Download - Laporan Kasus PPOK
-
Laporan Kasus
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Oleh:
INDAH PRASETYA PUTRI
0808151325
Pembimbing
dr. Indra Yovi, SpP
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
DEVISI ILMU PENYAKIT PARU
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU
2014
-
BAB I
PENDAHULUAN
1. Penyakit Paru Kronik Obstruktrif (PPOK)
a. Definisi
Penyakit Paru Kronik Obstruktif (PPOK) adalah penyakit yang ditandai dengan
oleh hambatan aliran udara di saluran nafas yang bersifat progresif non reversibel atau
reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan
keduanya.1
b. Epidemiologi
Estimasi dari 12 negara Asia Tenggara diperkirakan bahwa prevalensi PPOK
sebesar 6.3 % dengan prevalensi maksimum ada di negara Vietnam (6.7%) dan RRC
(6.5%).2 Hasil penelitian Buist yang dilakukan dengan pemeriksaan spirometri,
kuesioner yang berisi gejala respirasi, status kesehatan dan faktor pajanan menunjukkan
bahwa secara umum prevalensi PPOK lebih tinggi pada lelaki dibandingkan
perempuan.3
World Health Organization (WHO) menyebutkan PPOK merupakan penyebab
kematian keempat didunia. Menurut perkiraan sekitar 80 juta orang akan menderita
PPOK pada tahun 2005 dengan merujuk pada 5% dari seluruh kematian secara global.
Total kematian akibat PPOK diproyeksikan akan meningkat > 30% pada 10 tahun
mendatang. Hal ini dihubungkan dengan pertambahan penduduk, kebiasaan merokok
yang meningkat, industrialisasi dan polusi udara.4 Di Indonesia tidak ada data yang
akurat mengenai prevalensi terjadinya PPOK, namun pada survei kesehatan rumah
tangga Depkes RI pada tahun 1992 asma, bronkitis kronis dan emfisema menduduki
peringkat ke-6 sebagai penyebab kesakitan terbanyak dari 10 penyebab tersering
kematian di Indonesia.1
-
c. Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko antara lain :
1. Pajanan dari partikel antara lain :
a. Merokok. Merokok merupakan penyebab PPOK terbanyak (95% kasus) di
negara berkembang.1 Perokok aktif dapat mengalami hipereksresi mukus dan
obstruksi jalan nafas kronik.
b. Polusi indoor. Memasak dengan bahan biomass dengan ventilasi dapur yang jelek
misalnya terpajan asap bahan bakar kayu dan asap bahan bakar minyak
diperkirakan memberikan kontribusi sampai 35%.5
c. Polusi outdoor. Polusi udara memberikan pengaruh buruk pada VEP. Inhalan
yang paling kuat menyebabkan PPOK adalah Cadmium, Zinc dan debu bahan
asap pembakaran.
d. Polusi di tempat kerja. Polusi dari tempat kerja misalnya debu debu organik,
industri tekstil dan lingkungan industri besi baja, bahan kimia pabrik seperti cat,
tinta sebagainya diperkirakan mencapai 19%.6
2. Genetik. Defisiensi Alpha 1-antitrypsin merupakan faktor resiko dari genetik yang
memberikan kontribusi 1-3% pada pasien PPOK.7
3. Riwayat infeksi saluran nafas berulang. Infeksi saluran nafas akut yang banyak
terjadi pada anakanak memberikan kecatatan sampai dewasa dimana hal ini
memberikan hubungan dengan terjadinya PPOK.8
4. Gender, usia, konsumsi alkohol dan kurangnya melakukan aktivitas fisik memberikan
kontribusi terjadinya PPOK.
d. KlasifikasiBerdasarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) PPOK diklasifikasikan
ke dalam :1
- PPOK ringan adalah pasien dengan tidak ada gejala waktu istirahat namun
pasien dengan gejala ringan pada latihan sedang (seperti berjalan cepat, naik
tangga) serta didapatkan pada pemeriksaan spirometri VEP > 80% prediksi
VEP/KVP
-
didapatkan pada pemeriksaan spirometri VEP 30 80% prediksi VEP/KVP
75%.
- PPOK berat adalah pasien dengan gejala sedang pada waktu istirahat atau
gejala berat pada saat istirahat dan terdapat tanda tanda korpulmunal. Dari
pemeriksaan spirometri didapatkan VEP1
-
Gambar1. Algoritme Patofisiologis dari PPOK1
f. DiagnosisDiagnosis dibuar berdasarkan :9
1. Gambaran Klinis
Dari anamnesis didapatkan riwayat penyakit yang ditandai dengan gejala-gejala yang
ada dibawah ini :
a. Sesak Nafas
Sesak dirasakan timbul secara progresif dalam beberapa tahun, makin lama makin
menganggu aktivitas sehari-hari.
b. Batuk Kronis
Batuk berdahak dapat terjadi episodik atau bertembah berat pada saat pagi hari.
Dahak biasanya bewarna purulen pada saat eksaserbasi akut.
c. Sesak Nafas (wheezing)
Wheezing pada PPOK terjadi biasanya pada pengerahan tenaga (exertion) yang
diakibatkan karena udara yang melewati saluran pernafasan yang sempit oleh
radang atau sikatriks.
d. Batuk darah
Bila dijumpai disaat serangan eksaserbasi, maka asal darah diduga dari saluran
yang mengalami inflamasi.
e. Anoreksia dan berat badan menurun
2. Pemeriksaan Fisik
o Pasien biasanya tampak kurus dengan Barel chest shaped chest
o Fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada
o Perkusi dada hipersonor, batas paru dan hati lebih rendah
o Suara nafas terdengar berkurang, ekspirasi memanjang,terdapat adanya suara
tambahan seperti ronkhi atau wheezing.
Inhalasi Bahan Berbahaya
Inflamasi
Mekanisme Perlindungan Mekanisme Perbaikan
Penyempitan Saluran Destruksi Parenkim Hipersekresi Mukus
-
3. Pemeriksaan Penunjang 9
o Pemeriksaan Radiologis
Pada bronkitis kronis, foto thoraks akan memperlihatkan tubular shadow berupa
bayangan garis-garis yang paralel keluar dari hilus menuju apeks paru dan
corakan paru bertambah.
Pada emfisema, foto thoraks akan memperlihatkan adanya hiperinflasi dengan
gambaran diafragma yang rendah dan datar. Penciutan pembuluh darah pulmonal
dan penambahan corakan paru ke medial.
o Pemeriksaan fungsi paru (Spirometri)
o Pemeriksaan analisa gas darah
o Pemeriksaan elektrokardiografi
o Pemeriksaan laboratorium
g. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan pada PPOK adalah untuk mengurangi gejala, mencegah
eksaserbasi, memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru serta meningkatkan kualitas
hidup. Adapun modalitas terapi yang dapat diberikan seperti edukasi, obat-obatan,
oksigen, ventilasi, nutrisi dan rehabilitasi.
a. Edukasi1
Tujuan dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan aktivitas dan
mencegah kecepatan perburukkan fungsi paru. Pemberian edukasi disesuaikan
dengan derajat penyakit
1. Ringan
- Pemberian penjelasan penyebab dan pola penyakit PPOK yang
ireversibel
- Mencegah penyakit menjadi berat dengan menghindari pencetus,
antara lain berhenti merokok
- Segera berobat bila timbul gejala
2. Sedang
- Menggunakan obat yang diberikan dengan tepat
- Mengenal dan mengatasi eksaserbasi dini
-
- Program latihan fisik dan pernafasan
3. Berat
- Pemberian informasi tentang komplikasi yang dapat terjadi
- Penyesuaian aktivitas dengan keterbatasan yang dialami
- Penggunaan oksigen di rumah
b. Terapi eksaserbasi akut dengan obat-obatan. Obat obatan yang diberikan
seperti :1
1. Bronkodilator
Dapat diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis
bronkodilator dan disesuaikan dengan klasifikasi derajat penyakit.
Pemilihan bentuk obat yang diutamakan yaitu inhalasi. Pada derajat berat
diutamakan pemberian obat lepas lambat (slow response) atau obat dengan
efek jangka panjang (long acting).
2. Anti-Inflamasi
Dapat digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau
injeksi intravena yang berfungsi untuk menekan proses inflamasi yang
terjadi. Dapat dipilih dari golongan metilprednisolon atau prednison.
3. Antibiotika
Antibiotika hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang
digunakan :
Lini I : Amoksisilin, golongan makrolid
Lini II : Amoksisilin dan asam klavulanat, golongan sefalosporin,
kuinolon dan makrolid.
c. Terapi oksigen
Pemberian oksigen pada PPOK dilakukan untuk mempertahankan oksigenasi
seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun di organ-organ
lainnya.
-
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas pasienNama : Tn. T Alamat : KandisUmur : 73 Tahun Pekerjaan : Petani Jenis kelamin : Laki-Laki Masuk RS : 9 Agustus 2014Agama : Islam Tanggal Periksa: 11 Agustus 2014
ANAMNESIS (Alloanamnesis dari anak pasien)
Keluhan Utama : Sesak nafas yang memberat sejak 1 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak 1 hari SMRS pasien merasakan sesak nafas yang dirasakan makin lama makin
memberat. Sesak yang dirasakan makin hebat terutama setelah beraktivitas dan sedikit berkurang
bila pasien beristirahat. Selain itu juga pasien sering terbangun pada malam hari karena sesak
sehingga lebih nyaman tidur dengan 2 bantal. Bunyi ngik saat sesak (-), nyeri dada (-) demam
(-) keringat malam (-) berdebar-debar (-). Sesak nafas diikuti dengan keluhan batuk dengan
dahak sulit dikeluarkan, berat badan menurun namun nafsu makan masih ada. BAK dan BAB
tidak ada keluhan
Keluhan sesak seperti ini telah pasien rasakan selama 1 tahun dan selalu hilang timbul.
Dalam 1 bulan ini, sesak dirasakan oleh pasien sudah 3 kali kumat dan keluhan dirasakan mereda
setelah diberikan obat dari puskesmas. Pada awalnya sesak kali ini hanya diberikan obat sesak,
namun keluhan tidak mereda sehingga pasien dirujuk ke RSUD AA.
Riwayat Penyakit Dahulu : - Riwayat Hipertensi (+) sejak 1 tahun yang lalu, jarang kontrol - Riwayat DM disangkal- Riwayat minum obat selama 6 bulan sebelumnya disangkal- Riwayat sering demam dan pilek saat kecil tidak diketahui
Riwayat Penyakit Keluarga : - Riwayat keluhan yang sama pada anggota keluarga disangkal- Riwayat Hipertensi disangkal- Riwayat DM disangkal- Riwayat Asma disangkal
-
Riwayat Sosial dan Ekonomi :
Pasien adalah suami dari satu istri dan ayah dari 3 orang anak, bekerja sebagai petani dengan
tingkat ekonomi kebawah. Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak umur 15 tahun dan berhenti
merokok pada umur 50 tahun. Pasien merokok 1 bungkus rokok perhari. Kebiasan minum
alkohol (-).
PEMERIKSAAN UMUM : (11 Agustus 2014)- Kesadaran : Komposmentis Tinggi Badan : 155 cm- Keadaan Umum : Tampak sakit sedang Berat Badan : 40 Kg- Tekanan Darah : 160/ 100 mmHg BMI : 17.7 (underweight) - Nadi : 90 x/menit- Pernafasan : 30 x/menit- Suhu : 36,8 0 C
Kepala : Konjungtiva : Anemis (-/-) Sklera : Ikterik (-/-) Pupil : Bulat, isokhor 3mm/3mm Bibir : Mukosa basah (+), pursed-lips breathing (+) sianosis (-) Hidung : Nafas cuping hidung (-), darah (-), sekret (-) Leher : JVP normal, KGB membesar (-)Thoraks : Paru Paru Inspeksi : Bentuk dada barrel chest, Gerakan dada kiri dan kanan simetris,
Pelebaran sela iga (+), penggunaan otot bantu pernafasan (-) Palpasi : Vokal fremitus dada kiri dan kanan sama Perkusi : Hipersonor pada kedua lapang paru Auskultasi : Vesikuler (+/+), Wheezing (+/+), Ekspirasi memanjang (+)
Jantung Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat Palpasi : Ictus Cordis teraba pada linea midclavicularis sinistra SIK V Perkusi : Batas jantung kanan dan kiri dalam batas normal Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II intensitas normal, regular, murmur (-)Abdomen Inspeksi : Datar, scar (-) Auskultasi : Bising usus dalam batas normal Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-) Perkusi : Timpani Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema tungkai (-/-)
-
Pemeriksaan Penunjang :
Foto Rontgen Thoraks (9 Agustus 2014)
Jantung :CTR < 50%, elongasi aorta (+) => cor tidak membesarParu : Hiperlusen, costae melebar dan diafragma mendaftar, corakan bronkovaskuler dbn
Resume :
Tn.T umur 73 tahun datang dengan keluhan sesak nafas yang dirasakan makin lama makin
memberat sejak 1 hari SMRS. Sesak yang dirasakan makin hebat terutama setelah beraktivitas
dan sedikit berkurang bila pasien beristirahat. Selain itu juga pasien sering terbangun pada
malam hari karena sesak sehingga lebih nyaman tidur dengan 2 bantal. Sesak nafas diikuti
dengan keluhan batuk dengan dahak sulit dikeluarkan, berat badan menurun namun nafsu makan
Laboratorium darah9 Agustus 2014
Hb LeukositHematokritPLTRBCUreumKreatininASTALTAlb
15,7 gr/dl 9.500/uL
50.2% 274.000 /uL 610.000 u/L 43.1 mg/dl 1.23 mg/dl
91.6 u/l 30 u/l
3.7 mg/dl
-
masih ada. Keluhan sesak seperti ini telah pasien rasakan selama 1 tahun dan selalu hilang
timbul. Dalam 1 bulan ini, sesak dirasakan oleh pasien sudah 3 kali kumat dan keluhan dirasakan
mereda setelah diberikan obat dari puskesmas. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 1 tahun
yang lalu.Pasien memiliki kebiasaan merokok sekitar 35 tahun dengan menghabiskan 1 bungkus
rokok per hari. Pada pasien didapatkan BMI pasien underweight. Pada pemeriksaan mulut
terdapat pursed-lips breathing, Pada pemeriksaan thoraks didapatkan inspeksi bentuk dada
barrel chest, pelebaran sela iga (+). Pada perkusi didapatkan hipersonor pada kedua lapang paru
dan pada auskultasi ditemukan wheezing (+/+), ekspirasi memanjang (+/+).Hasil pemeriksaan
radiologis ditemukan cor tidak membesar. Paru : Hiperlusen, costae melebar dan diafragma
mendaftar, corakan bronkovaskuler dbn
Diagnosis Kerja Utama : Penyakit Paru Obstrukstif Kronis (PPOK) eksaserbasi akut
Diagnosis Banding : AsmaPneumotoraks
Penatalaksanaan Farmakologis: IVFD NaCl 0.9% 20tpmO2 3 LNebulizer Ipratropium bromide 20 gr/6 jamSalbutamol 2gram 2 x 1Aminofilin drip 1 ampul 14 tpm Inj. Dexametasone 2 x 1 ampul/24 jamOBH Syrup 3 x CI
Penatalaksanaan Non Farmakologis :- Fisioterapi
Rencana Pemeriksaan : - Spirometri (Setelah pasien stabil)
Rencana Edukasi : - Penjelasan penyakit dan komplikasi yang dapat terjadi - Penjelasan tujuan pemeriksaan dan tindakan yang dilakukan
Prognosis : Quo ad Malam
-
Follow Up Tanggal S O A P
12 Agustus 2014
Sesak nafas (+), batuk tidak berdahak,
Kesadaran : KomposmentisTD : 150/100 mmHgNadi : 96 x/menitNafas : 30 x/menitSuhu : 36.9 0Cpursed-lips breathing(+)Auskultasi Paru :Vesikuler (+/+)Wheezing (+/+)Ekspirasi memanjang (+)
PPOK eksaserbasi akut yang stabil
IVFD NaCl 0.9% 20tpmO2 3 LNebulizer Ipratropium bromide 20 gr/6 jamSalbutamol 2gram 2 x 1Aminofilin drip 1 ampul 14 tpm Inj. Dexametasone 2 x 1 ampul/24 jamOBH Syrup 3 x CI
13 Agustus 2014
Sesak nafas (+) Kesadaran : KomposmentisTD : 160/110 mmHgNadi : 90x/menitNafas : 28 x/menitSuhu : 36.7 0Cpursed-lips breathing(+)Auskultasi Paru : Vesikuler (+/+) Wheezing (+/+)Ekspirasi memanjang (+)
PPOK eksaserbasi akut yang stabil
Pasien boleh pulangKontrol ke poliklinik
-
BAB IIIPEMBAHASAN
Dari hasil anamnesis pasien ini mengeluhkan adanya sesak nafas sejak 1 hari SMRS.
Sesak dirasakan terus menerus dan semakin memberat. Pasien lebih nyaman untuk tidur dengan
dua bantal karena pasien terus terbangun pada malam hari. Pasien juga mengeluhkan batuk yang
berdahak yang sulit dikeluarkan. Keluhan yang sama telah pasien rasakan selama 1 tahun dan
selalu hilang timbul. Untuk 1 bulan ini keluhan yang sama telah dirasakan 3 kali. Keluhan
mereda setelah diberikan obat sesak dari puskesmas. Pada pasien terdapat adanya riwayat
merokok kurang lebih 35 tahun sebanyak 1 bungkus per hari. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
tekanan darah pasien yang tinggi 160/100 mmHg , IMT underweight. Ditemukannya pused-lips
breathing atau bibir mencucu. Pada pemeriksaan thoraks pada inspeksi bentuk dada pasien
seperti gentong (barrel chest), pelebaran sela iga dan pengembangan paru kanan dan kiri yang
simetris. Hal ini merupakan tanda tanda kompensasi dari gejala obstruksi yang terjadi secara
kronik. Pada palpasi dirasakan vokal fremitus pada dada kiri dan kanan sama. Pada perkusi
ditemukan hipersonor pada kedua lapangan paru karena terjadinya hiperinflasi di paru. Pada
auskultasi ditemukan suara nafas vesikuler diseluruh lapangan paru, wheezing pada basal paru
dan ekspirasi memanjang pada pasien. Pada pemeriksaan foto thoraks ditemukan hiperlusen yang
menandakan adanya hiperinflasi, sela costae melebar, diafragma mendatar. Hal ini lebih
menunjang kearah penyakit paru obstruktif.
Pasien ini memiliki faktor resiko untuk terjadinya PPOK karena memiliki riwayat
merokok aktif kurang lebih 35 tahun yang lalu sebanyak 1 bungkus rokok per hari. Asma pada
pasien dapat disingkirkan dari anamnesis yang digali bahwa pasien tidak pernah merasakan sesak
sebelumnya. Sesak hanya dirasakan sejak 1 tahun yang lalu, sesak yang dirasakan tidak berbunyi
serta tidak mengkonsumsi obat obat asma. Pada pemeriksaan foto thoraks dapat juga
menyingkarkan kemungkinan terjadinya dikarenakan pneumotoraks pada pasien ini. Pasien
mengalami PPOK klasifikasi berat dengan eksaserbasi akut.
Penatalaksanaan pada pasien ini dapat dilakukan secara farmakologis dan non
farmakologis. Tujuan penatalaksanaan pada pasien untuk melakukan penstabilan serangan dan
mempertahankan kondisi secara umum. Pemberian kombinasi terapi antikolinergik dengan
agonis Beta-2 dapat diberikan untuk mengurangi sesak dan mengurangi sekresi lendir. Pasien
-
mengalami eksaserbasi akut sehingga dapat dilakukan pemberian secara inhalasi. Dilakukannya
observasi setiap hari mengenai keluhan sesak pada pasien. Pemeliharaan jangka panjang dapat
digunakan golongan lepas lambat seperti golongan xantin. Selain itu pada eksaserbasi akut juga
diberikan anti-inflamasi untuk menekan proses inflamasi yang terjadi dengan pemberian
kortikosteroid. Pada pasien perlu diberikan informasi dan edukasi mengenai komplikasi yang
dapat terjadi.
-
DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesi (PDPI). Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
PPOK di Indonesia. 2003
2. Wan C, Tze P.COPD in Asia. Where east meets west, Chest. 2011: hal 517-27
3. Buist AS, McBurnie MA, Vollmer WM. International Variation in The Prevalence of
COPD (the BOLD Study) a population-based prevalence study. Lancet: 2007
4. World Health Organization. COPD.Geneva: 2008
5. Katleen H, Dong Feng Gu. Risk Factors for COPD mortality in Chinese Adult. AM
Journal of Epidemiology Vol 167 issue 8.hal 1998- 1004
6. Di Pede C. Chronic Obstructive Lung Disease and Occupational Exposure. Curt Op in
Allergy Clin Immuno. 2012. Hal 115-121
7. Romieu, Trenga C. Diet and Obstructive Lung Disease. Epidemiol Dev : hal 268-287
8. Rojas S, Romieu, Perez P. Lung Function Growth im Children with Longterm Exposure
to Air Pollutans in Mexico City. Epidemiology 2006: 17. hal 266-67
9. Alsaggaf. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Bagian Ilmu Penyakit Paru Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya : Airlangga University;2004