Transcript

Journal reading”Tripling Survival From Sudden Cardiac Arrest Via Early

Defibrillation Without Traditional Education inCardiopulmonary Resuscitation”

Disusun oleh :Ayu Saraswati (08-084)

Pembimbing :Dr. Erica Gilda S, SpAn

Abstrak• Latar belakang

Defibrilasi dini merupakan intervensi paling penting yang mempengaruhi kelangsungan hidup dari Sudden Cardiac Arrest (SCA). Untuk meningkatkan akses masyarakat ter-hadap defibrilasi dini, kami mengembangkan Piacenza Pro-getto Vita (PPV), sistem pertama di luar RS terkait defibri-lasi dini oleh relawan.

• Metode dan HasilSistem ini melayani 173 114 populasi penduduk di wilayah Piacenza Italia. Dengan peralatan AED yang tersebar, relawan terlatih, tanpa tindakan CPR/RJP, dan koordinasi dengan EMS. Dalam waktu 22 bulan. Terjadi 354 kejadian SCA. Secara keseluruhan angka kelangsungan hidup pasien meningkat 3 x lipat.

• KesimpulanPenyebaran alat AED untuk digunakan oleh para relawan nonmedis untuk defibrilasi dini dan meningkatkan 3x lipat angka kehidupan di luar RS

Sudden cardiac arrest

• Sudden Cardiac Arrest (SCA)di klaim kira-kira terjadi ± 350.000 ke-hidupan dalam 1 tahun di US, yang mewakili masalah kesehatan utama di masyarakat

• Sebagian SCA disebabkan oleh Fibrilasi Ventrikel (VF)(85%), dimana defibrilasi dini merupakan intervensi paling penting yang mempengaruhi kelangsungan hidup

• Menurut histori, hanya 2% - 5 % dari korban SCA yang mendapat resus-itasi dengan menggunakan pendekatan Sistem Kesehatan Darurat (E-mergency Medical System/EMS)

• Disamping itu 2 tingkat system respon dimana EMS mengawasi kegiatan relawan awam yang dilengkapi dengan AED cukup menjanjikan.

• Di Rochester, Minnesota, sebagai contoh, digunakan peral-atan AED menghasilkan rata-rata waktu respon 6 menit, dengan 45% angka kelangsungan hidup untuk VF

• Akhirnya difokuskan upaya kami dalam melatih relawan awam untuk hanya melakukan defibrilasi dini dengan menggunakan AED.

• Pendekatan kami, disebut Piacenza Progenta Vita (PPV) di-gagas 6 Juni 1999.Ini adalah tujuan laporan ini untuk memeriksa hasil kami selama 22 bulan dari upaya ini.

Metode• Sistem Respon

Piacenza adalah kota berukuran menengah (99.878 penduduk kota & 163,353 penduduk tambahan di wilayah sekitarnya).

Pada 1990. Sebuah EMS, berlokasi di pusat kota, telah di or-ganisir untuk mengkoordinasi respon terhadap keadaan darurat kesehatan. Dalam system ini, EMS diperingatkan mengenai kemungkinan SCA dengan menelepon 118, kemu-dian ambulans dengan dokter dan defibrillator segera dikirim.

• 39 AED telah dikerahkan untuk mengcover 173,114 populasi penduduk (66% dari populasi daerah), atau 1 AED per 4438 penduduk

• 12 lokasi pasti AED telah ditempatkan di tempat-tempat umum utama, universitas, stadium, pusat olahraga, kantorpos dan stas-iunkereta api

• AED mobile telah ditempatkan di kendaraan terpilih: 15 di dalam

mobil polisi dan pemadam kebakaran dan 12 lagi di mobil ban-tuan publik

• Penerima kabar di telepon 118 bertanya 1 buah pertanyaan spesi-fik pada penelepon ‘’Apakah pasien sadar atau tidak?’’Jika jawabannya tidak, si penerima kabar akan mengaktifkan ‘code blue’ kemudian

(1) EMS mengirim ambulans, (2) Panggilan telepon ke relawan PPV yang terdekat dengan AED

mobile, dan

(3) Penggilan telepon kerelawan PPV yang terdekat dengan lokasi pasti AED

• Pelatihan

Kursus pelatihan untuk para relawan mencakup 4 jam pela-jaran teori dan praktek

Partisipan di instruksikan untuk mengenali tanda tidak adanya kesadaran, tidak adanya nafas, dan untuk memeriksa tanda-tanda sirkulasi. Jika tidak ada, meraka diinstruksikan untuk menghidupkan AED dan mengikuti instruksi lisan dari AED

• Defibrilator

Alat AED yang digunakan pada sistem PPV merupakan de-fibrillator Heartstart FR semiautomatic bifasik (Philps Med-ical System, Heartstream operation).

Ambulans EMS menggunakan bifasik life-pack 12 (Physiocontrol) defibrillator manual atau Heartstart FR semiautomatic defibrillator.

• Protokol

Relawan PPV mengikuti protokol defibrillator yang disediakan oleh produsen AED dengan energi tetap pada 150 Joule

Setelah defibrilasi sukses, AED memonitor EKG pasien untuk refibrilasi. AED mengisi untuk syok/kejutan selanjutnya. Jika 3 guncangan berturut-turut berhasil disampaikan, AED memulai jeda selama 1 menit, relawan PPV tidak diinstruksikan untuk melak-ukan CPR

• Objektif

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menentukan angka kejadian resusitasi (masuk ke RS) dan angka keberlangsungan hidup (ke-luar dari RS). Angka kelangsungan hidup telah ditentukan sehubungan dengan

(1) Jumlah kasus yang mendapat perawatan (misal, angka kelang-sungan hidup secara keseluruhan)

(2) Penyaksi SCA saja, (3) SCA terkait dengan VF.

• Data Koleksi

Data SCA dari 6 Juni 1999 sampai 30 April 2001, terekam di database Departemen Kedaruratan. Rekaman audio, infor-masi kejadian, dan catatan EKG terekam dalam data card AED

• Analisis Statistik

Data disajikan sebagai ± SD . Untuk variabel kontinyu , uji t ( 1 atau 2-tailed) atau Mann - Whitney rank sum test diaplikasikan untuk menaksir perbedaan berarti antara kasus yang dilakukan secara konvensional dan oleh relawan awam

Hasil• Enrollment

Dalam 22 bulan penelitian, total 354 SCA terjadi dalam area yang dicover oleh PPV.

Rata-rata umur korban 72±12 tahun, 61% tdd pria. 86,7 %, terjadi di rumah, di lokasi publik menyumbang 13,3 % sisanya sebagai berikut : 10,7 % di jalan-jalan umum, 0,43% di pusat olahraga, 1,08 % di tempat kerja, dan 1,1 % di tempat lain. SCA disaksikan dalam 73,7 % kasus

• Dari 354 pasien SCA , 40,4 % awalnya dirawat oleh relawan awam dari PPV vs 59,6 % diobati hanya dengan staff EMS. Tidak ada perbedaan dalam usia ( tahun : 69± 12 vs 74± 15 ) atau jenis kelamin (laki-laki : 57 % vs 64 % )

• Meskipun persentase penyaksikan SCA lebih rendah pada kelompok PPV ( 67,8 % berbanding 77,7 %) , kecenderungan persentase yang lebih tinggi dari “shockable" VF / VT telah diamati ( 23,8 % berbanding 15,6 % , P 0,055 ) . Asistol adalah irama presentasi yang paling umum untuk kedua kelompok ( Tabel 2 ) .

Diskusi• Faktor kunci dalam memerangi SCA adalah defibrilasi dini. Selama

beberapa dekade terakhir, upaya meningkatkan ketahanan hidup SCA dengan perbaikan sistem EMS telah terbukti sia-sia.

• Setelah pengalaman yang relatif singkat dengan PPV, beberapa temuan penting dan baru telah diamati

• Pertama, integrasi antara relawan awam terlatih dalam defibrilasi dini dengan EMS lebih baik daripada sistem EMS sendiri . Tingkat kelangsungan hidup secara signifikan lebih tinggi pada kelompok pasien yang diobati pertama oleh relawan awam dibandingkan pasien yang diobati pertama dengan EMS .

• Kedua, pelatihan sejumlah besar relawan dengan jenis instruksi layak, handal, aman, dan hemat biaya

• Ketiga, relawan awam mampu mempertahankan keterampilan dalam pengoperasian AED sampai 6 bulan setelah kursus pelatihan singkat hanya 4 jam

• Keempat, tidak ada konsekuensi negatif yang terekam

• Kelima, kesadaran masyarakat dan dukungan yang penting untuk keberhasilan PPV

Kesimpulan• Pentingnya program defibrilasi dini oleh relawan awam dilengkapi dengan AED di

Eropa sekarang didokumentasikan dengan baik . Program ini handal, aman , dan hemat biaya .

• Integrasi defibrilasi dini yang dilakukan oleh relawan awam ke dalam sistem EMS memungkinkan kita untuk secara dramatis mengurangi tingkat kematian , dengan demikian secara keseluruhan angka kelangsungan hidup meningkat 3 x lipat. Defibrilasi awal saja , tanpa CPR , lebih baik dari sistem tradisional EMS karena pengurangan waktu untuk intervensi definitif.

• Sebuah program pelatihan AED 4 jam sederhana mungkin cukup untuk mencapai tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi .


Top Related