1
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan manusis bahasa adalah suatu hal yang sangat penting.
Sebagai makhluk sosial manusia tidak akan bisa terhindarkan dari berinteraksi
dengan manusia yang lain dan kita tidak dapat berinteraksi tanpa adanya
bahasa. Bahkan untuk berfikir saja manusia menggunakan bahasa. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa tanpa kita sadari bahasa memegang
peranan penting dalam kehidupan kita sehari-hari seperti halnya oksigen dan
sinar matahari.
Salah satu contoh dari sekian banyak bahasa di dunia ini adalah bahasa
Inggris. Bahasa Inggris ini dipergunakan lebih dari setengah populasi
penduduk dunia yang akhirnya membuat bahasa Inggris dinyatakan sebagai
bahasa internasional. Berdasarkan alasan tersebut bahasa Inggris menjadi
salah satu bahasa yang wajib dipelajari oleh para peserta didik di negara
manapun termasuk di Indonesia yang memasukannya kedalam Kurikulum
pendidikan Nasional sebagai mata pelajaran wajib.
Dalam mempelajari bahasa Inggris ada 4 kemampuan (skills) yang harus
dikuasai oleh siswa yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Menurut Tarigan, Henry Guntur (1983:1),
Keterampilan berbahasa (language skills) dalam kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat segi, yaitu:
a. Keterampilan menyimak (listening skills);
2
b. Keterampilan berbicara (speaking skills);c. Keterampilan membaca (reading skills);d. Keterampilan menulis (writing skills).
Maka dalam perjalanannya pembelajaran bahasa Inggris harus mampu
mengembangkan keterampilan-keterampilan berbahasa tersebut untuk dapat
berkomunikasi dan berwancana dalam bahasa Inggris dengan baik.
Jika keterampilan menyimak dan berbicara merupakan kemampuan
alamiah yang dimiliki oleh seseorang, karena sebelum memasuki pendidikan
formalpun seseorang sudah bisa dipastikan menguasai keterampilan ini,
sedangkan dua keterampilan lainnya yakni membaca dan menulis
memerlukan suatu pembelajaran untuk menguasainya. Setiap keterampilan
itu dipengaruhi oleh proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa mampu
mencerminkan pikiran seseorang. Bahasa dikatakan baik apabila
menghasilkan pemikiran cerah, jelas, dan luas. Semakin trampil seseorang
berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan
seperti itu hanya dapat diperoleh melalui pengalaman hidup sehari-hari dan
latihan berulang-ulang. Hal ini sejalan dengan pendapat Dawson yang dikutip
oleh Tarigan, Henry Guntur (1983:1), “Melatih keterampilan berbahasa
berarti pula melatih keterampilan berpikir.” Berdasarkan pendapat tersebut,
bahasa dihasilkan oleh akal seseorang dan bahasa juga merupakan salah satu
ciri tingkat kecerdasan seseorang, semakin pintar dan cerdas seseorang,
semakin terampil bahasa yang digunakan. Itu semua merupakan hasil dari
3
kemampuan berpikir otak seseorang. Karena otak itu sendiri berpikir dengan
menggunakan bahasa. Hal itu dapat dilihat dalam keterampilan orang tersebut
mengekspresikan hasil pemikirannya melalui lisan (speaking) ataupun tulisan
(writing).
Dari kedua keterampilan yang bersifat ‘hasil’ tersebut, menulis lebih rumit
daripada berbicara. Seperti yang diungkapkan oleh Dedi Heryadi sebagaimana
dikutip oleh Al Ghifari, Abu (2002:7), “Menulis lebih sukar dibandingkan
dengan berbicara karena dalam menulis kita harus memahami penyusunan ide
dengan baik. ada beberapa hambatan dalam menulis seperti sulitnya
menentukan tema, membuat judul dan mengembangkan paragraph.” Oleh
karena itu banyak orang yang berpendapat bahwa keterampilan menulis
adalah puncak dari keterampilan berbahasa dikarenakan banyak aspek yang
harus dikembangkan dalam menulis termasuk keterlibatan ketiga keterampilan
yang lain (menyimak, berbicara, dan membaca).
Berdasarkan pengamatan penulis selama menjalani Program Pengalaman
Lapangan (PPL) di kelas VIII SMPN 2 Tasikmalaya, banyak hambatan yang
dihadapi para siswa dalam membuat suatu cerita atau karangan terutama
dalam bahasa Inggris. Hambatan yang biasa muncul dalam pembuatan
karangan berbahasa Inggris adalah kesulitan dalam memunculkan dan
mengembangkan ide-ide mereka kedalam bentuk tulisan. Banyaknya genre
dalam teks bahasa Inggris terkadang dapat membingungkan siswa akan
4
susunan seperti apa yang harus dia pergunakan dalam menulis sebuah teks.
Misal dalam pembuatan teks Narative, siswa kerap di bingungkan bahwa yang
masuk kedalam teks ini hanyalah cerita dongeng semata sehingga mereka
terpaku pada cerita-cerita yang sudah ada tanpa memiliki keberanian untuk
mengarang cerita baru versi mereka. Belum lagi adanya kemiripan bagian-
bagian dari teks ini dengan Recount, kedua teks tersebut sama-sama diawali
oleh bagian yang disebut Orientation, maka jika mereka belum paham benar
dengan susunannya salah-salah mereka akan keliru dalam mengidentifikasi
atau bahkan membuat kedua teks tersebut. Selain itu, ada juga hambatan
berupa kesulitan siswa dalam menyusun karangan tersebut dalam tenses yang
tepat dan bagus. Oleh karena itu siswa sangat penting untuk diajarkan teknik
menulis teks bahasa Inggris yang baik, jenis teks dan bagian-bagiannya serta
penguasaan tenses dengan tepat dan baik.
Oleh karena itu penulis mencoba mencari suatu alternatif media
pengajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menulis bahasa Inggris
siswa, terutama narrative text, dan menanggulangi hambatan-hambatan yang
telah disebutkan diatas. Dan penulis memilih multimedia power point karena
berdasarkan pengalaman penulis selama menjalani PPL di kelas VIII SMPN 2
Tasikmalaya, Power Point merupakan salah satu media pengajaran yang
dapat diterima secara baik oleh siswa.
5
Dari permasalahan diatas, penulis tertarik untuk melakukan sebuah
penelitian dengan judul “Improving the Students’ writing Ability In Narative
Text By Using Multimedia Power Point (An Action Research at the Eighth
Grade of SMP Negeri 2 Tasikmalaya)”.
B. Rumusan Masalah
Penulis merumuskan penelitian ini sebagai berikut “Bagaimana
peningkatan kemampuan writing siswa dalam narrative text melalui
pembelajaran menggunakan multimedia Power Point ?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana peningkatan
kemampuan writing narative text siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tasikmalaya
melalui pembelajaran dengan menggunakan multimedia Power Point.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan manfaat di
antaranya:
1. Bagi Siswa
a. Tumbuhnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran
b. Meningkatkan hasil belajar siswa baik aspek kognitif maupun apektif
c. Meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar
d. Meningkatkan kreatifitas siswa dalam menulis teks bahasa Inggris
terutama narrative.
6
2. Bagi Guru
a. Mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi untuk memperbaiki dan
meningkatkan pembelajaran menulis narative
b. Diperolehnya strategi pembelajaran yang tepat untuk materi pembelajaran
menulis narative
c. Diperolehnya media pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran
menulis narrative.
3. Bagi Sekolah
a. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis narrative
b. Tumbuhnya motivasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran
yang bermutu
c. Tumbuhnya iklim pembelajaran siswa aktif di sekolah.
E. Landasan Teoritis
1. Kemampuan menulis Narative Text
a. Deskripsi kemampuan menulis
Menulis dapat diartikan sebagai hasil maupun proses dalam
menghasilkan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan
menggunakan aksara. Menulis biasa dilakukan pada kertas dengan
menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil. Namun dengan
semakin berkembangnya teknologi seperti saat ini, menulis juga bisa
dilakukan dengan menggunakan komputer atau laptop. Pengertian
7
menulis diungkapkan juga oleh Bram, Barli (2002:7) seperti yang
dikutip oleh KutuBlog (2011:2) “in principle, to write means to try to
produce or reproduce writen message.” Barli Bram mengartikan
menulis sebagai suatu usaha untuk membuat atau mereka ulang tulisan
yang sudah ada.
Menulis atau writing adalah kemampuan berbahasa yang
diletakan paling akhir setelah menyimak (listening), berbicara
(speaking), dan membaca (reading). Akan tetapi bukan berarti bahwa
kemampuan ini tidak penting. Justru dalam kemampuan menulis ini
kita harus mengkonsentrasikan seluruh kemampuan berbahasa agar
membuat hasil yang baik. Menurut Eric Gould, Robert DiYanni, dan
William Smith seperti yang dikutip oleh KutuBlog (2011:1), “Writing
is a creative act, the act of writing is creative because it requires to
interprete or make sense of something: an experience, a text, an event”.
Menulis adalah perilaku kreatif, perilaku menulis kreatif karena
membutuhkan pemahaman atau merasakan sesuatu: sebuah
pengalaman, tulisan, peristiwa.
Kesimpulan dari pengertian diatas yaitu menulis adalang suatu
usaha kreatif dalam menciptakan sebuah tulisan maupun mereka ulang
hasil tulisan orang lain yang dihadirkan dalam bentuk aksara melalui
8
media kertas maupun bentuk elektronik seperti website ataupun blog.
Bagi siswa yang mempelajari sebuah bahasa, terutama bahasa Inggris,
menulis adalah salah satu keterampilan yang penting untuk dikuasai
disamping ketiga keterampilan lain yaitu menyimak, berbicara, dan
membaca.
Sedangkan ability atau kemampuan adalah kecakapan seseorang
dalam melakukan sesuatu. Berdasarkan Random House Dictionary
(2011:1), “ability is possession of the qualities required to do
something; necessary skill, competence, or power.” Kemampuan
adalah kualitas yang dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu;
kecakapan yang diperlukan, kompetensi atau kekuatan. Jadi
berdasarkan penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa ability
adalah kecakapan atau kemampuan yang sangat pendting yang dimiliki
seseorang untuk melakukan sesuatu yang dia dapatkan secara alami
maupun melalui proses pembelajaran.
1) Permasalahan dalam menulis
Ada beberapa masalah dan kesulitan yang biasanya ditemui
oleh siswa dalam mempelajari kemampuan menulis. Seperti yang
dipaparkan oleh Hensel, Paul R. (1996:1),
Those are the general problems of writing as follows: a) Problems with using commas.b) Other punctuation issues.
9
c) Apostrophes.d) Sentence structure.e) Subject-verb agreement (singular-plural issues)f) Word usage.g) Commonly misused expressions.h) General style issues.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa siswa
akan mengalami beberapa hambatan dalam menggunakan koma,
penggunaan tanda baca lainnya, tanda petik, struktur kalimat,
bentuk singular-plural, pemilihan kata-kata, kesalahan umum
dalam menggunakan ekspresi, permasalahan gaya bahasa umum.
2) Tahapan-tahapan menulis
Menulis adalah suatu proses kreatif. Oleh karena itu ada
beberapa tahapan yang harus dilalui demi menciptakan suatu
karya tulis yang mendekati sempurna. Seperti yang dipaparkan
oleh Supriyono, Yusup (2009:28),
Indeed, writing is a process because it passes through some steps, pre-write, draft, revise, edit, and publish their writing on magazine, article newspaper, book, etc. The process of writing refers to what children do. It has five stages:1. Prewriting
Draw on your own experiencesRead or listen to stories read aloudGenerate ideasOrganize thinkingTalk over ideas with othersChoose what type of writing you’ll do: journals, letters, etc.Consider: the audience, you’ll write for
10
Brainstorms ideas: make a list, clusters, quick-writeRehearse: draw, talk, acts out.
2. DraftingPut your ideas down on paperFocus on meaning, rather than conventionsFree! Free to experimentUnderstand that writing can changeTry out different possibilitiesTalk over your draft with othersRehearse some more.
3. RevisingReread during and after writing the draftRethink what they’ve writtenShare with others in the reader’s circleTalk to the teacher in a conferenceChange, add, delete, and modify your draftClarify meaningExpand ideas.
4. EditingProofread your revised pieceTalk to the teacher in an editing conferenceRephrase and refineCheck: spelling, punctuation, capitalization, usage, form, legalityIdentify and correct your own piece.
5. PublishingChoose the form: book, displayed in room, drama, reader’s theater, electronic media, letter, newspaper, posters, or advertisement.Share their published pieces by reading aloud, writing workshop.
Dapat kita simpulkan bahwa tahapan menulis yang harus
ditempuh oleh siswa ada 5 yaitu, persiapan sebelum menulis
(prewriting) menentukan idea atau tema tulisan, pengonsepan
(drafting) menuliskan bentuk awal/garis beras tulisan kita,
meninjau ulang (revising) membaca kembali tulisan yang telah
11
kita buat, mengedit (editing) mengoreksi kesalahan pada tulisan
yang telah kita buat, dan yang terakhir adalah menerbitkannya
(publishing) menyajikan teks yang kita buat dalam bentuk yang
kita kehendaki.
b. Deskripsi Text Genre
Ada suatu hal penting dalam menulis sebuah teks. Kita harus
mengenal jenis (genre) teks yang kita buat beserta karakteristiknya.
Genre merupakan pola dalam penulisan sebuah teks. Menurut
pendapat Martin yang dikutif oleh Djuhairie, Otong Setiawan
(2007:9), “Genre merupakan aktivitas yang terarah, terpola, bertahap,
dan berorientasi tujuan. Dalam aktifitas yang dimaksud, para
pembicara bertindak sebagai anggota suatu komunitas budaya.”
Lebih lanjut, Larson (1984:1) menyatakan bahwa, “A text genre is a
type of written or spoken discourse.” Artinya genre teks merupakan
wacana tertulis ataupun berbicara. Didasarkan pada pengertian diatas,
penulis menyimpulkan bahwa text genre adalah suatu jenis teks yang
memiliki karakteristik khusus dan tujuan atau makna. Dalam setiap
text genre kita akan menemukan tujuan komunikatif, tahapan, dan
cirri-ciri khusus yang berhubungan dengan karakter kebudayaan,
dalam arti teks tersebut sangat penting untuk ditafsirkan dengan
menghubungkannya pada konteks sosial dan kebudayaan.
12
Teks merupakan suatu wacana tertulis. Seperti yang telah
disebutkan diatas dalam setiap wacana pasti memiliki tujuan
komunikatif. Untuk mencapai tujuan komunikatif tersebut, teks
dirancang dengan struktur tertentu serta karakter kebahasaan tertentu.
Berdasarkan tujuan komunikasinya Djuhairie, Otong Setiawan
(2007:24) membagi jenis text menjadi “Description, report,
explanation, exposition, discussion, procedure, review, narrative,
spoof, recount, anecdote, dan news item.” Akan tetapi dalam
penelitian ini penulis hanya akan focus pada jenis narrative text.
c. Definisi Narrative text
Teks narrative terbagi kedalam beberapa jenis, seperti
pernyataan yang diungkapkan oleh Yuliani, Marta (2008:17),
menjelaskan “Ada beberapa jenis teks naratif, yaitu folktales (dongeng
rakyat), myth (cerita yang melibatkan dewa-dewi), legend (legenda),
dan fable (cerita tentang hewan-hewan yang diumpamakan seperti
manusia).”
Terdapat beberapa deskripsi tentang narrative text: Menurut
Djuharie, Setiawan Otong (2007:41), menjelaskan “Teks narrative
merupakan jenis teks berupa cerita atau dongeng yang bertujuan
menghibur pembaca.” Sementara, Larson (1984:1), menyampaikan
“Narrative text is used to tell about a sequence of events.” Artinya,
13
teks narrative digunakan untuk menceritakan sebuah urutan peristiwa.
Selanjutnya, Feez, Susan dan Helen Joyce (1998:28), menyatakan
“Narratives are about events in the past.” Artinya, naratif adalah
tentang peristiwa-peristiwa di masa lampau. Kemudian, Cope, Bill and
Mary Kalantzis (1993:10), menyatakan “Narratives are texts that do
not pretend to be factual, even though they might be closely linked to
actual or vicarious experience.” Artinya, naratif adalah teks yang tidak
berlaku menjadi fakta, meskipun mereka berkaitan dengan pengalaman
yang sebenarnya atau seolah-olah mengalami sendiri.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa teks
narrative adalah jenis teks yang menceritakan urutan peristiwa di masa
lalu yang tidak berlaku menjadi fakta, meskipun berkaitan dengan
pengalaman yang sebenarnya ataupun seolah-olah mengalami sendiri
pengalaman tersebut.
Setiap jenis teks memiliki generic structure dan grammatical
features tersendiri, begitu juga dengan teks narrative. Menurut
Djuharie, Setiawan Otong (2007:41), menjelaskan
Teks narasi umumnya memiliki generik struktur:
1) Orientasi, pembuka atau pendahuluan berupa pengenalan tokoh, waktu, dan tempat.
2) Komplikasi/krisis, pengembangan konflik atau pemunculan masalah.3) Resolusi, penyelesaian konflik atau langkah-langkah yang diambil
untuk merespon masalah.
14
4) Reorientasi, pentutup - ungkapan-ungkapan yang sudah menunjukan cerita berakhir: sifatnya opsional.
5) Coda, perubahan yang terjadi pada tokoh dan pelajaran yang dapat dipetik dari cerita: sifatnya opsional.
Sementara mengenai ciri-ciri kebahasaan (grammatical features)
menurut Yuliani, Marta dan Yuniarti Dwi A (2010:36), menyampaikan
The Grammatical features of narrative text:
1) Use of adjectives to build noun groups to describe the people, animals or things in the story such as a beautiful princess named Kadita;
2) Use of time connectives and conjunctions to sequence events through time, such as however, although, later, then;
3) Use of adverb and adverbial phrases to locate the particular events, such as once upon a time, in the night;
4) Use of past tenses, such as … decided to marry …,… was very happy;5) Use of action verbs to indicate the actions, such as woke up;6) Use of action verbs to indicate the actions, such as woke up, cried,
walked, jumped into; and7) Use of saying and thinking verbs to indicate what characters are
feeling, thinking or saying.
Artinya, ciri-ciri kebahasaan teks naratif:
1) Menggunakan adjectives untuk membangun kelompok-kelompok noun
untuk menggambarkan orang, binatang, atau hal-hal dalam cerita
seperti a beautiful princess named Kadita;
2) Menggunakan time connectives dan conjunctions untuk mengurutkan
peristiwa melalui waktu, seperti however, although, later, then;
3) Menggunakan adverb dan adverbial phrase untuk menempatkan
peristiwa tertentu, seperti once upon a time, in the night;
15
4) Menggunakan past tenses, seperti … decided to marry …,… was very
happy;
5) Menggunakan verb untuk menunjukkan tindakan, seperti woke up;
6) Menggunakan action verb untuk menyatakan tindakan, seperti woke
up, cried, walked, jumped into; dan
7) Menggunakan saying dan thinking verbs untuk menyatakan apa yang
sedang tokoh cerita rasakan, pikirkan, atau katakan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran teks narrative dapat dikuasai oleh siswa dengan cara
memberikan pemahaman generic structure dan grammatical features
yang dimilikinya untuk meningkatkan kemampuan menulis teks
narrative siswa
2. Multimedia Power Point
a. Definisi media pembelajaran
Media berasal dari kata latin “medium” yang bisa diartikan
“tengah”, “perantara”, atau “pengantar”. Seperti pendapat Criticos
yang dikutip oleh Daryanto (2010:4), “Media merupakan salah satu
komponen komunikasi yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator
kepada komunikan.” Dapat kita simpulkan bahwa media adalah
perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju
penerima, dalam hal ini dari guru terhadap para peserta didik. Karena
16
pada hakekatnya, proses pembelajaran adalah proses suatu
komunikasi, penyampaian pesan dari guru terhadap peserta didik.
Pesan ini bisa berupa isi atau ajaran yang dituangkan kedalam symbol-
simbol komunikasi baik secara verbal (kata-kata dan tulisan) maupun
non-verbal.
Dalam proses pembelajaran media memiliki peranan yang penting
seperti yang dinyatakan oleh Ivor K, Davies (1980:193), yang dikutip
oleh Kardijan, Dian (2010:6),
That media not only give concrete experiences needed by the receivers (the students) but also help the students to integrate the previous, media are able to make the students memorize some prior experiences and events more easily.
Artinya media tidak hanya memberikan pengalaman yang
dibutuhkan penerima (siswa) tetapi juga membantu siswa untuk
mengintegrasikan dengan yang sebelumnya, media cukup untuk
membuat siswa lebih mudah menghafalkan pengalaman dan peristiwa
sebelumnya. Sedangkan menurut Arsyad, Azhar (2007:4-5), “Media
adalah sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi
instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk
belajar.” Dari beberapa pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa
media pembelajaran adalah sumber atau pembawa informasi dari guru
sebagai sumber menuju peserta didik sebagai penerima demi mencapai
suatu proses pembelajaran yang efektif.
17
b. Jenis-jenis media pembelajaran
Terdapat beberapa jenis media pembelajaran yang dapat digunakan
oleh guru dalam meningkatkan hasil proses belajar mengajar siswa.
Menurut Sudjana, Nana, dan Ahmad Rivai (2002:3), menjelaskan
Ada beberapa jenis media pengajaran yang biasa digunakan dalam proses pengajaran. Pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik, dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua, media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama, dan lain-lain. Ketiga, media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP dan lain-lain. Keempat pengggunaan lingkungan sebagai media pengajaran.
Sementata menurut Kardijan, Dian (2010:8), “In general, there
are three kinds of instructional media. There are audio, visual, and
audio visual.” Artinya, secara umum ada tiga jenis media
pembelajaran. Diantaranya, audio, visual, dan audio visual.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran terdiri dari berbagai bentuk dan jenis. Pemilihan media
pembelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi,
serta kemampuan dan karakteristik peserta didik merupakan tanggung
jawab seorang guru demi mnunjang efisiensi serta efektifitas proses
pembelajaran.
c. Definisi multimedia Power Point
18
Multimedia adalah salah satu bentuk media pembelajaran yang
memiliki lebih dari satu aspek yang ditonjolkan (audio,visual,audio-
visual). Dalam bukunya Daryanto (2010:51) menyebutkan,
Karakteristik multimedia pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Memiliki lebih dari satu media yang konvergen, misalnya menggabungkan unsure audio dan visual.
2. Bersifat interaktif, dalam pengrtian memiliki kemampuan untuk mengakomodasi respon pengguna.
3. Bersifat mandiri, dalam pengertian member kemudahan dan kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna dapat menggunakan tanpa bimbingan orang lain.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa ada beberapa
karakteristik yang harus dipenuhi agar sebuah media dapat dikatakan
sebagai multimedia pembelajaran yaitu merupakan penggabungan dari
(sedikitnya) dua unsur media yang berbeda, bersifat interktif dan
bersifat mandiri. Sedangkan menurut Setiawan, Agung (2003:141),
“Multimedia merupakan tambahan fasilitas yang kini banyak
digunakan pengguna computer.”
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi banyak mempengaruhi bernagai aktifitas manusia
termasuk dalam proses pembelajaran. Adalah yang kita sebut E-
Learning yaitu merupakan media dan proses pembelajaran yang
memanfaatkan perkembangan teknologi elektronika saat ini, yang
dimaksud elektronik adalah teknologi komputer yang dikaitkan
dengan penggunaan internet. Hal ini sangat penting untuk
19
merevitalisasi proses pembelajaran agar dapat mengadaptasikan
peserta didik dengan lingkungan kerjanya nanti.
Contoh nyata dari pemanfaatan perkembangan teknologi ini
adalah dengan pembuatan media pembelajaran yang memanfaatkan
program aplikasi Microsoft Power Point. Program ini memiliki
kemampuan yang sangat baik dalam dalam menyajikan sebuah materi
presentasi dan sudah banyak digunakan dalam dunia pendidikan.
Menurut techterm.com 2012:1) “Power point is a presentation
program developed by Microsoft.” Sedangkan Prabawati, Th. Ari
(2009:3), “Power point memungkinkan anda menambahkan
multimedia dalam presentasi clip-art, foto, animasi, sound, dll.”
Berdasarkan penjelasan diatas, multimedia power point adalah
salah satu media pembelajaran yang memungkinkan pengajar
membuat suatu bentuk presentasi yang terdiri dari berbagai bentuk
media seperti gambar, suara, chart, maupun video yang dapat
meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa sehingga proses
pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.
3. Meningkatkan kemapuan menulis Narrative text siswa dengan
menggunakan multimedia Power Point.
Kemampuan siswa dalam menulis teks narrative adalah kekuatan mental atau
fisik siswa dalam menuangkan suatu gagasan, ide, dan informasi secara tidak
20
langsung dalam menyampaikan sebuah cerita, dongeng atau urutan peristiwa di
masa lalu yang bersifat fiktif kepada pembaca dalam bentuk tulisan.
Penggunaan Power Point adalah media yang penulis gunakan sebagai
strategi atau langkah awal penulis dalam proses belajar-mengajar yang bertujuan
untuk menghilangkan rasa jenuh siswa dari kegiatan belajar-mengajar yang
monoton, sehingga dengan penggunaan media picture series dalam proses
belajar-mengajar, siswa diharapkan akan termotivasi dalam menuangkan ide atau
gagasan dari rangakaian gambar yang telah disajikan secara berurutan ke dalam
bentuk tulisan.
Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini akan lebih menitikberatkan
pada peningkatan kemampuan menulis teks narrative siswa dengan
menggunakan multimedia Power Point.
4. Penelitian yang Relevan
Penelitian ini relevan dengan skripsi yang di tulis oleh Yanie Warliyani
yang membahas tentang “Improving Students’ Writing Ability by Using
Realia Object at the Eighth Grade of SMPN 1 Tasikmalaya”
Dalam penelitiannya Warliyani, Yanie (2010 : 50), menyimpulkan:From the explanation above we can see that the students’ ability in writing descriptive text from the cycle I to the cycle II increases significantly . it can be seen from the average of the students’ writing test scores at the cycle II, which reaches 83.13 with percentage of students who achieve KKM is 100%. It means that all students achieve KKM in writing descriptive text. It’s prove that the result of the students’ writing learning process by using realia objects is very good and satisfying. It indicates that the learning process is successful, and the cycle should be stopped. Therefore, the writer concludes that realia objects can solve the students’ problem in writing a descriptive text. In other words, the use of the realia object can improve the students’ ability in writing a descriptive text.
21
Maksudnya penulis menyimpulkan bahwa penggunaan realia object
sebagai media pembelajaran terbukti mampu meningkatkan kemampuan
menilis siswa dalam descriptive text. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran amat diperlukan untuk meningkatkan
kemampuan menulis siswa.
Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Yanie Warliyani, penulis
juga akan melakukan penelitian yang menitik beratkan kempada peningkatan
kemampuan menulis siswa. Hanya saja , jika penelitian yang dilakukan Yanie
Warliyani lebih menitik beratkan kepada peningkatan kemampuan menulis
descriptive text siswa dengan menggunakan media realia objek, sedangkan
penulis akan melakukan penelitian yang menitik beratkan pada peningkatan
kemampuan menulis siswa dalam narrative text dengan menggunakan
multimedia power point.
F. Kerangka Tindakan
Kemampuan menulis peran penting dalam mengukur keterampilan
berbahasa seseorang. Karena kemampuan menulis merupakan kemampuan
yang membuat pembelajar harus mengerahkan kemampuannya yang lain yaitu
menyimak, berbicara dan membaca untuk dapat mengahasilkan suatu karya
tulis yang benar dan bermakna. Dengan meningkatkan kemampuan menulis
siswa, maka kemampuan berfikir mereka akan dirangsang agar lebih kreatif
serta ekspresif akan ide dan gagasan mereka. Banyak sekali teknik, media,
22
serta strategi yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk meningkatkan
pembelajaran menulis yang efektif. Salah satunya dengan strategi penggunaan
multimedia power point.
Dari penelitian ini diduga multimedia power point dapat meningkatkan
kemampuan menulis siswa. Karena dengan media ini kita bisa melakukan
explorasi, elaborasi, maupun konfirmasi secara lebih menarik. Karena dengan
menggunkan multimedia power point kita dapat memadukan berbagai media
yang lain seperti pictures series dengan cara menampilkan slides yang berisi
gambar yang berurutan mengenai suatu cerita. Atau kita bisa menampilkan
teknik guided writing dengan cara menampilkan pertanyaan-pertanyaan yang
dapat menuntun siswa untuk membuat sebuah teks. Banyak hal yang dapat
kita explore melalui multimedia power point ini yang tujuannnya tetap satu
yaitu meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis
teks narrative.
G. Definisi Oprasional
Students’ Writing Ability in :
Narrative text
Kemampuan menulis bahasa Inggris siswa
dalam membuat karangan berbentuk
narrative text kelas VIII SMP Negeri 2
Tasikmalaya.
Multimedia Power Point : .Salah satu media yang dipergunakan dalam
23
proses pembelajaran dengan teknik presentasi
guided writing untuk meningkatkan
kemampuan meulis siswa.
H. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan pada perumusan masalah,
maka hipotesis penelitian ini adalah penggunaan multimedia power point
memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan menulis narrative text
siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tasikmalaya.
I. Prosedur Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian
tindakan. Menurut Arikunto, Suharsimi (2006:90) ,
Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau kelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan. Ciri atau karakteristik utama dari dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peniliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah suatu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang “dicoba sambil jalan” dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya, pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain.
24
Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa metode penelitian
tindakan adalah suatu penelitian yang bersifat memecahkan masalah
langsung dengan tindakan berdasarkan yang telah dirumuskan secara
matang didukung oleh ilmu yang telah dipelajari oleh peneliti. Dalam
metode penelitian tindakan, kerjasama antara peneliti dan anggota
kelompok sasaran amat sangat dibutuhkan.
2. Tekhnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu sebagai berikut:
a. Observasi
Teknik ini digunakan pada setiap pertemuan selama kegiatan
belajar mengajar berlangsung. Teknik ini dilakukan oleh guru bahasa
Inggris SMP Negeri 2 Tasikmalaya. Guru mengamati segala aktifitas
penulis dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran
menulis teks narrative menggunakan multimedia power point. Lembar
observasi diserahkan kepada penulis setelah selesai proses
pembelajaran. Hasil pengamatan tersebut digunakan untuk memperoleh
data tentang proses pembelajaran menulis teks narrative dengan
menggunakan power point.
b. Tes
25
Menurut Arikunto, Suharsini (2006:150), “Tes ialah serentetan
pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok.” Tes digunakan untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam menyimak setelah diberikan pengajaran
menggunakan media Power Point. Penulis mengunakan written test
dengan menyuruh siswa menulis sebuah cerita. Tes ini dilakukan secara
individu. Penulis memberikan tes kepada siswa, kemudian hasil tes
tersebut digunakan sebagai data.
3. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tes sebagai instrumen
penelitian. Tes yang diberikan berupa tes tertulis dengan bentuk instrumen
uraian (membuat karangan) sesuai dengan topik yang diberikan. Tes ini
merupakan tes diskrit yang hanya memuat satu keterampilan yaitu menulis
menggunakan tes subjektif untuk melihat kemajuan siswa pada waktu
pembelajaran berjalan. Penulis memberikan pre-test sebelum treatment
(pembelajaran menggunakan power point), sedangkan post-test diberikan
setelah treatment. Materi pertanyaan untuk pre-test dan post-test adalah
sama. Seluruh siswa menjawab dalam bentuk tulisan. Pre-test diberikan
untuk mengetahui kemampuan dasar siswa sebelum treatment, sedangkan
post-test diberikan untuk mengetahui hasil dari treatment. Diharapkan tes
26
tersebut dapat menghasilkan data mengenai kemampuan menulis (writing
ability) siswa.
Untuk menilai kemampuan siswa dalam menulis teks narrative
mengacu pada rubrik penilaian (dapat dilihat pada lampiran halaman 25).
4. Data dan Sumber Data
a. Data
Data yang penulis gunakan yaitu data dari hasil tes dan observasi.
Data yang digunakan diperoleh dari hasil tes kemampuan menyimak
siswa lagu berbahasa Inggris setiap akhir siklus. Sedangkan data hasil
observasi diperoleh melalui hasil pengamatan proses pengajaran yang
dilakukan oleh guru dan mengenai proses belajar siswa.
b. Sumber Data
Sumber data penelitian ini yaitu seorang guru bahasa Inggris
sebagai observer dan siswa kelas VIII F SMPN 2 Tasikmalaya yang
berjumlah 45 siswa.
27
4. Desain Penelitian
Picture 3.1
Spiral Penelitian Tindak Kelas (Burn, 1999)
Berdasarkan gambar, penulis menyimpulkan bahwa penelitian tindakan
merupakan sebuah proses dinamik yang berisi beberapa putaran yang harus
dilakukan. Masing-masing spiral memiliki empat kompetensi atau bagian
yaitu perencanaan tindakan, penerapan tindakan, mengobservasi dan
mengevaluasi proses dan hasil tindakan, dan melakukan refleksi, dan
seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diarahkan tercapai.
5. Langkah penelitian
28
Adapun langkah-langkah penelitian yang penulis tempuh dari awal sampai
akhir adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan masalah dan tujuan penelitian yang akan diteliti;
b. Memulai siklus I;
6) Menyusun rancangan tindakan atau perencanaan siklus I bersama
pengamat (observer).
a) Membuat lembar observasi.
b) Mempersiapkan media pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu power point.
c) Membuat pelaksanaan pembelajaran.
2) Melakukan tindakan
a) Memberikan pengajaran teks narrative dengan menggunakan
power point sebagai media pembelajaran.
b) Memberikan tes kepada siswa.
3) Melakukan pengamatan
Pengamat (observer) mengamati proses pembelajaran siswa bersama
penulis dan mengisi lembar pengamatan yang telah disediakan.
4) Melakukan refleksi
a) Mengumpulkan data.
b) Mengolah dan menganalisis hasil data.
c) Menguji hipotesis.
29
d) Menganalisis data hasil observasi.
e) Menganalisis proses perlakuan pada Siklus I.
f) Menentukan perlu tidaknya Siklus II dilaksanakan.
c. Memulai siklus II (jika diperlukan);
1) Menyusun rancangan tindakan atau perencanaan siklus II dengan
beberapa perbaikan sebagai refleksi terhadap siklus I bersama
pengamat (jika diperlukan).
a) Membuat lembar observasi dengan beberapa penambahan yang
diperlukan.
b) Memperbaiki media pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu power point.
c) Menyusun ulang kembali rencana pelaksanaan pengajaran (RPP).
2) Melakukan tindakan (jika diperlukan)
a) Melakukan kembali pengajaran teks narrative dengan
menggunakan power point sebagai media pembelajaran yang telah
diperbaiki.
b) Memberikan tes kepada siswa dengan menggunakan soal pada
siklus pertama.
3) Melakukan pengamatan (jika diperlukan)
Pengamat (observer) mengamati proses pembelajaran siswa bersama
penulis dan mengisi lembar pengamatan yang telah disediakan.
30
4) Melakukan refleksi (jika diperlukan).
a) Mengumpulkan data.
b) Mengolah dan menganalisis data hasil tes.
c) Menguji hipotesis
d) Menganalisis data hasil observasi
e) Menganalisis proses perlakuan pada siklus II.
f) Menentukan perlu tidaknya siklus III dilaksanakan.
d. Membuat kesimpulan.
7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Penulis menggunakan satu skala penilaian dalam mengolah hasil tes
dan menggunakan data dari hasil observasi untuk melakukan perbaikan jika
siklus kedua diperlukan (aspek penilaian observasi terdapat pada lampiran
halaman 32). Skala penilaian tes untuk membuat sebuah karangan (essay)
akan diberikan skor keseluruhan 25 dari kelima aspek yang dinilai, yaitu:
content, organization, vocabulary, grammar, dan mechanics.
Data yang diperoleh dari setiap siklus akan disajikan dalam bentuk
tabel, diterangkan, dan disimpulkan. Data analisis menggunakan rumus
persentase, sebagai berikut:
P =
nN
x100 %
31
Keterangan:
P = Persentase siswa yang mencapai nilai KKM
n = Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM
N = Jumlah siswa
(Ali, Muhamad, 1982:186)
Sehingga hasilnya akan diperoleh sebagaimana berikut:
Nilai Siswa < KKM yaitu …………%
Nilai Siswa = KKM yaitu ………....%
Nilai Siswa > KKM yaitu …………%
Dalam pengajaran genre, khususnya teks narrative dengan
menggunakan multimedia pengajaran berupa power point dikatakan berhasil
apabila siswa telah mencapai nilai lebih besar atau sama dengan nilai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 70 atau nilai siswa ≥ 70 sudah mencapai
100 %.
8. Waktu dan Tempat Penelitian
Penulis akan melaksanakan penelitian pada bulan Maret 2012 di kelas
VIII SMPN 2 Tasikmalaya.
32
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohamad. (1982). Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.
Arikunto, Suharsini (2006). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. (2009). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Cohen, Andrew D. (1994). Assessing Language Ability in the Classroom. Boston:
Heinle & Heinle Publishers.
Cope, Bill and Mary Kalantzis. (1993). A Genre Approach to Teaching Writing. London: The Falmer Press.
Djuharie, Otong Setiawan. (2007). Genre. Bandung: Yrama Widya.
Feez, Susan dan Helen Joyce. (1998). Narrative & Non-Fiction Text Types. Australia: Phoenix Education Pty Ltd.
Kardijan, Dian. (2010). Teaching Media. Tasikmalaya: Unpublished.
Larson. (1984). What Is a Descriptive Text. [Online]. Tersedia: http://www.sil.org/linguistics/GlossaryOfLinguisticTerms/WhatISADescriptiveText.htm. (8 Desember 2010)
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. (2009). Media Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Techterms. (2012). Power Point. [Online]. Tersedia: http//www.techterms.com/definition/powerpoint. (15 Januari 2012)
Yuliani, Marta dan Yuniarti Dwi A. (2010). Bahasa Inggris untuk SMA/MA. Klaten: Intan Pariwara.
33
Yuliani, Marta. (2008). Identifying Kinds Of Genre. Bandung: Pakar Raya.
Warliyani, Yanie. (2010). Improving Students’ Writing Ability by Using Realia Object at the Eighth Grade of SMPN 1 Tasikmalaya. Tasikmalaya.: Unpublished
34
The Assessment of Writing
Content5 – excellent :
4 – good :
3 – average :
2 – poor :1 – very poor :
main ideas stated clearly and accurately, change of opinion very clearlymain ideas stated fairly clearly and accurately, change of opinion relatively clearmain ideas somewhat unclear or inaccurate, change of opinion statement somewhat weakmain ideas not clear or accurate, change of opinion statement weakmain ideas not at all clear or accurate, change of opinion statement very weak
Organization5 – excellent :4 – good :3 – average :2 – poor :1 – very poor :
well organized and perfectly coherentfairly well organized and generally coherentloosely organized but main ideas clear, logical but incomplete sequencingideas disconnected, lacks logical sequencingno organization, incoherent
Vocabulary5 – excellent :4 – good :3 – average :
2 – poor :1 – very poor :
very effective choice of words and use of idioms and word formseffective choice of words and use of idioms and word formsadequate choice of words but some misuse of vocabulary, idioms, and word formslimited range, confused use of words, idioms, and word formsvery limited range, very poor knowledge of words, idioms, and word forms
Grammar5 – excellent :4 – good :3 – average :2 – poor :1 – very poor :
no errors, full control of complex structurealmost no errors, good control of structuresome errors, poor control of structuremany errors, poor control of structuredominated by errors, no control of structure
35
Mechanics5 – excellent :4 – good :3 – average :2 – poor :1 – very poor :
mastery of spelling and punctuationfew errors in spelling and punctuationfair number of spelling and punctuation errorsfrequent errors in spelling and punctuationno control over spelling and punctuation
Pedoman Penilaian:
b. Produk dinilai dengan memperhatikan 5 aspek (content, organization,
vocabulary, grammar, and mechanics). Skor maksimal: 25
c. Perhitungan nilai akhir dalam skala 0-100
d. Nilai akhir: perolehan skor X 100 25
(Cohen, Andrew D. 1994:328)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN(RPP)
36
Satuan Pendidikan : SMP Negeri 2 TasikmalayaMata Pelajaran : Bahasa InggrisKelas/Semester : VIII (Delapan) / 1Alokasi Waktu : 2 x 40 menitJenis Teks : Teks DescriptiveTema : Going PicnicSkill : Menulis
A. Standar Kompetensi
Menulis
Mengungkapkan makna dalam bentuk teks tulis fungsional pendek dan esei
sederhana berbentuk narrative dalam konteks kehidupan sehari-hari
B. Kompetensi DasarMengungkapkan makna dan langkah-langkah retorika secara akurat, lalncar dan
berterima dengan menggunakan ragam bahasa tulis dalam konteks kehidupan
sehari-hari dalam teks berbentuk narrative dalam konteks kehidupan sehari-
hari.
C. Indikator Menggunakan kalimat past tense dalam menyampaikan sebuah peristiwa.
Menulis teks berbentuk narrative.
D. Tujuan Pembelajaran.
Pada akhir pembelajaran diharapkan siswa dapat :
1. Menggunakan kalimat past tense dalam menyampaikan sebuah peristiwa
dengan cermat dan seksama
2. Membuat teks sederhana dalam bentuk narrative dengan mandiri dan
percaya diri
E. Materi Pembelajar1. Past Tense.
37
e.g.: - She commanded her maid to kill Snow White
- The old lady gave her an apple.
2. Teks berbentuk narrative.
F. Metode Pembelajaran / Teknik
TPR dan PPP
G. Langkah - Langkah Kegiatan.
1. Kegiatan Pendahuluana. Apersepsi :
Dalam kegiatan apersepsi, guru : datang tepat waktu (discipline)
mengucapkan salam dan mengkondisikan kelas (respect)
Guru dan siswa berdo’a bersama (religius)
Guru mengecek kehadiran siswa (discipline)
b. Motivasi
Tanya jawab mengenai teks tulis fungsional dan esai pendek sangat
sederhana berbentuk recount
Menyampaikan cakupan materi yang akan dipelari berikut
kompetensi yang harus dikuasai siswa
2. Kegiatan Inti (Siklus I)
a. Siswa menjawab pertanyaan mengenai materi yang akan dibahas
b. Siswa berlatih membuat kalimat simple past tense berdasarkan pada
gambar di papan tulis.
c. Siswa diberi penjelasan tentang cara menyusun teks narrative.
d. Siswa membuat karangan pendek berbentuk narrative berdasarkan
gambar yang telah disajjikan di papan tulis
e. Guru mengoreksi hasil kerja siswa bersama-sama
Kegiatan Inti (Siklus II)
38
a. Siswa menjawab pertanyaan mengenai materi yang akan dibahas
b. Siswa mengidentifikasi gambar yang telah disajikan secara berurutan di
papan tulis
c. Siswa diberi penjelasan tentang simple past tense
d. Siswa berlatih membuat kalimat simple past tense berdasarkan pada
gambar di papan tulis.
e. Siswa diberi penjelasan tentang cara menyusun teks narrative.
f. Siswa membuat karangan pendek berbentuk narrative berdasarkan
gambar yang telah disajjikan di papan tulis
g. Guru mengoreksi hasil kerja siswa bersama-sama
3. Kegiatan Akhir
a. Guru menanyakan kesulitan siswa dalam memahami teks narrative.
b. Guru menyimpulkan materi
c. Salam penutup
H. Alat/Bahan/Sumber Belajar
a. Alat/ Media Belajar
- Multimedia Power Point yang berisi gambar dan generic structure of
narrative
b. Sumber Belajar
- Buku ‘English In Focus’
- Teks dari Internet
- Kamus Bahasa Inggris
I. Penilaian.Evaluasi belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran tentang ungkapan
makna teks tulis fungsional pendek berbentuk narrative, adalah sebagai berikut:
1. Teknik Penilaian : Tes tertulis
39
2. Bentuk Instrumen : Uraian
3. Pedoman Penilaian :
Penilaian tertulis : uraian adalah :
Uraian ............................ 25
Kriteria Penilaian :
Content : 5
Organization : 5
Vocabulary : 5
Grammar : 5
Mechanics : 5 25
Nilai Akhir = JUMLAH BETUL X 100 JUMLAH SKOR
Mengetahui Guru Pamong,
Tasikmalaya, 2012 Peneliti
40
Dini Diana , S.Pd. NIP. 19680119 199002 002
Pin Perti PatimahNIM. 082122257