Download - isi intisari
PENDAHULUAN
Himpunan Mahasiswa Psikologi atau HIMAPSI merupakan organisasi di
Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya Jakarta yang berfungsi untuk memfasilitasi
minat-minat mahasiswa Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya secara luas (umum).
HIMAPSI mengidentifikasi minat yang muncul dengan cara melakukan
assessment kebutuhan pada awal masa kepengurusan HIMAPSI setiap tahunnya,
hasil dari assessment kebutuhan tersebut akan diwujudkan dalam bentuk program
kerja jangka pendek HIMAPSI atau dalam bahasa HIMAPSI disebut dengan
project. Dengan kata lain, sampai saat ini, project HIMAPSI merupakan sarana
utama untuk menjawab minat mahasiswa Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya
setiap tahunnya.
Dalam menjalankan organisasi dan project, HIMAPSI bertanggung jawab
kepada Komunitas Mahasiswa Fakultas Psikologi atau KOMPSI sebagai oganisasi
kemahasiswaan tertinggi di Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya Jakarta.
KOMPSI berfungsi sebagai Fasilitator yang mengkoordinir kegiatan antara Unit
Kegiatan Mahasiswa Fakultas Psikologi (UKMFP), calon Unit Kegiatan
Mahasiswa Fakultas Psikologi (Calon UKMFP), dan HIMAPSI. HIMAPSI dan
UKMFP mempertanggungjawabkan seluruh kegiatannya kepada KOMPSI.
KOMPSI menjadi lembaga tertinggi yang mewakili seluruh mahasiswa aktif
Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya dan menjadi organisasi yang menjalankan
fungsi supervisi untuk organisasi – organisasi yang ada di bawahnya. Dengan
adanya fungsi supervisi ini, KOMPSI membuat suatu sistem dan aturan kerja yang
1
harus dijalankan oleh semua organisasi kemahasiswaan yang ada di Fakultas
Psikologi Unika Atma Jaya.
Walaupun fungsi supervisi ini sudah ada sejak KOMPSI terbentuk, namun
sistem dan aturan mengenai supervisi langsung KOMPSI ini baru mulai dirancang
dan dilaksanakan pada kepengurusan tahun 2007/2008. Terjadi perubahan pada
sistem supervisi yang sebelumnya hanya melalui utusan yaitu perwakilan dari
organisasi yang masuk ke dalam struktur kepengurusan KOMPSI dan bertugas
sebagai jembatan informasi antara KOMPSI dengan organisasi tersebut, menjadi
supervisi langsung. Sistem ini merupakan langkah awal dalam proses supervisi
langsung oleh KOMPSI.
Sistem supervisi KOMPSI mengatur bahwa KOMPSI mengirimkan 2 orang
supervisor untuk masing-masing organisasi, kecuali HIMAPSI. HIMAPSI selain
memiliki supervisor organisasi juga memiliki memiliki supervisor khusus untuk
setiap projectnya. KOMPSI melakukan supervisi khusus dan intensif kepada
HIMAPSI karena HIMAPSI merupakan organisasi di Fakultas Psikologi Unika
Atma Jaya yang menjawab minat secara luas dan melibatkan banyak mahasiswa
Fakultas Psikologi dalam setiap proses dalam projectnya, mulai dari seleksi
panitia sampai dengan eksekusi project. Karenanya, KOMPSI harus memastikan
bahwa dalam menjalankan setiap prosesnya HIMAPSI tidak melanggar aturan dan
sistem yang sudah dibuat oleh KOMPSI demi kepentingan mahasiswa Fakultas
Psikologi Unika Atma Jaya. KOMPSI tidak melakukan supervisi secara intensif
berdasarkan project kepada UKMFP karena selain menjawab minat spesifik,
UKMFP juga lebih banyak melakukan kegiatan internal yang tidak melibatkan
2
banyak mahasiswa Fakultas Psikologi, sehingga KOMPSI hanya melakukan
supervisi secara garis besar melalui supervisi organisasi.
Kondisi yang terjadi saat ini adalah proses supervisi oleh KOMPSI belum
bisa berjalan beriringan dengan HIMAPSI dan projectnya. Pengurus dan panitia
project HIMAPSI cenderung mengabaikan keberadaan supervisor tersebut. Baik
KOMPSI maupun HIMAPSI mengidentifikasikan diri secara kuat pada organisasi
masing-masing dan melihat organisasi lain sebagai pihak luar. Padahal baik
KOMPSI maupun HIMAPSI sebenarnya sama-sama berada di bawah payung
organisasi Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya yang punya tujuan bersama yaitu
menampung aspirasi mahasiswa Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya serta
menjadi wadah untuk mengembangkan diri.
Dalam situasi tersebut, KOMPSI dan HIMAPSI melihat bahwa mereka
berasal dari kelompok yang berbeda. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Gardner, dkk (2001), organisasi secara alamiah menghadirkan hubungan antar
kelompok. Kompleksitas diferensiasi sistem sosial yang menjadi karakteristik
akibat dibaginya anggota organisasi ke dalam berbagai unit divisi, fungsi
spesialisasi, tim dan kelompok kerja, serta berbagai tingkatan status dan
kekuasaan, dengan sendirinya membawa dampak pada terjadinya hubungan antar
kelompok secara alamiah di dalam organisasi. Walaupun semua pengurus
organisasi adalah mahasiswa aktif di Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, ada
sistem keanggotaan dan sistem kerja yang membagi-bagi mahasiswa yang terlibat
ke dalam peran, fungsi, karakteristik yang spesifik dan berbeda satu dengan yang
lain potensial untuk membentuk identitas kelompok yang kuat. Dengan kata lain
3
keberadaan sebagai pengurus KOMPSI ataupun HIMAPSI merupakan kelompok
sosial yang bermakna dimana mereka mengidentifikasikan diri.
Social identity merupakan bagian dari konsep diri individu yang berasal dari
pengetahuannya tentang keanggotaannya dalam suatu kelompok yang secara
signifikan memiliki nilai yang sama dan keterikatan emosi (Tajfel, 1982) Social
identity dapat didasarkan pada status demografis, peran yang dimainkan oleh
individu, keanggotaan dalam suatu kelompok sosial tertentu, atau kelompok
pekerjaan.
Ketika pengurus KOMPSI dan HIMAPSI mengidentifikasikan dirinya
secara kuat ke dalam kelompoknya dan menganggap pengurus organisasi lain
adalah kelompok yang berbeda, maka komunikasi yang terjadi diantara kedua
organisasi ini menjadi kurang efektif. Oleh karena itulah dibutuhkan strategi-
strategi dalam berkomunikasi untuk membangun kerja sama yang baik untuk
mencapai tujuan bersama. Communication Accommodation Theory (CAT)
merupakan suatu kerangka teori dalam berkomunikasi untuk mengetahui
motivasi, intensi, tingkah laku dan identitas individu yang terlibat dalam proses
komunikasi, baik dalam komunikasi interpersonal maupun komunikasi
in-group/out-group (Jones,1999). CAT juga bertujuan untuk menggambarkan
strategi-strategi yang digunakan oleh individu untuk mencapai tujuannya dalam
berkomunikasi (Jones, Gallois, Callan & Barker, 1999, dalam Dahesihsari, 2007).
Kondisi yang terjadi pada organisasi KOMPSI dan HIMAPSI merupakan
salah satu contoh kasus bagaimana hubungan antar kelompok dapat
mempengaruhi kinerja organisasi yang memiliki tujuan bersama, atau bahkan
4
tergabung dalam satu payung organisasi yang sama. Berdasarkan gambaran di
atas, peneliti ingin mengetahui gambaran hubungan antara KOMPSI dan
HIMAPSI berdasarkan tinjauan Social Identity Theory, serta bagaimana strategi
komunikasi dalam Communication Accomodation Theory berperan dalam
mempengaruhi hubungan antara KOMPSI dan HIMAPSI. Peneliti melihat bahwa
organisasi di Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya Jakarta mempunyai potensi
untuk berkembang dan maju, apabila KOMPSI dan HIMAPSI menyadari bahwa
hubungan yang terjadi antar kedua organisasi selama ini mempengaruhi kinerja
organisasi, maka langkah untuk mengembangkan organisasi kemahasiswaan di
Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya dapat dilakukan dengan lebih optimal. Selain
itu, peneliti juga melihat bahwa penelitian tentang organisasi kemahasiswaan
masih jarang dilakukan, terutama yang bersinggungan dengan identitas kelompok
dan proses komunikasi yang terjadi di dalamnya.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana gambaran hubungan antara Komunitas Mahasiswa Psikologi dengan
Himpunan mahasiswa Psikologi di Fakultas Psikologi unika Atma jaya Jakarta
berdasarkan tinjauan Social Identity Theory dan Communication Accomodation
Theory?
5
TELAAH PUSTAKA
SOCIAL IDENTITY THEORY
Organisasi secara alamiah memunculkan hubungan antar kelompok.
Pembagian anggota organisasi ke dalam berbagai unit divisi, fungsi
spesialisasi,tim dan kelompok kerja, serta berbagai tingkatan status dan kekuasaan
menjadikan diferensiasi yang kompleks pada sistem sosial yang menjadi
karakteristik individu, hal ini dengan sendirinya membawa dampak pada
terjadinya hubungan antar kelompok secara alamiah di dalam organisasi
(Gardner,dkk, 2001) yang dalam konteks penelitian ini adalah antara KOMPSI
2008/2009 dengan HIMAPSI 2008/2009.
Organisasi kemahasiswaan yang memayungi aktivitas mahasiswa Fakultas
Psikologi Unika Atma Jaya dibagi-bagi ke dalam beberapa organisasi yang lebih
spesifik dengan maksud agar kegiatan yang dilakukan dapat lebih fokus dan
mampu untuk menjawab kebutuhan mahasiswa Fakultas Psikologi. KOMPSI
sebagai organisasi tertinggi karena beranggotakan wakil mahasiswa berfungsi
sebagai pengawas organisasi lain yang ada dibawahnya, sedangkan HIMAPSI
berfungsi sebagai organisasi yang memfasilitasi minat mahasiswa. Akan tetapi,
pembagian tersebut memunculkan dampak pengkategorisasian mereka dalam
identitas kelompok yang berbeda.
Gardner,dkk (2001) mengatakan bahwa pembedaan anggota ke dalam sub-
sub divisi tertentu dimaksudkan untuk meningkatkan keefektifan organisasi dalam
mencapai tujuan organisasi. Namun di sisi lain, pembedaan ini juga memunculkan
6
identifikasi yang kuat kepada kelompoknya (Social Identity). Struktur dan hierarki
di dalam organisasi dengan demikian juga sangat mudah memunculkan
kategorisasi anggota organisasi dalam in-group dan out-group (Gardner,dkk,
2001) Oleh karena itu, sangat dimungkinkan dalam konteks kerja organisasi
seperti KOMPSI 2008/2009 dan HIMAPSI 2008/2009 muncul kategorisasi
kelompok (Social Categorization) yang akan mempengaruhi interaksi dengan
organisasi lain. Selain struktur dan hierarki, hubungan antar kelompok dapat juga
dapat disebabkan oleh faktor sejarah atau intergroup history, yaitu keadaan
dimana individu di dalam suatu kelompok memandang kelompok lain sebagai
outgroupnya karena dipengaruhi oleh faktor masa lalu atau sejarah yang terjadi.
Kedua kelompok saling berkonflik bukan disebabkan karena hal yang terjadi
sekarang, melainkan karena hal yang terjadi di masa lalu (Tajfel, 1982).
Hal ini juga dapat terjadi pada hubungan KOMPSI 2008/2009 dan
HIMAPSI 2008/2009, hubungan yang kurang baik antara kedua organisasi di
masa lalu mempengaruhi hubungan saat ini. Sejarah hubungan yang tidak baik
pada akhirnya secara tidak langsung memunculkan persaingan antar kedua
kelompok atau intergroup rivalry, karena asumsi dan belief negatif tentang
prototipe organisasi lain masih terus hidup pada anggota organisasi masing-
masing hingga kini.
Social identity dapat diartikan sebagai konsep diri individu yang didasari
oleh keterlibatan emosional dan kesamaan nilai yang signifikan pada suatu
kelompok (Tajfel, 1972 dalam Hogg & Terry, 2000). Menurut Tajfel, 1972
(dalam Suzuki, 1998) inti dari pendekatan ini adalah sebuah pemikiran bahwa
7
menjadi bagian suatu kelompok merupakan suatu tahapan psikologis yang terjadi
ketika seseorang melepaskan keindividuannya untuk kemudian mendapatkan
suatu identitas sosial. Hal-hal yang dapat menjadi dasar bagi seseorang untuk
mendapatkan identitas sosial adalah status sosial, pekerjaan, organisasi, peran
dalam masyarakat, dan lain sebagainya.
COMMUNICATION ACCOMMODATION THEORY (CAT)
Communication Accommodation Theory (CAT) merupakan suatu kerangka
teori dalam berkomunikasi untuk mengetahui motivasi, intensi, tingkah laku dan
identitas individu yang terlibat dalam proses komunikasi, baik dalam komunikasi
interpersonal maupun komunikasi in-group/out-group (Jones,1999). Motivasi dan
tujuan yang termasuk di dalamnya adalah mencari penerimaan dari orang lain atau
memberi sinyal-sinyal tertentu kepada anggota kelompoknya ataupun kepada
yang bukan anggota kelompoknya (Jones, 1999 dalam Willemnys, Gallois dan
Callan, 2003). CAT juga bertujuan untuk menggambarkan strategi-strategi yang
digunakan oleh individu untuk mencapai tujuannya dalam berkomunikasi (Jones,
Gallois, Callan & Barker, 1999, dalam Dahesihsari, 2007).
Approximation
Fokus dari strategi ini adalah ketika seseorang berusaha untuk menyesuaikan gaya
berkomunikasinya agar terdengar mirip dengan lawan bicaranya. Hal-hal yang
disesuaikan antara lain adalah pemilihan kata-kata yang digunakan, penggunaan
istilah, aksen berbicara dan perilaku non-verbal yang sering digunakan oleh lawan
bicaranya. Seseorang melakukan penyesuaian tersebut untuk mendekatkan diri
8
maupun mencari penerimaan dari orang lain yang dalam hal ini adalah lawan
bicaranya (Willemyns, Gallois dan Callan, 2003).
Interpersonal Control
Strategi berkomunikasi dalam memposisikan dirinya dan/atau lawan
bicaranya, dalam pengaturan peran ataupun posisi masing-masing (Jones, dkk
dalam Willemyns, Gallois dan Callan, 2003). Dengan menempatkan diri sebagai
orang yang berada dalam 1 kelompok atau setara posisinya maka proses
komunikasi akan berjalan dengan lebih baik.
Discourse Management
Strategi ini biasanya diaplikasikan dalam situasi diskusi, namun dalam posisi yang
setara. Penelitian mengenai posisi atau jabatan dan komunikasi menunjukkan
bahwa individu dengan status lebih tinggi lebih sering menunjukan perilaku
seperti menginterupsi, mendominasi pembicaraan, mengatur pilihan topik dan
langsung pada inti permasalahan, dan jarang menggunakan bahasa informal
ataupun personal. Sebaliknya, individu dengan status lebih rendah menunjukan
karakter yang berbelit-belit, tidak diacuhkan, dan ragu-ragu (Jones, dkk, 1999
dalam Willemyns, Gallois dan Callan, 2003)
Relational
Strategi terbaru dalam CAT, dengan fokus pada perilaku berkomunikasi
yang mengindikasikan dukungan, empati, menganggap lawan bicara adalah
bagian dari kelompok, menilai positif lawan bicara maupun menanggapi masalah
yang ada. Sebagai contoh, dalam menanggapi masalah dengan bawahan, cara
yang positif ditunjukkan dengan membiarkan bawahan tersebut merasa aman
9
dengan tidak membiarkan bawahan merasa disudutkan dengan kesalahan yang
telah diperbuat, atau memberikan umpan balik secara personal dengan cara yang
baik. (Willemyns, Gallois dan Callan, 2003).
MISCOMMUNICATION AND PROBLEMATIC TALK
Miskomunikasi dapat diartikan sebagai salah mengartikan pesan yang
diberikan oleh lawan bicara dalam sebuah percakapan atau orang yang sedang
berbicara. Miskomunikasi juga dapat terjadi pada komunikasi yang bermasalah
atau berbahaya, biasanya dapat kita temukan dalam konflik atau pidato kemarahan
(Leets & Giles, 1999 dalam William, 1999). Dalam prakteknya miskomunikasi
dapat dikategorikan ke dalam 6 level :
Level I : Kedua belah pihak sama sekali tidak menyadari adanya
miskomunikasi, tidak menyadari adanya masalah dan tidak perlu ada yang
diperbaiki
Level II : Kesalahpahaman minor atau salah membaca situasi tertentu, ada
kemungkinan disadari oleh pihak yang terlibat namun tidak dianggap penting,
dapat diperbaiki secara internal
Level III : Miskomunikasi terjadi karena kesalahan ada pada kemampuan
individu untuk berkomunikasi, cukup dirasakan oleh individu lain, bisa
diperbaiki dengan memberikan pelatihan pada individu yang bermasalah.
Level IV : Miskomunikasi terjadi karena adaanya perbedaan tujuan, kontrol,
identitas individu dan muncul pada saat interaksi normal, individu-individu
yang berinteraksi gagal untuk mencapai tujuan komunikasi, bisa diperbaiki
dengan meningkatkan hubungan interpersonal
10
Level V : Miskomunikasi terjadi pada kelompok atau budaya yang berbeda
dalam bahasa, norma berkomunikasi, kesalahpahaman sudah terjadi sebelum
komunikasi dilakukan, masalah berasal dari social identity dan keanggotaan
kelompok, karena sangat disadari kelompok tidak melihat ini sebagai masalah
berarti, dapat diperbaiki dengan akulturasi atau mengakomodasi outgroup dan
mempelajari budaya kelompok
Level VI : Miskomunikasi terjadi pada level ideologi yang menghambat atau
membatasi pembicaraan, adanya kesenjangan status sosial dan power, tidak
disadari oleh pihak yang terlibat, hanya bisa diperbaiki dengan perubahan
situasi sosial.
DINAMIKA
Selama proses supervisi KOMPSI 2008/2009 kepada HIMAPSI 2008/2009
seharusnya dapat terjadi shared identity sebagai bagian dari organisasi
kemahasiswaan Fakultas Psikologi. Namun yang lebih potensial terjadi adalah
hubungan antar kelompok karena adanya intergroup history yang mengakibatkan
intergroup rivalry diperkuat dengan sedikitnya interaksi dan komunikasi.
Kurangnya komunikasi semakin menonjolkan adanya jarak antar kedua
organisasi. Jarak ini terbentuk karena identifikasi yang kuat kepada masing-
masing kelompok, dan memunculkan kategorisasi sosial antar kelompok pada
individu-individu yang terlibat di dalamnya. Selain itu, posisi sebagai supervisor
dan supervisee juga semakin menonjolkan jarak antar kedua organisasi. Ketika
identifikasi individu di dalam KOMPSI 2008/2009 dan HIMAPSI 2008/2009
menjadi kuat maka hubungan antar kelompok akan mungkin terjadi. Hubungan
11
antar kelompok ini ditandai dengan in-group dan outgroup categorization. Ketika
terjadi hubungan antar kelompok dalam konteks supervisi KOMPSI 2008/2009 ke
HIMAPSI 2008/2009, strategi-strategi dalam Communication Accomodation
Theory dapat berperan untuk memperlebar jarak antara dua organisasi ataupun
menjembatani jarak tersebut.
12
METODE PENELITIAN
JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang berusaha untuk
memperoleh gambaran sistematis atas suatu kondisi yang terjadi di dalam suatu
kelompok tertentu (Hidajat, 2007). Dalam penelitian ini kondisi yang akan
digambarkan adalah gambaran hubungan serta proses komunikasi yang terjadi
antara pengurus Komunitas Mahasiswa Psikologi (KOMPSI) dengan pengurus
Himpunan Mahasiswa Psikologi (HIMAPSI) di Fakultas Psikologi Unika Atma
Jaya Jakarta.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, yaitu
pendekatan yang mencoba menerjemahkan pandangan-pandangan dasar
interpretif dan fenomenologi (Sarantakos,1993 dalam Poerwandari,1998).
SAMPEL PENELITIAN
Peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel kasus tipikal, yaitu
kasus yang diambil adalah kasus yang dianggap mewakili kelompok normal dari
fenomena yang diteliti (Poerwandari,1998). Dalam proses supervisi KOMPSI
2008/2009 ke HIMAPSI 2008/2009, ada 11 orang pengurus KOMPSI dan 20
orang pengurus HIMAPSI yang terlibat. Awalnya peneliti mengambil sampel 7
orang untuk masing-masing pengurus KOMPSI dan HIMAPSI, namun karena
keterbatasan jadwal dan teknis pada akhirnya peneliti hanya menggunakan 4
orang pengurus sebagai sampel untuk FGD dan wawancara mendalam. Sedangkan
13
untuk pengurus HIMAPSI peneliti menggunakan 6 orang pengurus HIMAPSI
2008/2009 sebagai sampel dalam FGD dan 1 orang ketua HIMAPSI 2007/2008.
Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa orang yang terpilih menjadi sampel
merupakan representasi dari KOMPSI 2008/2009.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
a. Focus Group Discussion (FGD)
Focus Group Discussion merupakan suatu bentuk diskusi terarah yang
melibatkan responden dengan karakteristik tertentu yang dibagi ke dalam
beberapa kategori (Krueger,1986). Peneliti menggunakan teknik ini untuk
menggali data dari pengurus KOMPSI 2008/2009 dan pengurus HIMAPSI
2008/2009 mengenai proses komunikasi yang terjadi selama proses supervisi.
b. Wawancara mendalam
Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk
mencapai tujuan tertentu (Poerwandari, 1998). Peneliti akan menggunakan
pendekatan wawancara dengan pedoman umum, yaitu menggunakan pedoman
yang sangat umum, yang mencantumkan aspek – aspek yang dibahas sekaligus
menjadi daftar checklist (Poerwandari, 1998). Peneliti memperdalam isu umum
yang dialami oleh pengurus KOMPSI maupun HIMAPSI, yaitu pengalaman
bekerja sama dengan KOMPSI atau HIMAPSI, selanjutnya peneliti akan
mengabolarasi jawaban subyek tersebut sebagai pertanyaan lanjutan.
14
HASIL dan KESIMPULAN
HASIL
Hasil penelitian ini secara umum menggambarkan adanya jarak yang
terbentuk dalam hubungan KOMPSI 2008/2009 dan HIMAPSI 2008/2009 yang
disebabkan oleh intergroup history yang memunculkan intergroup rivalry,
perbedaan cara kerja dan sudut pandang, kurangnya interaksi dan komunikasi
antar kedua organisasi. Jarak ditandai dengan adanya ingroup biased,
berkomunikasi dengan asumsi dan belief atau persepsi negatif antar pengurus
kedua organisasi. Supervisi langsung oleh KOMPSI merupakan salah satu upaya
dalam membuat jalur komunikasi formal organisasi yang sebelumnya tidak ada,
namun hal ini belum berjalan dengan efektif, dan belum ada penanganan lebih
lanjut. Meskipun begitu, dalam tingkat individu ada pengurus yang mencoba
untuk berkomunikasi melakukan strategi komunikasi dalam Communication
Accomodation Theory, seperti discourse management dan interpersonal control.
Strategi berkomunikasi yang dilakukan oleh pengurus secara individu inilah yang
dalam praktik di lapangannya dapat menjembatani atau memperuncing jarak
antara KOMPSI 2008/2009 dan HIMAPSI 2008/2009
KESIMPULAN
Penelitian ini menggambarkan adanya hubungan antar kelompok yang
ditandai oleh persepsi-persepsi negatif pengurus dalam organisasi Komunitas
15
Mahasiswa Psikologi (KOMPSI) maupun Himpunan Mahasiswa Psikologi
(HIMAPSI) terhadap organisasi lainnya, meskipun sama-sama di bawah payung
organisasi kemahasiswaan di Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya. Persepsi
negatif tersebut muncul karena adanya intergroup history sehingga menciptakan
intergroup rivalry antar keduanya yang terus terpelihara sampai sekarang. Sampai
dengan laporan penelitian ini dibuat tidak pernah ada yang tahu secara pasti
masalah sebenarnya yang terjadi antar kedua organisasi. Namun, keyakinan
tersebut terpelihara kuat di seluruh pengurus. Kurangnya interaksi antar pengurus
kedua organisasi semakin menguatkan persepsi negatif yang sudah terbentuk,
trust yang tidak terbangun satu sama lain pada akhirnya mempertegas hubungan
antar kelompok.
Dari hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa KOMPSI dan HIMAPSI
belum memiliki jalur komunikasi formal organisasi yang efektif, bahkan dalam
jalur informal sekalipun kedua pengurus hampir tidak pernah berkomunikasi.
Supervisi langsung oleh KOMPSI merupakan salah satu bentuk jalur komunikasi
formal organisasi, namun sayangnya hal ini juga belum berjalan dengan efektif,
dan belum ditindaklanjuti oleh pihak KOMPSI dan HIMAPSI. Pengurus KOMPSI
dan HIMAPSI hampir tidak pernah berinteraksi di luar urusan organisasi, pada
akhirnya berkomunikasi berdasarkan asumsi masing-masing sesuai dengan
prototipe organisasi lain yang diyakini oleh masing-masing pengurus. Hal inilah
yang menyebabkan jarak antar kelompok semakin lebar dan sulit untuk
dijembatani. Walaupun begitu, peneliti melihat bahwa ada strategi-strategi
komunikasi yang dilakukan oleh individu-individu dalam KOMPSI maupun
16
HIMAPSI. Strategi yang dapat mengakomodasi jarak antar kelompok antara lain
adalah :
a. Interpersonal control, dimana anggota KOMPSI menempatkan diri
sebagai teman sehingga menimbulkan suasana nyaman bagi anggota
HIMAPSI
b. Discourse management, terjadi ketika anggota KOMPSI mampu
untuk memahami kebutuhan anggota HIMAPSI untuk didengarkan
dan diawasi perkembangannya namun tidak mengganggu proses.
Sedangkan strategi komunikasi yang tidak dapat mengakomodasi jarak
antara lain yaitu contra discourse management. Hal ini terjadi ketika anggota
HIMAPSI merasa bahwa anggota KOMPSI sebagai organisasi yang lebih tinggi
tidak dapat memberikan informasi secara menyeluruh, sehingga anggota
HIMAPSI merasa terabaikan dan kurang informas. KOMPSI yang selama ini
tidak pernah terlibat langsung dan cenderung diabaikan oleh HIMAPSI dan
UKMFP kemudian menugaskan supervisor untuk masuk ke dalam organisasi.
Posisi supervisor kemudian dapat terlihat sebagai salah satu cara untuk
menyamakan kedudukan dengan HIMAPSI dan UKMFP. Anggota KOMPSI yang
terlalu kaku dalam menjalankan tugas, membuat anggota HIMAPSI dan
organisasi lain merasa diawasi dan tidak dipercaya sehingga menimbulkan
perasaan tidak nyaman
17
DISKUSI dan SARAN
DISKUSI
Struktur organisasi yang ada serta pembagian peran dalam lingkup yang
berbeda membuat KOMPSI dan HIMAPSI berjalan sendiri-sendiri, walaupun
memiliki tujuan bersama. Sejak awal berdiri KOMPSI dan HIMAPSI memiliki
sejarah hubungan yang kurang baik, masing-masing organisasi ingin
menunjukkan eksistensinya pada masyarakat psikologi, sehingga pada akhirnya
memunculkan persaingan antar organisasi. Persepsi-persepsi negatif yang muncul
antar individu dalam KOMPSI maupun KOMPSI tidak semata disebabkan karena
sejarah dan persaingan, berdasarkan hasil wawancara dan FGD peneliti
menemukan bahwa pemahaman anggota KOMPSI dan HIMAPSI terhadap tujuan
organisasi masih sangat minim. Pengurus KOMPSI dan HIMAPSI tidak
sepenuhnya paham tujuan awal mengapa KOMPSI dan HIMAPSI terbentuk, dan
bagaimana seharusnya organisasi kemahasiswaan yang ada saling bersinergi satu
sama lain.
Seperti yang sudah dijelaskan pada BAB IV, persepsi negatif memunculkan
perilaku berkomunikasi dengan asumsi oleh masing-masing pengurus organisasi.
Berkomunikasi dengan asumsi dilakukan tanpa disadari oleh kedua pengurus
organisasi, prototipe yang sudah melekat kuat membuat masing-masing merasa
tidak perlu melakukan konfirmasi kepada pihak yang bersangkutan. HIMAPSI
sudah terbiasa dengan pemikiran bahwa KOMPSI tidak mengerti kondisi
lapangan dan tidak lebih ahli dibandingkan HIMAPSI. Sedangkan di mata
18
KOMPSI, HIMAPSI sudah pasti akan menutupi kesalahan yang terjadi di
lapangan dan mencari celah yang mungkin dapat lolos dari pengawasan KOMPSI.
Pada saat ini sebenarnya KOMPSI, HIMAPSI dan UKMFP sudah mau
mencoba untuk memperbaiki hubungan dengan berkomunikasi lebih intensif
melalui supervisor dan pertemuan non-rutin ketua organisasi. Namun sayangnya,
hal ini tidak didukung dengan kemampuan dalam berkomunikasi dan memilih
strategi berkomunikasi yang tepat. Sebagai contoh, supervisor KOMPSI tahu
bahwa sebagian besar diantara mereka dianggap outgroup oleh panitia project
HIMAPSI karena tidak kenal dan bingung harus memposisikan diri seperti apa,
namun mereka sebagai supervisor memilih untuk menjauh dan menurunkan
intensitas menghadiri rapat daripada mendekatkan diri dengan kepada panitia atau
yang dalam Communication Accomodation Theory bisa dikategorikan dalam
melakukan strategi interpersonal control. Walaupun ada yang dapat mendekatkan
diri kepada panitia project hal itu lebih disebabkan karena hubungan interpersonal
yang sudah terjalin sebelum menjadi supervisor dan supervisee.
Selain kemampuan berkomunikasi, para supervisor KOMPSI juga tidak
dibekali dengan kemampuan untuk berperan sebagai mentor bagi project
HIMAPSI, akibatnya, pengurus HIMAPSI dan panitia project cenderung
mengabaikan supervisor KOMPSI karena dianggap tidak lebih paham mengenai
kondisi lapangan dan hanya berperan sebagai pengawas bukan mentor.
Di sisi lain, pengurus HIMAPSI juga tidak mau memahami bahwa sistem
supervisi langsung KOMPSI merupakan hal baru yang membutuhkan banyak
penyesuaian dan umpan balik, sehingga akan sangat mungkin dalam praktiknya di
19
lapangan masih terdapat banyak kekurangan. Jika pengurus HIMAPSI mampu
melakukan strategi discourse management pada Communication Accomodation
Theory yaitu memahami kebutuhan supervisor KOMPSI yang masih
menyesuaikan diri dan perlu diberikan toleransi yang lebih besar, maka hubungan
KOMPSI dan HIMAPSI akan lebih dekat dan jarak akan terjembatani.
SARAN
Penelitian ini mengungkap fenomena internal organisasi kemahasiswaan di
Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya dimana peneliti juga terlibat di dalamnya
sebagai ketua HIMAPSI periode 2008/2009, hal ini membuat peneliti
terkadang sulit untuk memposisikan diri sebagai pihak yang netral. Untuk
penelitian serupa berikutnya diharapkan peneliti selalu memastikan bahwa data
yang dimasukan sebagai data penelitian objektif dan tidak memasukan
pendapat pribadi ke dalam penelitian.
Fenomena internal yang diangkat juga banyak memunculkan istilah-istilah
khas organisasi yang tidak umum, oleh karena itu peneliti harus memastikan
semua istilah yang digunakan dalam laporan penelitian dapat dipahami oleh
pembaca.
Implikasi praktis yang dapat peneliti berikan untuk organisasi kemahasiswaan
di Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya secara umum dan KOMPSI –
HIMAPSI secara khusus adalah :
1. Mengadakan pertemuan-pertemuan rutin non-rapat untuk saling mengenal
pengurus organisasi lain sehingga dapat mereduksi persepsi negatif.
20
2. Membuat jalur informasi formal maupun informal secara baku dan disetujui
oleh semua pihak yang terlibat, dan tidak terjebak oleh jalur birokratis yang
kaku.
3. Memberikan pelatihan komunikasi akomodatif kepada supervisor KOMPSI
maupun utusan HIMAPSI untuk KOMPSI
4. Memberikan pelatihan mentorship kepada supervisor KOMPSI, agar dapat
menjalankan perannya dengan lebih maksimal.
21
DAFTAR PUSTAKA
Boggs, C. & Giles.H (1999). “The canary in the coalmine” : The nonaccomodation cycle in the gendered workplace”. International Journal of Applied Linguistic, Vol.9, No.2.
Dahesihsari, R. (2007, Agustus). Communication in an organization: An intergroup approach. Makalah disampaikan dalam Conference Proceeding, I/O Psychology at The Crossroad: Diversity in I/O Psychology Practices, Jogjakarta, 9-11 Agustus 2007
Dahesihsari, R. (2008). Pengembangan Iklim Organisasi yang Kondusif melalui Pengelolaan Hubungan antar Kelompok dalam Organisasi. Dalam B.P. Riyanti & R. Dahesihsari (Eds), Kajian Perilaku Kerja dan Perilaku Organisasi Konteks Indonesia, dari Tantangan Global hingga Keunggulan Lokal. (h 113-133). Jakarta : Fakultas Psikologi Unika Atmajaya
Hidajat,L.L. (2007). Panduan Penyusunan dan Penulisan Skripsi. Jakarta : Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya
Hogg, M.A. & Terry, D.J (2000). Social Identity and Self-Categorization Processes in Organizational Context. University of Queensland : Academy of Management Review
Gardner,J,et al. (2001). Communication in Organizations: As an Intergroup Perspective. In W.P. Robinson., & H.Giles. (eds). The New Handbook of Language and Social Psychology. ( pp.561-581).West Sussex, England : John Wiley and Sons Ltd.
Jones, E., Gallois, C., Callan, V., & Barker, M. (1999). Strategies of accommodation: Development of a coding system for conversational interaction. Journal of Language and Social Psychology, 18(2), 123-152
Komunitas Mahasiswa Psikologi (2008). Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (Rev. kepengurusan 2008/2009). Disosialisasikan pada Rapat AD/ART Organisasi, Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, Jakarta, Maret 2008
Krueger, Richard. A. (1988). Focus Groups a Practical Guide for Applied Research. California : Sage Publications.
Kumar, R. (1996). Research Methodology: A Step By Step Guide For Beginners. London : Sage Publications.
Patton, M. Q. (2002). Qualitative research & evaluation methods. London: Sage Publications.
Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI.
22
Riyanti, B.P. & R. Dahesihsari (Eds), Kajian Perilaku Kerja dan Perilaku Organisasi Konteks Indonesia, dari Tantangan Global hingga Keunggulan Lokal. Jakarta : Fakultas Psikologi Unika Atmajaya
Tajfel, H. (1982). Social Psychology of Intergroup Relations. Inggris : Annual Review Psychology. 33 : 1-39.
Willemyns,M., Gallois, C. & Callan, V. (2003) Trust me, I’m your boss : Trust and Power in supervisor – supervisee communication. International Journal of Human Resource Management, 14:1, 117 - 127
Williams, A. (1999). Communication Accomodation Theory and misscomunication : issue of awareness and communication dillemas. International Journal of Applied Linguistic, Vol.9, No.2.
23