66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini ada dua variabel bebas dan satu variabel terikat yang
diteliti. Variabel bebas terdiri dari variabel manipulatif atau variabel perlakuan, yaitu
gaya mengajar (A). Variabel ini terdiri dari dua taraf, yaitu gaya mengajar resiprokal
(a1), dan gaya mengajar komando (a2). Variabel bebas lainnya yang ikut diteliti adalah
kekuatan otot (B), terdiri dari tiga level, yaitu kekuatan otot baik (b1), kekuatan otot
sedang (b2), dan kekuatan otot kurang baik (b3). Sebagai variabel terikat adalah hasil
belajar senam (Y) yang meliputi dua amatan, yaitu pemahaman gerakan senam lantai
(y1), dan keterampilan gerak senam lantai (y2). Karena variabel terikat terdiri dari dua
amatan, maka data yang disajikan juga meliputi dua amatan. Data yang disajikan
meliputi deskripsi data, pengujian persyaratan analisis, dan pengujian hipotesis dan
pembahasan hasil penelitian.
A. Deskripsi Data
Deskripsi data yang disajikan meliputi rata-rata, variansi dan simpangan
baku. Selain itu juga disajikan deskripsi data dalam bentuk histogram. Semua deskripsi
data disajikan berdasarkan kelompok perlakuan penelitian. Data yang disajikan diolah
dengan Program Spreadsheet Microsoft Excel 2010 dan Program Statistik Minitab 16.
1. Deskripsi Data pada Amatan Pemahaman Gerakan Senam Lantai (y1)
Data yang disajikan dalam bentuk deskripsi yang berupa rerata, simpangan baku dan
variansi masing-masing kelompok disertai dengan histogram. Deskripsi data diolah
dengan Program Spreadsheet Microsoft Excel 2010, sedangkan histogram dibuat
dengan program statistik Minitab 16.
a. Kelompok Perlakuan a1b1 (Perlakuan Gaya Mengajar Resiprokal pada
Siswa yang Memiliki Kekuatan Otot Baik)
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Senam Lantai
Uraian Skor
Rata-rata 6,864
Simpangan Baku 0,636
Variansi 0,405
67
Skor Minimum 6,000
Skor Maksimum 8,000
Median 7,000
Gambar 4.1 Histogram Hasil Belajar Senam Lantai pada Kelompok
Perlakuan a1b2
b. Kelompok Perlakuan a1b2 (Perlakuan Gaya Mengajar Resiprokal pada
Siswa yang Memiliki Kekuatan Otot Sedang)
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Senam Lantai
Uraian Skor
Rata-rata 7,182
Simpangan Baku 0,681
Variansi 0,464
Skor Minimum 6,000
Skor Maksimum 8,000
Median 7,500
8.07.67.26.86.46.05.65.2
4
3
2
1
0
y1
Fre
qu
en
cy
Histogram of y1GAYA MENGAJAR = 1, KEKUATAN OTOT = 1
68
Gambar 4.2 Histogram Hasil Belajar Senam Lantai pada Kelompok
Perlakuan a1b2
c. Kelompok Perlakuan a1b3 (Perlakuan Gaya Mengajar Resiprokal pada
Siswa yang Memiliki Kekuatan Otot Kurang Baik)
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Senam Lantai
Uraian Skor
Rata-rata 6,455
Simpangan Baku 0,416
Variansi 0,173
Skor Minimum 6,000
Skor Maksimum 7,000
Median 6,500
8.07.67.26.86.46.05.65.2
4
3
2
1
0
y1
Fre
qu
en
cy
Histogram of y1GAYA MENGAJAR = 1, KEKUATAN OTOT = 2
69
Gambar 4.3 Histogram Hasil Belajar Senam Lantai pada Kelompok
Perlakuan a1b3
d. Kelompok Perlakuan a2b1 (Perlakuan Gaya Mengajar Komando pada
Siswa yang Memiliki Kekuatan Otot Baik)
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Senam Lantai
Uraian Skor
Rata-rata 6,364
Simpangan Baku 0,595
Variansi 0,355
Skor Minimum 5,000
Skor Maksimum 7,000
Median 6,500
8.07.67.26.86.46.05.65.2
4
3
2
1
0
y1
Fre
qu
en
cy
Histogram of y1GAYA MENGAJAR = 1, KEKUATAN OTOT = 3
70
Gambar 4.4 Histogram Hasil Belajar Senam Lantai pada Kelompok
Perlakuan a2b1
e. Kelompok Perlakuan a2b2 (Perlakuan Gaya Mengajar Komando pada
Siswa yang Memiliki Kekuatan Otot Sedang)
Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Senam Lantai
Uraian Skor
Rata-rata 6,364
Simpangan Baku 0,636
Variansi 0,405
Skor Minimum 5,000
Skor Maksimum 7,000
Median 6,500
8.07.67.26.86.46.05.65.2
4
3
2
1
0
y1
Fre
qu
en
cy
Histogram of y1GAYA MENGAJAR = 2, KEKUATAN OTOT = 1
71
Gambar 4.5 Histogram Hasil Belajar Senam Lantai pada Kelompok
Perlakuan a2b2
f. Kelompok Perlakuan a2b3 (Perlakuan Gaya Mengajar Komando pada
Siswa yang Memiliki Kekuatan Otot Kurang Baik)
Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Senam Lantai
Uraian Skor
Rata-rata 6,500
Simpangan Baku 0,671
Variansi 0,450
Skor Minimum 5,000
Skor Maksimum 7,500
Median 6,500
8.07.67.26.86.46.05.65.2
4
3
2
1
0
y1
Fre
qu
en
cy
Histogram of y1GAYA MENGAJAR = 2, KEKUATAN OTOT = 2
72
Gambar 4.6 Histogram Hasil Belajar Senam Lantai pada Kelompok
Perlakuan a2b3
2. Deskripsi Data pada Amatan Keterampilan Gerak Senam Lantai (y2)
Data yang disajikan dalam bentuk deskripsi yang berupa rerata, simpangan baku dan
variansi masing-masing kelompok disertai dengan histogram. Deskripsi data diolah
dengan Program Spreadsheet Microsoft Excel 2010, sedangkan histogram dibuat
dengan program statistik Minitab 16.
a. Kelompok Perlakuan a1b1 (Perlakuan Gaya Mengajar Resiprokal pada
Siswa yang Memiliki Kekuatan Otot Baik)
Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Senam Lantai
Uraian Skor
Rata-rata 33,227
Simpangan Baku 0,786
Variansi 0,618
Skor Minimum 31,500
Skor Maksimum 34,000
Median 33,000
8.07.67.26.86.46.05.65.2
4
3
2
1
0
y1
Fre
qu
en
cy
Histogram of y1GAYA MENGAJAR = 2, KEKUATAN OTOT = 3
73
Gambar 4.7 Histogram Hasil Belajar Senam Lantai pada Kelompok
Perlakuan a1b1
b. Kelompok Perlakuan a1b2 (Perlakuan Gaya Mengajar Resiprokal pada
Siswa yang Memiliki Kekuatan Otot Sedang)
Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Senam Lantai
Uraian Skor
Rata-rata 30,727
Simpangan Baku 1,523
Variansi 2,138
Skor Minimum 28,000
Skor Maksimum 32,500
Median 31,000
3432302826
5
4
3
2
1
0
y2
Fre
qu
en
cy
Histogram of y2GAYA MENGAJAR = 1, KEKUATAN OTOT = 1
74
Gambar 4.8 Histogram Hasil Belajar Senam Lantai pada Kelompok
Perlakuan a1b2
c. Kelompok Perlakuan a1b3 (Perlakuan Gaya Mengajar Resiprokal pada
Siswa yang Memiliki Kekuatan Otot Kurang Baik)
Tabel 4.9 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Senam Lantai
Uraian Skor
Rata-rata 32,091
Simpangan Baku 1,671
Variansi 2,791
Skor Minimum 29,000
Skor Maksimum 34,500
Median 32,000
3432302826
5
4
3
2
1
0
y2
Fre
qu
en
cy
Histogram of y2GAYA MENGAJAR = 1, KEKUATAN OTOT = 2
75
Gambar 4.9 Histogram Hasil Belajar Senam Lantai pada Kelompok
Perlakuan a1b3
d. Kelompok Perlakuan a2b1 (Perlakuan Gaya Mengajar Komando pada
Siswa yang Memiliki Kekuatan Otot Baik)
Tabel 4.10 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Senam Lantai
Uraian Skor
Rata-rata 27,682
Simpangan Baku 1,290
Variansi 1,664
Skor Minimum 26,000
Skor Maksimum 30,000
Median 27,500
3432302826
5
4
3
2
1
0
y2
Fre
qu
en
cy
Histogram of y2GAYA MENGAJAR = 1, KEKUATAN OTOT = 3
76
Gambar 4.10 Histogram Hasil Belajar Senam Lantai pada Kelompok
Perlakuan a2b1
e. Kelompok Perlakuan a2b2 (Perlakuan Gaya Mengajar Komando pada
Siswa yang Memiliki Kekuatan Otot Sedang)
Tabel 4.11 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Senam Lantai
Uraian Skor
Rata-rata 32,636
Simpangan Baku 0,951
Variansi 0,905
Skor Minimum 31,000
Skor Maksimum 34,000
Median 30,000
3432302826
5
4
3
2
1
0
y2
Fre
qu
en
cy
Histogram of y2GAYA MENGAJAR = 2, KEKUATAN OTOT = 1
77
Gambar 4.11 Histogram Hasil Belajar Senam Lantai pada Kelompok
Perlakuan a2b2
f. Kelompok Perlakuan a2b3 (Perlakuan Gaya Mengajar Komando pada
Siswa yang Memiliki Kekuatan Otot Kurang Baik)
Tabel 4.12 Statistik Deskriptif Hasil Belajar Senam Lantai
Uraian Skor
Rata-rata 29,500
Simpangan Baku 1,703
Variansi 2,900
Skor Minimum 27,000
Skor Maksimum 32,000
Median 30,000
3432302826
5
4
3
2
1
0
y2
Fre
qu
en
cy
Histogram of y2GAYA MENGAJAR = 2, KEKUATAN OTOT = 2
78
Gambar 4.12 Histogram Hasil Belajar Senam Lantai pada Kelompok
Perlakuan a2b3
2. Pengujian Persyaratan Analisis
Sebelum dilakukan analisis data dengan menggunakan analisis variansi dua jalan,
terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis. Pada analisis variansi ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi, antara lain :
a. Sampel diambil secara random dari populasinya
b. Sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal
c. Sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi sama (sifat homogenitas)
Untuk persyaratan yang pertama sudah terpenuhi karena sampel diambil secara random
(acak). Oleh karena itu, dalam penelitian ini hanya akan dilakukan uji persyaratan yang
kedua dan ketiga, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
3432302826
5
4
3
2
1
0
y2
Fre
qu
en
cy
Histogram of y2GAYA MENGAJAR = 2, KEKUATAN OTOT = 3
79
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ditujukan untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal
dari populasi yang berdistribusi normal sehingga jika uji persyaratan ini terpenuhi maka
analisis data dapat dilakukan dengan menggunakan analisis variansi (ANAVA). Ada
banyak metode untuk menguji normalitas yang dapat dipilih dan digunakan, antara lain
dengan metode Chi Kuadrat, Liliefors, Anderson-Darling, Shapiro-Wilk, dan
Kolmogorov-Smirnov.
Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakann bantuan
program statistik Minitab 16, dan metode yang dipilih adalah Anderson-Darling. Data
sampel yang digunakan untuk pengujian ini adalah kemampuan melakukan gerak senam
lantai. Pengujian dilakukan untuk setiap kelompok perlakuan. Dari penghitungan
dengan menggunakan program Minitab akan diperoleh p-value sebagai dasar penolakan
hiposesis nol. Jika p-value < 0,05 maka H0 ditolak. Ini berarti residu tidak
berdistribusi normal, sebaliknya jika p-value > 0,05 maka H0 diterima, berarti residu
berdistribusi normal (Siswandari, 2009 : 45). Hasil pengujian pada setiap kelompok
perlakuan adalah sebagai berikut :
1) Kelompok a1b1
Gambar 4.13 Histogram dan Kurva Uji Normalitas Kelompok a1b1
Dari hasil uji normalitas Anderson-Darling di atas diperoleh p value = 0,069 >
0,05, maka H0 diterima, residu berdistribusi normal. Ini berarti bahwa sampel
pada kelompok perlakuan a1b1 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
3432302826
Median
Mean
34.033.833.633.433.233.032.8
1st Q uartile 33.000
Median 33.000
3rd Q uartile 34.000
Maximum 34.000
32.699 33.755
32.959 34.000
0.549 1.380
A -Squared 0.64
P-V alue 0.069
Mean 33.227
StDev 0.786
V ariance 0.618
Skewness -0.935197
Kurtosis 0.929751
N 11
Minimum 31.500
A nderson-Darling Normality Test
95% C onfidence Interv al for Mean
95% C onfidence Interv al for Median
95% C onfidence Interv al for StDev95% Confidence Intervals
Summary for y2GAYA MENGAJAR = 1, KEKUATAN OTOT = 1
80
2) Kelompok a1b2
Gambar 4.14 Histogram dan Kurva Uji Normalitas Kelompok a1b2
Dari hasil uji normalitas Anderson-Darling di atas diperoleh p value = 0,305 > 0,05,
maka H0 diterima, residu berdistribusi normal. Ini berarti bahwa sampel pada
kelompok perlakuan a1b2 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
3) Kelompok a1b3
Gambar 4.15 Histogram dan Kurva Uji Normalitas Kelompok a1b3
3432302826
Median
Mean
33.533.032.532.031.531.0
1st Q uartile 31.500
Median 32.000
3rd Q uartile 33.000
Maximum 34.500
30.969 33.213
31.336 33.082
1.167 2.932
A -Squared 0.40
P-V alue 0.294
Mean 32.091
StDev 1.671
V ariance 2.791
Skewness -0.645382
Kurtosis 0.183384
N 11
Minimum 29.000
A nderson-Darling Normality Test
95% C onfidence Interv al for Mean
95% C onfidence Interv al for Median
95% C onfidence Interv al for StDev95% Confidence Intervals
Summary for y2GAYA MENGAJAR = 1, KEKUATAN OTOT = 3
3432302826
Median
Mean
32.031.531.030.530.029.529.0
1st Q uartile 29.000
Median 31.000
3rd Q uartile 32.000
Maximum 32.500
29.704 31.750
29.000 32.041
1.064 2.672
A -Squared 0.40
P-V alue 0.305
Mean 30.727
StDev 1.523
V ariance 2.318
Skewness -0.582096
Kurtosis -0.874375
N 11
Minimum 28.000
A nderson-Darling Normality Test
95% C onfidence Interv al for Mean
95% C onfidence Interv al for Median
95% C onfidence Interv al for StDev95% Confidence Intervals
Summary for y2GAYA MENGAJAR = 1, KEKUATAN OTOT = 2
81
Dari hasil uji normalitas Anderson-Darling di atas diperoleh p value = 0,294 > 0,05,
maka H0 diterima, residu berdistribusi normal. Ini berarti bahwa sampel pada
kelompok perlakuan a1b3 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
4) Kelompok a2b1
Gambar 4.16 Histogram dan Kurva Uji Normalitas Kelompok a2b1
Dari hasil uji normalitas Anderson-Darling di atas diperoleh p value = 0,529 > 0,05,
maka H0 diterima, residu berdistribusi normal. Ini berarti bahwa sampel pada
kelompok perlakuan a2b1 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
5) Kelompok a2b2
Gambar 4.17 Histogram dan Kurva Uji Normalitas Kelompok a2b2
3432302826
Median
Mean
28.528.027.527.0
1st Q uartile 27.000
Median 27.500
3rd Q uartile 28.500
Maximum 30.000
26.815 28.548
26.918 28.582
0.901 2.264
A -Squared 0.30
P-V alue 0.529
Mean 27.682
StDev 1.290
V ariance 1.664
Skewness 0.490389
Kurtosis -0.395802
N 11
Minimum 26.000
A nderson-Darling Normality Test
95% C onfidence Interv al for Mean
95% C onfidence Interv al for Median
95% C onfidence Interv al for StDev95% Confidence Intervals
Summary for y2GAYA MENGAJAR = 2, KEKUATAN OTOT = 1
3432302826
Median
Mean
33.5033.2533.0032.7532.5032.2532.00
1st Q uartile 32.000
Median 32.500
3rd Q uartile 33.500
Maximum 34.000
31.997 33.275
32.000 33.541
0.665 1.669
A -Squared 0.40
P-V alue 0.302
Mean 32.636
StDev 0.951
V ariance 0.905
Skewness 0.056359
Kurtosis -0.731000
N 11
Minimum 31.000
A nderson-Darling Normality Test
95% C onfidence Interv al for Mean
95% C onfidence Interv al for Median
95% C onfidence Interv al for StDev95% Confidence Intervals
Summary for y2GAYA MENGAJAR = 2, KEKUATAN OTOT = 2
82
Dari hasil uji normalitas Anderson-Darling di atas diperoleh p value = 0,302 > 0,05,
maka H0 diterima, residu berdistribusi normal. Ini berarti bahwa sampel pada
kelompok perlakuan a2b2 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
6) Kelompok a2b3
Gambar 4.18 Histogram dan Kurva Uji Normalitas Kelompok a2b3
Dari hasil uji normalitas Anderson-Darling di atas diperoleh p value = 0,561 > 0,05,
maka H0 diterima, residu berdistribusi normal. Ini berarti bahwa sampel pada
kelompok perlakuan a2b3 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Ringkasan hasil uji normalitas disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.13 Ringkasan uji normalitas
Kelompok p-value Kesimpulan
a1b1 0,069 distribusi normal
a1b2 0,305 distribusi normal
a1b3 0,294 distribusi normal
a2b1 0,529 distribusi normal
a2b2 0,302 distribusi normal
a2b3 0,561 distribusi normal
b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas variansi dilakukan terhadap enam kelompok
3432302826
Median
Mean
31.030.530.029.529.028.528.0
1st Q uartile 28.000
Median 30.000
3rd Q uartile 31.000
Maximum 32.000
28.356 30.644
27.918 31.041
1.190 2.989
A -Squared 0.28
P-V alue 0.561
Mean 29.500
StDev 1.703
V ariance 2.900
Skewness -0.20418
Kurtosis -1.01665
N 11
Minimum 27.000
A nderson-Darling Normality Test
95% C onfidence Interv al for Mean
95% C onfidence Interv al for Median
95% C onfidence Interv al for StDev95% Confidence Intervals
Summary for y2GAYA MENGAJAR = 2, KEKUATAN OTOT = 3
83
perlakuan dalam penelitian ini. Data yang dianalisis adalah data kemampuan melakukan
gerak senam lantai (y2). Analisis dilakukan dengan menggunakan Uji Barlett, dengan
bantuan software Minitab 16. Hasil pengujian tercantum pada boxplot sebagai berikut :
Gambar 4.19 Boxplot Uji Homogenitas Populasi
Dari hasil uji homogenitas variansi di atas diperoleh p-value sebesar 0,131. Karena p-
value (0,131) > 0,05 maka H0 yang menyatakan tidak ada perbedaan variansi yang
signifikan di antara kelompok perlakuan, diterima. Dengan demikian variansi antar
kelompok perlakuan sama (homogen). Hal ini berarti enam kelompok perlakuan dalam
penelitian ini berasal dari populasi yang memiliki variansi homogen.
Berdasarkan hasil dua uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas
serta teknik pengambilan sampel secara random, maka syarat penggunaan analisis data
dengan menggunakan ANAVA dapat terpenuhi.
C. Pengujian Hipotesis
1. Analisis Variansi (ANAVA)
Untuk keperluan pengujian hipotesis maka dilakukan analisis data dengan
menggunakan analisis varian (ANAVA), yaitu ANAVA dua jalan (two ways).
GAYA MENGAJAR KEKUATAN OTOT
2
1
3
2
1
3
2
1
4.03.53.02.52.01.51.00.5
95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
Test Statistic 8.50
P-Value 0.131
Test Statistic 1.12
P-Value 0.360
Bartlett's Test
Levene's Test
Test for Equal Variances for y2
84
Karena variabel terikat diukur melalui dua amatan, maka ANAVA dilakukan dua
kali, meliputi :
a. Amatan Pemahaman Gerakan Senam Lantai (y1)
b. Amatan Keterampilan Gerak Senam Lantai (y2)
Semua penghitungan (komputasi) dilakukan dengan menggunakan Program Statistik
Minitab 16. Hasil keluaran (output) ANAVA tiga jalan adalah sebagai berikut :
a. Untuk Amatan Pemahaman Gerakan Senam Lantai (Respon 1)
Hasil analisis variansi (ANAVA) untuk amatan pemahaman gerakan senam lantai
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.14. Output (keluaran) Analisis Variansi Amatan Pemahaman Gerak Senam
Lantai (y1)
Two-way ANOVA: y1 versus GAYA MENGAJAR, KEKUATAN OTOT
Source DF SS MS F P
GAYA MENGAJAR 1 2.9697 2.96970 7.92 0.007
KEKUATAN OTOT 2 0.9621 0.48106 1.28 0.285
Interaction 2 2.0985 1.04924 2.80 0.069
Error 60 22.5000 0.37500
Total 65 28.5303
S = 0.6124 R-Sq = 21.14% R-Sq(adj) = 14.56%
Dari hasil analisis varian keluaran komputer di atas, dapat diartikan bahwa :
1) Pengujian hipotesis I
Dari penghitungan komputer di atas diperoleh Fa=7,92 dan p = 0,007. Karena p-
value < 0,05, maka hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada perbedaan
pengaruh antara gaya mengajar resiprokal (a1) dan gaya mengajar komando (a2)
terhadap hasil belajar senam lantai (y1) ditolak, dan hipotesis alternatif (H1) yang
menyatakan ada perbedaan pengaruh antara gaya mengajar resiprokal (a1) dan gaya
mengajar komando (a2) terhadap hasil belajar senam lantai (y1) diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh antara gaya mengajar
85
resiprokal (a1) dengan gaya mengajar komando (a2) terhadap hasil belajar senam
lantai pada amatan pemahaman gerakan.
2) Pengujian hipotesis II
Dari penghitungan statistik diperoleh Fb = 1,28 dan p = 0,285. Karena p > 0,05
maka hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada perbedaan pengaruh antara
kekuatan otot baik (b1), kekuatan otot sedang (b2), dan kekuatan otot kurang baik
(b3) terhadap hasil belajar senam lantai diterima, dan hipotesis alternatif (H1) yang
menyatakan ada perbedaan pengaruh antara kekuatan otot baik (b1), kekuatan otot
sedang (b2), dan kekuatan otot kurang baik (b3) terhadap hasil belajar senam lantai
ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh
antara siswa yang memiliki kekuatan otot baik (b1), kekuatan otot sedang (b2), dan
kekuatan otot kurang baik (b3) terhadap hasil belajar senam lantai pada amatan
pemahaman gerakan senam lantai.
3) Pengujian hipotesis III
Dari penghitungan statistik diperoleh Fab sebesar 2,80 dan p = 0,069. Karena p >
0,05, maka hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada pengaruh interaksi antara
Gaya Mengajar (A) dan Kekuatan Otot (B) diterima. Sedangkan hipotesis
alternatif (H1) yang menyatakan ada pengaruh interaksi antara Gaya Mengajar (A)
dan Kekuatan Otot (B) ditolak. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa
tidak ada pengaruh interaksi antara Gaya Mengajar (A) dan Kekuatan Otot (B)
terhadap hasil belajar senam lantai pada amatan pemahaman gerakan senam lantai
(y1).
b. Untuk Amatan Keterampilan Gerak Senam Lantai (y2)
Hasil analisis variansi (ANAVA) untuk amatan kemampuan gerak senam lantai
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.15. Output (keluaran) Analisis Variansi Amatan Keterampilan Gerak
Senam Lantai (y2)
86
Two-way ANOVA: y2 versus GAYA MENGAJAR, KEKUATAN OTOT
Source DF SS MS F P
GAYA MENGAJAR 1 71.095 71.0947 38.10 0.000
KEKUATAN OTOT 2 17.659 8.8295 4.73 0.012
Interaction 2 155.008 77.5038 41.54 0.000
Error 60 111.955 1.8659
Total 65 355.716
S = 1.366 R-Sq = 68.53% R-Sq(adj) = 65.90%
Dari hasil analisis variansi (ANAVA) di atas, dapat diberikan interpretasi sebagai
berikut :
1) Pengujian hipotesis I
Dari penghitungan komputer di atas diperoleh Fa=38,10 dan p = 0,000. Karena p-
value < 0,05, maka hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada perbedaan
pengaruh antara gaya mengajar resiprokal (a1) dan gaya mengajar komando (a2)
terhadap hasil belajar senam lantai (y2) ditolak, dan hipotesis alternatif (H1) yang
menyatakan ada perbedaan pengaruh antara gaya mengajar resiprokal (a1) dan gaya
mengajar komando (a2) terhadap hasil belajar senam lantai (y2) diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh antara gaya mengajar
resiprokal (a1) dengan gaya mengajar komando (a2) terhadap hasil belajar senam
lantai pada amatan keterampilan gerak senam lantai.
2) Pengujian hipotesis II
Dari penghitungan statistik diperoleh Fb = 4,73 dan p = 0,012. Karena p < 0,05
maka hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada perbedaan pengaruh antara
kekuatan otot baik (b1), kekuatan otot sedang (b2), dan kekuatan otot kurang baik
(b3) terhadap hasil belajar senam lantai ditolak, dan hipotesis alternatif (H1) yang
menyatakan ada perbedaan pengaruh antara kekuatan otot baik (b1), kekuatan otot
sedang (b2), dan kekuatan otot kurang baik (b3) terhadap hasil belajar senam lantai
diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh
antara siswa yang memiliki kekuatan otot baik (b1), kekuatan otot sedang (b2), dan
87
kekuatan otot kurang baik (b3) terhadap hasil belajar senam lantai pada amatan
keterampilan gerak senam lantai.
3) Pengujian hipotesis III
Dari penghitungan statistik diperoleh Fab sebesar 41,54 dan p = 0,000. Karena p
< 0,05, maka hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada pengaruh interaksi
antara Gaya Mengajar (A) dan Kekuatan Otot (B) ditolak. Sedangkan hipotesis
alternatif (H1) yang menyatakan ada pengaruh interaksi antara Gaya Mengajar (A)
dan Kekuatan Otot (B) diterima. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa
ada pengaruh interaksi antara Gaya Mengajar (A) dan Kekuatan Otot (B) terhadap
hasil belajar senam lantai pada amatan kemampuan melakukan gerak senam lantai
(y2).
Ringkasan hasil pengujian hipotesis untuk kedua amatan, yaitu pemahaman gerakan
senam lantai (y1), dan keterampilan gerak senam lantai (y2) disajikan dalam sebuah
tabel sebagai berikut :
Tabel. 4.16 Ringkasan hasil pengujian hipotesis kedua amatan
Sumber
Pemahaman Gerakan (y1) Keterampilan Gerak (y2)
F p H0 H1 F p H0 H1
A 7,92 0,007 ditolak diterima 38,10 0,000 ditolak diterima
B 1,28 0,285 diterima ditolak 4,73 0,012 ditolak diterima
AB 2,80 0,069 diterima ditolak 41,54 0,000 ditolak diterima
2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi (ANAVA)
Dari hasil Analisis variansi seperti yang dapat dilihat pada tabel 16, ada empat hipotesis
nol yang ditolak, sedangkan dua hipotesis nol yang lainnya diterima. Untuk hipotesis
alternatif yang diterima, untuk kelompok yang levelnya lebih dari dua (minimal ada tiga
mean yang terlibat) dilakukan uji lanjut. Pada penelitian ini uji lanjut yang digunakan
adalah Uji – t dengan Metode Least Significant Difference (LSD). Menurut Siswandari
(2009 : 148) Uji LSD ini lebih handal (powerful) dibandingkan Uji Scheffe dan Uji
Tukey (HSD). Ini berarti Uji LSD ini lebih sensitif kemampuannya dalam membedakan
mean (rerata).
Langkah-langkah komputasi dalam menggunakan Uji LSD ini adalah :
a. Menghitung kedua mean (rerata) yang akan dibandingkan
88
b. Menghitung MSE atau RKG (diambil dari perhitungan analisis variansi)
c. Menghitung to dan LSD dengan rumus :
(Siswandari, 2009 : 147)
Ringkasan hasil perhitungan Uji-t dengan Metode LSD ini adalah sebagai berikut :
1. Amatan Keterampilan Gerak Senam Lantai (y2)
Tabel 4.17. Ringkasan Hasil Uji-t dengan Metode LSD pada amatan kemampuan
melakukan gerak senam lantai (y2)
Kelomp. yg
dibandingkan tobs LSD p Keterangan
Kek
uata
n
oto
t (B
)
b1 vs b2 2,982 0,823 p < 0,05 signifikan b1 < b2
b1 vs b3 0,830 0,823 p < 0,05 signifikan b1 < b3
b2 vs b3 2,151 0,823 p < 0,05 signifikan b2 > b3
Inte
rak
si a
nta
ra G
aya M
engaja
r d
an
Kek
uata
n O
tot
(AB
)
a1b1 vs a1b2 4,092 1,222 p < 0,05 signifikan a1b1 >
a1b2
a1b1 vs a1b3 1,866 1,222 p < 0,05 signifikan a1b1 >
a1b3
a1b2 vs a1b3 2,226 1,222 p < 0,05 signifikan a1b2 >
a1b3
a2b1 vs a2b2 8,119 1,222 p < 0,05 signifikan a2b1 <
a2b2
a2b1 vs a2b3 2,979 1,222 p < 0,05 signifikan a2b1 <
a2b3
a2b2 vs a2b3 5,140 1,222 p < 0,05 signifikan a2b2 >
a2b3
a1b1 vs a2b1 9,085 1,222 p < 0,05 signifikan a1b1 >
𝑡0𝑏𝑠 =𝑦 𝑖 − 𝑦 𝑗
√𝑀𝑆𝐸 1
𝑛𝑖+
1
𝑛𝐽 𝐿𝑆𝐷 = 𝑡𝛼
2,𝑁−𝑘 √
2𝑅𝐾𝐺
𝑛
89
a2b1
a1b2 vs a2b2 3,127 1,222 p > 0,05 tdk
signifikan
a1b2 <
a2b2
a1b3 vs a2b3 4,240 1,222 p < 0,05 signifikan a1b3 >
a2b3
2. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil analisis variansi dan uji lanjut Pasca ANAVA untuk masing-masing amatan,
dapat dikemukakan pembahasan sebagai berikut :
a. Untuk amatan pemahaman gerakan senam lantai (y1)
Dari tabel 4.14, di atas dapat diberi penjelasan sebagai berikut :
1) Pengaruh Perlakuan Gaya Mengajar (A)
Dari hasil pengujian hipotesis I dengan analisis variansi seperti
dapat dilihat pada tabel 4.14, diperoleh Fa=7,92 dan p = 0,007. Karena p-
value < 0,05, maka hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada perbedaan
pengaruh antara gaya mengajar resiprokal (a1) dan gaya mengajar komando
(a2) terhadap pemahaman gerakan senam lantai (y1) ditolak, dan hipotesis
alternatif (H1) yang menyatakan ada perbedaan pengaruh antara gaya mengajar
resiprokal (a1) dan gaya mengajar komando (a2) terhadap pemahaman gerakan
senam lantai (y1) diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan pengaruh antara gaya mengajar resiprokal (a1) dengan gaya
mengajar komando (a2) terhadap hasil belajar senam lantai pada amatan
pemahaman gerakan. Gaya mengajar resiprokal (a1) memberikan pengaruh
yang lebih baik terhadap hasil belajar senam lantai dibanding gaya mengajar
komando (a2). Rerata hasil belajar senam lantai pada kelompok perlakuan gaya
mengajar resiprokal sebesar 6,83, sedangkan pada kelompok perlakuan gaya
mengajar komando sebesar 6,41
90
Gambar 4.20 Main Effects Plot Pengaruh Gaya Mengajar
2) Pengaruh Kekuatan Otot (B)
Dari hasil pengujian hipotesis II dengan analisis variansi seperti
dapat dilihat pada tabel 4.14, diperoleh Fb = 1,28 dan p = 0,285. Karena p >
0,05 maka hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada perbedaan pengaruh
antara kekuatan otot baik (b1), kekuatan otot sedang (b2), dan kekuatan otot
kurang baik (b3) terhadap hasil belajar senam lantai diterima, dan hipotesis
alternatif (H1) yang menyatakan ada perbedaan pengaruh antara kekuatan otot
baik (b1), kekuatan otot sedang (b2), dan kekuatan otot kurang baik (b3)
terhadap hasil belajar senam lantai ditolak. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh antara siswa yang memiliki
kekuatan otot baik (b1), kekuatan otot sedang (b2), dan kekuatan otot kurang
baik (b3) terhadap hasil belajar senam lantai pada amatan pemahaman gerakan
senam lantai. Pemahaman gerakan merupakan cakupan ranah kognitif,
sedangkan kekuatan otot merupakan cakupan ranah psikomotorik. Dengan
demikian memang logis kekuatan tidak memberikan pengaruh terhadap hasil
belajar senam lantai pada amatan pemahaman gerakan. Penguasaan materi
pembelajaran dalam ranah kognitif dipengaruhi oleh kemampuan persepsi
21
6.8
6.7
6.6
6.5
6.4
GAYA MENGAJAR
Me
an
Main Effects Plot for y1Data Means
91
visual, auditori, kinestetik, dan kapasitas memori. Semua unsur tersebut tidak
memiliki korelasi dengan kelentukan.
Gambar 4.21 Main Effects Plot Pengaruh Kekuatan Otot
3) Pengaruh Interaksi Gaya Mengajar dan Kekuatan Otot (AB)
Dari hasil pengujian hipotesis III dengan analisis variansi seperti
dapat dilihat pada tabel 4.14 diperoleh Fab sebesar 2,80 dan p = 0,069. Karena
p > 0,05, maka hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada pengaruh
interaksi antara Gaya Mengajar (A) dan Kekuatan Otot (B) diterima.
Sedangkan hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan ada pengaruh interaksi
antara Gaya Mengajar (A) dan Kekuatan Otot (B) ditolak. Dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara Gaya
Mengajar (A) dan Kekuatan Otot (B) terhadap hasil belajar senam lantai pada
amatan pemahaman gerakan senam lantai (y1). Kelompok siswa yang memiliki
perbedaan kekuatan otot dan mendapat perlakuan gaya mengajar yang berbeda,
secara statistik memiliki kemampuan yang tidak berbeda terhadap pemahaman
gerakan senam lantai.
321
6.80
6.75
6.70
6.65
6.60
6.55
6.50
KEKUATAN OTOT
Me
an
Main Effects Plot for y1Data Means
92
Gambar 4.22 Interaction Plot Pengaruh Gaya Mengajar dan Kekuatan Otot
b. Untuk amatan keterampilan gerak senam lantai (y2)
Dari tabel 4.15 dan tabel 4.17 di atas dapat diberi penjelasan sebagai berikut :
1) Pengaruh Perlakuan Gaya Mengajar (A)
Dari hasil pengujian hipotesis I dengan analisis variansi seperti dapat
dilihat pada tabel 4.15 dan uji lanjut pada tabel 4.17, diperoleh Fa=38,10 dan p =
0,000. Karena p-value < 0,05, maka hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak
ada perbedaan pengaruh antara gaya mengajar resiprokal (a1) dan gaya mengajar
komando (a2) terhadap kemampuan melakukan gerak senam lantai (y2) ditolak,
dan hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan ada perbedaan pengaruh antara
gaya mengajar resiprokal (a1) dan gaya mengajar komando (a2) terhadap
kemampuan melakukan gerak senam lantai (y2) diterima. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh antara gaya mengajar
resiprokal (a1) dengan gaya mengajar komando (a2) terhadap hasil belajar senam
lantai pada amatan keterampilan gerak senam lantai. Gaya mengajar resiprokal
(a1) memberikan pengaruh yang lebih baik dibanding gaya komando (a2). Rerata
hasil belajar senam lantai pada kelompok perlakuan gaya mengajar resiprokal
(a1) sebesar 32,02, sedangkan pada kelompok perlakuan gaya mengajar
komando (a2) sebesar 29,94.
321
7.2
7.1
7.0
6.9
6.8
6.7
6.6
6.5
6.4
6.3
KEKUATAN OTOT
Me
an
1
2
MENGAJAR
GAYA
Interaction Plot for y1Data Means
93
Gambar 4.23 Main Effects Plot Pengaruh Gaya Mengajar
2) Pengaruh Kekuatan Otot (B)
Dari hasil pengujian hipotesis II dengan analisis variansi seperti dapat
dilihat pada tabel 4.15 dan uji lanjut pada tabel 4.17, diperoleh Fb = 4,73 dan p =
0,012. Karena p < 0,05 maka hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada
perbedaan pengaruh antara kekuatan otot baik (b1), kekuatan otot sedang (b2),
dan kekuatan otot kurang baik (b3) terhadap hasil belajar senam lantai ditolak,
dan hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan ada perbedaan pengaruh antara
kekuatan otot baik (b1), kekuatan otot sedang (b2), dan kekuatan otot kurang
baik (b3) terhadap hasil belajar senam lantai diterima. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh antara siswa yang memiliki
kekuatan otot baik (b1), kekuatan otot sedang (b2), dan kekuatan otot kurang
baik (b3) terhadap hasil belajar senam lantai pada amatan keterampilan gerak
senam lantai. Kelompok siswa yang memiliki kekuatan otot sedang (b2)
memiliki kemampuan yang paling tinggi dalam melakukan keterampilan gerak
senam lantai.
21
32.0
31.5
31.0
30.5
30.0
GAYA MENGAJAR
Me
an
Main Effects Plot for y2Data Means
94
Gambar 4.24 Main Effects Plot Pengaruh Kekuatan Otot
3) Pengaruh Interaksi Gaya Mengajar dan Kekuatan Otot (AB)
Dari hasil pengujian hipotesis III dengan analisis variansi seperti dapat dilihat
pada tabel 4.15 dan uji lanjut pada tabel 4.17, diperoleh Fab sebesar 41,54 dan p
= 0,000. Karena p < 0,05, maka hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada
pengaruh interaksi antara Gaya Mengajar (A) dan Kekuatan Otot (B) ditolak.
Sedangkan hipotesis alternatif (H1) yang menyatakan ada pengaruh interaksi
antara Gaya Mengajar (A) dan Kekuatan Otot (B) diterima. Dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh interaksi antara Gaya Mengajar
(A) dan Kekuatan Otot (B) terhadap hasil belajar senam lantai pada amatan
keterampilan gerak senam lantai (y2). Untuk mengetahui perbedaan kelompok
mana saja yang signifikan maka dilakukan uji-t dengan metode LSD.
Kesimpulan yang diperoleh dari uji-t ini adalah :
a) Antara kelompok a1b1 dan a1b2
Dari hasil uji-t dengan metode LSD, diperoleh tobs = 4,092 > LSD (α=0,05)
= 1,222, p < 0,05 Karena p<0,05 berarti ada perbedaan hasil belajar senam
lantai antara kelompok perlakuan a1b1 dan a1b2. Rerata hasil belajar pada
kelompok a1b1 sebesar 33,23 lebih baik dibanding rerata hasil belajar
321
31.75
31.50
31.25
31.00
30.75
30.50
KEKUATAN OTOT
Me
an
Main Effects Plot for y2Data Means
95
kelompok a1b2 sebesar 30,73. Dengan demikian pada kelompok perlakuan
gaya mengajar resiprokal, siswa yang memiliki kekuatan otot baik memiliki
capaian hasil belajar senam lantai yang lebih baik dibanding kelompok
siswa yang memiliki kekuatan otot sedang.
b) Antara kelompok a1b1 dan a1b3
Dari hasil uji-t dengan metode LSD, diperoleh tobs = 1,866 > LSD (α=0,05)
= 1,222, p < 0,05 Karena p<0,05 berarti ada perbedaan hasil belajar senam
lantai antara kelompok perlakuan a1b1 dan a1b3. Rerata hasil belajar pada
kelompok a1b1 sebesar 33,23 lebih baik dibanding rerata hasil belajar
kelompok a1b3 sebesar 32,09. Dengan demikian pada kelompok perlakuan
gaya mengajar resiprokal, siswa yang memiliki kekuatan otot baik memiliki
capaian hasil belajar senam lantai yang lebih baik dibanding kelompok
siswa yang memiliki kekuatan otot kurang baik.
c) Antara kelompok a1b2 dan a1b3
Dari hasil uji-t dengan metode LSD, diperoleh tobs = 2,226 > LSD (α=0,05) =
1,222, p < 0,05 Karena p<0,05 berarti ada perbedaan hasil belajar senam
lantai antara kelompok perlakuan a1b2 dan a1b3. Rerata hasil belajar pada
kelompok a1b3 sebesar 32,09 lebih baik dibanding rerata hasil belajar
kelompok a1b2 sebesar 30,02. Dengan demikian pada kelompok perlakuan
gaya mengajar resiprokal, siswa yang memiliki kekuatan otot kurang baik
memiliki capaian hasil belajar senam lantai yang lebih baik dibanding
kelompok siswa yang memiliki kekuatan otot sedang.
d) Antara kelompok a2b1 dan a2b2
Dari hasil uji-t dengan metode LSD, diperoleh tobs = 8,119 > LSD (α=0,05) =
1,222, p < 0,05 Karena p<0,05 berarti ada perbedaan hasil belajar senam
lantai antara kelompok perlakuan a2b1 dan a2b2. Rerata hasil belajar pada
kelompok a2b2 sebesar 32,64 lebih baik dibanding rerata hasil belajar
kelompok a2b1 sebesar 27,68. Dengan demikian pada kelompok perlakuan
gaya mengajar komando, siswa yang memiliki kekuatan otot sedang
memiliki capaian hasil belajar senam lantai yang lebih baik dibanding
kelompok siswa yang memiliki kekuatan otot baik.
96
e) Antara kelompok a2b1 dan a2b3
Dari hasil uji-t dengan metode LSD, diperoleh tobs = 2,979 > LSD (α=0,05) =
1,222, p < 0,05 Karena p<0,05 berarti ada perbedaan hasil belajar senam
lantai antara kelompok perlakuan a2b1 dan a2b3. Rerata hasil belajar pada
kelompok a2b3 sebesar 29,50 lebih baik dibanding rerata hasil belajar
kelompok a2b1 sebesar 27,68. Dengan demikian pada kelompok perlakuan
gaya mengajar komando, siswa yang memiliki kekuatan otot kurang baik
memiliki capaian hasil belajar senam lantai yang lebih baik dibanding
kelompok siswa yang memiliki kekuatan otot baik.
f) Antara kelompok a2b2 dan a2b3
Dari hasil uji-t dengan metode LSD, diperoleh tobs = 5,140 > LSD (α=0,05) =
1,222, p < 0,05 Karena p<0,05 berarti ada perbedaan hasil belajar senam
lantai antara kelompok perlakuan a2b2 dan a2b3. Rerata hasil belajar pada
kelompok a2b2 sebesar 32,64 lebih baik dibanding rerata hasil belajar
kelompok a2b3 sebesar 29,50. Dengan demikian pada kelompok perlakuan
gaya mengajar komando, siswa yang memiliki kekuatan otot sedang
memiliki capaian hasil belajar senam lantai yang lebih baik dibanding
kelompok siswa yang memiliki kekuatan otot kurang baik.
g) Antara kelompok a1b1 dan a2b1
Dari hasil uji-t dengan metode LSD, diperoleh tobs = 9,085 > LSD (α=0,05) =
1,222, p < 0,05 Karena p<0,05 berarti ada perbedaan hasil belajar senam
lantai antara kelompok perlakuan a1b1 dan a2b1. Rerata hasil belajar pada
kelompok a1b1 sebesar 33,23 lebih baik dibanding rerata hasil belajar
kelompok a2b1 sebesar 27,68. Dengan demikian pada kelompok siswa yang
memiliki kekuatan otot baik, gaya mengajar resiprokal memberikan
pengaruh yang lebih baik dibanding gaya mengajar komando.
h) Antara kelompok a1b2 dan a2b2
Dari hasil uji-t dengan metode LSD, diperoleh tobs = 3,127 > LSD (α=0,05) =
1,222, p < 0,05 Karena p<0,05 berarti ada perbedaan hasil belajar senam
lantai antara kelompok perlakuan a1b2 dan a2b2. Rerata hasil belajar pada
kelompok a2b2 sebesar 32,64 lebih baik dibanding rerata hasil belajar
kelompok a1b2 sebesar 30,73. Dengan demikian pada kelompok siswa yang
97
memiliki kekuatan otot sedang, gaya mengajar komando memberikan
pengaruh yang lebih baik dibanding gaya mengajar resiprokal.
i) Antara kelompok a1b3 dan a2b3
Dari hasil uji-t dengan metode LSD, diperoleh tobs = 4,240 > LSD (α=0,05) =
1,222, p < 0,05 Karena p<0,05 berarti ada perbedaan hasil belajar senam
lantai antara kelompok perlakuan a1b3 dan a2b3. Rerata hasil belajar pada
kelompok a1b3 sebesar 32,09 lebih baik dibanding rerata hasil belajar
kelompok a2b3 sebesar 29,50. Dengan demikian pada kelompok siswa yang
memiliki kekuatan otot kurang baik, gaya mengajar resiprokal memberikan
pengaruh yang lebih baik dibanding gaya mengajar komando.
Pola interaksi antara gaya mengajar (A) dan kekuatan otot (B) dapat dilihat
pada gambar berikut :
Gambar 4.25 Interaction Plot Pengaruh Gaya Mengajar dan Kekuatan
Otot
321
34
33
32
31
30
29
28
27
KEKUATAN OTOT
Me
an
1
2
MENGAJAR
GAYA
Interaction Plot for y2Data Means