antihipertensi

5
Terdapat beberapa data hasil percobaan klinik yang membuktikan bahwa semua kelas obat antihipertensi, seperti diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik (β-blocker), penghambat angiotensin converting enzyme (ACE-inhibitor), penghambat reseptor angiotensin (Angiotensin-receptor blocker, ARB), dan calsium chanel bloker (CCB), dapat menurunkan komplikasi hipertensi yang berupa kerusakan organ target. Diuretik jenis tiazide telah menjadi dasar pengobatan antihipertensi pada hampir semua hasil percobaan. Percobaan-percobaan tersebut sesuai dengan percobaan yang telah dinyatakan oleh ALLHAT (Antihipertensive and Lipid Lowering Treatment to Prevent Heart Attack Trial ), yang juga memperlihatkan bahwa diuretik tidak dapat dibandingkan dengan kelas antihipertensi lainnya dalam pencegahan komplikasi kardiovaskuler. Selain itu, diuretik meningkatkan khasiat penggunaan regimen obat antihipertensi kombinasi, yang dapat digunakan dalam mencapai tekanan darah target, dan lebih bermanfaat jika dibandingkan dengan agen obat antihipertensi lainnya. Kesimpulan yang sama didapat pada 2006, oleh para peneliti University of Texas yang menyatakan, keampuhan diuretik masih lebih tinggi daripada penyekat kanal kalsium dan penghambat angiotensin converting enzyme (ACE-inhibitor) dalam terapi hipertensi dan pencegahan gagal jantung. Meskipun demikian, sebuah pengecualian didapatkan pada percobaan yang telah dilakukan oleh Second Australian National Blood Pressure yang melaporkan hasil penggunaan obat awal ACEI sedikit lebih baik pada laki-laki berkulit putih dibandingkan pada pasien yang memulai pengobatannya dengan diuretik. Sayangnya disamping kenyataan ini, diuretik tetap kurang digunakan (underused).

Upload: zaujahnzulaisa

Post on 15-Jul-2016

213 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

berisi tentang pengobatan hipertensi dengan obat-obatan yang direkomendasikan

TRANSCRIPT

Page 1: antihipertensi

Terdapat beberapa data hasil percobaan klinik yang membuktikan bahwa semua kelas obat

antihipertensi, seperti diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik (β-blocker), penghambat

angiotensin converting enzyme (ACE-inhibitor), penghambat reseptor angiotensin

(Angiotensin-receptor blocker, ARB), dan calsium chanel bloker (CCB), dapat menurunkan

komplikasi hipertensi yang berupa kerusakan organ target. Diuretik jenis tiazide telah menjadi dasar

pengobatan antihipertensi pada hampir semua hasil percobaan. Percobaan-percobaan tersebut

sesuai dengan percobaan yang telah dinyatakan oleh ALLHAT (Antihipertensive and Lipid

Lowering Treatment to Prevent Heart Attack Trial), yang juga memperlihatkan bahwa diuretik

tidak dapat dibandingkan dengan kelas antihipertensi lainnya dalam pencegahan komplikasi

kardiovaskuler. Selain itu, diuretik meningkatkan khasiat penggunaan regimen obat

antihipertensi kombinasi, yang dapat digunakan dalam mencapai tekanan darah target, dan

lebih bermanfaat jika dibandingkan dengan agen obat antihipertensi lainnya. Kesimpulan

yang sama didapat pada 2006, oleh para peneliti University of Texas yang menyatakan,

keampuhan diuretik masih lebih tinggi daripada penyekat kanal kalsium dan penghambat

angiotensin converting enzyme (ACE-inhibitor) dalam terapi hipertensi dan pencegahan gagal

jantung. Meskipun demikian, sebuah pengecualian didapatkan pada percobaan yang telah

dilakukan oleh Second  Australian National Blood Pressure yang melaporkan hasil penggunaan

obat awal ACEI sedikit lebih baik pada laki-laki berkulit putih dibandingkan pada pasien yang

memulai pengobatannya dengan diuretik. Sayangnya disamping kenyataan ini, diuretik tetap kurang

digunakan (underused).

Sasaran dari publikasi pengobatan antihipertensi adalah untuk mengurangi angka

morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovakuler dan ginjal. Sejak sebagian besar orang

dengan hipertensi, khususnya yang berumur > 50 tahun, fokus utama adalah pencapaian TDS target.

Tekanan darah target adalah <140/90 mmHg yang berhubungan dengan penurunan komplikasi penyakit

kardiovaskuler. Pada pasien dengan hipertensi dan diabetes atau penyakit ginjal, target tekanan

darahnya adalah <130/80 mmHg.

Menurut JNC 7, tekanan darah dibagi dalam tiga klasifikasi yakni normal, pre-

hipertensi,hipertensi stage 1, dan hipertensi stage 2 (tabel 1). Klasifikasi ini berdasarkan pada

nilai rata-rata dari dua atau lebih pengukuran tekanan darah yang baik, yang pemeriksaannya dilakukan

pada posisi duduk dalam setiap kunjungan berobat.

Page 2: antihipertensi

Sebagian besar pasien yang mengidap hipertensi akan membutuhkan dua atau lebihobat antihipertensi

untuk mendapatkan sasaran tekanan darah yang seharusnya. Penambahan obat kedua dari kelas yang

berbeda harus dilakukan ketika penggunaan obat tunggal dengan dosis adekuat gagal mencapai tekanan

darah target. Ketika tekanan darah lebih dari 20/10mmHg di atas tekanan darah target, harus

dipertimbangkan pemberian terapi dengan dua kelas obat, keduanya bisa dengan resep yang berbeda

atau dalam dosis kombinasi yang telah disatukan. Pemberian obat dengan lebih dari satu kelas obat

dapat meningkatkankemungkinan pencapaian tekanan darah target pada beberapa waktu yang

tepat, namun harustetap memperhatikan resiko hipotensi ortostatik utamanya pada pasien

dengan diabetes,disfungsi autonom, dan pada beberapa orang yang berumur lebih tua.

Rasional kombinasi obat antihipertensi:

Ada 6 alasan mengapa pengobatan kombinasi pada hipertensi dianjurkan:

1. Mempunyai efek aditif

2. Mempunyai efek sinergisme

3. Mempunyai sifat saling mengisi

Page 3: antihipertensi

4. Penurunan efek samping masing-masing obat

5. Mempunyai cara kerja yang saling mengisi pada organ target tertentu

6. Adanya “fixed dose combination” akan meningkatkan kepatuhan pasien

(adherence)

Fixed-dose combination yang paling efektif adalah sebagai berikut:

1. Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI) dengan diuretik

2. Penyekat reseptor angiotensin II (ARB) dengan diuretik

3. Penyekat beta dengan diuretik

4. Diuretik dengan agen penahan kalium

5. Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI) dengan antagonis kalsium

6. Agonis α-2 dengan diuretik 7. Penyekat α-1 dengan diuretic

Menurut European Society of Hypertension 2003, kombinasi dua obat untuk hipertensi ini

dapat dilihat pada gambar 1 dimana kombinasi obat yang dihubungkan dengan garis tebal

adalah kombinasi yang paling efektif.

Gambar 1. Kombinasi yang memungkinkan dari kelas yang berbeda untuk

obat-obat antihipertensi

Namun ada juga beberapa kombinasi obat antihipertensi yang harus dihindari, seperti :

1. Potasium sparing diuretik dapat meyebabkan terjadinya hiperkalemia terutama pada

pasien yang sedang menggunakan ACE inhibitor, ARB, NSAID atau potassium

suplement.

2. Untuk jenis obat spironolacton harus hati-hati bila dikombinasikan dengan ACE

inhibitor/ARB, akan menyebabkan hiperkalemi.

Page 4: antihipertensi

3. Penggunaan β-blocker bersamaan dengan verapamil dari golongan CCB

menyebabkan risiko hipotensi dan asystole yang dapat meningkatkan risiko gagal

jantung pada penderita penyakit jantung koroner. Verapamil tidak boleh diberikan

bersamaan dengan beta bloker karena efek kronotropik dan inotropik negatif nya yang

kuat.