Kerjasama Medical Emergency Rescue Committee (Mer-C), Indonesia, dan
Palestina dalam Penanganan Korban Konflik di Gaza
SKRIPSI
Sebagai persyaratan untuk mencapai derajat sarjana Hubungan Internasional
Oleh:
RIZKY TRI KURNIA PUTRA
NIM D0412039
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL & POLITIK
SURAKARTA
2018
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI
Judul Skripsi:
KERJASAMA MEDICAL EMERGENCY RESCUE COMMITTEE (MER-C),
INDONESIA, DAN PALESTINA DALAM PENANGANAN KORBAN
KONFLIK DI GAZA
Oleh:
RIZKY TRI KURNIA PUTRA
NIM. D0412039
Telah disetujui oleh Pembimbing
Jabatan Nama dan NIP/NIK Tanda Tangan Tanggal
Ketua Drs. Son Haji, M.Si.
NIP. 195912061988031004
Sekretaris Lukman Fahmi, S.IP, M.Si NIK. 1983112020130201
Penguji I Drs. IGN. Agung Satyawan, SE.,
S.Ikom., M.Si, Ph.D NIK. 195907081987021001
Surakarta,
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, M.Si
NIP. 19610825 198601 2 001
Halaman Motto
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari
suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”
(Q.S Al-Insyirah 6-8)
“Hidup merupakan sebuah perjalanan yang sangat panjang. Perjalanan panjang tersebut
harus dilalui dengan berbagai hal, baik kemudahan ataupun kesulitan. Namun, ketika kita
memutuskan untuk berhenti berjuang di tengah lika-liku kehidupan, maka sesungguhnya
hidup yang kita jalani sangatlah tidak berarti. Terus berjuang, buktikan bahwa kita mampu
menjadi pribadi yang lebih baik”
(Rizky Tri Kurnia Putra)
“In the time that we're here today, more women and children will die violently in the Darfur
region than in Iraq, Afghanistan, Palestine, Israel or Lebanon. So, after September 30, you
won't need the UN - you will simply need men with shovels and bleached white linen and
headstones.”
(George Clooney)
PERSEMBAHAN
Dengan segala rahmat serta limpahan karunia dari Allah SWT, dan atas
dukungan dari orang-orang yang penulis sayangi dan banggakan, akhirnya skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu ucapan terimakasih dan karya ini
penulis persembahkan untuk:
Keluarga Peneliti, kepada orang tua tercinta (Almarhumah) Ibu Fanny Sri
Mulyani dan Bpk. Lulut Tri Martomo, kakak-kakak tersayang yang selalu
memberikan motivasi dan semangat. Terimakasih atas doa serta dukungan
moral dan materil yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
jenjang pendidikan sarjana di Universitas Sebelas Maret
Para sahabat dan teman-teman tersayang di Universitas Sebelas Maret
Khususnya untuk teman-teman seperjuangan HI UNS angkatan 2012,
terimakasih atas semangat dan kebersamaan yang diberikan selama penulis
menempuh perkuliahan. Special Mention untuk sahabat terdekat penulis
GIgih Unggul Halim Wicaksono, Alifa Rahmadia Putri, Cindi Puspita yang
selalu memberikan semangat dan ide penulisan bagi penulis. Dan Ira Putri
Wahyuni, Istri yang selalu memotivasi penulis di akhir masa perkuliahan yang
penulis jalani.
Teman-teman organisasi yang terus menginspirasi penulis, baik itu di BEM
FISIP, Himaters, dll. Teman-teman KKN Sampetan Ajik, Hendri, Ika,
Rindang, Heti, Grace, Ihdina, Ucil yang memberikan keceriaan dan inspirasi,
Staff Kementerian Luar Negeri RI, Staff Kedutaan Besar Palestina untuk
Indonesia dan Staff Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) yang
membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, serta untuk teman-teman
di UNS yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.
Prodi Hubungan Internasional, Khususnya Bpk. Drs. Ignatius Agung
Satyawan, SE., S.Ikom., M.Si, Ph.D selaku pembimbing utama penuls
Universitas Sebelas Maret.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatakan atas limpahan rahmat dan karunia Allah SWT
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Kerjasma Medical
Emergency Rescue Committee (MER-C), Indonesia dan Palestina Dalam
Penanganan Korban Konflik di Gaza dengan lancar dan tanpa ada halangan
yang berarti. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Penyelesaian skripsi ini sendiri tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karenanya penulis dengan segala kerendahan hati ingin mengucapkan terima kasih
atas segala bantuan kepada berbagai pihak tersebut yaitu antara lain:
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS selaku Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS)
Surakarta.
2. Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik, Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta.
3. Prof. Dr. Andrik Purwasito, DEA selaku Ketua Program Studi Hubungan
Internasional dan Pembimbing Akademik, FISIP UNS
4. Drs. Ignatius Agung Satyawan, SE., S.Ikom., M.Si, Ph.D, selaku Dosen
Pembimbing Skripsi.
5. Dosen pengajar di Program Studi Hubungan Internasional UNS, antara lain:,
Leni Winarni S.IP, M.Si, Randhi Satria S.IP, M.A, Septyanto Galan Prakoso,
S.IP, M.Sc, Lukman Fahmi Djarwono S.IP, M.Si, Salieg Luki Munestri S.S,
M.A, Drs. Sonhaji, M.Si, Drs. Budiarjo, M.Si, Annisa Paramita Wiharani S.IP,
M.A, Muhammad Qobidl’ Ainul Arif S.IP, M.A, Andriko Sandria, SIP., MA dan
Alm. Prof. Drs. Totok Sarsito, SU, MA, Ph.D.
6. Narasumber dalam skripsi ini: Bpk. J.S. George Lantu, Bpk. Agus
Hidayatulloh, Ibu Rima dan Bpk. Taher Ahmad
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
ABSTRAK
RIZKY TRI KURNIA PUTRA, NIM D0412039, judul skripsi KERJASAMA
MEDICAL EMERGENCY RESCUE COMMITTEE, INDONESIA DAN
PALESTINA DALAM PENANGANAN KORBAN KONFLIK DI GAZA.
Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Peran Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) sebagai salah satu
NGO Indoensia yang memberikan bantuan untuk Palestina merupakan tujuan utama
dari penulisan ini. Adanya kerjasama MER-C selaku NGO dengan Pemerintah
Indonesia dan Palestina merupakan fokus setelahnya karena peran NGO tidak
mungkin lepas dari adanya pemerintah Indonesia sehingga sangat memungkinkan
adanya campur tangan pemerintah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik
pengumpulan data berupa studi pustaka dan wawancara. Analisis data
menggunakan analisa data kualitatif yang terdiri dari tahap dokumentasi, penyajian
data dan penarikan kesimpulan. Validasi data menggunakan triangulasi sumber dan
teknik. Kerangka pemikiran penelitian ini berangkat dari analisis Humanitarianisme
dan kerjasama, baik kerjasama antara NGO dengan pemerintah pusat ataupun
kerjasama internasional antara Indonesia dan Palestina.
Humanitarianisme merupakan sebuah aksi kemanusiaan yang dilakukan baik
Negara, Non-Negara, ataupun individu. MER-C yang merupakan sebuah NGO
Indonesia yang bergerak dibidang medis telah melakukan sebuah aksi kemanusiaan
bagi masyarakat Palestina. Aksi yang dilakukan MER-C tidak terlepas dari adanya
peran Pemerintah Indonesia dan Palestina yang memberikan bantuan diplomasi
diranah Internasional. Bantuan yang diberkan MER-C yaitu berupa bantuan fisik
dan non-fisik tetapi tetap pada bidang medis yang cukup berpengaruh signifikan
bagi masyarakat Palestina khususnya Gaza dan Pemerintah Palestina itu sendiri.
Kata Kunci: Medical Emergency Resuce Committee (MER-C), Indonesia,
Palestina, NGO, Humanitarianisme, Kerjasama.
ABSTRACT
RZKY TRI KURNIA PUTRA, NIM D0412039, COOPERATION MEDICAL
EMERGENCY RESCUE COMMITTEE (MER-C) INDONESIA AND
PALESTINA IN PROVIDING ASSISTANCE FOR CONFLICT VICTIM’S IN
GAZA. Internatonal Relations Department, Faculty of Social and Political Science,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
The role of the Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) as one of the
Indonesian NGOs who provide assistance to Palestine is the main objective of this
resereach. The existence of MER-C cooperation as an NGO with the Government of
Indonesia and Palestine is the focus afterwards because the role of NGO can’t be
separated from the Indonesian government so it is possible to interfere from the
government.
This research uses qualitative approach with data collection technique in the
form of literature study and interview. Data analysis using qualitative data analysis
consisting of stage documentation, data presentation and conclusion. Validation of
data using source triangulation and technique. The framework of this research is
based on the analysis of Humanitarianism and cooperation, whether cooperation
between NGOs with central government or international cooperation between
Indonesia and Palestine.
Humanitarianism is a humanitarian action carried out by either State, Non-
State, or individual. MER-C, an Indonesian medical NGO engaged in a humanitarian
action for the Palestinian people. MER-C action can’t be separated from the role of
the Government of Indonesia and Palestine who provide diplomacy assistance as
International Non-Govermental actor. The assistance provided by MER-C in the
form of physical and non-physical assistance but still in the medical field is
significant enough for the Palestinian people especially Gaza and the Palestinian
Authority itself.
Keywords: Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), Indonesia, Palestina,
NGO, Humanitarianism, Cooperation.
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel 1.1 Jumlah Korban Konflik ................................................................ 22
Gambar 1.1 Peta wilayah Palestina ............................................................... 23
Gambar 1.2 Kerangka Penelitian ................................................................. 24
Gambar 2.1 Struktur Orgnisasi MER-C ....................................................... 32
Gambar 2.2 Rumah Sakit Indonesia (RSI) Gaza, Palestina ....................... 45
Gambar 3.1 MoU Pembangunan Rumah Sakit Indonesia .......................... 71
Gambar 3.2 Wilayah Gaza Utara ................................................................... 73
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Transkrip Wawancara Taher Ahmad, Duta Besar Palestina
Lampiran 2 Transkrip Wawancara Agus Hidayatulloh, Staff KEMENLU
Lampiran 3 Transkrip Wawancara Rima M., MER-C Indonesia
Lampiran 4 Billboard of The Arab Peace Initiative In Streets of Israel
Lampiran 5 Arab Peace Initiative (dalam beberapa bahasa)
DAFTAR ISTILAH
PBB: Perserikatan Bangsa-Bangsa
HAMAS: Harakat al-Muqawwamatul Islamiyyah
NGO: Non-Govermental Organization
MER-C: Medical Emergency Rescue Committee
RSI: Rumah Sakit Indonesia
LBB: Liga Bangsa-Bangsa
AIPAC: American Israel Public Affairs Committee
CPMAJO: Conference of Presidents of Major American Jewish Organizations
PLO: Palestine Liberation Organization
PIFA: Palestinian-Indonesian Friendship Association
KTT: Konferensi Tingkat Tinggi
NAASP: New Asian African Strategic Partnership
SMEs: Small and Medium Enterprises
CSSR: Collapse Structure Search and Rescue
SECEM: School of Environmental Conservation and Ecotourism and Management
PERNYATAAN SKRIPSI OTENTIK
Yang bertanda-tangan di bawah ini saya:
Nama : RIZKY TRI KURNIA PUTRA
NIM : D0412039
Program Studi : Hubungan Internasional
Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, dengan ini saya menyatakan dengan
sebenar-benarnya, bahwa skripsi saya berjudul: Kerjasama Medical
Emergency Rescue Committee (MER-C), Indonesian, dan Palestina
Dalam Penanganan Korban Konflik di Gaza, adalah karya penelitian otentik
karya saya sendiri, yang belum pernah diajukan oleh peneliti lain, baik untuk
memperoleh gelar kesarjanaan maupun di muat dalam artikel di Jurnal maupun di
surat kabar.
Seluruh kutipan, pendapat, opini dan tulisan yang ada dalam skripsi ini- selain
pendapat saya sendiri- mencantumkan sumbernya secara lengkap dan bertanggung
jawab serta ditulis dalam catatan akhir (end-note). Seluruh sumber referensi dan
wawancara ditulis dalam daftar pustaka.
Apabila kelak dikemudian hari, terbukti bahwa pernyataan saya ini tidak benar,
dan karya skripsi saya tidak otentik, maka saya bersedia menerima sanksi akademik
apapun, sampai pencabutan gelar yang saya peroleh berkat skripsi ini.
Surakarta,
Yang menyatakan,
Rizky Tri Kurnia Putra
NIM. D0412039
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ......................................................................................... i
Halaman Pengesahan Pembimbing ........................................................... ii
Halaman Pengesahan Tim Penguji ............................................................ iii
Motto ............................................................................................................ iv
Persembahan ............................................................................................... v
Kata Pengantar ............................................................................................ vi
Abstrak ......................................................................................................... vii
Daftar Gambar & Tabel ............................................................................... ix
Daftar Lampiran ........................................................................................... x
Daftar Istilah ................................................................................................ xi
Surat Pernyataan Skripsi Otentik .............................................................. xii
Daftar Isi ...................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ..................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat ........................................................................ 4
D. Studi Literatur .................................................................................. 5
E. Kerangka Konseptual ...................................................................... 10
F. Batasan Terminologi ........................................................................ 21
G. Kerangka Penelitian ......................................................................... 24
H. Metode Penelitian ............................................................................ 25
I. Sistematika Penulisan ..................................................................... 27
BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
A. Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) ........................ 30
1. Misi ............................................................................................... 33
2. Program-program yang sedang berjalan .................................. 40
B. KONFLIK PALESTINA-ISRAEL .................................................... 46
C. HUBUNGAN DIPLOMATIK INDONESIA-PALESTINA ............. 56
BAB III PEMBAHASAN
A. Peran Pemerintah Indonesia-Palestina Dalam Misi MER-C ........ 64
B. Upaya Penanganan Korban Konflik Oleh MER-C ......................... 70
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 82
B. Saran ................................................................................................. 84
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perang yang terjadi di negara-negara timur tengah belakangan ini tidak hanya
menyebabkan jatuhnya korban militer saja namun juga warga sipil yang terdiri dari
wanita, anak-anak, dan juga lansia. Perang terjadi karena adanya gesekan
kepentingan para petinggi negara dan juga kepentingan suatu pihak yang terkadang
melupakan sisi kemanusiaan. Ketika peluru-peluru sudah ditembakan, hati nurani
dan jiwa kemanusiaan sering kali dilupakan.
Palestina merupakan sebuah bangsa kecil di dunia yang saat ini sedang
memperjuangkan eksistensinya di mata dunia dan juga sedang menocba melepaskan
diri dari penjajahan yang dilakukan Israel. Perjuangan bangsa Palestina sangat
tidaklah mudah karena meskipun mereka telah menyuarakan penderitaannya di
mata dunia, hampir sebagian besar negara-negara di dunia ini “tidak
memperdulikan” kehadiran mereka karena adanya kepentingan politik dunia.
Seperti yang telah kita ketahui bersama, Israel merupakan sekutu utama dari
Amerika Serikat di Timur Tengah. Amerika Serikat sangat mendukung hampir
sepenuhnya segala bentuk kegiatan militer Israel ke Palestina. Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) sebagai simbol perdamaian dunia pun tidak bisa terlalu banyak
bergerak bebas karena sering kali terjegal oleh kepentingan, salah satunya adalah
penolakan draft resolusi terkait penarikan pendudukan Israel di wilayah Palestina.1
Agresi Militer yang dilakukan oleh Israel pada tahun 2008-2009 ke Palestina
memberikan dampak yang luar biasa bagi warga Palestina. Lebih dari 2000 warga
sipil, baik wanita, anak-anak, ataupun orang tua turut menjadi korban atas agresi
tersebut.2 Israel sendiri setidaknya sudah melakukan 2 agresi militer yang besar
yaitu tahun 2008-2009 dan 2014. Agresi militer Israel ke Palestina Pertama yang
dikenal dengan Operasi “Coast Lead” pada 27 Desember 2008 – 20 Januari 2009,
melalui pemboman lewat udara maupun darat yang dilakukan Israel terhadap
Palestina di Jalur Gaza. Pada awalnya serangan ini ditujukan kepada pejuang
HAMAS, kelompok yang memperjuang kemerdakaan Palestina dari Israel. HAMAS
sendiri telah dicap sebagai organisasi teroris oleh Israel, Amerika Serikat dan Uni
Eropa namun bagi masyarakat Palestina, organisasi tersebut merupakan sebuah
organisasi perjuangan rakyat Palestina atas serangan Israel. Akibat serangan
tersebut, sekitar 1434 penduduk Palestina tewas menjadi korban. Korban penduduk
sipil berjumlah 960, 239 polisi dan 235 pejuang HAMAS tewas menjadi korban.
Penduduk sipil yang tewas terdiri dari 288 anak – anak, 121 wanita, dan 409
penduduk sipil selain wanita dan anak – anak. Menurut data dari Departemen
Kesehatan Palestina, korban luka mencapai 5303 yang terdiri dari 1606 anak – anak
dan 828 wanita.3
Pada Tanggal 13 Juli 2014, militer Israel melaporkan bahwa lebih dari 1.300
serangan udara Israel telah dilancarkan ke Gaza, sementara lebih dari 800 roket
telah ditembakkan dari Gaza ke Israel.4 Keesokan harinya, tanggal 14 Juli, Mesir
mengumumkan inisiatif gencatan senjata. Pemerintah Israel menerima usulan ini
dan menghentikan serangan untuk sementara pada pagi 15 Juli. Konflik ini
merupakan operasi militer paling mematikan yang pernah terjadi di Gaza. Meskipun
masih belum ada yang jelas terkait jumlah korban luka dan tewas.5 Menurut
Kementerian Kesehatan Gaza, 1.880 warga Palestina tewas dan 10.000 lainnya
cedera.6 Dari jumlah tersebut, 398 di antaranya adalah anak-anak, 207 wanita, dan
74 manula.7
Indonesia merupakan negara yang memiliki politik Luar Negeri “Bebas-Aktif”,
selalu mencoba menginisasi perdamaian dan meredakan konflik antar 2 negara
tersebut dan pada saat itu Pemerintahan Susilo Bambang Yudhono secara konsisten
mendukung perjuangan Palestina dalam memperjuangakan kemerdakaannya.8
Selain mendukung posisi Palestina di PBB, Indonesia pun aktif dalam memberikan
bantuan operasional kepada warga Palestina. Dengan adanya kerjasama dengan
NGO kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committee (Mer-C), membangun
Rumah Sakit Indonesia di Gaza untuk memperbaiki kesehatan warga Gaza yang
menjadi korban konflik.9 Rumah Sakit Indonesia resmi berdiri pada tanggal 27
Desember 2015.Dibangun di sebuah puncak bukit di luar Jabalya, kamp pengungsi
terbesar di Gaza, Rumah Sakit Indonesia mulai beroperasi dan bisa melayani
300.000 penduduk yang tinggal di kawasan yang sering dilanda konflik itu.10
Kendati dalam pembangunannya banyak mengalami kesulitan karena konflik tetap
berlangsung selama proses pembangunan, itu tidak menghalangi Indonesia dan
Mer-C untuk melanjutkan proses pembangunan Rumah Sakit tersebut. Dengan
adanya Rumah Sakit tersebut, warga Palestina yang menjadi korban konflik bisa
mendapatkan penanganan kesehatan yang lebih baik.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Berlandaskan dari latar belakang yang penulis gambarkan diatas, dalam
penelitian ini penulis memfokuskan pada upaya Medical Emergency Rescue
Committee (Mer-C), Indonesia dan Palestina dalam upaya memberikan bantuan bagi
warga Palestina yang menjadi korban koflik di Gaza. Oleh karena itu, penulis
membuat rumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimana Kerjasama Mer-C, Indonesia dan Palestina dalam Upaya
Memberikan bantuan terhadap korban konflik tahun 2009 di Bayt
Lahiya, Palestina ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1) Tujuan Penelitian
Adapaun tujuan dari penenlitian berdasarkan rumusan masalah yang ada
adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui bagaimana Peran Pemerintah Indonesia yang
bekerjasama dengan Mer-C dalam melakukan penanganan dan
memberikan bantuan terhadap korban konflik Israel-Palestina di Gaza.
2) Untuk mengetahui kendala dan permasalahan yang terjadi dalam
melakukan penanganan dan proses memberikan bantuan di wilayah
konflik, khususnya di wilayah Gaza.
3) Untuk memenuhi pesyaratan dalam menyelesaikan studi sarjana
Hubungan Internasional Universitas Sebelas Maret Surakarta
2) Maanfaat Penelitian
Adapaun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber referensi bagi
akademisi, khususnya bagi mahasiswa dalam melakukan penelitian
terkait peran Organisasi Internasional
2) Diharapkan mampu menjadikan salah satu sumber bagi pelaku
Hubungan Internasional yang mungkin dapat merubah atau
memperbaiki situasi dunia kedepan
D. Studi Literatur
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mencoba untuk mendalami dari berbagai
sumber jurnal, artikel, dan skripsi yang membahas konflik dan dampaknya yang
terjadi. Adapaun beberapa jurnal, skripsi, atau artikel yang penulis gunakan
adalah sebagai berikut:
1) Buku Berjudul Foreign Aid and The Molding of The Palestinain Space.
Buku ini ditulis oleh Ayat Hamdan, dengan penerbit Bisan Center for
Research and Development di Ramallah, Palestina pada tahun 2011. Dalam
buku ini penulis menjelaskan bantuan-bantuan Internasional yang
diberikan kepada Palestina disaat sedang terjadi konflik. Bantuan-bantuan
tersebut diberikan kepada palestina dalam upaya untuk membantu
Palestina untuk membangun Palestina dari keterpurukan yang dialami.
Adapun beberapa penjelasan bantuan tersebut adalah bantuan yang
berikan dari beberepa lembaga internasional seperti NGO Non-Profit
Amerika International Relief and Development (IRD), America Near East
Refugee Aid (ANERA), dan lain sebagainya. Bantuan diberikan kepada
Palestina oleh beberapa lembaga NGO tersebut beragam dan mengarah ke
berbagai sektor, seperti kesehatan, pendidikan, pertanian, dan
infrastruktur. Mengarah dari buku tersebut, penulis ingin mencoba untuk
memahami apakah bentuk bantuan yang diberikan oleh Medical
Emergency Committee (MER-C) dapat memberikan perubahan yang
signifikan untuk Palestina, dalam hal ini adalah bantuan kesehatan baik
berupa fasilitas yaitu Rumah Sakit Indonesia yang berada di Gaza ataupun
tenaga medis yang dikirimkan oleh Indonesia yang bekerja sama dengan
Mer-C
2) Jurnal oleh Ica Wulansari Dosen FIKOM Universitas Budi Luhur Jakarta
yang berjudul “Komunikasi Internasional Dalam Upaya Mendukung
Palestina Sebagai Negara Yang Berdaulat.” Tulisan ini telah
dipresentasikan pada Call for Paper dan Konferensi Nasional ke-2
Komunikasi Indonesia Untuk Membangun Peradaban Bangsa di Bali, 16
April 2013. Tulisan ini telah dimuat dalam: Prosiding Identitas Indonesia
Dalam Televisi, Film dan Musik. Pusat Studi Komunikasi dan Bisnis
Program Pasca Sarjana Universitas Mercu Buana. Jakarta. Hal. 64-71. Heri
Budianto, Leila Mona Ganiem dan Dewi Sad Tanti (editor). 2013. Dalam
tulisan ini, penulis menjelaskan mengenai bentuk-bentuk implementasi
kerjasama antara Indonesia dan Palestina contohnya adalah Dukungan
Indonesia untuk peningkatan status Palestina sebagai negara non anggota
PBB telah dimulai pada tahun 2011. Pada Pertemuan Tingkat Menteri ke-16
GNB (Gerakan Non Blok) di Bali, tanggal 23-27 Maret 2011, Indonesia
mengusulkan penggalangan suara terhadap pengakuan Palestina sebagai
anggota PBB. GNB mendukung gagasan Indonesia melalui Non Alligned
Movement-NAM Ministerial Committee untuk penggalangan suara
terhadap pengakuan Palestina sebagai anggota PBB. Dalam penggalangan
suara tersebut, dukungan untuk negara Palestina mencapai 112 negara
Tulisan ini juga memuat bagaiamana proses bentuk Komunikasi
Internasional Indonesia kepada Palestina yaitu dengan memberikan
dukungan-dukungan terhadap upaya kemerdekaan yang selama ini
Palestina Perjuangkan. Adapun relevansi dengan penilitian yang
gambarkan dengan penelitian kali ini adalah bagaimana bentuk kerjasama
Indonesia dan Palestina
3) Jurnal oleh Saibatul Aslamiah yang berjudul: “Diplomasi Indonesia Dalam
Mendukung Palestina Menjadi Negara Peninjau Di PBB Tahun 2012”.
Dalam tulisan penulis menjelaskan bagaimana peran Indonesia di dunia
Internasional dalam mememberikan dukungannya terhadap Palestina dan
bagaimana implementasi dari Kebijakan Luar Negeri Indonesia yang
“Bebas-Aktif”, contohnya adalah ketika dimana Palestina mengakui
kemerdekaan Indonesia dan Indonesia pun mendukung perjuangan rakyat
Palestina agar terlepas dari belenggu penjajahan oleh Israel. Tahun 1974
Indonesia mengakui keberadaan PLO (Palestine Leberation Organization)
yang didirikan oleh Yasser Arafat sebagai representatif dari masyarakat
Palestina di kancah internasional. Tahun 1988 Palestina mendeklarasikan
kemerdekaannya pada 15 November di Aljiria, ibu kota Aljazair. Sehari
kemudian pada 16 November Indonesia mengakui kemerdekaan Palestina
dan juga menjalin hubungan diplomatik dengan Palestina. Sedangkan
Indonesia menolak untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Israel
selama negara Palestina masih dijajah.11
4) Jurnal oleh Suhartiningtyas Universitas Airlangga Surabaya yang berjudul:
“Analisa Kebijakan Presiden Abdurahman Wahid Untuk Membuka
Hubungan Diplomatik Dengan Israel Dalam Upaya Peduli Perdamaian
Palestina-Israel”. Dalam tulisan tersebut, penulis menjelaskan bagaimana
Diplomasi Indonesia saat masa pemerintahan Presiden Abdurahman
Wahid yang mecoba kembali membuka hubungan dengan Israel dengan
menjalain kerjasama ekonomi. Adapaun tujuan dari dibukanya kembali
hubungan tersebut karena Presiden Gus Dur merasa Inodnesia dapat
mendapatkan dari kerjasama mengingat lobi kuatnya Lobi Israel di dunia
Internasional. Abdurrahman Wahid sebelum, semasa, atau pasca
kedudukannya sebagai Presiden dikenal sebagai tokoh yang demikian
peduli akan persoalan Palestina-Israel. Persoalan Hak Azasi Manusia
(HAM) menjadi pertimbangan-pertimbangan dalam menjalankan berbagai
tindak kepeduliannya. Dibuktikan dalam berbagai pernyataannya yang
menyiratkan dan menyuratkan terkait dorongan untuk segera mengambil
langkah untuk perdamaian Palestina-Israel.12 Dalam tulisan ini, penulis
ingin mencoba menggali lebih dalam mengenai upaya apa saja yang
dilakukan selama masa Presiden Abdurahman Wahid dalam menginisiasi
perdamaian di Israel selama menjabat sebagai Presiden dan korelasi
selepas masa pemerintahannya.
Berdasarkan dari beberapa sumber yang penulis dapatkan, penulis ingin
mencoba menganalisa bagaimana upaya Indonesia dalam menjalin kerjasama
Trilateral antara NGO sebagai salah satu Stakeholder yang bertanggung jawab
memberikan bantuan, Pemerintah Indonesia sebagai fasilitator penghubung antar
negara dan pemerintah Palestina sebagai negara penerima dan juga melihat
pengaruh terhadap bantuan yang diberikan kepada Palestina mengingat banyak
sekali bentuk bantuan yang Indonesia berikan, tidak hanya dari pemerintah
Indonesia namun juga dari lembaga-lembaga non-pemerintahan (NGO), mulai
dari bantuan bantuan medis hingga infrastruktur, dalam hal ini salah satunya
adalah organisasi Medical Emergency Resuce Committee (Mer-C) yang
memberikan bantuan, khususnya tenaga medis, pasokan obat-obatan, dan juga
pembangungan Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza, Palestina.
E. Kerangka Konseptual
1. Humanitiarian Action
Humanitarian Action atau Aksi Kemanusiaan adalah suatu aktivitas
yang dilakukan dalam situasi dimana aspek kemanusiaan terancam, seperti
bencana alam dan bencana yang diakibatkan oleh manusia sendiri (perang
atau konflik) dan memiliki tujuan untuk menyelamatkan hidup. mengurangi
penderitaan dan menjaga harkat kehidupan manusia. Aksi ini juga
memfasilitasi persiapan pihak-pihak apabila terjadi bencana atau krisis
kemanusiaan untuk kedua kalinya. Aksi kemanusiaan memiliki empat
prinsip dasar, yaitu Kemanusiaan (bahwa aksi ini dilakukan murni untuk
menolong dan melindungi orang dari penderitaan), Imparsial (bahwa aksi
ini dilakukan tanpa diskriminasi atas dasar apapun), Netralitas (tidak
berpihak) dan Kemandirian (bahwa terpisah dari otonomi dan kepentingan
militer, ekonomi dan politik).13 Aksi ini meliputi perlindungan terhadap
pihak sipil dan prajurit yang tidak lagi terlibat karena terluka, penyediaan
makanan, air sanitasi, tempat bernaung, pelayanan kesehatan dan
bimbingan lain yang dibutuhkan oleh para korban dan untuk
mengembalikan fungsi kehidupan normal mereka.14 Dengan demikian
keberadaan aksi ini sangatlah vital bagi keberlangsungan hidup para korban.
Bantuan yang mereka salurkan disebut dengan Humanitarian Aids atau
bantuan kemanusiaan, dan biasanya disalurkan oleh pemerintah suatu
Negara, individu, NGO, organisasi multilateral, organisasi domestik dan
perusahaan privat.15 Sementara itu, humanitarian workers atau juga sering
disebut dengan aid worker atau humanitarian aid worker adalah anggota
dari agensi kemanusian PBB, badan kemanusiaan Palang dan Bulan Sabit
Merah serta NGO yang memiliki tujuan kemanusiaan.16 Pekerja ini meliputi
staff atau pekerja nasional dari organisasi internasional dan pekerja dari
organisasi lokal atau nasional.17 Tipe pekerjaan pekerja kemanusiaan ini juga
sangatlah beragam, yaitu Middle Manager (pemimpin tim, manajer proyek),
pekerja non professional (para pekerja kantor, sopir, dan lain sebagainya)
dan sukarelawan yang akan bertugas mengeksekusi pendistribusian
bantuan.18 Agar Mer-C dapat bekerja dengan baik dalam misi
kemanusiaannya, keberadaan mereka harus dihormati dan dilindungi. Oleh
karena itu protection terhadap pekerja kemanusiaan adalah sebuah aspek
yang tidak dapat dikesampingkan. Ketika situasi dimana mereka beroperasi
tergolong dalam non-armed conflict, maka yang digunakan sebagai basis
perlindungan mereka adalah International Human Rights Law dan legislasi
domestik. Sementara untuk situasi konflik bersenjata, maka dasar proteksi
berasal dari Hukum Humaniter Internasional atau Hukum Humaniter
Internasional. Poin utama dari HHI menyatakan bahwa dalam konteks
kekerasan sedang berlangsung, pembedaan penyerangan wajib untuk dibuat
antara penduduk sipil dan pihak bersenjata. Pekerja kemanusiaan masuk
dalam kategori warga sipil dan mereka memperoleh hak istimewa untuk ada
dalam situasi berkonflik baik internasional maupun non-internasional untuk
menawarkan bantuan seperti yang telah diatur dalam Konvesi Jenewa pada
Protokol Tambahan I Pasal 69, 70, 71 serta Protokol Tambahan II Pasal 18.
Sehingga akor yang berkonflik harus sebisa mungkin mengurangi resiko
konflik terhadap keamanan mereka dan bagi yang melanggar akan
mendapatkan status sebagai penjahat peranag atas kejahatan perang atau
War Crime.19 Namun, bukan hanya aktor berkonflik saja yang harus
memberikan perlindungan pada pekerja kemanusiaan, pekerja kemanusiaan
sendiri harus mematuhi beragam prinsip penting seperti netralitas,
imparsialitas dan independen. Prinsip-prinsip tersebut berkaitan langsung
dengan hubungan aktor dalam konflik dan pekerja kemanusiaan, dalam
mempemudah negosiasi penerimaan dan penghormatan keberadaan
organisasi humaniter, termasuk Mer-C. Ketika organisasi humaniter tidak
lagi menepati prinsip tersebut, maka beragam ancaman akan muncul
mengganggu aksi kemanusiaan mereka.20
Ketika berbicara mengenai humanitarianisme maka kita masih
berbicara manusia. Namun, dalam konteks ini humanitarianisme merujuk
pada aksi atau tindakan kemanusiaan yang ditujukan untuk melindungi hak-
hak manusia dari kejahataan dan kesengsaraan, bahwa dalam prinsip
kemanusiaan, setiap manusia lebih baik melakukan kebaikan untuk hidup
dari pada harus menghancurkan hidup orang lain.
“... Kemanusiaan secara umum dapat dimaknai sebagai pemberian
bantuan yang terjadi, dalam hal ini adalah konteks akibat dari
bencana yang di akibatkan pasca konflik terjadi...”.21
Aksi atau tindakan kemanusiaan dahulu sering menggunakan manusia
sebagai aktor utama. Namun, pada era saat ini isu-isu kemanusiaan semakin
meluas dalam tatanan hubungan internasional sehingga dalam
implementasiannya melibatkan aktor internasional seperti organisasi
internasional yang bergerak dalam bidang kemanusiaan. Organisasi
internasional memiliki prinsip yang sama dalam menjalankan tindakan
kemanusiaan, namun tindakan-tindakan tersebut memiliki tipologi yang
berbeda seperti : Dunantist, Whilsonian, Faith-Based dan Solidarist.22
Keempat tipologi tersebut memiliki prinsip yang sama dalam
mengedepankan prinsip kemanusiaan namun terdapat beberapa perbedaan
di antara empat tipologi tersebut, di mana Dunantis lebih menekankan pada
peran independen atau tidak melibatkan negara dalam menjalankan aksi
kemanusiaan, Whilsonian dalam menjalankan aksi kemanusiaan lebih
melibatkan negara dan aktor-aktor lain seperti organisasi internasional atau
lembaga internasional lainnya, Faith-Based dalam mengedepankan prinsip
kemanusiaan menggabungkan antara agama dan misi kemanusiaan mereka,
namun dalam tipologi ini mereka tidak menyebarkan agama dan terakhir
adalah Solidarist di mana tipologi ini menolak untuk netral dalam
menjalankan aksi kemanusiaan, mereka cenderung akan melihat asal bangsa
dan agama sebelum melakukan aksi kemanusiaan.
Humanitarianisme pada dasarnya bergerak atas dasar Humanity atau
kemanusiaan itu sendiri guna meningkatkan kondisi manusia yang
diutamakan ketika manusia mengalami kesulitan.
“humanitarianism is a tendency or commitment to improve human
condition”.23
Dalam hubungan internasional tindakan kemanusiaan ini sering diartikan
sebagai sebuah intervensi yang dilakukan oleh negara terhadap negara lain
untuk melindungi negara tersebut (jika dilihat dalam konteks negara).
Misalnya seperti kasus intervensi kemanusiaan di Somalia 1992, sampai
pada Libya tahun 2011. Sebab, intervensi kemanusiaan apabila ditarik
definisinya merupakan campur tangan negara dalam urusan negara lain
untuk menjaga kondisi negara tersebut.24Dalam hal ini intervensi
kemanusiaan dilakukan atas dasar menjunjung tinggi adanya hak-hak
manusia atau dilakukan atas dasar mengedepankan hak asasi manusia.
Namun, intervensi yang dilakukan dahulu cenderung dengan menggunakan
kekuatan militer dengan alasan mengedepankan HAM. Jika kita lihat di era
saat ini, intervensi yang digunakan tidak lagi dengan menggunakan kekuatan
militer, sebab isu-isu saat ini lebih cenderung pada bencana alam, kesehatan,
lingkungan, sehingga dalam prakteknya lebih kepada pemberian bantuan
kesehatan, dana dari pihak luar terhadap negara yang tertimpa musibah.
Dengan menggunakan Teori Humanatarian Action ini, penulis ingin
lebih mendalami bagaimana aksi nyata NGO Indonesia dalam hal ini adalah
Medical Emergency Resuce Committee (MER-C) yang bekerjasama dengan
pemerintah Indonesia sebagai faslitator antar negara dengan Palestina untuk
memberikan bantuan khususnya adalah bantuan Medis, baik berupa
pasokan obat dan juga membangun infrastruktur yaitu Rumah Sakit
Indonesia (RSI) untuk membantu warga Palestina di tengah konfliknya
dengan Israel.
2. Kerjasama Internasional
Seiring dengan banyaknya kejadian yang terjadi di dunia saat ini
menuntut dunia untuk melakukan kerjasama yang dimana bertujuan untuk
mencapai satu tujuan yang sama karena dengan adanya kerjasama, tidak
hanya kepentingan sebuah negara saja yang dapat dicapai namun juga
kepentingan bersama seperti halnya di dalam bidang kemanusiaan dapat
dicapai dengan cara melakukan kerjasama.
Dari pengaturuan substansinya, dapat dibedakan menjadi dua kategori
berupa law making treaties, yaitu perjanjian internasional yang
mengandung kaidah-kaidah hukum yang dapat berlaku secara universal bagi
anggota masyarakat bangsa-bangsa; sehingga dengan demikian
dikategorikan sebagai perjanjian-perjanjian internasional yang berfungsi
sumber langsung hukum internasional.25 Sedangkan perjanjian internasional
yang digolongkan sebagai treaty contract mengandung ketentuan-ketentuan
yang mengatur hubungan-hubungan atau persoalan-persoalan khusus
antara pihak yang mengadakannya saja, sehingga hanya berlaku khusus bagi
para peserta perjanjian. Oleh sebab itu, perjanjian-perjanjian internasional
yang tergolong treaty contract tidak secara langsung menjadi sumber
hukum internasional.26
Perkembangan yang pesat dalam Hubungan Luar Negeri yang paling
penting adalah kerjasama internasional yang dirumuskan dalam bentuk
perjanjian. Setiap perjanjian internasional yang dilaksanakan akan mengikat
suatu negara yang menyatakan terikat ke dalamnya melalui suatu peraturan
perundang-undangan nasional. Adanya implementasi sutatu perjanjian
Internasional pada peraturan perundang-undangan nasional dimaksudkan
agar suatu perjanjian internasional dapat dilaksanakan dalam suatu negara.
Dengan kata lain, perlu ada suatu perundangan khusus aturan atau
peraturan pelaksanaan (Implementing Legistation) untuk menerapkan isi
perjanjian Internasional dalam hukum Indonsia.
“...Tanpa adanya perundangan-undangan nasional yang
menampung ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam perjanjian
dimana Indonesia telah menjadi pihak, maka perjanjian tersebut
tidak dapat dilaksanakan dan tidak ada gunananya...”27
Terkait kewajiban untuk melakukan transformasi suatu perjanjian
internasional ke dalam hukum nasional karena adanya tujuan perjanjian
internasional yang berkategori Law Making untuk merubah ketentuan yang
berlaku dalam suatu negara. Perjanjian internasional yang bersifat Law
Making maka negara memiliki kewajiban untuk menterjemahkan ke dalam
peraturan perundang-undangan.28
Adanya Kerjsama Internasional merupakan sebuah bentuk dari adanya
ketidaksempuraan suatu negara dalam memenuhi kebutuhan negara
tersebut. Hal ini menyebabkan suatu negara membutuhkan kemampuan dan
kebutuhannya yang ada di negara lainnya. Kerjasama internasional akan
menjadi sangat penting dan bermanfaat sehingga sangat penting bagi sebuah
negara untuk menjaga hubungan baik dengan negara lainnya sehingga
manfaat yang didapatkan akan maksimal.
Kerjasama Internasional dapat di definisikan juga dalam beberapa arti,
diantaranya:29
a) Pandangan bahwa dua atau lebih Kepentingan, nilai, atau tujuan
saling bertemu dan dapat menghasilkan sesuatu, dipromosikan atau
dipenuhi oleh semua pihak sekaligus,
b) Pandangan atau harapan dari suatu negara bahwa kebijakan yang
diputuskan oleh negara lainnya akan membantu negara itu untuk
mencapai kepentingan dan nilai-nilainya,
c) Persetujuan atau masalah-masalah tertentu antara dua negara atau
lebih dalam rangka memanfaatkan persamaan kepentingan atau
benturan kepentingan lainnya,
d) Aturan resmi atau tidak resmi mengenai transaksi di masa depan
yang dilakukakan untuk melakukan persetujuan,
e) Transaksi antara negara untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Selain itu, Hubungan antar Barat dicorakan oleh Interdependensi
Kompleks. Ketika terdapat derajat Interdependensi yang tinggi, negara-
negara akan membentuk Institusi-Institusi internasional untuk menghadapi
masalah-masalah bersama. Institusi-Institusi memajukan kerjasama lintas
batas-batas Internasional dengan menyediakan informasi dan mengurangi
biaya. Institusi-Institusi itu dapat berupa Organisasi Interanasional formal
atau dapat berupa serangkaian persetujuan yang tidak terlalu formal yang
menghadapi aktivitas-aktivitas atau isu-isu bersama.30
Selain itu, Kerjasama Internasioanal bukan saja dilakukan antar negara
secara individual, tetapi juga dilakukan antar negara yang bernaung dalam
organisasi atau lembaga internasional. Kerjsama internasional merupakan
suatu keharusan akibat adanya hubungan interdependensi dan bertambah
kompleksitas manusia dalam masyarakat.31 Mencermati tujuan utama suatu
negara melakukan kerjasama internasional adalah untuk memenuhi
kepentingan nasionalnya yang tidak dimiliki dalam negerinya. Untuk itu
negara-negara tersebut perlu memperjuangkan kepentingan nasionalnya di
luar negeri. Dalam kaitan itu, diperlukan suatu kerjasama untuk
mempertemukan kepentingan nasional antar negara.32
Kerjasama internasional adalah bentuk hubungan yang dilakukan oleh
suatu negara dengan negara lain yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan rakyat untuk kepentingan negara-negara di dunia. Kerja sama
internasional, yang meliputi kerja sama di bidang politik, sosial, pertahanan
keamanan, kebudayaan, dan ekonomi, berpedoman pada politik luar negeri
masing-masing Agar kerja sama tersebut berhasil dan menguntungkan,
maka kerja sama antarnegara tersebut diatur dalam suatu bentuk organisasi
resmi. Contoh-ontoh organisasi internasional adalah PBB,NATO dan
ASEAN. Ada empat bentuk organisasi Internasional. Pertama, organisasi
internasional yaitu menghimpun berbagai berbagai negara tanpa
memperhatikan latar belakang suatu negara. Kedua, organisasi regional,
yaitu organisasi yang menghimpun negara-negara dalam suatu kawasan
tertentu. Ketiga, organisasi multilateral, yaitu organisasi yang menghimpun
tiga negara atau lebih berdasarkan pertimbangan tertentu, seperti
kepentingan agama, ekonomi, pertahanan-keamanan dan lain-lain. Keempat
organisasi yang melibatkan dua negara, terutama untuk mempererat
perrsahabatan kedua negara
Dari kedua hal tersebut, peneliti dapat menarik kesimpulan terkait
dengan Humanitarian Action dan Kerjasama Internasional. Dengan adanya
dorongan untuk aksi kemanusiaan, setiap negara yang ingin terlibat dalam
aksi tersebut akan secara otomatis melakukan sebuah kerjasama. Terkait
dengan studi kasus yang penulis lakukan, sebelum inisiasi bantuan oleh
MER-C dicanangkan, telah terjadi krisis kemanusiaan di Palestina. Krisis
kemanusiaan tersebut telah berlangsung cukup panjang sehingga memicu
masyarakat internasional untuk memberikan dukungan dan bantuan ke
Palestina. Ketika wacana tersebut telah di realisasikan, maka kerjasama
internasional pun pasti akan terjalin, terlepas dari ada atau tidaknya
kepentingan nasional dari masing-masing negara.
F. Batasan Terminologi
Dalam hal ini penulis akan memberikan batasan terminologi terkait
dengan penilitian yang penulis lakukan, yaitu:
1. Medical Emergency Rescue Committee (Mer-C)
MER-C (Medical Emergency Rescue Committee) adalah organisasi
sosial kemanusiaan yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan medis
dan mempunyai sifat amanah, profesional, netral, mandiri, sukarela, dan
mobilitas tinggi. MER-C bertujuan memberikan pelayanan medis untuk
korban perang, kekerasan akibat konflik, kerusuhan, kejadian luar biasa,
dan bencana alam di dalam maupun di luar negeri.
Dalam penlitian ini, Mer-C memiliki peranan yang cukup vital baik
untuk korban konflik di Gaza maupun pemerintah Indonesia sendiri.
Dalam upayanya melakukan penanganan terhadap konflik di Gaza, Mer-C
melakukan pembangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) yang dimana
rumah sakit tersebut memberikan banyak bantuan kepada korban konflik
di Gaza yang kekurangan sumber obat-obatan dan penanganan medis
yang layak33
2. Situasi Korban Konflik di Gaza
Konflik bersenjata yang tidak kunjung henti di Palestina menimbulkan
dampak yang sangat luar biasa bagi warga Palestina, tidak hanya
kerusakan fasilitas publik, namun juga kondisi kesehatan yang terus
menurun karena kurangnya pasokan obat-obatan bagi mereka yang
menjadi korban perang. Kementerian Kesehatan Palestina, Senin
(18/8/2014), mengatakan jumlah korban tewas di Jalur Gaza akibat
konflik bersenjata dengan Israel sudah melampaui 2.000 orang dan lebih
dari 10.000 orang lainnya terluka.
berikut adalah korban konflik antara Palestina-Israel yang dihimpun dari
berbagai sumber:
Sumber Total Tewa
s
Warga
Sipil Tewa
s
Kombatan
Tewas
Tidak Diketahu
i
Kementerian Kesehatan Gaza 1.880 1.500 380 -
T
a
b
e
l
1.1 Jumlah Korban Konflik
Sumber: CNN News
Dampak perang Jalur Gaza mengakibatkan kerusakan yang cukup besar,
bukan saja membuat warga Palestina menjadi pengungsi di tanah air mereka, namun
seluruh populasi 1,8 juta Jalur Gaza kini membutuhkan bantuan makanan dan
pemulihan sektor pertanian di daerah ini tanpa bantuan jangka panjang juga tidak
mungkin dilakukan.
Gambar 1.1 Peta wilayah Palestina
Pusat Hak Asasi Manusia
Palestina
1.938 1.626 312 -
Pasukan Pertahanan Israel 1.768 868 900 -
sumber: www.freeworldmaps.net
Keterangan Gambar:
Gambar 1.1 yang merupakan wilayah Kedaulatan Palestina setelah invasi Israel
dalam 5 tahun terkahir yang mana di beberapa wilayah tersebut masih banyak
terjadi konflik antara pejuang Palestina dan Militer Israel.
G. Kerangka Penelitian
Pada bagian ini, penliti akan menggambarkan kerangka penlitian sebagai
landasan dari penulisan yang akan penliti gunakan yaitu sebagai berikut:
V
Deskripsi kerangka penelitian:
Pada kerangka konseptual diatas, penulis ingin mendeskripsikan bagaimana alur dan bentuk
kerjasama antara MER-C, Pemerintah Indonesia, dan Pemerintah Palestina yang
berkolaborasi dalam satu bentuk kerjasama dalam upaya merealisasikan pembangunan R.S
Indonesia di Bayt Lahiya, Palestina pada tahun 2009. MER-C yang merupaka organisasi non-
profit berupaya memberikan bantuan fisik di bidang medis berupa Rumah Sakit dengan
kolaborasi dengan Pemerintah Indonesia dan Palestina. Beberapa upaya kerjasamanya yaitu,
memberikan nota diplomatik kepada Pemerintah Mesir untuk akses masuk para relawan,
pembebasan lahan di wilayah Bayt Lahiya oleh Pemerintah Palestina, dan bantuan keamanan
bagi para relawan selama proses pemberian bantuan berlangsung.
BENTUK KERJASAMA
Indonesia Palestina
MER-C Kementerian Luar
Negeri Indonesia
Melalui Melalui
Kementerian
Kesehatan palestina
Kerangka Konseptual
Bantuan pembangunan R.S
Indonesia di Bayt Lahiya,
2009
Kerjasama
Output kerjasama
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang penulis gunakan adalah tipe deskriptif yaitu bertujuan
untuk menggambarkan bagaimana peran dan upaya yang dilakukan oleh
Pemerintah Indonesia yang bekerjasama dengan NGO Indonesia Mer-C
dalam memberikan bantuan kesehatan bagi warga palestina di Gaza pada
Tahun 2015.
a. Jenis Data Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
Primer dan sekunder. Data Primer yang peniliti gunakan berupa
hasil wawancara yang akan penulis lakkukan kepada perwakillan
atau staff Direktorat Jendral Asia Pasifik dan Afrika Kementerian
Luar Negeri Indonesia dan perwakilan Mer-C Indonesia. Data
sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai literature seperti
buku-buku, jurnal, makalah, surat kabar/majalah, dan artikel dari
internet yang berkaitan.
b. Sumber Data
Data tersebut akan didapatkan dari beberapa sumber informasi
dalam penelitian, yaitu:
1. Beberapa buku terkait peneltian, salah satunya “Dukungan
Indonesia Untuk Palestina” yang diterbitkan oleh Kementerian
Luar Negeri Indonesia.
2. Literatur seperti Skripsi dan Jurnal yang di peroleh di Perpustakaan
Pusat Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
3. Hasil wawancara dengan Staff / Perwakilan Kementerian Luar
Negeri, Keduataan Besar Palestina untuk Indonesia dan Mer-C
Indonesia.
2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah menggunakan
Library Research yaitu dengan menelaah kumpulan literature berupa
buku-buku, jurnal, dokumen, surat kabar, makalah dan artikel pada situs
internet terkait. Lalu peneliti juga akan melakukan wawancara dengan
sumber-sumber yang berkaitan seperti staff KEMENLU dan Staff Mer-C
Indonesia
3. Teknik Analis Data Teknik analisis data yang penulis gunakan akan bersifat kualitatif yaitu
analis data yang tidak dalam bentuk numerik atau data-data yang dalam
bentuk angka, tetapi dengan menggambarkan permasalahan berdasarkan
fakta-fakta yang ada dan akan disusun dalam bentuk tulisan. Angka-angka
statistik akan dimanfaatkan sebagai data penunjang dan pelengkap.
I. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan penelitian ini penulis membagi kedalam beberapa bab yang
saling berkaitan satu sama lain, diantaranya adalah:
BAB I : Menjelaskan mengenai pendahuluan yang terdiri dari
Latar Belakang, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan
dan Manfaat Penelitian, Studi Literatur, Kerangka
Konseptual, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan,
Referensi.
BAB II : Mendeskripsikan objek penelitian. Peneliti akan
mencoba mendeskripsikan awal mula konflik Palestina-
Israel dan juga dampaknya, Politik Luar Negeri Indonesia
terhadap Palestina dan kaitannya dengan aksi
humanitarian Indonesia untuk Palestina di Gaza, dan
juga mendeskripsikan Non-Governmental Organization
(NGO) Medical Emergency Resuce Committee (Mer-C)
BAB III : Pada bab ini peneliti akan mencoba menjelaskan
kerjasama Trilateral antara Pemerintah Indonesia,
Pemerintah Palestina, Dan Mer-C dalam upaya
penanganan korban konflik Palestina-Israel di Gaza.
Peneliti juga akan mencoba menjelaskan kerjasama
antara Pemerintah Indonesia dan Mer-C dalam
mengkonsepkan Rumah Sakit Indonesia di Gaza,
Kerjasama Pemerintah Indonesia dan Pemerintah
Palestina dalam upaya perwujudan dari pembetukan
Rumah Sakit Indonesia, dan mencoba menjelaskan hasil
dari terbentuknya Rumah Sakit Indonesia di Gaza.
BAB IV : Kesimpulan dan Penutup. Kesimpulan adalah benang
merah dari rangkaian atau persoalan yang dibahas dan
kesimpulan sangat dimungkunkan untuk bersifat
predektif.
CATATAN KAKI
1 VOA Indonesia, AS Tidak Dukung Resolusi PBB Soal Status Palestina, http://www.voaindonesia.com/a/amerika-tidak-dukung-resolusi-pbb-soal-status-palestina/2578594.html, diakses pada 14 Juli 2016 2 Kompas.com, Korban Tewas di Gaza Lampaui 2.000 Orang, http://internasional.kompas.com/read/2014/08/18/18421761/Korban.Tewas.di.Gaza.Lampaui.2.000.Orang, diakses pada 14 Juli 2016 3 Global Security, “Operation Coast Lead”, http://www.globalsecurity.org/military/world/war/operation-cast-lead.htm, diakses pada 23 Mei 2016 4 VOA News, “Thousands Flee Gaza Homes Under Israel Threat”, http://www.voanews.com/content/israel-makes-first-ground-incursion-in-gaza/1956454.html, diakses pada 30 Juni 2016 5 Stotsky, Steven., Times.com, “How Hamas Wields Gaza’s Casualties as Propaganda”, http://time.com/3035937/gaza-israel-hamas-palestinian-casualties/, Diakses pada 1 Juli 2016 6 Milmo, Cahal., Independent.co.uk, “Gaza conflict: Foreign Office urgently investigating reports of British aid worker death”, http://www.independent.co.uk/news/world/middle-east/gaza-conflict-foreign-office-urgently-investigating-reports-of-british-aid-worker-death-9647909.html, diakaes pada 1 Juli 2016. 7 Dialy Sabah, “Gaza's death toll rises to 1712”, http://www.dailysabah.com/mideast/2014/08/02/gaza-death-toll-rises-to-1644, diakses pada 2 Juli 2016 8 Sjafriani, Ririn., “Presiden: Indonesia Siap Bertindak Aktif untuk Kemerdekaan Palestina”, http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/10/06/02/118113-presiden-indonesia-siap-bertindak-aktif-untuk-kemerdekaan-palestina, diakases pada 2 Juli 2016 9 Santi, Dewi., ”Peduli Warga Palestina, Indonesia bangun rumah sakit di Gaza” http://www.rappler.com/indonesia/118547-indonesia-bangun-rumah-sakit-gaza, diakses pada 2 Juli 2016 10 DW.com, “Rumah Sakit Indonesia di Gaza Sudah Beroperasi”, http://www.dw.com/id/rumah-sakit-indonesia-di-gaza-sudah-beroperasi/a-19011390, diakses pada 2 Juli 2016 11 Aslamiah, Saibatul. Diplomasi Indonesia DalamMendukung Palestina Menjadi Negara Peninjau di PBB Tahun 2012, Jurnal dalam JOM FISIP FISIP Volume 2, 2015, Universitas Riau. 12 Suhartiningtyas, “Analisa Kebijakan Presiden Abdurahman Wahid Untuk Membuka Hubungan Diplomatik Dengan Israel Dalam Upaya Peduli Perdamaian Palestina-Israel”. Hal 845. Jurnal 13 Allindiary, Principle and Good Practice of Humanitarian Donorship (daring), 17 June 2003, <http://www.allindiary.org/pool/resources/principles-and-good-practice-of-humanitarian-donorship.pdf>, diakses pada 21 Juli 2016 14 Ibid. 15 Global Humanitarian Assistance, Defining Humanitarian Aid (daring), <http://www.globalhumanitarianassistance.org/data-guides/defining-humanitarian-aid>, diakses pada 20 Juli 2016 16 Aid Worker Security database (AWSD), Spotlight on Security for national Aid Workers: Issues and Perspective, Aid Worker Security Report , 2011, p. 1, terarsip dalam file pdf <https://aidworkersecurity.org/sites/default/files/AidWorkerSecurityReport2011.pdf>, diakses pada 20 Juli 2016 17 Ibid. 18 Antares Foundation, Managing Stress in Humanitarian Workers, 3rd edn, Antares Foundation, Amsterdam, 2012, p. 12, terarsip dalam file pdf <http://www.antaresfoundation.org/download/managing_stress_in_humanitarian_aid_workers_guidelines_for_good _practice.pdf>, diakses pada 21 Juli 2016 19 A. Faite, Legal Consideration regarding the protection of Humanitarian Workers in the Field, Finnish Red Cross Publication, June 2002, pp. ,37-38, terarsip dalam file pdf <http://www.icrc.org/eng/assets/files/other/secure02_fait.pdf>, diakses pada 21 Juli 2016 20 OCHA, Thematic Areas: Humanitarian Access (daring), <http://www.unocha.org/what-we-do/policy/thematic-areas/humanitarian-access>, diakses pada 21 Juli 2016 21 Michael Barnett, Humanitarianism Transformed, American Political Science Association, Perspectives on Politics, Vol. 3, No. 4, 2005, Hal 723-74. 22 Joana Macrae dan Adele Harmer, “Humanitarian action and the ‘global war on terror’: a review of trends and issues”, Overseas Development Institute; Humanitarian Policy Group, London, Hal 27
23 Larry Minear, Thomas G Weiss, Humanitarian Action in Times of War, Boulder & London: Lynne Rienner Publishers, 1993. 24 John P. Grant dan J. Craig Barker, Encyclopaedic Dictionary of International Law, Oxford University Press, 2009, DOI: 10.1093/acref/9780195389777.001.0001. 25 Mieke Komar Kantaarmdja, suatu catatan tentang Praktek Indonesia dalam hubungan dengan Konvensi Wina 1969 tentang Perjanjian Internasional, Banda Aceh, Simposium pola umum perencaan Hukum dan Perundang-Undangan, 1976, hal 3 dalam Eman Suparman, Perjanjian Internasional Internasional Sebagai Model Hukum Bagi Pengaturan Masyarakat Global (Menuju Konvesi ASEAN Sebagai Upaya Harmonisasi Hukum), Bandung, 2000, hal 20 26 Zulkifli, Dalam Tesis “Kerjasama Internasional Sebagai Solusi Pengelolaan Kawasan Perbatasan Negara (Studi Kasus Indonesia), Universitas Indonesia, Hal 17. 27 Mieke Komar Kantaadmadja, “Makalah Dalam Lokakarya Hukum Perdata Intenasional tentang Instrumen Hukum Nasional dalam Peratifikasian Perjanjian-Perjanjian Internasional”, BPHN, Jakarta, 1973, Hal 20 dalam artikel Lilik Mulyadi, Relevansi dan Implementasi Teori Grotius Tentang Pembentukan Perjanjian Internasional, Malang, 2010 28 Hikamanto Juwana, Hukum Internasional dalam Perspektif Indonesia Sebagai Negara Berkembang, Jakarta, Yarsif Watampone, 2010, hal 87 29 K. J. Holsti, Politik Internasional, Kerangka Untuk Analisis, Jilid II, Terjemahan M. Tahrir Azhari, Jakarta; Erlangga, 1988, Hal 652-653. 30 Robert Jackson dan George Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional, Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2005, Hal 63-64 31 Koesnadi Kartasasmita, Administrasi Internasional, Lembaga Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Bandung, 1977, hal 19 32 Sjamsumar Dam dan Riswandi, Kerjasasama ASEAN, Latar Belakang Perkembangan dan Masa Depan, Jakarta; Ghalia Indonesia, 1995, hal 15 33 Ibid.