penggunaannya dapat disalahgunakan. Secara garis besar
pengelolaan narkotika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan, pelaporan
dan pemusnahan (Umar, 2011).
a. Pemesanan Narkotika
Untuk memudahkan pengawasan maka apotek hanya dapat memesan
narkotika ke PBF PT. Kimia Farma dengan menggunakan Surat Pesanan (SP)
khusus narkotika, yang ditandatangani oleh APA, dilengkapi dengan nama jelas,
stempel apotek, nomor SIK dan SIA. Surat pesanan terdiri dari empat rangkap.
Surat pesanan narkotika dilengkapi dengan nama dan tanda tangan APA, nomor
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
31
Universitas Indonesia
Surat Izin Apotek (SIA), tanggal dan nomor surat, alamat lengkap dan stempel
apotek. Satu surat pesanan hanya untuk satu jenis narkotika.
b. Penyimpanan Narkotika
Apotek harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan narkotika dan
harus dikunci dengan baik. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Keputusan Menteri Kesehatan RI No 28,
1987):
1. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
2. Harus mempunyai kunci yang kuat.
3. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama
dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya serta
persediaan narkotika sedangkan bagian kedua dipergunakan untuk
menyimpan narkotika yang dipakai sehari-hari.
4. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 x 80
x 100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut melekat pada tembok atau lantai.
5. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain
narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.
6. Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang dikuasakan.
7. Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh
umum.
c. Pelayanan Narkotika
Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika
bahwa hal yang harus diperhatikan dalam penyerahan narkotika antara lain:
1. Penyerahan narkotika hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah sakit, pusat
kesehatan masyarakat, balai pengobatan dan dokter.
2. Apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada rumah sakit, pusat
kesehatan masyarakat, apotek lainyya, balai pengobatan, dokter, dan pasien
3. Rumah sakit, apotek, pusat kesehatan masyarakat, dan balai pengobatan
hanya dapat menyerahkan narkotika kepada pasien berdasarkan resep dokter.
4. Penyerahan narkotika oleh dokter hanya dapat dilaksanakan untuk
menjalankan praktik dokter dengan memberikan narkotika melalui suntikan
dan menolong orang sakit dalam keadaan darurat dengan memberikan
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
32
Universitas Indonesia
narkotika melalui suntikan atau menjalankan tugas di daerah terpencil yang
tidak ada apotek
5. Narkotika dalam bentuk suntikan dalam jumlah tertentu yang diserahkan oleh
dokter hanya dapat diperoleh di apotek.
d. Pelaporan Narkotika (Dirjen Binfar Alkes, 2011)
Undang-Undang Berdasarkan Permenkes RI Nomor
1575/Menkes/PER/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kesehatan pada pasal 539, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pengolahan, serta
penyajian data dan informasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan, pengolahan,
dan penyajian Data Penggunaan Obat Narkotika dan Psikotropika dari unit
pelayanan.
Dalam melaksanakan aktivitas pengelolaan data pelaporan tersebut
Direkorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah menggunakan
Sistem Pelaporan dalam bentuk software aplikasi yaitu Sistem Pelaporan
narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) yang dapat diakses secara online Sistem
Pelaporan Narkotika dan Psikotropika telah disosialisasikan ke Dinas Kesehatan
Provinsi dan Dinas Kesehatan Kab/Kota dan juga telah dilakukan Training of
Trainer (TOT) bagi petugas Dinas Kesehatan Provinsi untuk meningkatkan
kemampuan pengoperasian SIPNAP tersebut. SIPNAP terdiri dari software
tingkat Unit Pelayanan (Apotek, Puskesmas dan Rumah sakit); Software Tingkat
Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Pelaporan ke Provinsi dan Pusat dilakukan
melalui sistem Pelaporan Online melalui Jaringan Internet.
e. Pemusnahan Narkotika
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/Per/I/1978
pasal 9 mengenai pemusnahan narkotika, APA dapat memusnahkan narkotika
yang rusak, kadaluarsa, dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam
pelayanan kesehatan dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Pemusnahan narkotika dilakukan dengan pembuatan berita acara yang sekurang-
kurangnya memuat: tempat dan waktu (jam, hari, bulan, dan tahun); nama
pemegang izin khusus, APA atau dokter pemilik narkotika; nama, jenis, dan
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
33
Universitas Indonesia
jumlah narkotika yang dimusnahkan; cara pemusnahan; tanda tangan dan identitas
lengkap penanggung jawab apotek dan saksi-saksi pemusnahan. Berita acara
pemusnahan narkotika tersebut dikirimkan kepada Suku Dinas Pelayanan
Kesehatan setempat dengan tembusan kepada Balai Besar POM setempat.
2.12.2 Pengelolaan Psikotropika di Apotek
Ruang lingkup pengaturan psikotropika adalah segala hal yang
berhubungan dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan ketergantungan.
Tujuan pengaturan psikotropika yaitu:
a. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan
dan ilmu pengetahuan.
b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika.
c. Memberantas peredaran gelap psikotropika.
Secara garis besar pengelolaan psikotropika meliputi:
a. Pemesanan Psikotropika
Kegiatan ini memerlukan surat pesanan (SP), dimana satu SP bisa
digunakan untuk beberapa jenis obat. Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya
dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai
pengobatan, dokter, dan pasien dengan resep dokter. Tata cara pemesanan adalah
dengan menggunakan SP yang ditandatangani oleh APA dilengkapi dengan nama
jelas, stempel apotek, nomor SIK dan SIA. Surat pesanan dibuat rangkap 3, dua
lembar untuk PBF dan 1 lembar untuk arsip apotek. Satu SP untuk beberapa jenis
obat psikotropika.
b. Penyimpanan Psikotropika
Kegiatan ini belum diatur oleh perundang-undangan, namun karena
kecenderungan penyalahgunaan psikotropika, maka disarankan untuk obat
golongan psikotropika diletakkan tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus.
c. Pelaporan Psikotropika
Undang-undang Berdasarkan Permenkes RI Nomor
1575/Menkes/PER/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kesehatan pada pasal 539, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pengolahan, serta
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
34
Universitas Indonesia
penyajian data dan informasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan, pengolahan,
dan penyajian Data Penggunaan Obat Narkotika dan Psikotropika dari unit
pelayanan.
Dalam melaksanakan aktivitas pengelolaan data pelaporan tersebut
Direkorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah menggunakan
Sistem Pelaporan dalam bentuk software aplikasi yaitu Sistem Pelaporan
narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) yang dapat diakses secara online Sistem
Pelaporan Narkotika dan Psikotropika telah disosialisasikan ke Dinas Kesehatan
Provinsi dan Dinas Kesehatan Kab/Kota dan juga telah dilakukan Training of
Trainer (TOT) bagi petugas Dinas Kesehatan Provinsi untuk meningkatkan
kemampuan pengoperasian SIPNAP tersebut. SIPNAP terdiri dari software
tingkat Unit Pelayanan (Apotek, Puskesmas dan Rumah sakit); Software Tingkat
Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Pelaporan ke Provinsi dan Pusat dilakukan
melalui sistem Pelaporan Online melalui Jaringan Internet.
d. Pemusnahan Psikotropika
Pada pemusnahan psikotropika, Apoteker wajib membuat berita acara dan
disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam tujuh hari setelah mendapat
kepastian. Menurut pasal 53 Undang-Undang No. 5 Tahun 1997, pemusnahan
psikotropika dilakukan apabila berkaitan dengan tindak pidana, psikotropika yang
diproduksi tidak memenuhi standar dan persyaratan bahan baku yang berlaku,
kadaluarsa, serta tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan
kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika
dilakukan dengan pembuatan berita acara yang sekurang-kurangnya memuat
tempat dan waktu pemusnahan; nama pemegang izin khusus; nama, jenis, dan
jumlah psikotropika yang dimusnahkan; cara pemusnahan; tanda tangan dan
identitas lengkap penanggung jawab apotek dan saksi-saksi pemusnahan.
Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah untuk menjamin
ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu
pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika dan
memberantas peredaran gelap psikotropika.
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
35 Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS APOTEK SAMMARIE BASRA
3.1 Sejarah Singkat
Apotek SamMarie Basra berdiri pada tanggal 7 Desember 2005,
berdasarkan atas akta notaris Herawati, SH No. 7 tahun 2005. Apotek SamMarie
Basra di bawah naungan SamMarie Healthcare Group.
3.2 Lokasi, Bangunan, dan Tata Ruang Apotek
Apotek ini awalnya berlokasi di lantai 1 Gedung Samudra, dan saat ini
berlokasi di lantai dasar gedung Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) SamMarie
Basra Jalan Basuki Rachmat No 31 Jakarta Timur. Apotek berada dipinggir jalan
dua arah, yang dilalui oleh kendaraan umum, sehingga mudah dijangkau oleh
pasien dengan kendaraan umum serta memiliki halaman parkir yang cukup luas
untuk kendaraan pribadi. Lokasi apotek dapat dilihat pada Lampiran 13.
Bangunan Apotek memilik satu lantai yang terdiri dari ruang tunggu,
tempat penerimaan resep dan penjualan obat, ruang peracikan, penyimpanan obat,
alkes dan arsip, serta wastafel. Loket kasir, tempat istirahat pegawai dan toilet
digunakan bersama dengan RSIA SamMarie Basra. Desain apotek dapat dilihat
pada Lampiran 14 dan 15. Sedangkan denah apotek dapat dilihat pada Lampiran
16.
Apotek memiliki ruang peracikan yang terpisah dengan ruang tunggu
sehingga terhindar dari pandangan langsung konsumen. Ruang peracikan cukup
luas sehingga karyawan dapat leluasa bergerak. Ruang tunggu apotek tidak terlalu
besar karena biasanya pasien menunggu di ruangan tunggu RSIA.
3.3 Struktur Organisasi
Pemilik Sarana Apotek (PSA) ini adalah PT SamMarie Primafiat yang
dikelola oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Apoteker Pengelola Apotek
bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan di Apotek. Agar manajemen apotek
dapat berlangsung dengan baik dan mendapatkan hasil yang maksimal, suatu
apotek harus mempunyai struktur organisasi serta pembagian tugas dan tanggung
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
36
Universitas Indonesia
jawab yang jelas. Apotek mempunyai beberapa orang karyawan dengan rincian
sebagai berikut (dapat dilihat pada Lampiran 21):
Tenaga Teknis Farmasi yang terdapat di dalam Apotek SamMarie Basra
yaitu terdiri dari :
1. Apoteker Pengelola Apotek : 1 orang
2. Asisten Apoteker : 5 orang
Tenaga kerja di Apotek SamMarie Basra secara bergantian bekerja
berdasarkan shift-shift yang telah dibagi, yaitu shift pagi hingga siang (pukul
07.00 -14.00), shift siang hingga malam (pukul 14.00-21.00), dan shift malam
hingga pagi (pukul 21.00 - 07.00). Adapun tugas dan fungsi tiap karyawan yang
ada di apotek SamMarie Basra adalah sebagai berikut:
a. APA (Apoteker Pengelola Apotek)
Tugas dan tanggung jawab APA sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan fungsinya
(apotek sebagai tempat pengabdian profesi) dan memenuhi segala
keperluan perundang-undangan di bidang perapotekan yang berlaku.
2. Memimpin seluruh kegiatan manajerial apotek termasuk
mengkoordinasikan dan mengawasi dinas kerja Asisten Apoteker (AA)
antara lain mengatur daftar giliran kerja, menetapkan pembagian beban
kerja, dan tanggung jawab masing-masing karyawan.
3. Bertanggung jawab terhadap kelancaran administrasi dan penyimpanan
dokumen penting.
4. Memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien untuk
mendukung penggunaan obat yang rasional.
5. Melaksanakan pelayanan swamedikasi
6. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi
bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien
kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi
tentang penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang
diperlukan.
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
37
Universitas Indonesia
b. Asisten Apoteker
Tugas dan fungsi AA sebagai berikut:
1. Mendata keperluan barang
2. Mengatur, mengawasi, dan menyusun obat pada tempat penyimpanan obat
di ruang peracikan.
3. Memberi harga-harga untuk resep-resep yang masuk dan memeriksa
kelengkapan resep.
4. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan
resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai
dengan menyerahkan obat.
5. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi
bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien
kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi
tentang penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang
diperlukan.
6. Mencatat keluar masuk barang
7. Melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang mempunyai kadaluarsa
8. Menyusun daftar masuknya barang dan menandatangani faktur obat yang
masuk setiap harinya.
9. Membuat salinan resep bila diperlukan.
3.4 Kegiatan di Apotek
Pengadaan atau pembelian perbekalan farmasi, penyimpanan barang,
pembuatan obat racikan, dan penjualan merupakan kegiatan yang dilakukan di
apotek.
3.4.1 Pengadaan/Pembelian Perbekalan Farmasi
Apoteker Pengelola Apotek dan AA membuat surat pesanan (SP) untuk
melakukan pengadaan perbekalan farmasi yang dilaksanakan melalui pembelian
secara kredit dan dibayar satu kali setiap bulan yaitu 30 hari setelah pemesanan.
Sebelum dilakukan pengadaan obat terlebih dahulu dilakukan perencanaan
pengadaan obat berdasarkan kebutuhan dan berdasarkan buku defecta. SamMarie
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
38
Universitas Indonesia
Healthcare Group memiliki unit usaha berupa Pedagang Besar Farmasi (PBF)
yaitu Tramedifa. Barang-barang yang dipesan, kemudian diantar dan disertai
dengan faktur sebagai tanda bukti penyerahan barang. Untuk pemesanan cito
disampaikan melalui telepon, dimana SP menyusul ketika barang diantar. Barang
yang diterima, diperiksa keadaan fisiknya, tanggal kadaluarsa, jenis, dan jumlah
barang sesuai dengan yang tertera pada faktur dan SP. Asisten Apoteker dan APA
akan menandatangani faktur barang yang diterima apabila barang yang diterima
sesuai dengan pesanan. Faktur asli diberikan kepada distributor dan lembar
kopinya disimpan. Bila sudah cocok dengan faktur maka barang yang diterima
diinput ke komputer dan kartu stok.Alur pemesanan obat di Apotek SamMarie
Basra dapat dilihat di Lampiran 22. Adapun contoh surat pesanan dan faktur
pembelian dapat dilihat pada Lampiran 23 dan 24.
3.4.2 Penyimpanan dan Pengeluaran Barang
Barang diterima disimpan berdasarkan bentuk sediaan dan alfabetis
dengan sistem FIFO (First in First Out). Setiap jenis obat yang disimpan disertai
dengan kartu stok (contoh kartu stok dapat dilihat pada Lampiran 25). Obat bebas,
obat bebas terbatas, suplemen makanan, Over The Counter (OTC), dan beberapa
alat kesehatan diletakkan di etalase. Obat keras (generik dan paten) diletakkan
pada lemari dalam, sedangkan narkotika dan psikotropika disimpan di lemari
khusus. Obat yang membutuhkan penyimpanan khusus pada suhu rendah,
disimpan dalam lemari pendingin.
3.4.3 Penjualan
Kegiatan penjualan yang dilakukan meliputi pelayanan resep, penjualan
obat bebas dan alat kesehatan. Pelayanan resep dokter terdiri dari resep yang
dibayar tunai dan resep yang dibayar kredit melalui kasir RSIA.
a. Penjualan Resep yang dibayar tunai
Permintaaan obat tertulis dari dokter untuk pasien dan dibayar secara tunai
disebut sebagai penjualan resep yang dibayar tunai.
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
39
Universitas Indonesia
b. Penjualan Resep yang dibayar kredit
Permintaaan obat tertulis dari dokter untuk pasien dan dibayar tidak secara
tunai disebut sebagai penjualan resep yang dibayar kredit.
Pasien melakukan pembayaran melalui jasa perusahaan asuransi yang
pembayarannya secara berjangka, berdasarkan perjanjian yang telah disetujui
bersama. Tagihan dibebankan kepada perusahaan yang bersangkutan. Apotek
mengadakan kerja sama dengan empat belas perusahaan asuransi diantaranya
Admedika, Gami medilum, Medika Plaza, PT. Interpay Kalindo, dan lain-lain.
c. Penjualan OTC
Barang yang dijual tanpa resep dokter disebut penjualan OTC, dan meliputi
obat bebas dan obat bebas terbatas,obat tradisional, kosmetika, perlengkapan
bayi, dan alat kesehatan.
3.5 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika
Pengelolaan obat golongan narkotika dan psikotropika memerlukan
pengawasan yang khusus. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya
penyalahgunaan yang dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya, tidak
saja bagi pengguna tetapi juga bagi masyarakat lainnya. Pengelolaan terhadap
narkotika dan psikotropika meliputi :
3.5.1 Pengadaan Narkotika dan Psikotropika
Pembelian narkotika pada Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma
sebagai distributor tunggal, pembelian tersebut dilakukan dengan menggunakan
surat pesanan narkotika rangkap 4 dimana satu surat pesanan hanya berlaku untuk
1 jenis narkotika dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA)
dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, nomor SIA, jabatan, alamat
rumah, nama apotek serta stempel apotek.
Pada pesanan psikotropika dapat dilakukan pada Pedagang Besar Farmasi
resmi khususnya untuk penyaluran psikotropika rangkap 3 dengan menggunakan
surat pesanan psikotropika. Contoh Surat Pesanan Narkotika dan Psikotropika
dapat dilihat pada Lampiran 26 dan 27.
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
40
Universitas Indonesia
3.5.2 Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika
Tempat khusus untuk menyimpan narkotika yaitu : lemari khusus yang
terbuat dari kayu yang dibagi dua, masing-masing dilengkapi dengan kunci yang
disimpan khusus dalam lemari obat. Bagian pertama untuk menyimpan persediaan
narkotika sedangkan bagian kedua untuk menyimpan psikotropika. Lemari ini
tidak digunakan untuk menyimpan obat atau barang lain selain narkotika dan
psikotropik.
3.5.3 Pelayanan Resep Narkotika dan Psikotropika
Apotek hanya melayani resep yang mengandung narkotika dari resep asli
atau salinan resep yang berasal dari apotek SamMarie Basra yang belum dilayani.
Narkotika yang dikeluarkan dicatat dalam software pemakaian narkotika untuk
laporan penggunaan narkotika. Untuk psikotropika yang dipakai juga dicatat
dalam software pemakaian psikotropika.
3.5.4 Laporan Penggunaan Narkotika dan Psikotropika
Setiap bulan, apotek wajib membuat laporan narkotika berdasarkan
pemasukan dan pengeluaran narkotika yang tercatat di buku harian penggunaan
narkotika. Data pemasukan dan pengeluaran narkotika serta psikotropika di
masukkan ke dalam sebuah software khusus. Hasil data laporan dikirim ke Seksi
Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Jakarta Timur dalam bentuk softcopy
dengan tembusan ke Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan dalam bentuk
hardcopy. Contoh laporan penggunaan narkotik dan psikotropik dapat dilihat pada
lampiran 28 dan 29.
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
41 Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1. Sumber Daya Manusia
Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku Apotek harus dikelola oleh
seorang apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan Apotek, Apoteker
senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan
yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar
profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner,
kemampuan mengelola SDM secara efektif.
Apotek SamMarie Basra ini dikelola oleh Ibu Widia, S. Si., Apt sebagai
Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan Pengelolaan juga dibantu oleh ke 5 (lima)
Asisten Apoteker (AA).
4.2 Lokasi dan Tata Ruang Apotek
Apotek SamMarie Basra ini berlokasi di pinggir jalan raya Basuki
Rachmat No 31, Jakarta Timur. Ditinjau dari lokasinya, apotek ini cukup strategis
karena berada di daerah padat penduduk dan jalan yang ramai lalu lintas
kendaraan bermotor. Tetapi apotek ini tidak mempunyai papan nama yang dapat
terlihat dari luar karena berada didalam RSIA SamMarie Basra lantai dasar,
sehingga masyarakat sekitarnya kurang mengetahui keberadaan apotek ini.
Apotek SamMarie Basra ini terletak di dalam RSIA SamMarie Basra yang
memiliki tempat parkir yang cukup luas sehingga memudahkan pasien untuk
memarkir kendaraannya. Selain itu juga kompetitor apotek ini terletak cukup jauh
dari RSIA SamMarie Basra.
Tata ruangan di apotik SamMarie Basra didesain secara sederhana dimana
terdiri dari ruang tunggu, ruang pelayanan, ruang peracikan, yang mendukung
pelaksanaan kegiatan apotek sehingga dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Pada ruang pelayanan Apotek SamMarie Basra terdapat papan nama apotek, serta
etalase obat Over The Counter (OTC) yang sudah tertata dengan baik dan
penataan barang-barang di etalase ruang pelayanan dipisahkan antara sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan. Sediaan farmasi yang terdiri dari obat-obat
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
42
Universitas Indonesia
bebas dan bebas terbatas ditata berdasarkan bentuk sediaan dan kelas terapinya.
Pada penataan ini diperhatikan pengaturan warna kotak kemasan. Hal ini
diperlukan untuk menarik minat pelanggan dalam membeli. Perbekalan kesehatan
dan rumah tangga, seperti perlengkapan bayi, susu formula, kosmetika, shampoo,
dan alat kesehatan tertentu seperti perban disusun berdasarkan jenisnya masing-
masing. Obat-obat resep atau obat-obat keras ditata di etalase ruang peracikan
berdasarkan bentuk sediaan dan disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis
untuk memudahkan pengambilan obat..
Ruang tunggu apotek dilengkapi dengan kursi, pendingin ruangan, dan
ditambah dengan adanya televisi sehingga pasien dapat merasa nyaman selama
menunggu obat yang membutuhkan waktu penyiapan atau peracikan yang cukup
lama.
Ruang peracikan terpisah dari ruang pelayanan resep sehingga konsumen
tidak dapat melihat langsung proses peracikan obat, apabila ruang peracikan dapat
dilihat langsung oleh konsumen maka akan meningkatkan kewaspadaan dan
kehati-hatian petugas dalam bekerja. Pada ruang peracikan, penyimpanan obat
disusun berdasarkan alfabetis dan bentuk sediaan (tablet, sirup, krim, salep, obat
tetes, dan obat suntik). Obat-obatan yang memerlukan penyimpanan khusus
seperti supositoria, ovula, vaksin, dan insulin disimpan dalam lemari pendingin.
Ruang peracikan terdapat 2 meja yang dapat digunakan oleh petugas dimana meja
pertama terdapat alat timbang, lumpang dan alu dan meja yang kedua terdapat
peralatan seperti alat untuk membungkus puyer, etiket dan plastik obat. Kedua
meja ini kurang besar sehingga cukup mempersulit petugas dalam menyiapkan
obat.
4.3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Apotek SamMarie Basra cukup sederhana dengan
SDM yang terdiri dari PSA, Apoteker Pengelola Apotek (APA), dan Asisten
Apoteker (AA). Untuk jam kerjanya baik APA maupun AA dibagi menjadi 3
shift. Pada masing-masing shift, setiap karyawan yang bertugas menjalankan
fungsi ganda mulai dari pengadaan,
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
43
Universitas Indonesia
pembelian, penjualan, pelayanan dan dokumentasi. Tidak adanya pembagian tugas
yang jelas, akan mengakibatkan setiap karyawan harus saling berkoordinasi untuk
mempertanggungjawabkan tugasnya masing-masing.
Peranan apoteker dalam bidang pelayanan kefarmasian meliputi
perencanaan keperluan obat, pengadaan dan pendistribusian sediaan farmasi dan
alat kesehatan, serta pelayanan informasi obat. Oleh karena itu, seorang apoteker
dituntut untuk memiliki pengetahuan yang baik dalam bidang kefarmasian
meliputi penilaian mutu obat, dosis, indikasi, kontra indikasi, efek samping, cara
pakai dan sebagainya. Selain itu, apoteker juga harus memiliki kemampuan
manajerial yang baik agar apotek yang dipimpinnya semakin maju. Kemampuan
manajerial diantaranya berupa kemampuan pengelolaan sumber daya manusia,
fasilitas, dan peraturan apotek yang merupakan aset berharga.
4.4. Pengelolaan Apotek
a. Pengadaan Barang
Proses pengadaan dan pemesanan barang di Apotek SamMarie Basra
dilakukan berdasarkan buku permintaan (defecta) dengan memperhatikan arus
barang, fast moving atau slow moving. Pemesanan dan pembelian obat di apotek
biasanya dilakukan dengan membuat surat pemesanan (SP) yang ditandatangani
APA (dua rangkap) atau Asisten Apoteker kepada PBF (Pedagang Besar
Farmasi). Barang yang sudah dipesan biasanya akan dikirim oleh PBF pada hari
yang sama ketika obat tersebut dipesan. Obat-obat yang diterima oleh apotek dari
PBF diperiksa terlebih dahulu sesuai dengan surat pesanan barang, dilihat jumlah
barang, tanggal kadaluarsa dan kemasannya. Setelah selesai diperiksa kemudian
faktur ditandatangani oleh APA/AA yang bertugas. Faktur akan disimpan dan
dicatat dalam kartu stok dan sistem inventory obat. Faktur asli akan diserahkan ke
apotek dan PBF menerima tanda tukar faktur. Bila faktur akan jatuh tempo, maka
dilakukan pembayaran kepada PBF secara tunai oleh bagian keuangan RSIA.
Saat barang atau obat diterima dari PBF, dilakukan pencatatan ke dalam
kartu stok meliputi nomor dokumen, nomor batch, tanggal penerimaan barang,
nama barang, jumlah barang, dan tanggal kadaluarsa. Pengeluaran barang atau
obat dicatat dalam kartu stok dan diinput ke dalam komputer. Barang atau obat
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
44
Universitas Indonesia
yang diterima maupun yang dikeluarkan harus dicatat dalam kartu stok dan sistem
komputer yang terdiri dari dua warna, yaitu warna putih untuk sediaan oral (obat
dalam), dan warna hijau untuk sediaan topikal (obat luar). Dilakukan pula
pengecekan jumlah dan sisa barang/obat yang tertera dalam kartu stok dengan
persediaan yang ada dalam lemari penyimpanan.
Pemesanan narkotika dan psikotropika dilakukan dengan menggunakan
surat pemesanan khusus dan ditandatangani oleh APA. SP untuk Narkotika
ditujukan kepada PT. Kimia Farma sebagai distributor tunggal narkotika di
Indonesia, sementara untuk psikotropika dapat melalui PBF Tramedifa. Surat
pesanan narkotika terdiri dari 4 rangkap, yaitu untuk diberikan ke PBF (PT. Kimia
Farma), Balai POM, pabrik obat (PT. Kimia Farma), dan arsip, sedangkan untuk
psikotropika menggunakan surat pemesanan rangkap tiga yang diserahkan kepada
PBF Tramedifa, Balai POM, dan sebagai arsip.
Untuk mendokumentasikan jumlah obat yang masuk dan keluar, Apotek
SamMarie Basra memiliki kartu stok, yang masing-masing obat kartu stoknya
dijadikan satu dan disimpan didalam wadah penyimpanan. Pencatatan stok obat
disesuaikan dengan sistem inventory obat yang ada di komputer dan jumlah
barang yang tersedia. Blanko kartu stok obat di Apotek SamMarie Basra dapat
dilihat pada Lampiran 13.
b. Penyimpanan Barang
Obat disimpan berdasarkan bentuk sediaan, secara alfabetis dan dibedakan
antara obat generik dengan obat nama dagang, sehingga memudahkan dalam
pengambilan barang dan meniadakan resiko tertukarnya barang. Di apotek
SamMarie Basra terdapat gudang untuk menyimpan alat kesehatan. Pengantaran
obat oleh Pedagang Besar Farmasi (PBF), yang merupakan milik SamMarie
Healthcare Group, dilakukan pada hari yang sama dengan hari pemesanan. Hal
ini menguntungkan bagi apotek, karena tidak perlu menumpuk persediaan barang
yang akan menyebabkan over stock. Pengeluaran obat dilakukan dengan
menggunakan kombinasi dari sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First
Expired first out) dimana untuk sistem FIFO, penyimpanan berdasarkan pada obat
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
45
Universitas Indonesia
yang pertama kali masuk, sedangkan sistem FEFO berdasarkan pada obat yang
memiliki expire date terdekat.
Untuk narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus di dalam
lemari obat keras dengan keadaan terkunci. Penyimpanan narkotika dan
psikotropika sama seperti penyimpanan yang lainnya yaitu berdasarkan alfabetis
namun untuk penyimpanan narkotika dan psikotropika ini tidak dipisahkan
berdasarkan bentuk sediaan terkecuali obat yang membutuhkan perlakuan khusus
dimana penyimpanan tersebut di dalam kulkas.
c. Penjualan
Apotek SamMarie Basra melayani pelayanan obat, baik obat bebas
maupun obat berdasarkan resep. Apotek SamMarie Basra melayani obat-obat
racikan berdasarkan resep-resep dokter anak maupun dokter kulit. Untuk
pelayanan resep Apoteker melakukan skrining resep meliputi persyaratan
administratif, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis. Dimulai dari
penerimaan resep oleh petugas apotek, pemberian harga, penimbangan/peracikan,
pengemasan, hingga penyerahan obat dan pelayanan informasi obat oleh petugas
apotek yang dilakukan oleh orang yang sama. Hal ini dapat menyebabkan
kesulitan dalam melakukan penelusuran bila terjadi penyimpangan.
Tahapan pelayanan resep di Apotek SamMarie Basra dimulai dari
penerimaan resep. Resep kemudian di skrining kelengkapan dan ketersediaan
obatnya. Selanjutnya karyawan apotek akan melakukan penginputan obat ke
komputer untuk mengetahui biaya yang harus dibayar pasien. Setelah diketahui
biaya yang harus dibayar oleh pasien selanjutnya pasien menuju ke kasir untuk
melakukan pembayaran. Resep yang telah dibayar dapat langsung disiapkan untuk
obat nonracik atau diracik untuk obat racikan. Pengerjaan resep di apotek
SamMarie Basra dapat dikatakan cukup cepat. Setelah itu, obat dikemas dan
dilakukan pemberian etiket. Pada etiket harus ditulis secara lengkap tanggal, nama
pasien, dan aturan pakainya. Etiket harus dituliskan dengan jelas agar tidak
menimbulkan persepsi yang salah bagi pasien. Etiket yang digunakan juga harus
benar, apakah etiket putih atau biru. Selanjutnya, obat-obat yang telah dikemas
dan diberi etiket diperiksa kembali oleh Asisten Apoteker. Pada bagian ini akan
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
46
Universitas Indonesia
diperiksa kesesuaian obat yang diminta konsumen, seperti jumlah, kekuatan obat,
aturan pakai, dan penulisan kopi resep. Pada saat penyerahan obat di apotek
SamMarie Basra, pemberian informasi mengenai obat yang diberikan kepada
pasien sudah cukup baik.
d. Pelaporan
Pelaporan yang dilakuakan oleh Apotek SamMarie Basra antara lain:
1. Pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika yang dilakukan setiap bulan
kepada Suku Dinas Jakarta Timur. Dalam pelaporan tersebut tertera nama obat
satuan, nama PBF, saldo awal obat, saldo akhir obat, dan penggunaan obat.
2. Pelaporan penjualan Apotek SamMarie Basra selama 1 bulan
e. Penyimpanan Resep
Penyimpanan resep di Apotek SamMarie Basra sudah dilakukan dengan
baik. Dalam satu bulan resep yang diterima disatukan dan disimpan dalam kotak
dan diberi label yang jelas.
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
47 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Peran dan fungsi apoteker pengelola apotek di Apotek SamMarie Basra
telah melaksanakan peran dan fungsinya sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
b. Pengelolaan teknis kefarmasian maupun non teknis kefarmasian telah
dilaksanakan dengan baik sesuai dengan peraturan yang berlaku.
5.2 Saran
a. Untuk meningkatkan jumlah pengunjung apotek, sebaiknya dibuat papan
nama tersendiri khusus untuk apotek sehingga masyarakat lebih
mengetahui akan adanya apotek tersebut.
b. Agar pelayanan kefarmasian dapat berjalan setiap saat, perlu seorang
apoteker pendamping, sehingga selalu tersedia apoteker di jam kerja
apotek
c. Untuk meningkatkan pelayanan yang lebih optimal perlu diperjelas
tanggung jawab masing – masing karyawan apotek.
d. Hendaknya sarana dan prasarana harus lebih diperhatikan dan
disempurnakan agar pelayanan terhadap masyarakat lebih optimal yang
pada akhirnya untuk kemajuan apotek.
e. Hendaknya Pelayanan Informasi Obat dan mengenai swamedikasi lebih
ditingkatkan.
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
48 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Anief, Moh. (1998). Manajemen Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada UniversityPress.
Direktorat Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan Pengurus Pusat IkatanApoteker Indonesia. (2011). Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian yangBaik. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan AlatKesehatan. (2008). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar PelayananKefarmasian di Apotek (SK Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004). Jakarta:Departemen Kesehatan RI.
Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2006) StandarPelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2011). ProfilKefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2010. Jakarta: KementerianKesehatan Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (1987). Peraturan Menteri KesehatanNo.28/Menkes/PER/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta:Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan RI No.918/Menkes/Per/X/1993 Tentang Pedagang Besar Farmasi (PBF).Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/Menkes/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara PemberianIzin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan atas Peraturan MenteriKesehatan RI No. 992/Menkes/PER/X/1993 Ketentuan dan Tata CaraPemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027Tahun 2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta:Kementerian Kesehatan RI.
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
49
Universitas Indonesia
Kementerian Kesehatan RI. (2009). Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik,dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Presiden RI. Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentangNarkotika. Jakarta.
Presiden RI. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tentangPsikotropika. Jakarta.
Presiden RI. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentangKesehatan. Jakarta.
Syamsuni. (2006). Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: EGC.
Umar, Muhammad. (2011). Manajemen Apotek Praktis cetakan keempat. Jakarta:Wira Putra Kencana.
Walikota Depok. (2012). Peraturan Walikota Depok Nomor 65 Tahun 2012Tentang Tata Cara Perizinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Depok
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
50 Universitas Indonesia
Lampiran 1. Formulir APT-1
FORM. APT- 1
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR :1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG : KETENTUAN DANTATACARA PEMBERIAN IZIN APOTIK
Nomor Kepada Yth ;Lampiran
Permohonan Izin ApotikKepala Dinas Kesehatan
Perihal Kabupaten/Kota
d i -
Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk. mendapatkan izin Apotikdengan data - data sebagai berikut:
1. Pemohon :Nama PemohonNomor Surat Izin Kerja / Surat PenugasanNomor Kartu Tanda PendudukAlamat dan Nomor teleponPekerjaan SekarangNPWP
2. ApotikNama ApotikAlamatNomor TeleponKecamatanPropinsi
3. Dengan menggunakan sarana : Milik sendiri/pihak lainNama Pemilik SaranaAlamatNomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Bersama Permohonan ini kami lampirkan :1. Salinan/Foto copy Surat izin Kerja Apoteker2. Salinan/foto copy Kartu Tanda Penduduk3. Salinan/foto copy denah bangunan
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
51
Universitas Indonesia
Lampiran 2. Formulir APT-2
FORM. APT- 2
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATANNOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002TENTANG : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZIN APOTIK
DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA
NomorLampiranPerihal Permohonan Izin Apotik Kepada
Yth. Tim Dinas KesehatanKabupaten/Kota/BalaiPOM di-
Sehubungan dengan surat permohonan dari Apoteker ..................... Nomor............................ Tanggal ................................ Perihal permohonan izinApotik, maka dengan ini kami tugaskan Saudara segera melaksanakanpemeriksaan terhadap permohonan Apotik .............................. di alamat....................................... hasil pelaksanaan pemeriksaan tersebut supayadisampaikan kepada kami dalam bentuk Berita Acara ( Form APT-3)selambat-lambatnya dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak surat ini diterima.
Demikianlah untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
NIP.
Tembusan Kepada Yth ;1. Menteri Kesehatan Rl di Jakarta2. Arsip.
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
52
Universitas Indonesia
Lampiran 3. Formulir APT-3
FORM. APT- 3
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATANNOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002TENTANG : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZIN APOTIK
BERITA ACARA PEMERIKSAAN APOTIK
Pada hari ini tanggal Bulan tahun kami yang bertanda tangan di bawah ini1. Nama
PangkatJabatanNIP
2. NamaPangkatJabatanNIP
Berdasarkan surat tugas dari Kepaia Dinas Kesehatan Kabupaten/KotaNomor.....................tanggal..................... tahun ..................... telahmelakukan pemeriksaan setempat terhadap :
Nama ApotikAlamatKabupaten/KotamadyaPropinsi
HASIL PEMERIKSAAN
NO PERINCIAN PERSYARATAN KENYATAAN PENILAIAN
TMS MS
I Bangunan
1. Sarana Apotek
2. Bangunan Apotiksekurang-kurang-nyamemiliki ruangan khususuntuk
a. Ruang peracikan
Sarana apotekdapat didirikan padalokasi yang samadengan kegiatanpelayanan dankomoditi lainnyadiluar sediaanfarmasi.
- ada sesuai
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
53
Universitas Indonesia
dan penyerahanresep.
b. Ruangan Adminis-trasi dan kamar kerjaapoteker.
c. WC
3. Kelengkapan bangunancalon Apotik :
a. Sumber air
b. Penerangan
c. Alat pernadamkebakaran.
d. Ventilasi
e. Sanitasi
4. Papan Nama
kebutuhan
- ada sesuaikebutuhan
- ada sesuaikebutuhan
harus memenuhipersyaratankesehatan
Harus cukupterang sehinggadapat menjaminpelaksanaan tugasdan fungsi apotekHarus berfungsidengan baiksekurang-kurangnya duabuah.
Yang baik sertaMemenuhipersyaratanHygieneHarus baik sertamemenuhipersyaratanhygiene lainnya.
Berukuran Minimal :
Panjang : 60 cm
Lebar : 40 cm
- SumurPAM/sumurpompa dll
- PLN/generator
- Petromak,dll
............buah
Dengan ukuran
............lb
............lb
- Jendela....bh- Ventilasi....bh
- Saluranpembuanganlimbah:ada/tidak
- Bak-bak/tempatpembuangansampah:ada/tidak
: Berukuran :Panjang.....cmLebar.....cmDengantulisan......
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
54
Universitas Indonesia
II PERLENGKAPAN1. Alat pembuatan
pengolahan danperacikan:
a. Timbangan miligramdengan anaktimbangan yangsudah ditera.
b. Timbangan gramdengan anaktimbangan yangsudah ditera.
c. Perlengkapan laindisesuaikan dengankebutuhan
2. Perlengkapan dan alatperbekalan farmasi:
a. lemari dan rak untukpenyimpanan obat
b. lemari pendingin
c. lemari untuk penyimpanan narkotika danpsikotropika.Kebutuhan
3. Wadah pengemas danpebungkus
a. Etiket
b. Wadah pengemasdan pembungkusuntuk penyerahan
4. Alat administrasi
a. Blanko pesenan obat
Dengan tulisano Hitam diatasdasarputih.o Tinggi hurufminimal: 5 cmTebal : 5 cm:
- minimal 1 set
- minimal 1 set
- ada denganjumlah sesuaikebutuhan
- ada denganjumlah sesuaikebutuhan
- ada denganjumlah sesuaikebutuhan
- ada denganjumlah sesuaikebutuhan
- ada denganjumlah sesuaikebutuhan
- ada denganjumlah sesuai
- Ada/tidak
- Ada/tidak
- Ada/tidak
- Ada/tidak
- Ada/tidak.......buah
- Ada/tidak.......
buah
- Ada/tidak........buah
- Ada/tidak.......buah
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
55
Universitas Indonesia
III
b. Blanko kartu stokobat
c. Blanko salinan resep
d. Blanko faktur danblanko penjualan
e. Buku pencatatannarkotika
f. Buku pesanan obatnarkotika
g. Form laporan obatnarkotika
5. 1. Buku standar yangdiwajibkan
2. Kumpulan peraturanperundang-undanganyang berhubungandengan apotik
TENAGA KESEHATAN
1. Apoteker PengelolaApotik
2. Apoteker Pendamping
3. Asisten Apoteker
kebutuhan
- ada denganjumlah sesuaikebutuhan
- ada denganjumlah sesuaikebutuhan
- ada denganjumlah sesuaikebutuhan
- ada denganjumlah sesuaikebutuhan
- ada denganjumlah sesuaikebutuhan
- ada denganjumlah sesuaikebutuhan
- FarmakopeIndonesia Edisiterbaru 1 buah
- Ada denganjumlah sesuaikebutuhan
- ada
- Ada/tidak.......buah
- Ada/tidak.......buah
- Ada/tidak.......buah
- Ada/tidak........buah
- Ada/tidak.......buah
- Ada/tidak.......buah
- Ada/tidak.......buah
- Ada/tidak
- Ada/tidak
..........orang
..........orang
..........orang
Demikianlah Berita Acara kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung jawabBerita Acara dibuat dalam rangkap 3(tiga) dan dikirim kepada :1. Kepada Dinas Kesehatan Propinsi2. Pemohon satu rangkap3. Satu rangkap arsipMengetahui Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.......................................................NIP
yang membuat beritaacara mi.1………..........................NIP.2………...................NIP.
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
56
Universitas Indonesia
Lampiran 4. Formulir APT-4
d i -
Menunjuk Surat Permohonan kami Nomor : .............. tanggal ........... danmenunjuk ketentuan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 1332/MENKES/SK/X/2002 Pasal 7 ayat (4) dan (5), dengan ini kami laporkan bahwa Apotik........................ yang beralamat di Jalan ................................. Kabupaten............................ telah siap untuk melaksanakan kegiatan.Demikianlah untuk diketahui dan atas permohonannya diucapkan terima kasih
Apoteker Pengelola Apotik
SIK.
Tembusan Kepada Yth
1. Menteri Kesehatan Rl di Jakarta2. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi ..............
FORM.APT- 4
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATANNOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002TENTANG : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZIN APOTIK
DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA
NomorLampiran
Pernyataan siap Kepada Yth.Perihalmetakukan Kegiatan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
57
Universitas Indonesia
Lampiran 5. Formulir APT-5
FORM APT-5
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATANNOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002TENTANG : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZIN APOTIK
SURAT IZIN APOTIKNomor ...................................
KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA
MEMBACA : 1. Surat permohonan .......................................................tanggal ...................................... untukmemperoleh izinApotik.
MENIMBANG : Bahwa pemohon telah memenuhi persyaratan yang telahditetapkan dan permohonan dapat disetujui, oleh karena itumenganggap perlu menetapkan dengan suatu SuratKeputusan.
MENGINGAT:1. Undang-Undang Obat Keras (St. 193 7 Nomor 54 1):2. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Rl Tahun 1 9 9 2 Nomor 100. TarnbahanLembaran Negara Nomor 3495);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika(Lembaran Negara Rl Tahun 1997 Nomor 10, TambahanLembaran Negara Rl Nomor 3 67 1);
4. Undang-undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika(Lembaran Negara Rl Tahun 1997 Nomor 67, TambahanLembaran Negara Rl Tahun 1997 Nomor 3698);
5. Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang PernerintahDaerah (Lembaran Negara Rl Tahun 1999 Nomor 60,Tambahan Lembaran Negara Rl Tahun 1999 Nomor 3839):
6. Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang PerimbanganKeuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah ( LembaranNegara Republik Indonesia Nomor. 72 tahun 1999Tambahan Lembaran Negara Nomor. 3848);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1980 tentangPerubahan atas Peraturan Pernerintah Nomor. 26 tahun1965 tentang Apotik; (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1980 Nomor. 40. Tambahan Lembaran NegaraNomor. 3169);
8. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang TenagaKesehatan (Lemoaran Negara Rl Tahun 1996 Nomor 49,Tambahan Lembaran Negara Rl Tahun 1996 Nomor 3637);
9. Peraturan Pemerintah Rl No. 72 Tahun 1998 tentangPengamanan Sediam Farmasi dan Alat Kesehatan(Lembaran Negara R1 Tahun 1998 Nomor 138, TambahanLembaran Negara Rl Tahun 1998 Nomor 3781);
10.Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentangKewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
58
Universitas Indonesia
Daerah Otonomi (Lembaran Negara Rl Tahun 2000 Nomor54, Tambahan Lembaran Negara Rl Tahun 2000 Nomor3952).
11.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor1332/Menkes/SK/IX/2002 Tentang Perubahan AtasPeraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata cara Pemberian izinapotik, Jo. Peraturan Menteri Kesehatan Rl No.922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata caraPemberian izin Apotik.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :PERTAMA : Memberikan Ijin Apotik kepada
Nama :Alamat :Surat Ijin Kerja Nomor : tgl…..Nama Apotik :Alamat Apotik :Kecamatan :Kabupaten/Kotamadya :Propinsi :
Dengan menggunakan sarana : Milik sendiri/ Milik pihak lainNama pemilik sarana :Akte perjanjian kerjasama :NomorTanggal :............Yang dibuat dihadapanNotaris Di. :............Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Izin Apotik ini berlaku untuk Apoteker atau Apotekerbekerja sama dengan Pemilik sarana Apotik, di lokasi dansarana sebagaimana tersebut diatas.
2. Penyelenggaraan Apotik, harus selalu mematuhiketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
KEDUA : Surat Keputusan ini dicabut kembali apabila terjadi hal -hal dimaksud dalam Pasal 7 ayat (5) Keputusan MenteriKesehatan Nomor. 1331/MENKES/SK.IX/2002 tentangketentuan dan tata cara Pemberian Izin Apotik
Ditetapkan di ………………………
Pada tanggal………………… ……..
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
……………………………………………….
Tembusan Kepada Yth :1 . Menteri Kesehatan Rl di Jakarta2. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
59
Universitas Indonesia
Lampiran 6. Formulir APT-6
FORM. APT-6
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATANNOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002TENTANG : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZINAPOTIK
DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA
NomorLampiranPerihal Penundaan Pemberian Kepada Yth.
Izin Apotik Apoteker .....d i -
Sehubungan dengan surat Saudara Nomor ...................Tanggal.......................perihal permohonan izin Apotik, maka dengan ini kamiberitahukan bahwa kami belum dapat menyetujui permohonan izin tersebutkarena :
1 ..........................................................................................2...........................................................................................3 ..........................................................................................
Selanjutnya kepada Saudara kami minta melengkapi kekurangan tersebutselambat - lambatnya dalam waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal surat iniDemikianlah untuk dimaklumi,
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota……
……………………………………………………..
Tembusan Kepada Yth ;1 . Menteri Kesehatan Rl di Jakarta2. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
60
Universitas Indonesia
Lampiran 7. Formulir APT-7
FORM. APT-7
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATANNOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002TENTANG : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZINAPOTIK
DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA
NomorLampiranPerihal Penolakan Izin Apotik Kepada
Yth. ApotekerPengelola Apotikd i –
Sehubungan dengan surat Saudara Nomor ...................Tanggal.......................perihal Permohonan Izin Apotik, maka dengan ini kamiberitahukan bahwa kami tidak dapat menyetujui permohonan tersebut karena:
1 ..........................................................................................2...........................................................................................3 ..........................................................................................
Demikianlah untuk diketahui
Kepala Dinas KesehatanKabupaten/Kota……
…………………………………………………..
Tembusan Kepada Yth ;1 . Menteri Kesehatan Rl di Jakarta2. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
61
Universitas Indonesia
Lampiran 8. Formulir APT-9
FORM. APT-9
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATANNOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002TENTANG : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZINAPOTIK
DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA
Nomor :.........................................
Lampiran :Perihal : Lampiran penunjukan
Apoteker pendamping/ Kepada Yth,Apoteker pengganti Kepala DinasKabupaten/Kota
di –
Dengan hormat,Menunjuk pada pasal 19 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor1332/MENKES/ SK/X/2002 tentang ketentuan dan tata cara Pemberian IzinApotik. Maka dengan ini kami laporkan bahwa kami telah menunjuk ApotekerPendamping/ Apoteker Pengganti pada Apotik ...............................sebagai berikut:Nama :Alamat :Nomor SIK :Jangka waktu penunjukan :Untuk Apoteker Pengganti :Yang kami pastikan bahwa yang bersangkutan tidak bekerja pada usahafarmasi dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola, ApotekerPendamping atau Apoteker Pengganti pada Apotik lain Bersama mi kamilampirkan :1. Salinan/Foto copy Surat Izin Kerja Apoteker2. Salinan / Foto copy Kartu Tanda Penduduk3. Surat Pernyataan kesediaan bekerja sebagai Apotekerpendamping/pengganti.
Demikianlah laporan kami, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih
Apoteker Pengelola Apotik
Tembusan Kepada Yth ;1 . Menteri Kesehatan Rl di Jakarta2. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
62
Universitas Indonesia
Lampiran 9. Formulir APT-11
FORM. APT-11
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATANNOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002TENTANG : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZINAPOTIK
BERITA ACARA PENYERAHAN UNTUK PENGAMANAN RESEPNARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA
KARENA APOTEKER PENGELOLA APOTIK MENINGGAL DUNIA
Padahari ini .....................tanggal ...................bulan................ tahun ............... Sesuai denganKeputusan Menteri Kesehatan Nomor. 1332/MENKES/SK/X/ 2002. tentang ketentuan dan TataCara Izin Apotik, Kami yang bertanda tangandibawah ini :
A. Ahli waris Apoteker Pengelola ApotikNama AlamatNama ApotikAlamat Apotik
B. 1. Dengan di saksikan olehNamaJabatanNomor SIK
2. Dengan di saksikan olehNamaJabatanNomor SIK
Telah melakukan penyerahan untuk pengamanan1. Resep - resep Resep dari tanggal ............................. sampai dengan
tanggal........................ berjumlah ...................lembar.2. Narkotika sebagaimana tercantum dalarn daftar terlampir.3. Obat keras tertentu / Bahan Berbahaya dan obat lainnya sebagaimana daftar terlampir.4. Kunci-kunci lemari tempat penyimpanan Narkotika sebanyak ..................buah.5. Kunci-kunci lemari tempat penyimpanan obat keras tertentu dan Bahan Berbahaya
serta obat lainnya sebanyak ....................buah .6. Lain - lain yang dianggap perlu
Kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / KotaNamaNIPSerah terirna dilakukanAlasan serah terima
Karena Apoteker Pengelola Apotik meninggal dunia dan pada Apotik tidak terdapat ApotekerPendamping.
Demikianlah Berita Acara ini karni buai sesunguhnya dengan penuh tanggun jawab. Berita Acaraini dibuat daiam rangkap 4 (empat) dan dikirimkan kepada:
1. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.....................................2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota ...........................................3. Satu sebagai Arsip.
Yang Menerima, Yang Menyerahkan.Ahli Waris, Apoteker Pengelola Apotik yang lama
SIK ....................................... SIK .......................................
Saksi-saksi :1 ............................................SIK.2............................................
SIK.
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
63
Universitas Indonesia
DAFTAR PERINCIAN NARKOTIKA YANG DISERAH TERIMAKAN
NO. NAMA NARKOTIKA. JUMLAH KETERANGAN
DAFTAR PERINCIAN OBAT KERAS TERTENTU / BAHAN BERBAHAYADAN OBAT LAINNYA YANG DISERAH TERIMAKAN
NO.URUT
NAMA OBAT KERASTERTENTU/BAHAN
BERBAHAYA LAINNYA
JUMLAH KETERANGAN
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
64
Universitas Indonesia
Lampiran 10. Formulir APT-12
FORM. APT-12
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATANNOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002TENTANG : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZINAPOTIK
DINAS KESEHATANKABUPATEN / KOTA.................
NomorLampiranPerihai Peringatan ke ...................
Tentang PelaksanaanKetentuan Perizinan Apotik Kepada Yth,
di -
Sesuai dengan izin Apotik Nomor......................tanggal ................atas nama.............dengan lokasi.......................setelah kami mengadakan pemeriksaanternyata Apotik Saudara tidak memenuhi ketentuan perizinan yang berlaku.Antara lain :
1.2.3.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, kami minta Saudara untukmemenuhi ketentuan perizinan yang berlaku.
Demikianlah untuk kiranya menjadi perhatian Saudara.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ..............
Ternbusan Kepada Yth ,1. Menteri Kesehatan Rl di Jakarta.2. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
65
Universitas Indonesia
Lampiran 11. Formulir APT-13
FORM. APT-13
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATANNOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002TENTANG : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZINAPOTIK
NOMOR...................................SURAT KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA
KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA
MEMBACA : Surat Peringatan ter tul is Dinas Kabupaten/KotaNomor: ............... tanggal ..........................................Perihal peringatan ke 3 pelaksanaan ketentuan perizinanapotik atas nama ......................
MENIMBANG : Bahwa Apotik........telah melakukan pelanggaran-pelanggaran :
1 ..................................................................2 ...................................................................3 ...................................................................
MENGINGAT : 1. Undang-Undang Obat Keras (St. 193 7 Nomor 54 1);2. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Rl Tahun 1992 Nomor 100, TarnbahanLembaran Negara Nomor 3495);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentangPsikotropika (Lembaran Negara Rl Tahun 1997 Nomor 10,Tambahan Lembaran Negara Rl Nomor 3 67 1);
4. Undang-undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotik(Lembaran Negara Rl Tahun 1997 Nomor 67, TambahanLembaran Negara Rl Tahun 1997 Nomor 3698);
5. Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang PernerintahDaerah (Lembaran Negara Rl Tahun 1999 Nomor 60,Tambahan Lembaran Negara Rl Tahun 1999 Nomor3839);
6. Undang-undang Nornor 25 tahun 1999 tentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat danDaerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor. 72tahun 1999 Tambahan Lembaran Negara Nomor. 3848);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1980 tentang
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
66
Universitas Indonesia
Lampiran 12. Formulir APT-14
FORM. APT-14
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATANNOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002TENTANG : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZINAPOTIK
NOMOR...................................SURAT KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA
KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA
MEMBACA : Berita Acara Hasil Pemeriksaan Tim Dmas KesehatanKabupaten/Kota Nomor:.................................tanggal ...................... perihal usul pencairan Apotikatas nama................
MENIMBANG : bahwaApoteker Pengelola Apotik telah memenuhi kembaliPersyaratan Apotik ........................yaitu :1 .................................................................2..................................................................3..................................................................4..................................................................
MENGINGAT : 1. Undang-Undang Obat Keras (St. 193 7 Nomor 54 1);2. Undang-undang No. 23Tahun 1992tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Rl Tahun 1992 Nomor 100.TarnbahanLembaran Negara Nomor 3495):
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentangPsikotropika (Lembaran Negara Rl Tahun 1997 Nomor 10,Tambahan Lembaran Negara Rl Nomor 3 67 1);
4. Undang-undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika(Lembaran Negara Rl Tahun 1997 Nomor 67.TambahanLembaran Negara Rl Tahun 1997 Nomor 3698);
5. Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang PernerintahDaerah (Lembaran Negara Rl Tahun 1999 Nomor 60,Tambahan Lembaran Negara Rl Tahun 1999 Nomor3839);
6. Undang-undang Nornor 25 tahun 1999 tentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat danDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor. 72tahun 1999 Tambahan Lembaran Negara Nomor. 3848 );
7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1980 tentangPerubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor. 26 tahun1965 tentang Apotik; (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1980 Nomor. 40, Tambahan LembaranNegara Nomor. 3169);
8. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang TenagaKesehatan (Lembaran Negara Rl Tahun 1996 Nomor 49,Tambahan Lembaran Negara Rl Tahun 1996 Nomor3637);
9. Peraturan Pemerintah Rl No. 72 Tahun 1998 tentangPengamanan Sediam Farmasi dan Alat Kesehatan(Lembaran Negara R1 Tahun 1998 Nomor 138,Tambahan Lembaran Negara Rl Tahun 1998 Nomor3781);
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
67
Universitas Indonesia
10.Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentangKewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsisebagai Daerah Otonomi (Lembaran Negara Rl Tahun2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Rl Tahun2000 Nomor 3952).
11.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor1332/Menkes/SK/IX/2002 Tentang Perubahan AtasPeraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata caraPemberian i zin apotik, Jo. Peraturan Menteri KesehatanRl No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan danTata cara Pemberian izin Apotik
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN:Pertama: Mencabut kembali Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota .............. Nomor .............tanggal......................tentang pembekuan izin Apotik
Kedua: Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
Ditetapkan di : .......................................Pada tanggal: .......................................Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Tembusan Kepada Yth ;1. Menteri Kesehatan Rl di Jakarta2. Kepala Dina's Kesehatan Propinsi
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
68
Universitas Indonesia
Lampiran 13. Denah Lokasi Apotek SamMarie Basra
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
69
Universitas Indonesia
Lampiran 14. Desain Apotek SamMarie Basra
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
70
Universitas Indonesia
Lampiran 15. Desain ruang racik Apotek SamMarie Basra
a. Meja racik obat b. Lemari penyimpanan obat
c. Lemari penyimpanan alat kesehatan
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
71
Universitas Indonesia
Lampiran 16. Denah Ruangan Apotek SamMarie Basra
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
72
Universitas Indonesia
Lampiran 17. Form resep
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
73
Universitas Indonesia
Lampiran 18. Salinan Resep
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
74
Universitas Indonesia
Lampiran 19. Etiket Obat
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
75
Universitas Indonesia
Lampiran 20. Plastik Pembungkus Obat
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
76
Universitas Indonesia
Lampiran 21. Struktur Organisasi Apotek SamMarie Basra
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
77
Universitas Indonesia
Lampiran 22. Alur Pemesanan dan Penerimaan Obat
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
78
Universitas Indonesia
Lampiran 23. Surat Pesanan
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
79
Universitas Indonesia
Lampiran 24. Faktur Pembelian
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
80
Universitas Indonesia
Lampiran 25. Kartu Stok Barang
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
81
Universitas Indonesia
Lampiran 26. Surat Pesanan Narkotika
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
82
Universitas Indonesia
Lampiran 27. Surat Pesanan Psikotropika
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
83
Universitas Indonesia
Lampiran 28. Laporan Penggunaan Narkotika
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
84
Universitas Indonesia
Lampiran 29. Laporan Penggunaan Psikotropika
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
PEMBUATAN LAY OUT OTC (OVER THE COUNTER)APOTEK SWALAYAN SAMMARIE BASRA
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
ARLIKA RAHAYU, S. Farm.1206329392
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOKJANUARI 2014
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................iiHALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iiiKATA PENGANTAR ..................................................................................... ivDAFTAR ISI ....................................................................................................viDAFTAR GAMBAR........................................................................................viiDAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................viii
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................... 11.1 Latar Belakang ........................................................................................... 11.2 Tujuan......................................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 32.1 Lay Out ....................................................................................................... 32.2 Sediaan Farmasi di Apotek ........................................................................ 32.3 Penjualan Over The Counter (OTC).......................................................... 3
BAB 3. PEMBAHASAN....................................................................................... 63.1 Usulan Desain Lay Out Apotek Swalayan SamMarie Basra.................... 7
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 114.1 Kesimpulan................................................................................................. 114.2 Saran........................................................................................................... 11
DAFTAR ACUAN ............................................................................................... 12LAMPIRAN........................................................................................................... 13
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Tanda peringatan obat bebas terbatas.................................... 4
Gambar 3.1. Usulan desain lay out Apotek SamMarie Basra.................... 7
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Usulan lay out Apotek Swalayan SamMarie Basra.................. 13
Lampiran 2. Usulan lay out 3D Apotek Swalayan SamMarie Basra............ 14
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004 apotek adalah tempat tertentu, dimana dilakukan
pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan
lainnya kepada masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian dijelaskan bahwa apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker
adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan
sumpah jabatan apoteker.
Desain apotek dan pengelolaan penataan ruang yang baik memberikan
kepuasan dan kenyaman pelanggan (konsumen dan tenaga kerja). Pengelolaan
barang dagangan atau perbekalan farmasi di apotek tidak sama halnya dengan
pengelolaan barang kebutuhan rumah tangga (customer goods), karena perbekalan
farmasi khususnya obat, bahan obat dan racun memiliki sifat yang dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan manusia baik fisik ataupun psikis, yang apabila
pengelolaannya ditangani oleh orang yang tidak memiliki disiplin ilmu
kefarmasian, maka pengelolaan perbekalan farmasi tersebut, mulai dari
pemesanan, penyimpanan, pendistribusian sampai penggunaannya di masyarakat
akan dapat membahayakan kondisi kesehatan masyarakat. Untuk menjaga
keamanan penggunaan perbekalan farmasi dari hal tersebut, maka pemerintah
telah mengatur tata caranya, baik untuk obat keras atau obat yang hanya
diserahkan melalui resep dokter ataupun obat yang obat bebas, OTC (Over The
Counter) (Umar, 2011).
Sesuai dengan ketentuan peraturan yang ditetapkan pemerintah dan
berdasarkan sifat obatnya sendiri, maka ruang penyimpanan obat dapat dibagi
menjadi 2 yaitu ruang penyimpanan obat keras dan ruang penyimpanan obat bebas
(Umar, 2011).
OTC atau Over The Counter adalah yang dapat dibeli tanpa resep dokter
berupa obat bebas, obat bebas terbatas, obat tradisional, kosmetik, dan alat
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
2
Universitas Indonesia
kesehatan tertentu. Penataan obat di ruang penjualan obat OTC ini menjadi
penting untuk menarik perhatian pembeli sehingga memerlukan penataan yang
baik, salah satu penataan perbekalan farmasi ini dapat dibuat secara apotek
swalayan dimana tetap memperhatikan beberapa pertimbangan dalam
penataannya salah satu di antaranya adalah mengenai lay out. Lay out merupakan
tata letak, susunan barang yang dapat memberikan kenyamanan dan kemudahan
(keluar-masuk) bagi konsumen dalam memperoleh obat yang dibutuhkan.
1.2 Tujuan
a. Mengatur tata letak yang baru dan menarik di apotek dengan penempatan
sediaan-sediaan yang baik dan tersusun dengan rapi sehingga dapat
menarik konsumen dan meningkatkan pendapatan bagi apotek.
b. Dengan gambaran penataan dan penempatan sediaan yang baik diharapkan
dapat meningkatkan kepuasan dan kenyamanan pembeli
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
3 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lay out
Lay out merupakan tata letak, susunan barang yang dapat memberikan
kenyamanan dan kemudahan keluar-masuk bagi konsumen dalam memperoleh
obat yang dibutuhkan (Umar, 2011).
2.2 Sediaan Farmasi di Apotek
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1332/MENKES/SK/X/2002, sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli
Indonesia, alat kesehatan, dan kosmetika. Obat merupakan satu di antara sediaan
farmasi yang dapat ditemui di apotek. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun
2009, obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Obat-obat
yang beredar di Indonesia digolongkan dimana penggolongan ini berdasarkan
tingkat keamanan dan dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan terhadap
peredaran dan pemakaian obat-obat tersebut. Setiap golongan obat diberi tanda
pada kemasan yang terlihat.
2.3 Penjualan Over The Counter (OTC)
Penjualan barang yang dibeli tanpa resep dokter disebut penjualan OTC
yang terdiri atas obat bebas dan obat bebas terbatas, obat tradisional, kosmetika,
perlengkapan bayi, dan alat kesehatan (Lopulalan, 2013).
2.2.1 Obat Bebas
Obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter disebut
obat bebas. Tandanya berupa lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi
hitam. Contoh obat bebas adalah Panadol®, Promag®, dan Diatab®
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
4
Universitas Indonesia
2.2.2 Obat Bebas Terbatas
Obat dengan peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter disebut
obat bebas terbatas. Tandanya berupa lingkaran bulat berwarna biru dengan garis
tepi hitam.
Komposisi obat bebas terbatas merupakan obat keras sehingga dalam
wadah atau kemasan perlu dicantumkan tanda peringatan (P1-P6). Tanda
peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm
(disesuaikan dengan warna kemasannya) dan diberi tulisan peringatan
penggunaannya dengan huruf berwarna putih.
Tanda-tanda peringatan ini sesuai dengan golongan obatnya yaitu:
a. P No 1: Awas! Obat keras. Baca aturan memakainya. Contoh: Decolgen®,
Ultraflu®, dan Fatigon®.
b. P No 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk dikumur, jangan ditelan. Contoh:
Betadine gargle®, Listerin® dan Minosep®.
c. P No 3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan. Contoh:
Canesten® krim, dan Fosen enema®
d. P No 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
e. P No 5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. Contoh: Dulcolax®
Suppositoria
f. P No 6: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan. Contoh: Anusol®
Suppositoria.
Gambar 2.1. Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas
P. No. 3Awas! Obat Keras
Hanya untuk bagianluar dari badan
P. No. 4Awas! Obat Keras
Hanya untuk dibakar
P. No. 5Awas! Obat KerasTidak boleh ditelan
P. No. 6Awas! Obat KerasObat wasir, jangan
ditelan
P. No. 2Awas! Obat Keras
Hanya untuk kumur,Jangan ditelan
P. No. 1Awas! Obat Keras
Baca aturanmemakainya
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
5
Universitas Indonesia
2.2.3 Obat Tradisional
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
obat tradisional aldah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut
yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat.
2.2.4 Alat Kesehatan
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak
mengandung obat, yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan, dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh.
2.2.5 Kosmetik
Kosmetik menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan
Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.4.1745 bahan atau sediaan yang
dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis,
rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut
terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau
memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi
baik.
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
6 Universitas Indonesia
BAB 3
PEMBAHASAN
Beberapa apotek telah menerapkan sistem swalayan, dimana pelanggan
dapat melakukan pelayanan sendiri dan dapat menjangkau semua barang
dagangan yang dipajang pada apotek swalayan. Hal – hal yang menjadi dasar
pertimbangan dalam menata perbekalan farmasi di apotek swalayan salah satunya
adalah mengenai lay out, dimana lay out merupakan tata letak, susunan barang
yang dapat memberikan kenyamanan dan kemudahan (keluar-masuk) bagi
konsumen dalam memperoleh obat yang di butuhkan.
Produk yang dipajang di apotek swalayan adalah OTC (Over The Counter)
seperti obat bebas, bebas terbatas, obat tradisional, dan kosmetik. Disamping itu
terdapat produk alat kesehatan risiko rendah seperti masker, plester, dan pembalut
luka. Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat diperoleh
tanpa resep dokter. Tanda khusus yang terdapat pada obat bebas adalah lingkaran
bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam. Obat bebas terbatas adalah obat
keras namun masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai
dengan tanda peringatan. Tanda khusus yang terdapat obat bebas terbatas adalah
lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam. Menurut Permenkes
Nomor 1176/Menkes/Per/VIII/2010, kosmetik adalah bahan atau sediaan yang
dimaksud untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut,
kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama
untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan/atau memperbaiki
bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Contoh
produk kosmetik adalah bedak, pembersih wajah, dan lotion pelembab kulit.
Berdasarkan Permenkes Nomor 1190/Menkes/Per/VIII/2010, alat kesehatan
adalah instrumen, apparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat
yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan
meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada
manusia, dan/atau membenuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
7
Universitas Indonesia
3.1 Usulan Desain Lay Out Apotek Swalayan SamMarie Basra
Gambar 3.1. Usulan Desain Lay Out Apotek Swalayan SamMarie Basra
Hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan dalam menata perbekalan
farmasi di OTC counter antara lain, yaitu:
a. Estetika, yaitu seni keindahan dalam menata dan mendesain rak atau lemari
obat bebas, bebas terbatas, dan obat OTC agar dapat menimbulkan rasa ingin
tahu dan membeli (impuls buying) bagi setiap konsumen yang datang ke
apotek.
b. Lay out, yaitu tata letak, susunan barang yang dapat memberikan kenyamanan
dan kemudahan keluar-masuk bagi konsumen dalam memperoleh obat yang
dibutuhkan.
c. Tanda, yaitu petunjuk mengenai tempat-tempat, golongan, fungsi obat yang
terdapat di setiap lemari atau rak obat.
Kegiatan display (penataan produk) merupakan kegiatan untuk
memajangkan barang dagangan baik dalam ruangan maupun di luar ruangan
untuk dapat mempengaruhi calon konsumen secara langsung maupun tak
langsung terhadap barang yang akan dijual, dengan demikian display merupakan
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
8
Universitas Indonesia
suatu peragaan untuk mempengaruhi konsumen melalui demontrasi pemanjangan
barang sehingga memperoleh kesan tersendiri bagi konsumen (semi personal).
Penempatan barang yang tepat dan dapat menarik pelanggan untuk melihat,
mengamati, menyentuh, dan mencobanya serta pada akhirnya membeli dengan
bersemangat.
Tujuan display antara lain:
a. Attention dan interest customer
Attention dan interest custumer artinya menarik perhatian pembeli dilakukan
dengan cara menggunakan warna-warna, lampu-lampu dan sebagaimya.
b. Desire dan action custumer
Desire dan action customer artinya untuk menimbulkan keinginan memiliki
barang-barang yang dipamerkan.
Interior display adalah pemajangan barang dagangan di bagian dalam
apotek swalayan. Interior display banyak dipergunakan untuk barang-barang yang
sudah dikenal luas oleh masyarakat. Interior display terdiri dari:
1. Merchandise Display
Merupakan cara menempatkan barang di dalam apotek swalayan yang terbagi
menjadi tiga bagian yaitu;
a. Open Interior Display
Adalah penataan barang dagangan di dalam kegiatan usaha dimana
barang diletakkan secara terbuka sehingga konsumen dapat melihat, dan
mengamati tanpa bantuan petugas. Kebaikan dari open interior display antara
lain;
1. Barang dagangan dapat dijual dengan cepat;
2. Petugas dengan mudah mengadakan perubahan pajangan bilamana
sewaktu-waktu diperlukan.
3. Alat-alat yang dipakai untuk memamerkan barang-barang sederhana,
barang-barang yang dipajangkan biasanya:
Barang-barang yang lama terjual,
Barang-barang yang ingin cepat habis terjual,
Barang-barang yang dibeli atas dorongan kata hati.
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
9
Universitas Indonesia
b. Close Interior Display
Adalah penataan barang dagangan di dalam kegiatan usaha di mana barang
diletakkan dalam tempat tertentu, sehingga konsumen hanya dapat mengamati
saja. Bila konsumen ingin mengetahui lebih lanjut, maka ia akan minta tolong
pada petugas untuk mengambilkannya.
1. Architectural Display
Yaitu menata gambar yang menunjukkan gambaran mengenai
penggunaan barang yang diperdagangkan.
2. Store Sign and Decoration
Merupakan simbol, tanda, poster, lambang, gambar, dan semboyan yang
diletakkan di atas meja atau digantung dalam ruangan apotek swalayan,
store sign digunakan untuk memberi arah kepada calon pembeli ke arah
barang dagangan dan memberi informasinya mengenai kegunaan barang
tersebut, dekorasi pada umumnya digunakan dalam acara-acara khusus,
seperti pada hari raya, natal, dan menyambut tahun baru.
Adapun syarat display yang baik memperhatikan beberapa aspek sebagai
berikut:
1. Display harus mampu membuat barang-barang yang dipajang menjadi
mudah dilihat, mudah dicari dan mudah dijangkau. Ketiga hal ini
merupakan syarat mutlak yang harus mampu diwujudkan oleh aktivitas
display.
2. Display harus memerhatikan aspek keamanan, baik keamanan bagi
petugas apotek swalayan dari potensi-potensi kehilangan, maupun
keamanan bagi pengunjung (konsumen) yang berada di dalam
toko,berkaitan dengan aspek keamanan ini, biasanya tidak akan
menempatkan barang-barang yang mudah pecah di sembarang rak.
Barang-barang yang mahal, terutama yang fisik ukurannya kecil biasanya
di pajang di etalase. Barang-barang kemasan kaleng yang cukup berat juga
biasanya ditempatkan pada shelve paling bawah untuk menghindari resiko
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
10
Universitas Indonesia
timbulnya cedera bagi pengunjung (terutama anak-anak) jika barang
tersebut terjatuh.
3. Display yang dilakukan oleh petugas apotek harus informative dan
komunikatif, para petugas apotek dapat memanfaatkan alat alat bantu
seperti standing poster.
Adapaun persyaratan penataan barang yang baik antara lain:
1. Mudah dilihat. Setiap barang harus dapat terlihat merek, ukuran, dan
gambarnya menghadap ke depan.
2. Mudah dicari. Dengan pengelompokan barang yang baik akan mempermudah
pembeli mencari barang.
3. Mudah diambil. Barang-barang yang paling atas harus mudah terjangkau oleh
pembeli.
4. Menarik. Penempatan barang harus memperhatikan jenis, ukuran, warna dan
bentuk barang, sehingga barang-barang yang dipajang seluruhnya dapat
tampil dengan baik. Kombinasi harus diatur dengan baik dengan acuan
kombinasi warna pelangi.
5. Aman. Barang-barang makanan dan minuman hendaknya dipisahkan dengan
yang bukan makanan terutama yang mengandung racun maupun berbau tajam
untuk menghindari kontaminasi.
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
11 Universitas Indonesia
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Dengan tata ruang dan tata letak yang menarik maka akan menambah
konsumen bagi apotek dan meningkatkan pendapatan bagi apotek.
b. Dari gambaran penataan dan penempatan sediaan-sediaan apotek yang
baik dan menarik diharapkan dapat meningkatkan kepuasan dan
kenyamanan konsumen
5.2 Saran
a. Perubahan lay out sebaiknya segera dilakukan agar dapat meningkatkan
jumlah pengunjung apotek.
b. Perlu dikembangkan suatu apotek swalayan yang menjual obat bebas, obat
bebas terbatas, alat kesehatan, obat tradisional, dan kosmetik.
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
12 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2003). Keputusan Kepala Badan PengawasObat Makanan Republik Indonesia NOMOR HK.00.05.4.1745 TentangKosmetik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan RI
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan AlatKesehatan. (2008). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar PelayananKefarmasian di Apotek (SK Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004).Departemen Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor 1190/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Izin Edar AlatKesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta:Kementerian Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor 1176/MENKES/PER/VIII/2010 tentang NotifikasiKosmetika. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan RI. (2009). Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan atasPeraturan Menteri Kesehatan RI No. 992/Menkes/PER/X/1993 Ketentuandan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian KesehatanRI.
Lopulalan, Stevanie Hermine. (2013). Laporan Praktek Kerja Apoteker di ApotekSamMarie Basra Jl. Basuki Rachmat No. 31 Jakarta Timur. Depok:Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia
Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 115. 2013. Modul PLPG Tata Niaga /Pemasaran. Konsorium Sertifikasi Guru dan Universitas Negeri Malang.
Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta.
Umar, Muhammad. (2011). Manajemen Apotek Praktis cetakan keempat. Jakarta:Wira Putra Kencana.
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
13 Universitas Indonesia
Lampiran 1. Usulan lay out Apotek Swalayan SamMarie Basra
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
14
Universitas Indonesia
Lampiran 2. Usulan lay out 3D Apotek Swalayan SamMarie Basra
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014