Download - Fungsi Otak Kiri Dan Kanan
1
BAB I
TINJAUAN TEORITIS
A. FUNGSI OTAK KIRI DAN OTAK KANAN
1. Dasar Teori
Perbedaan teori fungsi otak kanan dan otak kiri telah populer sejak tahun
1960. Seorang peneliti bernama Roger Sperry menemukan bahwa otak manusia
terdiri dari 2 hemisfer (bagian), yaitu otak kanan dan otak kiri yang mempunyai
fungsi yang berbeda. Atas jasanya ini beliau mendapat hadiah Nobel pada
tahun 1981. Selain itu dia juga menemukan bahwa pada saat otak kanan sedang
bekerja maka otak kiri cenderung lebih tenang, demikian pula sebaliknya.
Penemuan penting di dalam sejarah otak adalah kesadaran kita bahwa berbagai
bagian otak mengendalikan fungsi yang berbeda-beda. Bagian-bagian otak adalah:
a. Batang Otak, mengendalikan fungsi-fungsi penyangga kehidupan dasar
misalnya pernapasan dan laju denyut jantung. Mengontrol tingkat kesiagaan.
Menyiagakan anda terhadap informasi sensorik yang masuk. Mengendalikan
suhu. Mengendalikan proses pencernaan. Menyampaikan informasi dari
serebelum.
b. Serebelum atau otak kecil atau otak belakang, mengendalikan gerakan tubuh
dalam ruang dan menyimpan ingatan untuk respon-respon dasar yang dipelajari.
c. Sistem Limbik atau otak tengah, yang posisinya sedikit lebih ke depan dan
terdiri atas Talamus dan Ganglia Basal atau otak tengah. Sistem Limbik penting
bagi pembelajaran dan ingatan jangka pendek tetapi juga menjaga homeostatis
di dalam tubuh (tekanan darah, suhu tubuh dan kadar gula darah). Terlibat
dalam emosi ketahanan hidup dari hasrat seksual atau perlindungan diri.
Menurut ilmuwan Robert Ornstein "suatu cara untuk mengingat fungsi sistem
limbik adalah empat F, yang penting untuk kelangsungan hidup : Feeding
(memberi makan), Fighting (berkelahi), Fleeing (melarikan diri), dan
reproduksi sosial.
Sistem Limbik mengandung Hipotalamus, yang sering dianggap sebagian
bagian terpenting dari 'otak mamalia'. Hipotalamus meskipun kecil (besarnya
hanya sepatuh gula kotak) dan beratnya hanya empat gram, hipotalamus
mengatur hormon, hasrat seksual, emosi, makan, minum, suhu tubuh,
keseimbangan kimiawi, tidur dan bangun, sekaligus mengatur kelenjar utama
dari otak (kelenjar pituitari). Hipotalamus adalah bagian otak yang memutuskan
mana yang perlu mendapat perhatian dan mana yang tidak, misalnya kapan kita
lapar.
2
d. Serebum atau korteks serebral, membungkus seluruh otak dan posisinya berada
di depan. Serebum adalah karya besar evolusi alam dan bertanggung jawab atas
berbagai keterampilan termasuk ingatan, komunikasi, pembuatan keputusan dan
kreativitas. Fungsi : pengaturan, ingatan, pemahaman, komunikasi, kreativitas,
pembuatan keputusan, mind mapping, bicara, musik. Serebum dibungkus oleh
suatu lapisan berkerut-kerut berupa sel-sel saraf setebal seperdelapan inci yang
amat sangat menakjubkan, yang dikenal sebagai korteks serebral. Sifat
kortekslah yang merumuskan kita sebagai manusia.
Area terpenting otak yang perlu dipahami dalam mengenali kekuatan otak
adalah serebrum atau yang sering disebut 'otak kiri dan kanan'.
Serebum membagi tugas ke dalam dua kategori utama yaitu tugas otak kanan
dan otak kiri.
2. Peranan Otak kanan
Adapun peranan otak kanan yaitu :
Hal persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk atau ruang, emosi, musik dan
warna.
Otak kanan bertanggung jawab dalam, daya intuisi, daya kreasi, kesenian,
kemampuan refleksi, daya ingat, kepribadian dan lain sebagainya.
Seseorang dengan kecenderungan otak kanan yang lebih dominan cenderung
dapat lebih berperasaan serta kurang kemampuan manajerial.
Daya ingat otak kanan bersifat panjang (long term memory). Bila terjadi
kerusakan otak kanan misalnya pada penyakit stroke atau tumor otak, maka
fungsi otak yang terganggu adalah kemampuan visual dan emosi misalnya.
Sementara itu otak kanan berfungsi dalam perkembangan emotional
quotient (EQ). Misalnya sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia
lain serta pengendalian emosi.
Pada otak kanan ini pula terletak kemampuan intuitif, kemampuan merasakan,
memadukan, dan ekspresi tubuh, seperti menyanyi, menari, dan melukis.
Belahan otak kanan :
- Artistik
- Kreatif
- Naluriah
3. Peranan Otak Kiri
Adapun peranan otak kiri yaitu:
Perbedaan, angka, urutan, tulisan, bahasa, hitungan dan logika.
Berhubungan dengan rasio, kemampuan menulis dan membaca, serta
merupakan pusat matematika.
3
Bagian otak ini merupakan pengendali intelligence quotient (IQ).
Daya ingat otak bagian ini juga bersifat jangka pendek.
Untuk berpikir nalar, analisa, kemampuan berbahasa dan kemampuan
menghitung.
Seseorang dengan kecenderungan otak kiri yang lebih dominan lebih egois,
mementingkan diri sendiri, mudah iri hati, sombong dan lain sebagainya.
Daya ingat otak kiri bersifat jangka pendek (short term memory).
Bila terjadi kerusakan pada otak kiri maka akan terjadi gangguan dalam hal
fungsi berbicara, berbahasa dan matematika.
Pendidikan saat ini kebanyakan lebih mengutamakan otak kiri. Sehingga
mengakibatkan banyak orang tidak percaya adanya indera intuisi, daya
prediksi dan kemampuan perspektif yang merupakan gejala umum dimana
fungsi otak kanan tertekan oleh otak kiri.
Tugas otak kiriantara lain kata-kata, logika, angka, urutan, daftar dan analisis.
Istilah-istilah populer yang memayungi kegiatan belahan otak kiri adalah
- Akademik
- Intelektual
- Bisnis
Walaupun keduanya mempunyai fungsi yang berbeda, tetapi setiap individu
mempunyai kecenderungan untuk mengunakan salah satu belahan yang dominan
dalam menyelesaikan masalah hidup dan pekerjaan. Setiap belahan otak saling
mendominasi dalam aktivitas namun keduanya terlibat dalam hampir semua proses
pemikiran.
Dunia medis di jaman dahulu menganggap bahwa perbedaan fungsi otak
kanan dan otak kiri tidaklah besar. Namun, pada saat ini, perbedaan fungsi otak
kiri dan otak kanan tidak hanya menjadi pengetahuan yang diakui bersama oleh
para praktisi medis pada umumnya, tetapi juga menjadi sebuah cabang ilmu
pengetahuan yang khusus diteliti.
kutipan dari "Buku Pintar MIND MAP" by Tony Buzan.
Otak merupakan alat untuk memproses data tentang lingkungan internal dan
eksternal tubuh yang diterima reseptor pada alat indera (seperti mata, telinga, kulit,
dan lain-lain). Data tersebut dikirimkan oleh urat saraf yang dikenal dengan
system saraf keseluruhan. System saraf ini memungkinkan seluruh urat saraf
mengubah rangsangan dalam bentuk implus listrik. Kemudian implus listrik
dikirim ke pusat system saraf, yang berada di otak dan urat saraf tulang belakang.
Disinilah data diproses dan direspon dengan rangsangan yang ‘’cocok’’. Biasanya
4
dalam tahap ini timbul saraf efektor, yang berfungsi untuk mengirim implus saraf
ke otot sehingga otot berkontraksi atau rileks.
Di dalam jaringan system saraf pusat terdapat hirarki control. Banyak
rangsangan sederhana berhubungan dengan tindakan refleks/aksi spontan
(misalnya, dengan cepat kita mengibaskan tangan saat menyentuh piring panas).
Otak tidak terlibat langsung dalam proses ‘’identifikasi’’ mengenai tindakan
refleks. Tapi, tindakan refleks tersebut diproses di saraf tulang belakang.
Meskipun otak tidak terlibat langsung dalam proses yang berhubungan dengan
aksi spontan, tetap saja kita akan mencerna data/rangsangan yang dipersepsi alat
indera.
Contohnya kita tidak serta-merta menumpahkan sepiring penuh makanan
tanpa alasan kecuali piring itu memang panas sehingga kita refleks
menumpahkannya. Atau bisa juga hal itu disebabkan oleh stress yang kita alami.
Fenomena semacam ini adalah fungsi yang rumit yang terjadi di otak. Bernafas,
keseimbangan, menelan, dan mencerna terjadi, karena fungsi ‘’otomatis’’ otak.
Dan kita tidak menyadari bahwa proses tubuh tersebut membutuhkan control yang
‘’lembut’’ dan teknik mengatur yang baik. Otak ‘’purba’’ mengontrolnya secara
relatif. Misalnya, kita akan menoleh jika seseorang memanggil nama kita di jalan.
Aksi tersebut dikontrol oleh bagian otak yang ‘’lebih baru’’. Otak dan urat saraf
tulang belakang dilindungi oleh tulang (tengkorak dan tulang belakang secara
berurutan) dan dikelilingi oleh cairan otak, yang berfungsi sebagai alat penahan
goncangan.
4. Peranan Otak Terhadap Pembelajaran
Pembelajaran tidak pernah terlepas dari organ yang bernama otak. Sebuah
anugrah luar biasa yang diberikan Sang pencipta pada setiap individu. Adanya
alat yang memudahkan kita hidup seperti computer, televise, radio, handphone
adalah sebuah hasil berpikir dari otak manusia. Einstein yang mampu
menciptakan bom atom sehingga menyebabkan ribuan juta orang meninggal
ketika peristiwa Nagasaki dan hirosima adalah juga hasil dari otak manusia
namun tidak digunakan balam kebaikan. Sekarang pertanyaannya apakah yang
dapat kita ciptakan? Seberapa besar kita bisa menggunakan otak kita untuk
berpikir? Manfaatkanlah anugrah ini dengan sebaik-baiknya dengan tidak
menyia-nyiakan apa yang kita punya(otak). Namun sebelumnya perlu kita
ketahui beberapa hal tentang otak. Sedikit akan diuraikan bagaimana anatomi
otak dan bagaimana cara otak bekerja.
Tiga tingkatan otak dan keberbakatan. Menurut Dr. Paul Maclean otak kita
terdiri dari tiga tingkatan (otak triune) ada otak reptile, otak mamalia, dan otak
5
neo korteks. Otak reptile terletak di dasar otak dan terhubung dengan tulang
belakang. Otak ini berfungsi sebagai pusat kendali, system syaraf otonomi, dan
untuk mengatur fungsi utama tubuh seperti denyut jantung dan pernapasan. Otak
reptile juga berfungsi mengatur reaksi seseorang terhadap bahaya atau ancaman.
Bila seseorang merasa takut, stress, terancam, kurang tidur, marah dan lelah
maka otak reptile akan aktif. Orang tidak bisa berpikir jika otak reptile aktif.
Kemudian Otak mamalia yang di dalamnya terdapat sisitem limbic yang terdiri
dari amygdala, hippocampus, thalamus, dan hypothalamus. Otak mamalia
berperan dalam mengatur kebutuhan akan keluarga, strata social, dan rasa
memiliki. Otak ini juga memberikan arti pada suatu emosi atau kejadian,
kekebalan tubuh, hormone dan memori jangka panjang. Peran otak mamalia
dalam pembelajaran sangat penting karena mengatur memori jangka panjang.
System limbic di dalam otak mamalia berperan penting untuk menentukan otak
mana yang aktif, otak reptile atau otak neo cortex. Bila dalam keadaan tegang,
stress, takut, marah maka informasi yang diterima otak akan diteruskan ke otak
reptile. Apabila seseorang dalam keadaan bahagia, tenang, dan rileks, maka otak
neo korteks dapat aktif dan dapat digunakan untuk berpikir. Otak neo cortex
merupakan 80% dari total otak manusia. Jadi, kita mengusahakan anak belajar
dalam keadaan rilex, santai, dan bahagia agar otak dapat berpikir.
Tentang keberbakatan, Bakat masing-masing individu berbeda. Ada yang
bakat dalam music, seni lukis, seni tari, menulis dan lain-lain. Bakat disesuaikan
dengan kemampuan seseorang dalam bidang tertentu. Bakat dan kecerdasan
merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan karena seseorang yang berbakat
diawali dari kecerdasan intelektualnya. Orang yang berbakat umumnya memiliki
kecerdasan diatas rata-rata. Namun, belum tentu orang yang berintelegensi tinggi
adalah orang yang berbakat. Bakat perlu diasah dan dilatih dengan kecerdasan
yang diatas rata-rata ia dapat menjadi orang yang berbakat dalam bidang tertentu.
Peserta didik yang tinggi merupakan peserta didik yang mampu mencapai
prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul
yang meliputi kemampuan intelektual, akademik khusus, berpikir kreatif dan
produktif, memimpin, salah satu bidang seni, dan psikomotor seperti olahraga.
Selain iti ada juga factor lain yang mempengaruhi bakat yaitu kecerdasan emosi.
Seseorang yang menekuni bidang tertentu dan ia bisa melebihi kemampuan dari
orang lain adalah orang yang berbakat. Tanpa ada kemauan menekuni bakat yang
dimiliki menjadi kurang terasah. Dan bakat ini tidak hanya dalam satu bidang
tetapi pada bidang. Seseorang bisa memiliki bakat dalam menyanyi juga bakat
dalam menari. Selain itu bakat juga dapat diwariskan atau diturunkan oleh orang
tua kepada anaknya. Orang tua yang berbakat dalam bermain music misalnya
6
biola, dapa diikuti anaknya yang juga pintar dalam bermain musik. Bakat ini, erat
hubungannya dengan kreativitas. Orang yang berkreativitas tinggi dapat
menemukan sesuatu yang berbeda dari yang lain dan merupakan kemampuan
yang tidak semua orang dapat melakukannya hal tersebut dapat juga disebut
bakat. Orang berbakat haruslah memiliki kreativitas yang tinggi sehingga
semakin diasah akan semakin timbul bakatnya itu dapat menjadi penghasilan
bagi diri dan keluarganya. Akan luar biasa jika bakat itu diasah sejak dini.
Cobalah temukan apa yang menjadi kemampuan yang paling menonjol dari diri
kita.
Dalam pembelajaran otak merupakan peran yang vital. Semua kegiatan
belajar mengajar menggunakan kemampuan otak. Seseorang tidak akan bisa
belajar tanpa menggunakan otak. Siapa yang bisa menyangkal pernyataan
tersebut. Kita belajar membaca, menulis, makan, minum dan aktivitas lainnya
selain menggunakan alat indra pastilah ada peranan otak didalamnya. Bagaimana
dahulu kita membaca jika huruf a, b, c d saja tidak ingat. Daya ingat merupakan
hasil dari kerja otak. Perlu diketahui otak itu jaran bisa belajar dalam format yang
berurutan. Akan lebih baik jika kita belajar pada saat kita mau untuk belajar.
Tidak bisa otak otak itu dipaksakan untuk belajar, kalaupun bisa hasilnya
menjadi kurang maksimal. Misalnya kita harus membaca seluruh buku tapi kita
hanya menyukai bagian-bagian tertentu dari buku itu. Tentunya otak kita lebih
senang belajar bagian-bagian tertentu yang lebih kita sukai. Mempelajari sesuatu
yang disenangi akan lebih member makna dan akan lebih tersimpan dalam
jangka lebih lama. Dibandingkan hanya membaca saja tentunya apa yang dibaca
menjadi kurang bermakna dan pengetahuan yang didapat hanya sekilas saja.
Otak kita dirancang untuk belajar multi jalur, pada berbagai tingkatan, dari
berbagai sumber, dan di dalam konteks yang berbeda. Kita belajar akan lebih
baik dari kesalahan, belajar dengan ketertarikan , mengeksplorasi masalah,
memfokuskan pada poin kunci, dan dengan pendekatan coba-coba.
Sebagai seorang pendidik kita merencanakan pembelajaran yang sedemikian
rupa supaya otak peserta didik secara alami mau belajar. Pembelajaran yang
menyenangkan sesuai dengan keinginan anak itu untuk belajar akan membuat
otak belajar secara alami tanpa ada tekanan yang memaksakan untuk belajar.
Mempelajari berbagai hal yang berbeda menuntut pendekatan yang berbeda
untuk peserta didik yang berbeda. Pembelajaran disesuaikan dengan gaya belajar
masing-masing individu dan pengalaman mereka. Tahap pra pemaparan adalah
perlu sebelum dimulai belajar. Merupakan tahap yang membantu otak
membangun konseptual yang lebih baik, seperti mengatur waktu belajar,
menyiapkan air minum yang cukup banyak, menciptakan lingkungan belajar
7
yang benar-benar membenamkan dan menarik. Dan yang paling penting
Ciptakanlah lingkungan kelas yang mendukung, menantang, kompleks, tanpa
ancaman dan paksaan
Menyiapkan pembelajaran. Makna dari pembelajaran adalah bagaimana
membuat anak untuk belajar. Apalah arti pembelajaran jika tidak mampu
membuat peserta didik belajar. Sebagai pendidik kita mengharapka pebelajar-
pebelajar yang handal, tekun dan kreatif. Tidak boleh sebagai pendidik berkata
anak didik itu malas, bodoh, tolol dan kata-kata lain yang dapat menyakiti
peserta didik. Kata-kata tersebut jika dilontarkan terus-menerus dapat
membentuk konsep diri. Anak itu akan menganggap dirinya adalah anak yang
bodoh, malas dan sifat-sifat negative lain. Hal ini akan berakibat buruk pada diri
anak serta pembelajaran tidaka akan berjalan dengan baik jika anak didiknya
sudah beranggapan dirinya anak pemalas jadi buat apa belajar. Jika seorang anak
dengan kemampuannya dipuji pintar, lucu, cerdas maka anak itu akan meyakini
dirinya itu pintar, cerdas. Hal ini akan direfleksikan mereka dalam pembelajaran
misalnya saja anak yang dipuji pandai “oh ya saya kan pandai saya harus bisa
menjawab pertanyaan guru atau saya harus dapat nilai yang bagus untuk
mendapatkan itu berarti saya harus rajin belajar” anak yang dikatakan pintar akan
membawa motivasi dalam dirinya untuk belajar lebih giat lagi. Bandingkan
dengan anak yang dibilang malas atau bodoh kemungkinan mereka cenderung
untuk malas belajar karena belajar dianggap sesuatu yang melelahkan dan
percuma. Untuk itu sebisa mungkin sebagai pendidik yang baik kita menghindari
kata-kata negative itu. Cobalah mendidik dengan menanamkan konsep diri yang
baik pada anak dengan memberikan pujian namun masih tetap harus diarahkan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap peserta didik. Yaitu: faktor
bilologi, adanya perbedaan anatomi otak (neurotransmitter) yang merupakan
bagian otak yang membawa pesan kimiawi dalam otak. Tingkat neurotransmitter
akan mempengaruhi energy, konsentrasi, suasana hati. Kemudian perbedaan
gender dan perbedaan usia. Perubahan usia juga mempengaruhi sikap. Dorongan
dari lingkungan keluarga, masyarakkat juga mempengaruhi belajar anak. Orang
tua hendaknya memberikan pesan positif pada anak. Misalnya, “kamu bisa
mendapatkan apa yang kamu inginkan”. Disini anak akan lebih termotivasi untuk
melakukan dan memperbaiki apa yang sebelumnya telah dilakukan. Peran nutrisi
akan mempengaruhi pembelajaran. Nutrisi yang paling dibutuhka otak adalah
glukosa dan oksigen. Banyaklah makan makanan yang mengandung glukosa dan
oksigen, perbanyaklah minum air putih. Otak terdiri dari kurang lebih 80 persen
air. Setiap hari kita harus mencukupi kebutuhan air putih (murni) demi lancarnya
proses belajar. Pastikan juga para pembelajarn diberikan waktu untuk meminum
8
air putih. Izinkan mereka membawa botol air yang berisi air putih dari rumah
tanpa harus membuat mereka malu dan sungkan. Jelaskan lah pula pentingnya
minum air putih dan makan yang bernutrisi yang banyak mengandung glukosa,
protein, lemak, mineral, dan vitamin-vitamin yang dibutuhkan. Siapkan
pembelajar yang sehat jasmani agar mereka dapat mengikuti kegiatan belajar
mengajar dengan baik.
Otak itu unik dan bagaimana memperkaya otak. Otak dengan keunikannya
merupakan sebuah anugrah luar biasa dari sang pencipta. Dalam persamaan 95,5
persen anatomi manusia, perbedaan 0,5 persen saja sudah membuat individu itu
berbeda dari individu lain. Perbedaan anatomi otak akan mempengaruhi
perbedaan gaya belajar yang ada pada tiap individu merupakan sesuatu yang
harus dipahami dan kita sadari bahwasannya tiap individu diciptakan berbeda.
Ada yang lebih suka belajar dengan mendengarkan music, ada juga yang lebih
suka ketenangan. Ada yang senang belajar dengan duduk di kursi ada juga yang
lebih senang berbaring di lantai. Berikanlah variasi dalam mengajar dengan
berbagai macam gaya pembelajaran yang berbeda. Tanyakanlah pada mereka
gaya pembelajaran seperti apa yang lebih mereka sukai dan lebih nyaman dalam
belajar.
Adanya degenerasi alamiah yang semakin bertambah usia kita semakin
menurun. Membuat kita berpikir bagaimana cara menumbuhkan otak yang lebih
baik. Semakin banyak otak dilatih untuk berpikir akan lebih baik dari pada jarang
menggunakan otak untuk berpikir. Berpikir dengan otak akan terus dilatih
sehingga banyak terjadi koneksi-koneksi pada otak. Para pembelajar paling baik
ketika mereka diberikan stimulasi yang baru dan di luar kebiasaan. Pserta didik
akan lebih tertarik jika diberikan sesuatu yang baru yang belum pernah mereka
dengar diluar kebiasaan. Selain itu juga untuk banyak melatih otak berpikir
perbanyaklah latihan-latihan dalam pembaelajaran namun jangan sampai anak
bosan. Berikan juga kesempatan untuk berpikir sendiri mengeluarkan ide-ide
mereka dalam kegiatan belajar seperti siswa membuat presentasi secara
berkelompok.(KD 4)
5. Menyeimbangkan Fungsi Kerja Otak Kanan Dan Otak Kiri Dalam
Pembelajaran Membaca
Secara neurobiologis, otak manusia terdiri atas miliaran sel saraf atau
neuron yang menyebar di keseluruhan otak manusia. Seperti yang dikemukakan
oleh seorang neurolog, Gerald Edelman, pemenang hadiah nobel, dibutuhkan
9
lebih dari 32 juta tahun untuk menghitung semua sinaps di dalam otak manusia
dengan kecepatan satu sinaps per detik. Jika dipusatkan perhatian pada
kemungkinan jumlah hubungan saraf di dalam otak, maka didapati jumlah yang
sangat menakjubkan yaitu 10 diikuti sejuta angka nol. Setiap saraf otak itu saling
berhubungan dan berkomunikasi melalui satu hubungan atau lebih (Restak,
2004:5). Walaupun demikian, setiap saraf yang ada dalam otak mempunyai
tanggung jawab dan fungsi masing-masing. Misalnya, kegiatan membaca
mengaktifkan area oksipital dan frontal. Mendengarkan musik dengan mata
terpejam mengaktifkan area temporal, frontal dan serebelum. Di samping itu,
secara garis besar, otak otak manusia terbagi atas kerja otak belahan otak kanan,
tetapi aktifitas kerja kedua otak tersebut tidak terpisah. Aktivitas kedua otak itu
saling menyatu dan juga saling membangun.
Seperti yang kita ketahui bahwa metode pembelajaran konvensional yang
pada umumnya digunakan oleh pendidik dalam belajar bahasa cenderung
menekankan pada pola kerja otak kiri, seperti latihan yang menitik beratkan pada
rangsangan dengar (otak kiri) berupa latihan-latihan, pengulangan, kurang
melibatkan proses pemecahan suatu masalah. Sementara itu, dengan kemajuan
teknologi, anak-anak sekarang terfokus pada acara-acara yang disiarkan oleh
televisi, sehingga yang lebih banyak melakukan aktivitas adalah belahan otak
kanan. Oleh karena itulah, masalah pembelajaran menjadi tidak efektif.
1. Hubungan Otak dengan Bahasa
Otak memegang peranan yang sangat penting dalam berbahasa. Telah
diutarakan sebelumnya bahwa saraf-saraf tertentu dalam otak berkaitan dengan
fungsi berbahasa baik lisan maupun tulisan. Ini dapat dibuktikan bahwa terdapat
gangguan berbahasa bagi orang yang mengalami kerusakan otak atau kecelakaan
yang mengenai kepala, selain itu juga dilakukan eksperimen terhadap saraf-saraf
di otak bagi orang yang sehat.
Saraf-saraf dalam otak berkaitan dengan fungsi berbahasa adalah daerah
broca, daerah Wernicke, dan daerah korteks ujaran superior atau daerah
motorsuplementer. Berdasarkan tiga daerah saraf tersebut dapat dikatakan bahwa
terdapat bagian-bagian tertentu pada saraf-saraf di otak kiri manusia yang
mempengaruhi manusia untuk menghasilkan ujaran untuk berbahasa dan
berkomunikasi dengan sesama.
2. Fungsi Otak Kanan dan Otak Kiri
DePorter (2004:36) mengungkapkan bahwa proses berpikir otak kiri bersifat
logis, sekuensial, linear, dan rasional. Otak kiri berdasarkan realitas mampu
10
melakukan penafsiran abstrak dan simbolis. Cara berpikir sesuai untuk tugas-
tugas teratur, ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi audiotorial,
menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Untuk belahan otak
kanan cara berpikirnya bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Cara
berpikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang bersifat nonverbal,
seperti perasaan dan emosi, kesadaran yang berkenaan dengan perasaaan
(merasakan kehadiran suatu benda atau orang, kesadaran spasial, pengenalan
bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi.
Selanjutnya, Restak (2004:97) juga mengemukakan bahwa otak kiri
berfungsi menjelaskan sesuati secara verbal atau tulisan. Belahan otak kiri
cenderung memecah segala sesuatu ke dalam bagian-bagian dan lebih mengenali
perbedaan dari pada menemukan kesamaan ciri. Di samping itu menurut Restak,
belahan otak kiri memproses dunia dengan cara yang linear dan runut. Sebalinya,
belahan otak kanan kurang mengandalkan kata-kata dan bahasa, belahan otak
kanan lebih bisa melihat gambar secara keseluruhan dengan memperhatikan dan
menggabungkan menjadi sebuah gambaran umum. Belahan otak kanan terlibat
dalam proses penyetaraan yang melibatkan banyak operasi sekaligus. Hal yang
sama tentang fungsi otak kiri juga dikemukakan oleh Maksan (1993:55) bahwa
tugas-tugas kebahasaan dikoordinasikan oleh otak kiri.
Otak kiri berkaitan dengan akademik maka otak kanan berfungsi dalam hal
perbedaan, angka, urutan, tulisan, bahasa, hitungan dan logika. Merupakan pusat
otak yang dominan untuk berbahasa lisan dan tulisan. Berperan dalam proses
berpikir yang logis, analitis, linier dan bertindak yang rasional. Daya ingat otak
kiri bersifat jangka pendek (short term memory). Bila terjadi kerusakan pada otak
kiri maka akan terjadi gangguan dalam hal fungsi berbicara, berbahasa dan
matematika. Otak kanan berfungsi dalam hal persamaan, khayalan, kreativitas,
bentuk atau ruang, emosi, musik dan warna. Daya ingat otak kanan bersifat
panjang (long term memory). Bila terjadi kerusakan otak kanan misalnya pada
penyakit stroke atau tumor otak, maka fungsi otak yang terganggu adalah
kemampuan visual dan emosi. Para ahli banyak yang mengatakan otak kiri
sebagai pengendali IQ (Intelligence Quotient), sementara otak kanan memegang
peranan penting bagi perkembangan EQ (Freed 1997 dalam Soepalarto
http://ykai.net/index/php).
3. Bagaimana Kedua Belahan Otak Bekerja
Setiap belahan otak, baik otak kiri maupun otak kanan pada hakikatnya
mempunyai mempunyai tanggung jawab dan fungsi masing-masing. Misalnya,
Otak kiri berkaitan dengan akademik, seperti perbedaan, angka, urutan, tulisan,
11
bahasa, hitungan dan logika, sedangkan Otak kanan berfungsi dalam hal
persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk atau ruang, emosi, musik dan warna.
Namun, aktifitas kerja kedua otak tersebut tidak terpisah. Aktivitas kedua otak itu
saling menyatu dan juga saling membangun.
Sebagai contoh, ketika melihat beberapa pohon dengan dedaunannya yang
berguguran, tanah yang kering, dan cuaca yang teramat panas. Kita akan
memerikan, menganalisis, dan menggeneralisasikan semua hal tersebut dengan
belahan otak kanan. Setelah hal tersebut dilakukan oleh otak kanan, maka
belahan otak kirilah kemudian yang mengkomunikasikannya secara verbal.
Misalnya, ketika kita berkata, “dedaunan itu banyak berguguran, tanah yang
disekitarnya kering, dan ternyata sekarang adalah musim kemarau”. Belahan otak
kirilah yang bertanggung jawab terhadap pengolahan bahasa dan mengutarakan
konsep-konsep yang ada dalam persepsi seseorang. Namun, semua merupakan
hasil dari penggeneralisasian yang dilakukan oleh belahan otak kanan. (Restak,
2004:97)
Dengan contoh di atas, dapat disimpulkan sebenarnya dalam setiap aktivitas
otak yang dilakukan oleh manusia selalu melibatkan dua fungsi otak, yaitu
belahan otak kiri dan belahan otak kanan. Otak kiri untuk melakukan pemikiran,
persepsi, sedangkan otak kanan untuk memberikan gambaran secara visual. Jika
seseorang hanya mengaktifkan salah satu belahan otaknya dalam beberapa
aktivitas, terjadi ketidakseimbangan fungsi kerja otak pada manusia, maka orang
tersebut akan mudah menghadapi kesulitan terutama kesehatan mental yang
kurang baik. Seperti yang dikemukakan DePorter (2004: 38).
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pentingnya menyeimbangkan fungsi kedua belah otak dalam melakukan aktivitas
yang memang membutuhkan kerja otak, sehingga tercapai tujuan yang optimal.
4. Alternatif yang Dapat Dilakukan untuk Menyimbangkan Otak kanan dan Otak
Kiri dalam Pembelajaran Membaca
Guru dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah hendaknya mengetahui
dan memahami bahwa pentingnya memanfatkan kedua belah otak untuk belajar.
Belajar jadi mudah jika guru dapat menyeimbangkan kedua fungsi otak dalam
proses pembelajaran. Otak kanan sebagai kreativitas dan imajinasi dan juga
merupakan faktor nonkebahasaan dapat memberikan ide bagi otak kiri dalam
melahirkan kata-kata dan bahasa.
Kreativitas dan imaginasi sangatlah penting dalam proses pembelajaran bahasa.
Kreatifitas dan imajinasi perlu dikembangkan. Jika kreatifitas dikembangkan
dalam proses pembelajaran, maka pembelajaran akan menjadi suatu proses yang
12
menyenangkan bagi siswa. Implikasinya pada diri siswa akan terbentuk pola
pembelajaran yang kreatif dan tidak tergantung pada orang lain. Ini akan
menjadikan siswa lebih siap dan mampu menyesuaikan diri dengan segala
perubahan dan tuntutan yang terjadi dalam lingkungannya.
B. PENGAMBILAN KEPUTUSAN KLINIK DALAM
MANAJEMEN KEBIDANAN
Sesuai anjuran WHO yang menyarankan, untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan setiap tenaga kesehatan harus menggunakan pendekatan
proses pengambilan keputusan klinis berdasarkan evidance based dalam
praktiknya.
1. Pengertian dan Kegunaan
Pengambilan keputusan klinis yang dibuat oleh seorang tenaga kesehatan
sangat menentukan kualitas pelayanan kesehatan. Pengambilan keputusan klinis
dapat terjadi mengikuti suatu proses yang sistemetis, logis dan jelas. Proses
pengambilan keputusan klinis dapat dijelaskan, diajarkan dan dipraktikkan
secara gamblang. Kemampuan ini tidak hanya tergantung pada pengumpulan
informasi, tetapi tergantung juga pada kemampuan untuk menyusun,
menafsirkan dan mengambil tindakan atas dasar informasi yang didapat saat
pengkajian. Kemampuan dalam pengambilan keputusan klinis sangat
tergantung pada pengalaman, pengetahuan dan latihan praktik. Ketiga faktor ini
sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan klinis yang dibuat
sehingga menentukan tepat tidaknya tindakan yang petugas kesehatan berikan
pada klien.
Seorang tenaga klinis apabila dihadapkan pada situasi dimana terdapat
suatu keadaan panik, membingungkan dan memerlukan keputusan cepat
(biasanya dalam kasus emergency ) maka 2 hal yang dilakukan :
a. Mempertimbangkan satu solusi berdasarkan pengalaman dimasa lampau.
13
b. Meninjau simpanan pengetahuan yang relevan dengan keadaan ini dalam
upaya mencari suatu solusi.
Apabila tidak ada pengalaman yang dimiliki dengan situasi ini dan
simpanan pengetahuan belum memadai , maka tenaga klinis tersebut akan
mengalami kebingungan dan tidak mampu memecahkan masalah yang ada.
Oleh karena itu tenaga kesehatan harus terus menerus memperbaharui
pengetahuannya, sambil melatih terus keterampilannya dengan memberikan
jasa pelayanan klinisnya. Pengambilan keputusan klinis ini sangat erat
kaitannya dengan proses manajemen kebidanan karena dalam proses
manajemen kebidanan seorang Bidan dituntut untuk mampu membuat
keputusan yang segera secara tepat dan cepat agar masalah yang dihadapi klien
cepat teratasi.
Dalam pengambilan keputusan klinis langkah-langkah yang ditempuh
sama dengan langkah-langkah manajemen kebidanan karena keduanya
menggunakan pendekatan pemecahan masalah.
2. Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan klinis
a. Penilaian ( Pengumpulan Informasi )
Langkah pertama dalam pengambilan keputusan klinis adalah menilai /
menggali keluhan utama klien , keluhan utama ini mengarah kepada masalah
yang lebih penting atau merupakan dasar dari masalahnya.
contohnya :
a. Seorang ibu hamil usia kehamilan 9 bulan datang dengan keluhan :
susah tidur dan mata berkunang-kunang
b. Ibu datang hamil 9 bulan mengeluh mules dan keluar lendir sejak
6 jam yang lalu.
14
Dalam kasus-kasus lain misalnya dalam pemeriksaan kesehatan reproduksi ,
tenaga kesehatan menemukan masalah, sedangkan kliennya tidak
menyadarinya.
contohnya :
Ibu datang hamil 8 bulan dengan keluhan pusing-pusing, nafsu makan
biasa, keluhan diatas tidak menggambarkan masalah, namun keluhan ini
belum tentu menggambarkan keluhan yang sebenarnya agar petugas dapat
menemukan keluhan utama yang ada perlu menggali informasi dan
melakukan pemeriksaan langsung contoh : anamnesa ; pusingnya dirasakan
sejak kapan ? dalam kondisi yang bagaimana ? apakah sebelum hamil
mendapat tekanan darah tinggi, dilanjutkan dengan pemeriksaan tekanan
darah ? Hb? edema ? setelah menemukan data-data diatas secara lengkap
petugas dapat menemukan keluhan yang sebenarnya.
Oleh karena itu untuk mengidentifikasi masalah secara tepat, tenaga
kesehatan perlu mengumpulkan informasi dan proses mengenai keadaan
kesehatannya . Hal ini akan membantu pembuatan diagnose yang tepat untuk
menangani masalah yang ada. Informasi dapat diperoleh dari riwayat,
pemeriksaan fisik, pengujian diagnosis dengan pemeriksaan laboratorium
dan sebagainya, seperti contoh kasus diatas. Pada pengunpulan informasi ini
sering terjadi terlalu banyak pengumpulan informasi yang tidak relevant atau
tidak dapat membedakan antara informasi yang relevan dan mana yang
tidak, sehingga waktu yang dibutuhkan terlalu banyak dan mengganggu
pelayanan, menimbulkan ketidakpuasan atau dapat membahayakan jiwa
klien apabila dalam kondisi kegawatdaruratan.
misalnya :
pada saat ibu hamil 8 bulan mengeluh pusing, ditanyakan mengenai HPHT,
riwayat penyakit keluarga, penyakit keturunan, contoh pengkajian ini sangat
15
tidak relevan, karena tidak ada hubungan antara pusing dengan penyakit
keluarga (penyakit keturunan).
Agar tenaga kesehatan dapat melakukan proses pengumpulan data
dengan efektif, maka harus menggunakan format pengumpulan informasi
yang standar. Tenaga yang berpengalaman akan menggunakan standar ini
dengan mengajukan pertanyaan yang lebih sedikit, lebih terarah dan
pemeriksaan yang terfokus pada bagian yang paling relevan.
b. Diagnosis ( Menafsirkan Informasi / menyimpulkan hasil pemeriksaan)
Setelah mengumpulkan beberapa informasi , tenaga kesehatan mulai
merumuskan suatu diagnosis defferensial (diagnosa banding). Diagnosis
defferensial ini merupakan kemungkinan – kemungkinan diagnosa yang
akan ditetapkan.
contohnya:
diagnosa banding pada kasus diatas, pada saat ibu mengeluh pusing
diagnosa banding yang muncul kemungkinan ibu kurang tidur, kurang
makan, stress, anemi atau pre eklamsi.
Dari diagnosa differensial ini tenaga kesehatan mungkin perlu data tambahan
atau hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan penunjang lainnya.
Untuk membantu menentukan diagnosis kerja dari kemungkinan diagnose
yang ada.
contoh :
bila ditemukan hB < 8 gr, tensi 100/60, protein - , maka diagnosa yang
dapat diambil : anemia, (diagnosa ini sudah merupakan diagnosa kerja).
Untuk ketepatan merumuskan diagnose ini perlu pengalaman klinis sehingga
tenaga kesehatan bisa melakukan dengan cepat dan tepat.
Salah satu contoh ;
16
seorang ibu yang mengalami perdarahan hebat paska persalinan. Dengan
hanya mengetahui beberapa rincian tentang ibu ( misalnya graviditas ,
modus kelahiran serta lamanya persalinan ), anda bisa membentuk segera
satu diagnosis differensial. Daftar diagnosis ini akan berisi: atonia uteri ,
laserasi vaginal atau sisa placenta.
Sebagai seorang tenaga kesehatan yang berpengalaman, akan
mengarahkan pemeriksaan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik kearah
pengumpulan informasi yang terfokus untuk mengenyampingkan
kemungkinan-kemungkinan diagnosis-diagnosis di dalam daftar tersebut.
Jika ditemukan bahwa ibu tersebut adalah seorang multipara yang
tidak mengalami komplikasi dalam persalinannya, maka kemungkinan
atonia uteri sebagai penyebabnya akan menjadi lebih besar. Pemeriksaaan
fisik bisa dibuktikan adanya uterus yang lembek, data ini memperkuat
kemungkinan bahwa perdarahan tersebut disebabkan atonia uteri. Akan
tetapi , diagnosis kerja belum ditetapkan dan penilaian lebih lanjut masih
diperlukan . Pemeriksaan placenta atau mencari tahu dari penolong
persalinan mengenai placenta nya menjadi sangat penting untuk menentukan
satu diagnosis kerja. Jika anda menyimpulkan bahwa si ibu mengalami
atonia uteri , maka pilihan pengobatan yang didasarkan pada kondisi ibu,
ketersediaan sumber daya dan faktor-faktor lain harus dipertimbangkan
dalam langkah berikutnya.
c. Perencanaan ( Pengembangan Rencana )
Setelah memutuskan diagnose kerja , maka tenaga kesehatan akan memilih
perencanaan pengobatan atau asuhan. Dalam perencanaan ini bisa ditemukan
beberapa pilihan yang perlu dipertimbangkan risiko dan keuntungannya.
17
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan prioritas
perencanaan adalah :
• Pengalaman tenaga kesehatan
• Penelitian dan bukti-bukti klinis (evidence based)
• Nilai-nilai yang dianut tenaga kesehatan bersangkutan
• Ketidak jelasan yang disebabkan tidak adanya atau tidak lengkapnya data.
Contoh :
Sebagai contoh, untuk ibu yang sedang mengalami perdarahan paska
persalinan , anda akan memutuskan apakah langkah terbaik untuk
pengobatannya adalah memberikan oxytocin, atau melakukan kompresi
bimanual. Keputusannya akan didasarkan pada jumlah perdarahan , obat-
obat yang tersedia, keberhasilan pengobatan terdahulu yang menggunakan
cara yang sama serta informasi – informasi lainnya. Anda akan
mempertimbangkan konsekuensinya yang positif, yang bisa timbul dari
masing-masing alternatif pengobatan.
d. Intervensi ( Melaksanakan Rencana )
Langkah berikutnya dalam pengambilan keputusan klinis setelah
merencanakan pilihan tindakan yang akan dilakukan adalah melaksanakan
pengobatan atau asuhan yang telah ditentukan. Dalam melaksanakan langkah
ini perlu mengacu pada protokol atau prosedur yang telah dibuat dan di
standarisasi. Dalam melaksanalkan tindakan pada klien, perlu
memperhatikan reaksi / respon klien terhadap tindakan yang diberikan.
Tindakan pemantauan tersebut akan menghasilkan data untuk langkah
berikutnya.
e. Evaluasi ( Mengevaluasi Rencana Asuhan )
18
Dalam langkah evaluasi pengambilan keputusan klinis, rencana
tindakan/pengobatan yang dipilih untuk diagnosisnya harus dievaluasi untuk
mengetahui apakah sudah efektif atau tidak.
contoh
dalam kasus diatas setelah diberikan oxytocin dievaluasi apakah kontraksi
uterus menjadi baik sehingga perdarahan berkurang atau tetap.Jika belum
efektif maka pilihan tindakan lain perlu dipertimbangkan dan perencanaan,
intervensi dan evaluasi mengikuti satu pola yang bersifat sirkuler (berulang)
yang banyak persamaannya dengan proses penilaian dan diagnosis bila
tetap uterus lembek dan perdarahan banyak, maka tindakan lain diberikan,
misalnya kompresi bimanual.
Penilaian atas pengobatan bisa juga mengarahkan tenaga kesehatan ke
pembentukan diagnosis akhir – diagnosis kerja yang telah dipertegas oleh
informasi objektif yang lebih banyak , jika diagnosis akhir ternyata sejalan
dengan diagnosis kerja atau diagnosis sementara, maka tenaga kesehatan
akan menggunakan rincian dari kasus tersebut didalam memori simpanan
pengalaman klinisnya. Keberhasilan suatu intervensi dilihat apabila terjadi
perubahan bukan hanya pada gejala tetapi pada penyebab masalahnya,
misalnya bagi ibu yang mengalami perdarahan paska persalinan, jika
perdarahan berkurang sedangkan uterusnya tetap lembek (yang
membuktikan bahwa atonia uteri yang menjadi penyebabnya masih belum
terselesaikan), maka penanganannya tidak bisa dianggap berhasil.
C. EVIDENCE BASED MEDICINE
1. PENGERTIAN
a. Evidence Based Medicine I
19
Dalam dua dekade terakhir telah terjadi perkembangan yang cukup
dramatik dalam bidang kedokteran. Teknologi medik yang di tahun 1950an
lebih banyak menggunakan pendekatan manual mulai tergeser dengan
penggunaan teknologi canggih. Penegakan diagnosis yang semula lebih
banyak melalui pendekatan klinik telah beralih ke alat-alat diagnosis yang
lebih akurat, praktis, dan dapat diandalkan. Demikian pula halnya dengan
teknologi terapetik yang telah sedemikian majunya sehingga berbagai jenis
penyakit yang semula tidak dapat disembuhkan atau menimbulkan kecacatan
dapat teratasi dengan temuan-temuan terapi baru yang lebih menjanjikan
secara medik dan ilmiah.
Dalam perkembangannya, pendekatan medik yang berbasis empirisme
mulai dipertanyakan oleh karena prasat-prasat baru yang lebih efektif dan
dengan risiko yang lebih minimal telah ditemukan dan senantiasa diperbaharui
dari waktu ke waktu. Magnetic resonance imaging (MRI) dan Whole body
CT-scan merupakan sedikit contoh dari teknologi diagnostik modern yang
memiliki akurasi tinggi. Di bidang bedah, teknologi minimally access
(invasive) surgery telah secara bertahap menggantikan teknologi laparotomi
yang risikonya jauh lebih besar dan masih dilakukan di banyak negara.
Perkembangan obat baru jauh lebih pesat, khususnya untuk terapi keganasan,
penyakit-penyakit kardiovaskuler dan penyakit degenaratif.
Jika disimak lebih jauh maka terlihat bahwa berbagai temuan dan
hipotesis yang pada masa lampau diterima kebenarannya, secara cepat
digantikan dengan hipotesis-hipotesis baru yang lebih sempurna. Sebagai
contoh adalah episiotomi yang selama ini dilakukan sebagai salah satu
prosedur rutin persalinan khususnya pada primigravida. Melalui studi meta
analisis dan berbagai telaah sistematik, ternyata terbukti bahwa episiotomi
secara rutin justru lebih merugikan bagi pasien. Demikian pula halnya dengan
temuan obat baru yang dapat saja segera ditarik dari perederan hanya dalam
20
waktu beberapa bulan setelah obat tersebut dipasarkan, karena di populasi
terbukti memberikan efek samping yang berat pada sebagian penggunanya.
Di awal 1990an diperkenalkanlah suatu paradigma baru kedokteran
yang disebut sebagai evidence based medicine (EBM) atau kedokteran
berbasis bukti-bukti. Melalui paradigma baru ini maka setiap pendekatan
medik barulah dianggap accountable apabila didasarkan pada temuan-temuan
terkini yang secara medik, ilmiah, dan metodologi dapat diterima. Perlahan
tapi pasti, EBM telah menjadi jiwa dari ilmu kedokteran dan para klinisi
maupun praktisi medik di seluruh dunia segera mengadopsi EBM sebagai
bagian dari implementasi pelayanan medik yang berbasis bukti.
Dalam tulisan ini akan dibahas konsep-konsep dasar penggunaan
evidence based medicine dalam pengambilan keputusan klinik.
b. Evidence Based Medicine II
Menurut Sackett et al. (1996) Evidence-based medicine (EBM) adalah
suatu pendekatan medik yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk
kepentingan pelayanan kesehatan penderita. Dengan demikian, dalam praktek,
EBM memadukan antara kemampuan dan pengalaman klinik dengan bukti-
bukti ilmiah terkini yang paling dapat dipercaya.
Evidence based medicine (EBM) adalah proses yang digunakan secara
sistematik untuk menemukan, menelaah/me-rewew, dan memanfaatkan hasil-
hasil studi sebagai dasar dari pengambilan keputusan klinik.
Secara lebih rinci EBM merupakan keterpaduan antara (1) bukti-bukti
ilmiah yang berasal dari studi yang terpercaya (best research evidence);
dengan (2) keahlian klinis (clinical expertise) dan (3) nilai-nilai yang ada pada
masyarakat (patient values).
(1) Best research evidence. Di sini mengandung arti bahwa bukti-bukti
ilmiah tersebut harus berasal dari studi-studi yang dilakukan dengan
21
metodologi yang sangat terpercaya (khususnya randomized controlled
trial), yang dilakukan secara benar. Studi yang dimaksud juga harus
menggunakan variabel-variabel penelitian yang dapat diukur dan dinilai
secara obyektif (misalnya tekanan darah, kadar Hb, dan kadar kolesterol),
di samping memanfaatkan metode-meiode pengukuran yang dapat
menghindari risiko “bias” dari penulis atau peneliti.
(2) Clinical expertise. Untuk menjabarkan EBM diperlukan suatu
kemampuan klinik (clinical skills) yang memadai. Di sini termasuk
kemampuan untuk secara cepat mengidentifikasi kondisi pasien dan
memperkirakan diagnosis secara cepat dan tepat, termasuk
mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang menyertai serta memperkirakan
kemungkinan manfaat dan risiko (risk and benefit) dari bentuk intervensi
yang akan diberikan. Kemampuan klinik ini hendaknya juga disertai
dengan pengenalan secara baik terhadap nilai-nilai yang dianut oleh
pasien serta harapan-harapan yang tersirat dari pasien.
(3) Patient values. Setiap pasien, dari manapun berasal, dari suku atau agama
apapun tentu mem-punyai nilai-nilai yang unik tentang status kesehatan
dan penyakitnya. Pasien juga tentu mempunyai harapan-harapan atas
upaya penanganan dan pengobatan yang diterimanya. Hal ini harus
dipahami benar oleh seorang klinisi atau praktisi medik, agar setiap upaya
pelayanan kesehatan yang dilakukan selain dapat diterima dan didasarkan
pada bukti-bukti ilmiah juga mempertimbangkan nilai-nilai subyektif
yang dimiliki oleh pasien.
(4) Mengingat bahwa EBM merupakan suatu cara pendekatan ilmiah yang
digunakan untuk pengambilan keputusan terapi, maka dasar-dasar ilmiah
dari suatu penelitian juga perlu diuji kebenarannya untuk mendapatkan
hasil penelitian yang selain up¬date, juga dapat digunakan sebagai dasar
untuk pengambilan keputusan.
22
2. Tujuan EBM
a. Evidence Based Medicine III
Tujuan utama dari EBM adalah membantu proses pengambilan
keputusan klinik, baik untuk kepentingan pencegahan, diagnosis, terapetik,
maupun rehabilitatif yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini yang
terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan demikian maka salah satu syarat utama untuk memfasilitasi
pengambilan keputusan klinik yang evidence-based, adalah dengan
menyediakan bukti-bukti ilmiah yang relevan dengan masalah klinik yang
dihadapi serta diutamakan yang berupa hasil meta-analisis, review sistematik,
dan randomised controlled trial (RCT).
llmu Kedokteran berkembang sangat pesat. Temuan dan hipotesis yang
diajukan pada waktu yang lalu secara cepat digantikan dengan temuan baru
yang segera menggugurkan teori yang ada sebelumnya. Sementara hipotesis
yang diujikan sebelumnya bisa saja segera ditinggalkan karena muncul
pengujian-pengujian hipotesis baru yang lebih sempurna. Sebagai contoh, jika
sebelumnya diyakini bahwa episiotomi merupakan salah satu prosedur rutin
persalinan khususnya pada primigravida, saat ini keyakinan itu digugurkan
oleh temuan yang menunjukkan bahwa episiotomi secara rutin justru sering
menimbulkan berbagai permasalahan yang kadang justru lebih merugikan
bagi quality of life pasien.
Demikian pula halnya dengan temuan obat baru yang dapat saja segera
ditarik dan perederan hanya dalam waktu beberapa bulan setelah obat tersebut
dipasarkan, karena di populasi terbukti memberikan efek samping yang berat
pada sebagian penggunanya.
Pada waktu yang lampau dalam menetapkan jenis intervensi
pengobatan, seorang dokter umumnya menggunakan pendekatan abdikasi
23
(didasarkan pada rekomendasi yang diberikan oleh klinisi senior, supervisor,
konsulen maupun dokter ahli) atau induksi (didasarkan pada pengalaman din
sendiri). Kedua pendekatan tersebut saat ini (paling tidak, dalam 10 tahun
terakhir) telah ditinggalkan dan digantikan dengan pendekatan EBM, yaitu
didasarkan pada bukti-bukti ilmiah yang ditemukan melalui studi-studi yang
terpercaya, valid, dan reliable.
Efek dan khasiat obat yang ditawarkan oleh industri farmasi melalui
duta-duta farmasinya (detailer) umumnya unbalanced dan cenderung
misleading atau dilebih-lebihkan dan lebih berpihak pada kepentingan
komersial. Penggunaan informasi seperti ini juga termasuk dalam pendekatan
abdikasi, yang jika diterima begitu saja akan sangat berisiko dalam proses
terapi.
Secara ringkas, ada beberapa alasan utama mengapa EBM diperlukan:
1. Bahwa informasi up-date mengenai diagnosis, prognosis, terapi dan
pencegahan sangat dibutuhkan dalam praktek sehari-hari. Sebagai contoh,
teknologi diagnostik dan terapetik selalu disempurnakan dari waktu ke
waktu.
2. Bahwa informasi-informasi tradisional (misalnya yang terdapat .dalam
text-book) tentang hal-hal di atas sudah sangat tidak adekuat pada saat ini;
beberapa justru sering keliru dan menyesatkan (misalnya informasi dari
pabrik obat yang disampaikan oleh duta-duta farmasi/cfete//er), tidak
efektif (misalnya continuing medical education yang bersifat didaktik),
atau bisa saja terlalu banyak sehingga justru sering membingungkan
(misalnya journal-journal biomedik/ kedokteran yang saat ini berjumiah
lebih dari 25.000 jenis).
3. Dengan bertambahnya pengalaman klinik seseorang maka
kemampuan/ketrampilan untuk mendiagnosis dan menetapkan bentuk
terapi (clinical judgement) juga meningkat. Namun pada saat yang
24
bersamaan, kemampuan ilmiah (akibat terbatasnya informasi yang dapat
diakses) serta kinerja klinik (akibat hanya mengandalkan pengalaman,
yang sering tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah) menurun
secara signifikan.
4. Dengan meningkatnya jumlah pasien, waktu yang diperlukan untuk
pelayanan semakin banyak. Akibatnya, waktu yang dimanfaatkan untuk
meng-up date ilmu (misalnya membaca journal-journal kedokteran)
sangatlah kurang.
3. Penerapan EBM di Pusat pelayanan Kesehatan
a. Evidence Based Medicine V
Untuk dapat menerapkan pola pengambilan keputusan klinik yang berbasis
pada bukti ilmiah terpercaya diperlukan upaya-upaya yang sistematik,
terencana, dan melibatkan seluruh klinisi di bidang masing-masing. Pelatihan
Evidence-based medicine perlu didukung dengan perangkat lunak dan
perangkat keras yang memadai. Pada saat ini informasi-informasi ilmiah dapat
diperoleh secara mudah dari journal-journal biomedik melalui internet. Oleh
sebab itu sudah selayaknya setiap rumah-sakit melengkapi diri dengan
fasilitas-fasilitas untuk searching dan browsing yang dapat diakses secara
mudah oleh para klinisi.
Pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan untuk membahas
masalah-masalah klinik hendaknya difasilitasi dengan sumber-sumber
informasi yang memadai. Untuk ini diperlukan staf pendukung yang mampu
secara kontinvu men-down load full text paper dari berbagai journal
biomedik. Informasi-informasi yang ada kemudian dapat digunakan untuk
mem-back-up keputusan-keputusan klinik agar dapat berbasis pada bukti
ilmiah yang terpercaya.
25
Sudah saatnya pula dilakukan sosialisasi secara sistematik kepada
seluruh jajaran pelayanan kesehatan untuk memanfaatkan hasil-hasil studi
biomedik dalam pengambilan keputusan klinik. Pusat-pusat pelayanan
kesehatan dapat bekerjasama dengan pusat-pusat pendidikan tinggi,
khususnya Fakultas-fakultas kedokteran dalam memverifikasi dan
menetapkan hasil-hasil penelitian yang valid yang dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan klinik.
b. Evidance Based Ilmu-Ilmu Kebidanan
1). Kajian literatur mengenai asuhan antenatal :
a. Pre-eklampsia dan Eklamsi
Strategi untuk mencegah eklamsia
- Asuhan antenatal dan mengenali hipertensi,
- Identifikasi dan perawatan pre-eklamsia oleh penolong yang
terampil,
- Kelahiran tepat waktu.
b. Penatalaksanaa hipertensi dalam kehamilan (hasil penelitian):
Pilihan Pengobatan Status Bukti Ilmiah
Tirah baring (dirumah atau
dirumah sakit)
Tidak ada bukti tentang
nilainya.
Pengobatan anti-hipertensif
untuk hipertensi ringan
Terbukti bermanfaat.
Mencegah peningkatan tekanan
darah lebih lanjut. Mengurangi
lama opname dirumah sakit,
persalinan induksi dan gawat
darurat.
Penggunaan zat anti platelet
untuk mencegah IUGR
Hasil awal menjanjikan, tetapi
studi lebih banyak lagi
26
menjanjikan.
Anti konvulsi digunakan untuk
mencegah kejadian eklampsia
Kenyataan terakhir
menunjukkan tidak ada manfaat
studi. Multicenter sedang
dilakukan.
diuretik Tidak ada bukti yang jelas
mengenai manfaatnya
c. Penggunaan magnesium sulfat
- Guankan magnesium sulfat pada :
Wanita dengan eklamsia dan wanita preeklamsia berat yang
bayinya harus dilahirkan.
- Mulailah magnesium sulfate setelah keputusan melahirkan
telah dibuat.
- Lanjutkan terapi hingga 24 jam setelah melahirkan atau
konvulsi terakhir.
d. HIV pada Kehamilan
Dampak HIV pada kehamilan (hasil penelitian)
Hasil kehamilan Hubungannya dengan inveksi HIV
Aborsi spontan Data terbatas, tapi ada bukti
penelitian tentang kemungkinan
peningkatan risiko.
Lahir mati Ada bukti penelitian tentang
peningkatan risiko pada negara
berkembang.
Mortalitas perinatal Ada bukti penelitian tentang
peningkatan risiko pada negara
berkembang.
27
Mortalitas bayi Ada bukti penelitian tentang
peningkatan risiko pada negara
berkembang.
Pertumbuhan janin Ada bukti penelitian tentang
peningkatan risiko.
BBLR (<2500gr) Ada bukti penelitian tentang
peningkatan risiko.
Kelahiran prematur Ada bukti penelitian tentang
peningkatan risiko pada negara
berkembang, terutama pada penyakit
stadium lanjut.
2). Evidance based “ persalinan”
- Hypno Birhting
Rasa nyeri saat melahirkan bisa disebabkan oleh ketakutan.
Namun, rasa nyeri itu kini dapat dikurangi atau bahkan
dihilangkan sama sekali. Lewat sebuah proses latihan
relaksasi dan metode hypnobirthing, Lanny Kuswandi
memperkenalkan cara melahirkan tanpa rasa sakit.
Menurut Dr. Tb. Erwin Kusuma, Sp. KJ, rasa cemas pada
banyak orang dewasa sekarang adalah akibat dari rekaman
getaran kehidupan mereka sejak dalam kandungan. Padahal,
bayi di dalam kandungan perlu mendapat ketenangan dan
kedamaian dari ibunya. Getaran seperti itulah yang akan
terekam sampai usia dewasa.
Dalam bukunya, Super Baby, Dr. Sarah Brewer
mengungkapkan bahwa kecemasan dan stres yang berlebihan
pada saat hamil sama berbahaya dengan ibu hamil yang
perokok. Keadaan itu bisa berakibat bayi lahir prematur,
kesulitan belajar, anak menjadi hiperaktif, atau bahkan
mengalami autisme. Menurut Dr. Sarah lagi, stres yang
berlebihan pada ibu hamil akan mengakibatkan kadar
pregnanolone dalam tubuh tidak mencukupi.
28
Untuk mengatasi kecemasan itu Lanny Kuswandi
mengembangkan teknik relaksasi dan hypnobirthing yang
disadapnya dari berbagai pusat latihan di Amerika Serikat.
Menurut Lanny, persalinan yang normal selayaknya
berlangsung lancar.
Pada beberapa penelitian di negara Barat membuktikan, ibu
hamil yang mengikuti latihan mengalami lebih sedikit
komplikasi dibandingkan dengan yang tidak terbiasa
melakukan relaksasi secara teratur. Adanya rasa nyeri yang
berlebihan lebih disebabkan adanya rekaman di alam bawah
sadarnya.
“Bayangkan saja, semua orang selalu mengatakan bahwa
melahirkan itu sakit sekali,” ujar wanita lulusan pendidikan
kebidanan RS St. Carolus Jakarta ini. Katanya lagi, kontraksi
otot pada saat persalinan adalah sebagai upaya membantu
terbukanya jalan lahir. Karena kontraksi itu, leher rahim akan
menjadi lunak, menipis, dan mendatar, kemudian menarik
leher rahim. Saat itulah kepala janin menekan mulut rahim
sehingga membuka.
Bila si ibu sudah terbiasa relaksasi, jalan lahir akan lebih
mudah terbuka. Keuntungan lain dari teknik ini adalah
mencegah kelelahan yang berlebihan saat persalinan.
Program Positif
Hypnobirthing adalah relaksasi dengan penambahan sugesti
melalui usapan. Tangan menjadi sarana untuk mengusap
daerah bawah payudara hingga perut. Sebenarnya cara ini
telah dilakukan secara natural oleh ibu-ibu hamil saat
janinnya meronta dalam kandungan. Ketika itu ibu akan
mengusap perut sambil membisikkan kata-kata lembut yang
menenangkan.
Untuk mengikuti program yang diajarkan Lanny, ada empat
langkah yang harus dijalankan. Pertama, kepala dimiringkan
di atas bahu kanan kemudian diputar sampai di atas bahu kiri,
kembali ke bahu kanan sampai delapan kali hitungan. Setelah
itu jari kanan di atas bahu diputar ke belakang sebanyak
delapan kali. Lalu tangan tetap di atas bahu diputar ke depan
sebanyak delapan kali pula.
29
Langkah kedua adalah relaksasi otot. Berbaring santai, lengan
di samping kanan dan kiri, telapak kanan menghadap ke atas.
Lalu tegangkan telapak kaki hingga merambat ke betis, paha,
pinggul, dan dada. Pundak ditarik ke atas dan kedua telapak
tangan dikepal kuat-kuat. Dahi dikerutkan, lidah ditarik ke
arah langit-langit.
Langkah ketiga berupa relaksasi pernapasan. Dalam keadaan
berbaring, otomatis napas akan terdorong ke arah perut. Tarik
napas panjang melewati hidung sambil hitung sampai 10.
Kemudian embuskan napas perlahan-lahan lewat mulut,
lakukan 10 kali.
Langkah keempat relaksasi pikiran, langkah ini diwakili oleh
indra mata. Setelah mata terpejam sejenak, buka mata
perlahan-lahan sambil memandang satu titik tepat di atas
mata, makin lama kelopak mata makin rileks, berkedip, dan
hitungan kelima mata akan menutup.
- Lotus Birth / Nonseverance umbilical
Lotus Birth, atau tali pusat yang tidak dipotong, adalah
membiarkan tali pusat yang tidak diklem dan lahir secara
utuh (jadi setelah bayi lahir, tali pusat tidak dilakukan
pengekleman dan setelah plasenta lahir, plasenta beserta
talipusatnya dibiarkan saja hingga nanti saatnya “puput”)
Segera setelah bayi lahir ada sebuah proses fisiologis normal
dalam perubahan Wharton's jelly yang menghasilkan
pengkleman internal alami pada plasenta (sisi maternal)
dalam 10-20 menit pasca persalinan.
Dalam lotus birth plasenta dibiarkan dan Tali pusat kemudian
Kering dan akhirnya lepas dari umbilicus. Pelepasan tersebut
umumnya terjadi 3-10 hari setelah lahir. Organisasi
Kesehatan Dunia(WHO) menekankan pentingnya penyatuan
atau penggabungan pendekatan untuk asuhan ibu dan bayi,
30
dan menyatakan dengan jelas (dalam Panduan Praktis Asuhan
Persalinan Normal:, Geneva, Swiss, 1997) "Penundaan
Pengkleman (atau tidak sama sekali diklem) adalah cara
fisiologis dalam perawatan tali pusat, dan pengkleman tali
pusat secara dini merupakan intervensi yang masih
memerlukan pembuktian lebih lanjut."
Lotus Birth jarang dilakukan di rumah sakit tetapi umumnya
dilakukan di klinik dan rumah bersalin, sampai saat ini di
Indonesia baru BALI (Yayasan Bumi Bali Sehat, Nyuh Kuning,
Ubud, BALI) yang sudah menerapkan Lotus birth. Lotus birth
memungkinkan terjadinya proses bonding attachment antara ibu
dan bayi, hal ini tentunya bermanfaat bagi ibu dan bayi yang baru
lahir.
Gambaran mekanismenya adalah, Sementara segera setelah bayi
lahir penolong persalinan langsung melakukan penilaian APGAR
Score, membersihkan /menghisap lendir dan mengeringkan tubuh
bayi (kecuali kaki dan tangan), lalu melakukan IMD (inisiasi
Menyusu Dini) peran ayah disini adalah ayah/pendamping
persalinan menjadi bayi dan membantu melakukan rangsangan
putting susu atau melakuakn pemijatan di beberapa titik di tubuh
si ibu untuk merangsang oksitosin alami keluar sehingga
membantu mencegah persarahan dan membantu pelepasan
plasenta. Hanya dengan memegang tali pusat, penolong mencoba
untuk melakukan penegangan tali pusat terkendali untuk menilai
apakah plasenta udah lepas atau belum. sedangkan prosedur yang
lebih lanjut ditunda terlebih dahulu sampai satu jam setelah
melahirkan.
Pada Lotus Birth, kelebihan cairan yang dikeluarkan plasenta
disimpan dalam mangkuk atau waskom terbuka atau dibungkus
kain, lalu didekatkan dengan bayi. Kain yang digunakan untuk
menutupi plasenta atau wadah yang digunakan harus
31
memungkinkan terjadinya pertukaran udara, sehingga plasenta
mendapatkan udara dan mulai mengering serta tidak berbau
busuk.
Garam laut sering digunakan untuk mempercepat proses
pengeringan plasenta. Kadang-kadang minyak esensial, seperti
lavender, atau bubuk tumbuh-tumbuhan seperti goldenseal, neem,
bersama dengan lavender juga digunakan untuk tambahan
antibacterial. Apabila tindakan pengeringan plasenta tidak
diterapkan dengan baik plasenta akan memiliki bau yang berbeda,
bau tersebut dapat diatasi dengan penanaman plasenta secara
langsung atau didinginkan setelah minggu pertama pasca
persalinan.
Sampai sekarang belum ada penelitian lebih lanjut mengenai
adanya kehilangan berat badan bayi dan penyakit kuning karena
tindakan Lotus Birth. Referensi mengenai Lotus Birth ini
terdapat dalam ajaran Budha, Hindu, serta Kristen dan Yahudi.
Karena adanya praktek budaya yang berbeda maka proses
pengawetan plasenta dilakukan dalam berbagai cara yang
berbeda. Beberapa orang lebih memilih untuk menyimpan
plasenta sehingga dapat menguburkannya dengan anak di akhir
kehidupan anak tersebut. Sedangkan yang lainnya membiarkan
plasenta sampai mengerut dan mengering secara alami dan
kemudian dikuburkan. Salah satu contohnya adalah Orang-orang
Igbo di Nigeria, mereka menguburkan plasenta setelah lahir dan
sering menanam pohon diatas kuburan plasenta tersebut.
Berbicara tentang budaya, di Bali memiliki berbagai tradisi dan
ritual mengenai proses kelahiran. Setiap kelahiran membawa
cerita yang baru dan berbeda untuk dijadikan sebuah pelajaran.
Setiap wanita menyanyikan lagu kelahiran sendiri untuk bayinya.
Ada banyak sukacita dan perayaan pada saat kelahiran. Para
peneliti kebidanan di Bali mempraktekkan pendekatan hands-off
32
yaitu praktek yang meminimalisir intervensi yang dilakukan
terhadap ibu hal tersebut memungkinkan seorang ibu untuk
mampu meyakinkan dirinya dengan didukung oleh suami atau
anggota keluarganya, dengan terus-menerus menentramkan hati
bahwa ia mampu melahirkan bayinya dengan tubuhnya yang
sebenarnya telah dirancang untuk mampu melahirkan secara
alami.
Setiap anak Hindu lahir, orang-orang bali menyanyikan mantra
gayatri untuk menyambut kelahiran bayi ke dunia. Seperti halnya
orang muslim menyambut kelahiran bayi dengan pujian kepada
Allah SWT.
Selain menyayikan mantra gayatri, aspek kelahiran yang indah
dan menyentuh yang dilakukan orang Bali adalah Lotus Birth. Ini
adalah ketika tali pusat utuh setelah lahir dari satu jam sampai
beberapa hari. Bayi dan plasenta tetap satu unit sampai orang tua
memutuskan untuk memotong tali pusatnya. Tali pusat
merupakan organ tubuh bayi, dan pemotongan secara tiba-tiba
dapat mengejutkan bayi secara fisik, dan emosi, oleh karena itu
dilakukan Lotus Birth.
Lotus Birth juga merupakan cara agar ibu dan bayi untuk
beristirahat bersama-sama, skin-to-skin kontak, menyusui dan
bonding attachment, sejak bayi bergerak. Salah satu cara yang
kadang-kadang dilakukan untuk memisahkan plasenta dari bayi
adalah dengan cara pembakaran tali pusat (burning cord).
Menurut kepercayaan orang Bali, pembakaran tali pusat menarik
semua energi daya hidup dari plasenta ke bayi, sehingga
memungkinkan bayi untuk merasa lengkap walaupun kehilangan
organ penting. Selama proses pembakaran tali pusat orang Bali
tetap menyanyikan mantra gayatri sampai tali pusat habis dibakar.
Setelah lepas plasenta kemudian segera diambil oleh ayah untuk
dikubur di halaman rumah keluarga, sehingga anak akan selalu
dapat menemukan cara atau jalan ke rumah keluarga
tersebut. Praktek penundaan pengekleman dan pemotongan tali
pusat serta burning cord selain di Bali juga dilakukan di
BidanKita yang mana setiap persalinan selalu dilakukan
penundaan pengekleman dan pemotongan talipusat atau burning
cord tentunya sebelumnya selalu ada informed coice dan inform
consent nya ke klien dan keluarga.
33
Penghormatan terhadap integritas pikiran, jasmani dan rohani dari
ibu dan bayi, adalah penting untuk perdamaian di bumi. Bila hal
tersebut dillakukan maka akan memperkuat kasih sayang yang
sangat diperlukan untuk manusia bertahan hidup.
Mengapa Lotus Birth?
Setiap ibu memiliki alasan sendiri. Berikut ini adalah beberapa
alasan ibu untuk memilih Lotus Birth:
1. Tidak ada keinginan ibu untuk memisahkan plasenta dari bayi
dengan cara memotong tali pusat.
2. Supaya proses transisi bayi terjadi secara lembut dan damai,
yang memungkinkan penolong persalinan untuk memotong tali
pusat pada waktu yang tepat.
3. Merupakan suatu penghormatan terhadap bayi dan plasenta.
4. 100% menjamin bahwa bayi mendapatkan volume darah
optimal dan spesifik yang diperlukan bagi bayi.
5. Mendorong ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama
postpartum sebagai masa pemulihan sehingga bayi mendapat
perhatian penuh.
6. Mengurangi kematian bayi karena pengunjung yang ingin
bertemu bayi. Sebagian besar pengunjung akan lebih memilih
untuk menunggu hingga plasenta telah lepas.
7. Alasan rohani atau emosional.
8. Tradisi budaya yang harus dilakukan.
9. Tidak khawatir tentang bagaimana mengklem, memotong atau
mengikat tali pusat.
10. Kemungkinan menurunkan risiko infeksi (Lotus Birth
memastikan sistem tertutup antara plasenta, tali pusat, dan bayi
sehingga tidak ada luka terbuka)
11. Kemungkinan menurunkan waktu penyembuhan luka pada
perut (adanya luka membutuhkan waktu untuk
penyembuhan.sedangkan jika tidak ada luka, waktu
penyembuhan akan minimal)
Hanya karena tali pusat telah berhenti berdenyut tidak berarti tali
pusat menjadi tidak berguna lagi. Ada yang masih mengalir ke
dalam darah bayi. Setelah mencapai volume darah optimal pada
bayi, sisa dari jaringan akan menutup secara aktif. Penutupan
semua jaringan TIDAK terjadi ketika tali pusat tampak berhenti
34
berdenyut. Tali pusat dapat terus berdenyut sekitar 2 hingga 3
jam.
Langkah dilakukannya Lotus Birth.
Beberapa hal yang dilakukan dalam Lotus Birth diantaranya :
1. Bila bayi lahir, biarkan tali pusat utuh. Jika tali pusat berada
sekitar leher bayi, cukup angkat tali tersebut.
2. Tunggu lahirnya plasenta secara alami.
3. Ketika plasenta lahir, tempatkan pada mangkuk di dekat ibu.
4. Tunggu transfusi penuh darah dari pusat ke bayi sebelum
menangani plasenta.
5. Hati-hati dalam mencuci plasenta yaitu dengan menggunakan
air hangat dan tepuk-tepuk sampai kering.
6. Tempatkan plasenta di tempat yang kering.
7. Letakkan plasenta pada bahan yang menyerap seperti sebuah
popok atau kain kemudian letakkan dalam tas plasenta.
Permukaan plasenta akan berubah setiap hari bahkan lebih cepat
jika sering terjadi rembesan. Alternatif lain untuk mempercepat
pengeringan plasenta yaitu dengan menaburkan garam pada
bagian plasenta.
8. Gendong bayi dan beri makan sesuai kebutuhannya.
9. Pakaikan bayi menggunakan pakaian yang longgar.
10. bayi dapat dimandikan seperti biasa, biarkan plasenta
bersamanya.
11. Meminimalisir pergerakan bayi.
(Literatur imiah lainnya akan kami lampirkan setelah
pembahasan teori)