1
ASOSIASI, KLASIFIKASI, DAN STRUKTUR VEGETASI POHON
DATARAN RENDAH DI HUTAN TAMAN NASIONAL GUNUNG
RINJANI NUSA TENGGARA BARAT (NTB)
SKRIPSI
Oleh
Jubaidin
NIM: 15.1.12.5.075
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2016
2
ASOSIASI, KLASIFIKASI, DAN STRUKTUR VEGETASI POHON
DATARAN RENDAH DI HUTAN TAMAN NASIONAL GUNUNG
RINJANI NUSA TENGGARA BARAT (NTB)
Skripsi
Diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram
untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Jubaidin
NIM: 15.1.12.5.075
JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2016
3
5
6
7
MOTTO
:
“Dan kami hamparkan bumi itu dan kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan kami
tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata” (QS.Qaaf 50:7 )1
PERSEMBAHAN:
Karya tulis ilmiah ini ku persembahkan pada:
1. Ibunda fatimah dan Ayahandaku tercinta Raidin yang tanpa lelah meneteskan
keringatnya untuk selalu memenuhi kebutuhan, mendidik, mengajari,
menasehati dan mendo’akan kesuksesan dan keselamatan untukku disetiap
waktu. Ku persembahkan karya kecilku ini untukmu, semoga ini menjadi awal
kesuksesanku untuk bisa membahagiakan dan membanggakanmu selamanya.
2. keluarga besarku, Sudirman, Rusdin, Ramli, Juminah dan keluarga IAIN
khususnya Jurusan Pendidikan IPA Biologi.
3. Teman-temanku Uswatun Hasanah, S.Pdi, Irsad AL Fahmi, S.Pd, Herman
Zuhdi, S.Pd, Muhammad Faisal, S.Pd, Aswadi, S.pd, Ahmad Azrin, S.pd dan
yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu terimakasih atas bantuan yang teleh
kalian berikan pada aku sehingga dapat menyelesaikan studiku
4. Almamaterku tercinta dan kampus tercinta
1 Al Qur’an dan Terjemahan. Surah Qaaf ayat 7
8
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan
nikmat kesehatan dan kesempatan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam tidak lupa peneliti haturkan kepada
Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah memperjuangkan Islam, sehingga kita
bisa merasakannya sampai saat ini. Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian
skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu pada kesempatan ini peneliti menyampaikan banyak terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Suhirman, M.Si selaku pembimbing I dan ibuk Dwi Wayudiati, M.Pd
selaku pembimbing II yang dengan sabar dan penuh tanggung jawab dalam
membimbing saya sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.
2. Semua Dosen Jurusan Pendidikan IPA Biologi yang sudah bersedia
mendidik, membekali dan menularkan ilmu yang sangat bermanfaat untuk
kehidupan saya kedepannya.
3. Semua pihak yang telah membantu peneliti menyelesaikan skripsi ini yang
tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penelitian selanjutnya.
Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan
bagi peneliti pada khususnya, Amin Yaa Robbal Alamin
Mataram, November 2016
Peneliti
9
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.......................................................... iv
HALAMAN NOTA DINAS ............................................................................ vii
PERNYATAAN KEASLIAN.......................................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vii
HALAMA PERSEMBAHAN ......................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian ............................................................................... 1
B. Fokus Masalah ..................................................................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 4
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian................................................ 5
E. Telah Pustaka ....................................................................................... 6
F. Kajian Pustaka...................................................................................... 8
G. Kerangka Teoritik ................................................................................ 22
10
H. Metode Penelitian................................................................................. 24
I. Sistematika Penulisan .......................................................................... 31
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Letak Geografis .................................................................................... 34
B. Hasil Penelitian .................................................................................... 35
BAB III PEMBAHASAN
A. Asosiasi Vegetasi ................................................................................. 43
B. Klasifiikasi Vegetasi ............................................................................ 47
C. Struktur Vegetasi.................................................................................. 49
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN .................................................................................... 51
B. SARAN ................................................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
11
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Tahap persiapan ....................................................................... 28
Tabel 1.2 : Tahap pelaksanaan ................................................................... 28
Tabel 2.1 : Asosiasi Vegetasi ..................................................................... 35
Tabel 2.2 : Klasifiasi Vegetasi ................................................................... 37
Tabel 2.4 : Struktur Vegetasi stasiun 1 ...................................................... 40
Tabel 2.4 : Struktur Vegetasi stasiun 2 ...................................................... 41
12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Desain plot pengamatan stasiun 1 .......................................... 26
Gambar 1.1 Desain plot pengamatan stasiun 2 .......................................... 26
Gambar 2.1 Peta lokasi penelitian.............................................................. 34
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data dokumentasi hasil penelitian ........................................ 54
Lampiran 2 : Jadwal penelitian .................................................................. 55
Lampiran 3 : Fotokopi surat ijin penelitian dari BAPPEDA Praya ........... 56
Lampiran 4 : Fotokopi surat ijin penelitian dari kantor desa Aik Berik .... 57
Lampiran 5 : Kartu konsul pembibing I ..................................................... 58
Lampiran 6 : Kartu konsul pembibing II................................................... 59
14
ASISIASI, KLASIFIKASI DAN STRUKTUR VEGETASI POHON
DATARAN RENDAH DI HUTAN TAMAN NASIONAL GUNUNG
RINJANI NUSA TENGGARA BARAT (NTB)
Oleh:
Jubaidin
151.1.25.075
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui “Asosiasi,
Klafisikasi, Dan Strukrur Vegetasi Pohon Didataran Rendah Hutan
Taman Nasional Gunung Rinjani”. Objek penelitian adalah seluruh
vegetasin tingkat pancang, tingkat tiang, dan tingkat pohon yang
terdapat di dataran rendah Hutan Taman Nasional Gunung Rinjani di
resort Aik Berik Benang Stokel Benang Kelambu kecamatan Batu
Keliang Utara kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat
(NTB). Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu mengunaka
metode kualitatif diskriptik. Tehnik pengambilan data yaitu
mengunakan tehnik garis berpetak (plot). Hasil penelitian yang
didapatkan terdapat 61 jenis spesies pohon dengan jumlah pohon
yang ditemukan 826 pohon. pembahasan asosiasi, klasifikasi, dan
struktur vegatasi pohon, asosiasi tingkat pohon mendapatkan 399
poho, tingkat tiang mendapatkan 250 pohon, dan tingkat pancang
mendapatkan 254 pohon. Klasifikasi mengunakan ukuran diameter
pohon yang dijadikan patokan klasifikasi. Srtuktur vegetasi dibagi
dalam dua stasiun, stasiun pertama terdiri 12 plot pengamatan dan
stasiun dua terdiri dari 13 plot pengamatan. Kesimpulan hasil
penelitian ini asosiasi 826 pohon. klasifikasi untuk tiang memiliki
ukuran diameter rata-rata 15 cm, pohon inti memiliki ukuran
diameter rata-rata 45 cm dan pohon besar memiliki ukuran diameter
rata-rata 85 cm. Struktur vegetasi dibagi menjadi dua stasiun, stasiun
pertama mendapatkan 44 jenis pohon dengan jumlah pohon yang
didapatkan 369 pohon, stasiun kedua mendapatkan 57 jenis pohon
debgan jumlah pohon yang didapatkan 457 pohon. pohon yang
dominan ditemukan adalah dadap (Erytriana suburmbaranns),
Lembokek (Ficus septica), Sonokeling (Pterecarpus indicus),
Mahoni (Swietenia macrophylla king), Anggrung (Trema orientalis),
dan Benuang (Duabanga moluccana).
Kata Kunci : Asosiasi, Klasifikasi dan Struktur Vegetasi Pohon
15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Berdasarkan fenomena-fenomena yang nyata di dunia kehutanan
sejak di promosikan tahun 1970 pemanfaatan hutan lebih diarahkan untuk
pemenuhan kepentingan industri dan ekspor, tetapi dalam penyelolahan
tersebut tidak dapat dilihat nilai-nilai yang lain, seperti konservasi
(pelestarian, pemanfaatan, dan pengawetan) dan ekologi. Akibat dari
kebijakan dan menejemen yang tidak bertangungn jawab terjadi deforestasi
secara besar-besaran sehinga fungsi hutan menurun.2
Perlindungan dan pelestarian alam di Indonesia dilaksanakan antara
lain dengan penujukan tempat-tempat tertentu sebagai Taman Nasional, salah
satu tempat yang telah ditentukan sebgai Taman Nasional di Nusa Tenggara
Barat (NTB) adalah Taman Nasional Gunung Rinjani dengan hutan tropis
dataran rendah merupakan salah satu bagian dari kawasan ini.
Pengembangan dan pengelolaan Taman Nasional Gunung Rinjani
secara keseluruhan, tidak hanya satwa yang perlu diperhatikan tetapi juga
habitatnya, dengan demikian sangatlah diperlukan informasi ekologi yang
benar menyenai habitat satwa di wilayah yang bersangkutan, hubungan
dengan hutan tropis daratan rendah, informasi yang diperlukan adalah
komposisi jenis, dominasi, penyebaran maupun asosiasi, klasifikasi dan
stuktur vegetasi pohon didataran rendah Hutan Taman Nasional Gunung
Rinjani Nuasa Tenggara Barat (NTB). Jeni-jenis vegetasi yang terdapat pada
2 San Fri Awan . Politik kehutanan Masyarakat, (Yokyakarta: Kreasi wacana, 2003), hal 171
16
hutan tropis pengunugan di Taman Nasional Gunung Rinjani antara lain
Bajur (Pterospermum javanicum), Kukun (Sehrutenia ovata), Cemara gunung
(Casuarina trifolia), Garu (Disoxylum spp), Benuang (Duahanga
molluccana), Kemiri (Auleurites molluccana), Beringin (Ficus superba),
Suren (Toona sureni).3
Vegetasi dataran rendah memiliki keunikan tersendiri, dua
karakteristik yang membedakan hutan dataran rendah dengan bioma
teresterial lainya adalah tingginya kerapatan jenis pohon dan status konservasi
tumbuhannya yang hampir sebagian besar dikategori jarang secara lokal.
Komposisi jenis tumbuhan dan keanekaragaman tumbuhan di hutan
tergantung pada beberapa faktor lingkungan seperti kelemban, nutrisi, cahaya
matahari, dan karateristik tanah4.
Dataran rendah Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani
memiliki dua macam sumber daya alam utama yang perlu mendapatkan
pengelolaan yang serius dalam penyelolaannya, yaitu sumber daya alam
hayati dan sumber daya alam nir hayati. Sumber daya alam hayati terdiri
unsur-unsur flora, fauna, dan ekosistemnya, sedangkan sumber daya alam nir
hayati terdiri dari unsur-unsur tanah dan air.
Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani berada dalam tiga
Kabupaten yaitu Lombok Utara seluas 12.357,67 Ha yang dibagi dalam tiga
pengolahan yaitu resort: Anyar, Santong dan Senaru, Lombok Tengah seluas
6.819,45 Ha dengan Resort Aik Berik Benang Stokel, Lombok Timur seluas
3 Raba, Manggaukang. Fakta-Fakta Tentang Nusa Tengara Barat. (Lombok:buginvil mataram,
2002). hal. 158 4
Agung kurniawan, Asosiasi Pohon Dataran Rendah Cagar Alam Tangkoko Sulawesi ,
(Sulawesi 2008), Hal 1
17
22.152,88 Ha dengan lima Resort yaitu: Joben, Aikmel, Kembang kuning,
Sembalun, dan Steling serta beberapa pos jaga.5
B. Fokus Masalah dan Batasan Masalah
1. Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka fokus penelitian yang
dapat disusun peneliti adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana Asosiasi vegetasi pohon dataran rendah di Hutan
Taman Nasional Gunung Rinjani?
b. Bagaimana klasifikasi vegetasi pohon dataran rendah di Hutan
Taman Nasional Gunung Rinjani ?
c. Bagaimana struktur vegetasi pohon dataran rendah di Hutan
Taman Nasional Gunung Rinjani?
2. Batasan Masalah
Kajian penelitian ini terbatas pada Asosiasi, klasifikasi, dan sruktur
vegetasi pohon dataran rendah yang terdapat di Hutan Taman Nasional
Gunung Rinjani, yang akan dilaksanakan di resort Aik Berik Benang
Stokel dan Benang Kelambu Lombok Tengah dan mengembangkam hasil
penelitian supaya dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan
penelitian selanjutnya.
5 Iqbal dan Heriyadi. Gunungapi Nusa Tengara Barat. (Dinas Pertambagan dan Energi: Mataram
2003), hal. 32-33
18
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan konteks dan fokus penelitian kaulitatif, maka tujuan dan
manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk megatahui Asosiasi vegetasi pohon dataran rendah di Hutan
Taman Nasional Gunung Rinjani!
b. Untuk mengatahui klasifikasi vegetasi pohon dataran rendah di Hutan
Taman Nasional Gunung Rinjani!
c. Untuk mengetahui struktur vegetasi pohon dataran rendah di Hutan
Taman Nasional Gunung Rinjani!
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberi informasi tentang asosiasi
vegetasi pohon yang ada di kawasan Hutan Taman Nasional Gunung
Rinjani.
b. Manfaat Praktis
1) Dengan penelitian ini diharapkan dapat merangsang penelitian
selanjutnya untuk mengankat penelitian yang sama
2) Dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan penelitian
selanjutnya.
3) Data dari hasil penelitian ini dapat dijadikan pengatahuan dan
pengelaman baru bagi peneliti guna dijadikan studi banding pada
masa yang akan datang.
19
D. Ruang Lingkup dan Seting Penelitian
1. Ruang Lingkup
Asosiasi, klasifikasi, dan struktur vegetasi pohon dataran
rendah di Hutan Taman Nasional Gunung Rinjani Nusa Tengara Barat
(NTB). Yang mana peneliti maksud adalah dataran rendah Taman
Nasional Gunung Rinjani yang akan dijadikan ruang lingkup penelitian,
secara umum Area Hutan Gunung Rinjani meliputi 4 (empat) kabupaten
yaitu Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah, dan Lombok
Timur, dari empat area tersebut kabupaten Lombok Tengah yang akan
dijadikan ruang lingkup penelitian.
2. Seting Penelitian
Seting penelitian berarti latar belakang dan tempat yang dijadikan
lokasi penelitian. Adapun seting penelitian ini akan dilaksanakan di
dataran rendah Hutan Taman Nasional Gunung Rinjani di Resort Aik
Berik Benang Stokel Benang Kelambu desa Aik Berik kecamatan
Batukeliang Utara kabupaten Lombok Tengah yang digunakan sebagai
tempat studi penelitian lapangan.
20
E. Telaah Pustaka
Penelaahan pustaka dilakukan untuk menjelaskan posisi penelitian
yang sedang dilaksanakan (state of affairs) di antaranya hasil-hasil
penelitian dan/atau buku-buku terdahulu yang bertopik senada (prior
research on the topic).6
Adapun karya-karya yang memiliki pembahasan
yang sama dengan penelitian ini diantaranya:
1. Sodiqin Azis: Inventarisasi jenis pohon di Hutan Taman Nasional
Gunung Rinjani, tempat penelitannya di resort joben Lombok Timur.
Berdasarkan hasil data yang telah diuraikan, maka penulis menarik
kesimpulan tentang penelitian ini sebagai berikut: berbagai jenis pohon
di Hutan Taman Nasional Gunung Rinjani terdapat 44 jenis pohon..
Indeks keanekaragaman jenis pada setiap tingkat pohon yang ada
dikawasan hutan Resort Joben termasuk tinggi karena semua nilainya
lebih besar. Untuk tingkat pancang ada 30 jenis dan tingkat tiang 27
jenis.7
2. Akbar Arafah Embo, Roni Koneria, Saroyoa, dan Adelfia Papu:
Inventarisasi dan Asosiasi Jenis Pohon Pada Cagar Alam Gunung
Ambang, Sulawesi Utara. Berdasarkan hasil data yang telah diuraikan,
maka penulis menarik kesimpulan tentang penelitian ini sebagai berikut:
Berdasarkan hasil yang didapat maka dapat disimpulkan bahwa jenis
pohon penyusun hutan Gunung Ambang terdiri dari 38 jenisyang
termasuk dalam 22 suku. Pohon-pohon yang menyusun vegetasi pada
6 Team penulis, Pedoman Penulisan Skripsi, (IAIN:Mataram,2015), hal. 15. 7
Sodiqin Azis, Infentarisasi Jenis Pohon di Hhutan Taman Nasional Gunung Rinjani” (skipsi,
IKIP Mataram, 2014), hal 43.
21
hutan primer terdiri dari 37 jenis dan 22 suku. Pada hutan sekunder
tersusun dari 28 jenis dan 18 suku. Jenis pohon yang paling
mendominasi di setiap lokasi pengamatan adalah dari suku
Magnoliaceae dan Arecaceae.8
3. Bintoro dan Idriyanto, vegetasi anakan spesis pohon di rumpang hutan
Way Kanan Taman Nasional Way Kambas Lampung untuk
mengatahuai spesies-spesies anakan pohon dan jumlahnya. Diketahui
hasil penelitian bahwa di rumpang-rumpang hutan Way Kanan Taman
Nasional Way Kambus Lampung terdapat 22 spesies anakan pohon
antara lain, ampelas (cetlis sumatrana), jambon (eugenis spp), kenanga
(cananga odorata), sempur air (dillenia excelsa), meranti (shirea spp),
lada (cinnamomum parthenocylom), nangka (arthocarpus sp), beruas
(garcinia celebica) dan lain-lain, adapun anakan pohon yang dominan
adalah beruas dengan indeks ninali penting (INP = 29,12%).9
4. Perbedaan penelitian saya sama peneliltian sebelumnya adalah tempat
penelitian dan waktu penelitian berbeda, adapun kesamaanya adalah
sama-sama melukan invetentarisasi atau asosiasi vegetasi pohon di
hutan dan mengunakan desain penelitian mengunakan plot untuk
memgumpulkan data.
8 Akbar Arafan Embo, Dkk. “Inventarisasi asosiasi Jenis Pohon Pada Cagar Alam Gunung
Ambang, Sulawesi Utara” (jurnal, Unsrat Manado, 2005), hal. 118. 9
Indriyanto, Ekologi Hutan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal.164-165
22
F. Kajian Pustaka
1. Asosiasi Vegetasi
Asosiasi adalah suatu tipe komunitas yang khas, menjadi perkumpulan
besar atau kumpulan seluruh tumbuhan yang ditemukan dengan kondisi yang
sama dan berulan dibeberapa lokasi.10
Spesies tumbuhan yang harus hidup menumpang pada tumbuhan lain,
ada pula yang membutuhkan naungan dari tumbuhan lain untuk hidup,
sehingga mereka dapat tumbuh berdampingan membentuk sebuah komunitas
hutan. Hubungan ketertarikan untuk tumbuh bersama ini dikenal dengan
asosiasi, yang dapat bersifat positif, negatif, atau tidak berasosiasi. Asosiasi
positif terjadi bila suatu jenis tumbuhan hadir bersamaan dengan jenis
tumbuhan lainnya; atau pasangan jenis terjadi lebih sering daripada yang
diharapkan. Asosiasi negatif terjadi bila suatu jenis tumbuhan tidak hadir
bersamaan dengan jenis tumbuhan lainnya; atau pasangan jenis terjadi kurang
daripada yang diharapkan.11
Hutan mrupakan kumpulan atau asosiasi dari pohon dan menutup areal
yang cukup luas, sehinga dapat membuk iklim mikro dengan kondisi ekologis
yang khas. Berdasarkan undang-udang No. 41 tahun 1999 menyatakan bahwa
hutan dalah kesatuan ekosestem berupa hamparan lahan berisi sumber daya
10
Agung Kurniawan. Asosiasi Jenis-Jenis Pohon Dominan (Bali: Eka Kariya, 2008), hal 10 11
Amnita Masari. Asosiasi Eboni Dengan Jenis-Jenis Pohon Dominan (Manado: Balai
Kehutanan Manado, 2010), hal 12
23
alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya12
.
Dalam hutan terdapat satuan-satuan yang diformasikan dengan nama
menurut jenis pohon yang sangat menonjol atau dominan yang disebut
asosiasi hutan. Asosiasi ini merupakan satuan dasar (basic unit) dari
klasifikasi vegetasi, seperti kedudukan spesies (jenis) didalam sistimatika
atau toksonomi tumbuhan-tumbuhan. Berhubung penelitian di daerah tropis
masih sangat terbatas, pengertian formasi sering dicampuradukan dengan
pengertian asosiasi, untuk itu, apabila yang dihadapi adalah suatau hutan yang
mengalami suksesi, satuannya disebut asosaiasi13
.
Umumnya suatu asosiasi adalalah perkumpulan dari vegetasi hutan
menempati wilayah yang luas. Apabila bagian dari asosiasi hutan telah
diselidiki secermat mungkin dan diketahui komposisi jenis-jenis pohonnya,
maka asosiasinya disebut asosiasi konkret. Bagian dari asosiasi-asosiasi hutan
yang komposisinya ditemui berlainan tetapi memiliki fisiognomi yang sama,
akan digolongkan ke dalam satu formasi hutan. Dalam taksonomi tumbuh-
tumbuhan dikenal istilah variasi. Dalam spesies ada yang disebut subspesies,
variasi atau ekotipe14
.
Sementara itu dalam asosiasi hutan akan didapatkan macam variasi
yang disebut varian. Varian ini sering ditemukan pada hutan campuran
12 San Fri Awan . Politik Kehutanan Masyarakat, (Yokyakarta: Kreasi Wacana, 2003), hal 5
13 Agung kurniawan, Asosiasi Pohon Dataran Rendah Cagar Alam Tangkoko Selawesi,
(Sulawesi 2008). Hal 20
14 ibid
24
sebagai akibat dari timbulnya jenis-jenis pohon yang lebih dominan dari jenis
pohon lainnya. Varian sperti ini dinamakan asosiasi segregat. Sedang varian
yang hanya terdiri dari satu jenis pohon yang dominan, seperti pada hutan
jati, dinamakan konsosiasi. Jika ini terdapat pada hutan yang mengalami
sukses sekunder, variasi ini disebut konsosies.15
Hutan sebagai sumber daya penting bagi kehihupan perekonomian
nasional dan pelestarian lingkungan hidup Idonesia serta paru-peru dunia
pada umumnya dalam tipe hutan tropis. Hutan menurut fungsinya di
Indonesia dibagi menjadi hutan lindung, hutan produksi, hutan suaka alam,
dan hutan wisata16
.
Berdasarkan undang-undang kehutanan, manfaat hutan lindung
mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan
untuk mengatur tata air, mencegah banjir, dan mengendalikan erosi,
mencegah industri air laut dan memilihara kesuburan tanah. Hutan lindung
memiliki keadaan alam sedemikian rupa, sehinga berpengaruh baik terhadap
tanah, alam sekelilingnya, dan tata air, yang perlu dipertahankan dan
dilindungi. Apabila hutan lindung digangu, hutan ini akan kehilangan
fungsinya sebagai pelindung, bahkan akan menimbulkan bencana alam.
Beberapa hutan lindung dalam batas-batas tertentu masih dapat dipungut
hasilnya tampa mengurangi fungsinya.17
15 Arifin Arief, Hutan Hakekat dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan, (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 1994), hal. 59 16
Alam Setia Jain, Aspek Pembinaan Hutan, (jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal. 16 17
Ahmad Jazuli, Manfaat Hutan Lindung, (CV.Sinar Cemerlang Abadi , 2010), hal. 45
25
2. Klasifikasi Pohon Dataran Remdah
Klasifikasi Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya
terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat.
Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat,
baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan
organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh
serta dinamis. Vegetasi yang tumbuh dibawah ketinggian 700 m. Vegetasi
yang terdapat banyak dijumpai pada ketinggian hampir 0 meter. Daerah ini
banyak terdapat tanah aluvial. Vegetasi tanah aluvial secara umum
merupakan habitat yang subur dan mempunyai keaneragaman jenis yang
tinggi. Jenis pohonnya yang tumbuh antara lain pohon cemara, beringin, dan
benuang.
Pohon merupakan kelompok tumbuhan berkayu, berukuran besar,
dengan tinggi lebih dari 5 meter. Pohon sebagai salah satu tumbuhan kormus
(cormophyta), yaitu kelompok tumbuhan yang tubuhnya secara nyata
memperlihatkan diferensiasi dalam tiga bagian pokok meliputi akar batang
dan daun.
Klasifikasi pohon dalam sebuah hutan sangat berguna untuk keperluan
pengelolaan hutan itu sendiri. Klasifikasi pohon dapat didasarkan pada
ukuran pohon atau posisi tajuk pohon di dalam hutan.
a. Klasifikasi pohon berdasarkan ukuran
Parameter ukuran pohon yang dimasukan berupa diameter batang
setinggi dada (diameter batang pada ketingian 130 cm di atas tanah)
26
dan tinggi pohon untuk setiap fase pertumbuhan, ukuran tersebut akan
selalu berbeda. Oleh karena itu klasifikasi pohon berdasarkan ukuran
dibedakan dalam fase-fase sebagai berikut:
1) Semai (seedlings) yaitu pohon yang tingginya kurang dari atau
sama dengan 1,5 meter.
2) Sapihan atau pancang (saplings) yaitu pohon yang tingginya
lebih dari 1,5 meter dengan diameter batang kurang dari 10 cm
3) Tiang (poles) yaitu pohon yang dengan diameter batang 10-19
cm.
4) Pohon inti (nucleus trees) yaitu pohon dengan diameter 20-49
cm. Pohon inti adalah pohon jenis komersial dengan diameter
batang 20-49 cm yang akan membentuk tegakan utama dan
yang akan ditebang pada rotasi berikutnya.
5) Pohon besar (trees) yaitu pohon dengan diameter batang lebih
dari 50 cm.
b. Klasifikasi pohon berdasarkan posisi tajuk
Kedudukan pohon didalam tegakan hutan, pohon-pohon dapat
dikelompokan kedalam kelas-kelas sebagai berikut:
1) Pohon dominan (dominan trees), yaitu pohon yang tajuknya
menonjol paling atas dalam hutan sehinga mendapatkan cahaya
matahari penuh. Tajuk pohon tumbuh meninggi di atas tingkat
konopi yang umum. Terkadang terdapat pada tegakan seumur
meskimipun lebih sering terdapat pada tegakan tidak seumur yang
kondisinya tidak sempurna. Pohon dominan ukurannya paling
27
besar dibandingkan dengan pohon-pohon lainnya karena
kemampuan bersaing dengan pohon lain cukup besar. Banyak
percabagan pohon dengan ukuran cabang yang besar sehinga
kadang-kadang mendesak dan menekan pohon-pohon lainnya.
Oleh karna itu sering disebut pohon serigala (wolf trees).
2) Pohon kodominan (supressed trees). Pohon tersebut tidak setinggi
pohon yang dominan, tetapi masih mendapatkan cahaya penuh
dari atas meskipun cahaya dari samping terganggu oleh pohon
dominan. Pohon kodominan bersama-sama dengan pohon
dominan merupakan penyusun konopi atau tajuk utama dalam
suatu tegakan hutan.
3) Pohon tengahan (intermediate trees). Pohon yang tajuknya
menempati posisi lebih rendah dibandingkan pohon dominan dan
kodominan. Pohon ini masih mendapatkan cahaya matahari dari
atas, tetapi tidak lagi mendapatkan cahaya matahari dari arah
samping. Dengan demikian pohon dari kelas tersebut mengalami
persaingan yang keras dengan pepohonan lainya.
4) Pohon tertekan (suppressed trees), pohon yang sama sekali
ternaungi oleh pepohonan lain dalam suatu tegakan hutan, sehinga
tidak menerima cahaya yang cukup baik dari atas maupun dari
samping, pepohonan demikian biasanya lemah dan tumbuhnya
lambat.
5) Pohon mati (dead trees), yaitu pepohonan yang mati atau dalam
proses kematian. Pada tegakan hutan yang memiliki permudaan
28
banyak, tetapi tidak dikelola dengan baik, maka lambat laun
sejumlah pohon akan mengalami tekanan dan ahirnya mati.
Seberapa jauh kecepatan terjadinya proses tersebut bergantung
pada kualitas tempat tumbuh dan tingkat toleransi pohon.18
c. Klasifikasi hutan berdasrkan fungsi
Kawasan hutan dibedakan menjadi beberapa kelompok berdasarkan
fungsinya yaitu:
1. Hutan produksi, hutan yamg ditumbuhi oleh jenis-jenis pohon
yang dapat dipungut kayunya secara komersial untuk digunakan
sebagai bahan bebagai keperluan sebagai bahan baku perdustrian
perkayuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan ekspor.
2. Hutan lindung, hutan yang berperan dalam pengaturan siklus
hidrogoli, mengurangi erosi, mencegah bahaya banjir dan
memilihara kesuburan tanah. Kawasan hutan lindung memerlukan
pengawasan yang intensif karena jika terjadi pengurangan
kawasan lindung akan menyebabkan hilangnya fungsi kawasan
lindung dalam meresapkan air ketika hujan, sehinga dapat
menyebabkan bancana alam seperti banjir.
3. Hutan suaka alam, hutan yang keadaan alamnya memiliki sifat
yang khas dan dapat diperuntukan secara khusus untuk
perlindungan alam hayati atu pemanfaatan lainnya.
18 Indriyanto. Pengantar Budidaya Hutan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), hal. 21-23
29
4. Hutam wisata, hutan yang mempunyai nilai estetika serta dibina
secara khusus untuk keperluan wisata.19
3. Struktur vegetasi
Struktur vegetasi adalah komposisi jenis pohon penyusun suatu kawasan
hutan. Struk vegetsai juga merupakan organisasi individu dalam ruang yang
membentuk suatu tegakan yang merupakan perluasan dari tipe vegetasi atau
asosiasi. bagian dari struktur vegetasi pohon seperti:
1) Strafikasi secara vertikal yang merupakan diagram propil yang
melukiskan lapisan pohon, tiang, pancang penyusun vegetasi
2) Sebaran horison jene-jenis penyusun vegetasi yang mengambarkan
letak dari suatu individu terhahadap suatu jenis komunitas
3) Kelimpahan suatu jenis dari komunitas seperti, semai, pancang, tiang,
pohon inti, dan pohon besar.
1. Vegetasi
Pengertian umum vegetasi adalah kumpulan beberapa tumbuhan,
biasanya terdiri dari beberapa jenis dan hidup dibeberapa tempat. Diantara
individu-individu tersebut terdapat intraksi yang erat antara tumbuhan-
tumbuhan itu sendiri maupun hewan yang hidup dalam vegetsi itu dan
faktor lingkungan. Dengan demikian bahwa vegetasi itu bukan hanya
kumpulan dari individu-individu tumbuhan saja, akan tetapi merupakan
suatu kesatuan dimana individu-individu penyusunnya saling bergantung
19
Dwi kumala Agustin. Vegetasi Pohon Hutan Lindung, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hal.
15-20
30
satu sama lain dan disebut suatu komunitas tumbuhan. Ada beberapa
vegetasi antara lain:
a. Vegetasi Hutan
Pemahaman tentang struktur vegetasi penting dalam dalam
kegetian penelitian hutan, kesalahan dalam indentivikasi struktur
akan menyebabkan kesalahan dalam memahami kondisi hutan yang
sebenarnya, struktur hutan yang dimaksud adalah komponen
penyusun hutan itu sendiri. penjelasan tentang masing-masing
struktur vegetasi adalah sebagai berikut:
1) Pohon
Pohon adalah tumbuhan dengan diameter lebih dari 20 cm
pengukuran yang akan dilakuakan untuk pohon adalah diameter
batang , tinggi pohon serta jumlah individu dan jenis pohon, dan
ukuran petak untuk pengukuran pohon adalah 20x20 meter.
2) Tiang
Tiang adalah tumbuhan dengan diameter antara 10-20 cm
pengukuran dilakukan pada subkuadrat berukuran 10x10 meter,
sama dengan pohon maka parameter pengukuran adalah
diameter tiang, tinggi tiang bebas cabang, jumlah tiang dan
jumlah jenis
3) Pancang
31
Pancang adalah regenerasi pohon dengan ukuran lebih tinggi dari
1,5 meter serta diameter batang kurang dari 10 cm ukuran petak
pengamatan yang digunakan adalah 5x5 meter, pengukuran
hanya dilakukan pada jumlah individu dan jumlah spesies.
b. Vegetasi pohon pada kawasan hutan lindung
Berdasrkan undang-undang No. 41 tahun 1999 pasal 1
ayat 8 Hutang Lindung didifinisikan sebagai kawasan hutan yang
mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga
kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan
erosi, mencegah industri air laut dan memilihara kesuburan tanah.
Pada suatu kawasan hutan lindung, pohon mempunyai fungsi
sebagai pengikat tanah, memilihara kesuburan tanah, mencegah
terjadinya bahaya banjir dan erosi lebat. Selain itu pohon sangat
berperan dalam menyerap CO2 dan mengeluarkan kembali dalam
bentuk O2 sehinga dapat mengatur iklim secara global.
Pohon merupakan bagian sumber daya alam yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber kebutuhan ekonomi manusia, seperti
tersedianya sumber kayu bakar, makanan, obat-obatan, bahan
bangunan dan lain-lain. 20
Difinisi dan Karateristik Tumbuhan Hutan, Difinisi hutan tanaman
adalah hutan yang dibangun dengan tehnik silvikultur dan ditanami jenis-
20
Dwi Kemeluh Agustina. Vegetasi Pohon di Hutan Lindung, (Malang: UIN Maliki Pres. 2010),
hal. 4-5
32
jenis tanaman tertentu untuk tujuan pelestarian lingkungan dan menjadi
suplai bahan baku industri. Hutan tanaman yang dikelola dan diusahakan
dapat dibangun oleh suatu program atau lembaga.
Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkunganya, yang satu dengan yang lainnya tidak
dapat dipisahkan. Hutan adalah suatu wilayah yang ditumbuhi
pepohonan,termasuk juga tanaman kecil lainnya seperti lumut, semak,
belukar, herbal dan paku-pakuan.21
Diskripsi dan Fungsi Hutan,Undang-Undang Nomor 41 Tahun
1999 tentang kehutanan menyatakan bahwa hutan mempunyai tiga fungsi
yaitu fungsi konservasi, fungsi lindung serta fungsi produksi. Kemudian
pemerintah juga menetapkan hutan berdasarkan fungsi pokoknya yaitu
hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi. Hutan konservasi
adalah kawasan hutan yang mempunyai ciri khas tertentu untuk
melestarikan alam, melestarikan jenis-jenis flora dan fauna, wisata alam
serta keperluan ilmu pengetahuan. Hutan lindung adalah hutan yang
ditujukan untuk perlindungan tata tanah dan air bagi kawasan di
sekitarnya. Sedangkan hutan produksi adalah hutan yang menghasilkan
atau memproduksi kayu dan hasil hutan lainnya yang dapat mendukung
perekonomian negara serta perekonomian masyarakat. Jika ditinjau dari
kepentingan sosial ekonomi, hutan berperan sebagai sumber daya. Dengan
demikian hutan merupakan salah satu modal pembangunan (baik dari segi
21 Dodik Rdho Nurrochmat. Penyelolaan Hutan. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010), hal. 12
33
produksi hasil hutan atau fungsi plasma nutfah serta penyanggah
kehidupan). Oleh karena itu sumber daya yang berasal dari hutan dapat
dimanfaatkan secara optimal.22
Lingkungan alam hutan merupakan
ekosistem alamiah yang kompleks. Hutan mengandung banyak jenis
pepohonan mulai dari tumbuhan tingkat bawah, pohon, tumbuhan paku,
lumut, dan jamur, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Thaha
ayat 53:
Artinya: Yang Telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan
yang Telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan
menurunkan dari langit air hujan. Maka kami tumbuhkan dengan air
hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-
macam. (QS. Thaahaa 20:53).23
Secara ekologi, fungsi hutan adalah sebagai penyerap air hujan
untuk mencegah terjadinya erosi dan banjir. Ketika hujan air akan
diserap oleh tumbuhan atau pohon yang ada di hutan dengan demikian
dengan adanya hutan mencegah erosi dan banjir. Ketika musim kering
kita tidak akan mengalami kekeringan karena hutan dapat menyimpan
air. Hutan juga menghasilkan udara yang bersih sehingga sangat bagus
untuk kesehatan kita. Jadi jagalah hutan kita agar tetap lestari, tetap
22 Ibid,hal 7-8 23
QS. Thaahaa(53): 316
34
hijau dan jangan dibiarkan dibuka menjadi lahan pertanian, pemukiman
maupun perkebunan.
Peranan Tumbuhan Tehadap Manusia, Tumbuhan adalah mahluk
hidup yang memiliki akar, batang dan daun. Tumbuhan mampu
menghasilkan makanan sendiri, bahan makanan yang dihasilkan tidak
hanya dimanfaatkan oleh tumbuhan itu sendiri menlainkan manusia dan
hewan juga memamfaatkan tumbuhan sebagai bahan makanan dan
bukan hanya makanan yang dihasilkan oleh tumbuhan, tapi tumbuhan
juga menghasilkan oksigen (O2) yang dimanfaatkan oleh manusia dan
hewan sebagain oksigen pernapasan.
2. Manfaat Tumbuhan Hijau Bagi Mahluk Hidup dan Lingkungan
Tumbuhan hijau sangat penting bagi kelangsungan hidup,
karena tumbuhan selain sebagai produsen pertama dalam rantai makana
juga memiliki peranan sebagai penghasil oksiogen yang dapat digunakan
oleh mahluk hidup serta menagani krisis lingkungan sebagai berikut:
a. Sebagai paru-paru dunia
b. Sebagai pengatur lingkungan
c. Pencipta lingkungan hidup
d. Penyeimbangan alam
e. Perlindungan terhadap lingkungan sekitar
f. Keindahan
g. Kesehatan
h. Rekreasi
35
i. Pencegah banjir
3. Jenis Pohon Yang Ditemukan Di Hutan Lindung
Jenis pohon didalam hutan bermacam-macam spesies. Jenis
pohon yang ditemukan dalam hutan lindung adalah belinjo, duren hutan,
jambu, ketapang, jati, kluek, joho, kendal, waru, suren dan masih banyak
lagi yang spesies yang ada dalam hutan. Faktor-faktor yang
membedakan jenis-jenis pertumbuhan pohon yaitu sebagai berikut:
a. Faktor elovasi
Faktor elovasi yaitu faktor tinggi rendahnya tenpat di permukaan
bumi, sehingga mempengaruhi pertumbuhan berbagai jenis pohon.
b. Faktor kesuburan tanah
Tingkat kesuburan tanah menyebabkan pengaruh terhadap
pertumbuhan jenis pohon
c. Faktor iklim
Faktor iklim sangat mempengaruhi pertumbuhan pohon seperti curah
hujan di iklim tropis
d. Faktor biologis
36
Faktor biologis timbul dari saling mempengaruhi antara tumbuh-
tumbuhan itu sendiri dan pengaruh manusia penyebaran kelestarian
flora dan fauna.
G. Kerangka Teoritik
Tumbuh-tumbuhan adalah mahluk yang mempunyai kemampuan
menangkap, mengikat, dan mengubah sinar matahari menjadi energi bentuk
lain yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan itu sendiri dan mahluk lainnya.
Salah satu ciri tumbuhan adalah mempunyai klorofil (zat hijau daun).
Flora adalah kumpulan jenis tumbuhan yang terdapat dalam suatu
wilayah yang dinamakan asosiasi, klasifikasi pohon membedaka tumbuhan
dari berbagai segi seperti diameter, posisi tajuk dan lain-lain, sedangkan
vegetasi adalah masyarakat tumbuhan yang terbentuk oleh bergai populasi
jenis tumbuhan yang terdapat didalam satu wilayah atau ekosistem serta
memiliki variasi pada setiap kondisi tertentu. Tumbuhan pada umumnya
menyukai hidup berkelompok. Bebagai jenis tumbuhan yang hidup dalam
suatu habitat dan saling berinteraksi sesamanya maupu dengan lingkunganya
disebut komunitas. Kumpulan individu tumbuhan yang terdiri atas jenis
37
(species) yang sama terdapat dalam suatu komunitas dinamakan populasi.24
Komunitas tumbuhan hutan memiliki dinamika atau perubahan, baik yang
disebabkan oleh adanya aktivitas alam maupun manusia. Aktivitas manusia
yang berkaitan dengan upaya memanfaatkan hutan sebagai salah satu faktor
penyebab terjadinya perubahan kondisi tumbuhan yang ada didalamnya.
Aktifitas manusia didalam hutan dapat bersifat merusak juga bersifat
memperbaiki kondisi komunitas tumbuhan hutan. Aktifitas manusia dalam
hutan bersifat merusak misalnya penebangan pohon, pencurian hasil hutan,
peladangan liar, pengembalaan liar, pembakaran hutan, dan perambahan
dalam kawasan hutan. Adapun aktifitas manusia yang bersifat memperbaiki,
seperti melakukan reboisasi dalam rangka merehabilitas area kosong bekas
penebangan, area kosong bekas kebakaran, maupun reboisasi dalam rangka
pembangunan hutan tanaman industri.
Mengingat ada banyak faktor yang dapat menyebabkan kondisi
komunitas tumbuhan hutan, maka peneliti dalam periode tertentu melakukan
Asosiasi, klasifikasi, dan struktur vegetasi pohon dataran rendah dihutan
taman nasional gunung rinjani di resort Aik Berik Benang Stokel Benang
Kelambu, untuk mengatahui kondisi komunitas tumbuhan (berbagai jenis
pohon) hutan. Asosiasi, klasifikasi, dan struktur vegetasi pohon dataran
rendah di Hutan Taman Nasional Gunung Rinjani sebagai bahan informasi
masyarakat, supaya masyarakat sadar dengan adanya komunitas tumbuhan
24 Melati Ferianita Fachrul, Metode Sampling Bioekologi, (Jakarta: Bumki Aksara. 2007), hal. 29-
31
38
yang ada didalamnya yang harus dijaga, dilestarikan, dan tidak merusak
komunitas tumbuhan hutan. Komunitas hutan salah satunya adalah pohon.
H. Metodelogi Penelitian
Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan diperlukan
parameter kualitatif, hal ini sesuai dengan sifat komunitas tumbuhan itu
sendiri bahwa tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan sifat kuantitatif. Bebera
parameter kualitatif komunitas tumbuhan antara lain: fisiognomi (karateristik
atau watak), fenologi (pengaruh iklim atau lingkungan), stratifikasi
(perbedaan atau pengelompokan), kelimpahan, penyebaran, daya hidup
bentuk pertumbuhan, dan periodisitas.25
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, Penelitian
deskriptif adalah membuat pemberian (penyandraan) secara sistematis,
25 Indriyanto, Ekologi Hutan, (Jakarta: Bumi Aksara. 2006), hal. 139
39
faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu.
Deskriptif memiliki sifat menggambarkan atau menguraikan sesuatu
menurut hal apa adanya.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian
kualitatif deskriptif adalah penelitian yang mengambarkan atau
menguraikan suatu fenomena yang terjadi pada suatu tempat atau
daerah untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan objek yang
diteliti.26
Penelitian ini juga disebut penelitian lapanggan, karena
penelitian ini dilaksanakan secara langsung yang akan dilaksanakan di
Hutan Rinjani.
2. Rancangan Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, yang harus dilakukan terlebih
dahulu adalah penentuan lokasi. Penentuan lokasi pada penelitian yaitu
apabila hutan yang luasnya 10.000 Ha atau kurang maka identitas
sampling 1%. Akan tetapi jika luas hutan 100 Ha atau kurang maka
identitas sampling yang digunakan yaitu10%. Pada penelitian ini luas
Area Hutan Taman Nasional Gunung Rinjani di dataran rendah pada
zona pemanfaatan 10 Ha, dengan intensitas sampling 1%, maka luas
yang akan digunakan sebagai perwakilan adalah 1 Ha.
Adapun langkah-langkah penentuan lokasi sampel tersebut sebagai
berikut:
26
Sugiyono, Metodeloli Kuantitatif dan Kualitatif,(Bandung: Alfabeta 2014), hal 7
40
Luas area hutan : 10 Ha = 100.000
Dengan intensitas sampling 1%. Jadi 1 ha = 10.000
Digunakan ukuran unit plot pengamatan
Jumlah plot pengamatan = 10.000 /400
= 25 Unit plot pengamatan
Luas area sampel pengamatan jumlah plot pengamatan x luas unit plot
= 25 x 400 10.000 = 1 Ha.
Dari luas lahan 1 Ha dapat dibentuk unit plot pengamatan dengan
ukuran plot 20 x 20 m. Rancangan pembuatan plot ini dengan
membentuk 2 stasiun , masing-masing stasiun terdapat 12 plot di
stasiun 1 dan 13 plot di stasiun 2 sehinga jumlah menjadi 25 plot
pengamatan
Contoh model plot yang akan dibuat di tempat penelitian.
20x20 m 20x20 m 20x20 m 10x10 m 10x10
m 10x10 m
5x5 m
5x5 m
5x5 m
20x20 m 20x20 m 20x20 m
10x10 m 10x10 m 10x10 m
5x5 m 5x5 m 5x5
41
m
Gambar 1.1: desain plot pengamatan stasiun 1
20x20 m 20x20 m 20x20 m 10x10 m 10x10
m 10x10 m
5x5 m
5x5 m
5x5 m
20x20 m 20x20 m 20x20 m
10x10 m 10x10 m 10x10 m
5x5 m 5x5 m 5x5 m
Gambar 1.2: desain plot pengamatan stasiun 227
3. Waktu dan Tempat Penelitian
a. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada tanggal 19-26 Agustus 2016
b. Tempat Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan di Hutan Taman Nasional Gunung
Rinjani di resort Aik Berik Banang Stokel Benang Kelambu Desa
Aik Berik Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah
4. Alat Penelitian
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Meteran (rule) digunakan untuk mengukur areal stasiun dan plot di
kawasan darat misalnya hutan.
27
Melati Ferianita Fachrul, Metode Sampling Bioekologi, (Jakarta: Bumki aksara. 2007), hal. 50
42
b. Tali rapia digunakan untuk membuat simpul atau garis tiap plot.
Garis plot yang dibuat harus sama dengan garis plot yang lain.
c. Alat tulis untuk menulis semua data yang diperoleh.
d. Kertas label digunakan untuk menandai masing-masing jenis
tumbuhan yang ditemukan agar lebih mudah diidentifikasi dan
untuk label lokasi penelitian.
e. Patok sebagai pembatasan plot penelitian.
f. Kamera digunakan untuk mengambil gambar jenis tumbuhan yang
ditemukan.
5. Pelaksanaan Penelitian
Tabel 1.1 Tahap persiapan
No Tahap pertama
1 Menentukan lokasi pengambilan sampel di resort aik berik beneng
kelambu, benang stokel lombok tengah dengan metode area
sampling.
2 Membentuk 2 stasiun, masing-masing stasiun terdapat 12 dan 13
plot pengamatan.
3 Mengukur lokasi dan membuat petak contoh dengan menggunakan
line transek/ plot
Tabel 1.2 Tahap pelaksanaan
43
No Tahap pelaksanaan
1 Pengambilan sampel dilakukan 1 kali pagi sampai selesai
2 Menghitung tumbuhan/pohon yang ditemukan disetiap plot
3 Melakukan pemotretan pada tumbuhan/pohon yang ditemukan
untuk dijadikan dokumen
4 Mengidentifikasi nama setiap jenis tumbuhan/pohon tersebut baik
nama lain maupun nama lokal
5 Menyimpulkan hasil dan penyusunan laporan penelitian
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi merupakan tehnik pengumpulan data yang
menggunakan pengamatan terhadap objek penelitian. Observasi
dapat dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung.
44
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi merupakan proses
yang kompleks, yang tersusun dari proses biologis dan psikologis.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa observasi
adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap objek penelitian. Dalam melakukan observasi atau
pengamatan secara langsung di lapangan, peneliti menggunakan
beberapa tehnik yaitu transek atau stasiun, klasifikasi atau
identifikasi terhadap data yang diperoleh. Observasi ini bertujuan
untuk mengamati langsung keadaan tiap stasiun yang terdapat
tumbuhan dan menulis semua jenis tumbuhan yang didapatkan
pada tiap stasiun.
b. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah
pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.
Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan
mencatat data-data yang sudah ada. Jadi metode dokumentasi
adalah pengambilan data dengan mencatat data yang sudah ada
atau mengambil data yang sudah terkumpul.
Teknik dokumentasi ini digunakan untuk melengkapi data-data
penelitian, sehingga datanya menjadi valid. Adapun penggunaan
teknik dokumentasi dalam penelitian ini yaitu dengan mengambil
45
gambar (foto) pada setiap tumbuhan yang didapatkan dan meminta
data/arsip mengenai setiap tumbuhan yang diteliti kepada Kepala
Dusun Kehutanan.
7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan satu cara yang dapat
dipergunakan untuk pengolahan data yang telah terhimpun dari berbagai
kegiatan penelitian sehingga memperoleh hasil seperti yang diharapkan.
Sehingga mudah di pahami dan temuannya dapat di infofmasikan kepada
orang lain28
. Tehnik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif kualitatif yakni menjelaskan atau menyimpulkan data dengan
dalam bentuk kata-kata bukan dalam bentuk anggka. Dalam menganalisis
data dalam penelitian ini, peneliti menguraikan dan mendiskripsikan atau
memberikan gambaran tentang pohon yang ada di dataran rendah Taman
Nasilanal Gunung Rinjani. Sebagaimana dijelaskan oleh Beni bahwa
analisis data kualitatif induktif, maka analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analis data induktif, analisis induktif yakni suatu
analisis yang berangkat dari fakta-fakta kemudian ditarik kesimpulan
yang bersifat umum dan setelah dilakukan analisis maka ditarik sebuah
kesimpulan dari data-data yang telah di analisis tersebut29
.
I. Sistematik
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah:
1. Bab I yaitu pendahuluan. Pada bab ini penulis menjelaskan tentang:
a. Konteks Penelitian
28 Sugiono, Metode Penelitian , (Bandung, Alfabeta, 2013), h. 144
29 Beni Ahmad Saosbani, Metode Penelitian (Bandung, Pustaka Setia, 2008), hal. 192
46
Dalam konteks penelitian ini, penulis memaparkan alasan ilmiah
mengapa suatu masalah menarik dan penting untuk diteliti.
b. Fokus Kajian
Dalam fokus kajian, peneliti memaparkan alasan fokus masalah
yang hendak diteliti.
c. Tujuan dan Manfaat
Dalam tujuan penelitian, penulis menguraikan batas-batas yang
ingin dicapai dari seluruh kegiatan penelitian sesuai dengan fokus
penelitian. Adapun maneaat menjelaskan tentang hal-hal yang akan
menjadi kontribusi baru dari hasil penelitian yang akan dilakukan
bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang terkait.
d. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
Dalam ruang lingkup penelitian, penulis menguraikan tentang
batasan dan cakupan focus penelitian. Sedangkan pada setting
penelitian, penulis menguraikan tentang lokasi penelitian yang akan
dilakukan.
e. Telaah Pustaka
Dalam telaah pustaka, peneliti menjelaskan posisi penelitian yang
sedang dilakukan diantara hasil-hasil penelitian sebelumnya yang
bertopik senada.
f. Kajian Pustaka
Dalam kajian pustaka, peneliti mejelaskan uraian seputar konsep
dan teori dari masing-masing variabel yang menjadi kajian penelitian.
47
Selain itu, pada kajian pustaka juga dimasukkan hasil-hasil penelitian
sejenis yang terkait dengan variabel penelitian.
g. Kerangka Fikir
Bagian ini, peneliti mengajukan prosesargumentasi deduktif yang
simpulannya berupa pengajuan hipotesis.
h. Metode Penelitian
Bagian ini meliputi pendekatan yang peneliti gunakan dalam
penulisan skripsi, kehadiran peneliti, sumber data, teknik
pengumpulan data, analisis data, dan keabsahan data.
i. Sistematika Skripsi
dalam sistematika skripsi, penulis menguraikan tentang alur logika
bahasan dari bab per bab.
2. Bab II yaitu Paparan Data dan Temuan. Pada bab ini penulis penulis
menguraikan tentang seluruh data yang ditemukan di lokasi
penelitianyang terkait dengan:
a. Gambaran umum lokasi penelitian.
b. Jenis-jenis serangga yang ada di tempat peternak sapi Desa Toya.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya jenis serangga yang
ada di tempat peternak sapi desa toya
3. Bab III yaitu Pembahasan. Pada bab ini, penulis menguraikan tentang
proses analisis terhadap temuan penelitian berdasarkan pada kerangka
teoritik.
48
4. Bab IV yaitu Penutup. Pada bab ini, penulis menguraikan tentang
kesimpulan data dan saran. Kesimpulan data yang berisi tentang
kesimpulan dari fokus kajian dalam penelitian ini. Adapun saran berisi
tentang saran-saran kepada beberapa pihak seperti pemerintah,
masyarakat kepada sekolah, guru-guru dan siswa.
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Letak Geografis
Gambar 2.1 peta lokasi penelitian
49
Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani terletak di Pulau Lombok,
secara geografis terletak antara 116o21’30”-1 16
o34’15” BT dan 8
o18’18”-
8o32’19” LS merupakan daerah bergunung-gunung denngan ketingian mulai
500 – 3726 m dpl (meter diatas permukaan laut) punjak Gunung Rinjani,
dengan fariasi kemiringan lahan bervariasi: datar, bergelombang, berbukit
sampai bergunung. Gunung-gunung yang ada di sekitar kawasan Tamanan
Nnasional Gunung Rinjani diantaranya: Gunung Pelawangan (± 2658 m dpl),
Gunung Daya (± 2914 m dpl), Gunung Sangkareang (± 2588 m dpl), Gunung
Buah Mangge (± 2895 m dpl), dan Gunung Kondo (± 2947 mdpl). Dataran
rendah gunung rinjani Benang kelambu dan Benang Stokel yang terletak di
dusun pemotoh, Desa Aik Berik, kecamatan Batu Keliang Utara, Kabupaten
Lombok Tengah yang di jadikan tempat penelitian dan pengambilan data.
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 19-26 Agustus 2016 di hutan
dataran rendah Hutan Taman Nasional Gunung Rinjani yang berada di
Benang Stokel, Benang Kelambu Desa Aik Berik Kecamatan Batu Keliang
Utara tepatnya di Lombok Tengah, yang bertepatan pada musim kemarau,
sehingga mendapatkan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Asosiasi Vegetasi Pohon Dataran Rendah Di Hutan Taman Nasional
Rinjani
50
Asosiasi vegatasi adalah perkumpulan seluruh jenis pohon30
, asosiasi yang
didapatkan di Dataran Rendah Hutan Taman Nasional Gunung Rinjani yang
dikumpulkan mengunakan garis berpetak yang terdiri dari 25 plot
pengamatan dengan luas wilayah keseluruhan 10.000 m2
sehingga didapatkan
826 pohon sesuai dengan tabel 2.1
Tabel 2.1 Asosiasi vegetasi pohon (kumpulan semua jenis pohon)
N
o
Nama Jenis Jenis Jumlah
Lokal Latin Pohon Tiang Pancang Jenis
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Dadap
Lembokek
Sonokeling
Mahoni
Anggrung
Benuang
Suanngo
Cempaka
Klokos Udang
Kaliandra
Suren
Durian
Odang
Kenari
Seropan
Bajur
Garu
Goak
Nangka
Johar
Kaliadam
Putat
Purut
Jabon
Jelateng
Erytriana suburmbaranns
Ficus septica Dalbergia
latifolia Swietenia
macrophylla king Trema
orientalis
Syzygium boerlager
Cflocydion sp
Michelia campaca
Duabanga moluccana
Acacia villosa
Toona febrifuga
Durio zibethinus
Syzigium sp
Canarium vulgare
Macarangga sp
Peterospermum javanicum
Disoxillum hexandrum
Ficus fistulosa
Arthocarpus integra
Cassia siamae
Cyzygium polychalum
Planconia valida
Disoxylum hexandrum
Anthocephalus cadamba
Laportea sp
103
52
50
30
30
-
-
17
20
7
-
-
7
1
10
7
2
3
7
3
-
1
-
-
1
2
34
1
9
3
2
22
9
1
17
7
6
5
3
-
4
2
3
2
-
3
1
4
2
3
1
12
27
24
29
40
15
1
4
-
10
8
2
8
2
-
6
5
-
4
4
5
3
4
1
106
98
78
63
62
42
37
27
25
24
17
14
14
12
12
11
10
11
9
7
7
7
7
6
5
30
Agung kurniawan, Asosiasi Pohon Dataran Rendah Cagar Alam Tangkoko Sulawesi (Sulawesi
2008). Hal 5
51
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
Kumbi
Lemuri
Nyamplung
Jakut
Beringin
Ketapang
Mitak
Jambu Batu
Joet
Kepundong
Sawo
Terap
Ekaliptus
Klicung
Mangga
Rambutan
Sentul
Sirsak
SonoKembang
Kukun
Pinang
Kemiri
Kelapa
kapuk
lontar
Aren
Waru
Sukun
Buni
Asam
Kelengkeng
Kayu putih
Pakis haji
Belinjo
Cemara gunung
Jati putih
Tabernaemontana
Litsia sp
Calaphillum inophilum
Syzygium polyanthum
Ficus benyamina
Teminalia catapa
Astonia angustiloba
Psidium guajava
Syzyum commonii
Baccaurea recamosa muell
Manilkara kauki
Arthocarpus elasticus
Eucalyptusalba elasticus
Dyospiros macropylla
Mangifera indica
Nephelium lappaceum
Sandaricum koccapek
Annona muricata
Pterecarpus indicus
Schoutenia ovata
Areca catechu
Dipterocarpus sp
Cocos nucifera
Gossipium obtusifolium
Barassus flebellifer
Arenga pinnata
Hibiscus macrophillus
Artacarpus commonis
Antidesma reticulata
Tamarindus indica
Dimocarpus langon
Eucaliptus alba
Cycas rumhpii
Gnetum gnemon
Casuarina trifolia
Gmelina arborea
2
-
-
-
-
-
1
-
1
-
-
1
1
-
-
-
-
-
-
10
2
3
1
3
2
1
1
1
2
1
1
11
1
1
1
-
2
1
2
3
2
-
-
2
1
2
1
-
-
1
1
1
-
1
-
-
-
-
-
-
1
-
-
1
1
-
1
-
1
-
2
1
1
4
3
1
2
3
2
2
-
-
2
1
-
-
-
-
1
-
1
2
-
-
-
-
-
1
-
1
1
-
-
2
2
3
3
1
5
5
5
4
4
3
3
4
2
2
3
2
1
1
1
1
1
1
1
12
2
3
1
3
3
2
1
3
4
1
2
13
4
4
6
1
Jumlah Total 399 174 254 826
52
2. Klasifikasi vegetasi pohon Dataran Rendah Di Hutan Taman Nasional
Rinjani
Klasifikasi vegetasi pohon dalam hutan ada dua yang pertama
klasifikasi pohon berdasarkan ukuran diameter dan kedua klasifikasi pohon
berdasarkan posisi tajuk. Klasifikasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah klasifikasi yang berdasarkan ukuran diamer seperti yang dihasilkan
dalam tabel 2.2 dibawah ini.
Tabel 2.2 klasifikasi vegetasi berdasarkan ukuran
No Nama Jenis Ukuran rata-rara diameter pohon
Lokal Latin Tiang Pohon inti Pohon besar
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Dadap
Lembokek
Sonokeling
Mahoni
Anggrung
Benuang
Suanngo
Cempaka
Klokos Udang
Kaliandra
Suren
Durian
Odang
Kenari
Seropan
Bajur
Garu
Goak
Nangka
Johar
Kaliadam
Putat
Purut
Jabon
Erytriana suburmbaranns
Ficus septica
Dalbergia latifolia
Swietenia macrophylla king
Trema orientalis
Syzygium boerlager
Cflocydion sp
Michelia campaca
Duabanga moluccana Bl
Acacia villosa
Toona febrifuga
Durio zibethinus
Syzigium sp
Canarium vulgare
Macarangga sp
Peterospermum javanicum
Disoxillum hexandrum
Ficus fistulosa
Arthocarpus integra
Cassia siamae
Cyzygium polychalum
Planconia valida
Disoxylum hexandrum
Anthocephalus cadamba
15 cm
15 cm
17 cm
17 cm
15 cm
18 cm
16 cm
18 cm
15 cm
15 cm
16 cm
19 cm
18 cm
-
17 cm
17 cm
15 cm
18 cm
19 cm
-
15 cm
17 cm
15 cm
10 cm
45 cm
40 cm
32 cm
45 cm
40 cm
-
-
35 cm
35 cm
22 cm
-
-
40 cm
45 cm
40 cm
39 cm
45 cm
45 cm
35 cm
39 cm
-
40 cm
-
-
85 cm
90 cm
-
90 cm
-
-
-
-
-
-
-
-
-
80 cm
70 cm
-
-
80 cm
70 cm
-
-
-
-
-
53
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
Jelateng
Kumbi
Lemuri
Nyamplung
Jakut
Beringin
Ketapang
Mitak
Jambu Batu
Joet
Kepundong
Sawo
Terap
Ekaliptus
Klicung
Mangga
Rambutan
Sentul
Sirsak
SonoKembang
Kukun
Pinang
Kemiri
Kelapa
kapuk
lontar
Aren
Waru
Sukun
Buni
Asam
Kelemgkeng
Kayu putih
Pakis haji
Belinjo
Cemara gunung
Jati putih
Laportea sp
Tabernaemontana
Litsia sp
Calaphillum inophilum
Syzygium polyanthum
Ficus benyamina
Teminalia catapa
Astonia angustiloba
Psidium guajava
Syzyum commonii
Baccaurea recamosa muell
Manilkara kauki
Arthocarpus elasticus
Eucalyptusalba elasticus
Dyospiros macropylla
Mangifera indica
Nephelium lappaceum
Sandaricum koccapek
Annona muricata
Pterecarpus indicus
Schoutenia ovata
Areca catechu
Dipterocarpus sp
Cocos nucifera
Gossipium obtusifolium
Barassus flebellifer
Arenga pinnata
Hibiscus macrophillus
Artacarpus commonis
Antidesma reticulata
Tamarindus indica
Dimocarpus langon
Eucaliptus alba
Cycas rumhpii
Gnetum gnemon
Casuarina trifolia
Gmelina arborea
15 cm
17 cm
16 cm
15 cm
15 cm
19 cm
-
-
10 cm
-
17 cm
16 cm
-
-
15 cm
19 cm
15 cm
-
10 cm
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
17 cm
-
15 cm
17 cm
40 cm
39 cm
-
-
-
-
-
-
-
45 cm
-
-
40 cm
40 cm
-
-
-
-
-
-
45 cm
40 cm
-
45 cm
-
45 cm
-
-
40 cm
39 cm
-
40 cm
39 cm
39 cm
45 cm
45 cm
-
-
-
-
-
-
-
-
105 cm
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
85 cm
-
90 cm
-
90 cm
-
85 cm
100 cm
85 cm
-
120 cm
-
50 cm
-
-
-
-
Dominan diameter rata-
rata 15 cm 40 cm 85 cm
54
3. Struktur vegetasi pohon Dataran Rendah Di Hutan Taman Nasional
Rinjani
Struktur vegetasi adalah kelimpahan suatu jenis komunitas pohon yang
menjadi penyusun suatu kawasan hutan yang membentuk suatu tegakan yang
merupakan peluasan asosiasi31
. Struktur vegetasi yang dalam penilitian ini
dibagi dalam dua stasiun, stasiun pertama terdiri dari 12 plot pengamatan
sehinga menhasikal seperti yang direrapakan oleh tabel 2.4 dan stasiun dua
terdiri dari 13 plot pengamatam sehinga menghasilkan seperti yang
diterapkan oleh tabel 2.5, tabel stasiun satu dan dua:
Tabel 2.3 Struktur Vegetasi Stasiun 1 (satu)
No Nama Latin Nama Lokal Jumlah Individu
1
2
3
4
5
6
7
8
Erytriana suburmbaranns
Ficus septica Dalbergia
latifolia Swietenia
macrophylla king Trema
orientalis
Syzygium boerlager
Cflocydion sp
Michelia campaca
Dadap
Lembokek
Sonokeling
Mahoni
Anggrung
Benuang
Suanngo
Cempaka
56
47
30
20
30
20
17
11
31 Yuli Isa, Struktur Vegetasi Tingkat Pohon Suaka Margasatwa Nantu, (Gorontalo, 2015) hal 10
55
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
Duabanga moluccana Bl
Acacia villosa
Toona febrifuga
Durio zibethinus
Syzigium sp
Canarium vulgare
Macarangga sp
Peterospermum javanicum
Disoxillum hexandrum
Ficus fistulosa
Arthocarpus integra
Cassia siamae
Cyzygium polychalum
Planconia valida
Disoxylum hexandrum
Anthocephalus cadamba
Laportea sp
Tabernaemontana
Litsia sp
Calaphillum inophilum
Syzygium polyanthum
Ficus benyamina
Teminalia catapa
Astonia angustiloba
Psidium guajava
Syzyum commonii
Baccaurea recamosa muell
Manilkara kauki
Eucalyptusalba elasticus
Pterecarpus indicus
Schoutenia ovata
Gossipium obtusifolium
Dimocarpus langon
Eucaliptus alba
Gnetum gnemon
Klokos Udang
Kaliandra
Suren
Durian
Odang
Kenari
Seropan
Bajur
Garu
Goak
Nangka
Johar
Kaliadam
Putat
Purut
Jabon
Jelateng
Kumbi
Lemuri
Nyamplung
Jakut
Beringin
Ketapang
Mitak
Jambu Batu
Joet
Kepundong
Sawo
Ekaliptus
SonoKembang
Kukun
kapuk
Kelengkeng
Kayu putih
Belinjo
15
8
8
6
5
7
4
6
5
4
4
5
3
3
4
3
3
2
3
2
3
3
2
2
2
2
1
2
1
1
5
2
2
4
3
56
44 Casuarina trifolia Cemara gunung 2
Jumlah 369
Tabel 2.4 Struktur Vegetasi Stasiun 2 (dua)
No Nama Latin Nama Lokal Jumlah
Individu
1 2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Erytriana suburmbaranns Ficus septica Dalbergia
latifolia Swietenia
macrophylla king Trema
orientalis
Syzygium boerlager
Cflocydion sp
Michelia campaca
Duabanga moluccana Bl Acacia villosa
Toona febrifuga
Durio zibethinus
Syzigium sp
Canarium vulgare
Macarangga sp
Peterospermum javanicum
Disoxillum hexandrum
Ficus fistulosa
Arthocarpus integra
Cassia siamae
Cyzygium polychalum
Planconia valida
Disoxylum hexandrum
Anthocephalus cadamba
Laportea sp
Tabernaemontana
Litsia sp Calaphillum inophilum
Syzygium polyanthum
Dadap Lembokek
Sonokeling
Mahoni
Anggrung
Benuang
Suanngo
Cempaka
Klokos Udang
Kaliandra
Suren
Durian
Odang
Kenari
Seropan
Bajur
Garu
Goak
Nangka
Johar
Kaliadam
Putat
Purut
Jabon
Jelateng
Kumbi
Lemuri
Nyamplung Jakut
50 51
48
43
32
22
20
16
10
16
9
8 9
5
6
5
5
7
5
2
4
4
3
3
2
3
2
3
1
57
30 31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
Ficus benyamina Teminalia catapa
Astonia angustiloba
Psidium guajava
Baccaurea recamosa muell
Manilkara kauki
Arthocarpus elasticus
Dyospiros macropylla
Mangifera indica
Nephelium lappaceum
Sandaricum koccapek
Annona muricata
Schoutenia ovata
Areca catechu
Dipterocarpus sp
Cocos nucifera
Gossipium obtusifolium
Barassus flebellifer
Arenga pinnata
Hibiscus macrophillus
Artacarpus commonis
Antidesma reticulata
Tamarindus indica
Eucaliptus alba
Cycas rumhpii
Gnetum gnemon
Casuarina trifolia
Gmelina arborea
Beringin Ketapang
Mitak
Jambu Batu
Kepundong
Sawo
Terap
Klicung
Mangga
Rambutan
Sentul
Sirsak
Kukun
Pinang
Kemiri
Kelapa
kapuk
lontar
Aren
Waru
Sukun
Buni
Asam
Kayu putih
Pakis haji
Belinjo
Cemara gunung
Jati putih
1 1
2
2
1
1
2
1
1
1
1
1
7
2
3
1
2
3
2
1
3
4
1
9
4
1
4
1
Jumlah 457
BAB III
PEMBAHASAN
58
A. Asosiasi Vegetasi Dataran Rendah Di Hutan Taman Nasional Rinjani
Dalam hutan terdapat satuan-satuan yang diformasikan dengan nama
menurut jenis pohon yang sangat menonjol atau dominan yang disebut
asosiasi hutan. Asosiasi ini merupakan satuan dasar (basic unit) dari
klasifikasi vegetasi, seperti kedudukan spesies (jenis) didalam sistimatika
atau toksonomi tumbuhan-tumbuhan. Berhubung penelitian di daerah tropis
masih sangat terbatas, pengertian formasi sering dicampuradukan dengan
pengertian asosiasi, untuk itu, apabila yang dihadapi adalah suatau hutan
yang mengalami suksesi, satuannya disebut asosaiasi32
.
Umumnya suatu asosiasi adalalah perkumpulan dari vegetasi hutan
menempati wilayah yang luas. Apabila bagian dari asosiasi hutan telah
diselidiki secermat mungkin dan diketahui komposisi jenis-jenis pohonnya,
maka asosiasinya disebut asosiasi konkret. Bagian dari asosiasi-asosiasi
hutan yang komposisinya ditemui berlainan tetapi memiliki fisiognomi yang
sama, akan digolongkan ke dalam satu formasi hutan. Dalam taksonomi
tumbuh-tumbuhan dikenal istilah variasi. Dalam spesies ada yang disebut
subspesies, variasi atau ekotipe.33
Sementara itu dalam asosiasi hutan akan didapatkan macam variasi
yang disebut varian. Varian ini sering ditemukan pada hutan campuran
sebagai akibat dari timbulnya jenis-jenis pohon yang lebih dominan dari
jenis pohon lainnya. Varian sperti ini dinamakan asosiasi segregat. Sedang
32
kurniawan, Asosiasi Pohon Dataran Rendah Cagar Alam Tangkoko Sulawesi , (Sulawesi
2008). Hal 20 33
Arifin Arief, Hutan Hakekat dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan, (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1994), hal. 59
59
varian yang hanya terdiri dari satu jenis pohon yang dominan, seperti pada
hutan jati, dinamakan konsosiasi. Jika ini terdapat pada hutan yang
mengalami suksesi sekunder, variasi ini disebut konsosies.34
Asosiasi vegetasi adalah perkumpulan vegetasi atau tumbuhan yang
ada dalam hutan yang dikelompokan. Berdasarkan hasil penelitian yang ada
di bab 2 di tabel 2.1 halaman 33 menghasilkan asosiasi yang dikumpukan
melelui garis berpetak dengan jumlah 25 plot pengamatan yang dimana
setiap tingkatan pohon berbeda ukuran plot penggamatan, tingkatan pohon
memiliki ukuran plot 20x20 m2, tingkat tiang memiliki ukuran plot 10x10
m2, dan ukuran plot untuk pancang 5x5 m
2, masing plot berjumlah 25 plot
pengamatan yang diambil dalam plot ukuran besar yaitu memgembangkan
dengan plot tingkat pohon. Hasil asosiasi vegetasi yang dikelompokan atau
yang di dapat oleh peneliti antara lain: (1) Tingkat pohon, asosiasi tingkat
pohon yang didapakan adalah 399 pohan dari luas keseluuruhan area
pengamatan 10.000 m2
(2) Tingkat tiang, asosiasi vegetasi tingkat tiang
yang didapatkan adalah 174 pohon dari luas wilayah pengamatan 2500 m2
(3) Tingkat pancang, asosiasi tingkat pancang yang di dapatkan adalah 254
pohon dari luas wilayah 625 m2
Asosiasi vegetasi yang domoninan atau yang banyan ditemukan
didataran rendah di Hutan Taman Nasional Gunung rinjani diresort Aik
Berik Benang Stokel Benang Kelambu yaitu, dadap (Erytriana
34
Alam setia Jain, Aspek Pembinaan Hutan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal. 16
60
suburmbaranns) sebanyak 106 pohon yang digabungkan dari tingkat
pohon, tingkat tiang, dan tingkat pancang, Lembokek (Ficus septica)
sebanyak 98 pohon yang digabungkan dari tingkat pohon, tingkat tiang,
dan tingkat pancang , Sonokeling (Dalbergia latifolia) sebanyak 78 pohon
yang digabungkan dari tingkat pohon, tingkat tiang, dan tingkat pancang,
Mahoni (Swietenia macrophylla king) sebanyak 63 yang digabungkan
dari tingkat pohon, tingkat tiang, dan tingkat pancang, Anggrung (Trema
orientalis) sebanyak 63 pohon yang digabungkan dari tingkat pohon,
tingkat tiang, dan tingkat pancang, dan Benuang (Duabanga moluccana)
sebanyak 42 pohon yang digabungkan dari tingkat pohon, tingkat tiang,
dan tingkat pancang.
Pengaruh pertumbuhan pohon yang dominasi biasanya di sebabkan
oleh posisi tajuk atau ketinggian tertentu seperti yang ditemukan didataran
rendah Tamana nasional Gunung Rinjani pohon dominan diatas biasanya
tumbuh di dataran rendah. Paling dominasi adalah pohon Dadap
(Erytriana suburmbaranns) karena pohon ini ditemukan disetipa plot
pengamatan selain ditemukan disetiap plot, pohon dadap biasanya tumbuh
dihutan yang berketinggian 300-1500 meter diatas permukaan laut dan
bisa hidup di berbagai keadaan tanah, Dadap mampu hidup di tanah-tanah
sedikit berpasir, tanah yang terendam air secara berkala, dan tanah kapur
berkerang. Kisaran pH tanah antara 4.5-8.0.35
pohon yang dominasi yang kedua adalah Pohon lemokek, pohon
lembokek adalah termasuk jenis tumbuhan kerabat beringin pohon ini
35 www.tanobat.com. Diunduh pada tanggal 12 Oktober 2016 jam 20.13 wita
61
biasa ditemukan dihutan semak atau ditempat yang meliar terutama
ditempat yang agaka basah, bahkan dipinggir sungai atau diselokan kecil
dan bisa tumbuh diberbagai macam tipe tanah hingga ketinggian 1800 m
dpl.36
Pohon yang dominasi yang ketiga adalah pohon Sonokling pohon
ini dapat tumbuh dengan baik pada kondisi lahan dengan ketinggian 600 m
dpl dengan arah hutan 600-1000 mm/th dengan temperatur 24-33 C0
tekstur tanah ringan dan berat Ph tanah Asam-Netral, Pohon ini mampu
tumbuh pada kondisi tanah miskin hara.37
Pohon yang dominasi keempat adalah Pohon Mahoni pohon ini
Dapat tumbuh dengan subur di tanah berpasir menyukai tempat yang
cukup sinar matahari, pohon ini termasuk pohon yang mampu bertahan
hidup di tanah gersang walaupun tanpa disiram air selama berbulan-bulan
pada ketinggian 15000 m dpl dengan suhu udara 11-36 Co
. Pohon
dominan kelima adalah pohon anggrung, poho ini mampu hidup
diberbagai kondisi tanah, selaim memiliki bercabagan yang banyak pohon
ini mampu hidup diketingian 500-1500 m dpl dan pertumbuhanya sangat
cepat. Pohon dominasi yang keenam adalah pohon benuang, pohon ini bisa
tumbuh di ketinggian 600-1200 m dpl mudah tumbuh ditanah yang agah
basah bahkan tanah keringpun tumbahan ini bisa bertaha.38
36 www.kemejingnet.com diundut pada tangal 19 Otober 2016 jam 16.30 wita 37 www.pohoninventasi diunduh pada tangal 19 Oktober 2016 jam 16.40 wita 38
www.umy.ac.id diunduh pada tangal 19 Oktober 2016 jam 17.05 wita
62
B. Klasifikasi vetasitasi Dataran Rendah Di Hutan Taman Nasional
Rinjani
Klasifikasi pohon dalam sebuah hutan sangat berguna untuk
keperluan pengelolaan hutan itu sendiri. Klasifikasi pohon dapat
didasarkan pada ukuran pohon atau diameter. Klasifikasi pohon
berdasarkan ukuran, ukuran tersebut akan selalu berbeda. Oleh karena itu
klasifikasi pohon berdasarkan ukuran dibedakan dalam fase-fase sebagai
berikut: (a) Sapihan atau pancang (saplings) yaitu pohon yang tingginya
lebih dari 1,5 meter dengan diameter batang kurang dari 10 cm (b) Tiang
(poles) yaitu pohon yang dengan diameter batang 10-19 cm. (c) Pohon
inti (nucleus trees) yaitu pohon dengan diameter 20-49 cm. Pohon inti
adalah pohon jenis komersial dengan diameter batang 20-49 cm yang
akan membentuk tegakan utama dan yang akan ditebang pada rotasi
berikutnya. (d) Pohon besar (trees) yaitu pohon dengan diameter batang
lebih dari 50 cm.39
Klasifikasi hutan ada dua yaitu klasifikasi berdasarkan posisi
tajukk dan klasifikasi berdasarkan ukuran diameter, Klasifikasi vegetasi
yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah klasifikasi
berdasarkan ukuran diameter pohon, dan tidak mengunakan klasifikasi
yang berdasarkan posisi tajuk karena kesulitan dalam penggukuran tinggi
pohon dan kurangnya alat dan tidak mampu di kerjakan oleh satu duan
orang sehinga klasifikasi berdasrakan posisi tajuk tidak digunakan atau
tidak diikutkan oleh peneliti dalam penelitian ini, dan peneliti
39
Indriyanto. Pengantar Budidaya Hutan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), hal. 21
63
meklasifikasi secara umum yang ditemukan di dataran rendah di Hutan
Taman Nasional Gunung Rinjani. Dalam klasifikasi berdasarkan diamer
ini hanya melibatkan tingkatan, tingkat tiang, pohon inti, dan pohon besar,
sedangkan tingkat pancang tidak diikutkan dalam klasifikasi berdasrkan
diameter karena diameternya terlalu kecil. Adapun klasifikasi berdasarkan
ukuran diameter yang ditemukan dihutan dataran rendah Taman Nasional
Gunung Rinjani, berdasarkan hasil penelitian di bab 2 tabel 2.2 halaman
35 antara lain: (1) Tiang (poles), tingkat ini memiliki ukuran diameter
rata-rata 15 cm. (2) Pohon inti, ditingkat pohon inti memiliki ukuran
diameter rata-rata 40 cm. (3) Pohon besar, ditingkat pohon besar memiliki
ukuran diameter rata-rata 85 cm.
Klasifikasi yang ditemukan diatas adalah klasifikasi yang berdasar
ukuran, ukurang diameter pohon diatas itu menunjukan ukuran rata-rata
disetiap tingkatan, yaitu tinktat tiang, tingkat pohon inti, dan tingkat
pohon besar, dalam ukuran diameter pohon ada yang lebih kecil dari
ukuran rata-rata bahkan adapula yang lebih besar yaitu besarnya
mencapai 200 cm, diameter pohon yang berukuran besar tidak terlalu
banyak ditemukan karena untuk pohon berukuran besar sudah banyak
yang ditebang sehinhga dilihat dari sisa penebangan pohon rata-rata
ukuran diameternya 40-80 cm.
C. Struktur Vegetasi Dataran Rendah Di Hutan Taman Nasional Rinjani
64
Struktur vegetasi adalah komposisi jenis pohon penyusun suatu
kawasan hutan. Struktur vegetsai juga merupakan organisasi individu
dalam ruang yang membentuk suatu tegakan yang merupakan perluasan
dari tipe vegetasi atau asosiasi. bagian dari struktur vegetasi pohon seperti:
(1) Strafikasi secara vertikal yang merupakan diagram propil yang
melukiskan lapisan pohon, tiang, pancang penyusun vegetasi (2) Sebaran
horison jenis-jenis penyusun vegetasi yang mengambarkan letak dari suatu
individu terhahadap suatu jenis komunitas (3) Kelimpahan suatu jenis dari
komunitas.40
Struktur vegetasi adalah komposisi jenis pohon penyusun suatu
kawasan hutan. Struktur vegetsai juga merupakan organisasi individu
dalam ruang yang membentuk suatu tegakan yang merupakan perluasan
dari tipe vegetasi atau asosiasi, Struktur vegetasi yang di dapatkan di dua
stasiun bervarisi jumlahnya ini disebabkan jumlah plot yang berbeda pula
jumlah plot yang ada di stasiun 1 berjumlah 12 plot, sedangkan di stasiun
2 jumlah plotnya 13 plot . Adapun jumlah pohon yang ditemukan ditiap
stasiun antara lain: (1) Stasiun satu dengan jumlah plot pengamatan 12
plot mendapatkan 369 pohon dari 44 jenis tumbuhan dengan luas wilayah
pengamatan 4800 m2. (2) Stasiun dua dengan jumlah plot pengamatan 13
plot mendapatkan 457 pohon dengan luas wilayah pengamatan 5200 m2.
Struktur vegetasi yang ditemukan didua stasiun mengambarkan
komunitas atau kumpulan masyarakat tumbuhan yang menjadi peluasa
40
Dwi Kemeluh Agustina. Vegetasi Pohon di Hutan lindung, (Malang: UIN Maliki Pres. 2010),
hal. 95-96
65
atau yang menjadi kumpulan besar yang disebut asosiasi. Pohon yang
ditemukan dalam struktur vegetasi di dua stasiun tidak sama jumlah pohon
yang ditemukan bahkan pohon di stasiun satu tidak ditemukan di stasiun
dua begitu juga sebaliknya pohon di stasiun dua tidak di temukan di
stasiun satu sepeti salah satunya pohon joet (Syzyum commonii) itu tidak
ditemukan di stasiun dua dan ada juga pohon yang tidak ditemukan di
stasiun dua seperti salah satunya pohon asam (tamarindus indica), dan
masih ada beberapa pohon lagi yang tidak ada di antara dua stasiun ini
disebabkan berkurangnya spesies pohon itu sendiri sehinga jarang
ditemukan lagi.
BAB IV
PENUTUP
66
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa penelitian di lokasi hutan tropis dataran Rendah \
Hutan Taman Nasional Gunung Rinjani Nusa Tenggara Barat
peneliti menerik kesimpulan bahwa dari hasil temuan dan
pembahasan menemukan hasil antara lain:
1. Asososiasi vetasi 61 jenis pohon dengan jumlah pohon yang
didapatkan 826 pohon dari luas wilayah 10.000 m2.
2. Klasifikasi vegetasi yanng didapatkan menurut ukuran diameter,
tiang memiliki ukuran diameter rata-rata 15 cm, pohon inti
memiliki ukuran diameter rata-rata 40 cm, dan bopon besar
memiliki ukuran diameter rata-rata 85 cm.
3. Struktur vegetasi atau komposisi jenis pohon penyusun suatu
kawasan hutan ada 44 jenis pohon yang didapatkan stasiun satu
dengan jumlah pohon yang di dapatkan 369 pohon dan stasiun
kedua mendapatakan 57 jenis pohon dengan jumlah pohon yang
di dapatkan 457 pohon.
B. Saran
67
1. Untuk peneliti selajutnya, diharapkan supaya peneliti lebih bisa
mengenal keanekaraman jenis pohon di dataran rendah Hutan
Taman Nasional Gunung Rinjani.
2. Hasil penelitian ini semoga bermanfaat bagi masyarakat
khususnya pelajar/mahasiswa bisa digunakan sebagai acuan
untuk mekakukan penelitian lebih lanjut.
3. Untuk dinas kehutanan, bisa menjadikan data awal untuk
dijadikan pedoman dan untuk melakukan penelitian secara
berkala.
4. Untuk wisata dan masyarakat setempat, agar bisa menjaga
kelestarian alam yang ada didataran rendah Hutan Taman
Nasional Gunung Rinjani Nusa Tenggara Barat (NTB).
5. Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi informasi
ilmiah tentang spesies pohon yang ada didataran rendah Hutan
Taman Nasional Gunung Rinjan
68
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Dwi Kemeluh. 2010. Vegetasi Pohon di Hutan Lindung. Malang: UIN
Maliki Press.
Aljamil. 2012. Al-Qur’an Tajwid Warna Terjemah Perkata Terjemah Inggris.
Bekasi: Cipta Bagus Segara.
Akbar Arafan Embo Dkk. 2005. Inventarisasi Asosiasi Jenis Pohon Pada
Cagar Alam Gunung Ambang, Sulawesi Utara. Jurnal Unsrat Manado.
Arief, Arifin. 1994. Hutan Hakekat dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Awan, San Afri. 2003. Politik Kehutanan Masyarakat. Yogyakarta: Kresi
Wacana.
Azis, Sodiqin. 2014. Infentarisasi Jenis Pohon di Hutan Taman Nasional
Gunung Rinjani. Skipsi : IKIP Mataram.
Fachrul,Melati Feranita. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Heriyadi dan Iqbal. 2003. Gunungapi Nusa Tengara Barat. Dinas pertambagan
dan Energi: Mataram.
Indriyanto. 2005. Ekologi Hutan. Jakarta: PT Bumi Askara.
Indriyanto. 2010. Pengantar Budi Daya Hutan. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Isa,Yuli. 2015. Struktur Vegetasi Tingkat Pohon Suaka Margasatwa Nantu,
Gorontalo.
Jain, Alam setia. 1997 Aspek Pembinaan Hutan. jakarta: Rineka Cipta.
jazuli, Ahmad. 2010. Manfaat Hutan Lindung. Jakarta: CV.Sinar
Cemerlang Abadi.
Kurniawan, Agung. 2008. Asosiasi Pohon Dataran Rendah Cagar Alam
Tangkoko Sulawesi . Sulawesi : Lemaga Ilmu Pengatahuan Idonesia (LIPI)
Kusmana. 2011. klasifikasi Vegetasi Gunung Endut. Banten
69
Novia,windy dan chulsum, umi. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Nurrochmat, Dodik Ridho. 2010. Penyelolaan Hutan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Raba, Manggaukang. 2002. Fakta-Fakta Tentang Lombok Sumbawa. UD.
Bugenvil: Mataram.
Sugiyono. 2014 Metodeloli Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugioyono. 2014. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Team Penulis. 2015. Pedoman Penulisan Skripsi. Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Mataram.
www.umy.ac.id diunduh pada tangal 19 Oktober 2016 jam 17.05 Wita
www.tanobat.com diunduh pada tanggal 12 Oktober 2016 jam 20.13 Wita
www.kemejingnet.com diundut pada tangal 19 Otober 2016 jam 16.30 Wita
www.pohoninventasi diunduh pada tangal 19 Oktober 2016 jam 16.40 Wita
70
Pembutan plot
pengamatan
Gambar pembuatan
plot stasion I
Gambar pembuatan
plot stasion II
Mencatat dan mengukur diameter pohon
71
Gambar mencatat pohon
Gambar mengukur dan mencatat diameter pohon
Mengecek kembali sisa pembuatan plot
72
Gambar melihat kembali sisa pembutan plot
73
74