ANALISIS DINAMIKA PSIKOLOGIS GURU SMK SUKAMAJU
DITINJAU DARI TEORI SIGMUND FREUD
(Studi Kasus pada Seorang Guru di SMK Sukamaju)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Simon Nama Samon Lamanepa
NIM: 161114079
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
ANALISIS DINAMIKA PSIKOLOGIS GURU SMK SUKAMAJU
DITINJAU DARI TEORI SIGMUND FREUD
(Studi Kasus pada Seorang Guru di SMK Sukamaju)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Simon Nama Samon Lamanepa
NIM: 161114079
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
Tidak ada yang benar-benar benar dan tidak ada yang benar-benar salah, jawaban
yang paling bijaksana untuk setiap pertanyaan adalah tergantung, yakni dari sudut
padang mana kita melihatnya.
Hidup di dunia ini hanyalah tipuan, maka nikmatilah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Aku persembahkan karya ini untuk:
Lera Wulan Tanah Ekan
Yang telah menyertai dan memberkati setiap proses dalam hidupku. Memberikan
kekuatan pencerahan dalam menghadapi segala situasi.
Orangtuaku
Alm. Ludofikus Lebu Raya dan Yuliana Deran Manuk
Terima kasih atas segala cinta, doa dan dukungannya yang tak terhingga.
Terima kasih atas segala pengorbanan Ayah dan Ibu, berkat kalian saya bisa
menjadi seperti sekarang ini.
Kakak
Elias Samon Buran, Dion Paskalis Kopong Blolon, Rosalia Boy Dulhi, Erlyn
Lazar
Terima kasih atas segalanya dan biarkan rasa yang menjawab betapa besar aku
sangat menyayangi kalian.
Orangtua Angkat
Bapak Ahmad Rozikin, Ibu Sumia dan Ibu Hartini
Terima kasih telah memberikan dukungan selama saya berada di Jogja.
Terima kasih telah menjadi orang tua keduaku.
Dosen pembimbing Dra. Maria Josepha Retno Priyani, M.Si.
Terima kasih atas segala waktu, tenaga, pikiran, kesabaran dan perhatian dari awal
proses pengerjaan skripsi hingga sekarang.
Terima kasih telah menjadi figur kedewasaan bagi saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
ANALISIS DINAMIKA PSIKOLOGIS GURU SMK SUKAMAJU
DITINJAU DARI TEORI SIGMUND FREUD
(Studi Kasus pada Seorang Guru di SMK Sukamaju)
Simon Nama Samon Lamanepa
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2020
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: dinamika psikologis seorang
guru (pikiran, perasaan, dan perilaku) ketika awal, selama berproses hingga
sekarang selama mengajar di SMK Sukamaju dan hal apa saja yang membuat guru
masih bertahan mengajar di SMK Sukamaju. Jenis penelitian ini adalah penelitian
kualitatif desain studi kasus. Kasus yang diteliti dalam penelitian ini adalah
pergolakan batin guru ketika mengajar di SMK Sukamaju. Sumber data penelitian
ini adalah seorang guru di SMK Sukamaju. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara. Teknik yang digunakan untuk melihat keabsahan
data adalah member check. Teknik analisis data kualitatif yang digunakan adalah
dengan membuat verbatim, membuat koding dari verbatim, mengkategorisasi,
menyaring data dan melakukan interpretasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dinamika pikiran responden ketika awal, selama mengajar dan hingga saat ini
sangat dipengaruhi oleh ego. Responden mengalami dinamika perasaan positif dan
negatif. Perubahan perasaan itu di antaranya adalah takjub, senang, puas, nyaman,
tidak nyaman, jengkel, marah, sedih, jenuh dan kasihan. Perubahan perasaan ini
dipengaruhi oleh superego. Dinamika pemberian pendisiplinan berawal dari bahasa
yang halus, kemudian menjadi bahasa yang agak keras dan akhirnya kembali
kepada bahasa yang halus. Perubahan penggunaan intonasi suara terjadi karena
mekanisme pertahanan diri pembentukan reaksi. Nilai ibadah, sosok figur, dan
pemenuhan kebutuhan ekonomi dalam keluarga menjadi alasan responden masih
bertahan mengajar di SMK Sukamaju. Alasan bertahan mengajar sebagai bentuk
nilai ibadah dan sosok figur dilatarbelakangi oleh superego dan alasan bertahan
mengajar karena kebutuhan ekonomi dilatarbelakangi oleh ego.
Kata kunci: Dinamika Psikologis, Guru SMK Sukamaju, Sigmund Freud.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE ANALYSIS OF PSYCHOLOGICAL DYNAMICS OF A TEACHER IN
SMK SUKAMAJU IN LIGHT OF SIGMUND FREUD THEORY
(A Case Study of a Teacher in SMK Sukamaju)
Simon Nama Samon Lamanepa
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2020
The research aimed to identify: the psychological dinamycs of teacher in SMK
Sukamaju (thoughts, emotions and actions) in pre-teaching, in-teaching, and pra-
teaching process. It is also to identify number of factors that contribute to teacher’s
preseverence. This is a qualitative research which is designed to be a case study.
The object of the research is specifically the inner turmoil of a teacher in SMK
Sukamaju. The data were gathered through interview sessions. To validate the data,
the researcher used member check technique. The procedures are transcribing,
coding, categorizing, filtering and interpreting the data. The result showed that the
psychological dynamics that the teacher experiences in extremely influenced by
ego. Positive and negative emotions were identified. The dynamic changes of
emotions such as amazement, pleasure, satisfaction, comfort, uncomfortable,
anger, sadness, boredom and pity are extremely influenced by superego. There
were also found that raising and falling intonation dynamically in applying
reinforcement to the students are the results of self-defense mechanism. Regarding
the reasons of teacher’s persistence on working in SMK Sukamaju, there are
religious values, role model, and financial issues become the core factors. Religious
value and role model are the factors that have immense influence from superego.
While financial issues is the factor which triggered by ego.
Keywords: Psychological Dynamic, SMK Sukamaju Teacher, Sigmund Freud.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Raja Semesta yang telah melimpahkan rahmat
dan berkat-Nya yang begitu besar, hingga akhirnya penelitian ini dapat selesai
dengan baik. Banyak pelajaran yang didapatkan dari awal hingga akhir mulai dari
kedisiplinan, optimis serta pengelolaan emosi.
Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Masih banyak kesalahan dan
kekurangan yang terdapat pada skripsi ini mulai dari penulisan hingga hasil yang
didapat dalam penelitian ini. Dengan rendah hati diharapkan segala bentuk kritik
dan saran dapat diberikan yang nantinya dapat membangun dan menjadikan skripsi
ini menjadi lebih sempurna ke depannya.
Penulisan skripsi ini juga terdapat banyak pihak yang ikut terlibat dalam
proses membimbing, mendampingi, serta mendukung dalam setiap proses
penelitian. Oleh sebab itu diucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.
2. Dr. Yohanes Heri Widodo, M.Psi., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling.
3. Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi
Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.
4. Dra. Maria Josepha Retno Priyani, M.Si., selaku dosen pembimbing yang
sudah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, perhatian dalam memberikan
dukungan dan pembaruan dalam menyelesaikan proses skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang
telah mendampingi selama menjalani studi di Universitas Sanata Dharma
6. Kedua orang tua Alm. Ludofikus Lebu Raya dan Yuliana Deran Manuk atas
segala doa dan dukungan serta kasih sayangnya tak terhingga yang telah
diberikan hingga penelitian skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
7. Keluarga di rumah, nenek Barek Olha, kakak Sinta, Elias Samon Buran, Dion
Paskalis Kopong Blolon, Boy Dulhi, Ade Alfaro, Ade Devin, Ama Reko, Kak
Erlyn Lazar, Kak Irma yang selalu memberikan doa dan dukungan baik moril
maupun materi.
8. Terkhusus untuk kakak Dion Paskalis Kopong Blolon yang telah membiayai
studi dari awal hingga akhir dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.
9. Sahabat yang sudah membantu dalam proses kuliah dan penyusunan skripsi,
Sekar Birthikaningadi Hezed Christo dan Lourentina Yulita Sarisnawati yang
sudah memberikan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membantu
menyelesaikan skripsi.
10. Narasumber yang telah bersedia menyediakan waktu, tenaga, pikiran serta
memberikan seluruh informasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
11. Teman-teman perkuliahan yakni sodara Nando, Aa Christian, Bagas, Boy,
Adit, Edo dan Sodari Cipa yang telah memberikan dukungan selama proses
pengerjaan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................... ...................... iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................. ..........iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... ....v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..............................................................vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................................... ...vii
ABSTRAK ...................................................................................................... .viii
ABSTRACT..................................................................................................... ...ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................ x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... ...........1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 4
C. Fokus Penelitian ....................................................................................... 5
D. Rumusan Masalah .................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian.................................................................................... 6
G. Batasan Istilah .......................................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
A. Hakekat Dinamika Psikologis ................................................................... 8
1. Pengertian Dinamika Psikologis ......................................................... 8
2. Bagian Dinamika Psikologis................................................................10
B. SMK Sukamaju ...................................................................................... 25
1. Deskripsi SMK Sukamaju................................................................. 26
2. Budaya Sukamaju ............................................................................ 26
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 29
A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 29
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 29
C. Responden Penelitian ............................................................................. 29
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data .............................................. 20
E. Keabsahan Data ...................................................................................... 33
F. Teknik Analisis Data .............................................................................. 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 36
A. Deskripsi Data ....................................................................................... 36
B. Pelaksanaan Penelitian .......................................................................... 36
C. Hasil Penelitian .........................................................................................37
D. Pembahasan ...............................................................................................58
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ ......69
A. Simpulan ............................................................................................... 69
B. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 71
C. Saran ...................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
LAMPIRAN ..................................................................................................... 75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
TABEL
1.1 Tabel Pedoman Wawancara ..................................................................... 30
GAMBAR
1.1 Gambar dinamika pikiran responden selama mengajar di SMK
Sukamaju....................................................................................................43
1.2 Gambar dinamika perasaan responden selama mengajar di SMK
Sukamaju....................................................................................................49
1.3 Gambar dinamika perilaku responden selama mengajar di SMK
Sukamaju....................................................................................................55
1.4 Motivasi bertahan mengajar di SMK Sukamaju .................................. ...57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Lembar Verbatim Reponden BR .................................................... 76
Lampiran 2: Lembar Koding Wawancara BR.......................................................92
Lampiran 3: Lembar Kategorisasi Responden BR...............................................116
Lampiran 4: Pernyataan Responden Penelitian....................................................121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini, berisikan tentang latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, rumusan penelitian, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan batasan istilah.
A. Latar Belakang
Perasaan, pikiran dan tindakan manusia tidak terlepas dari pengaruh
lingkungan. Jika seseorang ditempatkan dalam sebuah situasi yang tidak
sesuai dengan lingkungan yang dimiliki sebelumnya, maka bisa jadi akan
menimbulkan sebuah perubahan, baik itu perasaan, pikiran maupun
tindakan. Hal ini juga bisa terjadi pada seseorang yang ingin menjadi guru.
Seorang pribadi yang membekali dirinya sebagai seorang guru BK
di lembaga pendidikan formal, tentunya mengharapkan bahwa akan ada
perasaan senang, nyaman dan bisa menikmati setiap proses dalam mengajar.
Selain itu prinsip-prinsip BK juga tentunya ingin diterapkan pada siswa/i
yang akan diampuh olehnya. Permendiknas no. 27 tahun 2008 terkait
kompetensi konselor/guru BK tertuang bahwa guru BK perlu memiliki
kompetensi pedagogik yakni salah satu di antaranya adalah mampu
mengimplementasikan prinsip-prinsip pendidikan dalam proses pengajaran.
Selain kompetensi pedagogik, dalam permendiknas no. 27 tahun 2008 juga
dikatakan bahwa guru BK perlu memiliki kompetensi kepribadian yakni
memiliki pribadi yang jujur, sabar, ramah dan konsisten, menampilkan
emosi yang stabil, peka, memiliki sifat empati, toleransi terhadap
permasalahan konseli, berkomunikasi secara efektif, dll.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Kenyataannya sebagai seorang guru BK dalam sebuah pendidikan
formal, yakni di SMK Sukamaju yang merupakan sekolah semi militer,
membuat guru BK dihadapkan dengan berbagai situasi yang
memungkinkan adanya konflik batin. Konflik batin ini bisa muncul karena
sekolah ini memiliki aturan pendisplinan yang sangat unik dan bisa jadi
bertentangan dengan prinsip ke-BK-an yang sudah didapat ketika
menempuh pendidikan di bangku kuliah.
Budaya pendisiplinan yang ada di SMK Sukamaju sangat unik,
karena berbeda jauh dengan sekolah-sekolah pada umumnya. Siswa/i yang
melanggar aturan seperti terlambat, membolos, tidak mengerjakan tugas dan
lain sebagainya, akan diberikan sanksi berupa pembentukan fisik, dan
psikis. Pendisiplinan dalam bentuk fisik berupa push up, seat up, lari,
dijemur, dijewer serta roll mengelilingi lapangan. Dalam bentuk psikis,
siswa/i yang melanggar peraturan biasanya mendapatkan sanksi secara
verbal yakni dibentak dan membaca Alquran.
Pemberian sanksi tersebut didasari oleh berbagai alasan. Alasan
pertama tentunya karena SMK Sukamaju merupakan sekolah semi militer
yang berada pada lingkup daerah TNI AU, sehingga jelas pemberian sanksi
seperti push up, seat up, lari, dijemur, dijewer serta roll mengelilingi
lapangan menjadi cara lazim dalam pembentukan kedisiplinan. Alasan
kedua dari pemberian sanksi fisik dan psikis tersebut disebabkan karena
rata-rata siswa/i yang masuk di SMK Sukamaju memiliki nilai yang tidak
terlalu tinggi, sehingga dengan adanya sanksi fisik dan nonfisik yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
diberikan ketika siswa/i melakukan pelanggaran, mereka diharapkan
menjadi disiplin dalam segala hal, sehingga nantinya ketika lulus dan
hendak memasuki dunia kerja, setidaknya mereka sudah dibekali dengan
kedisiplinan yang baik.
Aturan pemberian pendisiplinan secara fisik dan psikis tentunya
akan memunculkan konflik dalam dunia batin guru BK. Sesuai dengan
prinsip ke-BK-an, guru BK dituntut untuk mengarahkan siswa secara baik,
menggunakan bahasa yang santun dalam proses konseling, mampu
menunjukkan sikap empati, berkomunikasi yang efektif dan lain sebagainya
yang mencerminkan kepribadian sesuai dengan aturan permendiknas no, 27
tahun 2008. Dihadapkan dengan budaya sekolah yang memungkinkan guru
BK untuk memilih salah satuh dari bentuk pendisiplinan tersebut, tentunya
akan sangat memunculkan pergolakan batin.
Perubahan zaman dengan berkembangnya teknologi tentunya juga
membuat perilaku siswa/i menjadi berubah, yakni ke arah perilaku adaptif
dan maladaptif. Adanya perubahan ini juga tentu banyak menghadirkan
peran guru BK untuk melakukan proses pencegahan, pengentasan,
pengembangan dan pemahaman. Berbagai cara yang sudah ditempuh oleh
guru BK akan tetapi jika tidak membawa perubahan kepada perilaku siswa
yang adaptif, maka mau tidak mau guru BK perlu mengembangkan metode
untuk dapat mendisiplinkan siswa/i. Pilihan metode untuk dapat
mendisiplinkan siswa bisa jadi dengan pendisiplinann secara fisik ataupun
non-fisik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Budaya sekolah yang unik serta perlakuan pihak sekolah yang
sangat istimewa terhadap siswa/i, akan memberikan suatu pandangan yang
sangat berbeda dari masyarakat termasuk orang tua. Banyak siswa/i yang
dikeluarkan dan memilih untuk keluar dari SMK Sukamaju karena
melanggar aturan dan tidak tahan dengan aturan yang ada. Banyak orang
tua yang melakukan protes karena tidak terima anaknya dikeluarkan dan
memilih keluar dari sekolah tersebut. Guru BK mempunyai tanggung jawab
besar akan hal ini. Guru BK bisa saja menyetujui perlakuan pihak sekolah
terhadap murid dan juga bisa saja tidak menerima perilaku orang tua yang
melakukan protes, bahkan bisa saja muncul rasa kasihan. Akan tetapi guru
BK perlu untuk tetap profesional dalam memberikan pengertian dan
pemahaman secara baik kepada orang tua untuk dapat menerima keadaan
tersebut.
Berbagai aturan sekolah yang unik dan kurang sesuai dengan prinsip
ke-BK-an, banyak siswa/i yang keluar, banyak orang tua yang melakukan
protes sehingga menimbulkan berbagai gejolak batin dalam diri guru BK.
Oleh karena itu penting dilakukannya penelitian untuk mengetahui
dinamika psikologis yang dialami oleh guru BK, alasan bertahan mengajar
di SMK Sukamaju dan mekanisme pertahanan diri yang sering muncul
dalam diri guru BK selama mengajar di SMK Sukamaju.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi
berbagai masalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1. Terdapat guru yang mengalami pergolakan batin dengan aturan
yang ada di SMK Sukamaju.
2. Terdapat budaya pendisiplinan sekolah yang tidak sesuai dengan
norma yang ada di masyarakat.
3. Terdapat orang tua yang protes karena tidak terima dengan
perlakuan pihak sekolah terhadap anaknya.
4. Banyak siswa yang keluar dari SMK Sukamaju karena tidak tahan
dengan aturan pendisiplinan yang ada.
5. Perilaku siswa mengarah pada perilaku yang maladaptif
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah dan keterbatasan peneliti, maka fokus
penelitian ini adalah menggali dinamika psikologis seorang guru (pikiran,
perasaan, dan perilaku) ketika awal, selama berproses hingga sekarang
selama mengajar dan hal apa saja yang membuat guru masih bertahan
mengajar serta mekanisme pertahanan diri apa yang sering muncul dalam
diri guru BK di SMK Sukamaju.
D. Rumusan Masalah
Bagaimana dinamika psikologis seorang guru (pikiran, perasaan,
dan perilaku) ketika awal, selama berproses hingga sekarang selama
mengajar di SMK Sukamaju dan apa saja yang membuat seorang guru
masih bertahan mengajar di SMK Sukamaju serta mekanisme pertahanan
diri apa yang muncul dalam diri guru BK?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
dinamika psikologis seorang guru (pikiran, perasaan, dan perilaku) ketika
awal, selama berproses hingga sekarang selama mengajar di SMK
Sukamaju dan alasan bertahan dalam mengajar serta mekanisme pertahanan
diri yang sering muncul selama mengajar di SMK Sukamaju.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ada pada penelitian ini di antaranya :
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu
Bimbingan dan Konseling dalam menambah wawasan dan bahan
kajian mengenai dinamika psikologis.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti untuk
menjadi pribadi yang matang dalam aspek sosial maupun aspek
mental, dan dapat membangun sikap dewasa dalam menanggapi
setiap situasi.
b. Bagi guru BK
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi guru BK
dalam mengembangkan kepribadiannya sebagai satu kesatuan
yang holistik.
c. Bagi sekolah yang diteliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
sekolah, agar dalam penyusunan kebijakan di sekolah, bisa
diterapkan aturan-aturan yang memungkinkan dapat
meminimalisir pergolakan batin antara pikiran dan hati nurani
guru-guru yang ada di SMK Sukamaju.
d. Bagi peneliti lain
Penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti lain dalam
memperluas wawasan dan wacana yang berkaitan dengan
dinamika psikologis jika ditinjau dari teori psikoanalisis.
G. Batasan istilah
Definisi operasional dari beberapa istilah dalam penelitian ini, adalah
sebagai berikut :
1. Dinamika psikologis adalah sebuah perubahan psikis terkait
kognitif, afektif dan psikomotor pada individu karena adanya
dorongan dari dalam diri, baik itu sebelum dan sesudah melakukan
sebuah aktivitas.
2. Guru adalah pendidik yang sudah lama bekerja di SMK Sukamaju
(12 tahun)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi paparan secara berurutan mengenai hakekat dinamika
psikologis yang terdiri dari pengertian dinamika psikologis, dan bagian-
bagian dinamika psikologis serta SMK Sukamaju yang terdiri dari deskripsi
sekolah dan budaya sekolah.
A. Hakekat Dinamika Psikologis
Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai pengertian dari
dinamika psikologis dan bagian-bagian dalam dinamika psikologis.
1. Pengertian Dinamika Psikologis
Dalam pembahasan mengenai pengertian dinamika psikologis, akan
dijelaskan secara berurutan pengertian dari dinamika, psikologis,
psikologi dan dinamika psikologis dari beberapa ahli.
Freud (Feist & Roberts, 2017) berpendapat bahwa istilah dinamika
atau prinsip motivasional dapat menjelaskan kekuatan-kekuatan yang
mendorong tindakan manusia. Hal senada juga diungkapkan oleh Ifsada
(2018) yang berpendapat bahwa dinamika merupakan tenaga kekuatan
yang selalu berkembang dan berubah.
Dinamika mengandung arti bahwa setiap manusia memiliki
kehidupan yang dinamis, selalu berubah-ubah dan berkembang setiap
saat, sedangkan psikologis merupakan persamaan dari kata psikis,
mental dan jiwa seseorang (Nurhayati, 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dinamika
merupakan sebuah gerak atau kekuatan yang selalu bergerak,
berkembang sehingga menimbulkan sebuah perubahan.
Ifsada (2018) berpendapat bahwa psikologi berasal dari bahasa
Yunani yang terdiri dari kata psyche atau psikis yang artinya jiwa dan
logos yang berarti ilmu, jadi secara harafiah, psikologi berarti ilmu jiwa
atau ilmu yang mempelajari tentang ilmu-ilmu kejiwaan. Selain itu ada
pendapat lain yakni Walgito (Ifsada, 2018) yang mengatakan bahwa
psikologi adalah ilmu tentang perilaku atau aktivitas-aktivitas individu.
Perilaku atau aktivitas-aktivitas tersebut dalam pengertian luas yaitu
perilaku yang tampak atau perilaku yang tidak tampak.
Saptoto (Nurhayati, 2016) berpendapat bahwa dinamika psikologis
sebagai keterkaitan antara berbagai aspek psikologis yang ada dalam diri
seseorang dengan faktor-faktor dari luar yang mempengaruhinya”,
namun ada ahli lain yakni Chaplin (Nurhayati, 2016) yang berpendapat
bahwa dinamika psikologis merupakan sebuah sistem psikologis yang
menekankan penelitian terhadap hubungan sebab akibat dalam motif
dan dorongan hingga munculnya sebuah perilaku. Selain kedua ahli
tersebut, adapun ahli lain yakni Widiasari (Ifsada, 2018) berpendapat
bahwa dinamika psikologis merupakan aspek motivasi dan dorongan
yang bersumber dari dalam maupun dari luar individu, yang
mempengaruhi mental serta membantu individu menyesuaikan diri
dengan keadaan dan perubahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Dalam diri setiap individu, pasti memiliki sumber energi psikis yang
menggerakkan seseorang dalam bertindak, dan itulah yang akan
menentukan karakteristik dari kepribadian seseorang. Sejak manusia
dilahirkan, masing-masing sudah memiliki energi, dan energi tersebut
bisa disalurkan dalam bentuk yang bermacam-macam. Pendapat ini juga
diperkuat oleh Olson & Hergenhahn (2013) yang mengatakan bahwa
manusia dilahirkan dengan energi psikis yang kurang lebih sama
jumlahnya, dan energi tersebut tidak pernah tetap atau pasif bentuknya,
melainkan bertransformasi dan akan menentukan kepribadian seseorang
ketika energi tersebut didistribusikan.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dinamika
psikologis adalah sebuah perubahan psikis terkait kognitif, afektif dan
psikomotor baik itu sebelum dan sesudah melakukan sebuah aktivitas
yang disebabkan karena adanya dorongan dari dalam diri.
2. Bagian Dinamika Psikologis
Berdasarkan pengertian dinamika psikologis, dapat diketahui bahwa
ada beberapa energi atau dorongan yang menyebabkan adanya
perubahan terkait kognitif, afektif, dan psikomotor. Dorongan tersebut
akan dijelas kaan dalam struktur kepribadian dan mekanisme
pertahanan diri yang kemudian memunculkan perilaku manusia.
a. Struktur dan dinamika kepribadian
Struktur kepribadian menurut Sigmund Freud pada awalnya
hanya terdiri dari tiga tingkat kesadaran yaitu alam sadar, prasadar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dan tidak sadar. Struktur kepribadian ini kemudian berkembang
menjadi tiga struktur lain yaitu das es (id), das ich (ego) dan das
ueber ich (superego). Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Alwisol
(Ja’far, 2015) yang mengatakan bahwa “Struktur kepribadian
menurut Freud memiliki tiga tingkat kesadaran, yaitu sadar
(conscious), prasadar (preconscious), dan tidak sadar
(unconscious).” Seiring berjalannya waktu, yaitu pada tahun 1923,
Freud mengembangkan tiga model struktural yang lain, yaitu das es
atau biasa dikenal id, das ich atau biasa dikenal dengan ego dan das
ueber ich atau biasa dikenal dengan superego. Struktur baru ini tidak
mengganti struktur lama, tetapi melengkapi gambaran mental
terutama dalam fungsi dan tujuannya. Dalam pembahasan ini, lebih
difokuskan kepada id, ego dan superego.
Id, ego dan superego masing-masing mempunyai fungsi, sifat,
komponen serta prinsip kerja sendiri-sendiri, akan tetapi ketiganya
berhubungan sangat erat sehingga sukar (tidak mungkin) dipisah-
pisahkan terkait pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia.
Adanya struktur kepribadian ini yang kemudian memunculkan
dinamika yang mana perilaku manusia dalam keadaan tertentu bisa
saja dikuasai oleh id, ego maupun superego. Dinamika perilaku
kadang didominasi oleh id, yang kemudian bergerak ke superego
ataupun ego, begitupun sebaliknya yang mana kepribadian kadang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
didominasi oleh superego yang kemudian bergerak kembali ke id
ataupun ego.
1) Id
Id merupakan aspek biologis yang berisikan hal-hal yang
dibawa sejak lahir berupa nafsu, gairah instink dan lain-lain yang
kesemuanya tidak disadari dan menuntut pemuasan. Lapisan
tidak sadar ini selalu ingin mencapai kenikmatan dengan tidak
mau menderita.
Freud (Suryabrata, 2006) berpendapat bahwa id cenderung
mengejar kesenangan dan menghindari rasa sakit. Id tidak
menunjukkan ketertarikan kepada realitas, dan dapat mencari
pemuasan melalui pengimajinasian bahwa dia mendapatkan
yang diinginkan. Id bersifat subjektif, tidak disertai dengan
alasan, logika, nilai, dan moral atau etika.
Prawira (2014) berpendapat bahwa sifat-sifat id dikuasai
atau didominasi oleh prinsip kenikmatan atau prinsip mencari
kepuasan, bersifat tidak logis, berisi semua keinginan yang
ditekan termasuk pikiran-pikiran.
Freud (Suryabrata, 2006) mengatakan bahwa energi psikis di
dalam id dapat meningkat oleh karena perangsang, baik itu
perangsang dari luar, maupun perangsang dari dalam. Jika energi
psikis itu meningkat, maka akan menimbulkan tegangan, yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
akan berorientasi pada perasaan tidak nyaman, sehingga id perlu
menghilangkan ketegangan tersebut dengan mereduksi energi.
(Prawira, 2014: 189) berpendapat bahwa
“Id menempuh dua cara dalam menghilangkan
ketidakenakan untuk selanjutnya dapat mencapai
kenikmatan yaitu pertama dengan melakukan refleks
dan reaksi-reaksi otomatis, seperti bersin, berkedip-
kedip, gerakan menghindar dan lain-lain. Cara yang
kedua adalah melakukan proses primer yaitu dengan
membayangkan sesuatu seperti makanan dan benda-
benda lainnya.”
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa id
merupakan aspek bilogis yang sudah ada sejak manusia itu
dilahirkan. Segala keinginan dan harapan juga merupakan bagian
dari id yang menjadi motivasi manusia dalam bertindak. Tanpa
adanya id, manusia tidak akan mungkin bertindak karena
merupakan sumber energi dasar.
Perubahan keinginan dalam id juga bisa terjadi. Perubahan
keinginan ini terjadi karena berbagai faktor baik itu faktor di luar
diri individu maupun faktor yang ada di dalam diri individu.
Ketika keinginan dalam diri individu semakin banyak, energi
yang ada dalam diri individu juga akan meningkat dan akan
menimbulkan rasa ketidaknyamanan, sehingga untuk mengurangi
rasa tidak nyaman, id perlu untuk mengurangi energi tersebut.
Cara yang biasa dilakukan id untuk mengurangi energi tersebut
adalah dengan menghayal. Hayalan biasanya menjadi salah satu
cara pemenuhan keinginan yang ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2) Ego
Freud (Suryabrata, 2006) berpendapat bahwa ego adalah
aspek psikologis dari kepribadian dan timbul karena kebutuhan
organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia
kenyataan (realita). Ego bekerja berdasarkan prinsip kenyataan
(realita) dan bereaksi dengan proses-proses sekunder dengan
maksud mencari objek yang tepat guna mereduksi tegangan-
tegangan yang terjadi di dalam diri manusia (Prawira, 2014).
Ego adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian, yang
memiliki dua tugas utama. Memilih stimultan mana yang hendak
di respons dan atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai
dengan prioritas kebutuhan. Kedua adalah menentukan kapan
dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan
tersedianya peluang yang resikonya minimal. Alwisol
(Abraham, 2018) berpendapat bahwa ego sebagai eksekutif
kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan id sekaligus juga
memenuhi kebutuhan moral dan kebutuhan berkembang
mencapai kesempurnaan dari superego.
Ciri atau lapisan ego adalah semuanya disadari, pada
hakekatnya bersifat logis, rasional, bertugas menghadapi
kenyataan atau realitas dalam lingkungan di sekitar kita dan
kondisi-kondisi lingkungan yang nyata.
Freud (Prawira, 2014: 190), berpendapat bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
“Seseorang yang merasa lapar atau haus perlu makan atau
minum secukupnya agar rasa lapar atau hausnya hilang.
Tegangan-tegangan yang ada di dalam diri seseorang
sewaktu lapar atau haus akan hilang setelah orang yang
bersangkutan makan atau minum secukupnya. Dengan
demikian, untuk menghilangkan tegangan-tegangan itu
orang harus meniadakan suatu khayalan tentang makanan
atau minuman dengan makan atau minum yang
sesungguhnya.”
Merencanakan sesuatu untuk dapat memuaskan kebutuhan
seperti pergi ke suatu tempat untuk dapat mengetahui berhasil
atau tidak merupakan peran dari ego. Hal ini juga diperkuat oleh
Freud (Prawira, 2014) yang mengatakan bahwa ego merupakan
aspek esksekutif manusia. Ego bertugas mengontrol jalan atau
cara yang ditempuh oleh pribadi-pribadi dan memilih
kebutuhan-kebutuhannya. Ego ibarat jembatan yang menjadi
perantara kebutuhan-kebutuhan instingtif dengan keadaan
lingkungan demi kepentingan organisme itu sendiri.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ego
adalah aspek psikologis yang menekankan pada pemikiran yang
logis berdasarkan realita yang ada di lingkungan sekitar. Ego
sebagai perantara atau pemenuhan segala keinginan-keinginan
dari id yang didasari oleh pemikiran yang rasional.
3) Superego
Superego merupakan aspek sosiologis dari manusia. Freud
(Prawira, 2014) berpendapat bahwa aspek sosiologis yang
pernah dimiliki oleh manusia merupakan wakil dari nilai-nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan
orang tua kepada anak-anaknya. Abraham (2017) berpendapat
bahwa superego adalah kekuatan moral dan etik dari
kepribadian, yang beroperasi memaknai prinsip idealistik
sebagai lawan dari kepuasan id dan prinsip realistik ego.
Ahmad (2011) berpendapat bawa superego bertindak
sebagai sesuatu yang ideal, yang sesuai dengan norma dan moral
masyarakat. Dengan kata lain superego merupakan sistem
kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan yang sifatnya
evaluatif. Superego adalah bagian moral dari kepribadian
manusia karena ia merupakan filter dari sensor baik-buruk,
salah-benar, boleh-tidak sesuatu yang dilakukan oleh dorongan
ego. Hal senada juga diungkapkan oleh ahli yang lain yakni
Husin (2017) yang berpendapat bahwa superego dipergunakan
untuk menyempurnakan dan membudayakan perilaku manusia.
Maksudnya segala perilaku manusia akan dibuat untuk supaya
tidak melanggar norma-norma, adat serta budaya yang ada di
masyarakat. Superego akan memberikan penilaian dan
melakukan pilihan benar salah, baik buruk, bermoral atau tidak.
Pilihan ini merupakan solusi bagi ego dalam memberikan
keputusan atas tuntutan id.
Superego berperan dalam menentukan perilaku mana yang
pantas dan tidak pantas menurut norma yang ada di masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
karena ia bekerja berdasarkan prinsip moralitas. Sebagai
konsekuensi atas kepantasan dan ketidakpantasan, superego
akan memunculkan rasa bersalah terhadap perilaku yang tidak
sesuai dengan aturan yang ada serta memunculkan perasaan
yang positif terhadap diri individu ketika melakukan sesuatu
berdasarkan norma yang ada di masyarakat. Pandangan ini juga
diperkuat oleh Feist & Roberts (2017) yang mengatakan bahwa
pengalaman hukuman untuk perilaku yang tidak pantas
mengajarkan individu akan hal-hal yang sebaiknya tidak
dilakukan dan pengalaman mendapatkan penghargaan untuk
perilaku yang tepat akan mengarahkan individu pada hal-hal
yang sebaiknya dilakukan.
Freud (Ahmad, 2011) berpendapat bahwa superego
mengandung dua bagian penting yaitu suara hati (nurani) dan
ego ideal. Suara hati adalah bagian superego yang bersifat
menghukum, negatif dan kritis yang melarang sesuatu dan
menghukum dengan rasa bersalah jika kita melanggar aturannya.
Bagian lain superego adalah ego ideal, yaitu ide atau aspirasi-
aspirasi positif yang dilakukan dan dapat imbalan hadiah atas
perbuatannya.”
Freud (Feist & Roberts, 2017) berpendapat bahwa suara hati
berasal dari pengalaman ketika mendapat hukuman untuk
perilaku yang tidak pantas dan mengajari kepada kita mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
hal-hal yang sebaiknya dilakukan sedangkan ego ideal
berkembang dari pengalaman ketika kita mendapatkan imbalan
atau penghargaan untuk perilaku yang tepat dan mengarahkan
kita kepada hal-hal yang sebaiknya dilakukan.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa,
superego adalah aspek sosiologis yang berisi nilai-nilai dan
aturan moral. Superego sangat berkaitan erat dengan afektif,
yang mana superego akan memunculkan perasaan positif ketika
individu melakukan atau melihat kejadian yang sesuai dengan
moral atau nilai-nilai hidup yang ada di masyarakat. Sebaliknya,
superego akan memunculkan perasaan negatif ketika individu
melakukan atau melihat kejadian yang tidak sesuai dengan moral
atau nilai-nilai yang ada di masyarakat.
b. Mekanisme Pertahanan Diri
Mekanisme pertahanan diri adalah sesuatu yang wajar yang
muncul dalam diri setiap individu. Mekanisme pertahanan diri
bisa muncul ketika adanya sebuah konflik yang dialami,
sehingga untuk bisa mengurangi kecemasan karena konflik
tersebut, individu akan melakukan mekanisme pertahanan
terhadap dirinya. Ketika seorang individu melakukan melakukan
mekanisme pertahanan terhadap diri, biasanya terjadi secara
spontan dan individu tersebut tidak menyadari perilakunya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Mekanisme pertahanan diri bisa muncul dalam bentuk persepsi
ataupun perilaku.
Semius (Rahmatika, 2019) berpendapat bahwa mekanisme
pertahanan diri adalah sesuatu yang normal, namun bila
digunakan secara berlebihan, mekanisme tersebut dapat
menyebabkan tingkah laku yang kompulsif, repetitif, dan
neurotik.
Berikut ini adalah beberapa contoh mekanisme pertahanan
diri yang dikemukakan oleh Freud, di antaranya adalah sebagai
berikut:
a) Represi
Freud (Friedman & Schustack, 2008) berpendapat bahwa
represi adalah mekanisme pertahanan ego yang menekan
pikiran-pikiran yang mengancam ke alam ketidaksadaran.
Feist & Roberts (2017) berpendapat bahwa represi
merupakan mekanisme pertahanan diri yang paling dasar,
karena dapat memunculkan bentuk-bentuk mekanisme
pertahanan diri yang lain. Ada juga ahli lain yakni Dachrud
& Soleman (2018) yang mengatakan bahwa represi
merupakan cara individu untuk menekan perasaan frustrasi,
konflik batin, mimpi buruk dan sejenisnya yang
menimbulkan kecemasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
represi merupakan salah satu bentuk mekanisme pertahanan
diri, yang mana dorongan-dorongan dari id diredam,
sehingga perasaan-perasaan dibawa secara paksa ke dalam
alam tidak sadar.
Misalnya seorang perempuan muda bisa selamanya
merepresi (meredam) rasa marah terhadap adik
perempuannya karena rasa bencinya tersebut memunculkan
kecemasan yang terlalu besar.
b) Pembentukan reaksi
Feist & Roberts (2017) berpendapat bahwa dorongan di
alam tidak sadar secara konstan berusaha agar disadari, dan
banyak dari dorongan tersebut yang berhasil masuk ke alam
sadar, meskipun tidak lagi muncul dalam bentuk asli. Ada
juga ahli lain yakni Dachrud & Soleman (2018) yang
mengatakan bahwa individu melakukan pembentukan reaksi
ketika ia berusaha menyembunyikan motif dan perasaan
yang sesungguhnya dan menampilkan wajah yang
berlawanan dari ekspresi yang sesungguhnya. Hal senada
juga diungkapkan oleh Friedman & Schustack (2008) yang
berpendapat bahwa pembentukan reaksi adalah proses
mengenyahkan dorongan-dorongan yang mengancam
dengan cara sangat berfokus pada sesuatu yang merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
kebalikan dari pikiran dan tindakan seseorang yang
sebenarnya.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembentukan reaksi merupakan salah satu mekanisme
pertahanan diri, yang mana dorongan ditekan dan berusaha
untuk disadari, akan tetapi bertentangan dengan bentuk
semula.
Sebagai contoh seorang anak menunjukkan amarahnya
secara tidak langsungelalui ungkapan rasa cinta dan pujian
yang berlebihan kepada ayahnya.
c) Pengalihan
Olson & Hergenhahn (2013) berpendapat bahwa
pengalihan adalah penggantian sebuah pemuas kebutuhan
dengan pemuas kebutuhan lain. Ada juga ahli lain yang
mengatakan bahwa pengalihan merupakan salah satu bentuk
mekanisme pertahanan diri yang mana individu mentransfer
perasaan dari target yang sebenarnya ke target pengganti
(Dachrud & Soleman, 2018).
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa pengalihan adalah salah satu bentuk mekanisme
pertahanan diri, yang mana dorongan-dorongan diarahkan
kepada sejumlah objek atau orang, sehingga dorongan yang
sebenarnya terselubung atau tersembunyi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Sebagai contoh:
Seorang wanita yang marah terhadap teman sekamarnya dan
mengalihkan rasa marahnya tersebut kepada pegawainya,
kucing peliharaannya atau boneka binatang miliknya.
d) Fiksasi
Salah satu bentuk mekanisme pertahanan diri, yang mana
adanya kelekatan permanen ke dalam tahap perkembangan
saat ini.
Feist & Roberts (2017) berpendapat bahwa jika tahap
perkembangan yang lebih lanjut memunculkan kecemasan
yang begitu besar, maka ego bisa mengambil strategi untuk
tetap bertahan di tahap psikologis saat ini, yang lebih
nyaman.
Sebagai contoh:
Ada seorang anak yang sangat nyaman dengan ibunya,
sehingga ia cenderung sangat dekat dengan ibunya dan tidak
mau digendong oleh orang lain.
e) Regresi
Olson & Hergenhahn (2013) berpendapat bahwa
regresi merupakan salah satu bentuk mekanisme pertahanan
diri yang mana individu yang mengalami stres mundur
kembali ke tahap perkembangan sebelumnya yang lebih
aman. Di bawah kondisi stres yang ekstrem orang dewasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
dapat berbaring dalam posisi meringkuk seperti janin dalam
kandungan, yang lain pulang ke rumah ibu, sementara yang
lain bisa berbaring di tempat tidur sepanjang hari dan
bersembunyi di balik selimut dari dunia luar yang keji dan
penuh ancaman (Feist & Roberts, 2017).
Sebagai contoh:
Seorang anak yang sedang mengikuti ujian harus kembali
menemui ibunya di rumah dulu agar bisa kembali ke sekolah
lagi untuk mengerjakan soal ujiannya.
f) Proyeksi
Feist & Roberts (2017) berpendapat bahwa proyeksi
merupakan salah satu bentuk mekanisme pertahanan diri
yang mana adanya pengurangan rasa cemas yang dilakukan
oleh ego dengan mengarahkan dukungan yang tidak
diinginkan ke objek eksternal. Ada juga ahli lain yang
berpendapat bahwa proyeksi adalah mekanisme pertahanan
diri di mana impuls yang menyebabkan kecemasan tersebut,
atau memproyeksikannya ke orang lain (Friedman &
Schustack, 2008).
Sebagai contoh:
Seorang pria yang menyukai wanita tertentu, akan tetapi
karena ia malu untuk mengungkapkannya, ia pun
memproyeksikan perasaan dan pikiran kepada teman-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
temannya dengan mengatakan bahwa “Kelihatannya wanita
itu menyukai saya, akan tetapi dia terlihat cuek dan malu
menunjukannya.”
g) Introyeksi
Feist & Roberts (2017) berpendapat bahwa introyeksi
merupakan mekanisme pertahanan ketika seorang
meleburkan sifat-sifat positif orang lain ke dalam egonya
sendiri.
Misalnya, seorang remaja yang melakukan introyeksi atau
mengadopsi perilaku, nilai atau gaya hidup seorang bintang
film.
h) Sublimasi
Friedman & Schustack (2008) berpendapat bahwa
sublimasi adalah pengubahan dorongan-dorongan berbahaya
menjadi motivasi yang positif yang dapat diterima secara
sosial. Mencegah dan meredahkan kecemasan dengan
merubah dorongan libido ke arah yang lebih dapat diterima”
(Dachrud & Soleman, 2018).
Tujuan sublimasi diungkapkan secara jelas, terutama
melalui pencapaian kultural, seperti pada seni, musik, juga
sastra (Feist & Roberts, 2017).
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
sublimasi merupakan salah satu bentuk mekanisme
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
pertahanan diri yang mana dorongan-dorongan yang dialami
oleh seseorang dialihkan kepada kegiatan yang positif.
Sebagai contoh:
Seseorang yang sedang marah mengungkapkan
kemarahannya dengan bermain musik ataupun dengan
melukis.
i) Rasionalisasi
Friedman & Schustack (2008) berpendapat bahwa
rasionalisasi adalah mekanisme yang melibatkan
memberikan penjelasan logis terhadap perilaku yang
sebenarnya didorong oleh motif-motif tidak sadar dalam diri.
Selain itu, ada ahli lain yang berpendapat bahwa individu
dapat melakukan rasionalisasi ketika individu tersebut
menemukan alasan yang dapat diterima untuk perilaku atau
situasi yang tidak dapat diterima. Psikoanalisis dapat
mengenali dengan baik bahwa penjelasan yang kita berikan
mengenai perilaku kita tidak selalu harus berkaitan dengan
penyebab yang sebenarnya (Dachrud & Soleman, 2018).
B. SMK Sukamaju
Pada bagian ini, akan dijelaskan mengenai deskripsi SMK Sukamaju
dan budaya yang ada di SMK Sukamaju.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
1. Deskripsi SMK Sukamaju
SMK Sukamaju merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan
yang berada di Yogyakarta dan berada di bawa naungan Yayasan Adhya
Garini. Yayasan Ardhya Garini ini juga bekerja sama dengan TNI AU
dalam bidang pendidikan.
Ada 5 jurusan yang terdapat di sekolah ini, yaitu Airframe
Powerplant (AP), Electrical Avionics (EA), Aircraft Electricity (AE),
Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Aircraft Machining (AM).
Jumlah siswa/siswi yang ada di SMK Sukamaju ini sangat banyak,
yang terbagi dalam puluhan kelas. Kelas X terdiri dari 15 kelas, XI
terdiri dari 13 kelas dan Kelas XII terdiri atas 13 kelas dengan masing-
masing jurusan yang ada. Jumlah siswa/i yang ada di setiap kelas sekitar
30-an, yang mana didominasi oleh siswa laki-laki.
SMK Sukamaju juga memiliki banyak sekali kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler ini terdiri dari peleton inti
(TONTI), pramuka, keputrian, olahraga (futsal, basket, volley, tarung
derajat, karate, renang, sispala, water rocket, aeromodelling), seni (baca
alquran, paduan suara, hadroh, karawitan), akademik (english club,
kkpi, mading dan buletin), sains (matematika dan fisika) dan PMR.
2. Budaya SMK Sukamaju
SMK Sukamaju adalah sebuah sekolah yang memiliki budaya yang
sangat berbeda jauh dengan sekolah-sekolah pada umumnya, walaupun
tidak menutup kemungkinan bahwa ada banyak juga budaya yang ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
pada sekolah ini, yang sama dengan sekolah-sekolah pada umumnya.
Budaya senyum, salam dan menyapa pun dilakukan di sekolah ini,
hanya saja cara dalam menyampaikannya sedikit berbeda dengan
sekolah-sekolah pada umumnya. Siswa/i memiliki kebiasaan sebelum
berbicara dengan guru atau kakak kelas mereka. Sebelum berbicara
dengan guru atau kakak kelas, mereka terlebih dahulu wajib mengatakan
“Siap!, izin untuk bertanya Bu, Ka”.
Pendidikan pada tingkat kelas X diwajibkan untuk selalu menyapa
guru dan kakak kelasnya ketika bertemu atau berpapasan dengan
kalimat “Selamat pagi Bu/Pak/ kak!”. Ucapan selamat ini diucapkan
dengan suara yang tegas. Tujuan dari sapaan ini adalah untuk
menghormati satu sama lain. Sapaan yang dilakukan siswa/i ini menjadi
unik karena memiliki gerakan tersendiri dengan gaya yang tegap serta
menggunakan suara yang lantang. Pada dasarnya apel pagi dimulai pada
pukul 06.30 WIB dan dilanjutkan dengan proses pembelajaran pada
pukul 07.30 WIB, sehingga waktu sebelum apel, mereka harus sudah
berada di sekolah, dan bahkan ketika pukul 05.00 WIB, sudah terdapat
banyak siswa yang ada di sekolah. waktu apel pagi dan kegiatan belajar
mengajar mungkin sama dengan sekolah-sekolah pada umumnya, akan
tetapi menjadikan unik dari SMK Sukamaju ini adalah masih ada apel
lanjutan, yakni adanya apel sore pada pukul 16.00 WIB. Apel sore
biasanya disesuaikan dengan selesainya jam pelajaran terakhir dan
setelah itu masih dilanjutkan dengan ekstrakurikuler yang mereka ikuti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
SMK Sukamaju sangat menjunjung tinggi nilai kedisiplinan.
Penerapan kedisiplinan itu bisa dilihat dalam berbagai aturan
pendisiplinan yang ada di sekolah tersebut. Pada setiap apel, akan ada
pamong atau guru yang memimpin apel. Jika ada siswa/i yang
melakukan pelanggaran ketika mengikut apel, maka siswa/i tersebut
akan dipanggil dan diberikan sanksi berupa push up, roll, seat up, lari
mengelilingi lapangan, dijemur dibawah terik matahari, dijewer,
dibentak dan begitu banyak sanski lainnya.
Siswa/i SMK Sukamaju wajib untuk memotong rambut setiap kali
rambut mereka sudah tumbuh melewati batas yang telah disepakati. Ada
peraturan tersendiri bagi siswa/i kelas X/XI/XII dalam hal potongan
rambut, hal ini juga berlaku bagi mereka yang menggunakan hijab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai jenis penelitian, waktu
dan tempat penelitian, responden penelitian, teknik dan instrumen
penelitian, keabsahan data, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif.
Sukmadinata (2008) berpendapat bahwa penelitian kualitatif
adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan
dan menganalisis fenomena, peristiwa, akivitas sosial, sikap,
kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual atau
kelompok.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kasus. Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif
seorang individu, kelompok, atau lembaga yang dianggap
memiliki atau mengalami kasus tertentu (Arifin, 2011).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di SMK Sukamaju. Waktu
pelaksanaan penelitian yaitu selama bulan Desember 2019
sampai Juni 2020.
C. Responden Penelitian
Responden penelitian ini adalah seorang guru di SMK
Sukamaju. Guru tersebut sudah lama mengajar di SMK
Sukamaju, yakni 12 tahun. Alasan responden dijadikan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
narasumber karena respoden sudah lama bekerja di sekolah
tersebut, sehingga bisa didapatkan gambaran proses perjalanan
atau dinamika selama bekerja di SMK Sukamaju.
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Data tentang dinamika psikologis guru SMK Sukamaju
dikumpulkan dengan cara wawancara yang mendalam.
1. Wawancara
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara tidak
terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara
yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara
yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2015).
Wawancara tidak terstruktur ini memungkinkan adanya
fleksibilitas dalam mengembangkan pertanyaan sesuai
respons yang diberikan oleh subjek. Hasil wawancara
dituliskan dalam bentuk verbatim yang ditulis kata per kata
percakapan yang terdapat dalam wawancara. Pedoman
wawancara dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1.1 Pedoman Wawancara
Pertanyaan
Penelitian
Item Pertanyaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
1. Pikiran, perasaan,
dan perilaku guru
ketika awal, selama
berproses hingga
sekarang selama
mengajar di SMK
Sukamaju.
a. Bagaimana pandangan
ibu ketika awal masuk
di SMK Sukamaju?
b. Apa yang ibu pikirkan
ketika awal mengajar di
SMK Sukamaju?
c. Bagaimana pikiran ibu
selama berproses
mengajar di SMK
Sukamaju?
d. Pernahkah ibu
mempunyai pikiran
untuk keluar dari SMK
Sukamaju?
e. Apa yang ibu pikirkan
saat ini?
f. Apa yang ibu rasakan
ketika awal masuk di
SMK Sukamaju?
g. Apa saja perasaan yang
muncul ketika ibu
berproses dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
mengajar di SMK
Sukamaju?
h. Bagaimana perasaan ibu
sampai saat ini?
i. Bentuk pendisiplinan
apa yang biasa ibu
terapkan ketika awal
mengajar di SMK
Sukamaju?
j. Apakah ada perubahan
pemberian
pendisiplinan terhadap
siswa siswi?
k. Sampai saat ini, bentuk
pendisiplinan apa yang
ibu terapkan?
Motivasi guru
ketika masih
bertahan
bekerja di SMK
Sukamaju
a. Apa alasan ibu masih
bertahan di SMK
Sukamaju?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
E. Keabsahan Data
Menurut Sugiyono (2015) pengujian keabsahan data dapat
digunakan dengan berbagai cara, salah satunya adalah member
check yakni proses pengecekan data yang diperoleh peneliti
kepada pemberi data. Peneliti menggunakan member check
untuk mengecek keabsahan data yang diperoleh peneliti dari
responden.
Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa
jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh
pemberi data. Apabilah data yang ditemukan disepakati oleh
pemberi data berarti data tersebut valid sehingga semakin
dipercaya. Akan tetapi apabila data yang ditemukan dengan
berbagai penafsiran tidak disepakati oleh pemberi data, maka
perlu dilakukan diskusi dengan pemberi data bahkan jika
perbedaanya tajam maka perlu diubah temuan tersebut.
Hasil verbatim akan dikirim dalam bentuk file lewat
whatsapp yang ditujukan ke responden, setelah itu reponden
diminta untuk melihat kembali isi dari verbatim dan memberikan
konfirmasi terkait benar atau tidak pernyataan yang ada di dalam
verbatim. Jika terdapat isi verbatim yang masih kurang atau
belum tepat, maka akan segera diperbaiki sesuai pernyataan
responden. Setelah isi verbatim dinyatakan sudah sesuai oleh
responden, maka data verbatim tersebut dinyatakan valid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasikan dengan cara mengorganisasikan
data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan akan dipelajari dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain
(Sugiyono, 2015).
Teknik analisis data dapat dilakukan dengan tahap-tahap
sebagai berikut:
1. Tahap membaca verbatim
Verbatim dibaca berulang-ulang untuk menemukan ide-ide
pokok tentang penelitian
2. Tahap membuat kode (koding)
Memberi kode pada tema yang muncul pada verbatim,
berdasarkan tujuan penelitian atau muncul dari data yang
diperoleh.
Pada bagian koding, akan diberikan kode sebagai berikut:
Inisial Responden : BR
Dinamika Pikiran (kognitif) : DK
Dinamika Perasaan (Afektif) : DA
Dinamika Perilaku (Psikomotor) : DP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Motivasi Bertahan Mengajar : MOT
3. Tahap kategorisasi
Setelah memberi kode pada tema yang muncul dalam
verbatim, selanjutnya adalah kategorisasi atau penyajian
data. Kategorisasi berarti memilah-milah teman besar, sub-
sub tema dari semua data sehingga dapat ditemukan pola dari
verbatim.
Kategorisasi yang dilakukan adalah melakukan pemisahan
pernyataan responden yakni pengertian dinamika psikis, id,
ego, superego dan mekanisme pertahanan diri.
4. Tahap menyaring data
Setelah menemukan kalimat yang memperkuat tema, maka
tahap selanjutnya menyaring data. Penyaringan data
dilakukan dengan mencari gambaran besar dari hasil
penelitian, memilah yang penting dan yang tidak penting,
temuan yang utama atau yang hanya penunjang.
5. Tahap interpretasi
Setelah semua tahap dilakukan, selanjutnya
melakukan interpretasi akhir. Tahap ini menjelaskan makna
yang terpenting dari data yang diperoleh. Tahap-tahap di atas
dapat dilakukan secara bersamaan atau berurutan, atau
simultan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi deskripsi data, pelaksanaan penelitian, hasil penelitian dan
pembahasan berupa informasi-informasi yang sudah diperoleh sebagai hasil
penelitian. Demi menjaga responden, maka nama dan beberapa informasi lainnya
disamarkan.
A. Deskripsi Data
Berikut ini adalah gambaran mengenai identitas dari responden:
1. Identitas Subjek
Nama : BR
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 42 thn.
Pekerjaan : Guru di SMK Sukamaju
Lama mengajar : 12 tahun
B. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan wawancara dengan subjek dilakukan di SMK
Sukamaju. Subjek penelitian adalah seorang guru Bimbingan dan Konseling
di SMK Sukamaju. Nama Subjek disamarkan dengan inisial BR.
Proses wawancara dengan subjek dilakukan pada bulan Januari,
tepatnya pada tanggal 06 Januari 2020 dilakukan pertemuan untuk
membangun kedekatan dan menentukan jadwal wawancara. Wawancara
kemudian dilakukan pada tanggal 09 Januari 2019 pukul 09.30-11.15 WIB
tepatnya di dalam ruangan Bimbingan dan Konseling.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
C. Hasil Penelitian
Dari wawancara yang dilakukan peneliti terhadap responden,
diperoleh hasil yang berkaitan dengan dinamika psikologis guru SMK
Sukamaju ditinjau teori psikoanalisa Sigmund Freud.
1. Dinamika psikologis selama mengajar di SMK Sukamaju
Sebuah pekerjaan tentunya akan menimbulkan berbagai dinamika,
baik itu pikiran, perasaan maupun tindakan. Entah pikiran dan perasaan
yang awalnya positif kemudian menjadi negatif ataupun sebaliknya
perasaan yang negatif ke perasaan yang positif, sehingga berpengaruh
terhadap perilaku seseorang. Berikut ini akan dijelaskan secara
berurutan hasil penelitian mengenai dinamika pikiran, perasaan, dan
tindakan yang di mulai ketika awal bekerja, selama berproses, hingga
saat ini selama mengajar di SMK Sukamaju.
a. Dinamika pikiran
1) Pikiran ketika awal masuk mengajar di SMK Sukamaju
Dalam dinamika psikologis terkait pikiran yang dialami oleh
responden, ditemukan hasil bahwa responden memandang SMK
Sukamaju adalah sekolah yang memiliki kedisiplinan yang sangat
tinggi, karena berada pada lingkup kemiliteran. Hal tersebut dapat
dilihat dari ungkapan responden dalam wawancara sebagai
berikut:
“Pandangan saya tentang sekolah ini ketika pertama kali
saya masuk adalah, sekolah ini berada pada lingkup
kemiliteran sehingga tentunya memiliki disiplin yang sangat
tinggi.” (BR/DK, 049-052)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Adanya kondisi sekolah dengan budaya kedisiplinan yang tinggi
kemudian membuat responden berpikir bahwa ia perlu
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada di sekolah serta
bisa menjadi panutan. Hal tersebut dapat dilihat dari ungkapan
responden dalam wawancara sebagai berikut:
“Awal masuk di sini, saya mulai berpikir bahwa saya harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada di sekolah
ini dan saya harus menjadi panutan walaupun mungkin
sebelumnya saya harus di rumah dan dengan rutinitas saya
sendiri yang semuanya ibaratnya saya kelolah sendiri, tetapi
bukan kendala bagi saya.” (BR/DK, 138-143)
2) Pikiran ketika selama berproses mengajar di SMK Sukamaju
Selama berproses dalam mengajar, tentunya akan ada banyak
perubahan dalam cara berpikir. Hal ini juga berlaku terhadap
responden. Responden mengungkapkan bahwa siswa/i perlu
dibina baik itu secara fisik maupun secara verbal agar dapat
terbentuk kedisiplinannya. Akan tetapi responden lebih
menekankan pada pembinaan secara verbal yakni dengan
menerapkan prinsip-prinsip BK. Hal tersebut dapat dilihat dari
ungkapan responden dalam wawancara sebagai berikut:
“Untuk membentuk suatu kedisiplinan itu, siswa perlu
dibina, baik itu secara fisik maupun secara verbal, akan tetapi
saya lebih menekankan pada prinsip BK, yakni menjadi
sahabat anak-anak” (BR/DK, 164-167)
Adanya perilaku pada siswa/i yang tidak berubah pada arah yang
lebih baik, kemudian membuat responden berpikir bahwa, bahasa
verbal yang halus tidak selamanya dapat mengubah perilaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
siswa, tetapi juga dengan intonasi yang keras pun dapat
membentuk perilaku siswa/i menjadi lebih baik. Hal tersebut
dapat dilihat dari ungkapan responden dalam wawancara sebagai
berikut:
“Harusnya saya tidak perlu marah tetapi saat itu saya jadi
marah, karena sudah berbagai cara yang saya lakukan tapi
tidak membawa pengaruh terhadap perilaku mereka untuk
berubah menjadi lebih baik. Ada beberapa siswa yang seperti
itu, dan saya kemudian berpikir bahwa untuk menjadikan
perilaku siswa/i menjadi yang lebih baik, itu tidak melulu
harus dengan kelembutan, kadang saya harus agak keras
akhir-akhir ini.” (BR/DK, 230-243)
Selama berproses dalam mengajar, responden menjumpai banyak
sekali siswa/i yang keluar dari sekolah karena alasan tidak betah
dan tidak kuat dengan aturan pendisiplinan yang ada di SMK
Sukamaju. Responden mengungkapkan bahwa ia setuju dengan
keluarnya siswa/i tersebut, dengan alasan bahwa mereka tidak
cocok untuk bertahan di SMK Sukamaju. Hal tersebut dapat
dilihat dari ungkapan responden dalam wawancara sebagai
berikut:
“Saya setuju dengan anak-anak yang keluar dari sini. kalau
anak-anak yang model seperti itu ya, ya sudah memang dia
ngga cocok.” (BR/DK, 507-509)
Tidak dapat dipungkiri, bahwa dalam proses mengajar, terdapat
banyak permasalahan yang muncul, sehingga responden
mempunyai pikiran bahwa seorang konselor juga membutuhkan
konselor yang lain. Hal tersebut dapat dilihat dari ungkapan
responden dalam wawancara sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
“Saya kemudian berpikir bahwa saya di sekolah mengurusi
banyak siswa, sedangkan anak saya sendiri ko tidak bisa
tertangani dengan baik. Tapi memang, ya itu tadi, seorang
konselor pun juga membutuhkan konselor yang lain. Saya
berkomunikasi dengan teman-teman guru BK yang lain,
akhirnya kami menemukan titik temu bahwa tipikal anak
saya memang lebih kepada motorik.” (BR/DK, 561-567)
Responden mengungkapkan bahwa ia setuju dengan aturan
pendisiplinan yang ada di SMK Sukamaju dengan alasan bahwa
ada nilai tambahan ketika siswa/i lulus dari sekolah, yakni
memiliki kedisiplinan yang tinggi yang terbentuk dari proses
pembinaan selama mereka berada di sekolah, sehingga nantinya
bisa menjual ke dunia kerja. Hal tersebut dapat dilihat dari
ungkapan responden dalam wawancara sebagai berikut:
“Jadi sampai saat ini, saya masih setuju untuk pembinaan
anak-anak di sini, karena itu tadi, mau dicari apanya lagi,
kalau istilahnya secara akademis dia belum maksimal. Paling
tidak ditumbuhkanlah kedisiplinan yang tinggi sehingga ada
nilai ples ketika mereka lulus dari sini, dan nantinya bisa
menjual ke dunia kerja. Ya mungkin secara performannya
oke, penampilannya, badannya sudah terbentuk,
kedisiplinannya bagus, jadi ketika perusahan yang
menggunakan juga ikut senang.” (BR/DK, 589-598)
Responden tidak memperbolehkan anaknya untuk bersekolah di
SMK Sukamaju karena responden sudah mengetahui iklim yang
ada di sekolah tersebut. Alasan responden tidak memperbolehkan
anaknya untuk sekolah di SMK Sukamaju karena sekolah
tersebut tidak memajukan bakat anaknya yakni sebagai atlit
taekwondo. Hal tersebut dapat dilihat dari ungkapan responden
dalam wawancara sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
“Engga memperbolehkan, Karena saya sudah mengetahui
budaya yang ada di sekolah ini. Kalau kedisiplinan di
sekolah ini saya senang.Tetapi sepertinya tidak memajukan
bakat anak saya, karena waktunya banyak habis di sini,
sedangkan anak saya punya Club taekwondo di luar, jangan
sampai dia tinggalkan.” (BR/DK, 575-581)
3) Pikiran saat ini
Banyak sekali isi pikiran responden ketika awal masuk mengajar
dan selama beproses dalam mengajar di SMK Sukamaju. Pada
bagian ini akan dijelaskan isi pikiran responden saat ini ketika
mengajar di SMK Sukamaju.
Responden mengungkapkan bahwa ia perlu belajar mendalami
lagi ilmu ke-BK-an agar bisa mengatasi permasalahan siswa yang
semakin kompleks. Hal tersebut dapat dilihat dari ungkapan
responden dalam wawancara sebagai berikut:
“Yang saya pikirkan saat ini adalah saya perlu belajar lagi
dan lagi, karena permasalahan yang dihadapi siswa sekarang
itu jauh lebih berat dari siswa/i sebelumnya. Saya perlu
mendalami lagi tentang ilmu ke-BK-an agar bisa
mengentaskan permasalahan yang dihadapi siswa/i.
(BR/DK, 648-652)
Tidak hanya mendalami ilmu ke-BK-an, akan tetapi responden
juga mengungkapkan bahwa ia menginginkan tantangan baru
yakni bisa mengajar mahasiswa dan bisa memiliki buku sendiri.
Responden ingin memiliki karya agar bisa menjadi panutan dan
memotivasi keluarganya. Hal tersebut dapat dilihat dari ungkapan
responden dalam wawancara sebagai berikut:
“Iyaa. Tetapi dalam pikiran saya yang lain, saya pengen
tantangan yang lain. Paling engga, dengan keilmuan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
saya miliki sekarang, saya pengen mencobalah untuk bisa
ngajar tingkat mahasiswa-mahasiswa meskipun itu hanya
dosen terbang, karena saya sudah tetap di sini. Saya pengen
punya pengalaman itu, saya pengen, saya masih kepengen
dengan apa yang saya alami sekarang, apa yang saya jumpai
selama hampir 12 tahun ini, saya ingin punya buku, kayak
gitu, itu PR saya, dan ini saya masih belajarlah untuk saya
punya karya gitu, ya intinya paling tidak, agar saya bisa
menjadi panutan dan memotivasi keluarga kecil saya duluh
la, begitu.” (BR/DK, 674-685)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Dinamika pikiran responden ketika awal, selama mengajar dan sekarang
divisualisasikan sebagai berikut:
Gambar. 1.1 Dinamika pikiran responden selama mengajar di SMK
Sukamaju
SMK Sukamaju
memiliki disiplin
yang tinggi
Perlu adanya adaptasi
dengan budaya sekolah
Bahasa verbal halus tidak
efektif mengubah perilaku
siswa
Siswa perlu dibina secara
fisik dan non-fisik
Menyetujui keluarnya
siswa yang tidak betah
dengan aturan sekolah
Konselor juga
membutuhkan
konselor yang lain
Menyetujui
pembinaan fisik yang
diberikan terhadap
siswa
Tidak
memperbolehkan
anaknya untuk sekolah
di SMK Sukamaju
Belajar lagi mendalami
ilmu BK
Menyetujui pembinaan
fisik yang diberikan
terhadap siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
b. Dinamika perasaan
Selain dinamika pikiran, responden juga mengalami dinamika
perasaan ketika mengajar di SMK Sukamaju. Berikut ini akan
dijelaskan secara berurutan perasaan yang dirasakan oleh responden
ketika awal, selama berproses hingga saat ini selama mengajar di
SMK Sukamaju.
1) Perasaan ketika awal masuk mengajar di SMK Sukamaju
Awal ketika diterima mengajar di SMK Sukamaju, responden
mengalami perasaan positif. Perasaan yang dirasakan responden
ketika awal masuk di SMK Sukamaju adalah perasaan takjub,
karena responden melihat banyak siswa/i yang luar biasa, yakni
memiliki kedisiplinan yang tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari
ungkapan responden dalam wawancara sebagai berikut:
“Saya takjub karena muridnya sangat luar biasa karena
terlihat sangat disiplin.” (BR/DA, 054-055)
Selain perasaan takjub, responden juga mengalami perasaan
senang karena kehadiran responden selalu dinantikan oleh
siswa/i. Hal tersebut dapat dilihat dari ungkapan responden dalam
wawancara sebagai berikut:
“Awal ketika berada di sini, saya senang ketika
berkecimpung dengan dunia anak seperti yang sudah saya
sampaikan tadi bahwa keberadaan saya di sini seperti kayak
air di tengah padang gersang, kehadiran saya oleh siswa
waktu itu selalu dinantikan.” (BR/DA, 143-147)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
2) Perasaan ketika selama berproses mengajar di SMK Sukamaju
Selama berproses dalam mengajar di SMK Sukamaju, responden
mengalami perubahan perasaan, baik itu perasaan positif maupun
perasaan negatif.
Responden mengungkapkan bahwa ia pernah merasa tidak
nyaman ketika berada di SMK Sukamaju. Perasaan tidak nyaman
ini muncul karena adanya kontradiksi antara apa yang dilakukan
responden dengan padangan dari guru-guru yang lain. Responden
menerapkan prinsip-prinsip yang ada di BK ketika memberikan
pendisiplinan kepada siswa/i sehingga responden menjadi dekat
dengan siswa/i, akan tetapi prinsip-prinsip BK yang diterapkan
oleh responden bertentangan dengan guru-guru yang lain. Hal
tersebut dapat dilihat dari ungkapan responden dalam wawancara
sebagai berikut:
“Saya merasa tidak nyaman karena ketika saya menerapkan
prinsip-prinsip BK yang sesungguhnya yakni dengan
menjadi sahabat para siswa, kadang prinsip tersebut malah
bertentangan dengan guru yang lain.” (BR/DA, 159-163)
Responden juga merasa jengkel karena ketika memberikan
pengarahan kepada siswa/i, perilaku mereka tidak berubah-ubah.
Hal tersebut dapat dilihat dari ungkapan responden dalam
wawancara sebagai berikut:
“Dalam hati saya pun kadang jengkel, karena ketika
diberikan pengarahan, perilaku mereka tetap tidak berubah-
ubah. Harusnya siswa/i berperilaku yang ideal seperti yang
kita semua harapkan. (BR/DA, 224-227)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Selain perasaan jengkel, responden juga merasa marah karena
responden sudah mengusahakan berbagai cara untuk mengubah
perilaku siswa/i, akan tetapi tidak membawa pengaruh positif
yang signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari ungkapan
responden dalam wawancara sebagai berikut:
“Harusnya saya tidak perlu marah tetapi saat itu saya jadi
marah, karena sudah berbagai cara yang saya lakukan tapi
tidak membawa pengaruh terhadap perilaku mereka untuk
berubah menjadi lebih baik.” (BR/DA, 236-239)
Responden mengungkapkan bahwa perasaan marah yang muncul
ketika memberikan pengarahan terhadap siswa ternyata berubah
menjadi perasaan jengkel dan sedih setelah selesai memberikan
pengarahan. Karena responden menganggap siswi/i sudah seperti
anak kandungnya sendiri. Hal tersebut dapat dilihat dari
ungkapan responden dalam wawancara sebagai berikut:
“Ketika selesai memarahi siswa, karena saya sudah
menganggap mereka seperti anak saya sendiri, kadang
muncul perasaan kesel, sedih, ya seperti itu rasanya.”
(BR/DA, 351-353)
Responden juga mengalami perasaan capek dan jenuh dalam
memberikan pendisiplinan terhadap siswa/i. Perasaan ini muncul
karena orang tua tidak mendukung program sekolah. Hal tersebut
dapat dilihat dari ungkapan responden dalam wawancara sebagai
berikut:
“Saya akhinya menjadi capek gitu lo. Saya merasa capek
karena saya kenceng-kenceng seperti ini, tetapi ternyata
orang tuanya tidak mendukung program sekolah. Akhirnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
ya sudahlah. Saya tidak lagi menasehati dengan suara yang
kencang. Saya benar-benar merasa jenuh, tapi sebenarnya itu
bertentangan dengan hati nurani saya.” (BR/DA, 394-400)
Responden ikut merasakan sedih ketika melihat siswa/i dibina
oleh pamong atau guru-guru yang lain. Akan tetapi perasaan sedih
tersebut berubah menjadi hal biasa saja karena responden sering
melihat kejadian seperti itu. Hal tersebut dapat dilihat dari
ungkapan responden dalam wawancara sebagai berikut:
“Ya mungkin kalau saya sebagai seorang ibu, kadang saya
ikut kasihan dan sedih, tapi ya sudahlah itu kan bukan ranah
saya dan itu karena sudah pembiasaan, artinya saya sering
melihat seperti itu, lama kelamaan akhirnya menjadi biasa
saja, karena ada beberapa siswa yang ketika disuruh rolling
malah sambil senyum-senyum dan bahkan ketawa.”
(BR/DA, 440-445)
Responden kembali mengungkapkan bahwa ada rasa puas ketika
melihat kesuksesan anak didiknya. Hal tersebut dapat dilihat dari
ungkapan responden dalam wawancara sebagai berikut:
“Kepuasan yang paling mendasar dari seorang guru itu
adalah melihat kesuksesan anak didiknya. Meskipun nanti
ketika ke depannya ketika proses ke depannya sang guru ini
sudah mulai dilupakan bahkan mungkin tersingkirkan dari
kehidupan siswa, tapi ngga tahu ada kepuasan tersendiri,
kepuasan batin tersendiri ketika melihat, ohh itu dulu
siswaku begitu.” (BR/DA, 690-696)
Responden kemudian lanjut menjelaskan bahwa ia merasa senang
ketika melihat anak didiknya bisa mandiri, yakni bisa
menghasilkan sesuatu dari keringatnya sendiri. Hal tersebut dapat
dilihat dari ungkapan responden dalam wawancara sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
“Saya merasa sangat senang ketika melihat anak didik saya
itu bisa mandiri, bisa berkarya, dia bisa menghasilkan dari
keringatnya sendiri. Saya mengantarkan mereka di titik ini
ya begitu. Senang rasanya.” (BR/DA, 704-708)
Selain perasaan puas dan senang, responden juga merasa sedih
ketika melihat anak didiknya lama dalam menganggur. Hal
tersebut dapat dilihat dari ungkapan responden dalam wawancara
sebagai berikut:
“Iya, bener. Saya juga ikut sedih lo mas ketika ada siswa
yang terus kemudian dia, apa ya, yaa memang dia mungkin
terus lama nganggur, itu ketika saya melihat itu saya juga
sedih gitu” (BR/DA, 700-703)
3) Perasaan saat ini
Sejak pertama masuk dan hingga sampai saat ini responden sudah
merasa lebih nyaman. Perasaan nyaman ini muncul karena
responden bisa bermanfaat bagi orang lain. Hal tersebut dapat
dilihat dari ungkapan responden dalam wawancara sebagai
berikut:
“Untuk saat ini, saya sudah merasa lebih nyaman karena
kehadiran saya bisa bermanfaat bagi orang lain.” (BR/DA,
671-672)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Dinamika perasaan responden ketika awal, selama mengajar dan sekarang
divisualisasikan sebagai berikut:
Gambar. 1.2 Dinamika perasaan responden selama mengajar di SMK
Sukamaju
Merasa takjub Merasa senang Merasa marah
Merasa tidak
nyaman
Merasa jengkel
dan sedih
Merasa capek
dan jenuh
Merasa sedih Merasa
jengkel
Merasa puas
Merasa senang Merasa sedih Merasa lebih
nyaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
c. Dinamika Perilaku
Selain dinamika pikiran, dan perasaan, responden juga mengalami
dinamika perilaku ketika mengajar di SMK Sukamaju. Berikut ini
akan dijelaskan secara berurutan perilaku pemberian pendisiplinan
ketika responden awal masuk mengajar, selama berpores dan hingga
saat ini.
1) Perilaku ketika awal mengajar
Responden mengungkapkan bahwa ketika awal-awal masuk, ia
menerapkan prinsip BK dalam konseling dan dengan bahasa yang
halus ketika memberikan pendisiplinan terhadap siswa. Hal
tersebut dapat dilihat dari ungkapan responden dalam wawancara
sebagai berikut:
“Saya lebih menekankan pada prinsip BK, yakni menjadi
sahabat anak-anak. Saya selalu melakukan konseling
dengan bahasa yang halus ketika ada siswa yang bermasalah,
dan dari situ saya menjadi dekat dengan siswa (BR/DP, 166-
170)
Responden mengungkapkan bahwa ada perasaan jengkel, akan
tetapi ia tetap menggunakan bahasa yang halus dan baik ketika
memberikan pendisiplinan terhadap siswa/i. Hal tersebut dapat
dilihat dari ungkapan responden dalam wawancara sebagai
berikut:
“Saya menggunakan bahasa yang halus dan baik ketika
memberikan pengarahan kepada siswa untuk bisa menjadi
disiplin, akan tetapi dalam hati saya pun kadang jengkel,
karena ketika diberikan pengarahan, perilaku mereka tetap
tidak berubah-ubah. Harusnya siswa/i berperilaku yang ideal
seperti yang kita semua harapkan.” (BR/DP, 221-227)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
2) Perilaku ketika selama berproses
Responden mengungkapkan bahwa selama berproses, ia akhirnya
mengubah bentuk pendisiplinan yang ia berikan. Awalnya
responden menggunakan bahasa yang halus dalam memberikan
pendisiplinan terhadap siswa/i, akan tetapi karena perilaku
siswa/i tidak berubah-ubah, maka dari itu responden mulai
menaikan intonasi suaranya menjadi agak tinggi dan keras. Hal
tersebut dapat dilihat dari ungkapan responden dalam wawancara
sebagai berikut:
“Intonasi suara awalnya dengan nada yang halus akan tetapi
selama berproses saya akhirnya menaikan intonasi suara
saya menjadi agak tinggi dan setiap hari harus saya lakukan.
Saya menggunakan intonasi yang tinggi karena ketika
diarahkan dengan cara baik-baik, perilaku mereka tidak
berubah.” (BR/DP, 280-286)
Responden mengungkapkan bahwa pemberian pendisiplinan
dalam bahasa verbal kepada siswa laki-laki dan perempuan
berbeda. Hal tersebut dapat dilihat dari ungkapan responden
dalam wawancara sebagai berikut:
“Pasti beda pendisiplinan dengan bahasa verbal yang saya
berikan kepada siswa maupun siswi.” (BR/DP, 316-317)
Perbedaan ini terletak pada situasi dan cara dalam
menyampaikan. Untuk siswa laki-laki, responden biasanya
langsung memberikan bahasa verbal dengan nada yang tinggi.
Alasan responden melakukan itu karena responden mempelajari
bahwa siswa laki-laki sangat dekat dengan guru perempuan, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
mereka tidak sakit hati ketika diberikan pendisiplinan dengan
nada yang tinggi ataupun suara yang keras. Hal tersebut dapat
dilihat dari ungkapan responden dalam wawancara sebagai
berikut:
“Ketika memberikan pendisiplinan kepada siswa laki-laki,
saya biasanya langsung dengan nada yang tinggi atau suara
yang keras. Saya memperlakukan mereka seperti itu karena,
saya mempelajari bahwa ketika siswa laki-laki itu dihadapi
oleh guru perempuan, biasanya mungkin mereka akan
menganggap seperti ibu kandung mereka sendiri, sehingga
mereka tidak sakit hati dan itu pasti didengerin.” (BR/DP,
319-326)
Pemberian pendisiplinan terhadap siswa perempuan biasanya
dengan memanggilnya secara langsung, dan berbicara empat
mata. Hal tersebut dapat dilihat dari ungkapan responden dalam
wawancara sebagai berikut:
“Khususnya yang perempuan itu memang biasanya saya
panggil sendiri dan berbicara empat mata.” (BR/DP, 328-
329)
Alasan responden memanggil dan berbicara empat mata dengan
siswa perempuan karena siswa perempuan itu bertumbuh,
sehingga responden itu tidak mau kalau siswa perempuan itu sakit
hati dan terbawa terus. Responden kemudian lanjut menjelaskan
bahwa ia tidak ingin siswa perempuan itu malu ketika dinasehati
di depan orang banyak. Hal tersebut dapat dilihat dari ungkapan
responden dalam wawancara sebagai berikut:
“Alasannya karena mereka bertumbuh mas. Saya ngga mau
jangan sampai ketika seorang perempuan, dia sampai sakit
hati dan itu dibawa terus, karena dia pun nanti akan jadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
seorang ibu. Alasan mengapa saya tidak menasehati siswa
perempuan secara langsung di depan orang banyak karena
nanti dia akan malu.” (BR/DP, 338-343)
Responden kemudian kembali menegaskan bahwa ia adalah
seorang perempuan, dan ia tidak mau dinasehati di depan orang
banyak, karena pasti akan sangat malu. Sehingga ia tidak ingin
memperlakukan siswa perempuan seperti itu juga. Hal tersebut
dapat dilihat dari ungkapan responden dalam wawancara sebagai
berikut:
“Saya belajar juga, bahwa saya perempuan, saya tidak mau
dinasehati di depan banyak orang, karena pasti saya akan
sangat malu.” (BR/DP, 346-348)
3) Perilaku saat ini
Seiring berjalannya waktu, responden tidak lagi memberikan
pendisplinan dengan intonasi yang tinggi, karena responden
merasa capek dan jenuh karena orang tua tidak mendukung
program sekolah. Akan tetapi hal tersebut juga bertentangan
dengan hati nurani dari responden. Akhirnya responden
memutuskan untuk melakukan kewajibannya seperti biasa sesuai
dengan tugas dan wewenangnya. Hal tersebut dapat dilihat dari
ungkapan responden dalam wawancara sebagai berikut:
“Saya akhinya menjadi capek gitu lo. Saya merasa capek
karena saya kenceng-kenceng seperti ini, tetapi ternyata
orang tuanya tidak mendukung program sekolah. Akhirnya
ya sudahlah. Saya tidak lagi menasehati dengan suara yang
kencang. Saya benar-benar merasa jenuh, tapi sebenarnya itu
bertentangan dengan hati nurani saya.” (BR/DP, 394-400)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Alasan responden tidak memberikan pendisiplinan secara fisik,
akan tetapi lebih kepada bahasa verbal karena responden tidak
tahu cara menangani siswa/i kalau mereka mengalami cedera
fisik. Hal tersebut dapat dilihat dari ungkapan responden dalam
wawancara sebagai berikut:
“Alasannya karena kalau ketika saya tidak pas memberikan
pembinaan fisik, mungkin mereka akan cedera, saya akan
bertanggung jawab dan saya tidak tahu cara menanganinya
karena bukan dalam bidang saya. Itu alasan utamanya saya
tidak memberikan seperti itu.” (BR/DP, 367-371)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Dinamika perilaku responden ketika awal, selama mengajar dan sekarang
divisualisasikan sebagai berikut:
Gambar. 1.3 Dinamika perilaku responden selama mengajar di SMK
Sukamaju
Pembinaan secara non fisik
(bahasa verbal yang halus)
Pembinaan secara non fisik
(bahasa verbal dengan intonasi
tinggi dan keras)
Berbcara seperti biasa, tidak
dengan intonasi yang tinggi dan
keras lagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
2. Motivasi bertahan mengajar di SMK Sukamaju
Responden mengungkapkan bahwa alasan ia masih bertahan dalam
mengajar di SMK Sukamaju karena sebagai salah wujud dari nilai
ibadahnya. Hal tersebut dapat dilihat dari ungkapan responden dalam
wawancara sebagai berikut:
“Alasan pertama saya masih bertahan di sini adalah salah satu
wujud nilai ibadah saya. Kalau dilihat mungkin awalnya saya
bekerja di sini, dengan gaji yang sangat minim. Waktu itu juga
harus kredit motor yang cicilannya Rp355.000 waktu itu, tapi
gaji saya di sini hanya Rp200.000, berarti kan salah malah
nombok. Sudah kerja, ninggalin rumah dan gaji saya hanya untuk
bayar cicilan motor, jajan anak kurang. Tetapi semakin ke sini,
semakin ke sini, saya sadari justru nilai ibadahnya jauh lebih
tinggi dan kalau memang kita dasarkan semuanya dengan prinsip
ibadah, semuanya pasti akan mengikuti ya, katanya begitu”
(BR/DP, 605-616)
Alasan kedua responden masih bertahan mengajar di SMK Sukamaju
karena ingin menjadi sosok figur atau panutan bagi anak-anaknya. Hal
tersebut dapat dilihat dari ungkapan responden dalam wawancara
sebagai berikut:
“Alasan yang kedua saya masih bertahan di sini adalah sebagai
sosok figur dalam memberikan contoh kepada anak-anak saya.
Saya punya anak laki-laki dan perempuan, saya harus bisa
menjalankan ketika tugas saya di rumah. Saya tetap setiap hari
masak lo, saya tetap setiap hari membekali anak lo gitu kan, jadi
setiap pagi kita ibadah bareng, setelah pulang dari mesjid saya
masak, nyiapin sarapan, nyiapin bekal untuk anak-anak, seperti
itu. Nanti ketika pulang sekolah saya harus bagaimana? Bahkan
ketika dituntut seperti itu, ya namanya anak juga pernah ngeluh
lo mas, ngeluhnya Bu capek, sekolah capek kegiatan seperti ini
seperti ini, saya kan bisa jadi contoh. Ibu kalau, mas lihat ibu
bagaimana? Ibu pagi bangun begini, nanti sibuk masih harus
kuliah lagi, ibu harus mengerjakan tugas, ibu bisa tu masa Mas
ngga bisa? Nah itu, jadi, menjadi figur.” (BR/DP, 616-631)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Asalan ketiga responden masih bertahan dalam mengajar di SMK
Sukamaju adalah karena kebutuhan ekonomi dalam keluarga yang
semakin meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dari ungkapan responden
dalam wawancara sebagai berikut:
“Salah satunya saya masih bertahan di sini karena kebutuhan
ekonomi dalam keluarga semakin meningkat. Anak-anak saya
juga sudah tumbuh besar, ya istilahnya apa ya, untuk jajan
anaklah.” (BR/MOT, 601-604)
“Terus kemudian, ya itu tadi yang ketiga bisa memenuhi
kebutuhan anak dengan penghasilan yang ada.” (BR/DP, 631-
633)
Alasan bertahan responden masih bertahan mengajar di SMK Sukamaju
divisualisasikan sebagai berikut:
Gambar. 1.3 Alasan bertahan responden masih bertahan mengajar di SMK
Sukamaju
Sebagai wujud nilai ibadah
Sebagai sosok figur
Kebutuhan ekonomi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa responden mengalami
berbagai dinamika psikologis ketika awal masuk mengajar, selama
berproses dan hingga saat ini serta ditemukan juga alasan responden dalam
bertahan mengajar di SMK Sukamaju. Dinamika psikologis yang terjadi
pada responden mencakup perubahan terkait pikiran, perasaan, dan
perilaku.
Awal masuk mengajar, responden mempunyai pandangan yang positif,
yang mana ia memandang bahwa SMK Sukamaju adalah sekolah yang
memiliki kedisiplinan yang tinggi karena berada pada lingkup kemiliteran.
Dengan mengetahui budaya sekolah, responden kemudian berpikir bahwa
ia perlu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada. Hal tersebut
dapat dilihat dalam ungkapan responden dalam wawancara sebagai berikut:
“Awal masuk di sini, saya mulai berpikir bahwa saya harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada di sekolah ini, dan saya
harus menjadi panutan walaupun mungkin sebelumnya saya harus di
rumah dan dengan rutinitas saya sendiri yang semuanya ibaratnya saya
kelolah sendiri, tetapi bukan kendala bagi saya.” (BR/DK, 138-143)
Adanya pemikiran responden untuk perlu menyesuaikan diri dengan
lingkungan ini ternyata sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh
Widiasari (Ifsada, 2018) yang mengatakan bahwa dinamika psikologis
merupakan aspek motivasi dan dorongan yang bersumber dari dalam
maupun dari luar individu, yang mempengaruhi mental serta membantu
individu menyesuaikan diri dengan keadaan dan perubahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan juga cara kerja dan peran ego
dalam pengambilan keputusan yang ada dalam diri responden. Hal tersebut
dapat dilihat dari ungkapan responden dalam wawancara sebagai berikut:
“Untuk membentuk suatu kedisiplinan itu, siswa perlu dibina, baik itu
secara fisik maupun secara verbal, akan tetapi saya lebih menekankan
pada prinsip BK, yakni menjadi sahabat anak-anak.” (BR/DK, 164-167)
“Harusnya saya tidak perlu marah tetapi saat itu saya jadi marah, karena
sudah berbagai cara yang saya lakukan tapi tidak membawa pengaruh
terhadap perilaku mereka untuk berubah menjadi lebih baik. Ada
beberapa siswa yang seperti itu, dan saya kemudian berpikir bahwa
untuk menjadikan perilaku siswa/i menjadi yang lebih baik, itu tidak
melulu harus dengan kelembutan, kadang saya harus agak keras akhir-
akhir ini” (BR/DK, 230-243)
“Saya setuju dengan anak-anak yang keluar dari sini. kalau anak-anak
yang model seperti itu ya, ya sudah memang dia ngga cocok.” (BR/DK,
507-509)
“Sempat ada keinginan ketika merasa capek sekali dan ketika terbentur
dengan masalah anak yang ada di rumah. Saya juga berpikir begini, buat
apa ya saya kerja begini, ko ternyata anak saya malah menjadi
bermasalah.” (BR/DK, 553-557)
“Saya kemudian berpikir bahwa saya di sekolah mengurusi banyak
siswa, sedangkan anak saya sendiri ko tidak bisa tertangani dengan baik.
Tapi memang, ya itu tadi, seorang konselor pun juga membutuhkan
konselor yang lain. Saya berkomunikasi dengan teman-teman guru BK
yang lain, akhirnya kami menemukan titik temu bahwa tipikal anak saya
memang lebih kepada motorik” (BR/DK, 561-567)
Ungkapan responden tersebut sejalan dengan teori dari Freud (Prawira,
2014) yang mengatakan bahwa ego merupakan aspek esksekutif manusia.
Ego bertugas mengontrol jalan atau cara yang ditempuh oleh pribadi-pribadi
dan memilih kebutuhan-kebutuhannya. Ungkapan responden tersebut juga
sejalan dengan teori dari (Prawira, 2014) yang mengatakan bahwa ego
bekerja berdasarkan prinsip kenyataan (realita) dan bereaksi dengan proses-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
proses sekunder dengan maksud mencari objek yang tepat guna mereduksi
tegangan-tegangan yang terjadi di dalamm diri manusia.
Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa responden melakukan
mekanisme pertahanan diri, yakni rasionalisasi. Hal tersebut dapat dilihat
dari ungkapan responden dalam wawancara sebagai berikut:
“Jadi sampai saat ini, saya masih setuju untuk pembinaan anak-anak di
sini, karena itu tadi, mau dicari apanya lagi, kalau istilahnya secara
akademis dia belum maksimal. Paling tidak ditumbuhkanlah
kedisiplinan yang tinggi sehingga ada nilai ples ketika mereka lulus dari
sini, dan nantinya bisa menjual ke dunia kerja. Ya mungkin secara
performa-nya oke, penampilannya, badannya sudah terbentuk,
kedisiplinannya bagus, jadi ketika perusahan yang menggunakan juga
ikut senang.” (BR/DK, 589-598)
“Engga memperbolehkan, karena saya sudah mengetahui budaya yang
ada di sekolah ini. Kalau kedisiplinan di sekolah ini saya senang.Tetapi
sepertinya tidak memajuhkan bakat anak saya, karena waktunya banyak
habis di sini, sedangkan anak saya punya club taekwondo di luar, jangan
sampai dia tinggalkan.” (BR/DK, 570-575)
Ungkapan hasil wawancara tersebut ternyata sejalan dengan teori
(Friedman & Schustack, 2008) yang mengatakan bahwa rasionalisasi adalah
mekanisme yang melibatkan memberikan penjelasan logis terhadap
perilaku yang sebenarnya didorong oleh motif-motif tidak sadar dalam diri.
Selain Friedman & Schustack ada ahli lain yang mendukung pernyataan di
atas yakni (Soleman & Dachrud, 2018), yang mana mereka mengatakan
bahwa individu dapat melakukan rasionalisasi ketika individu tersebut
menemukan alasan yang dapat diterima untuk perilaku atau situasi yang
tidak dapat diterima. Psikoanalisis dapat mengenali dengan baik bahwa
penjelasan yang kita berikan mengenai perilaku kita tidak selalu harus
berkaitan dengan penyebab yang sebenarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Dari hasil penelitian ditemukan juga bahwa pikiran responden selalu
berubah dan berkembang. Hal tersebut dapat dilihat dari ungkapan
responden dalam wawancara sebagai berikut:
“Yang saya pikirkan saat ini adalah saya perlu belajar lagi dan lagi,
karena permasalahan yang dihadapi siswa sekarang itu jauh lebih berat
dari siswa-siswa sebelumnya. Saya perlu mendalami lagi tentang ilmu
ke-BK-an agar bisa mengentaskan permasalahan yang dihadapi siswa/i.
(BR/DK, 648-652)
“Iyaa. Tetapi dalam pikiran saya yang lain, saya pengen tantangan yang
lain. Paling engga, dengan keilmuan yang saya miliki sekarang, saya
pengen mencobalah untuk bisa ngajar tingkat mahasiswa-mahasiswa
meskipun itu hanya dosen terbang, karena saya sudah tetap di sini. Saya
pengen punya pengalaman itu, saya masih kepengen dengan apa yang
saya alami sekarang, apa yang saya jumpai selama hampir 12 tahun ini,
saya ingin punya buku, kayak gitu, itu PR saya, dan ini saya masih
belajarlah untuk saya punya karya gitu, ya intinya paling tidak, agar saya
bisa menjadi panutan dan memotivasi keluarga kecil saya duluh la,
begitu.” (BR/DK, 674-685)
Isi pemikiran yang selalu berubah dan berkembang ini sejalan dengan teori
(Nurhayati, 2016) yang mengatakan bahwa manusia memiliki kehidupan
yang dinamis, selalu berubah-ubah dan berkembang setiap saat.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan juga salah satu bagian dari
superego, yakni ego ideal yang ada dalam diri responden. Hal tersebut dapat
dilihat dari ungkapan responden dalam wawancara sebagai berikut:
“Saya takjub karena muridnya sangat luar biasa karena terlihat sangat
disiplin.” (BR/DA, 054-055)
“Awal ketika berada di sini, saya senang ketika berkecimpung dengan
dunia anak seperti yang sudah saya sampaikan tadi bahwa keberadaan
saya di sini seperti kayak air di tengah padang gersang, kehadiran saya
oleh siswa waktu itu selalu dinantikan.” (BR/DA, 143-147)
“Kepuasan yang paling mendasar dari seorang guru itu adalah melihat
kesuksesan anak didiknya. Meskipun nanti ketika ke depannya ketika
proses ke depannya sang guru ini sudah mulai dilupakan bahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
mungkin tersingkirkan, dari kehidupan siswa tapi ngga tahu ada
kepuasan tersendiri, kepuasan batin tersendiri ketika melihat, ohh itu
dulu siswaku begitu.” (BR/DA, 690-696)
“Saya merasa sangat senang ketika melihat anak didiknya itu bisa
mandiri, bisa berkarya, dia bisa menghasilkan dari keringatnya sendiri.
Saya mengantarkan mereka di titik ini ya begitu. Senang rasanya.”
(BR/DA, 704-708)
“Untuk saat ini, saya sudah merasa lebih nyaman karena kehadiran saya
bisa bermanfaat bagi orang lain.” (BR/DA, 671-672)
Ungkapan hasil wawancara tersebut ternyata sejalan dengan teori Freud
(Feist & Roberts, 2017) yang mengatakan bahwa ego ideal berkembang dari
pengalaman ketika kita mendapatkan imbalan atau penghargaan untuk
perilaku yang tepat dan mengarahkan kita kepada hal-hal yang sebaiknya
dilakukan.
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan juga bahwa terdapat salah satu
bagian dari super ego yaitu hati nurani yang ada pada diri responden. Hal
tersebut dapat dilihat dari ungkapan responden dalam wawancara sebagai
berikut:
“Saya merasa tidak nyaman karena ketika saya menerapkan prinsip-
prinsip BK yang sesungguhnya yakni dengan menjadi sahabat para
siswa, kadang prinsip tersebut malah bertentangan dengan guru yang
lain.” (BR/DA, 159-163)
“Dalam hati saya pun kadang jengkel, karena ketika diberikan
pengarahan, perilaku mereka tetap tidak berubah-ubah. Harusnya siswa
siswi berperilaku yang ideal seperti yang kita semua harapkan. (BR/DA,
224-227)
“Harusnya saya tidak perlu marah tetapi saat itu saya jadi marah, karena
sudah berbagai cara yang saya lakukan tapi tidak membawa pengaruh
terhadap perilaku mereka untuk berubah menjadi lebih baik.” (BR/DA,
236-239)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
“Ketika selesai memarahi siswa, karena saya sudah menganggap
mereka seperti anak saya sendiri, kadang muncul perasaan kesel, sedih,
ya seperti itu rasanya.” (BR/DA, 351-353)
“Iya, bener. Saya juga ikut sedih lo mas ketika ada siswa yang terus
kemudian dia, apa ya, yaa memang dia mungkin terus lama nganggur,
itu ketika saya melihat itu saya juga sedih gitu” (BR/DA, 700-703)
Ungkapan hasil wawancara tersebut ternyata sejalan dengan teori teori
Freud (Ahmad, 2011) yang mengatakan bahwa suara hati adalah bagian
superego yang bersifat menghukum, negatif dan kritis yang melarang
sesuatu dan menghukum dengan rasa bersalah jika kita melanggar
aturannya. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan juga adanya mekanisme
pertahanan diri yakni pembentukan reaksi. Hal tersebut dapat dilihat dari
ungkapan responden dalam wawancara sebagai berikut:
“Saya akhinya menjadi capek gitu lo. Saya merasa capek karena saya
kenceng-kenceng seperti ini, tetapi ternyata orang tuanya tidak
mendukung program sekolah. Akhirnya ya sudahlah. Saya tidak lagi
menasehati dengan suara yang kencang. Saya benar-benar merasa
jenuh, tapi sebenarnya itu bertentangan dengan hati nurani saya.”
(BR/DA, 394-400)
Ungkapan hasil wawancara tersebut ternyata sejalan dengan teori (Friedman
& Schustack, 2008) yang mengatakan bahwa pembentukan reaksi adalah
proses mengenyahkan dorongan-dorongan yang mengancam dengan cara
sangat berfokus pada sesuatu yang merupakan kebalikan dari pikiran dan
tindakan seseorang yang sebenarnya. Berdasarkan hasil penelitian,
ditemukan juga adanya prinsip kerja ego dalam diri responden, yakni prinsip
realita. Hal tersebut dapat dilihat dari ungkapan responden dalam
wawancara sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
“Ya mungkin kalau saya sebagai seorang ibu, kadang saya ikut kasihan
dan sedih, tapi ya sudahlah itu kan bukan ranah saya dan itu karena
sudah pembiasaan, artinya saya sering melihat seperti itu, lama
kelamaan akhirnya menjadi biasa saja, karena ada beberapa siswa yang
ketika disuruh rolling malah sambil senyum-senyum dan bahkan
ketawa.” (BR/ DA, 436-441)
Ungkapan hasil wawancara tersebut ternyata sejalan dengan teori (Prawira,
2014: 190) yang mengatakan bahwa ego bekerja berdasarkan prinsip
kenyataan (realita) dan bereaksi dengan proses-proses sekunder dengan
maksud mencari objek yang tepat guna mereduksi tegangan-tegangan yang
terjadi di dalam diri manusia.
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa terdapat ungkapan
responden yang dilatarbekangi oleh superego. Hal tersebut dapat dilihat dari
ungkapan responden dalam wawancara sebagai berikut:
“Saya lebih menekankan pada prinsip BK, yakni menjadi sahabat anak-
anak. Saya selalu melakukan konseling dengan bahasa yang halus ketika
ada siswa yang bermasalah, dan dari situ saya menjadi dekat dengan
siswa (BR/DP, 166-170)
Ungkapan responden dalam wawancara sejalan dengan teori (Ahmad,
2011) yang mengatakan bahwa superego bertindak sebagai sesuatu yang
ideal, yang sesuai dengan norma dan moral masyarakat. Dengan kata lain
superego merupakan sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan
aturan yang sifatnya evaluatif. Superego adalah bagian moral dari
kepribadian manusia karena ia merupakan filter dari sensor baik-buruk,
salah-benar, boleh-tidak sesuatu yang dilakukan oleh dorongan ego.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan kembali adanya mekanisme
pertahanan diri yakni pembetukan reaksi. Hal tersebut dapat dilihat dari
ungkapan responden dalam wawancara sebagai berikut:
“Saya menggunakan bahasa yang halus dan baik ketika memberikan
pengarahan kepada siswa untuk bisa menjadi disiplin, akan tetapi dalam
hati saya pun kadang jengkel, karena ketika diberikan pengarahan,
perilaku mereka tetap tidak berubah-ubah. Harusnya siswa/i berperilaku
yang ideal seperti yang kita semua harapkan.” (BR/DP, 221-227)
Ungkapan responden tersebut sejalan dengan teori (Soleman & Dachrud,
2018: 34) yang mengatakan bahwa pembentukan reaksi ketika individu
berusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya dan
menampilkan wajah yang berlawanan dari ekspresi yang sesungguhnya.
Dari hasil penelitian, ditemukan juga adanya peran ego yakni sebagai aspek
eksekutif. Hal tersebut dapat dilihat dari ungkapan responden dalam
wawancara sebagai berikut:
“Intonasi suara awalnya dengan nada yang halus akan tetapi selama
berproses saya akhirnya menaikan intonasi suara saya menjadi agak
tinggi dan setiap hari harus saya lakukan. Saya menggunakan intonasi
yang tinggi karena ketika diarahkan dengan cara baik-baik, perilaku
mereka tidak berubah.” (BR/DP, 280-286)
Ungkapan responden tersebut sejalan dengan teori (Prawira, 2014) yang
mengatakan bahwa ego merupakan aspek esksekutif manusia. Ego bertugas
mengontrol jalan atau cara yang ditempuh oleh pribadi-pribadi dan memilih
kebutuhan-kebutuhannya. Ego ibarat jembatan yang menjadi perantara
kebutuhan-kebutuhan instingtif dengan keadaan lingkungan demi
kepentingan organisme itu sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Dari hasil penelitian ditemukan juga bahwa ada peran superego muncul dari
pengalaman yang dialami oleh responden. Hal tersebut dapat dilihat dari
ungkapan responden dalam wawancara sebagai berikut:
“Pasti beda pendisiplinan dengan bahasa verbal yang saya berikan
kepada siswa maupun siswi.” (BR/DP, 316-317)
“Ketika memberikan pendisiplinan kepada siswa laki-laki, saya biasanya
langsung dengan nada yang tinggi atau suara yang keras. Saya
memperlakukan mereka seperti itu karena, saya mempelajari bahwa
ketika siswa laki-laki itu ketika dihadapi oleh guru perempuan, biasanya
mungkin mereka akan menganggap seperti ibu kandung mereka sendiri,
sehingga mereka tidak sakit hati dan itu pasti didengerin.” (BR/DP, 319-
326)
“Khususnya yang perempuan itu memang biasanya saya panggil sendiri
dan berbicara empat mata.” (BR/DP, 328-329)
“Alasannya karena mereka bertumbuh mas. Saya ngga mau jangan
sampai ketika seorang perempuan, dia sampai sakit hati dan itu dibawa
sampai terus, karena dia pun nanti akan jadi seorang ibu. Alasan mengapa
saya tidak menasehati siswa perempuan secara langsung di depan orang
banyak karena nanti dia akan malu. (BR/DP, 338-343)
“Saya belajar juga, bahwa saya perempuan, saya tidak mau dinasehati di
depan banyak orang, karena pasti saya akan sangat malu.” (BR/DP, 346-
348)
Ungkapan responden tersebut sejalan dengan teori (Feist & Roberts, 2017)
yang mengatakan bahwa pengalaman hukuman untuk perilaku yang tidak
pantas mengajarkan individu akan hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan
dan pengalaman mendapatkan penghargaan untuk perilaku yang tepat akan
mengarahkan individu pada hal-hal yang sebaiknya dilakukan.
Dari hasil penelitian ditemukan juga bahwa adanya bagian dari superego
yang berisi nilai-nilai moral yang ada dalam diri responden yakni nilai
tanggung jawab ketika menerapkan pendisiplinan yang ada di SMK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Sukamaju. Hal tersebut dapat dilihat dari ungkapan responden dalam
wawancara sebagai berikut:
“Alasannya karena kalau ketika saya tidak pas memberikan pembinaan
fisik, mungkin mereka akan cedera, saya akan bertanggung jawab dan
saya tidak tahu cara menanganinya karena bukan dalam bidang saya. Itu
alasan utamanya saya tidak memberikan seperti itu.” (BR/DP, 367-371)
Ungkapan responden tersebut sejalan dengan teori (Ahmad, 2011) yang
mengatakan bahwa superego merupakan sistem kepribadian yang berisikan
nilai-nilai dan aturan yang sifatnya evaluatif. Superego adalah bagian moral
dari kepribadian manusia karena ia merupakan filter dari sensor baik-buruk,
salah-benar, boleh-tidak sesuatu yang dilakukan oleh dorongan ego.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai alasan responden dalam bertahan
mengajar di SMK Sukamaju, ditemukan juga adanya prinsip moralitas
dalam diri responden yang berisi nilai-nilai yakni ketaatan/ibadah, pekerja
keras dan pantang menyerah. Hal tersebut dapat dilihat dari ungkapan
responden dalam wawancara sebagai berikut:
“Alasan pertama saya masih bertahan di sini adalah salah satu wujud nilai
ibadah saya. Kalau dilihat mungkin awalnya saya bekerja di sini, dengan
gaji yang sangat minim, Waktu itu juga harus kredit motor yang
cicilannya Rp.355.000 waktu itu, tapi gaji saya di sini hanya Rp.200.000,
berarti kan salah malah nombok. Sudah kerja, ninggalin rumah dan gaji
saya hanya untuk bayar cicilan motor, jajan anak kurang. Tetapi semakin
ke sini, semakin ke sini, saya sadari justru nilai ibadahnya jauh lebih
tinggi dan kalau memang kita dasarkan semuanya dengan prinsip ibadah,
semuanya pasti akan mengikuti ya, katanya begitu.” (BR/DP, 605-616)
“Alasan yang kedua saya masih bertahan di sini adalah sebagai sosok
figur dalam memberikan contoh kepada anak-anak saya. Saya punya
anak laki-laki dan perempuan, saya harus bisa menjalankan ketika tugas
saya di rumah. Saya tetap setiap hari masak lo, saya tetap setiap hari
membekali anak lo gitu kan, jadi setiap pagi kita ibadah bareng, setelah
pulang dari mesjid saya masak, nyiapin sarapan, nyiapin bekal untuk
anak-anak, seperti itu. Nanti ketika pulang sekolah saya harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
bagaimana? Bahkan ketika dituntut seperti itu, ya namanya anak juga
pernah ngeluh lo mas, ngelunya Bu capek, sekolah capek kegiatan
seperti ini seperti ini, saya kan bisa jadi contoh. Ibu kalau, mas lihat ibu
bagaimana? Ibu pagi bangun begini, nanti sibuk masih harus kuliah lagi,
ibu harus mengerjakan tugas, ibu bisa tu masa Mas ngga bisa? Nah itu,
jadi, menjadi figur.” (BR/DP, 616-631)
Ungkapan responden tersebut sejalan dengan teori Freud (Prawira, 2014)
yang mengatakan bahwa superego merupakan wakil dari nilai-nilai
tradisional serta cita-cita masyarakat sebagai mana ditafsirkan orang tua
kepada anak-anaknya. Selain peran superego yang mendasari responden
dalam bertahan bekerja di SMK Sukamaju, ditemukan juga ada motivasi
bekerja yang didasari oleh ego. Hal tersebut dapat dilihat dari ungkapan
responden dalam wawancara sebagai berikut:
“Salah satunya saya masih bertahan di sini karena kebutuhan ekonomi
dalam keluarga semakin meningkat. Anak-anak saya juga sudah tumbuh
besar, ya istilahnya apa ya, untuk jajan anaklah.” (BR/DP, 601-604)
“Terus kemudian, ya itu tadi yang ketiga bisa memenuhi kebutuhan anak
dengan penghasilan yang ada.” (BR/DP, 631-633)
“Untuk mengambangkan potensi diri saya lagi terutama. Saya mungkin
tidak akan bisa berkembang ketika saya tidak berada di sini” (BR/MOT,
716-719)
Ungkapan responden tersebut sejalan dengan teori Freud Freud (Prawira,
2014) yang mengatakan bahwa ego merupakan aspek esksekutif manusia.
Ego bertugas mengontrol jalan atau cara yang ditempuh oleh pribadi-pribadi
dan memilih kebutuhan-kebutuhannya.” Ego ibarat jembatan yang menjadi
perantara kebutuhan-kebutuhan instingtif dengan keadaan lingkungan demi
kepentingan organisme itu sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan simpulan, keterbatasan penelitian, dan saran. Bagian simpulan
memuat simpulan penelitian. Bagian keterbatasan penelitian memuat keterbatasan
peneliti dalam menggali lebih dalam informasi dari responden. Bagian saran
memuat masukan untuk peneliti lain supaya dapat melakukan penelitian yang lebih
baik dari penelitian ini.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka simpulan penelitian
yang berkaitan dengan dinamika psikologis dan motivasi bertahan bekerja
di SMK Sukamaju adalah:
1. Dinamika pikiran yang dialami oleh responden ketika awal, selama
mengajar dan hingga saat ini sangat dipengaruhi oleh ego yakni berpikir
secara rasional, logis berdasarkan realita.
2. Responden mengalami dinamika perasaan, baik mengarah pada
perasaan positif maupun perasaan yang negatif. Ketika awal masuk
mengajar, responden mengalami perasaan positif yakni rasa takjub dan
senang. Selama berproses hingga saat ini, responden mengalami
perasaan negatif dan positif. Perasaan negatif yang dialami oleh
responden di antaranya adalah perasaan tidak nyaman, jengkel, marah,
sedih, jenuh, kasihan sedangkan perasaan positif yang dialami oleh
responden adalah perasaan takjub, senang, puas dan nyaman.
Perasaan positif yang dialami oleh responden dilatarbelakangi oleh
superego, yang mana perasaan positif itu muncul karena adanya imbalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
atas perbuatan responden yang sesuai dengan moral yang ada di
masyarakat.
Perubahan-perubahan perasaan bisa muncul karena adanya kejadian-
kejadian yang dialami/dilihat oleh responden ketika mengajar, dan
intensitas perasaan bisa berubah dari intensitas yang tinggi menjadi
rendah/biasa ketika peristiwa yang dialami/dilihat oleh responden
terjadi berulang secara terus menerus. Perubahan perasaan dari
intensitas yang tinggi menjadi biasa atau bahkan menjadi hilang
perasaan sebelumnya karena adanya pengabaian ego terhadap superego.
3. Responden menerapkan pembinaan secara non-fisik yakni
menggunakan bahasa verbal dalam mendisiplinkan siswa/i. Awalnya
responden menggunakan bahasa yang halus, kemudian responden
menggunakan bahasa yang agak keras dan karena pembinaan yang
diberikan oleh responden tidak mendapatkan dukungan dari orang tua
akhirnya membuat responden menjadi pasrah dan tidak menggunakan
intonasi tinggi dalam memberikan pendisiplinann terhadap siswa/i.
Adanya perubahan penggunaan intonasi suara dalam pemberian
pendisiplinan kepada siswa/i bisa terjadi karena adanya ego yang
berusaha untuk mengurangi perasaan tidak nyaman dengan melakukan
mekanisme pertahahan diri yakni pembentukan reaksi.
4. Alasan responden masih bertahan dalam mengajar karena sebagai salah
satu bentuk dari nilai ibadah dan bisa menjadi panutan untuk keluarga,
dan bisa memenuhi kebutuhan ekonomi dalam keluarga. Alasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
bertahan bekerja sebagai bentuk nilai ibadah dan menjadi panutan
didasari atas prinsip kerja superego, sedangkan alasan bertahan karena
kebutuhan ekonomi keluarga didasari oleh prinsip kerja ego.
B. Keterbatasan penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasn data dan kekurangan. Peneliti sadar
bahwa masih banyak yang perlu diperbaiki dan disempurnakan. Adapun
keterbatasan penelitian ini adalah:
1. Adanya pandemi COVID-19 sehingga pemerintah menyarankan untuk
tetap di rumah menjadi salah satu keterbatasan peneliti untuk melakukan
wawancara yang lebih mendalam.
2. Peneliti kurang kesempatan dalam membaca, sehingga teori yang
dikemukakan dalam isi skripsi menjadi terbatas.
3. Ruangan yang digunakan untuk proses wawancara kurang kondusif
karena banyak guru-guru yang melewati ruangan tersebut sehingga
proses wawancara kadang menjadi terhenti.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran kepada peneliti
selanjutnya agar bisa memeroleh hasil yang lebih baik baik kalau ingin
melakukan penelitian lebih lanjut. Saran peneliti berupa:
1. Diperlukan waktu lebih banyak dalam membaca agar teori yang
dikemukakan menjadi lebih relevan dan mempermudah dalam proses
pembahasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
2. Diperlukan pemilihan tempat yang tepat pada saat melakukan proses
wawancara, agar komunikasi bisa berjalan lebih efektif.
3. Diperlukan adanya kedalaman wawancara sehingga informasi yang
diperoleh menjadi lebih beragam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, Ihsan. (2017). Struktur Kepribadian Tokoh dalam Novel Surat Kecil
Untuk Tuhan Karya Agnes Davonar. Kembara, Vol. 3, No. 1, hal. 57.
Diunduh pada tanggal 9 April 2020 dari
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/kembara/article/view/4378/pdf
Ahmad, Maghfur. (2011). Agama dan Psikoanalisa Sigmund Freud. Religia,
Vol. 14, No. 2, hal. 284-285. Diunduh pada tanggal 9 April 2020 dari
http://e-
journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/Religia/article/view/92/531
Arifin, Zainal. (2011). Penelitian Pendidikan”metode dan paradigma baru”.
Bandung:PT Remaja Rosdakarya Offset.
Dachrud, D. & Soleman, A. (2018). Memahami Pencitraan Politik Melalui
Pendekatan Mekanisme Pertahanan Diri. Artikel, 33-34. Diunduh pada
tanggal 10 April 2020 dari http://journal.iain-
manado.ac.id/index.php/PP/article/viewFile/730/585
Feist, Jest & dkk. (2017). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.
Friedman, H. S. & Schustack M. W. (2008). Kepribadian Teori Klasik dan
Riset Modern. Jakarta : Erlangga.
Husin. (2017). Id, Ego dan Superego dalam Pendidikan Islam. Al Qalam, Vol.
11, No. 23, hal 53. Diunduh pada tanggal 9 April 2020 dari
https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id/index.php/al-qalam/article/view/3/3
Ifsada, Kalista. (2018). Dinamika Psikologi Mahasiswa Pengahal Al-quran di
Iain Tulungagung. Skripsi. Diunduh pada tanggal 10 April 2020 dari
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/9902/.
Ja’far. (2015). Struktur Kepribadian Manusia Perpspektif Psikologi dan
Filsafat. PSYMPATHIC. Vol. 2., No. 2. Di Unduh pada tanggal 13
Desember 2019 dari
http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/psy/article/view/461/469
Khairani, A. I. & Manurung, W. R. A. (2019). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Jakarta: TIM.
Nurhayati. (2016). Dinamika Psikologi Guru BK dalam Layanan Bimbingan
Konseling Berbasis Islam untuk Siswa Broken Home di SMKK Amanah
Husada Banguntapan Yogyakarta. Tesis. Diunduh pada tanggal 9 April
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
2020 dari file:///D:/Kuliah/Tugas%20Semester%208/14204
10221_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf
Olson M. H. & Hergenhahn. (2013). Pengantar Teori-teori Kepribadian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PERMENDIKNAS. (2008). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Konselor.
Prawira, P. A. (2013). Psikologi Kepribadian dengan Perspektif Baru.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Rahmatika, Karimah. (2019). Mekanis Pertahanan Ego pada Anak Lamban
Belajar di SD 1 Trirenggo Bantul. Widia Ortodidaktika, Vol. 8, No. 2,
hal. 123-124. Diunduh pada tanggal 3 April 2020 dari
journal.student.uny.ac.id/ojs/ojs/index.php/plb/article/view/15996/1547
9
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N. S. (2008). Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Suryabrata, Sumadi. (2006). Psikologi Kepribadian.Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Lampiran 1
LEMBAR VERBATIM WAWANCARA
A. Subjek BR
Waktu : Kamis, 09 Januari 2019; 09.30-11.15 WIB
Tempat : Ruang BK SMK Sukamaju
Peneliti : Mengapa si ibu ingin menjadi seorang pendidik?
BR : Awalnya menjadi seorang pendidik itu bukan cita-cita saya.
Sama sekali tidak masuk dalam cita-cita saya, karena dasar
keilmuan saya adalah psikologi waktu itu. Jadi pastinya
ketika saya masih muda dulu, ketika saya masih kuliah S-1,
saya punya cita-cita untuk bekerja di perusahan. Intinya
kalau psikologi itu kan pasti HRD, tetapi gambaran menjadi
seorang guru itu sangat tidak ada dalam pikiran saya.
Awalnya seperti itu! Berjalannya waktu ketika saya sudah
mulai mendekati kelulusan, waktu itu karena besik saya
adalah orang tidak punya yang mana orang tua saya dengan
kehidupan yang mungkin pas-pasan karena ayah saya
hanyalah seorang abdi negara dengan gaji yang pas-pasan,
sehingga dari enam bersaudara, hanya saya dan kaka saya
yang sampai pada jenjang kuliah, sedangkan adik saya hanya
sampai pada tingkat diploma. Berjalannya waktu mendekati
kelulusan, jurusan psikologi ini harus mempunyai profesi
yang nota bene itu harus kuliah lagi. Habis itu saya mulai
berpikir, kalau untuk mengambil profesi jelas orang tua saya
pasti keberatan, tetapi dengan hanya kelulusan S-1 psikologi
saya juga pasti ngambang karena belum memiliki nilai yang
lebih. Di kampus saya waktu itu dibuka program Akta-4, jadi
dulu untuk izin mengajar itu ada program Akta-4. Akhirnya
kalau saya mengambil Akta-4 saya harus jadi guru. Tapi ya
sudahlah, dari pada saya tidak punya nilai ples dari teman-
teman saya yang lain. Akhirnya saya mengambil Akta-4.
Dari situlah, akhirnya ketika saya lulus kuliah itu saya tidak
langsung bekerja karena saya sudah punya bayi. Akhirnya
saya fokus dulu untuk mengurus keluarga. Jadi memang
tidak ada niatan saya untuk menjadi seorang pendidik waktu
itu tapi karena keadaan.
Peneliti : Ok baiklah ibu, jadi karena keadaan. Terus bagaimana
pandangan ibu mengenai sekolah ini?
BR : Kebetulan kan saya juga tinggal dan hidup di lingkup TNI
AU, suami saya juga TNI AU begitu kan, saya juga tinggal
di sekolah sini. Awalnya saya tahu sekolah ini itu sekolahnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
masih kecil. Saya waktu itu ada temen yang menyampaikan
bahwa di sekolah itu guru BK-nya sekarang kosong, ngga
ada guru BK. Karena saya punya besik psikologi, saya tahu
memang dari dulu BK itu identik dengan konseling dan saya
juga punya izin ketika saya mengajar karena saya sudah
mengambil Akta-4. Akhirnya saya mencoba karena
kebetulan sekolah ini juga deket dengan rumah. Jadi dengan
saya punya anak kecil, kemudian jarak antara rumah dengan
sekolah itu sangat dekat sekali akhirnya saya mencoba, ya
apa salahnya si saya mencoba untuk mengajar di sana.
Akhrinya saya masukin lamaran dan dipanggilah.
Pandangan saya tentang sekolah ini ketika pertama kali saya
masuk adalah, sekolah ini berada pada lingkup kemiliteran
sehingga tentunya memiliki disiplin yang sangat tinggi dan
ketika awal-awal saya masuk di sini saya merasa sangat
takjub, meskipun saya juga berasal dari keluarga TNI. Saya
takjub karena muridnya sangat luar biasa karena terlihat
sangat disiplin. Pandangan saya saat itu sangat positif
banget, karena sikap anak-anaknya sangat menyenangkan
waktu itu.
Peneliti : Ok baik, terima kasih Ibu, setelah masuk di sini, terus apa
harapan ibu menjadi seorang pendidik?
BR : Harapan saya ketika saya sudah masuk di sini adalah,
semoga saya diterima baik oleh peserta didik yang ada di
sini dan bisa bermanfaat untuk sekolah ini, dan ternyata
keberadaan saya di sini waktu itu ketika tahun 2008 di
sambut baik oleh murid yang saya ampuh. Saya ibarat seperti
air di tengah padang gersang. Jadi ketika waktu jam istirahat,
siswa sering menemui saya untuk konseling. Hampir setiap
hari saya temui. Jadi banyak sekali siswa yang mencari saya
dulu. kedatangan saya di kelas itu sangat-sangat diharapkan
oleh siswa. Jadi memang awal-awal berada di sini, muncul
adanya rasa bangga dalam diri saya, dan saya sangat senang
sekali waktu itu karena bisa bermanfaat untuk siswa-siswi
yang ada di sini.
Peneliti : Bu, seandainya waktu itu ibu keterima kerja di tempat lain,
apahka ibu mau mengambil di tempat lain atau memilih di
sini?
BR : Saya memilih di sini, karena dari awal ketika saya menikah
dan saya mempunyai anak itu saya tidak ada keinginan
sedikit pun terbesit untuk bekerja. Tidak! Saya tidak ingin
bekerja meninggalkan anak. Itu tidak ada keinginan, karena
terbukti dari saya mulai lulus sampai kemudian saya
memutuskan untuk bekerja yang deket dengan rumah, itu
setelah delapan tahun. 8 tahun ijaza saya itu ibaratnya hanya
tidur manis di dalam stopmap dan ilmu saya hanya saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
aplikasikan untuk keluarga dan anak saya sendiri. Waktu itu
saya memang saya sangat konsen, sangat fokus sama anak,
jadi kayak semacam bagaimana ya, saya merasa bangga
waktu itu ketika kuliah psikologi, karena ilmu yang saya
dapatkan bisa saya aplikasikan untuk anak-anak saya. Jadi
kayaknya kalau ada tawaran untuk bekerja selain di sini
berarti otomatis lebih jauh, dan kayaknya saya tidak akan
ambil. Dan selain faktor jarak, biar saya lebih fokus juga ke
anak-anak saya.
Peneliti : Bu saya penasaran ini, kan gini. Ibu sudah berhenti selama
delapan tahun dan kalau dilihat ya mungkin saja, kondisi
ekonomi bisa mencukupi karena suami ibu adalah seorang
TNI, lalu ko bisa ibu memutuskan untuk mengajar di sini.
Selain faktor jarak, kan ada anak sehingga ibu tadi
mengatakan memilih untuk tidak mau bekerja dan ingin
bersama anak saja, menerapkan ilmu-ilmu psikologi. Ini
jarak waktunya delapan tahun lo Bu, terus ibu memilih untuk
mengajar di sini, bekerja di sini, kira-kira ada alasan apa Bu?
BR : Alasannya adalah karena waktu itu anak-anak sudah mulai
sekolah, dan anak yang sulung pulangnya siang sekitar jam
2. Anak yang kecil juga mulai sekolah dan akhirnya saya
berpikir, saya kira-kira harus melakukan apa di rumah ketika
anak-anak saya di sekolah. Apa ya kegiatan saya ketika
anak-anak sudah sekolah, terus saya kemudian di rumah
sendir. Saya mulai merasakan kesepian ketika anak sudah
sekolah. Akhirnya saya minta izin dengan suami, apakah
boleh ketika saya mencoba untuk bekerja dan kebetulan di
SMK juga waktu itu guru BK-nya lagi kosong, ya memang
suami juga tidak pernah menuntut saya untuk bekerja, ngga
pernah nuntut, jadi sesuka sayalah untuk saya mau bekerja
atau tidak. Jadi karena adanya rasa kesepian sehingga saya
memtuskan untuk melamar di SMK ini.
Peneliti : Oke baik Bu. Kira-kira sebelum bekerja, bagaimana
perasaan ibu. Apa yang ibu pikirkan. Ketika di rumah, apa
yang ibu rasakan sebelum bekerja dan akhirnya keterima
kerja, bagaimana perasaan ibu?
BR : Jadi memang sebenarnya saya itu tipe orang yang tidak bisa
diam, jadi awalnya, sebelum saya bekerja di sini itu, anak
saya sekolah, mungkin mas Simon juga ngga akan percaya
kalau saya jualan gorengan, saya bikin kue-kue untuk dijual.
Jadi ketika anak saya sekolah saya keliling naik motor
begitu, ketika ada kumpulan ibu-ibu saya deketin, Bu mau
ndak, itu saya lakukan seperti itu, sampai nanti akhirnya
mendekati menjemput anak saya sekolah, berintensitas
dengan anak lagi, maksudnya berkecimpung dengan anak-
anak lagi, dengan keluarga lagi, itu rutinitas yang saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
lakukan, nah juga ada terbesit juga waktu itu, almahrum ibu
saya juga bilang begitu, apakah kamu juga akan seperti itu
terus, terus ilmumu bagaimana? Pernah juga tercuat seperti
itu dari seorang ibu yang menyekolahkan anaknya ko cuman
akhirnya bikin kue-kue seperti itu dan karena ibu saya dulu
juga bikin seperti itu, jadi mungkin pikiran seorang ibu
seperti masa kamu ngga ada perubahannya dari ibu, akhirnya
ya itu tadi. Saya memang sebenarnya tidak pernah, ehh
nganggur ya, saya ngga pernah berdiam diri. Ketika tidak ada
kegiatan saya mesti mencari-cari kegiatan begitu, akhirnya
ya itu tadi ada kesempatan untuk masuk menjadi tenaga
pendidik di sini saya daftar dan akhirnya saya.
Peneliti : Artinya waktu itu anak ibu juga sudah mulai sekolah, dan
tiba-tiba dari beliau juga mengatakan bahwa dari ibu
bagaimana? Dan itu menjadi motivasi ibu untuk akhirnya
memutuskan untuk bekerja, selain faktor jarak juga
BR : Iya
Peneliti : Oke baik, terima kasih ibu. Ketika awal-awal masuk di sini,
dan melihat budaya sekolah yang ada, apa yang ibu
pikirkan?
BR : Awal masuk di sini, saya mulai berpikir bahwa saya harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada di sekolah
ini, dan saya harus menjadi panutan walaupun mungkin
sebelumnya saya harus di rumah dan dengan rutinitas saya
sendiri yang semuanya ibaratnya saya kelolah sendiri, tetapi
bukan kendala bagi saya. Awal ketika berada di sini, saya
senang ketika berkecimpung dengan dunia anak seperti yang
sudah saya sampaikan tadi bahwa keberadaan saya di sini
seperti kayak air di tengah padang gersang, kehadiran saya
oleh siswa waktu itu selalu dinantikan. Ketika harusnya jam
mengajar, tapi saya masih di kantor, mesti ada siswa yang
jemput dan mengatakan bahwa, Bu ini jamnya ibu loo. Itu
masih sangat saya rasakan waktu itu, berarti saya di sekolah
ini pun juga dibutuhkan oleh orang lain.
Peneliti : Pernahkah ibu merasa tidak nyaman di sekolah ini?
BR : Pernah. Saya pernah merasa tidak nyaman di sini. Tidak
nyamannya begini, dari ilmu yang saya pelajari dan dengan
kompetensi yang saya dalami, bahwa BK itu sebenarnya
adalah sahabat dari anak-anak, tapi dengan bergulirnya
waktu, majunya teknologi dan sebagainya, itu juga merubah
perilaku dan tindakan siswa. Saya merasa tidak nyaman
karena ketika saya menerapkan prinsip-prinsip BK yang
sesungguhnya yakni dengan menjadi sahabat para siswa,
kadang prinsip tersebut malah bertentangan dengan guru
yang lain. Jadi kalau di sekolah kan besiknya di
kedisiplinannya tinggi. Untuk membentuk suatu kedisiplinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
itu, siswa perlu dibina, baik itu secara fisik maupun secara
verbal, akan tetapi saya lebih menekankan pada prinsip BK,
yakni menjadi sahabat anak-anak. Saya selalu melakukan
konseling ketika ada siswa yang bermasalah, dan dari situ
saya menjadi dekat dengan siswa, akan tetapi banyak rekan-
rekan guru yang kurang menyukai itu. Memang waktu itu,
prinsipnya begini, ketika saya masuk, di sini tu
diwawancara, ibu tidak boleh membina siswa, membina itu
artinya begini, mungkin orang bilangnya hukuman, di sini
adalah pembinaan, push up, seat up, rolling dan sebagainya,
saya tidak boleh memberikan itu, dan saya memang tidak
pernah memberikan hal itu. Ibu tugasnya ngeyem-yemi
seperti itu, jadi ketika siswa berbuat kesalahan maka akan
dibina oleh kesiswaan, setelah itu akan dikuatkan oleh BK,
artinya memberikan pemahaman dengan bahasa yang lembut
kepada siswa bahwa alasan mengapa ia dibina karena
kesalahan siswa tersebut dibagian ini dan itu. Sehingga
mereka menjadi sadar akan perilakunya yang salah tersebut.
Makanya ibarat saya kan dinantikan siswa, itu lo guru yang
baik, guru yang sabar, guru yang ngga pernah marah dan
sebagainya itu memang dulu labeling guru BK sempat
seperti itu di sini, dan saya saya sangat dekat dengan para
siswa, tapi hal itu memang kadang membuat rekan-rekan
yang lain itu tidak sesuai, ada yang mengatakan cari mukalah
dan lain sebagainya. Memang hal itu kadang menjadi
kontradiksi saya dalam hati. Itu hal-hal yang membuat saya
tidak nyaman.
Peneliti : Selain tidak nyaman tadi kan ibu mengatakann ada siswa
yang senang dengan guru BK yang ada di sini, terus ada
hal lain apa si yang membuat ibu merasa bangga selama
bekerja di sini waktu awal-awal?
BR : Saya dulu awalnya ketika masuk di sini tidak pernah bangga
dengan profesi saya, karena tidak pernah bercita-cita menjadi
seorang guru, terus kemudian saya juga tidak melulu untuk
kepingin bekerja, jadi waktu awal-awal saya merasa biasa
saja dengan profesi saya, jadi tidak ada tu kebanggaan saya.
Peneliti : Ibu..jadi selama ibu di sini dengan mengetahui berbagai
budaya pembinaan, pendisiplinan yang sangat berbeda jauh
dengan sekolah-sekolah lainnya, apakah ada penolakan Bu,
di dalam diri Ibu? Artinya besik ibu kan juga psikologi,
artinya mengubah perilaku seseoarang tidak harus dengan
membina secara fisik maupun verbal. Waktu awal-awal
masuk apakah ada penolakan dengan budaya yang ada di
sekolah ini?
BR : Karena memang dari awal itu ketika ibu wawancarai,
memang sudah disampaikan seperti apa budaya yang ada di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
sini, jadi saya tidak ada penolakan. Karena saya sudah
diberikan tugas seperti itu ya saya jalankan demikian adanya.
Saya tidak pernah ada penolakan, karena memang sistem
pembentukan pendisiplinan berbeda-beda dan saya tetap
berpegang teguh dengan prinsip saya di BK, ya dengan
memberikan koseling ketika mereka bermasalah,
memberikan bimbingan, dan lain sebagainya.
Peneliti : Setelah diterima bekerja di sini, kira-kira apa harapan ibu
untuk para peserta didik yang ada di sini?
BR : Karena tadi tu kan memang saya sempat ada kontra ya,
antara yang sebenarnya yang pernah saya lakukan dengan
penilaian teman sejawat, ya kan itu tadi menjadi kontra bagi
saya, akhirnya saya pun mulai mengikuti, agar memang
semuanya selaras, saya dengan siswa enak, kemudian saya
dengan teman-teman guru menjadi baik. Saya menggunakan
bahasa yang halus dan baik ketika memberikan pengarahan
kepada siswa untuk bisa menjadi disiplin, akan tetapi dalam
hati saya pun kadang jengkel, karena ketika diberikan
pengarahan, perilaku mereka tetap tidak berubah-ubah.
Harusnya siswa siswi berperilaku yang ideal seperti yang
kita semua harapkan.
Peneliti : Oke baiklah Bu, lalu apa yang kemudian ibu pikirkan
mengenai perilaku mereka tersebut?
BR : Dengan bergulirnya waktu terus kemudian kemajuan
teknologi, itu merubah semuanya, menurut saya. Terutama
perilaku siswa yang semakin ke sini, berubah rubah. Setiap
tahun mesti berubah. Dari tahun ke tahun, siswa-siswi yang
diterima di sini perilakunya malah lebih parah. Ketika
disampaikan dengan cara baik-baik lewat konseling malah
tidak mempan. Harusnya saya tidak perlu marah tetapi saat
itu saya jadi marah, karena sudah berbagai cara yang saya
lakukan tapi tidak membawa pengaruh terhadap perilaku
mereka untuk berubah menjadi lebih baik. Ada beberapa
siswa yang seperti itu, dan saya kemudian berpikir bahwa
untuk menjadikan perilaku siswa-siswi menjadi yang lebih
baik, itu tidak melulu harus dengan kelembutan, kadang saya
harus agak keras akhir-akhir ini.
Peneliti : Oke baik
BR : Jadi mungkin sejak tiga tahun kemarin itu saya harus
memberikan pendisiplinan dengan cara seperti itu dan
kemudian itu juga merubah pandangan siswa kepada guru
BK. Pandangan siswa yang berubah terhadap guru BK ini
bisa terjadi karena banyak wali kelas yang ketika menjumpai
permasalahan siswa langsung diajukan ke BK. Ketika ada
siswa yang tidak masuk karena alpa dan sebagainya, wali
kelas itu tidak menelaa terlebih dahulu, akan tetapi langsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
mengalihkan kepada guru BK itu yang kemudian juga agak
merubah padangan siswa bahwa, ketika saya bermasalah,
berarti saya ditanganinya BK. Tiga tahun kemarin itu
merubahkan, dan saya mempunyai keinginan untuk
meluruskan kembali pandangan siswa-siswi dan guru-guru
bahwa BK itu bukan seperti itu, artinya tidak setiap
permasalahan harus ditanganinya di BK. Mungkin juga
karena perubahan zaman dan pasti akan berubah.
Peneliti : Oke baik Bu, tadi kan ibu sempat mengatakan, artinya ada
kontra ketika menerapkan ilmu BK seperti ini, tapi guru-
guru yang lain mungkin ada kesan mengatakan, ahh cari
muka atau apa seperti. Ketika mendengar seperti itu, apa
tanggapan ibu, bagaimana perasaan ibu, apakah ibu juga
menerapkan pendisiplinan yang sama seperti guru-guru
yang lainnya, dalam arti memberikan push up, seat up, roll
atau bagaimana. Apakah ibu juga pernah melakukan itu
karena merasa tidak enakan seperti itu.
BR : Sampai saat ini, hampir 12 tahun, saya tidak pernah mem-
pushup-kan siswa, saya belum men-seat-kan, atau me-
rolling-kan siswa, saya belum pernah.
Peneliti : Belum pernah?
BR : Belum pernah, tetapi memang intonasi suara mungkin.
Peneliti : Oww, lebih kepada verbal ya Bu,
BR : Iya, lebih kepada intonasi suara, tapi sampai sampai saat
ini saya belum pernah mem-pushup-kan siswa. Intonasi
suara awalnya dengan nada yang halus akan tetapi selama
berproses saya akhirnya menaikan intonasi suara saya
menjadi agak tinggi dan setiap hari harus saya lakukan.
Peneliti : Oke baik terima kasih ibu. Lalu dengan bahasa verbal
seperti itu apakah efektif ibu? Apakah itu bisa mengubah
perilaku mereka.
BR : Menurut saya dengan intonasi suara yang tinggi ada sedikit
membawa perubahan akan tetapi sebenarnya itu memang
belum sepenuhnya sesuai.
Peneliti : Oke baik, terima kasih Ibu. Saya tertarik dengan pernyataan
ibu tadi, selama 12 tahun ibu tidak pernah memberikan
pendisiplinan seperti pushup dan lain sebagainya, kira-kira
ada alasan apa si Bu, apakah ibu merasa tidak tega, tidak
enakan terhadap siswa atau bagaiman Bu? Selama 12 tahun
lo Bu.
BR : Bukan ko tidak tega, tapi itu sudah ada ranahnya sendiri,
sudah ada yang harus menangani sendiri seperti itu, karena
memang, iya bagi saya seperti itu. Kalau BK itu beda
dengan guru yang lain menurut saya, jadi saya tidak boleh
sama dengan guru yang lain begitu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Peneliti : Seandainya ibu diberi kesempatan untuk bisa memberikan
pendisiplinan kepada siswa seperti pus-up dan lain
sebagainya, apakah ibu mau untuk melakukan?
BR : Bisa, akan tetapi sampai saat ini saya belum pernah ,
tapi seandainya pun, ah Bu coba, ah bisa saya
Peneliti : Bisa ya Bu, artinya Ibu bisa memberikan itu,
BR : Bisa
Peneliti : Selama ini ketika memberikan pendisiplinan dengan
bahasa verbal, apakah itu sama antara perempuan dan laki-
laki, ataukah siswa laki-laki agak beda terus perempuan agak
beda, atau disamaratakan.
BR : Pasti beda pendisiplinana dengan bahasa verba yang saya
berikan kepada siswa maupun siswi.
Peneliti : Kalau laki-laki bagaimana Bu?
BR : Ketika memberikan pendisiplinan kepada siswa laki-laki,
saya biasanya langsung dengan nada yang tinggi atau suara
yang keras. Saya memperlakukan mereka seperti itu karena,
saya mempelajari bahwa ketika siswa laki-laki itu ketika
dihadapi oleh guru perempuan, biasanya mungkin mereka
akan menganggap seperti ibu kandung mereka sendiri,
sehingga mereka tidak sakit hati dan itu pasti didengerin.
Akan tetapi meskipun didengarin, namanya anak-anak
kadang juga nanti diulangi lagi perbuatan mereka.
Khususnya yang perempuan itu memang biasanya saya
panggil sendiri dan berbicara empat mata. Ketika dia
berbelit-belit dalam menjawab, mungkin saya langsung
melakukan penekanan, istilahnya to the point, seperti “apa
itu maksudmu”, nah begitu, itu kadang saya pernah
melakukan seperti itu, tapi kalau memang masih bisa di ajak
kooperatif, maka saya ngga sampai seperti itu.
Peneliti : Kira-kira ada motivasi apa si Bu, ko ibu bisa
memperlakukan mereka berbeda?
BR : Alasannya karena mereka bertumbuh mas. Saya ngga mau
jangan sampai ketika seorang perempuan, dia sampai sakit
hati dan itu dibawa sampai terus, karena dia pun nanti akan
jadi seorang ibu. Alasan mengapa saya tidak menasehati
siswa perempuan secara langsung di depan orang banyak
karena nanti dia akan malu. Sedangkan laki-laki yang
selama ini saya temukan, mereka tidak akan merasa sakit hati
karena sudah menganggap saya seperti ibu kandung mereka
sendiri. Saya belajar juga, bahwa saya perempuan, saya tidak
mau dinasehati di depan banyak orang, karena pasti saya
akan sangat malu.
Peneliti : Apa yang ibu rasakan setelah memarahi siswa pertama kali,
bagaimana perasaan ibu?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
BR : Ketika selesai memarahi siswa, karena saya sudah
menganggap mereka seperti anak saya sendiri, kadang
muncul perasaan kesel, sedih, ya seperti itu rasanya.
Peneliti : Selain menggunakan bahasa verbal, kata-kata seperti tadi,
adakah bentuk pembinaan lain yang pernah ibu berikan?
BR : Bentuk pendisiplinan lain yang pernah saya berikan si
kadang saya menandatangai apa yang mereka tulis di buku
mereka. Biasanya satu lembar bolak balik setiap hari selama
beberapa minggu. Isi tulisan itu biasanya seperti janji mereka
untuk tidak bolos lagi dan lain sebagainya. Ya istilahnya
supaya mereka jerah.
Peneliti : Kalau boleh tahu kira-kira ada alasan apa si ibu lebih
memilih menggunakan bahasa verbal daripada memberikan
pembinaan secara fisik?
BR : Alasannya karena kalau ketika saya tidak
pas memberikan pembinaan fisik, mungkin mereka akan
cedera, saya akan bertanggung jawab dan saya tidak tahu
cara menanganinya karena bukan dalam bidang saya. Itu
alasan utamanya saya tidak memberikan seperti itu.
Peneliti : Oke, artinya lebih kepada tanggung jawab ya. Berarti di
sini, ya saya bisa menyimpulkan bahwa ada perubahan ya
Bu, dulu artinya ibu tidak marah, akhirnya karena perilaku
siswa tidak berubah terus akhirnya menjadi marah
BR : Iya itu, iya betul sekali. Dulu saya tidak pernah marah, akan
tetapi karena perilaku siswa yang tidak berubah-ubah,
akhirnya saya harus menjadi marah. Dan dulu mungkin
dalam memberikan dukungan secara bahasa verbal dengan
cara baik-baik, tapi karena tidak mempan saya akhirnya
menaikan intonasi saya dalam mendisiplinkan mereka.
Peneliti : Oke baiklah Bu.
BR : Iya, dan itu sekarang berubah lagi, untuk saat ini. Saya
mulai berpikir bahwa berhasilnya proses pendidikan itu tidak
hanya tanggung jawab seorang guru, jadi kadang setiap hari
ketika saya di rumah, saya merenungi apa yang sudah saya
lakukan hari ini, setiap saya mau tidur mesti saya refleksi,
hari ini saya ngapain aja, ko saya bisa sampai berbuat seperti
ini gitu, terutama saya kan lebih banyak berada di sekolah,
gitu kan. Saya berangkat pagi, pulang sore, kan waktu saya
banyak di sini kan, saya otomatis mesti banyak refleksinya
mengenai kegiatan di sekolah, apa yang sudah saya lakukan
hari ini. Saya akhinya menjadi capek gitu lo. Saya merasa
capek karena saya kenceng-kenceng seperti ini, tetapi
ternyata orang tuanya tidak mendukung rpogram sekolah.
Akhirnya ya sudahlah. Saya tidak lagi menasehati dengan
suara yang kencang. Saya benar-benar merasa jenuh, tapi
sebenarnya itu bertentangan dengan hati nurani saya. Tapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
ya sudahlah, yang penting saya sudah melakukan kewajiban
saya, saya melaksanakan tugas saya, apa yang menjadi
wewenang saya, saya lakukan, ketika di sekolah saya harus
seperti apa, selebihnya saya kembalikan, saya doakan gitu
aja anak didik saya supaya semuanya beruntung.
Peneliti : Oke baiklah Bu.
BR : Itu lama lo tiga tahun 4 tahun lo ya akan tetapi mulai deket-
deket ini saya tidak menggunakan intonasi yang tinggi lagi.
Saya kenceng-kenceng seperti ini ternyata saya harus
berjalan sendiri, maksudnya untuk merubah perilaku siswa
agar menjadi apa yang orang tua harapkan, apa yang sekolah
harapkan ternyata tidak mendapat dukungan dari pihak
keluarga. Padalah keluarga adalah dasar yang justru paling
kuat untuk membentuk kepribadian anak, sekolah tu malah
justru nomor kesekian.
Peneliti : Oke, baik terima kasih ibu. Pernahkah ibu melihat ada
siswa yang menangis ketika diberikan pembinaan oleh guru-
guru yang lain?
BR : Ngga ada, ada mungkin di luar itu ya. Jadi seperti ini mas,
ketika siswa diberikan pembinaan, ya dia seperti layaknya
seorang kesatria yang sedang menjalani sebuah pembinaan.
Saya kadang-kadang memperhatikan dari dalam ruangan
kalau mereka dibina di depan ruangan saya. setelah dibinah
biasanya saya panggili satu demi satu, kemudian nangisnya
baru di depan saya. Tapi ketika saya tanya kamu sakit hati
ya di suruh push up? Engga bu, begitu. Jadi lebih mungkin,
itu tadi, dia melakukan pelanggaran, dia melakukan
kesalahan di sekolah itu banyak faktor, mungkin dari, ya itu
tadi utamanya memang dari keluarga, siswa sini tu mungkin
hampir 85% itu broken mas, yang bermasalah dari keluarga
yang mendukung program sekolahan itu hanya paling 10%
dari jumlah siswa lo, yang lainnya itu bermasalah
semuanya. Ada juga orang tua yang peduli walaupun
kadang anaknya tidak bermasalah pun orangtuanya itu
datang ke sekolah, menanyakan kabar anaknya, akan tetapi
bisa hitung dengan jari.
Peneliti : Baiklah Bu, kira kira apa yang ibu raskan waktu itu ketika
melihat siswa-siswi disuruh roll, di suruh push up?
BR : Ya mungkin kalau saya sebagai seorang ibu, kadang saya
ikut kasihan dan sedih, tapi ya sudahlah itu kan bukan ranah
saya dan itu karena sudah pembiasaan, artinya saya sering
melihat seperti itu, lama kelamaan akhirnya menjadi biasa
saja, karena ada beberapa siswa yang ketika disuruh rolling
malah sambil senyum-senyum dan bahkan ketawa. Kalau
mungkin saya perhatikan bener gitu ya, ya mungkin sampai
kebawa dalam hatilah, baper saya mesti gitu ya. Tapi kalau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
mungkin secara hati nurani bener-bener ya kadang ngga tega
ketika melihat mereka dibina.
Peneliti : Oke baik. Ibu pernahkah ibu mengetahui, melihat ada siswa
yang keluar karena tidak betah budaya pembinaan di sini,
pernahkah ibu mendengar atau melihat?
BR : Kalau alasannya tidak betah dengan kondisi yang ada di sini
tu hampir tiap tahun ada, dan itu banyak. Tahun ini aja yang
beralasan seperti itu ada 30-an orang, tetapi kan ternyata
kita melihat lagi. Siswa keluar kan mesti ada prosesnya.
Hari pertama masuk sekolah seperti ini, baik-baik saja, tapi
loh ko mulai ada. Haaa, kita kan mulai menilai di situ,
menggali informasi di situ, begitu kan. Ternyata memang,
ya itu tadi tidak ada sinkorn, biasanya sekolah di sini
disuruh orang tuanya, jadi orang tua tu seolah-olah gini lo
mas, wah iki anak susah diatur, sesok tak sekolahke di sana
aja, gitu lo. Itu yang kebanyakan seperti itu. Jadi memang
tidak ada sinkorn antara anak dan orang tua. Orang tua
sudah mulai kewalahan, dengan si perilaku anaknya, terus
kemudian mengambil keputusan sendiri, besok
disekolahkan di sana aja. Nahh itu, biasanya seperti itu,
terus nanti siswa ini keluar dengan alasan tidak kuat dengan
pembinaan di sekolah ini.
Peneliti : Artinya orang tua secara tahu dan mau anaknya sekolah di
sini?
BR : He em.
Peneliti : Lalu apakah pernah ada orang tua yang protes Bu ketika
anaknya ada yang dikeluarkan dari sekolah ini atau pengen
keluar, itu apaka pernah ada orang tua yang datang lalu
memberikan protes?
BR : Pernah, pernah. Padahal sebelumnya gini ya, jadi proses
penerimaan siswa di sini tu ada tahap wawancara,
wawancara itu harus ada dengan orang tua, tidak boleh
kalau tidak dengan orang tua. Nah, kita sudah sampaikan ke
orang tua, kita sudah sampaikan ke anak, bahwa ini, nanti
di sekolah ini seperti ini, seperti ini, seperti ini. Dengan
keadaan, iklimnya, selama ini kan memang seperti itu kan
gitu. Ya sanggung menerima, sanggup menerima begitu,
tetapi ketika nanti proses berjalan, kadang namanya, dan
biasanya siswa ini terus membikin cerita, membikin cerita
untuk karena dia kepingin keluar gitu, membikin cerita
yang kemudian disampaikan ke orang tua, dan orang tua itu
biasanya datang ke sini langsung marah-marah dulu,
marah-marah terus nanti biasanya kita konfirmasi, yaa
biasanya kalau yang marah gini tu ngga datang sama
anaknya, anaknya tu mesti di rumah gitu lo, nah kita
konfirmasi, mesti akhirnya clear dan itu tadi, yang awalnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
marah akhirnya terus jadi minta maaf, karena memang itu
cerita bikinan anaknya sendiri, itu yang sering saya jumpai
seperti itu dan itu biasanya yang sering menjumpai marah-
marahin orang tua itu tadi ya justru guru BK, karena kan
mungkin pemikiran para orang tua itu, neng sekolahan ki
bermasalah, guru BK.
Peneliti : Bagaimana padangan ibu mengenai kepindahan mereka,
apakah ibu setuju atau bagaimana? Ada rasa kenapa si
pindah gitu?
BR : Ya kalau yang anak-anak yang model seperti itu ya, ya
sudah memang dia ngga cocok.
Peneliti : Ibu, seandainya aturan-aturan pembinaan, pendisiplinan
seperti ini diterapkan di sekolah-sekolah lain menurut ibu
bagaimana? Apakah boleh atau tidak?
BR : Belum tentu. Jadi kadang begini mas, anak yang masih
bertahan di sini itu juga kadang menyampaikan protes
keberatan, ah Bu, kita tu sekolah, masa dibina, dibina,
dibina. Dia terus membandingkan dengan sekolah lain. Ah
jadi gini, Bu kalau di SMA di anu itu ngga seperti ini lo.
Terus saya menyampaikan supaya dia berpikir. Kalau di
sekolah-sekolah lain itu, siswa yang masuk itu memang
sudah pintar, memang sudah nilainya bagus, nilai ujian
nasionalnya tinggi. Saya gitukan. Siswa yang cerdas secara
intelektual, pasti dia akan menghindari permasalahan-
permaslahan sepele yang akan menggangu proses
akademiknya, semisal anak pintar itu tidak akan mungkin
dia mbolos-bolosan. Kalau siswa yang masuk di sini, coba
saya tanya, nilai kamu berapa masuk di sini, saya mesti
begitu, akhirnya dia malu gitu kan. Nah sekarang, kalau
sekarang kamu juga mungkin secara akademis kurang terus
kemudian kamu kepinginnya tidak ada pembinaan,
istilahnya kamu dibiarkan saja, terus apa bedanya sekolah
ini dengan sekolah-sekolah lain. Yaa, cobalah, kalau
memang ngga pinter, coba sikapnya diperbaiki. Jadi
memang akhirnya dari situ, dia pun juga berpikir gitu lo, ya
mungkin itu yang membuat mereka sakit hati terus
kemudian termotivasi, ohh iya, berarti aku ki kurang pinter
iki, berarti aku kudu, ha ini ya, akhirnya ada beberapa anak
yang seperti itu, mungkin ini, ini pedes gitu ya, udah ngga
pinter, sikap elek, apa yang mau diambil, gitu kan. Intinya
seperti itulah dan ada sedikit perubahan.
Peneliti : Bu, kalau ibu boleh jujur, pernakah ibu ingin keluar dari
sekolah ini?
BR : Saya pernah ada keinginan untuk keluar ketika merasa
capek sekali. Waktu itu karena memang sudah penat gitu ya,
tapi terus kemudian saya rasakan liburan saya hanya di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
rumah, dan ketika itu anak-anak juga ada kegiatan, saya
kadang berpikir bahwa kalau saya keluar dari SMK terus
mau ngapain. Ketika saya lama di rumah begitu ya, kayak
semisal kemarin saya melakukan prograp PP, saya
menjalanakn program PPG, itu saya ada rasa kangen, datang
ke sekolah ini gitu, jadi untuk saat ini memang belum, belum
ada keinginan keluar, tapi sempat ada keinginan ketika
merasa capek sekali dan ketika terbentur dengan masalah
anak yang ada di rumah. Saya juga berpikir begini, buat apa
ya saya kerja begini, ko ternyata anak saya malah menjadi
bermasalah. Dulu yang gede itu di kelas susah konsetrasi,
sukanya kalau di kelas cuman bermain saja, dan tugas-tugas
tidak diselesaikan dengan baik. Setiap hari saya dapat
komplein seperti itu dari gurunya. Saya kemudian berpikir
bahwa saya di sekolah mengurusi banyak siswa, sedangkan
anak saya sendiri ko tidak bisa tertangani dengan bai. Tapi
memang, ya itu tadi, seorang konselor pun juga
membutuhkan konselor yang lain. Saya berkomunikasi
dengan teman-teman guru BK yang lain, akhirnya kami
menemukan titik temu bahwa tipikal anak saya memang
lebih kepada motorik. Saya ketemu dengan bakat dia, dan
akhirnya terwadai dengan baik. Itu yang menjadi keinginan
besar saya ketika mau keluar dari sekolah ini karena
terbentur masalah yang ada dalam keluarga.
Peneliti : Oke Bu, kalau boleh jujur kan tadi ibu mengatakan ketika
melihat siswa-siswi diberikan pembinaan seperti itu,
kasihan ya, Nah kalau boleh jujur, seandainya anak ibu
kalau masuk di sini, ibu memperbolehkan tidak?
BR : Engga memperbolehkan, Karena saya sudah mengetahui
budaya yang ada di sekolah ini. Kalau kedisiplinan di
sekolah ini saya senang.Tetapi sepertinya tidak memajuhkan
bakat anak saya, karena waktunya banyak habis di sini,
sedangkan anak saya punya Club taekwondo di luar, jangan
sampai dia tinggalkan.
Peneliti : Terima kasih ibu, kalau boleh jujur, apakah ibu setuju atau
tidak dengan pembinaan yang ada?
BR : Ya, selama ini saya setuju. Karena itu tadi, kita mau meraih
apanya? Anak-anak sini paling, pinter cuman satu dua orang
aja, yang lainnya? Dan yang, otomatis memang siswa yang
pinter secara akademis memang tidak tersentuh oleh
pembinaan. Anak-anak yang bener-bener melanggar aturan
saja yang terkena pembinaan di sini, jadi sampai saat ini,
saya masih setuju untuk pembinaan anak-anak di sini, karena
itu tadi, mau dicari apanya lagi, kalau istilahnya secara
akademis dia belum maksimal. Paling tidak ditumbuhkanlah
kedisiplinan yang tinggi sehingga ada nilai ples ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
mereka lulus dari sini, dan nantinya bisa menjual ke dunia
kerja. ya mungkin secara performennya oke, penampilannya,
badannya sudah terbentuk, kedisiplinannya bagus, jadi
ketika perusahan yang menggunakan juga ikut senang.
Peneliti : Bu, kalau boleh tahu, kira-kira alasan apa, atau apa si yang
membuat ibu masih bertahan di sini?
BR : Salah satunya saya masih bertahan di sini karena kebtuhan
ekonomi dalam kerluarga semakin meningkat. Anak-anak
saya juga sudah tumbuh besar, ya istilahnya apa ya, untuk
jajan anaklah. Akan tetapi itu merupakan alasan yang
keseikan. Alasan pertama saya masih bertahan di sini adalah
salah satu wujud nilai ibadah saya. Kalau dilihat mungkin
awalnya saya bekerja di sini, dengan gaji yang sangat minim,
Waktu itu juga harus kredit motor yang cicilannya
Rp.355.000 waktu itu, tapi gaji saya di sini hanya
Rp.200.000, berarti kan salah malah nombok. Sudah kerja,
ninggalin rumah dan gaji saya hanya untuk bayar cicilan
motor, jajan anak kurang. Tetapi semakin ke sini, semakin
ke sini, saya sadari justru nilai ibadahnya jauh lebih tinggi
dan kalau memang kita dasarkan semuanya dengan prinsip
ibadah, semuanya pasti akan mengikuti ya, katanya begitu.
Alasan yang kedua saya masih bertahan di sini adalah
sebagai sosok figur dalam memberikan contoh kepada anak-
anak saya. Saya punya anak laki-laki dan perempuan, saya
harus bisa menjalankan ketika tugas saya di rumah. Saya
tetap setiap hari masak lo, saya tetap setiap hari membekali
anak lo gitu kan, jadi setiap pagi kita ibardah bareng, setelah
pulang dari mesjid saya masak, nyiapin sarapan, nyiapin
bekal untuk anak-anak, seperti itu. Nanti ketika pulang
sekolah saya harus bagaimana? Bahkan ketika dituntut
seperti itu, ya namanya anak juga pernah ngeluh lo mas,
ngelunya Bu capek, sekolah capek kegiatan seperti ini
seperti ini, saya kan bisa jadi contoh. Ibu kalau, mas lihat ibu
bagaimana? Ibu pagi bangun begini, nanti sibuk masih harus
kuliah lagi, ibu harus mengerjakan tugas, ibu bisa tu masa
Mas ngga bisa? Nah itu, jadi, menjadi figur. Terus
kemudidan, ya itu tadi yang ketiga bisa memenuhi
kebutuhan anak dengan penghasilan yang ada.
Peneliti : Baik terima kasih ibu. Ibu artinya ibu sudah berproses
selama 12 tahun. Artinya dulu ibu mengatakan sebelum
masuk di sini, dengan kondisi yang ada ibu sudah nyaman
tapi kemudian karena ada motivasi dari orang tuanya ibu,
terus mungkin karena kebutuhan juga, akhirnya ibu memilih
untuk bekerja di sini, selain faktor jarak juga, kemudian
awal-awal masuk di sini ibu merasa nyaman artinya dari
siswa, ibu merasa ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
BR : Iya
Peneliti : Nah, sampai sekarang, kira-kira apa yang ibu rasakan? Apa
yang ibu pikirkan saat sekarang ini, sampai saat ini?
BR : Iya, sampai saat ini?
Peneliti : Iyaa
BR : Yang saya pikirkan saat ini adalah saya perlu belajar lagi
dan lagi, karena permasalahan yang dihadapi siswa sekarang
itu jauh lebih berat dari siswa-siswa sebelumnya. saya perlu
mendalami lagi tentang ilmu ke-BK-an agar bisa
mengentaskan permasalahan yang dihadapi siswa-siswa.
Saya merasa ngeri kalau mendengar cerita-cerita ketika kami
konseling barulah terucap dari siswa. Ketika melakukan
konseling dengan siswa perempuan, banyak hal yang
terungkap, yang mana dia sudah bergaul lebih, bebaslah
dengan pacaranya. Itu yang membuat saya takjub, takjubnya
itu begini, ya ampun ternyata, hal seperti itu to yang kamu
alami? Masa remaja saya tu ngga seperti kamu loo, haa gitu
lo, berarti kamu tu jauh lebih berat ya, nah itu, itu yang masih
mungkin harus saya pelajari lagi, masih harus saya dalami
lagi untuk apa ya, kemampuan saya mungkin terbatas ya,
karena usia saya juga sudah semakin tua semakin tua begitu,
itu tapi ya itu tadi, saya harus, harus lebih banyak belajar lagi
lah.
Peneliti : Baiklah Bu, artinya selama 12 tahun ini, sampai saat ini ibu
masih bertahan. Dengan berbagai alasan tadi, bagaimana
perasaan ibu, sudah merasa lebih nyamankah di sini? Atau
merasa yang lain-lain bagaimana Bu? Bagaimana perasaan
ibu?
BR : Untuk saat ini, saya sudah merasa lebih nyaman.
Peneliti : Saat ini ya sudah merasaa lebih nyaman.
BR : Iyaa. Tetapi dalam pikiran saya yang lain, saya pengen
tantangan yang lain. paling engga, dengan keilmuan yang
saya miliki sekarang, saya pengen mencobalah untuk bisa
ngajar tingkat mahasiswa-mahasiswa meskipun itu hanya
dosen terbang, karena saya sudah tetap di sini. Saya pengen
punya pengalaman itu, saya pengen, saya masih kepengen
dengan apa yang saya alami sekarang, apa yang saya jumpai
selama hampir 12 tahun ini, saya ingin punya buku, kayak
gitu, itu PR saya, dan ini saya masih belajarlah untuk saya
punya karya gitu, ya intinya paling tidak, agar saya bisa
memotivasi keluarga kecil saya duluh la, begitu.
Peneliti : Oke baik terima kasih ibu, terus selama berproses di sini,
hal apa yang sangat membuat ibu merasa senang ketika
berada di sini.? Ketika perisiwa apa begitu Bu?
BR : Iyaa, memang benar mas, anu, saya yakin mungkin hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
pun dialami oleh para dosen gitu ya, kesenangan yang
paling mendasar dari seorang guru itu adalah melihat
kesuksesan anak didiknya. Meskipun nanti ketika ke
depannya ketika proses ke depannya sang guru ini sudah
mulai dilupakan bahkan mungkin tersingkirkan, dari
kehidupan siswa tapi ngga tahu ada kepuasan tersendiri,
kepuasan batin tersendiri ketika melihat, ohh itu dulu
siswaku begitu.
Peneliti : Artinya ketika mereka menuai kesuksesan,
BR : Haa a
Peneliti : Ada kepuasan tersendiri begitu.
BR : Iya, bener. Saya juga ikut sedih lo mas ketika ada siswa
yang terus kemudian dia, apa ya, yaa memang dia mungkin
terus lama nganggur, itu ketika saya melihat itu saya juga
sedih gitu lo. Ahh itu dulu siswaku lo, padahal, yaa kayak
gitu, jadi itulah, seperti itu, saya merasa sangat senang ketika
melihat anak didiknya itu bisa mandiri, bisa berkarya, dia
bisa menghasilkan dari keringatnya sendiri. Saya
mengatarkan mereka di titik ini ya begitu. Senang rasanya.
Peneliti : Ada kepuasan tersendiri ya Bu?
BR : Haa a,
Peneliti : Dan apakah itu juga yang menjadi alasan untuk bertahan
di sini, artinya bisa melihat orang-orang sukses, orang-orang
bisa bermanfaat, bertumbuh dan berkembang?
BR : Bukan seperti itu si, alasan untuk saya bertahan di sini. Ya
itu tadi. Bertahan saya di sini ya itu tadi di awal, nilai ibadah
sayalah begitu. Bagimana iya, untuk mengambangkan
potensi diri saya lagi terutama. Saya mungkin tidak akan bisa
berkembang ketika saya tidak berada di sini, gitu. Bener
ngga si? Hehe
Peneliti : Iya bener Bu.
BR : Hehehehehe
Peneliti : Oke baik ibu terima kasih banyak. Atas jawaban-jawaban
ibu, sekiranya misal kalau ada yang masih kurang, apakah
boleh saya,
BR : Boleh, nanti kalau ada yang perlu ditanyakan mungkin bisa
chatt WA, atau mungkin mau wawancara lagi silahkan,
monggo.
Peneliti : Siap
BR : Di atur lagi jadwalnya, tapi nanti siang saya berangkat.
Peneliti : Siap, sekian dan terima kasih ibu, selamat siang. Hehehe.
BR : Semoga sukses ya, Simon ya. Heheh..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Lampiran 2
LEMBAR KODING WAWANCARA
BR = INISIAL RESPONDEN
Dinamika Pikiran (Kognitif) = BR/DK
Dinamuka Perasaan (Afektif) = BR/DA
Dinamika Perilaku (Psikomotor) = BR/DP
Motivasi bertahan mengajar = BR/MOT
Reponden BR
No.
Urut
Data Teks Koding
001
002
003
004
005
006
007
008
009
010
011
012
013
014
015
016
017
018
Mengapa si ibu ingin menjadi seorang pendidik?
Awalnya menjadi seorang pendidik itu bukan cita-cita
saya. Sama sekali tidak masuk dalam cita-cita saya, karena
dasar keilmuan saya adalah psikologi waktu itu. Jadi
pastinya ketika saya masih muda dulu, ketika saya masih
kuliah S-1, saya punya cita-cita untuk bekerja di perusahan.
Intinya kalau psikologi itu kan pasti HRD ya, tetapi
gambaran menjadi seorang guru itu sangat tidak ada dalam
pikiran saya. Awalnya seperti itu! Berjalannya waktu
ketika saya sudah mulai mendekati kelulusan, waktu itu
karena besik saya adalah orang tidak punya yang mana
orang tua saya dengan kehidupan yang mungkin pas-pasan
karena ayah saya hanyalah seorang abdi negara dengan gaji
yang pas-pasan, sehingga dari enam bersaudara, hanya
saya dan kaka saya yang sampai pada jenjang kuliah,
sedangkan adik saya hanya sampai pada tingkat diploma.
Berjalannya waktu mendekati kelulusan, jurusan psikologi
ini harus mempunyai profesi yang nota bene itu harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
019
020
021
022
023
024
025
026
027
028
029
030
031
032
033
034
035
036
037
038
039
040
041
042
043
044
045
046
047
048
049
kuliah lagi. Habis itu saya mulai berpikir, kalau untuk
mengambil profesi jelas orang tua saya pasti keberatan,
tetapi dengan hanya kelulusan S-1 psikologi saya juga pasti
ngambang karena belum memiliki nilai yang lebih. Di
kampus saya waktu itu dibuka program Akta-4, jadi dulu
untuk izin mengajar itu ada program Akta-4. Akhirnya
kalau saya mengambil Akta-4 saya harus jadi guru. Tapi ya
sudahlah, dari pada saya tidak punya nilai ples dari teman-
teman saya yang lain. Akhirnya saya mengambil Akta-4.
Dari situlah, akhirnya ketika saya lulus kuliah itu saya tidak
langsung bekerja karena saya sudah punya bayi. Akhirnya
saya fokus dulu untuk mengurus keluarga. Jadi memang
tidak ada niatan saya untuk menjadi seorang pendidik
waktu itu tapi karena keadaan.
Ok baiklah ibu, jadi karena keadaan. Terus bagaimana
pandangan ibu mengenai sekolah ini?
Kebetulan kan saya juga tinggal dan hidup di lingkup TNI
AU, suami saya juga TNI AU begitu kan, saya juga tinggal
di sekolah sini. Awalnya saya tahu sekolah ini itu
sekolahnya masih kecil. Saya waktu itu ada temen yang
menyampaikan bahwa di sekolah itu guru BK-nya
sekarang kosong, ngga ada guru BK. Karena saya punya
besik psikologi, itu ya, saya tahu memang dari dulu BK itu
identik dengan konseling dan saya juga punya izin ketika
saya mengajar karena saya sudah mengambil Akta-4.
Akhirnya saya mencoba karena kebetulan sekolah ini juga
deket dengan rumah. Jadi dengan saya punya anak kecil,
kemudian jarak antara rumah dengan sekolah itu sangat
dekat sekali akhirnya saya mencoba, ya apa salahnya si
saya mencoba untuk mengajar di sana. akhrinya saya
masukin lamaran dan dipanggilah. Pandangan saya tentang
BR/DK
-Sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
050
051
052
053
054
055
056
057
058
059
060
061
062
063
064
065
066
067
068
069
070
071
072
073
074
075
076
077
078
079
080
sekolah ini ketika pertama kali saya masuk adalah, sekolah
ini berada pada lingkup kemiliteran sehingga tentunya
memiliki disiplin yang sangat tinggi dan ketika awal-awal
saya masuk di sini saya merasa sangat takjub, meskipun
saya juga berasal dari keluarga TNI. Saya takjub karena
muridnya sangat luar biasa karena terlihat sangat disiplin.
Pandangan saya saat ini positif banget gitu, karena sikap
anak-anaknya sangat menyenangkan waktu itu.
Ok baik, terima kasih Ibu, setelah masuk di sini, terus
apa harapan ibu menjadi seorang pendidik?
Harapan saya ketika saya sudah masuk di sini adalah,
semoga saya diterima baik oleh peserta didik yang ada di
sini dan bisa bermanfaat untuk sekolah ini, dan ternyata
keberadaan saya di sini waktu itu ketika tahun 2008 di
sambut baik oleh murid yang saya ampuh. Saya ibarat
seperti air di tengah padang gersang. Jadi ketika waktu jam
istirahat, siswa sering menemui saya untuk konseling.
Hampir setiap hari saya temui. Jadi banyak sekali siswa
yang mencari saya dulu. kedatangan saya di kelas itu
sangat-sangat diharapkan oleh siswa. Jadi memang awal-
awal berada di sini, muncul adanya rasa bangga dalam diri
saya, dan saya sangat senang sekali waktu itu karena bisa
bermanfaat untuk siswa-siswi yang ada di sini.
Bu, seandainya waktu itu ibu keterima kerja di tempat
lain, apahka ibu mau mengambil di tempat lain atau
memilih di sini?
Saya memilih di sini, karena dari awal ketika saya menikah
dan saya mempunyai anak itu saya tidak ada keinginan
sedikit pun terbesit untuk bekerja. Tidak! Saya tidak ingin
bekerja meninggalkan anak. Itu tidak ada keinginan, karena
terbukti dari saya mulai lulus sampai kemudian saya
dengan disiplin
yang tinggi
-Rasa Takjub
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
081
082
083
084
085
086
087
088
089
090
091
092
093
094
095
096
097
098
099
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
memutuskan untuk bekerja yang deket dengan rumah, itu
setelah delapan tahun. 8 tahun ijaza saya itu ibaratnya
hanya tidur manis di dalam stopmap dan ilmu saya hanya
saya aplikasikan untuk keluarga dan anak saya sendiri .
Waktu itu saya memang saya sangat konsen, sangat fokus
sama anak, jadi kayak semacam bagaimana ya, saya merasa
bangga waktu itu ketika kuliah psikologi, karena ilmu yang
saya dapatkan bisa saya aplikasikan untuk anak-anak saya.
Jadi kayaknya kalau ada tawaran untuk bekerja selain di
sini berarti otomatis lebih jauh, dan kayaknya saya tidak
akan ambil.
Ibu memilih untuk mengajar di sini, bekerja di sini,
kira-kira ada alasan apa Bu?
Alasannya adalah karena waktu itu anak-anak sudah mulai
sekolah, dan anak yang sulung pulangnya siang sekitar jam
2. Anak yang kecil juga mulai sekolah dan akhirnya saya
berpikir, saya kira-kira harus melakukan apa di rumah
ketika anak-anak saya di sekolah. Apa ya kegiatan saya
ketika anak-anak sudah sekolah, terus saya kemudian di
rumah sendir. Saya mulai merasakan kesepian ketika anak
sudah sekolah. Akhirnya saya minta izin dengan suami,
apakah boleh ketika saya mencoba untuk bekerja dan
kebetulan di SMK juga waktu itu guru BK-nya lagi kosong,
ya memang suami juga tidak pernah menuntut saya untuk
bekerja, ngga pernah nuntut, jadi sesuka sayalah untuk saya
mau bekerja atau tidak. Jadi karena adanya rasa kesepian
sehingga saya memtuskan untuk melamar di SMK ini.
Oke baik Bu. Kira-kira sebelum bekerja, bagaimana
perasaan ibu. Apa yang ibu pikirkan. Ketika di rumah,
apa yang ibu rasakan sebelum bekerja dan akhirnya
keterima kerja, bagaimana perasaan ibu?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
Jadi memang sebenarnya saya itu tipe orang yang tidak bisa
diam, jadi awalnya, sebelum saya bekerja di sini itu, anak
saya sekolah, mungkin mas Simon juga ngga akan percaya
kalau saya jualan gorengan, saya bikin kue-kue untuk
dijual. Jadi ketika anak saya sekolah saya keliling naik
motor begitu, ketika ada kumpulan ibu-ibu saya deketin,
Bu mau ndak, itu saya lakukan seperti itu, sampai nanti
akhirnya mendekati menjemput anak saya sekolah,
berintensitas dengan anak lagi, maksudnya berkecimpung
dengan anak-anak lagi, dengan keluarga lagi, itu rutinitas
yang saya lakukan, nah juga ada terbesit juga waktu itu,
almahrum ibu saya juga bilang begitu, apakah kamu juga
akan seperti itu terus, terus ilmumu bagaimana? Pernah
juga tercuat seperti itu dari seorang ibu yang
menyekolahkan anaknya ko cuman akhirnya bikin kue-kue
seperti itu dan karena ibu saya dulu juga bikin seperti itu,
jadi mungkin pikiran seorang ibu seperti masa kamu ngga
ada perubahannya dari ibu, akhirnya ya itu tadi. Saya
memang sebenarnya tidak pernah, ehh nganggur ya, saya
ngga pernah berdiam diri. Ketika tidak ada kegiatan saya
mesti mencari-cari kegiatan begitu, akhirnya ya itu tadi ada
kesempatan untuk masuk menjadi tenaga pendidik di sini
saya daftar dan akhirnya saya.
Oke baik, terima kasih ibu. Ketika awal-awal masuk di
sini, dan melihat budaya sekolah yang ada, apa yang
ibu pikirkan?
Awal masuk di sini, saya mulai berpikir bahwa saya harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada di sekolah
ini, dan saya harus menjadi panutan walaupun mungkin
sebelumnya saya harus di rumah dan dengan rutinitas saya
sendiri yang semuanya ibaratnya saya kelolah sendiri,
BR/DK
-adaptasi
-menjadi
panutan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
tetapi bukan kendala bagi saya. Awal ketika berada di sini,
saya senang ketika berkecimpung dengan dunia anak
seperti yang sudah saya sampaikan tadi bahwa keberadaan
saya di sini seperti kayak air di tengah padang gersang,
kehadiran saya oleh siswa waktu itu selalu dinantikan.
Ketika harusnya jam mengajar, tapi saya masih di kantor,
mesti ada siswa yang jemput dan mengatakan bahwa, Bu
ini jamnya ibu loo. Itu masih sangat saya rasakan waktu itu,
saya menjadi berpikir bahwa saya di sekolah ini pun juga
dibutuhkan oleh orang lain.
Pernahkah ibu merasa tidak nyaman di sekolah ini?
Pernah. Saya pernah merasa tidak nyaman di sini. Tidak
nyamannya begini, dari ilmu yang saya pelajari dan dengan
kompetensi yang saya dalami, bahwa BK itu sebenarnya
adalah sahabat dari anak-anak, tapi dengan bergulirnya
waktu, majunya teknologi dan sebagainya, itu juga
merubah perilaku dan tindakan siswa. Saya merasa tidak
nyaman karena ketika saya menerapkan prinsip-prinsip BK
yang sesungguhnya yakni dengan menjadi sahabat para
siswa, kadang prinsip tersebut malah bertentangan dengan
guru yang lain. Jadi kalau di sekolah kan besiknya di
kedisiplinannya tinggi. Untuk membentuk suatu
kedisiplinan itu, siswa perlu dibina, baik itu secara fisik
maupun secara verbal, akan tetapi saya lebih menekankan
pada prinsip BK, yakni menjadi sahabat anak-anak. Saya
selalu melakukan konseling dengan bahasa yang halus
ketika ada siswa yang bermasalah, dan dari situ saya
menjadi dekat dengan siswa, akan tetapi banyak rekan-
rekan guru yang kurang menyukai itu. Memang waktu itu,
prinsipnya begini, ketika saya masuk, di sini tu
diwawancara, ibu tidak boleh membina siswa, membina itu
-merasa senang
-kehadirannya
dibutuhkan
-merasa tidak
nyaman.
-BK sahabat
anak-anak
-majunya
teknologi
-prinsip BK
bertentangan
-disiplin juga
terbentuk dari
pembinaan
secara fisik dan
verbal
-melakukan
konseling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
artinya begini, mungkin orang bilangnya hukuman, di sini
adalah pembinaan, push up, seat up, rolling dan
sebagainya, saya tidak boleh memberikan itu, dan saya
memang tidak pernah memberikan hal itu. Ibu tugasnya
ngeyem-yemi seperti itu, jadi ketika siswa berbuat
kesalahan maka akan dibina oleh kesiswaan, setelah itu
akan dikuatkan oleh BK, artinya memberikan pemahaman
dengan bahasa yang lembut kepada siswa bahwa alasan
mengapa ia dibina karena kesalahan siswa tersebut
dibagian ini dan itu. Sehingga mereka menjadi sadar akan
perilakunya yang salah tersebut. Makanya ibarat saya kan
dinantikan siswa, itu lo guru yang baik, guru yang sabar,
guru yang ngga pernah marah dan sebagainya itu memang
dulu labeling guru BK sempat seperti itu di sini, dan saya
saya sangat dekat dengan para siswa, tapi hal itu memang
kadang membuat rekan-rekan yang lain itu tidak sesuai,
ada yang mengatakan cari mukalah dan lain sebagainya.
Memang hal itu kadang menjadi kontradiksi saya dalam
hati. Itu hal-hal yang membuat saya tidak nyaman.
Ada hal apa si yang membuat ibu merasa bangga
selama bekerja di sini waktu awal-awal?
Saya dulu awalnya ketika masuk di sini tidak pernah
bangga dengan profesi saya, karena tidak pernah bercita-
cita menjadi seorang guru, terus kemudian saya juga tidak
melulu untuk kepingin bekerja, jadi waktu awal-awal saya
merasa biasa saja dengan profesi saya, jadi tidak ada tu
kebanggaan saya.
Waktu awal-awal masuk apakah ada penolakan
dengan budaya yang ada di sekolah ini bu?
Karena memang dari awal itu ketika ibu wawancarai,
memang sudah disampaikan seperti apa budaya yang ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
di sini, jadi saya tidak ada penolakan. Karena saya sudah
diberikan tugas seperti itu ya saya jalankan demikian
adanya. Saya tidak pernah ada penolakan, karena memang
sistem pembentukan pendisiplinan berbeda-beda dan saya
tetap berpegang teguh dengan prinsip saya di BK, ya
dengan memberikan koseling ketika mereka bermasalah,
memberikan bimbingan, dan lain sebagainya.
Setelah diterima bekerja di sini, kira-kira apa harapan
ibu untuk para peserta didik yang ada di sini?
Karena tadi tu kan memang saya sempat ada kontra ya,
antara yang sebenarnya yang pernah saya lakukan dengan
penilaian teman sejawat, ya kan itu tadi menjadi kontra
bagi saya, akhirnya saya pun mulai mengikuti, agar
memang semuanya selaras, saya dengan siswa enak,
kemudian saya dengan teman-teman guru menjadi baik.
Saya menggunakan bahasa yang halus dan baik ketika
memberikan pengarahan kepada siswa untuk bisa menjadi
disiplin, akan tetapi dalam hati saya pun kadang jengkel,
karena ketika diberikan pengarahan, perilaku mereka tetap
tidak berubah-ubah. Harusnya siswa siswi berperilaku
yang ideal seperti yang kita semua harapkan.
Oke baiklah Bu, lalu apa yang kemudian ibu pikirkan
mengenai perilaku mereka tersebut?
Dengan bergulirnya waktu terus kemudian kemajuan
teknologi, itu merubah semuanya, menurut saya. Terutama
perilaku siswa yang semakin ke sini, berubah rubah. Setiap
tahun mesti berubah. Dari tahun ke tahun, siswa-siswi yang
diterima di sini perilakunya malah lebih parah. Ketika
disampaikan dengan cara baik-baik lewat konseling malah
tidak mempan. Harusnya saya tidak perlu marah tetapi saat
itu saya jadi marah, karena sudah berbagai cara yang saya
-bahasa yang
halus
-merasa jengkel
BR/DK
-kemajuan
teknologi
mengubah
perilaku siswa
-merasa marah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
267
268
lakukan tapi tidak membawa pengaruh terhadap perilaku
mereka untuk berubah menjadi lebih baik. Ada beberapa
siswa yang seperti itu, dan saya kemudian berpikir bahwa
untuk menjadikan perilaku siswa-siswi menjadi yang lebih
baik, itu tidak melulu harus dengan kelembutan, kadang
saya harus agak keras akhir-akhir ini.
Oke baik
Jadi mungkin sejak tiga tahun kemarin itu saya harus
memberikan pendisiplinan dengan cara seperti itu dan
kemudian itu juga merubah pandangan siswa kepada guru
BK. Pandangan siswa yang berubah terhadap guru BK ini
bisa terjadi karena banyak wali kelas yang ketika
menjumpai permasalahan siswa langsung diajukan ke BK.
Ketika ada siswa yang tidak masuk karena alpa dan
sebagainya, wali kelas itu tidak menelaa terlebih dahulu,
akan tetapi langsung mengalihkan kepada guru BK itu
yang kemudian juga agak merubah padangan siswa bahwa,
ketika saya bermasalah, berarti saya ditanganinya BK. Tiga
tahun kemarin itu merubahkan, dan saya mempunyai
keinginan untuk meluruskan kembali pandangan siswa-
siswi dan guru-guru bahwa BK itu bukan seperti itu, artinya
tidak setiap permasalahan harus ditanganinya di BK.
Mungkin juga karena perubahan zaman dan pasti akan
berubah.
Oke baik Bu, tadi kan ibu sempat mengatakan, artinya
ada kontra ketika menerapkan ilmu BK seperti ini, tapi
guru-guru yang lain mungkin ada kesan mengatakan,
ahh cari muka atau apa seperti. Ketika mendengar
seperti itu, apa tanggapan ibu, bagaimana perasaan
ibu, apakah ibu juga menerapkan pendisiplinan yang
sama seperti guru-guru yang lainnya, dalam arti
-suara keras
-pandangan
siswa berubah
-meluruskan
pandangan
siswa
-BR/DP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
memberikan push up, seat up, roll atau bagaimana.
Apakah ibu juga pernah melakukan itu karena merasa
tidak enakan?
Sampai saat ini, hampir 12 tahun, saya tidak pernah mem-
pushup-kan siswa, saya belum men-seat-up kan, atau me-
rolling-kan siswa, saya belum pernah.
Belum pernah?
Belum pernah, tetapi memang intonasi suara mungkin.
Oww, lebih kepada verbal ya Bu?
Iya, lebih kepada intonasi suara, tapi sampai sampai saat
ini saya belum pernah mem-pushup-kan siswa. Intonasi
suara awalnya dengan nada yang halus akan tetapi selama
berproses saya akhirnya menaikan intonasi suara saya
menjadi agak tinggi dan setiap hari harus saya lakukan.
Saya menggunakan intonasi yang tinggi karena ketika
diarahkan dengan cara baik-baik, perilaku mereka tidak
berubah
Oke baik terima kasih ibu. Lalu dengan bahasa verbal
seperti itu apakah efektif ibu? Apakah itu bisa
mengubah perilaku mereka?
Menurut saya dengan intonasi suara yang tinggi ada sedikit
membawa perubahan akan tetapi sebenarnya itu memang
belum sepenuhnya sesuai.
Oke baik, terima kasih Ibu. Saya tertarik dengan
pernyataan ibu tadi, selama 12 tahun ibu tidak pernah
memberikan pendisiplinan seperti pushup dan lain
sebagainya, kira-kira ada alasan apa si Bu, apakah ibu
merasa tidak tega, tidak enakan terhadap siswa atau
bagaiman Bu?
Bukan ko tidak tega, tapi itu sudah ada ranahnya sendiri,
sudah ada yang harus menangani sendiri seperti itu, karena
-intonasi halus
-intonasi tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
300
301
302
303
304
305
306
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
326
327
328
329
330
memang, iya bagi saya seperti itu. Kalau BK itu beda
dengan guru yang lain menurut saya, jadi saya tidak boleh
sama dengan guru yang lain begitu.
Seandainya ibu diberi kesempatan untuk bisa
memberikan pendisiplinan kepada siswa seperti pus-up
dan lain sebagainya, apakah ibu mau untuk
melakukan?
Bisa, akan tetapi sampai saat ini saya belum pernah , tapi
seandainya pun, ah Bu coba, ah bisa saya.
Bisa ya Bu, artinya Ibu bisa memberikan itu.
Bisa
Selama ini ketika memberikan pendisiplinan dengan
bahasa verbal, apakah itu sama antara perempuan dan
laki-laki, ataukah siswa laki-laki agak beda terus
perempuan agak beda, atau disamaratakan.
Pasti beda pendisiplinana dengan bahasa verbal yang saya
berikan kepada siswa maupun siswi.
Kalau laki-laki bagaimana Bu?
Ketika memberikan pendisiplinan kepada siswa laki-laki,
saya biasanya langsung dengan nada yang tinggi atau suara
yang keras. Saya memperlakukan mereka seperti itu
karena, saya mempelajari bahwa ketika siswa laki-laki itu
ketika dihadapi oleh guru perempuan, biasanya mungkin
mereka akan menganggap seperti ibu kandung mereka
sendiri, sehingga mereka tidak sakit hati dan itu pasti
didengerin. Akan tetapi meskipun didengarin, namanya
anak-anak kadang juga nanti diulangi lagi perbuatan
mereka. Khususnya yang perempuan itu memang biasanya
saya panggil sendiri dan berbicara empat mata. Ketika dia
berbelit-belit dalam menjawab, mungkin saya langsung
melakukan penekanan, istilahnya to the point, seperti “apa
-ada perbedaan
intonasi antara
siswa dan siswi
-langsung dan
nada yang
tinggi
-dipanggil dan
berbicara empat
mata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
331
332
334
335
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345
346
347
348
349
350
351
352
353
354
355
356
357
358
359
360
361
362
itu maksudmu”, nah begitu, itu kadang saya pernah
melakukan seperti itu, tapi kalau memang masih bisa di
ajak kooperatif, maka saya ngga sampai seperti itu.
Kira-kira ada motivasi apa si Bu, ko ibu bisa
memperlakukan mereka berbeda?
Alasannya karena mereka bertumbuh mas. Saya ngga mau
jangan sampai ketika seorang perempuan, dia sampai sakit
hati dan itu dibawa sampai terus, karena dia pun nanti akan
jadi seorang ibu. Alasan mengapa saya tidak menasehati
siswa perempuan secara langsung di depan orang banyak
karena nanti dia akan malu. Sedangkan laki-laki yang
selama ini saya temukan, mereka tidak akan merasa sakit
hati karena sudah menganggap saya seperti ibu kandung
mereka sendiri. Saya belajar juga, bahwa saya perempuan,
saya tidak mau dinasehati di depan banyak orang, karena
pasti saya akan sangat malu.
Apa yang ibu rasakan setelah memarahi siswa pertama
kali, bagaimana perasaan ibu?
Ketika selesai memarahi siswa, karena saya sudah
menganggap mereka seperti anak saya sendiri, kadang
muncul perasaan kesel, sedih, ya seperti itu rasanya.
Selain menggunakan bahasa verbal, kata-kata seperti
tadi, adakah bentuk pembinaan lain yang pernah ibu
berikan?
Bentuk pendisiplinan lain yang pernah saya berikan si
kadang saya menandatangai apa yang mereka tulis di buku
mereka. Biasanya satu lembar bolak balik setiap hari
selama beberapa minggu. Isi tulisan itu biasanya seperti
janji mereka untuk tidak bolos lagi dan lain sebagainya. Ya
istilahnya supaya mereka jerah.
BR/DA
-bertumbuh
-laki-laki tidak
sakit hati
-merasa kesel,
sedih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
363
364
365
366
367
368
369
370
371
372
373
374
375
376
377
378
379
380
381
382
383
384
385
386
387
388
389
390
391
392
393
Kalau boleh tahu kira-kira ada alasan apa si ibu lebih
memilih menggunakan bahasa verbal daripada
memberikan pembinaan secara fisik?
Alasannya karena kalau ketika saya tidak pas memberikan
pembinaan fisik, mungkin mereka akan cedera, saya akan
bertanggung jawab dan saya tidak tahu cara menanganinya
karena bukan dalam bidang saya. Itu alasan utamanya saya
tidak memberikan seperti itu.
Oke, artinya lebih kepada tanggung jawab ya. Berarti
di sini, ya saya bisa menyimpulkan bahwa ada
perubahan ya Bu, dulu artinya ibu tidak marah,
akhirnya karena perilaku siswa tidak berubah terus
akhirnya menjadi marah
Iya itu, iya betul sekali. Dulu saya tidak pernah marah, akan
tetapi karena perilaku siswa yang tidak berubah-ubah,
akhirnya saya harus menjadi marah. Dan dulu mungkin
dalam memberikan dukungan secara bahasa verbal dengan
cara baik-baik, tapi karena tidak mempan saya akhirnya
menaikan intonasi saya dalam mendisiplinkan mereka.
Oke baiklah Bu.
Iya, dan itu sekarang berubah lagi, untuk saat ini. Saya
mulai berpikir bahwa berhasilnya proses pendidikan itu
tidak hanya tanggung jawab seorang guru, jadi kadang
setiap hari ketika saya di rumah, saya merenungi apa yang
sudah saya lakukan hari ini, setiap saya mau tidur mesti
saya refleksi, hari ini saya ngapain aja, ko saya bisa sampai
berbuat seperti ini gitu, terutama saya kan lebih banyak
berada di sekolah, gitu kan. Saya berangkat pagi, pulang
sore, kan waktu saya banyak di sini kan, saya otomatis
mesti banyak refleksinya mengenai kegiatan di sekolah,
apa yang sudah saya lakukan hari ini. Saya akhinya
-nilai tanggung
jawab
-tidak marah
-menjadi marah
-verbal bahasa
halus menjadi
intonasi yang
tinggi
-merasa capek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
394
395
396
397
398
399
400
401
402
403
404
405
406
407
408
409
410
411
412
413
414
415
416
417
418
419
420
421
422
423
424
menjadi capek gitu lo. Saya merasa capek karena saya
kenceng-kenceng seperti ini, tetapi ternyata orang tuanya
tidak mendukung program sekolah. Akhirnya ya sudahlah.
Saya tidak lagi menasehati dengan suara yang kencang.
Saya benar-benar merasa jenuh, tapi sebenarnya itu
bertentangan dengan hati nurani saya. Tapi ya sudahlah,
yang penting saya sudah melakukan kewajiban saya, saya
melaksanakan tugas saya, apa yang menjadi wewenang
saya, saya lakukan, ketika di sekolah saya harus seperti apa,
selebihnya saya kembalikan, saya doakan gitu aja anak
didik saya supaya semuanya beruntung.
Oke baiklah Bu.
Itu lama lo tiga tahun 4 tahun lo ya akan tetapi mulai deket-
deket ini saya tidak menggunakan intonasi yang tinggi
lagi. Saya kenceng-kenceng seperti ini ternyata saya harus
berjalan sendiri, maksudnya untuk merubah perilaku siswa
agar menjadi apa yang orang tua harapkan, apa yang
sekolah harapkan ternyata tidak mendapat dukungan dari
pihak keluarga. Padalah keluarga adalah dasar yang justru
paling kuat untuk membentuk kepribadian anak, sekolah tu
malah justru nomor kesekian.
Oke, baik terima kasih ibu. Pernahkah ibu melihat ada
siswa yang menangis ketika diberikan pembinaan oleh
guru-guru yang lain?
Ngga ada, ada mungkin di luar itu ya. Jadi seperti ini mas,
ketika siswa diberikan pembinaan, ya dia seperti layaknya
seorang kesatria yang sedang menjalani sebuah pembinaan.
Saya kadang-kadang memperhatikan dari dalam ruangan
kalau mereka dibina di depan ruangan saya. setelah dibinah
biasanya saya panggili satu demi satu, kemudian nangisnya
baru di depan saya. Tapi ketika saya tanya kamu sakit hati
-merasa jenuh
-tidak
menggunakan
intonasi tinggi
lagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
425
426
427
428
429
430
431
432
433
434
435
436
437
438
439
440
441
442
443
444
445
446
447
448
449
450
451
452
453
454
455
ya di suruh push up? Engga bu, begitu. Jadi lebih mungkin,
itu tadi, dia melakukan pelanggaran, dia melakukan
kesalahan di sekolah itu banyak faktor, mungkin dari, ya
itu tadi utamanya memang dari keluarga, siswa sini tu
mungkin hampir 85% itu broken mas, yang bermasalah
dari keluarga yang mendukung program sekolahan itu
hanya paling 10% dari jumlah siswa lo, yang lainnya itu
bermasalah semuanya. Ada juga orang tua yang peduli
walaupun kadang anaknya tidak bermasalah pun
orangtuanya itu datang ke sekolah, menanyakan kabar
anaknya, akan tetapi bisa hitung dengan jari.
Baiklah Bu, kira kira apa yang ibu raskan waktu itu
ketika melihat siswa-siswi disuruh roll, di suruh push
up?
Ya mungkin kalau saya sebagai seorang ibu, kadang saya
ikut kasihan dan sedih, tapi ya sudahlah itu kan bukan
ranah saya dan itu karena sudah pembiasaan, artinya saya
sering melihat seperti itu, lama kelamaan akhirnya menjadi
biasa saja, karena ada beberapa siswa yang ketika disuruh
rolling malah sambil senyum-senyum dan bahkan ketawa.
Kalau mungkin saya perhatikan bener gitu ya, ya mungkin
sampai kebawa dalam hatilah, baper saya mesti gitu ya.
Tapi kalau mungkin secara hati nurani bener-bener ya
kadang ngga tega ketika melihat mereka dibina.
Oke baik. Ibu pernahkah ibu mengetahui, melihat ada
siswa yang keluar karena tidak betah budaya
pembinaan di sini, pernahkah ibu mendengar atau
melihat?
Ya, ada banyak siswa keluar yang keluar. Kalau alasannya
tidak betah dengan kondisi yang ada di sini tu hampir tiap
tahun ada, dan itu banyak. Tahun ini aja yang beralasan
BR/DA
-merasa
kasihan, sedih
-merasa biasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
456
457
458
459
460
461
462
463
464
465
466
467
468
469
470
471
472
473
474
475
476
477
478
479
480
481
482
483
484
485
486
seperti itu ada 30- an orang, tetapi kan ternyata kita melihat
lagi. Siswa keluar kan mesti ada prosesnya. Hari pertama
masuk sekolah seperti ini, baik-baik saja, tapi loh ko mulai
ada. Haaa, kita kan mulai menilai di situ, menggali
informasi di situ, begitu kan. Ternyata memang, ya itu tadi
tidak ada sinkorn, biasanya sekolah di sini disuruh orang
tuanya, jadi orang tua tu seolah-olah gini lo mas, wah iki
anak susah diatur, sesok tak sekolahke di sana aja, gitu lo.
Itu yang kebanyakan seperti itu. Jadi memang tidak ada
sinkorn antara anak dan orang tua. Orang tua sudah mulai
kewalahan, dengan si perilaku anaknya, terus kemudian
mengambil keputusan sendiri, besok disekolahkan di sana
aja. Nahh itu, biasanya seperti itu, terus nanti siswa ini
keluar dengan alasan tidak kuat dengan pembinaan di
sekolah ini.
Artinya orang tua secara tahu dan mau anaknya
sekolah di
sini?
He em.
Lalu apakah pernah ada orang tua yang protes Bu
ketika anaknya ada yang dikeluarkan dari sekolah ini
atau pengen keluar, itu apakah pernah ada orang tua
yang datang lalu memberikan protes?
Pernah, pernah ada orang tua yang protes, padahal
sebelumnya gini ya, jadi proses penerimaan siswa di sini tu
ada tahap wawancara, wawancara itu harus ada dengan
orang tua, tidak boleh kalau tidak dengan orang tua. Nah,
kita sudah sampaikan ke orang tua, kita sudah sampaikan
ke anak, bahwa ini, nanti di sekolah ini seperti ini, seperti
ini, seperti ini. Dengan keadaan, iklimnya, selama ini kan
memang seperti itu kan gitu. Ya sanggung menerima,
ketidaksinkrona
n antara anak
dan orang tua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
487
488
489
490
491
492
493
494
495
496
497
498
499
500
501
502
503
504
505
506
507
508
509
510
511
512
513
514
515
516
517
sanggup menerima begitu, tetapi ketika nanti proses
berjalan, kadang namanya, dan biasanya siswa ini terus
membikin cerita, membikin cerita untuk karena dia
kepingin keluar gitu, membikin cerita yang kemudian
disampaikan ke orang tua, dan orang tua itu biasanya
datang ke sini langsung marah-marah dulu, marah-marah
terus nanti biasanya kita konfirmasi, yaa biasanya kalau
yang marah gini tu ngga datang sama anaknya, anaknya tu
mesti di rumah gitu lo, nah kita konfirmasi, mesti akhirnya
clear dan itu tadi, yang awalnya marah akhirnya terus jadi
minta maaf, karena memang itu cerita bikinan anaknya
sendiri, itu yang sering saya jumpai seperti itu dan itu
biasanya yang sering menjumpai marah-marahin orang tua
itu tadi ya justru guru BK, karena kan mungkin pemikiran
para orang tua itu, neng sekolahan ki bermasalah, guru BK.
Bagaimana padangan ibu mengenai kepindahan
mereka, apakah ibu setuju atau bagaimana? Ada rasa
kenapa si pindah gitu?
Saya setuju dengan anak-anak yang keluar dari sini. kalau
anak-anak yang model seperti itu ya, ya sudah memang dia
ngga cocok.
Ibu, seandainya aturan-aturan pembinaan,
pendisiplinan seperti ini diterapkan di sekolah-sekolah
lain menurut ibu bagaimana? Apakah boleh atau
tidak?
Belum tentu. Jadi kadang begini mas, anak yang masih
bertahan di sini itu juga kadang menyampaikan protes
keberatan, ah Bu, kita tu sekolah, masa dibina, dibina,
dibina. Dia terus membandingkan dengan sekolah lain. Ah
jadi gini, Bu kalau di SMA di anu itu ngga seperti ini lo.
Terus saya menyampaikan supaya dia berpikir. Kalau di
-setuju kalau
siswa pindah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
518
519
520
521
522
523
524
525
526
527
528
529
530
531
532
534
535
536
537
538
539
540
541
542
543
544
545
546
547
548
549
sekolah-s ekolah lain itu, siswa yang masuk itu memang
sudah pintar, memang sudah nilainya bagus, nilai ujian
nasionalnya tinggi. Saya gitukan. Siswa yang cerdas secara
intelektual, pasti dia akan menghindari permasalahan-
permaslahan sepele yang akan menggangu proses
akademiknya, semisal anak pintar itu tidak akan mungkin
dia mbolos-bolosan. Kalau siswa yang masuk di sini, coba
saya tanya, nilai kamu berapa masuk di sini, saya mesti
begitu, akhirnya dia malu gitu kan. Nah sekarang, kalau
sekarang kamu juga mungkin secara akademis kurang terus
kemudian kamu kepinginnya tidak ada pembinaan,
istilahnya kamu dibiarkan saja, terus apa bedanya sekolah
ini dengan sekolah-sekolah lain. Yaa, cobalah, kalau
memang ngga pinter, coba sikapnya diperbaiki. Jadi
memang akhirnya dari situ, dia pun juga berpikir gitu lo, ya
mungkin itu yang membuat mereka sakit hati terus
kemudian termotivasi, ohh iya, berarti aku ki kurang pinter
iki, berarti aku kudu, ha ini ya, akhirnya ada beberapa anak
yang seperti itu, mungkin ini, ini pedes gitu ya, udah ngga
pinter, sikap elek, apa yang mau diambil, gitu kan. Intinya
seperti itulah dan ada sedikit perubahan.
Bu, kalau ibu boleh jujur, pernakah ibu ingin keluar
dari sekolah ini?
Saya pernah ada keinginan untuk keluar ketika merasa
capek sekali. Waktu itu karena memang sudah penat gitu
ya, tapi terus kemudian saya rasakan liburan saya hanya di
rumah, dan ketika itu anak-anak juga ada kegiatan, saya
kadang berpikir bahwa kalau saya keluar dari SMK terus
mau ngapain. Ketika saya lama di rumah begitu ya, kayak
semisal kemarin saya melakukan program PPG, saya
menjalanakn program PPG, itu saya ada rasa kangen,
BR/DK
-pernah berpikir
untuk keluar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
550
551
552
553
554
555
556
557
558
559
560
561
562
563
564
565
566
567
568
569
570
571
572
573
574
575
576
577
578
579
580
datang ke sekolah ini gitu, jadi untuk saat ini memang
belum, belum ada keinginan keluar, tapi sempat ada
keinginan ketika merasa capek sekali dan ketika terbentur
dengan masalah anak yang ada di rumah. Saya juga
berpikir begini, buat apa ya saya kerja begini, ko ternyata
anak saya malah menjadi bermasalah. Dulu yang gede itu
di kelas susah konsetrasi, sukanya kalau di kelas cuman
bermain saja, dan tugas-tugas tidak diselesaikan dengan
baik. Setiap hari saya dapat komplein seperti itu dari
gurunya. Saya kemudian berpikir bahwa saya di sekolah
mengurusi banyak siswa, sedangkan anak saya sendiri ko
tidak bisa tertangani dengan baik. Tapi memang, ya itu tadi,
seorang konselor pun juga membutuhkan konselor yang
lain. Saya berkomunikasi dengan teman-teman guru BK
yang lain, akhirnya kami menemukan titik temu bahwa
tipikal anak saya memang lebih kepada motorik. Saya
ketemu dengan bakat dia, dan akhirnya terwadai dengan
baik. Itu yang menjadi keinginan besar saya ketika mau
keluar dari sekolah ini karena terbentur masalah yang ada
dalam keluarga.
Oke Bu, kalau boleh jujur kan tadi ibu mengatakan
ketika melihat siswa-siswi diberikan pembinaan seperti
itu, kasihan ya, Nah kalau boleh jujur, seandainya anak
ibu kalau masuk di sini, ibu memperbolehkan tidak?
Engga memperbolehkan, Karena saya sudah mengetahui
budaya yang ada di sekolah ini. Kalau kedisiplinan di
sekolah ini saya senang.Tetapi sepertinya tidak
memajuhkan bakat anak saya, karena waktunya banyak
habis di sini, sedangkan anak saya punya Club taekwondo
di luar, jangan sampai dia tinggalkan.
-Konselor juga
membutuhkan
konselor yang
lain
-terbentur
dengan masalah
keluarga
-tidak
memperbolehka
n
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
581
582
583
584
585
586
587
588
589
590
591
592
593
594
595
596
597
598
599
600
601
602
603
604
605
606
607
608
609
610
611
Terima kasih ibu, kalau boleh jujur, apakah ibu setuju
atau tidak dengan pembinaan yang ada?
Ya, selama ini saya setuju. Karena itu tadi, kita mau meraih
apanya? Anak-anak sini paling, pinter cuman satu dua
orang aja, yang lainnya? Dan yang, otomatis memang
siswa yang pinter secara akademis memang tidak tersentuh
oleh pembinaan. Anak-anak yang bener-bener melanggar
aturan saja yang terkena pembinaan di sini, jadi sampai saat
ini, saya masih setuju untuk pembinaan anak-anak di sini,
karena itu tadi, mau dicari apanya lagi, kalau istilahnya
secara akademis dia belum maksimal. Paling tidak
ditumbuhkanlah kedisiplinan yang tinggi sehingga ada
nilai ples ketika mereka lulus dari sini, dan nantinya bisa
menjual ke dunia kerja. ya mungkin secara performennya
oke, penampilannya, badannya sudah terbentuk,
kedisiplinannya bagus, jadi ketika perusahan yang
menggunakan juga ikut senang.
Bu, kalau boleh tahu, kira-kira alasan apa, atau apa si
yang membuat ibu masih bertahan di sini?
Salah satunya saya masih bertahan di sini karena kebtuhan
ekonomi dalam kerluarga semakin meningkat. Anak-anak
saya juga sudah tumbuh besar, ya istilahnya apa ya, untuk
jajan anaklah. Akan tetapi itu merupakan alasan yang
keseikan. Alasan pertama saya masih bertahan di sini
adalah salah satu wujud nilai ibadah saya. Kalau dilihat
mungkin awalnya saya bekerja di sini, dengan gaji yang
sangat minim, Waktu itu juga harus kredit motor yang
cicilannya Rp.355.000 waktu itu, tapi gaji saya di sini
hanya Rp.200.000, berarti kan salah malah nombok. Sudah
kerja, ninggalin rumah dan gaji saya hanya untuk bayar
cicilan motor, jajan anak kurang. Tetapi semakin ke sini,
-setuju dengan
bentuk
pembinaan
BR/MOT
-kebutuhan
ekonomi
-wujud nilai
ibadah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
612
613
614
615
616
617
618
619
620
621
622
623
624
625
626
627
628
629
630
631
632
633
634
635
636
637
638
639
640
641
642
semakin ke sini, saya sadari justru nilai ibadahnya jauh
lebih tinggi dan kalau memang kita dasarkan semuanya
dengan prinsip ibadah, semuanya pasti akan mengikuti ya,
katanya begitu. Alasan yang kedua saya masih bertahan di
sini adalah sebagai sosok figur dalam memberikan contoh
kepada anak-anak saya. Saya punya anak laki-laki dan
perempuan, saya harus bisa menjalankan ketika tugas saya
di rumah. Saya tetap setiap hari masak lo, saya tetap setiap
hari membekali anak lo gitu kan, jadi setiap pagi kita
ibardah bareng, setelah pulang dari mesjid saya masak,
nyiapin sarapan, nyiapin bekal untuk anak-anak, seperti itu.
Nanti ketika pulang sekolah saya harus bagaimana?
Bahkan ketika dituntut seperti itu, ya namanya anak juga
pernah ngeluh lo mas, ngelunya Bu capek, sekolah capek
kegiatan seperti ini seperti ini, saya kan bisa jadi contoh.
Ibu kalau, mas lihat ibu bagaimana? Ibu pagi bangun
begini, nanti sibuk masih harus kuliah lagi, ibu harus
mengerjakan tugas, ibu bisa tu masa Mas ngga bisa? Nah
itu, jadi, menjadi figur. Terus kemudian, ya itu tadi yang
ketiga bisa memenuhi kebutuhan anak dengan penghasilan
yang ada.
Baik terima kasih ibu. Ibu artinya ibu sudah berproses
selama 12 tahun. Artinya dulu ibu mengatakan
sebelum masuk di sini, dengan kondisi yang ada ibu
sudah nyaman tapi kemudian karena ada motivasi dari
orang tuanya ibu, terus mungkin karena kebutuhan
juga, akhirnya ibu memilih untuk bekerja di sini, selain
faktor jarak juga, kemudian awal-awal masuk di sini
ibu merasa nyaman artinya dari siswa, ibu merasa ada.
Iya
-sosok figur
BR/DK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
643
644
645
646
647
648
649
650
651
652
653
654
655
656
657
658
659
660
661
662
663
664
665
666
667
668
669
670
671
672
673
Nah, sampai sekarang, kira-kira apa yang ibu rasakan?
Apa yang ibu pikirkan saat sekarang ini, sampai saat
ini?
Iya, sampai saat ini?
Iyaa
Yang saya pikirkan saat ini adalah saya perlu belajar lagi
dan lagi, karena permasalahan yang dihadapi siswa
sekarang itu jauh lebih berat dari siswa-siswa sebelumnya.
saya perlu mendalami lagi tentang ilmu ke-BK-an agar bisa
mengentaskan permasalahan yang dihadapi siswa-siswa.
Saya merasa ngeri kalau mendengar cerita-cerita ketika
kami konseling barulah terucap dari siswa. Ketika
melakukan konseling dengan siswa perempuan, banyak hal
yang terungkap, yang mana dia sudah bergaul lebih,
bebaslah dengan pacaranya. Itu yang membuat saya takjub,
takjubnya itu begini, ya ampun ternyata, hal seperti itu to
yang kamu alami? Masa remaja saya tu ngga seperti kamu
loo, haa gitu lo, berarti kamu tu jauh lebih berat ya, nah itu,
itu yang masih mungkin harus saya pelajari lagi, masih
harus saya dalami lagi untuk apa ya, kemampuan saya
mungkin terbatas ya, karena usia saya juga sudah semakin
tua semakin tua begitu, itu tapi ya itu tadi, saya harus, harus
lebih banyak belajar lagi lah.
Baiklah Bu, artinya selama 12 tahun ini, sampai saat ini
ibu masih bertahan. Dengan berbagai alasan tadi,
bagaimana perasaan ibu, sudah merasa lebih
nyamankah di sini? Atau merasa yang lain-lain
bagaimana Bu? Bagaimana perasaan ibu?
Untuk saat ini, saya sudah merasa lebih nyaman karena
kehadiran saya bisa bermanfaat bagi orang lain.
Saat ini ya sudah merasaa lebih nyaman.
-belajar lagi
-merasa takjub
BR/DA
-merasa nyaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
674
675
676
677
678
679
680
681
682
683
684
685
686
687
688
689
690
691
692
693
694
695
696
697
698
699
700
701
702
703
704
Iyaa. Tetapi dalam pikiran saya yang lain, saya pengen
tantangan yang lain. paling engga, dengan keilmuan yang
saya miliki sekarang, saya pengen mencobalah untuk bisa
ngajar tingkat mahasiswa-mahasiswa meskipun itu hanya
dosen terbang, karena saya sudah tetap di sini. Saya pengen
punya pengalaman itu, saya pengen, saya masih kepengen
dengan apa yang saya alami sekarang, apa yang saya
jumpai selama hampir 12 tahun ini, saya ingin punya buku,
kayak gitu, itu PR saya, dan ini saya masih belajarlah untuk
saya punya karya gitu, ya intinya paling tidak, agar saya
bisa menjadi panutan dan bisa memotivasi keluarga kecil
saya duluh la, begitu.
Oke baik terima kasih ibu, terus selama berproses di
sini, hal apa yang sangat membuat ibu merasa senang
ketika berada di sini.? Ketika perisiwa apa begitu Bu?
Iyaa, memang benar mas, anu, saya yakin mungkin hal ini
pun dialami oleh para dosen gitu ya, kepuasan yang paling
mendasar dari seorang guru itu adalah melihat kesuksesan
anak didiknya. Meskipun nanti ketika ke depannya ketika
proses ke depannya sang guru ini sudah mulai dilupakan
bahkan mungkin tersingkirkan, dari kehidupan siswa tapi
ngga tahu ada kepuasan tersendiri, kepuasan batin
tersendiri ketika melihat, ohh itu dulu siswaku begitu.
Artinya ketika mereka menuai kesuksesan
Haa a
Ada kepuasan tersendiri begitu.
Iya, bener. Saya juga ikut sedih lo mas ketika ada siswa
yang terus kemudian dia, apa ya, yaa memang dia mungkin
terus lama nganggur, itu ketika saya melihat itu saya juga
sedih gitu lo. Ahh itu dulu siswaku lo, padahal, yaa kayak
gitu, jadi itulah, seperti itu, saya merasa sangat senang
-mengajar
mahasiswa
-memiliki buku
-kepuasan batin
-merasa sedih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
705
706
707
708
709
710
711
712
713
714
715
716
717
718
719
ketika melihat anak didik saya itu bisa mandiri, bisa
berkarya, dia bisa menghasilkan dari keringatnya sendiri.
Saya mengantarkan mereka di titik ini ya begitu. Senang
rasanya.
Ada kepuasan tersendiri ya Bu?
Dan apakah itu juga yang menjadi alasan untuk
bertahan di sini, artinya bisa melihat orang-orang
sukses, orang-orang bisa bermanfaat bertumbuh dan
berkembang?
Bukan seperti itu si, alasan untuk saya bertahan di sini. Ya
itu tadi. Bertahan saya di sini ya itu tadi di awal, nilai
ibadah sayalah begitu. Bagimana iya, untuk
mengambangkan potensi diri saya lagi terutama. Saya
mungkin tidak akan bisa berkembang ketika saya tidak
berada di sini, gitu. Bener ngga si? Hehe
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Lampiran 3
LEMBAR KATEGORISASI WAWANCARA
SUBJEK BR
Kategori Verbatim
Tema Sub Tema
Hakekat
Dinamika
Psikologis
Pengertian
dinamika
psikologis
“Pandangan saya tentang sekolah ini ketika pertama kali saya
masuk adalah, sekolah ini berada pada lingkup kemiliteran
sehingga tentunya memiliki disiplin yang sangat tinggi.”
(BR/DK, 049-052)
“Awal masuk di sini, saya mulai berpikir bahwa saya harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada di sekolah ini,
dan saya harus menjadi panutan walaupun mungkin sebelumnya
saya harus di rumah dan dengan rutinitas saya sendiri yang
semuanya ibaratnya saya kelolah sendiri, tetapi bukan kendala
bagi saya.” (BR/DK, 138-143)
“Yang saya pikirkan saat ini adalah saya perlu belajar lagi dan
lagi, karena permasalahan yang dihadapi siswa sekarang itu jauh
lebih berat dari siswa-siswa sebelumnya. Saya perlu mendalami
lagi tentang ilmu ke-BK-an agar bisa mengentaskan
permasalahan yang dihadapi siswa/i. (BR/DK, 648-652)
“Iyaa. Tetapi dalam pikiran saya yang lain, saya pengen
tantangan yang lain. Paling engga, dengan keilmuan yang saya
miliki sekarang, saya pengen mencobalah untuk bisa ngajar
tingkat mahasiswa-mahasiswa meskipun itu hanya dosen terbang,
karena saya sudah tetap di sini. Saya pengen punya pengalaman
itu, saya masih kepengen dengan apa yang saya alami sekarang,
apa yang saya jumpai selama hampir 12 tahun ini, saya ingin
punya buku, kayak gitu, itu PR saya, dan ini saya masih belajarlah
untuk saya punya karya gitu, ya intinya paling tidak, agar saya
bisa menjadi panutan dan memotivasi keluarga kecil saya duluh
la, begitu.” (BR/DK, 674-685)
Id
Ego
“Untuk membentuk suatu kedisiplinan itu, siswa perlu dibina,
baik itu secara fisik maupun secara verbal, akan tetapi saya lebih
menekankan pada prinsip BK, yakni menjadi sahabat anak-anak.”
(BR/DK, 164-167)
“Harusnya saya tidak perlu marah tetapi saat itu saya jadi marah,
karena sudah berbagai cara yang saya lakukan tapi tidak
membawa pengaruh terhadap perilaku mereka untuk berubah
menjadi lebih baik. Ada beberapa siswa yang seperti itu, dan saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
kemudian berpikir bahwa untuk menjadikan perilaku siswa/i
menjadi yang lebih baik, itu tidak melulu harus dengan
kelembutan, kadang saya harus agak keras akhir-akhir ini”
(BR/DK, 230-243)
“Saya setuju dengan anak-anak yang keluar dari sini. kalau anak-
anak yang model seperti itu ya, ya sudah memang dia ngga
cocok.” (BR/DK, 507-509)
“Sempat ada keinginan ketika merasa capek sekali dan ketika
terbentur dengan masalah anak yang ada di rumah. Saya juga
berpikir begini, buat apa ya saya kerja begini, ko ternyata anak
saya malah menjadi bermasalah.” (BR/DK, 553-557)
“Saya kemudian berpikir bahwa saya di sekolah mengurusi
banyak siswa, sedangkan anak saya sendiri ko tidak bisa
tertangani dengan baik. Tapi memang, ya itu tadi, seorang
konselor pun juga membutuhkan konselor yang lain. Saya
berkomunikasi dengan teman-teman guru BK yang lain, akhirnya
kami menemukan titik temu bahwa tipikal anak saya memang
lebih kepada motorik” (BR/DK, 561-567)
“Ya mungkin kalau saya sebagai seorang ibu, kadang saya ikut
kasihan dan sedih, tapi ya sudahlah itu kan bukan ranah saya dan
itu karena sudah pembiasaan, artinya saya sering melihat seperti
itu, lama kelamaan akhirnya menjadi biasa saja, karena ada
beberapa siswa yang ketika disuruh rolling malah sambil senyum-
senyum dan bahkan ketawa.” (BR/ DA, 436-441)
“Intonasi suara awalnya dengan nada yang halus akan tetapi
selama berproses saya akhirnya menaikan intonasi suara saya
menjadi agak tinggi dan setiap hari harus saya lakukan. Saya
menggunakan intonasi yang tinggi karena ketika diarahkan
dengan cara baik-baik, perilaku mereka tidak berubah.” (BR/DP,
280-286)
“Salah satunya saya masih bertahan di sini karena kebutuhan
ekonomi dalam keluarga semakin meningkat. Anak-anak saya
juga sudah tumbuh besar, ya istilahnya apa ya, untuk jajan
anaklah.” (BR/DP, 601-604)
“Terus kemudian, ya itu tadi yang ketiga bisa memenuhi
kebutuhan anak dengan penghasilan yang ada.” (BR/DP, 631-
633)
Superego
“Saya takjub karena muridnya sangat luar biasa karena terlihat
sangat disiplin.” (BR/DA, 054-055)
“Awal ketika berada di sini, saya senang ketika berkecimpung
dengan dunia anak seperti yang sudah saya sampaikan tadi bahwa
keberadaan saya di sini seperti kayak air di tengah padang
gersang, kehadiran saya oleh siswa waktu itu selalu dinantikan.”
(BR/DA, 143-147)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
“Kepuasan yang paling mendasar dari seorang guru itu adalah
melihat kesuksesan anak didiknya. Meskipun nanti ketika ke
depannya ketika proses ke depannya sang guru ini sudah mulai
dilupakan bahkan mungkin tersingkirkan, dari kehidupan siswa
tapi ngga tahu ada kepuasan tersendiri, kepuasan batin tersendiri
ketika melihat, ohh itu dulu siswaku begitu.” (BR/DA, 690-696)
“Saya merasa sangat senang ketika melihat anak didiknya itu bisa
mandiri, bisa berkarya, dia bisa menghasilkan dari keringatnya
sendiri. Saya mengantarkan mereka di titik ini ya begitu. Senang
rasanya.” (BR/DA, 704-708)
“Untuk saat ini, saya sudah merasa lebih nyaman karena
kehadiran saya bisa bermanfaat bagi orang lain.” (BR/DA, 671-
672)
“Saya merasa tidak nyaman karena ketika saya menerapkan
prinsip-prinsip BK yang sesungguhnya yakni dengan menjadi
sahabat para siswa, kadang prinsip tersebut malah bertentangan
dengan guru yang lain.” (BR/DA, 159-163)
“Dalam hati saya pun kadang jengkel, karena ketika diberikan
pengarahan, perilaku mereka tetap tidak berubah-ubah. Harusnya
siswa siswi berperilaku yang ideal seperti yang kita semua
harapkan. (BR/DA, 224-227)
“Harusnya saya tidak perlu marah tetapi saat itu saya jadi marah,
karena sudah berbagai cara yang saya lakukan tapi tidak
membawa pengaruh terhadap perilaku mereka untuk berubah
menjadi lebih baik.” (BR/DA, 236-239)
Ketika selesai memarahi siswa, karena saya sudah menganggap
mereka seperti anak saya sendiri, kadang muncul perasaan kesel,
sedih, ya seperti itu rasanya.” (BR/DA, 351-353)
“Iya, bener. Saya juga ikut sedih lo mas ketika ada siswa yang
terus kemudian dia, apa ya, yaa memang dia mungkin terus lama
nganggur, itu ketika saya melihat itu saya juga sedih gitu”
(BR/DA, 700-703)
“Saya lebih menekankan pada prinsip BK, yakni menjadi sahabat
anak-anak. Saya selalu melakukan konseling dengan bahasa yang
halus ketika ada siswa yang bermasalah, dan dari situ saya
menjadi dekat dengan siswa (BR/DP, 166-170)
“Pasti beda pendisiplinan dengan bahasa verbal yang saya berikan
kepada siswa maupun siswi.” (BR/DP, 316-317)
“Ketika memberikan pendisiplinan kepada siswa laki-laki, saya
biasanya langsung dengan nada yang tinggi atau suara yang keras.
Saya memperlakukan mereka seperti itu karena, saya
mempelajari bahwa ketika siswa laki-laki itu ketika dihadapi oleh
guru perempuan, biasanya mungkin mereka akan menganggap
seperti ibu kandung mereka sendiri, sehingga mereka tidak sakit
hati dan itu pasti didengerin.” (BR/DP, 319-326)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
“Khususnya yang perempuan itu memang biasanya saya panggil
sendiri dan berbicara empat mata.” (BR/DP, 328-329)
“Alasannya karena mereka bertumbuh mas. Saya ngga mau
jangan sampai ketika seorang perempuan, dia sampai sakit hati
dan itu dibawa sampai terus, karena dia pun nanti akan jadi
seorang ibu. Alasan mengapa saya tidak menasehati siswa
perempuan secara langsung di depan orang banyak karena nanti
dia akan malu. (BR/DP, 338-343)
“Saya belajar juga, bahwa saya perempuan, saya tidak mau
dinasehati di depan banyak orang, karena pasti saya akan sangat
malu.” (BR/DP, 346-348)
“Alasannya karena kalau ketika saya tidak pas memberikan
pembinaan fisik, mungkin mereka akan cedera, saya akan
bertanggung jawab dan saya tidak tahu cara menanganinya karena
bukan dalam bidang saya. Itu alasan utamanya saya tidak
memberikan seperti itu.” (BR/DP, 367-371)
“Alasan pertama saya masih bertahan di sini adalah salah satu
wujud nilai ibadah saya. Kalau dilihat mungkin awalnya saya
bekerja di sini, dengan gaji yang sangat minim, Waktu itu juga
harus kredit motor yang cicilannya Rp.355.000 waktu itu, tapi
gaji saya di sini hanya Rp.200.000, berarti kan salah malah
nombok. Sudah kerja, ninggalin rumah dan gaji saya hanya untuk
bayar cicilan motor, jajan anak kurang. Tetapi semakin ke sini,
semakin ke sini, saya sadari justru nilai ibadahnya jauh lebih
tinggi dan kalau memang kita dasarkan semuanya dengan prinsip
ibadah, semuanya pasti akan mengikuti ya, katanya begitu.”
(BR/DP, 605-616)
“Alasan yang kedua saya masih bertahan di sini adalah sebagai
sosok figur dalam memberikan contoh kepada anak-anak saya.
Saya punya anak laki-laki dan perempuan, saya harus bisa
menjalankan ketika tugas saya di rumah. Saya tetap setiap hari
masak lo, saya tetap setiap hari membekali anak lo gitu kan, jadi
setiap pagi kita ibadah bareng, setelah pulang dari mesjid saya
masak, nyiapin sarapan, nyiapin bekal untuk anak-anak, seperti
itu. Nanti ketika pulang sekolah saya harus bagaimana? Bahkan
ketika dituntut seperti itu, ya namanya anak juga pernah ngeluh lo
mas, ngelunya Bu capek, sekolah capek kegiatan seperti ini
seperti ini, saya kan bisa jadi contoh. Ibu kalau, mas lihat ibu
bagaimana? Ibu pagi bangun begini, nanti sibuk masih harus
kuliah lagi, ibu harus mengerjakan tugas, ibu bisa tu masa Mas
ngga bisa? Nah itu, jadi, menjadi figur.” (BR/DP, 616-631)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Mekanisme
Pertahanan
diri
“Jadi sampai saat ini, saya masih setuju untuk pembinaan anak-
anak di sini, karena itu tadi, mau dicari apanya lagi, kalau
istilahnya secara akademis dia belum maksimal. Paling tidak
ditumbuhkanlah kedisiplinan yang tinggi sehingga ada nilai ples
ketika mereka lulus dari sini, dan nantinya bisa menjual ke dunia
kerja. Ya mungkin secara performa-nya oke, penampilannya,
badannya sudah terbentuk, kedisiplinannya bagus, jadi ketika
perusahan yang menggunakan juga ikut senang.” (BR/DK, 589-
598)
“Engga memperbolehkan, karena saya sudah mengetahui budaya
yang ada di sekolah ini. Kalau kedisiplinan di sekolah ini saya
senang.Tetapi sepertinya tidak memajuhkan bakat anak saya,
karena waktunya banyak habis di sini, sedangkan anak saya punya
club taekwondo di luar, jangan sampai dia tinggalkan.” (BR/DK,
570-575)
“Saya akhinya menjadi capek gitu lo. Saya merasa capek karena
saya kenceng-kenceng seperti ini, tetapi ternyata orang tuanya
tidak mendukung program sekolah. Akhirnya ya sudahlah. Saya
tidak lagi menasehati dengan suara yang kencang. Saya benar-
benar merasa jenuh, tapi sebenarnya itu bertentangan dengan hati
nurani saya.” (BR/DA, 394-400)
“Saya menggunakan bahasa yang halus dan baik ketika
memberikan pengarahan kepada siswa untuk bisa menjadi
disiplin, akan tetapi dalam hati saya pun kadang jengkel, karena
ketika diberikan pengarahan, perilaku mereka tetap tidak
berubah-ubah. Harusnya siswa/i berperilaku yang ideal seperti
yang kita semua harapkan.” (BR/DP, 221-227)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI