TEMU ILMIAH IPLBI 2016
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | E 073
Identifikasi Keterkaitan Hinterland dengan Pusat Kota
Linda Dwi Rohmadiani, A.A.G. Agung Ramayadnya
Perencanaan Wilayah dan Kota, Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Abstrak
Wilayah perbatasan Kabupaten Gresik yang menjadi penerima gejala (trickling down effect)
dari pengembangan permukiman dan mendapat pengaruh spill over kegiatan ekonomi
industri wilayah Surabaya, sehingga sangat perlu dilakukan penelitian tentang interaksi
wilayah hinterland atau perbatasan dengan pusat kota. Wilayah penelitian adalah Kecamatan
Driyorejo salah satu wilayah perbatasan Kabupaten Gresik – Kota Surabaya. Tujuan
penelitian ini untuk mengidentifikasi pola interaksi kewilayahan Kecamatan Driyorejo dengan
Kota Gresik berdasarkan aspek pelayanan ekonomi dan sosial yang digambarkan ke dalam
peta desire line. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif dengan teknik analisis persentase. Metode pengumpulan data dilakukan dengan
cara observasi dan kuisioner pada kepala keluarga. Hasil penelitian menunjukkan Kecamatan
Driyorejo berinteraksi dengan Kota Gresik hanya di bidang administrasi atau politik
(pengurusan KTP, KSK, Akte Kelahiran, SIM dan lain-lain) sedangkan bidang sosial dan
ekonomi interaksi terbanyak dengan Kabupaten Sidoarjo yaitu Kecamatan Sepanjang, Taman
dan Krian. Kondisi ini disebabkan karena jarak tempuh Kecamatan Driyorejo - Kabupaten
Sidoarjo relatif dekat yaitu sekitar 10-15 menit dan terlayani lyn angkutan HG.
Kata Kunci: Hinterland, Keterkaitan, Pusat Kota
Pengantar
Perkembangan aktivitas ekonomi pada su-
atu kota akan mengakibatkan kota tersebut
menjadi semakin ramai dan terlalu padat
(Khadiyanto, 2005 dalam Nilayanti, 2012).
Kondisi ini menimbulkan terjadinya feno-
mena urban sprawl yang mengakibatkan
pertumbuhan fisik kota meluas hingga ke
wilayah di sekitar pinggiran kota yang
biasanya merupakan wilayah penyangga
kota tersebut. Fenomena urban sprawl
yang terjadi di Indonesia salah satunya
adalah Kota Surabaya (Hadi, 2009 dalam
Nilayanti, 2012). Kepadatan dan keter-
batasan lahan di pusat Kota Surabaya men-
dorong perkembangan aktivitas ekonomi ke
arah pinggiran kota dan meluas hingga
wilayah-wilayah penyangganya, salah satu-
nya adalah Kabupaten Gresik. Sebagai wi-
layah penyangga, Kabupaten Gresik me-
nyediakan lahan alternatif untuk menam-
pung perluasan kawasan industri dan per-
mukiman di pinggiran Kota Surabaya. Salah
satu wilayah di Kabupaten Gresik yang
menampung perluasan Kota Surabaya ada-
lah Kecamatan Driyorejo yang terletak pada
bagian Selatan Kabupaten Gresik. Keca-
matan Driyorejo juga berfungsi sebagai wi-
layah alternatif untuk pengembangan akti-
vitas industri dan permukiman di Kabupaten
Gresik akibat kejenuhan lahan yang mulai
terjadi di pusat kota Gresik.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Gresik No. 8 Tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gresik Ta-
hun 2010-2030, Ibukota Kecamatan Driyo-
rejo direncanakan sebagai Pusat Pelayanan
Kawasan (PPK) dan 4 Pusat Pelayanan
Lokal (PPL) yaitu PPL Bambe, PPL Krikilan,
PPL Sumput, dan PPL Karangandong. Selain
Klasifikasi Keterkaitan Hinterland dengan Pusat Kota
E 074 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016
itu Kecamatan Driyorejo juga direncanakan
sebagai ermukiman perkotaan pada ka-
wasan yang terpengaruh perkembangan
Kota Surabaya. Kecamatan Driyorejo me-
miliki luas wilayah sebesar 51,29 km2
dengan kepadatan penduduk rata-rata se-
besar 2.123 jiwa/km2. Secara administrasi
wilayah kecamatan terbagi menjadi 16
desa, dengan desa terluas adalah Desa
Randegansari. Jenis mata pencaharian pen-
duduk mayoritas sektor industri, karena wi-
layah tersebut diarahkan peruntukkan la-
hannya sebagai kawasan industri dan per-
mukiman.
Berdasarkan hasil penelitian Nilayanti
(2012), perkembangan kota di Kecamatan
Driyorejo dari tahun 2004 – 2011 lebih
banyak dipengaruhi oleh Kota Surabaya
yang berperan sebagai pusat kegiatan bagi
wilayah ini dibandingkan pengaruh dari
pusat kota Gresik. Hal itu dapat dilihat dari
kecenderungan perubahan pola penggu-
naan lahan dan jaringan jalan yang terjadi
pada kecamatan yang berbatasan dengan
Kota Surabaya, yaitu Kecamatan Driyorejo
dan Kecamatan Menganti. Ketersediaan
fasilitas yang lebih memadai, baik dari segi
kualitas maupun kuantitas, menjadikan
perkembangan kotanya tertarik ke wilayah
yang dekat dengan Kota Surabaya. Selain
itu, Kabupaten Sidoarjo juga ikut mem-
pengaruhi, namun pengaruh perkem-
bangannya tidak terlalu besar karena ada-
nya limitasi geografi berupa sungai, yaitu
Sungai Kalimas, yang mengakibatkan ku-
rangnya akses dari dan menuju kabupaten
tersebut. Berdasarkan penelitian Kasikoen
(2011), keterkaitan wilayah juga dipe-
ngaruhi oleh ketersediaan prasarana trans-
portasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengiden-
tifikasi Keterkaitan Hinterland dengan Pusat
Kota berdasarkan keterkaitan ekonomi dan
sosial.
Metode Penelitian tentang Keterkaitan Hinterland
dengan pusat kota merupakan penelitian
deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan
data menggunakan teknik observasi dan
kuisioner untuk mengetahui keterkaitan pe-
layanan pendidikan, kesehatan dan eko-
nomi. Sasaran kuisioner adalah kepala ke-
luarga yang menetap di wilayah penelitian
dengan jumlah sampel 203 KK derajat
kesalahan 7%. Teknik sampling yang digu-
nakan adalah proportional random sam-
pling, karena sampel dibagi secara propor-
sional di 16 desa. Metode analisis yang
digunakan dalam menganalisis identifikasi
pola interaksi kewilayahan dari keterkaitan
ekonomi dan sosial adalah deskriptif kuali-
tatif dengan teknik persentase. Variabel ke-
terkaitan ekonomi yaitu pola aliran barang
pertanian dan non pertanian, kebutuhan
sehari-hari, sandang, barang elektronik, be-
lanja saat istimewa dan aliran tenaga kerja.
Variabel keterkaitan sosial yaitu sarana pen-
didikan mulai Taman Kanak-kanak – Pergu-
ruan Tinggi dan sarana kesehatan mulai
puskesmas, apotek dan rumah sakit.
Analisis dan Interpretasi
Keterkaitan Ekonomi Pola Aliran Barang Pertanian dan Non
Pertanian
Keterkaitan ekonomi adalah adanya hu-
bungan timbal balik yang kuat antar kedua
wilayah yang antara lain diindikasikan
dengan adanya aliran komoditas pertanian
dan non pertanian yang mengalir secara
dua arah (Suprapta, 2006). Berdasarkan
hasil kuisioner menunjukkan bahwa asal
barang pertanian sebesar 49% dari dalam
wilayah kecamatan dan 51% berasal dari
luar wilayah kecamatan. Daerah luar wi-
layah penelitian seperti Kota Surabaya
(10%), Kabupaten Sidoarjo (10%), Kota
Gresik (2%), Kabupaten Lamongan dan
sebagainya (29%). Lebih jelas bisa dilihat
pada gambar 1.
Linda Dwi Rohmadiani
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | E 075
Gambar 1. Desire Line Asal Barang
Pertanian
Komoditas pertanian yang dibudidayakan
masyarakat berupa padi sawah, jagung,
kedelai, kacang tanah, dan ketela pohon.
Barang pertanian yang berasal dari luar
wilayah penelitian seperti sayur-sayuran,
buah dan lain-lain. Pedagang sayur-sayuran
dan buah membeli barang dagangannya
dari Kota Surabaya (Pasar Keputran), Kabu-
paten Sidoarjo (Pasar Sepanjang, Pasar
Krian), lain-lain seperti Kecamatan Mengan-
ti. Tujuan pemasaran barang per-tanian
sebesar 56% untuk memenuhi kebu-tuhan
masyarakat di dalam wilayah pene-litian.
Sisanya 44% dijual pedagang ke luar
wilayah kecamatan menuju Kota Surabaya
(2%), Kabupaten Sidoarjo (12%), Kota
Gresik (2%) dan kota yang lain seperti
Lamongan (12%).
Sedangkan pola aliran barang non per-
tanian berasal dari internal wilayah Keca-
matan Driyorejo sebesar 38% dan lainnya
seperti Kota Surabaya (9%), Kabupaten
Sidoarjo (16%), Kota Gresik (3%) dan kota
lainnya seperti Kabupaten Lamongan
(34%). Tujuan pemasaran 100% untuk me-
menuhi kebutuhan masyarakat di wilayah
kecamatan Driyorejo sendiri.
Gambar 2. Desire Line Barang Non
Pertanian
Pola Konsumsi
Kecamatan Driyorejo terlayani beberapa lyn
angkutan umum yaitu LMJ ( Driyorejo -
Lakarsantri - Manukan Kulon - JMP/Kalimas
Barat PP), JM ( Joyoboyo - Kotabaru
Driyorejo) dan HG (Terminal Krian –
Sidomulyo – Legundi – Krikilan – Driyorejo
– Bambe – Karang pilang – pp). Prasarana
ini mendukung terjadinya pergerakan dari
Kecamatan Driyorejo ke Kabupaten Sidoarjo
dan Kota Surabaya.
Berdasarkan hasil kuisioner (gambar 3),
mayoritas (97%) masyarakat berbelanja
untuk kebutuhan sehari-hari di sekitar tem-
pat tinggalnya seperti di Pasar Driyorejo,
pasar desa atau penjual sayur atau toko
merancang di sekitar tempat tinggal. Hanya
sekitar 2% yang berbelanja di luar wilayah
kecamatan seperti Pasar Menganti (Kabu-
paten Gresik), Pasar Bunder (Kota Gresik)
dan Pasar Krian (Kabupaten Sidoarjo).
Klasifikasi Keterkaitan Hinterland dengan Pusat Kota
E 076 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016
Gambar 3. Desire Line Belanja Harian
Belanja sandang pada gambar 4 menun-
jukkan 50% masyarakat berbelanja kebu-
tuhan sandang di wilayah penelitian dan
50% belanja di luar wilayah kecamatan.
Lokasi tujuan belanja kebutuhan sandang
adalah Kota Surabaya (contoh: DTC, Mall
Royal Plaza, PGS, Pasar Turi), Kabupaten
Sidoarjo (Ramayana Krian, Pasar Krian dan
Sepanjang), Kota Gresik (Pasar Bunder) dan
lainnya. Tujuan favorit masyarakat ber-be-
lanja untuk memenuhi kebutuhan san-dang
adalah Kabupaten Sidoarjo (30%), hal ini
disebabkan karena jarak antara wilayah pe-
nelitian – wilayah Kabupaten Sidoarjo relatif
dekat.
Gambar 4. Desire Line Belanja Sandang
Belanja bahan bangunan pada gambar 5
menunjukkan bahwa 92% kebutuhan ma-
syarakat sudah terpenuhi toko-toko ba-
ngunan di dalam wilayah penelitian seperti
di Kota Baru Driyorejo, Desa Krikilan, Desa
Bambe dan sebagainya. Sisanya sekitar 8%
dilakukan di kota dan kabupaten sekitar.
Gambar 5. Desire Line Belanja Bahan
Bangunan
Belanja barang elektronik sebesar 58% res-
ponden melakukannya di wilayah keca-
matan, 26% di Kabupaten Sidoarjo (Pasar
Krian) dan 11% dilakukan di wilayah Kota
Surabaya (Hartono Elektronik). Daerah di
wilayah kecamatan yang menjadi lokasi
tujuan belanja barang elektronik yaitu Kota
Baru Driyorejo dan Desa Petiken. Lebih
jelas pada gambar 6.
Belanja saat istimewa seperti hari raya
(gambar 7), banyak dilakukan di sarana
perdagangan internal wilayah Kecamatan
Driyorejo sendiri (seperti Kota Baru Driyo-
rejo) sebesar 44%, Kota Surabaya (seperti
DTC, Mall Royal Plaza, PGS dan Pasar Turi)
sebesar 20% dan Kabupaten Sidoarjo (se-
perti Pasar Krian dan Sepanjang) sebesar
28%. Namun ada juga masyarakat yang
berbelanja kebutuhan lebaran ke Kota Gre-
sik, mengingat di wilayah tersebut terdapat
Linda Dwi Rohmadiani
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | E 077
beberapa sentra bordir seperti di kawasan
alun-alun Gresik.
Gambar 6. Desire Line Belanja Barang
Elektronik
Gambar 7. Desire Line Belanja Saat
Istimewa
Mobilitas Tenaga Kerja
Lokasi bekerja masyarakat di wilayah pe-
nelitian sebanyak 70% bekerja di wilayah
kecamatan dan 19% bekerja di Kota Sura-
baya. Jenis pekerjaan masyarakat yang lo-
kasinya di internal kecamatan sebagai pe-
gawai pabrik/ buruh pabrik, pedagang,
swasta, wiraswasta dan petani. Petani
tersebar di Desa Randegansari, Tenaru, Ka-
rangandong, dan Tanjungan.
Keterkaitan Sosial
Sarana Pendidikan
Hasil kuisioner menunjukkan bahwa 96%
kebutuhan masyarakat pendidikan TK di
wilayah penelitian sudah terlayani di desa
masing-masing. Sedangkan pelayanan sa-
rana pendidikan SD/ Sederajat (gambar 8),
84% masyarakat memanfaatkan SD di desa
masing-masing atau dalam lingkup wilayah
penelitian, 5% di Kota Surabaya dan 9% di
wilayah lainnya. Daerah lainnya seperti
daerah Warugunung Surabaya, Kecamatan
Legundi, Kecamatan Menganti dan Keca-
matan Kedamean Kabupaten Gresik.
Gambar 8. Desire Line Pelayanan Sarana
SD
Untuk pelayanan sarana pendidikan SMP/
Sederajat, 62% menyekolahkan anaknya
SMP di wilayah penelitian dan 24% di wila-
yah Kabupaten Sidoarjo (Kecamatan Krian).
Lokasi SMP di Kabupaten Sidoarjo seperti
SMP Sepanjang, SMP Krian. Lebih jelasnya
pada gambar 9.
Hasil kuisioner pada gambar 10 menun-
jukkan bahwa 55% masyarakat meman-
Klasifikasi Keterkaitan Hinterland dengan Pusat Kota
E 078 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016
faatkan sarana pendidikan SMA di wilayah
penelitian dan 21% di Kabupaten Sidoarjo.
Lokasi SMA di Kabupaten Sidoarjo seperti
STM Sepanjang, SMA Krian, STM Krian, dan
SMK YPM Taman.
Gambar 9. Desire Line Pelayanan Sarana
SMP
Sedangkan untuk perguruan tinggi (gambar
11), hasil kuisioner menunjukkan 73% ma-
syarakat memanfaatkan sarana perguruan
tinggi di Kota Surabaya (seperti UNESA,
UNIPA Surabaya, UINSA, YPM, UNAIR,
Universitas Hang Tuah). Sedangkan 20%
selain Kota Surabaya, Kota Gresik dan
Kabupaten Sidoarjo. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Eppler (2015) bahwa kebanyak-
an pelayanan berada di daerah perkotaan
atau aksesbilitas terdekat sehingga peng-
guna dari pedesaan harus datang.
Sarana Kesehatan
Berdasarkan hasil kuisioner (gambar 12)
menunjukkan bahwa 90% sudah terlayaani
sarana puskesmas di Kecamatan Driyorejo
dan 6% memanfaatkan puskesmas di Kota
Surabaya. Lokasi puskesmas di Kota Sura-
baya antara lain Puskesmas Lidah Kulon,
Lontar, Karangploso, Bangkingan dan Lidah
Wetan. Hal ini menunjukkan bahwa banyak
penduduk di wilayah penelitian adalah pen-
duduk sementara dengan KTP Kota Sura-
baya, selain itu juga adanya program BPJS
yang menunjuk puskesmas sebagai faskes
tingkat I.
Gambar 10. Desire Line Pelayanan Sarana
SMA
Untuk sarana apotik yang digunakan ma-
syarakat 95% berada di wilayah penelitian
(seperti Kota Baru Driyorejo) sedangkan
5% di luar wilayah penelitian seperti Kota
Surabaya (seperti Kecamatan Tanjung), Ka-
bupaten Sidoarjo (seperti Kecamatan Ta-
man), Kabupaten Gresik (seperti Kecamatan
Menganti dan Kedamean), Kota Gresik dan
kota lainnya. Secara jelas pada gambar 13.
Rumah sakit (gambar 12) yang dimanfaat-
kan masyarakat 35% di wilayah Kecamatan
Driyorejo seperti Klinik Karangandong, Kli-
nik Randegansari, Rumah Sakit Tlapak dan
sebagainya. Rumah sakit di wilayah Kabu-
paten Sidoarjo sebanyak 32% seperti RS
Surya, RS Siti Khodijah, RS Anwar Medika
dan sebagainya. Sedangkan rumah sakit di
Kota Surabaya yang menjadi tujuan masya-
rakat seperti RS Karang-menjangan, RS
Bhakti Medika, RS Mitra Keluarga, RS
Wijaya (Wiyung), RS AL dan sebagainya.
Linda Dwi Rohmadiani
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | E 079
Gambar 11. Desire Line Pelayanan Sarana
Puskesmas
Gambar 12. Desire Line Pelayanan Sarana
Apotik
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan keterkaitan
Hinterland (Kecamatan Driyorejo) dengan
Pusat Kota Gresik paling banyak dalam
bidang administrasi atau politik seperti
pengurusan KTP, KSK, Akte Kelahiran, SIM
dan lain-lain. Sedangkan keterkaitan bidang
ekonomi dan sosial cenderung dengan Ka-
bupaten Sidoarjo (seperti Kecamatan Krian,
Sepanjang dan Taman) dan Kota Surabaya.
Kondisi ini disebabkan karena jarak tempuh
Kecamatan Driyorejo – Kota Gresik relatif
jauh yaitu sekitar 55 menit ( sekitar 30,89
km) dan juga ketersediaan layanan ang-
kutan.
Gambar 13. Desire Line Pelayanan Sarana
Rumah Sakit
Ucapan Terima Kasih
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada
Camat Kecamatan Driyorejo dan Kepala
Desa se-Kecamatan Driyorejo atas du-
kungannya kepada peneliti selama mela-
kukan penelitian serta Kemeristekdikti yang
telah mendanai penelitian ini.
Daftar Pustaka
Bappeda Kabupaten Gresik. (2011). Per-
aturan Daerah Kabupaten Gresik No. 8
Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Gresik Tahun 2010-
2030. Pemerintah Kabupaten Gresik.
Daldjoeni, N. (1992). Geografi Baru Orga-
nisasi Keruangan Dalam Teori dan
Praktek. Bandung: Penerbit PT Alumni.
Eppler, Ulrike. (2015). Urban – Rural Link-
ages and Global Sustainable Land Use.
Berlin: INAS.
Kasikoen, Ken Martina . (2011). Keterkaitan
antar wilayah Studi Kasus: Kabupaten
Klasifikasi Keterkaitan Hinterland dengan Pusat Kota
E 080 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016
Cilacap. Jurnal Planesa, 2(2), Hal. 146-
153.
Nilayanti, Vibi Dhika, dll. (2012). Pengaruh
Perkembangan Aktivitas Ekonomi Ter-
hadap Struktur Ruang Kota di SWP III
Kabupaten Gresik. Jurnal Teknik PWK 1
(1), 2012. UNDIP Semarang.
Suprapta. (2006). Ketergantungan Wilayah
Kecamatan Mranggen Terhadap Kota Se-
marang. Tesis Tidak Dipublikasikan. UNDIP
Semarang.