Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 11
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
PELUANG PENINGKATAN KERJASAMA DI SEKTOR PENDIDIKAN DENGAN NEGARA-NEGARA AMERIKA LATIN (KUBA, BRAZIL,
ARGENTINA, CILE, KOLOMBIA DAN VENEZUELA)
Oleh Lies Widyawati Pengajar Mata Kuliah Bahasa Indonesia
di FISIP-UNPAS, FH UNPAS, ITENAS dan SMAN 14 Bandung
Abstrak Di negara-negara Amerika Latin terutama yang tergabung dalam OECD, banyak yang menerapkan desentralisasi pendidikan. Desentralisasi pendidikan yang terjadi di negara-negara Amerika Latin tersebut merupakan bagian dari desentralisasi politik dan fiskal penyelenggaraan pemerintahan, dari sistem pendidikan yang sentralistik ke sistem yang memberikan kewenangan lebih besar pada pemerintah daerah dan sistem yang melibatkan partisipasi masyarakat. Kata Kunci: Kerjasama Pendidikan, Amerika Latin.
Pendahuluan
Negara-negara Amerika Latin mengalami peningkatan yang cukup
cepat dalam merespon kebutuhan pendidikan bagi masyarakat. Seperti yang
dialami oleh Cuba dan Venezuela. Berdasarkan data dalam Education For
All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict
and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan,
dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) di New York,
Kuba menempati urutan teratas sebagai negara yang memiliki sistem
pendidikan bagus di Amerika Latin, disusul Brazil, Cile, Argentina, Kolombia
dan Venezuela.
Sistem pendidikan Finlandia memang adalah yang terbaik di dunia.
Namun, rekor prestasi belajar siswa yang terbaik di negara-negara OECD
dalam membaca, matematika, dan sains telah memuat seluruh dunia
gempar. Maka tidak salah apabila ada orientasi untuk meningkatkan
kerjasama antara Indonesia dengan negara-negara Amerika Latin.
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 12
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
Berkaitan dengan
kerjasama pendidikan dan
kebudayaan dengan negara-
negara Amerika Latin, Sejauh ini,
telah terdapat perjanjian di bidang
kerja sama pendidikan dan budaya
antara Indonesia dengan negara-
negara Amerika Selatan dan
Karibia, antara lain: Satu, Nota
Kesepahaman Kerja sama bidang
Kebudayaan antara Indonesia dan
Kuba, mulai berlaku tanggal 24
Mei 2013;
Dua, Nota Kesepahaman
Kerjasama Bidang Pendidikan
antara Pemerintah Indonesia
dengan Pemerintah Brasil,
disepakati dan mulai berlaku di
Jakarta tanggal 12 Juli 2008; tiga,
Nota Kesepahaman antara
Universitas Santo Tomas, Chile
dengan Kedutaan Besar Republik
Indonesia mengenai Kerjasama
Penyelenggaraan Seminar,
tanggal 5 April 2000; empat,
Agreed Summary of Record of
Discussion mengenai
Pembentukan Chilean-Asian
Institute of Education and Culture,
tanggal 6 Juni 2000; lima,
Persetujuan antara Pemerintah RI
dan Pemerintah Republik
Kolombia mengenai Kerjasama
Kebudayaan dan Pendidikan
tanggal 24 Oktober 1996, dan
mulai berlaku tanggal 21
November 2002; dan enam,
Persetujuan antara Pemerintah RI
dan Pemerintah Republik Bolivar
Venezuela mengenai Kerjasama
Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan,
dan Pendidikan yang disepakati di
Caracas tanggal 19 September
2000, dan mulai berlaku tanggal 2
Februari 2005.
Kalau kita melihat beberapa
nota kesepahamanan yang telah
ditandatangani oleh Indonesia dan
negara-negara Amerika Latin,
timbul pertanyaan nyeleneh,
apakah kerjasasama yang telah
dilakukan ini sudah memenuhi
harapan dari kedua negara, baik
disisi kualitas maupun manajemen
pendidikan diantara negara-negara
yang bekerjasama?
Gambaran Sistem Pendidikan di
Negara-negara Amerika Latin
Pendidikan di Kuba
Kuba menaruh perhatian
cukup besar terhadap
pembangunan pendidikan.
Kebijakan Presiden Fidel Castro
sanggup mempertahankan sistem
pendidikan di Kuba sebagai yang
terbaik di kawasan Amerika Latin.
98 persen penduduk Kuba telah
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 13
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
mengenal aksara. Persentasi itu
jauh di atas mayoritas negara di
kawasan Amerika Latin. Dari
komposisi itu, jumlah laki-laki yang
melek huruf mencapai 97, 2
persen, sedangkan perempuan
mencapai 96,9 persen. Sebagai
perbandingan, sebelum revolusi
pada 1959, angka buta huruf
sebesar 30 persen. Kini penduduk
yang buta huruf nol persen.
Dalam sistem pendidikan
tersebut, setiap warga negara usia
sekolah wajib menempuh
pendidikan. Untuk itu, rakyat Kuba
tak perlu mengkawatirkan masalah
biaya. Pasalnya, seluruh biaya
penyelenggaraan pendidikan
ditanggung negara, termasuk
penyediaan gedung dan tenaga
pengajar. Selain itu, pemerintah
juga menyediakan peralatan
sekolah dan makanan bagi dua
juta siswa.
Kuba juga merupakan
negara dengan tenaga guru
terbesar dan tersukses dalam
bidang pendidikan. Dari segi
komposisi jumlah guru-murid,
untuk tingkat sekolah dasar dari
setiap 20 murid dilayani oleh satu
orang pengajar. Untuk tingkat
sekolah menengah, satu orang
pengajar melayani 15 murid.
Keadaan ini menyebabkan
hubungan antara guru-murid
berlangsung secara intensif.
Siswa sekolah dasar di Kuba
Setiap guru di Kuba adalah
lulusan universitas dan
memperoleh pelatihan yang
sangat intensif dan berkualitas
selama masa karirnya. Yang unik
dari sistem pendidikan Kuba,
adalah hubungan guru-murid-
orang tua yang tampak dikelola
secara kolektif. Seluruh staf
pendidikan (pengajar dan pegawai
administrasi) tinggal di dekat
sekolah, sehingga mereka
mengenal satu sama lain.
Bersama murid dan orang tuanya,
para guru ini bekerja bersama dan
menyelesaikan secara bersama
masalah-masalah menyangkut
bidang pendidikan. Metode ini
merupakan pengejawantahan dari
nilai hidup yang diwariskan oleh
Che Guevara, tentang solidaritas
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 14
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
kelas. Dengannya, pendidikan
tidak hanya bermakna vertikal,
dimana semakin terdidik orang
peluangnya untuk berpindah kelas
semakin terbuka. Tapi, juga
bermakna horisontal, bahwa
pendidikan juga bertujuan untuk
memupuk dan mengembangkan
solidaritas antar sesama,
penghargaan terhadap alam-
lingkungan dan kemandirian.
Menurut Juan Casassus,
anggota tim dari the Latin
American Laboratory for
Evaluation and Quality of
Education at UNESCO Santiago,
prestasi tinggi Kuba dalam
pendidikan ini merupakan hasil
dari komitmen kuat pemerintahan
Kuba yang menempatkan sektor
pendidikan sebagai prioritas
teratas selama 40 tahun sesudah
revolusi. Pemerintah Kuba
memang menganggarkan sekitar
6,7 persen dari GNP untuk sektor
ini, dua kali lebih besar dari
anggaran pendidikan di seluruh
negara Amerika Latin.
Dengan anggaran sebesar
itu, pemerintah Kuba berhasil
membebaskan seluruh biaya
pendidikan, mulai dari level
sekolah dasar hingga universitas.
Bebas biaya pendidikan juga untuk
sekolah yang menempa
kemampuan profesional.
Kebijakan ini menjadikan rakyat
Kuba sebagai penduduk yang
paling terdidik dan paling terlatih di
seluruh negara Amerika Latin.
Namun karena faktor
keuangan, sejak tahun 2000,
pemerintah Kuba mencanangkan
program yang disebut “University
for All.” Tujuan dari program ini
adalah untuk mewujudkan mimpi
menjadikan Kuba sebagai “a
nation become a university.”
Melalui program ini seluruh rakyat
Kuba (tua-muda, laki-perempuan,
sudah berkeluarga atau bujangan)
memperoleh kesempatan yang
sama untuk menempuh jenjang
pendidikan universitas. Caranya,
pihak universitas bekerjasama
dengan Cubavision and Tele
Rebelde, menyelenggarakan
program pendidikan melalui
televisi. Perlu diketahui, saat ini
media televisi Kuba menyediakan
394 jam untuk program pendidikan
setiap minggunya. Jumlah ini
sekitar 63 persen dari total jam
tayang televisi Kuba. Dalam
kerjasama ini, pihak universitas
menyediakan paket kurikulum
pendidikan dan tenaga pengajar
dan pemikir yang berkualitas.
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 15
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
Sebagai contoh, salah satu mata
acara yang disuguhkan adalah
sejarah filsafat, yang diasuh oleh
Miguel Limia, seorang profesor
filsafat dari institut filsafat.
Demikianlah, sejak program
ini on-air pada 2 Oktober 2000,
ada sekitar 775 profesor yang
datang dari universitas-universitas
besar di Kuba yang aktif terlibat
dalam program ini. Hasil dari
komitmen dan kerja keras
pemerintah Kuba dalam
membangun sektor pendidikan ini,
nampak dari hasil kajian
perbandingan yang dilakukan oleh
UNESCO, terhadap siswa dari 13
negara Amerika Latin di bidang
matematika dan bahasa. Dari studi
itu diperoleh hasil, prestasi siswa
Kuba jauh di atas prestasi siswa
dari negara lainnya yakni, sekitar
350 point. Bandingkan dengan
Argentina, Chile, dan Brazil yang
nilainya mendekati 250 poin.
Manajemen Pendidikan di Cuba
1. Otorita.
Semua sekolah dalam
pendidikan Nasional berada dalam
naungan Kementrian Pendidikan.
Kementrian ini bertanggung jawab
atas kebijakan pendidikan secara
umum, mendesain serta
melaksanakan silabus dan
kurikulum, menyarankan metode-
metode mengajar, mensupervisi
dan mengontrol pendidikan.
Lembaga-lembaga
pendidikan tinggi berada dibawah
bermacam-macam badan,
tergantung dari jenis dan bidang
garapan. Lembaga Pendidikan
tinggi kedokteran berada dibawah
Kementrian kesehatan rakyat,
Lembaga pendidikan keguruan
yang bertugas mendidik guru-guru
pendidikan dasar dan menengah
berada dibawah kementrian
pendidikan, Institut kesenian
dibawah kementrian kebudayaan,
dan seterusnya. Lembaga
Pendidikan tinggi yang mendidik
calon profesional untuk pertanian,
industri, sosial dan humaniora
menjadi tanggung jawab dan
berada di bawah kementrian
Pendidikan Tinggi.
Reformasi sistem
manageman dan organisasi
diarahkan pada desentralisasi dan
fleksibilitas. Ini memberikan
kekuasaan yang lebih besar
kepada pemerintah dan
kotamadya untuk mengambil
inisiatif dan menjalin hubungan
yang lebih dekat dengan
masyarakat.
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 16
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
2. Pendanaan.
Pendidikan di Cuba
diselenggarakan dan didanai oleh
Negara. Pada pendidikan tinggi,
bisnis dilihat dari perkembangan
anggaran yang secara konstan
naik. Pada tahun 1959, misalnya
anggaran untuk setiap penduduk
adalah 11 pesos naik menjadi 175
pesos (US $59,5 juta) naik menjadi
648,5 juta pesos (US$486,4 juta)
dalam tahun 1970, dan dari 134,5
juta pesos ( US $ 1000,8 juta)
menjadi 1823,4 juta pesos tahun
1990.
3. Personalia.
Pendidikan di cuba telah
mengalami pertumbuhan
pendidikan yang dramatis, baik
secara kuantitatif maupun
kualitatif, guru menjadi komponen
yang sangat penting dalam
pertumbuhan ini, Upaya-upaya
yang cukup sistematis selalu
diarahkan pada pendidikan dan
peningkatan pada staf pengajar.
Pendidikan guru tingkat dasar dan
menengah dilakukan berupa
peningkatan latar belakang kultural
serta peningkatan level
kemampuan pedagogik dan
psikologis dalam mengajar.
4. Kurikulum dan Metodologi
Pengajaran
Kurikulum dan silabus
berlaku secara nasional untuk
semua tingkat pendidikan.
Tujuanya agar terjamin
homogenitas atau keseragaman isi
dasar yang diajarkan pada setiap
tingkat. Peningkatan kualitas
pengajar adalah sasaran yang
juga ingin dicapai dalam sistem
pendidikan. Disamping perbaikan
kurikulum dan desentralisasi, ada
beberapa kebijakan untuk
mengaitkan pendidikan sekolah
dengan kehidupan ekonomi,
politik, dan sosial masyarakat,
bahkan juga dengan negara dan
dunia.
5. Ujian Kenaikan Kelas, dan
Sertifikasi.
Pada tingkat pendidikan
dasar kenaikan kelas dari “grade”
yang satu ke “grade” yang lebih
tinggi berlangsung secara
otomatis. Murid-murid yang
mengalami kesukaran dalam
pelajaranya, diberikan perlakuan
dan pelayanan khusus tanpa
memisahkan mereka dari
kelasnya. Untuk menyakinkan
bahwa taraf pengetahuan
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 17
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
minimum murid dapat tercapai
pada “grade” 6, 9, dan 12 di
seluruh negara, ujian-ujian negara
dilakukan pada tingkat-tingkat itu.
Selanjutnya untuk memasuki
perguruan tinggi, daftar nama
seluruh pelamar digabungkan
menurut nilai yang diperoleh pada
pendidikan menengah dengan nilai
yang diperoleh pada ujian-ujian
negara.
Untuk setiap level
pendidikan, persyaratan yang
harus dipenuhi untuk
mendapatkan sertifikat atau ijasah
yang telah ditetapkan. Sistem
pendidikan nasional disusun
sedemikian rupa sehingga setiap
level bisa cocok dengan level yang
lain (dovetail). Dua terminal yang
paling besar alternatifnya dalam
sistem adalah pada “grade” 9 dan
12. Tetapi untuk mencapai
fleksibilitas yang lebih besar,
usaha yang dilakukan adalah
untuk memperbanyak tempat
berhenti pendidikan atau
terminmal, dan mendiversifikasi
pendidikan, sehingga kemampuan
dan interes siswa dapat dipenuhi
atau dilayani
Pendidikan di Brazil
Sistem pendidikan di Brasil
adalah wajib untuk anak usia 7
sampai 14. Brasil memiliki kedua
sektor publik dan swasta di bidang
pendidikan. Pendidikan publik
adalah bebas untuk semua
Brazilians. Brasil. Sekolah swasta
tidak gratis. Pemerintah
memberikan 25% dari pendapatan
ke sistem sekolah umum dan
beberapa ke swasta. Perubahan
signifikan telah dibuat dalam
struktur pendidikan Brazil dalam
25 tahun terakhir, bagaimanapun,
masih ada pertempuran panjang
untuk memperjuangkan
pengembangan pendidikan di
Brazil.
Sekolah umum di Brasil
tidak dirawat dengan baik. Banyak
sekolah kekurangan peralatan
yang diperlukan dan sumber daya,
bahkan ada guru tidak
berpendidikan masih mengajar.
Banyak dari mereka belum
menyelesaikan sekolah dasar.
Kemiskinan dan kurangnya
pendidikan berkontribusi terhadap
lingkaran setan buta huruf di
Brazil. Beberapa daerah dari Brasil
memiliki lebih dari setengah dari
populasi yang tidak bisa menulis
nama mereka sendiri. Sekolah
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 18
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
swasta di negara itu, berada dalam
keadaan jauh lebih baik.
Saat ini, pemerintah sedang
mencoba untuk memperbaiki
sistem pendidikan Brasil. Sejak
tahun 1998, upaya reformasi telah
membuat sekolah tinggi gratis dan
mereka mengalokasikan 18% dari
anggaran total negara pendidikan.
Upaya ini dilakukan dengan
harapan bahwa tingkat melek
huruf akan meningkat. Masa
depan Brasil tergantung pada
pengembangan sistem pendidikan
mereka.
Konstitusi Federal dan
Hukum Umum Pendidikan di Brasil
tahun 1996 (LDB) menentukan
bagaimana Pemerintah Federal,
Serikat, Distrik Federal, dan Kota
akan mengelola dan mengatur
sistem pendidikan masing-masing.
Konstitusi mengatur bahwa 25%
dari pajak negara dan kota dan
18% dari pajak federal
dianggarkan untuk pendidikan.
Sistem Pendidikan Brasil
mencakup lembaga-lembaga
pemerintah (federal, negara-
negara bagian dan kotamadya),
serta lembaga swasta. Jenjang
pendidikan dimulai dari tingkat
prasekolah, sekolah dasar (Tingkat
Dasar- I Grau ), dan tingkat
menengah (Tingkat Kedua- II Grau
) sampai universitas dan tingkat
pasca sarjana.
Pendidikan wajib bagi anak
usia 7-14 tahun. Undang-Undang
Dasar Brasil 1988 mengalokasikan
sekurang-kurangnya 25% dari
pendapatan pajak negara bagian
untuk pendidikan. Di tahun 2000-
an, 91% dari semua anak-anak
Brasil usia 10-14 tahun
bersekolah. Pemerintah Federal
mendirikan sekurang-kurangnya
satu universitas federal di setiap
negara bagian. Pada tahun 1996
amandemen baru Undang-Undang
Dasar dibuat, memungkinkan bagi
para professor dan ilmuwan asing
untuk menjadi pengajar di
universitas Brasil. Kini di Brasil ada
lebih dari 1.000 program pasca
sarjana yang memiliki dosen
pengajar yang mutunya setara
dengan institusi sejenis di negara-
negara maju.
Seperti halnya Ki Hajar
Dewantara, Imam Syafii, Bu Kasur,
dan tokoh pendidikan yang
lainnya, di Brasil juga terdapat
tokoh yang dikenal dunia, yakni
Paolo Freire, yang telah
menyampaikan pemikiran-
pemikiran kritisnya tentang realitas
pendidikan. Bahwa pendidikan
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 19
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
hanya ditakdirkan untuk melayani
dominasi atau reproduksi bentuk-
bentuk dominasi dari sebuah
kekuasaan, telah diuraikan secara
panjang lebar oleh Freire dalam
sejumlah bukunya.
Menelaah sejumlah
karyanya, tampak bagaimana
Freire mengkritisi tentang peran
reproduksi sekolah atau
pendidikan sistematis terhadap
ideologi dominan atau ideologi
yang berkuasa. Tugas utama
pendidikan sistematis adalah
reproduksi ideologi kelas dominan,
reproduksi kondisi-kondisi untuk
memelihara kekuasaan mereka
atau kekuasaan kaum borjuis.
Namun tepatnya karena hubungan
antara pendidikan sistematis
sebagai suatu subsistem dengan
sistem sosial merupakan
hubungan pertentangan dan
kontradiksi timbal balik.
Gambaran Freire tentang
kondisi pendidikan di Brazil ini tak
jauh berbeda ketika masa
pemerintahan orde baru.
Instrumen-instrumen pendidikan
seperti kurikulum, pengajar
maupun siswa berada dalam
sebuah sistem yang berfungsi
untuk mengamankan kekuasaan
yang ada. Maka tidak heran jika
fungsi pendidikan bukan lagi untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa,
melainkan sebuah bentuk
indoktrinasi untuk melanggengkan
pemerintahan yang berkuasa.
Pendidikan dasar di Brazil
dilaksanakan selama 8 tahun dan
dibagi dalam 2 tahap yaitu Ensino
Fundamental I (untuk kelas 1
sampai dengan kelas 4) dan
Ensino Fundamental II (untuk
kelas 5 sampai dengan kelas 8),
Sedangkan di Indonesia
Pendidikan dasarnya dilaksanakan
selama 9 tahun terdiri dari 6 tahun
di Sekolah Dasar (SD) / Madrasah
Ibtidaiyah (MI) dan 3 tahun di
Sekolah Menengah Pertama
(SMP) / Madrasah Tsanawiyah
(MTs) atau bentuk lain yang
sederajat. Struktur kurikulum pada
jenjang pendidikan dasar dinegara
Brazil jumlah jam belajar lebih
sedikit perminggunya serta waktu
belajar pertahunnya lebih singkat
dibandingkan dengan negara
Indonesia.
Selain itu di Negara Brazil
jumlah mata pelajaran yang
diterima siswa pada pendidikan
dasar tidak mengalami perubahan
namun dari segi jam belajar
perminggu terdapat perubahan
untuk kelas 1 sampai dengan
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 20
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
kelas 4 jumlah jam belajar
perminggunya adalah 21 jam
perminggu sedangkan untuk kelas
5 sampai dengan kelas 8 jumlah
jam belajar perminggunya adalah
22 jam perminggu sedangkan di
Negara Indonesia jumlah mata
pelajaraan pada tingkat dasar
sama dan jam belajar untuk
Sekolah dasar berbeda untuk
kelas 1 jumlah jam belajar
perminggunya adalah 26 jam
perminggu, kelas 2 jumlah jam
belajar perminggunya adalah 27
jam perminggu, kelas 3 jumlah jam
belajar perminggunya adalah 28
sedangkan untuk kelas 4 sampai
dengan kelas 6 jumlah jam belajar
perminggunya adalah 32 jam
perminggu, Sedangkan untuk SMP
jumlah jam belajar perminggunya
untuk kelas 7 sampai dengan
kelas 9 adalah 32 jam perminggu.
Sistim pendidikan di Argentina
Sistim pendidikan di
Argentina agak berbeda dengan
Indonesia yaitu menganut
klasifikasi pendidikan dasar
(primaria) dari kelas 1 sampai
kelas 7 dan dilanjutkan dengan
pendidikan lanjutan
(secundaria/high school) selama 5
tahun. Seluruh pendidikan dasar
adalah 12 tahun, dengan dua kali
mendapatkan sertifikat/Tanda
Lulus yaitu pada tingkat Primaria
dan Secundaria. Setelah
pendidikan dasar tersebut adalah
pendidikan tingkat universitas.
Pada 1996, dalam usaha
dalam usaha merapatkan jurang
perbedaan antara golongan kaya
dengan miskin, pemerintah
Argentina telah memulai program
dipanggil “Programa Nacional de
Becas Estudiantiles” (PNBE), yang
memberi subsidi kepada pelajar-
pelajar miskin yang ingin
meneruskan pelajaran ke sekolah
menengah. Antara 1997 dan 2000,
program ini telah memberi
beasiswa kepada 170.000 pelajar
sekolah menengah miskin yang
menerima USD$600 per-tahun.
Bank Dunia telah memberi
pinjaman sebanyak USD$56.99
juta untuk memperbaiki mutu dan
peluang melanjutkan pendidikan
ke sekolah menengah di provinsi
Buenos Aires, kepada 60.000
pelajar dari kawasantersebut.
Pinjaman ini tertumpu kepada
program The Buenos Aires
Second Secondary Education
Project (BASSEP) yang ingin
memperkenalkan Jadwal Sepenuh
Hari (Jornada Completa). Proyek
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 21
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
ini membidik pelajar dari sekolah
menengah rendah miskin yang
kerap meninggalkan dunia sekolah
saat mencapai usia 15 tahun
karena himpitan ekonomi.
Diperkirakan 50% pelajar miskin
dari sekolah menengah rendah
akan menjadi pelajar yang keluar
dari sekolah.
Berdasarkan proyek baru
ini, jadwal sekolah ditambah dari
empat jam menjadi tujuh hingga
delapan jam sehari. Ini berarti
siswa akan mempelajari lebih
banyak mata pelajaran
dibandingkan dengan masa lalu.
Di samping itu, sekolah di Buenos
Aires mendapat bantuan dari segi
bahan rujukan, perpustakaan,
fasilitas sains dan teknologi dan
sebagainya. Lebih kurang 200
sekolah terlibat dalam proyek ini.
Argentina memiliki populasi
terpelajar terbesar di Amerika
Latin. Pemberantasan buta huruf
telah dilakukan oleh negara ini
selama beberapa periode sebagai
dasar pengembangan kebudayaan
aktif dalam sastra musik kesenian
dan pengetahuan- pengetahuan
sosial. Dari program ini telah
membuahkan hasil, yaitu pada
tahun 1970, sebanyak 92,65%
orang berusia 15 tahun keatas
mampu membaca dan menulis.
Pondasi utama pengembangan
budaya negara ini adalah Sekolah
Dasar.
Walaupun ekonomi negara
ini agak mundur, akan tetapi
Argentina mempunyai tingkat
melek huruf yang tinggi
dibandingkan dengan kebanyakan
negara lain di Amerika Selatan.
Selain itu, negara ini boleh
berbangga sebab melahirkan tiga
pemenang hadiah nobel dalam
bidang pendidikan, antara lain Luis
Federico Leloir, Bernardo Houssay
dan Cesar Milstein. Oleh sebab
faktor ekonomi, banyak rakyat
Argentina terutama dari kelas
bawahan tidak melanjutkan
pelajaran mereka ke Universitas.
Namun, pada tahun 1930-an
Negara ini terkenal dengan sistem
pendidikannya yang maju. Kini di
Ibu Kotanya saja terdapat kurang
lebih 50 buah Perguruan Tinggi.
Meskipun negara ini telah
menerima banyak ilmu dari US,
akan tetapi sekolah- sekolah
Negeri di negara ini tidak
menggunakannya. Sistem
pendidikan di negara ini
menggunakan sistem yang dipakai
di Prancis. Sekolah Dasar
mendaftar murid mulai usia 6- 14
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 22
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
tahun dan pendidikan wajib
sampai usia 14 tahun. Guru- guru
di sekolah ini dilatih di sekolah-
sekolah biasa yang setingkat
dengan Sekolah Lanjutan dan
menawarkan 5 tahun pengajaran
guru- guru SMA mendapat
pendidikan setingkat Universitas.
Pendidikan di Cile
Chili bagian utara adalah
wilayah budaya Andes yang
dipengaruhi oleh tradisi altiplano
yang menyebar hingga lembah-
lembah di dekat pesisir di utara.
Sementara wilayah-wilayah di
selatan merupakan tempat bagi
kegiatan kebudayaan Mapuche.
Pada periode pendudukan setelah
penaklukan, dan pada periode
Republik awal, budaya negara ini
didominasi oleh budaya Spanyol.
Pengaruh-pengaruh Eropa lainnya,
terutama orang Britania, Perancis,
dan Jerman dimulai pada abad ke-
19 dan berlanjut hingga kini. Kaum
migran Jerman memengaruhi
arsitektur perdesaan bergaya
Bavaria dan masakan di selatan
Chili di kota-kota seperti Valdivia,
Frutillar, Puerto Varas, Osorno,
Temuco, Puerto Octay,
Llanquihue, Faja Maisan,
Pitrufquén, Victoria, Pucón, dan
Puerto Montt.
Paska Pinochet, pemerintah
La Concertacion Sebastián Piñera,
berusaha untuk mereformasi
sistem dengan meningkatkan
privatisasi pendidikan dasar dan
menengah. Kerangka transformasi
sistem pendidikan Chile tersebut
merupakan campuran antara
konservatif, otoriter dan kapitalis
neo-liberal. Ringkasnya sebagai
berikut: a. keseluruhan proyek
transformasi dalam sistem
pendidikan adalah Cile berakar
dalam konsep model New Public
Management. Ini bisa
digambarkan sebagai berikut:
"Terinspirasi oleh neoliberalisme
ekonomi dan New Public
Management, reformasi
pendidikan dipupuk dengan
kompetisi antar sekolah dan
perguruan tinggi. Para
penyelenggara pendidikan di
motivasi untuk meningkatkan,
mempromosikan efisiensi dan
meningkatkan standar dengan
sistem otonomi sekolah dan
kampus. Maka marak
desentralisasi dari administrasi
pendidikan ke pemerintah daerah,
dan diberlakukan pembiayaan
sekolah berdasarkan sistem
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 23
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
voucher untuk menutupi biaya
operasional, dan perputaran
modalnya dihitung pada kehadiran
murid rata-rata bulanan (Matear,
2006: 103104) ". b. Sistem
pendidikan lama, dengan peran
penting negara sebagai pemasok
pendidikan publik sekonyong-
konyong berubah. Hal digantikan
oleh sistem baru berdasarkan
pasar bebas, manajemen swasta
dan berorientasi pada keuntungan
pendidikan dan ketika negara
dipertahankan beberapa fungsi
juga harus bertujuan memenuhi
tujuan tersebut. Negara secara
drastis mengurangi perannya
dalam sektor pendidikan sebagai
pemasok dana; tetapi
mempertahankan eksistensi
secara narsis dalam isu regulasi
pendidikan, seakan menampakkan
kontrol atas program studi dan
kurikulum. c. Hak untuk pendidikan
hanya dimaksudkan untuk
melindungi pasar bebas
pendidikan, tetapi tidak akses
egaliter maupun kualitas
pendidikan. d. Minimnya perhatian
pada kualitas dan kesejahteraan
pengajar dan pegawai-pegawai
administratif di sekolah dan
kampus. Mayoritas pengajar
disana tak mendapatkan tunjangan
dan gaji yang layak. e. Universitas
besar memegang monopoli
penyebaran pendidikan dengan
membuat cabang-cabang di
daerah-daerah, tentu dengan tarif
melangit dengan skala nasional.
Sehingga kampus-kampus kecil
mulai tergulung, justru makin
banyak yang tak mampu
menjangkau perguruan tinggi. f.
Soal partisipasi swasta, Negara
mulai mendistribusikan dana publik
melalui sistem berdasarkan
voucher. Hal ini sedikit mirip
dengan UGM yang bekerjasama
dengan PT. Trans, yang mulai
bulan depan (Oktober 2011) akan
memberlakukan KTM sebagai
karcis TransJogja (dengan
keharusan mahasiswa mengiur
100rb/bln).
Namun pada Juli 2011,
Mahasiswa, professor, gerakan
sosial, dan rakyat biasa ambil
bagian dalam sebuah pawai
nasional untuk menuntut
pendidikan gratis bagi seluruh
rakyat. Demonstran memulai
aksinya dari plaza de italia, kata
Camila Vallejo, Presiden Federasi
Mahasiswa Universitas Chile,
dalam account twitternya.
Pemimpin Universitas
menegaskan bahwa mereka akan
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 24
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
tetap bergerak sesuai dengan rute
yang sudah direncanakan, bukan
rute yang dimintakan oleh pejabat
kota. Proposal pemerinta kota itu
bermaksud mempersempit ruang
lingkup dari aksi protes. Menurut
Camila Vallejo, ada dua cara
pandang yang bertentangan di
sini, yaitu: pertama, kebudayaan
uang, dan kedua, keinginan untuk
mendorong sistim pendidikan
kerakyatan untuk membangun
negara.
Gerakan mahasiswa Chile
menolak proposal pemerintah
akhir minggu lalu, dan menganggal
proposal itu tidak dipersiapkan
untuk perubahan struktural dalam
sistem pendidikan di Chile -yang
dianggap paling mahal dan paling
eksklusif di seluruh dunia-.
Pendidikan di Kolombia
Sebagaimana halnya dalam
politik, dalam pendidikanpun
Kolombia melakukan penyerahan
besar-besaran kekuasaan dari
pemerintah pusat (desentralisasi).
Dengan menyerahkan peranan
yang lebih besar kepada rakyat
dalam mengelola lembaga-
lembaga publik, konon alasannya,
pemerintah pusat mengharapkan
legitimasi lembaga-lembaga itu
bisa pulih.
Langkah pertama menuju
desentralisasi dilakukan pada
tahun 1985. Pada tahun 1989
kongres menyetujui undang-
undang yang menyerahkan
peranan yang lebih besar dalam
hal pelayanan umum kepada
kotamadya seperti pendidikan dan
kesehatan. Langkah-langkah
desentralisasi ini mencapai
puncaknya pada tahun 1991
dengan adanya rancangan
undang-undang yang menyatukan
perubahan-perubahan sebelumnya
yang serba terpisah dan
memperkenalkan langkah-langkah
lainnya untuk menggalakkan ide-
ide dan prosedur yang demokratis.
Tujuan utama upaya desentralisasi
adalah “demokrasi oligarki”,
(Hanson 1995b, 103). Selama ini
Kolombia dikendalikan oleh para
elite politik dari partai Konservatif
dan partai Liberal serta kelompok
khusus yang berpengaruh, seperti
gereja Katolik Roma.
Desentralisasi pendidikan
adalah unsur penting dari strategi
komprehensif guna menarik
kembali Kolombia dari tepi jurang
kekacaubalauan. Seperti semua
lembaga social yang utama,
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 25
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
pendidikan telah sangat ketat
dikendalikan dari pusat.
Departemen Pendidikan di Bogota
mengatur anggaran belanja untuk
pendidikan dan membuat semua
keputusan penting tentang
kurikulum, buku ajar, dan urusan-
urusan lain yang menyangkut
kebijakan pendidikan. Guru adalah
pegawai pemerintah pusat dan
penggajiannya diatur di tingkat
nasional.
Strategi pemerintah untuk
desentralisasi ke desentralisasi
memang bertujuan ganda, yakni
“mengkotamadyakan” pendidikan
dasar dan meningkatkan otonomi
sekolah-sekolah setempat. Tujuan
pertama dicapai dengan
menyerahkan sumber daya
keuangan ke kotamadya dan
kantor departemen di daerah
(kandep); dan kedua, dengan
memberikan tanggung jawab ke
sekolah-sekolah untuk mengelola
personel, menyusun aspek-aspek
kurikulum, dan mengendalikan
aspek-aspek keuangan. Orang tua
pelajar, guru, dan pelajar
mempunyai peluang partisipasi
yang lebih besar dalam
menyelenggarakan sekolah.
Inspektur dari Bogota ditiadakan,
dan perencanaan pendidikan lalu
menjadi urusan yang lebih bersifat
alur bawah-atas daripada serba
pusat.
Efek program desentralisasi
ternyata kurang mengembirakan.
Baik itu karena desentralisasi
maupun peningkatan secara
umum dalam anggaran belanja
Negara. Pada tahun 1994,
anggaran untuk pendidikan
meningkat 3,65 % dari PDB
menjadi di atas sasaran 3,5 %.
Sekitar 70 % dari kenaikan itu
diarahkan pada kotamadya dan
kandep. Beasiswa untuk pelajar
dari keluarga miskin, dan berbagai
regulasi terhadap persekolahan
swasta dihilangkan. Meskipun
demikian, pada pertengahan
menjadi wewenang kotamadya,
dan 30 % sisanya termasuk
sekolah-sekolah elite kaya di
kolombia masih diatur oleh pusat.
Didalam Kabinet,
Departemen Pendidikan kurang
mempunyai prestise, dan
mempunyai tradisi pengaliran
kepemimpinan sehingga kurang
mendayagunakan kompetensi
profesi apa pun yang ada
padanya. Departemen ini telah
lama mempunyai keinginan yang
kuat untuk menghindari konflik,
terutama pemogokan oleh para
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 26
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
guru, berapapun harga yang harus
dibayar. Sebaliknya, serikat guru,
dengan 200.000 anggota, tahu
persis apa yang mereka
kehendaki. Kepemimpinan serikat
guru, dari ujung kiri spektrum
politik, mempertahankan
otoritasnya dengan
mengkonsentrasikan diri pada
perbaikan ampuh menggunakan
senjata mogoknya untuk
mengintimidasi Departemen
Pendidikan serta lembaga
pemerintah lainnya. Kongres
seharusnya bisa menyetujui
rancangan menjadi undang-
undang, tetapi anggota kongres
memilih tidak melakukannya
karena tidak ada keharmonisan
antara pemerintah pusat dan
perserikatan.
Sekolah negeri di Kolombia
akan bebas biaya mulai 2012. Ini
merupakan bagian dari reformasi
pendidikan yang dilakukan
pemerintah. Menurut Menteri
Pendidikan Kolombia Maria
Fernanda Campo, kebijakan ini
akan menguntungkan 8,6 juta
siswa di bawah usia 17 tahun.
Berdasarkan keputusan
pemerintah nasional, Kementerian
Pendidikan mulai tahun 2012,
sistem pendidikan Kolombia akan
benar-benar gratis dari kelas nol
hingga 11.
Biaya pendidikan akan
ditalangi sepenuhnya oleh
pemerintah, yakni 15 miliar peso
Kolombia atau setara dengan
Rp70 miliar (Rp4,6 per peso)
berasal dari anggaran nasional.
Investasi tahun 2012 ditujukan
pada 94 kotamadya yang
mengelola pelayanan pendidikan
dengan cara desentralisasi.
Kebijakan ini sebagai
langkah luar biasa, mengingat
tidak ada alasan bagi orangtua
untuk membiarkan anak-anak
mereka tidak sekolah. Reformasi
ini merupakan bagian dari
proposal Presiden Kolombia, Juan
Manuel Santos, yang mulai
menjabat pada Agustus 2010. Ini
juga bagian dari rencana Kolombia
untuk mengurangi tingkat buta
huruf di negara Amerika Selatan
itu.
Pendidikan Venezuela dalam
Strategi Bolivarian
Setelah Venezuela dipimpin
oleh pemerintahan Chavez, ada
upaya untuk merevolusi seluruh
sistem ideologis, yaitu revolusi
dengan budaya dan pendidikan.
Hal ini menjadi suatu skema
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 27
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
transisi sosialisme ala Chavez.
Transformasi pendidikan di
Venezuela secara radikal
diarahkan kepada kurikulum
dengan kesadaran politik dan
kelas yang lebih tinggi, struktur
sosial yang lebih egaliter, dan
sebagai tahap perwujudan konsep
menuju model masyarakat baru,
yang disebut Sosialisme abad 21.
Berikut beberapa peran pendidikan
untuk mencapai Transisi
Masyarakat Sosialisme Bolivarian.
Pendidikan ditujukan untuk
mempercepat pembangunan
model produksi baru menuju
terciptanya sistem ekonomi baru.
Pendidikan tinggi Bolivarian harus
responsif terhadap kebutuhan
masyarakat yang paling miskin,
kritis terhadap realita ekonomi
sosial, dan memberikan kontribusi
pada keragaman dan ketahan
sektor produksi/industri dalam
rangka untuk melawan
ketergantungan dengan modal
asing dan pasar liberal.
Awal tahun 2010, ada
laporan UNESCO yang
mengatakan 'bahwa 4 juta anak-
anak Venezuela berada tak
berpendidikan, namun Menteri
Pendidikan Hector Navarro
membantah klaim dari pemimpin
oposisi (anti Chavez) itu.
Sebaliknya, banyak hal yang luput
dari analisa laporan itu.
Diantaranya misi pendidikan yang
disiapkan pemerintah sebagai
antisipati ketidakmerataan
pendidikan tidak diperhitungkan
oleh laporan itu. Venezuela
mencoba memajukan pendidikan
di semua bidang, seperti
pendidikan bayi, pendidikan
kualitas bagi pengajar, misi
pendidikan gender, misi melek
huruf pemuda dan orang dewasa,
peningkatan kualitas pendidikan,
dan kebutuhan belajar orang
dewasa dan pemuda.
Sejak tahun 2003
pemerintah telah meluncurkan
berbagai misi untuk mengatasi
masalah pendidikan, antara lain
Misi Sucre; yaitu pendidikan
setingkat universitas untuk orang-
orang yang sebelumnya
dikeluarkan dari pendidikan (drop
out atau putus sekolah), karena
faktor biaya dan lokasi. Misi Ribas;
untuk melayani pendidikan
sekunder bagi siswa dewasa (yang
tidak sempat mengenyam
pendidikan sekolah). Misi
Robinson; konsep pendidikan
untuk memberantas buta aksara.
Setengah juta mahasiswa lulus
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 28
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
dari Misi Ribas dalam tiga tahun
pertama dan pada tahun 2008 Misi
Sucre memiliki 527.000 siswa
yang terdaftar. Ada pula Senifa
(Layanan Pendidikan untuk Bayi
dan Keluarga). Senifa adalah
lembaga pemerintah yang
bertujuan untuk memberikan
pendidikan awal dan bantuan
untuk anak usia 0-6 melalui
pengasuhan anak masyarakat,
disebut Simoncitos (semacam
Paud).
Tak pelak, dari rentetan
historinya, penyelenggaraan
pendidikan di Venezuela terbilang
cukup maju dibanding negara-
negara Amerika Latin lainnya.
Data dari Education for all
Development Index, menyebutkan
bahwa Venezuela menempati
peringkat ke-55 untuk tingkat
melek huruf orang dewasa, ke-74
untuk kesetaraan gender, dan ke-
49 untuk tingkat partisipasi siswa
ex-putus sekolah.
Di era Chavez, buta-huruf
berhasil dihapuskan. Tak hanya
itu, revolusi Bolivarian telah
memungkinkan sekolah terbuka
lebar bagi seluruh rakyat. Tak ada
lagi diskriminasi dan pengecualian
dalam dunia pendidikan. Chavez
menggaris-bawahi sistem
pendidikan Venezuela sedang
mengadopsi anti-imperialisme.
Pendidikan Venezuela
mengajarkan “kebersamaan,
mengetahui, dan mengerjakan”.
Sedangkan nilai yang diajarkan
mencakup: persatuan,
persaudaraan, dan solidaritas.
Pendidikan memang aspek
penting dalam Revolusi Bolivarian.
Tiap tahun pemerintah
menggelontorkan dana besar
untuk TK, pendidikan dasar,
menengah, atas, dan universitas.
Setiap sekolah baru Bolivarian
didanai 1800 juta bolivar. Gaji guru
juga terus naik dalam tujuh tahun
terakhir. Kenaikan gaji guru
Venezuela mencapai 700%. Tak
hanya itu, guru-guru juga
mendapat fasilitas kesehatan dan
voucher transportasi. Sedang guru
perempuan mendapat hak cuti
menjelang dan pasca kehamilan.
Sekolah-sekolah Venezuela
juga gratis. Maklum, konstitusi
Venezuela menempatkan
pendidikan sebagai hak rakyat.
Ditulis di konstitusi: “pendidikan
adalah hak manusia, hak sosial
yang paling mendasar. Pendidikan
harus gratis, demokratis, dan
wajib. Setiap orang berhak
mengakses pendidikan, menerima
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 29
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
kualitas yang sama dan
kesempatan yang sama.”
Venezuela juga punya UU
pendidikan yang progressif. Pada
pasal 4 dinyatakan tanggung-
jawab dari “Estado Docente”
(Negara sebagai pendidik).
Sedangkan pasal 6 menegaskan
kesetaraan rakyat Venezuela
dalam pendidikan, termasuk
kesetaraan gender.
Kemajuan pendidikan
Venezuela bukan hanya gembar-
gembor pemerintah. UNESCO
juga sudah mengakui. Dalam
laporan UNESCO disebutkan,
jumlah anak yang terdaftar di
sekolah Venezuela meningkat
pesat sejak tahun 1999. Indeks
Pembangunan Pendidikan (EDI)
Venezuela meningkat sebesar
5,1% sejak 1999 hingga 2007.
Laporan UNESCO
menempatkan Venezuela di urutan
59 dari 128 negara. Peringkat
pertama diduduki oleh Norwegia.
Peringkat kedua diduduki oleh
Jepang. Sedangkan Negara
sosialis Kuba menempati urutan
ke-14. Indonesia sendiri
ditempatkan di urutan ke-69.
Pendidikan pra-sekolah (TK) di
Venezuela dinamai “Simoncitos”.
Ini merujuk kepada nama sang
pembebas Amerika Latin, Simon
Bolivar. Diharapkan anak-anak
kecil itu bisa menjadi “pembebas”
di masa dewasa. Chavez sendiri
membuat program “Simoncitos
Mission”, yang menyediakan
tempat penitipan anak dan
pendidikan pra-sekolah (TK)
kepada anak usia satu hingga
enam tahun. Semuanya bebas
biaya.
Sedangkan anak-anak
Sekolah Dasar (SD) di Venezeuela
dilengkapi laptop kecil yang
dinamai “Canaimitas”.
Harapannya, anak-anak
Venezuela bisa akrab dengan
teknologi informasi sejak usia dini.
Laptop ini khusus dirancang untuk
anak-anak: ringan dan tahan lama.
Komputer Canaimanata ini dibuat
di Portugal. Ia menggunakan
program Linux. Perangkat
lunaknya dirancang oleh insinyur-
insinyur Venezuela. Program ini
dirancang untuk mempersiapkan
anak-anak di bidang bahasa,
sejarah, matematika dan ilmu
pengetahuan.
Pada tahun 2011,
pemerintah Venezuela
menganggarkan 194 juta bolivar
untuk mencetak buku pelajaran
sekolah. Menteri Pendidikan
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 30
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
Venezuela, Maryann Hanson,
menyampaikan, untuk tahun
ajaran 2012/2013, berdiri 27
sekolah baru: 7 simoncitos (TK),
12 sekolah dasar, dan 8 sekolah
menengah. Ia juga bilang, laptop
canaimanata sudah dirancang
untuk diterapkan di sekolah
menengah
Maryann Hanson dengan
bangga melaporkan, tingkat putus
sekolah di Venezuela berkurang
50% dalam 13 tahun terakhir.
Pada tahun 1999, tingkat putus
sekolah masih mencapai 15%.
Kemudian pada tahun 2010/2012,
tingkat putus sekolah telah
diturunkan menjadi 7,7% dan
5,9%. Pendidikan tinggi Venezuela
juga dibuka selebar-lebarnya bagi
rakyat. Pada tahun 2003,
pemerintah menciptakan “Mission
Sucre”, yang memberikan bea
siswa kepada setiap mahasiswa
miskin agar bisa lanjut ke
Universitas. Sebuah Universitas
Rakyat juga didirikan dengan
nama Universitas Bolivarian
Venezuela (UBV).
Pembahasan
Masalah pendidikan
bagaimanapun adalah sektor
penting dalam upaya
meningkatkan kualitas masyarakat
yang sekaligus akan memberikan
kontribusi terhadap peningkatan
daya saing suatu negara. Dari
beberapa negara Amerika Latin
yang diuraikan diatas, kita bisa
belajar, bagaimana menata sistem
dan manejemen pendidikan untuk
mengangkat derajat bangsa. Oleh
karenananya dengan
menggambarkan kondisi existing
sistem pendidikan di negara-
negara tersebut, Indonesia
memiliki kesempatan untuk
bekerjasama dengan negara-
negara tersebut, terutama
berkenaan dengan penataan
sistem pendidikan.
Modalitas pendidikan
Indonesia juga cukup baik, karena
posisi 69 bukanlah posisi yang
menyedihkan, ini adalah posisi
lemah yang sebetulnya bisa
ditingkatkan asalkan mau
merubahnya, menyesuaikan
dengan kekuatan yang ada.
Namun kita tidak bisa mengadopsi
secara absolut apa yang terjadi di
negara-negara Amerika Latin,
sebab Indonesia memiliki
karakteristik tersendiri yang bisa
jadi justru akan mendorong sistem
pendidikan Indonesia lebih baik
dari negara-negara Amerika Latin.
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 31
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
Indonesia-Cuba
Sebagai Membandingkan
Kuba dengan Indonesia tentu
terdapat banyak perbedaan, baik
itu yang fundamental (pokok)
maupun yang komplementer. Kuba
yang sosialistik (karena di bawah
kekuasaan Partai Komunis)
tentunya berbeda dari Indonesia
yang baru saja melewati satu fase
pemerintahan otoriter dan pro-
pasar. Karenanya sistem
pendidikan kedua negara ini juga
berbeda secara fundamental.
Sehingga alangkah tidak layak
kiranya jika tiba-tiba sistem
pendidikan Kuba diterapkan di
Indonesia tanpa memperhatikan
aspek kesejarahan dan kenyataan
faktual di Indonesia. Maka yang
paling mungkin dilakukan adalah
menemukan relevansi yang kira-
kira bisa menjadi pencerahan
terhadap sistem pendidikan
Indonesia.
Pelajaran dari Kuba
Dari keadaan pendidikan
Indonesia yang seperti itu, ada
beberapa hal yang bisa dipelajari
dari sistem pendidikan Kuba
(Ministerio de Educación Superior,
2001). Terdapat empat hal berikut
yang bisa dipelajari. Pertama,
pendidikan gratis untuk seluruh
warga negara. Pemerintah Kuba
memandang pendidikan
merupakan bagian terpenting
dalam mempertahankan revolusi
Kuba, di mana rakyat mempunyai
hak yang sama dalam mengakses
pendidikan dan negara
berkewajiban menyelenggarakan
pendidikan. Akses yang sama ini
diwujudkan dalam bentuk
pendidikan gratis bagi seluruh
warga negara. Sehingga tidak
mengherankan, Kuba sekarang
menempati posisi teratas di dunia
untuk angka melek huruf dan
angka rata-rata sekolah per kapita.
Kedua, jaminan terhadap
persamaan hak ini diwujudkan
dengan pendidikan
diselenggarakan oleh negara
sehingga bisa mewujudkan angka
perbandingan guru dan pelajar
yang luar biasa, yaitu satu tenaga
pengajar untuk 13,6 pelajar.
Pemerintah Kuba membelanjakan
US$ 1,585 miliar atau setara Rp
13,4725 triliun per tahun untuk
pendidikan dengan penduduk 11
juta (bandingkan Indonesia yang
hanya membelanjakan Rp 11,5528
triliun pada tahun anggaran 2002
dengan penduduk 220 juta).
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 32
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
Ketiga, dengan adanya
penyelenggaraan oleh negara,
terdapat sistem yang terintegrasi
antara orang-orang yang sedang
belajar dengan kebutuhan tenaga
kerja dan lapangan pekerjaan
yang tersedia di seluruh negeri.
Dengan ini, persoalan link and
match menjadi terpecahkan
dengan sistem pendidikan yang
terintegrasi secara nasional. Dari
sekolah menengah, seorang
warga negara dipersiapkan untuk
memilih mengikuti pra-universitas
atau pendidikan teknisi dan
profesional yang akan
mengarahkan pada dunia kerja.
Dari pra-universitas bisa
melanjutkan ke jenjang perguruan
tinggi untuk memperdalam bidang
akademik yang ingin diperdalam
atau menjadi tenaga pengajar.
Keempat, dengan
menggunakan seleksi akademis
itu, pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi benar-
benar berada di tangan yang tepat,
dengan kompetensi akademis
yang benar-benar diarahkan oleh
negara. Lulusan-lulusan perguruan
tinggi terbaik diarahkan masuk ke
211 lembaga-lembaga penelitian
ilmu pengetahuan dan teknologi
dari berbagai kajian yang tersebar
di seluruh negeri.
Indonesia-Brazil
Dibandingkan dengan di B
razil, Di Indonesia beban
belajar dan jumlah mata pelajaran
antara tingkat SD dan SMP terjadi
perbedaan yang cukup besar
sehingga siswa diharuskan untuk
melakukan adaptasi yang cukup
keras, hal inilah yang menjadi
salah satu faktor penghambat
keberhasilan siswa. Sedangkan di
Negara brazil untuk tingkat
pendidikan dasar mata pelajaran
yang diberikan kepada siswa
sama. Jadi berdasarkan uraian
diatas serta analisa perbandingan
kedua Negara terdapat kesamaan-
kesamaan dan perbedaan-
perbedaan, antara lain adalah:
Jenjang Pendidikan Dasar
No.
Aspek Yang
Dibandingkan
Brazil Indonesia
1. Pendidikan dasar
Di Brazil, pendidikan dasar dibagi dalam 2 tahap yaitu Ensino Fundamental I (untuk kelas 1-4) dan Ensino Fundame
Terdiri dari SD 6 tahun dan SMP atau MTs sederajat 3 tahun. Untuk tingkat dasar pendidikannya dilaksanakan selama 9
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 33
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
ntal II (Kelas 5-8). Untuk tingkat dasar pendidikannya Dilaksanakan selama 8 tahun
tahun. Untuk SMP dimulai dari usia 13 tahun atau 14 tahun. Selama 3 tahun
2. Usia sekolah pendidikan dasar
Usianya dimulai pada usia 7 tahun sampai dengan usia 14 tahun
Untuk SD dimulai dari usia 6 atau 7 tahun. selama 6 tahun dari kelas 1 – kelas 6. *Untuk SMP di mulai dari usia 13 tahun atau 14 tahu. Selama 3 tahun dari kelas 7 – kelas 9.
3. Waktu belajar
Waktu belajar selama 200 hari efektif / 29 minggu efektif/tahun. Jumlah jam belajar 21 / minggu untuk Ensino Fundamental I sedangkan untuk jumlah jam belajar 22 / minggu untuk Ensino Fundamental II
Waktu belajar selama 34- 38 minggu efektif /tahun, Jumlah jam belajar 26-34 / minggu (untuk SD) Waktu belajar selama 34-38minggu efektif /tahun, Jumlah jam belajar 32 -36 / minggu (untuk
SMP) 4. Tahun
akademik Tahun akademik dibagi menjadi 2 semester yang pertama dari maret sampai pertengahan juli dan kedua dari bulan Agustus sampai dengan pertengahan desember
Tahun akademik dibagi menjadi 2 semester yang pertama dari bulan Juli sampai dengan desember dan kedua Januari
Kesamaan-kesamaan
Usia sekolah dasar di
Indonesia dan di Brazil dimulai dari
usia 6 atau tujuh tahun. Tahun
akademik di Indonesia dan di
Brazil dibagi menjadi dua
semester.
Perbedaan-perbedaan
Di Indonesia untuk sekolah
menengah pertama kelas 7,8,9
waktu belajar 34-38 minggu
effektif/tahun, jumlah jam belajar
32-36/ minggu. Untuk sekolah
dasar jumlah jam belajar 26-34 /
minggu. Tahun akademik
semester I dimulai bulan Juli-
Desember, semester II dimulai
Januari-Juni.
Di Brazil waktu 200 hari
effektif / 29 minggu effektif / tahun,
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 34
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
jumlah jam belajar 21 / minggu
untuk ensino fundamental I, jumlah
jam belajar 22 / minggu untuk
ensino fundamental II. Tahun
akademik semester I dimulai bulan
Maret-Juli,semester II dimulai
bulan Agustus-Desember.
Kurikulum jumlah jam setiap mata
pelajaran di negara Indonesia dan
di Negara Brazil. Di Indonesia
lebih banyak jam / mata pelajaran.
Berdasarkan uraian diatas
terlihat bahwa terdapat beberapa
perbedaan antara pendidikan
tingkat dasar di Indonesia dan
Brazil. Pendidikan tingkat dasar di
Indonesia dilaksanakan selama 9
tahun, dimana terdiri dari 6 tahun
SD / MI dan 3 tahun SMP / MTs,
sedangkan di Brazil Pendidikan
tingkat dasarnya dilaksanakan
selama 8 tahun, dimana terdiri dari
4 tahun Ensino Fundamental I
(untuk kelas 1-4) dan 4 tahun
Ensino Fundamental II (Kelas 5-8).
Dan juga lamanya waktu belajar di
Indonesia berlangsung selama
lebih kurang 12 bulan, sedangkan
di Brazil berlangsung selama 10
bulan.
Dilihat dari sisi jam belajar
perminggu di Indonesia jam
belajarnya jauh lebih panjang
dibandingkan dengan Negara
Brazil. Dari sini terlihat bahwa
pelajaran di Negera Brazil
berlangsung lebih efektif
dibandingan dengan Indonesia.
Berdasarkan struktur kurikulum
yang berlaku bahwa di Indonesia
memuat jumlah dan jenis mata
pelajaran yang ditempuh dalam
satu periode belajar selama 6
tahun mulai kelas I sampai dengan
kelas VI.
Khusus untuk Sekolah
Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah
kelas I, II dan III disebutkan
menggunakan pendekatan tematik
yang disajikan untuk kelas I 26 jam
pelajaran per minggu, kelas II 27
jam pelajaran per minggu
sedangkan kelas III 28 jam
pelajaran per minggu. Dengan
pembagian 15% untuk agama,
50% untuk membaca dan menulis
permulaan serta berhitung, dan
35% untuk pengetahuan alam,
pendidikan kewarganegaraan dan
pengetahuan social, kerajinan
tangan dan kesenian serta
pendidikan jasmani. Sedangkan
untuk SMP itu jumlah jam
pelajaran per minggu untuk kelas
VII, VIII, dan IX itu sama yaitu 32
jam pelajaran per minggu. Untuk
brazil struktur kurikulum untuk
pendidikan tingkat dasar mata
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 35
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
pelajaran yang diberikan pada
siswa dari kelas 1 sampai dengan
kelas 8 itu sama cuma yang
membedakannya cuma jumlah jam
pelajaran per minggu kalau untuk
kelas 1 sampai kelas 4 itu 21 jam
pelajaran untuk per minggu
sedangkan untuk kelas 5 sampai
dengan kelas 8 itu 22 jam
pelajaran per minggu.
Indonesia-Argentina
Di Indonesia pendidikan
dasar sepanjang 12 tahun, terbagi
atas S.D. 6 tahun, SLTP 3 tahun
dan SLTA 3 tahun. Sehingga
seorang murid akan mendapatkan
3 Ijazah dari S.D, SLTP dan SLTA
sebelum melanjutkan ke tingkat
yang lebih tinggi.
Sedangkan Argentina,
menganut klasifikasi pendidikan
dasar (primaria) dari kelas 1
sampai kelas 7 dan dilanjutkan
dengan pendidikan lanjutan
(secundaria/high school) selama 5
tahun. Seluruh pendidikan dasar
adalah 12 tahun, dengan dua kali
mendapatkan sertifikat/Tanda
Lulus yaitu pada tingkat Primaria
dan Secundaria. Setelah
pendidikan dasar tersebut adalah
pendidikan tingkat universitas.
Indonesia-Cile
Cile melakukan sebuah
perubahan sistem pendidikan
kearah yang lebih orientasi neo-
liberalisme dalam pendidikan.
Sistem baru berdasarkan pasar
bebas, manajemen swasta dan
berorientasi pada keuntungan
pendidikan dan ketika negara
dipertahankan beberapa fungsi
juga harus bertujuan memenuhi
tujuan tersebut. Negara secara
drastis mengurangi perannya
dalam sektor pendidikan sebagai
pemasok dana; tetapi
mempertahankan eksistensi
secara narsis dalam isu regulasi
pendidikan, seakan menampakkan
kontrol atas program studi dan
kurikulum.
Indonesia-Kolombia
Hal penting yang dapat
ditarik pelajaran dari sistem
pendidikan di Kolombia adalah
desentralisasi pendidikan. Dimana
tanggungjawab pendidikan bukan
hanya merupakan beban
pemerintah pusat semata,
melainkan juga tanggungjawab
daerah dan orangtua siswa.
Meskipun demikian, pemerintah
pusat tetap memiliki konsen
terhadap dunia pendidikan. Hal ini
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 36
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
dibuktikan bahwa mulai tahun
2012, pendidikan di Kolombia
digratiskan.
Indonesia-Venezuela
Pendidikan diarahkan
bukan semata berorientasi untuk
bekerja, namun output pendidikan
harus mengutamakan
pemberdayaan dan pengabdian
demi kepentingan masyarakat.
Pendidikan Bolivarian menjadi alat
sangat penting untuk mencapai
"protagonistic" demokrasi. Maka,
prinsip konsep pendidikan ini
adalah memperluas partisipasi
pendidikan bagi seluruh rakyat
sebagai bagian integral dari
kurikulum.
Chavez mengutip parafrase
Paulo Freire, dan menegaskan:
"the act of reading and studying is
a liberating act, education is
liberating, let’s go then, go ahead
with education, towards the
liberation of our people" (MES,
2005: 10). Oleh karena itu, sistem
pendidikan Bolivarian dapat
dianggap bertujuan melawan
segala bentuk diskriminasi dan
dominasi ekonomi antara individu
dan kelas sosial, yaitu "melawan
tatanan kapitalis sarat pemiskinan
massal struktural dan kesenjangan
kelas" (Freire dikutip di MC, 2005).
Sebagai catatan, konsep
ideologi Bolivarian memang sangat
mencolok dan seolah-olah
mengindoktrinasi para anak didik
dengan nilai-nilai sosialis. Dampak
dari pemberlakuan pendidikan ala
Bolivarian ini sempat juga
mendapat protes keras dari
kalangan anti Chavez, termasuk
sebagian gerakan mahasiswa.
Kritik mereka, bahwa pendidikan
adalah kebebasan setiap peserta
didik untuk menganut ideologi apa
pun, namun pendidikan ala
Bolivarian telah mengarahkan ke
satu ideologi saja.
Namun pelajaran bagi
Indonesia, bukan pada
penggiringan pada satu ideology,
namun upaya keras yang
dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pendidikannya. Dengan
Laptopnisasi yang dilakukan oleh
pemerintah, memungkinkan siswa
memperoleh pembelajaran yang
optimal.
Pelajaran Dari Finlandia
Untuk tiap bayi yang lahir
kepada keluarganya diberi
maternity package yang berisi 3
buku bacaan untuk ibu, ayah, dan
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 37
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
bayi itu sendiri. Alasannya, PAUD
adalah tahap belajar pertama dan
paling kritis dalam belajar
sepanjang hayat. Sebesar 90%
pertumbuhan otak terjadi pada
usia balita dan 85% brain paths
berkembang sebelum anak masuk
SD (7 tahun).
Kegemaran membaca aktif
didorong. Finlandia menerbitkan
lebih banyak buku anak-anak
daripada negeri mana pun di
dunia. Guru diberi kebebasan
melaksanakan kurikulum
pemerintah, bebas memilih
metode dan buku teks. Stasiun TV
menyiarkan program berbahasa
asing dengan teks terjemahan
dalam bahasa Finish sehingga
anak-anak bahkan membaca
waktu nonton TV.
Pendidikan di sekolah
berlangsung rileks dan masuk
kelas siswa harus melepas sepatu,
hanya berkaus kaki. Belajar aktif
diterapkan guru yang semuanya
tamatan S2 dan dipilih dari the
best ten lulusan universitas. Orang
merasa lebih terhormat jadi guru
daripada jadi dokter atau insinyur.
Frekuensi tes benar-benar
dikurangi. Ujian nasional hanyalah
Matriculation Examination untuk
masuk PT. Sekolah swasta
mendapatkan dana sama besar
dengan dana untuk sekolah
negeri.
Sebesar 25% kenaikan
pendapatan nasional Finlandia
disumbangkan oleh meningkatnya
mutu pendidikan.
Kesimpulan
Dari 6 (enam) Negara
Amerika Latin, Indonesia bias
belajar banyak berkaitan dengan
keinginan untuk meningkatkan
kualitas pendidikannya. Dari Kuba,
Indonesia bias belajar dan juga
sekaligus sebagai catatan untuk
melakukan kerjasama, berkaitan
dengan penempatan posisi
pendidikan yang penting,
pemerintah menetapkan regulasi
yang seragam dalam rule of law
pendidikan. Mengingat pentingnya
pendidikan bagi Kuba, maka
p3ndidikan dilakukan secara
gratis. Dari Brazil, Indonesia akan
mendapatkan sebuah
pembelajaran bahwa pendidikan
tingkat dasarnya dilaksanakan
selama 8 tahun, dimana terdiri dari
4 tahun Ensino Fundamental I
(untuk kelas 1-4) dan 4 tahun
Ensino Fundamental II (Kelas 5-8).
Dan juga lamanya waktu belajar di
Indonesia berlangsung selama
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 38
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
lebih kurang 12 bulan, sedangkan
di Brazil berlangsung selama 10
bulan. Dari Argentina, pelajaran
yang dapat diambil adalah
klasifikasi pendidikan dasar
(primaria) dari kelas 1 sampai
kelas 7 dan dilanjutkan dengan
pendidikan lanjutan
(secundaria/high school) selama 5
tahun. Seluruh pendidikan dasar
adalah 12 tahun, dengan dua kali
mendapatkan sertifikat/Tanda
Lulus yaitu pada tingkat Primaria
dan Secundaria. Dari Cile kita
mendapat pelajaran, Cile
melakukan sebuah perubahan
sistem pendidikan kearah yang
lebih orientasi neo-liberalisme
dalam pendidikan. Negara secara
drastis mengurangi perannya
dalam sektor pendidikan sebagai
pemasok dana; tetapi
mempertahankan eksistensi dalam
isu regulasi pendidikan. Dari
Kolombia, Indonesia mendapatkan
pengalaman berharga berupa
desentralisasi pendidikan. Dimana
tanggungjawab pendidikan bukan
hanya merupakan beban
pemerintah pusat semata,
melainkan juga tanggungjawab
daerah dan orangtua siswa. Dari
Venezuela, Pendidikan diarahkan
bukan semata berorientasi untuk
bekerja, namun output pendidikan
harus mengutamakan
pemberdayaan dan pengabdian
demi kepentingan masyarakat.
Pendidikan Bolivarian menjadi alat
sangat penting untuk mencapai
"protagonistic" demokrasi. Maka,
prinsip konsep pendidikan ini
adalah memperluas partisipasi
pendidikan bagi seluruh rakyat
sebagai bagian integral dari
kurikulum, dan dari Finlandia
sebagai negara yang memiliki
peringkat tertinggi dalam peringkat
system pendidikan adalah: Setiap
anak diwajibkan mempelajari
bahasa Inggris serta wajib
membaca satu buku setiap
minggu; Sistem pendidikannya
yang gratis sejak TK hingga tingkat
universitas; Wajib belajar
diterapkan kepada setiap anak
sejak umur 7 tahun hingga 14
tahun; Selama masa pendidikan
berlangsung, guru mendampingi
proses belajar setiap siswa,
khususnya mendampingi para
siswa yang agak lamban atau
lemah dalam hal belajar. Malah
terhadap siswa yang lemah,
sekolah menyiapkan guru bantu
untuk mendampingi siswa tersebut
serta kepada mereka diberikan les
privat; Setiap guru wajib membuat
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 39
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
evaluasi mengenai perkembangan
belajar dari setiap siswa; Ada
perhatian yang khusus terhadap
siswa-siswa pada tahap sekolah
dasar, karena bagi mereka,
menyelesaikan atau mengatasi
masalah belajar bagi anak umur
sekitar 7 tahun adalah jauh lebih
mudah daripada siswa yang telah
berumur 14 tahun; Orang tua
bebas memilih sekolah untuk
anaknya, meskipun perbedaan
mutu antar-sekolah amat sangat
kecil; Semua fasilitas belajar-
mengajar dibayar serta disiapkan
oleh Negara; Negara membayar
biaya kurang lebih 200 ribu Euro
per siswa untuk dapat
menyelesaikan studinya hingga
tingkat universitas; Baik miskin
maupun kaya semua siswa
memiliki kesempatan yang sama
untuk belajar serta meraih cita-
citanya karena semua ditanggung
oleh Negara; Pemerintah tidak
segan-segan mengeluarkan dana
demi peningkatan mutu pendidikan
itu sendiri; Makan-minum di
sekolah serta transportasi anak
menuju ke sekolah semuanya
ditangani oleh pemerintah; Biaya
pendidkan datang dari pajak
daerah, provinsi, serta dari tingkat
nasional; dan Mengenai para
prospek karier dan kesejahteraan,
setiap guru menerima gaji rata-rata
3400 euro per bulan setara 42 juta
rupiah. Guru disiapkan bukan saja
untuk menjadi seorang profesor
atau pengajar, melainkan
disiapkan juga khususnya untuk
menjadi seorang ahli pendidikan.
Makanya, untuk menjadi guru
pada sekolah dasar atau TK saja,
guru itu harus memiliki tingkat
pendidikan universitas.
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 40
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265
Daftar Bacaan:
http://www.berdikarionline.com/sul
uh/20130531/30-fakta-tentang-
kemajuan-pendidikan-
kuba.html#ixzz2YM8gWdEC
http://www.berdikarionline.com/dun
ia-bergerak/20110715/rakyat-chile-
tuntut-pendidikan-untuk-
rakyat.html#ixzz2YMDdpTqM
Edward B. Fiske, 1998
Desentralization of Education;
politics and Consensus.
Okezone , Mulai 2012, Pendidikan
di Kolumbia Gratis, 20 Desember
2011
http://www.berdikarionline.com/dun
ia-bergerak/20121003/langkah-
maju-pendidikan-
venezuela.html#ixzz2YMJHe0EE
Venezuela : Higher Education for
All oleh Thomas Muhr dan Antoni
Verger – Journal for Critical
Education Policy Studies
UNESCO : Education in
Venezuela has Highly Improved,
oleh Tamara Pearson -
Venezuelanalysis.com