isi intisari

35
PENDAHULUAN Himpunan Mahasiswa Psikologi atau HIMAPSI merupakan organisasi di Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya Jakarta yang berfungsi untuk memfasilitasi minat-minat mahasiswa Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya secara luas (umum). HIMAPSI mengidentifikasi minat yang muncul dengan cara melakukan assessment kebutuhan pada awal masa kepengurusan HIMAPSI setiap tahunnya, hasil dari assessment kebutuhan tersebut akan diwujudkan dalam bentuk program kerja jangka pendek HIMAPSI atau dalam bahasa HIMAPSI disebut dengan project. Dengan kata lain, sampai saat ini, project HIMAPSI merupakan sarana utama untuk menjawab minat mahasiswa Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya setiap tahunnya. Dalam menjalankan organisasi dan project, HIMAPSI bertanggung jawab kepada Komunitas Mahasiswa Fakultas Psikologi atau KOMPSI sebagai oganisasi kemahasiswaan tertinggi di Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya Jakarta. KOMPSI berfungsi sebagai Fasilitator yang 1

Upload: shasha-disyacitta

Post on 26-Jun-2015

151 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: isi intisari

PENDAHULUAN

Himpunan Mahasiswa Psikologi atau HIMAPSI merupakan organisasi di

Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya Jakarta yang berfungsi untuk memfasilitasi

minat-minat mahasiswa Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya secara luas (umum).

HIMAPSI mengidentifikasi minat yang muncul dengan cara melakukan

assessment kebutuhan pada awal masa kepengurusan HIMAPSI setiap tahunnya,

hasil dari assessment kebutuhan tersebut akan diwujudkan dalam bentuk program

kerja jangka pendek HIMAPSI atau dalam bahasa HIMAPSI disebut dengan

project. Dengan kata lain, sampai saat ini, project HIMAPSI merupakan sarana

utama untuk menjawab minat mahasiswa Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya

setiap tahunnya.

Dalam menjalankan organisasi dan project, HIMAPSI bertanggung jawab

kepada Komunitas Mahasiswa Fakultas Psikologi atau KOMPSI sebagai oganisasi

kemahasiswaan tertinggi di Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya Jakarta.

KOMPSI berfungsi sebagai Fasilitator yang mengkoordinir kegiatan antara Unit

Kegiatan Mahasiswa Fakultas Psikologi (UKMFP), calon Unit Kegiatan

Mahasiswa Fakultas Psikologi (Calon UKMFP), dan HIMAPSI. HIMAPSI dan

UKMFP mempertanggungjawabkan seluruh kegiatannya kepada KOMPSI.

KOMPSI menjadi lembaga tertinggi yang mewakili seluruh mahasiswa aktif

Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya dan menjadi organisasi yang menjalankan

fungsi supervisi untuk organisasi – organisasi yang ada di bawahnya. Dengan

adanya fungsi supervisi ini, KOMPSI membuat suatu sistem dan aturan kerja yang

1

Page 2: isi intisari

harus dijalankan oleh semua organisasi kemahasiswaan yang ada di Fakultas

Psikologi Unika Atma Jaya.

Walaupun fungsi supervisi ini sudah ada sejak KOMPSI terbentuk, namun

sistem dan aturan mengenai supervisi langsung KOMPSI ini baru mulai dirancang

dan dilaksanakan pada kepengurusan tahun 2007/2008. Terjadi perubahan pada

sistem supervisi yang sebelumnya hanya melalui utusan yaitu perwakilan dari

organisasi yang masuk ke dalam struktur kepengurusan KOMPSI dan bertugas

sebagai jembatan informasi antara KOMPSI dengan organisasi tersebut, menjadi

supervisi langsung. Sistem ini merupakan langkah awal dalam proses supervisi

langsung oleh KOMPSI.

Sistem supervisi KOMPSI mengatur bahwa KOMPSI mengirimkan 2 orang

supervisor untuk masing-masing organisasi, kecuali HIMAPSI. HIMAPSI selain

memiliki supervisor organisasi juga memiliki memiliki supervisor khusus untuk

setiap projectnya. KOMPSI melakukan supervisi khusus dan intensif kepada

HIMAPSI karena HIMAPSI merupakan organisasi di Fakultas Psikologi Unika

Atma Jaya yang menjawab minat secara luas dan melibatkan banyak mahasiswa

Fakultas Psikologi dalam setiap proses dalam projectnya, mulai dari seleksi

panitia sampai dengan eksekusi project. Karenanya, KOMPSI harus memastikan

bahwa dalam menjalankan setiap prosesnya HIMAPSI tidak melanggar aturan dan

sistem yang sudah dibuat oleh KOMPSI demi kepentingan mahasiswa Fakultas

Psikologi Unika Atma Jaya. KOMPSI tidak melakukan supervisi secara intensif

berdasarkan project kepada UKMFP karena selain menjawab minat spesifik,

UKMFP juga lebih banyak melakukan kegiatan internal yang tidak melibatkan

2

Page 3: isi intisari

banyak mahasiswa Fakultas Psikologi, sehingga KOMPSI hanya melakukan

supervisi secara garis besar melalui supervisi organisasi.

Kondisi yang terjadi saat ini adalah proses supervisi oleh KOMPSI belum

bisa berjalan beriringan dengan HIMAPSI dan projectnya. Pengurus dan panitia

project HIMAPSI cenderung mengabaikan keberadaan supervisor tersebut. Baik

KOMPSI maupun HIMAPSI mengidentifikasikan diri secara kuat pada organisasi

masing-masing dan melihat organisasi lain sebagai pihak luar. Padahal baik

KOMPSI maupun HIMAPSI sebenarnya sama-sama berada di bawah payung

organisasi Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya yang punya tujuan bersama yaitu

menampung aspirasi mahasiswa Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya serta

menjadi wadah untuk mengembangkan diri.

Dalam situasi tersebut, KOMPSI dan HIMAPSI melihat bahwa mereka

berasal dari kelompok yang berbeda. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Gardner, dkk (2001), organisasi secara alamiah menghadirkan hubungan antar

kelompok. Kompleksitas diferensiasi sistem sosial yang menjadi karakteristik

akibat dibaginya anggota organisasi ke dalam berbagai unit divisi, fungsi

spesialisasi, tim dan kelompok kerja, serta berbagai tingkatan status dan

kekuasaan, dengan sendirinya membawa dampak pada terjadinya hubungan antar

kelompok secara alamiah di dalam organisasi. Walaupun semua pengurus

organisasi adalah mahasiswa aktif di Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, ada

sistem keanggotaan dan sistem kerja yang membagi-bagi mahasiswa yang terlibat

ke dalam peran, fungsi, karakteristik yang spesifik dan berbeda satu dengan yang

lain potensial untuk membentuk identitas kelompok yang kuat. Dengan kata lain

3

Page 4: isi intisari

keberadaan sebagai pengurus KOMPSI ataupun HIMAPSI merupakan kelompok

sosial yang bermakna dimana mereka mengidentifikasikan diri.

Social identity merupakan bagian dari konsep diri individu yang berasal dari

pengetahuannya tentang keanggotaannya dalam suatu kelompok yang secara

signifikan memiliki nilai yang sama dan keterikatan emosi (Tajfel, 1982) Social

identity dapat didasarkan pada status demografis, peran yang dimainkan oleh

individu, keanggotaan dalam suatu kelompok sosial tertentu, atau kelompok

pekerjaan.

Ketika pengurus KOMPSI dan HIMAPSI mengidentifikasikan dirinya

secara kuat ke dalam kelompoknya dan menganggap pengurus organisasi lain

adalah kelompok yang berbeda, maka komunikasi yang terjadi diantara kedua

organisasi ini menjadi kurang efektif. Oleh karena itulah dibutuhkan strategi-

strategi dalam berkomunikasi untuk membangun kerja sama yang baik untuk

mencapai tujuan bersama. Communication Accommodation Theory (CAT)

merupakan suatu kerangka teori dalam berkomunikasi untuk mengetahui

motivasi, intensi, tingkah laku dan identitas individu yang terlibat dalam proses

komunikasi, baik dalam komunikasi interpersonal maupun komunikasi

in-group/out-group (Jones,1999). CAT juga bertujuan untuk menggambarkan

strategi-strategi yang digunakan oleh individu untuk mencapai tujuannya dalam

berkomunikasi (Jones, Gallois, Callan & Barker, 1999, dalam Dahesihsari, 2007).

Kondisi yang terjadi pada organisasi KOMPSI dan HIMAPSI merupakan

salah satu contoh kasus bagaimana hubungan antar kelompok dapat

mempengaruhi kinerja organisasi yang memiliki tujuan bersama, atau bahkan

4

Page 5: isi intisari

tergabung dalam satu payung organisasi yang sama. Berdasarkan gambaran di

atas, peneliti ingin mengetahui gambaran hubungan antara KOMPSI dan

HIMAPSI berdasarkan tinjauan Social Identity Theory, serta bagaimana strategi

komunikasi dalam Communication Accomodation Theory berperan dalam

mempengaruhi hubungan antara KOMPSI dan HIMAPSI. Peneliti melihat bahwa

organisasi di Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya Jakarta mempunyai potensi

untuk berkembang dan maju, apabila KOMPSI dan HIMAPSI menyadari bahwa

hubungan yang terjadi antar kedua organisasi selama ini mempengaruhi kinerja

organisasi, maka langkah untuk mengembangkan organisasi kemahasiswaan di

Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya dapat dilakukan dengan lebih optimal. Selain

itu, peneliti juga melihat bahwa penelitian tentang organisasi kemahasiswaan

masih jarang dilakukan, terutama yang bersinggungan dengan identitas kelompok

dan proses komunikasi yang terjadi di dalamnya.

RUMUSAN MASALAH

Bagaimana gambaran hubungan antara Komunitas Mahasiswa Psikologi dengan

Himpunan mahasiswa Psikologi di Fakultas Psikologi unika Atma jaya Jakarta

berdasarkan tinjauan Social Identity Theory dan Communication Accomodation

Theory?

5

Page 6: isi intisari

TELAAH PUSTAKA

SOCIAL IDENTITY THEORY

Organisasi secara alamiah memunculkan hubungan antar kelompok.

Pembagian anggota organisasi ke dalam berbagai unit divisi, fungsi

spesialisasi,tim dan kelompok kerja, serta berbagai tingkatan status dan kekuasaan

menjadikan diferensiasi yang kompleks pada sistem sosial yang menjadi

karakteristik individu, hal ini dengan sendirinya membawa dampak pada

terjadinya hubungan antar kelompok secara alamiah di dalam organisasi

(Gardner,dkk, 2001) yang dalam konteks penelitian ini adalah antara KOMPSI

2008/2009 dengan HIMAPSI 2008/2009.

Organisasi kemahasiswaan yang memayungi aktivitas mahasiswa Fakultas

Psikologi Unika Atma Jaya dibagi-bagi ke dalam beberapa organisasi yang lebih

spesifik dengan maksud agar kegiatan yang dilakukan dapat lebih fokus dan

mampu untuk menjawab kebutuhan mahasiswa Fakultas Psikologi. KOMPSI

sebagai organisasi tertinggi karena beranggotakan wakil mahasiswa berfungsi

sebagai pengawas organisasi lain yang ada dibawahnya, sedangkan HIMAPSI

berfungsi sebagai organisasi yang memfasilitasi minat mahasiswa. Akan tetapi,

pembagian tersebut memunculkan dampak pengkategorisasian mereka dalam

identitas kelompok yang berbeda.

Gardner,dkk (2001) mengatakan bahwa pembedaan anggota ke dalam sub-

sub divisi tertentu dimaksudkan untuk meningkatkan keefektifan organisasi dalam

mencapai tujuan organisasi. Namun di sisi lain, pembedaan ini juga memunculkan

6

Page 7: isi intisari

identifikasi yang kuat kepada kelompoknya (Social Identity). Struktur dan hierarki

di dalam organisasi dengan demikian juga sangat mudah memunculkan

kategorisasi anggota organisasi dalam in-group dan out-group (Gardner,dkk,

2001) Oleh karena itu, sangat dimungkinkan dalam konteks kerja organisasi

seperti KOMPSI 2008/2009 dan HIMAPSI 2008/2009 muncul kategorisasi

kelompok (Social Categorization) yang akan mempengaruhi interaksi dengan

organisasi lain. Selain struktur dan hierarki, hubungan antar kelompok dapat juga

dapat disebabkan oleh faktor sejarah atau intergroup history, yaitu keadaan

dimana individu di dalam suatu kelompok memandang kelompok lain sebagai

outgroupnya karena dipengaruhi oleh faktor masa lalu atau sejarah yang terjadi.

Kedua kelompok saling berkonflik bukan disebabkan karena hal yang terjadi

sekarang, melainkan karena hal yang terjadi di masa lalu (Tajfel, 1982).

Hal ini juga dapat terjadi pada hubungan KOMPSI 2008/2009 dan

HIMAPSI 2008/2009, hubungan yang kurang baik antara kedua organisasi di

masa lalu mempengaruhi hubungan saat ini. Sejarah hubungan yang tidak baik

pada akhirnya secara tidak langsung memunculkan persaingan antar kedua

kelompok atau intergroup rivalry, karena asumsi dan belief negatif tentang

prototipe organisasi lain masih terus hidup pada anggota organisasi masing-

masing hingga kini.

Social identity dapat diartikan sebagai konsep diri individu yang didasari

oleh keterlibatan emosional dan kesamaan nilai yang signifikan pada suatu

kelompok (Tajfel, 1972 dalam Hogg & Terry, 2000). Menurut Tajfel, 1972

(dalam Suzuki, 1998) inti dari pendekatan ini adalah sebuah pemikiran bahwa

7

Page 8: isi intisari

menjadi bagian suatu kelompok merupakan suatu tahapan psikologis yang terjadi

ketika seseorang melepaskan keindividuannya untuk kemudian mendapatkan

suatu identitas sosial. Hal-hal yang dapat menjadi dasar bagi seseorang untuk

mendapatkan identitas sosial adalah status sosial, pekerjaan, organisasi, peran

dalam masyarakat, dan lain sebagainya.

COMMUNICATION ACCOMMODATION THEORY (CAT)

Communication Accommodation Theory (CAT) merupakan suatu kerangka

teori dalam berkomunikasi untuk mengetahui motivasi, intensi, tingkah laku dan

identitas individu yang terlibat dalam proses komunikasi, baik dalam komunikasi

interpersonal maupun komunikasi in-group/out-group (Jones,1999). Motivasi dan

tujuan yang termasuk di dalamnya adalah mencari penerimaan dari orang lain atau

memberi sinyal-sinyal tertentu kepada anggota kelompoknya ataupun kepada

yang bukan anggota kelompoknya (Jones, 1999 dalam Willemnys, Gallois dan

Callan, 2003). CAT juga bertujuan untuk menggambarkan strategi-strategi yang

digunakan oleh individu untuk mencapai tujuannya dalam berkomunikasi (Jones,

Gallois, Callan & Barker, 1999, dalam Dahesihsari, 2007).

Approximation

Fokus dari strategi ini adalah ketika seseorang berusaha untuk menyesuaikan gaya

berkomunikasinya agar terdengar mirip dengan lawan bicaranya. Hal-hal yang

disesuaikan antara lain adalah pemilihan kata-kata yang digunakan, penggunaan

istilah, aksen berbicara dan perilaku non-verbal yang sering digunakan oleh lawan

bicaranya. Seseorang melakukan penyesuaian tersebut untuk mendekatkan diri

8

Page 9: isi intisari

maupun mencari penerimaan dari orang lain yang dalam hal ini adalah lawan

bicaranya (Willemyns, Gallois dan Callan, 2003).

Interpersonal Control

Strategi berkomunikasi dalam memposisikan dirinya dan/atau lawan

bicaranya, dalam pengaturan peran ataupun posisi masing-masing (Jones, dkk

dalam Willemyns, Gallois dan Callan, 2003). Dengan menempatkan diri sebagai

orang yang berada dalam 1 kelompok atau setara posisinya maka proses

komunikasi akan berjalan dengan lebih baik.

Discourse Management

Strategi ini biasanya diaplikasikan dalam situasi diskusi, namun dalam posisi yang

setara. Penelitian mengenai posisi atau jabatan dan komunikasi menunjukkan

bahwa individu dengan status lebih tinggi lebih sering menunjukan perilaku

seperti menginterupsi, mendominasi pembicaraan, mengatur pilihan topik dan

langsung pada inti permasalahan, dan jarang menggunakan bahasa informal

ataupun personal. Sebaliknya, individu dengan status lebih rendah menunjukan

karakter yang berbelit-belit, tidak diacuhkan, dan ragu-ragu (Jones, dkk, 1999

dalam Willemyns, Gallois dan Callan, 2003)

Relational

Strategi terbaru dalam CAT, dengan fokus pada perilaku berkomunikasi

yang mengindikasikan dukungan, empati, menganggap lawan bicara adalah

bagian dari kelompok, menilai positif lawan bicara maupun menanggapi masalah

yang ada. Sebagai contoh, dalam menanggapi masalah dengan bawahan, cara

yang positif ditunjukkan dengan membiarkan bawahan tersebut merasa aman

9

Page 10: isi intisari

dengan tidak membiarkan bawahan merasa disudutkan dengan kesalahan yang

telah diperbuat, atau memberikan umpan balik secara personal dengan cara yang

baik. (Willemyns, Gallois dan Callan, 2003).

MISCOMMUNICATION AND PROBLEMATIC TALK

Miskomunikasi dapat diartikan sebagai salah mengartikan pesan yang

diberikan oleh lawan bicara dalam sebuah percakapan atau orang yang sedang

berbicara. Miskomunikasi juga dapat terjadi pada komunikasi yang bermasalah

atau berbahaya, biasanya dapat kita temukan dalam konflik atau pidato kemarahan

(Leets & Giles, 1999 dalam William, 1999). Dalam prakteknya miskomunikasi

dapat dikategorikan ke dalam 6 level :

Level I : Kedua belah pihak sama sekali tidak menyadari adanya

miskomunikasi, tidak menyadari adanya masalah dan tidak perlu ada yang

diperbaiki

Level II : Kesalahpahaman minor atau salah membaca situasi tertentu, ada

kemungkinan disadari oleh pihak yang terlibat namun tidak dianggap penting,

dapat diperbaiki secara internal

Level III : Miskomunikasi terjadi karena kesalahan ada pada kemampuan

individu untuk berkomunikasi, cukup dirasakan oleh individu lain, bisa

diperbaiki dengan memberikan pelatihan pada individu yang bermasalah.

Level IV : Miskomunikasi terjadi karena adaanya perbedaan tujuan, kontrol,

identitas individu dan muncul pada saat interaksi normal, individu-individu

yang berinteraksi gagal untuk mencapai tujuan komunikasi, bisa diperbaiki

dengan meningkatkan hubungan interpersonal

10

Page 11: isi intisari

Level V : Miskomunikasi terjadi pada kelompok atau budaya yang berbeda

dalam bahasa, norma berkomunikasi, kesalahpahaman sudah terjadi sebelum

komunikasi dilakukan, masalah berasal dari social identity dan keanggotaan

kelompok, karena sangat disadari kelompok tidak melihat ini sebagai masalah

berarti, dapat diperbaiki dengan akulturasi atau mengakomodasi outgroup dan

mempelajari budaya kelompok

Level VI : Miskomunikasi terjadi pada level ideologi yang menghambat atau

membatasi pembicaraan, adanya kesenjangan status sosial dan power, tidak

disadari oleh pihak yang terlibat, hanya bisa diperbaiki dengan perubahan

situasi sosial.

DINAMIKA

Selama proses supervisi KOMPSI 2008/2009 kepada HIMAPSI 2008/2009

seharusnya dapat terjadi shared identity sebagai bagian dari organisasi

kemahasiswaan Fakultas Psikologi. Namun yang lebih potensial terjadi adalah

hubungan antar kelompok karena adanya intergroup history yang mengakibatkan

intergroup rivalry diperkuat dengan sedikitnya interaksi dan komunikasi.

Kurangnya komunikasi semakin menonjolkan adanya jarak antar kedua

organisasi. Jarak ini terbentuk karena identifikasi yang kuat kepada masing-

masing kelompok, dan memunculkan kategorisasi sosial antar kelompok pada

individu-individu yang terlibat di dalamnya. Selain itu, posisi sebagai supervisor

dan supervisee juga semakin menonjolkan jarak antar kedua organisasi. Ketika

identifikasi individu di dalam KOMPSI 2008/2009 dan HIMAPSI 2008/2009

menjadi kuat maka hubungan antar kelompok akan mungkin terjadi. Hubungan

11

Page 12: isi intisari

antar kelompok ini ditandai dengan in-group dan outgroup categorization. Ketika

terjadi hubungan antar kelompok dalam konteks supervisi KOMPSI 2008/2009 ke

HIMAPSI 2008/2009, strategi-strategi dalam Communication Accomodation

Theory dapat berperan untuk memperlebar jarak antara dua organisasi ataupun

menjembatani jarak tersebut.

12

Page 13: isi intisari

METODE PENELITIAN

JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang berusaha untuk

memperoleh gambaran sistematis atas suatu kondisi yang terjadi di dalam suatu

kelompok tertentu (Hidajat, 2007). Dalam penelitian ini kondisi yang akan

digambarkan adalah gambaran hubungan serta proses komunikasi yang terjadi

antara pengurus Komunitas Mahasiswa Psikologi (KOMPSI) dengan pengurus

Himpunan Mahasiswa Psikologi (HIMAPSI) di Fakultas Psikologi Unika Atma

Jaya Jakarta.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, yaitu

pendekatan yang mencoba menerjemahkan pandangan-pandangan dasar

interpretif dan fenomenologi (Sarantakos,1993 dalam Poerwandari,1998).

SAMPEL PENELITIAN

Peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel kasus tipikal, yaitu

kasus yang diambil adalah kasus yang dianggap mewakili kelompok normal dari

fenomena yang diteliti (Poerwandari,1998). Dalam proses supervisi KOMPSI

2008/2009 ke HIMAPSI 2008/2009, ada 11 orang pengurus KOMPSI dan 20

orang pengurus HIMAPSI yang terlibat. Awalnya peneliti mengambil sampel 7

orang untuk masing-masing pengurus KOMPSI dan HIMAPSI, namun karena

keterbatasan jadwal dan teknis pada akhirnya peneliti hanya menggunakan 4

orang pengurus sebagai sampel untuk FGD dan wawancara mendalam. Sedangkan

13

Page 14: isi intisari

untuk pengurus HIMAPSI peneliti menggunakan 6 orang pengurus HIMAPSI

2008/2009 sebagai sampel dalam FGD dan 1 orang ketua HIMAPSI 2007/2008.

Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa orang yang terpilih menjadi sampel

merupakan representasi dari KOMPSI 2008/2009.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

a. Focus Group Discussion (FGD)

Focus Group Discussion merupakan suatu bentuk diskusi terarah yang

melibatkan responden dengan karakteristik tertentu yang dibagi ke dalam

beberapa kategori (Krueger,1986). Peneliti menggunakan teknik ini untuk

menggali data dari pengurus KOMPSI 2008/2009 dan pengurus HIMAPSI

2008/2009 mengenai proses komunikasi yang terjadi selama proses supervisi.

b. Wawancara mendalam

Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk

mencapai tujuan tertentu (Poerwandari, 1998). Peneliti akan menggunakan

pendekatan wawancara dengan pedoman umum, yaitu menggunakan pedoman

yang sangat umum, yang mencantumkan aspek – aspek yang dibahas sekaligus

menjadi daftar checklist (Poerwandari, 1998). Peneliti memperdalam isu umum

yang dialami oleh pengurus KOMPSI maupun HIMAPSI, yaitu pengalaman

bekerja sama dengan KOMPSI atau HIMAPSI, selanjutnya peneliti akan

mengabolarasi jawaban subyek tersebut sebagai pertanyaan lanjutan.

14

Page 15: isi intisari

HASIL dan KESIMPULAN

HASIL

Hasil penelitian ini secara umum menggambarkan adanya jarak yang

terbentuk dalam hubungan KOMPSI 2008/2009 dan HIMAPSI 2008/2009 yang

disebabkan oleh intergroup history yang memunculkan intergroup rivalry,

perbedaan cara kerja dan sudut pandang, kurangnya interaksi dan komunikasi

antar kedua organisasi. Jarak ditandai dengan adanya ingroup biased,

berkomunikasi dengan asumsi dan belief atau persepsi negatif antar pengurus

kedua organisasi. Supervisi langsung oleh KOMPSI merupakan salah satu upaya

dalam membuat jalur komunikasi formal organisasi yang sebelumnya tidak ada,

namun hal ini belum berjalan dengan efektif, dan belum ada penanganan lebih

lanjut. Meskipun begitu, dalam tingkat individu ada pengurus yang mencoba

untuk berkomunikasi melakukan strategi komunikasi dalam Communication

Accomodation Theory, seperti discourse management dan interpersonal control.

Strategi berkomunikasi yang dilakukan oleh pengurus secara individu inilah yang

dalam praktik di lapangannya dapat menjembatani atau memperuncing jarak

antara KOMPSI 2008/2009 dan HIMAPSI 2008/2009

KESIMPULAN

Penelitian ini menggambarkan adanya hubungan antar kelompok yang

ditandai oleh persepsi-persepsi negatif pengurus dalam organisasi Komunitas

15

Page 16: isi intisari

Mahasiswa Psikologi (KOMPSI) maupun Himpunan Mahasiswa Psikologi

(HIMAPSI) terhadap organisasi lainnya, meskipun sama-sama di bawah payung

organisasi kemahasiswaan di Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya. Persepsi

negatif tersebut muncul karena adanya intergroup history sehingga menciptakan

intergroup rivalry antar keduanya yang terus terpelihara sampai sekarang. Sampai

dengan laporan penelitian ini dibuat tidak pernah ada yang tahu secara pasti

masalah sebenarnya yang terjadi antar kedua organisasi. Namun, keyakinan

tersebut terpelihara kuat di seluruh pengurus. Kurangnya interaksi antar pengurus

kedua organisasi semakin menguatkan persepsi negatif yang sudah terbentuk,

trust yang tidak terbangun satu sama lain pada akhirnya mempertegas hubungan

antar kelompok.

Dari hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa KOMPSI dan HIMAPSI

belum memiliki jalur komunikasi formal organisasi yang efektif, bahkan dalam

jalur informal sekalipun kedua pengurus hampir tidak pernah berkomunikasi.

Supervisi langsung oleh KOMPSI merupakan salah satu bentuk jalur komunikasi

formal organisasi, namun sayangnya hal ini juga belum berjalan dengan efektif,

dan belum ditindaklanjuti oleh pihak KOMPSI dan HIMAPSI. Pengurus KOMPSI

dan HIMAPSI hampir tidak pernah berinteraksi di luar urusan organisasi, pada

akhirnya berkomunikasi berdasarkan asumsi masing-masing sesuai dengan

prototipe organisasi lain yang diyakini oleh masing-masing pengurus. Hal inilah

yang menyebabkan jarak antar kelompok semakin lebar dan sulit untuk

dijembatani. Walaupun begitu, peneliti melihat bahwa ada strategi-strategi

komunikasi yang dilakukan oleh individu-individu dalam KOMPSI maupun

16

Page 17: isi intisari

HIMAPSI. Strategi yang dapat mengakomodasi jarak antar kelompok antara lain

adalah :

a. Interpersonal control, dimana anggota KOMPSI menempatkan diri

sebagai teman sehingga menimbulkan suasana nyaman bagi anggota

HIMAPSI

b. Discourse management, terjadi ketika anggota KOMPSI mampu

untuk memahami kebutuhan anggota HIMAPSI untuk didengarkan

dan diawasi perkembangannya namun tidak mengganggu proses.

Sedangkan strategi komunikasi yang tidak dapat mengakomodasi jarak

antara lain yaitu contra discourse management. Hal ini terjadi ketika anggota

HIMAPSI merasa bahwa anggota KOMPSI sebagai organisasi yang lebih tinggi

tidak dapat memberikan informasi secara menyeluruh, sehingga anggota

HIMAPSI merasa terabaikan dan kurang informas. KOMPSI yang selama ini

tidak pernah terlibat langsung dan cenderung diabaikan oleh HIMAPSI dan

UKMFP kemudian menugaskan supervisor untuk masuk ke dalam organisasi.

Posisi supervisor kemudian dapat terlihat sebagai salah satu cara untuk

menyamakan kedudukan dengan HIMAPSI dan UKMFP. Anggota KOMPSI yang

terlalu kaku dalam menjalankan tugas, membuat anggota HIMAPSI dan

organisasi lain merasa diawasi dan tidak dipercaya sehingga menimbulkan

perasaan tidak nyaman

17

Page 18: isi intisari

DISKUSI dan SARAN

DISKUSI

Struktur organisasi yang ada serta pembagian peran dalam lingkup yang

berbeda membuat KOMPSI dan HIMAPSI berjalan sendiri-sendiri, walaupun

memiliki tujuan bersama. Sejak awal berdiri KOMPSI dan HIMAPSI memiliki

sejarah hubungan yang kurang baik, masing-masing organisasi ingin

menunjukkan eksistensinya pada masyarakat psikologi, sehingga pada akhirnya

memunculkan persaingan antar organisasi. Persepsi-persepsi negatif yang muncul

antar individu dalam KOMPSI maupun KOMPSI tidak semata disebabkan karena

sejarah dan persaingan, berdasarkan hasil wawancara dan FGD peneliti

menemukan bahwa pemahaman anggota KOMPSI dan HIMAPSI terhadap tujuan

organisasi masih sangat minim. Pengurus KOMPSI dan HIMAPSI tidak

sepenuhnya paham tujuan awal mengapa KOMPSI dan HIMAPSI terbentuk, dan

bagaimana seharusnya organisasi kemahasiswaan yang ada saling bersinergi satu

sama lain.

Seperti yang sudah dijelaskan pada BAB IV, persepsi negatif memunculkan

perilaku berkomunikasi dengan asumsi oleh masing-masing pengurus organisasi.

Berkomunikasi dengan asumsi dilakukan tanpa disadari oleh kedua pengurus

organisasi, prototipe yang sudah melekat kuat membuat masing-masing merasa

tidak perlu melakukan konfirmasi kepada pihak yang bersangkutan. HIMAPSI

sudah terbiasa dengan pemikiran bahwa KOMPSI tidak mengerti kondisi

lapangan dan tidak lebih ahli dibandingkan HIMAPSI. Sedangkan di mata

18

Page 19: isi intisari

KOMPSI, HIMAPSI sudah pasti akan menutupi kesalahan yang terjadi di

lapangan dan mencari celah yang mungkin dapat lolos dari pengawasan KOMPSI.

Pada saat ini sebenarnya KOMPSI, HIMAPSI dan UKMFP sudah mau

mencoba untuk memperbaiki hubungan dengan berkomunikasi lebih intensif

melalui supervisor dan pertemuan non-rutin ketua organisasi. Namun sayangnya,

hal ini tidak didukung dengan kemampuan dalam berkomunikasi dan memilih

strategi berkomunikasi yang tepat. Sebagai contoh, supervisor KOMPSI tahu

bahwa sebagian besar diantara mereka dianggap outgroup oleh panitia project

HIMAPSI karena tidak kenal dan bingung harus memposisikan diri seperti apa,

namun mereka sebagai supervisor memilih untuk menjauh dan menurunkan

intensitas menghadiri rapat daripada mendekatkan diri dengan kepada panitia atau

yang dalam Communication Accomodation Theory bisa dikategorikan dalam

melakukan strategi interpersonal control. Walaupun ada yang dapat mendekatkan

diri kepada panitia project hal itu lebih disebabkan karena hubungan interpersonal

yang sudah terjalin sebelum menjadi supervisor dan supervisee.

Selain kemampuan berkomunikasi, para supervisor KOMPSI juga tidak

dibekali dengan kemampuan untuk berperan sebagai mentor bagi project

HIMAPSI, akibatnya, pengurus HIMAPSI dan panitia project cenderung

mengabaikan supervisor KOMPSI karena dianggap tidak lebih paham mengenai

kondisi lapangan dan hanya berperan sebagai pengawas bukan mentor.

Di sisi lain, pengurus HIMAPSI juga tidak mau memahami bahwa sistem

supervisi langsung KOMPSI merupakan hal baru yang membutuhkan banyak

penyesuaian dan umpan balik, sehingga akan sangat mungkin dalam praktiknya di

19

Page 20: isi intisari

lapangan masih terdapat banyak kekurangan. Jika pengurus HIMAPSI mampu

melakukan strategi discourse management pada Communication Accomodation

Theory yaitu memahami kebutuhan supervisor KOMPSI yang masih

menyesuaikan diri dan perlu diberikan toleransi yang lebih besar, maka hubungan

KOMPSI dan HIMAPSI akan lebih dekat dan jarak akan terjembatani.

SARAN

Penelitian ini mengungkap fenomena internal organisasi kemahasiswaan di

Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya dimana peneliti juga terlibat di dalamnya

sebagai ketua HIMAPSI periode 2008/2009, hal ini membuat peneliti

terkadang sulit untuk memposisikan diri sebagai pihak yang netral. Untuk

penelitian serupa berikutnya diharapkan peneliti selalu memastikan bahwa data

yang dimasukan sebagai data penelitian objektif dan tidak memasukan

pendapat pribadi ke dalam penelitian.

Fenomena internal yang diangkat juga banyak memunculkan istilah-istilah

khas organisasi yang tidak umum, oleh karena itu peneliti harus memastikan

semua istilah yang digunakan dalam laporan penelitian dapat dipahami oleh

pembaca.

Implikasi praktis yang dapat peneliti berikan untuk organisasi kemahasiswaan

di Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya secara umum dan KOMPSI –

HIMAPSI secara khusus adalah :

1. Mengadakan pertemuan-pertemuan rutin non-rapat untuk saling mengenal

pengurus organisasi lain sehingga dapat mereduksi persepsi negatif.

20

Page 21: isi intisari

2. Membuat jalur informasi formal maupun informal secara baku dan disetujui

oleh semua pihak yang terlibat, dan tidak terjebak oleh jalur birokratis yang

kaku.

3. Memberikan pelatihan komunikasi akomodatif kepada supervisor KOMPSI

maupun utusan HIMAPSI untuk KOMPSI

4. Memberikan pelatihan mentorship kepada supervisor KOMPSI, agar dapat

menjalankan perannya dengan lebih maksimal.

21

Page 22: isi intisari

DAFTAR PUSTAKA

Boggs, C. & Giles.H (1999). “The canary in the coalmine” : The nonaccomodation cycle in the gendered workplace”. International Journal of Applied Linguistic, Vol.9, No.2.

Dahesihsari, R. (2007, Agustus). Communication in an organization: An intergroup approach. Makalah disampaikan dalam Conference Proceeding, I/O Psychology at The Crossroad: Diversity in I/O Psychology Practices, Jogjakarta, 9-11 Agustus 2007

Dahesihsari, R. (2008). Pengembangan Iklim Organisasi yang Kondusif melalui Pengelolaan Hubungan antar Kelompok dalam Organisasi. Dalam B.P. Riyanti & R. Dahesihsari (Eds), Kajian Perilaku Kerja dan Perilaku Organisasi Konteks Indonesia, dari Tantangan Global hingga Keunggulan Lokal. (h 113-133). Jakarta : Fakultas Psikologi Unika Atmajaya

Hidajat,L.L. (2007). Panduan Penyusunan dan Penulisan Skripsi. Jakarta : Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya

Hogg, M.A. & Terry, D.J (2000). Social Identity and Self-Categorization Processes in Organizational Context. University of Queensland : Academy of Management Review

Gardner,J,et al. (2001). Communication in Organizations: As an Intergroup Perspective. In W.P. Robinson., & H.Giles. (eds). The New Handbook of Language and Social Psychology. ( pp.561-581).West Sussex, England : John Wiley and Sons Ltd.

Jones, E., Gallois, C., Callan, V., & Barker, M. (1999). Strategies of accommodation: Development of a coding system for conversational interaction. Journal of Language and Social Psychology, 18(2), 123-152

Komunitas Mahasiswa Psikologi (2008). Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (Rev. kepengurusan 2008/2009). Disosialisasikan pada Rapat AD/ART Organisasi, Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, Jakarta, Maret 2008

Krueger, Richard. A. (1988). Focus Groups a Practical Guide for Applied Research. California : Sage Publications.

Kumar, R. (1996). Research Methodology: A Step By Step Guide For Beginners. London : Sage Publications.

Patton, M. Q. (2002). Qualitative research & evaluation methods. London: Sage Publications.

Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI.

22

Page 23: isi intisari

Riyanti, B.P. & R. Dahesihsari (Eds), Kajian Perilaku Kerja dan Perilaku Organisasi Konteks Indonesia, dari Tantangan Global hingga Keunggulan Lokal. Jakarta : Fakultas Psikologi Unika Atmajaya

Tajfel, H. (1982). Social Psychology of Intergroup Relations. Inggris : Annual Review Psychology. 33 : 1-39.

Willemyns,M., Gallois, C. & Callan, V. (2003) Trust me, I’m your boss : Trust and Power in supervisor – supervisee communication. International Journal of Human Resource Management, 14:1, 117 - 127

Williams, A. (1999). Communication Accomodation Theory and misscomunication : issue of awareness and communication dillemas. International Journal of Applied Linguistic, Vol.9, No.2.

23