Pendahuluan
Sebagaimana diketahui, Sismennas merupakan perpaduan dari tata nilai, struktur, fungsi
dan proses mencapai efisiensi dan efektivitas dalam menggunakan sumber dana dan
sumber daya nasional dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Sebagai tata nilai
Sismennas merupakan usaha menyeluruh dengan mengintegrasikan karsa, sarana, dan
upaya untuk memberdayakan, mengubah, meningkatkan potensi menjadi kemampuan
nasional yang berdaya saing dalam mengatasi berbagai tantangan dan kendala yang
dihadapi.
Dengan sistem manajemen nasional yang baik diharapkan akan terjadi penguatan
ketahanan nasional yaitu kondisi dinamik bangsa, berisi keuletan dan ketangguhan, yang
mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional, dalam rangka
mempertahankan eksistensi bangsa dan negara terhadap semua tantangan, ancaman,
hambatan, dan gangguan yang dihadapinya, baik yang datang dari dalam maupun dari luar
dalam segala bentuk dan manifestasinya. Beberapa indikator keberhasilan sismennas
dalam tannas dapat tercermin pada: kepemerintahan yang baik (Good Governance),
keamanan nasional yang relatif mapan dan adanya kepastian hukum dan kepastian masa
depan bagi seluruh penduduk, tingkat kesejahteraan rakyat yang memadai atau cukup
tinggi, baik lahiriah maupun bathiniah, sumber daya manusia (SDM) yang kompetitif.
Kesemua itu akan memungkinkan seluruh rakyat semakin bergairah untuk memberikan
peran-serta aktifnya dalam pembangunan.
Disisi yang lain perubahan teknologi baik teknologi informasi dan komunikasi, teknologi
manajemen, dan teknologi pendukung lain telah menyebabkan terjadinya pergeseran
dalam sistem manajemen modern termasuk dalam manajemen nasional[1]. Dengan adanya
teknologi informasi dan komunikasi yang lebih baik akan menyebabkan kemudahan dalam
pengelolaan data dan informasi. Struktur organisasi yang pada era sebelumnya cenderung
bersifat hirarkis fungsional akan menjadi lebih datar (flat) dan lintas komunikasi matrik.
Pendekatan baru dalam manajemen kualitas akan berpengaruh pada konsep pengelolaan
layanan masyarakat dimana pusat layanan (costumer satisfaction oriented) ada pada
masyarakat bukan lagi pada pemerintah.
Adanya pergeseran teknologi ini menyebabkan adanya gap antara sistem manajemen
nasional yang ada saat ini dengan sistem manajemen nasional yang lebih efisien dan efektif
dalam mencapai tujuan nasional. Tulisan ini mencoba mengungkap bagaimana sistem
manajemen nasional yang didukung oleh teknologi dapat meningkatkan ketahanan nasional
dengan lebih baik.
PEMBAHASAN
Tata Nilai Sismennas dan Teknologi
Ada tiga faktor dalam sismennas yang perlu diintegrasikan untuk dapat mencapai tujuan
nasional, yaitu karsa, sarana, dan upaya. Karsa adalah kehendak atau tujuan yang akan
dicapai. Kondisi ini akan menjadi arah agar aktivitas yang dilakukan tetap pada jalur
pencapaian yang diinginkan. Hal ini terkait dengan kemampuan di bidang idiologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan, guna mengatasi berbagai
permasalahan nasional. Sarana merupakan wadah dan pemberdayaan segenap potensi
sumber daya dalam proses mencapai tujuan. Sarana merupakan faktor dominan dan sangat
diperlukan untuk pemilihan alternatif terbaik dan mendukung pengambilan kebijakan.
Upaya merupakan proses pengambilan keputusan dari berbagai dimensi melalui
tranformasi potensi menjadi kemampuan sesuai yang telah ditentukan.
Karsa nasional atau tujuan nasional haruslah berwawasan jauh ke depan. Tujuan nasional
ini akan menjadi haluan negara yang diturunkan menjadi beberapa pentahapan
pencapaian; baik jangka menengah (national objective) maupun jangka pendek (national
target). Dalam era sekarang ini untuk mentransformasikan sarana menjadi karsa tidak
lepas dalam upaya yang dilakukan akan menggunakan teknologi. Teknologi merupakan alat
bantu yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya untuk
mencapai tujuan.
Dari sudut pandang administrasi negara, yang dimaksud dengan tata nilai adalah
perpaduan antara administrasi, organisasi, dan manajemen. Administrasi identik dengan
faktor karsa, sebagai penentu arah, tujuan, atau sasaran dan norma-norma atau cara-cara
pencapaiannya. Organisasi identik dengan faktor sarana, sebagai pewadahan potensi
sumber daya, sumber dana, serta unsur-unsur pendukung dan penunjang lainnya.
Manajemen identik dengan faktor upaya, berintikan cara bertindak meliputi perumusan,
pengendalian, pengawasan, dan penilaian dari organisasi sesuai yang digariskan oleh
administrasi. Tata hubungan faktor karsa, sarana, upaya dalam implementasi berwujud
menjadi perencanana, penganggaran, dan penyusunan program.
Perencanaan yang berkaitan dengan penentuan sasaran yang ingin dicapai sebagai faktor
karsa; Penganggaran yang berkaitan dengan pengerahan sumber daya dan sumber dana
sebagai faktor sarana; dan Penyusunan Program dan Kegiatan dengan menerapkan
teknologi dan manajemen yang baik adalah faktor upaya. Perpaduan antara faktor Karsa,
Sarana, dan Upaya merupakan tata nilai Sismennas dan menjadi pedoman agar
memperoleh keberhasilan sesuai yang diharapkan.
Struktur Sismennas dan Cascading Strategy
Sismennas sebagai pendekatan sistem (systemic approach) akan mencakup input, proses,
output, outcome, dan feedback. Input dalam Sismennas merupakan tatanan luar Sismennas
(Outer Setting) yang juga merupakan faktor lingkungan dari tatanan dalam, sebagai
sumber aspirasi kepentingan rakyat dan sumber kepemimpinan nasional. Untuk
penyelenggaraan pengambilan keputusan sesuai dengan kewenangan terkait[2] diperlukan
proses input atau arus masuk yang berasal dari kehidupan masyarakat dan kehidupan
politik nasional[3]. Kedua faktor input ini berintikan aspirasi dan kepentingan rakyat.
Proses dalam sismennas merupakan rangkaian kegiatan dalam pengolahan
respon[4] terhadap kondisi kehidupan masyarakat dan politik nasional untuk dapat
disesuiakan dengan tujuan nasional menggunakan sumber daya yang dimiliki. Hasil dari
aktivitas ini merupakan keputusan-keputusan strategis, taktis, maupun operasional
yang pada dasarnya merupakan tanggapan Pemerintah atas berbagai aspirasi dan
kepentingan rakyat. Output dari sismennas terhimpun dalam proses arus keluar untuk
selanjutnya disalurkan kembali agar terjadi perubahan dalam tata kehidupan masyarakat
dan politik nasional. Berbagai kebijakan ini dituangkan dalam bentuk hierarki perundangan
dan peraturan, sesuai dengan sifat permasalahan, klasifikasi kebijakan, maupun instansi
atau pejabat yang mengeluarkan.
Feedback atau proses umpan balik, sebagai bagian dari siklus Sismennas, menghubungkan
Arus Keluar dengan Arus Masuk dan akan berproses kembali ke Tatanan Pengambilan
Keputusan Berkewenangan (TPKB). Dengan demikian maka secara prosedural Sismennas
merupakan siklus tak terputus dan berkesinambungan.
Leveling dalam proses pengelolaan sumber daya untuk mengubah input menjadi output
yang diinginkan, Sismennas berdasar cakupannya terbagi atas supra struktur, infra
struktur, dan sub struktur. Pendekatan ini merupakan cara untuk dapat mendefinisikan
sistem sebagai unit analisis dalam pengembangan dan pengambilan kebijakan. Dalam
Ketatanegaraan Indonesia pengelompokan tatanan menjadi (1) Supra Struktur; (2) Infra
Struktur, dan (3) Sub Struktur. Strata Supra Struktur adalah unsur Negara bersama unsur
Pemerintah yang dalam keseharian merupakan Kelembagaan Tinggi Negara. Supra
struktur lazim disebut unsur ”Birokrasi” atau ”Aparatur” yang mempunyai kewenangan
dalam pengambilan keputusan tingkat atas dalam bentuk kebijakan sesuai bidang dan
kewenangan masing-masing. Strata Infra Struktur adalah berbagai ”Komponen Bangsa”
yang memiliki kemampuan politis menyalurkan kepentingan dan aspirasi kehidupan
masyarakat. Strata Sub Struktur adalah unsur masyarakat yang mengacu pola kehidupan
sosial budaya, membentuk lingkungan hidup bersama secara tertib dan teratur[5].
Aspek Sismennas yang Handal dengan Teknologi
Pada usaha mencapai tujuan nasional, sismennas memiliki posisi kunci. Untuk dapat
mencapai tujuan tersebut, dalam sismennas perlu dibuat ukuran-ukuran (indicators) untuk
menilai kinerja (performance) dan capaian kualitas harus ditetapkan terlebih dahulu.
Indikator kinerja (performance indicator) adalah data atau fakta empiris yang dapat berupa
data kualitatif ataupun kuantitatif, yang menandai capaian dari perkembangan daya saing
bangsa sebagai outcome sismennas. Penentuan indikator kinerja dalam model sismennas
dapat digunakan untuk menggambarkan efisiensi, produktivitas, dan efektivitas dan faktor-
faktor yang dapat menunjukkan ketahanan nasional seperti: akuntabilitas, kemampuan
inovatif dalam konteks menjaga keberlangsungan bangsa dan kualitas masyarakat yang
telah diraihnya, dan suasana politik bangsa. Dengan kata lain, kualitas ketahanan nasional
dicerminkan dengan konvergensi dari seluruh indikator kinerja tersebut.
Pemanfaatan inovasi teknologi untuk membangun sismennas diharapakan akan dapat
meningkatkan efisiensi, produktivitas, efektivitas, akuntabilitas, dan kemampuan inovasi
bangsa. Inovasi teknologi yang relevan dalam implementasi sismennas akan mampu
meningkatkan ketahanan nasional sebagai tujuan nasional.
Efisiensi dalam sismennas adalah kesesuaian antara masukan (termasuk sumberdaya)
dengan proses yang dilaksanakan. Tingkatan efisiensi dapat diperlihatkan dengan
bagaimana peran dan kinerja manajemen sumberdaya (TPKB) dalam pelaksanaan proses
tersebut. Tingkat efisiensi dapat dihitung berdasarkan perbandingan antara sumberdaya
yang telah dimanfaatkan dengan sumberdaya yang dapat/harus digunakan dalam
melaksanakan proses tersebut. Semakin kecil hasil perbandingan tersebut, maka semakin
kecil tingkat efisiensinya. Produktivitas adalah kesesuaian antara proses dengan keluaran
yang dihasilkan. Tingkat produktivitas umumnya diperlihatkan dengan perbandingan
jumlah keluaran yang dihasilkan dari suatu proses dengan memanfaatkan sumberdaya
dengan standar tertentu. Namun perlu diperhatikan, bahwa perubahan proses dapat
mempengaruhi tingkat produktivitas.
Efektivitas adalah kesesuaian antara tujuan atau sasaran dengan keluaran yang dihasilkan.
Tingkat efektivitas dapat diperlihatkan dengan membandingkan tujuan dengan hasil dari
proses (termasuk dampak yang dihasilkan). Akuntabilitas adalah tingkat
pertanggungjawaban yang menyangkut bagaimana sumberdaya yang diterima oleh
pemerintah di semua level baik supra, infra maupun sub struktur dimanfaatkan dalam
upaya dan kegiatan untuk mencapai tujuan nasional yang telah ditetapkan.
Pertanggungjawaban menyangkut tingkat efisiensi, kesesuaian dengan norma dan
peraturan yg berlaku umum, dsb. Kemampuan inovatif adalah tingkat fleksibilitas bangsa
untuk bereaksi terhadap perubahan sosial dalam masyarakat (TKM dan TPN). Didalam
merencanakan dan implementasi aktivitas fungsionalnya, setiap level struktur harus selalu
memperhatikan dan mengacu pada perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat.
Setiap perubahan yang terjadi di masyarakat akan berdampak pada TLP dan TAN. Apabila
suatu bangsa tidak mempunyai kemampuan inovasi atau tidak mampu mengakomodasi
maupun mengantisipasi perubahan yang terjadi, maka bangsa tersebut akan memiliki
ketahanan nasional yang rendah.
Teknologi dalam Pengambilan Keputusan Strategis Sismennas
Sebagaimana diketahui dalam sismennas keluarannya adalah kebijakan-kebijakan dalam
pengelolaan sumber daya untuk peningkatan ketahanan nasional tentu perlu didukung oleh
informasi yang terbaik dan lengkap. Peran teknologi yang handal menjadi sangat penting.
Inovasi teknologi dalam sismennas dilakukan untuk mengintegrasikan pulau-pulau
informasi yang tersebar baik antar level supra, infra, dan sub struktur maupun antar
elemen dalam sismennas. Ada beberapa ciri yang perlu dikembangkan dalam pengambilan
kebijakan nasional yang memanfaatkan teknologi, yaitu keterlibatan semua pihak,
komprehensif, keakuratan data, dan kedalaman analisis. Inovasi teknologi digunakan untuk
memperbaiki hal-hal tersebut.
Seperti halnya dalam manajemen modern, sismennas juga menekankan pentingnya
keterlibatan semua unsur/pihak yang ada dalam proses perencanaan dan pengambilan
keputusan. Keterlibatan tersebut sangat penting, karena harapan dan keinginan
masyarakat sebagai yang dilayani negara seharusnya dapat merupakan representasi
harapan dan keinginan tujuan nasional. Tingkat Komprehensif dari suatu proses analisis
pengambilan kebijakan nasional dengan memperhatikan astagatra akan dapat diperoleh
benefit terbaik bagi ketahanan nasional. Data yang digunakan untuk pengambilan
kebijakan nasional harus akurat, konsisten antara data satu dengan lainnya, dan sesuai
dengan aspek atau isu nasional yang merupakan sasaran nasional. Data yang digunakan
untuk penyusunan kebijakan nasional harus dengan jelas disebutkan sumbernya,
keterkaitannya dengan isu atau aspek yang dibahas, asumsi dasar penggunaan data
tersebut, dan metodologi pengumpulan data. Kualitas dari analisis pengambilan kebijakan
nasional secara parsial sudah dapat dilihat pada ketiga atribut diatas. Sebagai bukti lain
bahwa telah dilakukan analisis yang mendalam dalam berbagai aspek dan isu yang penting
adalah adanya gambaran keterkaitan yang jelas (“benang merah”) antara (1) permasalahan
strategis nasional yang berhasil di identifikasi dengan data pendukung analisis, (2)
permasalahan yang berhasil di identifikasi dengan program atau aktivitas yang diusulkan
guna meningkatkan ketahanan nasional, (3) kekuatan yang dimiliki dan peluang bangsa
baik secara nasional maupun regional yang dapat dimanfaatkan dengan program atau
aktivitas yang diusulkan.
Pendekatan Teknologis dan Langkah Implementasi TPKB sebagai kunci
Sismennas
Sebagian besar organisasi termasuk negara pada umumnya hanya mengandalkan
manajemen puncak (supra struktur) untuk menyusun perencanaan strategik sebagai
implementasi sismennad, sementara manajemen menengah (infra struktur) sampai
manajemen rendah (sub struktur) hanya melakukan implementasi rencana jangka panjang
dan pendek. Sistem manajemen nasional seperti ini hanya pas untuk lingkungan yang stabil
yang di dalamnya prediksi masih dapat diandalkan untuk memperkirakan masa depan
bangsa. Dalam pengembangan aktivitas yang tertuang dalam rencana strategis jangka
panjang, menengah, dan pendek, negara harus melibatkan seluruh elemen bangsa di
semua level dalam perencanaan strategiknya untuk mengubah mode operasi organisasi
dari plan and control menjadi sense and respond. Dengan mekanisme baru ini, diharapkan
akan dapat terlihat dan terukur seluruh kinerja daya saing bangsa sebagai dasar ketahanan
nasional dalam berbagai level (Effendi, 2009; Kartasasmita, 2009)).
TPKB mencakup seluruh perangkat negara yang mendapat kewenangan dan tanggung
jawab dalam pengambilan keputusan untuk membuat berbagai kebijakan nasional, yang
menyangkut segala aspek kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara, dengan
mengarah kepada cita-cita nasional. Kebijakan Nasional yang dirumuskan beorientasi
kepada kepentingan masyarakat dengan tolok ukur : (1) Secara politis,
penyelenggaraannya dapat diterima masyarakat; (2) Secara manajerial, pengerahan dan
pemanfaatan sumber daya dapat efektif dan efisien untuk mendapatkan hasil optimal yang
memiliki nilai guna, daya guna, hasil guna; dan (3) Secara administratif, penyelenggaraan
berjalan dengan tertib.
Sebagai suatu sistem, Sismennas dalam mengemban fungsi penyelenggaraan
pemerintahan dan penyelenggaraan pembangunan (Wrihatnolo, 2006). Sebagaimana dalam
manajemen strategis, Sismennas akan melalui siklus: Perumusan Kebijakan (Policy
Formulation); Pelaksanaan Kebijakan (Policy Implemention); dan Penilaian Kinerja hasil-
hasil pelaksanaan kebijakan (Policy Evaluation).
Kebijakan Nasional yang dihasilkan berkait dengan fungsi penyelenggaraan pembangunan,
adalah Kebijakan Pembangunan yang mentransformasikan kepentingan dan aspirasi
masyarakat dalam bentuk program dan kegiatan, maupun kebijakan pembangunan lainnya
yang harus diimplementasikan oleh TLP atau Pemerintah dan segenap jajarannyan, baik
vertikal maupun horisontal. Melalui pemahaman di atas, TPKB mengemban fungsi-fungsi
yang berkait dengan Kebijakan Umum (Pembuatan Aturan, Penerapan Aturan,
Penghakiman Aturan) dan yang berkait dengan Kebijakan Pembangunan (Perencanaan,
Pengendalian, Penilaian).
Untuk menjalankan sismennas berbasis teknologi modern ada beberapa langkah yang
dapat digunakan agar tujuan nasional dapat diraih.
1. Langkah pertama adalah penilaian tujuan mendasar bangsa (Pancasia dan UUD 1945),
tantangan, kemampuan, dan nilai. Tahap ini juga mencakup persiapan untuk perencanaan
manajemen perubahan dalam manajemen nasional yang fokus pada komunikasi untuk
mengidentifikasi pesan-pesan kunci, media yang digunakan, waktu, dan pemberi pesan
ideologi bangsa. Manajemen perubahan dengan mengelola komunikasi akan memberikan
pengaruh kuat pada penyampaian tujuan nasional ke berbagai pihak (Waits, 2007;
Yudhoyono, 2010).
2. Langkah Kedua adalah menentukan hasil-hasil strategis, tema strategis, dan perspektif
yang digunakan dalam pengelolaan sumber daya nasional. Semua komponen bangsa harus
memahami hal ini.
3. Langkah Ketiga adalah menjabarkan elemen-elemen strategis dari langkah satu dan dua
menjadi sasaran strategis yang akan menjadi batu bata penyusunan strategi dan
menentukan intensitas strategis nasional. Sasaran adalah hal pertama yang diinisiasi dan
dikategorisasikan dalam beberapa level tema. Sebagai sebuah hubungan sebab akiba
(cause-effect linkages). Formulasi ini akan terlihat sebagai peta strategi (Strategy Maps)
yang digabungkan dengan berbagai indikator kinerja (Nuh, 2010; Putera, 2010).
4. Langkah Keempat adalah pengembangan ukuran kinerja untuk tiap-tiap sasaran strategis
baik pada input, proses, output ataupun level supra, infra, dan sub struktur. Ukuran yang
mendorong dan menghambat tercapainya sasaran perlu diidentifikasi, target ditetapkan,
dan data dasar (baseline) dan benchmarking perlu ditentukan.
5. Langkah Kelima adalah pengembangan inisiatif strategis untuk mendukung sasaran
strategis. Untuk membangun akuntabilitas manajemen organisasi, rasa kepemilikan atas
ukuran-ukuran kinerja dan inisiatif strategis perlu diperjelas untuk semua elemen bangsa.
6. Langkah Keenam adalah memulai implementasi proses dengan menerapkan manajemen
kinerja (menggunakan software) untuk memperoleh informasi yang akurat dan benar dari
semua orang dalam organisasi pada waktu yang tepat. Keakuratan informasi ini akan
memperbaiki keputusan yang akan diambil dalam menjalankan strategi.
7. Langkah Ketujuh adalah menjabarkan scorecard nasional (supra struktur) menjadi
scorecard level propinsi (infra struktur) dan daerah (sub struktur). Proses cascading ini
merupakan kunci untuk memastikan bahwa semua proses bisnis yang dijalankan telah
saling bersinergi. Ukuran kinerja yang digunakan dapat memastikan bahwa semua elemen
sismennas tumbuh untuk berperan serta dalam pertumbuhan daya saing bangsa untuk
ketahanan nasional.
8. Langkah Kedelapan adalah evaluasi ketika scorecard selesai dijalankan dalam satu periode
waktu. Selama proses evaluasi ini, pemerintah berusaha untuk menjawab pertanyaan
seperti apakah strategi nasional berjalan? Apakah sismennas mengukur kinerja dengan
benar, apakah lingkungan telah berubah? Apakah sumber daya nasional terencanakan dan
berjalan baik?
Output Implementasi Sismennas
Implementasi Sismennas dengan dukungan teknologi yang baik akan menghasilkan
kebijakan yang meningkatkan kualitas pada Tata Kehidupan Masyarakat (TPM) dan Tata
Politik Nasional (TPN). TPM dan TPN pada konsep Sismennas merupakan awal dan akhir
dari siklus peningkatan ketahanan nasional.
Pada strata Tata Kehidupan Masyarakat (TKM) peran masyarakat adalah sebagai penerima
dan penilai atas hasil-hasil penyelenggaraan pemerintahan oleh TLP yang landaskan pada
catur embanan nasional dan implementasi pembangunan nasional yang landaskan dari
penetapan haluan negara oleh TAN. Keberhasilan pelaksanaan penyelenggaraan
pemerintahan dan program-program pembangunan nasional akan mewujudkan Tertib
Sosial (Tibsos) yang dinamis dan akan menyadarkan masyarakat akan hak dan
kewajibannya terhadap negara dan bangsa. Dengan terpenuhinya hak-hak masyarakat
yaitu kebutuhan dasar yang hakiki sesuai teruang pada embanan nasional, yaitu:
kesejahteraan, kesehatan, pendidikan maka tata kehidupan masyarakat di bidang idiologi,
politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan, akan semakin tumbuh dan
berkembang dan sebagai timbal baliknya akan membangkitkan kesadaran masyarakat
terhadap kewajibannya yang pada akhirnya akan memperkokoh Ketahanan Nasional
(Tannas).
Pada strata TPN dalam menjabarkan kebijakan umum menjadi berbagai peraturan,
pedoman, dan prosedur dengan sasaran untuk memantapkan stabilitas politik yang
dinamis, makin tumbuhnya pemahaman terhadap tata nilai kehidupan konstitusional,
demokratis dan tegaknya hukum. Landasan dan sumber untuk pembuatan, penerapan, dan
penghakiman aturan adalah doktrin Wawasan Nusantara (Wasantara) dan pranata politik
negara yang diarahkan guna membangun semangat dan kesadaran akan persatuan dan
kesatuan bangsa. Berbagai komponen bangsa, unsur kekuatan masyarakat, kekuatan partai
politik sebagai elemen-elemen kekuatan bangsa yang beraneka ragam (plularisme) harus
menyatukan visi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk
bergerak bersama mencapai tujuan nasional.
Pemasyarakatan politik termasuk pendidikan politik perlu diatur, ditata, dan dikelola
secara berlanjut dan berkesinambungan yang diarahkan pada tertanamnya kesadaran
warga negara untuk setia kepada negara dan berdisiplin dalam rangka pembentukan
karakter, identitas, dan integritas bangsa Indonesia.
Tannas sebagai Outcome Kinerja Sismennas
Dari hasil pengujian aturan dan penilaian pelaksanaan berbagai kebijakan dan rencana
akan diketahui tingkat keberhasilan pembangunan dapat dianggap sebagai keberhasilan
Sismennas, yang dengan akan meningkatnya Tannas, yaitu suatu kondisi dinamik bangsa,
berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan
kekuatan nasional, dalam rangka mempertahankan eksistensi bangsa dan negara terhadap
semua tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan yang dihadapinya, baik yang datang
dari dalam maupun dari luar dalam segala bentuk dan manifestasinya (Suryohadiprojo,
2010; FRI, 2007; Sunardi, 2004).
Indikator-indikator penting dari Tannas sebagai outcome implementasi Sismennas yang
baik adalah:
1) Adanya kepemerintahan yang baik (Good Governance), dalam pengertian pemerintah
yang menjalankan pemerintahan secara demokratis, transparan, aspiratif, partisipatif
berdasarkan hukum, yang selalu memelihara ketertiban-keterti-ban dan pertanggung-
jawaban (accountable) serta menjunjung tinggi keadilan sosial.
2) Adanya keamanan nasional yang relatif mapan dan adanya kepastian hukum dan
kepastian masa depan bagi seluruh penduduk. Indikator keamanan nasional pada
umumnya diukur oleh tingkat stabilitas nasional yang mencakup stabilitas politik, ekonomi,
sosial budaya, dan pertahanan keamanan, yang pada umumnya merupakan produk atau
keluaran dari interaksi negara dengan negara-negara lain (internasional dan regional) dan
negara dengan masyarakatnya (nasional).
3) Adanya tingkat kesejahteraan rakyat yang memadai atau cukup tinggi, baik lahiriah
maupun bathiniah. Masyarakat sejahtera harus kaya materi sekaligus kaya moral spiritual.
Yang tidak boleh terjadi adalah kaya materi namun miskin moral, yang mengundang
kecurigaan dan kecemburuan sosial.
4) Adanya sumber daya manusia (SDM) yang kompetitif. Untuk memperkuat kepastian
masa depan bangsa terutama dalam memasuki era persaingan antar bangsa human
development index(HDI) menjadi faktor yang sangat penting. HDI harus diarahkan untuk
menghasilkan manusia dengan tingkat daya saing yang tinggi; manusia yang cerdas, ulet,
dan tangguh seperti yang ditentukan oleh kriteria Ketahanan Nasional.
Terwujudnya berbagai indikator seperti diuraikan di atas, akan memungkinkan seluruh
rakyat semakin bergairah untuk memberikan peran-serta aktifnya dalam pembangunan.
Hal tersebut menjadi umpan balik dan daya dorong untuk melaksanakan proses
pembangunan selanjutnya, sehingga memperlancar perwujudan Catur Embanan Nasional
yang dibebankan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. TPKB sebagai inti dari Sismennas perlu didukung dengan teknologi informasi dan
komunikasi yang handal agar informasi yang dikelola dan digunakan dalam pengambilan
keputusan strategis jangka panjang, menengah, dan pendek dapat lebih kompherensif,
akurat dan mendalam dalam analisis.
2. Output dalam Sismennas yang didukung teknologi adalah berupa kebijakan-kebijakan yang
dapat mengintegrasikan seluruh kinerja aparatur negara baik pada level supra struktur,
infra struktur, dan sub struktur untuk pengelolaan sumber daya secara berkelanjutan.
Aktivitas ini dapat tercapai ketika ada kejelasan dalam strategy cascading saat penjabaran
tujuan nasional menjadi aktivitas di berbagai lini manajemen nasional.
3. Outcome implementasi Sismennas yang menggunakan informasi yang baik akan
mendorong pada adanya kepemerintahan yang baik (Good Governance), keamanan
nasional yang relatif mapan dan adanya kepastian hukum dan kepastian masa depan bagi
seluruh penduduk, tingkat kesejahteraan rakyat yang memadai atau cukup tinggi, baik
lahiriah maupun bathiniah, dan sumber daya manusia (SDM) yang kompetitif.