BAB III
EGGI SUDJANA DAN DEMONSTRASI
3.1. Biografi Eggi Sudjana
Eggi Sudjana lahir pada tanggal 3 Desember 1959 di Jakarta. Orang
tua Eggi bernama H. Sukarna dan Djudju Arsanah. Bapaknya sebagai
pegawai negeri di Departemen Kesehatan, sedangkan ibunya Djudju
Arsanah bekerja di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Saudara
Eggi berjumlah tujuh orang, hanya ia sendiri yang lelaki, selebihnya
perempuan. Jadi anak H. Sukarna dan Djudju Arsanah berjumlah delapan
orang, Eggi Sudjana anak yang terakhir. Rumah keluarga H. Sukarna (orang
tua Eggi) berlokasi di Jalan. Johar Baru I/ 23, Jakarta Pusat.1
Karena orang tua Eggi bekerja sebagai pegawai negeri dan pegawai
rumah sakit maka penghasilannya bisa dikatakan lebih dari cukup meski
tidak berlebihan. Maka sebagai anak kesayangan orang tuanya tidak
mengherankan dalam banyak hal termasuk fasilitas, Eggi mendapat lebih
baik daripada tujuh saudaranya yang lain. Sebagai anak manja, masa kecil
Eggi penuh dengan histori dan romantika hidup. Pada waktu kecil Eggi suka
bermain gundu, bila sudah berkumpul bersama teman- temannya, Eggi
sering lupa pulang. Akibatnya saudara- saudara ( kakaknya) repot mencari
kesana kemari. Terkadang, ia datang dengan tangis, kalau tidak berantem, ya
1. Ahmad Fachruddin, 2000, Jihad Sang Demonstran, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
hlm. 4
kalah main gundu karena itulah oleh teman- temannya Eggi dikenal sebagai
anak yang bandel.
Cerita Eggi berkelahi hampir setiap hari didengar keluarga Sukarna
dan yang jadi sasaran marah orang tua ( H. Sukarna) adalah kakaknya, yang
menjadi tugas menjaga adiknya. Karena sering berkelahi, Eggi dilarang
bermain dan dikurung dirumah oleh kakaknya. Sebagai pengamanan
preventif yang dilakukan kakaknya muncul ide memakaikan baju
perempuan kepada Eggi. Tanpa disadari oleh saudaranya, perlakuan yang
diterapkan kepada Eggi secara psikologis membuatnya tertekan. Ia mulai
melawan dan suka memberontak, terutama ketika diperlakukan tidak adil.
Pada tahun 1966 Eggi memasuki sekolah dasar, bocah pendiam
berkulit cokelat masih tetap masuk dalam kategori anak bandel. SDN Johar
Baru Jakarta Pusat adalah tempat menuntut ilmu waktu kecilnya.2 Ketika
bersekolah ia lebih suka memakai sandal Jepang ( sandal jepit) daripada
memakai sepatu karena lebih praktis, bebas dan sederhana. Selain sekolah
umum (SD) Eggi diwajibkan menuntut ilmu agama dengan mengaji kepada
ustadz H. Murtadho. Tidak cukup sampai di situ, agar lebih yakin orang tua
Eggi sengaja mendatangkan guru ngaji kerumah, itu dilakukan karena
keluarga H. Sukarna paham betul bahwa pendidikan agama menjadi faktor
utama untuk mencetak pribadi muslim.
Di sekolah Eggi termasuk murid yang biasa- biasa saja. Tapi dalam
soal sejarah jangan ditanya. Kehandalan Eggi terhadap mata pelajaran ini
2. Wawancara melalui faks, 23 Februari 2006
sejak guru ngajinya ustadz H. Murtadlo semasa sekolah dasar (SD) banyak
bercerita tentang kisah heroik Nabi besar Muhammad SAW, menimbulkan
gairahnya untuk mengetahui lebih banyak latar belakang seorang tokoh-
tokoh pejuang. Untuk itu ia menjadi senang kepada pelajaran sejarah. Dari
sejarah pula, ia bisa memahami sebab musabab dari suatu peristiwa. Lewat
pelajaran sejarah Eggi banyak mengenal karakter dan sepak terjang tokoh-
tokoh masyarakat ketika mengambil suatu kebajikan. Dari sekian banyak
pejuang dan tokoh dunia baik politikus, ekonomi, maupun pahlawan dalam
bidangnya masing- masing. Yang sangat membekas dalam diri Eggi adalah
ketokohan Nabi Muhammad SAW. Cerita tentang sosok Nabi Muhammad
SAW semakin ia ketahui lebih dalam dari guru sekaligus tokoh agama dan
pemimpin Persis K.H. Eman Sar`an yang secara intens menceritakan
keluhuran budi pekerti Nabi Muhammad SAW. Secara berangsur-angsur
pemahaman Eggi tentang agama semakin kental. Setiap malam, terutama
dalam bulan puasa, seusai sholat Tarawih ia dengan aktif mengikuti
pengajian dan ceramah agama dirumah K.H. Eman Sar`an mengenai
berbagai hal termasuk tentang sejarah dari para Nabi dan sahabatnya.
Pada tahun 1972 Eggi lulus SDN Johar Baru, bersamaan dengan itu
Eggi masuk kejenjang pendidikan menengah pertama (SMP) di SMPN 76
Jakarta.3 Pada tahun 1974, Eggi sering kali melihat aksi demo di Universitas
Indonesia. Ia mulai mengikuti (melihat serta mengamati) aksi- aksi
mahasiswa tanpa pernah tahu proses-proses awal demonstrasi, padahal
3. Ibid
belum menjadi mahasiswa ( masih SMP). Pada tahun 1975 Eggi lulus dari
SMPN 76 Jakarta.
Tahun 1975, Eggi memasuki sekolah menengah atas ( SMA), ia
sekolah di SMAN 30 Jakarta.4 Waktu SMA ini, Eggi aktif dalam pelajaran
ekstra kurikuler, bahkan pernah menjadi ketua OSIS, posisi itu menjadi
modal utama bagi Eggi untuk mempelajari tentang cara pengumpulan dan
mengorganisir massa. Ia mengasah kemampuan dalam melakukan orasi dan
berpidato meski hanya dengan rekan sekolahnya.
Setamat SMA, pada tahun 1979 Eggi masuk keperguruan tinggi,
tepatnya di Universitas Jayabaya Jakarta. Eggi kuliah di Fakultas Hukum
serta lulus pada tahun 1985. Semangat berorganisasi semasa di SMA
ternyata masih melekat pada dirinya, sehingga awal- awal kuliah muncul
keinginannya aktif berorganisasi. Maka pada tahun awal kuliah ia masuk
HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dengan mengikuti training latihan kader
dasar di Sukabumi. Selain HMI, Eggi juga aktif berdiskusi bersama rekan-
rekannya mengenai esensi ajaran Islam. Forum diskusi itu dinamai Mustika,
kata Mustika diambil dari nama jalan kost mereka di Rawamangun Jakarta
Timur.
Di bangku kuliah ini pengalaman organisasinya semakin terasah,
dengan bukti ia menjadi Senat Fakultas Hukum Universitas Jayabaya
periode 1980-1981. Masih di tahun yang sama Eggi juga menjabat sebagai
Sekretaris Jenderal HMI Komisariat Fakultas Hukum Jayabaya. Memasuki
4. Ibid
tahun 1982 Eggi dipercaya menjadi Komandan Resimen Mahasiswa
(Menwa) Bataliyon 13 Universitas Jayabaya dan Koordinator HMI
Universitas. Pengalaman berorganisasi Eggi ternyata tidak terbatas pada
organisasi keIslaman, tapi juga kegiatan kemahasiswaan yang lain, dengan
bukti ia ditunjuk menjadi Komandan Menwa. Dengan ketekunan dan
semangatnya dalam berorganisasiannya, Eggi dipercaya untuk menjadi
ketua Umum HMI Cabang Jakarta pada tahun 1983-1984. Kepercayaan
yang diserahkan padanya menjadi ketua HMI bukan karena keberuntungan,
akan tetapi lebih disebabkan keloyalan pada oragnisasi.
Kariernya di HMI tidak hanya pada tingkatan cabang, ia mulai
merambah kejenjang yang lebih tinggi yaitu menjadi Ketua Umum PB HMI
periode 1986-1988. HMI ia ibaratkan sebagai alat berkreasi serta berjuang
demi cita-cita Islam, baik berkreasi pada keintelektualan maupun gerakan
waktu kuliah. Eggi seakan menemukan kecocokan ketika di HMI, salah satu
alasannya adalah Islam. Islam sebagai azas dan garis besar perjuangan HMI,
sehingga menarik perhatiannya untuk berjuang bersama kawan-kawannya.
Keberhasilan Revolusi Iran tahun 1979 yang dipimpin oleh Imam
Khomeini memunculkan Ghirah terhadap umat Islam termasuk Indonesia.
Dari sinilah ghirah Islam Eggi Sudjana lebih sedikit banyak dipengaruhi
oleh Revolusi Islam Iran. Keberhasilan Revolusi Iran berdampak pada
bangkitnya kesadaran intelektual di dunia internasional. Bahkan pada tahun
(1979) itu juga, tepatnya setelah Revolusi Islam Iran berjaya, disebut- sebut
sebagai tahun kebangkitan Islam. Imam Khomeini yang menjadi tokoh
sentral dalam Revolusi itu menjadi idola pemuda Islam termasuk Eggi
Sudjana. Sikap revolusioner Khomeini dan keteguhannya sangat ingin
diteladani Eggi, bagaimana keberanian Khomeini dalam memerangi
ketidakadilan.
Waktu kuliah maupun semasa aktif di HMI Eggi berteman akrab
dengan Erlangga dan MS. Ka`ban yang sekarang menjadi kabinet Indonesia
Bersatu (Menteri Kehutanan) masa kepimpinan SBY-JK. Kedua sahabatnya
ini akrab tidak hanya waktu di HMI, tapi juga sebagai teman diskusi.
Lingkungan keintelektualan waktu kuliah menjadikan Eggi semakin kokoh
memegang Islam sebagai dasar pemikiran serta berperilaku beliau. Ghirah
Islam Eggi Sudjana banyak mempengaruhi beliau sampai pada tingkatan
menyikapi suatu masalah sosial, ekonomi, politik. Penyikapan yang Eggi
lakukan terkadang dengan menggunakan demonstrasi. Seperti penolakan
kenaikan biaya pendidikan waktu kuliah di Universitas Jayabaya, demo
penolakan SDSB pada tanggal 10 November 1993, demo di Jerman
mengenai nasib Masjidil Aqsa yang dibombardir Israel dan masih banyak
lagi.5
Sukses berorganisasi waktu Eggi kuliah ternyata ia juga berhasil
dalam masalah akademik. Setelah lulus dari Fakultas Hukum universitas
Jayabaya Jakarta tahun 1985, ia melanjutkan kuliah lagi di Jerman pada
tahun 1990. Ia mengambil S2 program Sosiologi TU Berlin, tidak cukup
dengan itu Eggi juga kuliah S2 Manajemen Lingkungan Hidup Institut
5. Ahmad Fachruddin, Op.cit, hlm. 61
Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 1990. Masih di era tahun 90-an tepatnya
1995 Eggi diberi amanat menjadi Ketua Umum MAIHLI ( Masyarakat
Islam untuk Hak Asasi Manusia dan Lingkungan Hidup), serta Presiden
Persaudaraan Muslim Indonesia (PPMI) tahun 1998.
Eggi ialah seorang intelektual muslim yang konsen pada masalah
buruh. Tidak hanya itu ia juga berkecimpung dalam masalah Demokrasi,
HAM serta lingkungan. Perhatiannya pada masalah buruh, demokrasi, HAM
dipandang dari kacamata Islam, dari sinilah yang membedakan Eggi dengan
para intelektual-intelektual lainnya. Pemikiran Eggi pada masalah sosial
selalu bermuarakan Islam sebagai pijakannya. Dengan kata lain Islam
dijadikan patokan berfikirnya untuk menjawab permasalahan sosial
masyarakat.
Beliau sekarang ini sebagai dosen tetap FH UIKA Bogor, dan kini
menjadi pimpinan Law Firm HSJ dan Parners serta berprofesi pengacara
(Eggi Sudjana dan Partner). Meraih gelar Doktor program studi PSL Pasca
Sarjana IPB Bogor (2004).
Karya-karya beliau dibidang intelektual (buku) yang ditulis: Buruh
Menggugat Perspektif Islam (2002), Bayarlah Upah Sebelum Keringatnya
Mengering (2000), HAM dalam Perspektif Alqur`an (2002), Pembelaan
Islam Terhadap Kaum Buruh (editor; 1999), Indonesia Baru Penjajahan
Baru (editor; 1999). Islam Fungsional (2002), politik Kekerasan dan
Terorisme Negara (2002) dan sebagainya.
3.2. Demonstrasi menurut Eggi Sudjana
Demonstrasi itu kalau diterjemahkan secara sederhana dalam
kategori bahasa Indonesia sama dengan unjuk rasa.6
Demonstrasi menurut Eggi Sudjana adalah suatu wadah atau cara
untuk menumpahkan aspirasi yang terhambat oleh suatu sistem yang telah
mengekang tujuan dari demokrasi serta hak dan nilai yang telah diperjual
belikan atas nama kepentingan segelintir penguasa. Demonstrasi juga
merupakan suatu kontrol atas jalannya demokrasi, di mana demonstrasi juga
menjadi suatu tolak ukur kepuasaan publik atas jalannya roda
pemerintahan.7
3.2.1. Landasan Demonstrasi
Eggi memandang bahwa demonstrasi bisa menjadi cara atau strategi
dalam menyiarkan Islam. Demonstrasi dalam konteks dakwah harus dilihat
sebagai sarana amar ma`ruf nahi mungkar menuju perubahan suatu nilai dan
sistem yang lebih baik. Sedangkan landasan atau dasar demonstrasi yang
dipakai Eggi ialah;
كنتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون سقون بالله ولو ءامن أهل الكتاب لكان خيرا لهم منهم المؤمنون وأكثرهم الفا
Kamu adalah yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman, dan
6. Wawancara dengan Eggi Sudjana, 27 November 2005, Bogor: Villa Indah Pajajaran 7. Wawancara dengan Eggi Sudjana melalui Faks, 28 Oktober 2005
mereka kebanyakan mereka adalah orang- orang yang fasik. ( Q.S.
Ali Imron: 110).8
Serta firman Allah SWT berikut:
نيأع ملها وون بهفقهلا ي قلوب مس لهالإنو الجن ا منكثري منها لجأنذر لقدو
بها ولهم آذان لا يسمعون بها أولئك كالأنعام بل هم أضل أولئك هم لا يبصرون الغافلون
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.(Q.S. Al `Araaf: 179).9
Dari ayat diatas dapat dilihat bahwasannya perbuatan maksiat atau
nahi munkar itu harus dicegah bagaimanapun caranya dan itu merupakan
kewajiban setiap muslim untuk melawannya. Melawan serta memerangi
nahi munkar merupakan kegiatan dakwah manusia dalam kehidupan di
dunia, padahal ketika bicara dakwah ialah kewajiban setiap muslim,
sehingga ini tugas menusia untuk mengerjakannya sesuai kontek
kemampuan masing-masing. Melawan kemungkaran bisa menggunakan
tangan (fisik), ucapan tergantung kemampuan dan kapasitas setiap muslim
tersebut. Demonstrasi bagian dari memerangi kemaksiatan kategori fisik
dengan cara turun kejalan (unjuk rasa). Dan ketika demonstrasi menjadi
8. Wawancara dengan Eggi, Op.cit, 9. Ibid.
salah satu alat yang harus digunakan demi memerangi kemungkaran
tersebut, maka demonstrasi dijadikan jalan sarana untuk mencapai tujuan
amar ma`ruf nahi munkar.
3.2.2. Konsep Demonstrasi Menurut Eggi Sudjana
Demonstrasi menurut Eggi, itu digunakan pada upaya akhir serta
menjadi kekuatan tekan. Demonstrasi yang digunakan untuk sebuah
kepentingan segelintir orang maupun kelompok akan menghilangkan
pemaknaan tujuan dari demonstrasi tersebut. Demonstrasi yang sejatinya
digunakan untuk memperjuangkan cita-cita perjuangan telah kehilangan
maknanya, karena demonstrasi disalah gunakan oleh kepentingan orang atau
kelompok.
Eggi Sudjana melihat bahwa demonstrasi yang benar- benar itu harus
mempunyai konsep jelas, hal yang melatar belakangi, tahapan- tahapan serta
output tujuan dari demonstrasi itu sendiri. Output ialah tujuan yang akan
diperjuangkan dari demonstrasi yang dilakukan. Tujuan yang diperjuangkan
dari demonstrasi menurut Eggi Sudjana adalah perubahan kebijakan.
Perubahan kebijakannya itu adalah output, outputnya itu harus dirasakan
untuk kepentingan orang banyak, bahasa populernya untuk rakyat, bahasa
Islamnya untuk umat, bahasa idelisnya untuk Ideologi yang kita yakini,
Ideologi disini maksudnya ialah Islam.10
10. Wawancara dengan Eggi, Op.cit
Sebagai contohnya waktu pemerintah melegalkan perjudian SDSB
(sumbangan dana sosial berhadiah). Dalam pandangan Islam judi itu haram
hukumya, kenapa pemerintah mengizinkan perdaran SDSB. Fenomena judi
ini disikapi oleh Eggi, dengan menolak adanya judi tersebut.penolakan
adanya SDSB ini Eggi memakai demonstrasi untuk mempreasure (
menekan) pemerintah agar menghapus atau melarang peredaran SDSB.
Dengan hilangnya atau dilarangnya SDSB, siapa kemudian yang merasakan,
adalah semua elemen masyarakat ( tidak hanya Islam).
Konsep demonstrasi menurut Eggi Sudjana adalah dakwah bil haq,
dimana setiap demonstrasi harus berlandaskan pada tujuan dakwah,
sehingga demonstrasi yang kita lakukan dapat bernilai ibadah serta
dilakukan sesuai dengan hati nurani untuk menentang ketidakadilan atau
kezholiman yang dilakukan suatu pihak atau kelompok terhadap pihak atau
kelompok lain.11
Demonstrasi ialah dakwah bil haq, demonstrasi digunakan untuk
menunjukkan atau kampanye, memberitahukan sebuah perkara yang benar
dan tidak (haq dan batil) kepada umat. Demonstrasi untuk melawan
ketidakadilan atau kezholiman, yang dilakukan secara santun tanpa anarkis,
dengan maksud beribadah demi menolak kemungkaran sesuai keimanan
seseorang. Demonstrasi menjadi salah satu alat untuk menyeru,
memperingatkan akan kemunkaran. Konsep demonstrasi harus sejalan
dengan tujuan dakwah untuk menyeru kembali kepada jalan Allah. Konsep
11 . Memakai Faks, Op.cit
demonstrasi didalamnya terdiri dari sebuah unsur muatan atau yang melatar
belakangi, untuk mewujudkan dakwah bil haq, dengan berjuang dijalan
Allah dengan penuh keikhlasan dan sesuai tuntunan syari`at untuk menegur
tindakan penguasa yang zholim. Konsep demonstrasi Eggi memasukkan
atau mempunyai muatan Ideologis, faktual keadaan yang menindas serta
cita-cita bersifat idealisme.
Dari uraian konsep demonstrasi ini bisa dijelaskan bahwa
demonstrasi tidak hanya sekedar demonstrasi, tidak sebatas penyampaian
aspirasi. Tetapi demonstrasi harus menunjukkan kebenaran (haq dan yang
batil), yang bersifat kritis serta akomodatif, dari mulai isu-isu demonstrasi
yang dilempar Demonstrasi dipakai untuk menentang, penyampaian aspirasi
umat (rakyat, umat, ideologi). Menolak atau menentang kebijakan
pemerintah yang tidak sesuai dengan hati nurani ( iman), atau agama yang
berdampak pada rakyat maupun Ideologi religius. Eggi menggaris bawahi
bahwa kebijakan pemerintah yang ditolak atau ditentang adalah kebijakan
dari negara, dimana kebijakan tersebut merugikan orang banyak. Serta tidak
menutup kemungkinan kebijakan yang dikeluarkan pihak lain. Tanpa
melihat dampak yang ditimbulkan pada masyarakat, kontek masyarakat
ialah umat, ajaran agama ( ideologi) serta rakyat.
Ketika suatu kebijakan dari pemerintah merugikan rakyat, berarti ini
sudah tidak adanya keadilan yang dilakukan negara terhadap rakyat itu
sendiri. Dengan tidak adanya ketidakadilan, berarti ini semua harus
ditentang karena rakyat adalah bagian dari negara dan negara ialah
perwakilan atas partisipasi politik rakyat itu sendiri. Negara tidak hanya
membawahi rakyat tapi juga agama, karena ini merupakan hubungan sosial
dalam kehidupan masyarakat. Hubungan ketergantungan ini tidak bisa
terputus sampai kapanpun, suatu negara berdiri ditopang dengan adanya
rakyat dan agama. Perlu diingat bahwa dalam negara Indonesia baik rakyat
dan agama punya pertalian sangat erat, ini tercantum dalam pancasila, sila
pertama berbunyi keTuhanan Yang Maha Esa.
Ketika masih adanya ketidakadilan serta kezholiman, berjalan terus
menerus tanpa bisa dihentikan, sejauh itu pula dimana akan muncul orang
atau individu, kelompok yang ingin memperjuangkan kebebasan itu.
Sehingga bisa dikatakan dalam kontek demonstrasi, demonstrasi akan tetap
terus terjadi. Semua ini menciptakan gerakan dalam mencapai keadilan serta
melawan kezholiman. Sehingga secara terus menerus mampu tercapainya
sebuah konsolidasi gerakan dengan satu kata lawan penindasan. Penindasan
baik oleh negara maupun kelompok lain. Itu semua untuk tercapainya
perjuangan nasional dan agama. Alat perjuangan nasional dan agama dalam
hal ini salah satunya memakai demonstrasi sebagai alat menekan kepada
pihak pencipta ketidakadilan dan kezholiman serta sebagai alat perubahan.
Dalam konsep demonstrasi harus ada muatannya yang melatar
belakanginya. Unjuk rasa muatannya atau yang melatar belakanginya
banyak faktor :
a. Ideologis
b. Faktual keadaan yang dirasa menindas.
c. Sebuah cita- cita atau angan- angan yang bersifat idealisme.
Konsep demonstrasi ialah dakwah bil haq, konsep ini didalamnya
terdiri dari ketiga faktor tersebut diatas. Atau lebih jelasnya Ideologis,
Faktual keadaan yang menindas serta cita-cita atau angan-angan yang
bersifat idealis bagian dari konsep demonstrasi. Dari ketiga kategori ini bisa
menjadi sebuah unjuk rasa atau secara singkat disebut demonstrasi.12 Dan
inilah yang dinamakan demonstrasi yang sejati atau yang benar- benar
demonstrasi bukan demonstrasi bayaran. Jadi kalau sebuah demonstrasi
tidak mempunyai ketiga kategori diatas berarti demonstrasi yang
meragukan. Sehingga dalam demonstrasi kategori ini harus ada sebagai
pegangan latar belakang orang berdemonstrasi.
Ideologis disini artinya: dasar berfikir yang kemudian menjadi
pijakan dalam berperilaku atau bersikap sehari- hari. Kontek ideologisnya
menurut Eggi tentu saja Islam.
ketika penulis menanyakan pada Eggi Sudjana kenapa Islam
dijadikan ideologi, beliau menjawab,ya Islam dijadikan ideologi gerakan
karena Islam mempunyai konsep kehidupan baik dunia maupun akherat
yang sangat komplet. Dan seharusnya Islam digunakan sebagai dasar faham
dalam menjalani kehidupan ini, serta Eggi punya alasan bahwa:
1.
ان صالتى ونسكىوحمياي ومماتى هللا رب العاملني
12. Wawancara dengan Eggi, Op.cit
Sesungguhnya sholatku, ibadah dan hidupku sampai matiku hanya untuk Allah. ( Do`a Iftitah)
2.
وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون
Tidaklah Allah diciptakan Jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada Allah. (Q.S. adz Dzaariyat: 56)
3.
لامالله الإس دعن ينإن الد
Sesungguhnya sistem hidup yang menyelamatkan kamu hanya Islam.(Q.S. Ali Imron: 19)
Faktual keadaan yang dirasa menindas; adalah ketika ada sebuah
kebijakan dan tindakan yang menindas serta tidak adanya keadilan.
Kemudian dampaknya dirasa oleh orang banyak.
Sebuah cita-cita atau angan-angan yang bersifat idealis yaitu
sebuah gerakan demonstrasi yang dilakukan harus ada cita- cita untuk
menciptakan angan atas ide gagasannya. Semua tindakan didasari atas cita-
cita yang akan dibangun, tanpa cita- cita idealisme semua akan sia- sia
sehingga ini benar- benar perjuangan bukan gerakan kepentingan sesaat.
Dengan idealisme orang akan memperjuangkan cita- citanya.
Untuk mewujudkan atau cara memahami konsep demonstrasi yang
didalamnya mencakup latar belakang atau muatan demonstrasi untuk
mengarah pada usaha dakwah bil haq harus dengan empat hal tahapan yang
akan dilalui. Keempat tahapan ini dipakai untuk memahami tiga kategori
yang melatar belakangi demonstrasi tersebut di atas.
a. Melalui pendekatan sangka baik dan saling percaya
b. Empaty, ikut merasakan penderitaan orang lain
c. Hubungan fungsional yang dinamis
d. Solidaritas atau kekompakan
a. Melalui pendekatan sangka baik dan saling percaya.
Pendekatan ini dipakai untuk bisa mengetahui bahwa
demonstrasi ini benar-benar demonstrasi (idealis) atau kepentingan.
Untuk menghilangkan prasngka buruk atas apa yang dilakukan ini benar-
benar murni sesuai cita- cita, maka sebaiknya mempunyai kepercayaan
dan fikiran yang baik. Semuanya bisa dilakukan dengan cara Tabayun
(crosscek), sehingga akan menghilangkan kecurigaan antar sesama.
b. Empaty: ikut merasakan penderitaan orang lain atau dirinya,
kelompoknya atau kalangannya kemudian membantu menyelesaikannya,
membantu merubahnya agar sesuai dengan yang diunjuk rasain.
c. Hubungan fungsional yang dinamis.
Ciptakanlah hubungan fungsional siapa yang polisi, akademisi,
elit politik maupun eksekutif tidak boleh menghalang- halangi
demonstrasi, karena ini sifatnya ibadah yang jelas- jelas muatannya
dakwah untuk merubah keadaan lebih baik maka dia telah berbuat
aniaya dan orang ini wajib diperangi. Pemaknaan disini bagaimana
terciptanya hubungan fungsionalyang dinamis sehigga demonstrasi
mampu meraih cita-citanya. Eggi menyebut ini dan apa yang dilakukan
sebagai Islam fungsional.
Islam fungsional artinya mewujudkan dari iman yang ada
didadanya, difikirannya itu difungsikan (diaplikasikan). Islam fungsional
tergantung kepada umat Islam yang memegang fungsi- fungsi didalam
kehidupannya baik fungsi RT, RW sampai Presiden . Jadi tidak terpilah-
pilah karena jabatan tapi dilihat dari fungsinya. Ketika ia mengaku Islam
ia harus fungsikan keimanan itu. Hubungan fungsional yang dinamis ini
sesuai dengan kapasitas dan otoritas masing- masing orang.
d. Solidaritas atau kekompakan.
Dengan dasar sangka baik saling percaya dan empaty serta
hubungan fungsional yang dinamis maka dapat dirajut sebuah solidaritas
atau kekompakan. Ketika solidaritas ini dapat dimunculkan itu disebut
dengan demonstrasi itulah yang dinamakan unjuk rasa. Dengan adanya
empat variabel tersebut tadi diatas tidak mungkin ada demonstrasi yang
tidak benar, demonstrasi yang benar itu harus didasari empat variabel
itu.13
3.3. Demonstrasi sebagai Strategi Dakwah.
Demonstrasi atau unjuk rasa massal terjadi karena digerakkan oleh
rasa tidak puas terhadap keadaan ekonomi, sosial, politik yang dialami.
Kalau unjuk rasa disatu tempat berjalan tertib dan teratur, ditempat lain
terjadi bentrokkan fisik antara pengunjuk rasa dengan kekuatan-kekuatan
keamanan.
13. Ibid
Perjuangan berupa advokasi kebijakan dan advokasi jalanan
merupakan suatu pilihan yang bukan saling meniadakan, ketika advokasi
kebijakan buntu, ditempuh advokasi jalanan lewat demonstrasi.14 Sekarang
melihat begitu maraknya aksi- aksi demonstrasi para buruh, karyawan dan
pekerja yang menuntut perhatian yang layak dan adil dari majikan atau
pengusaha.15
Demonstrasi dijadikan sebuah alat untuk memperoleh solusi dari
persoalan yang dihadapi, baik antara hubungan produksi maupun relasi
sosial bernegara. Akan tetapi ketika demonstrasi menjadi alat propaganda,
memperoleh solusi, apakah umat Islam juga melakukannya. Ini adalah
sebuah pertanyaan mendasar yang harus dijawab oleh setiap demonstran
muslim. Saat ini seolah- olah demonstrasi menjadi trade mark gerakan
orang- orang non muslim atau aktifis pro demokrasi dan HAM.
Dakwah artinya mengajak, memanggil, menyeru manusia untuk
mengikuti petunjuk serta larangan- larangan Allah SWT. Eggi Sudjana
mempunyai pemikiran bahwa dakwah yang berartikan memanggil,
mengajak, tepatnya ditujukan untuk orang non muslim atau belum beriman
sehingga mau mengimani ajaran Islam. Dakwah itu sendiri artinya
memanggil, mengajak jadi kepada orang Islam bukan memanggil atau
mengajak tapi Tausiyah (menasehati) kalau dakwahnya sama orang muslim.
14. Eggi Sudjana, 2000, Bayarlah upah sebelum keringatnya mengering, Jakarta: PPMI,
hlm. 82 15. Eggi Sudjana ( Pengantar), 1999, Pembelaan Islam terhadap kaum buruh, Semarang:
PT. Pustaka Rizki Putra, hlm. viii
Dakwah yang sebenarnya yaitu kepada non muslim yang belum mau
beriman kepada Allah, ajak atau panggil dia ( non muslim), ال اله اال اهللا.
Eggi mencontohkan pada zaman Rasulullah bagaimana beliau
menyurati salah satu raja di Jazirah Arab mengajak untuk beriman kepada
Allah, tapi kepada sesama muslim Tausiyah ( menasehati).
محمد رسول الله والذين معه أشداء على الكفار رحماء بينهم تراهم ركعا سيماهم في وجوههم من أثر السجود سجدا يبتغون فضلا من الله ورضوانا
ذلك مثلهم في التوراة ومثلهم في الإنجيل كزرع أخرج شطأه فآزره فاستغلظ الله دعو الكفار غيظ بهملي اعرالز جبعوقه يلى سى عوتوا فاسنءام الذين
وعملوا الصالحات منهم مغفرة وأجرا عظيما
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu'min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (Q.S. Al Fath: 29).16
16.Wawancara dengan Eggi, Op.cit
Hubungan antara dakwah Islam dengan demonstrasi mengenai
pemikiran Eggi sudjana yang menempatkan demonstrasi sebagai strategi
dakwah terdapat pada usaha untuk menyeru serta menegakkan ajaran-Nya
dengan menggunakan demonstrasi.
Demonstrasi menjadi salah satu cara atau strategi dakwah, karena
demonstrasi merupakan media yang efektif untuk berinteraksi langsung
dengan masyarakat baik yang telah dizholimi maupun tidak. Dengan media
demonstrasi perilaku zholim penguasa dapat direspon langsung untuk
memberikan sedikit teguran dan tuntutan agar penguasa segera menyadari
dan memperbaiki kezholiman dan ke Jahiliyahannya.17
Demonstrasi sebagai strateginya, dakwah ditempatkan pada upaya
akhir bukan sebagai strategi tingkat awal. Sehingga demonstrasi diupaya
akhir mesti ada strategi dakwah yang mendahuluinya, seperti: ceramah-
ceramah, diskusi, pengajian dan segala bentuk yang bersifat umum ( sudah
biasa). Sehingga unjuk rasa atau demonstrasi itu dilakukan setelah upaya-
upaya awal (ceramah, diskusi) gagal atau dirasa kurang efektif.18 Upaya-
upaya awal yang Eggi lakukan seperti ceramah, khotbah, pengajian, diskusi
dan itu secara umum juga dilakukan oleh para da`i-da`i Islam.
Demonstrasi ialah sebagai alat preasurre (tekan) terhadap kebijakan
negara yang tidak sesuai dengan Islam. Demonstrasi sebagai strategi dakwah
kategorinya untuk amar ma`ruf nahi mungkar (untuk memerangi perbuatan-
17. Wawancara melalui faks, Op.cit. 18. Wawancara dengan Eggi, Op.cit
perbuatan mungkar). Ketika negara melegalkan adanya kemungkaran, itulah
yang harus dilawan. Substansi strategi dakwah demonstrasi adalah merubah
kebijakan, yang tidak sejalan dengan ideologis, faktual yang menindas serta
sebuah cita- cita bersifat idealisme. Perubahan kebijakan itu adalah
outputnya. Batasan demonstrasi sebagai strategi dakwah itu adalah selama
atau sepanjang menutup peluang orang untuk bisa ibadah, menutup peluang
orang menjalankan agamanya dengan baik, menutup peluang kepada
kebaikan- kebaikan maka itu harus diperangi (didemonstrasi).19
Demonstrasi dalam perspektif Islam itu obyeknya apa saja yang demi
terbukanya seluas-luasnya melaksanakan ibadah dalam spektrum seluruh
kehidupan.20 Demonstrasi Islam adalah berjuang dijalan Allah dengan penuh
keikhlasan dan sesuai dengan tuntunan syariat, dengan niat untuk menegur
tindakan kelompok atau pihak yang zholim.21
Demonstrasi dikatakan dakwah, bila demonstrasi yang dilakukan
tersebut memiliki konsep dan tujuan yang jelas serta tidak bertentangan
dengan Islam atau dengan kata demonstrasi digunakan untuk amar ma`ruf
nahi munkar. Akan tetapi bila demonstrasi dilakukan untuk hal yang
bertentangan dengan Islam seperti membela kezholiman, kemaksiatan dan
19. Ibid 20. Ibid. 21. Wawancara melalui Faks, Op.cit
merupakan sarana fitnah bagi golongan yang saling bertikai, maka
demonstrasi semacam ini tidak dapat dikatakan sebagai dakwah.22
Eggi Sudjana mengatakan pada waktu demonstrasi SDSB adalah
momentum di mana kesabaran dari masyarakat Indonesia umumya dan
Islam khususnya telah habis setelah lama menanti upaya pemerintah untuk
melarang keberadaan SDSB, oleh karenanya pada waktu itu menurut
pendangan Eggi demonstrasi dapat menjadi jembatan penyampaian aspirasi
yang efektif untuk menegur dan menuntut pemerintah untuk melarang dan
menutup SDSB yang merupakan praktek perjudian yang tersistematis.
Disini sangat jelas bahwa demonstrasi dijadikan “ alat perang” untuk
mengembalikan sebuah amar ma`ruf serta memerangi perbuatan mungkar.
Ketika orang yang membela serta mencoba menegakkan panji- panji Islam
berarti itu ialah jihad. Dakwah merupakan jihad, sedangkan demonstrasi bila
dijadikan strategi atau dakwah, berarti berdemonstrasi bisa dikatakan jihad.
Karena pemaknaan jihad tidak hanya perang, tapi segala sesuatu dimana
seorang menegakkan Islam itu adalah jihad.
Demonstrasi bisa dikatakan jihad dalam Islam, selama membela
suatu kebenaran dan berupaya untuk menumpas kezholiman yang dilakukan
kelompok atau golongan terhadap kelompok atau golongan lain. Serta
didasarkan pada keikhlasan dan sesuai dengan tuntunan syari`at Allah
SWT.23
22. Ibid 23. Ibid
Sesuatu yang diperjuangkan dalam demonstrasi ini adalah tujuh pilar
nilai kehidupan Islam ( pilar Islam). Ketujuh pilar Islam ini bisa untuk siapa
saja tidak terkecuali untuk untuk non muslim.
Ketujuh pilar Islam itu ialah:
1. Keadilan
2. Kedamaian.
3. Kesejahteraan.
4. Ketertiban.
5. Kesetaraan.
6. Kebebasan.
7. Keselamatan.24
Islam menaungi tujuh pilar ini, sehingga yang diperjuangkan dalam
demonstrasi harus sesuai dengan tujuh pilar Islam itu. Keadilan, kalau
orang-orang diperlakukan atau berlaku adil orang akan damai, dengan damai
ia akan sejahtera, dengan sejahtera dia akan tertib, dengan tertib ia akan
setara, dengan setara ia akan bebas, dengan bebas orang akan selamat.
24. Wawancara dengan eggi, op.cit
Esensi Metodologi Islam.
Materi Wahyu Pikiran
Aqidah
Syariah
Ahlaq
Tauhid
Fiqih
Tasawuf
Iman
Islam
Ihsan
25
Dari gambar diatas ini Eggi menjabarkan ketujuh pilar Islam yang
diperjuangkan dalam demonstrasi, menghasilkan ahlaq serta ketaatan atas
syariat (hukum) Islam yang kemudian memunculkan keimanan (aqidah)
seseorang terhadap Allah serta ajaran-ajarannya. Materi ajaran Islam terdiri
dari Aqidah, Syariah, Ahlaq sedangkan wahyu mengajarkan atau
menghasilkan keTauhidan, Fiqih dan Tasawuf. Akan tetapi penulis mencoba
akan menjelaskan proses ketujuh pilar Islam yang menghasilkan Aqidah
(keimanan) seseorang. Bahwasannya Syariah (hukum) terbagi atau mengatur
pada masalah ibadah (hubungan Allah dengan manusia) dan muamalah
(masalah sosial). Keduanya merupakan aturan hukum manusia di dunia yang
saling berinteraksi. Ketika syari`at ini dilanggar atau negara serta pihak
maupun kelompok membuat kebijakan yang tidak dengan hukum agama
tersebut inilah yang di demo. Karena demonstrasi dilakukan ketika suatu
25Ibid,
Syari’ah
Ahlaq
Aqidah
Ibadah
Muamalah
Sistem Kehidupan 7 Pilar Islam Keadilan Kedamaian Kesejahteraan Ketertiban Kesetaraan Kebebasan Keselamatan
persoalan itu menyinggung atau menyalahi dari aturan Islam ini. Kemudian
demonstrasi memperjuangkan tegaknya syariah serta ketujuh pilar Islam,
yang pada dasarnya ketika syariah dijalankan akan menghasilkan ketujuh
pilar tadi. Maka dari itu gambar rangkaian diatas disebut Eggi Sudjana
sebagai Essensi Metodologi Islam.
Islam bukan golongan Islam adalah tata nilai sistem dalam menjalani
kehidupan. Islam bukan agama, Islam adalah sistem tata nilai didalam
menjalani kehidupan yang membawa tujuh pilar tadi diatas. Dengan ketujuh
pilar Islam ini diharapkan adanya feed back akan Ahlak (perilaku) seseorang
atau umat sesuai dengan ajaran Islam. Sehingga keimanan seseorang akan
semakin kuat serta bertaqwa kepada Allah SWT, dan ini adalah feed back
dari tujuh pilar yang diperjuangkan dalam demonstrasi.
Jadi ketika pemerintah membuat kebijakan menyinggung atau
menyalahi tujuh pilar Islam menurut Eggi harus didemo, itu kalau didakwahi
secara konvensional tidak bisa. Sehingga bagaimana fungsi negara
menerapkan atau mewujudkan tujuh pilar Islam tersebut. Ketika sudah
diterapkan ketujuh pilar itu, secara otomatis negara Indonesia menjadi
negara Islam, buat apa negara Islam kalau ternyata tidak mampu
menerapkan tujuh pilar Islam.Yang penting negara itu bisa menerapkan pilar
Islam. Inilah dasar- dasar yang menempatkan demonstrasi sebagai strategi
dakwah.