Download - antihipertensi
Terdapat beberapa data hasil percobaan klinik yang membuktikan bahwa semua kelas obat
antihipertensi, seperti diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik (β-blocker), penghambat
angiotensin converting enzyme (ACE-inhibitor), penghambat reseptor angiotensin
(Angiotensin-receptor blocker, ARB), dan calsium chanel bloker (CCB), dapat menurunkan
komplikasi hipertensi yang berupa kerusakan organ target. Diuretik jenis tiazide telah menjadi dasar
pengobatan antihipertensi pada hampir semua hasil percobaan. Percobaan-percobaan tersebut
sesuai dengan percobaan yang telah dinyatakan oleh ALLHAT (Antihipertensive and Lipid
Lowering Treatment to Prevent Heart Attack Trial), yang juga memperlihatkan bahwa diuretik
tidak dapat dibandingkan dengan kelas antihipertensi lainnya dalam pencegahan komplikasi
kardiovaskuler. Selain itu, diuretik meningkatkan khasiat penggunaan regimen obat
antihipertensi kombinasi, yang dapat digunakan dalam mencapai tekanan darah target, dan
lebih bermanfaat jika dibandingkan dengan agen obat antihipertensi lainnya. Kesimpulan
yang sama didapat pada 2006, oleh para peneliti University of Texas yang menyatakan,
keampuhan diuretik masih lebih tinggi daripada penyekat kanal kalsium dan penghambat
angiotensin converting enzyme (ACE-inhibitor) dalam terapi hipertensi dan pencegahan gagal
jantung. Meskipun demikian, sebuah pengecualian didapatkan pada percobaan yang telah
dilakukan oleh Second Australian National Blood Pressure yang melaporkan hasil penggunaan
obat awal ACEI sedikit lebih baik pada laki-laki berkulit putih dibandingkan pada pasien yang
memulai pengobatannya dengan diuretik. Sayangnya disamping kenyataan ini, diuretik tetap kurang
digunakan (underused).
Sasaran dari publikasi pengobatan antihipertensi adalah untuk mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovakuler dan ginjal. Sejak sebagian besar orang
dengan hipertensi, khususnya yang berumur > 50 tahun, fokus utama adalah pencapaian TDS target.
Tekanan darah target adalah <140/90 mmHg yang berhubungan dengan penurunan komplikasi penyakit
kardiovaskuler. Pada pasien dengan hipertensi dan diabetes atau penyakit ginjal, target tekanan
darahnya adalah <130/80 mmHg.
Menurut JNC 7, tekanan darah dibagi dalam tiga klasifikasi yakni normal, pre-
hipertensi,hipertensi stage 1, dan hipertensi stage 2 (tabel 1). Klasifikasi ini berdasarkan pada
nilai rata-rata dari dua atau lebih pengukuran tekanan darah yang baik, yang pemeriksaannya dilakukan
pada posisi duduk dalam setiap kunjungan berobat.
Sebagian besar pasien yang mengidap hipertensi akan membutuhkan dua atau lebihobat antihipertensi
untuk mendapatkan sasaran tekanan darah yang seharusnya. Penambahan obat kedua dari kelas yang
berbeda harus dilakukan ketika penggunaan obat tunggal dengan dosis adekuat gagal mencapai tekanan
darah target. Ketika tekanan darah lebih dari 20/10mmHg di atas tekanan darah target, harus
dipertimbangkan pemberian terapi dengan dua kelas obat, keduanya bisa dengan resep yang berbeda
atau dalam dosis kombinasi yang telah disatukan. Pemberian obat dengan lebih dari satu kelas obat
dapat meningkatkankemungkinan pencapaian tekanan darah target pada beberapa waktu yang
tepat, namun harustetap memperhatikan resiko hipotensi ortostatik utamanya pada pasien
dengan diabetes,disfungsi autonom, dan pada beberapa orang yang berumur lebih tua.
Rasional kombinasi obat antihipertensi:
Ada 6 alasan mengapa pengobatan kombinasi pada hipertensi dianjurkan:
1. Mempunyai efek aditif
2. Mempunyai efek sinergisme
3. Mempunyai sifat saling mengisi
4. Penurunan efek samping masing-masing obat
5. Mempunyai cara kerja yang saling mengisi pada organ target tertentu
6. Adanya “fixed dose combination” akan meningkatkan kepatuhan pasien
(adherence)
Fixed-dose combination yang paling efektif adalah sebagai berikut:
1. Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI) dengan diuretik
2. Penyekat reseptor angiotensin II (ARB) dengan diuretik
3. Penyekat beta dengan diuretik
4. Diuretik dengan agen penahan kalium
5. Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI) dengan antagonis kalsium
6. Agonis α-2 dengan diuretik 7. Penyekat α-1 dengan diuretic
Menurut European Society of Hypertension 2003, kombinasi dua obat untuk hipertensi ini
dapat dilihat pada gambar 1 dimana kombinasi obat yang dihubungkan dengan garis tebal
adalah kombinasi yang paling efektif.
Gambar 1. Kombinasi yang memungkinkan dari kelas yang berbeda untuk
obat-obat antihipertensi
Namun ada juga beberapa kombinasi obat antihipertensi yang harus dihindari, seperti :
1. Potasium sparing diuretik dapat meyebabkan terjadinya hiperkalemia terutama pada
pasien yang sedang menggunakan ACE inhibitor, ARB, NSAID atau potassium
suplement.
2. Untuk jenis obat spironolacton harus hati-hati bila dikombinasikan dengan ACE
inhibitor/ARB, akan menyebabkan hiperkalemi.
3. Penggunaan β-blocker bersamaan dengan verapamil dari golongan CCB
menyebabkan risiko hipotensi dan asystole yang dapat meningkatkan risiko gagal
jantung pada penderita penyakit jantung koroner. Verapamil tidak boleh diberikan
bersamaan dengan beta bloker karena efek kronotropik dan inotropik negatif nya yang
kuat.