TESIS
ANALISIS PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN
MATERIAL TERHADAP SISA MATERIAL
PEKERJAAN STRUKTUR PADA PROYEK
KONSTRUKSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana Strata Dua Teknik Sipil
Rizky Sudiro
15914026
KONSENTRASI MANAJEMEN KONSTRUKSI
PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2017
i
DAFTAR ISI
TESIS
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERSETUJUAN
PERNYATAAN
DAFTAR ISI I
DAFTAR TABEL III
ABSTRAK VI
ABSTRACT VII
KATA PENGANTAR VIII
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. LATAR BELAKANG 1
1.2. RUMUSAN MASALAH 3
1.3. TUJUAN PENELITIAN 3
1.4. MANFAAT PENELITIAN 3
1.5. BATASAN PENELITIAN 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 PENELITIAN SEBELUMNYA 5
2.2 KESIMPULAN DARI PENELITIAN YANG SUDAH DILAKUKAN 9
2.3 PENELITIAN YANG AKAN DILAKUKAN 13
2.4 KEASLIAN PENELITIAN 13
BAB III LANDASAN TEORI 14
3.1 TINJAUAN UMUM 14
3.2 SISTEM MANAJEMEN PROYEK 14
3.3 STRUKTUR BANGUNAN 15
3.4 MATERIAL 21
3.4.1 Penyediaan Material 21
3.4.2 Pengadaan Material 23
ii
3.4.3 Pengendalian Material 25
3.4.4 Definisi Sisa Material 26
3.4.5 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Sisa Material 26
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 32
4.1. JENIS PENELITIAN 32
4.2. SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN 32
4.3. DATA PENELITIAN 32
4.3.1. Metode Pengumpulan Data 33
4.3.2. Daftar Pertanyaan (Kuisioner) 33
4.3.3. Responden 34
4.3.4. Uji Validitas dan Reliabilitas 34
4.4. ANALISIS DATA 35
4.5. PEMBAHASAN 36
4.6. TAHAPAN PENELITIAN 36
4.7. BAGAN ALIR PENELITIAN 38
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 40
5.1. DESKRIPSI DATA 40
5.2. PERBANDINGAN DAN KESELARASAN DATA DENGAN UJI
KONKORDANSI KENDALL 43
5.2.1. Sisa Material Pekerjaan Struktur 43
5.2.2. Kejadian Penyebab Sisa Material Pekerjaan Struktur 45
5.2.3. Tindakan Pencegahan Sisa Material Pekerjaan Struktur 47
5.3. KORELASI ANTARA PERSENTASE SISA MATERIAL PEKERJAAN
STRUKTUR DAN TINDAKAN PENCEGAHANNYA DENGAN UJI
SPEARMAN 49
5.4. PERHITUNGAN SISA MATERIAL DALAM BENTUK RUPIAH 51
5.5. PEMBAHASAN 53
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 64
6.1. KESIMPULAN 64
6.2. SARAN 64
DAFTAR PUSTAKA 66
LAMPIRAN 70
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kesimpulan Penelitian Yang Sudah Dilakukan 9
Lanjutan Tabel 2.1 Kesimpulan Penelitian Yang Sudah Dilakukan 10
Lanjutan Tabel 2.1 Kesimpulan Penelitian Yang Sudah Dilakukan 11
Tabel 5.1 Rekap Umur Responden 40
Tabel 5.2 Rekap Pendidikan Terakhir Responden 41
Tabel 5.3 Rekap Jabatan Pekerjaan Responden 41
Lanjutan Tabel 5.3 Rekap Jabatan Pekerjaan Responden 42
Tabel 5.4 Rekap Pengalaman Kerja Responden 42
Tabel 5.5 Rekap Jumlah Proyek Yang Sudah Dikerjakan Responden 43
Tabel 5.6 Rekap Persentase Sisa Material Pekerjaan Struktur 44
Tabel 5.7 Hasil Uji Kendall‟s W Coefficient Of Concordance Terhadap Persentase
Sisa Material Pekerjaan Struktur 45
Tabel 5.8 Rekap Kejadian Penyebab Sisa Material Pekerjaan Struktur 45
Lanjutan Tabel 5.8 Rekap Kejadian Penyebab Sisa Material Pekerjaan Struktur 46
Tabel 5.9 Hasil Uji Kendall‟s W Coefficient Of Concordance Terhadap Kejadian
Penyebab Sisa Material Pekerjaan Struktur 47
Tabel 5.10 Tindakan Pencegahan Sisa Material Pekerjaan Struktur 47
Lanjutan Tabel 5.10 Tindakan Pencegahan Sisa Material Pekerjaan Struktur 48
Tabel 5.11 Hasil Uji Kendall‟s W Coefficient Of Concordance Terhadap
Tindakan Pencegahan Sisa Material Pekerjaan Struktur 49
Tabel 5.14. Perhitungan Persentase Sisa Material Dalam Bentuk Rupiah 52
Tabel I. Data Responden 71
Tabel II. Persentase Material Sisa (Waste) Pada Pekerjaan Struktur 72
iv
Tabel III. Kejadian Penyebab Material Sisa (Waste) Pada Pekerjaan Struktur 73
Tabel IV. Tindakan Pencegahan Material Sisa (Waste) Pada Pekerjaan Struktur 74
Tabel V. Korelasi Jenis Material Dan Tindakan Pencegahan 75
Tabel VI. Korelasi Jenis Material Dan Tindakan Pencegahan 2 76
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Pekerjaan Persiapan 17
Gambar 3.2 Pekerjaan Pengukuran 18
Gambar 3.3 Pabrikasi Pembesian 18
Gambar 3.4 Pabrikasi Bekisting 19
Gambar 3.5 Pengecoran Beton 20
Gambar 3.6 Curring Beton 21
Gambar 3.7 Pengiriman Material 28
Gambar 3.8 Penyimpanan Material 29
Gambar 4.1 Flowchart Penelitian 39
Gambar 5.1 Pekerjaan Bekisting 55
Gambar 5.2 Pekerjaan Pembesian 57
Gambar 5.3 Pekerjaan Pengecoran 59
vi
ABSTRAK
Pada pelaksanaan suatu proyek konstruksi, tidak akan dapat dihindari munculnya sisa
material konstruksi atau disebut construction waste .Oleh karena itu, dibutuhkan mekanisme
pengelolaan, teknologi, sistem penilaian dan pengelolaan limbah yang komprehensif dan terpadu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sisa material konstruksi yang memiliki banyaknya sisa
pada pekerjaan struktur, faktor-faktor penyebab sisa material serta solusi efektif dalam mengatasi
sisa material konstruksi yang terjadi.
Penelitian ini dilakukan pada proyek pembangunan di beberapa gedung tingkat tinggi. Data
penelitian diperoleh dengan survei menggunakan kuisioner. Narasumbernya adalah orang-orang
yang berhubungan dengan penggunaan material pada pekerjaan struktur seperti pelaksana, cost
control engineer, logistik serta gudang. Data diolah dengan analisis perbandingan dan keselarasan
data dengan uji konkordansi kendall, serta penjelasan korelasi antara persentase sisa material
pekerjaan struktur dan tindakan pencegahannya dengan uji spearman.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Triplek memiliki kuantitas sisa material yang
terbesar pada pekerjaan struktur, karena triplek merupakan material pada pekerjaan bekisting,
kejadian penyebab terjadinya sisa material pekerjaan struktur yang paling tinggi adalah perubahan
desain, tindakan pencegahan dalam mengatasi sisa material pekerjaan struktur yang terjadi yaitu
melakukan monitoring pekerjaan.
Kata kunci : sisa material, manajemen konstruksi, pekerjaan struktur, konstruksi gedung
vii
ABSTRACT
In the execution of a construction project, it will not be avoided the emergence of the rest of
the construction material or called construction waste. Therefore, required a comprehensive,
integrated management mechanism, technology, assessment and waste management system. This
study aims to determine the remaining construction materials that have a lot of residual on the
work structure, the factors causing the rest of the material and an effective solution in overcoming
the remaining construction material that occurred.
This research is conducted on development projects in several high-rise buildings. The
research data were obtained by survey using questionnaire. The sources are people who deal with
the use of materials on structural work such as executors, cost control engineers, logistics and
warehouses. Data was processed by comparison analysis and data alignment with kendall
concordance test, and explanation of correlation between percentage of material remaining
structural work and its prevention action by spearman test.
The results of this study indicate that plywood has the largest waste quantity in structural
work, because the plywood is a material on the work of formwork, the occurrence of the
occurrence of the remnant material of the highest structural work is a design change, precautionary
action in overcoming the remaining material of structural work that happens is monitoring work.
Keywords: waste material, construction management, structural work, building construction
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Alhamdulillahi rabbil‟alamiin segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta
alam yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya sehingga kita dapat
merasakan manisnya iman dan islam. Tak lupa sholawat serta salam selalu
dilimpahkan kepada nabi besar, nabi akhir zaman Rasulullah Muhammad SAW
yang memberikan kita jalan terang dari zaman yang jahiliyah ke zaman yang saat
ini kita rasakan. Sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan Magister Teknik
Sipil Fakultas Teknik sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta bahwasanya mahasiswa magister teknik sipil wajib melakukan
penelitian yang dituangkan dalam bentuk tesis.
Oleh karena itu, dibuatnya tesis ini adalah sebagai syarat untuk
mendapatkan gelar strata dua teknik sipil, tidak lupa pula penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Albani Musyafa, S.T, M.T, Ph.D dan Ibu Fitri Nugraheni, S.T, M.T,
Ph.D selaku dosen pembimbing tesis,
2. Ibu Dr. Ir. Tuti Sumarningsih, S.T, M.T selaku dosen penguji tesis,
3. Bapak Prof. Ir. H. Sarwidi, MSCE., Ph.D., IP-U selaku Ketua Prodi
Magister Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas
Islam Indonesia, Yogyakarta,
4. Bapak Sudirman, ibunda Romaja, abang Rudi Sudiro, (alm) abang Roni
Sudiro, abang Rinto Sudiro , serta adik-adikku tercinta Rahmat Sudiro dan
Ririn Sudiro, merekalah yang tidak lelah untuk memberikan semangat,
materiil, moril serta doa bagi penulis sendiri,
5. Teman-teman yang sudah saya anggap sebagai saudara saya di tanah rantau
Yogyakarta teknik sipil 2010 dan magister manajemen konstruksi 2015,
yang telah banyak membantu dan memotivasi saya dalam menyelesaikan
tesis,
ix
6. Serta semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga tesis ini dapat memberikan banyak manfaat dalam hal pengelolaan
sisa material pekerjaan struktur bagi dunia konstruksi, bagi masyarakat serta bagi
penulis sendiri.
Yogyakarta, 18 Januari 2018
Rizky Sudiro
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara berpenduduk terbanyak keempat di dunia
dengan laju pertumbuhan penduduk dan ekonomi yang pesat. Dengan jumlah
penduduk 262 juta, laju pertumbuhan 1,38 % pertahun dan pertumbuhan ekonomi
sekitar 4.71 % pertahun (BPS, 2016), bangsa ini memerlukan bangunan
infrastruktur yang sangat banyak. Salah satu infrastruktur tersebut adalah
bangunan gedung. Council on Tall Buildings and Urban Habitat (CTBUH) baru
saja merilis laporan terbaru dan mencatat Asia menjadi pemasok gedung tinggi
terbanyak pada tahun lalu dengan jumlah penyelesaian sebanyak 81 bangunan
atau 76% dari total 106 bangunan dimana Indonesia menempati peringkat ke dua
setelah China dengan penyelesaian pembangunan sebanyak sembilan gedung
tingkat tinggi (Hasanudin, 2016).
Gedung yang merupakan salah satu bangunan konstruksi memiliki beberapa
bagian pekerjaan seperti pekerjaan struktur, arsitektur serta mekanikal elektrikal
dan plumbing (MEP). Pekerjaan struktur merupakan pekerjaan awal yang
memiliki bagian-bagian yang membentuk bangunan. Pekerjaan ini memiliki
beberapa item pekerjaan seperti pekerjaan bekisting, pembesian dan pengecoran
yang memiliki metode masing-masing dalam pekerjaannya. Setiap proyek
konstruksi memerlukan suatu manajemen agar dapat memonitoring metode semua
pekerjaan yang dilakukan selama masa proyek berlangsung.
Manajemen proyek merupakan suatu proses perencanaan, pengaturan
kepemimpinan dan pengendalian dengan memanfaatkan sumber daya agar
mencapai sasaran yang telah ditentukan. Fungsi dasar manajemen proyek terdiri
dari aspek pengelolaan waktu, biaya dan mutu. Aspek – aspek tersebut
berpengaruh dalam keberhasilan suatu proyek. Oleh karena itu, jika fungsi dasar
manajemen proyek dapat terealisasi maka tujuan proyek akan mudah terwujud
(Ahadi, 2011). Material merupakan salah satu komponen penting yang memiliki
pengaruh yang sangat erat dengan biaya, mutu dan waktu.
2
Pada pelaksanaan suatu proyek konstruksi, tidak akan dapat dihindari
munculnya sisa material konstruksi. Lebih dari 75% sisa material yang dihasilkan
oleh industri konstruksi memiliki nilai residu dan dapat didaur ulang,
diselamatkan dan/ atau digunakan kembali. (Yeheyis.M dkk, 2012). Oleh karena
itu, dibutuhkan mekanisme pengelolaan, teknologi, sistem penilaian dan
pengelolaan limbah yang komprehensif dan terpadu.
Setiap tahunnya, volume sisa material konstruksi selalu meningkat yang
berdampak pada lingkungan, ekonomi dan sosial jangka panjang, serta pasokan
lahan semakin berkurang. Oleh karena itu pengelolaan sisa material menjadi
sangat penting untuk melindungi kesehatan masyarakat dan ekosistem alami
(Yeheyis.M dkk, 2012). Di setiap proyek konstruksi, pengelolaan sisa material
masih menjadi hal yang kurang penting dalam penanganannya, hal ini dapat
dilihat di masing-masing proyek konstruksi masih memiliki banyaknya sisa
material seperti sisa-sisa potongan kayu, triplek, besi serta material lainnya saat
proyek tersebut sudah selesai dibangun.
Selain itu, banyaknya sisa material yang dihasilkan memiliki hubungan
dengan komitmen dan strategi organisasi. Untuk mengelola sisa material
konstruksi secara efektif, harus dipertimbangkan untuk membentuk suatu
kelompok pekerja yang khusus bertugas sebagai pengelola sisa material
konstruksi, karena perubahan sikap pekerja akan sulit dicapai kecuali ada
keuntungan finansial pribadi terhadap mereka (Jayamathan, J. dan Rameezdeen,
R, 2014).
Belum banyak penelitian yang membahas tentang material apa saja yang
banyak menjadi sisa material khususnya pada pekerjaan struktur, apa yang
menyebabkan adanya sisa material tersebut, termasuk bagaimana cara mengatasi
permasalahan sisa material konstruksi. Untuk itu perlu dilakukan penelitian
tentang sisa material konstruksi pada pekerjaan struktur, penyebabnya dan
bagaimana solusi untuk mengatasinya.
3
1.2. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Material konstruksi apa yang memiliki kuantitas sisa yang paling
besar? Mengapa?
2. Apa faktor penyebab utama terjadinya sisa material konstruksi?
Mengapa?
3. Bagaimana solusi efektif untuk mengatasi sisa material konstruksi
yang terjadi?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan pada penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui jenis material yang mengalami banyak sisa pada
pekerjaan struktur gedung.
2. Untuk mengetahui faktor utama penyebab terjadinya sisa material
konstruksi.
3. Untuk mengetahui solusi efektif dalam mengatasi sisa material
konstruksi yang terjadi.
1.4. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat pada penelitian ini yaitu :
1. Sebagai bahan rujukan untuk dapat meminimalisir adanya material sisa
pekerjaan struktur pada proyek konstruksi.
2. Sebagai pertimbangan bagi masyarakat agar dapat mengelola dan
mendaur ulang sisa material konstruksi yang terdapat pada lingkungan
sekitar.
3. Peneliti dapat mengetahui cara mengelola dengan baik material sisa
pekerjaan struktur pada proyek konstruksi.
4
1.5. BATASAN PENELITIAN
Batasan penelitian ini yaitu :
1. Metode yang digunakan adalah kuisioner, wawancara dan dokumentasi
yang terdapat di proyek,
2. Pembahasan mengenai sistem pengelolaan sisa material,
3. Material yang terdapat di pekerjaan struktur.
4. Sisa material yang dimaksud pada penelitian ini yaitu material yang sudah
tidak digunakan pada pekerjaan struktur, dan
5. Proyek gedung berlantai banyak.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada BAB I telah disebutkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, batasan penelitian serta manfaat penelitian. Pada penelitian ini
dibutuhkan bahan pertimbangan dan bahan referensi, maka pada BAB II akan
dipaparkan hasil penelitian sejenis yang sudah pernah dilaksanakan sekaligus
menghindari duplikasi.
2.1 PENELITIAN SEBELUMNYA
Sebagai bahan pertimbangan dan referensi untuk penelitian ini, maka
dipaparkan hasil penelitian sejenis yang sudah pernah dilakukan sekaligus
menghindari duplikasi. Ada beberapa penelitian yang berhubungan dengan sisa
material konstruksi, yaitu :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Harimurti dkk (2016), bertujuan untuk
mengetahui jenis-jenis material yang memiliki volume dan biaya sisa
material yang besar/ dominan, serta faktor-faktor yang menjadi penyebab
timbulnya sisa material pada proyek. Sampel penelitian adalah
consumable material pada Proyek Pembangunan Gedung Pascasarjana
Universitas Islam Malang. Metode yang digunakan dalam menganalisis
dan menentukan jenis material yang memiliki biaya sisa material yang
besar/ dominan adalah Metode Pareto. Sedangkan metode yang digunakan
untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor-faktor penyebab
timbulnya sisa material adalah Metode Fishbone Diagram. Dari hasil
analisis menggunakan Metode Pareto, jenis-jenis material yang dominan
menimbulkan sisa material pada proyek konstruksi yakni tiang pancang,
tulangan D22, dan tulangan D16. Dengan total biaya sisa dari ketiga jenis
material tersebut sebesar Rp 108.303.861,00. Berdasarkan analisis
menggunakan Fishbone Diagram, faktor-faktor penyebab terjadinya sisa
material pada tiang pancang yakni karena kondisi tiang pancang yang
diterima kurang baik, hal ini bisa terjadi karena proses loading unloading
6
kurang hati-hati. Selain itu, tidak semua bagian tiang pancang masuk ke
dalam tanah karena kondisi pada tiap titik pancang berbeda-beda. Untuk
besi tulangan, sisa material yang timbul merupakan hasil sisa dari proses
pemotongan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Nursyahbani (2016), bertujuan untuk
meminimalisir sisa material yang dihasilkan diperlukan analisis penyebab
sisa material tersebut terjadi. Pada penelitian ini digunakan metode Fault
Tree Analysis (FTA) untuk menganalisis penyebabnya. FTA digunakan
karena pada FTA menyediakan metode untuk menentukan penyebab
terjadinya kejadian yang tidak diinginkan. Dan untuk melakukan analisis
lebih lanjut penyebab sisa material digunakan aljabar Boolean. Penelitian
ini adalah analisis deskriptif dimana penelitian dilakukan dengan
mengumpulkan data primer beupa kuisioner dan wawancara serta data
sekunder berupa data-data proyek itu sendiri. Dalam penelitian ini
kejadian puncak didapatkan dari dua material dengan nilai biaya sisa
material; tertinggi yakni baja tulangan dan tiang pancang. Hasil analisis
yang didapat adalah kejadian dominan atau penyebab utama yang
menyebabkan terjadinya sisa material. Penyebab paling dominan yang
menyebabkan sisa material baja tulangan adalah pekerja yang kurang
pengalaman, alat yang konslet, alat yang sudah aus, voltase listrik naik
turun, pemotongan mengikuti desain, koordinasi yang kurang, mandor
kurang disiplin, pekerja kurang teliti dan perubahan desain yang
mendadak. Sedangkan tiang pancang adalah ketidaktelitian memeriksa
material yang diterima.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ferdiana (2009), bertujuan untuk
mengetahui dan mengenali sumber penyebab, prosentase kuantitas serta
tingkat kemampuan tiap pelaku konstruksi mengenai permasalahan
material, perlu dilakukan penelitian mengenai persepsi antara pelaku
konstruksi pada proyek gedung dan perumahan Metoda pelaksanaan
penelitian yaitu dengan tinjauan pustaka yang bersumber pada jurnal, buku
dan media internet, sedangkan metoda pengumpulan data dengan cara
7
pengumpulan hasil isian angket yang ditujukan kepada pelaku konstruksi
yaitu Manajer Proyek, Site Manager, Logistik Proyek, Pelaksana dan
Pengawas lapangan. Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk
tabel dan grafik sedangkan analisa data perhitungan menggunakan
prosentase, mean, SD, Uji F (uji varian data kedua jenis proyek) dan Uji T
untuk membandingkan ada tidaknya perbedaan persepsi antara pelaku
konstruksi proyek gedung dan perumahan tentang tingkat pengaruh
sumber dan penyebab sisa material pada tiap kategori. Hasil dari analisis
tentang terjadinya sisa material pada proyek gedung dengan proyek
perumahan berbeda. Menurut responden proyek gedung sumber sisa
material adalah dari kategori pengadaan material, dengan penyebabnya
adalah kesalahan pemesanan, kelebihan pemesanan atau kekurangan
material yang dilakukan oleh kontraktor, sedangkan menurut responden
perumahan, penyebabnya adalah perubahan desain pada kategori desain.
Prosentase jenis sisa material yang paling tinggi menurut responden
gedung adalah bata dengan prosentase mencapai 5%-<10%, sedangkan
menurut responden proyek perumahan, jenis sisa material tertinggi adalah
papan kayu bekisting dengan prosentase 5%- <10%. Cara meminimalisasi
sisa material baik menurut responden proyek gedung dan perumahan pada
peringkat rata-rata tertinggi adalah sama yaitu perencanaan yang matang
sebelum pelaksanaan proyek. Hasil analisis dari Uji F menunjukan rata-
rata varian data kedua jenis proyek adalah sama sedangkan hasil dari Uji T
adalah 4 dari 6 kategori hasilnya adalah menerima Ho dengan rata-rata
kesimpulan tidak terdapat perbedaan yang signifikan tentang tingkat
pengaruh sumber penyebab sisa material pada tiap kategori berdasarkan
persepsi responden kedua jenis proyek.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Rani (2017), bertujuan untuk mengetahui
faktor dominan penyebab limbah material pada proyek irigasi, dan untuk
menganalisis hubungan dan pengaruh antara faktor limbah material dan
indikator limbah material pada proyek irigasi di Kabupaten Aceh Besar.
Penelitian ini menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada kontraktor
8
irigasi, dengan kualifikasi perusahaan berkisar antara K1, K2, K3, M1, dan
M2 dan berlokasi di kabupaten Aceh Besar sejak tahun 2010 sampai 2015.
Populasi yang diperoleh adalah 209 kontraktor; Dengan menggunakan
persamaan Slovin diperoleh bahwa sampel penelitian adalah 68
kontraktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor dominan yang
menyebabkan limbah material pada proyek irigasi di kabupaten Aceh
Besar adalah faktor pengadaan material.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Khanh dan Kim (2015), bertujuan untuk
untuk mengevaluasi tingkat kejadian limbah di industri konstruksi. Ini
mencakup: pertama, mengidentifikasi nilai rata-rata frekuensi kejadian
limbah sesuai karakteristik responden; kedua, mengidentifikasi faktor-
faktor yang dapat diprediksi untuk penanganannya sampai pada hubungan
laten antara faktor limbah awal; dan ketiga, mengidentifikasi indikator
tingkat kejadian limbah (WOLI) untuk industri konstruksi berdasarkan
faktor pengukuran limbah utama. Desain / metodologi / pendekatan -
Sebanyak 19 faktor limbah diurutkan dari tinjauan pustaka. Kuesioner
terstruktur diadopsi untuk melaksanakan survei. Responden adalah
profesional yang memiliki banyak pengalaman dalam konstruksi dan
pengelolaan proyek. Uji normalitas, uji Levene, uji ANOVA, dan teknik
analisis faktor digunakan untuk menganalisis data yang dikumpulkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadinya limbah pada proyek
konstruksi cukup tinggi. Tidak ada perbedaan yang signifikan secara
statistik dan praktis dalam hal terjadinya limbah antara kategori populasi
yang dipilih. Berdasarkan teknik analisis faktor, terdapat lima komponen
utama yang diekstraksi dengan 56,7 persen varians total. WOLI di industri
konstruksi ditemukan sebagai 61,55 per skala 100.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo dan Septian (2010), bertujuan
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
pemborosan material. Hasil dari penelitian ini yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya pemborosan material adalah pengawasan yang
kurang, area kerja yang tidak mendukung, peralatan bantu yang kurang
9
memadai, tidak adanya pengklasifikasian bidang pekerjaan, tidak
efektifnya jumlah tenaga kerja dalam suatu area kerja, dan kurangnya
pengalaman para tukang.
2.2 KESIMPULAN DARI PENELITIAN YANG SUDAH DILAKUKAN
Tabel 2.1 Kesimpulan penelitian yang sudah dilakukan
No. TOPIK NAMA
PENELITI
TUJUAN
PENELITIAN
METODE
PENELITIAN
HASIL
PENELITIAN
1 Sisa
Material
Konstruksi
Harimurti
(2016)
Untuk
mengetahui
jenis-jenis
material yang
memiliki
volume dan
biaya sisa
material yang
besar/
dominan, serta
faktor-faktor
yang menjadi
penyebab
timbulnya sisa
material pada
proyek
Metode yang
digunakan
dalam
menganalisis
dan menentukan
jenis material
yang memiliki
biaya sisa
material yang
besar/ dominan
adalah Metode
Pareto.
Sedangkan
metode yang
digunakan
mengevaluasi
faktor-faktor
penyebab
timbulnya sisa
material adalah
Metode
Fishbone
Diagram.
Dari hasil analisis,
jenis-jenis material
yang dominan
menimbulkan sisa
pada proyek
konstruksi yakni
tiang pancang,
tulangan D22, dan
D16. Dengan total
biaya sisa dari ketiga
jenis material
tersebut sebesar Rp
108.303.861,00,
faktor penyebab
terjadinya sisa
material pada tiang
pancang yakni karena
kondisi tiang pancang
yang diterima kurang
baik, hal ini bisa
terjadi karena proses
loading unloading
kurang hati-hati.
Nursyahbani
(2016)
Untuk
meminimalisir
sisa material
yang
dihasilkan
diperlukan
analisis
penyebab sisa
material
tersebut terjadi
Metode Fault
Tree Analysis
(FTA) untuk
menganalisis
penyebabnya.
FTA digunakan
karena
menyediakan
metode untuk
menentukan
penyebab
terjadinya
kejadian yang
tidak
diinginkan. Dan
untuk
melakukan
analisis lebih
lanjut penyebab
sisa material
Hasil analisis yang
didapat adalah
kejadian dominan
atau penyebab utama
yang menyebabkan
terjadinya sisa
material. Penyebab
paling dominan yang
menyebabkan sisa
material baja
tulangan adalah
pekerja yang kurang
pengalaman, alat
yang konslet, alat
yang sudah aus,
voltase listrik naik
turun, pemotongan
mengikuti desain,
koordinasi yang
kurang, mandor
10
No. TOPIK NAMA
PENELITI
TUJUAN
PENELITIAN
METODE
PENELITIAN
HASIL
PENELITIAN
digunakan
aljabar Boolean
kurang disiplin,
Lanjutan Tabel 2.1 Kesimpulan penelitian yang sudah dilakukan
No. TOPIK NAMA
PENELITI
TUJUAN
PENELITIAN
METODE
PENELITIAN
HASIL
PENELITIAN
Ferdiana
(2009)
Untuk
mengetahui
dan mengenali
sumber
penyebab,
prosentase
kuantitas serta
tingkat
kemampuan
tiap pelaku
konstruksi
mengenai
permasalahan
material,
Metoda
pelaksanaan
penelitian yaitu
dengan tinjauan
pustaka yang
bersumber pada
jurnal, buku dan
media internet,
sedangkan
metoda
pengumpulan
data dengan cara
pengumpulan
hasil isian
angket yang
ditujukan
kepada pelaku
konstruksi
Hasil dari analisis
tentang terjadinya
sisa material pada
proyek gedung
dengan proyek
perumahan berbeda.
Menurut responden
proyek gedung
sumber sisa material
adalah dari kategori
pengadaan material,
dengan penyebabnya
adalah kesalahan
pemesanan, kelebihan
pemesanan atau
kekurangan material
yang dilakukan oleh
kontraktor.
11
No. TOPIK NAMA
PENELITI
TUJUAN
PENELITIAN
METODE
PENELITIAN
HASIL
PENELITIAN
Rani (2017) untuk
mengetahui
faktor dominan
penyebab
limbah
material pada
proyek irigasi,
dan untuk
menganalisis
hubungan dan
pengaruh
antara faktor
limbah
material dan
indikator
limbah
material pada
proyek irigasi
di Kabupaten
Aceh Besar
Penelitian ini
menggunakan
kuesioner yang
disebarkan
kepada
kontraktor
irigasi, dengan
kualifikasi
perusahaan
berkisar antara
K1, K2, K3,
M1, dan M2 dan
berlokasi di
kabupaten Aceh
Besar sejak
tahun 2010
sampai 2015
bahwa faktor
dominan yang
menyebabkan limbah
material pada proyek
irigasi di kabupaten
Aceh Besar adalah
faktor pengadaan
material.
Lanjutan Tabel 2.1 Kesimpulan penelitian yang sudah dilakukan
No. TOPIK NAMA
PENELITI
TUJUAN
PENELITIAN
METODE
PENELITIAN
HASIL
PENELITIAN
12
No. TOPIK NAMA
PENELITI
TUJUAN
PENELITIAN
METODE
PENELITIAN
HASIL
PENELITIAN
Khanh dan
Kim (2015)
untuk
mengevaluasi
tingkat
kejadian
limbah di
industri
konstruksi.
Uji normalitas,
uji Levene, uji
ANOVA, dan
teknik analisis
faktor
digunakan untuk
menganalisis
data yang
dikumpulkan.
bahwa terjadinya
limbah pada proyek
konstruksi cukup
tinggi. Tidak ada
perbedaan yang
signifikan secara
statistik dan praktis
dalam hal terjadinya
limbah antara
kategori populasi
yang dipilih.
Berdasarkan teknik
analisis faktor,
terdapat lima
komponen utama
yang diekstraksi
dengan 56,7 persen
varians total. WOLI
di industri konstruksi
ditemukan sebagai
61,55 per skala 100.
Prasetyo dan
Septian
(2010)
untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
terjadinya
pemborosan
material
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
terjadinya
pemborosan material
adalah pengawasan
yang kurang, area
kerja yang tidak
mendukung,
peralatan bantu yang
kurang memadai,
tidak adanya
pengklasifikasian
bidang pekerjaan,
tidak efektifnya
jumlah tenaga kerja
dalam suatu area
kerja, dan kurangnya
pengalaman para
tukang.
13
2.3 PENELITIAN YANG AKAN DILAKUKAN
Penelitian yang akan dilakukan tentang “Analisa Sistem Pengendalian Sisa
Material Pekerjaan Struktur pada Proyek Konstruksi”. Penelitian ini adalah
penelitian yang lebih fokus terhadap sisa material yang terdapat pada pekerjaan
struktur saja, bertujuan untuk mengetahui persentase sisa material, penyebab, serta
solusi dalam mengatasi sisa material pekerjaan struktur pada proyek konstruksi.
2.4 KEASLIAN PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan berbeda dengan penelitian terdahulu berdasarkan
subjek dan objek penelitian. Keaslian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan
dan sesuai dengan asas-asas keilmuan yang harus dijunjung tinggi yaitu kejujuran,
rasional, objektif serta terbuka. Hal ini merupakan implikasi etis dari menemukan
kebenaran ilmiah sehingga dengan demikian penelitian ini dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah, keilmuan, dan terbuka untuk
kritisi yang sifatnya konstruktif (membangun).
14
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 TINJAUAN UMUM
Landasan teori merupakan bagian pembahasan tentang uraian pemecahan
masalah yang akan ditemukan pemecahannya melalui pembahasan-pembahasan
secara teoritis, dan mengacu pada masalah penelitian. Landasan teori dapat
digambarkan dalam bentuk bagan atau persamaan matematika dan harus diberi
penjelasan agar mudah memahaminya.
3.2 SISTEM MANAJEMEN PROYEK
Manajemen adalah proses individu-individu yang tergabung dari organisasi
terstruktur yang telah memiliki sistem yang memadai, bertujuan untuk
memelihara, mengembangkan, mengendalikan serta menjalankan program-
program yang sudah disusun untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Organisasi berfungsi sebagai tempat untuk menuangkan konsep dari masing-
masing individu dalam mengemban tanggung jawab manajemen. Untuk tujuan
analisis, dapat diambil fungsi tertentu dari set dengan mengingat bahwa suatu
kegiatan pada fungsi tertentu mempunyai hubungan dan saling bergantung dengan
fungsi yang lain (Dipohusodo, 1996).
Fungsi-fungsi pokok dalam manajemen adalah merencanakan,
mengorganisasikan dan mengendalikan. Selain itu fungsi-fungsi manajerial
penting lainnya yaitu memimpin, mengerahkan, mengarahkan, mengaktifkan,
memberi contoh, membangun motivasi, mengkoordinasikan, mengkomunikasikan
serta pengambilan keputusan. Akan tetapi konsep manajemen adalah suatu set
keseluruhan tanggung jawab fungsional yang ditunjukkan melalui kinerja para
manajer akan lebih menonjok. Proses yang diharapkan dari sebuah manajemen
yaitu masukan-masukan (input) dari individu-individu dapat dihasilkan keluaran-
keluaran (output) tujuan atau sasaran tercapai sesuai dengan yang sudah
ditetapkan. Masukan – masukan pada proses manajemen yaitu manusia/ tenaga
15
kerja, material, modal (dana), mesin (alat), serta metode-metode kerja
(Dipohusodo, 1996).
Dari uraian diatas, maka dapat diartikan bahwa manajemen merupakan
proses penggunaan sumber daya untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, manajer dari sebuah proyek konstruksi memiliki
tanggung jawab untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta mampu
mengelola sumber daya yang berbentuk modal, material, waktu, serta manusia
agar dapat menghasilkan suatu produk yang maksimal dari proyek konstruksi
tersebut.
Pengertian sistem manajemen adalah sebagai suatu set yang terdiri atas
konsep-konsep, dasar-dasar pengertian, serta metode penanganan yang berkaitan
dengan manajemen, sehingga dapat diartikan sebagai penataan serta
pengorganisasian atas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan
manajemen proyek. Sistem manajemen proyek disusun menjadi seperangkat
pengertian, pedoman, alat-alat, dan petunjuk tata cara pelaksanaannya, sehingga
dapat menghubungkan kesenjangan persepsi, membangun kesamaan bahasa, serta
dapat mewujudkan bentuk kerjasama diantara satuan organisasi pelaksana. Pada
suatu proyek konstruksi tidak dapat dihindari adanya permasalahan, oleh karena
itu perlu ditumbuhkan keserasian hubungan kerja di antara para pelaksananya.
Tingkat kekompakan dan kesadaran akan pentingnya penerapan konsep hubungan
kerja yang serasi satu dan yang lainnya merupakan kunci keberhasilan
perencanaan dan pelaksanaan proyek terutama yang memiliki jabatan penting.
Mereka yang memiliki jabatan penting bertugas untuk mengkoordinasi dan
mengendalikan pelaksanaan proyek harus dapat menciptakan keserasian hubungan
antara personil pelaksana yang lain. Oleh karena itu, perlunya menyusun suatu
konsep sistem manajemen proyek yang lengkap, kokoh serta terpadu (Barrie,
1995).
3.3 STRUKTUR BANGUNAN
Struktur bangunan pada umumnya terdiri dari struktur bawah dan struktur
atas. Struktur bawah yang dimaksud adalah pondasi dan struktur bangunan yang
16
berada di bawah permukaan tanah, sedangkan yang dimaksud dengan struktur atas
adalah struktur bangunan yang berada di atas permukaan tanah seperti kolom,
balok, plat, tangga. Setiap komponen tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda
di dalam sebuah struktur bangunan.
Dalam suatu pembangunan proyek konstruksi, hal utama yang diperlukan
adalah suatu perencaan struktur yang tepat dan teliti agar dapat memenuhi kriteria
kekuatan (strenght), kenyamanan (serviceability), keselamatan (safety), dan umur
rencana bangunan (durability). Selain itu, merencanakan beban-beban yang
bekerja pada struktur seperti beban mati (dead load), beban hidup (live load),
beban gempa (earthquake), dan beban angin (wind load) sebagai bahan
perhitungan awal dalam perencanaan struktur untuk mendapatkan besar dan arah
gaya-gaya yang bekerja pada setiap komponen struktur, kemudian dapat
dilakukan analisis struktur untuk mengetahui besarnya kapasitas penampang dan
tulangan yang dibutuhkan oleh masing-masing struktur (Kusuma, 1993).
Perencanaan struktur harus mengacu pada peraturan atau pedoman standar
yang mengatur perencanaan dan pelaksanaan bangunan beton bertulang, yaitu
Standar Tata Cara Penghitungan Struktur Beton nomor: SK SNI T-15-1991-03,
Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983, Peraturan Perencanaan
Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung tahun 1983, dan lain-lain (Dipohusodo,
1999).
Metode pelaksanaan merupakan penjabaran tata cara dan teknik-teknik
pelaksanaan pekerjaan. Pada dasarnya metode pelaksanaan konstruksi merupakan
penerapan konsep yang berpijak pada keterkaitan antara persyaratan dalam
dokumen pelelangan, keadaan teknis dan ekonomis di lapangan, dan seluruh
sumber daya termasuk pengalaman kontraktor.
Metode pelaksanaan merupakan suatu susunan pekerjaan yang berurutan
dalam suatu pekerjaan konstruksi. Metode pelaksanaan selalu digunakan pada
suatu proyek konstruksi agar dapat menyelesaikan pekerjaan secara terstruktur
dan sistematis serta menghasilkan produk konstruksi sesuai dengan yang tujuan
yang ditetapkan. Struktur beton merupakan pekerjaan utama dalam sebuah proyek
17
konstruksi. Saleh (2015), mengatakan bahwa ada beberapa metode pelaksanaan
pada pekerjaan struktur beton, yaitu :
1. Persiapan
Persiapan merupakan awal mula dalam pekerjaan struktur. Ada beberapa
langkah dalam pekerjaan persiapan, seperti pembuatan dan pengajuan
shopdrawing pekerjaan struktur, approval material yang akan
digunakan, persiapan lahan kerja, persiapan material kerja, dan
persiapan alat bantu kerja.
Gambar 3.1 Pekerjaan Persiapan
(Sumber : Purbo, 2010)
Dapat dilihat pada gambar 3.1 bahwa untuk memulai suatu pekerjaan
konstruksi, pekerjaan persiapan merupakan hal utama agar dapat
melaksanakan pekerjaan konstruksi ke tahap selanjutnya dimana
persiapan lahan kerja, material serta alat bantu sudah tersedia agar dapat
melaksanakan pekerjaan konstruksi.
2. Pengukuran
Pengukuran dilakukan agar shopdrawing yang sudah dibuat sesuai
dengan pekerjaan yang akan dilakukan.
18
Gambar 3.2 Pekerjaan Pengukuran
(Sumber : Rahmadi, 2011)
Dapat dilihat pada gambar 3.2 diatas, pekerjaan pengukuran dilakukan
agar pekerjaan sesuai dengan titik-titik yang sudah terdapat pada gambar
shopdrawing. Pengukuran dilakukan oleh juru ukur (surveyor) dengan
menggunakan theodolith atau alat bantu lainnya untuk melakukan
pengukuran dan marking area untuk titik penempatan, ukuran (dimensi)
serta leveling.
3. Pabrikasi pembesian
Pelaksanaan pabrikasi besi tulangan memerlukan tempat yang cukup
untuk meletakkan, memotong besi serta membengkokkan sehingga
sesuai dengan shopdrawing yang sudah disetujui. Selain itu mutu dan
spesifikasi besi beton akan disesuaikan dengan gambar kerja dan RKS.
Gambar 3.3 Pabrikasi Pembesian
(Sumber : Purbo, 2010)
Pada gambar 3.3 diatas dilihat pekerja sedang mengerjakan pabrikasi
pembesian plat, untuk pembesian plat langsung dikerjakan di bekisting
19
dimana bekisting dipasang terlebih dahulu, sedangkan untuk kolom dan
balok pabrikasi dikerjakan di di sekitar proyek, setelah pabrikasi selesai
baru dipasang lalu di bekisting.
Langkah-langkah yang dilakukan pada pekerjaan struktur beton yaitu
memotong dan membentuk besi beton sesuai gambar kerja, rangka
diikat dengan kawat beton, kemudian diberi tanda sesuai
penempatannya. Untuk pekerjaan kolom, pembesian dikerjakan
pemasangan besi terlebih dahulu setelah itu dilanjutkan pemasangan
bekisting, sedangkan untuk balok, plat serta tangga dikerjakan
pemasangan bekisting dahulu kemudian dilanjutkan pemasangan besi.
4. Pabrikasi bekisting
Pabrikasi bekisting dikerjakan di lokasi proyek untuk memudahkan
pengukuran dan mempercepat pelaksanaannya. Untuk struktur beton
yang posisinya ada dibawah permukaan tanah, maka bekisting dapat
menggunakan multiplek atau pasangan batako. Sedangkan untuk
struktur beton diatas permukaan tanah seperti : kolom, balok, plat lantai
dan tangga menggunakan bahan dari multiplek dan perkuatan
menggunakan balok/kaso dan alat perancah bambu/ scaffolding.
Gambar 3.4 Pabrikasi Bekisting
(sumber : Purbo, 2010)
Pada gambar 3.4 diatas untuk kolom sebaiknya dibuatkan sepatu kolom
dengan besi beton atau besi plat siku untuk menjaga agar kolom tetap
20
tegak lurus dan siku. Setelah bekisting terpasang maka akan dilakukan
cek elevasi dan kerataan pemasangan bekisting.
5. Pengecoran beton
Pengecoran beton akan dimulai setelah adanya persetujuan dari
perencana dalam permohonan pelaksanaan kerja. Komposisi campuran
ditentukan sesuai dengan spesifikasi dan RKS yang sudah disepakati.
Gambar 3.5 Pengecoran Beton
(Sumber : Saleh, 2015)
Pada gambar 3.5 diatas pengecoran dilakukan menggunakan beton ready
mix dimana biasanya pengecoran ini dilakukan dalam skala volume yang
besar sehingga mempercepat pekerjaan konstruksi. Untuk mengetahui
beton readymix sesuai dengan yang direncanakan, maka dilakukan
pembuatan sampel beton yang akan diuji sampai dengan umur 28 hari.
6. Curring beton
Curring beton bertujuan untuk menjaga agar beton tidak terlalu cepat
kehilangan air, atau sebagai tindakan menjaga kelembaban dan suhu
beton.
21
Gambar 3.6 Curring Beton
(sumber : Purbo, 2010)
Pada gambar 3.6 diatas dapat dilihat bahwa Curring beton dilakukan
segera setelah proses finishing beton selesai dan waktu total setting
tercapai (Nji, 2015)
3.4 MATERIAL
Material Konstruksi meliputi seluruh bahan yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan pada suatu proses
konstruksi. Peralatan Konstruksi meliputi seluruh peralatan yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan pada suatu
proses kostruksi (Materialperalatan, 2011).
Sistem Pengelolaan Material dan Peralatan Konstruksi adalah suatu sistem
yang merencanakan dan mengendalikan seluruh kegiatan untuk menjamin agar
material dan peralatan konstruksi dapat diperoleh dalam jumlah yang tepat, sesuai
dengan spesifikasi, dengan harga yang pantas dan tersedia pada saat dibutuhkan
(Materialperalatan, 2011).
3.4.1 Penyediaan Material
Pembeli, atau dalam peranannya yang lebih modern disebut pengontrol
bahan/material terutama menangani masalah-masalah penyediaan, penyimpangan,
penanganan dan pemakaian bahan.
Pada suatu tahap tender, estimator bertanggung jawab untuk mencari
penyalur/distributor bahan-bahan yang potensil (Dipohusodo, 1996). Banyak
pendapat yang menentang masalah ini, banyak orang menganggap bahwa hal ini
adalah tugas pembeli (buyer). Orang yang melakukan tugas pembelian lebih
22
mengetahui masalah-masalah penyediaan bahan-bahan dan kondisi harganya
bahan-bahan mana yang telah tertentu harganya dan mana yang dapat ditawar.
Pembeli memiliki lebih banyak pengetahuan tentang kemampuan para sub-
kontraktor dan distributor bahan.
Menurut Dipohusodo (1996), ada 2 hal yang perlu diperhatikan pada tahap
penyediaan material, yaitu :
1. Pengontrol bahan-bahan
Pada suatu proyek perlu diperhatikannya dalam mengontrol bahan-bahan
seperti waktu sampainya bahan – bahan di lokasi, cara pencapaian lokasi
dan kesulitannya untuk mencapai lokasi yang berhubungan dengan
kendaraan pengirim, pengepakan bahan-bahan, cara penanganan bahan,
perlengkapan dan instalasi, persediaan bahan-bahan di lokasi serta
keamanan dan perlindungan terhadap bahan – bahan. Oleh karena itu kinerja
orang yang bertugas sebagai pengontrol bahan – bahan sangat berpengaruh
terhadap bahan – bahan yang akan digunakan pada proyek konstruksi.
2. Standar komunikasi dengan distributor bahan dan subkontraktor
Standar komunikasi yang dimaksud yaitu tentang kepastian jenis kontrak
yang ditawar dalam pengajuan harga. Serta harus dapat menentukan apakah
biaya kontrak tersebut akan mengalami fluktuasi atau sudah pasti nilainya.
Jika sudah pasti, maka harus mengetahui kapan bahan – bahan itu
diperlukan dan tanggal penyelesaian kontrak tersebut, hal itu dapat
dituangkan dalam bentuk time schedule kedatangan bahan.
Banyak kontraktor memiliki sejumlah persyaratan yang perlu dipenuhi oleh
penyalur bahan dan syarat-syarat, ini termuat di dalam pertanyaan yang disebut
secara khusus dalam surat persyaratan. Biasanya perlu juga untuk mengirimkan
salinan RAB yang ada hubungannya dengan masalah itu, sebuah salinan RAB
kepada penyalur bahan dan dua lembar kepada sub kontraktor.penyalur bahan
sering memberikan tawaran mereka dengan formulir mereka sendiri yang telah
memuat keadaan persediaan mereka, sub kontraktor menyimpan satu dari dua
lembar persyaratan dan mengembalikan yang lain kepada kontraktor setelah diisi
dengan tawaran mereka.
23
Yang terpenting adalah bagaimana bahan-bahan itu akan dipersiapkan dan
dikirimkan harus disebutkan dengan jelas. Apakah bahan-bahan itu akan
dikirimkan dalam bentuk satuan, dimasukkan dalam peti kemas, atau dipak dalam
sebuah peti atau diletakkan di atas papan landasan, juga mengenai penyediaan
alat-alat berat apakah akan disediakan kontraktor atau penyalur bahan / supplier.
3.4.2 Pengadaan Material
Pengadaan yaitu mencakup pembelian peralatan, perlengkapan material,
tenaga kerja dan segala macam bentuk jasa konstruksi yang diperlukan untuk
proses konstruksi. Selain itu, termasuk kedalamnya kegiatan-kegiatan penunjang
yang terkait seperti pengiriman dan transportasi pemaketan, penanganan,
perawatan, pergudangan, asuransi dan jaminan, kelengkapan dokumen, penagihan
serta pembayarannya. Kegiatan pengadaan material dapat dilakukan sejak dari tata
cara pemenuhan kebutuhan seketika sampai program yang melibatkan proses
pembuatan dan pengiriman berbentuk kompleks. Selain itu proses pengadaan
digolongkan kompleks karena banyak memakan waktu, biaya serta pemikiran,
bahkan bisa berpotensi mengancam keterlambatan proyek secara keseluruhan jika
terjadinya keterlambatan kedatangan material. Oleh karena itu, proses pengadaan
merupakan sesuatu yang jauh lebih komples ketimbang hanya sekedar
memperoleh barang yang termurah bagi kepentingan proyek (Dipohusodo, 1996).
Proses pengadaan material merupakan komponen dari sistem penjadwalan
dan pengendalian yang tersusun mewujudkan hubungan yang saling tergantung
erat dan berpengaruh satu sama lainnya. Proses pengadaan material sangat penting
karena berpengaruh langsung terhadap waktu penyelesaian proyek konstruksi, hal
ini berarti jika terjadi keterlambatan dalam pengadaan material maka akan
berdampak langsung terhadap jalannya proyek konstruksi. Oleh karena itu,
penjadwalan dan kegiatan pengadaan dijadikan satu dengan operasi konstruksi.
Pada penjadwalan jaringan kerja sebaiknya dicantumkan kegiatan-kegiatan
pengadaan sehingga proses pengadaan dapat melakukan pekerjaannya dengan
jelas kapan harus dimulai dan kapan saat paling lambat suatu material yang di
order sudah harus tersedia di lapangan. Jika hal itu dilakukan, maka akan terlihat
pengaruh kegiatan pengadaan terhadap operasi konstruksi secara keseluruhan. Jika
24
perlu, maka baiknya dibuatkan jaringan kerja tersendiri bagi proses pengadaan
agar dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan pada suatu proyek konstruksi
(Dipohusodo, 1996).
Pada proyek-proyek konstruksi bangunan infrastruktur atau industri yang
tidak terlalu rumit, kira-kira 60% dari pembiayaan proyek dibelanjakan untuk
keperluan pengadaan material. Dengan porsi biaya yang cukup besar, maka proses
pengadaan material diberikan perhatian yang serius dalam upaya
pengendaliannya. Dasar pengendalian biaya pengadaan material berbeda dengan
pengendalian biaya tenaga kerja dan peralatan. Untuk pengadaan tenaga kerja dan
peralatan, pengendalian biaya didasarkan pada kriteria yang berkaitan dengan
tingkat produktivitas kinerja tenaga dan alatnya. Sedangkan untuk pengadaan
material didasarkan pada pengendalian dan pemantauan material. Informasi –
informasi yang berkaitan dengan pengadaan material meliputi permintaan
kebutuhan, penawaran, kuotasi harga, pesanan pembelian, subkontrak pengadaan,
dokumen pengiriman, dokumen penerimaan, dokumen pengujian, faktur-faktur
dan lainnya. Biasanya pengendalian biaya dilakukan melalui pemeriksaan
rekening-rekening atau kuitansi pembelian atau pembelanjaan dengan maksud
barang sudah terlanjur dibeli dan tidak bisa dicegah lagi sehingga sudah
meningkat menjadi komitmen pembayaran. Manfaat pengendalian material
biasanya ditujukan untuk menilai reputasi pelaku ketimbang mengendalikan
sistemnya (Barrie, 1995).
Oleh karena itu, menurut Dipohusodo (1999) penjadwalan pengadaan
material harus dikendalikan melalui :
1. pengendalian permintaan kebutuhan,
2. Jadwal penerbitan pesanan pembelian atau lazim disebut order pembelian,
3. Laporan status periodik tentang proses produksi dan pengiriman material,
4. Laporan gudang mengenai pengeluaran dan penerimaan material di lapangan,
5. Laporan dan rekaman mengenai komitmen biaya dan pembelanjaan.
Keseluruhan program pengendalian tersebut dapat dilaksanakan dengan
membuat kurva, bagan, tabel atau laporan tulisan untuk digunakan sebagai bahan
perbandingan antara rencana dan hasil pencapaian aktualnya. Program
25
pengendalian yang dijalankan harus terpadu dengan elemen pekerjaan, sistem
penomoran gambar, kode-kode bangunan, kode tagihan biaya, dan harus dapat
dengan mudah dihubungkan dengan setiap kebutuhan lapangan. Upaya
pengendalian biaya sudah dipermudah jika sebagian besar dari harga material
sudah ditentukan oleh perencana, tetapi masi perlu dilengkapi dengan penetapan
prosedur dan mekanisme pelaksanaan pengadaan dihubungkan dengan program
pengendalian (Dipohusodo, 1999).
3.4.3 Pengendalian Material
Pengendalian biaya pengadaan material berbeda dengan pengendalian biaya
tenaga kerja lapangan dan peralatan konstruksi. Kriteria utamanya adalah
produktivitas yang memerlukan perhatian yang bersinambung oleh pihak
manajemen. Lembaran waktu secara harian dan pelaporan penyimpangan secara
mingguan dapat memberikan dampak yang penting.
Dalam hal material, sumber utama informasi adalah permintaan pembelian
barang, penawaran serta kuotasi, pesanan pembelian dan subkontraksi, dokumen
pengapalan, dokumen penerimaan barang serta faktur. Dalam sebagian besar
kasus, hal ini memberikan suatu umpan balik yang cukup. Biaya sebenarnya dari
material itu sendiri untuk sebagian besar telah ditentukan lebih dahulu oleh pihak
perancang. Sudah barang tentu pihak pemborong dapat dan seharusnya berusaha
untuk memberi barang dengan karakteristik harga yang sebaik mungkin dalam
jangkauan spesifikasinya.
Thoengsal (2014) mengatakan bahwa ada 3 hal penting untuk pengendalian
biaya material pada proyek yang berskala besar adalah :
1. Prosedur permintaan pembelian barang (spesifikasi untuk pengapalan,
pengemasan, penyerahan barang, dan lain-lain).
2. Meminimumkan penanganan-ulang dan kekurangan barang.
3. Prosedur persediaan dan kebijaksanaannya.
Ketiga hal ini berhubungan erat dan untuk sebagian besar dapat menjadi
solusi permasalahan mengenai pengaturan waktu dari berbagai langkah dalam
proses pembelian barang. Sepanjang setiap hal itu berjalan dengan lancar serta
barang-barang tiba tepat pada waktu yang telah ditetapkan dan juga dalam kondisi
26
yang baik, maka biaya pembelian sebenarnya tidak merupakan permasalahan yang
menonjol dalam pengendalian penyelenggaraan tugas pada proyek. Sebenarnya
justru dalam dampak yang tidak langsung itulah proses pembelian itu dapat
menyebabkan suatu permasalahan yang sangat merisaukan pada tahap
pelaksanaan pekerjaan. Suatu pembanding antara penerimaan sebenarnya dengan
kuantitas yang dicantumkan dalam faktur merupakan suatu hal yang penting
dalam pengendalian proyek.
3.4.4 Definisi Sisa Material
Menurut Yahya & Boussabaine (2004), sisa material merupakan bahan-
bahan dari lokasi konstruksi yang tidak dapat digunakan untuk tujuan konstruksi
dan harus dibuang karena alasan apapun. Sisa material dapat didefinisikan sebagai
bahan dengan jumlah besar dari proses konstruksi yang tidak bisa digunakan
sehingga menimbulkan dampak negatif pada lingkungan sekitar. Sisa material
konstruksi dihasilkan dalam setiap proyek pembangunan maupun proyek
pembongkaran (construction and demolition).
Firmawan (2006) bahwa selain pengangkutan, penyimpanan ataupun dalam
proses penggunaan material, indikator yang paling berpengaruh terhadap
penyebab terjadinya penyimpangan biaya material adalah proses pembelian.
Kofoworola dan Gheewala (2008) menyatakan bahwa sisa material pembangunan
dan pembongkaran adalah sisa material yang dihasilkan selama proses konstruksi,
renovasi dan pembongkaran bangunan.
Fatta (2003) menyatakan bahwa sisa material konstruksi dihasilkan dari
berbagai kegiatan seperti membersihkan lokasi proyek dan pembangunan
infrastruktur. HH. Lau & A.Whyte (2007) mengatakan bahwa industri konstruksi
sudah dianggap sebagai salah satu kontributor utama dari dampak negatif terhadap
lingkungan, hal ini berarti industri konstruksi memiliki jumlah sisa material yang
tinggi yang dihasilkan dari pembangunan, renovasi, pembongkaran serta kegiatan
yang terkait dengan industri konstruksi.
3.4.5 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Sisa Material
Dalam tahap pelaksanaan, penggunaan material merupakan unsur sumber
daya yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan perencanaan suatu proyek
27
konstruksi. Akan tetapi beda halnya jika dilihat pada kenyataan di lapangan
dimana penggunaan material sering dialokasikan secara tidak optimal dan efisien.
Hal ini akan berdampak terhadap banyaknya sisa material yang terbuang dengan
sia-sia sehingga menyebabkan penyimpangan anggaran material rencana dengan
kondisi aktualnya. Kondisi demikian yang sering disebut dengan istilah sisa
material (Thoengsal, 2014).
Dalam beberapa kasus yang sering ditemukan dilapangan, banyak
kontraktor yang dalam pelaksanaannya tidak memperhitungkan penggunaan
material secara optimal dan efisien sehingga sering menimbulkan sisa material
yang jumlahnya dapa mempengaruhi rencana anggaran material. Selain itu, bagi
sebagian orang hal ini merupakan kesempatan dalam memanfaatkan sisa material
yang memiliki nilai ekonomis. Secara umum sisa material yang sering dijumpai
yaitu berupa sisa potongan besi, bekisting kayu, acian, plesteran, cat paku, kawat
serta material lain yang memiliki potensi menimbulkan sisa dalam
pelaksanaannya (Thoengsal, 2014).
Thoengsal (2014) mengatakan ada beberapa faktor yang secara umum dapat
menimbulkan terjadinya sisa material, antara lain:
1. Proses pengiriman material. Kondisi ini memungkinkan terjadinya sisa
material jika terdapat kesalahan dalam menyusun material saat pengiriman.
Selain itu, kondisi perjalanan yang tidak mendukung seperti kerusakan jalan
sehingga merusak kondisi material saat pengiriman serta proses
pembongkaran material yang tidak benar.
28
Gambar 3.7 Pengiriman Material
(Sumber : deddyexpedisi.blogspot.co.id)
Dapat dilihat gambar 3.7, pada proses pengiriman material sangat penting
untuk diperhatikan saat packing agar material tidak terjatuh dalam kondisi
perjalanan ke proyek, karena hal ini dapat menjadi salah satu penyebab
material tidak akan digunakan dan terbuang dengan sia-sia.
2. Adanya perubahan desain (redesign). Pada kondisi ini, perubahan yang
dilakukan oleh perencana terhadap desain awal pada saat sedang desain
tersebut sedang dikerjakan. Sehingga secara langsung dapat menimbulkan
sisa material yang terbuang secara sia-sia dari pekerjaan yang telah
dikerjakan.
3. Adanya perubahan pekerjaan oleh owner (change order). Pada kondisi ini
mirip dengan perubahan desain tetapi pihak yaang melakukan perubahan
yaitu si pemilik proyek (owner) yang tentunya dapat menimbulkan
terjadinya sisa material yang telah dikerjakan. Karena umumnya proses
perubahan desain oleh owner (change order) terjadi pada saat pekerjaan
dikerjakan atau setelah pekerjaan selesai dikerjakan, jadi secara tidak
langsung akan menimbulkan sisa material.
4. Adanya pekerjaan yang diulang (rework). Kondisi ini terjadi pada pihak
pelaksana yang memiliki skill yang kurang maupun komunikasi yang
kurang dari pekerja atau pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
29
sehingga mengakibatkan pekerjaan terjadinya pekerjaan yang berulang-
ulang.
5. Kualitas material. Kualitas material sangat berpengaruh dalam proses
pelaksanaan, karena jika material memiliki kualitas yang kurang maka akan
mempengaruhi proses pelaksanaan dan dapat mengakibatkan adanya sisa
material yang tidak terpakai.
6. Keahlian/keterampilan SDM (skill). Faktor ini berperan penting terhadap
adanya sisa material dalam pelaksanaan, karena jika pekerja tidak memiliki
keahlian maka sering ditemukan penggunaan material yang tidak efisien.
Selain itu, peran pelaksana/kontraktor juga berpengaruh terhadap banyaknya
sisa material yang ditimbulkan, jika sistem manajemen pengawasan
dilakukan dengan baik maka akan dapat meminimalisir terjadinya sisa
material konstruksi.
7. Cara penyimpanan material di lokasi proyek. Cara penyimpanan
berpengaruh dalam munculnya sisa material. Jika cara penyimpanan
material tidak benar maka akan menimbulkan kerusakan material yang
menyebabkan adanya material yang tidak bisa digunakan untuk pekerjaan
konstruksi.
Gambar 3.8 Penyimpanan Material
(Sumber : www.cvaristonkupang.com)
30
Pada gambar 3.8 diatas terlihat bahwa penyimpanan material harus tertata
rapi agar mudah tidak terdapat material yang terbuang sia-sia dan mudah
dalam rekapan petugas gudang material.
8. Pengawasan. Pengawasan merupakan yang penting dalam meminimalisir
terjadinya sisa material konstruksi. Hal ini berarti jika pengawas dilakukan
dengan tidak optimal maka akan terjadi penyimpangan terhadap
pelaksanaan item pekerjaan sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya
sisa material konstruksi.
9. Metode kerja. Faktor ini dipengaruhi oleh tingkat keahlian dan keterampilan
pengunaan SDM dalam pelaksanaannya. Metode kerja yang salah akan
berakibat pada munculnya pekerjaan yang tidak sempurna sehingga
terjadinya pembongkaran dan pengulangan kerja. Hal ini yang dapat
mengakibatkan timbulnya sisa material konstruksi.
10. Miss Communication. Komunikasi merupakan hal yang penting dalam
pekerjaan konstruksi, karena dibutuhkan proses instruksi atau pengarahan
kepada pekerja sehingga dapat meminimalisir terjadinya kesalahan dalam
pekerjaan konstruksi. Oleh karena itu, salah satu faktor penentu
keberhasilan proyek yaitu cara komunikasi yang baik dimana komunikasi
harus jelas dan tidak disalah artikan oleh pihak penerima arahan atau
pekerja. Miss Communication dalam aktivitas konstruksi hampir sering
terjadi baik yang berdampak kecil maupun besar dan tentunya akan
mengakibatkan kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan
sehingga berpotensi menimbulkan pekerjaan rework yang berakibat pada
penurunan efisiensi penggunaan material.
11. Informasi kurang jelas. Dalam proses komunikasi terdapat informasi yang
disampaikan pihak atasan kepada para bawahannya, Informasi dalam
proyek konstruksi bisa berasal dari pihak pemilik proyek seperti gambaran
lokasi kerja, dari pihak konsultan berupa informasi gambar-gambar
perencanaan, dari pihak supplier berupa informasi spesifikasi material dan
jika informasi-informasi tersebut disampaikan secara kurang jelas atau salah
maka pihak pelaksana dalam hal ini kontraktor akan melakukan pekerjaan
31
yang menyimpang yang tentunya akan mengakibatkan pekerjaan
berulang/rework sehingga berpotensi menimbulkan sisa material kontruksi.
12. Kondisi lapangan. Kondisi lapangan juga berpengaruh terhadap timbulnya
sisa material konstruksi. Hal ini berarti bahwa jika suatu lokasi
mengakibatkan adanya kerusakan terhadap pekerjaan yang sudah dikerjakan
maka mengakibatkan timbulnya sisa material konstruksi.
13. Kesalahan estimasi volume pekerjaan. Seorang estimator harus teliti dalam
perhitungan volume item pekerjaan yang akan dilaksanakan, karena jika
terdapat kesalahan dalam perhitungan maka akan berdampak pada
timbulnya sisa material yang tidak efisien.
Dari faktor-faktor diatas maka semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
suatu proyek konstruksi terutama pada pihak pelaksana/kontraktor harus memiliki
pemahaman dalam pengelolaan penggunaan material dalam pelaksanaan, karena
secara tidak langsung terkait terhadap anggaran material yang sudah direncanakan
serta hal ini dapat meminimalisir terjadinya pemborosan.
32
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini dirancang untuk menjawab permasalahan yang telah
dirumuskan dan tujuan yang ingin dicapai. Penelitian ini merupakan metode
penelitian survei yaitu metode pengumpulan data primer yang menggunakan
instrumen yaitu kuisioner yang memiliki ruang lingkup di pekerjaan struktur pada
proyek konstruksi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan cara yang
sistematis dalam melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi
serta hasil dari analisis.
4.2. SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian ini adalah para pelaksana, logistik, gudang serta orang-
orang yang berhubungan dengan penggunaan material pada pekerjaan struktur,
sedangkan objek yang akan diteliti adalah analisis sistem pengendalian sisa
material pada pekerjaan struktur.
4.3. DATA PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder,
dengan metode pengumpulan data kuisioner maupun data yang diperoleh oleh
instansi yang terkait dengan material pada proyek konstruksi. Data yang
dikumpulkan ada dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari survei lapangan dengan
responden yang berhubungan dengan penggunaan material pada proyek
konstruksi. Data primer diperlukan untuk mendapatkan keterangan yang
berupa persepsi responden yang berkaitan dengan variabel yang ada di dalam
penelitian ini. Data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner.
33
2. Data Sekunder
Data sekunder pada penelitian ini adalah data pendukung yang berupa data
pembelian material dari pelaksana konstruksi, dari website yang terkait, serta
dari buku-buku yang berhubungan dengan sisa material yang digunakan
sebagai bahan untuk melengkapi informasi pada penelitian ini.
4.3.1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan menyebarkan
kuisioner kepada kontraktor – kontraktor yang ditujukan langsung ke bagian
pelaksana, logistik serta gudang untuk mendapatkan informasi tentang persentase
sisa material yang ada di proyeknya masing-masing. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan statistik non-parametrik, yaitu statistik bebas sebaran (tidak
mensyaratkan bentuk sebaran parameter populasi, baik normal atau tidak). Selain
itu, statistik non-parametrik biasanya menggunakan skala pengukuran sosial,
yakni nominal dan ordinal yang umumnya tidak berdistribusi normal.
Kuisioner dalam penelitian ini disusun berdasarkan pada kejadian di
lapangan yang berhubungan dengan sisa material, selain itu akan ada beberapa
pertanyaan tentang penyebab serta solusi / tindakan pencegahan tentang
bagaimana cara meminimalisir terjadinya sisa material. Penilaian responden
menggunakan kuisioner dengan kategori jawaban persentase, serta pilihan tingkat
sering atau tidak suatu kejadian.
Penyebaran daftar pertanyaan atau kuisioner dilakukan dengan mendatangi
langsung atau mengirim berkas lewat pos di beberapa proyek konstruksi di
Indonesia. Setelah kuisioner disebar, maka didapatkan 40 responden yang berada
di 3 (tiga) wilayah dengan jenis proyek gedung berlantai banyak yaitu
Yogyakarta, Jakarta dan Bali. Untuk wilayah Yogyakarta, peneliti langsung
mendatangi responden dan menjelaskan tujuan dari kuisioner, sedangkan untuk
yang di luar Yogyakarta responden hanya mengirim berkas via email.
4.3.2. Daftar Pertanyaan (Kuisioner)
Data untuk mengukur berapa persentase material sisa yang ada di suatu
proyek konstruksi dari tinjauan daftar pertanyaan (kuisioner). Kumpulan dari hasil
data-data tersebut dibandingkan dan dicocokkan dengan penelitian sebelumnya,
34
ini dapat berakibat keabsahan (validity) yang lebih besar serta pengumpulan data
menjadi efektif. Penemuan-penemuan dalam penelitian ini penting, karena
merupakan sarana untuk memeriksa kebenaran atau mengetahui penyimpangan
dari dasar teori dan dapat diperoleh pengetahuan kumulatif untuk lebih
memperhatikan masalah-masalah yang berkaitan dengan sisa material pada
proyek konstruksi.
Dalam mempersiapkan pertanyaan kuisioner, isinya diambil dari landasan
teori dan beberapa yang berdasar pada penelitian sebelumnya yang telah
dijelaskan dalam BAB III. Pada kuisioner yang akan disebarkan terdiri dari 4
(empat) bagian, yaitu :
1. Kuisioner bagian I : Bagian umum yang berisi tentang kata pengantar, profil
data umum responden serta data umum proyek yang sedang dikerjakan.
2. Kuisioner Bagian II : Bagian ini berisi tentang berapa persentase sisa masing –
masing material pada pekerjaan struktur.
3. Kuisioner Bagian III : Bagian ini berisi tentang tingkat frekuensi kejadian
penyebab adanya sisa material.
4. Kuisioner Bagian IV : Bagian ini berisi tentang tingkat solusi – solusi yang
diberikan sebagai tindakan pencegahan dari adanya sisa material.
4.3.3. Responden
Pada penelitian ini ada beberapa syarat individu yang dapat dijadikan sebagai
responden, dimana syarat ini akan berpengaruh pada hasil penelitian. Adapun
beberapa syarat yang dijadikan sebagai responden yaitu orang-orang yang
berhubungan dengan penggunaan material pada pekerjaan struktur seperti
pelaksana, cost control engineer, logistik serta gudang. Setelah kuisioner disebar,
maka didapatkan 40 responden dengan control engineer sebanyak 4 (empat)
orang, pelaksana/supervisor sebanyak 18 orang, bas borong sebanyak 1 (satu)
orang, logistik sebanyak 7 orang, gudang sebanyak 3 (tiga) orang, pengawas 1
(satu) orang, site manager 4 (empat) orang, dan direktur sebanyak 2 (dua) orang.
4.3.4. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas kuisioner diperlukan untuk memastikan bahwa
kuisioner yang digunakan dalam penelitian mampu mengukur variabel penelitian
35
dengan baik. Suatu instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang diinginkan dan mengungkapkan data dari variable yang diteliti secara tepat.
menyatakan bahwa validitas menunjukan sejauh mana alat ukur itu mampu
mengukur apa yang ingin diukur (Singarimbun dan Effendi, 1997). Dengan
pengujian statistik Alpha Cronbach‟s, instrumen dikatakan reliabel untuk
mengukur variabel bila memiliki nilai alpha lebih besar dari 0,60. Melihat
nilai Alpha Cronbach‟s dan masing-masing variabel, menurut Ghozali (2002).
Tingkat reliabilitas pada umumnya dapat diterima pada nilai sebesar 0,60. Test
yang reliabilitasnya di bawah 0,60 dianggap tidak reliable (Kountur, 2003).
Ada beberapa software yang biasa digunakan untuk menguji validitas dan
reliabilitas suatu kuisioner. Software tersebut antara lain SPSS dan Excel. Pada
penelitian ini akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui
apakah layak atau tidaknya variabel penelitian yang digunakan dalam kuisioner.
Software yang digunakan untuk uji validitas dan reliabilitas menggunakan SPSS
dengan uji Konkordansi Kendall W.
4.4. ANALISIS DATA
Untuk mengetahui hasil setiap penelitian, maka harus diadakan analisis
terhadap data yang telah diperoleh melalui kuisioner yang telah terkumpul. Untuk
memilih uji statistik yang akan digunakan dalam menganalisa data, maka tipe data
mempunyai peranan yang penting. Jenis data akan menentukan jenis uji statistik
yang digunakan. Dalam statistik, data merupakan karakteristik, simbol atau angka
dari sebuah variabel yang diukur.
Data yang diambil dalam penelitian ini berupa kuisioner maka masuk
kedalam tipe data diskrit dan kontinue. Data diskrit yaitu data yang sifatnya
terputus-putus, nilainya bukan merupakan pecahan (angka utuh). Data kontinue
yaitu data yang didapat dari hasil pengukuran. Dalam penelitian ini dilakukan
analisis menggunakan software SPSS dan Excel untuk mengubah data kuisioner
menjadi data kontinue. Data hasil pengukuran diperoleh dari tes, kuisioner
ataupun alat ukur lain yang sudah terstandar misal timbangan, ataupun skala
psikologis yang lain. Data didapatkan dari perhitungan dan pengukuran.
36
Pengukuran adalah penggunaan aturan untuk menetapkan bilangan pada ojek atau
peristiwa. Dengan kata lain, pengukuran memberikan nilai-nilai variabel dengan
notasi bilangan. Aturan penggunaan notasi bilangan dalam pengukuran disebut
skala atau tingkat pengukuran (Scales of measurement).
4.5. PEMBAHASAN
Hasil analisis selanjutnya akan dibahas untuk menjawab dari tujuan
penelitian, sehingga dapat diketahui sisa material yang besar pada pekerjaan
struktur, faktor penyebab kejadian yang paling tinggi, serta tindakan pencegahan
yang paling sering dilakukan.
4.6. TAHAPAN PENELITIAN
Tahapan penelitian adalah langkah – langkah yang akan dilakukan di
lapangan untuk dapat melaksanakan penelitian yang telah direncakana. Langkah –
langkah yang ditempuh dalam melaksanakan penelitian adalah sebagai berikut.
1. Mulai
2. Rumusan masalah dan tujuan penelitian
Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu material konstruksi apa yang
memiliki sisa material yang paling besar dan mengapa; apa faktor penyebab
utama terjadinya sisa material konstruksi dan mengapa; serta bagaimana
solusi efektif untuk mengatasi sisa material konstruksi yang terjadi.
Sedangkan untuk tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui 3 (tiga)
rumusan masalah tersebut.
3. Studi pustaka
Kajian pustaka pada penelitian ini berhubungan dengan sistem manajemen
proyek dan sisa material.
4. Metode penelitian
Metode pada penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuisioner
kepada kontraktor-kontraktor yang ditujukan langsung ke bagian pelaksana,
logistik serta gudang untuk mendapatkan informasi tentang sisa material
37
yang ada di proyeknya masing-masing, pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan statistik non-parametrik.
5. Menyusun kuisioner
Kuisioner dalam penelitian ini disusun berdasarkan pada kejadian di
lapangan yang berhubungan dengan sisa material, selain itu akan ada
beberapa pertanyaan tentang penyebab serta solusi / tindakan pencegahan
tentang bagaimana cara meminimalisir terjadinya sisa material. Penilaian
responden menggunakan kuisioner dengan kategori jawaban persentase,
serta pilihan tingkat sering atau tidak suatu kejadian.
6. Uji validitas dan reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas kuisioner diperlukan untuk memastikan bahwa
kuisioner yang digunakan dalam penelitian mampu mengukur variabel
penelitian dengan baik. Ada beberapa software yang biasa digunakan untuk
menguji validitas dan reliabilitas suatu kuisioner. Pada penelitian ini
digunakan software SPSS dan excel.
7. Pengumpulan data
Pada penelitian ini data didapatkan dengan cara kuisioner
tertutup/berstruktur yang akan dibagikan kepada responden yang terkait
langsung dengan penggunaan material seperti pelaksana, bagian logistik dan
gudang. Dimana jawaban responden pada kuisioner didasarkan pada
pengalaman responden dalam bentuk sebuah bilangan perkiraan.
8. Analisis data
Ada beberapa langkah yang dilakukan untuk menganalisis data pada
penelitian ini, yaitu : deskripsi data yang terdapat pada bagian I kuisioner,
melakukan perbandingan dan keselarasan data dengan uji konkordansi
kendall, serta penjelasan korelasi antara persentase sisa material pekerjaan
struktur dan tindakan pencegahannya dengan uji spearman.
9. Pembahasan
Pada penelitian ini dilakukan pembahasan mengenai korelasi antara
persentase sisa material pekerjaan struktur dan tindakan pencegahannya,
material konstruksi yang memiliki sisa material yang paling besar, faktor
38
utama serta tindakan pencegahan yang efektif dilakukan agar dapat
meminimalisir adanya sisa material.
10. Kesimpulan dan saran
Setelah dilakukan pembahasan yang terkait dengan tujuan penelitian, maka
akan dapat ditarik kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah
dilakukan.
11. Selesai
4.7. BAGAN ALIR PENELITIAN
Studi Pustaka
MULAI
Pengumpulan Data
Kuisioner tertutup/ berstruktur
(structured questionnaire)
Metode Penelitian
Pemilihan responden dengan
menggunakan Teknik random
sampling dengan metode statistic
non parametric
Menyusun Kuisioner
Analisis Data
1. Persentase sisa material pada pekerjaan struktur
2. Faktor-faktor penyebab kejadian adanya sisa material
3. Solusi agar dapat meminimalisir terjadinya sisa material
Rumusan Masalah
Dan Tujuan Penelitian
Uji Validitas dan
Reliabilitas
40
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1. DESKRIPSI DATA
Deskripsi data penelitian bertujuan untuk menyajikan dan menganalisis data
tentang pengaruh sistem pengendalian sisa material pekerjaan struktur pada
proyek konstruksi. Data statistik yang terkumpul terdiri atas data nominal dan data
ordinal, dimana data ini berupa data statistik non parametrik. Ada beberapa data
deskriptif yang terdapat di kuisioner ini seperti nama responden, umur responden,
Alamat responden, jenis proyek yang sedang dikerjakan responden, pendidikan
terakhir responden, posisi jabatan responden, pengalaman kerja responden, jumlah
proyek yang sudah dikerjakan responden, serta alasan responden terkait penting
atau tidaknya meminimalisasi sisa material dalam pekerjaan konstruksi.
1. Umur responden
Dapat dilihat tabel di bawah persentase untuk umur responden yang berkisar
20 s/d 30 tahun sebanyak 51%, sedangkan sisanya masing-masing sebanyak
24% umur responden berkisar 31 s/d 40 dan > 40 tahun.
Tabel 5.1 Rekap Umur Responden
No. Jumlah
Responden
Umur
(tahun) Persentase
1 21 (20 s/d 30) 53%
2 10 (31 s/d 40 ) 25%
3 9 (>40) 23%
Total 40 100%
2. Rekapan Pendidikan Terakhir Responden
Untuk Pendidikan terakhir responden, rata-rata memiliki pendidikan S1
sebanyak 60%, pendidikan SMA/Sederajat sebanyak 33%, dan sisanya
untuk SD, SMP dan D3 masing-masing memiliki persentase hanya 3% saja.
41
Hasil dari rekapan tersebut dapat dilihat pada tabel 5.2 dibawah ini :
Tabel 5.2 Rekap Pendidikan Terakhir Responden
No. Jumlah
Responden Pendidikan Terakhir Persentase
1 1 (SD / Sederajat) 3%
2 1 (SMP / Sederajat) 3%
3 13 (SMA / Sederajat) 33%
4 1 ( D3) 3%
5 24 (S1) 60%
Total 40 100%
3. Rekapan Jabatan Pekerjaan Responden
Jabatan pekerjaan responden sangat berpengaruh terhadap hasil dari
kuisioner ini, karena penelitian ini berkaitan dengan sisa material dimana
yang lebih menguasai tentang hal ini adalah pelaksana, logistik dan gudang.
Dapat dilihat tabel 5.3 dibawah bahwasanya sebanyak 45% responden yang
memiliki jabatan sebagai pelaksana/supervisor, 18% responden yang
memiliki jabatan sebagai logistik, dan 8% responden yang memiliki jabatan
sebagai gudang. selain itu ada pula yang memiliki jabatan sebagai control
engineer, bas borong, pengawas, site manager, dan direktur. Dari persentase
tersebut, maka hasil rekapan responden memiliki kualitas yang tinggi karena
rata-rata responden memiliki jabatan yang sesuai dengan isi dari kuisioner
tersebut.
Tabel 5.3 Rekap Jabatan Pekerjaan Responden
No. Jumlah
Responden Jabatan Persentase
1 4 Control Engineer 10%
2 18 Pelaksana/Supervisor 45%
3 1 Bas Borong 3%
4 7 Logistik 18%
5 3 gudang 8%
6 1 Pengawas 3%
7 4 Site Manager 10%
42
Lanjutan Tabel 5.3 Rekap Jabatan Pekerjaan Responden
No. Jumlah
Responden Jabatan Persentase
8 2 Direktur 5%
Total 40 100%
4. Pengalaman Kerja Responden
Jika dilihat pada tabel 5.4 dibawah bahwasanya sebanyak 21 responden
memiliki pengalaman kerja yang masih dibawah 5 tahun dengan persentase
53%, sedangkan untuk responden yang memiliki pengalaman kerja 5 s/d 10
dan 10 s/d 15 tahun masing-masing ada 8 orang dengan persentase 20%,
tidak ada responden yang memiliki pengalaman kerja 15 s/d 20 tahun, serta
untuk responden yang memiliki pengalaman kerja lebih dari 20 tahun ada
sebanyak 3 orang dengan persentase 8%.
Tabel 5.4 Rekap Pengalaman Kerja Responden
No. Jumlah
Responden
Pengalaman
kerja
(tahun)
Persentase
1 21 ( < 5) 53%
2 8 (5 s/d 10) 20%
3 8 (10 s/d 15) 20%
4 0 (15 s/d 20) 0%
5 3 ( > 20) 8%
Total 40 100%
5. Jumlah Proyek yang sudah dikerjakan Responden
Semakin banyak proyek yang sudah dikerjakan responden maka semakin
banyak pula pengalaman dan ilmu lapangan yang responden dapatkan.
Dapat dilihat di tabel 5.5 dibawah bahwa ada 22 responden dengan jumlah
proyek yang sudah dikerjakan masih dibawah 5 proyek dengan persentase
55%, untuk jumlah 5 s/d 10 proyek ada 8 responden dengan persentase
20%, untuk jumlah proyek 10 s/d 15 ada 5 responden dengan persentase
13%, untuk jumlah proyek 15 s/d 20 hanya 1 responden saja dengan
43
persentase 3%, dan untuk jumlah proyek yang lebih dari 20 ada 4 responden
dengan persentase 10%.
Tabel 5.5 Rekap Jumlah Proyek yang sudah dikerjakan Responden
No. Jumlah
Responden
Jumlah proyek
yang sudah
dikerjakan
Persentase
1 22 ( < 5) 55%
2 8 (5 s/d 10) 20%
3 5 (10 s/d 15) 13%
4 1 (15 s/d 20) 3%
5 4 ( > 20) 10%
Total 40 100%
6. Perusahaan Kontraktor Responden
Pada penelitian ini, ada 4 (empat) perusahaan kontraktor tempat bekerja
responden saat ini, yaitu :
a. Swakelola Proyek Pembangunan Rumah Sakit UII (Proyek Yogyakarta)
b. PT. Agung Podomoro Group (Proyek Jakarta)
c. PT. Cape East Indonesia (Proyek Jakarta)
d. PT. Totalindo Eka Persada (Proyek Bali)
5.2. PERBANDINGAN DAN KESELARASAN DATA DENGAN UJI
KONKORDANSI KENDALL
Uji konkordansi Kendall bertujuan untuk mengetahui hasil penilaian
sekelompok responden terhadap sekelompok objek atau variabel yang dapat
digunakan untuk menilai keselarasan data dari sekelompok responden tersebut.
Selain itu dapat dilihat juga perbandingan ranking dari setiap variabel yang dinilai
oleh sekelompok responden.
5.2.1. Sisa Material Pekerjaan Struktur
Ada beberapa pekerjaan yang terdapat pada pekerjaan struktur, seperti
pekerjaan bekisting, pembesian dan pengecoran, dimana masing-masing
pekerjaan memiliki material yang berbeda-beda sesuai dengan fungsinya. Pada
pekerjaan bekisting terdapat 3 jenis material yaitu kayu, triplek dan paku. Adapun
44
untuk pekerjaan pembesian terdapat 2 jenis material yaitu besi beton dan kawat
bendrat. Pekerjaan pengecoran memiliki 4 jenis material yaitu beton ready mix,
semen, pasir, dan split. Hasil rekapan sisa material pada pekerjaan struktur dapat
dilihat ada tabel 5.6 dibawah ini.
Tabel 5.6 Rekap Persentase Sisa Material Pekerjaan Struktur
No Pekerjaan
Struktur
Jenis
Material satuan N Median Mean
Std
Deviasi
Mean
Rank Rank
1. Bekisting - Kayu /Batang 40 5% 6% 0,058 6,06 3
- Triplek /Lembar 40 5% 7% 0,082 6,94 1
- Paku /Kg 40 4% 6% 0,081 5,20 2
2. Pembesian - Besi
beton /Batang 40 4% 5% 0,033 6,36 4
- Kawat
bendrat /Roll 40 2% 4% 0,042 5,06 5
3. Pengecoran
- Beton
ready
mix
/Mixer 40 3% 4% 0,035 4,85 6
- Semen /Sak 40 2% 2% 0,027 3,55 8
- Pasir /Rit 40 2% 3% 0,031 3,69 7
- Split /Rit 40 2% 2% 0,024 3,29 9
Dari sembilan material pada pekerjaan struktur tersebut, responden menilai
bahwa triplek memiliki tingkat persentase sisa material yang paling tinggi, selain
itu paku juga memiliki tingkat persentase sisa material yang tertinggi kedua
setelah triplek, kedua material termasuk dalam pekerjaan bekisting. Sedangkan
Split memiliki tingkat persentase sisa material yang paling rendah, dimana split
termasuk material dalam pekerjaan pengecoran.
Walaupun jumlah sampel ditambah, ranking atau peringkat tersebut
dianggap tetap dan tidak berubah karena pada penelitian ini menggunakan uji
Kendall‟s W untuk menunjukkan bahwa signifikansinya bernilai 0,000 yang
berarti urutan tersebut tidak akan berubah secara signifikan. Hasil uji tersebut
dapat dilihat pada tabel 5.7 dibawah.
45
Tabel 5.7 Hasil uji Kendall‟s W Coefficient of Concordance terhadap persentase
sisa material pekerjaan struktur
No. Keterangan Nilai
1 N 40
2 Kendall's Wa ,284
3 Chi-Square 90,801
4 df 8
5 Asymp. Sig. ,000
5.2.2. Kejadian Penyebab Sisa Material Pekerjaan Struktur
Ada banyak hal yang menyebabkan tingkat persentase sisa material tersebut
tinggi, kejadian penyebab itu tidak terlepas dengan material apa yang digunakan,
semakin tinggi kejadian penyebabnya maka semakin tinggi pula tingkat
persentase sisa material tersebut, sebaliknya semakin rendah atau jarang kejadian
penyebabnya maka semakin rendah pula tingkat persentase sisa material. Berikut
ada beberapa kejadian penyebab yang peneliti masukkan dalam kuisioner, beserta
hasil rekapan kejadian penyebab sisa material pekerjaan struktur yang dapat
dilihat pada tabel 5.8 dibawah.
Tabel 5.8 Rekap Kejadian Penyebab Sisa Material Pekerjaan Struktur
No Kejadian Penyebab
sisa material Median Mean
Std
Deviasi Ranking
Mean
Rank N
1 Sisa pemotongan tidak
dapat digunakan lagi 3 2,85 1,145 3 11,4125 40
2 Metode pemasangan
yang kurang tepat 2 2,30 0,911 14 8,625 40
3 Metode pembongkaran
yang kurang tepat 2,5 2,85 1,167 3 11,025 40
4 Menggunakan material
dengan kualitas rendah 2 2,63 1,125 6 9,6625 40
5 Kesalahan yang
dilakukan pekerja 3 2,83 1,010 5 11,1875 40
6 Pengawasan yang
kurang intensif 2 2,45 0,986 7 9,05 40
7
Tidak merencanakan
penggunaan material
dengan baik
2 2,35 0,975 11 8,725 40
8 Material terbuang 2 2,33 1,095 13 9,0625 40
46
Lanjutan Tabel 5.8 Rekap Kejadian Penyebab Sisa Material Pekerjaan Struktur
No Kejadian Penyebab
sisa material Median Mean
Std
Deviasi Ranking
Mean
Rank N
9 Pekerja tidak terampil 2 2,35 0,662 11 8,775 40
10
Material berkarat
akibat terlalu lama
disimpan
2 2,43 1,059 8 9,1875 40
11 Penyimpanan material
yang tidak benar 2 2,18 0,958 17 7,9125 40
12
Membuang atau
melempar material
secara sengaja atau
tidak
2 2,28 0,987 15 8,4 40
13 Perubahan desain 3 3,03 1,143 1 12,0375 40
14 Pemesanan yang tidak
sesuai spesifikasi 2 2,05 0,714 18 7,6 40
15 Kesalahan estimasi 2 2,23 0,800 16 8,4125 40
16 Bentuk bangunan yang
rumit 3 2,93 0,944 2 11,8875 40
17 Perubahan spesifikasi
material 2 2,38 1,055 10 9,1375 40
18 Pemesanan material
melebihi kebutuhan 2 2,40 1,033 9 8,9 40
Dari delapan belas kejadian penyebab sisa material tersebut, responden
menilai bahwa perubahan desain merupakan kejadian penyebab sisa material
pekerjaan struktur yang paling tinggi, kemudian bentuk bangunan yang rumit juga
merupakan kejadian penyebab yang paling tinggi kedua setelah perubahan desain,
ini berarti bahwasanya jika dalam masa pembangunan terdapat banyak perubahan
desain maka akan sangat berpengaruh terhadap tingginya tingkat persentase sisa
material.
Seperti halnya persentase sisa material, kejadian penyebab juga
menggunakan uji kendall‟s W untuk menunjukkan bahwa hasil responden tersebut
dianggap tetap dan tidak akan berubah secara signifikan jika jumlah sampel
ditambah, setelah dilakukan pengujian, dapat dilihat tabel 5.9 dan diperoleh nilai
47
signifikansinya hanya 0,000 yang berarti hasil responden dianggap tetap dan tidak
akan berubah secara signifikan.
Tabel 5.9 Hasil uji Kendall‟s W Coefficient of Concordance terhadap Kejadian
Penyebab Sisa Material Pekerjaan Struktur
No. Keterangan Nilai
1 N 40
2 Kendall's Wa ,088
3 Chi-Square 60,165
4 df 17
5 Asymp. Sig. ,000
5.2.3. Tindakan Pencegahan Sisa Material Pekerjaan Struktur
Ada beberapa tindakan yang dapat mencegah maupun mengurangi sisa
material pekerjaan struktur, seperti meningkatkan kualitas penyimpanan material,
meningkatkan koordinasi antar personil pelaksana proyek dan lain-lain. Semakin
sering tindakan pencegahan tersebut dilakukan maka semakin rendah pula tingkat
persentase sisa material, sebaliknya semakin jarang tindakan pencegahan tersebut
dilakukan maka semakin tinggi pula tingkat persentase sisa material. Berikut
dapat dilihat pada tabel 5.10 mengenai apa saja tindakan pencegahan yang
dilakukan serta tindakan pencegahan apa yang sering dilakukan menurut
responden.
Tabel 5.10 Tindakan Pencegahan Sisa Material Pekerjaan Struktur
No Tindakan
Pencegahan Mean Median
Std
Deviasi Ranking
Mean
Rank N
1
Meminimalisir
kesalahan dalam
pemotongan material
3,58 4 1,010 12 5,9875 40
2
Melakukan
pengawasan dan
pembimbingan
kepada pekerja
4,08 4 0,829 4 8,4125 40
3 Spesifikasi material
yang baik dan akurat 3,88 4 0,853 9 7,25 40
4
Meningkatkan
koordinasi antara
personil pelaksana
proyek
4,18 4 0,931 3 8,775 40
48
No Tindakan
Pencegahan Mean Median
Std
Deviasi Ranking
Mean
Rank N
5
Merencanakan
pemotongan material
dengan baik
3,95 4 0,846 5 7,725 40
Lanjutan Tabel 5.10 Tindakan Pencegahan Sisa Material Pekerjaan Struktur
No Tindakan
Pencegahan Mean Median
Std
Deviasi Ranking
Mean
Rank N
6
Meningkatkan
kualitas penyimpanan
material
3,83 4 0,984 11 7,1875 40
7
Merencanakan
pemesanan material
sesuai dengan
kebutuhan
4,20 4 0,723 2 9 40
8
Meningkatkan
kesadaran pekerja
dalam penanganan
material
3,95 4 1,061 5 8,175 40
9
Pengecekan secara
berkala kuantitas dan
volume material
secara tepat
3,85 4 1,075 10 7,675 40
10
Membuat
perencanaan dalam
pemasangan material
yang digunakan
3,93 4 0,888 7 7,55 40
11
Meminimalisir
terjadinya perubahan
desain
3,25 3 1,032 14 4,2875 40
12
Pemberian informasi
dan detail gambar
yang jelas
3,93 4 0,944 7 7,5 40
13
Meminimalisir
terjadinya perubahan
spesifikasi material
3,43 4 1,174 13 5,525 40
14 Melakukan
monitoring pekerjaan 4,38 5 0,868 1 9,95 40
Dari empat belas tindakan pencegahan tersebut, responden menilai bahwa
tindakan pencegahan yang efektif agar mengurangi persentase sisa material
pekerjaan struktur yaitu dengan melakukan monitoring pekerjaan, kemudian
tindakan yang efektif lainnya yaitu merencanakan pemesanan material sesuai
49
dengan kebutuhan. Selain itu tindakan pencegahan yang kurang efektif untuk
mengurangi persentasi sisa material pekerjaan struktur yaitu meminimalisir
terjadinya perubahan desain, hal ini sangat jarang dilakukan karena, setiap proyek
tetap ada perubahan desain walaupun sedikit, dan itu akan berpengaruh terhadap
tinggi rendahnya persentase sisa material.
Uji kendall‟s W juga dilakukan pada tindakan pencegahan sisa material
pekerjaan struktur. Dapat dilihat pada tabel 5.11 dibawah, dimana setelah
dilakukan pengujian diperoleh nilai signifikansi 0,000 yang berarti hasil
responden tersebut dianggap tetap dan tidak berubah secara signifikan walaupun
ditambah jumlah sampelnya.
Tabel 5.11 Hasil uji Kendall‟s W Coefficient of Concordance terhadap Tindakan
Pencegahan Sisa Material Pekerjaan Struktur
No. Keterangan Nilai
1 N 40
2 Kendall's Wa ,198
3 Chi-Square 102,835
4 df 13
5 Asymp. Sig. ,000
5.3. KORELASI ANTARA PERSENTASE SISA MATERIAL
PEKERJAAN STRUKTUR DAN TINDAKAN PENCEGAHANNYA
DENGAN UJI SPEARMAN
Pada pekerjaan struktur dibagi menjadi tiga jenis pekerjaan, yaitu pekerjaan
bekisting, pembesian dan pengecoran. Tiga jenis pekerjaan ini memiliki material
yang berbeda-beda sesuai dengan fungsinya. Material tersebut yaitu kayu, paku,
triplek, besi beton, kawat bendrat, beton ready mix, pasir, semen dan split. Tidak
dipungkiri bahwa setiap pekerjaan konstruksi memiliki resiko terdapat sisa
material baik itu banyak maupun sedikit. Oleh karena itu diperlukan tindakan-
tindakan efektif yang dapat mengurangi tingkat persentase sisa material pada
pekerjaan struktur.
Setiap material memiliki tindakan pencegahan yang berbeda satu sama
lainnya, dibutuhkan korelasi atau hubungan antara jenis material dengan tindakan
50
pencegahannya. Uji spearman dapat membantu untuk mencari pendekatan
korelasi antara kedua variabel tersebut. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
korelasi masing-masing jenis material dengan tindakan pencegahannya sehingga
dapat menentukan tindakan yang efektif untuk mengurangi persentase sisa
material pekerjaan struktur. Setelah dilakukan pengujian SPSS menggunakan uji
spearman maka didapat korelasi seperti tabel V dan tabel VI (terlampir).
Tabel V tersebut menunjukan bahwa ada beberapa tindakan pencegahan
yang memiliki korelasi yang tinggi dengan jenis material pekerjaan struktur. Jika
arah korelasi tindakan pencegahan bertolak belakang dengan jenis material maka
tingkat korelasi kedua jenis variabel tersebut sangat efektif, contohnya apabila
tindakan pencegahan semakin tinggi/sering dilakukan maka tingkat persentase
sisa material semakin kecil/rendah. Dari korelasi spearman diatas dapat
disederhanakan dengan tabel 5.13 dibawah.
Tabel 5.13 Rekap Korelasi Jenis Material dan Tindakan Pencegahan
No Tindakan Pencegahan Material yang
dipengaruhi
1 Meminimalisir kesalahan dalam pemotongan material Kayu, triplek dan besi beton
2 Melakukan pengawasan dan pembimbingan kepada
pekerja
Beton ready mix, semen,
pasir dan split
3 Spesifikasi material yang baik dan akurat
Kayu, triplek, paku, besi
beton, kawat bendrat, beton
ready mix, semen, pasir dan
split
4 Meningkatkan koordinasi antara personil pelaksana proyek Kayu, triplek, paku dan
kawat bendrat.
5 Merencanakan pemotongan material dengan baik Kayu, triplek dan besi
beton.
6 Meningkatkan kualitas penyimpanan material Paku, semen dan pasir
7 Merencanakan pemesanan material sesuai dengan
kebutuhan
Kayu, triplek, paku, kawat
bendrat dan beton ready
mix.
8 Meningkatkan kesadaran pekerja dalam penanganan
material Besi beton.
9 Pengecekan secara berkala kuantitas dan volume material
secara tepat Triplek dan paku
10 Meminimalisir terjadinya perubahan desain Besi beton
51
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ada beberapa tindakan pencegahan
yang berpengaruh secara signifikan terhadap material pekerjaan struktur yang
ditinjau. Tindakan pencegahan yang lebih banyak berpengaruh terhadap material
pekerjaan struktur yaitu dengan memilih spesifikasi material yang baik dan
akurat, hal ini berarti bahwa tindakan pencegahan ini sangat penting untuk
dilakukan oleh kontraktor agar dapat meminimalisir timbulnya sisa material pada
pekerjaan struktur konstruksi.
Pada pekerjaan bekisting, tindakan pencegahan yang sering berpengaruh
terhadap material yaitu meminimalisir kesalahan dalam pemotongan material,
spesifikasi material yang baik dan akurat, meningkatkan koordinasi antar personil
pelaksana proyek, merencanakan pemotongan material dengan baik,
merencanakan pemesanan material sesuai dengan kebutuhan serta pengecekan
secara berkala kuantitas dan volume material secara tepat.
Pada pekerjaan pembesian, tindakan pencegahan yang sering berpengaruh
terhadap material yaitu meminimalisir kesalahan dalam pemotongan material,
spesifikasi material yang baik dan akurat, meningkatkan koordinasi antara
personil pelaksana proyek, merencanakan pemotongan material dengan baik,
meningkatkan kualitas penyimpanan material, merencanakan pemesanan material
sesuai dengan kebutuhan, meningkatkan kualitas penyimpanan material,
meningkatkan kesadaran pekerja dalam penanganan material serta meminimalisir
terjadinya perubahan desain.
Pada pekerjaan pengecoran, tindakan pencegahan yang sering berpengaruh
terhadap material yaitu melakukan pengawasan dan pembimbingan kepada
pekerja, memilih spesifikasi material yang baik dan akurat, meningkatkan kualitas
penyimpanan material serta meningkatkan kualitas penyimpanan material.
5.4. PERHITUNGAN SISA MATERIAL DALAM BENTUK RUPIAH
Telah diketahui sebelumnya pada penelitian ini bahwa persentase sisa
material yang paling tinggi adalah triplek yang merupakan salah satu material dari
pekerjaan bekisting. Tetapi pada umumnya, suatu perusahaan kontraktor akan
lebih mementingkan cara yang dapat menghemat anggaran biaya yang akan
52
dikeluarkan. Oleh karena itu, akan dibuat perhitungan sisa material dalam bentuk
biaya.
Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa jika persentase sisa material
dikonversi kedalam bentuk rupiah maka beton ready mix adalah material yang
memiliki rupiah yang paling tinggi seperti pada tabel 5.14 dibawah ini.
Tabel 5.14. Perhitungan Persentase Sisa Material dalam bentuk Rupiah
No. Pekerjaan Jenis
Material
Spesifikasi
Material Harga Satuan
Sisa
Material
Total
Harga Rank
1. Bekisting - Kayu Glugu
(5x7x300) 20.000 Batang
6%
1.200 13
Kruing
(5x7x400) 68.000 Batang 4.080 10
- Triplek
AK merah
(4x8) 12
mm
145.000 Lembar 7% 10.150 7
Film
bening
(4x8) 18
mm
260.000 Lembar 6%
15.600 4
- Paku 2", 3", 4" 8.000 Kg 480 15
2. Pembesian - Besi
beton P8 40.800 Batang
5%
2.040 12
D10 65.000 Batang 3.250 11
D13 109.700 Batang 5.485 9
D16 166.700 Batang 8.335 8
D19 204.100 Batang 10.205 6
- Kawat
bendrat Bendrat 300.000 Roll 4% 12.000 5
3. Pengecoran - Beton
ready mix F'c = 30 5.313.000
Mixer
(7 m3) 4% 212.520 1
- Semen Semen
Bima 41.500 Sak 2% 830 14
- Pasir Merapi 990.000 Rit
(6 m3) 3% 29.700 2
- Split Split 1.350.000 Rit
(6 m3) 2% 27.000 3
Beton ready mix dengan menggunakan F‟c = 30 dengan harga
Rp.759.000/m3, untuk penelitian ini satuan digunakan per mixer yang memiliki
kapasitas 7 m3 diperoleh total Rp. 5.313.000. Persentase sisa material beton ready
mix adalah sebesar 4%, maka diperoleh sisa material dalam rupiah sebesar
Rp.212.250/m3. Sedangkan paku merupakan material yang memiliki rupiah yang
paling rendah jika dikonversi kedalam bentuk rupiah. Paku dengan menggunakan
spesifikasi 2”, 3” dan 4” dengan harga Rp. 8.000/Kg. Persentase sisa material
53
paku adalah sebesar 6%, maka diperoleh sisa material dalam rupiah sebesar Rp.
480/Kg.
Dari hasil perhitungan sisa material yang dikonversi kedalam bentuk rupiah,
diketahui bahwa terjadinya pemborosan pada material yang memiliki persentase
sisa material tertinggi belum tentu memiliki pemborosan yang tertinggi juga,
karena hal itu akan dipengaruhi juga dari besarnya harga satuan material tersebut.
5.5. PEMBAHASAN
Beberapa masalah yang terkait dengan pengelolaan sisa material dalam
pembangunan dan pembongkaran suatu proses konstruksi yaitu : dana yang tidak
mencukupi untuk pengelolaan sisa material padat kota/ Municipal Solid Waste
(MSW) dan metode yang tidak tepat digunakan untuk pengumpulan; kurangnya
rencana efektif untuk mendirikan peralatan dan fasilitas pembuangan di wilayah
persawahan; kurangnya pedoman dan arahan untuk mengatur program
pengelolaan pembongkaran, pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan,
pengendalian dan pemantauan dan pembuangan; personil yang kurang terampil
dalam melaksanakan program manajemen yang efektif (khusus untuk
pengumpulan dan pembuangan); tidak ada rencana untuk daur ulang sampah;
kurangnya peraturan yang efisien; partisipasi non-publik; dan kurangnya
pemenuhan hukum pemerintah. (Asgari, A. dkk, 2017).
Pada suatu pekerjaan konstruksi, dapat dikatakan bahwa ada harga ada
kualitas, hal ini juga berlaku dalam penanganan sisa material konstruksi. Hal ini
berarti jika ingin meminimalisir terjadinya sisa material, maka pihak kontraktor
harus mengeluarkan biaya khusus untuk penanganan sisa material konstruksi
tersebut. Dapat dikatakan bahwa perilaku pekerja hanya akan fokus terhadap apa
yang akan dikerjakannya saja serta banyak kegiatan konstruksi yang kurang
memperhatikan terkait penanganan sisa material konstruksi yang terjadi. Oleh
karena itu, biaya yang dikeluarkan khusus untuk penanganan sisa material sangat
perlu agar pekerja yang melakukan penanganan sisa material lebih fokus terhadap
cara meminimalisir terjadinya sisa material konstruksi. Selain itu, cara
pengelolaan sisa material sangat dibutuhkan untuk dapat meminimalisir terjadinya
sisa material tersebut.
54
Ada beberapa pengelolaan sisa material yang efektif seperti :
mempekerjakan subkontraktor dengan kemampuan pengelolaan sisa material,
melakukan pelatihan, audit dan memberikan pengawasan ketat terhadap
subkontraktor dan pekerja, aktivitas berurutan untuk mengurangi kerusakan pada
pekerjaan yang telah selesai, menetapkan tingkat pemborosan yang diijinkan dan
menegakkan peraturan tersebut dengan memberi penghargaan dan hukuman (Ling
dan Nguyen, 2013).
Pengelolaan sisa material yang efektif merupakan hal yang penting dalam
kegiatan konstruksi. Pada kenyataannya di lapangan, hal ini jarang dilakukan oleh
pihak kontraktor, karena banyak yang berpikir bahwa pengelolaan sisa material
merupakan hal yang bukan prioritas dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Disisi
lain kontraktor tetap memikirkan pengelolaan sisa material tetapi dibebankan
kepada subkontraktor dalam penawaran pekerjaan, dimana pihak kontraktor
meminta kepada subkontraktor untuk menawar harga dengan sudah memasukkan
sisa material dibebankan kepada subkontraktor agar kontraktor tidak lagi
memikirkan cara pengelolaan sisa material. Hal ini berarti penanganan sisa
material dibebankan semuanya kepada pihak subkontraktor yang lebih
memudahkan pekerjaan kontraktor pada proyek konstruksi.
Bangunan konstruksi memiliki beberapa pekerjaan seperti pekerjaan
bekisting, pembesian dan pengecoran yang memiliki sisa material masing-masing.
Tindakan pencegahan yang efektif dapat meminimalisir serta mengelola dan
memanfaatkan sisa material yang akan terjadi pada pelaksanaan proyek
konstruksi.
1. Pekerjaan Bekisting
Bekisting merupakan pekerjaan pembuatan cetakan beton, dimana beton
memiliki beban yang berat sehingga dibutuhkan cetakan yang baik dan
kuat dengan dukungan perancah/scaffolding agar dihasilkan beton yang
55
baik.
Gambar 5.1 Pekerjaan Bekisting
Ada beberapa material pada pekerjaan bekisting seperti kayu, triplek dan
paku, dimana material tersebut memiliki korelasi terhadap beberapa
tindakan pencegahan yang dilakukan untuk mengurangi tingkat persentase
sisa material seperti spesifikasi material yang baik dan akurat,
meningkatkan koordinasi antara personil pelaksana proyek, merencanakan
pemotongan material dengan baik, dan merencanakan pemesanan material
sesuai dengan kebutuhan.
a. Meminimalisir kesalahan dalam pemotongan material. Hal ini berarti
kayu dan triplek tidak akan bisa digunakan lagi jika terdapat kesalahan
dalam pemotongan material. Oleh karena itu, meminimalisir kesalahan
dalam pemotongan material berpengaruh terhadap timbulnya sisa
material konstruksi.
b. Spesifikasi material yang baik dan akurat. Spesifikasi yang baik akan
mengurangi tingkat persentase material, karena material yang tidak
memiliki spesifikasi yang sesuai dengan yang dibutuhkan akan
membuat material itu tidak akan digunakan dan akan membuat tingkat
persentase sisa material meningkat. Untuk tindakan pencegahan ini
berkorelasi erat dengan semua material pekerjaan struktur.
c. Meningkatkan koordinasi antara personil pelaksana proyek.
Koordinasi sangat diperlukan agar tidak terjadi kekeliruan antara
pelaksana saat melaksanakan pekerjaan maupun saat mengatur
pemesanan, pemotongan, dan pengawasan material kayu, triplek dan
paku, serta mencegah terjadinya persentase sisa material yang tinggi.
d. Merencanakan pemotongan material dengan baik. Pekerjaan bekisting
yang memiliki material kayu, triplek dan kayu, ketiga material ini
membutuhkan perencanaan saat pemotongan agar didapatkan
56
pemotongan yang sesuai dengan yang direncanakan. Hal ini
disebabkan jika pemotongan material dilakukan dengan banyak
kesalahan, maka material tersebut sudah tidak memiliki nilai
penggunaan yang tinggi jika masih akan digunakan dengan metode
penyambungan antara material. Oleh karena itu, pemotongan material
tersebut harus direncanakan dengan baik agar tidak terjadi tingkat
persentase sisa material yang tinggi.
e. Merencanakan pemesanan material sesuai dengan kebutuhan. Triplek
merupakan salah satu material dalam pekerjaan bekisting, sebagai
material yang berfungsi sebagai cetakan, maka material ini sudah tidak
digunakan lagi jika beton sudah memiliki umur yang cukup untuk
dipisahkan dengan cetakannya. Triplek yang memiliki ukuran m2
harus direncanakan terlebih dahulu dalam penggunaannya agar
pemesanan yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan dilapangan.
f. Pengecekan secara berkala kuantitas dan volume material secara tepat.
Triplek dan paku merupakan material pekerjaan bekisting yang harus
dilakukan pengecekan secara berkala kuantitasnya, hal ini dikarenakan
jika terjadi kekurangan atau kehabisan material maka akan
menghambat pekerjaan. Selain itu, jika volume material lebih dari
yang digunakan dilapangan, maka akan terjadi sisa material yang tidak
akan digunakan pada pekerjaan konstruksi.
2. Pekerjaan Pembesian
Pekerjaan pembesian merupakan pekerjaan yang memiliki material besi
beton dan kawat bendrat sebagai penopang perkuatan daya tarik dalam
beton.
57
Gambar 5.2 Pekerjaan Pembesian
Ada beberapa tindakan pencegahan yang dilakukan untuk mengurangi
tingkat persentase sisa material pada pekerjaan pembesian seperti
spesifikasi material yang baik dan akurat, meningkatkan koordinasi antara
personil pelaksana proyek, merencanakan pemotongan material dengan
baik, merencanakan pemesanan sesuai dengan kebutuhan, serta
meningkatkan kesadaran pekerja dalam penanganan material.
a. Meminimalisir kesalahan dalam pemotongan material. Hal ini berarti
besi beton tidak akan bisa digunakan lagi jika terdapat kesalahan
dalam pemotongan material, karena besi beton yang berbentuk
batangan. Jika dilakukan sambungan yang banyak terhadap besi beton
yang salah potong, maka hasilnya tidak akan sesuai dengan
perencanaan yang sudah disetujui. Oleh karena itu, meminimalisir
kesalahan dalam pemotongan material besi beton berpengaruh
terhadap timbulnya sisa material konstruksi.
b. Spesifikasi material yang baik dan akurat. Spesifikasi yang baik akan
mengurangi tingkat persentase material, karena material yang tidak
memiliki spesifikasi yang sesuai dengan yang dibutuhkan akan
membuat material itu tidak akan digunakan dan akan membuat tingkat
persentase sisa material meningkat. Untuk tindakan pencegahan ini
berkorelasi erat dengan semua material pekerjaan struktur.
58
c. Meningkatkan koordinasi antara personil pelaksana proyek. Kawat
bendrat merupakan material kawat yang berfungsi mengikat dan
menghubungkan antara besi beton agar tidak terpisah. Dalam hal ini
koordinasi antara personil pelaksana diperlukan karena pelaksana
sebagai pengatur pekerjaan harus mengetahui gambar kerja dan
aplikasi dilapangan secara langsung agar tidak terjadi kesalahan serta
kekurangan saat pemasangan kawat bendrat dalam pekerjaan
pembesian.
d. Merencanakan pemotongan material dengan baik. Besi beton
merupakan material pabrikan yang memiliki ukuran 12 m, oleh karena
itu perencanaan pemotongan yang baik dapat mengurangi persentase
sisa material, karena kesalahan pemotongan akan berdampak pada
material tersebut tidak akan digunakan pada pekerjaan pembesian
selanjutnya.
e. Meningkatkan kualitas penyimpanan material. Penyimpanan material
berpengaruh terhadap sisa material, karena jika penyimpanan tidak
dilakukan dengan benar, maka kualitas material akan turun sehingga
material tersebut tidak sesuai spesifikasi sehingga material tidak akan
dapat digunakan.
f. Merencanakan pemesanan sesuai dengan kebutuhan. Kawat bendrat
merupakan material yang dipesan dengan roll ataupun kiloan, tetapi
pemesanan ini harus sesuai dengan kebutuhan dilapangan agar tidak
terjadinya kelebihan yang menyebabkan tidak digunakan lagi material
tersebut sehingga tingkat persentase sisa material akan tinggi.
g. Meningkatkan kesadaran pekerja dalam penanganan material.
Kesadaran pekerja dalam penanganan material sangatlah penting
karena akan berpengaruh pada produktifitas pekerjaan yang dihasilkan
dengan sisa material yang sedikit. Besi beton merupakan material yang
mahal dan digunakan dengan hati-hati, jika kesadaran pekerja
ditingkatkan maka produktifitas pekerjaan meningkat, tingkat
59
persentase sisa material akan rendah serta efisiensi terhadap material
akan bertambah.
h. Meminimalisir terjadinya perubahan desain. Perubahan desain
berpengaruh terhadap timbulnya sisa material konstruksi. Hal ini akan
terjadi apabila perubahan desain dilakukan jika pekerjaan sudah
dilakukan, maka pekerjaan akan dikerjakan ulang sehingga material
pada pekerjaan tersebut tidak akan digunakan dan mengakibatkan
terjadinya sisa material konstruksi terutama pada material besi beton
pada pekerjaan pembesian.
3. Pekerjaan Pengecoran
Ada beberapa material pada pekerjaan pengecoran, seperti beton ready
mix, semen, pasir dan split.
Gambar 5.3 Pekerjaan Pengecoran
Material tersebut memiliki korelasi terhadap beberapa tindakan
pencegahan yang dilakukan untuk mengurangi tingkat persentase sisa
material seperti meminimalisir kesalahan dalam pemotongan material,
melakukan pengawasan dan pembimbingan pada pekerja, spesifikasi
material yang baik dan akurat serta meningkatkan kualitas penyimpanan
material.
a. Melakukan pengawasan dan pembimbingan pada pekerja. Di India,
kurangnya kesadaran dan pendidikan di antara angkatan kerja
konstruksi dianggap sebagai tantangan utama yang terkait dengan
60
pelaksanaan praktik minimisasi waste (Arif dkk, 2012). Dalam
pekerjaan konstruksi, pengawasan dan pembimbingan pada pekerja
dalam menggunakan material merupakan hal yang sangat penting
seperti halnya material pasir dan split sebagai bahan campuran dalam
pembuatan beton, campuran yang dibuat harus sesuai dengan yang
direncanakan, karena jika dalam melakukan pengawasannya kurang,
akan terjadi banyak kesalahan dalam campuran pembuatan beton.
Selain itu untuk beton ready mix pengawasan dilakukan terhadap
operator, teknisi serta tenaga yang ikut membantu dalam proses
pengecoran agar kualitas yang diharapkan sesuai dengan yang akan
dituangkan di site yang akan dilakukan pengecoran.
b. Spesifikasi material yang baik dan akurat. Spesifikasi yang baik akan
mengurangi tingkat persentase material, karena material yang tidak
memiliki spesifikasi yang sesuai dengan yang dibutuhkan akan
membuat material itu tidak akan digunakan dan akan membuat tingkat
persentase sisa material meningkat. Untuk tindakan pencegahan ini
berkorelasi erat dengan semua material pekerjaan struktur.
c. Meningkatkan kualitas penyimpanan material. Gudang merupakan
tempat penyimpanan material-material konstruksi salah satunya
semen. Kualitas gudang harus baik dan cukup untuk menyimpan
material semen, semen membutuhkan tempat yang luas dan cukup
untuk kebutuhan 4-7 hari penggunaan semen, dan dapat dipastikan
bahwa Gudang kedap dan tidak bocor, agar tidak ada air yang
merembes ke gudang yang dapat menyebabkan air tersebut jatuh ke
semen dan membuat kerusakan pada semen.
d. Merencanakan pemesanan sesuai dengan kebutuhan. Beton ready mix
merupakan material yang sudah dicampur menjadi beton yang sudah
siap untuk dituangkan ke site pengecoran, pembuatan material ini
dalam skala pemesanan yang dibutuhkan, oleh karena itu pemesanan
harus sesuai dengan kebutuhan di lapangan agar tidak terjadi
kekurangan dan kelebihan yang banyak yang menyebabkan tidak ada
61
tempat untuk menuangkan material tersebut dan menjadi sisa material
yang terbuang sia-sia.
Dari beberapa tindakan pencegahan diatas ada satu tindakan pencegahan
yang memiliki korelasi yang sangat erat dengan jenis material yaitu pada
pekerjaan bekisting dengan material paku, dimana paku berkorelasi sangat erat
dengan tindakan untuk meningkatkan koordinasi antara personil pelaksana
proyek. Hal ini berarti bahwa hal utama yang harus dilakukan dalam upaya untuk
meminimalisir terjadinya sisa material yaitu dengan meningkatkan koordinasi
antara personil pelaksana sendiri agar pada saat pelaksanaan pekerjaan struktur
dapat meminimalisir tingkat persentase sisa material paku, dimana paku yang
berbentuk kecil dapat dengan mudahnya hilang dan terbuang sehingga sisa
material terlihat saat kebutuhan lapangan melebihi dengan kebutuhan yang
direncanakan, jika kelebihannya hanya sedikit itu adalah hal yang wajar, tetapi
jika kelebihannya dua kali lipat maupun lebih dari kebutuhan yang direncanakan
maka tingkat sisa material tersebut sangat tinggi.
Memeriksa operasi konstruksi dan produksi dari sudut pandang logistik
dapat memberikan wawasan penting mengenai kinerja rantai pasokan industri.
Sifat industri yang memiliki karakter sementara dari organisasinya bertentangan
dengan pengetahuan dasar tentang manajemen logistik. Akan tetapi, hal ini
seharusnya dapat dijadikan sebagai tantangan eksplorasi bagi keseluruhan industri
dan komunitas riset, terutama dengan adanya kepercayaan bahwa manfaat
pontensial dari perbaikan logistik dapat menghasilkan penghematan yang
substansial hingga 30 persen ( Vidalakis dkk, 2011). Rencana pengelolaan
material dan sisa material yang baik dapat meningkatkan efisiensi dalam logistik
konstruksi sekitar 9% serta dapat mengurangi dampak lingkungan (Tischer dkk,
2013).
Di sisi lain, desain konstruksi yang berkelanjutan pada tahap perancangan
menyajikan kemungkinan untuk mengurangi secara signifikan volume sisa
material konstruksi yang dihasilkan. Pada tahap ini, kita dapat mengidentifikasi
dan menghitung volume dan jenis sisa material konstruksi. Berdasarkan hal ini,
dimungkinkan untuk mengevaluasi ukuran sebenarnya dari sisa material dan dapat
62
membuat keputusan yang memadai untuk meminimalkan serta mengelola sisa
material yang akan terjadi (Kozlovská dan Spišáková, 2013).
Ukuran sebenarnya dari sisa material dapat dilihat jika sisa material tersebut
dikonversi dalam bentuk rupiah. Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui berapa
rupiah yang dikeluarkan dengan adanya sisa material yang terjadi jika
dihubungkan dengan biaya yang dikeluarkan. Menurut Harimurti dkk (2016),
jenis-jenis material yang dominan menimbulkan sisa material pada proyek
konstruksi dari yakni tiang pancang, tulangan D22, dan tulangan D16. Dengan
total biaya sisa dari ketiga jenis material tersebut sebesar Rp 108.303.861,00.
Dalam hal persentase sisa material, triplek merupakan material yang
memiliki tingkat persentase sisa yang tertinggi pada pekerjaan struktur konstruksi.
Akan tetapi, hal ini belum bisa menjamin bahwa triplek juga yang memiliki
anggaran biaya yang tertinggi terhadap sisa material. Hal ini dibuktikan dengan
adanya perhitungan persentase sisa material yang dikonversi ke dalam bentuk
rupiah. Setelah dilakukan perhitungan, maka beton ready mix pada pekerjaan
pengecoran merupakan material yang memiliki rupiah tertinggi dari material-
material lainnya pada pekerjaan struktur yang memiliki biaya Rp. 212.520/mixer
dengan persentase sisa material sebanyak 4% per mixer. Oleh karena itu, selain
memperhatikan tingkat persentase sisa material tertinggi, sebaiknya kontraktor
juga memperhitungkan persentase sisa material yang dikonversi ke dalam bentuk
rupiah karena salah satu prioritas dalam pekerjaan konstruksi adalah cara agar
pekerjaan konstruksi dapat dilaksanakan dengan biaya yang irit dan efisien.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka pengelolaan sisa material sangat
penting dilakukan karena selain untuk meminimalisir terjadinya sisa material, hal
tersebut juga sangat berpengaruh terhadap anggaran biaya yang akan dikeluarkan
oleh pihak kontraktor pada proyek konstruksi. Apabila pengelolaan sisa material
dilakukan dengan benar, maka sisa material akan dapat diminimalisir dan
anggaran biaya yang dikeluarkan juga akan dapat ditekan. Sebaliknya, jika
pengelolaan sisa material kurang diperhatikan, maka akan dipastikan terjadinya
sisa material yang besar serta anggaran biaya yang dikeluarkan juga semakin
tinggi.
64
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
Setelah melalui proses pengamatan di lapangan, menganalisis data, serta
melakukan pembahasan tentang Analisis Pengaruh Sistem Pengendalian Sisa
Material Pekerjaan Struktur Pada Proyek Konstruksi maka diperoleh hasil bahwa :
1. Triplek memiliki kuantitas sisa material yang terbesar pada pekerjaan
struktur, karena triplek memiliki banyak sisa potongan yang tidak akan
bisa digunakan untuk pekerjaan bekisting.
2. Perubahan desain merupakan faktor utama kejadian penyebab sisa
material pekerjaan struktur yang paling tinggi. Hal ini berarti jika saat
pelaksanaan pembangunan terdapat banyak perubahan desain, maka akan
sangat berpengaruh terhadap tingginya tingkat persentase sisa material.
3. Melakukan monitoring pekerjaan merupakan solusi efektif dalam
mengatasi sisa material konstruksi yang terjadi. Hal ini berarti jika
monitoring pekerjaan sering dilakukan, maka material dapat diatur dan
digunakan sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat meminimalisir
terjadinya sisa material pekerjaan struktur pada proyek konstruksi,
terutama melakukan monitoring pekerjaan bekisting untuk material
triplek yang memiliki persentase sisa material terbanyak.
6.2. SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, peneliti memberikan beberapa saran
yaitu :
1. Merencanakan kebutuhan material pekerjaan bekisting yang real sesuai
dengan kebutuhan di lapangan.
2. Memonitoring pekerjaan secara berkala agar dapat meminimalisir
terjadinya sisa material pekerjaan struktur pada proyek konstruksi.
65
3. Peneliti selanjutnya dapat menganalisis sistem pengendalian sisa
material pada pekerjaan arsitektur, MEP, serta landscape pada proyek
konstruksi gedung.
66
DAFTAR PUSTAKA
Ahadi. 2011. „Manajemen Proyek‟. (http://www.ilmusipil.com/manajemen-
proyek, diakses 2 April 2017)
Arif, Mohammed dkk. 2012. „Construction waste management in India: an
exploratory study‟. Jurnal (online). Vol. 12 No. 2.
(https://search.proquest.com, diakses, 22 September 2017)
Asgari, A. et al. 2017. ‘Quality and quantity of construction and demolition waste
in Tehran‟, Journal of Environmental Health Science and Engineering‟,
15(1), p. 14. doi: 10.1186/s40201-017-0276-0. Jurnal (Online).
(https://search.proquest.com, diakses, 22 September 2017)
Barrie, Donald S. 1995. „Manajemen Konstruksi Profesional‟. Jakarta , Penerbit
Erlangga.
BPS. 2016. „Pertumbuhan Penduduk Indonesia‟. Web (Online).
(https://www.bps.go.id, diakses, 22 April 2017)
Dipohusodo, Istimawan. 1996. „Manajemen Proyek & Konstruksi Jilid 1‟.
Yogyakarta, Penerbit Kanisius.
Dipohusodo, Istimawan. 1999. „Manajemen Proyek & Konstruksi Jilid 2‟.
Yogyakarta, Penerbit Kanisius.
Fatta, D., Papadopoulos, A., Avramikos, E., Sgourou, E., Moustakas, K.,
Kaurmaussis, F., Mentzis, A. and Loizidou, M. (2003), “Generation and
management of construction and demolition waste in Greece – an existing
challenge”, Journal of Resource, Conservation and Recycling, Vol. 40, pp.
81-91
Ferdiana, Maria Dwi. 2009. „Studi Mengenai Sisa Material Pada Proyek Gedung
Dan Perumahan‟. Jurnal (Online). (http://e-journal.uajy.ac.id/3075/,
diakses 6 Juni 2017).
Firmawan, F. (2006). Analisis Berbagai Variabel Penyebab Terjadinya
Penyimpangan Biaya Material Terhadap Indicator Material Cost Overrun
Paling Berpengaruh. Jurnal Pondasi Vol. 12 No. 2 Desember 2006,
hal.112-126
67
Ghozali, Imam. 2002. „Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS‟.
Semarang, Penerbit UNDIP.
H.H. Lau and A.Whyte (2007), “A Construction Waste Study for Residential
Projects in Miri, Sarawak”, Proceeding of the Conference on Sustainable
Building South East Asia, 5-7 November 2007, Malaysia
Hasanudin, Acoh. 2016. ‘Indonesia Nomor Dua di Dunia yang Sukses Bangun
Gedung Pencakar Langit‟. Jurnal (Online).
(http://www.tribunnews.com/bisnis/2016/01/22/indonesia-nomor-dua-di-
dunia-yang-sukses-bangun-gedung-pencakar-langit, diakses, 27 Oktober
2017)
Harimurti, dkk. 2016. „Analisis Dan Evaluasi Sisa Material Konstruksi
Menggunakan Metode Pareto Dan Fishbone Diagram (Studi Kasus Pada
Proyek Pembangunan Gedung Pascasarjana Universitas Islam Malang)‟.
Jurnal (Online). (http://sipil.studentjournal.ub.ac.id, diakses, 27 Mei 2017)
Jayamathan, J. and Rameezdeen, R. 2014. „Influence of labour arrangement on
construction material waste generation‟. Structural Survey, 32(2), pp. 76–
88. doi: 10.1108/SS-09-2012-0026. Jurnal (Online).
(https://search.proquest.com, diakses, 22 September 2017)
Khanh, H. D. and Kim, S. Y. 2015. „Development of waste occurrence level
indicator in Vietnam construction industry’, 22(6), pp. 715–731. doi:
10.1108/ECAM-01-2014-0005. Jurnal (Online).
(https://search.proquest.com, diakses, 22 September 2017)
Kofoworola, O. F dan Gheewala, S. H. (2008), “Estimation of construction waste
generation and management in Thailand”, Journal of Waste Management
Vol. 29, pp.731– 738
Kountur, Ronny. 2003. „Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis.
Cetakan Pertama‟. Jakarta : Penerbit PPM.
Kozlovská dan Spišáková. 2013. „Contruction waste generation across
construction project life-cycle‟. Jurnal (online).
(https://search.proquest.com, diakses, 22 September 2017)
68
Kusuma, Gideon H. dan Andriono, Takim. 1993.‟ Desain struktur rangka beton
bertulang di daerah rawan gempa‟. Jakarta, Penerbit Erlangga.
Ling dan Nguyen. 2013. ‘Strategies for construction waste management in Ho Chi
Minh City‟. Jurnal. (online). Vol. 3 No. 1. (https://search.proquest.com,
diakses, 22 September 2017)
Materialperalatan. 2011. „Definisi Material dan Peralatan Konstruksi‟.
(https://materialperalatan.wordpress.com, diakses 5 Juni 2017)
Musyafa, Albani. 2017. „Pemborosan Material Dan Tindakan Pencegahannya:
Survai Pada Proyek Pembangunan Gedung Di Yogyakarta‟. Prosiding
Konteks 11 (Online). (https://konteks.id/, diakses, 27 Januari 2018)
Nji, Lauw Tjun. 2015. „Curing / Perawatan Beton‟.
(https://lauwtjunnji.weebly.com/curing-beton.html, diakses, 22 September
2017)
Nursyahbani. 2016. „Analisis Dan Evaluasi Sisa Material Konstruksi
Menggunakan Fault Tree Analysis (Fta) (Studi Kasus Pada Proyek
Pembangunan Gedung Pascasarjana Universitas Islam Malang)‟. Jurnal
(Online). (http://sipil.studentjournal.ub.ac.id, diakses 25 Mei 2017)
Prasetyo, M. Arie dan Septian. 2010. „Analisa Waste Tenaga Kerja Konstruksi
Pada Proyek Gedung Bertingkat‟. Jurnal (Online).
(http://eprints.undip.ac.id/34305/, diakses 25 Mei 2017)
Purbo, 2010. Kompilasi Foto Proyek. (Online). https://purbolaras.wordpress.com,
diakses 7 Desember 2017)
Rahmadi, 2011. „Metode Pelaksanaan Kolom Pada Bangunan Gedung‟.
(http://ribuan-cara.blogspot.co.id/2011/10/metode-pelaksanaan-kolom-
pada-bangunan.html, diakses 7 Desember 2017)
Rani, H. A. 2017. „The analysis on the cause of material waste on the irrigation
project in Aceh Besar district’, 4(29), pp. 53–58. Jurnal (Online).
(https://search.proquest.com, diakses, 22 September 2017)
Saleh, Edwin. 2015. „Metode Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Beton‟.
(http://metodebangunan.blogspot.co.id/2015/07/metode-pelaksanaan-
pekerjaan-struktur.html, diakses 2 September 2017)
69
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofyan. 1995. „Metode Penelitian Survei Edisi
Revisi‟. Jakarta, Penerbit PT. Pustaka LP3ES.
Thoengsal, James, 2014. „Efisiensi Penggunaan Material Konstruksi Dalam
Mereduksi Timbulnya Material Sisa (Waste Material)‟.
(http://jamesthoengsal.blogspot.co.id/p/blog-page_20.html, diakses 25 Juni
2017)
Tischer, Andre dkk. 2013. „Efficient Waste Management in Construction Logistic
: a Refurbishment Case Study‟. Jurnal (online).
(https://search.proquest.com, diakses, 22 September 2017)
Vidalakis dkk. 2011. „The logistics of construction supply chains: the builders‟
merchant perspective‟. Jurnal (online). (https://search.proquest.com,
diakses, 22 September 2017)
Yahya, K. and Boussabaine, A.H. (2004), “Eco-costs of sustainable construction
waste management”, Proceedings of the 4th International Postgraduate
Research Conference, Salford, pp. 142-50.
Yeheyis.M dkk. 2012. „An overview of construction and demolition waste
management in Canada: a lifecycle analysis approach to sustainability‟.
Jurnal. (https://search.proquest.com, diakses, 22 September 2017)
Zhao, Z. Y. 2010. „Prediction System for Change Management in Construction
Project.‟, Journal of Construction Engineering & Management, vol. 136,
issue 6 pp. 659-669. Jurnal (Online). (https://www.mendeley.com, diakses,
10 Oktober 2017)
71
BAGIAN 1 DATA RESPONDEN
Tabel I. Data Responden
Nama
Umur
Alamat
Proyek yang
sedang dikerjakan Gedung Infrastruktur jalan & Jembatan
Bangunan
air
Pendidikan
terakhir
SD /
Sederajat
SMP /
Sederajat
SMA /
Sederajat D3 S1 S2 S3
Posisi jabatan
Pengalaman kerja < 5 tahun 5 - 10 tahun 10 - 15
tahun 15 - 20 tahun > 20 tahun
Jumlah proyek
yang sudah
dikerjakan
< 5 5 - 10 10 - 15 15 - 20 > 20
Menurut anda,
meminimalisasi
sisa material suatu
hal yang penting
atau tidak dalam
pekerjaan
konstruksi?
Berikan alasan
anda!
72
BAGIAN 2 Persentase Material Sisa (waste) pada Pekerjaan Struktur
Tabel II. Persentase Material Sisa (waste) pada Pekerjaan Struktur
No Pekerjaan Struktur Jenis Material satuan Sisa
(%)
1. Bekisting - Kayu /m
- Triplek /Lembar
- Paku /Kg
2. Pembesian - Besi beton /Batang
- Kawat bendrat /Roll
3. Pengecoran - Beton ready mix /Mixer
- Semen /Sak
- Pasir /Rit
- Split /Rit
Note :
Berapa persen sisa material yang hilang, terbuang maupun yang tidak digunakan
pada pekerjaan struktur per satuan pekerjaan.
73
BAGIAN 3 Kejadian Penyebab Material Sisa (waste) pada Pekerjaan
Struktur
Tabel III. Kejadian Penyebab Material Sisa (waste) pada Pekerjaan Struktur
No Kejadian Penyebab sisa material Tingkat Frekuensi
1 2 3 4 5
1 Sisa pemotongan tidak dapat digunakan lagi
2 Metode pemasangan yang kurang tepat
3 Metode pembongkaran yang kurang tepat
4 Menggunakan material dengan kualitas rendah
5 Kesalahan yang dilakukan pekerja
7 Pengawasan yang kurang intensif
8
Tidak merencanakan penggunaan material
dengan baik
9 Material terbuang
10 Pekerja tidak terampil
11 Material berkarat akibat terlalu lama disimpan
12 Penyimpanan material yang tidak benar
13
Membuang atau melempar material secara
sengaja atau tidak
14 Perubahan desain
15 Pemesanan yang tidak sesuai spesifikasi
16 Kesalahan estimasi
17 Bentuk bangunan yang rumit
18 Perubahan spesifikasi material
19 Pemesanan material melebihi kebutuhan
Keterangan :
1. Sangat Jarang
2. Jarang
3. Kadang
4. Sering
5. Sangat sering
74
BAGIAN 4 Tindakan Pencegahan Material Sisa (waste) pada Pekerjaan
Struktur
Tabel IV. Tindakan Pencegahan Material Sisa (waste) pada Pekerjaan Struktur
No Tindakan Pencegahan Tingkat Frekuensi
1 2 3 4 5
1
Meminimalisir kesalahan dalam pemotongan
material
2
Melakukan pengawasan dan pembimbingan
kepada pekerja
3 Spesifikasi material yang baik dan akurat
4
Meningkatkan koordinasi antara personil
pelaksana proyek
5 Merencanakan pemotongan material dengan baik
6 Meningkatkan kualitas penyimpanan material
7
Merencanakan pemesanan material sesuai dengan
kebutuhan
8
Meningkatkan kesadaran pekerja dalam
penanganan material
9
Pengecekan secara berkala kuantitas dan volume
material secara tepat
10
Membuat perencanaan dalam pemasangan material
yang digunakan
11 Meminimalisir terjadinya perubahan desain
12 Pemberian informasi dan detail gambar yang jelas
13
Meminimalisir terjadinya perubahan spesifikasi
material
14 Melakukan monitoring pekerjaan
Keterangan :
1. Sangat Jarang
2. Jarang
3. Kadang
4. Sering
5. Sangat sering