5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laporan Keuangan
Akuntansi lahir dengan maksud tertentu yaitu dengan memberikan Jasa
kepada penggunanya berupa informasi keuangan yang dibutuhkan untuk
proses pengambilan keputusan berbagai pihak. Pihak-pihak tersebut adalah
pemilik perusahaan, maneger perusahaan yang bersangkutan, kreditor,
investor dan pemerintah dimana perusahaan tersebut berdomisili serta pihak-
pihak lainnya.
“Laporan keuangan adalah informasi yang memuat tentang posisi keuangan
hasil usaha perubahaan ekuitas dan arus kas perusahaan” (Darsono dan Azhari
2005 : 13)
Laporan keuangan juga berfungsi untuk mengurangi kesenjangan informasi
antara direksi atau managemen perusahaan dengan pemilik atau kreditor yang
berada diluar perusahaan
Laporan keuangan menurut Kieso et al (2002 : 2) adalah “Sarana
pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak diluar
korporasi Laporan ini menyampaikan searah yang dikuantifikasikan dalam
moneter”
Laporan keuangan (financial statement) yang sering disajikan adalah (1)
neraca (2) laporan laba-rugi (3) laporan arus kas (4) laporan ekuitas pemilik
atau pemegang saham selain itu (5) catatan atas laporan keuangan merupakan
bagian integral dari setiap laporan keuangan.
6
2.2. Laporan Laba Rugi
2.2.1. Pengertian dan Kegunaan
Laporan laba rugi (income statement) adalah laporan yang mengukur
keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu
tertentu.Komunitas bisnis dan investasi menggunakan laporan ini untuk
menentukan profitabilitas, nilai investasi dan kelayakan kredit atau
kemampuan perusahaan melunasi pinjaman. Laporan laba rugi
menyediakan informasi yang diperlukan oleh para investor dan kreditor
untuk membantu mereka memprediksikan jumlah, penetapan waktu dan
ketidakpastian dari arus kas masa depan (Kieso dkk, 2002:150).
Committee on Terminology laba sebagai jumlah yang berasal dari
pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari
penghasilan atau penghasilan operasi.
Kegunaan laporan laba rugi menurut Kieso dkk (2002:150) adalah
membantu pemakai laporan keuangan memprediksikan arus kas masa
depan dengan berbagai cara. Sebagai contoh, investor dan kreditor dapat
menggunakan informasi yang terdapat dalam laporan laba rugi untuk :
1. Mengevaluasi kinerja masa lalu perusahaan. Dengan mengkaji
pendapatan dan beban, anda bisa mengetahui bagaimana kinerja
perusahaan dan membandingkannya dengan para pesaing.
7
2. Memberikan dasar untuk memprediksikan kinerja masa depan.
Informasi mengenai kinerja masa lalu dapat digunakan untuk
menentukan kecenderungan yang penting, jika berlanjut,
menyediakan informasi tentang kinerja masa depan.
3. Membantu menilai risiko atau ketidakpastian pencapaian arus kas
masa depan. Informasi tentang berbagai komponen laba
pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian memperlihatkan
hubungan diantara komponen-komponen tersebut dan dapat
digunakan untuk menilai risiko kegagalan perusahaan meraih
tingkat arus kas tertentu di masa depan.
2.2.2. Keterbatasan Laporan Laba Rugi
Karena laba bersih merupakan suatu estimasi dan mencerminkan
sejumlah asumsi, para pemakai laporan laba rugi perlu menyadari
keterbatasan tertentu dari informasi yang terdapat dalam laporan laba
rugi.
Menurut Kieso dkk (2002 : 151) keterbatasan laporan laba rugi adalah
sebagai berikut :
1. Pos-pos yang tidak dapat diukur secara akurat tidak dilaporkan
dalam laporan laba rugi. Praktek yang berlangsung saat ini
melarang pengakuan pos-pos tertentu ketika menentukan laba,
8
meskipun pengaruh dari pos-pos ini cukup untuk mempengaruhi
kinerja entitas dari satu titik waktu ke titik waktu lainnya.
2. Angka-angka laba dipengaruhi oleh metode akuntansi yang
digunakan
3. Pengukuran laba yang melibatkan pertimbangan.
Beberapa keterbatasan laporan laba rugi akan mengurangi manfaat
dari laporan ini untuk meramalkan jumlah, penetapan waktu dan
keterbatasan.
2.2.3. Format Laporan Laba Rugi
Menurut Slamet dkk (2002:36-39), dipandang dari segi cara
penyajiannya, terdapat dua macam bentuk tersebut adalah :
1. Laporan Laba Rugi Bentuk Langsung
Laporan laba-rugi bentuk langsung adalah laporan laba rugi yang
disajikan dengan satu tahap saja.Pos-pos pendapatan dikumpulkan tanpa
memperdulikan sumber pendapatan tersebut dari kegiatan usaha ataupun
di luar usaha. Dalam melaporkan pendapatan, keuntungan, beban dan
kerugian, format yang dikenal dengan laporan laba-rugi bentuk langsung
(single-step income statement) sering digunakan. Dalam laporan laba-rugi
bentuk langsung, hanya ada 2 pengelompokkan : yaitu pendapatan dan
9
beban. Pendapatan dikurangkan dengan beban untuk menghitung laba
bersih atau rugi bersih.
Keunggulan utamanya format langsung terletak pada kesederhanaan
penyajian dan tidak adanya implikasi bahwa satu jenis pos pendapatan
atau beban lebih diprioritaskan dari yang lainnya. Pada bentuk ini semua
penghasilan yang diperoleh dari berbagai kegiatan/aktivitas
dikelompokkan menjadi satu yang disebut kelompok penghasilan.
sedangkan untuk semua beban dikelompokkan ke dalam satu kelompok
yang disebut beban. Penghasilan bersih (laba) merupakan selisih antara
kelompok penghasilan dan total kelompok beban.
2. Laporan Laba-rugi Bertahap
Laporan laba-rugi bertahap (multiple-step income statement)
digunakan untuk mengakui hubungan tambahan ini.Laporan ini
memisahkan transaksi operasi dari transaksi non operasi, serta
menandingkan biaya dan beban dengan pendapatan yang berhubungan.
Format bertahap menampilkan berbagai komponen laba yang digunakan
untuk menghitung rasio yang akan dipakai dalam menilai kinerja
perusahaan.
Laporan laba rugi bertahap adalah laporan laba rugi yang
penyajiannya mengikuti tahapan-tahapan :
10
1) Penentuan laba-rugi dari aktivitas usaha.
Pertama-tama dilakukan penentuan laba-rugi dari aktivitas usaha
dengan tujuan untuk menyajikan keadaan yang sesungguhnya mengenai
kemampuan perusahaan dalam mencapai laba dari kegiatan utama.
Sesudah tahapan penentuan laba rugi usaha, baru diikuti dengan
2) penentuan laba-rugi dari aktivitas luar usaha.
Pada bentuk ini penghasilan bersih (laba) dihitung secara bertahap
sesuai dengan aktivitas perusahaan.Dengan demikian, semua penghasilan
dan beban disajikan sesuai dengan kegiatan/aktivitas, yaitu kegiatan
usaha, di luar uaha dan luar biasa.
2.2.4. Manfaat Laporan Laba Rugi
Bagi perusahaan, laporan laba-rugi menjadikan titik api
pembahasan. Laporan laba-rugi menyajikan kesuksesan atau kegagalan
perusahaan selama satu periode tertentu, dan inilah daya tarik paling
beasr dari sebuah laporan keuangan.
Apabila pada suatu periode perusahaan memperoleh laba, artinya
pendapatan-pendapatan yang dicapai melampaui biaya-biaya yang
digunakan untuk mencapainya. Bersama dengan laporan laba-rugi
periode-periode sebelumnya, secara simultan akan disusun sebuah
11
kecenderungan untuk mengestimasi laba-rugi yang mungkin dimasa yang
akan datang.
Menurut Slamet (2002 : 40), berikut ini beberapa manfaat laporan
laba-rugi yang dapat diketengahkan :
1. Laporan laba-rugi merupakan tolak ukur keberhasilan-keberhasilan.
Dengan menganalisa laporan laba-rugi, para pengguna menilai
kemampuan perusahaan dalam memperoleh sumber-sumber ekonomi
perusahaan agar berhasil guna dan berdaya guna.
2. Laporan laba-rugi merupakan titik pangkal penafsiran keberhasilan
perusahaan pada periode berikutnya. Masing-masing pendapatan dan
biaya dinalisa secara simultan bersama-sama pendapatandan biaya
pada periode-periode yang telah lalu.Dari situ dapat disusun
kecenderungan pendapatan dan biaya pada periode berikutnya.
3. Laporan laba-rugi merupakan media untuk menilai tingkat kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba. Dengan menyunting total aktiva
yang digunakan untuk operasi perusahaan dari neraca, dapat
ditentukan rentabilitas ekonomi atau ROI perusahaan. Semakin beasr
laba yang diperoleh dari usaha utama perusahaan, dengan
menggunakan total aktiva operasi tertentu, maka semakin tinggi
rentabilitas tersebut.
12
2.3. Pengertian Aktiva Tetap
Pada umumnya perusahaan menggunakan aktiva tetap dalam menjalankan
aktivitas operasinya, sehingga dengan menggunakan aktiva tetap kinerja
perusahaan akan dapat berjalan sesuai dengan tujuannya. Setiap
perusahaan akan memiliki aset yang berbeda beda satu dengan yang
lainnya,. Bahkan perusahaanyang bergerak dibidang usaha yang sama,
belum tentu memiliki aset tetap yang sama. Apalagi jika perusahaan yang
memiliki bidang usaha yang berbeda.
Menurut PSAK 16 (Revisi 2011) :
“Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam
produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada
pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk
digunakan selama lebih dari satu periode.”
Menurut SAK EMKM (2016:25) :
“Aset tetap adalah aset yang digunakan dalam kegiatan normal usahanya
dan diharapkan akan digunakan entitas untuk lebih dari satu periode”
Menurut Hans Kartikahadi dkk (2012:316) :
“Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam
produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan kepada
pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan untuk
digunakan selama lebih dari satu periode”
13
Menurut mulyadi dalam bukunya sistem akuntansi (2001:591) :
“Aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang memiiki wujud,
mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh
perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaa, bukan untuk dijual
kembali.”
Menurut S. Munawir (2012:139):
“Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang mempunyai umur relatif
permanen (memberikan manfaat kepada perusahaan selama bertahun-
tahun) yang memiliki dan digunakan untuk operasi sehari-hari dalam
rangka kegiatan perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual kembali
(bukan barang dagangan) serta nilainya relatif material.
Menurut Zaky Baridwan ( 1999:271) :
“ Aktiva tetap adalah aktiva – aktiva berwujud yang sifatnya relatif
permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal”
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa aktiva tetap dapat disebut
aktiva tetap apabila memiliki karakteristik berupa wujud fisik, bersifat
permanen, digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan
untuk dijual kembali dan memiliki nilai manfaat lebih dari satu tahun.
14
2.4. Jenis-Jenis Aktiva Tetap
Menurut S. Munawir (2007:17) jenis-jenis aktiva tetap adalah sebagai
berikut :
1. Tanah yang diatasnya didirikan bangunan atau digunakan operasi,
misalnya sebagai lapangan, halaman, tempat parkir dan lain
sebagainya.
2. Bangunan, baik bangunan kantor, toko maupun bangunan untuk
pabrik
3. Mesin
4. Investasi
5. Kendaraan dan perlengkapan atau alat-alat lainnya
Menurut Zaki Warrca, Rccvc & Fcss(2006:504) yang di alih
bahasanya oleh Aria farahmata, Amanugrahani dan Taufik hendrawan,
jenia-jenis aktiva tetap terdiri dari :
1. Peralatan
2. Bangunan
3. Tanah.
Berdasarkan jenis-jenis aktiva tetap yang di keluarkan di atas maka
dapat di simpulkan bahwa jenis-jenis aktiva tetap yaitu:
1. Tanah (land) biasanya digunakan sebagai tempat bangunan untuk
lokasi kantor.
15
2. Bangunan (building) merupakan fasilitas yang digunakan untuk
kegiatan operasional perusahaan, seperti toko , kantor, pabrik dan
gudang.
3. Kendaraan merupakan fasilitas yang digunakan untuk transportasi
perusahaan.
4. Peralatan (equipment) mencakup asset yang digunakan dalam
kegiatan operasional seperti tempat penitipan di toko, peralatan
kantor, mesin pabrik, kendaraan untuk mengantar barang.
2.5. Bentuk-Bentuk Aktiva Tetap
Secara garis besar aktiva tetap dapat di kelompokkan ke dalam dua
golongan yaitu:
2.5.1. Aktiva tidak berwujud
Menurut Zaki Baridwan (1992:355):
“Aktiva-aktiva yang umurnya lebih dari satu tahun dan tidak mempunyai
bentuk fisik. Pada umummnya aktiva tetap tidak berwujud merupakan hak-hak
yang dimiliki yang dapat digunakan lebih dari satu tahun”.
Jadi Aktiva tak berwujud adalah aktiva non moneter yang bisa
diidentifikasi, tidak memiliki wujud fisik secara nyata serta dimiliki guna
menghasilkan maupun menyerahkan barang dan jasa, disewakan maupun
hanya untuk tujuan administrasi.
16
2.5.2. Aktiva berwujud
Menurut Zaki Baridwan (1992:271):
“Aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva berwujud yang sifatnya relatif
permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan normal”
Menurut PSAK No. 16 Tahun 2011:
“Aset tetapadalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam
produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak
lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama
lebih dari satu periode.”
Jadi aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang
sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang
normal.Istilahrelatif permanen menunjukan sifat dimana aktiva yang
bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup
lama.Jadi aktiva berwujud yang umurnya lebih dari satu periode akuntansi di
kelompokan sebagai aktiva tetap berwujud.
2.6. Penyusutan Aktiva Tetap
Penyusutan merupakan system aktiva yang bertujuan untuk
mengalokasikan biaya atau nilai dasar lain suatu aktiva selama masa
ekonomisnya dengan cara yang sistematis dan rasional.
Penyusutan aktiva tetap menurut PSAK No.16 tahun 2011:
“Setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan
terhadap total biaya perolehan seluruh aset harus disusutkan secara terpisah.”
Entitas mengalokasikan jumlah pengakuan awal aset pada bagian aset
tetap yang signifikan dan menyusutkan secara terpisah setiap bagian tersebut.
17
Misalnya, adalah tepat untuk menyusutkan secara terpisah antara badan
pesawat dan mesin pada pesawat terbang, baik yang dimiliki sendiri maupun
yang berasal dari sewa pembiayaan. Sama halnya, jika entitas memperoleh
aset tetap yang disewakan dalam sewa operasi, maka entitas sebagai lessor
mungkin akan lebih tepat untuk menyusutkan secara terpisah jumlah yang
terefleksikan dalam biaya perolehan aset tersebut yang dapat diatribusikan
langsung kepada ketentuan sewa, baik yang menguntungkan atau tidak
menguntungkan secara relatif terhadap kondisi pasar.
Suatu bagian yang signifikan dari aset tetap mungkin memiliki umur
manfaat dan metode penyusutan yang sama dengan umur manfaat dan metode
penyusutan bagian signifikan lainnya dari aset tersebut. Bagian-bagian
tersebut dapat dikelompokkan menjadi satu dalam menentukan beban
penyusutan
Sepanjang entitas menyusutkan secara terpisah beberapa bagian dari aset
tetap, maka entitas juga menyusutkan secara terpisah bagian yang tersisa.
Bagian yang tersisa terdiri atas bagian yang tidak signifikan secara individual.
Jika entitas memiliki ekspektasi bervariasi untuk bagian tersebut, maka teknik
penaksiran tertentu diperlukan untuk menentukan penyusutan bagian yang
tersisa sehingga mampu mencerminkan pola penggunaan dan atau umur
manfaat dari bagian tersebut.
Entitas dapat juga memilih untuk menyusutkan secara terpisah bagian dari
aset yang biaya perolehannya tidak signifikan terhadap total biaya perolehan
aset tersebut
18
“Beban penyusutan untuk setiap periode harus diakui dalam laba rugi kecuali
jika beban tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat aset lainnya.”
Beban penyusutan untuk setiap periode biasanya diakui dalam laba rugi.
Namun, manfaat ekonomik di masa depan dari suatu aset adalah untuk
menghasilkan aset lainnya. Dalam hal ini, beban penyusutan merupakan
bagian dari biaya perolehan aset lain dan dimasukkan dalam jumlah
tercatatnya
“Jumlah tersusutkan dari suatu aset dialokasikan secara sistematis sepanjang
umur manfaatnya.”
Penyusutan diakui walaupun nilai wajar aset melebihi jumlah tercatatnya,
sepanjang nilai residu aset tidak melebihi jumlah tercatatnya. Perbaikan dan
pemeliharaan aset tidak meniadakan keharusan untuk menyusutkan aset.
Jumlah tersusutkan suatu aset ditentukan setelah mengurangi nilai
residualnya. Dalam praktik, nilai residu aset terkadang tidak signifikan
sehingga tidak material dalam penghitungan jumlah tersusutkan.
Nilai residu aset dapat meningkat ke suatu jumlah yang setara atau lebih besar
dari jumlah tercatatnya. Jika hal tersebut terjadi, maka beban penyusutan aset
tersebut adalah nol, hingga nilai residu selanjutnya berkurang menjadi lebih
rendah dari jumlah tercatatnya.
Penyusutan aset dimulai pada saat aset tersebut siap untuk digunakan,
misalnya pada saat aset tersebut berada pada lokasi dan kondisi yang
diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen.
Penyusutan aset dihentikan lebih awal ketika aset tersebut diklasifikasikan
19
sebagai aset dimiliki untuk dijual (atau aset tersebut termasuk dalam
kelompok aset lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual).
Manfaat ekonomi masa depan melekat pada aset yang dikonsumsi oleh
entitas terutama melalui penggunaan aset itu sendiri. Namun, beberapa faktor
lain seperti keusangan teknis, keusangan komersial dan keausan selama aset
tersebut tidak terpakai, sering mengakibatkan menurunnya manfaat ekonomi
yang dapat diperoleh dari aset tersebut. Berkaitan dengan halhal tersebut di
atas, seluruh faktor berikut ini diperhitungkan dalam menentukan umur
manfaat dari setiap aset.
1. ekspektasi daya pakai dari aset. Daya pakai atau daya guna tersebut
dinilai dengan merujuk pada ekspektasi kapasitas aset atau keluaran fisik
dari aset.
2. ekspektasi tingkat keausan fisik, yang tergantung pada faktor peng-
operasian aset tersebut seperti jumlah penggiliran (shift) penggunaan aset
dan program pemeliharaan aset dan perawatannya, serta perawatan dan
pemeliharaan aset pada saat aset tersebut tidak digunakan (menganggur).
3. keusangan teknis dan keusangan komersial yang diakibatkan oleh
perubahan atau peningkatan produksi, atau karena perubahan permintaan
pasar atas produk atau jasa yang dihasilkan oleh aset tersebut.
4. pembatasan penggunaan aset karena aspek hukum atau peraturan tertentu,
seperti berakhirnya waktu penggunaan sehubungan dengan sewa.
Umur manfaat aset ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan
oleh entitas. Kebijakan manajemen aset suatu entitas dapat meliputi pelepasan
20
aset yang bersangkutan setelah jangka waktu tertentu atau setelah
pemanfaatan sejumlah proporsi tertentu dari manfaat ekonomik masa depan
yang melekat pada aset. Oleh karena itu, umur manfaat dari suatu aset dapat
lebih pendek dari umur manfaat dari aset tersebut. Estimasi umur manfaat
suatu aset merupakan hal yang membutuhkan pertimbangan berdasarkan
pengalaman entitas terhadap aset yang serupa.
Tanah dan bangunan merupakan aset yang dapat dipisahkan dan harus
dicatat terpisah meskipun keduanya diperoleh sekaligus. Pada umumnya tanah
memiliki umur manfaat tidak terbatas sehingga tidak disusutkan, kecuali
entitas meyakini umur manfaat tanah terbatas misalnya tanah yang ditambang
dan tanah digunakan untuk tempat pembuangan akhir. Bangunan memiliki
umur manfaat terbatas sehingga merupakan aset yang disusutkan. Peningkatan
nilai tanah dengan bangunan diatasnya tidak memengaruhi penentuan jumlah
yang dapat disusutkan dari bangunan tersebut.
Jika biaya perolehan tanah yang di dalamnya termasuk biaya untuk
membongkar, memindahkan dan memugar, dan manfaat yang diperoleh dari
pembongkaran, pemindahan dan pemugaran tersebut terbatas, maka biaya
tersebut harus disusutkan selama periode manfaat yang diperolehnya. Dalam
beberapa kasus, tanah itu sendiri memiliki umur manfaat yang terbatas, dalam
hal ini disusutkan dengan cara yang mencerminkan manfaat yang diperoleh
dari tanah tersebut.
Penyusutan aktiva tetap menurut PSAK No.17 tahun 1994:
“Jumlah yang dapat disusutkan dialokasi ke setian periode akuntansi selama
masa manfaat aktiva dengan berbagai metode yang sistematis. Metode
21
manapun yang dipilih, konsistensi dalam penggunaannya adalah perlu, tanpa
memandang tingkat profitabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajakan,
agar dapat menyediakan daya banding hasil operasi perusahaan dari periode
ke periode.”
Penyusutan aktiva tetap menurut SAK EMKM (2016:26):
“Penyusutan aktiva tetap dimulai ketika suatu aset tersedia untuk digunakan,
misalnya aset berada dilokasi dan kondisi yang diperlukan sehingga mampu
beroperasi sebagaimana yang diharapkan oleh manajemen.Penyusutan
dihentikan ketika aset dihentikan pengakuannya. Penyusutan tidak dihentikan
ketika aset tidak digunakan atau ketika aset dihentikan penggunaan aktifnya,
kecuali aset tersebut telah disusutkan secara penuh.”.
Menurut Munawir (2012:139)
Metode Penyusutan merupakan metode yang digunakan perusahaan dalam
pengalokasian harga perolehan dari suatu aktiva tetap karena adanya
penurunan nilai aktva tetap. Harga perolehan adalah harga beli barang
ditambah dengan biaya-biaya yang menyertainya, harga buku aktiva tetap
adalah harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan aktiva tetap,
nilai residu/nilai sisa adalah perkiraan nilai aktiva tetap setelah digunakan
sesuai dengan umur ekonomis.
2.7. Faktor-Faktor Dalam Menentukan Beban Penyusutan
1. Harga perolehan / biaya awal asset tetap
Jumlah kas yang dibayarkan dan diberikan untuk memperoleh
suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aset
tersebut dalam kondisi tepat yang siap untuk digunakan.
2. Nilai sisa / nilai residu
Jumlah netoyang diharapkan dapat diperoleh pada akhir masa
manfaat suatu asset setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan.
22
Nilai residu (residuaI vaIue) aktiva tetap pada akhir umur
manfaatnya harus diestimasi pada saat aktiva tersebut mulai dipakai.
Jika suatu aktiva tetap diperkirakan hanya memiliki sedikit nilia residu
atau bahkan tidak sama sekali, maka biaya awalnya harus dialokasikan
seluruhnya sepanjang umur manfaat yang diperkirakan sebagai
penyusutan. Namun, jika aktiva tetap diperkirakan memiliki nilai
residu yang signifikan, maka selisih antara nilai awal dengan nilai
residu, yang dinamakan biaya yang dapat disusutkan adaIah jumlah
yang harus disebarkan sepanjang umur manfaat aktiva sebagai beban
penyusutan.
3. Masa manfaat / umur ekonomis
Periode suatu aset diharapkan digunakan oleh perusahaan atau
jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aset
perusahaan.
Umur manfaat yang diperkirakan atas aktiva juga harus diestimasi
pada saat aktiva tersebut mulai digunakan.Perusahaan tidak diharuskan
menggunakan satu metode penyusutan tunggal bagi semua
aktivanya.Metode-metode yang digunakan daIam akuntansi dan
laporan keuangan mungkin juga berbeda dari metode-metode yang
digunakan dalam penentuan pajak penghasilan dan pajak property.
23
2.8. Metode Perhitungan Penyusutan
Menurut PSAK no.16 tahun 2011:
“Metode penyusutan yang digunakan mencerminkan ekspektasi pola
konsumsi manfaat ekonomik masa depan dari aset oleh entitas.”
Berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk
mengalokasikan jumlah yang disusutkan secara sistematis dari suatu
aset selama umur manfaatnya. Metode tersebut antara lain :
1. Metode garis lurus (straight line method)
2. Metode jumlah angka tahun (sum of the year digit method)
3. Metode saldo menurun / metode saldo menurun ganda (declining /
double declining balance method)
2.8.1. Metode penyusutan Garis Lurus (straight line method)
Metode garis lurus (straight Iine method) adalah suatu bentuk
perhitungan beban penyusutan untuk aktiva tetap dimana besar beban
penyusutan ditentukan sama setiap tahun sepanjang umur manfaat
suatu aktiva tetap. Jika suatu aktiva tidak digunakan setahun penuh,
maka penyusutan tahunannya disesuaikan menurut lamanya
pemakaian.Metode garis lurus sangat sederhana dan digunakan secara
luas. Metode ini menciptakan transfer biaya yang layak ke beban
periodic jika pemanfaatan aktiva dan pendapatan yang terkait dari
pemakaian itu sama dari periode ke periode.
24
Metode garis lurus adalah suatu metode penyusutan aktiva tetap
di mana beban penyusutan aktiva tetap per tahunnya sama hingga akhir
umum ekonomis aktiva tetap tersebut. Metode ini sebaiknya digunakan
untuk menghitung depresiasi gedung, furniture dan alat-alat kantor.
Penerapatn metode garis lurus didasari anggapan sebagai berikut :
1. Kegunaan ekonomis aktiva tetap tersebut menurun secara
proporsional setiap periode.
2. Biaya pemeliharaan serta reparasi relatif sama tiap periode.
3. Pemanfaatan atau penggunaan aktiva relatif sama setiap periode.
4. Kegunaan ekonomis berkurang karena Iewatnya waktu.
Didasari anggapan tersebut penggunaan metode garis lurus tepat
untuk aktiva seperti gedung, mebel, alat kantor, dan lain-lain.
Karena penyusutan tiap tahun sama, maka penyusutan per tahun
dihitung sebagai berikut:
Penyusutan/tahun = HP – NS
N
Keterangan:
HP = Harga perolehan (cost)
25
NS = Nilai sisa (residu)
n = Masa manfaat Aktiva
2.8.2. Metode penyusutan jumlah angka tahun(Sum of the year digit
method)
Metode jumlah angka tahun menghasilkan beban penyusutan yang
menurut berdasarkan pecahaan yang menurun dari biaya yang dapat
disusutkan (biaya awal-nilai sisa). Pada akhir masa manfaat aktiva, saldo
yang tersisa harus sama dengan nilai sisa.
Rumus untuk mempermudah perhitungan tersebut:
Jumlah Angka Tahun = (n + 1) x n
2
Keterangan:
n = umur ekonomis
2.8.3. Metode penyusutan saldo menurun (declining balance method)
Metode saldo menurun menghasiIkan beban periodik yang menurun
sepanjang estimasi umur manfaat aktiva. Dalam metode dari tahun ke tahun
berkurang atau beban depresiasi tahun pertama Iebih besar dari tahun ke tahun
berikutnya, haI ini didasarkan bahwa aktiva yang baru digunakan lebih
26
efisiensi dibanding aktiva yang telah lama digunakan.Besarnya presentase
beban penyusutan ditetapkan berdasarkan pertimbangan dari harga perolehan,
nilai sisa dan umur ekonomis aktiva tersebut.
T = 1 - √𝑁𝑆/𝐻𝑃𝑛
Keterangan:
T = Presentase beban penyusutan
n = Umur ekonomis
NS = Nilai sisa
HP = Harga perolehan
Penentuan beban penyusutan tiap tahun dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Beban penyusutan/tahun = Tarif x Nilai Buku
Nilai Buku sama dengan nilai yang disajikan dalam neraca, yaitu
Harga perolehan - Akumulasi penyusutan. Apabila aktiva yang dihitung
depresiasinya itu tidak mempunyai nilai residu, maka metode ini tidak
dapat digunakan.
27
2.8.4. Metode penyusutan Saldo Menurun Ganda (double declining
balance method)
Untuk menghitung beban depresiasi tiap tahun dengan metode saIdo
menurun berganda, dasar yang digunkan adaIah presentase depresiasi
metode garis lurus.Presentase ini dikalikan dua dan setiap tahunnya
dikalikan dengan nilai buku aktiva tetap.Karena nilai buku selalu
menurun, maka beban depresiasi juga selalu menurun.
Adapun rumus untuk menghitung tarif penyusutannya adalah :
Tarif = 2 x 100%
Umur ekonomis
2.9. Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.1. Penelitian Sebelumnya
No Nama Judul Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1. Rensi
Handrini
(2017)
Analisis Metode
Penyusutan Aktiva Tetap
Terhadap Laba Rugi
Perusahaan Pada CV.
NEW WIJAYA
Metode
Deskriptif
Kuantitatif
penggunaan metode
penyusutan garis lurus
lebih tinggi sebesar
Rp.626.755.440
dibandingkan dengan
metode jumlah angka
tahun sebesar
Rp.619.948.440.
28
2. Mirawati
Florce
Sihombing
(2016)
Analisis penerapan
metode penyusutan aktiva
tetap dan implikasinya
terhadap laba perusahaan
pada PT.Manado Persada
Madani
Metode
Deskriptif
Kuantitatif
Laba yang diperoleh lebih
besar jika menggunakan
garis lurus.
3. Syukni
Hertati
Sihombing
(2016)
Penerapan Metode
Penyusutan
Aktiva Tetap Pada Pd.
BPR Rokan Hulu
Pasir Pengaraian
Metode
Deskriptif
Metode penyusutan yang
digunakan PD. BPR
Rokan Hulu adalah
metode garis lurus dengan
menerapkan estimasi
masa manfaat komputer
yangdimiliki.
4. Lisa Ayu
Arini
(2015)
Analisis Kebijakan
Metode Penyusutan
Aktiva Tetap Dan
Pengaruhnya Terhadap
Laba Perusahaan
Pada PT.Perkebunan
Nusantara X (Studi Kasus
PG. Pesantren Baru
Kediri)
Metode
Deskriptif
Metode yang paling
menguntungkan adalah
metode garis lurus,
Karena hasil perhitungan
metode penyusutan garis
lurus memiliki
nilaipenyusutan yang
paling rendah dari kedua
metode yang lain,
sehingga metode
penyusutan ini dinilai
paling efektif dalam
memaksimalkan nilai laba
karena pembebanan di
setiap
periodenya paling rendah
5 Ernas
Indrawati
Rahayu
(UMBJ-
2008)
Analisis perbandingan
penerapan metode
penyusutan aktiva tetap
bewujud dan laporan laba
rugi pada
PT.INDOFOOD, Tbk.
Metode
Deskriptif
Penerapan metode
penyusutan aktiva tetap
berwujud sangat
berpeangaruh pada
laporan keuangan
perusahaan. Dengan
menggunakan metode
garis lurus, beban
penyusutan aktiva tetap
untuk tiap tahunnya sama
, sehingga dapat
meningkatkan laba pada
tahun-tahun awal.
Sintia Analisis Penerapan pendekatan laba yang
29
Sumber: Tabel diolah sendiri
Verginia
Rika
Lidyah
Metode Penyusutan
Aktiva
Tetap Dan Dampaknya
Terhadap Laba
Perusahaan Pada Pt. Artha
Kindo
Perkasa Palembang
penelitian
kualitatif
dilaporkan oleh PT. Artha
Kindo
Perkasa Palembang
dengan
menggunakan metode
penyusutan garis
lurus dibandingkan
dengan metode saldo
menurun berganda yang
seharusnya
diterapkan sesuai PSAK
No. 16 adalah
lebih tinggi.